KATA PENGANTAR Pujidansyukurpenulispanjatkankeha dirat Allah Swt. atasrahmatdankarunia yang telahdilimpahkankepadapenulissehinggap enulisanbukuinidapatterselesaikandenga nbaik. Bukuinimencakupsubtansimaupuntekn ikpenyajian.Berkaitandengansubtansi, dalambukuinidisajikan analisis puisi, hakikat dan masalah-masalah kritik sastra. Hal itudimaksudkanpembacamemilikipengetahu andanketerampilan yang lebihbaikberkenaandenganbab tersebut. Sementaraitu, bertaliandenganteknikpenyajian,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
dengan sungguh-sungguh, dan berlatihlah dengan penuh
semangat, niscaya akan mampu menguasa menganalisis
puisi dengan baik dan benar.
Bacalah buku ini dengan suasana hati yang
tenang dan senang. Jika perlu, gunakan music pengiring
untuk membaca. Pilihlah musik yang lembut yang dapat
merangsang saraf otak anda untuk bergairah belajar.
Praktikkannlah materi yang ada pada buku ini.
Diskusikan dengan teman anda. Jika anda menemukan
istilah-istilah yang sulit, carilah pertolongan pada istilah
atau setidak-tidaknya pada Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) atau tanyakan kepadasejawatan anda.
Dengan cara semacam itu, masalah masalah yang Anda
hadapi pasti dapat dipecahkan.
D. Hasil yang Di Harapkan
Dengan adanya buku ini, semoga bisa bermanfaat
khususnya bagi Mahasiswa IKIP PGRI Bojonegoro
khususnya Program Study Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia. Bisa menambah wawasan dan lebih
termotifasi untuk membuat karya berupa buku.
HAKIKAT KRITIK SASTRA
Secara etimologis, kata kritik berasal dari bahasa
Yunani, yaitu dari kata krinein (menghakimi,
membanding, menimbang). Kata krinein menjadi bentuk
dasar bagi kata kreterion (dasar, pertimbangan,
penghakiman). Orang yang melakukan
pertimbangan/penghakiman disebut krites yang berarti
hakim. Bentuk krites inilah yang menjadi dasar kata
kritik.
Secara harafiah, kritik sastra adalah upaya menentukan
nilai hakiki karya sastra dalam bentuk memberi pujian,
mengatakan kesalahan, memberi pertimbangan lewat
pemahaman dan penafsiran yang sistemik.
Jenis Kritik Sastra Menurut bentuk:
a. Kritik Teoritis
b. Kritik Terapan
Berdasarkan Pelaksanaan/pendekatan/metode:
a. Kritik Judisial
b. Kritik Induktif
c. Kritik Impresionistik
d. Kritik ekspresionistik
Berdasarkan Orientasi Terhadap Karya Sastra
a. Mimetic criticism/kritik mimetik
b. Pragmatic criticism/kritik pragmatik
c. Expresive criticism/kritik ekspresif
d. Objective criticism/kritik objektif
Perincian dari kritik sastra penilaian yaitu:
a. Kritik sastra ilmiah
b. Kritik sastra estetis
c. Kritik sastra sosial
Kritik Teoritis
Kritik sastra yang berusaha (bekerja) atas dasar
prinsip-prinsip umum untuk menetapkan seperangkat
istilah yang berhubungan, pembedaan-pembedaan,
dan kategori-kategori, untuk diterapkan pada
pertimbangan-pertimbangan dan interpretasi-
interpretasi karya sastra maupun penerapan “kriteria”
(standar atau norma) untuk menilai karya sastra dan
pengarangnya.
Kritik Terapan
Merupakan diskusi karya sastra tertentu dan penulis-
penulisnya. Misalnya buku “Kesusastraan Indonesia
Modern dalam Kritik dan Esei” Jilid II (1962) dikritik
sastrawan-sastrawan dan karyanya, diantaranya
Mohammad Ali, Nugroho Notosusanto, Subagio
Sastrowardoyo, dan lain sebagainya
Kritik Judisial
Adalah kritik sastra yang berusaha menganalisis dan
menerangkan efek-efek karya sastra berdasarkan
pokoknya, organisasinya, teknik, serta gayanya, dan
mendasarkan pertimbangan-pertimbangan individu
kritikus atas dasar standar-standar umum tentang
kehebatan dan keluarbiasaan sastra.
Penilaia terhadap karya dan pengarang berdasarkan
ukuran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Kritik Induktif
Kritik sastra yang menguraikan bagian-bagian karya
sastra berdasarkan fenomena-fenomena yang ada
secara objektif.
Kritik induktif meneliti karya sastra sebagaimana
halnya ahli ilmu alam meneliti gejala-gejala alam
secara objektif, tanpa menggunakan standar-standar
yang tetap yang berasal dari luar dirinya.
Kritik ini tidak mau mengakui adanya aturan-aturan
atau ukuran-ukuran yang ada sebelumnya.
