8/20/2019 Buku Indikator Ekonomi Makro Kota Bekasi Tahun 2011 C
1/21
P e n y u s u n a n A n a l i s i s I n d i k a t o r E k o n o m i M a k r o K o t a B e k a s i T a h u n 2 1 1
4-41
4.9.8. Analisa Pengaruh Government Expenditure (Investasi/ Pengeluaran/
Belanja) Terhadap PDRB-ADHK
Data-data Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan
(PDRB-ADHK) serta nilai Pengeluaran Pemerintah (Government Expenditure)Kota Bekasi sejak tahun 2005 hingga tahun 2011 adalah sebagaimana
disajikan dalam tabel 4.26 dibawah ini:
Tabel 4.26(PDRB-ADHK dan Goverment Expenditure Kota Bekasi Tahun 2005-2011)
Tahun PDRB-ADHK (juta rupiah) Pengeluaran (rupiah)
2005 11.739.946,23 772.005.871.763,00
2006 12.453.012,96 882.004.547.482,502007 13.255.153,53 1.028.289.186.131,01
2008 14.042.404,18 1.363.777.222.839,00
2009 14.622.593,73 1.501.555.212.793,00
2010 15.476.100,56 1.593.446.958.195,00
2011 16.571.540,11 1.981.344.801.647,00
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bekasi
Dari hasil olah data SPSS dengan data-data diatas diperoleh nilai R-
Square sebesar 0,981 atau 98,10%. Hal ini merefleksikan bahwa faktanyaindikator Ekonomi Makro berupa Goverment Expenditure sangat bisa
menjelaskan hubungannya dengan PDRB-ADHK atau dengan kata lain
indikator government expenditure ternyata memiliki pengaruh sangat relevan
untuk pertumbuhan PDRB-ADHK, dimana hubungan kedua variabel tersebut
bisa dijelaskan dalam sebuah model linier atau model linier diterima. Sementara
itu hasil korelasi antara PDRB-ADHK dan government expenditure adalah
sebesar 0,990 dengan angka korelasi hampir sama dengan 1, maka dapat
disimpulkan pula bahwa government expenditure memiliki pengaruh positif
yang sangat signifikan terhadap pertumbuhan PDRB-ADHK.
4.9.9. Analisa Pengaruh PDRB-ADHB Terhadap IPM
Data-data Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku
(PDRB-ADHB) dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Bekasi sejak
8/20/2019 Buku Indikator Ekonomi Makro Kota Bekasi Tahun 2011 C
2/21
P e n y u s u n a n A n a l i s i s I n d i k a t o r E k o n o m i M a k r o K o t a B e k a s i T a h u n 2 1 1
4-42
tahun 2006 hingga tahun 2011 adalah sebagaimana disajikan dalam tabel 4.27
dibawah ini:
Tabel 4.27(PDRB-ADHB dan IPM Kota Bekasi Tahun 2006-2011)
Tahun PDRB-ADHB (juta rupiah) IPM
2006 22.376.414,93 74,82
2007 25.419.184,81 75,31
2008 29.525.360,38 75,73
2009 31.475.387,85 76,10
2010 35.679.065,36 76,36
2011 40.528.807,92 76,68
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bekasi
Dari hasil olah data SPSS dengan data-data diatas diperoleh nilai R-
Square sebesar 0,964 atau 96,40%. Hal ini merefleksikan bahwa indikator
PDRB-ADHB sangat bisa menjelaskan hubungannya dengan IPM atau dengan
kata lain indikator PDRB-ADHB ternyata memiliki pengaruh sangat relevan
dengan nilai IPM, dimana hubungan kedua variabel tersebut bisa dijelaskan
dalam sebuah model linier atau model linier diterima. Sementara itu hasil
korelasi antara PDRB-ADHB dan IPM adalah sebesar 0,982 dengan angka
korelasi hampir sama dengan 1, maka dapat disimpulkan pula bahwa PDRB-
ADHB memiliki pengaruh positif yang sangat signifikan terhadap pertumbuhan
nilai IPM.
4.9.10. Analisa Pengaruh PDRB-ADHK Terhadap IPM
Data-data Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan
(PDRB-ADHK) dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Bekasi sejak
tahun 2006 hingga tahun 2011 adalah sebagaimana disajikan dalam tabel 4.28
dibawah ini:
8/20/2019 Buku Indikator Ekonomi Makro Kota Bekasi Tahun 2011 C
3/21
P e n y u s u n a n A n a l i s i s I n d i k a t o r E k o n o m i M a k r o K o t a B e k a s i T a h u n 2 1 1
4-43
Tabel 4.28(PDRB-ADHK dan IPM Kota Bekasi Tahun 2006-2011)
Tahun PDRB-ADHK (juta rupiah) IPM
2006 12.453.012,96 74,82
2007 13.255.153,53 75,31
2008 14.042.404,18 75,73
2009 14.622.593,73 76,10
2010 15.476.100,56 76,36
2011 16.571.540,11 76,68
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bekasi
Dari hasil olah data SPSS dengan data-data diatas diperoleh nilai R-
Square sebesar 0,971 atau 97,10%. Hal ini merefleksikan bahwa indikator
PDRB-ADHK sangat bisa menjelaskan hubungannya dengan IPM atau dengan
kata lain indikator PDRB-ADHK ternyata memiliki pengaruh sangat relevan
dengan nilai IPM, dimana hubungan kedua variabel tersebut bisa dijelaskan
dalam sebuah model linier atau model linier diterima. Sementara itu hasil
korelasi antara PDRB-ADHK dan IPM adalah sebesar 0,985 dengan angka
korelasi hampir sama dengan 1, maka dapat disimpulkan pula bahwa PDRB-
ADHK memiliki pengaruh positif yang sangat signifikan terhadap pertumbuhan
nilai IPM.
