Page 1
ANALISIS PERFORMANSI MESH ACCESS POINT (MAP) PADA
WIRELESS LAN MESH NETWORK IEEE 802.11S
PERFORMANCE ANALYSIS OF MESH ACCESS POINT (MAP) ON
WIRELESS LAN MESH NETWORK IEEE 802.11S
TUGAS AKHIR
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Strata-1 pada pada Fakultas Elektro dan Komunikasi
Institut Teknologi Telkom
Oleh :
ARI HERYANTO
111061003
FAKULTAS ELEKTRO DAN KOMUNIKASI
INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM
BANDUNG
2010
Page 2
LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR
ANALISIS PERFORMANSI MESH ACCESS POINT (MAP) PADA
WIRELESS LAN MESH NETWORK IEEE 802.11S
PERFORMANCE ANALYSIS OF MESH ACCESS POINT (MAP) ON
WIRELESS LAN MESH NETWORK IEEE 802.11S
Disusun Oleh : ARI HERYANTO
111061003
Tugas Akhir ini disetujui dan disahkan untuk diajukan dalam
Sidang Tugas Akhir Fakultas Elektro dan Komunikasi
Institut Teknologi Telkom
Bandung, Maret 2010
Pembimbing I Pembimbing II Hafidudin, ST., MT. Dr. Rendy Munadi, Ir., MT. NIK: 95680132-1 NIK: 93618079-1
Page 3
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
TUGAS AKHIR INI MERUPAKAN KARYA ORISINAL SAYA SENDIRI
ATAS PERNYATAAN INI, SAYA SIAP MENANGGUNG RESIKO/SANKSI
YANG AKAN DIJATUHKAN KEPADA SAYA APABILA KEMUDIAN
DITEMUKAN ADANYA PELANGGARAN TERHADAP KEJUJURAN
AKADEMIK ATAU ETIKA KEILMUAN DALAM KARYA INI, ATAU
DITEMUKAN BUKTI YANG MENUNJUKKAN ADANYA KETIDAKASLIAN
KARYA INI.
BANDUNG, 2 MARET 2010
ARI HERYANTO
111061003
Page 4
i
ABSTRAK
Perkembangan teknologi jaringan untuk mengoptimalkan pergerakan user terus berkembang. Salah satu teknologi yang berkembang di bidang Wireless LAN (WLAN) adalah Wireless LAN Mesh Network yang merupakan salah satu bagian dari Wireless Mesh Network (WMN). Wireless mesh network adalah salah satu teknologi yang serupa dengan sistem mobile yaitu yang terpusat. WMN merupakan teknologi yang memakai gabungan sisitem infrastruktur dan ad hoc yang akan bekerja kondisional. Pada WMN memiliki kelebihan-kelebihan, seperti self-organized, self-configured, dan self-healing, yaitu bagaimana jaringan ini memungkinkan untuk dapat melakukan rerouting maupun usaha lain untuk menjaga jaringannya tetap reliable. Hal tersebut diharapkan dapat membuat WMN ini memiliki keunggulan lebih seperti robustness, reliability serta service coverage yang lebih baik.
Dalam penerapan WLAN terdapat aturan yang sudah terstandarisasi dari lembaga internasional yaitu IEEE. Untuk WLAN mesh network sendiri standarnya adalah IEEE 802.11s, yang dirumuskan sekitar tahun 2004 dan masih didalam proses penetapan sampai sekarang.
Pada WLAN mesh network sendiri karena terhubung secara wireless berarti pengaruh user dalam jaringan terkadang bertambah, berkurang dan bergerak sehingga mempengaruhi performansi Mesh Accees Point (MAP) dalam menangani user. MAP adalah salah satu komponen pada WLAN mesh network yang berfungsi mengirim atau meneruskan data ke tujuan yang diinginkan user. Dengan user yang berkembang secara bebas pada suatu jaringan, maka interferensi semakin meningkat, sehingga telah dilakukan simulasi untuk melihat kualitas performansi MAP dalam mempertahankan kualitas layanan untuk user yang telah ada dalam sistem tersebut dengan masuknya suatu user baru atau user yang bergerak keluar.
DCF pada MAP yang dimasuki user yang berpindah masih mampu menerima user pada saat kondisi akses data yang majemuk hal ini terlihat dari peningkatan delay 0,06 ms, penurunan throughput sebesar 178 Kbps, dan tidak terdapat paket loss pada sisi penerima. Hal ini karena kemampuan DCF membagi media akses secara adil tidak peduli jenis layanannya. Hybird Wireless Mesh Protocol (HWMP) menpengaruhi proses perpindahan user, karena terdapat waktu sekitar 20s untuk pengecekan keadaan trafik dalam jaringan WLAN mesh network. Kata kunci: MAP, throughput, packet loss, delay, DCF, HWMP
Page 5
ii
ABSTRACT
The network technology development to optimize the user movement rapidly growing up. One of the developing of technology WLAN is a Wireless LAN Mesh Network which is one part of the Wireless Mesh Network (WMN). Wireless mesh network is one technology that is similar to a mobile system that is centralized. WMN is a technology using a combination sisitem infrastructure and ad hoc that will work conditional. In the WMN has advantages, such as self-organized, self-configured, and self-healing, that is how this network can allow for rerouting or other efforts to keep its network remains reliable. It is expected to make WMN has more advantages such as robustness, reliability and service coverage better.
In WLAN applications have been standardized rules of international institutions of the IEEE. Standard for WLAN mesh network is a IEEE 802.11s standard, which was formulated around 2004 and still in the process of setting up now.
In a WLAN mesh network, because work in wireless, it means to connect users on the network effect is sometimes increased, decreased and moved so that it is necessary to analyze Mesh Access Point MAP performance. MAP that functions to send or forward data to a user desired destination. With a growing user random on a network, the interference is increased, so have done a simulation to see the quality of MAP performance in maintaining the quality of service for existing users in the system with the introduction of a new user or a user who moves out.
DCF in MAP that user entered is still able to receive the user at the time of the random data access conditions, it looks from 0.06 ms delay increased, decreased throughput of 178 Kbps, and there is no packet loss at the receiver side. This is because the ability to share media DCF fair access regardless of its services. Hybird Wireless Mesh Protocol (HWMP) influence the process user migration, since there are approximately 20s to check traffic conditions in the WLAN network mesh network.
Keywords: MAP, throughput, packet loss, delay, DCF, HWMP
Page 6
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat, hidayah,
nikmat dan pertolongan-Nya. Shalawat serta salam atas junjungan besar nabi kita,
Rasulullah SAW, tak lupa keluarga, para sahabat, dan pengikutnya hingga akhir
zaman. Penulis bersyukur dengan selesainya tugas akhir yang berjudul ANALISIS
PERFORMANSI MESH ACCESS POINT (MAP) PADA WIRELESS LAN MESH
NETWORK IEEE 802.11S sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program
S-1 Teknik Telekomunikasi di IT Telkom, Bandung.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna. Penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang besifat membangun untuk tugas akhir ini
yang dapat dikirimkan pada email penulis ([email protected] ).
Semoga isi dari tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis
pada khusunya dan dapat digunakan sebanyak-banyaknya untuk dunia pendidikan.
Amin ya Robbal ‘Alamin.
Bandung, Maret 2010
Ari Heryanto
Page 7
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu, mendukung serta mendo’akan selama proses penyelesaian Tugas Akhir ini. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. ALLAH SWT. Dengan segala rahmat, hidayah, petunjuk dan pertolongan-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. “Aku tahu pertolongan-Mu sangat dekat Ya Allah… terima kasih..”
2. Bapak dan Mama (“Allah kumohon jaga dan lindungilah mereka.. bahagiakan mereka seperti mereka membahagiakan aku selama ini..”) yang telah mendukung, mendoakan, dan menyemangati penulis serta menerima semua keadaan dan kekurangan penulis. Terima kasih Ma, terima kasih Pak.
3. Bapak Hafidudin, ST., MT selaku pembimbing I dan Bapak Dr. Rendy Munadi, Ir., MT., selaku pembimbing II, yang selalu menyediakan waktu untuk penulis berdiskusi, selalu mendukung dan menyemangati penulis. Semoga Allah memberi balasan kebaikan yang banyak.
4. Kakakku Novan dan Adikku Indra terima kasih atas semua dukungannya, kalian adalah anugrah terindah yang Allah beri untuk penulis.
5. Sahabat seperjuangku Dudi, Ipit, Sodiq, Dicky, Risma, Cici, dan Sukma terima kasih banyak doa, saran, pesan dan dukungan jarak jauh kalian. Semoga Allah menjadikan kita orang-orang yang berguna.
6. Sahabatku Nugroho, Bagus, Jayadi, Anggi dan Revin yang selalu setia memberikan semangat kepada penulis, mendengarkan keluh kesah dan membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. Semoga Allah meridhoi kita semua.
7. Seluruh anak JK-Koster dari yang sudah kerja sampai yang masih baru (Mas Fadhil “Padang”, Mas Aan, Mas Fuad “babe”, Mas Fadil “kodil”, Indra, Adam, Ulum, Arnas, Taufik, Affan, Nanda, Nanda’09, Adit, Adi dan Arief) terima kasih atas semuanya, sebagai saudara seperjuang diperantauan, kakak dan adik, teman bermain, semangat dan doa kalian.
8. Teman-teman, kakak-kakak, dan adding-ading Naga Bungas (Ka Halis, Thom, Yuli, Marvel, Ririn, Martha, Arief, Edu, Ditha, Mira, Nizar, Ozan, Ardi, Azwar dan seluruh keluarga besar Naga Bungas). Doa kalian terus menemaniku dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini, terima kasih “berataan lah….”
9. Saudara-saudaraku di Laboratorium Teknik Digital. Angkatan 2004 (Ka Ira, Ka Dyna, Ka Uyo, Mas Didi, Mba Uun, Mba Rita, Mba Yani), 2005 (Mba Any, Mba Blie, Mba Tika, Ka Idrus, Ka Ervan, Ka Sindhu, Ka Syakur), 2006 (Didit, Damar, Edi, Ekhsan, Nce, Mia, Risma, Widdha, Budi, Sari, Emi, Apit,
Page 8
v
Hardin), 2007 (Labib, Wawan, Nando, Aulia, Fadhil, Wahyu, Zaki, Cucu, Dita, Naili, Meta, Iva) makasih ya untuk kerja sama, persaudaraan dan sayangnya selama ini.. Smoga Tekdig tetap jaya!
10. Seluruh teman-teman TT 30-01, ayo foto-foto dan jalan-jalan lagi. TT 30-01 “Modos Team”.
11. Laboratotium tetangga RL & ELKA, makasih untuk kekompakkan C201 selama ini.
12. Ka Aji terimakasih sudah banyak membantu TA penulis, terimakasih untuk ilmu dan tukar pendapatnya..
13. Untuk temen-temen yang lain yang tidak bisa penulis cantumkan, tanpa dorongan dari semuanya penulis tidak akan bisa menyelesaikan segala aktivitas perkuliahan dan Tugas Akhir dengan baik. Jadi, terimakasih yang tidak henti untuk semuanya.
Page 9
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR ORISINALITAS
ABSTRAK i
ABSTRACT ii
KATA PENGANTAR iii
UCAPAN TERIMA KASIH iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR GRAFIK x
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR SINGKATAN xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 2
1.3 Batasan Masalah 3
1.4 Tujuan 3
1.5 Metode peneyelesaian Masalah 4
1.6 Sistematika Penulisan 4
BAB II DASAR TEORI
2.1 Wireless LAN Mesh Network 5
2.2 Standarisasi IEEE 802.11s 7
2.3 Perangkat dan Konfigurasi Jaringan WLAN Mesh Network 9
2.4 Arsitektur Sistem WLAN Mesh Network 10
2.5 Protokol Hybrid Wireless Mesh Protocol (HWMP) 11
2.6 Admission Control 14
2.7 Arsitektur MAC Distribution Coordination Function DCF 14
2.8 Quality of Service (QoS) 16
BAB III PEMODELAN DAN SKENARIO SIMULASI
3.1 Pembuatan Simulasi 17
3.1.1 Tool Simulasi 17
Page 10
vii
3.1.2 Sarana pendukung 19
3.2 Model Simulasi 19
3.2.1 Model Pergerakan 20
3.2.2 Model Kanal Propagasi 21
3.2.3 Transport Agent dan Generator Trafik 21
3.3 Skenario Simulasi 22
3.3.1 Skenario Dengan Semua Paket Yang Diakses Seragam 22
3.3.2 Skenario Dengan Dua Paket Yang Diakses Seragam Dan Satu
Tidak 23
3.3.3 Skenario Dengan Paket Yang Diakses Berbeda Satu Sama
lain 24
3.4 Parameter-Parameter Yang Dianalisa 25
3.4.1 Throughput 26
3.4.2 Packet Loss 26
3.4.3 Average Delay 26
3.5 Flowchart Pengerjaan 27
BAB IV ANALISIS HASIL SIMULASI P PERFORMANSI MAP PADA WLAN MESH NETWORK IEEE 802.11s
4.1 Skenario Semua Paket Yang Diakses Seragam Ditiap MAP 29
4.1.1 Analisis Delay 29
4.1.2 Analisis Packet Loss 30
4.1.3 Analisis Throughput 31
4.2 Skenario Semua Paket Yang Diakses Dua Seragam Satu Berbeda
Ditiap MAP 34
4.2.1 Analisis Delay 34
4.2.2 Analisis Packet Loss 36
4.2.3 Analisis Throughput 37
4.3 Skenario Semua Paket Yang Diakses Semua Berbeda Ditiap MAP 39
4.3.1 Analisis Delay 39
4.3.2 Analisis Packet Loss 41
4.3.3 Analisis Throughput 42
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 45
5.2 Saran 45
Page 11
viii
DAFTAR PUSTAKA 47
LAMPIRAN A
LAMPIRAN B
LAMPIRAN C
Page 12
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 IEEE 802.11 Standard Series 8
Gambar 2.2 Timeline IEEE 802.11s 8
Gambar 2.3 Konfigurasi WLAN Mesh Network 9
Gambar 2.4 Arsitektur Sistem 10
Gambar 2.5 Klasifikasi Routing Protokol 12
Gambar 2.6 AODV Route Discovery: Route Request (kiri) dan Route Reply (kanan) 12
Gambar 2.7 HWMP Route Request 13
Gambar 2.8 Arsitektur MAC 14
Gambar 2.9 Interfarme Space 15
Gambar 3.1 Penggunaan Simulator Jaringan Untuk Penelitian 18
Gambar 3.2 Topologi Jaringan Yang Disimulasikan 20
Gambar 3.3 Flowchart Pengerjaan Tugas Akhir 27
Gambar 3.4 Flowchart Simulasi Program Utama 28
Gambar 4.1 Diagram rata-rata delay ditiap MAP pada skenario I 29
Gambar 4.2 Diagram rata-rata packet loss ditiap MAP pada skenario I 31
Gambar 4.3 Diagram rata-rata throughput ditiap MAP pada skenario I 31
Gambar 4.4 Diagram rata-rata delay ditiap MAP pada skenario II 34
Gambar 4.5 Diagram rata-rata packet loss ditiap MAP pada skenarioII 36
Gambar 4.6 Diagram rata-rata throughput ditiap MAP pada skenarioII 37
Gambar 4.7 Diagram rata-rata delay ditiap MAP pada skenario III 40
Gambar 4.8 Diagram rata-rata packet loss ditiap MAP pada skenario III 41
Gambar 4.9 Diagram rata-rata throughput ditiap MAP pada skenario III 42
Page 13
x
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Throughput skenario 1 masing-masing user sebelum ada perpindahan 32
Grafik 4.2 Throughput skenario 1 masing-masing user setelah ada perpindahan 33
Grafik 4.1 Throughput skenario 2 masing-masing user sebelum ada perpindahan 38
Grafik 4.2 Throughput skenario 2 masing-masing user setelah ada perpindahan 39
Grafik 4.1 Throughput skenario 3 masing-masing user sebelum ada perpindahan 43
Grafik 4.2 Throughput skenario 3 masing-masing user setelah ada perpindahan 44
Page 14
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jenis-jenis file yang digunakan pada simulasi 18
Tabel 3.2 Parameter umum simulasi 22
Tabel 3.3 Skenario simulasi pertama 23
Tabel 3.4 Skenario simulasi kedua 24
Tabel 3.5 Skenario simulasi ketiga 25
Page 15
xii
DAFTAR SINGKATAN
WMN : Wireless Mesh Network
WLAN : Wireless Local Area Network
HWMP : Hybrid Wireless Mesh Network
MP : Mesh Point
MAP : Mesh Access Point
MPP : Mesh Portal Point
STA : Stations
UDP : Unit Datagram Protocol
QoS : Quality of Service
TCP : Transport Control Protocol
RTP : Realtime Transport Protocol
FTP : File Transfer Protocol
MANET : Mobile Ad-hoc Network
ACK : Acknowledge
DCF : Distributed Coordination Function
Page 16
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A : Listing Program LAMPIRAN B : Data LAMPIRAN C: Diagram Perbandingan Tiap Skenario
Page 17
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Wireless Local Area Network (WLAN) mesh network yang merupakan
bagian dari Wireless Mesh Network (WMN) adalah suatu perkembang teknologi
jaringan yang terdiri dari perangkat WLAN dengan fungsi relay yang berkomunikasi
langsung satu sama lain pada saat komunikasi berlangsung. Teknologi WLAN mesh
network merupakan konfigurasi jaringan broadband yang memiliki keistimewaan
yaitu fleksibel dan independent pada jaringan yang tetap, dengan teknologi tersebut
diharapakan dapat menjadi elemen dasar untuk teknologi jaringan masa depan yang
ada dimana-mana dan terdiri dari berbagai macam jenis terminal baik berupa digital
appliances, personal computers, dan mobile terminal.
