Top Banner
i BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Tim Penyusun I Made Budi Arsika, SH.,LLM Kadek Agus Sudiarawan, SH.,MH Ni Ketut Supasti Dharmawan SH.,M.Hum,LLM Putu Aras Samsithawrati.,SH.,LLM I Gusti Agung Ayu Dike Widhyaastuti, SH.,MH Made Mahartayasa, SH.,MH
53

BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)...i BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Tim Penyusun I Made Budi Arsika, SH.,LLM Kadek Agus Sudiarawan, SH.,MH Ni Ketut Supasti Dharmawan

Jan 21, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)...i BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Tim Penyusun I Made Budi Arsika, SH.,LLM Kadek Agus Sudiarawan, SH.,MH Ni Ketut Supasti Dharmawan

i

BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED

LEARNING

(PBL)

Tim Penyusun

I Made Budi Arsika, SH.,LLM

Kadek Agus Sudiarawan, SH.,MH

Ni Ketut Supasti Dharmawan SH.,M.Hum,LLM

Putu Aras Samsithawrati.,SH.,LLM

I Gusti Agung Ayu Dike Widhyaastuti, SH.,MH

Made Mahartayasa, SH.,MH

Page 2: BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)...i BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Tim Penyusun I Made Budi Arsika, SH.,LLM Kadek Agus Sudiarawan, SH.,MH Ni Ketut Supasti Dharmawan

ii

UNIT PENJAMINAN MUTU FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

2016

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

Lingkup Hak Cipta

Pasal 1

1. Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan

prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa

mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Ketentuan Pidana

Pasal 113

1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara

Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan / atau

pidana denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan / atau tanpa izin Pencipta atau pemegang

Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan / atau huruf h untuk Penggunaan

Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan /

atau pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Page 3: BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)...i BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Tim Penyusun I Made Budi Arsika, SH.,LLM Kadek Agus Sudiarawan, SH.,MH Ni Ketut Supasti Dharmawan

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena atas

Asung Kertha Wara Nugraha-Nya serta berkat seluruh kerja keras tim penyusun dibawah

bimbingan pimpinan Fakultas Hukum Universitas Udayana (FH Unud) dan Unit Penjaminan Mutu

FH Unud (UPMFH Unud), Buku Pedoman Problem Based Learning (PBL) ini dapat selesai tepat

pada waktunya. Buku Pedoman ini merupakan salah satu dari program kerja UPMFH Unud.

Buku Pedoman PBL memuat tentang karakteristik PBL sebagai salah satu metode

pembelajaran Stident Centered Learning, yaitu suatu metode dalam proses pembelajaran yang

berfokus pada mahasiswa yang aktif, proses pembelajaran dua arah, aktif-reflektif, serta peran

tutor yang reaktif. Proses pembelajaran dengan metode PBL menggunakan Block Book, Reader,

serta Bahan Ajar lainnya sebagai pedoman dan referensinya. Dalam Buku Pedoman PBL ini

memuat proses pembelajaran yang pada intinya terdiri dari kegiatan perkuliahan dua arah serta

kegiatan tutorial dengan pendekatan Seven Jump Approach (Seven Step Approaches) pada kelas-

kelas dengan jumlah mahasiswa dalam kelompok kecil ( 16-20 orang) dan PBL modifikasi pada

kelas mahasiswa dengan kelompok besar (lebih dari 30 mahasiswa dalam satu kelasnya), serta

Tutor Check List. Buku Pedoman ini juga memuat relevansi PBL bagi institusi pendidikan

hukum, mahasiswa, pengajar, dan bagi tutor yang dilengkapi dengan pedoman praktis dalam

pelaksanaan metode PBL dalam proses pembelajaran di Fakultas Hukum.

Dengan terbitnya Buku Pedoman PBL ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis

maupun praktis dalam dunia pendidikan di Perguruan Tinggi, khususnya pelaksanaan perkuliahan

dengan metode Problem Based Learning di FH Unud.

Melalui buku ini disampaikan terima kasih atas berbagai dukungan baik moral maupun

finansial atas terbitnya buku ini kepada Prof. Dr. I Made Arya Utama, SH.,M.Hum (Dekan FH

Unud), Dr. Gde Made Swardhana, SH.,MH (Wakil Dekan I FH Unud), Dr. Ni Ketut Sri Utari,

SH.,MH (Wakil Dekan II FH Unud), Dr. I Gede Yusa, SH.,MH (Wakil Dekan III FH Unud),

Bapak I Nengah Suantra SH, MH (Ketua UPMFH Unud) serta Ibu Made Nurmawati SH, MH

(Sekretaris UPMFH Unud). Selain itu juga ucapan terima kasih ditujukan kepada seluruh tim

penyusun yang dengan ketekunan dan kerja kerasnya yang penuh dedikasi tanpa mengenal lelah

telah berhasil menyusun Buku Pedoman ini tepat pada waktunya. Terima kasih pula kepada

seluruh civitas academica FH Unud yang tidak bisa disebutkan secara satu persatau atas segala

dukungannya dalam pembuatan Buku Pedoman ini.

.

Denpasar, 20 Desember 2016

Tim Penyusun

Page 4: BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)...i BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Tim Penyusun I Made Budi Arsika, SH.,LLM Kadek Agus Sudiarawan, SH.,MH Ni Ketut Supasti Dharmawan

iv

SAMBUTAN

DEKAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA

Om Swastiastu,

Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa (Ida Sang Hyang Widhi Wasa)

karena atas Asung Kertha Wara Nugraha-Nya serta AnugrahNYA, Buku Pedoman Problem Based

Learning (PBL) yang disusun oleh Tim penyusun dapat menyelesaikan dan menerbitkan Buku

Pedoman PBL tepat pada waktunya.

Kami sangat mengapresiasi terbitnya Buku Pedoman PBL ini, sehingga proses

pembelajaran aktif yang berbasis Student Learning Centered dengan salah satu modelnya metode

PBL dapat terlaksana dengan efektif. Keberadaan Buku Pedoman yang memuat pedoman dan

langkah-langkah dalam proses pembelajaran dengan metode PBL relevan dalam mendukung

kurikulum serta bermanfaat bagi institusi Fakultas Hukum, bagi mahasiswa, dosen, maupun tutor,

karena dalam Buku Pedoman ini dimuat secara detail tentang langkah-langkah dalam pelaksanaan

metode PBL baik dalam proses perkuliahan dua arah maupun pada tahapan turorial yang

menggunakan pendekatan Seven Jump Approach mengacu pada Block Book, Reader, serta Bahan

Ajar lainnya sebagai pedoman dan referensinya. Proses pembelajaran yang didukung dengan

metode pembelajaran aktif, salah satunya metode PBL secara berkelanjutan penting

dikembangkan karena metode pembelajaran ini mampu meningkatkan knoledge, skill dan value

mahasiswa yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas lulusan.

Penerbitan Buku Pedoman PBL ini menambah koleksi buku yang disusun oleh para Dosen

FH UNUD, Selaku Dekan, kami mengucapkan selamat atas terbitnya Buku Pedoman Problem

Based Learning (PBL), sekali lagi kami smengapresiasi terbitnya buku ini, semoga dapat

menambah khasanah ilmu baik secara teoritis maupun praktis, khususnya dalam bidang metode

pembelajaran aktif.

Denpasar, 27 Desember 2016

Dekan Fakultas Hukum Universitas Udayana

Prof. Dr. I Made Arya Utama,SH,M.Hum.

NIP. 19650221 199003 1 005

Page 5: BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)...i BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Tim Penyusun I Made Budi Arsika, SH.,LLM Kadek Agus Sudiarawan, SH.,MH Ni Ketut Supasti Dharmawan

v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………........... iii

SAMBUTAN DEKAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA…… iv

DAFTAR ISI……………………………………………………………………….. v

BAB I KONSEP PROBLEM BASED LEARNING…………………………………. 1

1.1.Definisi Problem Based Learning………………………………………………. 1

1.2.Probem Based Learning Sebagai Bagian dari Stident Centered

Learning……………………………………………………………………..

1

1.3.Sejarah Kemunculan dan Penyebaran Probem Based Learning……………. 7

1.4.Penggunaan Probem Based Learning Pada Perguruan Tinggi di

Indonesia……………………………………………………………………..

8

BAB II ADOPSI PROBLEM BASED LEARNING DI FH

UNUD………………………………………………………………………………..

12

BAB III RELEVANSI PROBLEM BASED LEARNING DALAM PENDIDIKAN

HUKUM DI FH UNUD……………………….……………………………………..

14

3.1. Relevansi Probem Based Learning Bagi Institusi Penddikan

Hukum………………………………………………………………………

14

3.2. Relevansi Problem Based Learning Bagi Mahasiswa............................... 15

3.3. Relevansi Problem Based Learning Bagi Pengajar.................................. 21

3.4. Relevansi Problem Based Learning Bagi Tutor....................................... 23

3.5. Relevansi Problem Based Learning bagi Pengguna Alumni (Alumni

User)...................................................................................................

27

BAB IV PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING DI FH

UNUD………………………………………………………………………………..

30

4.1. Penentuan Planning Group..................................................................... 30

4.2. Penyusunan Block Book dan Reader……………………………………….. 30

4.3. Pengorganisasian Jadwal Pelaksanaan……………………………………... 30

4.4. Persiapan Teknis……………………………………………………………. 30

4.5. Pelaksanaan………………………………………………………………… 31

4.6. Evaluasi…………………………………………………………………….. 31

BAB V MODIFIKASI DAN INOVASI PROBLEM BASED LEARNING DI FH

UNUD………………………………………………………………………………..

32

5.1. Seven Jump Approach (Seven Step Approach)……………………………... 32

5.2. Problem Based Learning dengan Kelompok Besar………………………... 37

5.3. Tutor Check List Tutor……………….…………………………………….. 45

BAB VI PEDOMAN PRAKTIS PELAKSANAAN PROBLEM BASED

LEARNING…………………………………………………………………………..

47

6.1. Pedoman Praktis Pelaksanaan Problem Based Learning Bagi Mahasiswa… 47

6.2. Pedoman Praktis Pelaksanaan Problem Based Learning Bagi Pengajar…… 48

6.3. Pedoman Praktis Pelaksanaan Problem Based Learning Bagi Tutor………. 49

DAFTAR PUSTAKA

Page 6: BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)...i BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Tim Penyusun I Made Budi Arsika, SH.,LLM Kadek Agus Sudiarawan, SH.,MH Ni Ketut Supasti Dharmawan

6

BAB I

KONSEP PROBLEM BASED LEARNING

1.1. Definisi Problem Based Learning

Terdapat sejumlah definisi Problem-Based Learning (PBL). Berikut merupakan salah

satu pengertian yang dapat dikutip. “PBL is a learning methodology that encourages students

to take responsibility for their own learning and to develop a broad set of generic skills and

attributes, along with relevant content knowledge.1 Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

juga memberikan definisi PBL sebagai berikut.

PBL/I adalah belajar dengan memanfaatkan masalah dan mahasiswa harus melakukan

pencarian/penggalian informasi (inquiry) untuk dapat memecahkan masalah tersebut. Pada

umumnya, terdapat empat langkah yang perlu dilakukan mahasiswa dalam PBL/I, yaitu:

(a) Menerima masalah yang relevan dengan salah satu/beberapa kompetensi yang

dituntut mata kuliah, dari dosennya;

(b) Melakukan pencarian data dan informasi yang relevan untuk memecahkan

masalah;

(c) Menata data dan mengaitkan data dengan masalah; dan

(d) Menganalis strategi pemecahan masalah PBL/I adalah belajar dengan

memanfaatkan masalah dan mahasiswa harus melakukan

pencarian/penggalian informasi (inquiry) untuk dapat memecahkan masalah

tersebut.2

1.2. Problem Based Learning sebagai bagian dari Student Centered Learning

Perkembangan pendidikan selama ini telah melakukan transformasi pembelajaran dari

(Teaching Centered Learning/TCL) menjadi (Student Centered Learning/SCL) yang

terindikasi dari adanya perubahan paradigma, yaitu perubahan dalam cara memandang

beberapa hal dalam pembelajaran, yakni:3

1 A Problem Based Task becoming a Simulation diakses pada,

http://pbl.cqu.edu.au/content/what_is_pbl.htm, tanggal 15 November 2016. 2 Tim Kurikulum dan Pembelajaran Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Direktorat Jenderal

Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Buku Kurikulum Pendidikan Tinggi, h.63. 3 Ibid, h. 53.

Page 7: BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)...i BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Tim Penyusun I Made Budi Arsika, SH.,LLM Kadek Agus Sudiarawan, SH.,MH Ni Ketut Supasti Dharmawan

7

a) pengetahuan, dari pengetahuan yang dipandang sebagai sesuatu yang sudah jadi yang

tinggal ditransfer dari dosen ke mahasiswa, menjadi pengetahuan dipandang sebagai

hasil konstruksi atau hasil transformasi oleh pembelajar

b) belajar, belajar adalah menerima pengetahuan (pasif-reseptif) menjadi belajar adalah

mencari dan mengkonstruksi pengetahuan, aktif dan spesifik caranya

c) pembelajaran, dosen menyampaikan pengetahuan atau mengajar (ceramah dan kuliah)

menjadi dosen berpartisipasi bersama mahasiswa membentuk pengetahuan.

Dengan paradigma ini maka tiga prinsip yang harus ada dalam pembelajaran SCL

adalah :4

(a) memandang pengetahuan sebagai satu hal yang belum lengkap

(b) memandang proses belajar sebagai proses untuk merekonstruksi dan mencari

pengetahuan yang akan dipelajari; serta

(c) memandang proses pembelajaran bukan sebagai proses pengajaran (teaching) yang

dapat dilakukan secara klasikal, dan bukan merupakan suatu proses untuk

menjalankan sebuah instruksi baku yang telah dirancang.

Terdapat berbagai ragam metode pembelajaran SCL, yakni:5

a. Small Group Discussion;

b. Role-Play & Simulation;

c. Case Study;

d. Discovery Learning (DL);

e. Self-Directed Learning (SDL);

f. Cooperative Learning (CL);

g. Collaborative Learning (CbL);

h. Contextual Instruction (CI);

i. Project Based Learning (PjBL); dan

j. Problem Based Learning and Inquiry (PBL), serta model pembelajaran

lainnya.

1.3. Sejarah Kemunculan dan Penyebaran Problem Based Learning

Kelahiran PBL tidak lepas dari peran seorang guru sekolah dasar bernama Celestin

Freinet pada tahun 1920. Saat itu ia mengembangkan sistem yang membuat siswa berperan

4 Ibid, h. 54.

5 Ibid, h.59.

Page 8: BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)...i BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Tim Penyusun I Made Budi Arsika, SH.,LLM Kadek Agus Sudiarawan, SH.,MH Ni Ketut Supasti Dharmawan

8

aktif dalam proses pembelajaran dengan mengandalkan keterampilan komunikasi,

pembelajaran kooperatif, tanggung jawab individu dan evaluasi diri.6

Sejarah modern PBL kemudian dimulai pada tahun 1960an, khususnya saat

Kurikulum PBL pertama kali digunakan oleh McMaster Medical School in Hamilton-

Kanada pada tahun 1969.7 Kurikulum yang mengadopsi PBL di Eropa pertama kali

diperkenalkan pada pertengahan tahun 1970-an di Maastricht University Medical School.8

Saat ini, PBL tersebar luas di berbagai bidang pendidikan tinggi selain ilmu kedokteran, di

antaranya bidang ekonomi9 dan hukum.

1.4. Penggunaan Problem Based Learning pada Perguruan Tinggi di Indonesia

Telah cukup lama Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) digunakan sebagai acuan dalam

penyusunan kurikulum di perguruan tinggi di Indonesia. Salah satu pedoman yang digunakan adalah Buku

Panduan Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Tinggi (Sebuah Alternatif Penyusunan

Kurikulum), Sub Direktorat KPS (Kurikulum dan Program Studi), Direktorat Akademik,

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Jakarta, 2008.

Pada prinsipnya KBK menekankan sejumlah aspek yaitu:10

1. Dari segi basis kurikulum, KBK Berbasis kompetensi (Competency Based

Curricullum)

2. Dari segi luaran Perguruan Tinggi, KBK memfokuskan pada Kompetensi yang

dianggap mampu oleh masyarakat.

3. Dari segi penilai kualitas pemangku kepentingan, KBK Perguruan Tinggi dan

pengguna lulusan/stakeholders.