4.9.11. Analisa Pengaruh LPE-ADHB Terhadap IPM
Data-data Laju Pertumbuhan Ekonomi Atas Dasar Harga Berlaku (LPE-
ADHB) serta nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Bekasi sejak
tahun 2006 hingga tahun 2011 adalah sebagaimana disajikan dalam tabel 4.29
dibawah ini
Tabel 4.29(LPE-ADHB dan IPM Kota Bekasi Tahun 2006-2011)
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bekasi
Tahun LPE-ADHB (%) IPM
2006 16,38 74,82
2007 13,60 75,31
2008 16,15 75,73
2009 6,60 76,10
2010 13,36 76,36
2011 13,59 76,68
8/20/2019 Buku Indikator Ekonomi Makro Kota Bekasi Tahun 2011 C
4/21
P e n y u s u n a n A n a l i s i s I n d i k a t o r E k o n o m i M a k r o K o t a B e k a s i T a h u n 2 1 1
4-44
Dari hasil olah data SPSS dengan data-data diatas diperoleh nilai R-
Square sebesar 0,173 atau 17,30%. Hal ini merefleksikan bahwa LPE-ADHB
kurang cukup bisa menjelaskan hubungannya dengan IPM atau memiliki
pengaruh yang kurang signifikan terhadap IPM, atau dengan kata lain LPE- ADHB faktanya tidak memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap nilai
IPM, dimana hubungan kedua variabel tersebut tidak bisa dijelaskan dalam
sebuah model linier atau model linier ditolak. Sementara itu hasil korelasi antara
LPE-ADHB dan IPM menghasilkan nilai yang negatif atau -0,416 , maka dapat
disimpulkan pula bahwa kenaikan LPE-ADHB ternyata akan berbanding terbalik
atau berlawanan arah dengan nilai IPM.
4.9.12. Analisa Pengaruh LPE-ADHK Terhadap IPM
Data-data Laju Pertumbuhan Ekonomi Atas Dasar Harga Konstan (LPE-
ADHK) serta nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Bekasi sejak
tahun 2006 hingga tahun 2011 adalah sebagaimana disajikan dalam tabel 4.30
dibawah ini:
Tabel 4.30(LPE-ADHK dan IPM Kota Bekasi Tahun 2006-2011)
Tahun LPE-ADHK (%) IPM
2006 6,07 74,82
2007 6,44 75,31
2008 5,94 75,73
2009 4,13 76,10
2010 5,84 76,36
2011 7,08 76,68
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bekasi
Dari hasil olah data SPSS dengan data-data diatas diperoleh nilai R-
Square sebesar 0,000 atau 0%. Hal ini merefleksikan bahwa LPE-ADHK
kurang cukup bisa menjelaskan hubungannya dengan IPM atau memiliki
pengaruh yang kurang signifikan terhadap IPM, atau dengan kata lain LPE-
ADHK faktanya tidak memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap nilai
IPM, dimana hubungan kedua variabel tersebut tidak bisa dijelaskan dalam
sebuah model linier atau model linier ditolak. Sementara itu hasil korelasi antara
LPE-ADHK dan IPM menghasilkan nilai yang negatif atau 0,011, maka dapat
8/20/2019 Buku Indikator Ekonomi Makro Kota Bekasi Tahun 2011 C
5/21
P e n y u s u n a n A n a l i s i s I n d i k a t o r E k o n o m i M a k r o K o t a B e k a s i T a h u n 2 1 1
4-45
disimpulkan pula bahwa kenaikan LPE-ADHK ternyata hanya memiliki korelasi
yang kecil terhadap peningkatan nilai IPM.
4.9.13. Analisa Pengaruh Government Expenditure (Investasi/Pengeluaran/ Belanja) Terhadap IPM
Data-data serta nilai Pengeluaran Pemerintah (Government Expenditure)
dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Bekasi sejak tahun 2006 hingga
tahun 2011 adalah sebagaimana disajikan dalam tabel 4.31 dibawah ini:
Tabel 4.31(Goverment Expenditure dan IPM Kota Bekasi Tahun 2006-2011)
Tahun Goverment Expenditure (rupiah) IPM
2006 882.004.547.482,50 74,82
2007 1.028.289.186.131,01 75,31
2008 1.363.777.222.839,00 75,73
2009 1.501.555.212.793,00 76,10
2010 1.593.446.958.195,00 76,36
2011 1.981.344.801.647,00 76,68
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bekasi
Dari hasil olah data SPSS dengan data-data diatas diperoleh nilai R-
Square sebesar 0,959 atau 95,90%. Hal ini merefleksikan bahwa indikator
Goverment Expenditure sangat bisa menjelaskan hubungannya dengan IPM
atau dengan kata lain indikator government expenditure ternyata memiliki
pengaruh sangat relevan dengan nilai IPM, dimana hubungan kedua variabel
tersebut bisa dijelaskan dalam sebuah model linier atau model linier diterima.
Sementara itu hasil korelasi antara government expenditure dan IPM adalah
sebesar 0,979 dengan angka korelasi hampir sama dengan 1, maka dapat
disimpulkan pula bahwa government expenditure memiliki pengaruh positif
yang sangat signifikan terhadap pertumbuhan nilai IPM.
8/20/2019 Buku Indikator Ekonomi Makro Kota Bekasi Tahun 2011 C
6/21
P e n y u s u n a n A n a l i s i s I n d i k a t o r E k o n o m i M a k r o K o t a B e k a s i T a h u n 2 1 1
4-46
4.9.14. Analisa Pengaruh Ekspor Terhadap IPM
Data-data Ekspor dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Bekasi
sejak tahun 2006 hingga tahun 2011 adalah sebagaimana disajikan dalam tabel
4.32 dibawah ini:Tabel 4.32
(Ekspor dan IPM Kota Bekasi Tahun 2006-2011)
TahunEkspor (US$) IPM
2006 138,690,042.10 74,82
2007 152,559,046.31 75,31
2008 167,814,950.94 75,73
2009 366,141,711.71 76,10
2010 315,480,103.77 76,36
2011 536,478,650.91 76,68
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bekasi
Dari hasil olah data SPSS dengan data-data diatas diperoleh nilai R-
Square sebesar 0,787 atau 78,70%. Hal ini merefleksikan bahwa indikator
ekspor bisa menjelaskan hubungannya dengan IPM atau dengan kata lain
indikator ekspor ternyata memiliki pengaruh sangat relevan dengan nilai IPM,
dimana hubungan kedua variabel tersebut bisa dijelaskan dalam sebuah model
linier atau model linier diterima. Sementara itu hasil korelasi antara ekspor dan
IPM adalah sebesar 0,887 dengan angka korelasi hampir sama dengan 1,
maka dapat disimpulkan pula bahwa ekspor memiliki pengaruh positif yang
sangat signifikan terhadap pertumbuhan nilai IPM.