WLAN mesh network adalah salah satu jenis jaringan backbone yang
menghubungkan node satu dengan tiap node lain sesuai dengan jumlah node
mengunakan radio link. Dalam penerapannya IEEE yang merupakan salah satu
lembaga yang mengeluarkan standar jaringan pada WLAN, telah mengeluarkan
beberapa aturan yang sudah dirumuskan dan disepakati. Untuk WLAN mesh network
sendiri standarnya adalah IEEE 802.11s, yang baru dirumuskan sekitar 2004 dan
masih dalam proses sampai sekarang.
Pada WLAN mesh network sendiri karena bersifat wireless berarti user
dalam jaringan terkadang bertambah, berkurang dan bergerak sehingga terjadi proses
penerimaan user pada Mesh Access Point (MAP). Dengan semakin bertambahnya
jumlah user yang berkembang pada sistem maka interferensi pun semakin meningkat
pula. Dalam hal ini akan dilakukan simulasi untuk melihat proses terjadinya
penerimaan user yang dilakukan oleh distributed coordination function (DCF) yang
terdapat pada MAC layer, yang bertugas dalam pengaturan media akses pengiriman.
Simulasi ini bertujuan untuk melihat kualitas performansi dalam mempertahankan
Page 18
Bab I Pendahuluan
Analisis Performansi Mesh Access Point (MAP) Pada Wireless LAN Mesh Network IEEE 802.11s 2
kualitas layanan untuk user yang telah ada dalam sistem tersebut dengan masuknya
suatu user baru ataupun user yang bergerak keluar. Titik perhatian pada kualitas QoS
adalah seperti nilai interferensi sehingga mempengaruhi throughput, packet loss, dan
penambahan delay.
Konsentrasi akan ditujukan pada Mesh Access Point (MAP) yang merupakan
bagian pada struktur jaringan WLAN mesh network yang berhubungan langsung
dengan user atau STAs (STAtions) dan juga berhubungan dengan node mesh atau
Mesh Point (MP). Sekenario yang akan dijalankan akan melihat keberadaan MAP
dalam menerima atau menolak suatu user yang memasuki jaringan pada cakupan
wilayah yang di cover oleh suatu MAP.
1.2 Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang Tugas Akhir di atas, dapat dirumuskan
permasalahan yang timbul dan yang menarik untuk dikaji :
� Bagaimana kinerja Mesh Access Point (MAP) pada IEEE 802.11s dalam
mengatasi user yang masuk pada jaringan WLAN mesh network?
� Apakah pengaruh perpindahan user dan layanan yang diakses user
mempengaruhi jaringan pada IEEE 802.11s terutama pada bagian MAP yang
ditinggalkan user dan MAP yang akan dimasuki user?
� Bagaimanakah pengaruh user yang ada pada suatu cakupan MAP dalam
mempengaruhi kinerja jaringan WLAN mesh network?
� Bagaimanakah kinerja (QoS) throughput, packet loss, dan delay jika
dipengaruhi oleh perubahan parameter-parameter pengujian, seperti
keseragaman jenis layanan dan perpindahan user?
Page 19
Bab I Pendahuluan
Analisis Performansi Mesh Access Point (MAP) Pada Wireless LAN Mesh Network IEEE 802.11s 3
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah untuk tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
� Simulasi dibuat dengan menggunakan Network Simulator (NS-2.33) yang
berbasis OS Linux Ubuntu 8.04.
� Menggunakan teknologi wireless standar IEEE 802.11s dengan protokol
routing Hybrid Wireless Mesh Protocol (HWMP rev 183).
� Hanya melihat dan berkonsentrasi pada bagian MAP pada jaringan WLAN
Mesh Network.
� Skenario yang dijalankan adalah user sudah dalam keadan terjadi handoff
ideal pada cakupan wilayah yang akan dimasuki oleh user, tidak melihat
perubahan IP.
� Tidak memperhatikan keamanan pada jaringan WLAN.
� Menggunkan metode pada bagian MAC Layer Extended yaitu distributed
coordination function (DCF).
� Topologi yang digunakan yaitu 1 Mesh Portal Point, 2 Mesh Access Point,
dan 6 Stations dengan 1 Station yang melakukan pergerakan. Ada beberapa
user yang masih aktif dalam jaringan WLAN mesh network tersebut dan
masih mengakses berbagai layanan pada cakupan MAP masing-masing
� Parameter yang dianalisis adalah throughput, delay, dan packet loss.
� Simulasi dilakukan pada luas area dan berdasarkan skenario yang sudah
ditentukan.
1.4 Tujuan
Penyusunan Tugas Akhir ini bertujuan untuk :
� Menganalisis performansi Mesh Access Point (MAP) pada WLAN mesh
network dengan standar IEEE 802.11s.
� Mengukur kinerja jaringan terutama pada tiap MAP pada saat sebelum
ditinggalkan dan setelah ditinggalkan salah satu STA.
Page 20
Bab I Pendahuluan
Analisis Performansi Mesh Access Point (MAP) Pada Wireless LAN Mesh Network IEEE 802.11s 4
� Melihat dan mengukur perubahan QoS throughput, delay, dan packet loss
pada tiap MAP yang terjadi karena pengaruh variasi layanan yang diakses
STA.
1.5 Metode Penyelesaian Masalah
Metode penyelesaian masalah dalam Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:
� Studi pustaka dan literatur, yaitu mempelejari teori dan konsep dari buku,
artikel, paper, jurnal, dan sumber-sumber lain untuk menunjang masalah tugas
akhir ini.
� Perancangan sistem, yaitu tahap merancang secara detail model sistem untuk
simulasi dan bagaimana lingkungan dari simulasi tersebut.
� Simulasi sistem, yaitu tahap menjalankan simulasi performansi Mesh Access
Point (MAP) pada IEEE 802.11s dengan NS-2 sesuai sistem model simulasi
yang dirancang.
� Analisis hasil simulasi terhadap performansi Mesh Access Point (MAP) pada
jaringan WLAN mesh network IEEE 802.11s. berdasarkan hasil simulasi
untuk ditarik suatu kesimpulan.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang akan digunakan dalam Tugas Akhir ini adalah
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan,
metode penyelesaian masalah, dan sistematika penulisan dari Tugas Akhir ini.
BAB II DASAR TEORI
Bab ini berisi uraian teori dan konsep dari jaringan WLAN mesh network,
Standarisasi IEEE 802.11s, perangkat, konfigurasi jaringan dan arsitektur
Page 21
Bab I Pendahuluan
Analisis Performansi Mesh Access Point (MAP) Pada Wireless LAN Mesh Network IEEE 802.11s 5
WLAN mesh network, deskripsi protokol HWMP, metode akses DCF,
penjelasan parameter dan tinjauan performansi yang digunakan.
BAB III PEMODELAN DAN SIMULASI
Bab ini akan menjelaskan model simulasi, asumsi dasar simulasi dan
parameter-parameter yang dibutuhkan.
BAB IV ANALISIS HASIL SIMULASI
Bab ini berisi analisis terhadap hasil yang diperoleh dari proses simulasi
performansi MAP pada WLAN mesh network.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan penelitian yang telah dilakukan dan saran untuk
pengembangan penelitian berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Page 22
6
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Wireless LAN Mesh Network
Wireless Mesh Network (WMN) adalah jaringan komunikasi yang dibuat
dengan menggunankan radio link dan berdasarkan dari topologi mesh. WMN terdiri
dari mesh client, mesh router dan gateway. Mesh client biasanya berupa laptop,
handphone, dan berbagai peralatan lain yang mendukung konfigurasi mesh. Mesh
routers adalah suatu perangkat yang meneruskan trafik dari atau ke gateway yang
terkoneksi pada internet. Cakupan area dari kinerja radio link disebut sebagai single
network dan biasanya disebut sebagai mesh cloud. Akses ke mesh cloud ini
tergantung dari harmonisasi kinerja radio link satu dengan yang lain dalam
membangun sebuah radio network.
WMN memiliki kehandalan dan kelebihan, ketika satu node tidak bisa
beroperasi lama, maka node yang lain yang sedang tidak bekerja masih bisa tetap
berkomunikasi satu dengan yang lainnya secara langsung atau melalui satu atau lebih
node yang terhubung. Selain itu juga WMN memiliki dua keunggulan dalam
perubahan yang cepat (highly dynamic) yaitu:
1. Router mungikinkan bergerak sendiri akibat perubahan topologi yang
cepat, contoh dalam mobile atau hybrid wireless mesh network
2. Jika router tidak bergerak sendiri maka kualitas radio link bisa berubah
dengan cepat karena interfrensi, geografis dan faktor lingkungan, contoh
dalam fixed wireless mesh networks
Dengan adanya WMN banyak skenario-skenario jaringan yang dapat
dibangun seperti membuat jaringan rumah untuk memperluas cakupan area
Enterprise WLAN network dan untuk membangun jaringan ad-hoc. WMN dibuat
untuk mengkoneksikan terminal terdekat satu dengan yang lain secara langsung
Page 23
Bab II Dasar Teori
Analisis Performansi Mesh Access Point (MAP) Pada Wireless LAN Mesh Network IEEE 802.11s 7
menggunakan wireless melalui kontrol terpusat dari awal melakukan hubungan
sampai pemutusan hubungan.
WLAN mesh network merupakan IEEE 802.11-based Wireless Distribution
System yang merupakan bagian Distribution System yang memilki dua atau lebih
Mesh Access Point (MAP) yang terhubung melalui IEEE 802.11 wireless link dan
berkomunikasi melalui WLAN mesh service. WLAN mesh network adalah salah satu
bagian dari WMN yang berkonsentrasi pada jaringan WLAN. Teknologi WLAN
mesh network terdiri dari perangkat WLAN yang memiliki fungsi relay yang bisa
mengkomunikasikan secara langsung perangkat satu dengan perangkat yang lain,
untuk mengatasi masalah seperti penurunan throughput dan congestion, teknologi ini
ditujukan agar dapat mengkordinasikan antara routing, congestion control dan fungsi
lain yang terdapat pada MAC layer. Dengan adanya teknologi ini maka dapat
dibentuk high-speed wireless network pada lokasi yang tidak terdapat infrastruktur
jaringan seperti WLAN access point.
Dengan adanya teknologi WLAN mesh network yang memiliki keistimewaan
fleksibilitas pada jaringan broadband dapat dikonfigurasikan secara independen pada
jaringan tetap sehingga mendapatkan perhatian lebih sebagai elemen teknologi untuk
bermacam-macam jaringan yang terdiri dari berbagai macam tipe perangkat seperti
PC, digital appliances, dan perangkat bergerak. Selain itu juga keistimewaan yang
dimiliki dari WLAN mesh network adalah transmisi data yang cepat dikarenakan
jarak komunikasi yang diperpendek, perluasan kapasisatas jaringan melalui spasial
frekuensi reuse, konfigurasi jaringan otomatis, dan peningkatan ketahanan karena
mekanisme pemulihan.
2.2 Standarisasi IEEE 802.11s
Dalam mengatasi permasalahan yang terjadi pada jaringan WLAN agar bisa
membentuk jaringan mesh, maka beberapa perusahaan berkumpul seperti Intel,
Motorola, dan Cisco membangun sistem wireless untuk interkoneksi terminal
diperlukan satu standarisasi agar tidak terjadi penurunan kualitas, sehingga dalam
Page 24
Bab II Dasar Teori
Analisis Performansi Mesh Access Point (MAP) Pada Wireless LAN Mesh Network IEEE 802.11s 8
teknologi WLAN menerapkan standar yang diputuskan oleh IEEE yaitu suatu
lembaga internasional yang menetapkan standar untuk jaringan wired atau wireless,
dalam hal ini standar untuk WLAN yang dikeluarkan oleh IEEE adalah IEEE 802.11.
Adapun seri dari IEEE 802 dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 IEEE 802.11 standard series
IEEE 802.11s adalah konsep dari IEEE 802.11 sebagai amandemen untuk
mesh networking service dan protokol dengan mendefinisikan bagaimana suatu
perangkat wireless bisa saling interkoneksi untuk membentuk mesh network. IEEE
802.11s terbentuk mulai dari study group IEEE 802.11 pada bulan September 2003
kemudian menjadi task group pada bulan Juli 2004 yang kemudian digunakan untuk
dijadikan standar teknologi yang sangat dibutuhkan untuk mengembangkan WLAN
mesh network.
Gambar 2.2 Timeline IEEE 802.11s
IEEE 802.2 logical link control
IEEE 802.1 bridging
HIGER LAYERS
802.3MAC
802.16MAC
802.15MAC
802.14MAC
802.12MAC
802.11MAC
802.9MAC
802.6MAC
802.5MAC
802.4MAC
802.3PHY
802.16PHY
802.15PHY
802.14PHY
802.12PHY
802.11PHY
802.9PHY
802.6PHY
802.5PHY
802.4PHY
IEE
E 8
02.1
man
agem
ent
802
over
view
and
arc
hite
ctur
e
IEE
E 8
02.1
0 se
curit
y
Page 25
Bab II Dasar Teori
Analisis Performansi Mesh Access Point (MAP) Pada Wireless LAN Mesh Network IEEE 802.11s 9
Standarisasi ini memiliki kesulitan dalam pembuatan penggunaan model dan
permintaan kebutuhan untuk pemilihan teknologi yang dituju dan persiapan prosedur
formal untuk membuat pilihan, sehingga sampai sekarang masih dalam proses
perumusan dan penetapan.
2.3 Perangkat dan Konfigurasi Jaringan WLAN Mesh Network
Dalam WLAN mesh network terdapat komponen penyusun sistem jaringan
yang terdiri dari Mesh Points (MPs) yang dipakai hanya dengan fungsi WLAN mesh
network, Mesh Access Points (MAPs) yang dipakai dengan fungsi WLAN Access
point sebagai tambahan fungsi untuk MP, MP ditempatkan dengan Mesh Portal
(MPP) yang digunakan sebagi fungsi gateway untuk menghubungkan ke jaringan luar
sebagai fungsi tambahan dari fungsi MP dan STAtions (STAs) yang merupakan
perangkat WLAN yang tidak memiliki fungsi sebagai WLAN mesh network.
Wireless Distribution System (WDS) frame digunkan untuk melewatkan data
diantara MP, MAP dan MPP node. Konfigurasi jaringan sederhana WLAN mesh
network dapat dilihat pada gambar 2.3.
Gambar 2.3 Konfigurasi WLAN Mesh Network
Page 26
Bab II Dasar Teori
Analisis Performansi Mesh Access Point (MAP) Pada Wireless LAN Mesh Network IEEE 802.11s 10
2.4 Arsitektur Sistem WLAN Mesh Network
Gambar 2.4 Arsitektur Sistem
Pada gambar 2.4 dapat dilihat arsitektur sistem teknologi dari WLAN mesh
network yang dapat dibagi menjadi blok-blok yang berwarna kuning yang
kesemuanya merupakan fungsi utama. Blok-blok tersebut dapat jelaskan sebagai
berikut:
1. Mesh Topologi Learning, Routing dan Forwarding
Pada blok ini terdiri dari fungsi untuk menentukan node tetangga yang terdekat,
fungsi untuk memperoleh radio metrics yang menyediakan informasi dalam
kualitas link wireless, routing protocol untuk menentukan rute ke transfer paket
tujuan dengan menggunakan MAC address sebagai pengenal dan fungsi packet
forwarding. Disini untuk efesiensi maka digunakan radio resources, routing
protocol yang harus membuat radio metrics dan frekuensi multiple channel
berdasarkan kondisi radio.
