DARANA
Om bhr bhuvah svaha;
tat savitur varenyam,
bhargo devasya dhmahi,
dhiyo yo nah pracodaytg Veda III. 62.10Ya Tuhan, hamba menyembah
kecemerlanganmu dan
kemahamuliaan-Mu yang menguasai bumi, langit dan angkasa.
Semoga Engkau menganugerahkan kecerdasan
dan semangat pada pikiran kami
Kata Kunci
Tattva, Darana, filsafat, a Darana, veda, Brahman, Nyya,
Vaieika, Skhya, Yoga, Mmms, Vednta, Crvka, jaina, Buddha, prama,
nstika, stika, Padrtha, Tri Gua.TujuanSetelah mempelajari materi
pada bab ini, siswa mampu memahami dan menjelaskan pokok-pokok
ajaran Darana, siswa juga memahami dan mampu menjelaskan pembagian
Darana terutama a Darana yang yang merupakan aliran filsafat Hindu
beserta tokoh-tokoh utama yang berperan dalam ajaran Darana, dan
mampu menganalisa serta mengimplementasikan hakekat ajaran Darana
dalam kehidupan sehari-hari.Peta Konsep
A. Pengantar
Kata Tattva berasal dari bahasa Sansekerta Tat yang artinya
itu,yang maksudnya adalah hakekat atau kebenaran (Thatnees). Dalam
sumber lainya kata Tattva juga berarti falsafah (Filsafat agama).
Maksudnya adalah ilmu yang mempelajari kebenaran sedalam-dalamnya
(sebenarnya) tentang sesuatu seperti mencari kebenaran tentang
Tuhan, tentang atma serta yang lainya. Sampai pada proses kepada
kebenaran tentang reinkarnasi dan karmapala.) Dalam ajaran Tattva,
kebenaran yang dicari adalah hakekat Brahman (Tuhan) dan segala
sesuatu yang terkait dengan kemahakuasaan Tuhan, seperti yang
disebutkan dalam buku Theologi Hindu, kata Tattva berarti hakekat
tentang Tat atau Itu (yaitu Tuhan dalam bentuk Nirgua Brahman ).
Pengguna an kata Tat sebagai kata yang artinya Tuhan, adalah untuk
menunjukan kepada Tuhan yang jauh dengan manusia. Kata Itu
dibedakan dengan kata Idam yang artinya menunjuk pada kata benda
yang dekat (pada semua ciptaan Tuhan). Definisi di atas berdasarkan
pada pengertian bahwa Tuhan atau Brahman adalah asal segala yang
ada, Brahman merupakan primacosa yang adanya bersifat mutlak.
Karena sumber atas semua yang ada, tanpa ada Brahman maka tidak
mungkin semuanya ada.
Tattva juga dapat diartikan kebenaran yang sejati dan hakiki.
Penggunaan kata Tattva ini sebagai istilah filsafat didasarkan atas
tujuan yang hendak dicapai, oleh filsafat itu yakni kebenaran yang
tertinggi dan hakiki. Didalam lontar-lontar di Bali kata Tattva
inilah lebih sering digua kan jika dibandingkan dengan ke tiga
istilah filsafat yang lainya, pendidikan, tempat suci, upacara
yaja, adat istiadat dan lainya, semua itu merupaka konsep dasar
atau inti sarinya adalah Tattva. Dengan pengertian tersebut di atas
maka dapat diartikan bahwa Tattva adalah suatu istilah filsafat
agama yang diartikan kebenaran yang sejati dan hakiki yang didasari
perenungan yang betul betul memerlukan pemikiran yang cemerlang
agar sampai kepada hakekat dan sifat kodratiAjaran Hindu kaya akan
Tattva atau dalam ilmu modern disebut filsafat, secara khusus
filsafat disebut Darana. Dalam perkembangan agama Hindu atau
kebudayaan Veda terdapat Sembilan cabang filsafat yang disebut Nawa
Darana. Pada masa Upaniad, akhirnya filsafat dalam kebudayaan Veda
dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu astika (kelompok yang
mengakui Veda sebagai ajaran tertinggi) dan nastika (kelompok yang
tidak mengakui Veda ajaran tertinggi ). Terdapat enam cabang
filsafat yang mengakui veda yang disebut a Darana (Nyy, Skya, Yoga,
Mmms, Vaisiseka, dan Vednta) dan tiga cabang filsafat yang
menentang Veda yaitu Jaina, Carvaka dan Buddha (agama Buddha).
Darana merupakan bagian penulisan Hindu yang memerlukan
kecerdasan yang tajam, penalaran serta perasaan, karena masalah
pokok yang dibahasnya merupakan inti sari pemahaman Veda secara
menyeluruh di bidang filsafat. Filsafat merupakan aspek rasional
dari agama dan merupakan satu bagian integral dari agama. Nama atau
istilah lain dari Darana tersebut adalah; Mananastra (pemikiran
atau renungan filsafat), Vicarastra (menyelidiki tentang kebenaran
filsafat), tarka (spekulasi), raddh (keyakinan atau
keimanan).Filsafat juga merupakan pencarian rasional ke dalam sifat
Kebenaran atau Realitas, yang juga memberikan pemecahan yang jelas
dalam mengemukakan permasalahan-permasalahan yang lembut dari
kehidupan ini, di mana ia juga menunjukan jalan untuk mendapatkan
pembebasan abadi dari penderitaan akibat kelahiran dan kematian.
Filsafat bermula dari keperluan praktis umat manusia yang
menginginkan untuk mengetahui masalah-masalah transcendental ketika
ia berada dalam perenungan tentang hakekat kehidupan itu sendiri.
Ada dorongan dalam dirinya untuk mengetahui rahasia kematian,
rahasia kekekalan, sifat dari Jva (roh), sang pencipta alam semesta
ini. Dalam hal ini filsafat dapat membantu untuk mengetahu semua
permasalahan ini, karena filsafat merupakan ekpresi diri dari
pertumbuhan jiwa manusia, sedangkan filsuf adalah wujud
lahiriahnya. Para pemikir kreatif dan para filsuf merupakan wujud
muncul pada setiap jaman dan mereka mengangkat dan mengilhami umat
manusia.Pemikiran tentang kematian, selalu menjadi daya penggerak
yang paling kuat dari ajaran agama dan kehidupan keagamaan. Manusia
takut akan kematian dan tidak menginginkan untuk mati. Inilah yang
merupakan titik awal dari filsafat, karena filsafat mencari dan
menyelidiki. Pemahaman yang jelas dari manusia dalam hubungannya
dengan Tuhan, merupakan masalah yang sangat penting bagi para
pelajar filsafat dan bagi para calon spiritual (sdhaka) sehingga
berbagai aliran filsafat dan bermacam-macam aliran kepercayaan
keagamaan yang berbeda telah muncul dan berkembang dalam kehidupan
umat manusia.
Filsafat Hindu bukan hanya merupakan spekulasi atau dugaan
belaka, namun ia memiliki nilai yang sangat luhur, mulia, khas, dan
sistematis, yang didasarkan atas pengalaman spiritual mistis yang
dikenal sebagai Aparoka Anubhti. Para pengamat spiritual, para
orang bijak, dan para i yang telah mengarahkan persepsi intuitif
dari Kebenaran, adalah para pendiri dari berbagai sistem filsafat
yang berbeda-beda, yang secara langsung maupun tidak langsung
mendasarkan semuanya pada Veda. Mereka yang telah mempelajari
kitab-kitab Upanihad secara tekun dan hati-hati akan menemukan
keselarasan antara wahyu-wahyu ruti dengan kesimpulan filsafat. a
Darana yang merupakan enam sistem filsafat Hindu, merupakan enam
sarana pengajaran yang benar atau enam cara pembuktian kebenaran.
Masing-masing kelompok telah mengembangkan, mensistematisir, serta
menghubungkan berbagai bagian dari veda, dengan caranya
masing-masing, sehingga masing-masing kelompok aliran filsafat
tersebut memiliki seorang atau beberapa orang Strakra, yaitu
penyusun doktrin-doktrin, dalam ungkapan-ungkapan pendek
(aphorisma) yang disebut Stra.B. Sistem Filsafat Hindu
Istilah Nawadarana sebenarnya adalah penggabungan a Darana
dengan filsafat Nstika yaitu aliran filsafat yang tidak mengakui
otoritas Veda sehingga disebut dengan Nstika atau filsafat
heterodox adalah sebagai berikut :
1) Aliran filsafat materialistis dari CrvkaCrvka tidak pernah
percaya kepada Sorga dan Neraka dan terhadap Tuhan yang menciptakan
alam semesta, karena itu aliran ini bersifat atheis. Crvka menitik
beratkan untuk mencari kesenangan duniawi saja. Ada dua jenis
pengikut Crvka, yaitu Dhrta (licik dan tidak terpelajar) dan
Suikita (terpelajar). Salah satu pengikut Suikita yang terkenal
adalah Vtsyna yang terkenal dengan bukunya Kmastra.2) Sistem
filsafat JainaAliran Jaina artinya memperoleh kemenangan dalam
menghadapi tantangan duniawi. Pendiri aliran ini adalah Mahvra yang
nama aslinya Vardhamna. Aliran filsafat yang bersifat atheis ini
percaya seseorang dapat mencapai kebebasan rohani seperti Guru
mereka. Ada dua golongan Jaina, yaitu ; Digambara (golongan yang
sangat fanatik dan bahkan telanjang bulat) dan vetmbara (golongan
yang lebih moderat, menggunakan pakaian serba putih). Bisa
dikatakan filsafat Jaina bersifat pragmatis realistist. 3) Aliran
filsafat BuddhaFilsafat Buddha didirikan oleh pengikut Sang Buddha,
Siddhrtha Gautama dan dinasti Sakya. Ajaran filsafat Buddha
meliputi Catur rya Satyani (empat kebenaran mulia), Pratitya Samut
Pada (dua belas hal yang menyebabkan penderitaan) dan Aa Mrga
(delapan jalan yang benar)Enam filsafat Hindu yang dikenal dengan a
Darana adalah enam sistem filsafat orthodox yang merupakan enam
cara mencari kebenaran, yaitu : Nyy, Skya, Yoga, Vaisiseka, Mmms,
dan Vednta. Disamping enam Darana pokok awal yang termasuk jaman
Stra- stra juga terdapat beberapa darana yang termasuk jaman
scholastic, yaitu Dvaita, Viitdvaita dan Advaita. Kesemua sistem
filsafat tersebut mendasarkan ajarannya kepada Veda baik secara
langsung maupun tidak langsung, sehingga disebut juga sebagai
Astika.
Ke-6 aliran filsafat yang disebutkan di atas, secara langsung
berasal dari kitab-kitab Veda sehingga merupakan 6 buah jalan
berbeda menuju sebuah kota di mana untuk mencapai kota tersebut
dapat ditempuh dengan melewati salah satu jalan tersebut. Demikian
pula dengan ke-6 aliran pemikiran yang merupakan metoda atau cara
pendekatan yang berbeda-beda menuju Tuha untuk menyesuaikan dengan
temperamen, kemampuan dan kualitas mental orang yang berbeda-beda
pula, tetapi kesemuanya itu memiliki satu tujuan, yaitu
menghilangkan ketidak tahuan dan pengaruh-pengaruhnya berupa
penderitaan dan duka cita, serta pencapaian kebebasan,
kesempurnaan, kekekalan dan kebahagiaan abadi dengan penyatuan dari
jiwa pribadi (Jvtman) dengan Jv Tertinggi (Paramtman). Enam aliran
filsafat tersebut di bagi lagi menjadi 5 kelompok yang saling
berpasangan dan saling menunjang, yaitu : Nyya dengan Vaieika,
Skhya dengan Yoga, Mmms dengan Vednta.
1. Nyya Darana diajarkan oleh i Gautaman.2. Vaieika Darana
diajarkan oleh i Kada.3. Skhya Darana diajarkan oleh Kapila muni.4.
Yoga Darana diajarkan oleh mahri Patajali berdasarkan ajaran dari
guru beliau yang bernama Gaupa dan menyusun Yoga Stra yang
merupakan acuan tentang Rja-Yoga.5. Mmms Darana diajarkan oleh
Jaimini yang merupakan murid dari Vysa berdasarkan pada bagian
ritual kitab Veda.6. Vednta atau Brhma-Stra diajarkan oleh Mahri
Bdaryana atau Vysa.Nyya dengan Vaieika akan memberikan suatu
analisa tentang dunia empiris (dunia pengalaman), yang mengatur
segala benda-benda dunia ke dalam jenis-jenis atau katagori
tertentu (Padrtha). Ia menjelaskan bagaimana Tuhan telah membuat
semua dunia material yang berasal dari atom-atom dan molekul, serta
menunjukan cara untuk mencapai pengetahuan tentang Tuhan. Skhya
Darana akan memberikan pengetahuan yang dalam tentang psikologi
Hindu, karena Kapila Muni merupakan bapak psikologi. Yoga berurusan
dengan masalah pengendalian Vtti atau gejolak pemikiran dengan
meditasi. Sistem Yoga menunjukan cara mendisiplinkan pikiran dan
indra-indra dan membantu untuk mengusahakan konsentrasi serta
memusatkan pikiran dan memasuki Nirvikalpa Samdhi atau keadaan
supra aar transenden. Prva Mmms berurusan dengan masalah Karma-Ka.
