kemungkinan akibat perbedaan persepsi tentang kode pos tariff (HS) jenis beras yang boleh diimpor antara stakeholder yang menangani proses impor beras. Pada Permendag No.19/M-DAG/ PER/3/2014, beras yang diper- bolehkan dan diijinkan untuk diimpor dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu Impor Beras Bu- log, Impor Beras Tertentu (kebutuhan industri dan kon- sumsi khusus), dan Impor Beras Hibah. Impor Beras Bulog, yaitu im- por beras untuk keperluan stabi- lisasi harga, penanggulangan keadaan darurat, masyarakat miskin, dan kerawanan pangan, dengan ketentuan beras tingkat kepecahan paling tinggi 25%, dan hanya dapat diimpor oleh Perum Bulog. Impor beras Bulog hanya dapat dilakukan diluar masa 1 (satu) bulan sebelum panen raya, masa panen raya, dan 2 (dua) bulan setelah panen raya. B eras merupakan ko- moditas strategis dari berbagai aspek, apa- bila kebijakan per- berasan yang diambil tidak tepat dapat mengakibatkan instabilitas nasional. Pemerintah melalui Kementerian Pertanian berupaya meningkatkan ketersediaan pro- duksi padi dalam negeri, bahkan tahun 2014 ditargetkan surplus produksi beras 10 juta ton. Ketersediaan beras yang melim- pah diharapkan dapat mengu- rangi bahkan meniadakan impor beras. Impor beras (medium) dapat merugikan petani karena harga gabah/beras akan jatuh sehingga pendapatan yang diperoleh petani berkurang. Tingginya dorongan impor beras oleh pihak importir karena sangat menjanjikan dan men- guntungkan. Hal ini disebabkan harga beras internasional yang lebih murah dibanding harga dalam negeri. Pada setiap periode, impor beras tetap ada dan diijinkan pemerintah meskipun volu- menya sangat kecil, yaitu beras jenis tertentu untuk kebutuhan dan konsumsi khusus seperti beras organik, beras ketan, dan lainnya. Untuk keperluan cadangan pangan nasional, Pe- rum Bulog sebagai lembaga yang ditugasi Pemerintah tetap mengutamakan membeli gabah/ beras petani. Sebagai contoh, sepanjang tahun 2013 Bulog tidak melakukan impor beras sama sekali, namun mampu menyerap dan membeli gabah/ beras petani untuk memenuhi kebutuhan cadangan pangan dan stabilisasi harga. Hal ini menunjukkan keberpihakan Pemerintah kepada petani dan masyarakat sehingga petani tetap memperoleh keuntungan yang layak dan masyarakat da- pat memperoleh harga beras dalam batas yang wajar. Supaya tidak berdampak negatif, Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan telah mengeluar- kan keputusan tentang Keten- tuan Ekspor dan Impor Beras pada tanggal 28 Maret 2014 melalui Permendag No.19/M- DAG/PER/3/2014. Peraturan tersebut merupakan perbaikan dan penyempurnaan peraturan sebelumnya yang dianggap ma- sih kurang jelas dan tegas ter- kait jenis beras yang boleh diim- por. Hal tersebut berdampak pada kasus impor beras “illegal” pada akhir tahun 2013 yang KEBIJAKAN IMPOR BERAS TAHUN 2014 DAFTAR ISI KEBIJAKAN IMPOR BERAS TAHUN 2014 1 PERKEMBANGAN HARGA PANGAN DI TINGKAT PETANI PERIODE MARET-APRIL 2014 2 KONDISI HARGA PANGAN NASIONAL TINGKAT KONSUMEN PERIODE APRIL 2014 3 LAPORAN PENGIRIMAN SMS PANEL HARGA PANGAN PE- RIODE APRIL 2014 4 Buletin Harga Pangan MEI 2014 Dari Redaksi… Kondisi harga pangan salah satu indikator ketidakstabilan pasokan dan distribusi pangan.. Dengan adanya infor- masi harga pangan pada buletin saat ini, diharapkan dapat memberikan gambaran kondisi pasokan pangan di Indonesia. -AHP- Sumber : Permendag No.19/M-DAG/PER/3/2014 Bersambung pada hal 2 Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan Badan Ketahanan Pangan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
kemungkinan akibat perbedaan
persepsi tentang kode pos tariff
(HS) jenis beras yang boleh
diimpor antara stakeholder yang
menangani proses impor beras.