2. Mesh Network Measurement
Pada blok ini terdiri dari fungsi untuk menghitung radio metrics menggunkan
routing protokol dan untuk perhitungan kondisi radio dalam WLAN mesh network
sebagai pengguna dalam frekuensi channel selection.
3. Mesh Medium Access Coordination
Pada blok ini terdiri dari fungsi pencegahan untuk mengurangi penurunan
performansi pada saat terminal tersembunyi ataupun terminal yang terlihat. Fungsi
Page 27
Bab II Dasar Teori
Analisis Performansi Mesh Access Point (MAP) Pada Wireless LAN Mesh Network IEEE 802.11s 11
untuk prioritas kontrol performansi, congestion control, dan admission control,
serta fungsi untuk keberhasilan spatial frequency reuse.
4. Mesh Security
Pada blok ini terdiri dari fungsi keamanan untuk melindungi data frame yang
dibawa dalam WLAN mesh network dan juga untuk manajemen frame yang
digunakan, biasa dikontrol oleh fungsi kontrol seperti protokol routing. Sehingga
bisa diasumsikan dengan menggunakan skema keamanan WLAN yang
didefinisikan oleh standar IEEE 802.11i.
5. Interworking
Sebagai bagian dari standar IEEE 802 tipe wired Ethernet, WLAN mesh network
haruslah sesuai dengan arsitektur jaringan IEEE 802. Berkaitan dengan hal
tersebut maka untuk mengkoneksikan ke jaringan lain, dibutuhkan fungsi
transparent bridge yang harus bisa diimplementasikan dalam MPP yang terletak
pada batas jaringan. WLAN mesh network juga harus beroperasi sebagai jaringan
broadcast sehingga paket yang diteruskan bisa dikirim ke semua terminal yang
terhubung dengan LAN.
6. Mesh Configuration dan Management
Pada blok ini terdiri dari antarmuka WLAN yang digunakan secara otomatis
sebagai parameter MP radio frekuensi (RF) seperti frekuensi channel selection,
power transmit, dll serta untuk manajemen QoS.
2.5 Protokol Hybrid Wireless Mesh Protocol (HWMP)
Hybrid Wireless Mesh Protocol (HWMP) adalah protokol standar sebagai
mandatori untuk IEEE 802.11s WLAN mesh network yang menjalankan routing pada
layer MAC. Selain HWMP terdapat juga pilihan protokol routing yang diajukan
sebagai protokol routing pada WLAN mesh network yaitu RA-OLSR. Setiap ada
keluhan terhadap perangkat IEEE 802.11s maka akan disesuaikan menggunakan
protokol routing ini. Hybrid nature dan configurability dari HWMP menyediakan
Page 28
Bab II Dasar Teori
Analisis Performansi Mesh Access Point (MAP) Pada Wireless LAN Mesh Network IEEE 802.11s 12
performansi yang baik dalam semua pemakaian skenario yang diharapkan. Klasifikasi
routing protokol dapat dilihat pada gambar 2.5.
Gambar 2.5 Klasifikasi routing protokol
Pada dasarnya HWMP diadopsi dari dua jenis perutingan yaitu:
1. On demand routing is based on Radio Metric AODV (RM-AODV), dimana
routing akan dijalankan sesuai dengan permintaan. Bagian reactive pada
HWMP mengikuti konsep umum dari AODV, dengan menggunakan
metode distance vector dan proses well-known route discovery dengan
route request dan route reply (Gambar 2.6). Urutan dari nomor tujuan
digunakan untuk mengenali informasi routing yang sudah lama.
Gambar 2.6 AODV route discovery: route request (kiri) dan route reply (kanan)
Page 29
Bab II Dasar Teori
Analisis Performansi Mesh Access Point (MAP) Pada Wireless LAN Mesh Network IEEE 802.11s 13
2. Pro-active routing is based on tree based routing, dimana pada mesh node
biasanya mesh portal bisa dikonfigurasikan secara periodik untuk
broadcast informasi, yang diatur pada tree sehingga membiarkan proactive
routing ke arah mesh portal.
Struktur dari empat elemen protokol HWMP, yaitu:
1. Root announcement, yang berfungsi untuk menerangkan kepada MP
tentang keberadaan dan jarak root MP.
2. Route request, bertugas menanyakan tujuan MP untuk membentuk reverse
route dari sumber. Struktur dari route request dapat dilihat pada gambar
2.6.
Gambar 2.7 HWMP route request
3. Route reply, berfungsi membuat forward route dari sumber dan menerima
reverse route.
4. Route error, bertugas memberitahu kepada MP penerima bahwa sumber sudah
tidak mendukung routing lagi.
Page 30
Bab II Dasar Teori
Analisis Performansi Mesh Access Point (MAP) Pada Wireless LAN Mesh Network IEEE 802.11s 14
2.6 Admission Control
Admission control berguna untuk mengatur trafik yang masuk sehingga QoS
dari flow yang sudah ada tetap terjamin dan medium dapat digunakan lebih optimal.
Admission control pada WLAN diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Admission control berdasarkan pengukuran.
Keputusan admission control berdasarkan pengukuran kondisi jaringan secara
kontinu. Contoh : admission control berdasarkan pengukuran delay dan
throughput.
2. Admission control berdasarkan model.
Keputusan admission control berdasarkan performansi metrik yang telah
dimodelkan. Contoh : admission control berdasarkan model Markov-Chain.
2.7 Arsitektur MAC Distribution Coordination Function D CF
Distribution Coordination Function (DCF) adalah arsitektur dasar yang
terdapat pada layer MAC, untuk mengatur mekanisme kontrol akses data pada media
transmisi yang akan digunakan. Hal ini bisa dilihat pada gambar 2.8.
Gambar 2.8 Arsitektur MAC
DCF menggunakan mekanisme carrier sense multiple access with collision
avoidance (CSMA/CA). Mekanisme ini didesain untuk mencegah terjadinya paket
yang bertabrakan satu sama lain pada saat terjadinya pengiriman, intinya DCF
Page 31
Bab II Dasar Teori
Analisis Performansi Mesh Access Point (MAP) Pada Wireless LAN Mesh Network IEEE 802.11s 15
menggunakan sistem share médium dalam pembentukan hubungan tanpa adanya
mekanisme flow proritas yang menggaransi QoS requirements dari multimedia trafik.
Pada mode DCF node akan membangkitkan data paket yang akan di
transmitkan pertama untuk melihat keadaan kanal oleh suatu node. Jika kanal dalam
keadaan kosong selama periode DIFS maka node akan mulai mentransmitkan data.
Tetapi jika dirasa kanal sibuk dalam periode waktu DIFS maka node akan menunggu
samapai kanal kosong dan mulai mengulang perhitungan DIFS. Diakhir DIFS setelah
kanal sibuk node akan membangkitkan backoff time interval dan menunggu interval
ini berakhir sebelum melakukan transmisi. Backoff random didesain untuk
mengurangi probabilitas terjadinya tabrakan paket antar dua node atau lebih yang
saling menuggu berakhirnya kanal sibuk.
Gambar 2.9 Interfarme Space
Dalam standar IEEE didefinisikan dua mode akses DCF yaitu:
1. Two-way handshaking technique untuk suksesnya paket data transmisi
yang disebut juga sebagai basic access médium. Mode ini adalah mode
dimana node pengirim mengirimkan data paket kemudian node penerima
mengirimkan ACK setelah periode SIFS.
2. Four-way handshaking technique atau RTS-CTS handshake. Prinsip kerja
mode ini adalah node pengirim mengirimkan paket control yaitu RTS dan
node penerima ketika menerima RTS akan mengirmkan CTS. Pada saat
Page 32
Bab II Dasar Teori
Analisis Performansi Mesh Access Point (MAP) Pada Wireless LAN Mesh Network IEEE 802.11s 16
mengirimkan CTS node penerima juga akan menjalankan basic access
handshake.
2.8 Quality of Service (QoS)
QoS adalah suatu standar kualitas dari layanan suatu jaringan, digunakan
untuk mengukur sekumpulan atribut performansi dan biasanya diasosiasikan dengan
suatu layanan. Beberapa komponen QoS :
• Delay adalah total waktu yang dilalui suatu paket dari pengirim ke
penerima.
������� � � � � � ����� � ������� ������ � ����� ������ … [2.1]
• Throughput adalah rate transfer sesungguhnya yang didapat setelah
dikurangi packet loss. Atau Throughput adalah kecepatan bit (rate)
transfer data efektif, yang diukur dalam bps. Header-header dalam paket
data mengurangi nilai throughput.
��� ������ �� �� !" #�$% &!'(�)*+ ,* *'*- ,* �!$!'*-� . / 0'�$ 1� !"
2� "0 �!$%�-�"�$… [2.2]
• Packet loss adalah perbandingan jumlah paket yang hilang terhadap paket
yang dikirimkan dalam persen.
3�4��� 5 66 �� 70-+�( �� !" #�$% (*+�$%
� 70-+�( �� !" #�$% ,* *'-8 100% …[2.3]
Page 33
17
BAB III
PEMODELAN DAN SKENARIO SIMULASI
Pada bab sebelumnya telah dibahas mengenai konfigurasi jaringan WLAN
Mesh Network, protokol routing HWMP, beserta keterangan tentang medium access
DCF. Maka pada bab ini akan dijelaskan pemodelan simulasi untuk melihat
performansi dan kualitas QoS pada MAP dengan beberapa skenario yang sudah
ditentukan.
3.1 Pembuatan Simulasi
3.1.1 Tool Simulasi
• Network Simulator 2 All in One v2.33
Dalam penelitian ini, konfigurasi jaringan WLAN mesh network akan
disimulasikan menggunakan software network simulator-2 (NS-2) versi 2.33 di
bawah sistem operasi Linux Ubuntu 8.04. Software inilah yang digunakan untuk
mensimulasi sekaligus menganalisis parameter-parameter yang ingin diuji. Software
NS-2 bersifat freeware dan dapat di download melalui alamat website
http://www.isi.edu/nsnam/dist. Network simulator adalah event-driven simulator yang
diimplementasikan dalam C++ yang menggunakan Otcl sebagai interpreter untuk
menuliskan perintah (command) dan konfigurasi antarmuka. NS-2 digunakan sebagai
interpreter dari suatu skenario yang didefinisikan menggunakan script Otcl dengan
mendefinisikan topologi jaringan, agent, dan lain-lain.
Perangkat lunak ini sudah digunakan untuk lebih dari 44% simulasi jaringan
oleh seluruh peneliti diseluruh dunia sehingga sudah teruji kemampuan dan
kapabilitasnya.
Page 34
Bab III Pemodelan Dan Skenario Simulasi
Analisis Performansi Mesh Access Point (MAP) Pada Wireless LAN Mesh Network IEEE 802.11s 18
Gambar 3.1 Penggunaan simulator jaringan untuk penelitian
Network Simulator 2 sudah mendukung bermacam protokol, model jaringan,
baik jaringan kabel, jaringan nirkabel, gabungan dari keduanya dan juga mendukung
berbagai model trafik. Dalam paket allinone, sudah terdapat beberapa tool yang
disertakan seperti Network Animator (NAM), XGraph dan berbagai tool yang
berguna untuk simulasi jaringan sehingga simulasi dapat dijalankan mendekati
kondisi aslinya.
Pada NS-2 digunakan beberapa jenis file untuk menjalankan program, tracing
file maupun untuk visualisasi. Berikut adalah jenis-jenis file yang digunakan pada
simulasi:
Tabel 3.1 Jenis-jenis file yang digunakan pada simulasi
No Tipe
File Deskripsi Deskripsi Letak dan contoh
1 .tcl File skenario yang berfungsi untuk
menjalankan network simulator.
/TA/script/fix/scen1.tcl
2 .nam
File trace yang berfungsi untuk
menjalankan network animator
(visualisasi).
/TA/script/fix /namscen1.nam
3 .tr
File trace yang di dalamnya
terdapat parameter-parameter hasil
simulasi yang akan dianalisa.
/TA/script/fix /scen1.tr
Page 35
Bab III Pemodelan Dan Skenario Simulasi
Analisis Performansi Mesh Access Point (MAP) Pada Wireless LAN Mesh Network IEEE 802.11s 19
• AWK file
AWK file merupakan merupakan tool untuk mempermudah pengambilan
tracing data pada NS-2 yang berupa skrip pemrograman. AWK dikembangkan pada
tahun 1977 di laboratorium AT&T sebagai bagian dari dari percobaan terhadap grep
dan sed. Dengan kemampuan untuk menerima suatu pattern matching, kita dapat
memanfaatkan AWK untuk mengembangkan sebuah aplikasi skrip yang dapat
memanipulasi data dengan mudah. Biasanya file AWK memiliki extension .awk
contoh throughput.awk.
3.1.2 Sarana pendukung
Simulasi dilakukan dengan berbagai dukungan peralatan simulasi baik
hardware maupun software. Sistem hardware dan software yang digunakan adalah
sebagai berikut:
Komputer dengan spesifikasi:
• Prosesor : AMD ® Athlon™ 64 X2 Dual Core Processor 5000+ @2.61 GHz
• Memori : RAM 1.00 GB
• VGA : Digital Alliance 256 Mb
• Hard Disk : 160 GB
• SistemOperasi : Linux Ubuntu 8.04 dan Windows XP™ Professional
3.2 Model Simulasi
Pada simulasi ini menggunakan domain wireless dengan infrastruktur jaringan
WLAN dengan topologi mesh yang sudah disesuaikan seperi model kanal, model
pergerakan, jenis antena, transport agent, dan generator trafik yang digunakan.
Simulasi akan dilakukan berdasarkan dua buah skenario utama yang sudah
ditentukan, yakni pada saat semua user diam mengakses masing-masing MAP dan
salah satu user bergerak keluar daerah wilayah cakupan MAP yang sedang di akses,
Page 36
Bab III Pemodelan Dan Skenario Simulasi
Analisis Performansi Mesh Access Point (MAP) Pada Wireless LAN Mesh Network IEEE 802.11s 20
dengan mengganti beberapa parameter trafik dan besar ukuran paket yang dikirim
tiap-tiap trafik.
Adapun topologi yang digunakan pada simulasi dalam penelitian kali ini
diasumsikan sebagai berikut:
• Terdapat satu node yang berperan sebagai MPP yang menjadi tujuan semua
STA atau yang menghubungkan jaringan ke internet atau jaringan lain.
• Terdapat dua MAP yang terhubung dengan link wireless secara mesh ke MPP.
• Terdapat tiga STA disetiap MAP, yang semuanya melakukan akses ke arah
MPP.
Gambar 3.2 Topologi jaringan yang disimulasikan
3.2.1 Model Pergerakan
Pada simulasi ini mobile node atau yang diasumsikan sebagai STA, akan
bergerak secara manual (ditentukan oleh peneliti) dari cakupan daerah MAP2 ke
Page 37
Bab III Pemodelan Dan Skenario Simulasi
Analisis Performansi Mesh Access Point (MAP) Pada Wireless LAN Mesh Network IEEE 802.11s 21
cakupan daerah MAP1 dengan kecepatan v = 1,5 m/s atau seperti orang yang
melakukan jalan cepat. Mobile node bergerak sesaat setelah simulasi dijalankan.
3.2.2 Model Kanal Propagasi
Pada NS disediakan tiga kanal propagasi, yaitu free space model, two-ray
ground reflection model, dan shadowing model. Keseluruhan kanal yang digunakan
adalah kanal wireless. Pada simulasi kali ini menggunakan model two-ray ground
reflection, model ini berdasarkan adanya jalur langsung (direct) antar mobile node
dan juga adanya jalur karena pantulan bidang (ground reflection). Pemodelan ini
memberi keakuratan pada kanal wireless yang digunakan. Kanal ini memakai model
radio free space attenuation (1/r2) pada titik dekat dan pemodelan two-ray ground
(1/r4) pada titik jauhnya. Antena pada mobile node yang digunakan adalah tipe
antenna omni-directional dan berkarakteristik unity gain (serba sama di setiap sektor)
dengan tinggi 1,5 m. Lapis MAC (Medium Access Controller) pada sisi mobile node
digunakan tipe 802.11 (Wireless LAN) dengan jangkauan maksimal 250 m.