4. Cara menyusun KBK adalah melalui mulai dari penetapan profil lulusan dan

kompetensi

6 Yürüker. B, Problem- Based Learning PBL A Short Introduction, Faculty of Medicine Institute of

Medical Education IML Studienplanung, Universitat Bern, Bern, 2007/2011,

http://studmed.unibe.ch/infos/files/t_123_Einf_hrungPBL-def.pdf?ts=2014-08-25_23-52-41 7 Ibid.

8Ibid. Lihat juga Heidi Maurer dan Christine Neuhold,

https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjn

vpvVra_QAhWBKo8KHb5eAK4QFggnMAE&url=http%3A%2F%2Fwww.mceg-

maastricht.eu%2Fpdf%2FMCEG_part%2520PBL_link2_%2520PBL%2520implementation%2520challenges.p

df&usg=AFQjCNG7oyc7PKtcOD3pLYMglJ6YaIfM-w&sig2=NbtI5v36Y8BqnDgsyj8-Iw, hlm. 3. 9 Lihat misalnya Forsythe, Frank P., Using Problem Based Learning (PBL) to Teach Economics,

University of Ulster at Jordanstown, 2001, https://www.economicsnetwork.ac.uk/showcase/forsythe_pbl 10

Lihat Buku Panduan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Tinggi (Sebuah Alternatif

Penyusunan Kurikulum), Sub Direktorat KPS (Kurikulum dan Program Studi), Direktorat Akademik, Direktorat

Jenderal Pendidikan Tinggi, Jakarta, 2008 h.10.

Page 9: BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)...i BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Tim Penyusun I Made Budi Arsika, SH.,LLM Kadek Agus Sudiarawan, SH.,MH Ni Ketut Supasti Dharmawan

9

5. Penekanan pada KBK adalah outcome, keseimbangan hardskill dan softskill, serta

6. Metode Pembelajaran pada KBK adalah Student centered learning (SCL), diarahkan

pada pembekalan method of inquiry and discovery.

Selaras dengan Student Centered Learning (SCL) di dalam KBK yang diarahkan pada

pembekalan method of inquiry and discovery, PBL diakui sebagai salah satu metode

pembelajaran di dalam KBK.11

Dalam metode PBL ini, aktivitas yang dilakukan Mahasiswa

adalah belajar dengan menggali atau mencari informasi (inquiry) serta memanfaatkan

informasi tersebut untuk memecahkan masalah faktual yang dirancang oleh dosen, sedangkan

bentuk kegiatan belajar yang dilakukan adalah merancang tugas untuk mencapai kompetensi

tertentu serta membuat petunjuk (metode) untuk mahasiswa dalam mencari pemecahan

masalah yang dipilih oleh mahasiswa sendiri atau yang ditetapkan.12

Dalam perkembangannya, terjadi pergeseran wacana penamaan kurikulum pendidikan

tinggi dari KBK ke penamaan Kurikulum Pendidikan Tinggi (KDIKTI). Ada sejumlah alasan

yang penting untuk dicatat berkaitan dengan pergeseran ini, di antaranya :13

a) Penamaan KBK tidak sepenuhnya didasari oleh ketetapan peraturan, sehingga masih

memungkinkan untuk terus berkembang. Hal ini sesuai dengan kaidah dari kurikulum

itu sendiri yang terus berkembang menyesuaikan pada kondisi terkini dan masa

mendatang;

b) KBK mendasarkan pengembangannya pada kesepakatan penyusunan kompetensi

lulusan oleh perwakilan penyelenggara program studi yang akan disusun

kurikulumnya. Kesepakatan ini umumnya tidak sepenuhnya merujuk pada parameter

ukur yang pasti, sehingga memungkinkan pengembang kurikulum menyepakati

kompetensi lulusan yang kedalaman atau level capaiannya berbeda dengan

pengembang kurikulum lainnya walaupun pada program studi yang sama pada

jenjang yang sama pula;

c) Ketiadaan parameter ukur dalam sistem KBK menjadikan sulit untuk menilai apakah

program studi jenjang pendidikan yang satu lebih tinggi atau lebih rendah dari yang

lain; serta

d) Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) memberikan parameter ukur berupa

jenjang kualifikasi dari jenjang satu terendah sampai jenjang sembilan tertinggi.

11

Ibid, h.30. 12

Ibid, h.32. 13

Ibid, h.11-12.

Page 10: BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)...i BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Tim Penyusun I Made Budi Arsika, SH.,LLM Kadek Agus Sudiarawan, SH.,MH Ni Ketut Supasti Dharmawan

10

Setiap jenjang KKNI bersepadan dengan level Capaian Pembelajaran (CP) program

studi pada jenjang tertentu, yang menentukan level enam untuk D4/S1.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 49 Tahun 2014 Tentang

Standar Nasional Pendidikan Tinggi merupakan instrumen yang mengatur tentang Kerangka

Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Sebagaimana ditentukan di dalam Pasal 1 angka 5

peraturan tersebut. KKNI didefinisikan sebagai kerangka penjenjangan kualifikasi

kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang

pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian

pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor. Ditentukan

pula bahwa standar kompetensi lulusan merupakan kriteria minimal tentang kualifikasi

kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dinyatakan

dalam rumusan capaian pembelajaran lulusan yang wajib mengacu pada deskripsi capaian

pembelajaran lulusan KKNI dan memiliki kesetaraan dengan jenjang kualifikasi pada

KKNI.14

Peraturan Menteri tersebut menentukan bahwa standar proses pembelajaran

merupakan kriteria minimal tentang pelaksanaan pembelajaran pada program studi untuk

memperoleh capaian pembelajaran lulusan yang mencakup karakteristik proses pembelajaran,

perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran dan beban belajar

mahasiswa.

Selanjutnya Pasal 14 menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah (Problem

Based Learning/PBL) merupakan salah satu metode pembelajaran yang efektif sesuai dengan

karakteristik mata kuliah untuk mencapai kemampuan tertentu yang ditetapkan dalam

matakuliah dalam rangkaian pemenuhan capaian pembelajaran lulusan yang dilaksanakan

melalui kegiatan kurikuler wajib.15

Bentuk pembelajaran pada setiap mata kuliah dapat

mengombinasikan berbagai bentuk pembelajaran, di antaranya kuliah dan tutorial.16

Ahmad Syaifudin dan Septina Sulistyaningrum melakukan studi mengenai peran PBL

dalam Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI).17

Studi tersebut menyimpulkan

14

Pasal 5 ayat (1) dan (3) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 49 Tahun 2014

Tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi. 15

Lihat Pasal 14 ayat (2) dan (3) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 49 Tahun

2014 Tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi. 16

Lihat Pasal 14 ayat (4) dan (5) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 49 Tahun

2014 Tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi. 17

Ahmad Syaifudin dan Septina Sulistyaningrum, Peningkatan Kemampuan Berpendapat Mahasiswa

Melalui Problem Based Learning (PBL) sebagai Pendukung Pencapaian Kerangka Kualifikasi Nasional

Page 11: BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)...i BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Tim Penyusun I Made Budi Arsika, SH.,LLM Kadek Agus Sudiarawan, SH.,MH Ni Ketut Supasti Dharmawan

11

bahwa dari pelaksanaan pembelajaran PBL yang dikemas dengan Lesson Study, kemampuan

berpendapat mahasiswa pada mata kuliah pragmatik sebagai pendukung pencapaian KKNI

meningkat yang ditandai keterlibatan mahasiswa dalam pembelajaran melalui aktivitas

berpendapat mahasiswa.18

Indonesia (KKNI) Pada Mata Kuliah Pragmatik, Jurnal Penelitian Pendidikan Vol. 32 Nomor 2 Tahun 2015,

file:///C:/Users/compaq/Downloads/5055-10796-1-SM.pdf. 18

Ibid, h.105.

Page 12: BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)...i BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Tim Penyusun I Made Budi Arsika, SH.,LLM Kadek Agus Sudiarawan, SH.,MH Ni Ketut Supasti Dharmawan

12

BAB II

ADOPSI PROBLEM BASED LEARNING DI FH UNUD

Proses adopsi PBL di Fakultas Hukum Universitas Udayana (FH Unud) berawal dari

implementasi atas NPT Project IDN 223- Strengthening Faculty of Law Udayana University

through Curriculum and Human Resources Development yang menempatkan Maastricht

University sebagai pihak mitra (partner). Saat itu –demikian pula hingga saat ini, Maastricht

University memang memiliki reputasi sebagai salah satu universitas yang secara serius

mengembangkan PBL, sehingga alih pengetahuan dan pengalaman (transfer of knowledge

and experience) dilakukan dari Maastricht University ke FH Unud dalam kerangka project

tersebut. Implementasi project tersebut dikukuhkan melalui penandatanganan Memorandum

of Understanding (MoU) antara kedua pimpinan universitas yang dilaksanakan di Bali yang

dihadiri oleh Rector Magnificus Maastricht University, Prof. Dr. Gerald Mols dengan

didampingi oleh Director Mundo Han Aarts, MA dan Pembantu Rektor I Universitas

Udayana yang hadir mewakili Rektor.

Sebagai implementasi terhadap MoU terdapat serangkaian upaya pengenalan PBL

kepada pimpinan dan staf FH Unud yang dilakukan melalui workshop dan training. Pada

proses ini, Prof. Dr. Grat van den Heuvel, D. Maria Woleswinkel, dan Dr. Ingrid Westendorp

dihadirkan ke Bali untuk menyampaikan konsep PBL dan membagi pengalaman praktis

dalam mengimplementasikan PBL di Maastricht University.

Seiring pengenalan metode pembelajaran PBL, project tersebut juga menggandeng

proses pembaharuan dan penguatan terhadap substansi dan keterampilan hukum. Sejumlah

mata kuliah mendapatkan kesempatan untuk diperbaharui dan dikuatkan secara substansi

hukum, di antaranya Hukum Internasional, Hukum Pidana, Hukum Kontrak dan Bisnis

Internasional, Hukum Perusahaan, Hukum Hak Asasi Manusia, dan Hukum Acara. Adapun

mata kuliah keterampilan sebagaimana dimaksud adalah Metode Penelitian Hukum dan

Bahasa Inggris Hukum. Pada proses ini, sejumlah ahli dihadirkan dari Maastricht University,

di antaranya Prof. Dr. Grat van den Heuvel, Prof. Michael G. Faure, Prof.Dr. Fokke

Fernhout, (Prof) Dr. Peter. Liendert Bal, Prof. Dr. Fons Coomans, Dr. Ingrid Westendorp, Dr.

Nicole Kornet, Dr. Mieke Olaerts, dan Dr. David Roef.

Dalam rangka memperoleh gambaran langsung mengenai praktik PBL, sejumlah

dosen FH Unud berkunjung ke Maastricht University untuk melakukan studi observasi,

mengikuti summer course, dan mengikuti program master degree. Dalam perkembangannya,

Page 13: BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)...i BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Tim Penyusun I Made Budi Arsika, SH.,LLM Kadek Agus Sudiarawan, SH.,MH Ni Ketut Supasti Dharmawan

13

metode PBL telah dimasukkan menjadi metode pembelajaran pada hampir seluruh mata

kuliah di FH Unud. Secara khusus beberapa mata kuliah yang menerapkan PBL secara

terintegrasi, yaitu Pengantar Ilmu Hukum, Ilmu Negara, Hukum Pidana, dan Hukum

Internasional. Sebagai bentuk konkrit inkorporasi PBL sejak awal, telah pula disusun mata

kuliah baru berjudul Hukum Hak Asasi Manusia Lanjutan (Advanced Human Rights Law)

melalui supervisi Prof. Dr. Fons Coomans.

PBL juga telah secara formal diadopsi di FH Unud sebagai salah satu misi lembaga.

Ditentukan bahwa dalam rangka mewujudkan visi FH Unud, maka salah satu misinya adalah

“Mengembangkan sistem pembelajaran yang mengunakan metode Problem Based Learning

(PBL) dan Interaktif-Reflektif dengan didukung teknologi komunikasi dan informasi serta

sistem penjaminan mutu”

Atas implementasi yang dilakukan, sejumlah pihak mengapresiasi penerapan PBL di

FH Unud, di antaranya:

a. FH Unud dipercaya menjadi tuan rumah penyelenggaraan International

Conference on Legal Education (2012) yang bekerjasama dengan International

Association of Law Schools (IALS) dan Maastricht University;

b. Peneliti asing yang memfokuskan pada implementasi PBL yang juga merupakan

Director Promethea Education, Singapura Ms. Virginie Servant, menjadikan

praktik PBL di FH Unud sebagai salah satu sampel analisis dan mengualifikasikan

implementasi PBL di FH Unud dengan tipe kurikulum komprehensif pada

papernya yang berjudul “The many roads to Problem-Based Learning: A Cross-

Disciplinary Overview of PBL in Asian Institutions” yang disampaikan di The 4th

International Research Symposium on Problem-Based Learning (IRSPBL) 2013;

c. FH Unud dijadikan sebagai model implementasi PBL dalam berbagai pertemuan

Badan Kerja Sama Fakultas Hukum Perguruan Tinggi Negeri se Indonesia; serta

d. Pimpinan dan Staf FH Unud diminta membagi pengalaman mengenai

implementasi PBL, di antaranya kepada Pimpinan dan Staf Fakultas Hukum

Universitas Borneo Tarakan, Universitas Pattimura, dan Universitas Padjajaran

dan sejumlah universitas swasta di Bali.

Page 14: BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)...i BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Tim Penyusun I Made Budi Arsika, SH.,LLM Kadek Agus Sudiarawan, SH.,MH Ni Ketut Supasti Dharmawan

14

BAB III

RELEVANSI PROBLEM BASED LEARNING DALAM PENDIDIKAN HUKUM DI

FH UNUD

3.1. Relevansi Problem Based Learning Bagi Institusi Pendidikan Hukum

Sebagai sebuah program pendidikan yang didasarkan pada metode pengajaran yang

menuntut partisipasi mahasiswa secara aktif (student centered learning), pembelajaran

melalui metode PBL merupakan pilihan strategis dan menarik bagi Institusi Pendidikan

Hukum di Indonesia. PBL bagi Institusi Pendidikan Hukum memiliki keterkaitan yang erat

terutama dalam pencapaian tujuan untuk mencetak lulusan mahasiswa hukum yang mumpuni

dan siap bersaing dalam iklim kerja yang kompetitif. Ciri khas pembelajaran melalui metode

PBL yaitu berupaya membentuk karakter mahasiswa sejak dini, yang tidak hanya kuat dalam

penguasaaan keilmuan namun juga memiliki kemampuan teknis pendukung yang baik,

karakter dan kepribadian yang kuat, serta memiliki kemampuan menyampaikan pemikiran

secara sistematis, kritis dan solutif atas suatu isu ataupun permasalahan yang berkembang di

lingkungan sekitarnya.

Iklim interaktif dan dinamis mulai dari tahapan pengajaran pada sesi perkuliahan

maupun pada sesi tutorial menjadi identitas khas dari pelaksanaan metode PBL. Hal ini tentu

akan mampu memberi dampak positif bagi perkembangan pemahaman mahasiswa dalam

memetakan, mencerna dan atau menganalisis lebih dalam terkait isu-isu dan atau

permasalahan yang dihadapi. Khusus untuk Institusi Pendidikan Hukum metode PBL

menjadi salah satu pilihan yang sangat strategis untuk dikembangkan, karena selain

mengadopsi konsep pengajaran interaktif sebagai pengantar pada sesi perkuliahan, metode

PBL bagi mahasiswa hukum juga dapat mengexplorasi kemampuan mahasiswa hukum dalam

menganalisis permasalahan-permasalahan hukum yang ditawarkan didalam blockbook secara

kritis dan sistematis dengan menggunakan pendekatan seven jump approach dalam sesi

tutorial. Adapun peran tutor dalam pelaksanaan tutorial ialah tidak bertindak aktif namun

reaktif sebagai penengah dan pengarah jalannya proses tutorial. Karakter dari metode PBL

yang menuntut sikap kritis dan sistematis mahasiswa dalam berpikir dan memberi ruang

yang luas kepada mahasiswa dalam menyampaikan pendapat kemudian menjadi hal strategis

yang baik secara langsung maupun tidak langsung akan mampu membentuk karakter kuat

mahasiswa hukum sedari awal saat mengikuti sistem perkuliahan di institusi pendidikan

hukum.

Page 15: BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)...i BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Tim Penyusun I Made Budi Arsika, SH.,LLM Kadek Agus Sudiarawan, SH.,MH Ni Ketut Supasti Dharmawan

15

Selain penguatan pada segmen penguasaan materi, pelaksanaan metode PBL juga

menekan pada upaya peningkatan kemampuan (skill) mahasiswa dalam memetakan,

menganalisis hingga kemampuan berkerjasama untuk memecahkan permasalahan yang ada.