Kritik Impresionistik
Adalah kritik sastra yang berusaha menggambarkan
dengan kata-kata, sifat-sifat yang terasa dalam
bagian-bagian khusus atau dalam sebuah karya sastra
dan menyatakan tanggapan-tanggapan (impresi)
kritikus yang ditimbulkan secara langsung oleh karya
sastra.
Kritik ekspresionistik
Kritik yang menekankan kepada kebolehan pengarang
dalam mengeksresikan atau mencurahkan idenya ke
dalam wujud sastra.
Kritik ini cenderung menimbang karya sastra dengan
memperlihatkan kemampuan pencurahan, kesejatian,
atau visi penyair yang secara sadar atau tidak
tercermin pada karya tersebut
Kritik Mimetik
Kritik yang bertolak pada pandangan bahwa karya
sastra merupakan tiruan atau penggambaran dunia dan
kehidupan manusia. Kritik ini cenderung mengukur
kemampuan suatu karya sastra dalam menangkap
gambaran kehidupan yang dijadikan suatu objek
Kritik Pragmatik
Kritik yang disusun berdasrkan pandangan bahwa
sebuah karya sastra disusun untuk mencapai efek-efek
tertentu kepada pembaca, seperti efek kesenangan,
estetika, pendidikan, dan sebagainya. Model kritik ini
cenderung memberikan penilaian terhadap suatu
karya berdasarkan ukuran keberhasilannya dalam
mencapai tujuan tersebut.
Kritik Ekspresif
Kritik yang menekankan kepada kebolehan pengarang
dalam mengekspresikan atau mencurahkan idenya ke
dalam wujud sastra. Kritik ini cenderung menimbang
karya sastra dengan memperlihatkan kemampuan
pencurahan, kesejatian, atau visi penyair yang secara
sadar atau tidak tercermin pada karya tersebut.
Kritik Objektif
Suatu kritik sastra yang menggunakan pendekatan
bahwa suatu karya sastra adalah karya yang mandiri.
Kritik ini menekankan pada unsur intrinsik.
Tidak perlu dilihat dari segi pengarang, pembaca, atau
dunia sekitarnya.
Rincian dari kritik sastra penilaian, yakni:
Kritik sastra ilmiah; dilakukan dengan pendekatan
ilmiah.
Kritik sastra estetis; menggunakan pendekatan estetis,
yang mengutamakan kritik dari segi keindahan suatu
karya sastra.
Kritik sastra sosial; menggunakan pendekatan
sosiologis, karya sastra tsb ditelaah dengan segi-segi
sosial kemasyarakatan yang berada disekitar kelahiran
karya tsb, serta sumbangan yang diberikan terhadap
pembinaan tata keidupan masyarakat.
Tujuan kritik sastra
Mempertimbangkan/menjelaskan ttg karya sastra serta
prinsip-prinsip terpenting tentang karya sastra tsb kpd
penikmat yang kurang memahami.
Menerangkan seni imajinatif shg mampu memberi
jawaban terhadap hal-hal yang dipertanyakan pembaca.
Membuatkan aturan-aturan untuk para pengarang dan
mengatur selera pembaca.
Menginterprestasikan suatu karya sastra thd pembaca
yang tidak mampu memberikan apresiasi.
Lanjutan …
Memberikan keputusan atau pertimbangan dengan
ukuran penilaian yang telah ditetapkan.
Menemukan dan mendapatkan asas yang dapat
menerangakan dasar-dasar seni yang baik.
MANFAAT KRITIK SASTRA
Berguna bagi perkembangan sastra
Berguna untuk penerangan bagi pembaca
Berguna bagi ilmu sastra itu sendiri
Memberi sumbangan pendapat untuk menyusun sejarah
sastra
Peran Kritikus Sastra
Menjalankan disiplin pribadinya sebagai jawaban
terhadap karya sastra tertentu. Berbeda dengan seorang
estetikus, karena kritikus adalah orang yang terlatih
kemampuannya dalam memisahkan hal-hal yang bersifat
emosional dengan hal-hal yang rasional.
Bertindak sebagai pendidik yang berupaya membina dan
mengembangkan kejiwaan suatu masyarakat.
Bertindak sebagai hakim yang bijaksana, yang dapat
membangkitkan kesadaran serta menghidupkan suara
hati nurani, pembinaan akl budi, ketajaman pikiran, dan
kehalusan cita rasa.
BEBERAPA MASALAH KRITIK SASTRA INDONESIA MODEREN
Masalahpertamatidaksesuaikaryasastradengandasarkritikkaryasastraataukriteriauntukmemnyaringkaryasastra yang hendakditerbitkan, yaitudasarkritikpragmatik yang merupakanaturanbalaipustaka. Contohnyakasussalahasuhandanbelenggu.
Padaprieode 1950-1965 tokoh-tokohsastralekramembuatseranganterhadapkaryasastradansastrawandiluarlekrasecaragencar, yaitutentangTenggelamnyakapal van der Wijck roman Hamka.
Padaparokeduatahun1960-an, timbul pula masalahkhususdalamkritiksatradengandimuatnyacerpen Ki padjikusmin yang berjudul “Langitmakinmendung” dalammajalahsastra.