Uttara-Mmms juga dikenal sebagai Vednta Darana, yang merupakan
dasar dari Hinduisme. Filsafat Vednta menjelaskan secara rinci
sifat dari Brahman atau Keberadaan Abadi dan menunjukkan bahwa pad
intinya jiwa pribadi identik dengan Sang Diri Tertinggi. Ia juga
memberikan cara untuk melepas Avidy atau tirai kebodohan untuk
menggabungkan diri dalam samudra kebahagiaan atau Brahman. Nyya
menyebut ketidak tahuan atau kebodohan itu dengan Mithya Jna, atau
pengetahuan palsu, Skhya menyebut dengan Aviveka, yaitu tiada
perbedaan antara yang nyata dengan yang nyata, sedangkan Vednta
menamakannya Avidy, atau kebodohan. Masing-masing filsafat
mengarahkan pembinasaan kebodohan tersebut dengan pengetahuan atau
Jna, sehingga seseorang dapat mencapai kebahagiaan abadi atau
kekekalan. Dengan mempelajari Nyya atau Vaieika, seseorang belajar
menggua kan kecerdasannya untuk menemukan kekeliruan dan untuk
mengetahui susunan material dari alam semesta ini. Dengan
mempelajari filsafat Skhya seseorang dapat memahami penyebab
evolusi dan dengan mempelajari dan melaksanakan Yoga, seseorang
mendapatkan cara pengendalian diri dan memperoleh penguasaan
terhadap pikiran dan indra. Dengan melaksanakan ajaran Vednta
seseorang mencapai anak tangga tertinggi dari tangga spiritual,
bersatu dengan Keberadaan Tertinggi, dengan menghancurkan kebodohan
(Avidy).
Vednta merupakan sistem filsafat yang dikembangkan dari
kitab-kitab Upaniad dan telah mendesak sistem filsafat lainnya.
Sistem filsafat Mmms lebih menekankan masalah ritual atau Karma-Ka,
yang menurut pendapatnya merupakan keseluruhan dari Veda sedangkan
Upsana (pemujaan) dan Jna (pengetahuan) hanyalah merupakan tambahan
terhadap Karma. Pandangan ini disangkal oleh aliran filsafat Vednta
yang menyatakan bahwa realisasi diri (Jna) adalah yang terpenting,
sedangkan ritual dan pemujaan merupakan tambahan saja. Karma akan
membawa seseorang ke surge, yang hanya merupakan tempat sementara
dari pahala kenikmatan duniawi.
C. a Darana
Kata Darana berasal dari urat kata d yang artinya melihat,
menjadi kata Darana (kata benda) artinya pengelihatan atau
pandangan. Kata Darana dalam hubungan ini berarti pandangan tentang
kebenaran (filsafat). Ilmu Filsafat adalah sebuah ilmu yang
mempelajari bagaimana caranya mengungkapkan nilai-nilai kebenaran
hakiki yang dijadikan landasan untuk hidup yang dicita-citakan.
Demikian halnya ilmu filsafat yang ada di dalam ajaran Hindu yang
juga disebut dengan Darana, semuanya berusaha untuk mengungkapkan
tentang nilai-nilai kebenaran dengan bersumber pada kitab suci
Veda. Aliran atau sistem filsafat India dibagi menjadi dua kelompok
besar, yaitu stika dan nstika. Kelompok pertama terdiri atas enam
sistem filosofis utama yang secara populer dikenal sebagai a Darana
yang dikenal dengan aliran orthodox, nukan karena mereka
mempercayai adanya Tuhan, tetapi karena mereka menerima otoritas
dari kitab-kitab Veda.Sebagai catatan, dalam bahasa India modern,
kata stika dan nstika umumnya berarti theis dan atheis, tetapi
dalam kepustakaan filosofis Sanskta, kata stika berarti orang yang
mempercayai otoritas kitab-kitab Veda, atau orang yang mempercayai
kehidupan setelah kematian, sedangkan kata nstika berarti lawannya.
Disini, kata tersebut dipergua kan dalam pengertian pertama karena
dalam pengertian yang kedua, aliran filsafat Jaina dan Buddha pun
adalah stika, karena mereka percaya mempercayai kehidupan setelah
kematian. Dalam kedua pengertian di atas, ke enam aliran filsafat
orthodox adalah stika dan aliran filsafat Crvka sebagai nstika.
Pada uraian berikut akan diuaraikan tentang aliran filsafat
orthodox (a Darana).
1. Nyya Daranaa. Pendiri dan sumber ajaran
Pendiri ajaran ini adalah i Gautaman juga dikenal dengan nama
Akapda dan Drghatapas, yang menulis Nyyastra atau Nyya Darana yang
secara umum juga dikenal sebagai Tarka Vda atau diskusi dan
perdebatan tentang suatu Darana atau pandangan filsafat kurang
lebih pada abad ke-4 SM, karena Nyya mengandung Tarka Vda (ilmu
perdebatan) dan Vda-vidy (ilmu diskusi). Sistem filsafat Nyya
membicarakan bagian umum darana (filsafat) dan metoda (cara) untuk
melakukan pengamatan yang kritis. Sistem ini timbul karena adanya
pembicaraan yang dilakukan oleh para i atau pemikir, dalam usaha
mereka mencari arti yang benar dari ayat-ayat atau loka-loka Veda
ruti, gua dipakai dalam penyelenggaraan upacara-upacara yada.
Terdiri dari dari 5 Adhyya (bab) dan dibagi kedalam 5 'pada'
(bagian). Pada tahun ( 400 Masehi kitab Nyyastra ini di komentari`
oleh i Vstsyna dengan karyanya yang berjudul Nyya Bhsya (ulasan
tentang Nyya).
Obyek utmanya adalah untuk menetapkan dengan cara perdebatan,
bahwa Paramevara merupakan pencipta dari alam semesta ini. Nyya
menegakkan keberadaan vara dengan cara penyimpulan, sehingga
dikatakan bahwa Nyya Darana merupakan sebuah stra atau ilmu
pengetahuan yang merupakan alat utama untuk meyakini suatu obyek
dengan penyimpulan yang tidak dapat dihindari. Dalam hal ini kita
harus mau menerima pembantahan macam apapun, tetapi asalkan
berdasarkan pada otoritas yang dapat diterima akal. Pembantahan
demi untuk adu argumentasi dan bukan bersifat lidah atau
berdalih.
b. Sifat ajaran
Pandangan filsafat Nyya menyatakan bahwa dunia di luar manusia
ini, terlepas dari pikiran. Kita dapat memiliki pengetahuan tentang
dunia ini dengan melalui pikiran yang dibantu oleh indra. Oleh
karena itu sistem filsafat Nyya ini dapat disebut sebagai sistem
yang realistis (nyata). Pengetahuan ini dapat disebut benar atau
salah, tergantung dari pada alat-alat yang dipergua kan untuk
mendapatkan pengetahuan tersebut, dimana secara sistematik semua
pengetahuan menyatakan 4 keadaan, yaitu :1) Subyek atau si pengamat
(pramt)
2) Obyek yang di amati (prameya)
3) Keadaan hasil dari pengamatan (pramti)4) Cara untuk mengamati
atau pengamatan (prama)
Prameya atau obyek yang di amati, dengan nama pengetahuan yang
benar dapat diperoleh, ada 12 banyaknya, yaitu : Roh (tman), Badan
(arra), Indriya, Obyek indriya (artha), kecerdasan (buddhi),
Pikiran (manas), Kegiatan (pravtti), Kesalahan (Doa), Perpindahan
(Pretyabhva), Buah atau Hasil (phala), Penderitaan (duhkha), dan
Pembebasan (apavarga).
Kita membuat perbedaan pada suatu benda karena adanya beberapa
cirri-ciri pada kedua benda tersebut, yang masing-masing memiliki
beberapa atribut yang tak didapati pada bagian lainnya. Karena
kekhususan atribut (Viea) merupakan dasar utama dari pengamatan,
maka sistem lanjutan dari filsafat ini disebut sebagai Vaieika.
Nyya Darana, yang utamanya bertindak pada garis ilmu pengetahuan
atau ilmiah menghubungkan Vaieika pada tahapan, di mana
materi-materi adhyatmik (spiritual) terkandung di dalamnya, yang
keduanya ini mempergua kan Tarka (logika) dan Tattva (filsafat)
dimana filsafat dinyatakan melalui media logika.c. Catur PramaNyya
Darana dalam memecahkan ilmu pengetahuan mempergua kan 4 metoda
pemecahan (Catur Prama) sebagai berikut :
1) Pratyaka Prama, yaitu pengamatan langsung Pada Pratyaka Prama
atau pengamatan secara langsung memberikan pengetahuan kepada kita
tentang obyek-obyek menurut keadaanya masing-masing yang disebabkan
hubungan panca indra dengan obyek yang di amati dimana hubungan itu
sangat nyata. Adakalanya terjadi pengamatan yang tidak perlu
menggua kan paca indra dan pengamatan yang luar biasa ini disebut
sebagai pengamatan transcendental, yang jarang terjadi pada
pengamatan orang-orang biasa yang sering pula ditunjang oleh adanya
kekuatan supra normal yang dimiliki seorang. Dalam Pratyaka Prama
ada dua tingkat pengamatan, yaitu :
a) Nirvikalpa yaitu pengamatan yang tidak menentukan. Pengamatan
suatu obyek adalah sebagai obyek saja tanpa adanya suatu penilaian,
tanpa hubungan (asosiasi) dengan suatu subyek. Sehingga apa yang
dilihat hanyalah obyek itu saja yang dianggap benar dan nyata.
b) Savikalpa yaitu pengamatan yang menentukan. Pengamatan
terhadap suatu obyek yang dibarengi dengan pengenalan terhadap
cirri-ciri, sifat-sifat dan juga subyeknya sehingga pengamatan ini
sifatnya menyeluruh.
2) .Anumna Prama yaitu pengtahuan yang diperoleh dari suatu
obyek dengan menarik pengertian dari tanda-tanda yang diperoleh
(linga) yang merupakan suatu kesimpulan dari obyek yang ditetukan,
disebut juga aya, hubungan kedua hal tersebut diatas disebut dengan
nama Wyapi. Dalam menarik suatu kesimpulan.Selanjutnya .Anumna
Prama, yang sangat penting dalam suatu proses pengamatan dalam Nyya
Darana ini. Dalam pengamatan dengan .Anumna Prama terdapat suatu
perantara di antara subyek dan obyek, di mana pengamatan langsung
dengan indra saja tidak dapat secaralangsung menyimpulkan hasil
dari pengamatan, tetapi melalui beberapa tahapan (avayaya). Proses
penyimpulan dalam Anumna Prama melalui beberapa tahapan seperti di
bawah ini :
a) Pratija, yaitu proses pertama, memperkenalkan obyek
permasalahan tentang kebenaran pengamatan misalnya gunung api itu
berapi.b) Hetu, yaitu proses kedua, alasan penyimpulan, dimana
dalam hal ini adalah adanya terlihat asap yang keluar dari gunung
tersebut.
c) Udharaa, yaitu proses ketiga, menghubungkan dengan aturan
umum tentang suatu masalah, yang dalam hal ini adalah bahwa segala
yang berasap tentu ada apinya.
d) Upanaya, yaitu proses keempat, pemakaian aturan umum itu pada
kenyataan yang dilihat, bahwa jelas gunung itu berapi.
e) Nigaman, yaitu proses kelima, berupa penyimpulan yang benar
dan pasti dari seluruh proses sebelumnya, dengan pernyataan bahwa
gunung tersebut berapi.
3) Upama Prama yaitu ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui
perbandingan.Upama Prama merupakan cara pengamatan dengan
membandingkan kesamaan-kesamaan yang mungkin terjadi atau terjadi
di dalam obyek yang di amati dengan obyek yang sudah ada atau
pernah diketahui. Misalnya seorang anak yang diberitahu ibunya
bahwa binatang yang namanya komodo itu rupanya mirip dengan biawak
tetapi lebih besar, bahkan bisa sebesar seekor buaya. Dalam hal ini
si anak telah mengetahui rupa buaya dan biawak, maka ketika si anak
pergi ke kebun binatang dan melihat seekor binatang sebesar buaya
yang rupanya mirip dengan biawak, ia segera menyimpulkan bahwa
binatang tersebut adalah komodo, inilah yang disebut dengan Upama
Prama.
4) abda Prama yaitu pengetahuan yang diperoleh dengan
mendengarkan melalui penjelasan dari sumber yang patut dipercaya.
abda Prama adalah pengetahuan yang diperoleh melalui kesaksian
(abda) dari seseorang yang dapat dipercaya kata-katanya ataupun
dari naskah yang diakui kebenarannya, dalam hal ini terdapat 2
jenis kesaksian, yaitu :
a) Laukika abda, yaitu bentuk kesaksian yang berasal dari orang
yang dapat dipercaya dan kesaksiannya dapat diterima menurut logika
atau akal sehat.
b) Vaidika abda, yaitu bentuk kesaksian yang didasari pada
naskah-naskah suci Veda ruti, yang merupakan sabda Brahman yang tak
mungkin salah.d. Pokok-pokok ajaran Nyya
Objek pengetahuan filsafat Nyya adalah mengenai
1) tma
2) Tentang tubuh atau badan3) Paca indra dengan obyeknya
4) Buddhi (pengamatan)
5) Manas (pikiran)
6) Pravtti (aktivitas)
7) Doa (perbuatan yang tidak baik)8) Pratyabhva (tentang
kelahiran kembali)
9) Phala (buah perbuatan)
10)Duka (penderitaan)
11)Apavarga (bebas dari penderitaan)Disamping oleh i Vstsyna
yang mengomentari Nyya Stra dengan karyanya yang berjudul Nyya
Bhsya, rikaha menulis Nyya-lakara, Jayanta menulis Nyya-majari,
Govardhana menulis Nyya-Bhodhini dan Vcaspati Mira menulis
Nyya-Varika-Tatparya-Tk. Selain itu Udayana juga menulis sebuah
buku yang disebut Nyya-Kusumjali. Seperti yang telah diketahui
bahwa filsafat Nyya merupakan dasar dari semua pengantaran ajaran
filsafat Sanskta. Nyya juga merupakan rangkaian pendahuluan bagi
seorang pelajar filsafat, karena tanpa pengetahuan tentang filsafat
Nyya, kita tidak akan dapat memahami Brahma Stra dari ri Vyaeva,
karena filsafat Nyya membantu untuk mengembangkan daya penalaran
ataupun pembantahan, yang membuat kecerdasan bertambah tajam dan
lembut, gua pencarian filsafat Vedntik.