Selain itu pelaksanaan PBL juga dijiwai dengan semangat untuk menanamkan penguatan

karakter dan kepribadian mahasiswa. Ha ini dapat ditemukan, dimana dalam pelaksanaannya

metode PBL berusaha mengedepankan semangat saling menghargai, menguatkan nilai

kemandirian dan tanggung jawab (integritas) yang harus dijadikan pedoman untuk

menghasilkan mahasiswa yang tidak hanya kuat dalam penguasaan ilmu, namun juga kuat

dalam hal karakter dan atau kepribadian yang merupakan nilai jual utama seorang lulusan

untuk dapat bersaing kelak didunia kerja.

Berdasar pada serangkaian penjelasan tersebut di atas setiap Institusi Pendidikan

Hukum tentu memiliki tujuan utama yaitu untuk menghasilkan lulusan-lulusan mahasiswa

hukum yang siap secara akademik, memiliki kemampuan teknis pendukung yang kuat dan

memiliki keunggulan karakter dan kepribadian dalam diri. Hal-hal strategis tersebut

merupakan output utama dalam pelaksanaan PBL sehingga pelaksanaan metode PBL sangat

relevan untuk dilaksanakan oleh Institusi Pendidikan Hukum.

3.2. Relevansi Problem Based Learning Bagi Mahasiswa

Dunia kemahasiswaan dewasa ini seakan kehilangan daya analisis kritis dalam tataran

akademis dan kepekaan atas isu-isu sosial kemasyarakatan yang terjadi di lingkungan sekitar.

Terdapat sebuah perubahan orientasi dimana aktivitas yang dilakukan mahasiswa cenderung

lebih banyak mengarah pada hal-hal yang lebih bersifat apatis (acuh tak acuh). Mahasiswa

seolah melupakan tugas utamanya yaitu sebagai insan akademik yang juga harus peka

terhadap kondisi di sekitarnya. Ruang-ruang akademik kampus kemudian berubah menjadi

kelas-kelas yang begitu nyaman dengan teknik belajar konvensional yang lebih

menitikberatkan peran pengajar sebagai pusat transfer knowledge dengan komunikasi searah.

Sikap apatis dalam dunia kemahasiswaan saat ini merupakan masalah besar dan tantangan

yang harus segera dijawab oleh mahasiswa dan segenap elemen terkait dalam dunia

pendidikan untuk memperkuat kemampuan analisis pada tataran akademis dan meningkatkan

kepekaan terhadap kondisi sekitar.

Pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan metode PBL dapat menjadi

pilihan strategis dalam menjawab permasalahan-permasalahan yang dihadapi mahasiswa saat

ini. Pada proses pembelajaran yang menggunakan metode PBL, mahasiswa dituntut berperan

Page 16: BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)...i BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Tim Penyusun I Made Budi Arsika, SH.,LLM Kadek Agus Sudiarawan, SH.,MH Ni Ketut Supasti Dharmawan

16

aktif. Timbulnya keaktifan dan daya kritis mahasiswa merupakan kunci utama dari

keberhasilan metode tersebut. PBL secara khusus mengadopsi konsep student-centered

learning dimana mahasiswa menjadi pusat dalam proses pembelajaran. Dengan menerapkan

metode PBL mahasiswa akan mendapatkan banyak sekali manfaat berupa penguatan terhadap

knowledge, skill dan value yang dimulai dari proses persiapan, perkuliahan hingga

pelaksanaan tutorial. Kondisi demikian tentu menunjukkan bahwa pelaksanaan PBL sebagai

metode pembelajaran memiliki relevansi yang erat dengan upaya peningkatan kualitas

akademik mahasiswa dan daya peka terhadap isu-isu yang terjadi di sekitar.

Adapun tahapan pertama dari pelaksanaan metode PBL adalah sesi perkuliahan. Pada

sesi perkuliahan ini tidak dipungkiri bahwa dosen masih mendominasi porsi keaktifan

dibandingkan mahasiswa. Tujuannya tidak lain ialah pada sesi perkuliahan dosen diharapkan

mampu memaparkan dan melakukan proses transfer of knowledge sedalam-dalamnya dan

sebanyak mungkin kepada mahasiswa dengan harapan mahasiswa mampu memahami

berbagai ilmu dan informasi dari dosen tersebut untuk dapat dipergunakan sebagai bahan

untuk menganalisis permasalahan lebih dalam pada sesi tutorial. Kelebihan dari sesi

perkuliahan dalam PBL ini dibandingkan sesi perkuliahan konvensial adalah mahasiswa

diberikan ruang yang cukup untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkait materi yang

kurang jelas maupun menyampaikan argumentasi-argumentasi kritisnya terhadap apa yang

telah disampaikan oleh dosen. Hal tersebut mencerminkan bahwa meskipun dosen memiliki

porsi lebih dari sisi keaktifan, namun dalam sesi perkuliahan PBL, mahasiswa juga dituntut

aktif berpartisipasi dalam perkuliahan melalui pemberian kesempatan yang cukup dan

memadai baginya untuk menyampaikan pendapat dan pertanyaan terkait topik pembahasan.

Sehingga dalam proses perkuliahan tersebut, komunikasi sesungguhnya berasal dari dua arah

dimana hal tersebut diharapkan mampu memperkuat pemahaman mahasiswa terhadap isu-isu

yang dibahas secara mendalam dan komprehensif. Gambar dari pola komunikasi dua arah

tersebut dapat dilihat di bawah ini:

Page 17: BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)...i BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Tim Penyusun I Made Budi Arsika, SH.,LLM Kadek Agus Sudiarawan, SH.,MH Ni Ketut Supasti Dharmawan

17

(Ilustrasi gambar oleh: Kadek Agus Sudiarawan)

Gambar 1

Pola Komunikasi Dua Arah Dosen dan Mahasiswa dalam Sesi Perkuliahan

Tahapan kedua dari pelaksanaan metode PBL ialah sesi tutorial. Sesi ini merupakan

salah satu karakteristik dan sekaligus merupakan daya tarik dari pelaksanaan pembelajaran

dengan metode PBL. Dalam sesi tutorial ini mahasiswa pusat proses pembelajaran. Setiap

individu peserta tutorial (mahasiswa) memiliki peran aktif dalam proses pembelajaran pada

sesi tutorial. Berbanding terbalik dari sesi perkuliahan, dosen yang dalam sesi ini disebut

sebagai tutor justru memiliki peran yang cenderung pasif namun reaktif. Dalam pelaksanaan

tutorial, mahasiswa akan mendapat banyak manfaat baik secara eksplisit maupun implisit.

Beberapa contoh manfaat eksplisit yang dengan kasat mata mudah terlihat dan dapat

diperoleh oleh mahasiswa yakni : Pertama, mahasiswa mendapatkan informasi-informasi,

temuan dan/atau pengetahuan yang dibagikan oleh peserta tutorial lainnya/terjadi pertukaran

ilmu dan atau informasi terkait materi pembahasan, Kedua terstrukturnya akses terhadap

sumber-sumber bahan hukum pokok yang dipergunakan dalam tutorial dikarenakan secara

konsep sudah dituangkan dalam reading materials.

Di lain sisi, terdapat pula manfaat implisit dari pelaksanaan tutorial yang seringkali

tidak disadari oleh mahasiswa yaitu berupa penguatan skill (keterampilan) dan value (nilai)

yang terkandung dalam pelaksanaan tutorial yang sudah terstruktur pelaksanaannya melalui

seven-step approach. Keterampilan diartikan sebagai suatu kecakapan untuk menyelesaikan

Page 18: BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)...i BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Tim Penyusun I Made Budi Arsika, SH.,LLM Kadek Agus Sudiarawan, SH.,MH Ni Ketut Supasti Dharmawan

18

tugas19

sedangkan nilai yang dapat dihasilkan dalam pelaksanaan PBL ini dapat diartikan

sebagai sifat-sifat atau hal yang penting atau berguna bagi kemanusiaan20

.

Sebagai penguatan pemahaman terkait metode pembelajaran melalui PBL dapat

dipaparkan bahwa aktifitas yang dilakukan setiap individu peserta tutorial (mahasiswa) yang

terorganisasi menurut Schmidt dan Moust yakni21

:

a) Mahasiswa mengklarifikasi istilah-istilah dan konsep-konsep yang terdapat

dalam bahasan;

b) Menentukan permasalahan kemudian membuat daftar fenomena atau kejadian-

kejadian untuk dijelaskan;

c) Menganalisa permasalahan dengan melakukan brainstorming. Dalam tahap ini

mahasiswa beraktifitas untuk mencari sebanyak mungkin penjelasan yang

beragam terhadap fenomena atau kejadian tersebut.

d) Mahasiswa saling berdiskusi satu sama lainnya terhadap bahasan tersebut.

Selanjutnya mahasiswa dapat saling mengkritisi penjelasan yang diberikan

oleh peserta tutorial lainnya dan memberikan deskripsi yang koheren dari

proses yang menurut mahasiswa tersebut menjadi dasar fenomena atau

kejadian tersebut;

e) Memformulasikan tujuan pembelajaran dalam rangka pembelajaran mandiri;

f) Mengisi kekosongan yang ada pada pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki

mahasiswa dari hasil belajar mandirinya (self-study);

g) Saling membagikan penemuan-penemuan dalam grup diskusi dan mencoba

mengintegrasikan pengetahuan yang telah diperoleh dalam diskusi melalui

suatu penjelasan yang komprehensif terhadap fenomena atau kejadian

tersebut;

Selain itu aktifitas lainnya yang dilakukan oleh mahasiswa yang terpilih menjadi

discussion leader dan note-taker. Mahasiswa yang berperan sebagai Discussion leader

bertugas memandu jalannya diskusi serta yang berperan sebagai note-taker berperan mencatat

jalannya seluruh diskusi selama proses tutorial.

19

Lihat kata keterampilan pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, diakses pada

http://kbbi.web.id/terampil tanggal 20 November 2016. 20

Lihat kata nilai pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, Diakses pada http://kbbi.web.id/nilai tanggal

22 November 2016. 21

Problem Based Learning, diakses pada

http://ldt.stanford.edu/~jeepark/jeepark+portfolio/PBL/individual.htm tanggal 22 November 2016.

Page 19: BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)...i BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Tim Penyusun I Made Budi Arsika, SH.,LLM Kadek Agus Sudiarawan, SH.,MH Ni Ketut Supasti Dharmawan

19

Tidak dapat dipungkiri bahwa penguatan skill dan value sesungguhnya merupakan

tujuan utama dari suatu proses pembelajaran bagi mahasiswa di luar keinginannya untuk terus

menambah pengetahuan. Beberapa contoh keterampilan yang niscaya dapat diperoleh oleh

setiap mahasiswa peserta tutorial dari serentetan aktifitas dalam tutorial sebagaimana telah

dijabarkan di atas yaitu:

a) Mahasiswa terampil dalam mengklarifikasi kata-kata atau konsep yang

sebelumnya tidak diketahui dalam bahasan;

b) Mahasiswa terampil dalam menganalisa dan mencari solusi suatu kasus

sehingga dapat mengidentifikasikan permasalahan, fenomena atau kejadian

yang terkandung di dalamnya;

c) Mahasiswa terampil dalam menentukan apa yang menjadi tujuan pembelajaran

(learning goal) dalam task yang diberikan. Menemukan tujuan pembelajaran

sesungguhnya merupakan suatu proses yang cukup menantang, sebab tujuan

pembelajaran pada umumnya terkandung secara implisit dalam task yang

diberikan;

d) Mahasiswa terampil dalam mencari bahan-bahan hukum relevan yang akan

dipergunakannya sebagai prior knowledge dalam menjawab persoalan. Hal ini

mungkin terlihat sepele, namun sesungguhnya mencari bahan tidaklah mudah.

Seperti misalnya mencari buku yang sesuai, perundang-undangan yang lengkap

beserta pasal yang dapat dipergunakannya, serta instrumen hukum di tingkat

nasional maupun internasional yang sesuai. Selain itu, dengan pesatnya

perkembangan zaman, teknologi juga semakin canggih, penggunaan bahan

hukum yang sumbernya dari internet juga tidak mungkin dipungkiri. Memilih

bahan dan informasi terpercaya yang diperoleh dari internet dan tidak

menggunakan informasi sampah (junk) serta mencari website journal baik

domestik dan internasional yang bereputasi baik juga bukanlah perihal yang

mudah. Terlebih lagi untuk mengunduh journal internasional yang tidak

berbayar dengan reputasi baik saat ini sungguhlah tidaklah terlalu mudah. Jika

mahasiswa mampu melakukan ini, maka sesungguhnya keterampilannya dalam

mem-browsing bahan hukum yang relevan dan terpercaya sudah ia peroleh;

e) Mahasiswa terampil dalam merestrukturisasi informasi yang diperolehnya dari

peserta tutorial lainnya;

Page 20: BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)...i BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Tim Penyusun I Made Budi Arsika, SH.,LLM Kadek Agus Sudiarawan, SH.,MH Ni Ketut Supasti Dharmawan

20

f) Mahasiswa terampil dalam mengemukakan pendapatnya, memberikan informasi

terkait bahasan tutorial maupun mengkritisi suatu hal. Dalam proses

penyampaian ini mahasiswa menjadi terampil untuk memilih dan memilah kata

baku dan formal mana yang seharusnya sopan untuk dipergunakannya dalam

menyampaikan pendapat maupun mengkritisi suatu isu. Hal ini menjadi suatu

nilai mengingat kuatnya arus modernisasi yang membuat mahasiswa cenderung

lebih suka menggunakan bahasa Indonesia yang tidak formal dibandingkan

menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar;

g) Mahasiswa terampil untuk berkolaborasi dan berinteraksi dalam sebuah grup

diskusi sebab bagi mahasiswa yang cerdas dan berambisi harus mampu

menahan ego untuk terus mendominasi diskusi dan bagi mahasiswa yang

pemalu ia harus menghapus rasa takutnya untuk mampu mengutarakan

pendapatnya;

h) Bagi mahasiswa yang berperan sebagai dsicussion leader menjadi terampil

dalam memandu jalannya diskusi dan memberikan perlakuan yang proporsional

kepada seluruh peserta tutorial dalam mengemukakan pendapat;

i) Bagi mahasiswa yang berperan sebagai note-taker memperoleh keterampilan

dalam pencatatan dan mengklasifikasikan permasalahan.

Sedangkan terkait Value (nilai), terdapat beberapa nilai yang dapat dipetik oleh

mahasiswa dari serangkaian metode pembelajaran melalui PBL meliputi : nilai kemandirian,

tanggung jawab dan rasa saling menghargai. Pada metode ini, mahasiswa didorong untuk

belajar mandiri (self-study) termasuk mencari bahan-bahan hukum tambahan yang relevan

setiap sebelum perkuliahan dan tutorial dimulai sebagai persiapan. Selain itu mahasiswa

haruslah bertanggung jawab terhadap apa yang ingin dipelajarinya. Sebagai bentuk

pengimplementasian keaktifan dalam sesi diskusi misalnya, mahasiswa harus saling

menghargai mahasiswa lainnya jika dirinya ingin juga dihargai dan didengar.

Berdasar pada serangkaian penjelasan tersebut di atas, outcomes yang diperoleh

mahasiswa dalam melaksanakan PBL, baik itu pada sesi perkuliahan dan tutorial adalah

bertambahnya knowledge (eksplisit), skill dan value (implisit). Aspek utama yang akan

dikuatkan tentu saja pengetahuan yang semakin beragam, keaktifan dari mahasiswa itu

sendiri yang merupakan perwujudan dari skill. Kemudian dan mendalam mengenai suatu

bahasan tertentu dan juga value berupa nilai kemandirian, tanggung jawab dan saling

Page 21: BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)...i BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Tim Penyusun I Made Budi Arsika, SH.,LLM Kadek Agus Sudiarawan, SH.,MH Ni Ketut Supasti Dharmawan

21

menghargai merupakan alasan lainnya yang menjadikan PBL sangat relevan untuk

dilaksanakan oleh mahasiswa.

3.3. Relevansi Problem Based Learning bagi Pengajar

Sebagai suatu metode pembelajaran yang berpusat pada keaktifan mahasiswa, proses

pembelajaran dengan metode PBL juga melibatkan peran tenaga pengajar atau dosen. Dosen

memegang peran aktif dalam mendistribusikan pengetahuan (transfer of knowledge) kepada

para mahasiswa dalam sesi perkuliahan. PBL yang dilaksanakan pada perguruan tinggi juga

memiliki manfaat strategis bagi dosen sebagai pihak yang terlibat didalamnya sehingga PBL

sejatinya sangat relevan bagi dosen untuk terus dilaksanakan dan dikembangkan secara

berkelanjutan.