Padaawaltahun 1970-an, terjadiketidakpuasanparapenyairmudaterhadapsajak-sajakdanpenyair yang sudahmapan, terutama yang berkubu di majalah Horizon, Dengandemikian, timbul “puisimbeling” yang dimuatdalammajalahaktuil. “puisimbeling” inidipanglimaioleh Remy sylado(JapieTambajong). Kemudian, “puisimbeling” inidikenaldengannama “puisilugu”
Padasekitarpertengahantahun 1980-an, terjadipojlemiksekitarmasalah “sastrakontekstual”. Polemikini di bukukanoleh Ariel Haryanto
Padaparojkeduoatahun 1980-an timbulmasalahkritiksastra di Indonesia, terutamadengantimbulnyakarya-karyasastra yang menunjukkanlatarbelakang social budayaIndonesia(nusantara) yang khusus .
Padatahun 1984, SubagioSastrojwardojitelahmenyatakanpenolakkanterhadapteorisastraBarat (yang baru) untukditerapkanbegitusajadalammengkritikkaryasastra Indonesia
Padaawaltahuon 1988 diadakan seminar kritikdanteorisastradiuoniversitas Bung Hattapadanguontukmendorongterbentuoknyateori
sastradankritiksastra yang sesuaidengankaryasastra Indonesia Sendiri.
memilih Aziz untuk menikahi Hayati yang berasal dari
orang terpandang keturunan Minang yang lebih disukai
keluarganya dari pada Zainuddin.
Mengetahui Hayati menikah, Zainuddin yang
sempat putus asa akhirnya memutuskan untuk merantau
pergi ke Jawa, tinggal pertama kali di Batavia sebelum
akhirnya pindah ke Surabaya. Di perantauan Zainuddin
menjadi penulis yang terkenal. Pada saat yang sama,
Aziz juga pindah ke Surabaya bersama Hayati karena
alasan pekerjaan, tetapi rumah tangga mereka akhirnya
menjadi berantakan. Setelah Aziz dipecat, mereka
menumpang di rumah Zainuddin, tetapi Aziz lalu bunuh
diri dan dalam sepucuk surat ia berpesan agar Zainuddin
menjaga Hayati. Hayati akhirnya disuruh pulang ke
Batipuh dengan menaiki kapal Van der Wijck. Di
tengah-tengah perjalanan, kapal yang dinaiki Hayati
tenggelam.
“Karena Aku?”
Oleh: Gita
Engkau selalu menatapku
Meski diriku selalu lupa terhadapmu
Engkau selalu di dekatku
Meski aku mengacuhkanmu
Engkau selalu menantiku
Meski aku tak menginginkanmu
Engkau selalu menjadi masa depanku
Meski aku tak berharap untukmu
Engkau selalu menjadi temanku
Meski engkau akan menghancurkan semua cintaku
Karena........!
Engkau adalah aku
Sehingga aku takkan menjaud darimu
PENAFSIRAN
1. Penafsiran berdasar pada orientasi sastra
Bait pertama puisi KARENA AKU
menggambarkan bagaimana perasaan si pengarang saat
itu yang telah merasakan keheranan kepada sosok si
“engkau” yang tak henti-hentinya mengagumi si
pengarang tanpa rasa lelah sedikitpun walaupun si
pengarang tak memperdulikannya,
Engkau selalu menatapku
Meski diriku selalu lupa terhadapmu
Engkau selalu di dekatku
Meski aku mengacuhkanmu
Engkau selalu menantiku
Meski aku tak menginginkanmuLarik-larik di atas menggambarkan suasana yang
penuh harapan bagi si engkau. Namun kenyataannya si pengarang justru mengacuhkannya seakan tak perduli pada perasaan si engkau yang selalu mengaguminya dengan sepenuh hati hingga tak ada rasa menyerah sedikitpun.
Engkau adalah aku
Sehingga aku takkan menjauh darimu
Larik di atas menggambarkan terbukanya pintu hati si pngarang hingga akhirnya dia sadar bahwa si engkaulah yang selalu menemani dan mengagumi dirinya tanpa batasan waktu.
2. Penafsiran dalam kerangka semiotik
a. Konvensi bahasa
Pada puisi diatas sang pengarang menggunakan
bahasa kesehariannya. Sehingga kita mudah
mengartikan maksud dari puisi tersebut. Dengan
intonasi yang tepat maka kita akan bisa mengerti
makna dari isi puisi tersebut. Meskipun pada puisi
diatas tidak semuanya menggunakan kata yang
tepat ( tepat sesuai KBBI ).
b. Konvensi sastra
Diksi atau pemilihan kata yang digunakan dalam
mengungkapkan perasaannya pada puisi di atas,
menggunakan kata-kata yang mudah di pahami,
sehingga pembaca tidak harus memaknai lebih
lanjut apa maksud dari puisi tersebut. Keseluruhan
puisi, didominasi oleh kata selalu, terbukti pada
larik: engkau selalu menatapku, engkau selalu di
dekatku.
Imaji dalam puisi ini menggambarkan atau
melukiskan perasaan kagum yang luar biasa yang
ditimbulkan dalam bentuk imaji perasaan.