4.9.15. Analisa Pengaruh Impor Terhadap IPMData-data Impor dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Bekasi
sejak tahun 2006 hingga tahun 2011 adalah sebagaimana disajikan dalam tabel
4.33 dibawah ini:
8/20/2019 Buku Indikator Ekonomi Makro Kota Bekasi Tahun 2011 C
7/21
P e n y u s u n a n A n a l i s i s I n d i k a t o r E k o n o m i M a k r o K o t a B e k a s i T a h u n 2 1 1
4-47
Tabel 4.33(Impor dan IPM Kota Bekasi Tahun 2006-2011)
Tahun Impor (US$) IPM
2006 38,038,604.75 74,82
2007 45,646,325.00 75,31
2008 52,493,273.75 75,73
2009 63,790,255.84 76,10
2010 66,403,991.29 76,36
2011 122,847,383.80 76,68
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bekasi
Dari hasil olah data SPSS dengan data-data diatas diperoleh nilai R-
Square sebesar 0,709 atau 70,90%. Hal ini merefleksikan bahwa indikator
impor bisa menjelaskan hubungannya dengan IPM atau dengan kata lain
indikator impor ternyata memiliki pengaruh sangat relevan dengan nilai IPM,
dimana hubungan kedua variabel tersebut bisa dijelaskan dalam sebuah model
linier atau model linier diterima. Sementara itu hasil korelasi antara impor dan
IPM adalah sebesar 0,842 dengan angka korelasi hampir sama dengan 1,
maka dapat disimpulkan pula bahwa impor memiliki pengaruh positif yang
sangat signifikan terhadap pertumbuhan nilai IPM.
4.9.16. Analisa Pengaruh Inflasi Terhadap IPM
Data-data Inflasi dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Bekasi
sejak tahun 2006 hingga tahun 2011 adalah sebagaimana disajikan dalam tabel
4.34 dibawah ini:
Tabel 4.34(Inflasi dan IPM Kota Bekasi Tahun 2006-2011)
Tahun Inflasi (%) IPM
2006 6,53 74,82
2007 4,85 75,31
2008 10,10 75,73
2009 1,93 76,10
2010 7,88 76,36
2011 3,45 76,68
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bekasi
8/20/2019 Buku Indikator Ekonomi Makro Kota Bekasi Tahun 2011 C
8/21
P e n y u s u n a n A n a l i s i s I n d i k a t o r E k o n o m i M a k r o K o t a B e k a s i T a h u n 2 1 1
4-48
Dari hasil olah data SPSS dengan data-data diatas diperoleh nilai R-
Square sebesar 0,064 atau 6,40%. Hal ini merefleksikan bahwa indikator inflasi
kurang bisa menjelaskan hubungannya dengan IPM atau dengan kata lain
indikator inflasi ternyata memiliki pengaruh yang kurang relevan dengan nilaiIPM, dimana hubungan kedua variabel tersebut tidak bisa dijelaskan dalam
sebuah model linier atau model linier ditolak. Sementara itu hasil korelasi antara
inflasi dan IPM adalah sebesar -0,253, maka dapat disimpulkan pula bahwa
inflasi memiliki pengaruh negatif atau berlawanan arah dan yang kurang
signifikan terhadap pertumbuhan nilai IPM.
Dengan demikian komponen-komponen inflasi lainnya yang biasanya
juga memiliki kontribusi terhadap naik dan turunnya angka inflasi juga dianggapkurang relevan terhadap naik dan turunnya nilai Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) Kota Bekasi sejak tahun 2006 hingga tahun 2011. Komponen-komponen
tersebut biasanya terdiri atas: (1) bahan makanan; (2) makanan jadi, minuman,
rokok dan tembakau; (3) perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar; (4)
sandang; (5) kesehatan; (6) pendidikan ,rekreasi dan olah raga; dan (7)
transpor, komunikasi dan jasa keuangan.
8/20/2019 Buku Indikator Ekonomi Makro Kota Bekasi Tahun 2011 C
9/21
P e n y u s u n a n A n a l i s i s I n d i k a t o r E k o n o m i M a k r o K o t a B e k a s i T a h u n 2 1 1
5-1
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1. KESIMPULAN
Dari hasil penyusunan beberapa data indikator ekonomi makro, hasil
analisa statistik dengan menggunakan software SPSS, dan juga dengan
mencoba melakukan keunggulan komparatif antar Kota/ Kabupaten untuk
wilayah se-Jawa Barat, DKI-Jakarta dan Nasional melalui Indeks Pembangunan
Manusia (IPM), maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan yang bisa disajikan
sebagai berikut:
A. Data-data indikator ekonomi makro yang berhasil dilakukan identifikasi
dalam kajian ini, sejak tahun 2005 hingga tahun 2011 diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik itu Atas Dasar Harga
Berlaku (ADHB) mapun Atas Dasar Harga Konstan (ADHK).
2. PDRB per Kapita, baik itu Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) mapun
Atas Dasar Harga Konstan (ADHK).
3. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE), baik itu Atas Dasar Harga Berlaku
(ADHB) mapun Atas Dasar Harga Konstan (ADHK).