Pada Permendag No.19/M-DAG/PER/3/2014, beras yang diper-bolehkan dan diijinkan untuk diimpor dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu Impor Beras Bu-log, Impor Beras Tertentu (kebutuhan industri dan kon-sumsi khusus), dan Impor Beras Hibah.
Impor Beras Bulog, yaitu im-
por beras untuk keperluan stabi-
lisasi harga, penanggulangan
keadaan darurat, masyarakat
miskin, dan kerawanan pangan,
dengan ketentuan beras tingkat
kepecahan paling tinggi 25%,
dan hanya dapat diimpor oleh
Perum Bulog. Impor beras Bulog
hanya dapat dilakukan diluar
masa 1 (satu) bulan sebelum
panen raya, masa panen raya,
dan 2 (dua) bulan setelah panen
raya.
B eras merupakan ko-
moditas strategis dari
berbagai aspek, apa-
bila kebijakan per-
berasan yang diambil tidak tepat
dapat mengakibatkan instabilitas
nasional. Pemerintah melalui
Kementerian Pertanian berupaya
meningkatkan ketersediaan pro-
duksi padi dalam negeri, bahkan
tahun 2014 ditargetkan surplus
produksi beras 10 juta ton.
Ketersediaan beras yang melim-
pah diharapkan dapat mengu-
rangi bahkan meniadakan impor
beras. Impor beras (medium)
dapat merugikan petani karena
harga gabah/beras akan jatuh
sehingga pendapatan yang
diperoleh petani berkurang.
Tingginya dorongan impor beras
oleh pihak importir karena
sangat menjanjikan dan men-
guntungkan. Hal ini disebabkan
harga beras internasional yang
lebih murah dibanding harga
dalam negeri.
Pada setiap periode, impor
beras tetap ada dan diijinkan
pemerintah meskipun volu-
menya sangat kecil, yaitu beras
jenis tertentu untuk kebutuhan
dan konsumsi khusus seperti
beras organik, beras ketan, dan
lainnya. Untuk keperluan
cadangan pangan nasional, Pe-
rum Bulog sebagai lembaga
yang ditugasi Pemerintah tetap
mengutamakan membeli gabah/
beras petani. Sebagai contoh,
sepanjang tahun 2013 Bulog
tidak melakukan impor beras
sama sekali, namun mampu
menyerap dan membeli gabah/
beras petani untuk memenuhi
kebutuhan cadangan pangan
dan stabilisasi harga. Hal ini
menunjukkan keberpihakan
Pemerintah kepada petani dan
masyarakat sehingga petani
tetap memperoleh keuntungan
yang layak dan masyarakat da-
pat memperoleh harga beras
dalam batas yang wajar. Supaya
tidak berdampak negatif,
Pemerintah melalui Kementerian
Perdagangan telah mengeluar-
kan keputusan tentang Keten-
tuan Ekspor dan Impor Beras
pada tanggal 28 Maret 2014
melalui Permendag No.19/M-
DAG/PER/3/2014. Peraturan
tersebut merupakan perbaikan
dan penyempurnaan peraturan
sebelumnya yang dianggap ma-
sih kurang jelas dan tegas ter-
kait jenis beras yang boleh diim-
por. Hal tersebut berdampak
pada kasus impor beras “illegal”
pada akhir tahun 2013 yang
KEBIJAKAN IMPOR BERAS TAHUN 2014
D A F T A R I S I
KEBIJAKAN IMPOR BERAS
TAHUN 2014
1
PERKEMBANGAN HARGA
PANGAN DI TINGKAT PETANI
PERIODE MARET-APRIL 2014
2
KONDISI HARGA PANGAN
NASIONAL TINGKAT KONSUMEN
PERIODE APRIL 2014
3
LAPORAN PENGIRIMAN SMS
PANEL HARGA PANGAN PE-
RIODE APRIL 2014
4
Buletin Harga Pangan M E I 2 0 1 4
Dari Redaksi…
Kondisi harga pangan
salah satu indikator
ketidakstabilan pasokan
dan distribusi pangan..
Dengan adanya infor-
masi harga pangan
pada buletin saat ini,
diharapkan dapat
memberikan gambaran
kondisi pasokan pangan
di Indonesia.
