Top Banner
132

Buku Fasilitas Dan Insentif PPh Indonesia Edisi II - 2013-Mobile

Oct 14, 2015

Download

Documents

Indra Siallagan

book about Indonesia tax facility
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    i

    SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK Buku Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    Edisi II - 2013

    Assalamualaikum Wr. Wb.

    Investasi merupakan salah satu faktor yang menentukan

    dalam suksesnya pembangunan dan pemerataan ekonomi,

    terlebih dalam menghadapi perkembangan ekonomi global.

    Sejalan dengan perkembangan tersebut, untuk menarik minat

    para investor menanamkan modal di Indonesia, pemerintah

    berupaya untuk mengambil langkah-langkah kebijakan dalam

    menciptakan, menjaga, dan meningkatkan iklim investasi atau

    pro-investasi, di antaranya dengan memberikan kemudahan

    perizinan, kepastian hukum, kelengkapan infrastruktur, serta

    kebijakan fiskal.

    Dalam bidang kebijakan fiskal, berbagai negara termasuk

    Indonesia kini tengah berupaya untuk menciptakan sistem

    perpajakan yang tidak hanya memberikan kemudahan (simplified

    tax system), tetapi juga menyediakan fasilitas maupun tarif pajak

    yang kompetitif bagi investor. Salah satu langkah nyata

    pemerintah, dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak adalah

    menyusun dan menetapkan berbagai kebijakan perpajakan yang

    memberikan kemudahan yang dapat dinikmati berupa fasilitas

    dan insentif Pajak Penghasilan yang tertuang dalam Undang-

    Undang perpajakan beserta aturan pelaksanaannya.

    Penyediaan fasilitas dan insentif Pajak Penghasilan

    diharapkan dapat meningkatkan animo dan minat investor

    sehingga berdampak positif terhadap kenaikan tingkat investasi,

    yang tentunya akan memberikan berbagai efek multiplier

    terhadap perekonomian nasional, serta lebih lanjut dapat

    berpengaruh terhadap tingkat kepercayaan internasional dalam

    menjalin kerja sama ekonomi yang lebih kuat. Kondisi ini akan

    menjadi faktor pendukung yang sangat berharga karena pada

    dasarnya Indonesia telah memiliki modal dasar dalam

    pengembangan investasi, yaitu comparative advantage berupa

    melimpahnya sumber daya alam yang tersedia serta competitive

    advantage berupa tersedianya sumber daya manusia yang tidak

    hanya besar dari segi kuantitas, namun memiliki kualitas dan skill

    yang dapat diandalkan.

    Buku yang telah terbit dan kini berada di tangan Anda ini

    merupakan penyempurnaan dari edisi sebelumnya. Salah satunya

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    ii

    adalah ditambahkannya peraturan mengenai penyederhanaan

    penghitungan PPh atas penghasilan usaha dengan peredaran

    bruto tertentu serta pengurangan angsuran PPh Pasal 25. Dengan

    penyempurnaan tersebut, buku ini diharapkan dapat menjadi

    panduan yang lengkap sekaligus memberikan bantuan dan

    kemudahan bagi petugas pajak dalam menjalankan tugasnya

    maupun Wajib Pajak, khususnya bagi para investor dan calon

    investor sebagai wujud komitmen dari Direktorat Jenderal Pajak

    dalam mendukung stabilitas dan pertumbuhan investasi di

    Indonesia.

    Sebagai penutup, saya panjatkan puji syukur atas

    kemudahan yang diberikan oleh Tuhan YME serta ucapan terima

    kasih dan apresiasi yang mendalam dan tulus kepada semua

    pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan buku ini.

    Semoga Tuhan YME senantiasa menguatkan semangat dan

    kebersamaan kita dalam berkarya untuk membangun

    perekonomian Indonesia menjadi lebih baik.

    Wassalamualaikum Wr Wb.

    Jakarta,

    Direktur Jenderal Pajak

    A. Fuad Rahmany

    NIP 195411111981121001

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    iii

    KATA PENGANTAR DIREKTUR PERATURAN PERPAJAKAN II Buku Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    Edisi II - 2013

    Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan YME atas segala

    karunia dan kemudahan yang diberikanNya dalam proses

    penyusunan hingga penyelesaian Buku Fasilitas dan Insentif Pajak

    Penghasilan Indonesia Edisi Kedua.

    Sejalan dengan perkembangan aktivitas ekonomi dan dunia

    usaha, ketentuan dalam pemberian insentif dan fasilitas dalam

    Pajak Penghasilan senantiasa diperbarui namun tetap mengacu

    pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku dengan

    tetap mengedepankan prinsip perlakuan yang sama terhadap

    Wajib Pajak. Upaya ini dimaksudkan untuk menciptakan

    harmonisasi dan sinergi antara peraturan perpajakan dengan

    perkembangan implementasi dalam dunia usaha.

    Buku Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia Edisi

    Kedua ini, selain memuat pembaruan atas kebijakan-kebijakan

    fiskal yang telah ada dalam edisi pertama, juga berisi beberapa

    kebijakan fiskal terbaru mengenai fasilitas dan insentif di bidang

    PPh, seperti penyederhanaan penghitungan PPh atas penghasilan

    usaha dengan peredaran bruto tertentu, pengurangan angsuran

    PPh Pasal 25.

    Dalam usaha penyempurnaan informasi mengenai

    ketentuan dalam fasilitas Pajak Penghasilan, buku ini-yang

    merupakan penyempurnaan dari buku sebelumnya-tetap

    dirancang dalam format penyajian yang sederhana, komunikatif

    dan mudah dipahami tanpa mengurangi substansi informasi

    sehingga diharapkan dapat menjadi panduan yang lebih lengkap

    dan sistematis kepada pegawai Direktorat Jenderal Pajak dalam

    menjalankan tugas dan fungsinya, maupun sebagai referensi bagi

    wajib pajak, khususnya para investor yang hendak berinvestasi di

    Indonesia dengan segala kemudahannya.

    Terakhir, saya ucapkan terima kasih dan penghargaan yang

    tulus kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi

    dalam penyusunan buku ini, khususnya Direktur Jenderal Pajak

    yang berkenan memberikan sekapur sirih serta usaha rekan-rekan

    di Direktorat Peraturan Perpajakan II, khususnya Subdirektorat PPh

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    iv

    Badan dalam menyusun dan menyelesaikan buku ini. Semoga

    segala usaha dan kerja keras yang telah dilakukan dapat

    memberikan kontribusi yang optimal untuk membangun Indonesia

    yang lebih baik.

    Jakarta,

    Direktur Peraturan Perpajakan II

    P. M. John L. Hutagaol

    NIP 19651127 198910 1 001

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    v

    SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK

    Buku Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    Edisi I - 2012

    Assalamualaikum Wr. Wb.

    Banyak cara yang ditempuh suatu negara dalam menarik investasi

    sebagai salah satu penggiat roda ekonomi. Kemudahan perizinan,

    kepastian hukum, ketersediaan infrastruktur, dan kebijakan fiskal

    sering menjadi faktor pertimbangan para investor sebelum

    memutuskan investasi yang akan dilakukan.

