PENGANTAR KARSINOLOGI Agung Budiharjo Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013
PENGANTAR
KARSINOLOGIAgung Budiharjo
Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013
PENDAHULUANUdang merupakan salah satu produk perikanan
yang saat ini nilai ekonominya cukup tinggi.
Sementara itu, wilayah Indonesia merupakan
salah satu daerah sebaran yang penting untuk
berbagai jenis udang, baik udang air tawar,
maupun udang air laut. Apabila sektor ini
digarap dengan serius, maka akan menjadi
sumber devisa yang penting.
A. Ruang Lingkup Karsinologi
Berbagai aspek kehidupan crustacea,
khususnya udang secara khusus dipelajari
dalam satu bidang ilmu tersendiri yang
diberi nama karsinologi. Dalam ilmu ini,
kajian yang dipelajari cukup luas yang
berkaitan dengan kehidupan udang, misalnya
mengenai biologi, distribusi, ekologi,
serta budidaya.
Anggota crustacea sebenarnya tidak hanya
mencakup kelompok udang saja. Beberapa
contoh anggota crustacea yang lain adalah
kepiting, udang-udang mikroskopis, dan
udang udang kecil. Namun demikian, dalam
studi ini yang akan dikaji lebih banyak
adalah dari kelompok udang yang bernilai
ekonomi cukup tinggi serta cukup familiar
di masyarakat. Sebagai contoh adalah udang
galah (Macrobrachium rosenberghii), udang
Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013
windu (Penaeus monodon), dan udang
planktonik (Artemia salina).
B. Nilai Penting Studi Udang
Studi tentang udang merupakan salah satu
kajian yang sangat menarik. Hal ini terkait
dengan potensi udang secara ekonomi yang
sangat tinggi.
Salah satu hal yang dapat mendukung
keberhasilan budidaya udang adalah adanya
keterampilan dan pemahaman yang benar
tentang udang itu sendiri. Aspek aspek
kehidupan udang merupakan hal yang mutlak
diketahui sebagai dasar dari pengembangan
usaha budidaya tersebut. Selain itu, juga
diperlukan berbagai macam riset ataupun
inovasi-inovasi baru sehingga dapat
mengoptimalkan produksi.
Saat ini inovasi teknologi budidaya udang,
tidak hanya terfokuskan pada usaha
pembesaran saja. Akan tetapi, beberapa
aspek lainnya yang secara langsung
berkaitan dengan keberhasilan usaha
budidaya juga perlu dikembangkan. Sebagai
contoh, inovasi tentang pakan, teknologi
untuk menciptakan kondisi lingkungan yang
ideal, terobosan untuk memperoleh bibit
unggul, serta upaya antisipasi terhadap
penyakit.
Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013
C. Udang dan Potensi Ekonominya
Sampai saat ini, ekspor udang merupakan
salah satu andalan untuk memperoleh devisa
negara dari sektor non-migas. Ekspor udang
juga merupakan salah satu produk yang nilai
daya saing internasional cukup tinggi.
Berdasarkan data statistik, nilai ekspor
udang dari Indonesia dari tahun ke tahun
terus meningkat. Pada tahun 2004 ekspor
udang dari Indonesia mencapai lebih dari
1,5 milliar US dollar. Padahal angka
tersebut sebenarnya jauh lebih kecil
apabila dibandingkan dengan pasar dunia
yang ada.
Di sisi lain, potensi lahan yang dimiliki
wilayah Indonesia baru sebagian kecil yang
dimanfaatkan untuk budidaya udang. Oleh
karena itu, peluang sektor budidaya udang
masih sangat terbuka.
Sebagai gambaran, untuk udang air tawar
yang dikenal dengan nama baby lobster
(Macrobrachium rosenberghii) memiliki
potensi ekonomi yang sangat menjanjikan.
Dari jumlah tersebut sebenarnya pasar
memerlukan sekitar 5,7 juta ton per hari.
Namun sayangnya, produksi sebesar itu belum
bisa dipenuhi semuanya. Dengan perhitungan
Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013
bahwa udang galah ukuran 15-20 cm dihargai
sekitar Rp 65.000 per kg, maka sebenarnya
usaha budidaya udang ini sangatlah
menjanjikan secara ekonomis.