Salah satu manfaat yang diperoleh dari seorang dosen dengan terlibat dalam

pemberian perkuliahan sebagai bagian dari PBL adalah knowledge, skill dan value baru

dalam memberikan pengajaran yang diperolehnya dalam berbagai

pelatihan/lokakarya/workshop terkait pelaksanaan metode PBL sebagai suatu proses

pembelajaran.

Pelatihan/lokakarya/workshop mengenai PBL yang diikuti oleh dosen sebelum terjun

memberikan pengajaran sebagai bagian dari pelaksanaan PBL sangatlah penting guna

mendukung terlaksananya metode PBL yang berkualitas. Meskipun seorang dosen sudah

memiliki pengalaman yang tinggi dan sangat fasih dalam melaksanakan pengajaran pada

kelas perkuliahan konvensional, namun sangat mungkin dalam praktik PBL, ia akan

menghadapi kesulitan dalam gaya mengajar pada sesi perkuliahan PBL karena sesi ini akan

dikombinasikan dengan sesi tutorial pada minggu berikutnya. Pada perkuliahan PBL, seorang

pengajar juga harus mengetahui apa yang dilakukan tutor pada sesi tutorial dan instrumen apa

yang dimiliki mahasiswa dan tutor (misalnya: reading materials, block book) dalam rangka

persiapan menghadapi tutorial. Hal tersebut bertujuan untuk mensinergikan apa yang

disampaikan oleh dosen saat sesi perkuliahan sejalan dengan apa yang akan difasilitasi tutor

dalam sesi tutorial.

Beberapa contoh pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan nilai (value)

baru yang didapat oleh dosen dengan mengikuti pelatihan PBL dan kemudian melaksanakan

PBL tersebut yaitu:

a) mengetahui metode PBL secara utuh dimulai dari akarnya yakni konsep PBL, sejarah

kemuncullannya, manfaat dan peran PBL bagi pendidikan serta instrumen-instrumen

Page 22: BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)...i BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Tim Penyusun I Made Budi Arsika, SH.,LLM Kadek Agus Sudiarawan, SH.,MH Ni Ketut Supasti Dharmawan

22

PBL dalam pengajaran yang sebelumnya tidak digunakan dalam perkuliahan biasa

(misal: block book dan reading materials);

b) soft skill yang akan semakin berkembang dan terasah seiring dengan seringnya seorang

dosen memberikan perkuliahan PBL;

c) menjadi terampil dalam membuat block book yang di dalamnya berisi task (tugas tutorial

untuk mahasiswa yang diwujudkan dalam problem task, discussion task atau study task)

baik itu hasil perumusan isu-isu riil terkini maupun kasus imaginer yang mampu

mengembangkan dan memacu daya analisis mahasiswa dalam pemecahan masalah;

d) menjadi terampil dalam memilih dan menulis bahan perkuliahan (reading materials)

pokok yang relevan untuk dibaca mahasiswa;

e) makin mengembangkan teknik-teknik mengajar untuk menciptakan suatu perkuliahan

yang aktif-reflektif sehingga komunikasi dua arah terjalin baik itu dari sisi dosen maupun

mahasiswa. Soft skill ini niscaya menumbuhkan kepuasan batin bagi dosen yang

bersangkutan sebab seorang empowered teacher adalah seorang pembuat keputusan yang

reflektif yang menemukan suka cita dalam proses belajar mengajar, seorang yang

pandangannya melihat pembelajaran sebagai suatu konstruksi dan mengajar adalah suatu

proses yang memfasilitasi, meningkatkan dan memperkaya perkembangan22

;

f) makin meningkatnya objektifitas dalam memberikan penilaian karena semuanya sudah

terukur dalam suatu rubrik penilaian dengan kriteria penilaian; serta

g) munculnya nilai (value) tanggung jawab dalam batin dimana dosen memastikan telah

terjadi transfer of knowledge (dalam hal ini minimal prior knowledge) yang dibutuhkan

oleh mahasiswa dalam pelaksanaan sesi tutorial yang tercermin melalui tercapainya

capaian mata kuliah.

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dengan berbagai

manfaat PBL yang diperoleh oleh pengajar, maka jelas bahwa PBL sangat memiliki

relevansi bagi dosen. Oleh karenanya PBL harus terus dilaksanakan secara

berkesinambungan untuk terus mengasah dan menambah knowledge, skill dan value pengajar

dalam rangka meningkatkan kualitas dunia pendidikan melalui pengembangan metode

pembelajaran yang efektif bagi mahasiswa.

22

Becoming a Reflective Teacher diakses pada http://www.sagepub.com/sites/default/files/upm-

binaries/6681_taggart_ch_1.pdf, tanggal 29 November 2016, h.1.

Page 23: BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)...i BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Tim Penyusun I Made Budi Arsika, SH.,LLM Kadek Agus Sudiarawan, SH.,MH Ni Ketut Supasti Dharmawan

23

3.4. Relevansi Problem Based Learning Bagi Tutor

Dengan mahasiswa sebagai pusat pada proses belajar mengajar (student-centered),

metode PBL diharapkan mampu meningkatkan knowledge, skill dan value dalam bentuk

partisipasi keaktifan para mahasiswanya serta cara berkolaborasi dan berargumentasi yang

terstruktur dengan difasilitasi tutor yang berperan reaktif. Sebagaimana yang telah dijelaskan

sebelumnya, PBL terdiri dari dua kegiatan untuk setiap mata kuliahnya, yakni sesi

perkuliahan dan sesi tutorial. Pada sesi tutorial, mahasiswa mendapatkan pemaparan materi

mengenai pokok bahasan yang telah ditentukan dalam block book dari seorang dosen. Dosen

dalam pengertian ini adalah staf tenaga pendidik di lingkungan fakultas (dosen konvensional

pada umumnya). Sedangkan dalam sesi tutorial, mahasiswa akan melakukan diskusi aktif

dipandu oleh seorang discussion leader23

dengan note taker24

sebagai juru catat jalannya

diskusi dengan difasilitasi oleh seorang tutor.

Tutor ini pada dasarnya memiliki peran sangat penting dalam proses PBL sebab

meskipun PBL adalah student-centered learning, mahasiswa juga tetap perlu untuk

difasilitasi oleh seorang (yang pada umumnya adalah dosen mata kuliah yang memberi materi

pada sesi perkuliahan itu sendiri) yang mampu berperan reaktif. Bentuk fasilitasi dalam

kaitannya dengan relevansi PBL bagi tutor inilah yang akan dibahas dalam sub bahasan ini.

Pertanyaan yang timbul kemudian adalah apakah perbedaan dosen dan tutor? Kemudian

apakah ada relevansi PBL dengan tutor, dalam manfaat apakah yang didapatkan oleh tutor

dengan membantu memfasilitasi pelaksanaan PBL?

Tutor adalah seorang staf tenaga pendidik (dosen) di lingkungan fakultas yang

berperan memfasilitasi proses pembelajaran dari grup tutorial dengan memberikan

pertanyaan-pertanyaan yang bersifat mendorong atau menstimulasi, memberikan bantuan

pada seven-jump approach, atau menyediakan feedback pada discussion leader/note taker

atau secara keseluruhan terhadap proses pembelajaran dalam grup tutorial25

. Mencermati

23

Discussion leader adalah seorang mahasiswa yang mengajukan dirinya secara sukarela untuk

memimpin jalannya diskusi pada tutorial atau seorang mahasiswa yang dipilih atas dasar kesepakatan dari

mahasiswa yang tergabung dalam kelompok tutorial tersebut. 24

Note taker adalah seorang mahasiswa yang mengajukan dirinya secara sukarela untuk menjadi juru

catat jalannya diskusi pada tutorial atau seorang mahasiswa yang dipilih atas dasar kesepakatan dari mahasiswa

yang tergabung dalam kelompok tutorial tersebut. 25

Heidi Maurer dan Christine Neuhold, Problems Everywhere? Strengths and Challenges of a

Problem-Based

Learning Approach in European Studies, paper dipresentasikan pada The Higher Education Academy

Social Science Conference “Ways of Knowing, Ways of Learning” tanggal 28 dan 29 Mei 2012, Liverpool

Session 4 – Selasa, 29 Mei, 14h, Canada Suite, diakses pada

https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjn

vpvVra_QAhWBKo8KHb5eAK4QFggnMAE&url=http%3A%2F%2Fwww.mceg-

Page 24: BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)...i BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Tim Penyusun I Made Budi Arsika, SH.,LLM Kadek Agus Sudiarawan, SH.,MH Ni Ketut Supasti Dharmawan

24

pengertian tutor tersebut, tentu hal yang pertama dapat dipetik adalah peran tutor pada saat

tutorial sangatlah berbeda dengan peran dosen (konvesional) pada saat memberikan sesi

perkuliahan (baik itu sebagai bagian dari PBL, atau sesi perkuliahan biasa yang tidak

menggunakan metode PBL). Kedua perbedaan tersebut secara gamblang dapat terlihat dari

gambar sederhana di bawah ini:

(Ilustrasi gambar oleh: Putu Aras Samsithawrati)

Gambar 2. Dosen dan Tutor dalam PBL

Dari Gambar 2 terlihat bahwa Dosen mengambil peran utama pada saat sesi

perkuliahan PBL. Simbol speaker disebelah simbol dosen mencerminkan bahwa dosenlah

yang mempunyai porsi lebih banyak dalam perkuliahan dengan cara memberikan pemaparan

materi mengenai pokok bahasan tertentu yang sudah ditentukan dalam block book secara

aktif. Tentu saja, dalam sesi perkuliahan tersebut komunikasi dua arah tetap haruslah terjalin,

dimana dosen juga harus memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengajukan

maastricht.eu%2Fpdf%2FMCEG_part%2520PBL_link2_%2520PBL%2520implementation%2520challenges.p

df&usg=AFQjCNG7oyc7PKtcOD3pLYMglJ6YaIfM-w&sig2=NbtI5v36Y8BqnDgsyj8-Iw tanggal 17

November 2016, h.10.

(bisa juga berbeda)

Page 25: BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)...i BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Tim Penyusun I Made Budi Arsika, SH.,LLM Kadek Agus Sudiarawan, SH.,MH Ni Ketut Supasti Dharmawan

25

pertanyaan maupun berpendapat terhadap materi yang disampaikan oleh dosen. Sedangkan

dari sisi kanan Gambar 1 di atas menggambarkan sesi tutorial. Pada umumnya dosen dalam

sesi perkuliahan yang akan menjadi tutor dalam sesi tutorial, walaupun dalam praktiknya bisa

juga tutor adalah seorang yang berbeda dari dosen yang memberikan perkuliahan. Peran dari

dosen yang kini berubah menjadi tutor dalam tutorial itupun tidak lagi sama. Sebagaimana

terlihat dari simbol speaker pada tutorial kini berpusat di lingkaran diskusi mahasiswa,

dimana ini berarti mahsiswalah yang berperan aktif dan tutor reaktif.

Perpindahan peran dari penyalur informasi menjadi fasilitator dalam proses

pembelajaran dapat sangat menantang bagi orang-orang (tenaga pendidik/dosen) yang baru

terhadap hal yang berkaitan dengan pertutoran26

. Bagi orang-orang yang baru terhadap hal

pertutoran tersebut seringkali mengutarakan ketidakpastian fungsi atau perannya sebagai

tutor dalam PBL27

. Sebagai contoh adalah seorang tutor yang belum terbiasa dengan PBL dan

perannya yang reaktif serta tidaklah juga menguasai dengan konten pokok bahasan yang

dibahas dalam tutorial akan cenderung membiarkan para mahasiswa berdiskusi hal-hal yang

sesungguhnya sia-sia. Seorang tutor yang ahli di bidang konten pokok bahasan yang dibahas

dalam tutorial namun tidak terbiasa dengan peran tutor yang seharusnya reaktif akan juga

merusak jalannya tutorial, sebab ia akan cenderung terus menyampaikan pendapatnya dan

menyediakan informasi yang seharusnya dicari sendiri mahasiswa. Oleh karena itu, idealnya,

seorang tutor haruslah merupakan ahli baik itu di bidang pokok bahasan yang dibahas dalam

tutorial dan sekaligus ahli dalam teknik memfasilitasi tutorial.

Aktif dan reakatif adalah dua kata yang memiliki arti berbeda. Aktif berarti mampu

beraksi dan bereaksi28

. Sedangkan reaktif berarti sifat cenderung, tanggap, atau segera

bereaksi terhadap sesuatu yang timbul atau muncul29

. Tutor dalam sesi tutorial memiliki

peran yang reaktif dalam memfasilitasi jalannya diskusi. Adapun yang menjadi tugas dari

seorang tutor PBL dalam rangka memfasilitasi grup tutorial dalam berdiskusi tersebut yaitu:30

a) Mengatur iklim - menciptakan suasana lingkungan yang aman, kondusif untuk

dalam rangka belajar mandiri (self-directed);

b) Merencanakan - mengorganisasi dan menstrukturisasi tutorial;

26

Allyn Walsh, The Tutor in PBL Problem Based Learning a Novice’s Guide, diakses pada

https://fhs.mcmaster.ca/facdev/documents/tutorPBL.pdf tanggal 19 November 2016, h.10. 27

Ibid. 28

Diakses pada http://kbbi.web.id/aktif tanggal 19 November 2016. 29

Ibid. 30

Lihat Allyn Walsh, https://fhs.mcmaster.ca/facdev/documents/tutorPBL.pdf h.11.

Page 26: BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)...i BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Tim Penyusun I Made Budi Arsika, SH.,LLM Kadek Agus Sudiarawan, SH.,MH Ni Ketut Supasti Dharmawan

26

c) Mengklarifikasi kebutuhan-kebutuhan pembelajaran - membuat kerangkan

tujuan dan menentukan tujuan;

d) Mendesain suatu rencana pembelajaran - membantu mahasiswa dalam membuat

rencana pembelajaran dan mengembangkan strategi;

e) Terlibat dalam aktivitas pembelajaran dalam makna memandu untuk

memastikan mahasiswa berdiskusi sesuai dengan jalur dalam pembelajaran;

f) Mengevaluasi hasil pembelajaran - termasuk masukan yang formatif dan juga

evaluasi yang sumatif;

Selain itu dalam memfasilitasi tutorial, tutor juga mempunyai tugas untuk:

g) memberikan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat provokatif (mendorong atau

menstimulasi);

h) memberikan bantuan pada seven-jump approach; dan

i) menyediakan feedback pada discussion leader/note taker atau secara

keseluruhan terhadap proses pembelajaran dalam grup tutorial.

Pembahasan selanjutnya adalah relevansi PBL dengan tutor, dalam makna apakah

yang didapatkan oleh tutor dengan membantu memfasilitasi pelaksanaan PBL. Di balik peran

tutor yang reaktif itu tutor sesungguhnya mendapatkan knowledge, skill dan value yang baru.

Sebelum seorang tutor terjun langsung memfasilitasi sebuah tutorial, tutor tersebut haruslah

mendapat pelatihan (training) terlebih dahulu. Dalam pelatihan tersebutlah tutor akan

mendapatkan knowledge mengenai apa itu PBL, sejarahnya, sistem pembelajarannya, tujuan

dan manfaat yang ingin dicapai. Selain itu tutor juga mendapatkan skill mengenai

memfsilitasi suatu pembelajaran dengan reaktif tanpa harus menjadi aktif guna mendorong

terwujudnya keaktifan dan kolaborasi antar mahasiswa dalam berdiskusi dan mengutarakan

pendapatnya. Skill ini bukanlah suatu hal yang sepele dan tidak berarti. Sebaliknya, skill ini

sangatlah berarti dan memiliki value.

Jika terus dilatih, maka tutor akan semakin mampu untuk memunculkan sisi dirinya

yang tanggap dan reaktif dalam memastikan diskusi mahasiswa tetap on track dan mencapai

target tanpa mencampurinya. Tutor juga akan semakin tertantang untuk menciptakan

pertanyaan-pertanyaan ang bersifat menggali dan bermakna tanpa melakukan pencangkokan

atau spoon feeding pikiran para mahasiswanya. Manfaat lainnya yang bisa diperoleh tutor

adalah ia akan semakin mampu untuk menggali potensi dirinya dalam pemberian masukan

dan juga kelapangdadaan hatinya untuk menerima masukan dari para mahasiswanya. Hal-hal

bermakna dan tersembunyi di balik kata reaktif itulah yang seringkali tidak dilirik dosen pada

Page 27: BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)...i BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Tim Penyusun I Made Budi Arsika, SH.,LLM Kadek Agus Sudiarawan, SH.,MH Ni Ketut Supasti Dharmawan

27

umumnya sehingga enggan untuk berpartisipasi menjadi tutor. Padahal, tutor ini menyimpan

banyak kelebihan bagi tutor yang berkenan untuk mendalami dan terjun langsung dalam

praktiknya.