3.2.3 Transport Agent dan Generator Trafik
Simulasi menggunakan dua transport agent yaitu TCP transport agent
sebagai agen pengirim data dan penerima pada lapis transport. Pola trafik yang
digunakan adalah File Transfer Protocol (FTP) yang memiliki fungsi untuk
pembangkitan data. Pada aplikasi FTP ada beberapa parameter yang disesuaikan
yakni packet size dan rate untuk tiap paket.
Kedua adalah UDP transport agent sebagai agen pengirim data yang bekerja
connectionless (best effort), dengan pola trafik yang digunakan pada transport agent
ini adalah Constant Bit Rate (CBR) yang memiliki fungsi pembangkitan data secara
konstan dengan menyesuaikan besar packet size CBR, interarrival tiap paket dan rate
untuk tiap paket.
Ketiga adalah UDP transport agent dengan sesi RTP, merupakan transport
agent yang diadaptasi dari UDP tapi bersifat real time biasanya digunakan bersama
dengan pola trafik eksponesial (EXP) yang digunakan untuk memodelkan suara.
Page 38
Bab III Pemodelan Dan Skenario Simulasi
Analisis Performansi Mesh Access Point (MAP) Pada Wireless LAN Mesh Network IEEE 802.11s 22
Tabel 3.2 Parameter umum simulasi
Parameter Nilai
Area simulasi 500 m x 500 m
Maksimum range transmisi 250 meter
Durasi simulasi 300 s
Jumlah node 6 STA, 1 MPP dan 2 MAP
Kecepatan pergerakan node 1,5 m/s
Jenis trafik utama FTP, UDP, RTP
Model koneksi Infrastruktur
Paket size 1 KB, 66 B, 500 B, 700 B, 800 B
Protokol ruting HWMP
Metode antrian DropTail/PrioQueue
Topologi simulasi yang dijalankan adalah hirarki dengan menggunakan
mekanisme pengiriman yang melalui access point (MAP) yang bersifat wireless.
Pada simulasi tidak terdapat jaringan fixed, BTS, FA (Foreign Agent), HA (Home
Agent) seperti pada mobile IP dan topologi jaringan tidak berubah atau terkonfigurasi
secara infrastruktur dengan ada pergerakan hanya satu node.
3.3 Skenario Simulasi
Dalam simulasi ini ditujukan untuk menganalisis performansi jaringan WLAN
Mesh Network menggunkan standar IEEE 802.11s dan melihat performansi MAP
dalam upaya melaksanakan proses peneriamaan STA. Adapun skenario yang di
jalankan adalah:
3.3.1 Skenario Dengan Semua Paket Yang Diakses Seragam
Skenario pertama dengan semua paket pada setiap STA yang menjalankan
paket TCP menuju kearah MPP, dengan membedakan pola trafik dan kecepatan rate
Page 39
Bab III Pemodelan Dan Skenario Simulasi
Analisis Performansi Mesh Access Point (MAP) Pada Wireless LAN Mesh Network IEEE 802.11s 23
data. Ini diadaptasi dengan keadaan semua STA sedang melakukan browsing atau
transfer data, dan sistem berjalan dengan kondisi normal.
Tabel 3.3 Skenario simulasi pertama
Skenario Cakupan
MAP Pergerakan STA
Type
Paket
Besar
Paket
(bytes)
Pola
Trafik
Bit
Rate
(Kbps)
Semua user diam
pada domain MAP
masing-masing.
I
STA 1 v= 0 m/s TCP 1000 FTP -
STA 2 v= 0 m/s TCP 500 CBR 128
STA 3 v= 0 m/s TCP 800 CBR 64
II
STA 4 v= 0 m/s TCP 1000 FTP -
STA 5 v= 0 m/s TCP 700 FTP -
STA 6 v= 0 m/s TCP 500 CBR 128
Ada satu user yang
bergerak keluar dari
wilayah MAP 2 ke
MAP 1.
I
STA 1 v= 0 m/s TCP 1000 FTP -
STA 2 v= 0 m/s TCP 500 CBR 128
STA 3 v= 0 m/s TCP 800 CBR 64
II
STA 4 v= 1,5 m/s TCP 1000 FTP -
STA 5 v= 0 m/s TCP 700 FTP -
STA 6 v= 0 m/s TCP 500 CBR 128
Dari jenis trafik diatas akan dilihat hasil QoS di MAP masing-masing (MAP1
dan MAP2) dengan menerapkan sub-skenario yang disebutkan diatas.
3.3.2 Skenario Dengan Dua Paket Yang Diakses Seragam Dan Satu Tidak
Skenario kedua dengan kondisi terdapat dua STA yang mengakses paket UDP
diadaptasi sedang mengakses data video berkeepatan tinggi dan satu STA mengakses
paket TCP. Tiap MAP mendapatkan perlakuan yang sama oleh STA ditiap MAP
masing-masing. Pada saat terjadi perpindahan STA dari MAP2 ke MAP1, STA
tersebut sedang melakukan akses data UDP.
Page 40
Bab III Pemodelan Dan Skenario Simulasi
Analisis Performansi Mesh Access Point (MAP) Pada Wireless LAN Mesh Network IEEE 802.11s 24
Tabel 3.4 Skenario simulasi kedua
Skenario Cakupan
MAP Pergerakan STA
Type
Paket
Besar
Paket
(bytes)
Pola
Trafik
Bit
Rate
(Kbps)
Semua user diam
pada domain MAP
masing-masing.
I
STA 1 v= 0 m/s TCP 1000 FTP -
STA 2 v= 0 m/s UDP 500 CBR 256
STA 3 v= 0 m/s UDP 800 CBR 512
II
STA 4 v= 0 m/s UDP 700 CBR 512
STA 5 v= 0 m/s UDP 500 CBR 1024
STA 6 v= 0 m/s TCP 1000 FTP -
Ada satu user yang
bergerak keluar
dari wilayah MAP
2 ke MAP 1.
I
STA 1 v= 0 m/s TCP 1000 FTP -
STA 2 v= 0 m/s UDP 500 CBR 256
STA 3 v= 0 m/s UDP 800 CBR 512
II
STA 4 v= 1,5 m/s UDP 700 CBR 512
STA 5 v= 0 m/s UDP 500 CBR 1024
STA 6 v= 0 m/s TCP 1000 FTP -
Dari pola dan jenis trafik yang diterapkan, ditujukan untuk melihat hasil QoS
di MAP masing-masing (MAP1 dan MAP2) dengan menerapkan sub-skenario yang
disebutkan diatas, untuk kehandalan sistem dalam melakukan akses data video
dengan kecepatan tinggi.
3.3.3 Skenario Dengan Paket Yang Diakses Berbeda Satu Sama lain
Skenario ketiga dengan kondisi semua STA mengakses paket berbeda satu
sama lain, yaitu TCP diadaptasi sedang mengakses data biasa (browsing), UDP
diadaptasikan sedang mengakses video dan satu STA mengakses voice dengan
menjalankan RTP dengan trafik Eksponensial. Pada STA berpindah dari MAP2 ke
MAP1 sedang melakukan akses voice.
Page 41
Bab III Pemodelan Dan Skenario Simulasi
Analisis Performansi Mesh Access Point (MAP) Pada Wireless LAN Mesh Network IEEE 802.11s 25
Tabel 3.5 Skenario simulasi ketiga
Skenario Cakupan
MAP Pergerakan STA
Type
Paket
Besar
Paket
(bytes)
Pola
Trafik
Bit
Rate
(Kbps
)
Semua user diam
pada domain MAP
masing-masing.
I
STA 1 v= 0 m/s TCP 500 FTP -
STA 2 v= 0 m/s RTP 66 EXP 8
STA 3 v= 0 m/s UDP 800 CBR 512
II
STA 4 v= 0 m/s RTP 66 EXP 8
STA 5 v= 0 m/s UDP 500 CBR 1024
STA 6 v= 0 m/s TCP 500 FTP -
Ada satu user yang
bergerak keluar
dari wilayah MAP
2 ke MAP 1.
I
STA 1 v= 0 m/s TCP 500 FTP -
STA 2 v= 0 m/s RTP 66 EXP 8
STA 3 v= 0 m/s UDP 800 CBR 512
II
STA 4 v= 1,5 m/s RTP 66 EXP 8
STA 5 v= 0 m/s UDP 500 CBR 1024
STA 6 v= 0 m/s TCP 500 FTP -
Dari pola dan jenis trafik yang diterapkan untuk melihat hasil QoS di MAP
masing-masing (MAP1 dan MAP2) dengan menerapkan sub-skenario yang
disebutkan diatas, dengan melihat kehandalan sistem dalam melakukan bermacam
akses baik transfer data biasa, video, dan suara.
3.4 Parameter-Parameter Yang Dianalisa
Untuk setiap skenario yang sudah dibuat akan dilihat pengaruhnya terhadap
performansi jaringan WLAN Mesh Network terutama dibagian MAP untuk
menganalisa kemampuan MAP meneriam STA yang berpindah. Kemampuan MAP
dapat dilihat dari perbedaan hasil yang didapat dari setiap skenario yang dijalankan.
Page 42
Bab III Pemodelan Dan Skenario Simulasi
Analisis Performansi Mesh Access Point (MAP) Pada Wireless LAN Mesh Network IEEE 802.11s 26
Pemodelan untuk STA yang diam pada tiap skenario bertujuan untuk
memodelkan kondisi STA yang bersifat acak dalam melakukan akses data.
Parameter-parameter yang digunakan untuk melihat performansi pada tiap MAP
adalah parameter QoS yang antara lain:
• Throughput
• Packet loss
• Average end-to-end delay
3.4.1 Throughput
Throughput adalah kecepatan bit (rate) transfer data efektif, yang diukur
dalam bps. Header-header dalam paket data mengurangi nilai throughput. Maka
penggunaan sebuah saluran bersamaan juga akan mengurangi nilai ini.
3.4.2 Packet Loss
Packet loss adalah suatu parameter yang menunjukkan banyaknya paket yang
hilang. Hal ini dapat terjadi karena adanya tubrukan (collision) dan kemacetan
(congestion) pada jaringan dalam satu kali pengamatan simulasi.
3.4.3 Average Delay
Time delay pada simulasi ini diartikan sebagai selisih waktu pengiriman tiap
paket data sampai paket data tersebut berhasil diterima dirata-rata terhadap waktu
pengamatan. Semakin kecil delay semakin bagus performansi sebuah jaringan.
Page 43
Bab III Pemodelan Dan Skenario Simulasi
Analisis Performansi Mesh Access Point (MAP) Pada Wireless LAN Mesh Network IEEE 802.11s 27
3.5 Flowchart Pengerjaan
Gambar 3.3 Flowchart pengerjaan Tugas Akhir
Page 44
Bab III Pemodelan Dan Skenario Simulasi
Analisis Performansi Mesh Access Point (MAP) Pada Wireless LAN Mesh Network IEEE 802.11s 28
Gambar 3.4 Flowchart simulasi program utama
Page 45
ANALISIS HASIL SIMULASI
Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil simulasi
jaringan WLAN mesh network. Perbandingan akan dilihat dari tiap
akan dilihat perbandingan
Hasil throughput, delay dan packet loss
dikeluarkan NS-2 pada saat menjalankan simulasi. File
kemudian diuraikan menggunakan file AWK
yang diinginkan.
4.1 Skenario Semua Paket
Pada skenario ini,
sebelumnya akan menjalankan
digunakan tiap STA berbeda satu sama lain, ada yang menjalankan aplikasi FTP dan
juga ada yang diadaptasikan sedang mela
kecepatan antara 64 Kbps
4.1.1 Analisis Delay
Gambar 4.1
00,5
11,5
22,5
33,5
4
Diam
Bergerak
De
lay
(m
s)
Rata
29
BAB IV
ANALISIS HASIL SIMULASI PERFORMANSI MAP PAD
NETWORK IEEE 802.11s
Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil simulasi performansi
jaringan WLAN mesh network. Perbandingan akan dilihat dari tiap
perbandingan throughput, delay dan packet loss yang diterima di MAP.
throughput, delay dan packet loss diambil dari file
2 pada saat menjalankan simulasi. File tracing (.tr)
kemudian diuraikan menggunakan file AWK (.awk) sehingga bisa dianalisis bagian
.1 Skenario Semua Paket Yang Diakses Seragam Ditiap MAP
enario ini, semua STA pada topologi yang telah ditentukan
sebelumnya akan menjalankan paket TCP. Tetapi aplikasi dan pola trafik yang
digunakan tiap STA berbeda satu sama lain, ada yang menjalankan aplikasi FTP dan
juga ada yang diadaptasikan sedang melakukan transfer data atau
64 Kbps – 128 Kbps secara konstan.
4.1 Diagram rata-rata delay ditiap MAP pada skenario I
MAP1 MAP2
3,67046333 2,87738
Bergerak 3,248405 3,6490467
Rata-rata Delay Skenario 1
PADA WLAN MESH
performansi MAP pada
jaringan WLAN mesh network. Perbandingan akan dilihat dari tiap-tiap MAP, disini
yang diterima di MAP.
diambil dari file tracing (.tr) yang
tracing (.tr) tersebut
bisa dianalisis bagian
Ditiap MAP
STA pada topologi yang telah ditentukan
Tetapi aplikasi dan pola trafik yang
digunakan tiap STA berbeda satu sama lain, ada yang menjalankan aplikasi FTP dan
atau browsing dengan
kenario I
Page 46
Bab IV Analisis Hasil Simulasi Performansi MAP Pada WLAN Mesh Network IEEE 802.11s
Analisis Performansi Mesh Access Point (MAP) Pada Wireless LAN Mesh Network IEEE 802.11s 30
Dari gambar 4.1 dapat dilihat beberapa perbedaan performansi pada masing-
masing MAP untuk pengiriman paket TCP, hal ini disebabkan karena:
� Prinsip dari DCF adalah tidak memperhitungkan prioritas data yang dikirim
melainkan melihat kondisi/merasakan media transmisi dengan menerapkan
mekanisme CSMA/CA.
� Pada MAP1 terdapat perbedaan yang tidak terlalu signifikan antara sebelum
salah satu STA dari MAP2 masuk ke MAP1 dengan sesudah salah satu STA
dari MAP2 masuk ke MAP1. Hal ini disebabkan paket yang dijalankan adalah
TCP. TCP memiliki karakteristik pengiriman data yang connection oriented,
jadi data yang akan dikirmkan oleh STA akan melakukan proses pembentukan
hubungan terlebih dahulu sebelum memulai melakukan proses transmisi data.
Ini menyebabkan paket-paket yang dikirmkan akan memiliki delay yang
tinggi karena proses pembentukan hubungan tersebut. Pada saat terjadi
perpindahan user pun delay yang terjadi malahan menurun, ini disebabkan
proses kordinasi antar MAP1 dengan MAP2 melalui MPP dalam pengaturan
hubungan berdasarkan sifat protocol routing HWMP.
� Pada MAP2 terjadi peningkatan delay sebelum salah satu STA dari MAP2
masuk ke MAP1 dengan sesudah salah satu STA dari MAP2 masuk ke
MAP1. Ini terjadi karena proses koordinasi dengan MPP, jadi setelah salah
satu STA pada MAP2 pindah semua STA yang masih melakukan akses di
MAP2 akan melakukan proses transmit pengecekan media transmisi
berdasarkan sifat DCF yang sedang berlangsung sehingga paket TCP yang
dikirimkan akan sedikit mengalami keterlambatan tetapi memiliki kehandalan
dalam kecepatan pengiriman.
4.1.2 Analisis Packet Loss
Packet loss pada gambar 4.2 merupakan rata-rata yang diterima di MAP
masing-masing. Terjadinya peningkatan packet loss di MAP2 pada saat ditinggalkan
salah satu STA ke MAP1 dikarenakan perhitungan packet loss yang dilakukan adalah
membandingkan paket yang dikirm tiap STA dengan paket yang diterima dimasing-
Page 47
Bab IV Analisis Hasil Simulasi
Analisis Performansi Mesh Access Point (MAP)
masing MAP. Sebenarnya setiap MAP handal dalam penerimaan paket yang
dikirmkan, hal ini karena
hilang selama pengiriman pada proses terjadinya perpindahan hanyalah
dari total seluruh pengiriman paket di setiap STA. Ini membuktikan bahwa system
MAP dalam melakukan proses
Gambar 4.2
4.1.3 Analisis Throughput
Gambar 4.3
0
5
10
15
20
25
30
Diam
Bergerak
Pa
cke
t Lo
ss (
%)
Rata
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
Diam
Bergerak
Th
rou
gp
ut
(Kb
ps)
Rata
Analisis Hasil Simulasi Performansi MAP Pada WLAN Mesh Network I
Mesh Access Point (MAP) Pada Wireless LAN Mesh Network IEEE 802.11s
Sebenarnya setiap MAP handal dalam penerimaan paket yang
karena STA menjalankan transport agent TCP. Untuk paket yang
selama pengiriman pada proses terjadinya perpindahan hanyalah
dari total seluruh pengiriman paket di setiap STA. Ini membuktikan bahwa system
MAP dalam melakukan proses admission control masih handal untuk paket TCP.