Nada dalam puisi ini menunjukkan kesedihan
disertai rasa kagum karena perjuangan si engkau
yang tak pernah lelah selalu menunggu si
pengarang
Rima atau persamaan bunyi pada konsonan “U”:
Engkau selalu menatapku
Meski diriku selalu lupa terhadapmu
Engkau selalu di dekatku
Amanat yang terkandung dalam puisi ini yaitu,
jangan menyianyiakan orang yang selalu ada
menemanimu karena dia adalah penyemangatmu,
jangan sampai penyesalan datang karena kau tak
memperdulikannya.
ANALISIS
1. Analisis struktural: lapis norma karya sastra
a. Lapis Suara (sound straum)
Baris 1 : ada asonansi u: engkau, selalu,
menatapku
Baris 2: ada asonansi u dan aliterasi l: selalu, lupa
Baris 3: ada asonansi u
Baris 4: ada aliterasi k: meski, aku, mengacuhkan
Baris 5: ada asonansi u
Baris 6: ada asonansi i dan aliterasi k: meski, aku,
tak, menginginkanmu
Baris 7: ada asonansi u: engkau, selalu, masa
depanku
Baris 8: ada asonansi a: aku, tak, berharap
Baris 9: ada asonansi e, a: engkau, selalu, temanku
Baris 10: ada aliterasi k: meski, engkau, akan
Baris 12: ada aliterasi a: engkau, adalah, aku
Baris 13: ada asonansi a: aku, takkan, darimu
Pola sajak akhirnya: a-a-a-: menatapku,
terhadapmu, di dekatku
Kombinasi asonansi, aliterasi, dan sajak akhir itu
merupakan orkestrasi yang merdu dan berirama.
b. Lapis Satuan Arti (units of meaning)
Baris 1 : engkau berarti yang diajak bicara, yang
menyayangiku
Selalu; senantiasa, terus-menerus, menatap:
memandang
Jadi baris pertama berarti menunjukkan dia
“engkau” yang menyayangi si pengarang terus
menerus memperhatikannya
Baris 2 : walaupun si pengarang yang lupa kepada
si engkau yang selalu memperhatikannya
Baris 3 : dia mau senantiasa menemani dan tidak
bisa jauh dari si pengarang
Baris 4 : walupun si pengarang tak
memperdulikannya
Baris 5 : namun si engkau senantiasa
menemaninya setiap waktu
Baris 6: walaupun si pengarang tidak ingin
bersamanya dan dekat dengannya
Baris 7: si engkau tetap selalu senantiasa berharap
menjadi selalu yang di tunggu di suatu hari nanti
Baris 8: walaupun pengarang tidak sedikitpun
berkeinginan supaya bersama dengan si engkau
Baris 9: si engkau senantiasa berkeinginan menjadi
sahabat yang selalu menemani dalam suka dan
duka
Baris 10: walaupun si engkau akan menghilangkan
cinta yang kini dimiliki si pengarang
Baris 12: si pengarang mulai menyadari bahwa si
engkaulah bagian dari hidupnya
Baris 13: hingga akhirnya pengarang tak mau pergi
beranjak darinya yang selalu menemani dan
mengaguminya selama ini.
c. Lapis objek-objek yang dikemukakan, latar,
pelaku, dan dunia pengarang
Objek-objek yang dikemukakan berupa:
Sepi, mendesak, memagut, melepas-renggut
menanti, mencekik, udara bertuba, setan
bertempik.
Pelaku atau tokoh: Chairil Anwar dan Sri
d. Lapis “dunia” yang tidak usah dinyatakan, tetapi
sudah tersirat atau implisit
Pada tiap-tiap bait tergambar suasana hati
“engkau” yang semakin tak mau menyerah dan tak
pernah lelah, tersirat dari kata-kata: selalu
menatapku, selalu di dekatku, meski diriku
mengacuhkanmu
e. Lapis Metafisik
Dalam sajak ini dikemukakan keteguhan hati si
engkau yang selalu tak pernah lelah menanti si
pengarang.
2. Analisis struktural: hubungan antar unsur karya sastra
a. Analisis Struktur (Tema)
Penggambaran rasa kekaguan pengarang
terhadap sosok “engkau” yang senantiasa menanti
pengarang tanpa rasa lelah.
Puisi diatas mengangkat tema yang sudah sangat
lazim di masyarakat sehingga kita sebagai
pembaca tidak kesulitan dalam mengartikan arti
tema tersebut. Karena biasanya bila tema puisi
mudah diterima ( easy accepting) dimasyarakat itu
akan membawa minat pembaca itu sendiri untuk
meneruskan membaca isi puisi tersebut atau tidak.
b. Struktur Tokoh dan penokohan
Tokoh: aku dan engkau
Puisi KARENA AKU ini menyiratkan kisah
pengorbanan si engkau yang selalu mengagumi,
menanti, dan menemani pengarang tanpa kata
menyerah.