4. Inflasi dan Indeks Harga Implisit (IHI)5. Ekspor-Impor
6. Keuangan Daerah (APBD, PAD), dan
7. Investasi
8. Indeks Pembangunan Manusia (IPM), serta komponen-komponen
yang terkait lainnya dengan IPM, seperti Indeks Kesehatan, Indeks
Pendidikan, serta Indeks Standar Hidup Layak (Daya Beli).
8/20/2019 Buku Indikator Ekonomi Makro Kota Bekasi Tahun 2011 C
10/21
P e n y u s u n a n A n a l i s i s I n d i k a t o r E k o n o m i M a k r o K o t a B e k a s i T a h u n 2 1 1
5-2
B. Hasil analisa statistik dari data-data indikator ekonomi makro Kota Bekasi
sejak tahun 2005 hingga tahun 2011, adalah seperti dijelaskan sebagai
berikut:
1. Hasil Analisa Pengaruh Inflasi Terhadap PDRB-ADHB
menunjukkan hasil regresi yang kurang bagus, karena hasil regresi
menunjukkan nilai R-Square sebesar 0,346 atau 34,60%. Hal ini
merefleksikan bahwa faktanya indikator ekonomi makro berupa
inflasi kurang bisa menjelaskan hubungannya dengan PDRB-ADHB
atau dengan kata lain faktor inflasi ternyata tidak begitu relevan untuk
pertumbuhan PDRB-ADHB, dan tidak bisa dijelaskan melalui sebuahmodel linier atau model linier ditolak. Sementara itu hasil korelasi
diantara keduanya adalah sebesar -0,589 yang menyatakan bahwa
terdapat hubungan negatif atau berlawanan, dimana jika inflasi
mengalami kenaikan, maka nilai PDRB-ADHB akan mengalami
penurunan.
2. Hasil Analisa Pengaruh Inflasi Terhadap PDRB-ADHK
menunjukkan hasil regresi yang kurang bagus, karena hasil regresi
menunjukkan nilai R-Square sebesar 0,369 atau 36,90%. Hal ini
merefleksikan bahwa faktanya indikator ekonomi makro berupa
inflasi kurang bisa menjelaskan hubungannya dengan PDRB-ADHK
atau dengan kata lain faktor inflasi ternyata juga tidak begitu relevan
untuk pertumbuhan PDRB-ADHK, dan tidak bisa dijelaskan melalui
sebuah model linier atau model linier ditolak Sementara itu hasil
korelasi diantara keduanya adalah sebesar -0,608 yang menyatakan
bahwa terdapat hubungan negatif atau berlawanan, dimana jika
inflasi mengalami kenaikan, maka nilai PDRB-ADHK juga akan
mengalami penurunan.
3. Hasil Analisa Pengaruh Ekspor Terhadap PDRB-ADHB
menunjukkan hasil regresi yang cukup bagus, karena hasil regresi
menunjukkan nilai R-Square sebesar 0,784 atau 78,40%. Hal ini
8/20/2019 Buku Indikator Ekonomi Makro Kota Bekasi Tahun 2011 C
11/21
P e n y u s u n a n A n a l i s i s I n d i k a t o r E k o n o m i M a k r o K o t a B e k a s i T a h u n 2 1 1
5-3
merefleksikan bahwa faktanya indikator ekonomi makro berupa nilai
ekspor bisa menjelaskan hubungannya dengan PDRB-ADHB atau
dengan kata lain faktor ekspor ternyata memiliki pengaruh relevan
untuk pertumbuhan PDRB-ADHB, dan bisa dijelaskan melalui sebuahmodel linier atau model linier diterima. Sementara itu hasil korelasi
diantara keduanya adalah sebesar 0,886 , dimana angka korelasi
mendekati nilai 1, maka dapat disimpulkan bahwa ekspor memiliki
pengaruh positif yang cukup signifikan terhadap pertumbuhan PDRB-
ADHB.
4. Hasil Analisa Pengaruh Ekspor Terhadap PDRB-ADHK
menunjukkan hasil regresi yang cukup bagus, karena hasil regresi
menunjukkan nilai R-Square sebesar 0,789 atau 78,90%. Hal ini
merefleksikan bahwa faktanya indikator ekonomi makro berupa nilai
ekspor bisa menjelaskan hubungannya dengan PDRB-ADHK atau
dengan kata lain faktor ekspor ternyata memiliki pengaruh relevan
untuk pertumbuhan PDRB-ADHK, dan bisa dijelaskan melalui sebuah
model linier atau model linier diterima. Sementara itu hasil korelasi
diantara PDRB-ADHK dan nilai ekpor adalah sebesar 0,888 , dimana
angka korelasi mendekati nilai 1, maka dapat disimpulkan bahwa
ekspor memiliki pengaruh positif yang cukup signifikan terhadap
pertumbuhan PDRB-ADHK.
5. Hasil Analisa Pengaruh Impor Terhadap PDRB-ADHB
menunjukkan hasil regresi yang sangat bagus, karena hasil regresi
menunjukkan nilai R-Square sebesar 0,833 atau 83,30%. Hal ini
merefleksikan bahwa faktanya indikator ekonomi makro berupa nilai
impor bisa menjelaskan hubungannya dengan PDRB-ADHB atau
dengan kata lain indikator Impor ternyata memiliki pengaruh sangat
relevan untuk pertumbuhan PDRB-ADHB, dimana hubungan kedua
variabel tersebut bisa dijelaskan dalam sebuah model linier atau
model linier diterima. Sementara itu hasil korelasi antara PDRB-
8/20/2019 Buku Indikator Ekonomi Makro Kota Bekasi Tahun 2011 C
12/21
P e n y u s u n a n A n a l i s i s I n d i k a t o r E k o n o m i M a k r o K o t a B e k a s i T a h u n 2 1 1
5-4
ADHB dan nilai impor adalah sebesar 0,913 dengan angka korelasi
hampir sama dengan 1, maka dapat disimpulkan pula bahwa nilai
impor memiliki pengaruh positif yang sangat signifikan terhadap
pertumbuhan PDRB-ADHB.