2. Vaieika Daranaa. Pendiri dan sumber ajarannya
Vaieika yang merupakan salah satu aliran filsafat India yang
tergolong ke dalam a Darana agaknya lebih tua dibandingkan dengan
filsafat Nyya. Vaieika dan Nyya Darana bersesuaian dalam prinsip
pokok mereka, seperti sifat sifat dan hakekat san Diri dan teori
atom alam semesta, dan dikatakan pula Vaieika merupakan tambahan
dari filsafat Nyya, yang memiliki analisa pengalaman sebagai
obyektif utamanya. Diwalai dengan susunan pengamatan atas
kategori-kategori (padrtha), yaitu perhitungan atau perumusan
tentang sifat-sifat umum yang dapat dikenakan pada benda-benda yang
ada di alam semesta ini, serta merumuskan konsep-konsep umum yang
berlaku pada benda-benda yang dikenal, baik melalui indra maupun
melalui penyimpulan, perbandingan dan otoritas tertinggi.
Sistem filsafat Vaieika mengambil nama dari kata Viesa yang
artinya kekhususan, yang merupakan ciri-ciri pembeda dari
benda-benda. Jadi cirri pokok permasalahan yang diuraikan
didalamnya adalah kekhususan (padrtha) atau kategori-kategori yang
nantinya akan disebutkan secara lebih terperinci. Vaieika muncul
pada abad ke-4 SM, dengan tokohnya ialah i Kada, yang juga dikenal
sebagai i luka. Sehingga sistem ini juga dikenal sebagai Alukya
Darana dan juga dengan nama Kayapa dan dianggap seorang Deva-i.
Kata luka artinya burung hantu.Dalam buku karyanya Vaieika-Stra
yang terdiri dari 10 bab i Kada menguraikan berbagai permasalahan
pada setiap bab sebagai berikut:
1) Pada bab I berisi keseluruhan kelompok padrtha atau
kategori-kategori yang dapat dinyatakan.2) Pada bab II berisi
penetapan tentang benda-benda3) Pada bab III berisi uraian tentang
Jva dan indra dalam4) Pada bab IV berisi uaraian tentang badan dan
bahan penyusunnya5) Pada bab V berisi tentang Karma atau kegiatan
6) Pada bab VI berisi uaraian tentang Dharma atau kebajikan menurut
kitab suci.7) Pada bab VII berisi uraian tentang sifat-sifat dan
Samavya (keterpaduan atau saling berhubungan)8) Pada bab VIII
berisi tentang wujud pengetahuan , sumbernya dan sebagainya9) Pada
bab IX berisi tentang pemahaman tertentu atau yang konkrit, dan10)
Pada bab x berisi uraian tentang perbedaan sifat dari Jva.Sistem
filsafat ini terutama dimaksudkan untuk menetapkan tentang Padrtha,
tetapi rsi Kanada membuka pokok permasalahan dengan sebuah
pengamatan tentang intisari dari Dharma, yang merupakan sumber dari
pengetahuan inti dari Padrtha. Stra pertama berbunyi : Ytao
bhyudayanihsreyasa siddhi sa dharma artinya, Dharma adalah yang
memuliakan dan memberikan kebaikan tertinggi atau Moksa
(penghentian dari penderitaan).b. Pokok-pokok ajaran Padrtha,
secara harfiah artinya adalah : arti dari sebuah kata; tetapi di
sini Padrtha adalah satu permasalahan benda dalam filsafat. Sebuah
Padrtha merupakan suatu objek yang dapat dipikirkan (artha) dan
diberi nama (Pada). Semua yang ada, yang dapat di amati dan di
namai, yaitu semua objek pengalaman adalah Padrtha. Benda-benda
majemuk saling bergantung dan sifatnya sementara, sedangkan
benda-benda sederhana sifatnya abadi dan bebas.
Padrtha dan Vaieika Darana, seperti yang disebutkan oleh rsi
Kanada sebenarnya hanya 6 buah kategori, namun satu katagori
ditambahkan oleh penulis-penulis berikutnya, sehingga akhirnya
berjumlah 7 katagori (Padrtha), yaitu :
1) Substansi (dravya).
Substansi adalah zat yang ada dengan sendirinya dan bebas dari
pengaruh unsur-unsur lain. Namun unsur lain tidak dapat ada tanpa
substansi. Substansi (dravya) dapat menjadi sebab yang melekat pada
apa yang dijadikannya. Atau dravya dapat menjadi tidak ada pada apa
yang dihasilkannya. Contoh : tanah sebagai substansi telah terdapat
pada periuk yang terjadi dari tanah. Jadi tanah itu selalu dan
telah ada pada apa yang dihasilkannya, sedangkan periuk itu tidak
dapat terjadi tanpa substansi (tanah). Demikian pula halnya
kategori lain tidak dapat ada tanpa substansi (zat) seperti:
beraneka ragam minuman tidak dapat terjadi tanpa air (zat cair),
tapi air dapat ada walaupun tidak adanya bermacam-macam minuman.Ada
sembilan substansi yang dinyatakan oleh Vaieika yaitu : (1) Tanah
(pthiv); (2) Air (pah, jala); (3) Api (tejah); (4) Udara (vyu); (5)
Ether (ka); (6) Waktu (kla); (7) ruang (dis); (8) diri/roh (Jva);
dan (9) pikiran (manas). Semua substansi tersebut diatas riel,
tetap dan kekal. Namun hanya udara, waktu, akasa bersifat tak
terbatas. Kombinasi dari sembilan itulah membentuk alam semesta
beserta isinya menjadikan hukum-hukumnya yang berlaku terhadap
semua yang ada di alam ini baik bersifat physik maupun yang
bersifat rohaniah.
Adapun yang termasuk substansi badani (physik) adalah : bumi,
air, api, udara, ruang, waktu dan akasa. Sedang yang tergolong
substansi rohaniah terdiri dari akal (manas/pikiran), diri
(atman/jiwa). Kedua substansi rohaniah ini bersifat kekal dan pada
setiap mahluk (manusia) hanya terdapat satu jiwa dan satu manas.
Demikianlah pribadi (diri/atma) itu bersifat individu dan menjadi
sumber keaaran setiap mahluk yang senantiasa berhubungan dengan
kegiatan badani (physik). Setiap pribadi (atma) memiliki manas
tersendiri yang dipakai sebagai alat untuk mengenal dan mengalami
segala sesuatu melalui alat physik termasuk juga dipakai sebagai
alat untuk mencapai kebebasan. Namun di lain pihak manas juga
diakui dapat menyebabkan kelahiran kembali. Oleh karena setiap
mahluk (manusia) di jiwai oleh pribadi (jiwa/atma). Maka pandangan
Vaieika terhadap jiwa adalah riil dan pluralis, yaitu jiwa itu
benar-benar ada dan tak terbatas jumlahnya.
2) Kualitas (gua ).
Gua ialah keadaan atau sifat dari suatu substansi. Gua
sesungguhnya nyata dan terpisah dari benda (substansi) namun tidak
dapat dipisahkan secara mutlak dari substansi yang diberi sifat.
Gua atau sifat-sifat atau ciri-ciri dari substansi yang jumlahnya
ada 24, yaitu : (1) warna (Rpa) ; (2) rasa (rasa); (3) bau
(gandha); (4) sentuhan/raba (spara); (5) jumlah (Skhya); (6) ukuran
(parima); (7) keanekaragaman (pthaktva); (8) persekutuan (sayoga);
(9) keterpisahan (vibhga); (10) keterpencilan (paratva); (11)
kedekatan (aparatva); (12) bobot (gurutva); (13) kecairan/keenceran
(dravatva); (14) kekentalan (sneha); (15) suara (abda); (16)
pemahaman/pengetahuan (buddhi/jna); (17) kesenangan (sukha); (18)
penderitaan (duka); (19) kehendak (ccha); (20) kebencian/keengganan
(dvesa); (21) usaha (prayatna); (22) kebajikan/manfaat (dharma);
(23) kekurangan/cacat (adharma); dan (24) sifat pembiakan sendiri
(saskra). Sejumlah 8 sifat yaitu: buddhi/jna, ccha, dvesa, sukha,
duka, dharma, adharma dan prayatna merupakan milik dari roh,
sedangkan 16 lainnya merupakan milik dari substansi material.3)
Aktifitas (karma).
Karma mewakili berbagai jenis gerak (movement) yang berhubungan
dengan unsur dan kualitas, namun juga memiliki realitas mandiri.
Tidak semua substansi (zat) dapat bergerak. Hanya substansi yang
bersifat terbatas saja dapat bergerak atau mengubah tempatnya.
Sedangkan substansi yang tak terbatas (atma, hawa nafsu dan akasa)
tidak dapat bergerak karena telah memenuhi segala yang ada.
Gerakan-gerakan dari benda-benda di alam ini bukan bersumber
dari dirinya, melainkan ada sesuatu yang berkeaaran yang menjadi
sumber gerakan itu. Benda-benda hanya dapat menerima gerakan dari
sesuatu yang berkeaaran. Bila terlihat kenyataan yang terjadi di
alam ini seperti adanya hembusan angin, peredaran bumi dan
planet-planet, maka tentu ada sumber penggerak yang adikodrati.
Sumber yang adikodrati itulah Tuhan.
Karena Tuhan sebagai sumber gerakan alam ini, maka Tuhan Maha
mengetahui segala gerak dan perilaku benda-benda di alam ini.
Termasuk mengetahui benar perilaku (karma) manusia. Ada 5 macam
gerak, yaitu : (1) Utkepaa (gerakan ke atas); (2) Avakepaa (gerakan
ke bawah); (3) A-kucana (gerakan membengkok); (4) Prasaraa (gerakan
mengembang); (5) Gamana (gerakan menjauh atau mendekat).
4) Universalia (smnya).
Samanya, bersifat umum yang menyangkut 2 permasalahan, yaitu:
sifat umum yang lebih tinggi dan lebih rendah, dan jenis kelamin
dan spesies. Dalam epistemologi, hal ini mirip dengan konsep
universalia dan agak mirip dengan idenya Plato. Ia ada dalam semua
dan dalam masing-masing objek, namun tidak berbeda dalam objek
partikular yang berbeda. Karena nya ide kesapian adalah tunggal dan
tidak dapat dianalisis. Ide itu selalu hidup, tetapi tidak dapat
dimengerti melalui dirinya sendiri, namun hanya melalui seekor sapi
khusus. Walaupun tampak bersama, namun sapi dan kesapian dipahami
sebagai dua entitas berbeda. Dari universalia-universalia ini, Ada
(Being, Satta) adalah yang tertinggi, karena ia memberikan ciri
pada banyak sekali entitas.
5) Individualitas (viea).
Kategori ini menunjukkan ciri atau sifat yang membedakan sebuah
objek dari objek lainnya. Sistem Vaieika diturunkan dari kata viea,
dan merupakan aspek objek yang mendapat penekanan khusus dari para
filsuf Vaieika. Kategori ini berurusan dengan ciri-ciri khusus ke
sembilan substansi (dravya). Dalam sistem Vaieika, unsur tanah,
air, api, udara, dan pikiran dibangun dari atom (paramnu),
sedangkan eter, ruang, waktu dan jiwa dianggap sebagai substansi
sangat khusus tanpa dimensi atau visibilitas. Inilah yang
menyebabkan sistem darana ini disebut Vaiseika Darana.
6) Hubungan Niscaya (samavya).
Dimensi objek ini menunjukkan hakikat hubungan yang mungkin
antara kualitas-kualitasnya yang inheren. Hubungan ini dapat
dilihat bersifat sementara (sayoga) atau permanen (samavya). Sayoga
adalah hubungan sementara seperti antara sebuah buku dan tangan
yang memegangnya. Hubungan selesai ketika buku dilepaskan dari
tamgan. Di sisi lain, samavya adalah sebuah hubungan yang tetap dan
hanya berakhir ketika salah satu di antara keduanya dihancurkan.
Ada lima jenis hubungan yang tetap dan entitas yang tetap atau
tidak terpisahkan ini (ayta-sidda):
a) Hubungan keseluruhan dengan bagian-bagiannya, seperti sehelai
kain dan benang-benangnya.
b) Hubungan kualitas dengan objek yang memilikinya, seperti
kendi air dan warna merahnya.
c) Hubungan antara tindakan dan pelakunya, seperti tindakan
melompat dan kuda yang melakukannya.
d) Hubungan antara partikular dengan yang universal, ibarat satu
jenis sapi dengan seekor sapi atau bangsa jepang dan seorang
jepang.
e) Hubungan antara substansi kekal dan substansi khusus. Menurut
sistem Vaieika, partikel subatomis (paramnu) setiap substansi abadi
memiliki ciri-ciri khusus yang tidak membiarkan atom dari satu
substansi bercampur dengan atom substansi lainnya. Ciri khusus
(Viea) dipertahankan oleh partikel subatomis masing-masing melalui
hubungan tak terpisahkan (samavya).
7) Penyangkalan, Negasi, Non-Eksistensi (abhva).
Kategori ini menunjukkan sebuah objek yang telah terurai atau
larut ke dalam partikel subatomis terpisah melalui pelarutan
universal (mahapralaya) dan ke dalam ketiadaan (nothingness). Semua
benda-benda yang ada dan bernama digolongkan sebagai bhava,
sedangkan entitas yang sudah tidak ada digolongkan sebagai abhva.