3.5. Relevansi Problem Based Learning Bagi Pengguna Alumni (Alumni User)

Tujuan utama yang ingin diraih setiap mahasiswa setelah menempuh studinya di

universitas tentu saja adalah dapat bekerja di perusahaan yang bagus dan memiliki

penghasilan layak. Dengan semakin banyaknya mahasiswa yang telah selesai menempuh

studi, maka semakin banyak pula para calon pekerja yang berebut untuk mendapat pekerjaan.

Mendapatkan pekerjaan sesuai dengan bidang yang kita minati dan mampu menghargai

kemampuan kita dengan layak tentu menjadi sebuah tantangan sekaligus target yang harus

dihadapi dan diraih. Perusahaan yang bagus tentu saja menginginkan calon pekerjanya adalah

seseorang yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan nilai dalam dirinya untuk bekerja

pada perusahaannya. Tiga karakteritik yang diinginkan perusahaan tersebut terkait erat

dengan outcome yang seharusnya dimiliki oleh alumni suatu institusi pendidikan yang dalam

proses pembelajarannya menggunakan metode PBL. Dengan demikian, pelaksanaan PBL

kemudian sangat relevan sesuai dengan kebutuhan pengguna alumni.

Mengutip situs tipskarir.com, disebutkan bahwa salah satu perusahaan besar yang

bergerak di bidang employer branding melakukan survey kepada 400.000 mahasiswa serta

terhadap para profesional beberapa tahun lalu dan menemukan 5 kepribadian calon pekerja

yang banyak diinginkan oleh sejumlah perusahaan besar31

. Hasil survey tersebut

menunjukkan bahwa sekitar 86% perusahaan sangat menginginkan memiliki karyawan yang

memiliki rasa profesional yang tinggi, aktif, memiliki energi yang tinggi, percaya diri yang

besar serta gesture dan manner. Jika diperhatikan, kelima kriteria tersebut sesungguhnya

identik atau dimiliki oleh alumni yang mana pada proses belajar mengajar di perguruan

tingginya menggunakan PBL. Perusahaan-perusahaan selaku pengguna lulusan tentu saja

akan cenderung melirik para alumni yang memiliki karakteristik demikian.

Dari lima kriteria tersebut, merekrut pekerja yang aktif merupakan salah satu

kebutuhan perusahaan. Alumni sebagai lulusan yang sudah terbiasa dan sering melaksanakan

PBL dalam proses pembelajarannya akan cenderung lebih aktif dibandingkan dengan lulusan

lainnya yang dalam proses perkuliahannya tidak menerapkan PBL. Sejalan dengan keaktifan,

31

Desy Sintia Kresnawati, Seperti Apa Kriteria Karyawan yang dicari Perusahaan?, diakses pada

http://tipskarir.com/seperti-apa-kriteria-karyawan-yang-dicari-perusahaan/ pada 20 November 2016.

Page 28: BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)...i BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Tim Penyusun I Made Budi Arsika, SH.,LLM Kadek Agus Sudiarawan, SH.,MH Ni Ketut Supasti Dharmawan

28

alumni tersebut juga potensial akan memiliki energi yang tinggi dalam berkerja dan memiliki

rasa tanggung jawab yang kuat. Hal ini karena PBL menerapkan proses pembelajaran dengan

mahasiswa sebagai pusatnya (student centered), dimana mahasiswalah yang harus aktif dan

bertanggung jawab atas pembelajarannya dan sejauh mana ilmu yang ingin dimilikinya. Pada

pelaksanaan metode ini mahasiswa harus senantiasa mempersiapkan diri mencari bahan

hukum dan juga selalu berpartisipasi dalam semua sesi. Sejauh ini, hal tersebut merupakan

nilai lebih bagi pengguna alumni yang sudah terbiasa dengan metode PBL. Kriteria lainnya

yakni memiliki rasa profesional yang tinggi juga tentu saja dimiliki oleh alumni yang sudah

berpengalaman dengan PBL, sebab sedari awal pembelajaran self-study pada student-

centered learning mampu menghasilkan sumber daya manusia yang bertanggung jawab

sehingga rasa profesionalisme terpupuk sejak awal. Alumni yang berpengalaman dengan

PBL akan terbiasa untuk mempersiapkan dirinya dengan sebaik-baiknya untuk memberikan

yang terbaik saat sesi tutorial berlangsung sehingga ia mendapat transfer of knowledge yang

jauh lebih dalam dan bermanfaat. Selain itu pengguna alumni juga akan sangat diuntungkan

karena dengan calon pekerja yang terbiasa dengan PBL akan memiliki percaya diri yang

lebih besar serta gesture dan manner sebab saat tutorial khususnya, ia dilatih untuk terampil

berpendapat dan menyampaikan pertanyaan dengan tetap menjaga standar etika.

Sebagaimana dilansir dari website cnn32

, salah satu alasan mengapa pemberi kerja

mau mempekerjakan calon pekerja adalah karena ia memiliki kemampuan yang baik untuk

bekerja dengan yang lainnya. Dengan kata lain, seorang calon pekerja diharapkan dapat

bekerja dalam team work. Kembali, pengguna alumni yang sudah berpengalaman dengan

PBL tentu saja akan merasa diuntungkan sebab ia akan mendapatkan calon pekerja yang

sudah terampil dan terbiasa bekerja dalam sebuah tim. Dalam sesi tutorial khususnya, para

alumni tersebut dulunya biasa berdiskusi dalam sebuah kelompok dalam suasana diskusi

yang sehat meskipun di dalamnya tidak tertutup kemungkinan mereka saling berbeda

pendapat dan saling mengkritik dalam rangka melakukan penguatan dan pendalaman materi.

Selain itu cnn juga mengemukakan alasan lainnya adalah jika calon pekerja itu memiliki

keterampilan adalah menyelesaikan suatu persoalan secara kreatif (creative problem-solving

skill). Aspek ini sesungguhnya adalah nilai plus bagi alumni yang familiar dengan PBL

maupun bagi pengguna alumni tersebut. Hal ini karena alumni tersebut sudah terbiasa untuk

mencari alternatif pemecahan suatu masalah dalam tutorial. Tidak hanya mencari pemecahan

32

Rachel Zupek, Top 10 Reasons Employers Want to Hire You, diakses pada

http://edition.cnn.com/2009/LIVING/worklife/11/02/cb.hire.reasons.job/ tanggal 20 November 2016.

Page 29: BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)...i BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Tim Penyusun I Made Budi Arsika, SH.,LLM Kadek Agus Sudiarawan, SH.,MH Ni Ketut Supasti Dharmawan

29

masalah, dalam tutorial mereka juga sudah dikondisikan untuk terbiasa mencari tujuan

pembelajaran, lalu mengidentifikasi permasalahan yang terkait untuk kemudian dipecahkan

secara kreatif bersama-sama.

Berdasarkan paparan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan PBL

pada bangku perkuliahan di institusi pendidikan bagi mahasiswa khususnya di FH Unud

sangatlah relevan bagi para pengguna alumni. Hal ini karena para mahasiswa yang lulus

tersebut (alumni) akan memiliki keunggulan karakteristik baik itu dari sisi knowledge, skill

maupun value yang diperolehnya dalam proses pembelajaran melalui metode PBL. Oleh

karena itu pengguna alumni akan sangat diuntungkan jika menerima alumni tersebut sebab ia

memiliki pengetahuan, keterampilan dan nilai yang lebih dibandingkan calon pekerja lainnya.

Page 30: BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)...i BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Tim Penyusun I Made Budi Arsika, SH.,LLM Kadek Agus Sudiarawan, SH.,MH Ni Ketut Supasti Dharmawan

30

BAB IV

PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING DI FH UNUD

4.1. Penentuan Planning Group

Planning group merupakan suatu kelompok yang terdiri penyusun mata kuliah yang

sekaligus merupakan kandidat Pengajar dan/atau Tutor. Penentuan planning grup dapat

dilakukan oleh Pimpinan Bagian atau koordinasi di antara Dosen yang biasanya mengampu

dan/atau yang berminat mengampu mata kuliah. Planning group juga membagi anggotanya

ke dalam penanggung jawab kegiatan perkuliahan, penanggung jawab kegiatan tutorial, dan

penanggung jawab ujian. Masing-masing penanggung jawab akan menjadi pusat informasi

berkaitan dengan proses yang berlangsung.

4.2. Penyusunan Block Book dan Reader

Block Book merupakan buku panduan pembelajaran yang memuat sejumlah hal detail

berkaitan dengan perencanaan perkuliahan. Proses penyusunan block book dan reader amat

penting dilakukan karena penerapan PBL sudah direncanakan pada tahap ini. Reader yang

memuat referensi yang dibutuhkan dalam menunjang pembelajaran merupakan suplemen

bagi block book. Baik Block Book maupun reader harus dibagikan kepada mahasiswa

sebelum perkuliahan berlangsung.

4.3. Pengorganisasian Jadwal Pelaksanaan

Dalam rangka menjamin kelancaran perkuliahan, Planning Group harus

berkoordinasi dengan Wakil Dekan I bidang Kurikulum dan Kepala Subbag Akademik

mengenai jadwal pelaksanaan.

4.4. Persiapan Teknis

Terdapat sejumlah persiapan teknis yang harus dilakukan untuk menunjang

kelancaran penerapan PBL, di antaranya

(1) Pembagian tugas Lecturer dan Tutor

(2) Pembagian mahasiswa ke dalam kelas-kelas Tutorial

(3) Pengumuman jadwal dan kegiatan melalui laman resmi FH Unud

(4) Setting ruangan untuk pelaksanaan tutor meeting

(5) Setting ruangan perkuliahan (lecture)

Page 31: BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)...i BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Tim Penyusun I Made Budi Arsika, SH.,LLM Kadek Agus Sudiarawan, SH.,MH Ni Ketut Supasti Dharmawan

31

(6) Setting ruangan-ruangan tutorial

4.5. Pelaksanaan

Pada fase pelaksanaan, Pengajar, Tutor, dan Mahasiswa melaksanakan kegiatannya

masing-masing sebagaimana panduan praktis.

4.6. Evaluasi

Dalam rangka mengukur implementasi PBL, harus dilakukan evaluasi di akhir

semester. Evaluasi dari mahasiswa harus memuat persepsi, opini, dan saran mahasiswa

mengenai PBL yang dipraktikkan melalui kuesioner tertulis yang diisi oleh semua atau

sampel mahasiswa sedangkan evaluasi dari Dosen, Tutor, dan Staf Kependidikan dapat

dilakukan melalui rapat evaluasi.

Page 32: BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)...i BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Tim Penyusun I Made Budi Arsika, SH.,LLM Kadek Agus Sudiarawan, SH.,MH Ni Ketut Supasti Dharmawan

32

BAB V

MODIFIKASI DAN INOVASI PROBLEM BASED LEARNING DI FAKULTAS

HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA

Evaluasi terhadap Implementasi PBL di FH Unud mendorong dilakukannya sejumlah

proses modifikasi serta melahirkan sejumlah inovasi. Modifikasi dan inovasi tersebut akan

diuraikan dalam penjelasan berikut.

5.1. Seven Jump Approach (Seven Step Approach)

PBL di FH Unud ada pada mulanya sebagai bagian dari salah satu program utama

dalam kerjasama FH Unud dengan Maastricht University, the Netherlands melalui NPT

Project NUFFIC IND 223-Strengthening Faculty of Law Udayana University through

Curriculum and Human Resources Development. Tiga alasan pedagogis utama yang

mendasari PBL adalah pembelajaran dengan mahasiswa sebagai pusatnya (student-centered

learning), aktif dan terkonstruksi, serta proses yang kolaboratif33

. Sebagaimana PBL yang

ada pada Maastricht University, PBL yang ada di FH Unud juga menggunakan Seven Steps

Approach sebagai suatu instruksi pelaksanaan ketiga alasan pedagogis yang mendasari PBL

tersebut agar berjalan secara terintegrasi.

Seven-step approach atau disebut juga sebagai seven jump approach dikembangkan di

Maastricht University untuk memfasilitasi dan berperan sebagai suatu struktur proses belajar

mahasiswa dalam kerangka PBL34

. Tutorial dengan seven-step approach sebagaimana

dilakukan di Maastricht University yakni: (a) setiap sesi tutorial dimulai dengan post-

discussion dari tugas yang sudah dipersiapkan mahasiswa melalui proses belajar mandiri

(self-study) sebelum tutorial dan (2) setelah jeda singkat dilakukan pre-discussion dari tugas

selanjutnya diikuti dengan mahasiswa mempersiapkan hingga pertemuan tutorial

berikutnya35

. Pada tahap pre-discussion dilakukan 5 langkah pertama dari seven-step

approach yakni: (1) clarifiaction of terms and concepts (klarifikasi istilah dan konsep); (2)

formulation of a problem statement (formulasi permasalahan); (3) Brainstorm; (4)

classification and structuring of brainstorm; (5) formulation of learning objectives. Setelah

itu selesai, mahasiswa meninggalkan grup diskusi tersebut untuk melaksanakan tahapan

33

Ibid., h.2. 34

Ibid., h.7. 35

Ibid.

Page 33: BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)...i BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Tim Penyusun I Made Budi Arsika, SH.,LLM Kadek Agus Sudiarawan, SH.,MH Ni Ketut Supasti Dharmawan

33

berikutnya yakni (6) self-study (memegang peranan penting pada proses pembelajaran PBL

sebab menekankan tanggung jawab masing-masing individu untuk memperoleh pengetahuan

yang diperlukan); kemudian pada tutorial berikutnya yakni pada tahap post-discussion

dilakukan langkah berikutnya (7) report back and exchange their answers36

.

Berangkat dari seven-step approach yang berasal dari Maastricht University tersebut

kemudian FH Unud melakukan modifikasi terhadap approach tersebut dalam rangka

penyesuaian dengan situasi belajar mengajar yang ada di lingkungan kampus dengan tetap

mempertahankan esensi “tujuh” langkah pada approach yang dipergunakan. Di FH Unud

sendiri langkah yang sudah dimodifikasi dan kemudian dipergunakan tersebut juga disebut

sebagai seven-step approach atau seven jump approach.

Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, PBL yang ada di FH Unud sudah

melalui proses modifikasi dari awalnya PBL di Faculty of Law Maastricht University, the

Netherlands guna menyesuaikan dengan suasana perkuliahan di FH Unud. PBL yang ada di

FH Unud pada dasarnya terdiri dari dua kegiatan per mata kuliahnya yaitu:

1. Sesi perkuliahan

Pada sesi perkuliahan mahasiswa mendapatkan paparan materi dari staff pengajar

akademik yang ada di lingkungan FH Unud (dosen).

2. Sesi Tutorial

Pada sesi tutorial mahasiswa melakukan diskusi dengan acuan block book yang

membahas berbagai task seperti misalnya discussion task, problem task atau study

task.

Perkuliahan dengan metode PBL akan diawali dengan sesi perkuliahan, kemudian

pada pertemuan kedua akan diikuti dengan sesi tutorial terkait perkuliahan pertama. Setelah

itu proses pembelajaran pada pertemuan-pertemuan selanjutnya dilanjutkan dengan sesi

perkuliahan lalu tutorial di pertemuan berikutnya dan begitu seterusnya hingga satu semester

usai. Dalam sesi perkuliahan, mahasiswa akan diberikan paparan materi yang disampaikan

oleh dosen mengenai suatu sub bab tertentu yang telah ditentukan dalam block book

Sedangkan pada sesi tutorial mahasiswa akan diajak untuk melakukan diskusi aktif dengan

seven-step approach guna membahas discussion task, problem task atau study task

sebagaimana tercantum dalam block book masing-masing mata kuliah dengan dipimpin oleh

seorang discussion leader (mahasiswa secara sukarela atau dipilih berdasar kesepakatan),

seorang note taker (mahasiswa mengajukan dirinya secara sukarela atau dipilih berdasar

36

Ibid., h.9.

Page 34: BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)...i BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Tim Penyusun I Made Budi Arsika, SH.,LLM Kadek Agus Sudiarawan, SH.,MH Ni Ketut Supasti Dharmawan

34

kesepakatan untuk bertugas mencatat jalannya diskusi pada white board) dengan difasilitasi

tutor37

yang berperan reaktif.