    Kebijakan fiskal yang ditransformasikan dalam seperangkat

    peraturan perpajakan yang pro-investasi dapat menjadi salah satu

    medium penarik investor. Hal ini disebabkan penarikan pajak yang

    tinggi dan eksesif dapat mengurangi kemampuan ekonomis

    investor bahkan membuat investor mencari alternatif negara lain

    untuk berinvestasi, sehingga tidak memberikan efek multiplier bagi

    perekonomian nasional.

    Berkenaan dengan hal tersebut, Indonesia, seperti layaknya

    negara lain, terus berusaha menjadikan tarif perpajakannya kian

    menarik dan kompetitif. Hal ini telah diwujudkan salah satunya

    melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari

    sebelumnya 28% sebagaimana yang diamanatkan Pasal 17 ayat

    (2a) Undang-Undang PPh No 36 Tahun 2008.

    Selain penurunan tarif pajak dalam ketentuan UU PPh, Indonesia

    juga menawarkan berbagai fasilitas perpajakan antara lain

    penurunan tarif bagi perusahaan terbuka, tax holiday, investment

    allowance, dan fasilitas lainnya yang tersebar dalam Undang

    Undang PPh maupun aturan pelaksanaannya.

    Dengan berbagai paket fasilitas dan insentif perpajakan yang

    ditawarkan, diharapkan geliat investasi di tanah air akan semakin

    semarak. Hal ini juga mengingat berbagai fakta menggembirakan

    seperti peningkatan credit rating Indonesia, performa bursa saham

    yang cemerlang, serta Indonesia menjadi satu dari sedikit negara

    yang pertumbuhan ekonominya tetap positif di tengah krisis

    ekonomi dunia 2008.

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    vi

    Terlepas dari berbagai fasilitas perpajakan dan kinerja yang diraih

    Indonesia, karakteristik Indonesia yang unik turut menawarkan

    berbagai advantage bagi dunia investasi dan

    keberlangsungannya.

    Kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di

    dunia, diapit oleh dua benua, serta dianugerahi kekayaan sumber

    daya alam yang melimpah, menawarkan comparative

    advantage tersendiri. Potensi gas alam, panas bumi, dan sumber

    energi terbarukan lainnya, serta perikanan, dan pariwisata,

    merupakan sedikit dari banyak sektor yang dapat dipilih oleh

    calon investor.

    Dari segi competitive advantage, Indonesia, sebuah negara

    berpenduduk 240 juta jiwa dengan pertumbuhan kelas menengah

    yang signifikan, merupakan pasar yang sangat menjanjikan.

    Kondisi sosio-demografis tersebut juga menawarkan ketersediaan

    professional labour maupun skilled labour yang andal dan

    berkesinambungan bagi investasi pada industri manufaktur

    maupun berbasis high-technology.

    Kini, buku di tangan Anda berusaha menyediakan informasi

    mengenai berbagai insentif dan fasilitas di bidang Pajak

    Penghasilan di Indonesia, yang diharapkan dapat membantu

    Wajib Pajak, khususnya Anda para investor dan calon investor

    yang hendak berinvestasi di Indonesia dengan segala

    keuntungannya.

    Pada akhirnya, terima kasih dan penghargaan yang tulus saya

    sampaikan kepada semua pihak yang berkontribusi dalam

    penyusunan buku ini, serta agar tetap bersemangat dan

    melanjutkan kerja kerasnya dalam berkarya untuk Republik

    Indonesia yang kita cintai. Kepada Anda para Wajib Pajak dan

    Investor, saya ucapkan terima kasih telah turut membangun

    bangsa dan selamat berinvestasi di Indonesia.

    Wassalamualaikum Wr. Wb. Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat-Nya kepada kita semua.

    Jakarta, Februari 2012

    Direktur Jenderal Pajak

    A. Fuad Rahmany

    NIP 195411111981121001

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    vii

    KATA PENGANTAR DIREKTUR PERATURAN PERPAJAKAN II

    Buku Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    Edisi I - 2012

    Insentif dan fasilitas perpajakan merupakan satu dari banyak

    upaya yang ditawarkan banyak negara untuk menarik minat

    investor terutama investasi yang memiliki efek multiplier yang

    signifikan bagi perekonomian nasional. Investasi diharapkan dapat

    membawa teknologi baru, menggerakkan sektor yang belum

    terolah secara maksimal ataupun sektor dan daerah tertentu yang

    menjadi prioritas nasional, membuka lapangan pekerjaan, dan

    pada akhirnya turut menambah kontribusi dalam meningkatkan

    pendapatan nasional dan kemandirian bangsa.

    Insentif dan fasilitas seharusnya bersifat dinamis mengikuti

    perkembangan ekonomi nasional, regional, maupun pengaruh

    dari perekonomian global. Salah satu prinsip yang harus selalu

    dianut dalam formulasi dan penerapan fasilitas dan insentif

    perpajakan adalah perlakuan yang sama terhadap semua Wajib

    Pajak atau terhadap kasus-kasus dalam bidang perpajakan yang

    hakikatnya sama serta harus mengacu pada ketentuan peraturan

    perundang-undangan yang berlaku.

    Namun demikian, selama ini harus diakui banyak investor yang

    belum mengetahui berbagai fasilitas dan investasi perpajakan di

    tanah air, mengingat peraturan terkait insentif dan fasilitas

    perpajakan bersifat dinamis dan terus berkembang. Untuk itu, buku

    yang ada dihadapan Saudara hadir sebagai salah satu langkah

    dari usaha sinergis dan komprehensif Direktorat Jenderal Pajak di

    dalam mengajak Wajib Pajak, investor, dan calon investor agar

    dapat memahami dan pada akhirnya memanfaatkan fasilitas dan

    insentif yang ada.

    Buku ini juga dibuat dalam versi bahasa Inggris agar para calon

    investor dari berbagai negara dapat mengetahui berbagai insentif

    dan fasilitas pajak penghasilan di Indonesia yang sangat atraktif

    dan kompetitif, sehingga diharapkan Indonesia menjadi salah satu

    negara tujuan utama para investor global.

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    viii

    Format buku ini dirancang secara sederhana, tanpa mengurangi

    substansi informasi yang diperlukan dan diharapkan dapat

    menjadi referensi yang mudah dipahami tentang berbagai fasilitas

    dan insentif yang telah diformulasikan. Setiap bentuk insentif dan

    fasilitas yang disajikan dalam buku ini menginformasikan latar

    belakang, bentuk insentif dan fasilitas, persyaratan bagi Wajib

    Pajak yang berhak memanfaatkan, serta prosedur untuk

    memanfaatkan insentif dan fasilitas pajak penghasilan.

    Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih pada jajaran

    Direktorat Jenderal Pajak, khususnya Direktur Jenderal Pajak yang

    telah berkenan memberi sepatah kata pada buku ini dan juga

    penghargaan yang tulus bagi rekan-rekan di Direktorat Peraturan

    Perpajakan II, khususnya Subdirektorat Peraturan PPh Badan yang

    telah merealisasikan buku ini menjadi sebuah panduan sederhana

    yang kiranya dapat bermanfaat bagi pihak-pihak terkait. Semoga

    upaya yang telah dilakukan ini dapat memberi kontribusi dalam

    membawa Indonesia yang lebih baik.