2 Diagram rata-rata packet loss ditiap MAP pada
4.1.3 Analisis Throughput
3 Diagram rata-rata throughput ditiap MAP pada
MAP1 MAP2
0 0,000702443
Bergerak 6,24384 25,04571
Rata-rata Packet Loss Skenario 1
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
MAP1 MAP2
959,69757 1127,2167
Bergerak 1476,830267 880,6432
Rata-rata Throughput Skenario 1
Mesh Network IEEE 802.11s
Mesh Network IEEE 802.11s 31
Sebenarnya setiap MAP handal dalam penerimaan paket yang
TCP. Untuk paket yang
selama pengiriman pada proses terjadinya perpindahan hanyalah dua paket
dari total seluruh pengiriman paket di setiap STA. Ini membuktikan bahwa system
masih handal untuk paket TCP.
pada skenario I
pada skenario I
rata Packet Loss Skenario 1
rata Throughput Skenario 1
Page 48
Bab IV Analisis Hasil Simulasi Performansi MAP Pada WLAN Mesh Network IEEE 802.11s
Analisis Performansi Mesh Access Point (MAP) Pada Wireless LAN Mesh Network IEEE 802.11s 32
Dalam analisis throughput pada sisi MAP bisa dilihat pada gambar 4.3.
Terjadi perubahan dalam throughput di MAP untuk skenario pertama ini. Hal ini
disebabkan karena:
� Pada saat sebelum terjadi perpindahan semua STA melakukan pengiriman
paket TCP secara normal sesuai dengan bitrate pengiriman ditiap-tiap STA.
Untuk paket yang menjalankan aplikasi FTP akan lebih memakai media
transmisi yang ada, sedangkan yang menggunakan konstan bitrate akan tetap
berada pada maksimal bitrate. Hal ini dapat dilihat pada garfik 4.1. Untuk
yang berwarna merah, kuning dan ungu memilki throughput yang tinggi
diatas 1 Mbps, dikarenakan penyesuaian STA berdasarkan prinsip DCF dalam
mengirimkan paket, dan kemampuan paket TCP dalam membangun hubungan
terlebih dahulu.
Grafik 4.1 Throughput skenario I masing-masing user sebelum ada perpindahan
� Pada saat setelah terjadi perpindahan terdapat perubahan throughput disisi
penerima, hal ini disebabkan pergerakan STA yang pindah akan mengganggu
Page 49
Bab IV Analisis Hasil Simulasi Performansi MAP Pada WLAN Mesh Network IEEE 802.11s
Analisis Performansi Mesh Access Point (MAP) Pada Wireless LAN Mesh Network IEEE 802.11s 33
media transmisi dimasing-masing MAP. Pada grafik 4.2 terdapat perbedaan
yang jauh antara throughput packet TCP yang dikirimkan dengan
menggunakan aplikasi FTP, pada saat STA yang pindah mulai meninggalkan
wilayah cakupan MAP2 sekitar 80-120s terjadi keadaan diam, yaitu STA
tidak bisa mengirimkan paket karena MAP sedang melakukan kordinasi satu
sama lain untuk menerima STA yang pindah tersebut. Sehingga sewaktu STA
yang pindah tersebut tidak bisa mengirimkan paket maka STA lain yang
mengirimkan paket TCP dengan menggunakan FTP akan meningkat
throughputnya selama 30s, akan tetapi setelah STA yang pindah tersebut
sudah diterima di MAP1 maka kecepatan data akan kembali normal dan
mengalami sedikit penurunan. Karena DCF belum memilki sifat prioritas
maka throughput untuk tiap STA akan dibagi rata sesuai dengan kanal yang
masih tersedia.
Grafik 4.2 Throughput skenario 1 masing-masing user setelah ada perpindahan
Page 50
Bab IV Analisis Hasil Simulasi
Analisis Performansi Mesh Access Point (MAP)
� Kondisi ditiap MAP dalam penangan
seluruh trafik yang diterapkan pada
admission control
memilki fairness,
yang tidak terbatas memilki throughput yang tinggi dibandingkan paket yang
sudah diberi batasan maksimal rate pengiriman, sehingga paket yang
dominanlah yang akan memakai kanal secara penuh.
4.2 Skenario Semua Paket Yang Diakses
MAP
Pada skenario kedua ini menerapkan pengiriman paket yang dilakukan oleh
STA mulai beragam. Terdapat
berkecepatan tinggi, dan
kemudian ada satu
mengirimkan paket UDP
dilihat perbanding ditiap MAP
masuknya STA dari MAP2 ke MAP1.
4.2.1 Analisis Delay
Gambar 4.
020406080
100120140160180
Diam
Bergerak
De
lay
(m
s)
Analisis Hasil Simulasi Performansi MAP Pada WLAN Mesh Network I
Mesh Access Point (MAP) Pada Wireless LAN Mesh Network IEEE 802.11s
Kondisi ditiap MAP dalam penanganan STA masih handal dalam men
seluruh trafik yang diterapkan pada skenario pertama. Namun kemampuan
admission control pada DCF yang terdapat pada tiap-tiap MAP
fairness, hal ini dikarenakan paket yang memilki rate pengiriman
yang tidak terbatas memilki throughput yang tinggi dibandingkan paket yang
sudah diberi batasan maksimal rate pengiriman, sehingga paket yang
dominanlah yang akan memakai kanal secara penuh.
4.2 Skenario Semua Paket Yang Diakses Dua Seragam Satu
Pada skenario kedua ini menerapkan pengiriman paket yang dilakukan oleh
ai beragam. Terdapat dua STA ditiap MAP mengirimkan paket UDP
dan satu STA lagi mengirimkan paket TCP dengan aplikasi FTP,
STA yang masuk ke MAP1 dari MAP2 yang juga sedang
mengirimkan paket UDP dengan kecepatan pengiriman sebesar 512 Kbps
dilihat perbanding ditiap MAP baik delay, throughput dan packet lo
masuknya STA dari MAP2 ke MAP1.
4.4 Diagram rata-rata delay ditiap MAP pada skenario I
MAP1 MAP2
18,2194333 15,662767
Bergerak 177,436525 23,2780733
Rata-rata Delay Skenario 2
Mesh Network IEEE 802.11s
Mesh Network IEEE 802.11s 34
STA masih handal dalam mengatasi
pertama. Namun kemampuan
tiap MAP masih belum
hal ini dikarenakan paket yang memilki rate pengiriman
yang tidak terbatas memilki throughput yang tinggi dibandingkan paket yang
sudah diberi batasan maksimal rate pengiriman, sehingga paket yang
Satu Berbeda Ditiap
Pada skenario kedua ini menerapkan pengiriman paket yang dilakukan oleh
tiap MAP mengirimkan paket UDP
lagi mengirimkan paket TCP dengan aplikasi FTP,
yang masuk ke MAP1 dari MAP2 yang juga sedang
dengan kecepatan pengiriman sebesar 512 Kbps. Akan
baik delay, throughput dan packet loss sebelum
kenario II
Page 51
Bab IV Analisis Hasil Simulasi Performansi MAP Pada WLAN Mesh Network IEEE 802.11s
Analisis Performansi Mesh Access Point (MAP) Pada Wireless LAN Mesh Network IEEE 802.11s 35
Dari gambar 4.4 menjelaskan tentang rata-rata delay ditiap MAP pada
skenario kedua, terjadi beberapa perbedaan rata-rata delay. Hal ini dikarenakan:
� Pada MAP1 dan MAP2 sebelum masuknya salah satu STA dari MAP2
memiliki rata-rata delay yang masih dalam batas normal, karena sebelum
salah satu STA masuk dari MAP2 semua STA mengakses ke MAP masing-
masing, sehingga sistem akses control yang dijalankan DCF masih berjalan
normal. Proses admission control pun masih normal karena walau semua STA
melakukan pengiriman paket dengan kecepatan tinggi, tetapi semua masih
bisa dilayani dengan baik.
� Pada MAP1 sesudah masuknya salah satu STA dari MAP2 memilki
peningkatan delay yang tinggi bahkan diatas rata-rata standar 0-150 ms dari
ITU-T G.114. Akan tetapi masih bisa ditoleransi sebab peningkatan rata-rata
delay tersebut hanya sekitar 18,29 %. Hal ini terjadi karena sistem media
akses DCF mulai bekerja untuk melakukan penundaan dalam pengiriman
paket terutama untuk paket UDP yang terus-menerus datang secara konstan.
Setelah adanya tambahan STA dari MAP2, MAP1 akan mulai melakukan
pengkoordinasian lagi terhadap STA yang datang tersebut, tetapi tetap
menerima paket yang ada sebelumnya. Proses terjadi disini adalah melakukan
penundaan penerimaan paket yang dikirim oleh STA yang baru masuk ke
MAP1.
� Pada MAP2 sesudah keluarnya salah satu STA ke MAP1 memiliki perbedaan
rata-rata delay sekitar 8 ms. Terjadi penigkatan rata-rata delay yang
disebabkan proses DCF untuk memberitahu kepada STA yang mengakses
MAP1 bahwa terjadi kekosongan medium sehingga bisa seluruh STA bisa
menggunakan medium secara maksimal.
Page 52
Bab IV Analisis Hasil Simulasi
Analisis Performansi Mesh Access Point (MAP)
4.2.2 Analisis Packet Loss
Gambar 4.5 Diagram r
Seperti halnya
kedua ini pun perhitungan yang dilakukan adalah menghitung total paket yang hilang
di MAP1 dan MAP2. Pada MAP1
perpindahan STA ke MAP1 sekitar 25% meningkat drastis, tapi ini dihitung dari total
paket yang dikirmkan oleh STA yang mengkases ke MAP1 termasuk STA yang
pindah tersebut. Paket yang hilang oleh MAP1 adalah paket hilan
dipenerima (MPP) ditambahkan denga
satu STA pindah ke MAP1. Begitu pula pada MAP2, paket yang hilang di MAP2
adalah total paket yang hilang pada MPP ditambah paket yang diterima di MAP1
setelah terjadinya perpindah
Faktor yang menyebakan hilangnya paket pada s
peristiwa tabrakan paket yang terjadi an
karena kecepatan rate pengiriman yang sangat
karakteristik UDP yang terus mengirimkan paket tanpa perlu mengetahui apakah
paket yang dikirmkan sampai pada tujuan atau tidak.
0
5
10
15
20
25
30
Diam
Bergerak
Pa
cke
t Lo
ss (
%)
Rata
Analisis Hasil Simulasi Performansi MAP Pada WLAN Mesh Network I
Mesh Access Point (MAP) Pada Wireless LAN Mesh Network IEEE 802.11s
.2 Analisis Packet Loss
Diagram rata-rata packet loss ditiap MAP pada skenario II
Seperti halnya packet loss yang terjadi di skenario pertama, pada skenario
kedua ini pun perhitungan yang dilakukan adalah menghitung total paket yang hilang
di MAP1 dan MAP2. Pada MAP1dan MAP2 paket yang hilang setelah terjadinya
perpindahan STA ke MAP1 sekitar 25% meningkat drastis, tapi ini dihitung dari total
paket yang dikirmkan oleh STA yang mengkases ke MAP1 termasuk STA yang
pindah tersebut. Paket yang hilang oleh MAP1 adalah paket hilan
dipenerima (MPP) ditambahkan dengan paket yang diterima di MAP2 sebelum
STA pindah ke MAP1. Begitu pula pada MAP2, paket yang hilang di MAP2
adalah total paket yang hilang pada MPP ditambah paket yang diterima di MAP1
inya perpindahan 1 STA ke MAP1.
Faktor yang menyebakan hilangnya paket pada skenario kedua adalah akibat
iwa tabrakan paket yang terjadi antar STA, hal ini tidak bisa teratasi oleh DCF
kecepatan rate pengiriman yang sangat cepat disetiap STA
karakteristik UDP yang terus mengirimkan paket tanpa perlu mengetahui apakah
paket yang dikirmkan sampai pada tujuan atau tidak. Proses penerimaan STA
MAP1 MAP2
0,228056 0,38563566
Bergerak 25,888459 25,33646
Rata-rata Packet Loss Skenario 2
Mesh Network IEEE 802.11s
Mesh Network IEEE 802.11s 36
rata packet loss ditiap MAP pada skenario II
skenario pertama, pada skenario
kedua ini pun perhitungan yang dilakukan adalah menghitung total paket yang hilang
paket yang hilang setelah terjadinya
perpindahan STA ke MAP1 sekitar 25% meningkat drastis, tapi ini dihitung dari total
paket yang dikirmkan oleh STA yang mengkases ke MAP1 termasuk STA yang
pindah tersebut. Paket yang hilang oleh MAP1 adalah paket hilang seluruhnya
paket yang diterima di MAP2 sebelum salah
STA pindah ke MAP1. Begitu pula pada MAP2, paket yang hilang di MAP2
adalah total paket yang hilang pada MPP ditambah paket yang diterima di MAP1
enario kedua adalah akibat
tar STA, hal ini tidak bisa teratasi oleh DCF
cepat disetiap STA, terutama
karakteristik UDP yang terus mengirimkan paket tanpa perlu mengetahui apakah
penerimaan STA belum
rata Packet Loss Skenario 2
Page 53
Bab IV Analisis Hasil Simulasi
Analisis Performansi Mesh Access Point (MAP)
terjadi dengan baik, karena akibat dari karakteristik DCF itu sendiri yang masih
belum memilki sifat memprioritaskan paket yang diterima.
4.2.3 Analisis Throughput
Gambar 4.6 Diagram r
Dalam analisis throughput pada s
terjadi pada masing-masing MAP,
� Untuk MAP1 ada penurunan yang signifikan antar
sebelum salah satu user
saat salah satu
ini terjadi kar
admission control
dari jenis prioritas paket melainkan dari kecepatan pengiriman paket yang
yang mengaskses MAP1. Throughput paket TCP yang d
satu STA pada MAP1 menurun drastis pada saat ada STA yang mengakses
paket UDP masuk, MAP1 belum bisa mengatur secara penuh karena fungsi
DCF yang tertanam pad
memprioritaskan paket dan memba
agar terjadi keadilan,
0
500
1000
1500
2000
Diam
Bergerak
Th
rou
gh
pu
t (K
bp
s)
Rata
Analisis Hasil Simulasi Performansi MAP Pada WLAN Mesh Network I
Mesh Access Point (MAP) Pada Wireless LAN Mesh Network IEEE 802.11s
terjadi dengan baik, karena akibat dari karakteristik DCF itu sendiri yang masih
emilki sifat memprioritaskan paket yang diterima.
.3 Analisis Throughput
Diagram rata-rata throughput ditiap MAP pada skenario II
Dalam analisis throughput pada skenario kedua ada sedikit perubahan yang
masing MAP, penjelasan sebagai berikut:
Untuk MAP1 ada penurunan yang signifikan antara throughput pada k
sebelum salah satu user masuk pada MAP1 dengan throughput pada
salah satu STA dari MAP2 masuk kedalam cakupan wilayah MAP1, hal
ini terjadi karena DCF yang bertugas sebagai media akses untuk mengontrol
admission control mulai melakukan proses admission, tetapi tidak memlihat
dari jenis prioritas paket melainkan dari kecepatan pengiriman paket yang
yang mengaskses MAP1. Throughput paket TCP yang dikirmkan oleh salah
satu STA pada MAP1 menurun drastis pada saat ada STA yang mengakses
paket UDP masuk, MAP1 belum bisa mengatur secara penuh karena fungsi
DCF yang tertanam pada MAP1 tersebut belum memiliki kemampuan untuk
memprioritaskan paket dan membatasi kecepatan penggiriman paket ke MAP
agar terjadi keadilan, sehingga terjadi penurunan throughput disisi MAP1. Hal
MAP1 MAP2
923,02907 155,371667
Bergerak 253,5706 1689,0359
Rata-rata Throughput Skenario 2
Mesh Network IEEE 802.11s
Mesh Network IEEE 802.11s 37
terjadi dengan baik, karena akibat dari karakteristik DCF itu sendiri yang masih
rata throughput ditiap MAP pada skenario II
enario kedua ada sedikit perubahan yang
throughput pada keadaan
dengan throughput pada keadaan
STA dari MAP2 masuk kedalam cakupan wilayah MAP1, hal
ena DCF yang bertugas sebagai media akses untuk mengontrol
, tetapi tidak memlihat
dari jenis prioritas paket melainkan dari kecepatan pengiriman paket yang
ikirmkan oleh salah
satu STA pada MAP1 menurun drastis pada saat ada STA yang mengakses
paket UDP masuk, MAP1 belum bisa mengatur secara penuh karena fungsi
MAP1 tersebut belum memiliki kemampuan untuk
penggiriman paket ke MAP
throughput disisi MAP1. Hal
rata Throughput Skenario 2
Page 54
Bab IV Analisis Hasil Simulasi Performansi MAP Pada WLAN Mesh Network IEEE 802.11s
Analisis Performansi Mesh Access Point (MAP) Pada Wireless LAN Mesh Network IEEE 802.11s 38
ini bisa dilihat pada grafik 4.4 yang merupakan grafik throughput setiap user
yang sedang mengirimkan paket data.