Sebenarnya kategori ini bukan merupakan sebuah klasifikasi seperti
kategori lainnya, namun hanya modus pengaturan negatif. Abhva, yang
merupakan kategori ke 7, ada 4 macam, yaitu :
a) Pragabhva, yaitu ketidak adaan dari suatu benda sebelumnya;
contohnya: ketidak adaan periuk sebelum dibuat oleh pengrajin
periuk.
b) Dhvasabhva, yaitu penghentian keberadaan, misalnya periuk
yang dipecahkan; dimana dalam pecahan periuk itu tak ada
periuk.
c) Atyntabhva, atau ketidak adaan timbal balik, seperti misalnya
udara yang dari dulu tidak pernah berwarna atau pun
berbentuk.Ketiga ketidak adaan ini disebut sebagai Samsarga-bhava,
yaitu ketidak adaan suatu benda dalam benda yang lain.
d) Anyonybhva, atau ketidak adaan mutlak , dimana antara benda
yang satu sama sekali tidak ada persamaannya dengan yang lain,
seperti sebuah periuk yang tidak sama dengan sepotong pakaian,
demikian pula sebaliknya.i Kada di dalam Stra-nya tidak secara
terbuka menunjukkan tentang Tuhan dan keyakinannya adalah bahwa
formasi atau susunan alam dunia ini merupakan hasil dari Ada yaitu
kekuatan yang tak terlihat dari karma atau kegiatan. Beliau
menelusuri aktivitas atom dan roh mula-mula melalui prinsip Ada
ini. Para pengikut i Kada kemudian memperkenalkan Tuhan sebagai
penyebab efisien dari alam semesta, sedangkan atom-atom adalah
materialnya. Atom-atom yang tak terpikirkan itu tidak memiliki daya
dan kecerdasan untuk menjalankan alam semesta ini secara teratur.
Yang pasti, aktivitas atom-atom itu diatur oleh Tuhan Yang Maha Esa
dan Maha Kuasa. Kesimpulan dari otoritas kitab suci mengharuskan
kita untuk mengakui adanya Tuhan. Kecerdasan yang membuat Ada dapat
bekerja adalah kecerdasan Tuhan, sedangkan lima unsur (paca
mahbhta) hanya merupakan akibat. Semua ini harusnya didahului oleh
keberadaan yang memiliki pengetahuan tentang itu adalah Tuhan.
Roh-roh dalam keadaan penghancuran, kurang memiliki kecerdasan,
sehingga mereka tidak dapat mengendalikan aktivitas atom-atom dan
dalam atom-atom itu sendiri tidak ada sumber gerakan.
Pada sistem Vaieika, seperti halnya sistem Nyya, susunan alam
semesta ini diduga dipengaruhi oleh pengumpulan atom-atom, yang tak
terhitung jumlahnya dan kekal. Kosmologi Vaieika dalam batasan
mengenai keberadaan atom abadi bersifat dualistic dan secara
positif memisahkan hubungan yang pasti antara roh dan materi.
Terjadinya alam semesta menurut sistem filsafat Vaieika memiliki
kesamaan dengan ajaran Nyya yaitu dari gabungan atom-atom catur
bhuta (tanah, air, cahaya dan udara) ditambah dengan lima substansi
yang bersifat universal seperti aksa, waktu, ruang, jiwa dan manas.
Lima substansi universal ini tidak memiliki atom-atom, maka itu ia
tidak dapat memproduksi sesuatu di dunia ini. Cara penggabungan
atom-atom itu dimulai dari dua atom (dvynuka), tiga atom
(Triynuka), dan tiga atom ini saling menggabungkan diri dengan cara
yang bermacam-macam, maka terwujudlah alam semesta beserta
isinya.Bila gabungan atom-atom dalam Catur Bhuta ini terlepas satu
dengan lainnya maka lenyaplah alam beserta isinya. Gabungan dan
terpisahnya gerakan atom-atom itu tidaklah dapat terjadi dengan
sendirinya, mereka digerakkan oleh suatu kekuatan yang memiliki
keaaran dan kemahakuasaan. Sesuatu yang memiliki keaaran dan
kekuatan yang maha dahsyat itu menurut Vaieika adalah Tuhan Yang
Maha Esa. Vaieika dalam etikanya menganjurkan semua orang untuk
kelepasan. Kelepasan akan dapat dicapai melalui Tatwa Jnaa, Sravna,
manna, dan Meditasi.
3. Skhya Darana
a. Pendiri dan pokok ajarannyaSkhya kata berasal dari kata
Sanskta 'Skhya' (pencacahan, perhitungan). Dalam Filsafat,
pencacahan akurat dari kebenaran telah ditentukan. Akibatnya,
Filsafat ini bernama 'Skhya'. Mungkin ada alasan lain adalah bahwa
salah satu arti dari 'Skhya' adalah musyawarah atau refleksi atas
hal-hal yang berkaitan dengan kebenaran. Filsafat ini mengandung
musyawarah tersebut dan kontemplasi atas kebenaran. Dalam Persepsi
Filsafat, Pratyaksh (persepsi langsung melalui Rasa-Organ), Anumn
(Inferensi atau kognisi mengikuti beberapa Pengetahuan lainnya),
dan habda (Kesaksian Verbal) adalah tiga pramn yang diterima
(sumber pengetahuan yang sah atau metode mengetahui benar).
Misalnya, Nyyiks (Pengikut Filsafat Nyya) telah menerima empat
Pramn, para Mimsaks (Pengikut Filsafats Mimsa) telah menerima enam
pramn. Demikian pula, di Filsafat Skhya, tiga Pramn telah
diterimanya. Pendiri dari sistem filsafat ini adalah r Kapila Muni,
yang dikatakan sebagai putra Brahma dan Avatra dari Viu. Pada
sistem Skhya tak ada penyelidikan secara analitik ke dalam alam
semesta, seperti keberadaan yang sesungguhnya yang merupakan
susunan menurut topic-topik dan kategori-kategori, namun terdapat
suatu sistem tiruan yang diawali dari satu Tattva atau prinsip
mula-mula atau Prakti, yang berkembang atau yang menghasilkan
(Prakaroti) sesuatu yang lain. Didirikan oleh Mahai Kapila Muni,
ini adalah Filsafat yang paling kuno. Filsafat ini di bangun oleh i
Kapila. Sebuah teks yang ditulis oleh Ishwar Krishna disebut
'Snkhyakrika' adalah sumber terpercaya prinsip pengetahuan dalam
Filsafat ini. Hal ini ditulis dalam Aryan Chand (sejenis puisi
Sanskta kuno) dan berisi 72 Karikas (koleksi memorial ayat tentang
topik filosofis) yang menerjemahkan Skhya Siddhant (Doktrin Skhya)
yangjelas dan eksplisit. Para ahli merasa bahwa beberapa orang
mungkin telah belajar menulis Skhya Stra dan Stra Snkhyasams dalam
nama i Kapila. Hal ini karena tidak ada menyebutkan bahwa dua teks
tersebut ditulis 1500 SM. Oleh karena itu, apa pun pengetahuan yang
kita dapat dari Ajaran Skhya sekarang didasarkan pada Skhya
Karikas. Ajaran Skhya merupakan filsafat yang menerima 24 Kebenaran
dari Prakti (Alam benda) dan 25 kebenaran Purua (Jiwa).
b.Konsep Purua dan Prakti
Seperti yang telah disinggung di atas, Skhya mempergua kan 3
sistem atau cara mencari pengetahuan dan kebenaran, yaitu: Pratyaka
(pengamatan langsung), Anuma (penyimpulan), dan Apta Vkya
(penegasan yang benar). Kata Apta artinya pantas atau benar yang
ditunjukkan kepada wahyu-wahyu Veda atau guru-guru yang mendapatkan
wahyu. Sistem Skhya umumnya dipelajari setelah sistem Nyya, karena
ia merupakan sistem filsafat yang hebat, dimana para filsuf barat
juga sangat mengaguminya, karena secara pasti ia menekankan
pluralitas dan dualitas, karena mengajarkan bahwa ada Purua atau
roh yang banyak sekali. Skhya menyangkal bahwa suatu benda dapat
dihasilkan melalui ketiadaan. Prakti dan Purua adalan Andi (tanpa
awal) dan Ananta (tanpa akhir;tak terbatas). Ketidak berbedaan
(Aviveka) antara keduanya merupakan penyebab adanya kelahiran dan
kematian. Perbedaan antara Prakti dan Purua memberikan Mukti
(pembebasan). Baik Prakti maupun Purua adalah Sat (nyata). Purua
bersifat Asaga (tak terikat) dan merupakan keaaran yang meresapi
segalanya dan abadi. Prakti merupakan si pelaku dan si penikmat,
yang tersusun dari asas materi dan rohani yang memiliki atau
terpengaruh oleh 3 Gua atau sifat, yaitu Sattvam, Rjas dan Tamas.
Prakti artinya yang mula-mula, yang mendahului dari apa yang dibuat
dan berasal dari kataPra(sebelum), dan Kri (membuat yang mirip
dengan My dan Vednta. Prakti merupakan sumber dari alam semesta dan
ia juga disebut Pradhna (pokok), karena semua akibat ditemukan
padanya dan juga merupakan sumber dari segala benda. Pradhna dan
Prakti adalah kekal, meresapi segalanya, tak dapat digerakkan dan
cma satu adanya. Ia tak memiliki sebab tapi merupakan sebab dari
suatu akibat. Prakti hanya bergantung dari pada aktivitas dari
unsure pokok Gua-nya sendiri. Ke-3 Gua tersebut tak pernah dan
saling menunjang satu sama lainnya, serta saling bercampur. Ia
membentuk substansi Prakti. Akibat dari pertemuan antara Purua dan
Prakti timbullah ketidak seimbangan tri gua tersebut yang
menimbulkan evolusi atau perwujudan. Prakti berkembang dibawah
pengaruh Purua. produk awal dari evolusi Prakti adalah Mahat atau
Kecerdasan Utama, yang merupakan penyebab alam semesta dan
selanjutnya muncul Buddhi dan Ahakra. Dari Ahakra muncul Manas atau
pikiran, yang membawa perintah-perintah dari kehendak melalui
organ-organ kegiatan (Karma Indriya).
Sattvam merupakan keseimbangan, sehingga apabila Sattvam lebih
berpengaruh, terjadilah kedamaian atau ketenangan. Rjas merupakan
aktifitas, yang dinyatakan sebagai Rga-Dvea, yaitu suka atau tidak
suka, cinta atau benci, menarik atau memuakkan. Tamas merupakan
belenggu dengan kecenderungan dengan kelesuan, kemalasan, dan
kegiatan yang dungu atau bodoh, yang menyebabkan khayalan atau
Aviveka (tanpa perbedaan). Skhya menerima teori pengembangan dan
penyusutan, di mana sebab dan akibat merupakan keadaan yang belum
berkembang dan pengembangan dari suatu substansi yang sama.
Gambaran sentral dari filsafat Skhya adalah bahwa akibat
benar-benar ada sebelumnya di dalam penyebab, seperti seluruh
keberadaan pepohonan yang dalam keadaan terpendam atau tertidur
dalam benih (biji), demikian pula seluruh alam raya ini ada dalam
keadaan tertidur dalam Prakti, yaitu Avyakta (tak terbedakan).
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang proses
pengembangan dan penyusutan, Skhya menguraikannya sebagai berikut :
Dari pertemuan antara Purua dan Prakti, timbullah Mahat (yang
agung), yang merupakan benih alam semesta, di mana segi
psikologinya disebut sebagai Buddhi, yang memiliki sifat-sifat
kebajikan, pengetahuan, tidak bernafsu. Perbedaan antara Mahat dan
Buddhi adalah, Mahat merupakan asas kosmis sedangkan Buddhi
merupakan asas kejiwaan (merupakan unsur kejiwaan tertinggi). Dari
Buddhi timbullah Ahakra yang merupakan asas individuasi atau asas
keakuan, yang menyebabkan segala sesuatu memiliki latar belakang
sendiri-sendiri. Perkembangan kejiawaan yang pertama adalah Ahakra
adalah Manas yang merupakan pusat indra yang bekerja sama dengan
indra-indra yang lain mengamati kenyataan di luar badan manusia.
Tugas Manas adalah untuk menkoordinir rangsangan-rangsangan indra,
dan mengaturnya sehingga menjadi petunjuk dan meneruskannya kepada
Ahakra dan Buddhi.sebaliknya Manas juga bertugas meneruskan putusan
kehendak Buddhi kepada peralatan indra yang lebih rendah. Buddhi,
Ahakra dan Manas secara bersama-sama disebut sebagai peralatan
bhatin atau Antakaraa.Perkembangan kejiwaan yang kedua adalah Paca
Indra persepsi (Buddhendriya atau Jnendriya), yaitu :
1) Pengelihatan2) Pendengaran
3) Penciuman
4) Perabaan, dan
5) Perasa
Perkembangan kejiwaan yang ketiga disebut sebagai Karmendriya
atau organ penggerak, yaitu :
1) Daya untuk berbicara
2) Daya untuk memegang
3) Daya untuk berjalan
4) Daya untuk membuang kotoran, dan
5) Daya untuk mengeluarkan benih
Perkembangan fisik menghasilkan asas dunia luar, yang disebut 5
unsur dan perkembangan melalui 2 tahapan, yaitu :
1) Pada tahap pertama, berbentuk unsure halus (Paca Tanmtra)
yaitu: sari suara, sari raba, sari warna, sari rasa dan sari bau.2)
Pada tahapan kedua terjadi kombinasi dari unsur-unsur halus yang
menimbulkan unsure-unsur kasar yang disebut paca mahbhta, yaitu
:
a) ka (ether, ruang)
b) Vyu (udara)
c) Agni atau Tejah (api/panas)
d) pah (air), dan
e) Pthiv (tanah).
c. Tri Gua Prakti dibangun oleh gua yaitu, Sattva, Rjas, dan
Tamas. Gua artinya unsur, atau komponen penyusunan. Gua itu tidak
dapat kita amati dengan indra. Adanya itu disimpulkan atas obyek
dunia ini yang merupakan akibat dari padanya. Karena adanya
kesamaan azas antara akibat dan sebab, maka dapat kita ketahui
sifat-sifat Gua itu dari alam yang merupakan wujud hasil dari
padanya. Semua obyek dunia ini memiliki tiga sifat yaitu
sifat-sifat yang menimbulkan rasa senang. Susah dan netral.
