Top Banner
GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH PEDOMAN POHON MASALAH KEPERAWATAN 1 RESIKO MENCEDERAI DIRI, ORANG LAIN & LINGKUNGAN PERUBAHAN PERSEPSI-SENSOR : HALUSINASI ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI PERILAKU KEKERASAN TIDAK EFEKTIFNYA KOPING KELUARGA KETIDAKMAMPUAN KELUARGA MERAWAT ANGGOTA KELUARGA TIDAK EFEKTIFNYA KOPING INDIVIDU KERUSAKAN KOMUNIKASI VERBAL MENURUNNYA MOTIVASI PERAWATAN DIRI MENURUNNYA MOTIVASI PERAWATAN DIRI GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM TIDAK EFEKTIFNYA PENATALAKSANAAN REGIMEN TERAPEUTIK
212

bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

Oct 28, 2015

Download

Documents

Agung Gutama
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI

RENDAH

PEDOMAN POHON MASALAH KEPERAWATAN

PEDOMAN PROSES KEPERAWATAN UNTUK DIAGNOSA KEPERAWATAN

RESIKO MENCEDERAI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KEKERASAN

1

RESIKO MENCEDERAI DIRI, ORANG LAIN &

LINGKUNGAN

PERUBAHAN PERSEPSI-SENSOR :

HALUSINASI

ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI

PERILAKU KEKERASAN

TIDAK EFEKTIFNYA KOPING KELUARGA KETIDAKMAMPUAN

KELUARGA MERAWAT ANGGOTA KELUARGA

TIDAK EFEKTIFNYA KOPING INDIVIDU

KERUSAKAN KOMUNIKASI VERBAL

MENURUNNYA MOTIVASI PERAWATAN

MENURUNNYA MOTIVASI PERAWATAN

GANGGUAN PROSESPIKIR : WAHAM

BERDUKA DISFUNGSIONAL

TIDAK EFEKTIFNYA PENATALAKSANAAN

REGIMEN TERAPEUTIK

Page 2: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

RENCANA KEPERAWATAN

Nama Klien : ................................. Diagnosa Medis : .................................

Ruang : ................................ No. CM : .................................

TGLNO

DX

DIAGNOSA

KEPERA-

WATAN

PERENCANAAN

INTERVENSI RASIONALTUJUAN KRITERIA EVALUASI

1 2 3 4 5 6 7

Resiko mencederai

diri sendiri dan orang

lain berhubungan

dengan perilaku

kekerasan.

TUM :

Klien dapat melanjutkan

hubungan peran sesuai

dengan tanggung jawab.

TUK :

1. Klien dapat membina

hubungan saling

percaya.

1.1. Klien mau membalas

salam.

1.2. Klien mau menjabat

tangan.

1.3. Klien mau

menyebutkan nama.

1.4. Klien mau tersenyum.

1.5. Klien mau kontak

mata.

1.6. Klien mau mengetahui

nama perawat.

1.7. Menyediakan waktu

untuk kontrak.

1.1.1. Beri salam/ panggil nama

klien.

1.1.2. Sebutkan nama perawat

sambil jabat tangan.

1.1.3. Jelaskan maksud hubungan

interaksi.

1.1.4. Jelaskan tentang kotrak

yang akan dibuat.

1.1.5. Beri rasa aman dan sikap

empati.

1.1.6. Lakukan kontak singkat

tapi sering.

Hubungan saling

percaya merupakan

landasan utama untuk

hubungan

selanjutnya.

2

Page 3: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

2. Klien dapat

mengidentifikasi

penyebab perilaku

kekerasan.

2.1. Klien dapat

mengungkap kan

perasaannya.

2.2. Klien dapat

mengungkap kan

penyebab perasaan

2.1.1. Beri kesempatan untuk

mengung kapkan perasaan

nya.

2.1.2. Bantu klien untuk

mengung kapkan penyebab

Beri kesempatan

untuk mengungkap

kan perasaannya

dapat membantu

mengurangi stres dan

penyebab perasaan

3

Page 4: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

jengkel/kesal (dari diri

sendiri, dari

lingkungan/ orang

lain).

jengkel/ kesal.

jengkel/kesal dapat

diketahui.

3. Klien dapat

mengidentifikasi

tanda-tanda perilaku

kekerasan.

3.1. Klien dapat

mengungkap kan

perasaan saat

marah/jengkel

3.2. Klien dapat

menyimpulkan tanda-

tanda jengkel/kesal

yang dialami.

3.1.1. Anjurkan klien

mengungkapkan yang

dialami saat marah/jengkel.

3.1.2. Observasi tanda perilaku

kekerasan pada klien.

3.2.1. Simpulkan bersama klien

tanda-tanda jengkel/ kesal

yang dialami klien.

Untuk mengetahui

hal yang dialami dan

dirasakan saat

jengkel.

Untuk mengetahui

tanda-tanda klien

jengkel/kesal.

Menarik kesimpulan

bersama klien supaya

klien mengetahui

secara garis besar

tanda-tanda

marah/kesal.

4

Page 5: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

4. Klien dapat

mengidentifikasi

perilaku kekerasan

yang biasa dilakukan.

4.1. Klien dapat

mengungkap kan

perilaku kekerasan

yang biasa dilakukan.

4.2. Klien dapat bermain

peran dengan perilaku

kekerasan yang biasa

dilakukan.

4.3. Klien dapat mengetahui

cara yang biasa dapat

menyesuaikan atau

tidak.

4.1.1. Anjurkan klien untuk

mengungkapkan perilaku

kekerasan yang biasa

dilakukan klien.

4.1.2. Bantu klien bermain peran

sesuai dengan perilaku

konsumen yang biasa

dilakukan.

4.1.3. Bicarakan dengan klien

apakah dengan cara yang

klien lakukan masalahnya

selesai ?

Mengeksplorasi

perasaan klien

terhadap perilaku

kekerasan yang biasa

dilakukan.

Untuk mengetahui

perilaku kekerasan

yang biasa dilakukan

dan dengan bantuan

perawat bisa

membedakan

perilaku konstruktif

dan deskruktif.

Dapat membantu

klien menemukan

cara yang dapat

menyelesaikan

masalah.

5. Klien dapat

mengidentifikasi

5.1. Klien dapat

menjelaskan akibat dari

5.1.1. Bicarakan akibat/kerugian

dari cara yang dilakukan

Membantu klien

untuk menilai

5

Page 6: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

akibat perilaku

kekerasan.

cara yang digunakan

klien.

klien.

5.1.2. bersama klien

menyimpulkan akibat cara

yang digunakan oleh klien.

5.1.3. Tanyakan pada klien

apakah ingin mempelajari

cara baru yang sehat ?

perilaku kekerasan

yang dilakukannya.

Dengan mengetahui

akibat perilaku

kekerasan diharapkan

klien dapat merubah

perilaku deskruktif

yang dilakukannya

menjadi perilaku

yang konstruktif.

Agar klien dapat

mempelajari cara

yang lain yang

konstruktif.

6. Klien dapat

mengidentifikasi cara

konstruktif dalam

merespon terhadap

kemarahan.

6.1. Klien dapat melakukan

cara berespon terhadap

kemarahan secara

konstruktif.

6.1.1. Tanyakan pada klien

“apakah ia ingin

mempelajari cara baru

yang sehat ?”

Dengan

mengidentifikasi cara

yang konstruktif

dalam berespon

terhadap kemarahan

dapat membantu

klien menemukan

cara yang baik untuk

6

Page 7: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

6.1.2. Berikan pujian jika klien

mengetahui cara lain yang

sehat.

6.1.3. Diskusikan dengan klien

cara lain yang sehat.

a. Secara fisik, tarik nafas dalam

jika sedang kesal/ memukul

bantal /kasur atau olah raga

atau pekerjaan yang

memerlukan tenaga.

b. Secara verbal katakan bahwa

anda sedang

kesal/tersinggung/jengkel (saya

kesal anda berkata seperti itu,

saya marah karena mama tidak

mengurangi

kejengkelannya

sehingga klien tidak

stres lagi.

Reinforcement

positif dapat

memotivasi klien dan

meningkatkan harga

dirinya.

Berdiskusi dengan

klien untuk memilih

cara yang lain sesuai

dengan kemampuan

klien.

7

Page 8: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

memenuhi keinginan saya).

c. Secara sosial, lakukan dalam

kelompok cara-cara marah

yang sehat, latihan asertif,

latihan manajemen perilaku

kekerasan.

d. Secara spiritual, anjurkan klien

sembahyang, berdoa/ibadah

lain, meminta pada Tuhan

untuk diberikan kesabaran,

mengadu pada Tuhan

kekerasan/ kejengkelan.

7. Klien dapat

mendemonstrasikan

cara mengontrol

perilaku kekerasan.

7.1. Klien dapat

mendemonstrasikan

cara mengontrol

perilaku kekerasan

Fisik tarik nafas

dalam, olah raga

menyiram tanaman.

Verbal mengatakan

nya secara langsung

dengan tidak

menyakiti.

7.1.1. Bantu klien memilih cara

yang paling tepat untuk

klien.

7.1.2. Bantu klien

mengidentifikasi manfaat

cara yang dipilih.

Memberikan simulasi

kepada klien untuk

menilai respon

perilaku kekerasan

secara tepat.

Membantu klien

dalam membuat

keputusan untuk

terhadap cara yang

telah dipilihnya

dengan melihat

8

Page 9: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

Spiritual sembah

yang, berdoa atau

ibadah klien.

7.1.3. Bantu klien untuk

menstimulasi cara tersebut

(role play).

7.1.4. Beri reinforcement positif

atau keberhasilan klien

menstimulasi cara tersebut.

7.1.5. Anjurkan klien untuk

menggunakan cara yang

telah dipelajari saat

jengkel/ marah.

manfaatnya.

Agar klien

mengetahui cara

marah yang

konstruktif.

Pujian dapat

meningkatkan

motivasi dan harga

diri klien.

Agar klien dapat

melaksanakan cara

yang telah dipilihnya.

Jika ia sedang kesal

atau jengkel.

8. Klien mendapat

dukungan keluarga

dalam mengontrol

perilaku kekerasan.

8.1. Keluarga klien dapat :

Menyebut kan cara

merawat klien yang

berperilaku

kekerasan.

8.1.1. Identifikasi kemampuan

keluarga merawat klien

dari sikap apa yang telah

dilakukan keluarga

terhadap klien selama ini.

Kemampuan

keluarga dalam

mengidentifikasi

akan memungkinkan

keluarga untuk

9

Page 10: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

Mengungkapkan

rasa puas dalam

merawat klien.

8.1.2. Jelaskan peran serta

keluarga dalam merawat

klien.

8.1.3. Jelaskan cara merawat

klien :

Terkait dengan cara

mengontrol perilaku marah

secara konstruktif.

Sikap tenang bicara tenang

dan jelas.

Membantu klien mengenal

penyebab ia marah.

8.1.4. Bantu keluarga

mendemonstrasikan cara

merawat klien.

melakukan penilaian

terhadap perilaku

kekerasan.

Meningkatkan

pengetahuan

keluarga tentang cara

merawat klien

sehingga keluarga

terlibat dalam

perawatan klien.

Agar keluarga dapat

merawat klien

dengan perilaku

kekerasan.

10

Page 11: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

8.1.5. Bantu keluarga mengung

kapkan perasaan nya

setelah melakukan

demontrasi

Agar kekerasan

mengetahui cara

merawat klien

melalui demonstrasi

yang dilihat keluarga

secara langsung.

Mengeksplora si

perasaan keluarga

setelah melakukan

demonstrasi.

9. Klien dapat

menggunakan obat-

obatan yang diminum

dan keguaannya (jenis,

waktu, dosis dan

efek).

9.1. Klien dapat

menyebutkan obat-obat

yang diminum dan

kegunaannya (jenis

dosis dan efek).

9.1.1. Jelaskan jenis-jenis obat

yang diminum klien pada

klien dan keluarga.

9.1.2. Diskusikan manfaat obat

dan berhenti minum obat.

Klien dan keluarga

dapat mengetahui

nama-nama obat

yang diminum oleh

klien.

Klien dan keluarga

11

Page 12: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

9.2. Klien dapat minum

obat sesuai program

pengobatan.

9.2.1. Jelaskan prinsip benar

minum obat (baca nama

yang tertera pada botol

obat, dosis obat, waktu dan

cara minum).

9.2.2. Ajarkan klien minta obat

dan minum tepat waktu.

9.2.3. Anjurkan klien melaporkan

pada perawat/dokter jika

merasakan efek yang tidak

menyenangkan.

9.2.4. Beri pujian jika klien

minum obat dengan benar.

dapat mengetahui

kegunaan obat yang

dikonsumsi klien.

Klien dan keluarga

mengetahui prinsip

benar agar tidak

terjadi kesalahan

dalam

mengkonsumsi obat.

Klien dapat memiliki

kesadaran pentingnya

minum obat dan

bersedia minum obat

dengan kesadaran

sendiri.

Mengetahui efek

samping sedini

mungkin sehingga

tindakan dapat

dilakukan sesegera

mungkin untuk

menghindari

komplikasi.

12

Page 13: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

Reinforcement

positif dapat

memotivasi keluarga

dan klien serta dapat

meningkatkan harga

diri.

PEDOMAN PROSES KEPERAWATAN UNTUK DIAGNOSA KEPERAWATAN

PERILAKU KEKERASAN BERHUBUNGAN DENGAN HARGA DIRI RENDAH

RENCANA KEPERAWATAN

Nama Klien : ................................. Diagnosa Medis : .................................

13

Page 14: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

Ruang : ................................ No. CM : .................................

TGL

NO

.

DX

DIAGNOSA

KEPERA-

WATAN

PERENCANAAN

INTERVENSI RASIONALTUJUAN KRITERIA EVALUASI

1 2 3 4 5 6 7

Perilaku kekerasan

berhubungan

dengan harga diri

rendah.

TUM :

Klien dapat berhubungan

dengan orang lain secara

optimal.

TUK 1 :

Klien dapat membina

hubungan saling percaya.

1.1. Ekspresi wajah bersahabat

menunjukkan rasa senang,

ada kontak mata, atau

berjabat tangan mau

menyebutkan nama, mau

menjawab salam, klien

mau duduk bersampingan

dengan perawat, mau

mengeluarkan masalah

dihadapi.

1.1.1. Bina hubungan saling

mengungkapkan prinsip

komunikasi terapeutik.

a. Sapa klien dengan

ramah baik verbal

maupun non verbal.

b. Perkenalkan diri dengan

sopan.

c. Tanya kan nama

lengkap klien dan nama

panggilan yang disukai

klien.

d. Jelaskan tujuan pertemu

an.

e. Jujur dan menepati janji.

f. Tunjuk kan sikap empati

dan meneri ma klien apa

Hubungan saling

percaya merupakan

dasar untuk

kelancaran

hubungan interaksi

selanjutnya.

14

Page 15: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

adanya.

g. Beri perhatian pada

klien dan perhati kan

kebutu han dasar klien.

TUK 2 :

Klien dapat

mengidentifikasi

kemampuan dan aspek

positif yang dimiliki.

2.1. Klien mengidentifikasi

kemampuan dan aspek

positif yang dimiliki :

- Kemampuan yang

dimiliki klien.

- Aspek positif keluarga.

- Aspek positif lingkungan

yang dimiliki klien.

2.1.1. Diskusi kemampuan dan

aspek positif yang dimiliki

klien.

Diskusikan tingkat

kemampuan klien

seperti menilai

realitas, kontrol diri

atau integritas ego

diperlukan sebagai

dasar asuhan

keperawatan nya

Reinforcement

positif akan

15

Page 16: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

2.1.2. Setiap bertemu klien

hindarkan dari memberi

nilai negatif.

2.1.3. Utamakan memberikan

pujian yang realistik.

meningkatkan

harga diri.

Pujian yang

realistik tidak

menyebabkan klien

melakukan kegiatan

hanya karena ingin

mendapat pujian.

TUK 3 :

Klien dapat menilai

kemampuan yang

digunakan.

3.1. Klien menilai kemampuan

yang dapat digunakan.

3.1.1. Diskusikan dengan klien

kemampuan yang masih

bisa digunakan selama

sakit.

3.1.2. Diskusikan kemampuan

yang dapat dilanjutkan

penggunaannya.

Keterbatasan dan

pengertian tentang

kemampuan yang

dimiliki adalah

prasarat untuk

berubah.

Pengertian tentang

kemampuan yang

dimiliki diri

memotivasi untuk

tetap mempertahan

kan penggunaan

16

Page 17: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

nya

TUK 4 :

Klien dapat (menetapkan)

merencanakan kegiatan

sesuai dengan

kemampuan yang

dimiliki.

4.1. Klien membuat rencan

kegiatan harian.

4.1.1. Rencanakan bersama klien

aktifitas yang dapat

dilakukan setiap hari sesuai

kemampuan

Kegiatan mandiri

Kegiatan dengan

banguan segaian

Kegiatan yang

membutuhkan bantuan

total.

4.1.2. Tingkatkan kegiatan yang

sesuai dengan toleransi

kondisi klien.

4.1.3. Beri contoh cara

pelaksanaan kegiatan yang

boleh klien lakukan.

Klien adalah

individu yang

bertanggung jawab

terhadap dirinya

sendiri.

Klien perlu

bertindak secara

17

Page 18: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

realitas dalam

kehidupannya.

Contoh peran yang

dilihat klien akan

memotivasi klien

untuk

melaksanakan

kegiatan.

TUK 5 :

Klien dapat melakukan

kegiatan sesuai kondisi

sakit dan kemampuannya.

5.1. Klien melakukan kegiatan

sesuai kondisi sakit dan

kemampuan nya.

5.1.1. Beri kesempatan pada

klien untuk mencoba

kegiatan yang lebih

rencanakan.

5.1.2. Beri pujian keberhasilan

klien.

5.1.3. Diskusikan kemungki nan

pelaksana an dirumah.

Memberikan

kesempatan kepada

klien mandiri di

rumah.

Reinforcement

positif akan

meningkatkan

harga diri.

Memberikan

kesempatan untuk

tetap melakukan

18

Page 19: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

kegiatan yang biasa

dilakukan.

TUK 6 :

Klien dapat

memanfaatkan sistem

pendukung yang ada.

6.1. Klien memanfaatkan

sistem pendukung yang

ada di keluarga.

6.1.1. Beri pendidikan kesehatan

pada keluarga tentang cara

merawat klien dengan

harga diri rendah.

6.1.2. Bantu keluarga

memberikan dukungan

selama klien dirawat.

6.1.3. Bantu keluarga

menyiapkan lingkungan di

rumah.

Mendorong

keluarga untuk

mampu merawat

klien mandiri di

rumah.

Support sistem

keluarga akan

sangat berpengaruh

dalam mempercepat

proses

penyembuhan

klien.

Meningkatkan

peran serta

keluargadalam

19

Page 20: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

merawat klien di

rumah.

PEDOMAN PROSES KEPERAWATAN UNTUK DIAGNOSA KEPERAWATAN

RESIKO MENCEDERAI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN BERHUBUNGAN DENGAN HALUSINASI

RENCANA KEPERAWATAN

Nama Klien : ................................. Diagnosa Medis : .................................

Ruang : ................................ No. CM : .................................

TGL

NO

.

DX

DIAGNOSA

KEPERA-

WATAN

PERENCANAAN

INTERVENSI RASIONALTUJUAN KRITERIA EVALUASI

1 2 3 4 5 6 7

20

Page 21: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

Resiko mencederai

diri sendiri dan

orang lain

berhubungan

dengan halusinasi

dengar.

Tujuan Umum

(TUM) :

Klien tidak

mencederai orang lain.

Tujuan Khusus

(TUK) :

1. Klien dapat

membina hubungan

saling percaya.

1.1. Ekspresi wajah

bersahabat

menunjukkan rasa

senang, ada kontak

mata, atau berjabat

tangan mau

menyebutkan nama,

mau menjawab salam,

klien mau duduk

bersampingan dengan

perawat, mau

mengutarakan masalah

yang dihadapi.

1.1.1. Bina hubungan saling

percaya dengan

mengungkapkan prinsip

komunikasi terapeutik.

a. Sapa klien dengan ramah

baik.

b. Perkenalkan diri dengan

sopan.

c. Tanya kan nama lengkap

klien dan nama panggilan

yang disukai klien.

d. Jelaskan tujuan pertemu

an.

e. Jujur dan menepati janji.

f. Tunjuk kan sikap empati

dan meneri ma klien apa

adanya.

g. Beri perhatian pada klien

dan perhati kan kebutu

han dasar klien.

Hubungan saling percaya

merupakan dasar untuk

kelancaran hubungan

interaksi selanjutnya.

21

Page 22: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

2. Klien dapat

mengenali

halusinasinya.

2.1. Klien dapat

menyebutkan waktu, isi

frekuensi timbulnya

halusinasinya.