BAGIAN SATU
BAB IBIOLOGI UDANG
A. Morfologi dan Anatomi
Sebagian besar anggota crustacea habitatnya
adalah akuatik. Sedikit sekali yang hidup
terrestrial. Habitat yang akuatik sangat
memerlukan berbagai organ yang harus sesuai
dengan cara hidupnya.
1. Morfologi dan Anatomi Udang
Bentuk tubuh udang relatif khas.
Tubuh dapat dibedakan antara bagian
kepala, dada, dan perut. Antara
bagian kepala dan dada bersatu dan
disebut cephalothorax.
Pada bagian cephalothorax ini
diselubungi oleh satu cangkang yang
disebut carapace. Pada ujung
anterior kepala terdapat bagian
keras dan runcing yang disebut
rostrum. Di dekat pangkal rostrum
Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013
terdapat sepasang mata yang tampak
menonjol. Di dekat mulut, terdapat
berbagai organ, antara lain antenna,
antennula, dan beberapa alat mulut.
Di bagian ventral cephalothorax
terdapat beberapa pasang kaki yang
berfungsi untuk berjalan sehingga
disebut kaki jalan atau periopod.
Pada bagian perut (abdomen) terdapat
beberapa lembar cangkang. Pada
bagian ventral abdomen terdapat
beberapa pasang kaki yang berfungsi
untuk berenang sehingga disebut kaki
renang atau pleopod.
Pada bagian ujung posterior tubuh
terdapat struktur yang cukup keras
dan runcing yang disebut telson. Di
dekat telson terdapat sepasang
uropod yang digunakan untuk
mendayung tubuh saat berenang.
Secara umum morfologi udang, baik
udang kecil maupun besar, udang
mikroskopis, serta udang air tawar
dan udang air laut, bentuk dasarnya
tidak jauh berbeda. Namun demikian,
ada beberapa jenis yang memiliki
ciri ciri tertentu yang menjadi ciri
khasnya dan berbeda dengan jenis
Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013
yang lain. Sebagai contoh adalah
udang yang dalam bahasa inggris
disebut prawn dan shrimp. Secara
umum antara prawn dan shrimp hampir
serupa. Gambaran morfologi udang
secara umum adalah sebagai berikut.
a. Prawn dan Shrimp
Antara prawn dan shrimp secara
fisik hampir serupa, dan sulit
dibedakan. Namun, apabila
diperhatikan lebih teliti pada
ruas kedua maka perbedaan
tersebut dapat terlihat.
Pada segmen kedua abdomen
tubuhnya, pada shrimp terlihat
adanya pelat yang meng-
overlapping segmen di depan
dan segmen di belakangnya.
Sementara itu, pada prawn,
terlihat bahwa pada segmen
kedua abdomennya, pelatnya
hanya meng-overlapping segmen
di belakangnya saja.
b. Udang Mikroskopis
Udang mikroskopis jumlahnya
sangat banyak. Biasanya,
udang-udang ini dimasukkan
dalam kelompok zooplankton
Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013
karena ukurannya yang kecil,
dan sering disebut udang
planktonik. Dari sekian banyak
jenis udang planktonik yang
ada, beberapa di antaranya
memiliki nilai ekonomi yang
penting, misalnya Daphnia dan
Artemia.
Artemia merupakan udang yang
menjadi salah satu pakan alami
yang saat ini dianggap sangat
ideal. Artemia merupakan pakan
alami yang baik untuk berbagai
jenis hewan budidaya, misalnya
udang dan ikan.
Saat ini budidaya Artemia juga
merupakan salah satu budidaya
yang sangat penting. Bahkan
penelitian mengenai artemia
juga telah berkembang pesat.
Hal tersebut mengingat bahwa
Artemia merupakan pakan alami
yang sampai saat ini belum
tergantikan oleh pakan alami
lainnya.
2. Kepiting
Kepiting atau dikenal dengan nama
crabs merupakan anggota crustacea
Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013
yang sebagain besar anggotanya hidup
terrestrial. Walaupun tidak sebanyak
anggota udang-udangan, namun
beberapa anggota dari kepiting ada
yang bernilai ekonomis, misalanya
kepiting bakau (Scylla sp), serta
sebagian besar kepiting laut atau
rajungan.