Seven jump approach atau seven step approach yang dipergunakan dalam sesi tutorial

PBL di FH Unud terdiri dari tujuh langkah, yakni:

1. Membaca (Reading)

Dengan dipimpin oleh instruksi dari discussion leader, sesi diskusi pada tutorial

ini diawali dengan langkah pertama yaitu membaca kembali task yang diberikan

baik itu berupa discussion task, problem task atau study task. Meskipun sebelum

tutorial berlangsung mahasiswa sudah harus membaca dan mempersiapkan bahan

diskusi dan membaca reading materials yang mengacu pada task tersebut, pada

saat sesi tutorial berlangsung, mahasiswa diminta untuk kembali membaca task

guna mengingat kembali tugas yang harus didiskusikan sebagai bentuk persiapan.

2. Menentukan kata-kata susah dan konsep (Determining difficult terms and

concepts)

Setelah selesai membaca, langkah kedua adalah discussion leader mengarahkan

peserta tutorial untuk menentukan kata-kata susah atau konsep yang ditemukan

dalam task. Mulai pada tahap ini mahasiswa yang berperan sebagai note taker

mulai mencatat di papan kata-kata susah ataupun konsep-konsep yang diajukan

oleh peserta tutorial. Setelah mengetahui kata-kata apa saja yang dianggap susah

atau konsep apa saja yang masih dianggap kurang jelas, maka discussion leader

bisa melempar pertanyaan kembali pada peserta tutorial untuk menentukan kata-

kata atau konsep mana saja yang dianggap benar-benar penting untuk didiskusikan

dan dielaborasi lebih lanjut. Pemangkasan ini sangat penting untuk dilakukan

mengingat adanya kemungkinan peserta tutorial hanya sekedar mengutarakan

kata-kata atau konsep yang sebenarnya tidak sulit atau sudah diketahui secara

umum sebagai bentuk partisipasi. Sehingga, dengan adanya pemangkasan,

pengalokasian waktu yang sudah ditentukan dapat berjalan dengan optimal.

37

Tutor yang dimaksud dalam hal ini dapat berupa dosen yang sama yang memberikan paparan materi

pada sesi perkuliahan atau asisten dosen. Hanya saja, karena peran dosen bukanlah sebagai pihak yang aktif,

melainkan sebagai fasilitator yang reaktif dalam jalannya diskusi pada sesi tutorial, maka dosen tersebut disebut

penamaannya sebagai tutor.

Page 35: BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)...i BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Tim Penyusun I Made Budi Arsika, SH.,LLM Kadek Agus Sudiarawan, SH.,MH Ni Ketut Supasti Dharmawan

35

3. Brainstorming melalui klarifikasi kata-kata susah dan konsep

Langkah ketiga adalah discussion leader mendorong para peserta tutorial untuk

melakukan brainstorming melalui proses pengklarifikasian kata-kata susah dan

konsep yang dianggap kurang jelas yang sudah melalui proses seleksi pada tahap

dua. Kembali note taker mencatat rincian dari proses brainstorming ini pada

papan tulis. Discussion leader diharapkan mampu mengambil perannya untuk

mengestimasi pelaksanaan langkah ketiga ini agar berjalan tepat waktu sehingga

masih cukup waktu untuk membahas langkah selanjutnya.

4. Memformulasikan tujuan pembelajaran (Formulation of learning goal)

Pada tahap keempat ini discussion leader mendorong para peserta tutorial untuk

menemukan sebanyak-banyaknya learning goals dari task yang diberikan. Setelah

itu barulah discussion leader melempar kembali pertanyaan pada floor untuk

menentukan dari sejumlah learning goals yang diajukan tersebut, yang manakah

yang kiranya paling tepat untuk dijadikan sebagai learning goal. Setelah itu

barulah mereka secara bersama-sama untuk mulai memformulasikan learning

goal tersebut. Kembali note taker mencatat rincian dari proses formulasi ini pada

papan tulis. Pada tahap ini, jika tutor dapat meluruskan perihal learning goal

(menjalankan perannya sebagai fasilitator yang bersifat reaktif) jikalau ternyata

para peserta tutorial dibawah arahan discussion leader menemukan learning goal

yang menyimpang dari yang ditentukan dalam standard answer yang dipegang

oleh tutor.

5. Mencari pengetahuan pendahuluan (Seeking Prior Knowledge)

Setelah menemukan learning goal dalam tutorial ini, maka langkah kelima adalah

para peserta tutorial yang dipandu oleh discussion leader didorong untuk

menemukan prior knowledge yang dibutuhkan dalam rangka menjawab learning

goal yang telah ditentukan sebelumnya dalam langkah keempat. Prior knowledge

ini dapat ditemukan dalam berbagai bahan perkuliahan yang disampaikan saat sesi

perkuliahan sebelum sesi tutorial itu berlangsung atau melalui bahan-bahan

pustaka yang sebelumnya telah dicari oleh para peserta tutorial melalui self-study

di rumah. Kembali note taker mencatat rincian dari proses pencarian prior

knowledge ini pada papan tulis.

Page 36: BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)...i BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Tim Penyusun I Made Budi Arsika, SH.,LLM Kadek Agus Sudiarawan, SH.,MH Ni Ketut Supasti Dharmawan

36

6. Menjawab tujuan pembelajaran (Answering the learning goal)

Setelah mengetahui apa learning goal dari tutorial dan memiliki prior knowledge

yang memadai untuk menjawab learning goal, maka langkah keenam adalah

menjawab learning goal dengan menggunakan prior knowledge yang sudah

dikemukakan. Dalam tahap ini para peserta tutorial diharapkan berpartisipasi aktif

untuk berargumen dan berdiskusi secara sehat. Peran discussion leader juga

penting disini, sebab ia harus memberikan kesempatan yang sama kepada seluruh

peserta tutorial dalam mencoba menjawab learning goal tersebut. Kembali note

taker mencatat rincian dari proses ini pada papan tulis. Jika dirasa sudah cukup,

maka discussion leader dan note taker dapat menyelesaikan tugasnya. Sebelum

langkah ketujuh dilaksanakan, yakni proses pelaporan, maka tutor dapat

mengapresiasi pelaksanaan tutorial, mengevaluasi pelaksanaan tutorial (suasana,

teknis pelaksanaan, dan sikap peserta), serta menyampaikan klarifikasi terhadap

substansi yang dibahas selama pelaksanaan tutorial sebagai bentuk perannya

memfasilitasi jalannya tutorial secara reaktif.

7. Pelaporan (Reporting)

Langkah ketujuh adalah proses pelaporan yang dilakukan secara individu. Jadi,

setiap peserta tutorial, termasuk discussion leader dan note taker diminta untuk

membuat laporan atas jalannya diskusi dalam tutorial untuk dikumpulkan kepada

tutor.

Berdasarkan seven jump approach tersebut, maka dapat terlihat bahwa peran dari

discussion leader dalam tutorial yaitu38

:

a) Mengarahkan kelompok diskusi melalui seven jump approach;

b) Memastikan adanya kesempatan untuk berpartisipasi secara sama bagi seluruh

peserta tutorial;

c) Mempertahankan kedinamisan kelompok diskusi yang baik;

d) Memantau waktu diskusi;

38

James Busfield dan Ton Peijs, Learning Materials in a Problem Based Course, diakses pada

http://www.materials.ac.uk/guides/pbl.asp tanggal 20 November 2016, h. 6.

Page 37: BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)...i BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Tim Penyusun I Made Budi Arsika, SH.,LLM Kadek Agus Sudiarawan, SH.,MH Ni Ketut Supasti Dharmawan

37

e) Memastikan bahwa kelompok diskusi tetap berjalan sesuai arah terkait tugas

yang sedang dibahas;

f) Mengecek jika note taker mencatat poin penting dalam diskusi.

Sedangkan peran dari note-taker yaitu: membuat catatan dari jalannya diskusi dengan

menuliskan poin-poin tersebut secara berstruktur dan berpartisipasi dalam grup diskusi.

Lebih lanjut, peran dari peserta tutorial berdasarkan seven jump approach tersebut

yaitu39

:

a. Mengikuti langkah-langkah dalam seven jump approach;

b. Berpartisipasi secara aktif dalam grup diskusi;

c. Mendengarkan kontribusi yang diberikan oleh peserta lainnya dalam tutorial;

d. Menanyakan pertanyaan terbuka;

e. Melakukan riset terhadap seluruh tujuan pembelajaran secara mandiri;

f. Membagikan informasi dengan satu sama lainnya.

Demikianlah dapat disimpulkan bahwa seven jump approach pada pelaksanaan

tutorial di FH Unud terdiri dari tujuh langkah di atas yang merupakan hasil modifikasi dari

seven-step approach Maastricht University, the Netherlands. Pelaksanaan seven jump

approach ini juga dipastikan telah dilakukan dengan baik berdasar pantauan bersama baik

dari para peserta tutorial dan tutor melalui check list of tutor activities yang akan dijelaskan

dalam sub bab berikutnya.

5.2. Problem Based Learning dengan Kelompok Besar

Sebagai suatu bentuk metodologi pembelajaran dalam kurikulum perkuliahan, PBL,

terdiri dari lecturing session (sesi perkuliahan) dan tutorial session (sesi tutorial). Sesi tutorial

sebagai bentuk pelaksanaan PBL memiliki banyak keuntungan bagi proses belajar mengajar

di perguruan tinggi. Beberapa contoh keuntungan yang dapat diperoleh dari pelaksanaan sesi

tutorial ini adalah mampu memberikan pengalaman baru, dimana: (a) mahasiswa menjadi

lebih aktif dalam mengemukakan pendapatnya terhadap suatu bahasan melalui pembelajaran

yang berpusat pada mahasiswa (student-centered); (b) Discussion task, problem task atau

study task ini dapat memberikan suasana advance international legal curriculum pada para

mahasiswa untuk dibahas dalam sesi tutorial; (c) sesi tutorial ini mampu memperbaharui atau

meningkatkan pendidikan hukum di Indonesia; (d) mengajarkan mahasiswa bagaimana

caranya bekerja dalam kelompok; (e) melatih ketrampilan pemecahan masalah pada

39

Ibid.,h.7.

Page 38: BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)...i BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Tim Penyusun I Made Budi Arsika, SH.,LLM Kadek Agus Sudiarawan, SH.,MH Ni Ketut Supasti Dharmawan

38

mahasiswa; (f) mendorong keingintahuan sehingga menghasilkan pemikiran yang kritis dan

berkualitas; serta tentu saja (g) membuat prose belajar mengajar menjadi lebih menarik dan

berwarna.

Penerapan PBL secara murni, dalam konteks pelaksanaanya diikuti dengan

terpenuhinya syarat jumlah mahasiswa adalah dalam kelompok kecil (15 sampai 20 orang)

per ruangan tutorial40

tentu saja suatu yang sangat ideal dan diidamkan. Terlebih lagi jika

didukung dengan tutor yang mengerti perannya dalam diskusi pada tutorial, yakni

memberikan fasilitasi yang bersifat reaktif, dan juga pendanaan yang cukup dari fakultas

untuk menyediakan sarana ruang tutorial yang memadai (ruangan cukup berukuran sedang

yang mampu mengakomodir meja dan kursi yang diatur melingkar dengan kapasitas kursi 15

sampai 20 orang, LCD serta white board). Namun demikian, tidaklah tertutup kemungkinan

kendala-kendala dapat saja terjadi mengingat jika konsep PBL murni yang berakar dari luar

negeri tersebut dibawa ke Indonesia dengan kapasitas mahasiswa yang umumnya banyak

pada fakultas hukum namun jumlah ruangan tutorial PBL sedikit atau bahkan belum tersedia.

Oleh karena itu, solusi kreatif terhadap permasalahan tersebut adalah menjalankan PBL

dengan modifikasi, yakni PBL dalam kelompok besar. Pelaksanaan PBL dalam kelompok

besar ini pada dasarnya adalah bertujuan untuk:

a) Mengakomodir jumlah mahasiswa dalam satu mata kuliah yang terdiri dalam

jumlah yang besar, misalnya 30-60 orang;

b) Mengatasi minimnya ruang tutorial yang memadai untuk melaksanakan tutorial

atau bahkan ketidaktersediaan ruang tutorial; dan

c) Mengatasi kesulitan pendanaan dalam penyediaan ruang tutorial yang memadai.

Agar mendapat bayangan terhadap kendala yang mungkin dihadapi dalam

pelaksanaan PBL di Indonesia, maka akan diberikan sebuah ilustrasi sebagai berikut:

40

PBL di FH Unud merupakan PBL hasil modifikasi yang telah disesuaikan dengan situasi kampus FH

Unud yang pada dasarnya mengacu pada PBL dari Maastricht University yang terwujud melalui kerjasama NPT

Project NUFFIC IND 223-Strengthening Faculty of Law Udayana University through Curriculum and Human

Resources Development. Dimana PBL pada Maastricht University idealnya terdiri dari 15-20 orang per ruangan

tutorial, meskipun ini sedikit berbeda dari setingan original tutorial pada mulanya yakni 5-6 orang. Hal ini

terlihat dari kalimat “While in the original set-up the tutorial group was limited to 5-6 students, the tutorial

groups at Maastricht University consist of 12-15 students” lihat pada Heidi Maurer dan Christine Neuhold,

https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjn

vpvVra_QAhWBKo8KHb5eAK4QFggnMAE&url=http%3A%2F%2Fwww.mceg-

maastricht.eu%2Fpdf%2FMCEG_part%2520PBL_link2_%2520PBL%2520implementation%2520challenges.p

df&usg=AFQjCNG7oyc7PKtcOD3pLYMglJ6YaIfM-w&sig2=NbtI5v36Y8BqnDgsyj8-Iw, h.6.

Page 39: BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)...i BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Tim Penyusun I Made Budi Arsika, SH.,LLM Kadek Agus Sudiarawan, SH.,MH Ni Ketut Supasti Dharmawan

39

d) Misalnya mata kuliah wajib fakultas/universitas yang harus ditempuh setiap

mahasiswa baru (tingkat satu) suatu fakultas hukum adalah Pengantar Ilmu Hukum

(PIH).

e) Umumnya jumlah mahasiswa baru di satu angkatan pada suatu fakultas hukum di

Indonesia kisarannya adalah 300 orang.

f) Di fakultas hukum A misalnya, proses belajar mengajar terhadap mata kuliah PIH

haruslah dilaksanakan dengan metode PBL.

g) Ini berarti keseluruhan 300 orang mahasiswa tersebut harus menempuh PIH yang

menggunakan metode PBL.

h) Terhadap ilustrasi tersebut, idealnya, sesi perkuliahan dari PBL dilaksanakan dalam

kuliah umum agar seluruh mahasiswa tersebut memperoleh pemahaman yang sama

terhadap suatu pokok bahasan. Sesi perkuliahan itu misalnya dapat dilaksanakan di

aula yang mampu menampung 300 mahasiswa dengan Dosen sebagai pemapar materi

perkuliahannya.

i) Kemudian, untuk sesi tutorial, idealnya 300 mahasiswa tersebut dibagi menjadi

kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 15 hingga maksimal 20 orang dalam satu

ruang tutorial yang setidaknya memiliki fasilitas meja dan kursi yang diatur melingkar

dengan kapasitas kursi 15 sampai 20 orang, LCD serta white board. Ini berarti

diperlukan setidaknya 15 ruang tutorial untuk mata kuliah PIH.

j) Kendala muncul ketika misalnya Fakultas Hukum A: 1) memiliki ruang tutorial yang

memadai hanya 5 ruang saja; atau 2) belum memiliki sama sekali ruang tutorial yang

memadai.

k) Kendala lainnya muncul ketika misalnya Fakultas Hukum A sudah memiliki cukup

ruang tutorial yang memadai (misal: 15 ruang tutorial untuk 300 mahasiswa PIH),

akan tetapi kenyataannya mata kuliah lain seperti misalnya Ilmu Negara, Hukum

Internasional dan mata-mata kuliah lainnya juga memerlukan ruangan tutorial tersebut

untuk pelaksanaan PBLnya yang tidak tertutup kemungkinannya dilaksanakan pada

jam yang bersamaan.