Grafik 4.3 Throughput skenario 2 masing-masing user sebelum ada perpindahan
� Untuk MAP2 terjadi peningkatan drastis yang disebabkan karena STA yang
meninggalkan MAP2, mulai memberikan share medium-nya sehingga STA
yang tertinggal di MAP2 dapat meningkatkan throughput. Semua STA yang
tertinggal di MAP2 bisa menggunakan kanal yang masih tersedia untuk
melakukan proses transmisi data. Admission control tidak terjadi di MAP2,
sebab semua STA di MAP2 masih melakukan pengiriman data yang masih
dalam batas kewajaran dan DCF masih bisa melakukan kerjanya secara
normal.
Page 55
Bab IV Analisis Hasil Simulasi Performansi MAP Pada WLAN Mesh Network IEEE 802.11s
Analisis Performansi Mesh Access Point (MAP) Pada Wireless LAN Mesh Network IEEE 802.11s 39
Grafik 4.4 Throughput skenario 2 masing-masing user sesudah ada perpindahan
4.3 Skenario Semua Paket Yang Diakses Semua Berbeda Ditiap MAP
Pada skenario ketiga, seluruh paket yang dijalankan STA ditiap MAP berbeda
satu sama lain. Aplikasi yang dijalankan diadaptasi seperti sedang menjalankan voice,
melakukan transfer data dan sedang menjalankan aplikasi video. Setiap STA
menjalankan paket TCP, UDP dan RTP. Pada saat terjadi perpindahan STA sedang
menjalankan layanan voice memasuki MAP1 yang semua STA di MAP1
mengirimkan paket yang berbeda-beda.
4.3.1 Analisis Delay
Data pada gambar 4.7 merupakan hasil rata-rata delay yang terdapat pada
MAP1 dan MAP2. Terjadi beberapa perbedaan yang disebabkan:
� Pada MAP2 rata-rata delay lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata delay
pada MAP1 hal ini disebabkan perbedaan pada kecepatan pengiriman paket
Page 56
Bab IV Analisis Hasil Simulasi
Analisis Performansi Mesh Access Point (MAP)
yang dijalankan disetiap
terutama untuk STA yang mengirim
Gambar 4.7
� Pada saat terjadi perpindahan STA ke MAP1
kenaikan rata-
paket yang dikir
MAP1 dalam menerima paket tersebut masih handal. Proses
control yang terjadi pun tidak terlalu berpengaruh karena pada DCF
kemampuan merasakan kondisi medium, dirasa masih mampu menerima
paket voice yang sedang diakses oleh STA yang pindah tersebut untuk tetap
melakukan hubungan.
� Pada saat MAP2 ditinggalkan
penurunan rata
bahawa medium yang digunakan o
dalam keadaan tidak sibuk sehingga, semua paket yang dikirmkan bisa
diteruskan tanpa harus melakukan pengecekan media lagi.
0
2
4
6
8
Diam
Bergerak
De
lay
(m
s)
Analisis Hasil Simulasi Performansi MAP Pada WLAN Mesh Network I
Mesh Access Point (MAP) Pada Wireless LAN Mesh Network IEEE 802.11s
yang dijalankan disetiap STA (bisa dilihat pada table skenario
terutama untuk STA yang mengirimkan paket UDP.
4.7 Diagram rata-rata delay ditiap MAP pada skenario III
Pada saat terjadi perpindahan STA ke MAP1 dari MAP2
-rata delay, tetapi tidak terlalu tinggi. Hal ini disebabkan karena
paket yang dikirim adalah voice dengan rate yang kecil sehingga kemampuan
MAP1 dalam menerima paket tersebut masih handal. Proses
yang terjadi pun tidak terlalu berpengaruh karena pada DCF
kemampuan merasakan kondisi medium, dirasa masih mampu menerima
yang sedang diakses oleh STA yang pindah tersebut untuk tetap
melakukan hubungan.
Pada saat MAP2 ditinggalkan oleh salah satu STA menuju MAP1, terjadi
penurunan rata-rata delay. Hal ini wajar karena DCF sudah memastikan
bahawa medium yang digunakan oleh STA yang masih mengakses MAP2
dalam keadaan tidak sibuk sehingga, semua paket yang dikirmkan bisa
diteruskan tanpa harus melakukan pengecekan media lagi.
MAP1 MAP2
4,3245867 7,791777
Bergerak 4,3895725 6,1094667
Rata-rata Delay Skenario 3
Mesh Network IEEE 802.11s
Mesh Network IEEE 802.11s 40
skenario 3 pada bab 3),
rata delay ditiap MAP pada skenario III
dari MAP2, di MAP1 terjadi
rata delay, tetapi tidak terlalu tinggi. Hal ini disebabkan karena
dengan rate yang kecil sehingga kemampuan
MAP1 dalam menerima paket tersebut masih handal. Proses admission
yang terjadi pun tidak terlalu berpengaruh karena pada DCF
kemampuan merasakan kondisi medium, dirasa masih mampu menerima
yang sedang diakses oleh STA yang pindah tersebut untuk tetap
oleh salah satu STA menuju MAP1, terjadi
rata delay. Hal ini wajar karena DCF sudah memastikan
leh STA yang masih mengakses MAP2
dalam keadaan tidak sibuk sehingga, semua paket yang dikirmkan bisa
Page 57
Bab IV Analisis Hasil Simulasi
Analisis Performansi Mesh Access Point (MAP)
4.3.2 Analisis Packet Loss
Packet loss yang terjadi pada s
penghitungan yang sama yaitu berdasarkan total paket yang hilang ditambah dengan
paket yang diterima dimasing
yang diterima pada MAP1 dan MAP2 tidak mengalami
perpindahan STA dari MAP2 ke MAP1.
Gambar 4.8 Diagram r
Packet loss yang terjadi pada skenario ketiga ini dikontribusi oleh STA yang
mengirimkan paket TCP dan UDP, dan paket yang hilang pun tidak terlalu banyak.
Hal ini disebabkan karena paket yang terkirim ke masing
dalam mengakses MAP ditambah
terutama untuk paket UDP.
0
5
10
15
20
25
30
Diam
Bergerak
Pa
cke
t Lo
ss (
%)
Rata
Analisis Hasil Simulasi Performansi MAP Pada WLAN Mesh Network I
Mesh Access Point (MAP) Pada Wireless LAN Mesh Network IEEE 802.11s
.2 Analisis Packet Loss
yang terjadi pada skenario ketiga ini juga memiliki konsep
penghitungan yang sama yaitu berdasarkan total paket yang hilang ditambah dengan
paket yang diterima dimasing-masing MAP. Sebenarnya secara keseluruhan paket
yang diterima pada MAP1 dan MAP2 tidak mengalami loss,
perpindahan STA dari MAP2 ke MAP1.
Diagram rata-rata packet loss ditiap MAP pada skenario III
yang terjadi pada skenario ketiga ini dikontribusi oleh STA yang
mengirimkan paket TCP dan UDP, dan paket yang hilang pun tidak terlalu banyak.
Hal ini disebabkan karena paket yang terkirim ke masing-masing MAP tersebut gagal
dalam mengakses MAP ditambah terjadinya paket yang bertabrakan satu sama lain
terutama untuk paket UDP.
MAP1 MAP2
0,00605 0,147148563
Bergerak 5,018229 26,71394
Rata-rata Packet Loss Skenario 3
Mesh Network IEEE 802.11s
Mesh Network IEEE 802.11s 41
enario ketiga ini juga memiliki konsep
penghitungan yang sama yaitu berdasarkan total paket yang hilang ditambah dengan
masing MAP. Sebenarnya secara keseluruhan paket
loss, ketika terjadinya
rata packet loss ditiap MAP pada skenario III
yang terjadi pada skenario ketiga ini dikontribusi oleh STA yang
mengirimkan paket TCP dan UDP, dan paket yang hilang pun tidak terlalu banyak.
masing MAP tersebut gagal
terjadinya paket yang bertabrakan satu sama lain
rata Packet Loss Skenario 3
Page 58
Bab IV Analisis Hasil Simulasi
Analisis Performansi Mesh Access Point (MAP)
4.3.3 Analisis Throughput
Gambar 4.9 Diagram r
Throughput yang terjadi pada sk
yang dijelaskan pada
� Untuk MAP1, ketika STA dari MAP2 belum masuk ke cakupan MAP1
throughput yang diterima di MAP1 masih dalam hal kewajaran, sehingga
fungsi DCF berjalan secara nor
Proses admission control
semua pengiriman paket y
MAP1. Akan tetapi ketika cakupan wilayah MAP1 telah dimasuki oleh salah
satu STA yang berasal dari MAP2 terjadi penurunan throughput, hal ini
disebabkan penyesuaian media yang dilakukan oleh DCF untuk mengontrol
sistem admissson
pengkordinasian oleh
� Untuk MAP2, ketika salah satu STA
terjadi di MAP2 kecil, dibandingkan den
ditinggalkan. Hal ini terjadi dikarenakan DCF sudah mengetahui bahwa media
0
200
400
600
800
Diam
Bergerak
Th
rou
gh
pu
t (K
bp
s)
Rata
Analisis Hasil Simulasi Performansi MAP Pada WLAN Mesh Network I
Mesh Access Point (MAP) Pada Wireless LAN Mesh Network IEEE 802.11s
.3 Analisis Throughput
Diagram rata-rata throughput ditiap MAP pada skenario III
put yang terjadi pada skenario ketiga mengalami perubahan seperti
yang dijelaskan pada gambar 4.9, hal itu dikarenakan:
Untuk MAP1, ketika STA dari MAP2 belum masuk ke cakupan MAP1
throughput yang diterima di MAP1 masih dalam hal kewajaran, sehingga
fungsi DCF berjalan secara normal dengan membagi media pengiriman.
admission control yang terjadi juga masih handal untuk menagatasi
semua pengiriman paket yang dilakukan oleh seluruh STA
MAP1. Akan tetapi ketika cakupan wilayah MAP1 telah dimasuki oleh salah
STA yang berasal dari MAP2 terjadi penurunan throughput, hal ini
disebabkan penyesuaian media yang dilakukan oleh DCF untuk mengontrol
admissson sedang bekerja. Pada saat STA itu pindah terjadi proses
pengkordinasian oleh MAP1 dan MAP2 ke MPP.
k MAP2, ketika salah satu STA-nya belum pindah, throughput yang
terjadi di MAP2 kecil, dibandingkan dengan throughput yang terjadi sete
nggalkan. Hal ini terjadi dikarenakan DCF sudah mengetahui bahwa media
MAP1 MAP2
675,65571 100,218611
Bergerak 497,213 670,2352
Rata-rata Throughput Skenario 3
Mesh Network IEEE 802.11s
Mesh Network IEEE 802.11s 42
rata throughput ditiap MAP pada skenario III
enario ketiga mengalami perubahan seperti
Untuk MAP1, ketika STA dari MAP2 belum masuk ke cakupan MAP1
throughput yang diterima di MAP1 masih dalam hal kewajaran, sehingga
mal dengan membagi media pengiriman.
yang terjadi juga masih handal untuk menagatasi
ang dilakukan oleh seluruh STA yang mengakses
MAP1. Akan tetapi ketika cakupan wilayah MAP1 telah dimasuki oleh salah
STA yang berasal dari MAP2 terjadi penurunan throughput, hal ini
disebabkan penyesuaian media yang dilakukan oleh DCF untuk mengontrol
sedang bekerja. Pada saat STA itu pindah terjadi proses
nya belum pindah, throughput yang
gan throughput yang terjadi setelah
nggalkan. Hal ini terjadi dikarenakan DCF sudah mengetahui bahwa media
rata Throughput Skenario 3
Page 59
Bab IV Analisis Hasil Simulasi Performansi MAP Pada WLAN Mesh Network IEEE 802.11s
Analisis Performansi Mesh Access Point (MAP) Pada Wireless LAN Mesh Network IEEE 802.11s 43
dalam kekosongan sehingga menginstruksikan kepada seluruh STA yang
berada di wilayah MAP2 untuk bisa memanfaatkan media yang ada.
� Perubahan throughput sebelum STA dari MAP2 masuk ke wilayah MAP1
dapat dilihat pada grafik 4.5. Dari grafik tersebut dapat dijelaskan bahawa
pengaruh troughput rata-rata yang diterima di tiap MAP paling besar
dipengaruhi oleh STA yang mengirimkan paket TCP yang menjalankan
aplikasi FTP, dikarenakan paket TCP memilki karakteristik yang baik dalam
pengiriman paket data.
Grafik 4.5 Throughput skenario 3 masing-masing user sebelum ada perpindahan
Page 60
Bab IV Analisis Hasil Simulasi Performansi MAP Pada WLAN Mesh Network IEEE 802.11s
Analisis Performansi Mesh Access Point (MAP) Pada Wireless LAN Mesh Network IEEE 802.11s 44
Grafik 4.6 Throughput skenario 3 masing-masing user sesudah ada perpindahan
� Pada garafik 4.6 dapat dilihat perubahan throughput yang terjadi ketika
perpindahan STA dari MAP2 ke MAP1 berlangsung. Pada garfik tersebut
terdapat waktu idle pengiriman paket voice sekitar 20s yaitu mulai dari 100s-
120s. Hal ini dikarenakan protocol routing yang bekerja pada WLAN Mesh
Point bekerja, sehingga pada 20s ada peningkatan throughput untuk STA yang
mengirimkan paket TCP (garis merah). Tetapi untuk paket voice yang
dijalankan oleh user yang berpindah tidak mengalami penurunan throughput,
hal ini sisebabkan kecepatan pengiriman paket voice yang tidak terlalu tiggi
sekitar 8 Kbps.
Page 61
45
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pemodelan, simulasi, dan pengambilan data, serta analisis
performansi Mesh Access Point (MAP) pada jaringan WLAN Mesh Network
IEEE 802.11s dapat disimpulkan beberapa hal diantaranya :
1. Pada keadaan user mengakses paket TCP, MAP1 masih mampu menerima
STA dari MAP2, dengan delay sebesar 3,248405 ms dan throughput
sebesar 1476,830267 Kbps.
2. Pada keadaan user mengakses paket UDP dengan kecepatan tinggi terajadi
penurunan throughput di MAP1 sekitar 72% menjadi 253,5706 Kbps dan
peningkatan delay di MAP1 sebesar 159 ms ketika dimasuki STA. Hal ini
karena kemapuan DCF untuk menerima paket UDP yang memilki rate
tinggi belum handal untuk membatasi rate tersebut.
3. Pada kondisi user yang mengakses paket yang beragam MAP1 masih
mampu menerima STA dari MAP2, karena DCF akan melakukan proses
penerimaan dengan melihat kondisi media, pada saat terjadi perpindahan
rata-rata delay akan meningkat di MAP1 sebesar 4,3894725 ms dan
throughput akan menurun sebesar 497,213 Kbps.
4. HWMP akan melakukan proses pengecekan kondisi trafik sekitar 20s-30s,
ketika user melakukan perpindahan ke domain MAP yang berbeda.
5.2 Saran
Beberapa saran yang bisa dikembangkan untuk penelitian lebih lanjut,
diantaranya :
1. Pada penelitian berikutnya bisa menggunakan simulator yang lain seperti
OPNET untuk melihat perbandingan hasilnya.