2.2. Klien dapat

mengungkapkan

perasaan terhadap

halusinasinya.

2.1.1. Adakan kontak sering

dan singkat secara

bertahap

2.1.2. Observasi tingkah laku

klien terkait dengan

halusinasinya bicara dan

tertawa tanpa stimulasi,

memandang ke kiri/ke

Kontak sering tapi singkat

selain upaya membina

hubungan saling percaya,

juga dapat memutuskan

halusinasi.

Mengenal perilaku pada

saat halusinasi timbul

memudahkan perawat

dalam melakukan

intervensi.

22

Page 23: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

depan seolah-olah ada

teman bicara.

2.1.3. Bantu klien mengenai

halusinasi nya :

a. Jika menemukan klien

yang sedang

berhalusinasi, tanyakan

apakah ada suara yang

didengar.

b. Jika klienb menjawab ada

kelanjutan apa yang

dikatakan

c. Katakan bahwa perawat

percaya klien mendengar

suara itu, namun perawat

sendiri tidak

mendengarnya (dengan

nada bersahabat tanpa

menuduh / menghaki

mi)

d. Katakan bahwa klien lain

juga ada seperti klien.

e. Katakan bahwa perawat

akan membantunya

Mengenal halusinasi

memungkinkan klien

untuk menghindarkan

faktor pencetus timbulnya

halusinasi.

23

Page 24: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

2.1.4. Diskusikan dengan klien

a. Sugesti yang

menimbulkan tidak

menimbulkan halusina si

b. Waktu dan frekuensi

2.1.5. Diskusikan dengan klien

apa yang dirasakan jika

terjadi halusinasi

(marah/takut, senang,

sedih) beri kesempatan

mengungkapkan perasaan

nya.

24

Page 25: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

Dengan mengetahui waktu

isi dan frekuensi

munculnya halusinasi

mempermu dah tindakan

keperawatan yang akan

dilakukan perawat.

Untuk mengidentifikasi

pengaruh halusinasi

pasien

3. Klien dapat

mengontrol

halusinasinya.

3.1. Klien dapat

menyebutkan tindakan

yang biasanya

dilakukan untuk

mengendali kan

halusinasinya

3.2. Klien dapat

menyebutkan cara baru

3.3. Klien dapat memilih

cara mengatasi

3.1.1. Identifikasi bersama klien

cara tindakan jika terjadi

halusinasi (tidur, marah,

menyibuk kan diri dan

lain-lain)

3.1.2. Diskusikan manfaat cara

yang dilakukan klien jika

bermanfaat beri pujian.

3.1.3. Diskusikan cara baru

memutuskan/mengontrol

Upaya untuk memutuskan

siklus halusinasi sehingga

halusinasi tidak berlanjut

Reinforcement positif

dapat meningkatkan harga

diri klien.

25

Page 26: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

halusinasi seperti yang

telah didiskusikan

dengan klien

timbulnya halusinasi.

a. Katakan “saya tidak mau

dengar kamu” (pada saat

halusina si terjadi)

b. Menemui orang lain

(perawat/teman/anggota

keluarga) untuk

bercakap-cakap untuk

mengatakan halusina si

yang terdeng ar.

c. Membuat jadwal kegiatan

sehari-hari agar halusina

si tidak sampai muncul.

d. Meminta

keluarga/teman/perawat

menyapa jika tampak

bicara sendiri.

3.1.4. Bantu klien memilih dan

melatih cara memutus

kan halusi nasi secara

bertahap.

Memberikan alternatif

pilihan bagi klien untuk

mengontrol halusinasi.

26

Page 27: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

3.1.5. Beri kesempatan untuk

melakukan cara yang

telah dilatih. Evaluasi

hasilnya dan beri pujian

jika berhasil.

3.1.6. Anjurkan klien mengikuti

terapi aktifitas kelompok,

orientasi realitas,

stimulasi persepsi

Memotivasi dapat

meningkatkan kegiatan

klien untuk mencoba

memilih salah satu cara

mengendalikan halusinasi

dan dapat meningkatkan

27

Page 28: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

harga diri klien.

Memberi kesempatan

kepada klien untuk

mencoba cara yang sudah

dipilih.

Stimulasi persepsi dapat

mengurangi perubahan

interprestasi realitas klien

akibat halusinasi.

4. Klien dapat

dukungan dari

keluarga dalam

mengontrol

halusinasinya.

4.1. Klien dapat membina

hubungan saling

percaya dengan

perawat.

4.2. Keluarga dapat

menyebutkan

pengertian, tanda dan

tindakan untuk

mengendali kan

halusinasi.

4.1.1. Anjurkan klien untuk

memberita hu keluarga

jika mengalami

halusinasi.

4.1.2. Diskusikan dengan

keluarga (pada saat

keluarga

berkunjung/pada saat

kunjungan rumah) :

a. Gejala halusinasi yang

Untuk mendapatkan

bantuan keluarga

mengontrol halusinasi.

Untuk mengetahui

pengetahuan keluarga dan

meningkat kan

kemampuan pengetahuan

tentang halusinasi.

28

Page 29: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

dialami klien.

b. Cara yang dapat

dilakukan klien dan

keluarga untuk memutus

kan halusinasi.

c. Cara merawat anggota

keluarga yang halusinasi

di rumah, beri kegiatan,

jangan biarkan sendiri,

makan bersama

bepergian bersama.

d. Beri informasi waktu

follow up atau kapan

perlu mendapat bantuan

halusinasi tidak

terkontrol dan resiko

mencederai orang lain.

5. Klien

memanfaatkan obat

dengan baik.

5.1. Klien dan keluarga

dapat menyebutkan

manfaat, dosis dan efek

samping obat.

5.2. Klien dapat

mendemonstrasikan

5.1.1. Diskusikan dengan klien

dan keluarga tentang

dosis, frekuensi dan

manfaat obat.

5.1.2. Anjurkan klien minta

Dengan menyebutkan

dosis, frekuensi dan

manfaat obat, diharapkan

klien melaksana kan

program pengobatan.

Menilai kemampuan klien

29

Page 30: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

penggunaan obat

dengan benar.

5.3. Klien dapat informasi

tentang efek dan efek

samping obat.

5.4. Klien dapat memahami

akibat berhentinya obat

tanpa konsultasi.

5.5. Klien dapat

menyebutkan prinsip 5

benar penggunaan obat

sendiri obat pada perawat

dan merasakan

manfaatnya

5.1.3. Anjurkan klien bicara

dengan dokter tentang

manfaat dan efek

samping obat yang

dirasakan.

5.1.4. Diskusikan akibat

berhenti obat-obat tanpa

konsultasi.

5.1.5. Bantu klien

menggunakan obat

dengan prinsip benar.

dalam pengobatan nya

sendiri.

Dengan mengetahui efek

samping obat klien akan

tahu apa yang harus

dilakukan setelah minum

obat.

Program pengobatan dapat

berjalan sesuai rencana.

Dengan menegtahui

prinsip penggunaan obat,

maka kemandirian klien

untuk pengobatan dapat

ditingkatkan secara

bertahap.

30

Page 31: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

PEDOMAN PROSES KEPERAWATAN UNTUK DIAGNOSA KEPERAWATAN

PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI BERHUBUNGAN DENGAN MENARIK DIRI

RENCANA KEPERAWATAN

Nama Klien : ................................. Diagnosa Medis : .................................

Ruang : ................................ No. CM : .................................

TGL

NO

.

DX

DIAGNOSA

KEPERA-

WATAN

PERENCANAAN

INTERVENSI RASIONALTUJUAN KRITERIA EVALUASI

1 2 3 4 5 6 7

Perubahan persepsi

sensori halusinasi

Tujuan Umum (TUM) :

Klien dapat berinteraksi 1.1. Ekspresi wajah 1.1.1. Bina hubungan saling Hubungan saling

31

Page 32: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

berhubungan menarik

diri.

dengan orang lain

sehingga tidak terjadi

halusinasi

Tujuan Khusus (TUK) :

1. Klien dapat membina

hubungan saling

percaya.

bersahabat menunjukkan

rasa senang, ada kontak

mata, atau berjabat

tangan, mau

menyebutkan nama, mau

menjawab salam, klien

mau duduk

bersampingan dengan

perawat, mau

mengutarakan masalah

yang dihadapi.

percaya dengan

mengungkapkan prinsip

komunikasi terapeutik.

a. Sapa klien dengan

ramah baik verbal

maupun non verbal.

b. Perkenalkan diri dengan

sopan.

c. Tanya kan nama

lengkap klien dan nama

panggilan yang disukai

klien.

d. Jelaskan tujuan

pertemuan.

e. Jujur dan menepati

janji.

f. Tunjuk kan sikap

empati dan meneri ma

aklien apa adanya.

g. Beri perhatian pada

klien dan perhati kan

kebutu han dasar klien.

percaya merupakan

dasar untuk kelancaran

hubungan interaksi

selanjutnya.

32

Page 33: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

2. Klien dapat

menyebutkan

penyebab menarik

diri.

2.1. Klien dapat

menyebutkan penyebab

menarik diri yang berasal

dari :

a. Diri sendiri

b. Orang lain

c. Lingkungan

2.1.1. Kaji pengetahuan klien

tentang perilaku

menarik diri dan tanda-

tandanya.

2.1.2. Beri kesempatan

kepada klien untuk

mengungkapkan

perasaan penyebab

menarik diri atau tidak

mau bergaul.

2.1.3. Diskusikan bersama

klien tentang perilaku

menarik diri tanda-

tanda serta penyebab

yang muncul.

2.1.4. Berikan pujian terhadap

kemampuan klien

dalam mengguna kan

Dengan faktor

resipitasi yang

dialami klien.

33

Page 34: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

perasaan nya.

3. Klien dapat

menyebutkan

keuntungan

berhubungan dengan

3.1. Klien dapat

menyebutkan

keuntungan berhubungan

3.1.1. Kaji pengetahuan klien

tentang manfaat dan

keuntungan

berhubungan dengan

Klien harus dicoba

berinteraksi secara

bertahap agar terbiasa

membina hubungan

34

Page 35: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

orang lain dan

kerugian tidak

berhubungan dengan

orang lain.

dengan orang lain. orang lain.

3.1.2. Beri kesempatan

kepada klien untuk

mengungkapkan

perasaan tentang

keuntungan

berhubungan dengan

orang lain

3.1.3. Diskusikan bersama

klien tentang ketentuan

berhubungan dengan

orang lain.

3.1.4. Beri reinforcement

positif terhadap

kemampuan

pengungkapan perasaan

tentang keuntungan

berhubungan dengan

orang lain.

3.2.1. Kaji pengetahuan klien

tentang manfaat dan

kerugian tidak

berhubungan dengan

yang sehat dengan

orang lain.

35

Page 36: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

3.2. Klien dapat

menyebutkan kerugian

berhubungan dengan

orang lain.

orang lain

3.2.2. Beri kesempatan

kepada klien untuk

mengungkapkan

perasaan tentang

kerugian tidak

berhubungan dengan

orang lain.

3.2.3. Diskusikan bersama

klien tentang kerugian

tidak berhubungan

dengan orang lain.

3.2.4. Beri reinforcement

positif terhadap

kemampuan

pengungkapan perasaan

tentang kerugian tidak

berhubungan dengan

orang lain

4. Klien dapat

melaksanakan

hubungan sosial

secara bertahap

4.1. Klien dapat

mendemonstrasikan

hubungan sosial secara

4.1.1. Kaji Kemampuan klien

membina hubungan

dengan orang lain.

4.1.2. Dorong dan bantu klien

36

Page 37: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

bertahap antara lain :

KP

k-p-k

k-p-kel

K-P-Klp

untuk berhubungan

dengan orang lain

melalui tahap :

K-P

K-P-P Lain

K-P-P Lain K

Lain

K-P-Kel/Klo/ Masy

4.1.3. Beri reinforcement

terhadap keberhasilan

yang telah dicapai.

4.1.4. Bantu klien untuk

mengevaluasi manfaat

berhubungan.

4.1.5. Diskusikan jadwal

harian yang dapat

dilakukan bersama

klien dalam mengisi

waktu.

4.1.6. Motivasi klien untuk

mengikuti kegiatan

ruangan.

4.1.7. Motivasi reinforcement

atas kegiatan klien

37

Page 38: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

dalam ruangan.

5. Klien dapat

mengungkapkan

perasaannya setelah

berhubungan dengan

orang lain

5.1. Klien dapat

mengungkapkan

perasaannya setelah

berhubungan dengan

orang lain untuk :

a. Diri sendiri

b. Orang lain

5.1.1. Dorong klien untuk

mengungkapkan

perasaannya bila

berhubungan dengan

orang lain.

5.1.2. Diskusikan dengan

klien tentang perasaan

manfaat berhubungan

dengan oang lain.

5.1.3. Beri reinforcement

positif atas kemampuan

klien mengungkapkan

klien manfaat

berhubungan dengan

orang lain.

6. Klien dapat

memberdayakan

sistem pendukung

atau keluarga mampu

mengembangkan

kemampuan klien

6.1. Keluarga dapat

a. Menjelaskan perasaan

nya.

b. Menjelaskan cara

merawat klien

6.1.1. Bisa berhubungan

saling percaya dengan

keluarga :

a. Salam, perkenalan diri

b. Sampaikan tujuan

Keterlibatan keluarga

sangat mendukung

terhadap proses

perubahan perilaku

klien.

38

Page 39: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

untuk berhubungan menarik diri.

c. Mendemonstrasikan

cara perawatan klien

menarik diri.

d. Berpartisipasi dalam

perawatan klien

menarik diri.

c. Buat kontrak

d. Eksplorasi perasaan

keluarga.

6.1.2. Diskusikan dengan

anggota keluarga

tentang :

a. Perilaku menarik diri

b. Penyebab perilaku

menarik diri

c. Akibat yang akan

terjadi jika perilaku

menarik diri tidak

ditanggapi.

d. Cara keluarga

menghadapi klien

menarik diri.

6.1.3. Dorong anggota,

keluarga untuk

memberikan dukungan

kepada klien untuk

berkomunikasi dengan

orang lain.

6.1.4. Anjurkan anggota

keluarga secara rutin

39

Page 40: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

dan bergantian

menjenguk klien

minimal satu minggu

sekali.

6.1.5. Beri reinforcement etos

hal-hal yang telah

dicapai oleh keluarga.

40

Page 41: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

PEDOMAN PROSES KEPERAWATAN UNTUK DIAGNOSA KEPERAWATAN

ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI BERHUBUNGAN DENGAN HARGA DIRI RENDAH

RENCANA KEPERAWATAN

Nama Klien : ................................. Diagnosa Medis : .................................

Ruang : ................................ No. CM : .................................

TGL

NO

.

DX

DIAGNOSA

KEPERA-

WATAN

PERENCANAAN

INTERVENSI RASIONALTUJUAN

KRITERIA

EVALUASI

1 2 3 4 5 6 7

Isolasi sosial menarik

diri berhubungan

dengan harga diri

rendah.

TUM :

Klien dapat

berhubungan dengan

orang lain secara

optimal.

TUK 1 :

Klien dapat membina

1.1. Ekspresi wajah

bersahabat

menunjukkan rasa

senang, ada kontak

mata, mau berjabat

tangan, mau

menyebutkan nama,

1.1.1. Bina hubungan saling

percaya dengan

mengungkapkan prinsip

komunikasi terapeutik.

a. Sapa klien dengan ramah

baik verbal maupun non

Hubungan saling percaya

merupakan dasar untuk

hubungan interaksi

selanjutnya.

41

Page 42: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

hubungan saling

percaya.

mau menjawab

salam, klien mau

duduk

bersampingan

dengan perawat,

mau mengutarakan

masalah yang

dihadapi.

verbal.

b. Perkenalkan diri dengan

sopan.

c. Tanya kan nama lengkap

klien dan nama panggilan

yang disukai klien.

d. Jelaskan tujuan pertemuan.

e. Jujur dan menepati janji.

f. Tunjuk kan sikap empati

dan meneri ma klien apa

adanya.

g. Beri perhatian pada klien

dan perhati kan kebutu han

dasar klien.

42

Page 43: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

TUK 2 :

Klien dapat

mengidentifikasi

kemampuan dan aspek

yang dimiliki.

2.1. Klien

mengidentifikasi

kemampuan dan

aspek positif yang

dimiliki :

a. Kemampuan yang

dimiliki klien.

b. Aspek positif

keluarga

c. Aspek positif

lingkungan yang

dimiliki klien.

2.1.1. Diskusikan kemampuan

dan aspek positif yang

dimiliki klien

2.1.2. Setiap bertemu klien

hindarkan dan memberi

penilaian negatif.

2.1.3. Utamakan memberi pujian

yang realistik.

Diskusikan tingkat

kemampuan klien seperti

menilai realitas, kontrol

diri atau integritas ego

diperlukan sebagai dasar

asuhan keperawatan.

Reinforcement positif

akan meningkatkan

harga diri klien.

Pujian yang realistik

tidak menyebabkan klien

melakukan kegiatan

hanya karena ingin

mendapatkan pujian.

TUK 3 :

Klien dapat menilai

kemampuan yang

digunakan

3.1. Klien menilai

kemampuan yang

dapat digunakan.

3.1.1. Diskusikan

dengan klien kemampuan

yang masih dapat

digunakan selama sakit.

Keterbukaan dan

pengertian tentang

kemampuan yang

dimiliki adalah

persaratan untuk

berubah.

Pengertian tentang

43

Page 44: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

kemampuan yang

dimiliki diri memotivasi

untuk tetap

mempertahankan

penggunaannya.

TUK 4 :

Klien dapat

(menetapkan)

merencanakan kegiatan

yang sesuai dengan

kemampuan yang

dimiliki.

4.1. Klien membuat

rencana kegiatan

harian

4.1.1. Rencanakan

bersama klien aktifitas

yang dapat dilakukan

setiap hari sesuai kemampu

an :

a. Kegiatan mandiri

b. Kegiatan dengan bantuan

sebagian

c. Kegiatan yang

membutuhkan bantuan

total

4.1.2. Tingkatkan

kegiatan yang sesuai

dengan toleransi kondisi

klien.

4.1.3. Beri contoh cara

pelaksanaan kegiatan yang

boleh klien lakukan

Klien adalah individu

yang bertanggung jawab

terhadap dirinya sendiri.

Klien perlu bertindak

44

Page 45: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

secara realitas dalam

kehidupan nya

Contoh peran yang

dilihat klien akan

memotivasi klien untuk

melaksana kan kegiatan

TUK 5 :

Klien dapat melakukan

kegiatan sesuai kondisi

Rumah sakit dan

kemampuannya.

5.1. Klien melakukan

kegiatan sesuai

kondisi sakit dan

kemampuan nya

5.1.1. Beri kesempatan pada klien

untuk mencoba kegiatan

yang telah direncana kan

5.1.2. Beri pujian atas

keberhasilan klien.

5.1.3. Diskusikan kemungki nan

pelaksanaan di rumah.

Memberikan kesempatan

kepada klien mandiri di

rumah

Reinforcement positif

akan meningkat kan

harga diri.

Memberikan kesempatan

kepada klien untuk tetap

melakukan kegiatan

yang baik.

45

Page 46: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

PEDOMAN PROSES KEPERAWATAN UNTUK DIAGNOSA KEPERAWATAN

PENATALAKSANAAN REGIMEN TERAPEUTIK INEFEKTIF BERHUBUNGAN KOPING KELUARGA INEFEKTIF : KETIDAKMAMPUAN

RENCANA KEPERAWATAN

Nama Klien : ................................. Diagnosa Medis : .................................

Ruang : ................................ No. CM : .................................

TGL

NO

.

DX

DIAGNOSA

KEPERA-

WATAN

PERENCANAAN

INTERVENSI RASIONALTUJUAN

KRITERIA

EVALUASI

1 2 3 4 5 6 7

Penatalaksanaan

regimen terapeutik

inefektif berhubungan

dengan koping

keluarga inefektif

ketidakmampuan.

TUM :

Keluarga dapat merawat

klien yang mengalami

gangguan jiwa sehingga

penatalaksanaan

regimen terapeutik

efektif.

TUK :

1. Keluarga dapat

mengenal penyebab

1.1. Keluarga dapat

mengidentifikasi

masalah yang

menjadi pencetus

klien kambuh, yang

dipengaruhi oleh

sikap keluarga,

masyarakat dan

klien sendiri.

1.1.1. Bina hubungan saling

percaya dengan keluarga.

a. Sapa keluarga dengan

ramah.

b. Jelaskan tujuan

perawatan dan perannya

selama bersama klien.

c. Dorong keluarga untuk

mengungkapkan masalah

1.1.2. Kaji persepsi keluarga

Hubungan saling percaya

merupakan dasar untuk

kelancaran hubungan

interaksi selanjutnya. Hal

ini perlu dibina dahulu agar

keluarga klien mau

berkomunikasi secara

terbuka.