Kendala-kendala sebagaimana dijelaskan di atas dapat diatasi dengan melakukan

modifikasi pelaksaan PBL dengan pelaksanaan PBL dalam kelompok besar. Modifikasi PBL

dalam kelompok besar ini ditujukan khususnya untuk pelaksanaan sesi tutorial. Modifikasi

pelaksanaan tutorial dalam kelompok besar ini terbagi menjadi tiga model yang dapat dipilih

Page 40: BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)...i BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Tim Penyusun I Made Budi Arsika, SH.,LLM Kadek Agus Sudiarawan, SH.,MH Ni Ketut Supasti Dharmawan

40

sesuai dengan situasi dan kondisi tutorial pada masing-masing mata kuliah. Tiga model

modifikasi tutorial dalam kelompok besar tersebut yaitu41

:

1. Problem Based Learning Kelompok Besar - Model 1

(Ilustrasi gambar oleh: Ni Ketut Supasti Dharmawan)

Gambar 3 PBL Kelompok Besar Model 1

Berdasarkan Gambar 3 tersebut di atas terlihat bahwa PBL dengan kelompok besar

Model 1 ini memiliki beberapa karakteristik:

a) Dilaksanakan di ruangan yang besar, yang dalam hal ini dapat berupa ruang aula

fakultas yang dianggap sebagai ruang tutorial;

b) Jumlah mahasiswa dalam satu mata kuliah terdiri dari jumlah yang sangat banyak

(bisa jadi mengakomodir 300 orang mahasiswa sebagaimana dijelaskan dalam

contoh ilustrasi sebelumnya di atas);

c) Keseluruhan jumlah mahasiswa dalam satu mata kuliah yang ditutorialkan ini

dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 15 orang yang diatur

duduknya menjadi posisi melingkar untuk setiap kelompok;

41

Tiga bentuk model modifikasi PBL dalam pelaksanaan sesi tutorial ini disampaikan oleh Ni Ketut

Supasti Dharmawan melalui power point yang berjudul Implementing Problem Based Learning And Changing

The Curriculum at the Faculty of Law of Udayana University; Challenges And Creative Solutions yang

dipresentasikan dalam The Indonesia Netherlands Legal Update pada 20-21 November 2014 di The Hague,

Netherlands.

Page 41: BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)...i BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Tim Penyusun I Made Budi Arsika, SH.,LLM Kadek Agus Sudiarawan, SH.,MH Ni Ketut Supasti Dharmawan

41

d) Setiap kelompok kecil tutorial harus memiliki satu orang discussion leader

(mahasiswa) dan satu orang note taker (mahasiswa) yang mencatat jalannya

diskusi saat sesi tutorial pada whiteboard42

;

e) Terdiri dari 1 orang tutor (dosen pada saat memberi sesi perkuliahan) saja yang

bertugas memfasilitasi jalannya diskusi semua kelompok kecil tersebut secara

reaktif.

PBL kelompok besar (sesi tutorial) Model 1 ini dapat menjadi solusi cermat untuk

mengatasi kendala terbatasnya ruang tutorial dan juga Sumber Daya Manusia (SDM) dalam

bentuk tutor. Hal ini karena tidaklah dapat dipungkiri bahwa guna membangun sarana ruang

tutorial yang ideal untuk kapasitas 15-20 orang sangat memerlukan perencanaan yang matang

dari pihak fakultas khususnya terkait pendanaan dan komitmen dari fakultas itu sendiri untuk

mendorong jalannya tutorial ini dengan maksmimal. Selain itu pemilihan tutor juga bukanlah

suatu hal yang mudah mengingat belum tentu setiap dosen mengerti cara untuk menjadi

seorang tutor dalam sesi tutorial. Hal ini mengingat masih banyaknya dosen pada perguruan

tinggi di Indonesia yang masih menerapkan proses pembelajaran satu arah (spoon feeding)

kepada mahasiswa, sehingga dosenlah yang aktif sedangkan mahasiswa tidak. Hal tersebut

sangatlah berbeda dengan esensi seorang tutor dalam sesi tutorial PBL, dimana tutor ini

perannya reaktif dalam memfasilitasi jalannya diskusi pada tutorial. Sehingga, tidak

dipungkiri bahwa SDM tutor yang ideal pun sangat susah dicari karena memerlukan

pelatihan-pelatihan terlebih dahulu sebelum terjun langsung ke arena tutorial. Oleh karena

itulah, Model 1 ini merupakan solusi kreatif juga untuk mengatasi keterbatasan SDM tutor

yang ideal karena hanya diperlukan satu tutor yang andal dalam sesi tutorial ini.

42

Dengan berkembangnya zaman, bentuk whiteboard yang dipergunakan sebagai media dari note taker

melakukan pencatatan bisa jadi berupa whiteboard yang fleksibel untuk dipindahkan kemana-mana (bukan yang

konvensional melekat pada dinding). Aternatif lainnya jika fakultas kekurangan sarana whiteboard seperti itu

maka hal tersebut dapat diatasi dengan penggunaan kertas manila berukuran besar yang ditempel temporary

pada dinding ruangan dengan double tape.

Page 42: BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)...i BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Tim Penyusun I Made Budi Arsika, SH.,LLM Kadek Agus Sudiarawan, SH.,MH Ni Ketut Supasti Dharmawan

42

2. Problem Based Learning Kelompok Besar - Model 2

(Ilustrasi gambar oleh: Ni Ketut Supasti Dharmawan)

Gambar 4 PBL Kelompok Besar Model 2

Berdasarkan Gambar 4 tersebut di atas terlihat bahwa PBL dengan kelompok besar

Model 2 ini memiliki beberapa karakteristik:

a. Dilaksanakan di ruangan yang berukuran sedang, yang dalam hal ini dapat berupa

ruang perkuliahan biasa yang dianggap sebagai ruang tutorial;

b. Jumlah mahasiswa dalam satu mata kuliah yang ditutorialkan terdiri dari 25

orang43

;

c. Para mahasiswa ini diatur duduknya menjadi posisi melingkar;

d. Memiliki satu orang discussion leader (mahasiswa) dan satu orang note taker

(mahasiswa) yang mencatat jalannya diskusi saat sesi tutorial pada whiteboard44

;

e. Terdiri dari 1 orang tutor (dosen pada saat memberi sesi perkuliahan) yang

bertugas memfasilitasi jalannya diskusi dalam tutorial secara reaktif.

43

Jumlah mahasiswa sebanyak 25 orang ini sesungguhnya tidaklah terlalu besar, akan tetapi tetap

melebihi jumlah ideal 15-20 orang. Pada dasarnya model ini hampir mendekati sesi tutorial yang dianggap ideal. 44

Dengan berkembangnya zaman, bentuk whiteboard yang dipergunakan sebagai media dari note taker

melakukan pencatatan bisa jadi berupa whiteboard yang fleksibel untuk dipindahkan kemana-mana. Aternatif

lainnya jika fakultas kekurangan sarana whiteboard seperti itu maka hal tersebut dapat diatasi dengan

penggunaan kertas manila berukuran besar yang ditempel temporary pada dinding ruangan dengan double tape.

Page 43: BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)...i BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Tim Penyusun I Made Budi Arsika, SH.,LLM Kadek Agus Sudiarawan, SH.,MH Ni Ketut Supasti Dharmawan

43

Kegiatan PBL Kelompok Besar Model 2 ini pada dasarnya hampir mendekati tutorial

yang ideal dengan jumlah mahasiswa 15-20 orang saja. Akan tetapi sebagai contoh, mata

kuliah A yang merupakan suatu mata kuliah pilihan yang rata-rata peminatnya hanya berkisar

25 orang dari total 300 orang mahasiswa juga bisa melaksanakan tutorial. Sebagaimana

disebutkan pada penjelasana sebelumnya, tutorial PBL ini dapat dilaksanakan dengan

fleksibel sesuai dengan situasi perkuliahan di masing-masing fakultas, sehingga modifikasi

yang terwujud dalam model tutorial ini pun merupakan jawaban atas keterbatasan ruangan

tutorial dan SDM tutor. Oleh karena itu, jumlah 25 orang mahasiswa ini masih dianggap ideal

untuk melaksanakan tutorial dalam satu kelompok saja dengan satu orang tutor, satu orang

discussion leader dan satu orang note taker dalam sebuah ruang perkuliahan standar yang

berukuran sedang. Sehingga harapan yang diinginkan yakni meningkatnya tingkat keaktifan

mahasiswa dalam proses belajar mengajar dapat terwujud.

3. Problem Based Learning Kelompok Besar - Model 3

(Ilustrasi gambar oleh: Ni Ketut Supasti Dharmawan)

Gambar 5 PBL Kelompok Besar Model 3

Berdasarkan Gambar tersebut di atas terlihat bahwa PBL dengan kelompok besar

Model 3 ini memiliki beberapa karakteristik:

Page 44: BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)...i BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Tim Penyusun I Made Budi Arsika, SH.,LLM Kadek Agus Sudiarawan, SH.,MH Ni Ketut Supasti Dharmawan

44

a. Dilaksanakan di ruangan yang besar, tidaklah perlu ruang aula seperti pada Model

1, tetapi bisa berupa ruang kuliah standar yang mampu menampung 50 orang

mahasiswa yang dalam hal ini dianggap sebagai ruang tutorial;

b. Jumlah mahasiswa dalam satu mata kuliah terdiri dari jumlah yang banyak

(mengakomodir hingga 50 orang mahasiswa);

c. Keseluruhan jumlah mahasiswa dalam satu mata kuliah yang ditutorialkan ini

tidak dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil melainkan satu kelompok besar

yang beranggotakan keseluruhan 50 orang mahasiswa tersebut;

d. Kelompok tutorial yang besar ini memiliki satu orang tutor (dosen yang mengajar

pada sesi perkuliahan mata kuliah tersebut) guna memfasilitasi jalannya diskusi

tersebut secara reaktif yang sekaligus berperan sebagai discussion leader dan satu

orang note taker (mahasiswa) yang mencatat jalannya diskusi saat sesi tutorial

pada whiteboard45

.

PBL Kelompok besar (sesi tutorial) Model 3 ini dapat menjadi solusi cermat untuk

mengatasi kendala terbatasnya ruang tutorial dan juga SDM dalam bentuk tutor terhadap

suatu mata kuliah yang pesertanya terdiri dari 50 orang mahasiswa. Bisa jadi ruangan

perkuliahan yang memuat 50 orang mahasiswa tersebut tidaklah memungkinkan untuk

mengatur posisi duduk mahasiswa menjadi lingkaran-lingkaran kecil yang terdiri dari 15

orang. Oleh karena itu solusi cermatnya adalah tetap membuat para mahasiswa tersebut

berdiskusi dalam satu kelompok besar yang duduknya tidak melingkar. Berkaitan dengan hal

tersebut, untuk model ini dipilih modifikasi bahwasanya tutor (dosen yang mengajar pada

sesi perkuliahan mata kuliah tersebut) tidak hanya memfasilitasi jalannya diskusi tersebut

secara reaktif tetapi juga berperan sebagai discussion leader menggantikan peran mahasiswa.

Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa kelimapuluh mahasiswa tersebut dapat mengikuti

tutorial dengan efektif sebab skill seorang discussion leader haruslah pada level yang mahir

(advance). Dosen yang menjadi tutor tersebut juga haruslah ingat perannya sebagai tutor

yang harus bersikap reaktif dalam diskusi mahasiswa saat tutorial dan jangan sampai

kelepasan melakukan spoon feeding pada para mahasiswa atas task yang sedang dibahas.

45

Dengan berkembangnya zaman, bentuk whiteboard yang dipergunakan sebagai media dari note taker

melakukan pencatatan bisa jadi berupa whiteboard yang fleksibel untuk dipindahkan kemana-mana. Aternatif

lainnya jika fakultas kekurangan sarana whiteboard seperti itu maka hal tersebut dapat diatasi dengan

penggunaan kertas manila berukuran besar yang ditempel temporary pada dinding ruangan dengan double tape.

Page 45: BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)...i BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Tim Penyusun I Made Budi Arsika, SH.,LLM Kadek Agus Sudiarawan, SH.,MH Ni Ketut Supasti Dharmawan

45

Berdasarkan paparan tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa jumlah

mahasiswa dalam satu kelas yang ideal untuk pelaksanaan tutorial sebaiknya adalah dalam

jumlah kecil, seperti misalnya 15 sampai 20 orang mahasiswa. Akan tetapi, dalam

kenyataannya, mengingat jumlah mahasiswa yang bisa jadi sangatlah banyak untuk satu mata

kuliah sedangkan kuota ruangan yang memadai untuk PBL sangatlah sedikit atau bahkan

belum tersedia di suatu fakultas. Solusi cermat terhadap permasalahan tersebut dapat berupa

memodifikasi bentuk tutorial guna mengakomodir jumlah mahasiswa yang banyak terhadap

minimnya sarana PBL yang diwujudkan dalam bentuk alternative PBL dengan kelompok

besar yang terbagi menjadi Model 1, Model 2 dan Model 3.

5.3. Tutor Check List

Salah satu evaluasi terhadap peran tutor dalam mengimplementasikan PBL adalah

seringkalinya Tutor mengabaikan sejumlah hal teknis yang seharusnya dilaksanakan di kelas

tutorial. Pengabaian ini dapat terjadi karena dua hal. Pertama, tutor lupa terhadap seluruh

rincian tahapan tutorial dan kedua, tutor terbawa suasana yang terjadi selama tutorial

sehingga tidak mampu mengontrol tahapan-tahapan tutorial.

Berangkat dari pengalaman tersebut, dikreasikan apa yang disebut dengan Tutor

Check List sebagai suatu instrumen untuk menjamin bahwa seluruh tahapan tutorial telah

terlaksana dengan baik. Instrumen ini diperkenalkan untuk pertama kalinya pada Pelatihan

Tutor yang diselenggarakan di Aula FH Unud pada tanggal 9 Oktober 2015.

Tutor Check List ini memuat hal-hal yang harus dilakukan oleh Tutor selama

pelaksanaan tutorial yang secara garis besar dibagi menjadi 3 (tiga) tahap, yakni tahap

pembukaan, tahap pelaksanaan, dan tahap penutup.

a. Tahap pembukaan

(1) memberikan salam pembuka

(2) memperkenalkan diri

(3) mengecek posisi duduk peserta tutorial sesuai nomor urut dan mengedarkan

daftar hadir

(4) menyampaikan review materi perkuliahan sebelumnya yang relevan untuk

tutorial

(5) menyampaikan topik tutorial yang akan dibahas

Page 46: BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)...i BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Tim Penyusun I Made Budi Arsika, SH.,LLM Kadek Agus Sudiarawan, SH.,MH Ni Ketut Supasti Dharmawan

46

(6) menyampaikan sistematika dan teknis pelaksanaan tutorial (misalnya: seven

jump approach dalam problem task dan diskusi pro-kontra dalam discussion

task)

(7) Menyampaikan durasi waktu pelaksanaan tutorial

(8) memfasilitasi pemilihan discussion leader dan note-taker

(9) memberikan petunjuk teknis dan arahan kepada discussion leader dan note-

taker untuk memandu pelaksanaan tutorial;

b. Tahap pelaksanaan

(1) meminta discussion leader dan note-taker untuk memulai pelaksanaan tutorial

(2) melakukan kontrol terhadap pelaksanaan tutorial secara reaktif

(3) mengupayakan agar semua peserta tutorial terlibat secara aktif

(4) meminta discussion leader dan note-taker untuk menghentikan pelaksanaan

tutorial

c. Tahap penutup

(1) Mengapresiasi pelaksanaan tutorial termasuk kepada discussion leader dan

note-taker serta peserta tutorial

(2) menyampaikan evaluasi pelaksanaan tutorial (suasana, teknis pelaksanaan dan

sikap peserta)

(3) menyampaikan klarifikasi terhadap substansi yang dibahas selama

pelaksanaan tutorial

(4) meminta seluruh peserta tutorial untuk menyusun laporan individu mengenai

substansi yang dibahas selama pelaksanaan tutorial

(5) meminta seluruh peserta tutorial untuk mengumpulkan laporan individu

(6) memberikan arahan mengenai materi perkuliahan dan/atau pelaksanaan

tutorial selanjutnya

(7) Menyampaikan salam penutup

Perkiraan waktu untuk tahap pembukaan, pelaksanaan, dan penutup disepakati selama

Tutor Meeting. Berkaitan dengan mekanisme, Tutor Check List ini diisi oleh Tutor yang

bersangkutan yang dikonfirmasi oleh salah satu peserta tutorial dengan cara memberi tanda

“√” pada kolom yang disediakan.