2. Pengimplementasian pada penelitian berikutnya dapat dilakukan sesuai
skenario pada penelitian kali ini untuk dilihat hasil perbandingan antar
simulasi dan implementasi.
Page 62
Bab V Kesimpulan dan Saran
Analisis Performansi Mesh Access Point (MAP) Pada Wireless LAN Mesh Network IEEE 802.11s 46
3. Jaringan WLAN mesh network merupakan perkembangan teknologi yang
masih luas dan masih dalam penelitian, untuk penelitian berikutnya bisa
dilakukan penelitian mendalam untuk protocol routing-nya dan scheduling
system–nya.
Page 63
47
DAFTAR PUSTAKA
[1] Akyildiz, Ian F dan Xudong Wang. 2009. Wireless Mesh Networks. United Kingdom: John Wiley&Sons Ltd.
[2] Aoki, Hidenori (dkk). 2008. “IEEE 802.11s Wireless LAN Mesh Network
Technology”. NTT Docomo Technical Journal. 8 (2), 13-20. [3] Camp, Joseph D. dan Edward W. Knightly. 2006. “The IEEE 802.11s Extended
Service Set Mesh Networking Standard”. Electrical and Computer Engineering Rice University. 1-6.
[4] Daniilidis, Anastasios dan Khalil Khalil. 2006.“ IEEE 802.11sWireless
Mesh Networks” . Departement of Communication Systems Lund University. 1-7.
[5] Dewi, Tri Puspa. 2009. Analisis Performansi Metode Penjadwalan Trafik
Pada Jaringan Mobile Ad-Hoc. Tugas Akhir Strata 1 pada IT Telkom Bandung: tidak diterbitkan.
[6] Fall, Kevin dan Kannan Varadhan. 2009. The ns Manual (foremerly ns
Notes and Documentation). http://www.isi.edu/nsnam/ns/ns-documentation.html
[7] Farouq, Faza Ahmad. 2006. Analisa Performansi Dynamic Source Routing
(DSR) Dengan Sumber Trafik CBR, Pareto, dan Exponential. Tugas Akhir Strata 1 pada IT Telkom Bandung: tidak diterbitkan.
[8] Hiertz, Guido R. 2008. “IEEE 802.11s MAC Fundamentals”. RWTH
Aachen University. 1-8.
[9] http://www.isi.edu/nsnam/ns Ns-2_Simulator [10] http://hippo.mipt.ru/hwmp/
[11] IEEE. 2007. IEEE Standard for Information technology-
Telecommunications and information exchange between systems-Local and metropolitan area networks-Specific requirements Part 11: Wireless LAN Medium Access Control (MAC) and Physical Layer (PHY) Specifications. New York:3 Park Evenue.
[12] Issariyakul, Teerawat dan Ekram Hossain. 2009. Introduction to Network
Simulator NS2. New York: Springer. [13] Ma, Maode (dkk). 2009. Wireless Quality of Service. New York: Auerbach
Publications.
Page 64
48
[14] Pahlavan, Kaveh dan Prashant Krishnamurthy. 2007. Principles Of Wirless Networks. New Delhi: Printce-Hall of India.
[15] Zhang, Yan (dkk). 2007. Wireless Mesh Networking Architectures,
protocols and standards. New York: Auerbach Publications. [16] Rizkarina, Indah. 2009. Analisis Pengaruh Handover Pada TCP Congestion
Control Di Jaringan Mobile WiMax (IEEE 802.16e). Tugas Akhir Strata 1 pada IT Telkom Bandung: tidak diterbitkan.
Page 65
LAMPIRAN A (Listing Program) set MeshEdge 150.0 set MeshNumberOfEdge 3 set StopSimulation 300.000 # ================================================================= # Define options # ================================================================= set val(chan) Channel/WirelessChannel ;# channel type set val(prop) Propagation/TwoRayGround ;# radio-propagation model set val(netif) Phy/WirelessPhy ;# network interface type set val(mac) Mac/802_11 ;# MAC type set val(ifq) Queue/DropTail/PriQueue ;# interface queue type set val(ll) LL ;# link layer type set val(an) Antenna/OmniAntenna ;# antenna model set val(ifqlen) 50 ;# max packet in ifq set val(nn) [expr ($MeshNumberOfEdge*$MeshNumberOfEdge)] ;# number of mobilenodes set val(rp) HWMP ;# routing protocol #Unity gain, omni-directional antennas set up the antennas to be centered in the node and 1.5 meters #above it for 802.11 Antenna/OmniAntenna set X_ 0 Antenna/OmniAntenna set Y_ 0 Antenna/OmniAntenna set Z_ 1.5 Antenna/OmniAntenna set Gt_ 1.0 Antenna/OmniAntenna set Gr_ 1.0 #Initialize the SharedMedia interface with parameters to make it work like the 2400MHz Lucent #WaveLAN DSSS radio interface for 802.11 Phy/WirelessPhy set CPThresh_ 10.0 Phy/WirelessPhy set CSThresh_ 1.559e-11 Phy/WirelessPhy set RXThresh_ 3.652e-10 Phy/WirelessPhy set Pt_ 0.2818 Phy/WirelessPhy set freq_ 2.472e9 ;#Physical Channel Frequency (Hz) Phy/WirelessPhy set L_ 1.0 #-Configuration MAC 802.11- Mac/802_11 set SlotTime_ 0.000009 ;#20us Mac/802_11 set SIFS_ 0.000020 ;#9us Mac/802_11 set RTSThreshold_ 3000 ;#in bytes Mac/802_11 set ShortRetryLimit_ 7 ;#retransmission Mac/802_11 set LongRetryLimit_ 4 ;#retransmission Mac/802_11 set dataRate_ 54Mb ;#802.11 data transmission rate Mac/802_11 set basicRate_ 6Mb ;#802.11 basic transmission rate Mac/802_11 set amc_ 1 ;#802.11 multi_rate speed Mac/802_11 set CWMin_ 15 Mac/802_11 set CWMax_ 1023 Mac/802_11 set PreambleLength_ 96 ;#Physical 96 bit Mac/802_11 set PLCPHeaderLength_ 24 ;#Physical 24 bit Mac/802_11 set PLCPDataRate_ 6.0e6 ;#Physical 1Mbps
Page 66
# ================================================================= # Main Program #================================================================= #Initialize Global Variables set ns_ [new Simulator] set tracefd [open scen3.tr w] set fout1 [open thp1.tr w] set fout2 [open thp2.tr w] set fout3 [open thp3.tr w] set fout4 [open thp4.tr w] set fout5 [open thp5.tr w] set fout6 [open thp6.tr w] set PL1 [open pl1.tr w] set PL2 [open pl2.tr w] set PL3 [open pl3.tr w] set PL4 [open pl4.tr w] set PR1 [open pr1.tr w] set PR2 [open pr2.tr w] set PR3 [open pr3.tr w] set PR4 [open pr4.tr w] $ns_ trace-all $tracefd #Set up topography object set topo [new Topography] $topo load_flatgrid [expr (($MeshEdge*($MeshNumberOfEdge))+50)] [expr (($MeshEdge*($MeshNumberOfEdge))+50)] #For nam tracing set namtrace [open namscen3.nam w] $ns_ namtrace-all-wireless $namtrace [expr (($MeshEdge*($MeshNumberOfEdge))+50)] [expr (($MeshEdge*($MeshNumberOfEdge))+50)] #Create God create-god $val(nn) #Create channel set chan_1_ [new $val(chan)] set chan_2_ [new $val(chan)] #Configuration node $ns_ node-config -adhocRouting $val(rp) \ -llType $val(ll) \ -macType $val(mac) \ -ifqType $val(ifq) \ -ifqLen $val(ifqlen) \ -antType $val(an) \ -propType $val(prop) \ -phyType $val(netif) \ -topoInstance $topo \ -agentTrace ON \ -routerTrace ON \ -macTrace OFF \ -movementTrace ON \
Page 67
-channel $chan_1_ #The following strings organize mesh network: for {set i 0} {$i < $MeshNumberOfEdge } {incr i} { for {set j 0} {$j < $MeshNumberOfEdge } {incr j} { set NodeCounter [expr ($i*$MeshNumberOfEdge+$j)] set node_($NodeCounter) [$ns_ node] puts "i = $i; j = $j; NodeCounter = $NodeCounter" $node_($NodeCounter) set Z_ 0.0 $node_($NodeCounter) random-motion 0 $ns_ at 0.0001 "$node_($NodeCounter) setdest 10.0 10.0 0.0" } } #Set up position $node_(0) set X_ 250.00 $node_(0) set Y_ 500.00 $node_(1) set X_ 125.00 $node_(1) set Y_ 375.00 $node_(2) set X_ 375.00 $node_(2) set Y_ 375.00 $node_(3) set X_ 5.00 $node_(3) set Y_ 363.00 $node_(4) set X_ 25.00 $node_(4) set Y_ 352.00 $node_(5) set X_ 8.00 $node_(5) set Y_ 331.00 $node_(6) set X_ 310.00 $node_(6) set Y_ 200.00 $node_(7) set X_ 450.00 $node_(7) set Y_ 335.00 $node_(8) set X_ 480.00 $node_(8) set Y_ 370.00 #Set up Movement #$ns_ at 0.1 "$node_(6) setdest 100.0 195.0 1.5" #Set up color $ns_ color 0 blue #Set up label, color and shape node $node_(0) label "MPP" $node_(0) color "magenta" $ns_ at 0.001 "$node_(0) color tan" $node_(1) label "MAP" $node_(1) color "red" $ns_ at 0.001 "$node_(1) color blue" $node_(2) label "MAP" $node_(2) color "red" $ns_ at 0.001 "$node_(2) color blue" $node_(3) label "STA1" $node_(3) label-color "red" $node_(4) label "STA2" $node_(4) label-color "red"
Page 68
$node_(5) label "STA3" $node_(5) label-color "red" $node_(6) label "STA4" $node_(6) label-color "green" $node_(7) label "STA5" $node_(7) label-color "green" $node_(8) label "STA6" $node_(8) label-color "green" #Monitor explaination $ns_ at 0.101 "$ns_ trace-annotate \"Terdapat MPP yang menjadi Gateway ke jaringan lain\"" $ns_ at 1.201 "$ns_ trace-annotate \"Ada 2 MAP yang terhubung mesh dengan MPP\"" $ns_ at 2.231 "$ns_ trace-annotate \"Terdapat 3 STA pada MAP1 yang sedang melakukan akses data\"" $ns_ at 2.261 "$ns_ trace-annotate \"Terdapat 3 STA pada MAP2 yang sedang melakukan akses data\"" $ns_ at 3.301 "$ns_ trace-annotate \"Akses data yang dilakukan pada skenario3 adalah FTP,UDP, dan RTP\"" $ns_ at 179.0 "$ns_ trace-annotate \"Simulasi akan berakhir\"" proc record {} { global sink sink1 nulludp nulludp1 nullrtp nullrtp1 fout1 fout2 fout3 fout4 fout5 fout6 PL1 PL2 PL3 PL4 PR1 PR2 PR3 PR4 StopSimulation #Get an instance of the simulator set ns [Simulator instance] #Set the time after which the procedure should be called again set time [expr ($StopSimulation/30)] #How many bytes have been received by the traffic sinks? set speed1 [$sink set bytes_] set speed2 [$sink1 set bytes_] set speed3 [$nulludp set bytes_] set speed4 [$nulludp1 set bytes_] set speed5 [$nullrtp set bytes_] set speed6 [$nullrtp1 set bytes_] #How many packets udp have been received? set rcvUDP1 [$nulludp set npkts_] set rcvUDP2 [$nulludp1 set npkts_] set rcvRTP1 [$nullrtp set npkts_] set rcvRTP2 [$nullrtp1 set npkts_] #How many packets udp have been lost? set lossUDP1 [$nulludp set nlost_] set lossUDP2 [$nulludp1 set nlost_] set lossRTP1 [$nullrtp set nlost_] set lossRTP2 [$nullrtp1 set nlost_] #Get the current time set now [$ns now] #Calculate the bandwidth (in KBit/s) and write it to the files puts $fout1 "$now [expr $speed1/$time*8/1000]" puts $fout2 "$now [expr $speed2/$time*8/1000]" puts $fout3 "$now [expr $speed3/$time*8/1000]" puts $fout4 "$now [expr $speed4/$time*8/1000]" puts $fout5 "$now [expr $speed5/$time*8/1000]" puts $fout6 "$now [expr $speed6/$time*8/1000]" #Calculate Packet Loss puts $PL1 "$now $lossUDP1"
Page 69
puts $PL2 "$now $lossUDP2" puts $PL3 "$now $lossRTP1" puts $PL4 "$now $lossRTP2" #Calculate Packet Receive puts $PR1 "$now $rcvUDP1" puts $PR2 "$now $rcvUDP2" puts $PR3 "$now $rcvRTP1" puts $PR4 "$now $rcvRTP2" #Reset the bytes_ values on the traffic sinks $sink set bytes_ 0 $sink1 set bytes_ 0 $nulludp set bytes_ 0 $nulludp1 set bytes_ 0 $nullrtp set bytes_ 0 $nullrtp1 set bytes_ 0 #Re-schedule the procedure $ns at [expr $now+$time] "record" } #Set up traffic set tcp [new Agent/TCP] $tcp set class_ 0 $tcp set fid_ 0 $tcp set packetSize_ 500 ;#in bytes set sink [new Agent/TCPSink] $ns_ attach-agent $node_(3) $tcp $ns_ attach-agent $node_(0) $sink $ns_ connect $tcp $sink set ftp [new Application/FTP] $ftp attach-agent $tcp $ns_ at 0.001 "$ftp start" set rtp [new Agent/RTP] $rtp set class_ 1 $rtp set fid_ 1 $rtp set prio_ 1 $rtp set packetSize_ 66 set nullrtp [new Agent/LossMonitor] $ns_ attach-agent $node_(4) $rtp $ns_ attach-agent $node_(0) $nullrtp $ns_ connect $rtp $nullrtp set voip [new Application/Traffic/Exponential] $voip attach-agent $rtp $voip set packetSize_ 20 $voip set rate_ 8Kb $ns_ at 0.0 "$voip start" set udp [new Agent/UDP] $udp set class_ 2 $udp set fid_ 2 $udp set prio_ 2 $udp set packetSize_ 800 set nulludp [new Agent/LossMonitor] $ns_ attach-agent $node_(5) $udp $ns_ attach-agent $node_(0) $nulludp
Page 70
$ns_ connect $udp $nulludp set cbr [new Application/Traffic/CBR] $cbr attach-agent $udp $cbr set packetSize_ 100 $cbr set rate_ 512Kb $cbr set interval_ 0.005 $ns_ at 0.001 "$cbr start" set rtp1 [new Agent/RTP] $rtp1 set class_ 3 $rtp1 set fid_ 3 $rtp1 set prio_ 0 $rtp1 set packetSize_ 66 set nullrtp1 [new Agent/LossMonitor] $ns_ attach-agent $node_(6) $rtp1 $ns_ attach-agent $node_(0) $nullrtp1 $ns_ connect $rtp1 $nullrtp1 set voip1 [new Application/Traffic/Exponential] $voip1 attach-agent $rtp1 $voip1 set packetSize_ 20 $voip1 set rate_ 8Kb $ns_ at 0.0 "$voip1 start" set udp1 [new Agent/UDP] $udp1 set class_ 4 $udp1 set fid_ 4 $udp1 set prio_ 3 $udp1 set packetSize_ 500 set nulludp1 [new Agent/LossMonitor] $ns_ attach-agent $node_(7) $udp1 $ns_ attach-agent $node_(0) $nulludp1 $ns_ connect $udp1 $nulludp1 set cbr1 [new Application/Traffic/CBR] $cbr1 attach-agent $udp1 $cbr1 set packetSize_ 80 $cbr1 set rate_ 1024Kb $cbr1 set interval_ 0.005 $ns_ at 0.001 "$cbr1 start" set tcp1 [new Agent/TCP] $tcp1 set class_ 5 $tcp1 set fid_ 5 $tcp1 set packetSize_ 500 ;#in bytes set sink1 [new Agent/TCPSink] $ns_ attach-agent $node_(8) $tcp1 $ns_ attach-agent $node_(0) $sink1 $ns_ connect $tcp1 $sink1 set ftp1 [new Application/FTP] $ftp1 attach-agent $tcp1 $ns_ at 0.001 "$ftp1 start" #Set up procedure record $ns_ at 0.0 "record" # Tell nodes when the simulation ends
Page 71
for {set i 0} {$i < $val(nn) } {incr i} { $ns_ at $StopSimulation "$node_($i) reset"; } $ns_ at $StopSimulation "stop" $ns_ at [expr ($StopSimulation+0.01)] "puts \"Finishing Simulation...\" ; $ns_ halt" proc stop {} { global ns_ tracefd namtrace fout1 fout1 fout2 fout3 fout4 fout5 fout6 PL1 PL2 PL3 PL4 PR1 PR2 PR3 PR4 $ns_ flush-trace close $tracefd close $fout1 close $fout2 close $fout3 close $fout4 close $fout5 close $fout6 close $PL1 close $PL2 close $PL3 close $PL4 close $PR1 close $PR2 close $PR3 close $PR4 close $namtrace
exec xgraph pl1.tr pl2.tr pl3.tr pl4.tr -geometry 800x600 -t "Packet Loss" -x time(s) -y loss(packet) exec xgraph pr1.tr pr2.tr pr3.tr pr4.tr -geometry 800x600 -t "Packet Recieved" -x time(s) -y recieved(packet) exec xgraph thp1.tr thp2.tr thp3.tr thp4.tr thp5.tr thp6.tr -geometry 800x600 -t "Throughput" -x time(s) -y throughput(Kbps) &
exec nam namscen3.nam exit 0 } puts "Starting Simulation..." $ns_ at 0.0 "$ns_ set-animation-rate 5.0ms" $ns_ run
Page 72
Alur Delay (ms) Alur Delay (ms) Alur Delay (ms) Alur Delay (ms)
3->1 TCP 4,05027 3->2 TCP - 3->1 TCP 3,40308 3->2 TCP -
4->1 TCP 3,56203 4->2 TCP - 4->1 TCP 2,86559 4->2 TCP -
5->1 TCP 3,39909 5->2 TCP - 5->1 TCP 2,67560 5->2 TCP -
6->1 TCP - 6->2 TCP 2,739820 6->1 TCP 4,04935 6->2 TCP 3,978320
7->1 TCP - 7->2 TCP 3,199410 7->1 TCP - 7->2 TCP 3,290340
8->1 TCP - 8->2 TCP 2,692910 8->1 TCP - 8->2 TCP 3,678480
Jumlah 11,01139 Jumlah 8,632140 Jumlah 12,993620 Jumlah 10,947140
Rata-rata 3,6704633 Rata-rata 2,877380 Rata-rata 3,2484050 Rata-rata 3,6490467
Alur Delay (ms) Alur Delay (ms) Alur Delay (ms) Alur Delay (ms)
3->1 TCP 14,49090 3->2 TCP - 3->1 TCP 18,04310 3->2 TCP -
4->1 UDP 19,99010 4->2 UDP - 4->1 UDP 189,21200 4->2 UDP -
5->1 UDP 20,17730 5->2 UDP - 5->1 UDP 185,30700 5->2 UDP -
6->1 UDP - 6->2 UDP 15,667800 6->1 UDP 317,18400 6->2 UDP 55,368300
LAMPIRAN BDATA PERHITUNGAN
Average Delay
Scenario1 Scenario2
MAP1 MAP2 MAP1 MAP2
Scenario1 Scenario2
6->1 UDP - 6->2 UDP 15,667800 6->1 UDP 317,18400 6->2 UDP 55,368300
7->1 UDP - 7->2 UDP 18,614900 7->1 UDP - 7->2 UDP 6,689020
8->1 TCP - 8->2 TCP 12,705600 8->1 TCP - 8->2 TCP 7,776900
Jumlah 54,65830 Jumlah 46,988300 Jumlah 709,746100 Jumlah 69,834220
Rata-rata 18,2194333 Rata-rata 15,662767 Rata-rata 177,4365250 Rata-rata 23,2780733
Alur Delay (ms) Alur Delay (ms) Alur Delay (ms) Alur Delay (ms)
3->1 TCP 5,51500 3->2 TCP - 3->1 TCP 5,61702 3->2 TCP -
4->1 RTP 3,27608 4->2 RTP - 4->1 RTP 3,37388 4->2 RTP -
5->1 UDP 4,18268 5->2 UDP - 5->1 UDP 4,66454 5->2 UDP -
6->1 RTP - 6->2 RTP 6,681580 6->1 RTP 3,90285 6->2 RTP 4,729620
7->1 UDP - 7->2 UDP 10,258400 7->1 UDP - 7->2 UDP 8,435250
8->1 TCP - 8->2 TCP 6,435350 8->1 TCP - 8->2 TCP 5,163530
Jumlah 12,97376 Jumlah 23,375330 Jumlah 17,558290 Jumlah 18,328400
Rata-rata 4,3245867 Rata-rata 7,791777 Rata-rata 4,3895725 Rata-rata 6,1094667
3 TCP 1000 3 TCP 1000 CBR 3 TCP 500
4 TCP 500 4 UDP 500 20 4 RTP 66
5 TCP 800 5 UDP 800 100 5 UDP 800
6 TCP 1000 6 UDP 700 50 6 RTP 66
7 TCP 700 7 UDP 500 80 7 UDP 500
8 TCP 500 8 TCP 1000 8 TCP 500
Scenario1 Scenario2
MAP1 MAP2 MAP1 MAP2
MAP1 MAP2 MAP1 MAP2
Page 73
Alur PacketLoss (%) Recive Drop Alur PacketLoss (%) Recive Drop
3->1 TCP 0,00000 100723 0 3->2 TCP - - -
4->1 TCP 0,00000 9610 0 4->2 TCP - - -
5->1 TCP 0,00000 3064 0 5->2 TCP - - -
6->1 TCP - - - 6->2 TCP 0,00105366 94906 1
7->1 TCP - - - 7->2 TCP 0,00105367 94905 1
8->1 TCP - - - 8->2 TCP 0,00000 9608 0
Jumlah 0,00000 113397 0 Jumlah 0,00210733 199419 2
Rata-rata 0,00000 37799,00 0,00000 Rata-rata 0,000702443 66473,00 0,66667
Alur PacketLoss (%) Recive Drop Alur PacketLoss (%) Recive Drop
3->1 TCP 0,00414 96657 4 3->2 TCP - - -
4->1 UDP 0,51167 59693 307 4->2 UDP - - -
5->1 UDP 0,16833 59899 101 5->2 UDP - - -
6->1 UDP - - - 6->2 UDP 0,31167 59813 187
7->1 UDP - - - 7->2 UDP 0,84333 59494 506
8->1 TCP - - - 8->2 TCP 0,00191 104876 2
Jumlah 0,68414 216249 412 Jumlah 1,15690698 224183 695
Average Packet Loss
Scenario1
MAP1 MAP2
Scenario1
Jumlah 0,68414 216249 412 Jumlah 1,15690698 224183 695
Rata-rata 0,22805 72083,00 137,33333 Rata-rata 0,385635660 74727,67 231,66667
Alur PacketLoss (%) Recive Drop Alur PacketLoss (%) Recive Drop
3->1 TCP 0,00344790 145011 5 3->2 TCP - - -
4->1 RTP 0,01304630 7664 1 4->2 RTP - - -
5->1 UDP 0,00166667 59999 1 5->2 UDP - - -
6->1 RTP - - - 6->2 RTP 0,2281270 7435 17
7->1 UDP - - - 7->2 UDP 0,2066670 59876 124
8->1 TCP - - - 8->2 TCP 0,00665169 135295 9
Jumlah 0,01816 212674 7 Jumlah 0,44144569 202606 150
Rata-rata 0,00605 70891,33 2,33333 Rata-rata 0,147148563 67535,33 50,00000
20 EXP
50 CBR
20 EXP
80 CBR
MAP1 MAP2
Scenario1
MAP1 MAP2
Page 74
Average Packet Loss
Alur PacketLoss (%) Recive Drop Alur PacketLoss (%) Recive Drop
3->1 TCP 0,00478542 104479 5 3->2 TCP - - -
4->1 TCP 0,07279530 9609 7 4->2 TCP - - -
5->1 TCP 0,03267970 3059 1 5->2 TCP - - -
6->1 TCP 24,86510 57352 18980 6->2 TCP 75,1362 18979 57353
7->1 TCP - - - 7->2 TCP 0,0009298 107549 1
8->1 TCP - - - 8->2 TCP 0,00000 9624 0
Jumlah 24,97536 174499 18993 Jumlah 75,13713 136152 57354
Rata-rata 6,243840 43624,8 4748,3 Rata-rata 25,04571 45384,0 19118,0
Alur PacketLoss (%) Recive Drop Alur PacketLoss (%) Recive Drop
3->1 TCP 0,02883410 31204 9 3->2 TCP - - -
4->1 UDP 23,69830 45781 14219 4->2 UDP - - -
5->1 UDP 22,97500 46215 13785 5->2 UDP - - -
6->1 UDP 56,85170 25889 34111 6->2 UDP 75,9300 14442 45558
7->1 UDP - - - 7->2 UDP 0,0766667 59954 46
8->1 TCP - - - 8->2 TCP 0,00270998 184498 5
Jumlah 103,55383 149089 62124 Jumlah 76,00938 258894 45609
Scenario2
Scenario2
MAP2MAP1
Jumlah 103,55383 149089 62124 Jumlah 76,00938 258894 45609
Rata-rata 25,888459 37272,3 15531,0 Rata-rata 25,33646 86298,0 15203,0
Alur PacketLoss (%) Recive Drop Alur PacketLoss (%) Recive Drop
3->1 TCP 0,00141419 141422 5 3->2 TCP - - -
4->1 RTP 0 7261 0 4->2 RTP - - -
5->1 UDP 0,0150 59991 9 5->2 UDP - - -
6->1 RTP 20,05650 5943 1491 6->2 RTP 79,9435 1491 5943
7->1 UDP - - - 7->2 UDP 0,1983330 59881 119
8->1 TCP - - - 8->2 TCP 0 141025 0
Jumlah 20,07291 214617 1505 Jumlah 80,14183 202397 6062
Rata-rata 5,018229 53654,3 376,3 Rata-rata 26,71394 67465,7 2020,7
Scenario2
MAP1 MAP2
MAP1 MAP2
Page 75
Average Throughput
(packet/s) Kbps (packet/s) Kbps
3->1 TCP 335,74300 2685,59 3->2 TCP - -
4->1 TCP 32,03330 128,133 4->2 TCP - -
5->1 TCP 10,21330 65,37 5->2 TCP - -
6->1 TCP - - 6->2 TCP 316,3530 2530,82
7->1 TCP - - 7->2 TCP 316,3500 1771,560
8->1 TCP - - 8->2 TCP 32,02670 128,107
Jumlah 377,98960 2879,0927 Jumlah 664,729700000 4430,4908
Rata-rata 125,99653 959,69757 Rata-rata 221,576566667 1476,830267
(packet/s) Kbps (packet/s) Kbps
3->1 TCP 322,190 2577,520 3->2 TCP - -
4->1 UDP 198,977 31,836 4->2 UDP - -
5->1 UDP 199,663 159,731 5->2 UDP - -
6->1 UDP - - 6->2 UDP 199,3770 79,75050
7->1 UDP - - 7->2 UDP 198,3130 126,92080
ThroughputThroughput
ThroughputThroughputAlur
AlurAlur
Alur
Scenario1
Scenario1
MAP2MAP1
7->1 UDP - - 7->2 UDP 198,3130 126,92080
8->1 TCP - - 8->2 TCP 349,5870 2796,69000
Jumlah 720,830 2769,0872 Jumlah 747,2770 466,11500
Rata-rata 240,27667 923,02907 Rata-rata 249,092333333 155,371667
(packet/s) Kbps (packet/s) Kbps
3->1 TCP 483,37000 1933,48 3->2 TCP - -
4->1 RTP 25,54670 13,488618 4->2 RTP - -
5->1 UDP 199,99700 79,998500 5->2 UDP - -
6->1 RTP - - 6->2 RTP 0,198267 13,08562
7->1 UDP - - 7->2 UDP 199,5870 127,73520
8->1 TCP - - 8->2 TCP 450,98300 1803,9350
Jumlah 708,91370 2026,9671 Jumlah 650,768267000 300,65583
Rata-rata 236,30457 675,65571 Rata-rata 216,922755667 100,218611
AlurThroughput
AlurThroughput
MAP1 MAP2
MAP2MAP1
Scenario1
Page 76
Average Throughput
(packet/s) Kbps (packet/s) Kbps
3->1 TCP 348,2630 2786,10 3->2 TCP - -
4->1 TCP 32,03000 128,12 4->2 TCP - -
5->1 TCP 10,19670 65,26 5->2 TCP - -
6->1 TCP 191,17300 1529,38 6->2 TCP 63,2633 506,1064
7->1 TCP - - 7->2 TCP 358,497 2007,5832
8->1 TCP - - 8->2 TCP 32,0800 128,2400
Jumlah 581,66270 4508,867 Jumlah 453,8403 2641,9296
Rata-rata 145,41568 1127,2167 Rata-rata 151,2801 880,6432
(packet/s) Kbps (packet/s) Kbps
3->1 TCP 104,0130 832,107 3->2 TCP - -
4->1 UDP 152,60300 24,417 4->2 UDP - -
5->1 UDP 154,05000 123,240 5->2 UDP - -
6->1 UDP 86,29670 34,519 6->2 UDP 48,1400 19,26
7->1 UDP - - 7->2 UDP 199,847 127,90
Scenario2
Scenario2
AlurThroughput Throughput
Throughput ThroughputAlur Alur
Alur
MAP1 MAP2
7->1 UDP - - 7->2 UDP 199,847 127,90
8->1 TCP - - 8->2 TCP 614,9930 4919,95
Jumlah 496,96270 1014,282 Jumlah 862,9800 5067,1076
Rata-rata 124,24068 253,5706 Rata-rata 287,6600 1689,0359
(packet/s) Kbps (packet/s) Kbps
3->1 TCP 471,4070 1885,63 3->2 TCP - -
4->1 RTP 24,20330 12,78 4->2 RTP - -
5->1 UDP 199,97000 79,99 5->2 UDP - -
6->1 RTP 19,81000 10,46 6->2 RTP 4,9700 2,6242
7->1 UDP - - 7->2 UDP 199,603 127,7464
8->1 TCP - - 8->2 TCP 470,0830 1880,3350
Jumlah 715,39030 1988,852 Jumlah 674,6560 2010,7056
Rata-rata 178,84758 497,2130 Rata-rata 224,8853 670,2352
AlurThroughput
Scenario2
MAP2MAP1
MAP1
AlurThroughput
MAP2
Page 77
0
5
10
15
20
Scenario I
Scenario II
Scenario III
De
lay
(m
s)
Delay Sebelum User Berpindah
0
0,05
0,1
0,15
0,2
0,25
0,3
0,35
0,4
Scenario I
Scenario II
Scenario III
pa
cke
t lo
ss (
%)
Paket Loss Sebelum User Berpindah
0
200
400
600
800
1000
1200
Scenario I
Scenario II
Scenario III
thro
ug
hp
ut
(Kb
ps)
Troughput Sebelum User Berpindah
LAMPIRAN C
MAP1 MAP2
3,67046333 2,87738
18,2194333 15,662767
4,3245867 7,791777
Delay Sebelum User Berpindah
MAP1 MAP2
0 0,000702443
0,228056 0,38563566
0,00605 0,147148563
Paket Loss Sebelum User Berpindah
MAP1 MAP2
959,69757 1127,2167
923,02907 155,371667
675,65571 100,218611
Troughput Sebelum User Berpindah
Paket Loss Sebelum User Berpindah
Troughput Sebelum User Berpindah
Page 78
020406080
100120140160180
Scenario I
Scenario II
Scenario III
De
lay
(m
s)
Delay Setelah User Berpindah
0
5
10
15
20
25
30
Scenario I
Scenario II
Scenario III
pa
cke
t lo
ss (
%)
Paket Loss Setelah User Berpindah
0200400600800
10001200140016001800
Scenario I
Scenario II
Scenario III
thro
ug
hp
u (
Kb
ps)
Throughput Setelah User Berpindah
MAP1 MAP2
3,248405 3,6490467
177,436525 23,2780733
4,3895725 6,1094667
Delay Setelah User Berpindah
MAP1 MAP2
6,24384 25,04571
25,888459 25,33646
5,018229 26,71394
Paket Loss Setelah User Berpindah
MAP1 MAP2
1476,830267 880,6432
253,5706 1689,0359
497,213 670,2352
Throughput Setelah User Berpindah
Throughput Setelah User Berpindah