124 Kesenian rakyat mempunyai potensi untuk dikembangkan, diperbarui, menjadi kesenian rakyat yang dinamis sesuai dengan dinamika perkembangan kesenian dalam semangat jamannya. Berbagai wujud inovasi dan kreatifitas ditunjukkan dalam setiap pertunjukannya. Begitupun dengan kelompok Krincing Manis yang menjadi wujud emansipasi wanita dalam hal berkesenian yang ditunjukkan dengan kelompok penari putri yang mampu membawakan karakter buta dengan baik. Kelompok ini dapat bertahan di tengah maraknya kelompok Rampak Buta putra dan dapat menerima semua diskriminasi gender yang diberikan oleh pelaku Rampak Buta putra. Gerak yang ditampilkan dalam koreografi tari Rampak Buta oleh Krincing Manis mendapat pengaruh dari gerak pada tari Rampak Buta putra serta ada hubungannya dengan emansipasi wanita dalam peran sertanya pada kehidupan berkesenian. Emansipasi ini diwujudkan dalam setiap proses keseniannya yang menggunakan penari putri serta koreografer putri sehingga sosok wanita sangat ditonjolkan dalam kelompok Krincing Manis Kelompok Krincing Manis melakukan pembaruan dari segi garap koreografi dengan struktur penyajian yang berbeda dengan tari Rampak Buta putra. Pembaruan yang sangat mendasar adalah keberadaan penari perempuan lebih dari satu orang, sedangkan pembaruan yang lain adalah hasil dari pengembangan-pengembangan garap koreografi dari Rampak Buta putra sehingga memunculkan sesuatu yang baru UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
50
Embed
Buta putra dan dapat menerima semua diskriminasi gender ... · Kabupaten Sleman Dalam Perjalanan Sejarah. Yogyakarta, Sleman : Bagian Hubungan Masyarakat, Sekretaris Daerah Kabupaten
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
124
Kesenian rakyat mempunyai potensi untuk dikembangkan, diperbarui,
menjadi kesenian rakyat yang dinamis sesuai dengan dinamika perkembangan
kesenian dalam semangat jamannya. Berbagai wujud inovasi dan kreatifitas
ditunjukkan dalam setiap pertunjukannya. Begitupun dengan kelompok Krincing
Manis yang menjadi wujud emansipasi wanita dalam hal berkesenian yang
ditunjukkan dengan kelompok penari putri yang mampu membawakan karakter buta
dengan baik. Kelompok ini dapat bertahan di tengah maraknya kelompok Rampak
Buta putra dan dapat menerima semua diskriminasi gender yang diberikan oleh
pelaku Rampak Buta putra.
Gerak yang ditampilkan dalam koreografi tari Rampak Buta oleh Krincing
Manis mendapat pengaruh dari gerak pada tari Rampak Buta putra serta ada
hubungannya dengan emansipasi wanita dalam peran sertanya pada kehidupan
berkesenian. Emansipasi ini diwujudkan dalam setiap proses keseniannya yang
menggunakan penari putri serta koreografer putri sehingga sosok wanita sangat
ditonjolkan dalam kelompok Krincing Manis
Kelompok Krincing Manis melakukan pembaruan dari segi garap koreografi
dengan struktur penyajian yang berbeda dengan tari Rampak Buta putra. Pembaruan
yang sangat mendasar adalah keberadaan penari perempuan lebih dari satu orang,
sedangkan pembaruan yang lain adalah hasil dari pengembangan-pengembangan
garap koreografi dari Rampak Buta putra sehingga memunculkan sesuatu yang baru
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
125
dan berbeda dengan Rampak Buta putra. Pembaruan tersebut terdapat pada aspek
gerak, aspek waktu, struktur penyajian, tata rias busana, dan musik pengiring.Hasil
dari penelitian menunjukkan bahwa koreografer-koreografer wanita mempunyai
ruang yang luas dan bebas untuk berekspresi.