PENILAIAN
1. Aliran-aliran penilaian
a. AbsolutismePenilaian absolutisme menyatakan bahwa
penilaian karya sastra harus didasarkan pada ukuran dogmatis, misalnya, agama seperti yang
dikemukakan oleh Tolstoy: “Agama adalah eksponen (yang memegang peranan) pengertian kehidupan tertinggi yang mungkin diterima oleh sebagian besar masyarakat pada waktu dan tempat tertentu. Agama merupakan suatu pengertian terhadap hal-hal yang harus tak dielakkan dan kemajuan yang tidak dapat ditolak oleh semua anggota masyarakat. Karena itu, agama selalu berlaku dan tetap berlaku sebagai dasar penilaian perasaan manusia. Bila perasaan itu mendekatkan orang-orang kepada ideal yang ditunjukkan oleh agama mereka dan mereka selaras dengannya, maka perasaan itu baik. Bila perasaan itu menjauhkan orang-orang dari ideal yang ditunjukkan oleh agama mereka dan mereka berlawanan dengannya, maka perasaan itu buruk.”
b. Relativisme
Karya ini dianggap bernilai pada suatu waktu dan
tempat tertentu, pada waktu dan tempat yang lain
juga dianggap bernilai
c. Perspektivisme
Penilaian perspektivisme menyatakan bahwa
penilaian karya sastra harus dilakukan dari
berbagai sudut pandang sejak karya sastra itu
tercipta (terbit) sampai sekarang (Pradopo, 1997:
49-51).
2. Penilaian berdasar orientasi kepada karya sastra
a. Kritik mimetik
Kritik mimetik yaitu yang memandang karya sastra
sebagai tiruan alam atau kehidupan. Kriteria yang
dikenakan adalah ketepatan karya sastra
menggambarkan alam atau kehidupan. Pendekatan
mimetik ini sangat dekat dengan hubungan
permodelan seperti
Dalam puisi “KARENA AKU?” ini menurut saya
sudah tepat dalam menggambarkan situasi yang
penuh pengharapan.
b. Kritik pragmatik
Karya sastra dipandang sebagai sarana mencapai
tujuan pada pembaca. Kriteria yang dikenakan
adalah tercapainya tujuan tersebut. Peran pembaca
menjadi sangat besar karena dari waktu ke waktu,
karya sastra selalu mendapat tanggapan dan
penilaian. Karya itu memang tetap, tetapi
tanggapan terhadapnya bisa berbeda-beda.
Menurut saya puisi ini sudah bisa mencapai tujuan
yang diharapkan pengarang, karena bisa saja setiap
individu mempunyai penilaian yang berbeda
setelah membaca puisi ini.
c. Kritik ekspresif
Dalam puisi ini sang pengarang terlihat cukup
ekspresif dalam mengungkapkan apa yang ia
rasakan. Hingga si pembaca dapat cukup larut di
dalam suasana puisi tersebut.
d. Kritik objektif
Kriteria dalam puisi ini merupakan salah satu puisi
yang mempunyai kemampuan sebagai karya sastra
yang berdiri sendiri.
3. Kriteria Penilaian Karya Sastra
Dalam struktur estetik karya sastra puisi ini dapat
dikatakan jenis puisi yang telah mendapatkan efek
estetik. Karena dalam puisi ini terdapat nilai-nilai
estetik atau seni dalam persajakan (rima), penyusunan
irama, pemilihan kata, gaya bahasa, penyusunan alur,
konflik-konflik, dan sebagai karya imaginatif yang
kreatif.
4. Konsep estetik dalam karya sastra puisi ini mengacu
pada perwujudan, potensi dalam karya sastra, dan
pengembalian makna yang dapat memudahkan untuk
memberi suatu penilaian karya sastra tersebut.