    Jakarta, Februari 2012

    Direktur Peraturan Perpajakan II

    A. Sjarifuddin Alsah

    NIP 060044664

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    ix

    DAFTAR ISI

    NO. J U D U L HALAMAN

    Sambutan Direktur Jenderal Pajak Edisi II i

    Kata Pengantar Direktur Peraturan Perpajakan II

    Edisi II iii

    Sambutan Direktur Jenderal Pajak Edisi I v

    Kata Pengantar Direktur Peraturan Perpajakan II

    Edisi I vii

    Daftar isi ix

    A. PAJAK PENGHASILAN

    A-1 Tax Holiday untuk Industri Pionir 1

    A-2 Investment Allowance untuk Penanaman Modal

    Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah Tertentu 5

    A-3 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) 9

    A-4 Fasilitas untuk Kegiatan Pemanfaatan Sumber Energi

    Terbarukan 10

    A-5

    Penyederhanaan Penghitungan Pajak Penghasilan

    atas Penghasilan Usaha dengan Peredaran Bruto

    Tertentu

    13

    A-6 Penurunan Tarif PPh bagi Perseroan Terbuka 15

    A-7 Pengurangan 50% Tarif PPh bagi Wajib Pajak Badan 17

    A-8 Pengurangan Angsuran PPh Pasal 25

    dalam Tahun Berjalan 19

    A-9

    Pengurangan PPh Pasal 25 dan/atau

    Penundaan Pembayaran PPh Pasal 29

    Bagi Wajib Pajak Industri Tertentu

    21

    A-10 Bantuan, Sumbangan, dan Hibah yang Dikecualikan

    sebagai Objek PPh 24

    A-11

    Bantuan/Santunan yang Dibayarkan Badan

    Penyelenggara Jaminan Sosial Dikecualikan dari

    Objek PPh

    26

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    x

    A-12 Zakat & Sumbangan Wajib Keagamaan

    Dikecualikan dari Objek PPh 28

    A-13 Sisa Lebih Badan/Lembaga Nirlaba yang

    Dikecualikan dari Objek PPh 30

    A-14 Beasiswa yang Dikecualikan dari Objek PPh 32

    A-15 Penghasilan Tertentu Dana Pensiun yang

    Dikecualikan dari Objek PPh 34

    A-16 Keuntungan karena Pembebasan Utang Debitur Kecil

    Dikecualikan dari Objek Pajak 37

    A-17 Pembentukan atau Pemupukan Dana Cadangan

    yang Boleh Dibebankan sebagai Biaya 39

    A-18 Penghapusan Piutang yang Nyata-Nyata

    Tidak Dapat Ditagih yang Dapat Dikurangkan

    dari Penghasilan Bruto

    41

    A-19 Zakat dan Sumbangan Wajib Keagamaan Lainnya

    sebagai Pengurang Penghasilan Bruto 43

    A-20 Sumbangan yang Dapat Dikurangkan

    dari Penghasilan Bruto 46

    A-21 Pemberian Natura bagi Pegawai yang Dapat

    Dibebankan sebagai Biaya 48

    A-22 Biaya Telepon Seluler dan Kendaraan Perusahaan

    yang Boleh Dibebankan sebagai Biaya 50

    A-23 Fasilitas dalam Rangka Merger

    atau Pemekaran Usaha 52

    A-24 Fasilitas PPh atas Revaluasi Aktiva Tetap dan

    Angsuran Pembayarannya 54

    A-25 Penangguhan Saat Mulai Penyusutan untuk Biaya

    Perolehan Harta Berwujud Bidang Usaha Tertentu 57

    A-26 Fasilitas PPh Berupa Saat Pengakuan Penghasilan dari

    Pengalihan Harta/Agunan berupa Tanah dan/atau

    Bangunan bagi Wajib Pajak Tertentu

    59

    A-27 Fasilitas PPh atas Penghasilan Bunga Kredit

    Non-Performing oleh Bank 61

    A-28 Fasilitas PPh Terkait Saat Pengakuan Penghasilan 63

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    xi

    Berupa Keuntungan karena Pembebasan Utang

    yang Diperoleh Debitur Tertentu

    A-29 Organisasi Internasional yang Tidak Termasuk Subjek

    PPh 65

    A-30 Fasilitas PPh Ditanggung Pemerintah atas Hibah dan

    Pinjaman Luar Negeri 68

    A-31 Fasilitas PPh atas Sumbangan Bencana Alam Provinsi

    NAD dan Sumut 70

    A-32 Fasilitas PPh untuk Percepatan Penanganan Bencana

    Alam di Provinsi NAD dan Kepulauan Nias, Provinsi

    Sumatera Utara

    73

    A-33 Fasilitas PPh atas Bantuan Bencana Alam Gempa

    Bumi di Provinsi DIY dan Sebagian Provinsi Jawa

    Tengah serta Gempa Bumi dan Tsunami di Pesisir

    Pantai Selatan Pulau Jawa

    75

    A-34 WP Tertentu Tidak Wajib Lapor SPT 77

    A-35 Kenaikan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) 79

    B. PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 (ORANG PRIBADI)

    B-1 PPh Pasal 21 yang Ditanggung Pemerintah bagi

    Pejabat Negara, PNS, Anggota ABRI, dan Para

    Pensiunan

    81

    B-2 Pengenaan PPh Pasal 21 dengan Tarif yang Lebih

    Rendah dan Bersifat Final 83

    B-3 PPh Pasal 21 Pegawai Harian, Mingguan, dan

    Pegawai Tidak Tetap Lainnya 85

    B-4 Kantor Perwakilan Negara Asing dan Organisasi

    Internasional yang Tidak Berkewajiban Memotong

    PPh Pasal 21/26

    87

    C. PAJAK PENGHASILAN PASAL 22/23/26

    C-1 Pengecualian Pemungutan PPh Pasal 22 atas Impor

    dan Kegiatan Lain 89

    C-2 Pengecualian Pengenaan PPh Pasal 26 ayat (4)

    (Branch Profit Tax) 94

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    xii

    C-3 Pengecualian Pemotongan PPh atas Bunga Deposito

    dan Tabungan serta Diskonto Sertifikat Bank Indonesia 96

    C-4 Pengecualian dari Pemotongan PPh Final atas Bunga

    Obligasi 98

    C-5 Pengecualian dari Pemotongan dan/atau

    Pemungutan PPh oleh Pihak Lain 100

    C-6 Pengecualian dari Pemotongan dan/atau

    Pemungutan PPh bagi Wajib Pajak dengan

    Peredaran Bruto Tertentu

    102

    DAFTAR SINGKATAN 107

    DAFTAR PERATURAN 107

    A. UNDANG-UNDANG (UU) 107

    B. KEPUTUSAN PRESIDEN (KEPPRES) 107

    C. PERATURAN PEMERINTAH (PP) 109

    D. KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN

    (KMK)/PERATURAN MENTERI KEUANGAN (PMK)

    111

    E. KEPUTUSAN/PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK 114

    F. SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK (SE) 116

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    1

    A-1. Tax Holiday untuk Industri Pionir

    Penanaman modal mempunyai peran penting dalam

    meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional yang

    berkelanjutan serta meningkatkan kapasitas dan kemampuan

    teknologi nasional. Untuk mendorong investasi di Indonesia,

    Pemerintah Indonesia melalui kebijakan fiskalnya memberikan

    fasilitas di bidang perpajakan berupa tax holiday bagi industri

    pionir yang diberikan lebih promotif dibandingkan dengan fasilitas

    yang diberikan oleh negara lain.