DAFTAR SUMBER ACUAN
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
126
1. Sumber Tercetak Alwi, Hasan. dkk. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia : Edisi Ketiga. Jakarta :
Balai Pustaka Basuki, H. 2001. Mask : The Other Face of Humanity. Yogyakarta : Museum
Sonobudoyo. Hadi, Y. Sumandiyo. 2003. Aspek-aspek Dasar Koreografi Kelompok. Yogyakarta :
Elkhapi. ________. 2007. Kajian Tari, Teks, dan Konteks. Yogyakarta : Pustaka Book
Publisher. ________. 2011. Koreografi : Bentuk, Teknik, Isi. Yogyakarta : Cipta Media Hawkins, Alma M. 2003.Mencipta Lewat Tari.terjemahan Y. Sumandiyo Hadi,
Yogyakarta : Manthili. Kartodirjo, Sartono.1993.Pendekatan Ilmu Sosiologi Dalam Metodologi
Sejarah.Jakarta : Gramedia Pustaka. Kayam, Umar. 1981.Seni, Tradisi, Masyarakat, Jakarta : PT Sinar Harapan. Keraf, Gorys. 1995. Eksposisi Komposisi Lanjutan II. Jakarta : Brasindo. Martono, Hendro. 2008. Sekelumit Ruang Pentas :Modern dan Tradisi. Yogyakarta :
Cipta Media. _______. 2012. Koreografi Lingkungan : Revitalisasi Gaya Pemanggungan dan
Gaya Penciptaan Seniman Nusantara. Yogyakarta : Cipta Media. Murgianto, Sal. 2002. Kritik Tari : Bekal dan Kemampuan Dasar. Jakarta : MSPI. Saptari, Ratna dan Brigitte Holzner. 1997. Perempuan, Kerja, dan Perubahan Sosial.
Jakarta : Pustaka Utama Grafiti. Sedyawati, Edi. 1986.Elementer Tari dan Beberapa Masalah Tari, Jakarta :
Direktorat Kesenian Proyek Pengembangan Kesenian.
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
127
Smith, Jacqueline. 1985.Komposisi Tari : Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru. Terjemahan Ben Suharto. Yogyakarta : Ikalasti.
Soedarsono , R.M. 1996. Indonesia Indah Tari Tradisional Indonesia.Jakarta :
Yayasan Harapan Kita. _______. 1992. Pengantar Apresiasi Seni. Jakarta : Balai Pustaka. _______. 1986. “Pengantar Pengetahuan dan Komposisi Tari”, dalam Edi
Sedyawati.Elementer Tari dan Beberapa Masalah Tari.Jakarta : Direktorat Kesenian Proyek Pengembangan Kesenian.
Soekanto, Soerjono. 2013. Sosiologi : Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Pers. Sumaryono. 2012. ‘Seni Jatilan, Seni Kesurupan’ dalam Hermanu. Kesurupan Kuda
Lumping.Yogyakarta : Bentara Budaya Yogyakarta. ________. 2007. Jejak dan Problematika Seni Pertunjukan Kita. Yogyakarta :
Prasista. ________. 2012. Ragam Seni Pertunjukan Tradisional di DIY #1. Yogyakarta :
UPTD Taman Budaya Yogyakarta. Supanggah, Rahayu. 2002. Bothekan Karawitan I. Jakarta : Masyarakat Seni
Pertunjukan Indonesia. Tashadi, dkk. 2002. Kabupaten Sleman Dalam Perjalanan Sejarah. Yogyakarta,
Sleman : Bagian Hubungan Masyarakat, Sekretaris Daerah Kabupaten Sleman.
Tusan, Nyoman. 1992. Topeng Nusantara. Jakarta : Proyek Pembinaan Media
Kebudayaan Jakarta. 2. Internet http://id.wikipedia.org/wiki/Pathet. Bambang Murtiyoso, dkk (2007). Teori
Pedalangan. Surakarta: ISI Surakarta. ISBN 979-8217-60-8. http://www.studiotari.com/2014/08/pengertiankritikseni.html, diunggah oleh Drs.
Robby Hidajat, M. Sn pada 9:43 PM dalam Artikel Kesenian
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
128
http://id.wikipedia.org/wiki/Pathet R.M. Jayadipura (1949). Music in Java. The Hague.