ANALISIS STRUKTURAL PUISI KARYA
THOKAWI
Berjudul ”SURAT RAJA’’
SURAT RAJA
Karya : Thokawi
Bagaimana aku berjalan
Jika kaki ini menjadi gelap
Meski matahari dan bulan
Terus bergantian tak berkedip
Tebing masih menutupi mataku
Karena burung berjalan disekitarku
Berkicau sumbang ditelingaku
Selalu terdengar ditidurku
Bagaimana aku meringkuh
Karena masih terus menodong dengan angkuh
Dan selalu kosong
Tak terisi surat raja
A. AnalisisPuisi
1. Lapisannormakaryasastra
a. Lapisansuara
Dalam bait I
Baris I = Ada asonansi a pada
kata “Bagaimana”
Baris II = Ada asonansi i pada
kata “Jika, kaki, ini”
Baris III = Ada aliterasi s
pada kata “ meski”
Baris IV = Ada aliterasi s
pada kata “terus”
Dalam bait II
BarisI = Ada asonansi a
danaliterasingpada kata
“tebing” danasonansi I pada
kata “menutupi”
Baris II = Ada aliterasingpada
kata “burung”
Baris III = Ada
aliterasingpada kata
“sumbang”
Dalam bait III
Baris I = Ada asonansi a pada
kata “bagaimana”
Baris II = Ada aliterasi s pada
kata “terus’
Baris III =adaaliterasingpada
kata “kosong’
Baris IV = adaasonansi i pada
kata “terisi” danasonansi a
“raja’
b. Lapisansatuanarti
Dalam bait I
Baris I =
Bagaimanaakuberjalan (Si
penuliskebingunganuntukmen
jalanikehidupannyasehari-
hari)
Baris II = Jika kaki
inimenjadigelap
(Jikahidupinitaktentuarah)
Baris III =
Meskimataharidanbulan
(Meskiantaraimpiandankenyat
aan)
Baris IV =
Terusbergantiantakberkedip
(Meskihidupselaluberjalantan
pahenti)
Bait II
Baris I
=Tebingmasihmenutupimatak
u (kenanganmasalalu
yang ,masihmembayangi)
Baris II =
Karenaburungberjalan di
sekitarku (karenaangan-
anganpahit yang selalu di
sekitarperjalananhidupku)
Baris III = Berkicausumbang
di telingaku
(selaluterdengardanterasa)
Baris IV = Selaluterdengar di
tidurku (Selaluterbayang di
setiapwaktu)
Bait III
Baris I =
Bagaimanaakumeringkuh
(Bagaimana Ku
menjalanihidup)
BarisII =
Karenamasihterusmenodongd
enganangkuh
(Karenaselaluterbawaakanbay
anganmasalalu)
Baris III = Dan selalukosong
(Dan selalumembayangi)
Baris IV = Takterisisurat raja
(Takterisikebahagiaan yang
mendalam)
c. Lapisanobyek- obyek yang di kemukakan,
latar, pelaku, danduniapengarang.
Objek-objek yang ditemukan, disebuah
perkampungan, masa lampau, kerajaan
Pelakuatautokoh;sipenyair, warga kampung,
raja
Duniapengarang :. Pengarang
menggambarkan tentang kesengsaraan
kehidupan rakyat jelatayang tak pernah
dihiraukan pendapat mereka.
Si penyairmengungkapkanakan gedundahan
penduduk tentang pendapat mereka yang tak
didengar
d. Lapisan “DUNIA” yang
tidakusahdinyatakantetapsudahtersiratatau
implicit.
Pada tiap-tiap baik tergambar suasana
hati yang semakin putus asa dengan
keadaan. Tersirat dari kata-kata
bagaimana aku meringkuh.
e. Lapisanmetafisik
Dalam puisi di atas penulis berharap
mendapatkan ketenangan dalam hati dan
kehidupannya bisa kembali.
B. Penilaian
Dalampuisisurat raja diatas penulis
mengungkapkan isi hati. Tentang kegundahan
hari hari yang di jalaninya. Si penulis
mengungkapkan kegundahan jiwa akan hari
yang tidak bersahabat. Karena dalam
kenangannya masih hidup dengan kesedihan
tentang ketakutan ketakutan yang mengancam.
Sampai waktu yang belum di tentukan penulis
masih mencari ketenangan dalam hati dan
kehidupannya .
Pergantian Tahun (Malam tahun baru)
Malam yang indah
Ditemani angin yang sejuk
Diiringi germuruh gelombang
Dan ombak pantai yang terlihat indah
Malam yang indah
Ditemani air penghangat
Yang membuat suasana melek
Dan seakan terasa melayang
Malam yang indah
Ditemani suara merdu dari jalan
Seakan akan jalanan
Penuh warna
Dan ditengah-tengah malam
Dihiasi letusan petasan
Menggambarkan bintang-bintang
Melambangkan keceriaan mala mini
Keindahan dunia ini masih hampa
Kenapa….?
Karena bunga yang diharapkan
Belum bias mekar
PENILAIAN
1. Aliran-aliran penilaian :
a. Absolutisme
Puisi Pergantian tahun(malm tahun baru) dipandang dari
tujuannya sangat baik. Untuk tujuan setiap orang atau
masyarakat. Karena puisi ini mengambil tema Hubungan
manusia dengan sekitarnya. Dan setiap orang wajib
melakukan hal tersebut.
b. Perspektivisme
Karya sastra ini berbeda dengan yang lain yang
kebanyakan mengangkat tema percintaan sedangan ini
lebih mengarah kepada lingkungan. Dengan demikian
puisi ini mudah dipahami pembacanya.
2. Penilaian berdasar orientasi kepada karya sastra :
a. Kritik mimetik
Puisi ini menceritakan pengalaman penulis yang telah
melakukan sutu kegiatan dimalam hari.
b. Kritik pragmatik
Karya sastra yang dapat memberi contoh kepada setiap
orang untuk menceritakan keadaannya.
c. Kritik ekspresif
Melalui karya sastra pengarang, orang dapat mengetahui
apa yang dipikirkan, apa yang akan dilakukan
selanjutnya oleh pengarang.
d. Kritik objektif
Karya sastra ini di dominan oleh unsur intrinsiknya dari
tema yaitu hubungan seseorang dengan lingkungan..
3. Kriteria penilaian karya sastra :
Secara keseluruhan kata-kata yang digunakan dalam
puisi ini sudah bai. karena puisi ini mengangkat tema
tentang keadaan lingkungannya pada malam tahun baru.