    Wajib Pajak (WP) badan baru atau yang berdiri paling lama

    12 bulan sebelum 15 Agustus 2011, dengan syarat:

    a. merupakan industri pionir, yaitu Industri logam dasar,

    pengilangan minyak bumi dan/atau kimia dasar organik

    yang bersumber dari minyak bumi dan gas alam,

    permesinan, sumberdaya terbarukan, dan/atau peralatan

    komunikasi;

    b. investasi minimal Rp1 Triliun;

    c. menempatkan dana di perbankan Indonesia minimal 10%

    dari total rencana investasi.

    Dengan mempertimbangkan kepentingan daya saing

    industri nasional dan nilai strategis dari kegiatan usaha

    tertentu, Menteri Keuangan dapat memberikan fasilitas

    untuk industri pionir lainnya

    Yang Berhak

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    2

    - Permohonan WP kepada Menteri Perindustrian atau

    Kepala BKPM untuk dilakukan penelitian mengenai:

    a. ketersediaan infrastruktur di lokasi investasi;

    b. penyerapan tenaga kerja domestik;

    c. pemenuhan kriteria industri pionir;

    d. rencana tahapan alih teknologi;

    e. ketentuan tax sparing di negara domisili.

    - Berdasarkan penelitian tersebut, permohonan WP akan

    diteruskan kepada Menteri Keuangan.

    - Apabila disetujui, Keputusan Menteri Keuangan mengenai

    pemberian fasilitas akan diterbitkan.

    Prosedur

    - Pembebasan PPh Badan (tax holiday) 5 s.d 10 Tahun, sejak

    dimulainya produksi komersial.

    - Pengurangan PPh Badan 50% selama 2 tahun setelah

    periode tax holiday.

    - Dengan mempertimbangkan kepentingan daya saing

    industri nasional dan nilai strategis dari kegiatan usaha

    tertentu, Menteri Keuangan dapat memberikan fasilitas

    dengan jangka waktu lebih panjang.

    Bentuk Fasilitas

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    3

    - WP wajib menyampaikan Laporan berkala kepada DJP

    dan Komite Verifikasi mengenai:

    a. penggunaan dana triwulanan dilampiri rekening koran;

    dan

    b. realisasi penanaman modal triwulanan (tidak wajib

    audit) dan laporan tahunan yang diaudit.

    - WP dapat memanfaatkan tax holiday apabila:

    a. seluruh penanaman modal telah direalisasikan; dan

    b. telah berproduksi secara komersial (SMB).

    Untuk penetapan SMB, WP mengajukan permohonan ke

    Dirjen Pajak, dengan melampirkan:

    a. fotokopi akta pendirian;

    b. fotokopi keputusan Menteri Keuangan mengenai

    pemberian fasilitas tax holiday;

    c. laporan keuangan 3 tahun terakhir yang telah diaudit;

    d. surat kuasa khusus dalam hal permohonan

    disampaikan oleh kuasa Wajib Pajak; dan

    e. dokumen terkait transaksi penjualan hasil produksi

    minimal terdiri dari faktur penjualan, faktur pajak, dan

    bukti pengiriman barang.

    Kewajiban WP

    Pemanfaatan

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    4

    - PP 94/2010

    - PMK-130/PMK.011/2011

    - PER-44/PJ/2011

    - PER-45/PJ/2011

    Referensi

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    5

    A-2. Investment Allowance untuk Penanaman Modal

    Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah Tertentu

    Dalam rangka lebih meningkatkan kegiatan investasi langsung

    guna mendorong pertumbuhan ekonomi, serta untuk

    pemerataan pembangunan dan percepatan pembangunan,

    perlu diberikan insentif PPh bagi WP yang melakukan kegiatan

    usaha di bidang usaha tertentu dan/atau daerah tertentu.

    - WP badan berbentuk PT atau koperasi yang melakukan

    penanaman modal pada:

    a. 52 bidang usaha pada Lampiran I atau;

    b. 77 bidang usaha di daerah tertentu pada Lampiran II

    dalam PP 52/2011

    - WP sebagaimana dimaksud di atas termasuk WP yang

    telah memiliki izin penanaman modal sebelum berlakunya

    PP Nomor 52 Tahun 2011, dengan syarat:

    a. rencana penanaman modal minimal Rp1 Triliun; dan

    b. belum beroperasi secara komersial pada saat PP

    52/2011 berlaku.

    Yang Berhak

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    6

    - Investment allowance 30% dari jumlah Penanaman Modal

    yang dibebankan selama 6 tahun, masing-masing sebesar

    5%;

    - Penyusutan dan amortisasi yang dipercepat;

    - Tarif PPh 10% atas dividen kepada Subjek Pajak Luar

    Negeri, atau tarif yang lebih rendah menurut P3B; dan

    - Kompensasi kerugian 5 s.d 10 tahun dengan ketentuan:

    a. penanaman modal di kawasan industri dan kawasan

    berikat;

    b. tenaga kerja Indonesia minimal 500 orang selama 5

    tahun berturut-turut;

    c. pengeluaran infrastruktur ekonomi dan sosial di lokasi

    usaha minimal Rp10 miliar;

    d. biaya litbang di dalam negeri untuk pengembangan

    atau efisiensi produk minimal 5% dari investasi dalam

    jangka waktu 5 tahun; dan/atau

    e. menggunakan bahan baku dan/atau komponen hasil

    produksi dalam negeri minimal 70% sejak tahun ke-4.

    Bentuk Fasilitas

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    7

    - Permohonan WP harus disampaikan kepada Kepala

    BKPM, untuk kemudian diusulkan kepada Menteri

    Keuangan melalui Dirjen Pajak dengan melampirkan:

    a. fotokopi NPWP;

    b. fotokopi surat permohonan WP kepada Kepala BKPM;

    c. Izin penanaman modal atau izin perluasan

    penanaman modal yang diterbitkan oleh Kepala

    BKPM atau instansi lain yang berwenang berdasarkan

    peraturan perundang-undangan yang berlaku;

    d. rincian jenis dan nilai Penanaman Modal; dan

    e. khusus bagi WP yang memiliki Izin Prinsip

    (Baru/Perluasan) sebelum PP 52 Tahun 2011 berlaku

    serta memiliki rencana penanaman modal lebih dari

    Rp 1 triliun, harus melampirkan surat keterangan belum

    beroperasi secara komersial yang diterbitkan oleh

    Kepala BKPM.

    - Usulan yang diterima oleh Dirjen Pajak akan diteliti untuk

    kemudian diterbitkan keputusan pemberian/penolakan

    dalam waktu selambatnya 10 hari kerja setelah usulan

    diterima.