Nyanyian burung yang menyenangkan seorang seniman, menyusahkan
orang sakit, tak berpengaruh apapun untuk orang yang acuh. Sebab
semua sifat ini merupakan akibat suatu sebab, maka sifat-sifat itu
haruslah terkandung dalam Sattva, Rjas dan Tamas itu.
1) Sattva adalah suatu Prakti yang merupakan alam kesenangan
yang ringan, yang tenang bercahaya. Wujudnya berupa keaaran sifat
ringan yang menimbulkan gerak keatas, angin dan air di udara dan
semua bentuk kesenangan seperti kepuasan, kegirangan dan
sebagainya.2) Rjas adalah unsur gerak pada benda-benda ini. Ia
selalu gerak dan menyebabkan benda-benda ini bergerak. Ialah
menyebabkan api berkobar, angin berhembus, pikiran berkeliaran
kesaana kemari. Ialah yang menggerakan Sattva dan Tamas untuk
melaksanakan tugasnya. 3) Tamas adalah unsur yang menyebabkan
sesuatu menjadi pasip dan bersifat negatif. Ia bersifat keras,
menentang aktifitas menahan gerak pikiran hingga menimbulkan
kegelapan, kebodohan sehingga mengantar orang pada kebingungan.
Karena menentang aktifitas menyebabkan orang menjadi malas, acuh
tak acuh, tidur.Ketiga gua ini tidak dapat dipisahkan satu sama
lainya karena masing-masing saling mengsuport yang lain sebagai
satu kesatuan. Ibaratkan lampu minyak yang terdiri dari unsur
nyala, unsur minyak dan unsur lampunya, yang secara sendiri-sendiri
tidak akan dapat berfungsi. Dalam kaitan dengan konsep penciptaan,
pemeliharaan dan peniadaan, Sattva adalah penciptaan, Rjas adalah
pemeliharaan dan Tamas adalah peniadaan. Prakti dicirikan oleh
adanya tiga gua diatas. Kata gua artinya adalah kualitas atau sifat
dari Prakti, tetapi tidak sekedar aspek permukaan dari alam
materiil ini, tapi hakekat intrinsik dari Prakti. Gua itu selalu
berubah dari dalam dirinya sendiri walaupun dalam keadaan
keseimbangan, hanya saja ia tidak menghasilkan apapun sepanjang
keseimbangan tidak terganggu. Bila keseimbangan terganggu maka gua
dalam situasi Guaksobha, dimana masing-masing gua beraksi satu sama
lainnya yang disebabkan karena salah satu gua secara dominan tampil
walaupun tidak meniadakan gua lainnya, dalam benda-benda material
yang diam atau yang tidak bergerak maka yang dominan adalah Tamas
Gua dibangdingkan dengan dua gua lainnya. Dalam sesuatu ang
bergerak maka Rjas Gua dominan dari pada dua gua lainnya.
Demikianlah gua itu bekerja bersama-sama dalam membentuk alam
semesta ini. Gua-Gua itu dapat di mengerti dari fakta berupa
ciri-ciri dari dunia materiil ini, baik secara eksternal maupun
secara internal, baik itu berupa unsur fisik atau pikiran, yang
semanya itu memiliki kemampuan dalam menghasilkan kesenangan,
penderitaan atau seimbang tidak keduanya. Suatu objek yang sama
barangkali menyenangkan seseorang tapi menyakiti bagi yang lainnya
atau sama sekali tidak keduanya itu. Seorang wanita yang cantik
akan sangat menarik bagi pacarnya, tapi akan menyakitkan wanita
lainnya yang juga tertarik pada laki-laki pacar wanita cantik itu,
dan tidak ada apa-apanya bagi orang lain yang tidak terlibat
kecantikan dari wanita itu, menunjukkan adanya hubungan dengan
orang-orang lainnya disekitarnya, yang muncul dari gua yang ada
pada dunia ini. Dari contoh ini kita akan dibantu dalam memahami
bagaimana asal-usul dari semua fenomena Prakti yang memiliki
ciri-ciri yang dapat kita temukan. Pada obyek-obyek dunia ini.
Prakti dan produk-produk yang dihasilkannya membutuhkan gua
tersebut karena, Prakti dan produknya tidak mempunyai kekuatan
untuk membedakan dirinya dengan Purua. Mereka adalah Objek
sedangkan Purua adalah Subyek. Filsafat Skhya menyatakan bahwa
keseluruhan alam semesta ini berkembang dari Gua, dimana dalam
keadaan ketiga Gua itu seimbang alami disebut Prakti dan dalam
keadaan tidak seimbang disebut sebagai Vikti, yaitu keadaan yang
heterogen. Tiga Gua ini oleh filsuf Skhya yang beraliran nonteistik
dinyatakan sebagai penyebab terakhir dari aktifitas dan Tamas
adalah berat dan gelap, lesu atau menutupi. Gua itu tidak berbentuk
dan selalu ada (omnipresent) yang dalam keadaan seimbang
menyerahkan sifat-sifatnya kedalam yang satu dengan yang lainnya.
Dalam keadaan tidak seimbang, Rjas dikatakan sebagai pusat dari
Sattva dan Tamas, yang menghasilkan penciptaan karena
memanifestasikan dirinya dengan demikian Rjas menghasilkan
pasangan-pasangan yang berlawanan. sebaliknya Rjas juga tergantung
dari Sattva dan Tamas, karena aktifitas tidakakan terjadi tanpa
adanya obyek di mana ia beraktifitas. Dalam keadaan
memanifestasikan diri, salah satu gua mendominasi dua gua lainnya,
tetapi tidak pernah terjadi secara sepenuhnya terpisah atau absen
satu sama lainnya karena secara keseimbangan mereka bereaksi antara
satu dengan yang lainnya. Dengan pengaruh Rjas maka kekuatan
Sattvika maka kecepatan yang tinggi dan unit kekuatan itu terpecah
menjadi bagian-bagian. Dalam tahapan tertentu barang kali
percepatan berkurang dan mereka mulai mendekat dan mendekat satu
sama lainnya. Kontraksi dari kekuatan Sattvika maka akan terbentuk
Tamas, dan dalam waktu yang bersamaan dorongan dari kekuatan aktif
(Rjas) juga terjadi pada Tamas dan dalam kontraksi itu terjadilah
ekspansi yang cepat. Dengan demikian gua itu secara terus menerus
merubah keunggulan mereka mengatasi yang lainnya. Keunggulan Sattva
dari Tamas dan sebaliknya, keunggulan Sattva pada Tamas terjadi
secara bersamaan dalam proses tersebut, dan pergantiian itu terjadi
pada setiap saat. Sattva dan Tamas dan dalam penampakannya
merupakan terang dan tidak berbobot sedang yang lain merupakan
gelap dan berat. Tapi pasangan ini bekerja secara bersama-sama
dalam penciptaan dan peleburan seperti halnya benda-benda bergerak
dari yang halus. Ekspansi kekuatan energi yang tertimbun dalam
bentuk-bentuk yang halus, darimana ia memanifestasikan dari dalam
bentuk keseimbangan yang baru. Keseimbangan yang sifatnya relatif
ini merupakan suatu tahapan tertentu dari proses evolusi itu
sendiri. Memang kelihatannya ada suatu konflik yang
berkesinambungan antara Gua itu, tapi sesungguhnya ada kerjasama
yang sempurna selama proses penciptaan oleh karena lewat interaksi
yang berkesinambungan itulah aliran kosmis dan kehidupan individual
terus berlangsung. Gua itu memiliki peranan yang sama dalam tubuh
dan pikian manusia sepertihalnya yang terjadi pada alam semesta
secara keseluruhan.d. Evolusi alam semesta.
Prakti akan mengembang menjadi alam ini bila berhubungan dengan
Purua. Melalui perhubungan ini Prakti dipengaruhi oleh Purua
seperti halnya anggota badan kita dapat bergerak karena hadirnya
pikiran. Evolusi alam semesta tidak mungkin terjadi hanya karena
Purua, karena ia bersifat pasif. Tidak juga hal itu dapat terjadi
karena ia tanpa keaaran. Hanya karena perhubungan Purua dan Prakti
ini adalah seperti kerja sama orang lumpuh dengan orang buta untuk
dapat keluar hutan. Mereka bekarja sama untuk mencapai
tujuannya.
Hubungan antara Purua dan Prakti menyebabkan terganggunya
keseimbangan dalam Tri Gua. Yang mula-mula tergantung ialah Rjas
yang menyebabkan Gua yang lain ikut terguncang pula. Masing-masing
Gua itu berusaha mengatasi kekuatan Gua lainnya. Maka terjadilah
pemisah dan penyatuan Tri Gua itu yang menyebabkan munculnya obyek
yang kedua ini. Yang pertama terjadi dari Prakti ialah Mahat dan
Buddhi. Mahat adalah benih besar alam semesta ini sedangkan Buddhi
adalah unsur intelek.
Fungsi buddhi ialah untuk memberikan pertimbangan dan memutuskan
segala apa yang datang dari alat-alat yang lebih rendah dari
padanya. Dalam keadaannya yang murni ia bersifat dharma, jana,
viragya dan aiarya yaitu kebijakan, pengetahuan, tidak bernafsu dan
ketuhanan. Ia berada amat dekat dengan roh. Ahakra atau rasa aku
adalah hasil Prakti yang kedua. Ia langsung timbul dari mahat dan
merupakan manifestasi pertama dari mahat. Fungsi Ahakra ialah
merasakan rasa aku. Dengan Ahakra sang diri merasa dirinya yang
bertindak, yang ingin, yang bermilik.
Ada tiga macam Ahakra sesuai dengan Gua mana yang lebih unggul
dalam keinginan itu. Ahakra itu disebut sattvika bila unsur Sattvam
yang unggul, Rjasa bila Rjas yang unggul dan Tamasa bila Tamas yang
unggul. Dari Sattvika timbullah paca janendriya, paca karmendriya
dan manas. Dari Tamasa lahirlah paca tanmtra sedangkan Rjasa
memberikan tenaga baik pada Sattvika maupun Tamasa untuk merubah
mana berfungsi menuntun alat-alat tubuh untuk mengetahui dan
bertindak.
Paca tanmtra adalah sari-sari benih suara, sentuhan, warna, rasa
dan bau. Semuanya ini hanya diketahui orang akibat yang
ditimbulkannya, sedangkan ia sendiri tidak dapat dikenal karena
amat halusnya. Dari semua anasir kasar itu berkembanglah alam
semesta ini dengan segala isinya, namun perkembangan ini tidak
menimbulkan azas-azas baru lagi seperti perkembangan Mahat. Alam
semesta ini dengan segala isinya, namun perkembangan Mahat. Alam
semesta adalah benda-benda yang dijadikan bukan benda-benda yang
menjadikan.
Suatu azaz lagi setelah terbentuknya alam semesta ini, belumlah
sempurna sampai disitu, sebab ia memerlukan adanya dunia roh yang
menjadi saksi dan yang menikmati isi alam ini. Bila roh nyata ada,
maka perlulah adanya penyesuaian moral, kenikmatan dan kesusahan
hidup ini. Evolusi Prakti menjadi dunia obyek memungkinkan roh
nikmat atau menderita sesuai dengan baik buruk perbuatanya. Namun
tujuan akhir evolusi Prakti ialah kelepasan.e. Ajaran tentang
kelepasan.
Hidup didunia ini adalah campuran antara senang dan susah.
Banyak kesenangan dapat dinikmati, banyak pula kesusahan dan sakit
yang diderita orang. Bila orang dapat menghindari diri dari
kesusahan dan sakit, maka ia tak dapat menghindari diri dari
ketuaan dan kematian. Ada tiga macam sakit dalam hidup ini yaitu
Adhytmika, Adhibutika, dan Adhidivika.
1) Adhytmika adalah sakit karena sebab-sebab dari dalam badan
sendiri seperti kerja alat-alat tubuh yang tidak normal dan
gangguan perasaan. Dengan demikian ia merupakan gangguan perasaan.
Ia merupakan gangguan jasmani dan rokhani seperti sakit kepala,
takut, marah, dan sebgainya. 2) Adhibutika adalah sakit yang
disebabkan oleh faktor luar tubuh, seperti terpukul, kena gigitan
nyamuk dan sebagainya, dan 3) Adhidivika adalah sakit karena tenaga
gaib seperti setan, hantu dan lain-lainnya.
Tidak ada seorangpun yang ingin menderita sakit, semuanya ingin
hidup bahagia lepas dari susah dan sakit. Tetapi kenyataannya
tidaklah demikian. Selama orang masih berbadan lemah, selama itu
suka dan duka, sakit dan sehat selalu berdampingan. Dengan demikian
kita perlu bercita-cita hidup bersenang-senang selalu, cukup hidup
biasa-biasa saja dengan berusaha melepaskan penderitaan atas dasar
pikiran sehat.
Dalam ajaran Skhya kelepasan itu adalah penghentian yang
sempurna dari semua penderitaan. Inilah tujuan terakhir dari hidup
kita. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memperingan hidup
kita, namun tidak dapat melepaskan kita dari penderitaan
sepenuh-penuhnya. Skhya mengajarkan bahwa cara mencapai kelepasan
itu ialah melalui pengetahuan yang benar atas kenyataan dunia ini.