-AHP-
Sumber : Permendag No.19/M-DAG/PER/3/2014
Bersambung pada hal 2
Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan
Badan Ketahanan Pangan
P A G E 2
PERKEMBANGAN HARGA PANGAN DI TINGKAT PETANI
PERIODE MARET-APRIL 2014
Lanjutan Kebijakan Impor Beras...
beberapa hal, antara lain tidak se-
mua lokasi panel merupakan daerah
sentra produksi, belum semua
daerah sentra produksi mengalami
masa panen, serta adanya faktor
kesalahan dalam pengiriman lapo-
ran, seperti data yang kurang atau
tidak valid.
Berdasarkan laporan yang masuk,
perkembangan harga pangan diting-
kat petani pada periode bulan April
2014, semua komoditas pangan
mengalami penurunan dibanding
bulan Maret 2014. Namun apabila
dilihat perkembangan harga per
minggu, terdapat 3 komoditas yang
mengalami peningkatan, yaitu
jagung, kedelai, dan bawang merah,
sedang komoditas lainnya yaitu
gabah dan cabai merah keriting
mengalami penurunan. Secara rinci
perkembangan harga setiap komodi-
tas adalah sebagai berikut:
Gabah Kering Panen
Harga GKP ditingkat petani pada
bulan April 2014 turun 2,57 persen
dibanding bulan Maret, yaitu dari
Rp 3.796/kg menjadi Rp 3.698/kg di
bulan April. Penurunan harga terse-
but terjadi karena pada bulan April
2014 merupakan puncak panen
raya, sehingga ketersediaan melim-
pah dan harga jual gabah
mengalami penurunan. Apabila dili-
hat perkembangan per minggu,
harga GKP pada bulan April juga
B a d a n K e t a h a n a n
Pangan melakukan peman-
tauan harga pangan di ting-
kat petani melalui kegiatan
panel harga pangan 2014 meliputi
5 komoditas pangan strategis, yaitu
gabah kering panen, jagung pipilan
kering, kedelai biji kering, bawang
merah, dan cabe merah keriting. Pada
bulan Maret-April merupakan puncak
panen raya, khususnya komoditas
gabah sehingga pemantauan dan in-
formasi perkembangan harga menjadi
sangat penting.
Sampai akhir bulan April 2014, dari
267 kabupaten/kota pelaksana
kegiatan panel harga pangan, terdapat
149 kabupaten di 22 provinsi yang
melaporkan perkembangan harga ko-
moditas gabah kering panen, 121 ka-
bupaten di 21 provinsi untuk komodi-
tas jagung pipilan kering, 65 kabu-
paten di 21 provinsi untuk komoditas
kedelai biji kering, 65 kabupaten di 19
provinsi untuk
k o m o d i t a s
bawang merah,
dan 104 kabu-
paten di 21
provinsi untuk
komoditas cabai
merah keriting.
Tidak semua ka-
b u p a t e n / k o t a
m e l a p o r k a n
perkembangan
harga disebabkan
mengalami penurunan sekitar 0,40
persen, sedikit lebih rendah
dibanding harga mingguan pada
bulan Maret yang turun sekitar
0,58 persen. Namun demikian,
apabila dilihat tingkat stabilitasnya,
perkembangan harga pada bulan
April lebih stabil dibanding bulan
Maret, yaitu ditunjukkan dengan
nilai coefisien variant (cv) yang
lebih rendah, yaitu sekitar 0,87
persen, sedang pada bulan Maret
mencapai 1,84 persen. Meskipun
terjadi penurunan harga GKP,
harga GKP nasional pada periode
Maret-April masih diatas HPP (Rp
3.300/kg).
Jagung Pipilan Kering
Harga jagung ditingkat petani pada
bulan April 2014 turun 1,20 persen
dibanding bulan Maret, yaitu dari
Rp 3.383/kg menjadi Rp 3.342/kg
di bulan April. Apabila dilihat
perkembangan per minggu, harga
jagung pada bulan April men-
galami peningkatan sekitar 0,23
persen, berbeda dengan harga
mingguan pada bulan Maret yang
turun sekitar 0,28 persen. Namun
demikian, apabila dilihat tingkat
stabilitasnya, perkembangan harga
pada bulan April lebih stabil di-
banding bulan Maret, yaitu ditun-
jukkan dengan nilai cv yang lebih
rendah, yaitu sekitar 0,83 persen,
sedang pada bulan Maret menca-
pai 1,40 persen.
Impor Beras Tertentu, yaitu im-por untuk keperluan tertentu guna memenuhi kebutuhan industri seba-gai bahan baku, dan untuk kese-hatan yang tidak atau belum sepe-nuhnya dihasilkan di dalam negeri. Syarat ketentuan jenis beras ter-tentu tertuang dalam Permendag No.19/M-dari hibah, dengan keten-tuan DAG/PER/3/2014.