Siklus Hidup
Antara kepiting jantan dan betina
dapat jelas dibedakan. Pada umur
yang sama, kepiting betina tampak
lebih besar daripada kepiting
jantan. Secara umum siklus hidup
kepiting hampir sama dengan kelompok
udang, serta mengalami beberapa
tahap metamorfosis. Sebagai contoh,
siklus hidup kepiting biru (blue
crabs) sebagai berikut. Setelah
telur menetas maka akan terbentuk
zoea. Zoea ini akan berkembang
menjadi megalops. Selanjutnya dari
megalops berkembang menjadi
juvenile. Dari tahap juvenile ini
akan berkembang menjadi kepiting
muda, dan selanjutnya berkembang
menjdi kepiting dewasa, baik jantan
maupun betina.
Reproduksi
Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013
Pada umumnya kepiting yang hidup di
perairan tropis berkembang biak pada
bulan maret-juli dan oktober-
november. Kepiting betina siap kawin
hanya sekali tiap periode, yaitu
saat baru saja molting dan tubuhnya
lunak, sedangkan kepiting jantan
dapat kawin beberapa kali.
Setelah terjadi perkawinan, kepiting
betina akan bermigrasi ke air yang
salinitasnya lebih tinggi. Dalam
satu kali perkawinan, kepiting
betina dapat menghasilkan lebih dari
2 juta telur. Namun demikian,
peluang untuk bertahan hidup menjadi
dewasa hanya 1/1.000.000 saja.
Pada saat menetas tubuhnya hanya
berukuran kurang dari 0,1 mm, namun
dalam 2 bulan dapat berkembang
menjadi lebih dari 10 kali ukuran
tubuhnya semula.
Pertumbuhan dan Molting
Seperti crustacea yang lain,
kepiting juga mengalami proses
molting. Pada masa sampai dengan
megalops, molting terjadi setiap 3
hari sekali. Pada masa juvenile,
proses molting dapat terjadi setiap
Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013
10-14 hari sekali. Setelah dewasa,
biasanya molting semakin jarang dan
hanya terjadi setiap 20-50 hari
sekali.
B. Struktur dan Fungsi
Struktur tubuh udang tidak terlalu rumit.
Ada beberapa struktur pada tubuh udang.
1. Kepala
2. Dada
3. Perut
4. Telson
5. Rostrum
6. Mata
7. Antenule
8. Antennae
9. Sisik antenna
10.Maksila
11.Mandibula
12.Pereiopod
13.Pleopod
14.Uropod
15.Brood chamber
16.Spermatheca
17.Penis
Organ dalam dari tubuh udang ada
beberapa. Beberapa yang penting, antara
lain sebagai berikut.
1. Glandula hijau
2. Otak
Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013
3. Mulut
4. Esophagus
5. Intestinum
6. Lambung
7. Kelenjar pencernaan
8. Cardiac stomach
9. Jaringan system saraf
10.Jaringan system pembuluh darah
11.Testis/Ovarium
12.Ostium
C. Cara Hidup
1. Pola Kehidupan
Ada beberapa cara hidup udang,
antara lain sebagai berikut. Ada
yang hidup sessils atau berada di
dasar (misalnya cirripedia), hidup
melayang (misalnya artemia), serta
ada yang hidup yang selalu bergerak
aktif (misalnya udang Penaeus). Ada
sebagian kecil udang yang hidup
sebagai parasit ikan.
Sebagian besar kelompok udang hidup
bebas . Ada yang bersifat soliter,
misalnya uadng karang dan lobster,
namun ada yang menyukai hidup
bersama kelompoknya, misalnya
Macrobrachium rosenberghii.
Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013
2. Aktivitas
Pada umumnya udang udang yang
berukuran besar lebih banyak aktif
pada malam hari, atau bersifat
nokturnal. Oleh karena itu, udang
akan lebih banyak bergerak dan makan
pada saat malam hari. Sebagian kecil
udang, terutama yang berukuran kecil
yang aktif pada siang hari.
