PERPUSTAKAAN KPK Meresapi Makna Kemerdekaan Kita M omentum kemerdekaan Indonesia 73 tahun lalu tidak terlepas dari perjuangan para pemuda. Jakarta pada tahun 1945 merupakan pusat ekonomi dan pergerakan. Tentu saja, hal ini merupakan lokasi strategis penjajah untuk mengambil alih kekuasaan. Tidak bertahan lama menjajah Indonesia, Jepang harus takluk pada Perang Dunia II, dan inilah momentum kritis perjuangan sebuah bangsa yang ingin merdeka dari penjajah. Kesempatan itu, dimanfaatkan pemuda Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaan. Situasi internal pergerakan sempat diwarnai perbedaan pendapat antara golongan muda dengan golongan tua seperti Soekarno dan Hatta dengan Soekarni, Wikana, Aidit, dan Chaerul Saleh, tentang waktu proklamasi. Golongan tua menginginkan proklamasi dilakukan setelah berdiskusi dengan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), sedangkan golongan muda ingin proklamasi dilakukan sesegera mungkin. Hingga akhirnya, Soekarno dan Hatta ‘diculik’ ke Rengasdengklok, agar mereka tak terpengaruh oleh Jepang dan dapat menyusun rencana proklamasi kemerdekaan di Jakarta. Proklamasi kemerdekaan Indonesia akhirnya dibacakan Soekarno pada tangal 17 Agustus 1945 tepat pukul 10.00 di Pegangsaan Timur. Dari Jakarta, gelombang semangat dan pesan kemerdekaan terus meluas hingga ke seluruh pelosok Indonesia. Setelah proklamasi, perjuangan yang sebenarnya baru dimulai. Berbekal selembar kertas teks naskah proklamasi, tanpa susunan pemerintahan dan kekuatan senjata, kondisi negara yang baru lahir itu teramat rentan dihancurkan. Para pejuang harus bekerja ekstra keras demi membangun sebuah negara baru, meski dibayang-bayangi ancaman penjajah. Djakarta 1945 Awal Revolusi Kemerdekaan adalah buku yang membangun kembali ingatan kita tentang suasana Jakarta menjelang detik- detik kemerdekaan. Buku ini ditulis berdasarkan catatan-catatan yang dikumpulkan oleh Julius Pour, seorang penulis sejarah, dari berbagai sumber dan hasil wawancara para pelaku sejarah. Julius sendiri mengakui, tantangan terberat dalam menyusun kepingan sejarah melalui kesaksian para pelakunya adalah adanya perbedaan waktu dengan saat berlangsungnya peristiwa. Kesulitan itu terlihat ketika Julius berupaya untuk tidak memasukkan opini pribadinya yang dapat mewarnai kesaksian sebuah peristiwa. Begitu pun, buku ini tetap ‘berdaging’ dengan fakta-fakta fakta sejarah yang memberi kesan dramatis, bahwa betapa kemerdekaan itu merupakan hasil perjuangan yang luar biasa. Karenanya, generasi penerus seperti kita harus mengisinya dengan prestasi demi kemajuan bangsa. BUKU PILIHAN ¢ Mahalnya Demokrasi Memudarnya Ideologi ¢ Indonesia Dikhianati ¢ Republik Galau ¢ #SaveKPK #SavePolri Save Indonesia! ¢ Menjadi Indonesia ¢ Zaman Edan: Indonesia Diambang Kekacauan ¢ Good Governance and Development ¢ Birokrasi dan Dinamika Kekuasaan ¢ Memberantas Korupsi ¢ Modul Pendidikan Antikorupsi “Jatuh bangunnya negara ini, sangat tergantung dari bangsa ini sendiri. Makin pudar persatuan dan kepedulian, Indonesia hanyalah sekedar nama dan gambar seuntaian pulau di peta.” – Bung Hatta – E-NEWSLETTER EDISI 08 VOL.IV | AGUSTUS 2018 Penulis: Bambang Joko Susilo Penerbit: Bestari Penulis: Suryaning Wulan & Yul C Penerbit: Bestari Penulis Penerbit : Julius Pour : Bhuana Ilmu Populer