4. Ciri-ciri empiris sifat estetik karya sastra :
Bahasa yang digunakan dalam puisi ini sedikit susah
untuk di pahami. Orang merasakan keanehan
kebingungan dari sajak “karena bunga yang diharapkan
belum bias mkekar”.
5. Konsep-konsep estetik :
Konsep-konsep estetik dalam puisi ini keluar karena
dalam puisi ini menggunakan gaya bahasa yang baik dan
penuh keindahan.
ANALISIS
1. Analisis struktural : lapis norma karya sastra.
a. Lapis suara (sound straum).
Bila orang membaca puisi (karya sastra) ini, yang
terdengar adalah rangkaian bunyi yang dibatasi jeda
pendek, agak panjang dan panjang. Akan tetapi, suara itu
bukan hanya bunyi tetapi juga mengandung makna yang
estetik atau indah.
b. Lapis satuan arti (units of meaning).
Baris 1 : Malam yang indah artinya suasana dimalam
hari.
Baris 2 : Ditemani angin yang sejuk yaitu ada semilir
angin yang sejuk.
Baris 3 : Diiringi gemuruh gelombang yaitu ada suara
gelombang.
Baris 4 : Dan ombak pantai yang tertlihat indah yaitu
ada ombak pantai yang indah.
Baris 5 : malam yang indah artinya suasana dimalam
hari
Baris 6 : ditemani air penghangat yaitu kopi.
Baris 7 : yang membuat suasana melek artinya membuat
mata selalu terbuka.
Baris 8 : dan seakan terasa melayang artinya dan
membuat bahagia
Baris 9 : malam yang indah artinya suasana malam hari
Baris 10 : ditemani suara merdu dari jalan yaitu ada
suara dari jalan.
Baris 11 : seakan akan jalanan artinya jalanan itu.
Baris 12 : penuh warna artinya indah.
Baris 13 : dan ditengah tengah malam artinya tepat
tengah malam.
Baris 14 : dihiasi letusan petasan artinya ada petasan.
Baris 15 : menggambarkan bintang bintang yaitu seperti
bintang
Baris 16:melambangkan keceriaan mala mini artinya
yang memberikan keceriaan
Baris 17: keindahan dunia ini masih hampa artinya
dunianya masih terasa hampa
Baris 18: kenapa..? artinya kenapa
Baris 19: Karena bunga yang diharapkan artinya
seseorang yang diharapkan
Baris20: belum bias mekar artinya tidak bias dating
menemani.
c. Lapis objek-objek yang dikemukakan,
latar, pelaku, dan dunia pengarang.
Pelaku atau tokoh : aku.
Latar waktu : malam hari.
Latar tempat : Dipantai, dipinggir jalan.
Jadi latar tempat yaitu dipantai dan dipinggir jalanan.
d. Lapis “dunia” yang tidak usah
dinyatakan, tetapi sudah tersirat atau
implisit.
Dipandang dari bunga yang diharapkan belum bias
mekar maka pernyataan tersebut seseorang yang
mengharapkan kehadiran kekasihnya.
e. Lapis metafisik.
Dalam sajak ini tidak terdapat lapis metafisik.
2. Analisis struktural : hubungan antar unsur
karya sastra.
a. Analisis struktur (tema).
Puisi ' tersebut di atas mengungkapkan tema tentang
keadaan lingkungan. Hal ini dapat kita rasakan dari
beberapa bukti.
Pertama, diksi yang digunakan sangat kentaldengan
kata-kata malam. Kata `dua´ yang digunakan sebagai
judul menggambarkan suasana atau keadaan malam
tahun baru yang penuh keceriaan.
Kata-kata lain yang mendukung tema adalah:
gemuruh gelombang, suara merdu dijalanan, dihiasi
letusan petasan.
Kedua, dari segi isi puisi tersebut menggambarkan
suasana hatinya pada malam tahun baru.
Dari cara penyair memaparkan isi hatinya, puisi´Doa
´sangat tepat bila digolongkan padaaliran
ekspresionisme, yaitu sebuah aliran yang menekankan
segenap perasaan atau jiwanya.
Perhatikan kutipan larik berikut :
(1) Malam yang indah
(2) diiringi gemuruh gelombang
(3) bunga yang diharapkan belum bias mekar
Puisi yang bertemakan suasana lingkungannya ini
memang mengungkapkan dialog dirinya dengan
lingkungan sekitarnya
b. Struktur tokoh dan penokohan.
Puisi pergantian tahun ini tokoh dan penokohannya yaitu
orang pertama seba tahu karena puisi ini menceritakan
pengalaman penulis sendiri yang menceritakan suasana
malam tahun baru.
c. Alurnya maju.
Dalam puisi Doa karya Chairil Anwar ini ber alur maju.
Karena penulis menceritakan malam sebelum tahun baru
smpai tahun baru.