    Fasilitas dapat dimanfaatkan setelah WP merealisasikan

    rencana penanaman modal minimal 80%, kecuali bagi WP

    yang telah mendapat fasilitas berdasarkan PP 1/2007 atau

    PP 62/2008

    Prosedur

    Pemanfaatan

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    8

    - Pasal 31A UU PPh

    - PP 1/2007 s.t.d.t.d. PP 52/2011

    - PMK-16/PMK.03/2007 s.t.d.d PMK-144/PMK.011/2012

    - PER-67/PJ./2007 s.t.d.d PER-41/PJ./2013

    - SE-16/PJ/2007

    Referensi

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    9

    A-3. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

    Dalam rangka mempercepat pengembangan ekonomi di

    wilayah tertentu yang bersifat strategis bagi pengembangan

    ekonomi nasional, perlu diberikan insentif pajak guna mendukung

    pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

    - Fasilitas Pajak Penghasilan;

    - Tambahan fasilitas PPh dapat diberikan sesuai karakteristik

    Zona;

    - Impor barang ke KEK dapat diberikan fasilitas berupa tidak

    dipungut PPh impor.

    Bentuk Fasilitas

    - UU No. 39 Tahun 2009

    - PP 2/2011

    - PP 26/2012

    - PP 29/2012

    Referensi

    WP yang melakukan kegiatan di Kawasan Ekonomi Khusus

    Yang Berhak

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    10

    A-4. Fasilitas untuk

    Kegiatan Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan

    Dengan semakin berkurangnya cadangan energi yang berasal

    dari fosil, maka diperlukan inovasi penggunaan energi terbarukan

    untuk menjamin tersedianya pasokan energi yang berkelanjutan.

    Indonesia sangat berpotensi untuk memanfaatkan energi

    terbarukan seperti panas bumi, angin, bioenergi, sinar matahari,

    aliran dan terjunan air, serta gerakan dan perbedaan suhu

    lapisan laut. Oleh karena itu, insentif PPh diperlukan untuk

    mendukung pemanfaatan sumber energi terbarukan yang

    memerlukan investasi yang sarat teknologi serta memiliki risiko

    yang tinggi.

    WP yang melakukan kegiatan pemanfaatan Sumber Energi

    Terbarukan

    Yang Berhak

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    11

    - Investment allowance 30% dari jumlah Penanaman

    Modal, selama 6 tahun.

    - penyusutan dan amortisasi yang dipercepat;

    - tarif PPh 10% atas dividen kepada subjek pajak luar

    negeri, atau tarif yang lebih rendah menurut P3B; dan

    - kompensasi kerugian 5 s.d 10 tahun dengan ketentuan:

    a. tambahan 1 tahun: penanaman modal di kawasan

    industri dan kawasan berikat;

    b. tambahan 1 tahun: tenaga kerja Indonesia minimal

    500 orang selama 5 tahun berturut-turut;

    c. tambahan 1 tahun: pengeluaran infrastruktur

    ekonomi dan sosial di lokasi usaha minimal Rp10

    Miliar;

    d. tambahan 1 tahun: biaya litbang di dalam negeri

    untuk pengembangan atau efisiensi produk minimal

    5% dari investasi dalam jangka waktu 5 tahun;

    dan/atau

    e. tambahan 1 tahun: menggunakan bahan baku

    dan/atau komponen hasil produksi dalam negeri

    minimal 70% sejak tahun ke-4.

    - Dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22 Impor atas

    impor barang berupa mesin dan peralatan, baik dalam

    keadaan terpasang maupun terlepas, tidak termasuk

    suku cadang.

    Bentuk Fasilitas

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    12

    PMK-21/PMK.011/2010

    Referensi

    - Permohonan WP harus disampaikan kepada Kepala

    BKPM, untuk kemudian diusulkan kepada Menteri

    Keuangan melalui Dirjen Pajak dengan melampirkan:

    a. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

    b. izin prinsip penanaman modal baru atau perluasan,

    termasuk rinciannya.

    - Usulan yang diterima oleh Dirjen Pajak akan diteliti untuk

    kemudian diterbitkan keputusan mengenai

    pemberian/penolakan dalam waktu selambatnya 10 hari

    kerja setelah usulan diterima.

    - Fasilitas investment allowance dapat dimanfaatkan

    setelah WP merealisasikan rencana penanaman modal

    minimal 80%, kecuali bagi WP yang telah mendapat

    fasilitas berdasarkan PP 1/2007 atau PP 62/2008.

    - Fasilitas Pajak Penghasilan Pasal 22 Impor dimanfaatkan

    secara otomatis tanpa menggunakan Surat Keterangan

    Bebas (SKB).

    Prosedur

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    13

    A-5. Kemudahan Penghitungan Pajak Penghasilan atas

    Penghasilan Usaha dengan Peredaran Bruto Tertentu

    Dalam rangka memberikan kemudahan bagi WP untuk

    melakukan penghitungan, penyetoran, dan pelaporan PPh-nya,

    serta dengan mempertimbangkan perlunya kesederhanaan

    dalam pemungutan pajak, maka bagi WP yang menerima atau

    memperoleh penghasilan dari usaha yang memiliki peredaran

    bruto tertentu diberikan cara pengitungan PPh yang lebih

    sederhana, yaitu PPh bersifat final sebesar 1% yang dihitung dari

    peredaran usaha.

    - WP OP atau badan tidak termasuk bentuk usaha tetap

    (BUT);

    - menerima penghasilan dari usaha (bagi WP OP tidak

    termasuk penghasilan dari jasa sehubungan dengan

    pekerjaan bebas;

    - memiliki peredaran bruto tidak melebihi Rp4,8M dalam 1

    Tahun Pajak;

    - tidak termasuk WP OP yang dalam usahanya:

    a. menggunakan sarana/prasarana yang dapat

    dibongkar pasang, baik yang menetap/tidak menetap;

    dan

    b. menggunakan sebagian/seluruh tempat untuk

    kepentingan umum yang tidak diperuntukkan bagi

    tempat usaha atau berjualan.

    - tidak termasuk WP badan yang:

    a. belum beroperasi secara komersial; atau

    b. dalam jangka waktu 1 tahun setelah beroperasi secara

    komersial, memperoleh peredaran bruto lebih dari

    Rp4,8M.

    Yang Berhak

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    14

    Fasilitas ini dimanfaatkan dengan cara self-assessment

    tanpa perlu menyampaikan permohonan untuk dapat

    memperoleh fasilitas tersebut.

    Prosedur

    - Pasal 4 ayat (2) huruf e dan Pasal 17 ayat (7) UU PPh

    - PP 46/2013

    - PMK-107/PMK.011/2013

    Referensi

    Penyederhanaan penghitungan PPh atas penghasilan

    usaha, yaitu dengan dikenakan PPh bersifat final sebesar

    1% dihitung dari peredaran usaha.

    Bentuk Fasilitas

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    15

    Dalam rangka meningkatkan peranan pasar modal sebagai

    sumber pembiayaan dunia usaha dan untuk mendorong

    peningkatan jumlah perseroan terbuka serta peningkatan

    kepemilikan publik pada perseroaan terbuka, diperlukan fasilitas

    PPh bagi WP badan dalam negeri yang berbentuk Perseroan

    Terbuka.