46

Page 47: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

yang dapat

menyebabkan klien

kambuh.

tentang perilaku klien

yang maladaptif.

1.1.3. Diskusikan dengan

keluarga beberapa

masalah yang dapat

menjadi faktor penyebab

klien kambuh seperti :

a. Tidak menghargai klien

b. Mengisolasikan klien

c. Tidak memperhatikan

klien

d. Klien tidak diberi

kegiatan di rumah

1.1.4. Diskusikan dengan

keluarga tentang sikap

yang harus dilakukan

oleh keluarga,

Untuk mengetahui apakah

keluarga sudah mengetahui

penyebab gangguan jiwa

yang dialami oleh anggota

keluarga tentang faktor

penyebab klien kambuh.

Sikap positif dari keluarga

masyarakat dan individu

dapat memfasilitasi serta

mengatasi perilaku pasien

yang maladatif.

47

Page 48: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

masyarakat dan individu

terhadap perilaku

maladatif dari klien.

1.1.5. Bantu keluarga mengenal

sikap dan perilakunya

yang dapat memicu dan

menyebabkan klien

kambuh.

Antisipasi keluarga dalam

mencegah kita untuk

kambuh sangat diperlukan

dalam semua situasi.

Kesadaran keluarga

terhadap tanggung

jawabnya untuk merawat

klien membantu

48

Page 49: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

keberhasilan perawatan

klien. Keputusan keluarga

merupakan hal penting

dalam perawatan klien.

2. Keluarga dapat

mengambil keputusan

dalam melakukan

perawatan terhadap

klien.

2.1. Keluarga

mengambil

keputusan yang

tepat dalam

merawat klien.

Dapat menyebabkan

akibat bila klien

tidak dirawat

dengan tepat.

2.1.1. Diskusikan dengan

keluarga bahwa keluarga

merupakan penganggung

jawab utama merawat

klien

2.1.2. Jelaskan pada keluarga

bahwa keluarga

merupakan pengambilan

keputusan dalam

keperawatan keluarga.

2.1.3. Jelaskan pada keluarga

Meningkatkan, memotivasi

keluarga dan melakukan

perawatan klien selama di

rumah dan meningkatkan

pengetahuan keluarga

dalam merawat klien di

rumah sehingga tingkat

kekambuhan dapat teratasi.

Informasi yang telah jelas

akan meningkatkan

kemampuan keluarga dalam

memutuskan fasilitas

kesehatan yang ada bila

suatu saat dibutuhkan.

Meningkatkan peran serta

dan memotivasi keluarga

dalam memanfaatkan

faslitas yang terdekat.

Pemanfaatan fasilitas

49

Page 50: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

akibat bila masalah tidak

ditangani secara cepat.

2.1.4. Motivasi keluarga utnuk

memutuskan hal yang

menguntungkan klien.

kesehatan akan

meningkatkan kesehatan

klien dan keluarga.

3. Kelurga dapat

merawat klien di

rumah.

3.1. Keluarga dapat

menyebutkan cara

merawat klien di

rumah.

3.1.1. Diskusikan dengan

keluarga cara merawat

klien di rumah dan

didemonstrasikan

seperti :

a. Bantuan klien dalam

memenuhi kebutuhan

sehari-hari.

b. Libatkan klien dalam

kegiatan sehari-hari yang

dilakukan oleh keluarga.

c. Dengan keluhan yang

dirasakan klien.

Untuk mengetahui

pengetahuan keluarga

tentang peran dan fungsi

puskesmas.

4. Keluarga dapat

memodifikasi

lingkungan yang

4.1. Kelurga dapat

menyediakan

lingkungan yang

4.1.1. Beri informasi pada

keluarga tentang fasilitas

kesehatan yang di

Untuk mengingatkan

kemandirian keluarga

dalam menggunakan

50

Page 51: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

terapeutik dalam

merawat klien.

dapat terapeutik

dalam mendukung

proses keperawatan

klien.

masyarakat dan dapat

digunakan keluarga

sebelum klien di bawa ke

rumah sakit jiwa bila

mengalami kambuh.

4.1.2. Diskusikan dengan

keluarga tentang

pentingnya pemanfaatan

fasilitas tersebut serta

tahu prosedur yang harus

dilakukan oleh keluarga.

4.1.3. Anjurkan pada keluarga

sebagai alternatif

pemecahan masalah bila

klien kambuh untuk

memanfaatkan fasilitas

yang ada di dekat rumah.

fasilitas kesehatan yang ada

dilingkungan nya

5. Keluarga dapat

memanfaatkan

fasilitas kesehatan

yang ada di

masyarakat untuk

merawat kesehatan

5.1. Keluarga dapat

mengunjungi

fasilitas kesehatan

yang ada di

masyarakat dalam

mengoptimalkan

5.1.1. Kaji pandangan keluarga

tentang keberadaan

puskesmas dalam

perawatan klien.

5.1.2. Dorongan keluarga untuk

memanfaatkan

51

Page 52: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

klien. perawatan klien di

rumah seperti :

puskesmas dalam

perawatan klien.

PEDOMAN PROSES KEPERAWATAN UNTUK DIAGNOSA KEPERAWATAN

KERUSAKAN KOMUNIKASI BERHUBUNGAN DENGAN WAHAM

52

Page 53: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

RENCANA KEPERAWATAN

Nama Klien : ................................. Diagnosa Medis : .................................

Ruang : ................................ No. CM : .................................

NO. TGLDIAGNOSA

KEPERAWATAN

PERENCANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

TUJUAN (UMUM DAN KHUSUS) TINDAKAN KEPERAWATAN

1 2 3 4 5

Kerusakan komunikasi

berhubungan dengan waham

Tujuan Umum :

Klien dapat melakukan komunikasi.

Tujuan Khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling

percaya. 1.1. Bina hubungan saling percaya dengan klien : beri salam

terapeutik (panggil nama klien), sebutkan mana

perawat, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan

yang tenang, buat kontrak yang jelas (topik yang akan

dibicarakan, waktu dan tempat).

1.2. Jangan membantah dan mendukung waham klien :

- Katakan perawat menerima keyakinan klien : “Saya

keyakinan anda” disertai ekspresi menerima.

- Katakan perawat tidak mendukung : “Sukar bagi

saya untuk mempercayainya” disertai ragu tapi

53

Page 54: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

empati.

- Tidak membicarakan isi waham klien.

1.3. Yakinkan klien dalam keadaan aman dan terlindung :

- Anda berada ditempat aman, kami akan menemani

anda.

- Gunakan keterbukaan dan kejujuran.

- Jangan tinggalkan klien sendirian.

1.4. Observasi apakah waham klien mengganggu aktivitas

sehari-hari dan perawatan diri.

2. Klien dapat mengidentifikasi

kemampuan yang dimiliki.

2.1. Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien

yang realitas.

2.2. Diskusikan dengan klien kemampuan yang dimiliki

pada waktu lalu dan saat ini yang realitas (hati-hati

terlihat diskusi tentang waham).

2.3. Tanyakan apa yang bisa dilakukan (kaitkan dengan

aktifitas sehari-hari dan perawatan diri) kemudian

anjurkan untuk melakukannya saat ini.

2.4. Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan

sampai kebutuhan waham tidak ada. Perawat perlu

memperlihatkan bahwa klien penting.

3. Klien dapat mengidentifikasi

kebutuhan yang tidak terpenuhi.

3.1. Observasi kebutuhan klien sehari-hari.

3.2. Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik

54

Page 55: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

selama di rumah maupun di rumah sakit (rasa takut,

ansietas, marah).

3.3. Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan

timbulnya waham.

3.4. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan

klien dan memerulkan waktu dan tenaga (aktivitas

dapat dipilih bersama klien, jika mungkin buat jadwal).

3.5. Atur situasi agar klien mempunyai waktu untuk

menggunakan wahamnya.

4. Klien dapat berhubungan dengan

realitas.

4.1. Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (realitas

diri, realitas orang lain, realitas tempat dan realitas

waktu).

4.2. Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok :

orientasi realitas.

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH

55

Page 56: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

A. MASALAH UTAMA

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

B. PROSES TERJADI MASALAH

1. Pengertian

Harga diri rendah adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Stuart

dan Sundeen, 1998 : 227). Menurut Townsend (1998 : 189) harga diri rendah merupakan evaluasi diri dari perasaan tentang diri atau kemampuan diri

yang negatif baik langsung maupuan tidak langsung. Pendapat senada diungkapkan oleh Carpenito, L.J (1998 : 352) bahwa harga diri rendah

merupakan keadan dimana individu mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan diri. Dari pendapat-pendapat diatas dapat

dibuat kesimpulan, harga diri rendah adalah suatu perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya kepercayaan diri dan gagal mencapai tujuan yang

diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung, penurunan diri ini dapat bersifat situasional maupun kronis atau menahun.

2. Tanda dan Gejala

Menurut Carpenito, L.J (1998 : 352); Keliat, B.A (1994 : 200; perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah antara lain :

a. Mengkritik diri sendiri atau orang lain.

b. Perasaan dirinya sangat penting yang berlebih-lebihan.

c. Perasaan tidak mampu.

d. Rasa bersalah.

e. Sikap negatif pada diri sendiri.

f. Sikap pesimis pada kehidupan.

g. Keluhan sakit fisik.

h. Pandangan hidup yang terpolarisasi.

i. Menolak kemampuan diri sendiri.

56

Page 57: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

j. Pengurangan diri/mengejek diri sendiri.

k. Perasaan cemas dan takut.

l. Merasionalisasi penolakan/menjauh dari umpan balik positif.

m. Ketidakmampuan menentukan tujuan.

Data Obyektif :

a. Produktifitas menurun.

b. Perilaku distruktif pada diri sendiri.

c. Perilaku distruktif pada orang lain.

d. Penyalahgunaan zat.

e. Menarik diri dari hubungan sosial.

f. Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah.

g. Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan).

h. Tampak mudah tersinggung/mudah marah.

3. Penyebab

Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping individu yang tidak efektif akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya

system pendukung kemunduran perkembangan ego, pengulangan umpan balik yang negatif, difungsi system keluarga serta terfiksasi pada tahap

perkembangan awal (Townsend, M.C. 1998 : 366). Menurut Carpenito, L.J (1998 : 82) koping individu tidak efektif adalah keadaan dimana seorang

individu mengalami atau beresiko mengalami suatu ketidakmampuan dalam mengalami stessor internal atau lingkungan dengan adekuat karena

ketidakkuatan sumber-sumber (fisik, psikologi, perilaku atau kognitif). Sedangkan menurut Townsend, M.C (1998 : 312) koping individu tidak efektif

merupakan kelainan perilaku adaptif dan kemampuan memecahkan masalah seseorang dalam memenuhi tuntutan kehidupan dan peran.

57

Page 58: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

Dari pendapat-pendapat diatas dapat dibuat kesimpulan, individu yang mempunyai koping individu tidak efektif akan menunjukkan

ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri atau tidak dapat memecahkan masalah tuntutan hidup serta peran yang dihadapi. Adanya koping individu

tidak efektif sering ditujukan dengan perilaku (Carpenito, L.J, 1998 : 83); Townsend, M.C, 1998 : 313) sebagai berikut :

a. Mengungkapkan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah atau menerima bantuan.

b. Mengungkapkan perasaan khawatir dan cemas yang berkepanjangan.

c. Mengungkapkan ketidakmampuan menjalankan peran.

Data Obyektif :

a. Perubahan partisipasi dalam masyarakat.

b. Peningkatan ketergantungan.

c. Memanipulasi orang lain disekitarnya untuk tujuan-tujuan memenuhi keinginan sendiri.

d. Menolak mengikuti aturan-aturan yang berlaku.

e. Perilaku distruktif yang diarahkan pada diri sendiri dan orang lain.

f. Memanipulasi verbal/perubahan dalam pola komunikasi.

g. Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar.

h. Penyalahgunaan obat terlarang.

4. Akibat

Harga diri rendah dapat beresiko terjadinya isolasi sosial : menarik diri, isolasi sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak

fleksibel pada tingkah laku yang maladaptif, mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (DepKes RI, 1998 : 336). Isolasi sosial menarik

diri sering ditujukan dengan perilaku antara lain :

Data Subyektif

58

Page 59: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

a. Mengungkapkan enggan untuk memulai hubungan/pembicaraan.

b. Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan orang lain.

c. Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh orang lain.

Data Obyektif

a. Kurang spontan ketika diajak bicara.

b. Apatis

c. Ekspresi wajah kosong

d. Menurun/tidak adanya komunikasi verbal.

e. Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak mata saat bicara.

C. MASALAH DAN DATA YANG PERLU DIKAJI

No Masalah Keperawatan Data Subyektif Data Obyektif

1.

2.

Masalah utama : gangguan

konsep diri : harga diri

rendah

Mk : Penyebab tidak

efektifnya koping individu

Mengungkapkan ingin diakui jati dirinya.

Mengungkapkan tidak ada lagi yang peduli.

Mengungkapkan tidak bisa apa-apa.

Mengungkapkan dirinya tidak berguna.

Mengkritik diri sendiri.

Perasaan tidak mampu.

Mengungkapkan ketidakmampuan dan meminta

bantuan orang lain.

Mengungkapkan malu dan tidak bisa ketika diajak

Merusak diri sendiri

Merusak orang lain

Ekspresi malu

Menarik diri dari hubungan sosial

Tampak mudah tersinggung

Tidak mau makan dan tidak tidur

Tampak ketergantungan terhadap orang lain

Tampak sedih dan tidak melakukan aktivitas yang

59

Page 60: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

3. Mk : Akibat isolasi sosial

menarik diri

melakukan sesuatu.

Mengungkapkan tidak berdaya dan tidak ingin hidup

lagi.

Mengungkapkan enggan bicara dengan orang lain

Klien mengatakan malu bertemu dan berhadapan

dengan orang lain.

seharusnya dapat dilakukan

Wajah tampak murung

Ekspresi wajah kosong tidak ada kontak mata ketika

diajak bicara

Suara pelan dan tidak jelas

Hanya memberi jawaban singkat (ya/tidak)

Menghindar ketika didekati

D. POHON MASALAH

60

Page 61: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

Isolasi social menarik diri

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

Tidak efektifnya koping individu

Gambar Pohon masalah harga diri rendah

(Keliat, B.A : 18)

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Isolasi social menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.

2. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan tidak efektifnya koping individu.

F. FOKUS INTERVENSI

Diagnosa keperawatan

Isolasi social menarik diri dengan harga diri rendah.

1. Tujuan umum

Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.

2. Tujuan khusus dan intervensi

a. TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya.

61

Page 62: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

1) Kriteria evaluasi :

a) Ekspresi wajah klien bersahabat.

b) Menunjukkan rasa tenang dan ada kontak mata.

c) Mau berjabat tangan dan mau menyebutkan nama.

d) Mau menjawan salam dan mau duduk berdampingan dengan perawat.

e) Mau mengutarakan masalah yang dihadapi.

2) Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi therapeutic :

a) Sapa klien dengan ramah dan baik secara verbal dan non verbal.

b) Perkenalkan diri dengan sopan.

c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.

d) Jelaskan tujuan pertemuan.

e) Jujur dan menepati janji.

f) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.

g) Beri perhatian pada klien dna perhatikan kebutuhan dasar klien

Rasional :

Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan interaksi selanjutnya.

b. TUK II : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

1) Kriteria evaluasi :

Klien mampu mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien :

a) Kemampuan yang dimiliki klien.

b) Aspek positif keluarga.

c) Aspek positif lingkungan yang dimiliki klien.

2) Intervensi

a) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.

62

Page 63: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

Rasional :

Mendiskusikan tingkat kemampuan klien seperti menilai realitas, control diri atau integritas ego diperlukan sebagai dasar asuhan

keperawatannya.

b) Setiap bertemu hindarkan dari memberi nilai negatif.

Rasional :

Reinforcement positif akan meningkatkan harga diri klien.

c) Usahakan memberin pujian yang realistic.

Rasional :

Pujian yang realistic tidak menyebabkan klien melakukan kegiatan hanya karena ingin mendapatkan pujian.

c. TUK III : Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.

1) Kriteria evaluasi

Klien menilai kriteria yang dapat digunakan.

2) Intervensi

a) Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat dilakukan dalam sakit.

Rasional :

Keterbukaan dan pengertian tentang kemampuan yang dimiliki adalah prasarat untuk berubah.

b) Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilanjutkan penggunaannya.

Rasional :

Pengertian tentang kemampuan yang masih dimiliki klien memotivasi untuk tetap mempertahankan penggunaannya.

d. TUK IV : Klien dapat merencanakan kegiatan dengan kemampuan yang dimiliki

1) Kriteria evaluasi

Klien membuat rencana kegiatan harian.

2) Intervensi

63

Page 64: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

a) Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai dengan kemampuan : kegiatan mandiri, kegiatan dengan

bantuan sebagaian, kegiatan yang membutuhkan bantuan total.

Rasional :

Membentuk individu yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.

b) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.

Rasional :

Klien perlu bertindak secara realistic dalam kehidupannya.

c) Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang boleh dilakukan klien.

Rasional :

Contoh perilaku yang dilihat klien akan memotivasi klien untuk melaksanakan kegiatan.

e. TUK V : Klien dapat melaksanakan kegiatan yang boleh dilakukan.

1) Kriteria evaluasi

Klien melakukan kegiatan sesuai kondisi skit dan kemampuannya.

2) Intervensi

a) Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.

Rasional :

Memberikan kesempatan kepada klien mandiri dapat meningkatkan motivasi dan harga diri klien.

b) Beri pujian atas keberhasilan klien

Rasional :

Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien.

c) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.

64

Page 65: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

Rasional :

Memberikan kesempatan kepada klien untuk tetap melakukan kegiatan yang biasa dilakukan.

f. TUK VI : Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada di keluarga.

1) Kriteria evaluasi

Klien memanfaatkan system pendukung yang ada di keluarga.

2) Intervensi

a) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah.

Rasional :

Mendorong keluarga untuk mampu merawat klien mandiri di rumah.

b) Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.

Rasional :

Support system keluarga akan sangat mempengaruhi dalam mempercepat proses penyembuhan klien.

c) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah.

Rasional :

Meningkatkan peran serta keluarga dalam merawat klien di rumah.

G. DAFTAR PUSTAKA

1. Carpenito, L.J (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan (terjemahan). Edisi 8, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

2. Depkes Ri, (1989). Petunjuk Tehnik Asuhan Keperawatan Pasien Gangguan Skizofrenia, Direktorat Kesehatan Jiwa, Jakarta.

3. Keliat, B.A, (1994). Seri Keperawatan Gangguan Konsep Diri, Cetakan Ii, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

4. stuart, G.W & Sundeen, S.J, (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan). Edisi 3, EGC, Jakarta.

5. Town, M.C, (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri (terjemahan), Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

65

Page 66: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

Masalah : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

Pertemuan ke I (satu)

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi

a. Klien mengatakan malu dan tidak berguna.

b. Klien menunjukkan ekspresi wajah malu.

c. Klien mengatakan “tidak bisa” ketika diminta melakukan sesuatu.

d. Klien tampak kurang bergairah.

e. Klien selalu mengungkapkan kekurangannya dari pada kelebihannya.

2. Diagnosa Keperawatan

Resiko isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.

3. Tujuan Khusus

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.

b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (Sp)

66

Page 67: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

1. Orientasi

a. Salam Terapeutik

“Selamat pagi Bu, saya Indah Suryani, saya mahasiswa Akper Dep Kes Magelang yang sedang praktik di Rumah Sakit ini”, Ibu bisa panggil saya

Suster Indah atau Suster Ani”. “Nama ibu siapa ?” ....... o o o begitu, “Ibu lebih senang dipanggil siapa ?”. “o o o ibu Siti”. “saya akan

menemani ibu kurang lebih 2 minggu, jadi kalau ada yang mengganggu pikiran ibu, bisa bilang saya, siapa tahu saya bisa bantu”.

b. Evaluasi/Validasi

“Bagaimana perasaan Ibu saat ini ? .......... o o o begitu”. “Coba ceritakan pada saya, apa yang dirasakan di rumah, hingga dibawa ke RSJ ?”

c. Kontrak

1) Topik

“Maukah ibu Siti bercakap-cakao dengan kemampuan yang dimiliki serta hoby yang sering dilakukan di rumah ?”

2) Tempat

“Ibu siti lebih suka bercakap-cakap dimana ?, o o o..... diteras, baiklah”.

3) Waktu

“Kita mau bercakap-cakap berapa lama ?”, Bagaimana kalau 10 menit saja”.