Tiadanya pengetahuan itulah yang menyebabkan orang menderita. Dalam
banyak hal orang-orang yang tidak punya pengetahuan tentang hukum
alam dan hukum kehidupan terbentur pada masalah yang membawanya
pada kesedihan. Berbeda halnya orang-orang yang berpengetahuan akan
menerima dan menikmati kenyataan itu tidak sempurna, maka ia tidak
lepas dari penderitaan sepenuhnya. Kelepasan itu hanya akan dicapai
bila pengetahuan orang akan kenyataan itu sudah sempurna.4. Yoga
Daranaa. Pendiri dan sumber ajarannya Kata Yoga berasal dari akar
katayujyang artinya menghubungkan. Yoga merupakan pengendalian
aktivitas pikiran dan merupakan penyatuan roh pribadi dengan roh
tertinggi. Hirayagarbhaadalah pendiri dari sistem Yoga. Yogayang
didirikan olehMahi Patajali, merupakan cabang atau tambahan dari
filsafatSkhya. Ia memiliki daya tarik tersendiri bagi para murid
yang memiliki temperamen mistis dan perenungan. Ia menyatakan
bersifat lebih orthodox dari pada filsafatSkhya,yang secara
langsung mengakui keberadaan dari Makhluk Tertinggi(vara). Tuhan
menurut Patajali merupakanPuraistimewa atau roh khusus yang tak
terpengaruh oleh kemalangan kerja, hasil yang diperoleh dan cara
perolehannya. Pada-Nya merupakan batas tertinggi dari benih
kemahatahuan, yang tanpa terkondisikan oleh waktu, merupakan guru
bagi para bijak jaman dahulu. Dia bebas selamanya. Suku kata suci O
merupakan simbol Tuhan. Pengulangan suku kata O dan bermeditasi
pada O, haruslah dilaksanakan, yang akan melepaskan segala halangan
dan akan membawa kepencapaian perwujudan Tuhan. Patajali mendirikan
system filsafat ini dengan latar belakang metafisika Skhya dan
menerima 25 prinsip atau Tattva dari Skhya, tetapi menekankan pada
sisi praktisnya guna realisasi dari penyatuan mutlak Purua atau
sang Diri.Roh pribadi dalam system Yoga memiliki kemerdekaan yang
lebih besar dan dapat mencapai pembebasan dengan bantuan Tuhan.
System Yoga menganggap bahwa konsentrasi, meditasi dan Samdhi akan
membawa kepada Kaivalya atau kemerdekaan. Menurut Patajali, Tuhan
adalah Pura Istimewa atau roh khusus yang tak terpengaruh oleh
kemalangan, karma, hasil yang diperoleh dan cara memperolehnya,
pada-Nya merupakan batas tertinggi dari Kemahatahuan, yang tak
terkondisikan oleh waktu, yang selamanya bebas dan merupakan Guru
bagi para bijak jaman dahulu. Yoga Stra dari Patajali muncul
sebagai buku acuan yang tertua dari aliran filsafat Yoga, yang
memiliki 4 Bab, yaitu :
1) Bab yang pertama yaituSamdhi Pda,memuat penjelasan tentang
sifat dan tujuanSamdhi.2) Bab kedua yaituSdhan Pda,menjelaskan
tentang cara pencapaian tujuan ini.
3) Bab ketiga, yaituWibhti Pda,memberikan uraian tentang
daya-daya supra alami atauSiddhiyang dapat dicapai melalui
pelaksanaan Yoga.
4) Bab keempat yaituKaivalya Pda,menggambarkan sifat dari
pembebasan tersebut.
b. Pokok-pokok ajarannyaYoga-nya Mahi Patajali merupakan
Aga-Yoga atau Yoga dengan delapan anggota, yang mengandung disiplin
pikiran dan tenaga fisik.Haha Yogamembahas tentang cara-cara
mengendalikan badan dan mengatur pernafasan yang memuncak dari Rja
Yoga. Sdhanyang progresif dalamHaha Yogamembawa pada
ketrampilanHahaYoga.Haha Yogamerupakan tangga untuk mendaki menuju
tahapan puncak dariRjaYoga. Bila gerakan pernafasan dihentikan
dengan caraKumbhaka,pikiran menjadi tak tertopang. Pemurnian badan
dan pengendalian pernafasan merupakan tujuan langsung dariHaha
Yoga. a Karmaatau enam kegiatan pemurnian badan antara
lainDhaut(pembersihan perut),Bast(bentuk alami pembersihan
usus),Net(pembersihan lubang hidung),Traka(penatapan tanpa berkedip
terhadap sesuatu obyek),Naul (pengadukan isi perut),
danKaplabht(pelepasan lendir melalui semacamPrymatertentu). Badan
diberikan kesehatan, kemudaan, kekuatan dan kemantapan dengan
melaksanakansana, bandhadanmudr.Yogamerupakan satu cara disiplin
yang ketat, yang memberlakukan pengetatan pada diet, tidur,
pergaulan, kebiasaan, berkata dan berpikir. Hal ini harus dilakukan
di bawah pengawasan yang cermat dari seorang Yogn yang ahli dan
memancarkan sinar kepada Jva. Yogamerupakan satu usaha sistematis
untuk mengendalikan pikiran dan mencapai kesempurnaan.
Yogameningkatkan daya konsentrasi, menahan tingkah laku dan
pengembaraan pikiran, dan membantu untuk mencapai keadaan supra aar
ataunirvikalpa samdhi. PelaksanaanYogamelepaskan keletihan badan
dan pikiran dan melepaskan ketidakmurnian pikiran serta
memantapkannya. Tujuanyogaadalah untuk mengajarkan caratmapribadi
dapat mencapai penyatuan yang sempurna denganRohTertinggi.
Penyatuan atau perpaduan dari tma pribadi dengan Purua Tertinggi
dipengaruhi olehVttiatau pemikiran-pemikiran dari pikiran. Ini
merupakan suatu keadaan yang jernihnya seperti kristal, karena
pikiran tak terwarnai oleh hubungan dengan obyek-obyek duniawi.
Sistem filsafatKapilaadalahNir-vara Skhya,karena di sana tak
adavaraatau Tuhan. SistemPatajaliadalahSa-vara Skhyakarena
adavaraatau Purua Istimewa di dalamnya, yang tak tersentuh oleh
kemalangan, kerja, keinginan dsb.Patajali mendirikan sistem ini
pada latar belakang metafisika dariSkhya. Patajalimenerima 25
prinsip dariSkhya.Ia menerima pandangan metafisik dari
sistemSkhya,tetapi lebih menekankan pada sisi praktis dari disiplin
diri guna realisasi dari penyatuan mutlakPurua atau
sangDiri.Skhyamerupakan satu sistem metafisika, sedangkan Yoga
merupakan satu sistem disiplin praktis. Yang pertama menekankan
pada penyelidikan dan penalaran, sedang yang kedua menekankan pada
konsentrasi dari daya kehendak. Roh pribadi dalam Yoga memiliki
kemerdekaan yang lebih besar. Ia dapat mencapai pembebasan dengan
bantuan Tuhan.Skhyamenetapkan bahwa pengetahuan adalah cara untuk
pembebasan. Yoga menganggap bahwa konsentrasi, meditasi dan Samdhi
akan membawa kepada Kaivalya atau kemerdekaan.Sistem Yogamenganggap
bahwa proses Yoga terkandung dalam kesan-kesan dari keanekaragaman
fungsi mental dan konsentrasi dari energi mentalpada Puruayang
mencerahi dirinya. Rja Yogadikenal dengan namaAga-Yogaatau Yoga
dengan delapan anggota, yaitu :
1) Yama,(larangan)2) Niyama(ketaatan),3) sana(sikap badan)4)
Pryma(pengendalian nafas),5) Pratyhra(penarikan indriya),6)
Dhraa(konsentrasi),7) Dhyna(meditasi), dan 8) Samdhi(keadaan supra
aar). Kelima yang pertama membentuk anggota luar(Bahir-aga)dari
Yoga, sedangkan ketiga yang terakhir membentuk anggota
dalam(Antar-aga)dari Yoga .c. Penjelasan Rja Yogaatau
Aga-Yoga1)YamadanNiyamaPelaksanaanYamadanNiyamamembentuk disiplin
etika, yang mempersiapkan siswa-siswa Yoga untuk melaksanakan Yoga
yang sesungguhnya. SiswaYogahendaknya melaksanakan tanpa kekerasan,
kejujuran, pengendalian nafsu, tidak mencuri dan tidak menerima
pemberian yang mengantar pada kehidupan mewah; dan melaksanakan
kemurnian, kepuasan, kesederhanaan mempelajari kesucian dan
berserah diri kepada Tuhan. Siswa Yoga hendaknya melaksanakan :
a) Ahis atau tanpa kekerasan, yaitu jangan melukai mahluk lain
baik dalam pikiran atau pun perkataan. Perlakukanla pihak lain
seperti engkau ingin memperlakukan diri sendiri.b) Satya atau
kebenaran dalam pikiran, perkataan dan perbuatanc) Asteya atau
pantang mencuri atau menginginkan milik orang laind) Bramacarya
atau pembujangan dalam pikiran, perkataan dan perbuatane)
Aparigraha atau pantang kemewahan yang melebihi apa yang
diperlukan
Ke-lima pantangan ini merupakan nazar universal (mahvrata) atau
sumpah luar biasa yang harus dipatuhi,tanpa alasan pengelakan
berdasarkan Jati (kedudukan pribadi), Dea(tempat kediaman), Kla
(usia dan waktu) dan Samy (keadaan). Ia harus dilaksanakan oleh
semua orang, tak ada pengecualian terhadap prisip-prinsip ini.
Bahkan untuk membela diri melakukan pembunuhan tak dibenarkan bagi
seseorang yang sedang melaksanakan nazar tanpa kekerasan ini. Ia
hendaknya tidak membunuh musuhnya sekalipun, apabila ia
melaksanakan Yoga secara ketat.
Selanjutnya perincian Patajali terhadap Niyama adalah :a) auca
(kebersihan lahir batin dan menganjurkan kebajikan)
b) Satoa (kepuasan untuk memantapkan mental)
c) Tapa (berpantang atau pengetatan diri)
d) Svdhyya (mempelajari naskah-naskah suci)
e) varapraidhna (penyeraha diri kepada Tuhan)
2) sana, Pryma dan Pratyharasana merupakan sikap badan yang
mantap dan nyaman. sana atau sikap badan merupakan bantuan secara
fisik untuk konsentrasi. Bila seseorang memperoleh penguasaan atas
sana, ia bebas dari gangguan pasangan-pasangan yang
berlawanan.Prymaatau pengaturan nafas memberikan ketenangan dan
kemantapan pikiran serta kesehatan yang baik.Pratyharaadalah
pemusatan pikiran, yaitu penarikan indra-indra dari
obyek-obyeknya.Yama, Niyama, sana. pryma, dan Pratyharamerupakan
tambahan bagi Yoga.3) Dhraa, Dhyna dan SamdhiDhraa, Dhyna dan
Samdhi merupakan 3 tahapan berturut-turut dari proses yang sama
dari konsentrasi mental dan karena itu merupakan bagian dari
keseluruhan organ. Dhraaadalah usaha untuk memusatkan pikiran
secara mantap pada suatu obyek. Dhynamerupakan pemusatan yang terus
menerus tanpa henti dari pikiran terhadap obyek.Samdhiadalah
pemusatan pikiran terhadap obyek dengan intensitas konsentrasi
demikian rupa sehingga menjadi obyek itu sendiri. Pikiran
sepenuhnya bergabung dalam penyamaan dengan obyek yang
dimeditasikan.
Sayamaatau konsentrasi, meditasi dansamdhimerupakan hal yang
sama dan satu yang memberikan suatu pengetahuan dari obyek supra
alami.Siddhimerupakan hasil sampingan dari konsentrasi yang
sesungguhnya merupakan halangan terhadap pelaksanaan samdhi atau
kebebasan, yang merupakan tujuan dari disiplin Yoga4) Yoga Samdhi
Dan Ciri-cirinyaDhynaatau meditasi memuncak dalamsamdhi.Obyek
meditasi adalahSamdhi. Samdhimerupakan tujuan dari disiplin Yoga.
Badan dan pikiran menjadi mati sementara sedemikian rupa terhadap
semua kesan-kesan luar. Hubungan dengan dunia luar lepas.
Dalamsamdhi,Yogi memasuki ketenangan tertinggi yang tak tersentuh
oleh suara-suara yang tak henti-hentinya dari dunia luar. Pikiran
kehilangan fungsinya. Indriya-indriya terserap ke dalam pikiran.
Bila semua perubahan pikiran terkendalikan si pengamat yaituPurua,
terhenti dalam dirinya sendiri.Patajalimengatakan hal ini dalam
Yoga Stra-nyasebagaiSvarpa Awasthnam(kedudukan dalam diri seseorang
yang sesungguhnya).Ada jenis atau tingkatan konsentrasi
atausamdhi,yaituSaprajataatau aar danAsaprajataatau supra aar.
Padasaprajatasamdhi, ada obyek konsentrasi yang pasti, di situ
pikiran tetap aar akan obyek tersebut.Savitarka(dengan
pertimbangan), nirvitarka(tanpa pertimbangan), savicra (dengan
renungan), Nirvicra (tanpa renungan),Snanda(dengan kegembiraan)
danSsmita(dengan arti kepribadian) adalah bentuk-bentuk
dariSaprajata samdhi.DalamSaprajata samdhiada keaaran yang jernih
tentang obyek yang dimeditasikan, yang berada dengan subyek.
DalamAsaprajata samdhi,perbedaan ini lenyap dan menjadi tersenden
(terlampaui).
d. Kondisi guna berhasil dalam Rja Yoga Para calon spiritual
yang menginginkan untuk mencapai perwujudan Tuhan hendaknya
melaksanakan kedelapan anggotaYogaini. Pada penghancuran
ketidak-murnian melalui pelaksanaan delapan anggota
dariYoga,muncullah sinar kebijaksanaan yang membawa ke pengetahuan
pembedaan. Guna mencapaiSamdhi atau penyatuan dengan Tuhan,
pelaksanaanYamadanNiyamamerupakan suatu keharusan.
Siswa Yoga hendaknya melaksanakan Yama dan mematuhiNiyamasecara
berdampingan. Tak mungkin mencapai kesempurnaan dalam meditasi dan
Samdhi tanpa berusaha melaksanakanYamadanNiyama.Kamu tak dapat
mengkonsentrasikan pikiran tanpa melepaskan kepalsuan, kebohongan,
kekejaman, nafsu dan sebagainya yang berada di dalam. Tanpa
konsentrasi pikiran, meditasi dan Samdhi tidak dapat dicapai.
e. Lima Tingkatan Mental Menurut Aliran Filsafat PatajaliKipta,
Muha, Vikipta, EkagradanNiruddha,merupakan lima tingkatan mental,
menurut aliran RjaYogadariPatajali.Tingkatan Kipta adalah pada saat
pikiran mengembara diantara berbagai obyek duniawi dan pikiran
dipenuhi dengan sifatRjas. Tingkatan Muha,pikiran berada dalam
keadaan tertidur dan tak berdaya disebabkan sifatTamas.
TingkatanVikiptaadalah keadaan pada saat sifatSattvamelampaui, dan
pikiran goyang antara meditasi dan obyektivitas. Sinar pikiran
secara perlahan berkumpul dan bergabung. Bila sifat Sattva
meningkat, akan memiliki kegembiraan pikiran, pemusatan pikiran,
penaklukan indriya-indriya dan kelayakan untuk
perwujudantman.Tingkatanekagraadalah pada saat pikiran terpusatkan
dan terjadi meditasi yang mendalam sifat Sattva terbebas dari sifat
Rjas danTamas.Tingkatanniruddhaadalah pada saat pikiran di bawah
pengendalian yang sempurna. SemuaVttipikiran dilenyapkan.
Vtti merupakan kegoncangan atau gejolak pikiran dalam danaunya
pikiran. SetiapVttiatau perubahan mental meninggalkan sesuatusaskra
atau kesan-kesan atau kecenderungan yang terpendam.Saskraini dapat
mewujudkan dirinya sebagai keadaan aar bila ada kesempatan.
Vttiyang sama memperkuat kecenderungan yang sama. Bila
semuaVttidihentikan, pikiran berada dalam keadaan
setimbang(Sampatti). Penyakit, kelesuan, keragu-raguan, keletihan,
kemalasan, keduniawian, kesalahan pengamatan, kegagalan mencapai
konsentrasi dan ketidakmampuan ketika hal itu dicapai, merupakan
halangan pokok untuk konsentrasi.
f. Lima Klea dan PelepasannyaMenurutPatajali, avidy(kebodohan),
asmit (keakuan), rga-dvea (keinginan dan anti pati, atau suka dan
tidak suka) danabhiniwea(ketergantungan pada kehidupan duniawi)
merupakan 5kleabesar atau mala petaka yang menyerang pikiran. Ada
keringanan dengan cara melaksanakanYogaterus menerus, tetapi tidak
menghilangkan secara total. Mereka akan muncul lagi pada saat
mereka menemukan situasi yang menyenangkan dan menguntungkan.
TetapiAsaprajata samdhi(pengalaman mutlak) menghancurkan sekaligus
benih-benih dari kejahatan ini. Avidy merupakan penyebab utama dari
segala kesulitan. Keakuan merupakan hasil langsung dari avidy, yang
memberi kita keinginan dan kebencian, serta menyelubungi pandangan
spiritual. Pelaksanaanyoga samdhimelenyapkanavidy.Kriy Yoga
memurnikan pikiran, melunakkan 5 klea dan membawa pada
keadaansamdhi. Tapas(kesederhanaan),svadhyya(mempelajari dan
memahami kitab suci) danvara-praidhna(pemujaan Tuhan dan penyerahan
hasilnya pada Tuhan) membentukKriy Yoga. Pengusahaan
persahabatan(Maitr)terhadap sesama, kasih sayang(karua)terhadap
yang lebih rendah, kebahagiaan(mudita)terhadap yang lebih tinggi,
dan ketidakacuhan(upek)terhadap orang-orang kejam (atau dengan
memandang sesuatu menyenangkan dan menyakitkan, baik dan buruk)
menghasilkan ketenangan pikiran(citta prasda). Seseorang dapat
mencapaisamdhimelalui kepatuhan pada Tuhan yang memberikan
kebebasan. Denganvara-praidhna,siswayogamemperoleh karunia
Tuhan.
Abhysa(pelaksanaan) danVairgya(kesabaran, tanpa keterikatan
membantu dalam pemantapan dan pengendalian pikiran. Pikiran
hendaknya ditarik berkali-kali dan dibawa kepusat meditasi, apabila
ia mengarah keluar menuju obyek duniawi. Ini merupakan abhysa
yoga.Pelaksanaan menjadi mantap dan terpusatkan, apabila secara
terus menerus selama beberapa waktu tanpa selang waktu dan dengan
penuh ketaatan. Pikiran merupakan sebuah berkasTa(kerinduan).
PelaksanaanVairgyaakan menghancurkan segalaTa. Vairgya memutar
pikiran menjauhi obyek-obyek. Ia tidak mengijinkan pikiran untuk
mengarah keluar (kegiatanBahirmukhadari pikiran), tetapi
mengarahkannya ke kegiatanantar-mukha (mengarah ke dalam). Tujuan
kehidupan adalah keterpisahan mutlak dari Purua terhadapPrakti.
Kebebasan dalam Yoga merupakan Kaivalya atau kemerdekaan mutlak.
Roh terbebas dari belengguPrakti. Puruaberada dalam wujud yang
sebenarnya atausvarpa.Bila roh mewujudkan bahwa hal itu adalah
kemerdekaan secara mutlak dan bahwa ia tak tergantung pada sesuatu
apa pun di dunia ini, Kaivalya atau Pemisahan tercapai. Roh telah
melepaskanavidymelalui pengetahuan pembedaan(vivekakhyti).Lima klea
atau mala petaka terbakar oleh apinya pengetahuan. Sang Diri tak
terjamah oleh kondisi daricitta. Guaseluruhnya terhenti dan sang
Diri berdiam pada intisari Tuhan sendiri. Walaupun seorang menjadi
seorangmukta(roh bebas),Praktidan perubah-perubahannya tetap ada
bagi orang lainnya. Hal ini, dalam perjanjian dengan sistem
filsafatSkhya,dipegang oleh sistem Yoga ini
5. Mmms Daranaa. Pendiri dan sumber ajarannyaPrva Mmms atau
Karma Mmms atau yang lebih dikenal dengan Mmms, adalah
penyelidikian ke dalam bagian yang lebih awal dari kitab suci Veda;
suatu pencarian kedalam ritual-ritual Veda atau bagian Veda yang
berurusan dengan masalah Mantra dan Brhmana saja.disebut Prva Mmms
karena ia lebih awal dari pada Uttara Mmms (Vednta), dalam
pengertian logika, dan tidak demikian banyak dalam pengertian
kronologis.Mmms sebenarnya bukanlah cabang dari suatu sistem
filsafat, tetapi lebih tepat kalau disebutkan sebagai suatu sistem
penafsiran Veda dimana diskusi filosofisnya sama dengan semacam
ulasan kritis pada Brhmana atau bagian ritual dari Veda, yang
menafsirkan kitab Veda dalam pengertian berdasarkan arti yang
sebenarnya. Sebagai filsafat Mmms mencoba menegakkan keyakinan
keagamaan Veda. Kesetiaan atau kejujuran yang mendasari keyakinan
keagamaan Veda terdiri dari bermacam-macam unsur, yaitu :1) Percaya
dengan adanya roh yang menyelamatkan dari kematian dan mengamati
hasil dari ritual di sorga.2) Percaya tentang adanya kekuatan atau
potensi yang melestarikan dampak dari ritual yang dilaksanakan.3)
Percaya bahwa dunia adalah suatu kenyataan dan semua tindakan yang
kita lakukan dalam hidup ini bukanlah suatu bentuk illusi.Tokoh
pendiri dari sistem filsafat Mmms adalah Mahi Jaimini yang
merupakan murid dari Mahi Vysa telah mensistematir aturan-aturan
dari Mmms dan menetapkan keabsahannya dalam karyanya itudimana
aturan-aturannya sangat penting guna menafsirkan hukum-hukum Hindu.
Beliau menulis kitab Mmms Stra yang menjadi sumber ajaran pokok
Mmms. Stra pertama dari Mmms Stra berbunyi: Athato Dharmajijasa,
yang menyatakan keseluruhan dari sistemnya yaitu, suatu keinginan
utnuk mengetahui Dharma atau kewajiban, yang tekandung dalam
pelaksanaan upacara-upacara dan kurban-kurban yang diuraikan oleh
kitab Veda. Dharma yang diperintahkan Kitab Veda, dikenal dengan
ruti yang pelaksanaannya member kebahagiaan. Seorang Hindu harus
melaksanakan nitya karma seperti sadhy-vandana. Serta naimitika
karma selama ada kesempatan, untuk mendapatkan pembebasan, yang
dapat dikatakan sebagai kewajiban tanpa syarat.b. Sifat
ajarannya
Ajaran Mmms bersifat pluralistis dan realistis yang mengakui
jiwa yang jamak dan alam semesta yang nyata serta berbeda dengan
jiwa. Karena sangat mengagungkan Veda, maka Mmms menganggap Veda
itu bersifat kekal dan tanpa penyusun, baik oleh manusia maupun
oleh Tuhan. Apa yang diajarkan oleh Veda dipandang sebagai suatu
kebenaran yang mutlak. Menurut filsafat Mmms, pelaksanaan upacara
keagamaan adalah semata-mata perintah dari Veda dan merupakan suatu
kewajiban yang mendatangkan pahala. Kekuatan yang mengatur antara
pelaksanaan upacara tersebut dengan pahalanya disebut aprva.
Pelaksanaan aprva memberikan ganjaran kepada si pelaksana kurban,
karena aprva merupakan mata rantai atau hubungan yang diperlukan
antara kerja dengan hasilnya. Aprva adalah Ada, yang merupakan
kekuatan-kekuatan yang tak terlihat yang sifatnya positif.c.
Pokok-pokok ajarannyaMengenai Jva, Mmms menyatakan bahwa jiwa itu
banyak dan tak terhingga, bersifat kekal, ada dimana-mana dan
meliputi segala sesuatu. Karena adanya hubungan antara jiwa dengan
benda, maka jiwa mengalami avidy dan kena Karmavesana. Jaimini
tidak mempercayai adanya Moka dan hanya mempercayai keberadaan
Svarga (surga), yang dapat dicapai melalui karma atau kurban. Para
penulis yang belakangan hadir seperti Prabhakra dan Kumrila, tak
dapat menyangkal tentang masalah pembebasan akhir, karena ia
menarik perhatian para pemikir filsafat lainnya. Prabhakra
menyatakan bahwa penghentian mutlak dari badan yang disebabkan
hilangnya Dharma dan A-Dharma secara total, yang kerjanya
disebabkan oleh kelahiran kembali, merupakan kelepasan atau
pembebasan mutlak, karena hanya dengan Karma saja tak akan dapat
mencapai pembebasan akhir. Pandangan Kumrila mendekati pandangan
dari Advaita Vednta yang menetapkan bahwa Veda disusun oleh Tuhan
dan merupakan Brahman dalam wujud suara. Moka adalah keadaan yang
positif baginya, yang merupakan realisasi dari tman.Menurut
Jaimini, pelaksanaan kegiatan yang dilarang oleh kitab suci Veda
merupakan sdhan atau cara pencapaian surga. Karma Ka merupakan
pokok dari Veda yang penyebab belenggu adalah pelaksanaan dari
kegiatan yang dilarang (nisiddha karma). Sang Diri adalah jaa
cetana, gabungan dari kecerdasan tanpa perasaan. Jadi secara
singkat dapat dikatakan bahwa isi pokok ajaran Jaimini adalah
Laksanakanlah upacara kurban dan nikmati hasilnya di Surga.Dalam
sistem Mmms mengenal dua jenis pengetahuan yaitu, immediate dan
mediate. Immediate adalah pengetahuan yang terjadi secara
tiba-tiba, langsung dan tak terpisahkan. Sedangkan mediate ialah
pengetahuan yang diperoleh melalui perantara. Obyek dari
pengetahuan immediate haruslah sesuatu yang ada atau zaat.
Pengetahuan yang datangnya tiba-tiba dan tidak dapat ditentukan
terlebih dahulu disebut nirvikalpa pratyaka atau alocna-jana. Dari
pengetahuan immediate obyeknya dapat dilihat tetapi tidak dapat
dimengerti. Obyek dari pengetahuan mediate juga sesuatu yang ada
dan dapat diinterprestasikan dengan baik berdasarkan pengetahuan
yang dimiliki. Dalam pengetahuan mediate obyeknya dapat dimengerti
dengan benar, pengetahuan semacam ini dinamakan savikalpa Pratyaka.
Mmms Stra, yang terdiri dari 12 buku atau bab Mahi Jaimini
merupakan dasar filsafat Mmms, sedangkan ulasan-ulasan lain selain
Prabhakra dan Kumrila, juga dari penulis lain seperti dari
Bhava-ntha Mira, abarasvmn, Nilakaha, Raghavnanda dan lain-lainnya.
Prabhakra menyatkan bahwa sumber pengetahuan kebenaran (prama)
menurut Mmms adalah sebagai berikut:1) Pratyaka: pengamatan
langsung
2) Anumna: dengan penyimpilan
3) Upama: mengadakan perbandingan
4) abda
: kesaksian kitab suci atau orang bijak
5) Arthpatti: penyimpulan dari keadaan
Dan oleh Kumrila ditambahkan dengan
6) An-upalabdhi: pengamatan ketidak adaan.Empat cara pengamatan
di atas hampir sama dengan cara pengamatan dari Nyya, hanya pada
pengamatan upama ada sedikit tambahan, di mana perbandingan yang
dipergunakan di sini tidak sepenuhnya sama dengan contoh yang telah
diketahui. Pengamatan Arthpatti adalah pengamatan dengan
penyimpulan dari keadaan. Pengamatan An-upalabdhi, yaitu pengamatan
ketidak adaan obyek, jadi suatu cara pembuktian bahwa obyek yang
dimaksudkan itu benar-benar tidak ada.
6. Vednta Darana
a. Pendiri dan sumber ajarannyaFilsafat ini sangatlah kuno;yang
berasal dari kumpulan literatur bangsa Arya yang dikenal dengan
nama Veda. Vednta ini merupakan bunga diantara semua spekulasi,
pengalaman dan analisa yang terbentuk dalam demikian banyak
literatur yang dikumpulkan dan dipilih selama berabad-abad.
Filsafat Vednta ini memiliki kekhususan. Yang pertama, ia sama
sekali impersonal, ia bukan dari seseorang atau Nabi. Istilah
Vednta berasal dari kata Veda-anta, artinya bagian terakhir dari
Veda atau inti sari atau akhir dari Veda, yaitu ajaran-ajaran yang
terkandung dalam kitab Upaniad. Kitab Upaniad juga disebut dengan
Vednta, karena kitab-kitab ini merupakan jana kda yang mewujudkan
bagian akhir dari Veda setelah Mantra, Brhmaa dan rayaka yang
bersifat mengumpulkan. Disamping itu ada tiga faktor yang
menyebabkan Upaniad disebut dengan Vednta yaitu:1) Upaniad adalah
hasil karya terakhir dari jaman Veda.2) Pada jaman Veda program
pelajaran yang disampaikan oleh para Resi kepada sisyanya, Upaniad
juga merupakan pelajaran yang terakhir. Para Brhmacari pada mulanya
diberikan pelajaran shamhita yakni koleksi syair-syair dari zaman
Veda. Kemudian dilanjutkan dengan pelajaran Brhmaa yakni tata cara
untuk melaksanakan upacara keagamaan, dan terakhir barulah sampai
pada filsafat dari Upaniad.3) Upaniad adalah merupakan kumpulan
syair-syair yang terakhir dari pada jaman Veda.Jadi pengertian
Vednta erat sekali hubungannya dengan Upaniad hanya saja
kitab-kitab Upaniad tidak memuat uraian-uraian yang sistimatis.
Usaha pertama untuk menyusun ajaran Upaniad secara sistimatis
diusahakan oleh i Vyaeva, kira-kira 400 SM. Hasil karyanya disebut
dengan Vednta-Stra atau Brahma-Stra yang menjelaskan ajaran-ajaran
Brahman. Brahma-Stra juga dikenal dengan arraka Stra, karena ia
mengandung pengejawantahan dari Nirgua Brahman Tertinggi dan juga
merupakan salah satu dari tiga buah buku yang berwewenang tentang
Hinduisme, yaitu Prasthna Traya, sedang dua buku lainnya adalah
Upaniad dan Bhagavad Gt. i Vysa telah mensistematisir
prinsip-prinsip dari Vednta dan menghilangkan
kontradiksi-kontradiksi yang nyata dalam ajaran-ajaran tersebut.b.
Sifat ajarannya
Sistem filsafat Vednta juga disebut Uttara Mmms kataVednta
berartiakhir dari Veda. Sumber ajarannya adalah kitab Upaniad. Oleh
karena kitab Vednta bersumber pada kitab-kitab Upaniad, Brahma Stra
dan Bhagavad Gt, maka sifat ajarannya adalah absolutisme dan
teisme. Absolutisme maksudnya adalah aliran yang meyakini bahwa
Tuhan yang Maha Esa adalah mutlak dan tidak berpribadi (impersonal
God),sedangkan teisme mengajarkan Truhan yang berpribadi (personal
God). Uttara-Mmms atau filsafat Vednta dari Bdaryaa atau Vysa
ditempatkan sebagai terakhir dari enam filsafat orthodox, tetapi
sesungguhnya ia menempati urutan pertama dalam kepustakaan Hindu.
c.Pokok- Pokok Ajaran VedntaVednta mengajarkan bahwa nirvna dapat
dicapai dalam kehidupan sekarang ini, tak perlu menunggu setelah
mati untuk mencapainya. Nirvna adalah keaaran terhadap diri sejati.
Dan sekali mengetahui hal itu, walau sekejap, maka seseorang tak
akan pernah lagi dapat di perdaya oleh kabut individualitas.
Terdapat dua tahap pembedaan dalam kehidupan, yaitu: yang pertama,
bahwa orang yang mengetahui diri sejatinya tak akan di pengaruhi
oleh hal apapun. Yang kedua bahwa hanya dia sendirilah yang dapat
melakukan kebaikan pada dunia
Seperti yang telah disebutkan tadi bahwa filsafat Vednta
bersumber dari Upaniad. Brahma Stra atau VedntaStra dan Bhagavad
Gt. Brahma Stra mengandung 556 buah Stra, yang dikelompokkan atas 4
bab, yaitu Samanvaya, Avirodha, Sdhna dan Phala. Pada Bab I,
pernyataan tentang sifat Brahman dan hubungannya dengan alam
semesta serta roh pribadi. Pada Bab II, teori-teori Skya, Yoga,
Vaieika dan sebagainya yang merupakan saingannya dikritik, dan
jawaban yang sesuai diberikan terhadap lontaran pandangan ini. Pada
Bab III, dibicarakan tentang pencapaian Brahmavidy. Pada Bab IV,
terdapat uraian tentang buah (hasil) dari pencapaian Brahmavidy dan
juga uraian tentang bagaimana roh pribadi mencapai Brahman melalui
Devayana. Setiap bab memiliki 4 bagian (Pda). Stra- stra pada
masing-masing bagian membentuk Adikaraa atau topik-topik
pembicaraan. Lima Stra pertama sangat penting untuk diketahui
karena berisi intisari ajaran Brahma Stra, yaitu :1) Stra pertama
berbunyi : Athto Brahmajijs oleh karena itu sekarang, penyelidikan
ke dalam Brahman. Aphorisma pertama menyatakan obyek dari
keseluruhan system dalam satu kata, yaitu : Brahma-jijs yaitu
keinginan untuk mengetahui Brahman.2) Stra kedua adalah :
Janmdyasya yata - Brahman adalah Keaaran Tertinggi, yang merupakan
asal mula, penghidup serta leburnya alam semesta ini.
3) Stra ketiga : Sstra Yonitvt Kitab Suci itu sajalah yang
merupakan cara untuk mencari pengetahuan yang benar.
4) Stra keempat : Tat Tu Samvayt Brahman itu diketahui hanya
dari kitab suci dan tidak secara bebas ditetapkan dengan cara
lainnya, karena Ia merupakan sumber utama dari segala naskah
Vednta.5) Stra kelima adalah : kater N Aabdam Disebabkan berfikir,
Prakti atau Pradhna bukan didasarkan pada kitab suci.
Stra terakhir dari Bab IV adalah Anvi abdt Anvi abdt Tak ada
kembali bagi roh bebas, disebabkan kitab suci menyatakan tentang
akibat itu. Masing-masing buku tersebut memberikan ulasan isi
filsafat itu berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh sudut
pandangannya yang berbeda. Walaupun obyeknya sama, tentu hasilnya
akan berbeda. Sama halnya dengan orang buta yang merabah gajah dari
sudut yangg berbeda, tentu hasilnya akan berbeda pula. Demikian
pula halnya dengan filsafattentang dunia ini, ada yang memberikan
ulasan bahwa dunia ini maya (bayangan saja), dilain pihak
menyebutkan dunia ini betul-betul ada, bukan palsu sebab diciptakan
oleh Tuhan dari diri-Nya sendiri. Karena perbedaan pendapat ini
dengan sendirinya menimbulkan suatu teka-teki, apakah dunia ini
benar-benar ada ataukah dunia ini betul-betul maya.
Hal ini menyebabkan timbulnya penafsiran yangg bermacam-macam
pula. Akibat dari penapsiran tersebut menghasilkan aliran-aliran
filsafat Vednta. Stra-stra atau Aphorisma dari Vysa merupakan dasar
dari filsafat Vednta dan telah dijelaskan oleh berbagai pengulas
yang berbeda-beda sehingga dari ulasan-ulasan itu muncul beberapa
aliran filsafat, yaitu :
1) Kevala Advaita dari r akarcrya
2) Viidvaita dari r Rmnujcrya3) Dvaita dari r Madhvcrya4)
Bhedbedh dari r Caitanya5) uddha Advaita dari r Vallabhcarya, dan
6) Siddhnta dari r Meykdar.Masing-masing filsafat tersebut
membicarakan tentang 3 masalah pokok yaitu, Tuhan, alam dan roh.
Dvaita, Viidvaita dan Advaita adalah tiga aliran utama dari
pemikiran metafisika, yang kesemuanya menapak jalan yang menuju
kebenaran terakhir, yaitu Para Brahman. Dvaita, Viidvaita dan
Advaita adalah tiga aliran utama dari pemikiran metafisika, yang
kesemuanya menapak jalan menuju kebenaran terakhir, yaitu Para
Brahman. Mereka merupakan anak-anak tangga pada tangganya Yoga,
yang sama sekali tidak saling bertentangan, bahkan sebaliknya
saling memuji satu sama lainnya. Tahapan ini disusun secara selaras
dalam rangakaian pengalaman spiritual berjenjang, yang dimulai
dengan Dvaita, Viidvaita dan Advaita murni yang semuanya ini
akhirnya memuncak pada Advaita Vedntis perwujudan dari yang mutlak
atau Triguatt Ananta Brahman transcendental.Madhva mengatakan :
Manusia adalah pelayan Tuhan dan menegakkan ajaran Dvaita-nya.
Rmnuja berkata : Manusia adalah cahaya dan percikan Tuhan dan
menegakkan filsafat Viidvaita-nya. akara mengatakan: Manusia
identik dengan Brahman atau roh abadi dan menegakkan filsafat
Kevala Advaita-nya. Nimbrkcrya mendamaikan semua perbedaan
pandangan mengenai Tuhan yang dipakai oleh akara, Rmnuja, Madhva
dan yang lainnya serta membuktikan bahwa pandangan-pandangan mereka
semua benar, dengan petunjuk pada aspek terentu dari Brahman, yang
berhubungan dengannya, masing-masing dengan caranya sendiri. akara
telah menerima realitas pada aspek transcendental-Nya, sedangkan
Rmnuja menerima-Nya pada aspek immanent-Nya, secara prinsipil :
tetapi Nimbrk telah menyelesaikan perbedaan pandangan yang diterima
oleh para pengulas yang berbeda tersebut.
Perbedaan konsepsi tentang Brahman tiada lain hanya merupakan
perbedaan cara pendekatan terhadap Realitas, dan sangat sulit
bahkan hampir tak mungkin bagi roh terbatas untuk memperolehnya
sekaligus konsepsi tentang Yang Tak Terbatas atau Roh Tak Terbatas
ini secara jelas, lebih-lebih lagi untuk menyatakannya dengan
istilah yang memadai. Semuanya tak dapat menjamah ketinggian
filsafat Kevala Advaita dari r akara sekaligus dan utnuk itu
pikiran harus didisiplinkan seperlunya sebelum dipakai sebagai
sebuah alat yang pantas untuk memahami pendapat dari Advaita
Vednta-Nya r akara.
Oleh karena itu kita sepatutnya merasa bersyukur dengan
kehadiran beliau sebagai Avatra Purua, yang masing-masing
menjelmakan diri di bumi ini untuk melengkapi suatu misi yang tak
terbatas, untuk mengajarkan serta menyebarkan ajaran-ajaran
tertentu, yang tumbuh subur pada masa tertentu, yang ada pada
tahapan evolusi tertentu, dan semua aliran filsafat diperlukan,
yang masing-masing dianggap paling sesuai bagi tipe manusia
tertentu ; karena perbedaan konsep mengenai Brahman hanyalah
perbedaan pendekatan terhadap realitas. RANGKUMANTattva adalah ilmu
yang mempelajari kebenaran sedalam-dalamnya (sebenarnya) tentang
sesuatu seperti mencari kebenaran tentang Tuhan, tentang atma serta
yang lainya. Darana berasal dari urat kata d yang artinya melihat,
menjadi kata Darana (kata benda) artinya pengelihatan atau
pandangan. Istilah Nawadarana sebenarnya adalah penggabungan a
Darana dengan filsafat Nstika yaitu aliran filsafat yang tidak
mengakui otoritas Veda sehingga disebut dengan Nstika atau filsafat
heterodox.Enam filsafat Hindu yang dikenal dengan a Darana adalah
enam sistem filsafat orthodox yang merupakan enam cara mencari
kebenaran, yaitu : Nyy, Skya, Yoga, Vaisiseka, Mmms, dan Vednta.
Disamping enam Darana pokok awal yang termasuk jaman Stra- stra
juga terdapat beberapa darana yang termasuk jaman scholastic, yaitu
Dvaita, Viitdvaita dan Advaita.Filsafat Hindu bukan hanya merupakan
spekulasi atau dugaan belaka, namun ia memiliki nilai yang sangat
luhur, mulia, khas, dan sistematis, yang didasarkan atas pengalaman
spiritual mistis yang dikenal sebagai Aparoka Anubhti. Para
pengamat spiritual, para orang bijak, dan para i yang telah
mengarahkan persepsi intuitif dari Kebenaran, adalah para pendiri
dari berbagai sistem filsafat yang berbeda-beda, yang secara
langsung maupun tidak langsung mendasark