Impor Beras Hibah, yaitu impor beras yang bersumber beras dengan tingkat kepecahan paling tinggi
25%, hanya dapat diimpor oleh lem-baga/ organisasi sosial atau badan
pemerintah (tidak harus memiliki Angka Pengenal Importir/ API), namun harus mendapat Persetujuan Impor yang berlaku selama 1 (satu) tahun.
Melihat ketentuan dan jenis beras yang boleh diimpor pada tahun 2014, kita patut bersyukur bahwa beras me-dium yang dikonsumsi mayoritas masyarakat tidak tercantum dalam peraturan tersebut. Kita berharap ketersediaan produksi beras masyara-kat yang melimpah tidak terganggu dengan adanya impor beras (medium),
namun justru membantu Pemerintah dalam hal ini Perum Bulog untuk dapat
memanfaatkan dan menyerap untuk kepentingan nasional, yaitu cadangan pangan nasional dan bantuan rakyat miskin. (MW)
Bersambung ke hal 3
P A G E 3 M E I 2 0 1 4
Kedelai Biji Kering
Harga kedelai ditingkat petani
pada bulan April 2014 turun
0,08 persen dibanding bulan
Maret, yaitu dari Rp 7.263/kg
menjadi Rp 7.257/kg di bulan
April. Apabila dilihat perkem-
bangan per minggu, harga
kedelai pada bulan April men-
galami peningkatan sekitar
0,23 persen, berbeda dengan
harga mingguan pada bulan
Maret yang turun sekitar 0,48
persen. Namun demikian,
apabila dilihat tingkat stabili-
tasnya, perkembangan harga
pada bulan April lebih stabil
dibanding bulan Maret, nilai
cv yang lebih rendah, yaitu
sekitar 0,60 persen, sedang
pada bulan Maret mencapai
1,32 persen.
Bawang Merah
Harga bawang merah diting-
kat petani pada bulan April
2014 turun sebesar 0,79
persen dibanding bulan Ma-
ret, yaitu dari Rp 12.522/kg
menjadi Rp 12.423/kg di bulan
April. Apabila dilihat perkem-
bangan per minggu, harga
bawang merah pada bulan
April mengalami peningkatan
sekitar 0,98 persen, begitu juga
pada bulan Maret mengalami
peningkatan yang lebih besar,
yaitu sekitar 1,17 persen. Na-
mun demikian, apabila dilihat
tingkat stabilitasnya, perkem-
bangan harga pada bulan April
lebih stabil dibanding bulan
Maret, yang ditunjukkan den-
gan nilai cv yang lebih rendah,
yaitu sekitar 3,94 persen, se-
kecuali untuk beras premium
Cianjur Kepala, Cianjur Slyp
dan Setra yang relatif stabil.
Harga rata-rata beras pre-
mium di PIBC bulan April
2014 berkisar antara
Rp 9.940/kg - Rp 12.000/kg
dan beras medium antara
Rp 7.325/kg – Rp 8.640/kg .
Gula Pasir dan Minyak
Goreng
Berdasarkan data BPS, rata-
rata harga gula pasir tingkat
konsumen pada bulan April
2014 turun 1,21% dibanding-
kan bulan Maret 2014, yaitu
dari Rp 12.164/kg menjadi Rp
12.017/kg. Kondisi yang
sama, harga rata-rata minyak
goreng curah turun 0,70%
dari Rp 15.627/kg menjadi
Rp 15.517/kg.
P erkembangan harga
pangan nasional pada
bulan April 2014 se-
cara umum men-
galami penurunan, sehingga
mendorong terjadinya deflasi
0,20 persen. Komoditas yang
dominan memberikan sum-
bangan deflasi antara lain
beras, cabai merah, cabai
rawit dan bawang merah.
Berikut kondisi harga pan-
gan nasional bulan April
2014 sebagai berikut:
Beras
Rata-rata harga beras umum di
tingkat konsumen pada bulan
April 2014 turun 2,41% di-
bandingkan bulan Maret 2014,
yaitu menjadi Rp 11.290/kg.