2. Kerja

“Kegiatan apa saja yang sering ibu Siti lakukan di rumah ?” .......memasak, mencuci pakaian, bagus itu”. Terus kegiatan apalagi yang bisa ibu

lakukan?”. “Kalau tidak salah ibu juga senang menyulam ya ?”, wah bagus sekali !.

“Bagaimana kalau ibu Siti menceritakan kelebihan lain/kemampuan lain yang dimiliki ?”, terus .......... Palagi

“Bagaimana dengan keluarga ibu Siti, apakah mereka menyenangi apa yang ibu lakukan selama ini, atau apakah mereka sering mengejek hasil kerja

ibu ?”.

3. Terminasi

67

Page 68: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

a. Evaluasi Subyektif

“Bagaimana perasaan ibu Siti selama kita bercakap-cakap ?”, “Senang Terimakasih !”.

b. Evaluasi Obyektif

“Tolong ibu Siti ceritakan lagi kemampuan dan kegiatan yang sering ibu lakukan ? ........ Bagus”, “terus bagaimana tanggapan keluarga terhadap

kemampuan dan kegiatan yang ibu lakukan ?”.

c. Rencana Tindak Lanjut

“Baiklah Bu Siti, nanti ibu ingat-ingat lagi ya, kemampuan ibu yang lain dan belum sempat ibu ceritakan kepada saya ?”, besok bisa kita bicara

lagi”.

d. Kontrak

1) Topik

“Bagaimana kalau kita bicarakan kembali kegiatan/kemampuan yang dapat Ibu Siti lakukan di Rumah Sakut dan Rumah ?”.

2) Tempat

“Tempatnya mau dimana Bu ?”

3) Waktu

“Berapa lama kita akan bercakap-cakap ?”. Bagaimana kalau 15 menit ?”

“Setuju !”.

“Sampai bertemu lagi besok ya, Bu Siti “

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

68

Page 69: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

Masalah : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

Pertemuan ke II (dua)

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi

a. Klien telah terbina hubungan saling percaya dengan perawat.

b. Klien telah mengetahui / dapat mengenal beberapa kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.

2. Diagnosa Keperawatan

Resiko isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.

3. Tujuan Khusus

a. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.

b. Klien dapat merencanakan kegiatan di rumah sakit sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (Sp)

1. Orientasi

a. Salam Terapeutik

“Selamat pagi, Bu Siti !” Masih ingat saya ?” .................. bagus !”

b. Evaluasi/Validasi

“Bagaimana perasaan Ibu Siti sekarang ?”.

“........ O ...... ya bagaimana, apakah ada kemampuan lain yang belum ibu Siti ceritakan kemarin ?”

c. Kontrak

69

Page 70: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

1) Topik

“Apakah bu Siti masih ingat apa yang akan kita bicarakan sekarang ?”. “ya.......bagus”.

2) Tempat

“Kalau tidak salah, kemarin kita sudah sepakat akan bercakap-cakap di ruang makan benar kan ?”.

3) Waktu

“Kita akan bercakap-cakap selama 15 menit, atau mungkin bu Siti ingin kita bercapak-cakap lebih lama lagi ?”.

2. Kerja

“Kegiatan apa saja yang sering ibu Siti lakukan di rumah ?” .......memasak, mencuci pakaian, bagus itu”. Terus kegiatan apalagi yang bisa ibu

lakukan?”. “Kalau tidak salah ibu juga senang menyulam ya ?”, wah bagus sekali !.

“Bagaimana kalau ibu Siti menceritakan kelebihan lain/kemampuan lain yang dimiliki ?”, terus .......... Palagi

“Bagaimana dengan keluarga ibu Siti, apakah mereka menyenangi apa yang ibu lakukan selama ini, atau apakah mereka sering mengejek hasil kerja

ibu ?”.

3. Terminasi

a. Evaluasi Subyektif

“Bagaimana perasaan ibu Siti setelah berhasil membuat jadwal kegiatan yang dapat dilakukan di rumah sakit ?”’.

b. Evaluasi Obyektif

“Coba ibu bacakan kembali jadwal kegiatan yang telah dibuat tadi !”. “Bagus”.

c. Rencana Tindak Lanjut

“Ibu Siti mau kan melaksanakan jadwal kegiatan yang telah ibu buat tadi !”.

“......nah nanti kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan bersama-sama dengan teman-teman yang lain ya !”. “Bagaimana kalau nanti siang ?”.

d. Kontrak

70

Page 71: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

1) Topik

“Baiklah besok kita bertemu lagi, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang kegiatan yang dapat ibu lakukan di rumah”. “Bagaimana

menurut ibu Siti ?”. “Setuju”.

2) Tempat

“Ibu ingin kita bercakap-cakap dimana besok ?”, “.........oooo di taman, baiklah”.

3) Waktu

“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap selama 10 menit ?”.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

71

Page 72: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

Masalah : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

Pertemuan ke III (tiga)

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi

a. Klien telah mampu mengenal dan menyusun jadwal kegiatan yang dapat

dilakukan di rumah sakit.

b. Klien telah berhasil melaksanakan kegiatan sesuai dengan jadwal yang

telah dibuat.

2. Diagnosa Keperawatan

Resiko isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.

3. Tujuan Khusus

a. Klien dapat mengenal kegiatan yang dapat dilakukan di rumah.

b. Klien dapat menyusun jadwal kegiatan yang dapat dilakukan sesuai dengan kemampuan di rumah.

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (Sp)

1. Orientasi

a. Salam Terapeutik

“Selamat pagi, bu Siti sedang apa ?”

b. Evaluasi/Validasi

72

Page 73: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

“Bagaimana perasaan Ibu Siti saat ini ?”

“Apakah ibu sudah melaksanakan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah dibuat kemarin ?”. “Bagus ibu telah dapat membantu membersihkan

lingkungan”.

“Coba saya lihat jadwal kegiatannya, wah hebat sekali, sudah diberi tanda semua !”, “nanti dikerjakan lagi ya bu !”

c. Kontrak

1) Topik

“Nah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang kegiatan yang dapat ibu lakukan di rumah ?”.

2) Tempat

“Kita mau bercakap-cakap dimana ?, Bagaimana kalau ditempat yang kemarin, di taman, kan enak !”

3) Waktu

“Mau berapa lama ?, Bagaimana kalau 15 menit lagi”.

2. Kerja

“Kemarin ibu telah membuat jadwal kegiatan di rumah sakit, sekarang kita buat jadwal kegiatan di rumah ya !. Ini kertas dan bolpointnya, jangan

khawatir nanti saya bantu, kalau kesulitan. Bagaimana kalau kita mulai ?”.

“Ibu mulai dari jam 05.00 WIB ? ............ ya, tidak apa-apa, bangun tidur .... terus ya sholat shubuh, terus masak (sampai jam 20.00 WIB), bagus tapi

jangan lupa minum obatnya, ya bu !”.

3. Terminasi

a. Evaluasi Subyektif

“Bagaimana perasaan ibu Siti setelah dapat membuat jadwal kegiatan di rumah ?”.

b. Evaluasi Obyektif

“Coba ibu sebutkan lagi susunan kegiatan dalam sehari yang dapat dilakukan di rumah ?”.

c. Rencana Tindak Lanjut

73

Page 74: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

“Besok kalau sudah dijemput oleh keluarga dalam sehari yang dapat dilakukan di rumah ?”.

d. Kontrak

1) Topik

“Nah, bagaimana besok kita bercakap-cakap tentang perlunya dukungan keluarga terhadap kesembuhan Bu Siti”.

2) Tempat

“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap di teras, setuju !, atau mungkin bu Siti mau kita di tempat yang laim ?”.

3) Waktu

“Kita mau bercakap-cakap berapa, bagaimana kalau 10 menit ?”.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

74

Page 75: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

Masalah : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

Pertemuan ke IV (empat)

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi

Klien telah mampu menyusun kegiatan yang sesuai kemampuan yang dapat dilakukan di rumah.

2. Diagnosa Keperawatan

Resiko isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.

3. Tujuan Khusus

Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang dimiliki di rumah.

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (Sp)

1. Orientasi

a. Salam Terapeutik

“Selamat pagi, bu !”.

b. Evaluasi/Validasi

“Bagaimana perasaan Ibu Siti hari ini, baik-baik saja ?”. Syukurlah”.

“Masih ibu simpan jadwal kegiatan yang telah dibuat kemarin ?”.

c. Kontrak

75

Page 76: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

1) Topik

“Hari ini akan kita bercakap-cakap tentang system pendukung yang dapat membantu ibu Siti di rumah ?”.

2) Tempat

“Sesuai kesepakatan kemarin kita bercakap-cakap di teras, ya ?”.

3) Waktu

“Kita bercakap-cakap mau berapa lama ?”. “10 menit saja ya boleh !”.

2. Kerja

“Apakah ibu tahu artinya system pendukung ?”, “Baiklah akan saya jelaskan system pendukung adalah hal-hal yang dapat membantu di rumah dalam

mencapai kesembuhan nantinya, misalnya : dana, keluarga, teman/tetangga yang mau menerima, kegiatan bersama, dan tempat yang dapat ibu

kunjungi saat obat habis”.

“Ibu di rumah tinggal dengan siapa saja ?.........terus siapa lagi ?. “Apakah mereka sayang dan memperhatikan kesehatan bu Siti ?”.

“Siapa selama ini yang mengingatkan ibu selama ini minum obat dan mengantarkan control/periksa dokter ?”. “Wah bagus ! terus selama ini yang

mencari nafkah dan mencari biaya pengobatan untuk ibu, siapa ?”/

“Apakah punya teman atau tetangga yang dekat dengan ibu Siti ?”. “Kegiatan apa saja yang ada di lingkungan bu Siti ?”. “Oooooo

pengajian......Bagus itu, kalau kelopo ibu-ibu arisan ada tidak bu, oo begitu !”. “Selama ini bu Siti sudah berobat kemana saja, apakah ada RS/RS yang

paling dekat dengan rumah ibu ?”.

3. Terminasi

a. Evaluasi Subyektif

“Bagaimana perasaannya setelah bercakap-cakap tentang system pendukung yang bu Siti miliki ?”.

b. Evaluasi Obyektif

“Coba sebutkan kembali system pendukung yang ibu miliki di rumah, satu persatu ya !”.

c. Rencana Tindak Lanjut

76

Page 77: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

“Besok kalau sudah pulang, harus mendengarkan nasehat keluarga ya Bu ! jangan lupa kalau obat hampir habis cepat datangi rumah sakit !”.

d. Kontrak

1) Topik

“Bagaimana kalau besok kita bercakap-cakap lagi, tentang obat-obatan yang ibu Siti minum setiap hari”.

2) Tempat

“Sebaiknya kita bercakap-cakap di mana bu ?”, “di warung makan, o.....bisa!”.

3) Waktu

“Mau berapa lama Bu ?”. “Lima belas menit, boleh sampai ketemu lagi bu !”

LAPORAN PENDAHULUAN

77

Page 78: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

HALUSINASI

A. MASALAH UTAMA

Gangguan persepsi sensori : halusinasin

B. PROSES TERJADINYA MASALAH

1. Pengertian

Halusinasi adalah persepsi yang salah (misalnya tanpa stimulus eksternal) atau persepsi sensori yang tidak sesuai dengan realita/kenyataan seperti

melihat bayangan atau suara-suara yang sebenarnya tidak ada (Johnson, B.S. 1995:421). Menurut Maramis (1998:119) halusinasi adalah pencerapan tanpa

ada rangsang apapun dari panca indera, dimana orang tersebut sadar dan dalam keadaan terbangun yang dapat disebabkan oleh psikotik, gangguan

fungsional, organic atau histerik. Sedangkan menurut pendapat lain halusinasi adalah suatu keadaan dimana seorang mengalami perubahan dalam jumlah

dan pola dari stimulus yang mendekat yang mendekat (yang diprakarsai secara internal atau eksternal) disertai dengan suatu pengurangan, berlebih-

lebihan, distorsi atau kelainan berespon terhadap stimulus (Townsend, M.C, 1998:156).

Halusinasi merupakan pengalaman mempersepsi yang terjadi tanpa adanya stimulus sensori eksternal yang meliputi (penglihatan, pendengaran,

pengecapan, penciuman, perabaan), akan tetapi yang paling umum adalah halusinasi pendengaran (Boyd, M.A & Nirhath, M.A, 1998:303 ; Rawlins, R.P,

Heacock, P.E, 1998;198). Menurut Carpetino, L.J (1998:363) Perubahan persepsi sensori halusianasi merupakan keadaan dimana individu atau kelompok

mengalami atau berisiko mengalami suatu perubahan dalam jumlah, pola atau interprestasi stimulus yang dating. Sedangkan menurut pendapat lain

halusinasi merupakan persepsi sensori yang palsu yang terjadi tanpa adanya stimulus eksternal, yang dibedakan dari distrorsi atau ilusu yang merupakan

kekeliruan persepsi terhadap stimulus yang nyata dan pasien menganggap halusinasi sebagau suatu yang nyata (Kusuma, W, 1997:284)

2. Tanda dan Gejala

78

Page 79: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

Klien dengan halusinasi sring menunjukkan adanya (Carpetino, L.J. 1998:363; Townsend, M.C, 1998:156; Stuart, G.W dan Sundeen, S.J

1998:328-329) :

Data subjektif :

a. Tidak mampu mengenal, orang dan tempat.

b. Tidak mampu memecahkan masalah.

c. Mengungkapkan adanya halusinasi (misalnya mendengar suara-suara atau melihat bayangan).

d. Mengeluh cemas dan kuatir.

Data objektif :

a. Mudah tersinggung.

b. Apatis dan cenderung menarik diri (controlling).

c. Tampak gelisah, perubahan perilaku dan pola konumikasi, kadang berhenti bicara seolah-olah mendengar sesuatu.

d. Menggerakkan bibirnya tanpa mengeluarkan suara.

e. Menyeringai dan tertawa tidak sesuai.

f. Gerakan mata yang cepat.

g. Pikiran yang berubah-ubah dan konsentrasi rendah.

h. Kadang tampak ketakutan.

i. Respon-respon yang tidak sesuai (tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks)

3. Penyebab

Gangguan persepsi sensori halusinasi sering disebabkan karena panik, sterss berat yang mengancam ego yang lemah, dan isolasi sosial menarik

diri ( Townsend, M.C, 1998:156). Menurut Carpetino, L.J, (1998:381) isolasi sosial merupakan keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau

merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak. Sedangkan menurut

Rawlins, R.P dan Heacock, P.E (1998:423) isolasi sosial menarik diri merupakan usaha menghindar dari interaksi dan berhubungan dengan orang lain,

individu merasa kehilangan hubungan akrab, tidak mempunyai kesempatan dalam berpikir, berperasaan. Berprestasi, atau selalu dalam kegagalan.

79

Page 80: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

Isolasi sosial menarik diri sering ditunjukkan adanya perilaku (Carpentino, L.J 1998:382) :

Data subjektif :

a. Mengungkapkan perasaan kesepian atau penolakan.

b. Melaporkan dengan ketidaknyamanan konyak dengan situasi sosial.

c. Mengungkapkan perasaan tak berguna.

Data objektif :

a. Tidak tahan terhadap kontak yang lama.

b. Tidak komunikatif

c. Kontak mata buruk

d. Tampak larut dalam pikiran dan ingatan sendiri.

e. Kurang aktivitas.

f. Wajah tampak murung dan sedih.

g. Kegagalan berinteraksi dengan orang lain.

4. Akibat

Adanya gangguang persepsi sensori halusinasi dapat beresiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan (Keliat, B.A, 1998:27). Menurut

Townsend, M.C suatu keadaan dimana seseorang melakukan sesuatu tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik pada diri sendiri maupuan

orang lain.

Seseorang yang dapat beresiko melakukan tindakan kekerasan pada diri sendiri dan orang lain dapat menunjukkan perilaku :

Data subjektif :

a. Mengungkapkan mendengar atau melihat objek yang mengancam.

b. Mengungkapkan perasaan takut, cemas dan khawatir.

Data objektif :

a. Wajah tegang, merah.

80

Page 81: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

b. Mondar-mandir.

c. Mata melotot rahang mengatup.

d. Tangan mengepal.

e. Keluar keringat banyak.

f. Mata merah.

C. MASALAH DAN DATA YANG PERLU DIKAJI

No Masalah Keperawatan Data Subyektif Data Obyektif

1.

2.

3.

Masalah utama : gangguan

persepsi sensori halusinasi

MK : penyebab isolasi sosial :

menarik diri

MK : Akibat resiko

mencederai diri sendiri dan

orang lain

Klien mengatakan melihat atau mendengar

sesuatu. Klien tidak mampu mengenal tempat,

waktu, orang.

Klien mengatakan merasa kesepian.

Klien mengatakan tidak dapat berhubungan

sosial.

Klien mengatakan tidak berguna.

Klien mengungkapkan takut.

Klien mengungkapkan apa yang dilihat dan

didengar mengancam dan membuatnya takut.

Tampak bicara dan ketawa sendiri.

Mulut seperti bicara tapi tidak keluar suara.

Berhenti bicara seolah mendengar atau melihat sesuatu.

Gerakan mata yang cepat.

Tidak tahan terhadap kontak yang lama.

Tidak konsentrasi dan pikiran mudah beralih saat bicara.

Tidak ada kontak mata.

Ekspresi wajah murung, sedih.

Tampak larut dalam pikiran dan ingatannya sendiri.

Kurang aktivitas.

Tidak komunikatif.

Wajah klien tampak tegang, merah.

Mata merah dan melotot.

Rahang mengatup.

81

Page 82: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

Masalah Utama

Tangan mengepal.

Mondar mandir.

D. POHON MASALAH

Resiko mencederai diri sendiri,

Orang lain dan lingkungan

Perubahan persepsi sensori

Halusinasi pendengaran

Isolasi sosial menarik diri

Gambar Pohon Masalah (Keliat, B.A, 1998:6)

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang dapat ditarik dari pohon masalah tersebut adalah :

1. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan berhubungan dengan perubahan persepsi sensori halusinasi pendengaran.

2. Perubahan persepsi sensori halusinasi pendengaran berhubungan dengan isolasi sosial menarik diri.

82

Page 83: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

F. FOKUS INTERVENSI

Menurut Rasmun (2001:43-48) tujuan utama, tujuan khusus, dan rencana tindakan dari diagnosa utama : resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan

lingkungan berhubungan dengan halusinasi adalah sebagai berikut :

1. Tujuan umum

Klien tidak mencederai diri sendiri dan orang lain.

2. Tujuan khusus

a. TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya.

1) Kriteria evaluasi :

Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa tenang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam,

mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.

2) Intervensi

Bina hubungan saling percaya dengan :

a) Sapa klien dengan ramah dan baik secara verbal dan non verbal.

b) Perkenalkan diri dengan sopan.

c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai

klien.

d) Jelaskan tujuan pertemuan.

e) Jujur dan menepati janji.

f) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.

g) Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien

Rasional :

83

Page 84: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk memperlancar hubungan interaksi selanjutnya.

b. TUK II : Klien dapat mengenal halusinasi

1) Kriteria evaluasi :

a) Klien dapat menyebutkan waktu, isi dan frekuensi timbulnya

halusinasi.

b) Klien dapat mengungkapkan perasaan terhadap halusinasinya.

2) Intervensi

a) Adakan sering dan singkat secara bertahap.

Rasional :

Kontak sering dan singkat selain upaya membina hubungan saling percaya juga dapat memutuskan halusinasinya.

b) Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya. Bicara

dan tertawa tanpa stimulus, memandang ke kiri dan ke kanan seolah-olah ada teman bicara.

Rasional :

Mengenal perilaku pada saat halusinasi timbul memudahkan perawat dalam melakukan intervensi.

c) Bantu klien mengenal halusinasinya dengan cara :

- Jika menemukan klien yang sedang halusinasi tanyakan apakah ada suara yang di dengar.

- Jika klien menjawab ada lanjutkan apa yang dikatakan.

- Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu, namun perawat sendiri tidak mendengarnya (dengan nada sahabat tanpa

menuduh/menghakimi).

- Katakan pada klien bahwa ada juga klien lain yang sama seperti dia.

- Katakan bahwa perawat akan membantu klien.

Rasional :

Mengenal halusinasi memungkinkan klien untuk menghindari faktor timbulnya halusinasi.

d) Diskusikan dengan klien tentang :

84

Page 85: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

- Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi.

- Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore dan malam atau jika sendiri, jengkel, sedih)

Rasional :

Dengan mengetahui waktu, isi dan frekuensi munculnya halusinasi mempermudah tindakan keperawatan yang akan dilakukan perawat.

e) Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi

(marah, takut, sedih, tenang) beri kesempatan mengungkapkan perasaan.

Rasional :

Untuk mengidentifikasi pengaruh halusinasi pada klien.

c. TUK III : Klien dapat mengontrol halusinasinya.