SENYUMAN MAWAR KETIKA MALAM
Oleh : mufid
Sejuk melambai dalam angan
Mawar mekar ketika malam
Nampak indah dengan tudung tercorak
Tenang berdiri dengan tangkainya
Sejuk memangil dalam pandang
Helaian sutra bergelora
Memaku mata terjaga
Kumbang melembut bak kupu
Sejuk bertutur dalam tenang
Menarilah keluguan dengan senyum
Menghibur di tengah keheningan
Sungguh indah mawar itu
Menafsirkan karya sastra puisi “senyuman mawar ketika
malam”.
Penafsiran dalam kerangka semiotic
Konfensi bahasa
Sajak mufid dalam “senyuman mawar ketika
malam” mengartikan seseorang yang berusaha
tersenyum ketika malam pergantian tahun. Tersirat
bagaimana seseorang itu hanya menikmati kesendirian,
hanya kembang api yang menghibur dan menjadikan dia
nyaman.
Analisis structural lapis suara
Bait pertama :
Baris pertama, kita dapati pertanyaan retoris (pertanyaan
yang menuntut adanya jawaban) dengan ritme suara liris,
kata sejuk melambai dalam angan.
Baris kedua, kita jumpai adanya asonansi a, yaitu pada
kata mawar mekar ketika malam.
Baris ke tiga, terdapat aliterasi k, yaitu kata nampakkan
tercorak.
Baris ke empat, terdapat asonansi a, yaitu kata terang dan
tangkainya.
Bait kedua
Baris pertama, kedua, ketiga, terdapat asonansi a,a,a,a
pada baris ke empat terdapat asonansi u, yaitu pada kata
kumbang melembut bak kupu.
Bait ke tiga
Pada baris pertama dan ke empat terdapat asonansi u,u,
pada baris ke dua dan tiga terdapat asonansi a, a.
Analisis structural lapis arti
Seseorang yang berusaha tersenyum ketika malam
pergantian tahun. Dalam ketenangan, mengapa tidak ada
kekasih untukku. Suara petasan hiasi malam itu. Begitu
indah dengan warna-warni.Aku berdiri diatas jalan
trotoar. Dalam tanang datang seorang teman berpakaian
melekat dengan postur tubuhnya hingga aku harus
menjaga mata ini. suara yang lembut dan sopan,
ketenanganku menciptakan suasana baru dengan rasa
malu aku tersenyum. Kedatngannya bagiku sudah
menghibur sunggu indah malam itu.
Tema penokohan dan alur
Tema atau sense
Dalam setiap sajak pasti mengandung tema yang dapat
diartikan sebagai suatu pokok permasalahan bagi
seorang penyair. Begitu pula dalam sajak senyuman
mawar ketika malam mengandung tema yang diangkat
penyair, sebuah tema mengandung dua unsure, yakni
tema umum dan khusus.
Penilaian karya puisi senyuman mawar ketika malam
senyuman mawar ketika malam adalah dimana
terdapat seseorang yang mengalami kegelisahan
pada saat malam pergantian tahun, hanya warna-
warni dan suasana keras yang dia lihat.
pengarang menyajikan puisis dengan bahasa
yang indah agar bisa menarik perhatian bagi si
pembaca.
penilaian berdasarkan orientasi kepada karya
sastra.
Kritik mimetic
Karya sastra ini menyampaikan ketenangan dalam
menghadapi masalah, dai tahu bahwa kesabaran akan
membuatnya menjadi terhibur.
Kritik pragmatic
Senyuman mawar ketika malam adalah seseorang
yang berusaha tetap tegar, tersenyum di malam
pergantian tahun. Memadu rasa tenang hingga akhirnya
seorang teman mendatanginya, memang terasa pahit tapi
dia cukup terhibur dengan datangnya teman wanita itu.
Criteria penilaian karya sastra
Puisi itu bermacam-macam, banyak kita jumpai
puisi bersajak sedih, gelisah perumpamaan salah satu
karya mufid.
BIOGRAFI
Menuntut ilmu di perguruan tinggi IKIP PGRI
Bojonegoro, mengambil program studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra indonesia. Yuni Tri Utami, kelahiran
Tuban, 06 Juni 1992, riwayat pendidikan SDN
Mojomalang 1, SMPN 1 Parengan, SMK PGRI 3
Bojonegoro, alamat Desa Mojomalang Kec. Parengan
Kab. Tuban, Motto hidup : syukuri apapun yang telah
engkau terima, tanamkan keiklasan dan kesabaran dalam
setiap langkahmu. Fauzianah Fitri Kurnia Wati,
kelahiran Blora, 12 Juni 1996, riwayat pendidikan SDN
Giyanti 1, SMPN 2 Sambong, SMKN 1 Cepu, alamat
Desa Brawowan Kec. Sambong Kab. Blora, Motto hidup
: jadi yang membanggakan itulah tujuanku, maka dari itu
tak mudah menyerahlah caraku. Dian Wahyu Putri
Ermalasari, kelahiran Blora, 26 Maret 1995, riwayat
pendidikan SDN 2 Randublatung, SMPN4
Randublatung, SMAN 1 Randublatung, Alamat Randu
Blatung Blora, Motto : lebih baik jadi diri sendiri, apa