6. Hasil Analisa Pengaruh Impor Terhadap PDRB-ADHK
menunjukkan hasil regresi yang sangat bagus, karena hasil regresi
menunjukkan nilai R-Square sebesar 0,830 atau 83,00%. Hal ini
merefleksikan bahwa faktanya indikator ekonomi makro berupa nilai
impor bisa menjelaskan hubungannya dengan PDRB-ADHK atau
dengan kata lain indikator impor ternyata memiliki pengaruh sangat
relevan untuk pertumbuhan PDRB-ADHK, dimana hubungan kedua
variabel tersebut bisa dijelaskan dalam sebuah model linier atau
model linier diterima. Sementara itu hasil korelasi antara PDRB-
ADHK dan nilai impor adalah sebesar 0,911 dengan angka korelasi
hampir sama dengan 1, maka dapat disimpulkan pula bahwa nilai
impor memiliki pengaruh positif yang sangat signifikan terhadap
pertumbuhan PDRB-ADHK.
7. Hasil Analisa Pengaruh Government Expenditure (Investasi/
Pengeluaran/ Belanja) Terhadap PDRB-ADHB menunjukkan hasil
regresi yang sangat bagus, karena hasil regresi menunjukkan nilai R-
Square sebesar 0,982 atau 98,20%. Hal ini merefleksikan bahwa
faktanya indikator ekonomi makro berupa Goverment Expenditure
sangat bisa menjelaskan hubungannya dengan PDRB-ADHB atau
dengan kata lain indikator Government Expenditure ternyata memiliki
pengaruh sangat relevan untuk pertumbuhan PDRB-ADHB, dimana
hubungan kedua variabel tersebut bisa dijelaskan dalam sebuah
model linier atau model linier diterima. Sementara itu hasil korelasi
antara PDRB-ADHB dan Government Expenditure adalah sebesar
0,991 dengan angka korelasi hampir sama dengan 1, maka dapat
8/20/2019 Buku Indikator Ekonomi Makro Kota Bekasi Tahun 2011 C
13/21
P e n y u s u n a n A n a l i s i s I n d i k a t o r E k o n o m i M a k r o K o t a B e k a s i T a h u n 2 1 1
5-5
disimpulkan pula bahwa Government Expenditure memiliki pengaruh
positif yang sangat signifikan terhadap pertumbuhan PDRB-ADHB.
8. Hasil Analisa Pengaruh Government Expenditure (Investasi/
Pengeluaran/ Belanja) Terhadap PDRB-ADHK menunjukkan hasil
regresi sangat bagus, karena hasil regresi menunjukkan nilai R-
Square sebesar 0,981 atau 98,10%. Hal ini merefleksikan bahwa
faktanya indikator Ekonomi Makro berupa Goverment Expenditure
sangat bisa menjelaskan hubungannya dengan PDRB-ADHK atau
dengan kata lain indikator Government Expenditure ternyata memiliki
pengaruh sangat relevan untuk pertumbuhan PDRB-ADHK, dimana
hubungan kedua variabel tersebut bisa dijelaskan dalam sebuah
model linier atau model linier diterima. Sementara itu hasil korelasi
antara PDRB-ADHK dan Government Expenditure adalah sebesar
0,990 dengan angka korelasi hampir sama dengan 1, maka dapat
disimpulkan pula bahwa Government Expenditure memiliki pengaruh
positif yang sangat signifikan terhadap pertumbuhan PDRB-ADHK.
9. Hasil Analisa Pengaruh PDRB-ADHB Terhadap IPM menunjukkan
hasil regresi yang sangat bagus, karena hasil regresi menunjukkan
nilai R-Square sebesar 0,964 atau 96,40%. Hal ini merefleksikan
bahwa indikator PDRB-ADHB sangat bisa menjelaskan
hubungannya dengan IPM atau dengan kata lain indikator PDRB-
ADHB ternyata memiliki pengaruh sangat relevan dengan nilai IPM,
dimana hubungan kedua variabel tersebut bisa dijelaskan dalam
sebuah model linier atau model linier diterima. Sementara itu hasil
korelasi antara PDRB-ADHB dan IPM adalah sebesar 0,982 dengan
angka korelasi hampir sama dengan 1, maka dapat disimpulkan pula
bahwa PDRB-ADHB memiliki pengaruh positif yang sangat signifikan
terhadap pertumbuhan nilai IPM.
8/20/2019 Buku Indikator Ekonomi Makro Kota Bekasi Tahun 2011 C
14/21
P e n y u s u n a n A n a l i s i s I n d i k a t o r E k o n o m i M a k r o K o t a B e k a s i T a h u n 2 1 1
5-6
10. Hasil Analisa Pengaruh PDRB-ADHK Terhadap IPM menunjukkan
hasil regresi yang sangat bagus, karena hasil regresi menunjukkan
nilai R-Square sebesar 0,971 atau 97,10%. Hal ini merefleksikan
bahwa indikator PDRB-ADHK sangat bisa menjelaskanhubungannya dengan IPM atau dengan kata lain indikator PDRB-
ADHK ternyata memiliki pengaruh sangat relevan dengan nilai IPM,
dimana hubungan kedua variabel tersebut bisa dijelaskan dalam
sebuah model linier atau model linier diterima. Sementara itu hasil
korelasi antara PDRB-ADHK dan IPM adalah sebesar 0,985 dengan
angka korelasi hampir sama dengan 1, maka dapat disimpulkan pula
bahwa PDRB-ADHK memiliki pengaruh positif yang sangat signifikanterhadap pertumbuhan nilai IPM.