1) Kriteria evaluasi :

a) Klien dapat menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukan

untuk mengendalikan halusinasinya.

b) Klien dapat menyebutkan cara baru.

c) Klien dapat memilih cara mengatasi halusinasi seperti yang telah

didiskusikan dengan klien.

d) Klien dapat melakukan cara yang telah dipilih untuk mengendalikan

halusinasi.

e) Klien dapat mengetahui aktivitas kelompok.

2) Intervensi

a) Identifikasi bersama klien tindakan yang dilakukan jika terjadi

halusinasi (tidur, marah, menyibukkan diri sendiri dan lain-lain)

Rasional :

Upaya untuk memutus siklus halusinasi sehingga halusinasi tidak berlanjut.

85

Page 86: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

b) Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat beri

pujian.

Rasional :

Reinforcement dapat mneingkatkan harga diri klien.

c) Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya

halusinasi :

- Katakan : “Saya tidak mau dengar kau” pada saat halusinasi muncul.

- Menemui orang lain atau perawat, teman atau anggota keluarga yang lain untuk bercakap-cakap atau mengatakan halusinasi yang

didengar.

- Membuat jadwal sehari-hari agar halusinasi tidak sempat muncul.

- Meminta keluarga/teman/perawat, jika tampak bicara sendiri.

Rasional :

Memberikan alternatif pilihan untuk mengontrol halusinasi.

d) Bantu klien memilih cara dan melatih cara untuk memutus

halusinasi secara bertahap, misalnya dengan :

- Mengambil air wudhu dan sholat atau membaca al-Qur’an.

- Membersihkan rumah dan alat-alat rumah tangga.

- Mengikuti keanggotaan sosial di masyarakat (pengajian, gotong royong).

- Mengikuti kegiatan olah raga di kampung (jika masih muda).

- Mencari teman untuk ngobrol.

Rasional :

Memotivasi dapat meningkatkan keinginan klien untuk mencoba memilih salah satu cara untuk mengendalikan halusinasi dan dapat

meningkatkan harga diri klien.

e) Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih. Evaluasi

86

Page 87: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

hasilnya dan beri pujian jika berhasil.

Rasional :

Memberi kesempatan kepada klien untuk mencoba cara yang telah dipilih.

f) Anjurkan klien untuk mengikuti terapi aktivitas kelompok, orientasi

realita dan stimulasi persepsi.

Rasional :

Stimulasi persepsi dapat mengurangi perubahan interprestasi realitas akibat halusinasi.

d. TUK IV : Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol

halusinasinya.

1) Kriteria evaluasi

a) Keluarga dapat saling percaya dengan perawat.

b) Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan tindakan unutk

mengendalikan halusinasi.

2) Intervensi

a) Membina hubungan saling percaya dengan menyebutkan nama,

tujuan pertemuan dengan sopan dan ramah.

Rasional :

Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk memperlancar hubungan interaksi selanjutnya.

b) Anjurkan klien menceritakan halusinasinya kepada keluarga.

Untuk mendapatkan bantuan keluarga dalam mengontrol halusinasinya.

c) Diskusikan halusinasinya pada saat berkunjung tenang :

- Pengertian halusinasi

- Gejala halusinasi yang dialami klien.

- Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi.

87

Page 88: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

- Cara merawat anggota keluarga yang berhalusinasi di rumah, misalnya : beri kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama,

bepergian bersama.

- Beri informasi waktu follow up atau kapan perlu mendapat bantuan : halusinasi tidak terkontrol, dan resiko mencederai diri, orang lain

dan lingkungan.

Rasional :

Untuk mengetahui pengetahuan keluarga tentang halusinasi dan menambah pengetahuan keluarga cara merawat anggota keluarga yang

mempunyai masalah halusinasi.

e. TUK V : Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.

1) Kriteria evaluasi

a) Klien dan keluarga dapat menyebutkan manfaat, dosis dan efek

samping obat.

b) Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar.

c) Klien mendapat informasi tentang efek dan efek samping obat.

d) Klien dapat memahami akibat berhenti minum obat tanpa konsutasi.

e) Klien dapat menyebutkan prinsip 5 benar penggunaan obat.

2) Intervensi

a) Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis dan frekuensi

serta manfaat minum obat.

Rasional :

Dengan menyebutkan dosis, frekuensi dan manfaat obat diharapkan klien melaksanakan program pengobatan.

b) Anjurkan klien minta sendiri obat pada perawat dan merasakan

88

Page 89: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

manfaatnya.

Rasional :

Menilai kemampuan klien dalam pengobatannya sendiri.

c) Anjurkan klien untuk bicara dengan dokter tentang mafaat dan efek samping obat yang dirasakan.

Rasional :

Dengan mengetahui efek samping klien akan tahu apa yang harus dilakukan setelah minum obat.

d) Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter.

Rasional :

Program pengobatan dapat berjalan dengan lancar.

e) Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar dosis, benar obat, benar waktunya, benar caranya, benar pasiennya).

Rasional :

Dengan mengetahui prinsip penggunaan obat, maka kemandirian klien untuk pengobatan dapat ditingkatkan secara bertahap.

G. DAFTAR PUSTAKA

Boyd, M.A & Nihart, M.A, (1998). Psychiatric Nuersing cotemporary Practice, Edisi 9th, Lippincott Raven Publisrs, Philadelphis.

Carpenito, L.J, (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan (terjemahan). Edisi 8, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Johnson, B.S. (1995). Psyciatric-Mental Health Nursing Adaption and Growt, Edisi 2th, Lippincott-Raven Publisrs, Philadelphia.

Kusuma, W, (1997). Dari A sampai Z Kedaruratan Psiciatric dalam Praktek, Ed I, Profesional Books, Jakarta.

Keliat, B.A, (1997). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Ed I, EGC Jakarta.

Maramis, W.f, (1998). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga University Press, Surabaya.

Rasmun, (2001), Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatrik Terintegrasi Dengan Keluarga, Ed I, CV. Sagung Seto, Jakarta.

Rawlins, R.P & Heacock, PE, (1998). Clinical Manual of Pdyshiatruc Nursing, Edisi 1, the C.V Mosby Company, Toronto.

Stuart, G.W & Sundeen, S.J, (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan). Edisi 3, EGC, Jakarta.

Townsend, M.C, (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri (terjemahan), Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

89

Page 90: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

Contoh SP (Strategi Pelaksanaan Halusinasi)

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Masalah : Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi

Pertemuan ke I (satu)

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi

a Klien tampak bicara dan tertawa sendiri.

b. Klien mondar mandir.

c. Klien merasa mendengarkan suara laki-laki yang menyuruh memukul.

2. Diagnosa Keperawatan

Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.

3. Tujuan Khusus

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.

b. Klien dapat mengenal halusinasi yang dialaminya.

90

Page 91: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

1. Orientasi

a. Salam Terapeutik

“Selamat pagi. Mas, sedang apa ?”. “Kenalkan nama saya Bapak Budi Sisroyo, mas bisa panggil saya Bapak atau mas Budi saja”. “Mas namanya

siapa ? .......o o o Joko Prisanto, senang dipanggil siapa ?”. “Mas Joko atau mas Yanto”. “Ooooo begitu baiklah mas Aynto, saya akan

menemani ibu kurang lebih 2 minggu ke depan, nanti bisa cerita masalah yang dialami mas Joko”.

b. Evaluasi/Validasi

“Bagaimana perasaan mas Joko saat ini ?....o o o kalau saya lihat mas Joko tampak bicara, berbicara sama siapa ?”

c. Kontrak

1) Topik

“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap suara yang mas Joko dengar dan orang yang mengajak bicara ?”.

2) Tempat

“Dimana kita akan berbincang-bincang Mas ?, o o o.... di ruang makan, baiklah”.

3) Waktu

“Kita akan bercakap-cakap berapa menit ?”. “15 menit !”, ya baiklah”.

2. Kerja

“yeah sekarang kita sudah duduk santai, tolong ceritakan suara-suara yang Mas Joko dengar tadi, oooooooo begitu, lalu !”. “Jadi Mas mendengar

suara orang yang mengajak berbicara dan menyuruh memukul orang”. “menurut Mas suara tersebut suara siapa, apakah mengenalnya?’, ooooooo

seperti suara laki-laki”.

3. Terminasi

a. Evaluasi Subyektif

91

Page 92: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

“Bagaimana perasaan mas Joko setelah berbincang-bincang tentang suara yang mas dengar ?”.

b. Evaluasi Obyektif

“Jadi suara yang mas dengar adalah ............, muncul saat........., dan yang mas lakukan saat suara-suara tersebut muncul..............”

c. Rencana Tindak Lanjut

“Baiklah mas, nanti diingat-ingat lagi yang suara-suara lain yang didengar, jangan lupa kalau suara-suara itu muncul lagi beritahu perawat biar

dibantu ya !”

d. Kontrak

1) Topik

“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang cara mengendalikan suara-suara tersebut ?”, Setuju !”.

2) Tempat

“Baiklah kalau begitu, dimana kita akan bercaka-cakap, mungkin Mas Joko punya tempat yang teduh dan santai untuk ngobrol ?”

3) Waktu

“Berapa lama kita akan bercakap-cakap ?”. ”10 menit atau 15 menit”. “Sampai jumpa besok ya, Mas!”.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Masalah : Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi

92

Page 93: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

Pertemuan ke II (dua)

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi

a Klien sudah dapat membina hubungan saling percara dengan perawat.

b. Klien dapat mengenal halusinasinya.

2. Diagnosa Keperawatan

Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perubahan persepsi sensori halusinasi pendengar.

3. Tujuan Khusus

Klien dapat mengontrol halusinasinya.

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

1. Orientasi

a. Salam Terapeutik

“Selamat pagi, Mas Joko ?”, “Masih ingat nama saya ? Bagus !”

b. Evaluasi/Validasi

“Bagaimana perasaan Mas Joko saat ini ? apakah ada suara-suara yang didengar dan belum diceritakan kemarin ?”

c. Kontrak

1) Topik

“Seperti kesepakatan kemarin, pagi ini kita akan bercakap-cakap tentang cara mengendalikan halusinasi yang Mas Joko alami ?”, “Bagaimana

setuju ?”

2) Tempat

“Kita bercakap-cakap di ruang makan saja ya !”

3) Waktu

93

Page 94: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

“Mas Joko mau berapa lama kita bercaka-cakap ?”. “15 menit, baiklah”.

2. Kerja

“Kemarin Mas Joko sudah menceritakan tindakan yang dilakukan ketika suara-suara tersebut muncul. Masih ingat?. “Bagaimana apakah dapat

mengurangi / menghilangkan suara-suara yang Mas Joko dengar ?” ooooo.......begitu !”

“Kalau Mas Joko mau saya akan memberitahu cara-cara lain yang dapat dilakukan ketika suara-suara tersebut muncul ?”. “Bagaimana !” “Oke yang

pertama dengan menghardik suara-suara tersebut, caranya dengan mengatakan saya benci kamu, pergi......pergi !”, lalau tarik nafas dalam-dalam tahan

sebentar dan keluarkan pelan-pelan melalui mulut, maka Mas Joko akan rilex dan santai kembali”. “Mari saya ajari, tirukan saya ya !”, “Pertama

katakan “saya benci kamu pergi......pergi!”, kemudian tarik nafas dan keluarkan, begitu”, “Bagus mudah kan ?”

“Cara yang kedua dengan melakukan kegiatan yang dapat memutus/menghilangkan suara-suara itu, misalnya dnegan mengambil air wudhu, sholat

atau membaca Al-Qur’an, membersihkan rumah atau alat-alat rumah tangga, apabila suara-suara tersebut muncul siang atau sore hari”.

“Cara ketiga adalah mencari teman untuk diajak ngobrol sehingga suara-suara tersebut dapat dialihkan, tetapi cara ini tidak dapat dilakukan apabila

suara-suara itu muncul malam hari”.

“Jika suara sering muncul malam hari, yang dapat Mas Joko lakukan adalah minum obat tepat waktu, tepat obat, dan tepat dosis, misalnya jam 17.30

WIB sehingga Mas Joko akan terbangun pada jam 05.00 pagi.”

“Kalau Mas Joko suka olahraga, untuk menghindari suara muncul kembali Mas Joko dapat mengikuti olahraga dengan teman-temannya, tentunya

kalau sore hari”.

“Bagaimana, mudahkan ?”, Mas Joko dapat pilih sesuai dengan kondisi dan keadaan !’

3. Terminasi

a. Evaluasi Subyektif

“Bagaimana rasanya setelah bercakap-cakap tentang cara mengendalikan suara-suara yang muncul ?”.

94

Page 95: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

b. Evaluasi Obyektif

“Coba sebutkan kembali cara yang dapat Mas Joko lakukan untuk menghindari/memutus suara-suara yang muncul suara-suara tersebut !.

Bagus ..........lagi”.

c. Rencana Tindak Lanjut

“Kalau suara-suara itu muncul lagi coba dipraktekan yang Mas Joko, siapa tahu dapat membantu !”

d. Kontrak

1) Topik

“Bagaimana kalau besok keluarga Mas Joko menjenguk, kita bercakap-cakap lagi bersama-sama keluarga tentang halusinasi yang Mas Joko

alami ?”.

2) Tempat

“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap di ruang tamu saja biar lebih leluasa ?”

3) Waktu

“Mas Joko ingin berapa lama kita akan bercakap-cakap besok ?”. o....... 15 menit”.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Masalah : Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi

95

Page 96: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

Pertemuan ke III (tiga)

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi

a. Klien sudah mengetahui cara-cara yang dapat digunakan untuk memutus

atau menghilangkan halusinasi.

2. Diagnosa Keperawatan

Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perubahan persepsi sensori halusinasi pendengar.

3. Tujuan Khusus

Klien mendapatkan dukungan keluarga dalam mengatasi halusinasinya.

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

1. Orientasi

a. Salam Terapeutik

“Selamat pagi, Pak ?”, “Kenalkan saya Bapak Budi yang merawat Mas Joko di sini, syaa bisa panggil Bapak siapa ?”.......”. o.......ya Pak

Mahmud”.

b. Evaluasi/Validasi

“Bagaimana perasaan Mas Joko saat ini ? apakah Mas Joko masih ingat cara-cara yang kemarin saya ajarkan ?”. “Apakah Bapak/Ibu mengetahi

pengertian halusinasi, gejala halusinasi dan cara mengatasi halusinasi ?”

c. Kontrak

1) Topik

96

Page 97: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

“Pagi hari ini kebetulan Bapak Mahmud menengok Mas Joko, kita akan bercakap-cakap tentang pengertian halusinasi dan cara-cara yang

harus dilakukan agar Mas Joko terhindar dari halusinasi ?”

2) Tempat

“Kita bercakap-cakap di ruang perawatan saja biar lebih santai ?”

3) Waktu

“Berapa lama kita bercaka-cakap ?” bagaimana kalau 30 menit ?”.

2. Kerja

“Tolong Mas Joko ceritakan tentang suara-suara didengar pada Pak Mahmud, agar beliau tahu dan dapat membantu kalau di rumah nanti muncul

lagi”. “Jadi begini, ya Pak, mas Joko ini kalau dalam kedokteran mengalami halusinasi”.

“Nah apa halusinasi itu?”, Halusinasi adalah kesalahan dalam mengartikan rangsangan dari luar yang sebenarnya tidak ada, misalnya mendengar suara

yang mengajak bicara atau menyuruh melakukan sesuatu padahal tidak ada yang mengajak bicara, seperti yang dialami mas Joko ini”.

“Bagaimana cara mengenali orang yang mengalami halusinasi ?”. “Bapak Mahmud akan menjumpai orang tersebut tampak termenung, kemudian

bicara sendiri atau tertawa sendiri, tidak jarang orang tersebut tampak gelisah, mondar-mandir bingung dan ketakutan karena suara yang mengancam,

atau memuluk orang lain jika suara itu tidak menyuruh untuk memukul”. “Bagaimana sudah jelas ?”

“Apa akibatnya jika halusinasi tidak diatasi ?”, orang tersebut dapat beresiko orang tersebut akan melakukan kekerasan yang arahnya diri sendiri,

orang lain atau lingkungan.

“Maka jangan heran kalau Bapak pernah melihat orang gila tiba-tiba melempar pakai batu atau tiba-tiba merusak tanaman yang ada didekatnya”.

“Nah untuk menghindari hal tersebut, ada cara agar halusinasi tidak muncul, yaitu tidak membiarkan Joko sendirian melamun, beri Mas Joko kegiatan

untuk mengisi waktu luangnya, ajak Mas Joko nonton televisi bersama, jalan-jalan atau kegiatan pengajian dan gotong royong”, “Bagaimana ?”

Bapak sudah paham.

“Bila belum jelas pak Mahmud dapat bertanya ?”

“.......... ya jangan lupa minum obat secara tepat dan teratur serta antar mas Joko kontrol atau pergi RSJ sangat membantu agar mas Joko terhindar dari

halusinasi”.

97

Page 98: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

3. Terminasi

a. Evaluasi Subyektif

“Bagaimana rasanya setelah bercakap-cakap tentang pengertian dan cara mengendalikan suara-suara yang didengar Mas Joko ?”

b. Evaluasi Obyektif

“Coba sebutkan kembali pengertian halusinasi dan cara-cara yang dapat keluarga lakukan agar Mas Joko dapat menghindari/memutus suara-suara

yang muncul suara-suara tersebut !” : Bagus....lagi”.

c. Rencana Tindak Lanjut

“Tolong ya Pak, Mas Joko dibantu untuk menghindari suara-suara itu muncul lagi, caranya dengan yang sudah saya jelaskan tadi !”

d. Kontrak

1) Topik

“Bagaimana kalau besok kita bercakap-cakap tentang manfaat dan efek samping obat yang Mas Joko minum ?”.

2) Tempat

“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap di taman ?”, Setuju !’

3) Waktu

“Mau berapa lama ?”. “Bagaimana kalau 10 menit saja ?”.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

98

Page 99: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

Masalah : Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi

Pertemuan ke IV (empat)

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi

a. Klien dan keluarga sudah mengenal pengertian gejala halusinasi.

b. Klien dan keluarga sudah mengetahui cara menghindari munculnya

kembali suara-suara

2. Diagnosa Keperawatan

Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perubahan persepsi sensori halusinasi pendengar.

3. Tujuan Khusus

Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

1. Orientasi

a. Salam Terapeutik

“Selamat pagi, Mas Joko ?”, “Masih ingat nama saya ? Bagus !”.

b. Evaluasi/Validasi

“Bagaimana perasaan Mas Joko saat ini ?”, baik-baik saja kan, ada yang ingin disampaikan ?”

c. Kontrak

1) Topik

“Kita akan berbicara tentang jenis obat, manfaat obat, efek samping obat serta cara pemakaiannya”, “Bagaimana mas Joko bersedia ?”.

2) Tempat

“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap di taman saja, biar lebih santai?”

99

Page 100: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

3) Waktu

“Berapa lama kita akan bercaka-cakap ?” Bagaimana kalau 15 menit ?”.

2. Kerja

“Berapa jenis obat yang diminum Mas Joko tadi pagi ?”. “ya ..... bagus”.

“Jadi begini ya Mas Joko, obat yang diminum tadi ada tiga macam, ini obatnya saya bawakan”.

“Saya jelaskan satu persatu ya ?”. “yang warnanya oranye ini namanya CPZ atau chlorponazin, gunanya untuk mempermudah Mas Joko tidur

sehingga dapat istirahat, minumnya 2 x sehari pagi hari dan sore hari, pagi jam 07.00 dan sore jam 17.30 WIB”. “Efek sampingnya badan menjadi

lemas, keluar ludah terus menerus”.

“Nah, yang ini, namanya HPD atau haloperidole, karena Mas Joko dapat yang 5 mg, maka warnanya jambon atau pink, cara dan waktu minumnya

sama dengan CPZ, 2x sehari”. “Gunanya obat ini untuk menghilangkan suara-suara yang mas Joko dengar, selain dapat juga membuat mas Joko lebih

rileks, santai dan dapat mengontrol emosi, efek sampingnya badan menjadi kaku, terutama tangan dan kaki, mulut kering dan dada berdebar-debar dan

tremor/ndedek dalam istilah jawa”.

“Tapi mas Joko jangan kuatir, ada penangkalnya, maka diberikan obat yang putih agak besar ini. Ini namanya Triheksipenidile atau THP, fungsinya

obat ini menetralkan atau menghilangkan efek samping yang tidak megenakkan tadi, makanya obat ini harus diminum bersamaan dengan obat CPZ

dan HPD tadi”.

:bagaimana masih ada yang belum jelas ?”. “Jangan lupa kalau obat ini hampir habis segera control kembali ya !”.

3. Terminasi

a. Evaluasi Subyektif

“Bagaimana perasaannya setelah bercakap-cakap tentang jenis dan manfaat obat yang mas Joko minum setiap hari ?”

b. Evaluasi Obyektif

100

Page 101: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

“Coba sebutkan kembali jenis obat yang mas Joko, dan ambilkan yang namanya HPD........Dan seterusnya, sebutkan manfaatnya sekalian !”.