Kondisi yang sama di tingkat
grosir PIBC, beberapa jenis
beras mengalami penurunan
Bawang Merah dan
Cabai Merah
Berdasarkan data BPS,
harga rata-rata bawang
merah tingkat eceran pada
bulan April 2014 turun
7,10% dari Rp 20.123/kg
menjadi Rp 18.694/kg. Na-
mun harga bawang merah di
tingkat produsen relatif sta-
bil pada harga Rp 9.372/kg.
Sementara itu harga rata-
rata cabai merah tingkat
konsumen turun 23,42%
dari Rp 26.085/kg menjadi
Rp 20.130/kg. Penurunan
harga cabai merah di tingkat
konsumen sejalan dengan
penurunan harga cabai
merah di tingkat produsen,
yaitu harga cabai merah
besar turun 37,45% dari
Rp 14.441/kg menjadi Rp
9.032/kg, dan harga cabai
KONDISI HARGA PANGAN NASIONAL TINGKAT KONSUMEN PERIODE APRIL 2014
Bersambung ke hal 4
merah kerit ing turun
48,52% dari Rp 13.898/kg
menjadi Rp 7.154/kg. Tu-
runnya harga cabai merah
tersebut dikarenakan ter-
jadinya peningkatan paso-
kan cabai merah dari Blitar,
Rembang, Madura, Munti-
lan, Jawa Barat serta dari
sebagian daerah Kediri
(Pare) yang semula kena
bencana Gunung Kelud su-
dah mulai panen raya. Se-
mentara pasokan bawang
merah lokal dan bawang
impor cukup banyak
di pasaran.
Lanjutan Perkembangan Harga Pangan Tk Petani.. dang pada bulan Maret
mencapai 6,72 persen.
Cabai Merah Keriting
Harga cabai merah keriting ditingkat petani pada bulan April 2014 mengalami pe-nurunan sebesar 9,00 per-sen dibanding bulan Maret, yaitu dari rata-rata bulan Maret Rp 17.223/kg men-jadi Rp 15.673/kg di bulan April. Setiap minggu, harga cabai merah keriting pada bulan April mengalami
penurunan 3,73 persen, begitu juga pada bulan Maret mengalami penu-runan yang lebih rendah, yaitu sekitar 2,17 persen.
Namun demikian, apabila dilihat tingkat stabilitasnya, perkembangan harga pada bulan April lebih stabil di-banding bulan Maret, yang ditunjukkan dengan nilai cv yang lebih rendah, yaitu sekitar 7,06 persen, se-dang pada bulan Maret mencapai 8,97 persen. (MW)
Sumber : SMS Panel Harga BKP
stabil pada harga
Rp 96.500/kg. Harga bibit
sapi lokal selama Januari-
April 2014 stabil pada harga
Rp 40.600/kg berat hidup
dan bibit sapi impor
Rp 24.000/kg berat hidup.
Daging Ayam Ras dan
Telur Ayam Ras
Berdasarkan data BPS, rata-
rata harga daging ayam ras
tingkat konsumen pada bulan
April 2014 naik 0,85% di-
bandingkan rata-rata Maret
2014, dari Rp 27.121/kg
menjadi Rp 27.352/kg. Ke-
naikan harga daging ayam
ras tingkat konsumen ini
Daging Sapi
Berdasarkan data BPS, rata-
rata harga daging sapi di
tingkat konsumen pada bu-
lan April 2014 relatif stabil
pada harga Rp 99.710/kg.
Stabilnya harga daging sapi
di tingkat konsumen sejalan
dengan stabilnya harga sapi
hidup di tingkat peternak
pada harga Rp 37.655/kg
berat hidup.
Sementara itu harga daging
sapi di sentra produksi
(Kabupaten Ciamis) selama
bulan April 2014 stabil pada
harga Rp 42.000/kg berat
hidup dan tingkat konsumen
seiring dengan terjadinya
kenaikan harga daging ayam
ras di tingkat peternak sebe-
sar 6,00% dari Rp 14.886/kg
menjadi Rp 15.780/kg .
Kondisi yang berbeda, harga
daging ayam ras di sentra
produksi (Kabupaten Ciamis)
pada bulan April 2014 men-
galami penurunan sebesar
3,76% dibandingkan bulan
Maret 2014 dari Rp 16.625/kg
berat hidup pada bulan Maret
menjadi Rp 16.000/kg berat
hidup pada bulan April.
Harga rata-rata telur ayam
ras di tingkat konsumen
pada bulan April 2014
LAPORAN PENGIRIMAN SMS PANEL HARGA PANGAN PERIODE APRIL 2014