11. Hasil Analisa Pengaruh LPE-ADHB Terhadap IPM menunjukkan
hasil regresi yang kurang bagus, karena hasil regresi menunjukkan
nilai R-Square sebesar 0,173 atau 17,30%. Hal ini merefleksikan
bahwa LPE-ADHB kurang cukup bisa menjelaskan hubungannya
dengan IPM atau memiliki pengaruh yang kurang signifikan terhadap
IPM, atau dengan kata lain LPE-ADHB faktanya tidak memiliki
pengaruh yang cukup signifikan terhadap nilai IPM, dimana
hubungan kedua variabel tersebut tidak bisa dijelaskan dalam sebuah
model linier atau model linier ditolak. Sementara itu hasil korelasi
antara LPE-ADHB dan IPM menghasilkan nilai negatif atau -0,416 ,
maka dapat disimpulkan pula bahwa kenaikan LPE-ADHB ternyata
akan berbanding terbalik atau berlawanan arah dengan nilai IPM.
12. Hasil Analisa Pengaruh LPE-ADHK Terhadap IPM menunjukkan
hasil regresi yang kurang bagus, karena hasil regresi menunjukkan
nilai R-Square sebesar 0,000 atau 0%. Hal ini merefleksikan bahwa
LPE-ADHK kurang cukup bisa menjelaskan hubungannya dengan
IPM atau memiliki pengaruh yang kurang signifikan terhadap IPM,
atau dengan kata lain LPE-ADHK faktanya tidak memiliki pengaruh
8/20/2019 Buku Indikator Ekonomi Makro Kota Bekasi Tahun 2011 C
15/21
P e n y u s u n a n A n a l i s i s I n d i k a t o r E k o n o m i M a k r o K o t a B e k a s i T a h u n 2 1 1
5-7
yang cukup signifikan terhadap nilai IPM, dimana hubungan kedua
variabel tersebut tidak bisa dijelaskan dalam sebuah model linier atau
model linier ditolak. Sementara itu hasil korelasi antara LPE-ADHK
dan IPM menghasilkan nilai yang negatif atau 0,011, maka dapatdisimpulkan pula bahwa kenaikan LPE-ADHK ternyata hanya
memiliki korelasi yang kecil terhadap peningkatan nilai IPM.
13. Hasil Analisa Pengaruh Government Expenditure (Investasi/
Pengeluaran/ Belanja) Terhadap IPM menunjukkan hasil regresi
yang sangat bagus, karena hasil regresi menunjukkan nilai R-Square
sebesar 0,959 atau 95,90%. Hal ini merefleksikan bahwa indikator
Goverment Expenditure sangat bisa menjelaskan hubungannya
dengan IPM atau dengan kata lain indikator Government Expenditure
ternyata memiliki pengaruh sangat relevan dengan nilai IPM, dimana
hubungan kedua variabel tersebut bisa dijelaskan dalam sebuah
model linier atau model linier diterima. Sementara itu hasil korelasi
antara Government Expenditure dan IPM adalah sebesar 0,979
dengan angka korelasi hampir sama dengan 1, maka dapat
disimpulkan pula bahwa Government Expenditure memiliki pengaruh
positif yang sangat signifikan terhadap pertumbuhan nilai IPM.
14. Hasil Analisa Pengaruh Ekspor Terhadap IPM menunjukkan hasil
regresi yang cukup bagus, karena hasil regresi menunjukkan nilai R-
Square sebesar 0,787 atau 78,70%. Hal ini merefleksikan bahwa
indikator ekspor bisa menjelaskan hubungannya dengan IPM ataudengan kata lain indikator ekspor ternyata memiliki pengaruh sangat
relevan dengan nilai IPM, dimana hubungan kedua variabel tersebut
bisa dijelaskan dalam sebuah model linier atau model linier diterima.
Sementara itu hasil korelasi antara ekspor dan IPM adalah sebesar
0,887 dengan angka korelasi hampir sama dengan 1, maka dapat
disimpulkan pula bahwa ekspor memiliki pengaruh positif yang
sangat signifikan terhadap pertumbuhan nilai IPM.
8/20/2019 Buku Indikator Ekonomi Makro Kota Bekasi Tahun 2011 C
16/21
P e n y u s u n a n A n a l i s i s I n d i k a t o r E k o n o m i M a k r o K o t a B e k a s i T a h u n 2 1 1
5-8
15. Hasil Analisa Pengaruh Impor Terhadap IPM menunjukkan hasil
regresi yang cukup bagus, karena hasil regresi menunjukkan nilai R-
Square sebesar 0,709 atau 70,90%. Hal ini merefleksikan bahwa
indikator impor bisa menjelaskan hubungannya dengan IPM atau
dengan kata lain indikator impor ternyata memiliki pengaruh sangat
relevan dengan nilai IPM, dimana hubungan kedua variabel tersebut
bisa dijelaskan dalam sebuah model linier atau model linier diterima.
Sementara itu hasil korelasi antara impor dan IPM adalah sebesar
0,842 dengan angka korelasi hampir sama dengan 1, maka dapat
disimpulkan pula bahwa impor memiliki pengaruh positif yang sangat
signifikan terhadap pertumbuhan nilai IPM.
16. Hasil Analisa Pengaruh Inflasi Terhadap IPM menunjukkan hasil
regresi yang cukup bagus, karena hasil regresi menunjukkan nilai R-
Square sebesar 0,064 atau 6,40%. Hal ini merefleksikan bahwa
indikator inflasi kurang bisa menjelaskan hubungannya dengan IPM
atau dengan kata lain indikator inflasi ternyata memiliki pengaruh
yang kurang relevan dengan nilai IPM, dimana hubungan kedua
variabel tersebut tidak bisa dijelaskan dalam sebuah model linier atau
model linier ditolak. Sementara itu hasil korelasi antara inflasi dan
IPM adalah sebesar -0,253, maka dapat disimpulkan pula bahwa
inflasi memiliki pengaruh negatif atau berlawanan arah dan yang
kurang signifikan terhadap pertumbuhan nilai IPM.