    WP badan dalam negeri yang berbentuk Perseroan Terbuka,

    dengan syarat:

    a. Minimal 40% dari keseluruhan saham disetor dan

    diperdagangkan di bursa efek di Indonesia;

    b. Saham tersebut dimiliki paling sedikit oleh 300 pihak;

    c. Masing-masing pihak hanya boleh memiliki saham kurang

    dari 5% dari keseluruhan saham yang disetor; dan

    d. Ketentuan tersebut harus dipenuhi dalam waktu minimal

    6 bulan dalam jangka waktu 1 tahun pajak.

    Yang Berhak

    Penurunan tarif PPh sebesar 5% lebih rendah dari tarif

    tertinggi PPh WP badan dalam negeri sebagaimana diatur

    dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b UU PPh.

    Bentuk Fasilitas

    A-6. Penurunan Tarif PPh

    bagi Perseroan Terbuka

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    16

    - Pasal 17 ayat (2b) UU PPh

    - PP 81/2007

    - PMK-238/PMK.03/2008

    - SE-42/PJ/2009

    Referensi

    Fasilitas ini dimanfaatkan dengan cara self-assessment pada

    saat penyampaian SPT Tahunan PPh WP badan, yaitu

    dengan:

    a. Melampirkan surat keterangan dari Biro Administrasi Efek

    berupa formulir X.H.1-6 sebagaimana diatur dalam

    Peraturan Bapepam dan LK Nomor X.H.1 untuk setiap

    tahun pajak terkait;

    b. Mencantumkan nama WP, NPWP, Tahun Pajak, serta

    menyatakan bahwa ketentuan tersebut dipenuhi dalam

    waktu paling singkat 6 bulan dalam jangka waktu 1 tahun

    pajak.

    Prosedur

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    17

    A-7. Pengurangan 50% Tarif PPh

    bagi Wajib Pajak Badan

    Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang didukung

    oleh pelaku usaha kecil dan menengah, diperlukan insentif PPh

    berupa pengurangan tarif PPh kepada pelaku usaha dengan

    skala usaha yang terbatas.

    - WP badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai

    dengan Rp50 Miliar.

    - Peredaran bruto dalam hal ini, yaitu penghasilan yang

    diterima atau diperoleh dari kegiatan usaha sebelum

    dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan

    memelihara penghasilan baik yang berasal dari Indonesia

    maupun dari luar Indonesia, meliputi:

    a. Penghasilan yang dikenai PPh bersifat final;

    b. Penghasilan yang dikenai PPh tidak bersifat final; dan

    c. Penghasilan yang dikecualikan dari objek pajak.

    Yang Berhak

    Pengurangan tarif sebesar 50% dari tarif WP badan dalam

    negeri yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari

    bagian peredaran bruto sampai dengan Rp4,8 Miliar.

    Bentuk Fasilitas

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    18

    Fasilitas ini dimanfaatkan dengan cara self-assessment

    pada saat penyampaian SPT Tahunan PPh WP badan.

    Dengan demikian, WP tidak perlu menyampaikan

    permohonan fasilitas.

    Prosedur

    - Pasal 31E UU PPh

    - SE-66/PJ/2010

    Referensi

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    19

    A-8. Pengurangan Angsuran PPh Pasal 25

    dalam Tahun Berjalan

    Besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan yang harus

    dibayar sendiri oleh WP untuk setiap bulan adalah sebesar Pajak

    Penghasilan yang terutang menurut SPT Tahunan PPh Tahun Pajak

    yang lalu dikurangi dengan kredit pajak PPh Pasal 21, 22, 23, dan

    Pasal 24, dibagi 12 (dua belas) atau banyaknya bulan dalam

    bagian tahun pajak. Atas besarnya angsuran tersebut dapat

    diberikan pengurangan apabila terjadi perubahan keadaan

    usaha atau kegiatan WP.

    Pengurangan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 dalam

    tahun berjalan.

    Bentuk Fasilitas

    WP yang sesudah 3 (tiga) bulan atau lebih berjalannya

    suatu tahun pajak, dapat menunjukkan Pajak Penghasilan

    yang akan terutang untuk tahun Pajak tersebut kurang dari

    75% (tujuh puluh lima persen) dari Pajak Penghasilan yang

    terutang tahun sebelumnya yang menjadi dasar

    perhitungan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25.

    Yang Berhak

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    20

    - Mengajukan permohonan pengurangan angsuran PPh

    Pasal 25 apabila terjadi perubahan keadaan usaha atau

    kegiatan WP kepada Kepala KPP tempat WP terdaftar.

    - Menyertakan penghitungan PPh yang akan terutang

    berdasarkan perkiraan penghasilan yang akan diterima

    atau diperoleh dan besarnya PPh Pasal 25 untuk bulan-

    bulan yang tersisa dalam Tahun Pajak berjalan.

    Prosedur

    - Pasal 25 UU PPh

    - KEP-537/PJ./2000

    Referensi

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    21

    A-9. Pengurangan PPh Pasal 25 dan/atau

    Penundaan Pembayaran PPh Pasal 29

    Bagi Wajib Pajak Industri Tertentu

    Dalam rangka menjaga stabilitas ekonomi makro dan mendorong

    pertumbuhan ekonomi pada tingkat yang realistis sehubungan

    dengan terjadinya gejolak pada pasar keuangan dan nilai tukar

    rupiah, dan untuk meningkatkan daya saing industri nasional baik

    yang berorientasi domestik maupun ekspor, serta untuk

    mendukung program pemerintah dalam upaya penciptaan dan

    penyerapan lapangan kerja, perlu diberikan kebijakan Pajak

    Penghasilan untuk meringankan dan menjaga likuiditas bagi WP

    industri tertentu pada tahun pajak 2013.

    - Pengurangan PPh Pasal 25 untuk Masa Pajak September

    2013 s.d. Desember 2013, paling tinggi sebesar:

    a. 25% dari PPh Pasal 25 Masa Pajak Agustus 2013, bagi WP

    yang tidak berorientasi ekspor;

    b. 50% dari PPh Pasal 25 Masa Pajak Agustus 2013, bagi WP

    yang berorientasi ekspor;

    - Penundaan pembayaran PPh Pasal 29 paling lama 3 bulan

    dari saat terutangnya PPh Pasal 29.

    Bentuk Fasilitas

    WP yang melakukan kegiatan usaha pada bidang:

    a. industri tekstil;

    b. industri pakaian jadi;

    c. industri alas kaki;

    d. industri furnitur; dan/atau

    e. industri mainan anak-anak,

    yang mendapat rekomendasi dari Menteri Perindustrian.

    Yang Berhak

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    22

    - Pengurangan PPh Pasal 25:

    a. WP menyampaikan permohonan tertulis kepada

    Kepala KPP tempat WP terdaftar paling lambat pada

    akhir Masa Pajak dimulainya pengurangan PPh Pasal

    25;

    b. Permohonan dilampiri:

    1) fotokopi surat rekomendasi Menteri Perindustrian;

    2) fotokopi NPWP;

    3) fotokopi SK pengurangan PPh Pasal 25 sesuai KEP-

    537/PJ/2000 bagi WP yang pernah menerima

    persetujuan pengurangan PPh Pasal 25 untuk

    Tahun Pajak 2013;

    c. Kepala KPP memberikan keputusan persetujuan

    pengurangan PPh Pasal 25 paling lambat 5 hari kerja

    sejak permohonan diterima lengkap.