Page 47: BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)...i BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Tim Penyusun I Made Budi Arsika, SH.,LLM Kadek Agus Sudiarawan, SH.,MH Ni Ketut Supasti Dharmawan

47

BAB VI

PEDOMAN PRAKTIS PELAKSANAAN PROBLEM BASED LEARNING

6.1. Pedoman Praktis Pelaksanaan Problem Based Learning Bagi Mahasiswa

Pada mata kuliah yang mempergunakan PBL sebagai metode pembelajarannya,

mahasiswa terbiasa bekerja secara bersama-sama dalam menyelesaikan persoalan-persoalan

yang komplek dan otentik.46

Berbagai persoalan-persoalan yang terkandung dalam task yang

diberikan dalam block book secara khusus ditujukan untuk meningkatkan ketertarikan

mahasiswa terhadap mata kuliah tersebut sehingga mahasiswa dapat memahami lebih dalam

terhadap substansi materi/matakuliah yang dipelajari. Melalui metode PBL mahasiswa diajak

untuk keluar dari zona nyamannya dimana sebelumnya cenderung sebagai pendengar pasif

berubah menjadi pihak yang terlibat aktif dalam diskusi pemecahan permsalahan. Panduan

praktis pelaksanaan PBL bagi mahasiswa kemudian diperlukan karena akan sangat membantu

mahasiswa dalam proses pembelajaran.

Adapun pedoman praktis pelaksanaan PBL bagi mahasiswa meliputi :

a) Mahasiswa mengecek jadwal pada kalender akademik pada saat semester perkuliahan

belum dimulai, sehingga ia mendapat informasi yang komprehensif mengenai waktu

perkuliahan dan tutorial dari mata kuliah yang dilakukan dengan metode PBL. Jika ia

sudah mengetahui bahwa di suatu sesi tutorial tertentu ia tidak dapat hadir karena suatu

alasan, maka ia harus melapor dengan segera kepada tutor. Hal ini sangat penting karena

poin kehadiran sangat menentukan kelulusan, sebab kehadiran memiliki konsekuensi

terhadap penilaian keaktifan.

b) Mahasiswa mencari atau mengunduh dari website universitas block book dari mata

kuliah tersebut. Block book sangatlah penting untuk dimiliki sebab block book berisi

panduan teknis pelaksanaan perkuliahan dan tutorial, detail keterangan mengenai

mandatory reading yang harus dibaca mahasiswa serta task yang akan dibahas dalam

tutorial.

c) Mahasiswa mencari mandatory reading yang umumnya sudah dikompilasi dalam suatu

reading materials yang disiapkan oleh tutor;

d) Mempersiapkan diri dengan membaca mandatory reading sebelum sesi perkuliahan

dimulai;

46

Hal White, Problem Based Learning, Stanford University Newsletter on Teaching, Winter 2001

Vol.11 No.1, diakses pada http://web.stanford.edu/dept/CTL/cgi-

bin/docs/newsletter/problem_based_learning.pdf tanggal 24 November 2016, h.1.

Page 48: BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)...i BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Tim Penyusun I Made Budi Arsika, SH.,LLM Kadek Agus Sudiarawan, SH.,MH Ni Ketut Supasti Dharmawan

48

e) Meminta slide powerpoint dari dosen yang memberikan perkuliahan jika diperkenankan

atau mencatat inti materi yang dijelaskan oleh dosen melalui sarana power point itu;

f) Aktif bertanya pada sesi tanya jawab perkuliahan jika terdapat hal-hal yang belum jelas;

g) Membaca task yang akan dibahas setiap seminggu sebelum tutorial dimulai;

h) Membaca mandatory reading yang tercantum dalam block book dan juga reading

materials setiap seminggu sebelum tutorial dimulai dan jika diperlukan mencari bahan-

bahan hukum relevan lainnya;

i) Sehari sebelum tutorial berlangsung mahasiswa memastikan ia telah memasukkan block

book, reading materials dan bahan hukum relevan lainnya serta task yang telah coba

dikerjakannya dalam tas yang akan dibawanya saat tutorial;

j) Sesaat sebelum tutorial berlangsung, memastikan bahwa mahasiswa telah duduk sesuai

dengan nomor urut;

k) Mencatat informasi dan pendapat-pendapat penting selama diskusi dalam tutorial

berlangsung;

l) Membuat laporan individu saat diskusi tutorial selesai.

6.2.Pedoman Praktis Pelaksanaan Problem Based Learning Bagi Pengajar

Dalam upaya mendukung proses pembelajaran dan evaluasi dengan metode PBL

berjalan dengan baik, seragam dan sistematis, maka diperlukan suatu pedoman bagi segenap

pihak yang terlibat di dalamnya. Salah satunya ialah pedoman praktis yang diperuntukkan

khusus bagi tenaga pengajar atau dosen. Pedoman pada dasarnya adalah kumpulan ketentuan

dasar yang memberi arah bagaimana sesuatu harus dilakukan47

. Sementara praktis dapat

diartikan sebagai semudah-mudahnya atau seefisien-efisiennya48

. Sehingga pedoman praktis

dalam konteks pelaksanaan PBL bagi pengajar ini diartikan sebagai sekumpulan ketentuan

dasar mengenai apa yang harus dipersiapkan dan dilaksanakan pengajar selama sesi

perkuliahan PBL dengan seefisien-efisiennya untuk mewujudkan perkuliahan yang efektif.

Adapun pedoman praktis pelaksanaan PBL bagi pengajar yakni:

a) Para pengajar (dosen) berkumpul untuk melaksanakan planning group meeting yang

pada dasarnya membahas: susunan jadwal pelaksanaan PBL, baik sesi perkuliahan

dan tutorial, sesuai dengan kalender akademik; penyusunan atau revisi block book

47

Pedoman diakses pada http://kbbi.web.id/pedoman tanggal 29 November 2016. 48

Praktis diakses pada http://kbbi.web.id/praktis tanggal 29 November 2016.

Page 49: BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)...i BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Tim Penyusun I Made Budi Arsika, SH.,LLM Kadek Agus Sudiarawan, SH.,MH Ni Ketut Supasti Dharmawan

49

sebagai instrumen acuan pelaksanaan PBL; penyusunan reading materials yang

relevan dengan materi PBL.

b) Dosen mencatat jadwal dalam memberikan kuliah PBL;

c) Sebelum masuk ke dalam kelas PBL untuk memberikan perkuliahan, seorang dosen

harus membaca kembali reading materials yang dijadikan acuan bacaan wajib bagi

mahasiswa serta block book yang khususnya berisi task yang akan dibahas pada

tutorial minggu berikutnya. Hal ini sangat penting sebab materi yang disampaikan

pada perkuliahan haruslah berkaitan atau relevan untuk membahas task dalam tutorial

minggu berikutnya. Oleh karena itu, seandainya dosen yang bersangkutan tidak

menjadi tutor, setidaknya ia memiliki pengetahuan mengenai bahasan tutorial pada

minggu berikutnya;

d) Saat perkuliahan berlangsung menyampaikan materi yang sesuai dengan topik

bahasan dan bila menggunakan bahan hukum tambahan selain dari reading materials

maka dosen menyampaikannya kepada mahasiswa;

e) Dosen memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk bertanya atau berpendapat

terkait materi yang disampaikan dosen sehingga proses perkuliahan menjadi aktif-

reflektif; dan

f) Sesaat sebelum sesi perkuliahan PBL pada saat itu selesai, dosen menyampaikan topik

tutorial yang akan dibahas pada minggu berikutnya.

6.3.Pedoman Praktis Pelaksanaan Problem Based Learning Bagi Tutor

Kunci utama terkait dnegan peran tutor dalam tutorial adalah reaktif. Hal terpenting

yang harus melekat dalam benak tutor pada saat tutorial PBL adalah tutor tidak boleh

bertindak sebagai discussion leader, jangan melakukan pemaparan materi sebagaimana saat

sesi perkuliahan serta jangan pernah memaksakan untuk menjejali mahasiswa dengan

pengetahuan dan standar jawaban pada grup diskusi. Seorang tutor haruslah membantu

mahasiswa mengeksplorasi permasalahan melalui dirinya sendiri49

. Meskipun PBL berpusat

pada student-centered dalam proses pembelajarannya, akan tetapi mahasiswa juga

memerlukan adanya panduan ketika mereka pertama kali diperkenalkan pada PBL. Salah satu

contohnya adalah tutor perlu berhati-hati terhadap kemungkinan beberapa mahasiswa yang

memerlukan dorongan lebih untuk berpartisipasi dalam diskusi kelompok terutama saat awal

49

Lihat James Busfield dan Ton Peijs, http://www.materials.ac.uk/guides/pbl.asp, h. 8.

Page 50: BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)...i BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Tim Penyusun I Made Budi Arsika, SH.,LLM Kadek Agus Sudiarawan, SH.,MH Ni Ketut Supasti Dharmawan

50

pelaksanaan (misal: mahasiswa yang pemalu).50

Berkaitan dengan hal tersebut, agar PBL

pada umumnya dan sesi tutorial khususnya dapat berjalan maksimal serta peran dari seorang

tutor dapat terimplementasi dengan baik, dibutuhkan sederetan pedoman praktis pelaksanaan

PBL bagi tutor.

Panduan Praktis pelaksanaan PBL bagi tutor yaitu:

1. Tutor mengecek waktu pelaksanaan PBL pada jadwal kalender akademik pendidikan

(misalkan sesaat sebelum semester ganjil atau genap berlangsung). Setelah itu tutor

mencatat kapan saja ia mendapatkan tugas untuk berperan sebagai tutor dalam sesi

tutorial suatu mata kuliah.

2. Jika tutor menemukan suatu waktu tertentu dalam jadwal tutorial tersebut bertabrakan

dengan misalnya urusan pribadi dari tutor yang tak bisa diindahkan sehingga ia harus

absen mengisi tutorial, maka tutor tersebut harus meminta tutor pengganti untuk

menggantikannya menfasilitasi tutorial saat itu dan mengabarkan kepada para

mahasiswa.

3. Sebelum setiap sesi tutorial dimulai, para tutor (jika suatu mata kuliah terbagi menjadi

beberapa grup tutorial) melaksanakan tutor meeting. Dalam tutor meeting tersebut

dibahas secara bersama mengenai standard answer dalam task (membahas learning

goal, prior knowledge dan idealnya jawaban yang harus ditemukan oleh mahasiswa

atas permasalahan dalam task). Dalam tutori meeting ini para tutor mengingat kembali

langkah-langkah dalam seven-step approach serta perannya sebagai tutor yakni

sebagai fasilitator tutorial yang bersifat reaktif.

4. Seminggu sebelum mulainya suatu tutorial, para tutor juga harus membaca bahan-

bahan hukum atau reading materials yang juga telah disediakan dan diwajibkan

kepada para mahasiswa untuk dibaca sebagai acuan. Selain reading materials

tersebut, jika tutor menemukan bahan-bahan lain yang relevan ia juga harus

membacanya.

5. Sesaat sebelum tutorial dimulai, tutor harus mengecek kembali bahwa dirinya telah

membawa hal-hal berikut ini ke dalam ruangan tutorial:

a. Daftar pengecekan aktivitas tutor (checklist of tutor activities)

b. Daftar hadir mahasiswa

c. Daftar penilaian keaktifan mahasiswa peserta tutorial

d. Berita acara pelaksanaan tutorial

50

https://www.tcd.ie/CAPSL/TIC/guidelines/teaching/pbl.php pada tanggal 19 November 2016.

Page 51: BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)...i BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Tim Penyusun I Made Budi Arsika, SH.,LLM Kadek Agus Sudiarawan, SH.,MH Ni Ketut Supasti Dharmawan

51

e. Block book

f. Reading materials

6. Pada saat tutorial dimulai, pedoman praktis mengenai hal-hal apa saja yang harus

dilakukan tutor saat pelaksanaan tutorial sudah dibahas dalam sub bahasan

sebelumnya. Hal-hal yang harus dilakukan oleh tutor secara rinci harus merujuk pada

tutor check list.

Page 52: BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)...i BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Tim Penyusun I Made Budi Arsika, SH.,LLM Kadek Agus Sudiarawan, SH.,MH Ni Ketut Supasti Dharmawan

52

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Buku Panduan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Tinggi (Sebuah

Alternatif Penyusunan Kurikulum), Sub Direktorat KPS (Kurikulum dan

Program Studi), Direktorat Akademik, Direktorat Jenderal Pendidikan

Tinggi, Jakarta, 2008.

Tim Kurikulum dan Pembelajaran Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan, Buku Kurikulum Pendidikan Tinggi.

JURNAL

Syaifudin, Ahmad dan Septina Sulistyaningrum. Peningkatan Kemampuan Berpendapat

Mahasiswa Melalui Problem Based Learning (PBL) sebagai Pendukung Pencapaian

Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) Pada Mata Kuliah Pragmatik,

Jurnal Penelitian Pendidikan. Vol. 32 Nomor 2 Tahun 2015.

file:///C:/Users/compaq/Downloads/5055-10796-1-SM.pdf.

PAPER

Dharmawan, Ni Ketut Supasti. Implementing Problem Based Learning And

Changing The Curriculum at the Faculty of Law of Udayana University;

Challenges And Creative Solutions. Dipresentasikan dalam The Indonesia

Netherlands Legal Update pada 20-21 November 2014 di The Hague,

Netherlands.

INTERNET

A Problem Based Task becoming a Simulation. Diakses pada

http://pbl.cqu.edu.au/content/what_is_pbl.htm tanggal 15 November 2016.

Aktif. Diakses pada http://kbbi.web.id/aktif tanggal 19 November 2016.

B, Yürüker. Problem- Based Learning PBL A Short Introduction. Faculty of

Medicine Institute of Medical Education IML Studienplanung. Universitat

Bern, Bern. 2007/2011. Diakses pada

http://studmed.unibe.ch/infos/files/t_123_Einf_hrungPBL-def.pdf?ts=2014-

08-25_23-52-41

Becoming a Reflective Teacher. Diakses pada

http://www.sagepub.com/sites/default/files/upm-

binaries/6681_taggart_ch_1.pdf tanggal 29 November 2016.

Busfield, James dan Ton Peijs, Learning Materials in a Problem Based Course.

Diakses pada http://www.materials.ac.uk/guides/pbl.asp tanggal 20 November

2016

Forsythe, Frank P., Using Problem Based Learning (PBL) to Teach Economics,

University of Ulster at Jordanstown. 2001. Diakses pada

https://www.economicsnetwork.ac.uk/showcase/forsythe_pbll

https://www.tcd.ie/CAPSL/TIC/guidelines/teaching/pbl.php. Diakses pada tanggal 19

November 2016.

Kresnawati, Desy Sintia. Seperti Apa Kriteria Karyawan yang dicari

Perusahaan?.Diakses pada http://tipskarir.com/seperti-apa-kriteria-karyawan-

yang-dicari-perusahaan/ tanggal 20 November 2016.

Page 53: BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)...i BUKU PEDOMAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Tim Penyusun I Made Budi Arsika, SH.,LLM Kadek Agus Sudiarawan, SH.,MH Ni Ketut Supasti Dharmawan

53

Maurer, Heidi dan Christine Neuhold. Diakses pada

https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&c

ad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjnvpvVra_QAhWBKo8KHb5eAK4QFggnM

AE&url=http%3A%2F%2Fwww.mceg-

maastricht.eu%2Fpdf%2FMCEG_part%2520PBL_link2_%2520PBL%2520i

mplementation%2520challenges.pdf&usg=AFQjCNG7oyc7PKtcOD3pLYMg

lJ6YaIfM-w&sig2=NbtI5v36Y8BqnDgsyj8-Iw

Nilai. Diakses pada http://kbbi.web.id/nilai tanggal 22 November 2016.

Pedoman diakses pada http://kbbi.web.id/pedoman tanggal 29 November 2016.

Praktis diakses pada http://kbbi.web.id/praktis tanggal 29 November 2016.

Problem Based Learning, diakses pada

http://ldt.stanford.edu/~jeepark/jeepark+portfolio/PBL/individual.htm tanggal

22 November 2016.

Terampil. Diakses pada http://kbbi.web.id/terampil tanggal 20 November 2016.

Walsh, Allyn. The Tutor in PBL Problem Based Learning a Novice’s Guide. Diakses

pada https://fhs.mcmaster.ca/facdev/documents/tutorPBL.pdf tanggal 19

November 2016.

White, Hal. Problem Based Learning, Stanford University Newsletter on Teaching,

Winter 2001Vol.11 No.1. Diiakses pada

http://web.stanford.edu/dept/CTL/cgi-

bin/docs/newsletter/problem_based_learning.pdf tanggal 24 November 2016

Zupek, Rachel. Top 10 Reasons Employers Want to Hire You. Diakses pada

http://edition.cnn.com/2009/LIVING/worklife/11/02/cb.hire.reasons.job/

tanggal 20 November 2016.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 49 Tahun 2014 Tentang

Standar Nasional Pendidikan Tinggi