C. Hasil Analisa Komparatif dengan menggunakan metode Location
Quetion (LQ) terhadap beberapa Kota/ Kabupaten pembanding se-Jawa
Barat adalah dengan melakukan perbandingan terhadap nilai Indeks
Pembangunan Manusia (IPM). Hasilnya diperoleh bahwa IPM Kota Bekasi
masih berada pada nomor urut 2 (dua) dengan nilai mencapai 74-76.
Kondisi ini masih jauh lebih baik ketimbang beberapa wilayah atau Kota/
Kabupaten pembandingnya dalam wilayah Jawa Barat, diantaranya seperti
8/20/2019 Buku Indikator Ekonomi Makro Kota Bekasi Tahun 2011 C
17/21
P e n y u s u n a n A n a l i s i s I n d i k a t o r E k o n o m i M a k r o K o t a B e k a s i T a h u n 2 1 1
5-9
Kota Bandung, Kota Cirebon, Kota Cimahi, Kota Tasikmalaya dan Kota
Banjar, dan lain sebagainya. Kota Bekasi hanya berada dibawah Kota
Depok yang menempati nomor urut 1 (satu) untuk IPM-nya yang berkisar
antara 77-79. Perbandingan IPM yang dikaji dalam peneitian ini meliputibeberapa komponen, yang terdiri atas:
1. Angka Harapan Hidup (Indeks Kesehatan) untuk Kota Bekasi dari
tahun ke tahun, sejak tahun 2006 hingga tahun 2011 terus
meningkat. Mulai tahun 2006 hingga tahun 2008, Kota Bekasi terus-
menerus berada pada rangking ke-3, selanjutnya mengalami
penurunan pada tahun 2010 dan berada pada rangking ke-4, bahkanpada tahun 2011 kembali merosot hingga berada pada rangking ke-6.
2. Angka Melek Huruf (Indeks Pendidikan) di Kota Bekasi dari tahun
ke tahun mengalami peningkatan. Sedangkan secara rangking ada
peningkatan rangking, jika pada tahun 2006 berada pada rangking
ke-10, maka pada tahun 2007 komponen IPM-Angka Melek Huruf
Kota Bekasi jika dibandingkan dengan komponen sejenis dengan
kota-kota pembanding lainnya dalam wilayah Jawa Barat, Kota
Bekasi berada pada rangking ke-8. Namun untuk selanjutnya, sejak
tahun 2009 hingga tahun 2010 berturut-turut mendapatkan rangking
ke-10, bahkan kembali turun pada tahun 2011, yaitu berada pada
rangking ke-11.
3. Rata-rata Lama Sekolah (Indeks Pendidikan) untuk Kota Bekasimengalami peningkatan dari tahun ke tahun. . Secara rangking, pada
komponen IPM-Rata-rata Lama Sekolah ini, Kota Bekasi berada
pada rangking ke-3 sejak tahun 2006 hingga tahun 2008, dan
kembali mengalami peningkatan pada tahun 2009 hingga tahun
2010, dimana Kota Bekasi menempati rangking ke-2, namun pada
tahun 2011 kembali menggalami penurunan hingga berada pada
rangking ke-3 se-Jawa Barat.
8/20/2019 Buku Indikator Ekonomi Makro Kota Bekasi Tahun 2011 C
18/21
P e n y u s u n a n A n a l i s i s I n d i k a t o r E k o n o m i M a k r o K o t a B e k a s i T a h u n 2 1 1
5-10
4. Pengeluaran per Kapita di Sesuaikan (Indeks Standar Hidup
Layak/ Indeks Kemampuan Daya Beli) di Kota Bekasi bisa
dikatakan relatif cukup stabil, hal ini direfleksikan dengan
diperolehnya rangking ke-4 oleh Kota Bekasi secara berturut-turut
sejak tahun 2006 hingga tahun 2011, dibandingkan dengan beberapa
Kota/ Kabupaten se-Jawa Barat.
Sementara itu jika kita coba bandingkan IPM Kota Bekasi dengan IPM
seluruh Provinsi bahkan IPM Nasional, faktanya memang nilai IPM yang
berhasil diraih oleh Kota Bekasi dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2011
cukup membanggakan, karena rata-rata nilai IPM Kota Bekasi, masih lebih
tinggi ketimbang nilai rata-rata dalam skala nasional yang hanya berada
pada kisaran 69-72 saja (tahun 2005 sampai dengan tahun 2010 ).
Walaupun tidak lebih baik dari Provinsi DKI Jakarta, yang IPM-nya berada
pada kisaran nilai 76-77, namun sebagai sebuah bagian dari Provinsi Jawa
Barat, ternyata Kota Bekasi mampu memberikan kontribusi yang cukup
besar terhadap nilai IPM Provinsi Jawa Barat secara keseluruhan.
D. Dengan melihat data-data indikator ekonomi makro Kota Bekasi dari tahun
ke tahun (2005-2011), hasil analisis, dan keunggulan komparatifnya, maka
bisa disimpulkan bahwa prospek pertumbuhan perekonomian Kota
Bekasi akan jauh lebih baik lagi dimasa-masa yang akan datang. Dengan
melihat rata-rata kenaikan pertahun PDRB-ADHB saja diprediksikan akan
ada kenaikan minimal sebesar 15% setiap tahunnya. Demikian pula rata-
rata kenaikan PDRB-ADHK juga diharapkan bisa tumbuh minimal sebesar
rata-rata 5% pertahunnya. Oleh karena itu dibutuhkan kesungguhan dari
jajaran pemerintahan Kota Bekasi untuk melakukan pengelolaan
perekonomian secara lebih optimal lagi sehingga perekonomian Kota Bekasi
bisa tumbuh lebih baik lagi dari rata-rata tingkat pertumbuhan yang telah
diprediksikan tersebut.
8/20/2019 Buku Indikator Ekonomi Makro Kota Bekasi Tahun 2011 C
19/21
P e n y u s u n a n A n a l i s i s I n d i k a t o r E k o n o m i M a k r o K o t a B e k a s i T a h u n 2 1 1
5-11
5.2. REKOMENDASI
Dari hasil penyusunan beberapa data indikator ekonomi makro, hasil
analisa statistik dengan menggunakan software SPSS, dan juga dengan
mencoba melakukan keunggulan komparatif antar Kota/ Kabupaten untukwilayah se-Jawa Barat, DKI-Jakarta dan Nasional melalui Indeks Pembangunan
Manusia (IPM), maka dapat diperoleh beberapa rekomendasi yang bisa
disajikan sebagai berikut:
A. Data-data indikator ekonomi makro yang berhasil dilakukan identifikasi
dalam kajian ini, sejak tahun 2005 hingga tahun 2011 dirasakan masih
belum cukup lengkap, mengingat masih ada beberapa indikator ekonomimakro lainnya seperti tenaga kerja, tingkat pegangguran, dan lain
sebagainya. Selain itu jangka waktu penelitian juga bisa diperpanjang untuk
minimal 10 tahun, agar bisa menghasilkan analisis yang lebih akurat lagi
dikemudian hari.
B. Rekomendasi lainnya atas hasil analisis statistik dari beberapa indikator
ekonomi makro Kota Bekasi adalah sebagai berikut:
1. Hasil regresi dan korelasi yang cukup baik melalui analisa uji
statistik terhadap beberapa indikator ekonomi makro seperti ekspor,
impor, dan goverment expenditure terhadap PDRB-ADHB dan
PDRB-ADHK merefleksikan kondisi yang cukup bagus. Hal ini
merupakan indikasi bahwa Pemerintah Kota Bekasi perlu lebih fokus
lagi kedepannya terhadap indikator-indikator tersebut, karena
pengelolaan yang cukup baik terhadap indikator-indikator tersebut
akan membawa dampak langsung yang cukup signifikan terhadap
pertumbuhan PDRB-ADHB maupun PDRB-ADHK dan perekonomian
Kota Bekasi secara keseluruhan. Hasil yang kurang bagus hanya
ditunjukkan oleh indikator inflasi , baik itu terhadap PDRB-ADHB
maupun PDRB-ADHK.
8/20/2019 Buku Indikator Ekonomi Makro Kota Bekasi Tahun 2011 C
20/21
P e n y u s u n a n A n a l i s i s I n d i k a t o r E k o n o m i M a k r o K o t a B e k a s i T a h u n 2 1 1
5-12
2. Hasil regresi dan korelasi yang cukup baik juga dihasilkan melalui
analisa uji statistik PDRB-ADHB dan PDRB-ADHK terhadap IPM ,
government expenditure terhadap IPM , serta nilai ekspor-impor
terhadap IPM , dimana hasilnya sangat signifikan atau bisadisimpulkan bahwa pertumbuhan PDRB-ADHB dan PDRB-ADHK,
government expenditure, serta ekspor-impor Kota Bekasi akan
berbanding lurus terhadap peningkatan nilai IPM. Hasil analisa yang
kurang bagus hanya didapatkan oleh indikator LPE-ADHB dan LPE-
ADHK terhadap IPM dan juga inflasi terhadap IPM . Oleh karena itu,
jika pemerintah Kota Bekasi ingin benar-benar meningkat nilai IPM
hingga melebihi Kota Depok, bahkan melebihi standar dengan nilaidiatas 80, maka perlu diperhatikan pengelolaan PDRB, terutama
terkait dengan government expenditure agar lebih tepat sasaran.
3. Beberapa langkah nyata yang bisa dilakukan oleh pemerintah Kota
Bekasi untuk meningkatkan nilai IPM diantaranya adalah bisa lebih
fokus penggunaan anggaran terhadap pembenahan komponen
Angka Harapan Hidup (Indeks Kesehatan) yang dari tahun ke
tahun (2006-2011) terlihat mengalami kemerosotan. Hal lainnya yang
perlu diperhatikan diantaranya adalah Angka Melek Huruf (Indeks
Pendidikan) yang juga selalu mengalami penurunan peringkat setiap
tahunnya (2006-2011). Sementara itu Rata-rata Lama Sekolah
(Indeks Pendidikan) dan Pengeluaran per Kapita di sesuaikan
(Indeks Standar Hidup Layak/ Indeks Kemampuan Daya Beli),
bisa menjadi fokus pemerintah Kota Bekasi pada tahapan berikutnya,tentunya setelah melakukan pembenahan terhadap Angka Harapan
Hidup dan Angka Melek Huruf .
C. Selain IPM, sebenarnya masih ada beberapa indikator lainnya seperti nilai
PDRB, APBD/ PAD, inflasi dan indikator-indikator ekonomi makro lainnya,
untuk melakukan analisa komparatif Location Quetion (LQ) Kota Bekasi
dengan Kota/ Kabupaten pembanding lainnya di Jawa Barat, sehingga
8/20/2019 Buku Indikator Ekonomi Makro Kota Bekasi Tahun 2011 C
21/21
P e n y u s u n a n A n a l i s i s I n d i k a t o r E k o n o m i M a k r o K o t a B e k a s i T a h u n 2 1 1
5-13
logika komparasinya menjadi lebih komprehensif dan bisa melakukan
evaluasi secara menyeluruh, dan tentunya tidak hanya terbatas terhadap
nilai IPM saja. Oleh karena itu dalam penelitian selanjutnya dibutuhkan data-
data pembanding yang lebih lengkap lagi.
D. Hasil penyusunan serta analisis ekonomi makro Kota Bekasi dalam kajian
ini diharapkan bisa dijadikan acuan baku bagi para stakeholders,khususnya
bagi para pejabat pemeritahan dan pengambil keputusan dalam bidang
ekonomi di Kota Bekasi. Selain itu kajian ini juga diharapkan bisa menjadi
salah satu preferensi ilmiah untuk dituangkan dalam rencana serta strategi
jangka menengah dan panjang Kota Bekasi, terutama untuk keperluanmelakukan prediksi perekonomian di Kota Bekasi pada masa-masa yang
akan datang agar menjadi lebih baik lagi dari saat ini.