    - Penundaan pembayaran PPh Pasal 29:

    a. WP menyampaikan permohonan tertulis kepada

    Kepala KPP tempat WP terdaftar paling lambat 20 hari

    kerja sebelum saat terutangnya PPh Pasal 29;

    b. Permohonan dilampiri:

    1) fotokopi surat rekomendasi Menteri Perindustrian;

    2) fotokopi NPWP;

    c. Kepala KPP memberikan keputusan pemberian

    penundaan pembayaran PPh Pasal 29 paling lambat

    5 hari kerja sejak permohonan diterima lengkap.

    Prosedur

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    23

    - PMK-124/PMK.011/2013

    - PerMenperin No. 43/M-IND/PER/8/2013

    - PER-30/PJ/2013

    Referensi

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    24

    A-10. Bantuan, Sumbangan, dan Hibah yang

    Dikecualikan sebagai Objek PPh

    Secara umum, bantuan, sumbangan, dan hibah dapat dianggap

    sebagai penghasilan yang dikenakan pajak. Namun demikian,

    dalam hal-hal tertentu hibah, bantuan, dan sumbangan

    dikecualikan dari objek PPh agar selaras dengan norma-norma

    yang berlaku di masyarakat.

    Pihak-pihak yang meliputi:

    a. anggota keluarga, yaitu orang tua dan anak kandung;

    b. badan keagamaan;

    c. badan pendidikan;

    d. badan sosial nirlaba tertentu; atau

    e. orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil

    dengan batasan tertentu,

    yang menerima bantuan, sumbangan, dan hibah

    Yang Berhak

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    25

    Hibah, bantuan, atau sumbangan yang diterima

    dikecualikan dari objek PPh.

    Bentuk Fasilitas

    - Pasal 4 ayat (1) huruf d angka 4 UU PPh

    - Pasal 4 ayat (3) huruf a angka 2 UU PPh

    - Pasal 8 PP 94/2010

    - PMK-245/PMK.03/2008

    Referensi

    Fasilitas ini dimanfaatkan dengan cara self-assessment

    tanpa perlu menyampaikan permohonan untuk dapat

    memperoleh fasilitas tersebut.

    Prosedur

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    26

    A-11. Bantuan/Santunan yang Dibayarkan

    Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

    Dikecualikan dari Objek PPh

    Untuk memberikan keringanan bagi WP yang tidak mampu atau

    sedang mendapat bencana alam atau tertimpa musibah,

    diperlukan fasilitas pajak penghasilan berupa pengecualian

    bantuan atau santunan yang dibayarkan Badan Penyelenggara

    Jaminan Sosial sebagai objek PPh.

    WP yang menerima bantuan/santunan dari:

    - Persero Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK);

    - Persero Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (TASPEN);

    - Persero Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik

    Indonesia (ASABRI);

    - Persero Asuransi Kesehatan Indonesia (ASKES); dan/atau

    - badan hukum lainnya yang dibentuk untuk

    menyelenggarakan Program Jaminan Sosial.

    Yang Berhak

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    27

    - Pasal 4 ayat (3) huruf n UU PPh

    - PMK-247/PMK.03/2008

    Referensi

    Bantuan/santunan yang diberikan kepada WP dan/atau

    masyarakat yang:

    a. hidup di bawah garis kemiskinan sesuai data dan

    kriteria Biro Pusat Statistik;

    b. sedang tertimpa bencana alam;

    c. tertimpa kecelakaan yang tidak dapat diperkirakan

    sebelumnya dan membahayakan atau mengancam

    keselamatan jiwa

    dikecualikan dari objek Pajak Penghasilan.

    Bentuk Fasilitas

    Fasilitas ini dimanfaatkan dengan cara self-assessment

    tanpa perlu menyampaikan permohonan untuk dapat

    memperoleh fasilitas tersebut.

    Prosedur

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    28

    A-12. Zakat & Sumbangan Wajib Keagamaan

    Dikecualikan dari Objek PPh

    Pada dasarnya, setiap tambahan kemampuan ekonomis yang

    diterima atau diperoleh WP, baik yang berasal dari Indonesia

    maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi

    atau untuk menambah kekayaan WP yang bersangkutan,

    dengan nama dan dalam bentuk apapun merupakan objek PPh.

    Namun, untuk meningkatkan iman dan takwa para pemeluk

    agama dan perlakuan yang sama (equal treatment) bagi setiap

    pemeluk agama di Indonesia, zakat dan sumbangan

    keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang

    diakui di Indonesia, dikecualikan sebagai objek PPh.

    Zakat atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib

    dalam bentuk uang atau barang yang diterima oleh pihak

    penerima dikecualikan sebagai objek PPh.

    Bentuk Fasilitas:

    a. Badan Amil Zakat (BAZ) atau Lembaga Amil Zakat

    (LAZ) atau lembaga keagamaan yang dibentuk atau

    disahkan Pemerintah;

    b. penerima zakat atau sumbangan wajib keagamaan

    yang berhak.

    yang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan,

    kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak

    yang bersangkutan.

    Yang Berhak:

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    29

    a.

    - Pasal 4 ayat (3) huruf a angka 1 UU PPh

    - PP 18/2009

    Referensi:

    Fasilitas ini dimanfaatkan dengan cara self-assessment

    tanpa perlu menyampaikan permohonan untuk dapat

    memperoleh fasilitas tersebut.

    Prosedur:

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    30

    A-13. Sisa Lebih Badan/Lembaga Nirlaba yang

    Dikecualikan dari Objek PPh

    Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui

    pendidikan, penelitian, dan pengembangan, diperlukan sarana

    dan prasarana yang memadai. Pemerintah mendukung program

    tersebut, salah satunya melalui pemberian fasilitas perpajakan

    berupa pengecualian sisa lebih yang diterima atau diperoleh

    oleh badan/lembaga nirlaba sebagai objek PPh.

    Badan/lembaga nirlaba bergerak di bidang pendidikan

    dan/atau litbang terdaftar pada instansi yang

    membidanginya, yang menanamkan kembali sisa lebihnya

    dalam bentuk sarana dan prasarana, meliputi:

    a. gedung dan prasarana pendidikan, litbang, termasuk

    pembelian tanah;

    b. sarana/prasarana kantor, lab, dan perpustakaan;

    c. asrama mahasiswa, rumah dinas guru, dosen, atau

    karyawan, dan sarana prasarana olahraga, sepanjang

    berada di lingkungan/lokasi lembaga pendidikan

    formal.

    Sisa lebih dalam konteks ini adalah selisih dari seluruh

    penerimaan yang merupakan objek PPh selain

    penghasilan yang dikenakan PPh tersendiri, dikurangi

    dengan pengeluaran untuk biaya operasional sehari-hari.

    Yang Berhak

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    31

    Sisa lebih yang ditanamkan kembali dalam bentuk

    sarana/prasarana dikecualikan dari objek PPh paling lama

    4 tahun sejak diperolehnya sisa lebih.

    Bentuk Fasilitas

    - WP menyampaikan pemberitahuan kepada Kepala KPP

    tempat WP terdaftar mengenai:

    a. rencana fisik sederhana, dan

    b. rencana biaya pembangunan dan pengadaan.

    - Pemberitahuan tersebut disampaikan:

    a. pada saat penyampaian SPT Tahunan PPh Tahun Pajak

    diperolehnya sisa lebih tersebut atau paling lama

    sebelum pembangunan dan pengadaan sarana dan

    prasarana dimulai, dalam jangka waktu 4 tahun sejak

    diperolehnya sisa lebih tersebut;

    b. dengan tindasan/carbon copy kepada instansi yang

    membidanginya.

    Prosedur

    - Pasal 4 ayat (3) huruf m UU PPh

    - PMK-80/PMK.03/2009

    - PER-44/PJ./2009

    Referensi

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    32

    A-14. Beasiswa yang Dikecualikan dari Objek PPh

    Untuk mengoptimalkan penggunaan dana beasiswa oleh

    penerima yang menjalankan pendidikan formal dan/atau

    pendidikan nonformal di dalam negeri dan/atau di luar negeri,

    diperlukan insentif fiskal yang turut mendukung peningkatan

    kualitas rakyat Indonesia dengan dikecualikannya beasiswa yang

    memenuhi persyaratan tertentu dari objek PPh.

    Warga Negara Indonesia yang menerima beasiswa dengan

    syarat:

    - untuk pendidikan formal dan/atau nonformal di dalam negeri dan/atau di luar negeri;

    - tidak memiliki hubungan istimewa dengan pemilik, komisaris, direksi, atau pengurus WP pemberi beasiswa;

    - komponen beasiswa dalam hal ini adalah tuition fee, biaya ujian, biaya penelitian, biaya buku, dan/atau biaya hidup.

    Yang Berhak

    Beasiswa dikecualikan dari objek PPh

    Bentuk Fasilitas

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    33

    - Pasal 4 ayat (3) huruf l UU PPh

    - PMK-246/PMK.03/2008 s.t.d.d. PMK-154/PMK.03/2009

    -

    Referensi

    Fasilitas ini dimanfaatkan dengan cara self-assessment

    tanpa perlu menyampaikan permohonan untuk dapat

    memperoleh fasilitas tersebut.

    Prosedur

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    34

    A-15. Penghasilan Tertentu Dana Pensiun yang

    Dikecualikan dari Objek PPh

    Penanaman modal oleh dana pensiun dimaksudkan untuk

    pengembangan dan merupakan dana yang akan dibayarkan

    kembali kepada peserta pensiun di kemudian hari, sehingga

    penanaman modal tersebut perlu diarahkan pada bidang-

    bidang yang tidak bersifat spekulatif atau yang beresiko tinggi.

    Berdasarkan hal tersebut, penghasilan dana pensiun dari bidang-

    bidang tertentu dikecualikan dari objek PPh.

    Dana pensiun yang pendiriannya disahkan oleh Menteri

    Keuangan.

    Yang Berhak

    Pengecualian dari objek PPh atas penghasilan tertentu

    dana pensiun sebagai berikut:

    a. bunga, diskonto, imbalan dari deposito, sertifikat

    deposito, dan tabungan, pada bank di Indonesia, serta

    SBI;

    b. bunga, diskonto, imbalan dari obligasi, obligasi syariah

    (sukuk), Surat Berharga Syariah Negara, dan Surat

    Perbendaharaan Negara, pada bursa efek di Indonesia;

    atau

    c. dividen dari saham pada PT yang tercatat pada bursa

    efek Indonesia.

    Bentuk Fasilitas

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    35

    - Untuk dikecualikan dari pemotongan PPh atas bunga

    deposito dan tabungan serta diskonto SBI, WP harus

    mengajukan permohonan SKB secara tertulis kepada

    Kepala KPP tempat dana pensiun terdaftar sebagai WP

    dengan dilampiri:

    a. fotokopi KMK Pengesahan Pendirian Dana Pensiun;

    b. fotokopi Neraca;

    c. fotokopi Laporan Sisa Hasil Usaha (Laporan Laba Rugi);

    d. fotokopi Laporan Arus Kas dan Bank;

    e. fotokopi Laporan Investasi; dan

    f. daftar sertifikat/bilyet/buku deposito, tabungan, dan SBI.

    - Kepala KPP memberikan jawaban permohonan WP paling

    lambat 7 hari kerja setelah permohonan WP; jika tidak,

    permohonan WP dianggap diterima dan SKB diterbitkan 3

    hari kerja berikutnya;

    - Masa berlaku SKB meliputi periode 1 Januari s.d. 31

    Desember. Dalam hal permohonan SKB diterima lengkap

    oleh Kepala KPP setelah 1 Januari, SKB berlaku sejak

    tanggal permohonan SKB diterima lengkap oleh Kepala

    KPP s.d. 31 Desember.

    - Dana pensiun yang memperoleh SKB wajib

    menyampaikan laporan investasi setiap semester

    selambat-lambatnya pada tanggal 31 Juli untuk semester

    pertama dan tanggal 31 Januari untuk semester kedua.

    Prosedur

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    36

    - Pasal 4 ayat (3) huruf h UU PPh

    - KMK-51/KMK.04/2001

    - PMK-234/PMK.03/2009

    - PER-01/PJ/2013

    Referensi

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    37

    A-16. Keuntungan karena Pembebasan Utang

    Debitur Kecil Dikecualikan dari Objek Pajak

    Secara umum, pembebasan utang merupakan penghasilan bagi

    penerima utang dan merupakan biaya yang boleh dibebankan

    bagi pemberi utang. Namun, untuk membantu meringankan

    beban pajak pengusaha kecil yang kesulitan menyelesaikan

    utang kreditnya, diberikan fasilitas PPh berupa pengecualian atas

    penghasilan dari pembebasan utang debitur kecil sebagai objek

    PPh.

    - Debitur Kecil yang mempunyai utang usaha berjumlah

    tidak lebih dari Rp350 Juta termasuk:

    a. Kredit Usaha Keluarga Prasejahtera (Kukesra);

    b. Kredit Usaha Tani (KUT);

    c. Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana (KPRSS);

    d. Kredit Usaha Kecil (KUK);

    e. Kredit kecil lainnya dalam rangka kebijakan perkreditan

    BI dalam mengembangkan usaha kecil dan koperasi.

    Yang Berhak

    Keuntungan atas pembebasan utang Debitur Kecil

    dikecualikan dari objek PPh

    Bentuk Fasilitas

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    38

    Fasilitas ini dimanfaatkan dengan cara self-assessment

    tanpa perlu menyampaikan permohonan, untuk dapat

    memperoleh fasilitas tersebut.

    Prosedur

    - Pasal 4 ayat (1) UU PPh

    - PP 130/2000

    Referensi

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    39

    A-17. Pembentukan atau Pemupukan Dana Cadangan

    yang Boleh Dibebankan sebagai Biaya

    sebagai Biaya

    Secara umum, pembentukan dana cadangan tidak dapat

    dibebankan sebagai biaya. Namun demikian, pembentukan

    dana cadangan oleh WP tertentu dapat dibebankan sebagai

    biaya dengan syarat-syarat tertentu.

    - