Patogenesis
PANDUANPENATALAKSANAAN KASUS GIGITAN HEWAN TERSANGKA RABIES BAGI
PUSKESMAS/RUMAH SAKIT/RABIES CENTER DI KABUPATEN SIKKA
DINAS KESEHATAN KAB.SIKKA
TAHUN 2012
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTARRabies merupakan penyakit menular akut yang
menyerang susunan saraf pusat yang diderita oleh hewan berdarah
panas dan manusia yang disebabkan oleh virus rabies serta selalu
diakhiri dengan kematian.
Di Kabupaten Sikka kasus gigitan hewan tersangka rabies tiap
tahunnya terus meningkat yaitu pada tahun 2011 mencapai 2845 kasus
gigitan, 5 orang meninggal dan kini kondisi bulan Januari sampai
dengan September 2012 tercatat sebanyak 1818 kasus, 2 orang
meninggal. Rendahnya kesadaran masyarakat baik pemilik anjing
maupun korban gigitan anjing dalam upaya pencegahan rabies turut
mempengaruhi kondisi ini, sehingga dalam menjalankan tugas dan
tanggung jawab terhadap manusia sebagai korban memerlukan petunjuk
untuk membangun pemahaman bersama dalam menangani korban.
Buku ini disusun dengan maksud agar dapat dipergunakan sebagai
petunjuk, khususnya untuk petugas kesehatan yang mengelola
penderita gigitan hewan serta merawat penderita rabies di wilayah
Kabupaten Sikka.Setiap kasus gigitan hewan tersangka rabies harus
segera ditangani karena waktu merupakan faktor yang sangat penting
dalam menyelamatkan jiwa manusia dari kematian.Buku ini merupakan
terbitan perdana dalam rangka memperingati Hari Rabies Sedunia pada
tanggal 28 September 2012. Saran-saran dan perbaikan dari berbagai
pihak untuk penerbitan selanjutnya sangat diharapkan.
Akhirnya, semoga buku panduan ini dapat dimanfaatkan semaksimal
mungkin bagi para petugas pelaksana/pengelola program pemberantasan
rabies di unit kerja masing-masing.
Maumere, 28 September 2012
Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Sikka
dr. Delly Passande, M.Kes, MM
Pembina Tk. INIP.19620626 199703 1 003
DAFTAR ISIHalaman Judul ..I
Kata Pengantar
............................................ii
Daftar Isi ........................................iv
Daftar Lampiran ...........................v
Pendahuluan ........................................1
Penyakit Rabies ...5
Defenisi ........5
Patogenesis .....5
Gejala Klinis .6
Penanganan Luka Gigitan Hewan Penular Rabies ....8
Perawatan Rabies Pada Manusia
........................................13
Daftar Pustaka .........................................14
Lampiran
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Bagan Penatalaksanaan Kasus Gigitan Hewan Tersangka
RabiesLampiran 2 :Format Pencatatan dan
Pelaporan Kasus
Gigitan HPRLampiran 3 : Kartu Stok Vaksin
Anti RabiesLampiran 4 : Lagu Rabies
PENDAHULUAN
Zoonosis merupakan ancaman bagi kehidupan manusia di dunia.
Dalam 20 tahun terakhir, 75% dari penyakit-penyakit baru (emerging
disease) pada manusia terjadi akibat perpindahan patogen hewan ke
manusia atau bersifat zoonotik dan 1.415 mikroorganisme patogen
pada manusia yang telah diketahui sebesar 61,6% bersumber dari
hewan. Salah satu penyakit zoonosis adalah rabies.
Rabies merupakan penyakit yang sangat ditakuti di kalangan
masyarakat terutama karena mengakibatkan penderitaan berat bagi
orang pengidap penyakit ini dengan gejala saraf yang mengerikan.
Bila sudah nampak gejalanya, maka tidak ada obat yang dapat
menyembuhkan sehingga selalu berakhir dengan kematian baik pada
manusia maupun hewan.
Anjing merupakan reservoir/sumber penularan utama di beberapa
negara. Di Indonesia 98% penularan rabies adalah anjing, hanya 2%
penularan oleh kucing dan kera.Data kasus kematian yang disebabkan
rabies (lyssa) di Indonesia tercatat sekitar 143 kasus per tahun.
Kasus rabies pertama kali di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)
terjadi di Larantuka, ibu kota Kabupaten Flores Timur pada tahun
1997, sedangkan di Kabupaten Sikka terjadi satu tahun kemudian
yaitu tahun 1998 di Desa Wolonwalu Kecamatan Bola.
Di Kabupaten Sikka sejak pertama kejadian rabies pada tahun 1998
terdapat 140 kasus gigitan, tahun 1999 meningkat menjadi 274 kasus
dengan lyssa sebanyak 14 kasus, dan spesimen hewan positif rabies
sebanyak 48 spesimen. Selama 10 tahun terakhir ini sejak tahun 2000
sampai dengan tahun 2010 terdapat 6.143 kasus gigitan yang
ditangani, lyssa sebanyak 15 kasus, dan spesimen hewan positif
rabies berjumlah 83 spesimen. Keadaan pada tahun 2011 kasus gigitan
meningkat mencapai 2.845 kasus, lyssa sebanyak 5 kasus dan spesimen
positif rabies sebanyak 22 kasus dan kondisi bulan Januari sampai
dengan 30 September tahun 2012 mencapai kasus 1818 kasus gigitan
dengan 2 kasus meninggal dunia, spesimen positif 5 kasus.Mengingat
akan bahaya rabies terhadap kesehatan dan ketentraman masyarakat
karena dampak buruknya selalu diakhiri dengan kematian, maka usaha
pengendalian penyakit berupa pencegahan dan pemberantasan perlu
dilaksanakan lebih intensif, bahkan menuju pada program pembebasan
pada tahun 2017 di Kabupaten Sikka.Adanya peningkatan kasus gigitan
hewan tersangka rabies terutama anjing secara signifikan dan hampir
terjadi pada semua wilayah, maka perlu adanya Rabies Center yang
merupakan pusat informasi dan pelayanan terhadap kasus gigitan
hewan tersangka rabies yaitu Rumah Sakit dan 4 (empat) Puskesmas
sebagai Rabies Center yang mempunyai tugas dan kewajiban menangani
secara komprehensif terhadap penderita gigitan hewan tersangka
rabies termasuk pencatatan dan pelaporan kasus dan Stock VAR yang
digunakan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka.
Rumah Sakit dan Puskesmas sebagai Unit Rabies Center adalah
:
1. RSUD dr. T.C.Hillers Maumere (24 jam) melayani masyarakat
umum2. Puskesmas Watubaing (24 jam) melayani masyarakat meliputi
wilayah kerja Puskesmas Watubaing, Tanarawa dan Boganatar3.
Puskesmas Bola melayani masyarakat meliputi wilayah kerja Puskesmas
Bola, Habibola dan Mapitara4. Puskesmas Lekebai melayani masyarakat
meliputi wilayah kerja Puskesmas Lekebai, Paga dan Wolofeo
5. Puskesmas Palue melayani masyarakat meliputi wilayah kerja
Puskesmas Palue dan Tuanggeo.
Dan tersedia pula layanan informasi melalui Call Center yaitu
:1. Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka : 0823427382022. RSUD dr. T.C.
Hillers Maumere : 085239132220Akhirnya semoga masyarakat Kabupaten
Sikka memperoleh akses seluas-luasnya terhadap pelayanan kesehatan
yang dibutuhkan dalam meningkatkan derajat kesehatan yang
optimal.
PENYAKIT RABIES
Defenisi
Rabies merupakan penyakit menular akut yang menyerang susunan
saraf pusat pada manusia dan hewan berdarah panas yang disebabkan
oleh virus rabies, yang ditularkan melalui saliva hewan rabies
dengan jalan gigitan atau melalui luka terbuka. Penyakit ini
bersifat fatal; biasanya selalu berakhir dengan
kematian.PatogenesisSetelah virus rabies masuk melalui luka
gigitan, maka selama 2 minggu virus tetap tinggal pada tempat masuk
dan disekitarnya, kemudian bergerak mencapai ujung-ujung serabut
saraf posterior tanpa menunjukan perubahan-perubahan fungsinya.
Masa inkubasi bervariasi yaitu berkisar antara 2 minggu sampai 2
tahun, tetapi pada umumnya 3-8 minggu, berhubungan dengan jarak
yang harus ditempuh oleh virus sebelum mencapai otak.
Sesampainya di otak virus kemudian memperbanyak diri dan
menyebar luas ke semua bagian neuron, terutama mempunyai predileksi
khusus terhadap sel-sel system limbik, hipotalamus dan batang
otak.Setelah memperbanyak diri dalam neuron-neuron sentral, virus
kemudian ke arah perifer dalam serabut saraf eferen dan pada saraf
volunteer maupun saraf otonom. Dengan demikian virus ini menyerang
hampir tiap organ dan jaringan di dalam tubuh, dan berkembang biak
dalam jaringan-jaringan, seperti kelenjar ludah, ginjal, dan
sebagainya.
Gejala Klinis
1. Stadium Prodromal
Gejala-gejala awal berupa demam, malaise, mual dan rasa nyeri di
tenggorokan selama beberapa hari.2. Stadium Sensoris
Penderita merasa nyeri, rasa panas disertai kesemutan pada
tempat bekas luka. Kemudian disusul dengan rasa cemas, dan reaksi
yang berlebihan terhadap rangsangan sensorik.3. Stadium
Eksitasi
Tonus otot-otot dan aktivitas simpatik menjadi meninggi dengan
gejala hiperhidrosis, hipersalivasi, hiperlakrimasi dan dilatasi
pupil.
Bersamaan dengan stadium eksitasi ini penyakit mencapai
puncaknya, yang sangat khas pada stadium ini ialah adanya
macam-macam fobia, yang sangat terkenal diantaranya ialah
hidrofobia.Kontraksi otot-otot faring dan otot-otot pernapasan
dapat pula ditimbulkan oleh rangsang sensorik seperti meniupkan
udara ke muka penderita atau dengan menjatuhkan sinar ke mata atau
dengan menepuk tangan di dekat telinga penderita.
Pada stadium ini dapat pula menjadi apnoe, sianosis, konvulsa
dan takikardi. Tindak-tanduk penderita tidak rasional kadang-kadang
maniakal disertai dengan saat-saat responsif. Gejala-gejala
eksitasi ini dpat terus berlangsung sampai penderita meninggal,
tetapi pada saat dekat kematian justru lebih sering terjadi
otot-otot melemas, hingga terjadi paresis flaksid otot-otot.
4. Stadium Paralis
Sebagian besar penderita rabies meninggal dalam stadium
eksitasi. Kadang-kadang ditemukan juga kasus tanpa gejala-gejala
eksitasi, melainkan paresis otot-otot yang bersifat progresif. Hal
ini karena gangguan sum-sum tulang belakang, yang memperlihatkan
gejala paresis otot-otot pernapasan.
PENANGANAN LUKA GIGITAN HEWAN PENULAR RABIES (HPR)
Setiap ada kasus gigitan HPR harus ditangani dengan cepat dan
sesegera mungkin. Terdapat beberapa hal yang harus dilakukan dalam
penanganan kasus gigitan HPR, yaitu:
1. Kewapadaan universal dalam tatalaksana kasus gigitan
HPR.Setiap penanganan penderita gigitan HPR sebaiknya menggunakan
Alat Pelindung Diri (APD) untuk mencegah tertular rabies dari
penderita meskipun penularan rabies dari manusia ke manusia sangat
jarang. APD yang perlu digunakan dalam penanganan luka gigitan HPR
(pemeriksaan luka, pencucian luka dan pemberian vaksin) yaitu
sarung tangan, masker dan google.
2. Anamnesis
Anamnesis dapat dilakukan terhadap penderita luka gigitan dan
keluarganya atau tetangga yang mengetahui saat kejadian penggigitan
untuk menentukan tindakan pertolongan yang akan dilakukan.
Informasi yang perlu ditanyakan antara lain, yaitu :
a. Jenis hewan penggigit;
b. Status hewan penggigit (hewan peliharaan atau bukan);
c. Didahului tindakan provokatif atau tidak;d. Berapa kali
gigitan dan lokasi;e. Waktu kejadian gigitan;f. Apakah ada orang
lain yang digigit oleh hewan yang sama;g. Apakah hewan yang
menggigit menunjukan gejala rabies;h. Apakah hewan yang menggigit
lari dan tidak dapat ditangkap atau dibunuh;i. Apakah hewan yang
menggigit masih hidup atau sudah mati (