“Bagus......diingat-ingat ya !”.

c. Rencana Tindak Lanjut

“Jangan lupa obatnya diminum dengan dosis dan waktu yang tepat ya !”. O. Ya kalau ada yang berlum jelas bisa Mas Joko tanyakan kembali pada

waktu lain”.

d. Kontrak

1) Topik

“Bagaimana kalau kapan-kapan kita bercakap-cakap lagi dengan topik yang lain ?”.

2) Tempat

“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap di teras saja ?”, Setuju !”

3) Waktu

“Mau berapa lama ?”. “Bagaimana kalau 10 menit saja

LAPORAN PENDAHULUAN

101

Page 102: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI

A. MASALAH UTAMA

Isolasi Sosial : Menarik diri

B. PROSES TERJADINYA MASALAH

1. Pengertian

Menurut Townsend, M.C (1998:152). Isolasi sosial merupakan keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain dianggap

menyatakan sikap negatif dan mengancam bagi dirinya. Sedangkan menurut DEPKS RI (1998:117) penarikan diri atau withdrawal merupakan suatu

tindakan melepaskan diri, naik perhatian maupun niatnya terhadap lingkungan sosial yang secara langsung dapat bersifat sementara atau menetap.

Isolasi sosial merupakan keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan

keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak (Carpenito, L.J, (1998:38). Menurut Rawlins, R.P & Heacock, (1998:423).

Isolasi sosial menarik diri merupakan usaha untuk menghindar dari interaksi dan hubungan dengan orang lain, individu merasa kehilangan hubungan

akrab, tidak mempunyai kesempatan dalam berpikir, berperasaan, berprestasi atau selalu dalam kegagalan.

2. Tanda dan Gejala

Menurut Townsend, M.C, (1998:152-153) dan Carpenito, L.J (1998:382) Isolasi menarik diri sering ditemukan adanya tanda dan gejala sebagai

berikut :

Data subjektif :

a. Mengungkapkan perasaan tidak berguna, penolakan oleh lingkungan.

b. Mengungkapkan keraguan tentang kemampuan yang dimiliki.

Data objektif :

102

Page 103: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

a. Tampak menyendiri dalam ruangan.

b. Tidak berkomunikasi, menarik diri.

c. Tidak melakukan kontak mata.

d. Tampak sedih afek datar.

e. Posisi meringkuk ditempat tidur dengan punggung menghadap ke pintu.

f. Adanya perhatian dan tindakan yang tidak sesuai atau imatur dengan perkembangan usianya.

g. Kegagalan untuk berinteraksi dengan orang lain.

h. Kurang aktivitas fisik dan verbal.

i. Tidak mampu membuat keputusan dan berkonsentrasi.

j. Mengekspresikan perasaan kesepian dan penolakan diwajahnya.

3. Penyebab

Isolasi sosial menarik diri sering disebabkan oleh kurangnya rasa percaya kepada orang lain, perasaan panik regresi ke tahap perkembangan

sebelumnya, perkembangan ego yang lemah serta represi rasa takut (Townsend, M.C, 1998:152). Menurut Stuart, G.W & Sundeen, S.J (1998:345) Isolasi

sosial disebabkan oleh konsep diri rendah.

Gangguan konsep diri : harga diri rendah adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku

memenuhi ideal diri (Stuart dan Sundeen, 1998:227). Townsend (1998:189) harga diri rendah merupakan evaluasi diri dari perasaan tentang diri atau

kemampuan diri yang negatif baik langsung maupun tidak langsung. Pendapat senada diunkapkan oleh Carpenito, L.J (1989:352) bahwa harga diri rendah

merupakan keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan diri.

Menurut Carpenito, L.J (1998:352); Keliat, B.A (1994:20); perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah antara lain :

Data subjektif :

103

Page 104: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

a. Mengkritik diri sendiri atau orang lain.

b. Perasaan dirinya sangat penting yang berlebih-lebihan.

c. Perasaan tidak mampu.

d. Rasa bersalah.

e. Sikap negatif pada diri sendiri.

f. Sikap pesimis pada kehidupan.

g. Keluhan sakit fisik.

h. Pandangan hidup yang terpolarisasi.

i. Menolak kemampuan diri sendiri.

j. Pengurangan diri/mengejek diri sendiri.

k. Perasaan cemas dan takut.

l. Merasionalisasi penolakan/menjauh dari umpan balik positif.

m. Mengungkapkan kegagalan pribadi.

n. Ketidakmampuan menentukan tujuan.

Data objektif :

a. Produktifitas menurun.

b. Perilaku distruktif pada diri sendiri.

c. Perilaku distruktif pada orang lain.

d. Penyalahgunaan zat.

e. Menarik diri dari hubungan sosial.

f. Ekspresi wajah mau dan rasa bersalah.

g. Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan)

4. Akibat

104

Page 105: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

Perilaku sosial menarik diri beresiko terjadinya perubahan persepsi sensori halusinasi (Townsend, M.C, 1998”156). Perubahan persepsi sensori

halusinasi adalah persepsi sensori yang salah (misalnya tanpa stimulus eksternal) atau persepsi sensori yang tidak sesuai dengan realita, kenyataan seperti

melihat bayangan, atau mendengarkan suara-suara yang sebenarnya tidak ada (Johnson, S.B, 1995:119) halusinasi adalah penerapan tanpa adanya

rangsangan apapun dari panca indera, dimana orang tersebut sadar dalam keadaan terbangun yang dapat disebabkan oleh psiotik, gangguang fungsional,

organik atau histerik.

Halusinasi merupakan pengalaman mempersepsikan yang terjadi tanpa adanya stimulus sensori eksternal yang meliputi line perasaan

(penglihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman, perabaan), akan tetapi yang paling umum adalah halusinasi pendengaran (Boyd, M.A, & Nihart,

M.A, 1998:303: Rawlins, R.P & Heacock, P.E, 1998:198). Menurut Carpenito, L.J (1998:363). Perubahan persepsi sensori halusinasi merupakan keadaan

dimana individu atau kelompok mengalami atau beresiko mengalami suatu perubahan dalam jumlah, pola atau interprestasi stimulus yang datang.

Sedangkan menurut pendapat lain halusinasi merupakan persepsi sensori yang palsu yang terjadi tanpa adanya stimulus eksternal, yang dibedakan dari

distorsi atau ilusi yang merupakan kekeliruan persepsi terhadap stimulus yang nyata dan pasien yang menganggap halusinasi sebagai suatu yang nyata

(Kusuma, W, 1997:284).

Menurut Carpetino, L.J (1998:363); Townsend, M.C (1998:156) dan Stuart, G,W & Sundeen, S.J (1998:328-329) perubahan persepsi sensori

sering ditandai dengan adanya :

Data subjektif :

a. Tidak mamu mengenal waktu, orang dan tempat.

b. Tidak mampu memecahkan masalah.

c. Mengungkapkan adanya halusinasi (misalnya mendengar suara-suara atau melihat bayangan)

d. Mengeluh cemas dan khawatir.

Data objektif :

a. Apatis dan cenderung menarik diri (controlling).

b. Tampak gelisah, perubahan perilaku dan pola komunikasi, kadang berhenti bicara seolah-olah mendengar sesuatu.

c. Menggerakkan bibirnya tanpa mengeluarkan suara.

d. Menyeringai dan tertawa tidak sesuai.

105

Page 106: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

e. Gerakan mata yang cepat.

f. Pikiran yang berubah-ubah dan konsentrasi rendah.

g. Respon-respon yang tidak sesuai (tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks).

C. MASALAH DAN DATA YANG HARUS DIKAJI

No Masalah Keperawatan Data Subyektif Data Obyektif

1.

2.

3.

Masalah utama : Isolasi sosial :

menarik diri

MK : penyebab gangguan konsep

diri : harga diri rendah

MK : Akibat perubahan persepsi

sendiri halusinasi

Klien mengatakan merasa kesepian

Klien mengatakan tidak dapat berhubungan

sosial

Klien mengatakan tidak berguna

Mengungkapkan ingin diakui jati dirinya

Mengungkapkan tidak ada lagi yang peduli

Mengungkapkan tidak bisa apa-apa

Mengungkapkan dirinya tidak berguna

Mengkritik diri sendiri

Perasaan tidak mampu

Klien mengatakan melihat atau mendengar

Tidak tahan terhadap kontak yang lama

Tidak konsentrasi dan pikiran mudah beralih saat bicara

Tidak ada kontak mata

Ekspresi wajah murung, sedih

Tampak larut dalam pikiran dan ingatannya sendiri

Kurang aktivitas

Tidak komunikatif

Merusak diri sendiri

Merusak orang lain

Ekspresi malu

Menarik diri dari hubungan sosial

Tidak mau makan dan tidak tidur

Tampak bicara dan ketawa sendiri

106

Page 107: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

Masalah Utama

sesuatu

Klien tidak mampu mengenal tempat, waktu,

orang

Mulut seperti bicara tapi tidak keluar suara

Berhenti bicara seolah mendengar atau melihat sesuatu

Gerakan mata yang cepat

D. POHON MASALAH

Resiko perubahan persepsi

Sensori : halusinasi

Isolasi diri : Menarik diri

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

Gambar Pohon Masalah (Keliat, B.A, 1998:6)

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan isolasi sosial menarik diri.

2. Isolasi sosial menarik diri berhubungan dengan gangguang konsep diri : harga diri rendah.

F. FOKUS INTERVENSI

107

Page 108: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

Diagnosa keperawatan : resiko perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan isolasi sosial menarik diri.

1. Tujuan umum

Klien tidak mencederai diri sendiri dan orang lain.

2. Tujuan khusus

a. TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya.

1) Kriteria evaluasi :

Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa tenang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam,

mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.

2) Intervensi

Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi terapeutik :

a) Sapa klien dengan ramah dan baik secara verbal dan non verbal.

b) Perkenalkan diri dengan sopan.

c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai

klien.

h) Jelaskan tujuan pertemuan.

i) Jujur dan menepati janji.

j) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.

k) Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien

Rasional :

Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk memperlancar hubungan interaksi selanjutnya.

b. TUK II : Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri

108

Page 109: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

1) Kriteria evaluasi :

Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri yang berasal dari diri sendiri orang lain dan lingkungan.

2) Intervensi

a) Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya.

b) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri atau tidak mau bergaul.

c) Diskusikan bersama dengan klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab yang muncul.

d) Berikan pujian terhadap kemampuan klien dalam mengungkapkan penyebab menarik diri.

Rasional :

Dengan diketahui penyebab menarik diri dapat dihubungkan dengan faktor prisipitasi yang dialami oleh klien.

c. TUK III : Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang

lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.

1) Kriteria evaluasi :

a) Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang

lain.

b) Klien dapat menyebutkan kerugian tidak berhubungan dengan orang

lain.

2) Intervensi

a) Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang lain.

b) Beri pengetahuan pada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain.

c) Diskusikan bersama dengan klien keuntungan berhubungan dengan orang lain.

d) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain.

Rasional :

Klien harus dicoba berinteraksi secara bertahap agar terbiasa membina hubungan sehat dengan orang lain.

a) Kaji pengetahuan klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.

109

Page 110: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

b) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.

c) Diskusikan dengan klien tentang kerugian tidka berhubungan dengan orang lain.

d) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang

lain.

Rasional :

Mengevaluasi manfaat yang dirasakan klien sehingga timbul motivasi untuk berinteraksi.

d. TUK IV : Klien dapat melaksanakan hubungan secara bertahap.

1) Kriteria evaluasi

Klien dapat mendemonstrasikan hubungan sosial secara bertahap : K P, K – P – K, K – P – Keluarga, K – P – P – Kelompok.

2) Intervensi

a) Kaji kemampuan klien dalam membina hubungan dengan orang lain.

b) Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain

melalui tahap : K P, K – P – P lain, K – P – P lain – K lain, K – P – keluarga / kelompok / masyarakat.

c) Beri reinforcement terhadap kemampuan yang dicapai.

d) Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan.

e) Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan bersama klien dalam

mengisi waktu.

f) Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan diruangan.

g) Beri reinforcement atas kegiatan klien dalam ruangan.

e. TUK V : Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan

dengan orang lain.

1) Kriteria evaluasi

Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain untuk diri sendiri dan orang lain.

2) Intervensi

110

Page 111: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

a) Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan

dengan orang lain.

b) Diskusikan dengan klien tentang perasaan manfaat berhubungan

dengan orang lain.

c) Beri reinforcement positif atas kemampuan klien dalam

mengungkapkan perasaan bermanfaat berhubungan dengan orang lain.

f. TUK VI : Klien dapat memperdayakan system pendukung atau keluarga

mampu mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan dengan orang lain.

1) Kriteria evaluasi

Keluarga dapat :

a) Menjelaskan perasaannya.

b) Menjelaskan cara merawat klien menarik diri.

c) Mendemonstrasikan cara perawatan klien menarik diri.

d) Berparitisipasi dalam perawatan klien menarik diri.

2) Intervensi

a) Bila hubungan saling percaya dengan keluarga :

- Ucapkan salam dan perkenalkan diri.

- Sampaikan tujuan pertemuan.

- Buat kontrak waktu.

- Eksplorasi perasaan keluarga.

b) Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :

- Perilaku menarik diri.

- Penyebab perilaku menarik diri.

- Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri untuk diatasi.

111

Page 112: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

- Cara keluarga mengatasi perilaku menarik diri.

c) Dorong anggota keluarga untuk memberi dukungan kepada klien

untuk berkomunikasi dengan orang lain.

d) Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk

klien minimal satu kali seminggu.

e) Beri reinforcement atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga.

Rasional :

Keterlibatan keluarga sangat mendukung terhadap proses perbaikan perilaku klien.

G. DAFTAR PUSTAKA

Boyd, M.A & Nihart, M.A, (1998). Psychiatric Nuersing Cotemporary Practice, Edisi 9th, Lippincott Raven Publisrs, Philadelphis.

Carpenito, L.J, (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan (terjemahan). Edisi 8, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

DEPKES RI, (1989) Pedoman Perawatan Psikiatrik, Ed 1, DEPKES RI, Jakarta.

Johnson, B.S. (1995). Psyciatric-Mental Health Nursing Adaption and Growth, Edisi 2th, Lippincott-Raven Publisrs, Philadelphia.

Kusuma, W, (1997). Dari A sampai Z Kedaruratan Psiciatric dalam Praktek, Ed I, Profesional Books, Jakarta.

Keliat, B.A, (1997). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Ed I, EGC Jakarta.

Maramis, W.f, (1998). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga University Press, Surabaya.

Rawlins, R.P & Heacock, PE, (1998). Clinical Manual of Pdyshiatruc Nursing, Edisi 1, the C.V Mosby Company, Toronto.

Stuart, G.W & Sundeen, S.J, (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan). Edisi 3, EGC, Jakarta.

Townsend, M.C, (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri (terjemahan), Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Contoh SP (Strategi Pelaksanaan Isolasi Sosial : Menarik Diri)

112

Page 113: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Masalah : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

Pertemuan ke I (satu)

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi

a Klien menyendiri.

b. Klien menghindar dari kontak mata.

c. Klien tidak dapat mempertahankan komunikasi lama.

d. Klien tampak merenung di pojok ruangan.

2. Diagnosa Keperawatan

Resiko perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan isolasi sosial menarik diri.

3. Tujuan Khusus

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.

b. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri.

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

113

Page 114: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

1. Orientasi

a. Salam Terapeutik

“Selamat pagi. Mas, sedang apa ?”. “Kenalkan nama saya Iwan Setiawan”, mas bisa panggil saya Bapak atau mas Iwan saja”. “Mas namanya

siapa ? .......o o o Sigit Eko Widiyanto, senang dipanggil siapa ?”. “Mas Sigit atau mas Eko”. “Ooooo begitu baiklah mas Widi, saya akan

menemani mas Widi selama 2 minggu kedepan, nanti bisa cerita masalah yang dialami mas Widi”.

b. Evaluasi/Validasi

“Bagaimana perasaan mas Widi saat ini ?....o o o kalau saya lihat mas Widi tampak duduk sendiri ada apa sebenarnya ?”.

c. Kontrak

1) Topik

“Maukah mas Widi bercakap-cakap tentang kejadian di rumah dan yang menyebabkan mas Widi hanya diam menyendiri, mau kan ?”.

2) Tempat

“Dimana kita akan berbincang-bincang Mas ?, Bagaimana kalau di taman?”, mau !”.

3) Waktu

“Kita akan bercakap-cakap berapa menit ?”. “5 menit saja, ya !”.

2. Kerja

“yeach sekarang coba mas Widi ceritakan di rumah tinggal siapa ?”. “terus siapa lagi .........bagus”. “Diantara mereka siapa yang paling dekat dengan

mas Widi ?”.

Mas Widi tadi mengatakan lebih dekat dengan ibu dan kakak, mengapa. Apa ada sesuatu yang membuat mas Widi senang ?”.

“Nah sekarang diantara mereka, apakah ada sesuatu yang mas Widi tidak suka, yang sering membuat jengkel misalnya ?”, “o .......begitu, mengapa

mas Widi sangat tidak menyukainya ?” ........... sering memarahi mas Widi ?”.

“Apa yang dilakukan mas Widi supaya dekat dengan orang lain ?”. “Bagus !”. “Sekarang apa yang menyebabkan mas Widi senang menyendiri dan

tidak mau ngobrol dengan orang lain ?”, “Apakah ada orang yang mengejek atau menghina ?”. “Atau mungkin tidak ada teman yang sebaya dengan

mas Widi ?”. “Sehingga enggan keluar rumah ?”.

114

Page 115: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

3. Terminasi

a. Evaluasi Subyektif

“Bagaimana perasaan mas Widi setelah kita berbincang-bincang tentang penyebab menyendiri/tidak mau bergaul ?”.

b. Evaluasi Obyektif

“Jadi yang membuat mas Widi menyendiri tadi apa saja ? tolong ceritakan kembali !” ........yanch bagus.”

c. Rencana Tindak Lanjut

“Baiklah mas, nanti diingat-ingat lagi yang menyebabkan enggan bergaul dengan orang lain yang lain dan esok ceritakan kepada saya ya !”.

d. Kontrak

1) Topik

“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang cara mengendalikan suara-suara tersebut ?”, Setuju !”.

2) Tempat

“Baiklah kalau begitu, dimana kita akan bercaka-cakap, mungkin Mas Widi punya tempat yang teduh dan santai untuk ngobrol ?”

3) Waktu

“Berapa lama kita akan bercakap-cakap ?”. ”10 menit”. “Sampai jumpa besok ya, Mas!”.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Masalah : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

115

Page 116: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

Pertemuan ke II (dua)

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi

a Klien sudah dapat membina hubungan saling percara dengan perawat.

b. Klien dapat mengenal penyebab menarik diri.

2. Diagnosa Keperawatan

Resiko perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan isolasi sosial menarik diri.

3. Tujuan Khusus

Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

1. Orientasi

a. Salam Terapeutik

“Selamat pagi, Mas widioko ?”, “Masih ingat nama saya ? Bagus !”

b. Evaluasi/Validasi

“Bagaimana perasaan Mas Widi saat ini ? apakah ada penyebab menyendiri yang lain dan belum diceritakan kemarin ?”.

c. Kontrak

1) Topik

“Seperti kesepakatan kemarin, pagi ini kita akan bercakap-cakap tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain serta kerugian tidak

berhubungan dengan orang lain ?”

2) Tempat

“Seperti kesepakatan kemarin kita bercakap-cakap di taman ya !”

3) Waktu

116

Page 117: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

“Mas Widi mau berapa lama kita bercaka-cakap ?”. “10 menit, baiklah”.

2. Kerja

“Kemarin Mas Widi sudah menceritakan penyebab menyendiri, sekarang menurut mas Widi apa keutungan berhubungan dengan orang lain ?”,

“ya ........ bagus, terus apa lagi ?”. “Kalau kerugian tidak berhubungan dengan orang lain ?”. “.........tidak tahu ya tidak apa-apa”.

“Jadi begini, banyak manfaat yang dapat diambil jika kita mau bergaul atau berhubungan dengan orang lain, misalnya jadi banyak teman, dapat

mengisi waktu dan terhindar dari kesepian”. “Dengan bergaul kita juga jadi tambah ilmu dan wawasan”.

“Nah, jika kita tidak mau bergaul atau hanya menyendiri di kamar, kita jadi banyak melamun dan akhirnya tidak punya teman untuk dimintai bantuan

jika punya masalah”.

“Bagaimana sudah mengerti keuntungan dan kerugian bergaul ?”.

3. Terminasi

a. Evaluasi Subyektif

“Bagaimana perasaannya setelah bercakap-cakap tentang keuntungan bergaul dengan orang lain dan kerugian tidak bergaul ?”.

b. Evaluasi Obyektif

“Coba sebutkan kembali keuntungan bergaul !”. “Bagus.......lagi”, “kalau kerugiannya........?”.

c. Rencana Tindak Lanjut

“Nah karena mas Widi sudah tahu keuntungan bergaul maka harus dipraktikan ya !”. nanti pak Iwan bantu, bagaimana, bersedia ?”.

d. Kontrak

1) Topik

“Bagaimana kalau besok kita mulai belajar berkenalan dengan teman lain ?”.

117

Page 118: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

2) Tempat

“Dimana kita belajar berkenalan ?. O......diruang tamu baiklah”.

3) Waktu

“Mas Widi ingin berapa lama kita belajar berkenalan ?”. O......15 menit baiklah !”.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Masalah : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

118

Page 119: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

Pertemuan ke III (tiga)

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi

Klien sudah mengetahui berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.

2. Diagnosa Keperawatan

Resiko perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan isolasi sosial menarik diri.

3. Tujuan Khusus

Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap dengan antara klien dengan perawat.

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

1. Orientasi

a. Salam Terapeutik

“Selamat pagi, mas Widi !”.

b. Evaluasi/Validasi

“Bagaimana perasaan Mas Widi saat ini ?”.

c. Kontrak

1) Topik

“Pagi hari ini kita akan berlatih cara berkenalan yang baik, kan mas ?”.

2) Tempat

“Sesuai kesepakatan kemarin kita akan berlatih di ruang tamu kan, mas ?”.

3) Waktu

“Berapa lama kita bercaka-cakap ?” bagaimana kalau 15 menit ?”.

119

Page 120: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

2. Kerja

“Menurut mas Widi, bagaimana cara kita berkenalan dengan orang lain ?”.

“Yach bagus, apakah perlu kita berdiri dan berjabat tangan ?” terus apa yang kita sampaikan saat berkenalan ?”.

“Bagus !”. “Jadi kita sedang berkenalan, untuk menambah kehangatan dan keakraban kita perlu berjabat tangan dan berdiri, sedangkan seperti yang

mas Widi sebutkan, kita bisa menyampaikan nama, alamat, hoci dan lain-lain !”.

“Nah kita sekarang telah tahu cara berkenalan yang baik, bagaimana kalau kita coba ?”. “Anggap mas Widi belum kenal saya, dan saya belum kenal

mas Widi oke !”. “kita mulai, ayo kita beridiri !”.

“Aku ajari dulu, ya !”. “Kenalkan nama saya Iwan Setiawan, biasa dipanggil Iwan, rumah saya Kalinegoro, Magelang dan hobby saya memancing dan

membaca !”. “Kalau anda siapa, saya bisa panggil.......rumahnya dimana ?” siapa tahu saya bisa mampir suatu saat “, apa hoby anda ?” .......wah bagus

sekali”.

“Nah sekarang gantian mas berkenalan dengan saya ?” ......... terus !”. Bagus sekali, nanti dicoba pada temannya, ya !”

3. Terminasi

a. Evaluasi Subyektif

“Bagaimana perasaannya setelah berlatih berkenalan ?”.

b. Evaluasi Obyektif

“Coba ulangi lagi cara berkenalan yang sudah kita pelajari tadi !”. Bagus !”.

c. Rencana Tindak Lanjut

“Tolong mas Joko dibantu untuk menghindari suara-suara itu muncul lagi, caranya dengan yang sudah saya jelaskan tadi !”.

d. Kontrak

1) Topik

“Bagaimana kalau besok kita bercakap-cakap tentang cara berkenalan dengan orang lain ?”.

120

Page 121: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

2) Tempat

“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap di taman ?”, Setuju !’

3) Waktu

“Mau berapa lama ?”. “Bagaimana kalau 10 menit saja ?”.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Masalah : Isolasi Sosial Menarik Diri

121

Page 122: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

Pertemuan ke IV (empat)

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi

a. Klien mengetahui cara berkenalan yang baik.

b. Klien dapat mempraktekkan perkenalan diri dengan perawat.

2. Diagnosa Keperawatan

Resiko perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan isolasi sosial menarik diri.

3. Tujuan Khusus

Klien dapat mengembangkan hubungan secara bertahap dengan klien lain dan perawat lain dengan benar.

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

1. Orientasi

a. Salam Terapeutik

“Selamat pagi, Mas Widi ?”.

b. Evaluasi/Validasi

“Bagaimana perasaan Mas Widi saat ini ?”, baik-baik saja kan, ada yang ingin disampaikan ?”.

c. Kontrak

1) Topik

“Kita akan memperhatikan cara berkenalan yang sudah kita pelajari kemarin”, “Bagaimana mas Widi bersedia ?”.

2) Tempat

“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap di ruang makan saja, biar lebih santai?”.

3) Waktu

122

Page 123: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

“Berapa lama kita akan bercaka-cakap ?” Bagaimana kalau 15 menit ?”.

2. Kerja

“Nah, mas Widi ingat apa yang akan kita lakukan sekarang ?”......”ya berkenalan. Sekarang mas Widi berkenalan dengan teman yang lain”,

silahkan !”. “......ya bagus !”.

“Berkenalan dengan teman sudah, bagaimana kalau sekarang mas Widi berkenalan dengan pak Mantri yang sedang duduk di ruang perawatan itu ?”,

nggak apa-apa, saya temani”.

“Ya, bagus, bagaimana perasaannya sekarang. Masih takut berkenalan dengan orang lain ?”.

3. Terminasi

a. Evaluasi Subyektif

“Bagaimana perasaannya setelah berkenalan dengan teman dan perawat lain ?”.

b. Evaluasi Obyektif

“Coba sebutkan kembali siapa nama teman mas Widi tadi ?” seterus pak Mantri tadi siapa namanya ? ........... Bagus”.

c. Rencana Tindak Lanjut

“Jangan lupa nanti berkenalan dengan teman-teman lain !”. Dan ngobrol dengan yang lain biar tidak jenuh dan banyak melamun”.

d. Kontrak

1) Topik

“Bagaimana kalau keluarga menengok, kita bercakap-cakap lagi tentang perlunya bergaul dengan orang lain ?”.

2) Tempat

“Bagaimana kalau besok kita bercakap-cakap di teras saja ?”, Setuju !”

3) Waktu

“Mau berapa lama ?”. “Bagaimana kalau 10 menit saja ?”. “Sampai jumpa !”.

123

Page 124: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Masalah : Isolasi Sosial Menarik Diri

Pertemuan ke V (lima)

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi

a. Klien sudah dapat berkenalan dengan klien lain dan perawat lain.

b. Klien mau berkomunikasi secara verbal dan non verbal selama kurang lebih

5 menit..

2. Diagnosa Keperawatan

Resiko perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan isolasi sosial menarik diri.

3. Tujuan Khusus

Klien dapat mengungkapkannya setelah berkenalan dan ngobrol dengan orang lain.

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

1. Orientasi

a. Salam Terapeutik

“Selamat pagi, Mas Widi ?”. Baik-baik saja kan ?”.

b. Evaluasi/Validasi

“Bagaimana perasaannya Mas Widi saat ini ?”, apakah sudah berhubungan dengan teman yang lain ?”.

124

Page 125: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

c. Kontrak

1) Topik

“Seperti kesepakatan kemarin, pagi ini kita akan bercakap-cakap tentang perasaan mas Widi setelah berhubungan dengan teman yang lain ?”.

2) Tempat

“Kita bercakap-cakap di ruang makan saja !”.

3) Waktu

“Mas Widi mau berapa lam kita bercakap-cakap ?”. “5 menit, baiklah”.

2. Kerja

“Kemarin mas Widi sudah berkenalan dengan teman lain, perawat lain, sekarang bagaimana perasaannya ?”. “Tolong ceritakan pada saya !”.

“Senang, terus apa lagi ?”.

“Nah kalau begitu, ada manfaatnya kan berhubungan dengan orang lain”. Makanya jangan diam saja, cari teman yang banyak dan jangan lupa rutin

minum obat, agar rasa malu yang mas Widi alami dapat hilang (tidak muncul lagi)”.

3. Terminasi

a. Evaluasi Subyektif

“Bagaimana perasaannya setelah mengungkapkan perasaan berkenalan dengan yang lain ?”.

b. Evaluasi Obyektif

“Coba kembali utarakan perasaannya setelah berkenalan dengan orang lain !”. Bagus ........... apa lagi”.

c. Rencana Tindak Lanjut

“Jangan lupa nanti berkenalan dengan teman-teman lain !”. Dan ngobrol dengan yang lain biar tidak jenuh dan banyak melamun”.

d. Kontrak

125

Page 126: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

1) Topik

“Bagaimana kalau keluarga menengok, kita bercakap-cakap lagi bersama keluarga mas Widi yang dulu suka menyendiri di kamar ?”.

2) Tempat

“Bagaimana kalau besok keluarga datang, kita bercakap-cakap di ruang tamu saja biar lebih leluasa ?”.

3) Waktu

“Mas Widi ingin berapa lama kita bercakap-cakap besok ?”, “o.........20 menit, baiklah !”.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Masalah : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

Pertemuan ke VI (enam)

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi

Klien sudah mengetahui cara berkenalan dan manfaat bergaul dengan orang lain.

2. Diagnosa Keperawatan

Resiko perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan isolasi sosial menarik diri.

3. Tujuan Khusus

Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengatasi menarik diri.

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

1. Orientasi

126

Page 127: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

a. Salam Terapeutik

“Selamat pagi Pak !”. “Kenalkan Bapak yang merawat mas Widi disini, saya bisa dipanggil Bapak siapa ?” .......o o ya Pak Jaya”.

b. Evaluasi/Validasi

“Bagaimana perasaan Mas Widi saat ini ?”, .........apakah mas Widi mengenal bapak ini siapa ?”. “Apakah Bapak sudah tahu mengapa mas Widi

senang menyendiri di kamar ?”.

c. Kontrak

1) Topik

“Pagi ini kebetulan Pak Jaya menengok mas Widi, kita akan bercakap-cakap tentang pengertian, penyebab menarik diri, akibat menarik diri

dan cara mengatasinya, bagaimana pak, bersedia ?”.

2) Tempat

“Bagaimana kalai kita berbincang-bincang di ruang tamu biar lebih santai ?”.

3) Waktu

“Berapa lama kita akan bercaka-cakapnya ?” 30 menit ?”.

2. Kerja

“Tolong bapak ceritakan apa yang dilakukan Mas Widi di rumah ?”. “terus apalagi ?” “.......bagus”. “Apa yang dilakukan keluarga mas Widi mau

keluar dari kamar dan bergaul dengan teman-temannya ?”. “Jadi begini, ya pak mas Widi ini masih malu dalam istilah kedokteran mempunyai

perilaku menarik diri, artinya mas Widi mempunyai kebiasaan menyendiri di kamar, malas melakukan aktivitas (mandi), tidak mau bicara dan banyak

melamun”. “Apa benar mas Widi mempunyai perilaku seperti itu Pak ?”.

“Orang yang mempunyai perilaku demikian biasanya disebabkan, karena perasaan malu atau takut diejek atau dihina orang lain”. “Kemudian bila

perilaku ini tidak diatasi, maka dapat menimbulkan perilaku yang lain tampak ketakutan, tertawa atau bicara sendiri dan kadang-kadang justru

menyerang orang lain”.

127

Page 128: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

“Bagaimana agar mas Widi ini tidak menyendiri lagi dan terjadi seperti hal tadi”. “Maka keluarga harus menemani mas Widi, mengajak mas Widi

bergaul dengan tetangga, mengajak nonton televisi, makan bersama, berjalan-jalan”. “Jangan lupa awasi ketika mas Widi minum obat dan libatkan

mas Widi dalam pekerjaan rumah, seperti membersihkan rumah atau alat-alat rumah tangga”.

“Bagaimana pak sudah paham atau mungkin ada yang mau ditanyakan ?”.

3. Terminasi

a. Evaluasi Subyektif

“Bagaimana perasaannya pak setelah kita berbincang-bincang tentang pengertian, penyebab, akibat dan cara mengatasi perilaku menarik diri ?”.

b. Evaluasi Obyektif

“Coba sebutkan kembali !” pengertian, penyebab, akibat dan cara yang dapat dilakukan agar mas Widi tidak mengalami menarik diri ?”.

c. Rencana Tindak Lanjut

“Tolong ya pak mas Widi dibantu untuk mengembangkan hubungan dengan orang lain (teman dan tetangga)”.

d. Kontrak

1) Topik

“Bagaimana kalau besok pak Jaya menengok lagi kita bercakap-cakap tentang manfaat dan efek samping obat yang mas Widi minum ?”.

2) Tempat

“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap di ruang perawatan saja ?”, Setuju !”

3) Waktu

“Mau berapa lama ?”. “Bagaimana kalau 15 menit saja ?”

LAPORAN PENDAHULUAN

PERILAKU KEKERASAN

128

Page 129: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

A. MASALAH UTAMA

Masalah utama : Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

B. PROSES TERJADINYA MASALAH

1. Pengertian

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang

lain dan lingkungan yang merupakan respon dari kecemasan dan kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman (Stuart & Sundeen,

1995). Menurut Harper, et al. (1992) dalam Boyd & Nihart (1998) perilaku kekerasan adalah tindakan fisik karena dorongan yang kuat dapat

menyebabkan orang lain atau obyek lain (barang-barang rumah tangga) dalam rangka untuk menyampaikan pesan, dimana perilaku menganggap

perilakunya benar dan tidak menimbulkan korban.

Individu melakukan kekerasan akibat frustasi yang dirasakan sebagai pemicu dan individu tidak mau berpikir serta mengungkapkan secara verbal,

sehingga mendemonstrasikan pemecahan masalah dengan cara yang tidak adekuat (Rawlins & Heacock, 1998). Menurut Schulz & Videbeck (1994) dan

Sives (1998) dikatakan sebagai setiap pasien mempunyai kemampuan untuk melakukan tindakan merusak orang lain sebagai setiap mempunyai

kemampuan untuk melakukan tindakan merusak orang lain sebagai akibat proses internal pasien dan perasan ramah.

2. Tanda dan Gejala

Klien dengan perilaku kekerasan sering menunjukkan adanya (Boyd & Nihart, 1998) antara lain :

Data subyektif :

a. Klien mengeluh perasaan terancam, marah dan dendam.

b. Klien mengungkapkan perasaan tidak bergunba.

c. Klien mengungkapkan perasaan jengkel.

d. Klien mengungkapkan adanya keluhan fisik seperti dada berdebar-debar, rasa tercekik, dada terasa sekal dan bingung.

e. Klien mengatakan mendengar suara-suara yang menyuruh melukai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

129

Page 130: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

f. Klien mengatakan semua orang ingin menyerangnya.

Data objektif :

a. Muka merah.

b. Mata molotot.

c. Rahang dan bibir mengatup.

d. Tangan dan kaki tegang, tangan mengepal.

e. Tampak mondar mandir.

f. Tampak bicara sendiri dan ketakutan.

g. Tampak berbicara dengan suara tinggi.

h. Tekanan darah meningkat.

i. Frekuensi denyut jantung meningkat.

j. Nafas pendek.

3. Penyebab

Perilaku kekesaran sering disebabkan oleh karena kurangnya percaya pada orang lain, perasaan panik reaksi kemarahan, waham sukar berinteraksi

dimasa lampau, perkembangan ego yang lemah serta depresi rasa takut (Townsend, M.C, 1998:150). Menurut Stuart, G.W & Sundeen, S.J (!998:315)

perilaku kekerasaan disebabkan oleh gangguan konsep diri harga diri rendah.

Gangguan konsep diri harga diri rendah adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku

memenuhi ideal diri (Stuart dan Sundeen, 1998:227). Menurut Townsend (1998:189) harga diri rendah merupakan evaluasi diri dari perasaan tentang diri

atau kemampuan diri yang negatif baik langsung maupun tidak langsung. Pendapat senada diungkapkan oleh Carpenito, L.J (1998:352) bahwa harga diri

rendah merupakan keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan diri.

Menurut Carpenito, L.J (1998:352); Keliat, B.A (1994:20); perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah antara lain :

Data subjektif :

a. Mengkritik diri sendiri atau orang lain.

130

Page 131: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

b. Perasaan tidak mampu.

c. Rasa bersalah.

d. Sikap negatif pada diri sendiri.

e. Sikap pesimis pada kehidupan.

f. Keluhan sakit fisik.

g. Menolak kemampuan diri sendiri.

h. Pengurangan diri/mengejek diri sendiri.

i. Perasaan cemas dan takut.

j. Merasionalisasi penolakan/menjauh dari umpan balik positif.

k. Mengungkapkan kegagalan pribadi.

l. Ketidakmampuan menentukan tujuan.

Data objektif :

a. Produktifitas menurun.

b. Perilaku distruktif pada diri sendiri.

c. Menarik diri dari hubungan sosial.

d. Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah.

e. Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan)

4. Akibat

Menurut Townsend, M.C, (1998:156). Perilaku kekerasan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan, baik diri sendiri

maupun orang lain.

Seseorang dapat beresiko mengalami perilaku kekerasan pada dan orang lain dapat menunjukkan perilaku :

Data subjektif :

a. Mengungkapkan mendengar atau melihat obyek yang mengancam.

131

Page 132: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

b. Mengungkapkan perasaan takut, cemas khawatir.

Data objektif :

a. Wajah tegang merah.

b. Mondar mandir.

c. Mata melotot, rahang mengatup.

d. Tangan mengepal.

e. Keluar keringat banyak.

f. Mata merah.

g. Tatapan mata tajam.

h. Muka merah.

C. MASALAH DAN DATA YANG HARUS DIKAJI

No Masalah Keperawatan Data Subyektif Data Obyektif

1.

2.

Masalah utama : perilaku kekerasan

MK : penyebab gangguan konsep diri :

harga diri rendah

Klien mengatakan telah merusak alat-lat rumah tangga

dan memukul orang lain

Mengungkapkan ingin diakui jati dirinya

Mengungkapkan tidak ada lagi yang peduli

Mengungkapkan tidak bisa apa-apa

Mengungkapkan dirinya tidak berguna

Mengkritik diri sendiri

Perasaan tidak mampu

Tampak cemas dan khawatir

Wajah tampak tegang

Mondar-mandir

Merasa diremehkan orang lain

Merusak diri sendiri

Merusak orang lain Ekspresi malu

Menarik diri dari hubungan sosial

Tampak mudah tersinggung

Tidak mau makan dan tidak mau tidur

132

Page 133: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

Masalah Utama

3. MK : Akibat resiko mencederai diri

sendiri dan orang lain

Klien mengungkapkan cemas dan khawatir

Klien mengungkapkan apa yang dilihat dan didengar

mengancam dan membuatnya takut

Wajak klien tampak tegang

Mata merah dan melotot

Rahang mengatup

Tangan mengepal

Mondar mandir

D. POHON MASALAH

Resiko mencederai diri sendiri

Orang lain & lingkungan

Perilaku kekerasan

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

Gambar Pohon Masalah (Keliat, B.A, 1998:6)

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan

dengan perilaku kekerasan.

133

Page 134: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah.

F. FOKUS INTERVENSI

Diagnosa keperawatan : Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.

1. Tujuan umum

Klien dapat melanjutkan hubungan peran sesuai dengan tanggung jawab.

2. Tujuan khusus

a. TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya.

1) Kriteria evaluasi :

a) Klien mau membalas salam.

b) Klien mau berjabat tangan.

c) Klien mau menyebutkan nama.

d) Klien mau kontak mata.

e) Klien mau mengetahui nama perawat.

f) Klien mau menyediakan waktu untuk kontak.

2) Intervensi

a) Beri salam dan panggil nama klien.

b) Sebutkan nama perawat sambil berjabat tangan.

c) Jelaskan maksud hubungan interaksi.

d) Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat.

e) Beri rasa aman dan sikap empati.

f) Lakukan kontak singkat tapi sering.

Rasional :

Hubungan saling percaya merupakan landasarn utama untuk hubungan selanjutnya.

b. TUK II : Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.

134

Page 135: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

1) Kriteria evaluasi :

a) Klien dapat mengungkapkan perasaannya.

b) Klien dapat mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/kesal (dari

diri sendiri, lingkungan dan orang lain).

2) Intervensi

a) Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya.

b) Bantu klien untuk mengungkap perasaannya.

Rasional :

Dengan memberi kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya membantu mengurangi stres dan penyebab perasaan jengkel dapat

diketahui.

c. TUK III : Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasaan.

1) Kriteria evaluasi :

a) Klien dapat mengungkapkan perasaan saat marah atau jengkel.

b) Klien dapat menyimpulkan tanda-tanda jengkel/kesal yang dialami.

2) Intervensi

a) Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami saat marah/jengkel.

Rasional :

Untuk mengetahui hal-hal yang dialami dan dirasakan saat jengkel.

b) Observasi tanda-tanda perilaku kekerasan pada klien.

Rasional :

Untuk mengetahui tanda-tanda klien saat jengkel / marah.

c) Simpulkan bersama klien tanda-tanda klien saat jengkel/marah yang dialami.

Rasional :

Menarik kesimpulan bersama klien supaya mengetahui secara garis besar tanda-tanda marah/jengkel.

135

Page 136: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

d. TUK IV : Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasaan yang biasa

dilakukan.

1) Kriteria evaluasi

a) Klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang dilakukan.

b) Klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa

dilakukan.

c) Klien dapat mengetahui cara yang biasa dapat menyelesaikan

masalah atau tidak.

2) Intervensi

a) Anjurkan klien mengungkapkan perilaku kekerasaan yang biasa

dilakukan klien.

Rasional :

Mengeksplorasi perasaan klien terhadap perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

b) Bantu klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang

biasa dilakukan.

Rasional :

Untuk mengetahui perilaku kekerasan yang biasa dilakukan dan dengan bantuan perawat bisa membedakan perilaku konstruktif dan

destruktif.

c) Bicarakan dengan klien apakan dengan cara yang klien lakukan

masalahnya selesai ?

Rasional :

Dapat membantu klien dalam menemukan cara yang dapat menyelesaikan masalah.

e. TUK V : Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.

136

Page 137: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

1) Kriteria evaluasi

a) Klien dapat mengungkapkan akibat dari cara yang dilakukan klien.

2) Intervensi

a) Bicarakan akibat kerugian dari cara yang dilakukan klien.

Rasional :

Membantu klien menilai perilaku kekerasan yang biasa dilakukannya.

b) Bersama klien menyimpulkan akibat cata yang dilakukan oleh klien.

Rasional :

Dengan mengetahui akibat perilaku kekerasan diharapkan klien merubah perilaku destruktif yang dilakukan menjadi perilaku konstruktif.

c) Tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang

sehat ?

Rasional :

Agar klien mengetahui cara lain yang lebih konstruktif.

f. TUK VI : Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespons

terhadap kemarahan secara konstruktif.

1) Kriteria evaluasi

Klien dapat melakukan cara berespons terhadap kemarahan secara konstruktif.

2) Intervensi

a) Tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang

sehat ?

Rasional :

Dengan mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespons terhadap kemarahan dapat membantu klien menemukan cara yang baik untuk

mengurangi kejengkelannya sehingga klien tidak stres lagi.

137

Page 138: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

b) Beri pujian jika klien menemukan cara yang sehat.

Rasional :

Reinforcement positif dapat memotivasi dan meningkatkan harga dirinya.

c) Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat.

- Secara fisik : tarik nafas jika sedang marah/jengkel, memukul benda/kasur atau olah raga atau pekerjaan yang menguras tenaga.

- Secara verbal : bahwa anda sedang kesal, tersinggung/jengkel (saya kesal anda berkata seperti itu; saya marah karena mama tidak

memenuhi keinginan saya).

- Secara sosial : Lakukan dalam kelompok cara-cara marah yang sehat, latihan asertif, latihan manajemen perilaku kekerasan.

- Secara spiritual : anjurkan klien sembahyang, berdo’a/ibadah lain : meminta kepada Tuhan untuk diberi kesabaran mengadu kepada

Tuhan kekerasan/kejengkelan.

Rasional :

Berdiskusi dengan klien untuk memilih cara yang lain sesuai dengan kemampuan klien.

g. TUK VI : Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan.

1) Kriteria evaluasi

Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan.

- Fisik : tarik, olah raga dan menyiram tanaman.

- Verbal : mengatakan secara langsung dengan tidak menyakiti.

- Spiritual : sembahyang, berdo’a/ibadah yang lain.

2) Intervensi

a) Bantu klien memilih cara yang tepat untuk klien.

Rasional :

Memberikan stimulasi kepada klien untuk menilai respons perilaku kekerasan secara tepat.

b) Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang dipilih.

138

Page 139: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

Rasional :

Membantu klien membuat keputusan untuk memilih cara yang akan digunakan dengan melihat manfaatnya.

c) Bantu klien menstimulasi cara tersebut (role play)

Rasional :

Agar klien mengetahui cara marah yang konstruktif.

d) Berikan reinforcement positif atas keberhasilan klien menstimulasi

cara tersebut.

Rasional :

Pujian dapat meningkatkan motivasi dan harga diri klien.

e) Anjurkan klien menggunakan cara yang telah dipilihnya jika ia

sedang kesal atau jengkel.

Rasional :

Agar klien menggunakan cara yang telah dipilihnya jika ia sedang kesal atau jengkel.

h. TUK VII : Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku

kekerasan.

1) Kriteria evaluasi

a) Keluarga klien dapat menyebutkan cara merawat klien yang

berprilaku kekerasan.

b) Keluarga klien merasa puas dalam merawat klien.

2) Intervensi

a) Identifikasi kemampuan keluarga merawat klien dari sikap apa yang

telah dilakukan keluarga terhadap klien selama ini.

Rasional :

139

Page 140: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

Kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi akan memungkinkan keluarga untuk melakukan penilaian terhadap perilaku kekerasan.

b) Jelaskan peran serta keluarga dalam perawatan klien.

Rasional :

Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang cara merawat klien sehingga keluarga terlibat dalam perawatan kliem.

c) Jelaskan cara-cara merawat klien.

- Terkait dengan cara mengontrol perilaku marah secara konstruktif.

- Sikap tenang bicara tenang dan jelas.

- Membantu klien mengenal penyebab marah.

Rasional :

Agar dapat merawat klien dengan perilaku kekerasam klien.

d) Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien.

Rasional :

Agar keluarga mengetahui cara merawat klien melalui demonstrasi yang dilihat oleh keluarga secara langsung.

e) Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah melakukan

demonstrasi.

Rasional :

Mengeksplorasi perasaan keluarga setelah melakukan demonstrasi.

i. TUK IX : Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program

pengobatan).

1) Kriteria evaluasi

a) Klien dapat menyebutkan obat – obatan yang diminum dan

kegunaannya (jenis, waktu, dosis dan efek)

b) Klien dapat minum obat sesuai dengan program pengobatan.

140

Page 141: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

2) Intervensi

a) Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum klien dan keluarga.

Rasional :

Klien dapat mengetahui nama-nama obat yang diminum oleh klien.

b) Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat

tanpa izin dokter.

Rasional :

Klien dan keluarga dapat mengetahui obat yang dikonsumsi oleh klien.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Masalah : Perilaku Kekerasan

141

Page 142: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

Pertemuan ke II (dua)

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi

a Klien sudah dapat membina hubungan saling percara dengan perawat.

b. Klien dapat mengenal penyebab marah.

2. Diagnosa Keperawatan

Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan dengan perilaku kekerasan.

3. Tujuan Khusus

a Klien mampu mengidentifikasi tanda gejala perilaku kekerasan.

b. Klien mampu mengidentifikasi yang biasa dilakukan.

c. Klien mampu mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan klien.

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

1. Orientasi

a. Salam Terapeutik

“Selamat pagi, Mas Arif ?”, “Masih ingat nama saya ?”

b. Evaluasi/Validasi

“Bagaimana perasaan Mas Arif saat ini ? apakah ada penyebab marah yang lain dan belum diceritakan kemarin ?”.

c. Kontrak

1) Topik

“Seperti kesepakatan kemarin, pagi ini kita akan bercakap-cakap tentang perasaan mas Arif rasakan saat marah, yang bisa dilakukan saat

marah dan akibat dari tindakan yang telah dilakukan?”.

142

Page 143: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

2) Tempat

“Seperti kesepakatan kemarin kita bercakap-cakap di taman ya !” “Atau mungkin mas Arif ingin tempat lain ?”.

3) Waktu

“Mas Arif mau berapa lama kita bercaka-cakap ?”. “15 menit, baiklah”.

2. Kerja

“Kemarin Mas Arif sudah menceritakan penyebab marah, Nah ceritakan apa yang dirasakan mas Arif saat marah/saat memukul ibu !”, saat mas Arif

marah apakah ada perasaan tegang, kesal, tegang, mengepalkan tangan, mondar mandir ?”. “atau mungkin ada hal lain yang dirasakan ?”.

“Apakah mas Arif pernah melakukan tindakan lain selain memukul ibu saat marah ?”, “misalnya membanting piring memcahkan kaca, atau mungkin

merusak tanaman !” ........memecahkan kaca !”. “terus apakah setelah melakukan tindakan tadi (memukul ibu dan memecahkan kaca) masalah yang

dialami selesai, apakah diberikan motor oleh orang tua mas Arif ?”.

“Apakah mas Arif akibat dari tindakan yang telah dilakukan di rumah ?” ..........ya tangan jadi sakit, jendela rusak.........terus apalagi ?” ...........dan

akhirnya dibawa ke rumah sakit jiwa !”.

3. Terminasi

a. Evaluasi Subyektif

“Bagaimana perasaannya setelah bercakap-cakap tentang perasaan saat marah dan yang bisa dilakukan saat marah dan akibatnya ?”.

b. Evaluasi Obyektif

“Coba sebutkan kembali tindakan yang bisa dilakukan saat marah !”. “Bagus.......lagi”, “kalau akibatnya apa......?”.

c. Rencana Tindak Lanjut

“Nah karena mas Arif sudah tahu tindakan yang telah dilakukan maukah mas Arif belajar mengungkapkan rasa marah yang sehat ?”. “nanti suster

ajari, bagaimana, bersedia ?”.

d. Kontrak

1) Topik

143

Page 144: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

“Bagaimana kalau besok kita mulai belajar mengungkapkan rasa marah yang sehat ?”.

2) Tempat

“Dimana kita belajar marah yang sehat ?. O......diruang tamu baiklah”.

3) Waktu

“Mas Arif ingin berapa lama kita belajar marah yang sehat ?”. O......15 menit baiklah !”.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Masalah : Perilaku Kekerasan

144

Page 145: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

Pertemuan ke III (tiga)

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi

Klien sudah mengetahui perasaan marah dan akibat tindakan yang dilakukan saat marah, klien tenang dan kooperatif.

2. Diagnosa Keperawatan

Resiko perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan isolasi sosial menarik diri.

3. Tujuan Khusus

a. Memilih cara marah yang konstruktif.

b. Mendemonstrasikan sat cara marah yang konstruktif.

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

1. Orientasi

a. Salam Terapeutik

“Selamat pagi, mas Arif !”.

b. Evaluasi/Validasi

“Bagaimana perasaan Mas Arif saat ini ?”.

c. Kontrak

1) Topik

“Pagi hari ini kita akan berlatih cara mengungkapkan marah yang sehat, benar kan mas ?”.

2) Tempat

“Sesuai kesepakatan kemarin kita akan berlatih di ruang tamu kan, mas ?”.

3) Waktu

145

Page 146: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

“Berapa lama kita bercaka-cakap ?” bagaimana kalau 15 menit ?”.

2. Kerja

“Menurut mas Arif, bagaimana cara mengungkapkan marah yang benar, tentunya tidak merugikan / membahayakan orang lain ?”........ya terus,

bagus !”. “Nah sekarang akan suster ajarkan satu persatu cara marah yang sehat, langsung suster jelaskan !”.

“Yang pertama kita bisa ceritakan kepada orang lain yang membuat kita kesal atau marah, misalnya dengan mengatakan : saya marah dengan

kamu !”, maka hati kita akan sedikit lega”.

“Yang kedua dengan menarik nafas dalam saat marah / jengkel sehingga menjari rileks”.

“Yang ketiga dengan mengambil air rudhu lalu sholat atau berdo’a agar diberi kesabaran, tujuannya agar kita menjadi lebih tenang”.

“Yang keempat dengan mengalihkan rasa marah/jengkel kita dengan aktivitas, misalnya dengan olah raga, membersihkan rumah, membersihkan alat-

alat rumah tangga seperti mencuci piring. Sehingga energi kita menjadi berkurang dan dapat mengurangi ketegangan”.

“Suster sudah jelaskan empat cara marah yang sehat, ada yang belum jelas ?”. “Nanti mas Arif bisa coba memilih salah satu cara untuk dipraktekkan”.

“O...... mau yang menarik nafas dalam !”, “baiklah ayo kita mulai, coba ikuti suster, tarik nafas melalui hidung, ya bagus, tahan sebentar dan

keluarkan / tiup melalui mulut, ulangi sampai 5 kali”. “Nah kalau sudah merasa lega bisa mas Arif lanjutkan dengan olah raga, membersihkan rumah

atau kegiatan lain”.

3. Terminasi

a. Evaluasi Subyektif

“Bagaimana perasaannya setelah berlatih cara marah yang sehat ?”.

b. Evaluasi Obyektif

“Coba ulangi lagi cara menarik nafas yang dalam yang sudah kita pelajari tadi !”. Bagus !”.

c. Rencana Tindak Lanjut

“Tolong mas, nanti dicoba lagi cara yang sudah suster ajarkan dan jangan lupa ikuti kegiatan di ruangan ya !”.

d. Kontrak

1) Topik

146

Page 147: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

“Bagaimana kalau keluarga datang kita bercakap-cakap cara marah yang sehat ?”.

2) Tempat

“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap di ruang tamu ?”, Setuju !’

3) Waktu

“Mau berapa lama ?”. “Bagaimana kalau 30 menit saja ?”.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Masalah : Perilaku kekerasan

147

Page 148: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

Pertemuan ke IV (empat)

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi

a. Klien mengetahui cara mengungkapkan marah yang sehat.

b. Klien dapat mempraktekkan cara marah yang sehat.

2. Diagnosa Keperawatan

Resiko perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan isolasi sosial menarik diri.

3. Tujuan Khusus

Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan.

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

1. Orientasi

a. Salam Terapeutik

“Selamat pagi, Mas Arif ?”. Ini keluarganya ya ?”.

b. Evaluasi/Validasi

“Bagaimana perasaan Mas Arif saat ini ?”, baik-baik saja kan, ada yang ingin disampaikan ?”. “O......saya adalah suster Dani yang merawat mas

Arif, Bapak namanya siapa ?”. “Pak Eko. Ada hubungan apa dengan mas Arif ?”, oooooo ayah, naiklah, kebetulan !”.

c. Kontrak

1) Topik

“Pada kesempatan ini kita akan berbincang-bincang cara tentang merawat mas Arif di rumah”, “Bagaimana pak Eko bersedia ?”

2) Tempat

“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap di ruang tamu saja, biar lebih santai?”.

148

Page 149: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

3) Waktu

“Berapa lama kita akan bercaka-cakap ?” Bagaimana kalau 30 menit ?”.

2. Kerja

“Nah, tolong ceritakan apa yang membuat mas Arif dibawa ke RSJ ?”. “Terus apa yang dilakukan keluarga saat mas Arif modar mandir dan marah-

marah ?” .......terus apa lagi pak ?”.

“Apa yang diceritakan tadi tidak salah, akan tetapi ada cara lain yang lebih menolong agar mas Arif tidak melakukan tindakan mencederai orang lain

dan merusak kaca lagi”.

“Begini pak, ada beberapa cara yang dapat disarankan agar dilakukan mas Arif, misalnya dengan olah raga, membaca al-Qur’am, sholat,

membersihkan kamar mandi, membersihkan rumah, memukul bantal/kasur, membantu orang tua bekerja”.

“Masih ada cara lain yang lebih mudah, misalnya dengan melatih klien bersikap terbuka, juga penting untuk klien yang sedang marah, melakukan

relaksasi dengan menarik nafas dalam dapat mengurangi rasa marah dan dapat menenangkan perasaan klien, Bagaimana pak sudah jelas, atau masih

ada yang akan ditanyakan ?”.

3. Terminasi

a. Evaluasi Subyektif

“Bagaimana perasaannya setelah tahu cara merawat mas Arif ?”.

b. Evaluasi Obyektif

“Coba sebutkan kembali berapa cara yang dapat dilakukan saat marah ?” “Terus apa lagi ?”............ Bagus”.

c. Rencana Tindak Lanjut

“Jangan lupa besok kalau mas Arif sudah pulang dan seperti akan marah-marah tolong ingatkan cara-cara yang sudah diajarkan tadi ya !”.

d. Kontrak

1) Topik

149

Page 150: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

“Bagaimana kalau besok keluarga menengok lagi, kita akan bercakap-cakap lagi tentang cara minum obat dan manfaatnya bagi mas Arif ?”.

2) Tempat

“Kita bercakap-cakap di tempat ini lagi ya ?”.

3) Waktu

“Mau berapa lama ?”. “Bagaimana kalau 30 menit saja ?”. “Sampai jumpa !”.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Masalah : Perilaku Kekerasan

150

Page 151: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

Pertemuan ke V (lima)

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi

a. Klien mengetahui cara mengungkapkan marah yang sehat.

b. Klien dapat mempraktekkan cara merawat pasien yang sedang marah-

marah.

2. Diagnosa Keperawatan

Resiko perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan isolasi sosial menarik diri.

3. Tujuan Khusus

Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program pengobatan).

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

1. Orientasi

a. Salam Terapeutik

“Selamat pagi, Mas Arif dan Pak Eko ?”. Baik-baik saja kan ?”.

b. Evaluasi/Validasi

“Bagaimana perasaan Mas Arif saat ini ?”, apakah sudah lebih rileks ?”.

c. Kontrak

1) Topik

“Seperti kesepakatan kemarin, pagi ini kita akan bercakap-cakap tentang cara penggunaan obat yang dan manfaatnya bagi mas Arif ?”.

2) Tempat

“Kita bercakap-cakap di ruang tamu saja !”.

151

Page 152: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

3) Waktu

“Mas Arif mau berapa lama kita bercakap-cakap ?”. “30 menit ?”. “Baiklah !”.

2. Kerja

“Berapa jenis obat yang diminum mas Arif tadi pagi ?”. “Ya......bagus”.

“Jadi begini ya mas Arif, obat yang diminum tadi ada tiga macam, ini obatnya saya bawakan”.

“Saya jelaskan satu persatu ya ?”. “Yang warnanya oranye ini namanya CPZ atau chlorponazin, gunanya untuk mempermudah mas Arif tidur

sehingga dapat istirahat, minumnya 2 x sehari pagi hari dan sore hari, pagi jam 07.00 dan sore jam 17.30 WIB”. “Efek sampingnya badan menjadi

lemas, keluar ludah terus menerus”.

“Nahm yang ini namanya PHD atau haloperidole, karena mas Arif dapat yang 5 mg, maka warnanya jambon atau pink, cara dan waktunya minum

sama dengan CPZ, 2 x sehari “. “Gunanya obat ini untuk menenangkan mas Arif sehingga dapat mengontrol perilakunya saat marah, sehingga lebih

rileks, santai dan dapat mengontrol emosi, efek sampingnya badan menjadi kaku, terutama tangan dan kaki, mulut kering dan dada berdebar-debar dan

tremor/ndredek dalam istilah jawa”.

“Tapi mas Arif jangan kuatir, ada penangkalnya, makanya diberikan obat yang putih agak besar ini. Ini namanya Triheksipenidile atau THP,

fungsinya obat ini menetralkan atau menghilangkan efek samping yang tidak mengenakan tadi, makanya obat ini harus diminum bersamaan dengan

obat CPZ dan HPD tadi”.

“Bagaimana masih ada yang belum jelas ?”. “Jangan lupa kalau obat ini hampir habis segera kontrol kembali ya !”.

3. Terminasi

a. Evaluasi Subyektif

“Bagaimana perasaannya setelah bercakap-cakap tentang jenis dan manfaat obat yang mas Arif minum setiap hari ?”.

b. Evaluasi Obyektif

152

Page 153: bUKUPANDUANLENGKAPPRAKTEKKLINIKKEPERAWATANJIWA

“Coba sebutkan kembali jenis obat yang mas Arif, dan ambilkan yang namanya HPD ........dan seterusnya, sebutkan manfaatnya sekalian !”>

c. Rencana Tindak Lanjut

“Jangan lupa obatnya diminum dengan dosis dan waktu yang tepat ya !”. “O, ya kalau ada yang belum jelas bisa mas Arif tanyakan kembali pada

waktu lain “. “Dan tolong ya pak nanti kalau sudah pulang diingatkan saat minum obat dan saat kontrol kembali, jangan lupa diawasi mas Arif

minum obat”.

d. Kontrak

1) Topik

“Bagaimana kalau kapan-kapan kita bercakap-cakap lagi tentang masalah mas Arif yang lain ?”.

2) Tempat

“Kita bercakap-cakap di teras saja ya ?”.

3) Waktu

“Mas Arif ingin berapa lama kita bercakap-cakap ?”, “O.....20 menit, Baiklah !”.

153