Aktivitas pada malam hari tersebut
terkait beberapa faktor, antara lain
menghindari predator, menghindari
kompetisi ruang dan makanan dengan
hewan lain.
Pada umumnya, pada siang hari udang
menyukai tempat yang ada
perlindungannya, misalnya ranting-
ranting, batu-batuan, dan beberapa
bagian perairan lainnya.
Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013
BAB IISIKLUS HIDUP
Dalam siklus hidupnya udang mengalami
beberapa fase kehidupan. Dari mulai telur
sampai dewasa akan mengalami banyak perubahan
struktur tubuh. Lama siklus tiap jenis tidak
sama, ada yang hanya beberapa hari, namun ada
yang sampai lebih dari 5 tahun.
A. Molting
Molting merupakan suatu peristiwa lepasnya
cangkang luar yang lama, untuk kemudian akan
berganti cangkang yang baru. Frekuensi
molting yang dialami anggota crustacea
bervariasi, misalnya untuk udang galah
Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013
(Macrobrachium rosenberghii) bisa berlangsung
25 kali sepanjang hidupnya. Untuk udang galah
yang dewasa biasanya rata rata molting
terjadi sekali dalam setahun.
Bagi crustacea, peristiwa molting merupakan
suatu kerja yang sangat keras dan menguras
banyak energi. Itulah sebabnya crustacea yang
baru saja melakukan molting akan kehabisan
energi dan perlu waktu beberapa saat untuk
memulihkan kondisinya.
Cangkang crustacea sebagian besar tersusun
atas khitin. Salah satu sumber khitin untuk
cangkang yang baru adalah berasal dari
cangkang yang lama. Itulah sebabnya mengapa
crustacea yang baru saja melakukan molting
akan memakan sebagian cangkangnya yang lama.
Sementara itu, sumber khitin yang lain
berasal dari air laut. Untuk crustacea yang
baru saja molting dan cangkang masih lunak
akan mengabsorbsi air laut dalam jumlah
besar. Proses absorbsi ini akan berlangsung
sampai cangkang mengeras.
Molting terjadi karena cangkang yang lama
sudah tidak mampu memuat tubuh crustacea yang
terus tumbuh. Padahal cangkang ini kaku dan
tidak fleksibel sehingga pada periode
tertentu harus diganti cangkang baru yang
sesuai. Beberapa faktor yang mempengaruhi
Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013
proses molting, antara lain sebagai berikut.
1. Suhu air, crustacea khusunya udang
akan tumbuh lebih cepat pada kondisi
perairan yang hangat dibandingkan yang
dingin.
2. Suplai makanan, apabila makanan
melimpah dengan kecukupan gizi dan
nutrisi yang cukup maka udang akan
tumbuh lebih cepat.
3. Salinitas, pada masa awal
pertumbuhannya udang akan tumbuh lebih
cepat apabila hidup di tempat yang
salinitasnya lebih tinggi. Namun,
setelah dewasa salinitas yang optimal
bergantung pada jenisnya.
4. Ketersediaan tempat berlindung, udang
membutuhkan tempat berlindung, sehingga
apabila tidak ada tempat berlindung
maka gerakan terlalu berlebihan
sehingga pertumbuhan lebih lambat,
apabila dibandingkan dengan perairan
yang banyak terdapat tempat berlindung.
5. Tipe dasar perairan, setiap jenis
udang membutuhkan dasar perairan yang
tipenya berbeda beda. Apabila tipe
dasar perairan tidak sesuai maka
pertumbuhan juga terhambat.
6. Kedalaman air, udang memerlukan
kedalaman tertentu untuk pertumbuhan
optimalnya. Perbedaan kedalaman akan
mempengaruhi pertumbuhannya.
Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013
7. Jenis kelamin, pada umumnya udang
jantang tumbuh lebih cepat daripada
udang betina.
Selama masa hidupnya udang akan mengalami
beberapa kali molting, bergantung jenisnya.
Namnun demikian, secara umum proses molting
paling sering terjadi pada masa
perkembangannya. Hal ini karena pada
masa`tersebut pertambahan ukuran tubuh sangat
cepat.
B. Fase Kehidupan
Secara umum siklus hidup udang (shrimps)
hampir sama. Perteluran selalu terjadi di
laut yang lokasinya dekat dengan pantai.
Dari beberapa penelitian rata-rata berkisar
0-5 km dari garis pantai, bergantung dari
kondisi perairannya. Pada umumnya seekor
shrimps dewasa yang sehat dalam usia
produktif dapat menghasilkan 500.000 sampai
1.000.000 telur dalam sekali masa kawin.
Proses perkawinan udang berlangsung hanya
saat udang betina baru saja mengalami
molting, dan cangkangnya masih lunak. Dalam
proses perkawinannya shrimps jantan akan
mentransfer satu paket sperma yang disebut
spermatophore, yang akan diberikan kepada
shrimps betina. Sperma ini kemudian akan
Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013
membuahi sel telur dari udang betina. Telur
yang telah mengalamai fertilisasi akan
terus disimpan oleh udang betina, dan
diletakkan dintara kaki renangnya sampai
saatnya menetas.
C. Telur
1. Morfologi Telur
Telur berbentuk bulat, dengan ukuran
rata-rata berdiameter 0,1-0,4 mm.
Telur berwarna kuning transparan.
2. Perkembangan Telur
Telur yang sudah dibuahi tetap
disimpan dalam brood chamber. Warna
telur tersebut adalah oranye cerah.
Selanjutnya sejalan dengan
bertambahnya hari warna telur
berubah menjadi oranye pekat,
kemudian berangsur angsur menjadi
cokelat. Kurang lebih 2-3 hari
sebelum menetas telur akan berubah
warna menjadi abu-abu.
3. Lama Inkubasi
Lama inkubasi telur untuk Penaeus
monodon rata rata berkisar 10-12
sesudah fertilisasi, atau kurang
lebih 20-21 setelah perteluran.
4. Penetasan
Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013
Setelah masa inkubasi selesai, telur
akan menetas. Dalam perkembangannya,
anakan udang akan mengalami berbagai
fase kehidupan berupa metamorfosis.
Fase fase kehidupan udang secara
umum dapat dibagi dalam beberapa
tahap, yaitu fase larva, post-larva,
juvenile, udang muda, sub-adult, dan
udang dewasa (adult). Untuk fase
larva, dapat dibedakan menjadi tahap
nauplius, protozoea, dan mysis.
D. Nauplius
Fase nauplius adalah sesaat setelah telur
udang menetas. Pada fase ini nauplius
belum mampu mengambil makanan dari luar,
namun masih memanfaatkan cadangan makanan
yang terdapat dalam kuning telurnya.
Ukuran tubuhnya sangat kecil. Untuk
nauplius Penaeus monodon panjangnya
berkisar 0,3 mm saat lahir, dan akan
berkembang pesat sampai panjang 1 mm saat
masuk fase protozoea. Fase ini
berlangsung pada waktu 24-36 jam setelah
menetasnya telur.
Nauplius udang biasanya masih berada di
perairan dengan salinitas yang tinggi,
yaitu sekitar 30 ppm. Kemampuan renangnya
masih sangat rendah sehingga sering
digolongkan dalam kelompok oceanic
Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013
plankton.
E. Protozoea
Setelah fase naulius terlewati, maka
udang masuk ke fase protozoea. Fase ini
ditandai dengan habisnya cadangan makanan
sehingga mulai makan fitoplankton
(bersifat herbivorous) yang ada di
sekitarnya. Ukuran tubuh berkisar dari 1
mm – 2,5 mm. Secara lebih detail, fase
ini dibedakan lagi menjadi 3 tahap
kehidupan. Ketiga tahap tersebut adalah
protozoea 1 (ukuran tubuh lk 1 mm),
protozoea 2 (ukuran tubuh 2 mm), dan
protozoea 3 (ukuran tubuh 2,5 mm).
Pada fase nauplius, bagian perut dan
bagian mulut mulai berkembang. Fase ini
masih sering dikelompokkan dalam oceanic
plankton.
F. Mysis
Selewat tahap protozoea, maka fase
kehidupan berikutnya adalah mysis. Fase
ini ditandai berkembangnya bagian mulut
dan perut, serta mulai bersifat
carnivorous karena sudah mulai makan
zooplankton. Selain itu, pada fase ini
mulai terjadi perkembangan legs (kaki)
dan antennae. Pada fase ini umumnya udang
berukuran 3-5 mm. Fase ini dapat
Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013
dibedakan menjadi tahap mysis 1, mysis 2,
dan mysis 3.
Fase nauplius, protozoea, dan mysis
merupakan fase larva. Bergantung jenis
udangnya lama fase larva bervariasi,
yaitu berkisar 15-40 hari. Pada udang
galah fase larva berlangsung selama lk 30
hari. Selama masa larva tersebut cara
berenangnya dengan posisi ekor di bagian
depan. Habitat larva adalah periaran
dengan salinitas sekitar 30 ppm. Selama
masa larva umumnya terjadi molting
sekitar 11 kali.
G. Postlarva
Setelah masa larva selesai maka udang
masuk dalam tahap post-larva. Beberapa
hal dari fase ini yang menyolok yang
membedakan dengan masa larva adalah cara
berenangnya dengan orientasi bagian
kepala berada di depan. Bentuk tubuh
post-larva sudah menyerupai miniatur
udang dengan warna transparan. Kaki jalan
dan kaki renangnya sudah berkembang.
Ukuran tubuh post-larva umumnya berkisar
4-6 mm.
Pada fase post larva, beberapa jenis
mulai bermigrasi mencari perairan yang
salinitasnya lebih endah bahkan banyak
Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013
yang akhirnya hidup di air tawar.
Orientasi hidup umumnya mulai ke dasar
perairan. Sifat hidup juga berubah
menjadi bersifat omnivorous. Makananya
mulai bervariasi, antara lain cacing,
plankton, molllusca, dan invertebrate
lainnya. Satu hal yang penting adalah
pada fase ini sifat kanibalnya cukup
tinggi.
H. Juvenil
Fase juvenil ini merupakan peralihan dari
fase post-larva ke fase udang muda (sub-
adult). Pada fase ini warna tubuh umumnya
berwarna hijau kebiruan (blue-green).
Pada fase ini pertumbuhan sangat cepat.
Pada fase ini udang galah dapat tumbuh
sampai 6,25 cm per bulan.
Secara umum pada fase juvenil bentuk
tubuh mirip dengan udang dewasa, namun
perbedaannya pada bagian rostrum
proporsinya lebih panjang. Pada fase ini
kira kira udang Penaeus monodon berukuran
sampai dengan 11 cm. Untuk udang udang
yang hidup di air payau, biasanya hidup
di perairan pantai, untuk kemudian akan
selewat fase ini akan berpindah ke
perairan yang lebih dalam.
I. Sub-adult
Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013
Fase udang muda atau sub-adult umumnya
berwarna cokelat. Bentuk tubuh sudah
persis dengan udang dewasa, namun
perbedaanya adalah organ reproduksinya
belum sempurna sehingga belum berfungsi.
Pada fase ini antara udang jantan dan
betina mulai dapat dibedakan dengan
jelas.
Pada fase ini udang mulai berpindah
tempat ke perairan yang lebih dalam.
Pertumbuhan pada fase ini masih cukup
tinggi, walaupun sudah berkurang apabila
dibandingkan dengan fase juvenil.
J. Adult
Fase ini sudah sempurna struktur
tubuhnya. Ukuran tubuh udang galah dan
prawn tiger berkisar 12,5 sampai 20 cm.
Jenis kelamin sudah jelas bedanya. Chela
udang jantan lebih besar daripada chela
udang betina. Untuk udang air tawar akan
mulai hidup pada perairan yang
salinitasnya sangat rendah, sementara
untuk udang air laut biasanya juga berada
pada perairan dengan salinitas yang agak
tinggi. Biasanya dapat ditemui sampai
sekitar 10 km dari pantai.
Udang dewasa sudah siap untuk kawin.
Salah sati tanda bahwa udang betina siap
Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013
kawin adalah apabila mulai muncul warna
cerah pada ovarium di bagian ventral
tubuh di antara kaki jalan.
BAB III
KEANEKARAGAMAN
A. Sistematika
Crustacea merupakan salah satu anggota
dari arthrophoda yang sebagian anggotanya
hidup akuatik. Sebagian besar masyarakat
mengenal anggota crustacea sebagai
kelompok udang dan kepiting.
1. Crustacea
Pada saat ini lebih kurang 42.000
spesies anggota crustacean telah
diidentifikasi. Sebaran anggota
crustacea cukup luas, mulai dari
habitat air laut, tawar, dan
terrestrial. Namun demikian hanya
sedikit yang hidup terrestrial, dan
sebagian besar crustacea teradaptasi
hidup akuatik.
2. Keanekaragaman Crustacea
Secara umum, crustacea dikelompokkan
menjadi 6 kelompok besar, yaitu
kelas branchiopoda, ostracoda,
Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013
copepoda, branchiura, cirripedia,
dan malacostraca.
Kelas Branchiopoda
Anggota dari kelas ini berukuran
sangat kecil. Umumnya hidup pada
habitat perairan tawar. Hewan
anggota branchiopoda memiliki
ciri penting, yaitu bangunan
seperti sisir di dekat mulutnya.
Alat ini berfungsi pada saat
mengambil makanan, mengingat
bahwa cara makan hewan ini adalah
filter feeding. Contoh yang cukup
popular adalah Artemia salina dan
Daphnia sp.
Kelas Ostracoda
Anggota dari kelas ostracoda
dapat ditemui baik di air tawar
maupun air laut. Crustacea
kelompok ini ukuranya kecil. Ciri
khas yang dimiliki adalah adanya
carapace yang berbentuk bivalvia
dan menyelubungi seluruh
tubuhnya. Pada bagian anterior
tubuhnya terdapat antennae,
antenullae, dan adanya bristle
pada tungkai thoracic.
Sebagian besar anggota ostracoda
Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013
makan dengan cara filter feeder,
serta mampu membuat aliran air
sehingga partikel yang terikutkan
dapat ditangkap dengan bristle-
nya. Contoh dari ostracoda adalaj
Gigantocypris sp.
Kelas Copepoda
Kelas copepoda memiliki anggota
yang hidupnya di laut. Kelompok
ini sebagian besar berukuran
kecil sehingga digolongkan dalam
kelompok crustacean planktonik.
Di laut jumlahnya dapat sangat
banyak, bahkan dalam 1 meter
kubik air laut jumlah copepoda
yang ada dapat mencapai lebih
dari 1 juta. Anggota kelompok
copepoda juga merupakan salah
satu mata rantai yang penting
dalam rantai makanan di perairan
laut. Sebagian dari copepoda
bersifat ektoparasit. Beberapa
parasit telah sangat berkembang
baik menyesuaikan diri dengan
host-nya sehingga kadang sulit
dikenali lagi sebagai crustacea
karena cirri utamanya telah
sangat mereduksi.
Bentuk tubuh copepoda pendek dan
Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013
silindris. Seperti halnya
crustacea lain, copepoda juga
bersegmen, kepala dan dada
bersatu menjadi chepalothorax.
Pada bagian anterior terdapat
antenulla yang panjang dan
antennae yang pendek.
Anggota copepoda memiliki
struktur seperti bulu yang sangat
berperan dalam pengaturan
buoyancynya, dan penting untuk
pergerakan naik turun di
perairan. Telur yang telah
dibuahi disimpan dalam ovisacs
yang dimiliki oleh copepoda
betina. Contohnya adalah
Salmincola sp.
Kelas Branchiura
Hewan-hewan yang termasuk kelas
branchiura memiliki bentuk tubuh
yang pipih. Sebagian besar dari
anggota branchiura bersifat
parasit pada ikan. Untuk
branchiura parasit, tubuhnya
sudah sangat mereduksi, misalnya
mata mereduksi, antenna sangat
kecil, abdomen kecil dan tidak
jelas segmennya, serta tidak
memiliki insang. Contohnya adalah
Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013
Argulus foliaceus.
Kelas Cirripedia
Anggota cirripedia sering dikenal
juga dengan nama barnacles.
Sebagian besar anggotanya hidup
sebagai parasit serta memiliki
bentuk tubuh yang berbeda dengan
crustacean lainnya, dan semuanya
memiliki habitat di laut.
Barnacles banyak ditemui hidup
sebagai parasit pada ikan, penyu,
dan paus. Contohnya adalah Cypris
sp.
Kelas Malacostraca
Lebih kurang dua pertiga dari
spesies anggota crustacea
merupakan anggota dari kelas
malacostraca. Contoh dari
malacostraca adalah udang galah
(Macrobrachium rosenberghii).
Ukuran udang ini bervariasi, dari
yang hanya beberapa mm saja yang
yang lebih dari 30 cm. Habitatnya
beragam, ada yang di air tawar,
air laut, maupun air payau.
Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013
B. Klasifikasi Udang
1. Ciri Umum
Pada umumnya crustacea hidup
akuatik, khusus pada udang semuanya
hidup akuatik dan bernapas
menggunakan insang. Pada tubuh udang
tedapat 5 pasang appendages, yang
terdiri atas antenna pertama
(antenulles), antenna kedua
(antennae), mandibula, maksilla
pertama (maxilulles), dan maksila
kedua (maxillae). Tubuh dapat dengan
jelas dibedakan menjadi kepala,
dada, dan perut. Pada bagian ujung
posterior terdapat telson dan di
pangkalnya terdapat anus. Antara
udang betina dan jantan dapat
dibedakan.
2. Keanekaragaman Udang
Keanekaragaman udang sangat tinggi.
Untuk jenis jenis yang bernilai
ekonomi, terutama yang saat banyak
dibudidayakan sebagian besar dapat
ditemui di berbagai perairan di
Indonesia. Beberapa jenis udang yang
ada, baik meliputi shrimp maupun
prawn, secara sederhana dapat
dikelompokkan menjadi sebagai
Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013
berikut.
Udang udang berikut dikelompokkan
dalam sub-ordo (decapoda) natantia.
Sub-ordo ini anggotanya
dikelompokkan menjadi 2 infra-ordo,
yaitu penaeidea dan caridea.
a. Infra-ordo Penaeidea
Anggota dari infra-ordo ini
dikelompokkan menjadi 2 super-
familia, yaitu penaeoidea dan
sergestoidea.
Super-familia penaeoidea
Anggotanya dikelompokkan menjadi
beberapa familia, yaitu sebagai
berikut.
Familia solenoceridae
(Solenocera africana,
Hidropenaeus lucasii,
Haliporoides sibogae)
Familia aristaeidae
(Aristeus varidens,
Aristaeomorpha foliacea)
Familia penaeidae
(Metapenaeus elegans,
Metapenueopsis goodei,
Penaeus monodon)
Familia sicyoniidae
(Sicyonia cristata, Sicyinia
Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013
typical, Sicyonia
brevirostris)
Super-familia sergestoidea
anggotanya dikelompokkan dalam
satu familia, yaitu sebagai
berikut.
Familia sergestidae (Acetes
intermedius,
Sergestes lucens)
b. Infra-ordo Caridea
Anggota dari infra-ordo ini
dikelompokkan menjadi beberapa
super-familia, yaitu sebagai
berikut.
Super-familia oplophoroidea
Familia nematocarciroidae
(Nematocarcinus africanus)
Familia atyidae (Atyia
pilipes, caridina edulis,
Paratyia compressa)
Super-familia pasiphaeroidea
Familia phasipaeidae
(Glyphus gracilis, Phasipaea
sivado)
Super-familia bresiloidea
Familia rhynchocinetidae
Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013
(Lipkius holtuisi,
Rhynchocinetes typus)
Super-familia palaemonoidea
Familia campylonotidae
(Campilonotu srathbunal)
Familia palaemonidae
(Cryphios caementarius,
Macrobrachium rosenberghii,
Palaemon elegans)
Super-familia alpheoidea
Familia alpheidae
(Alpheus digitalis,
Alpheussublucanus)
Familia ogyrididae (Ogyrides
orientalis)
Familia hippolitidae (Eualus
macilenthus, Spirontocarius
spinus)
Familia processidae
(Processa adulis)
Super-familia pandaloidea
Familia pandalidae
(Pandalopsis dispar)
Super-familia crangonoidea
Familia crangonidae
(Crangon nigricauda)
Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013
Pengantar Karsinologi – Agung Budiharjo - 2013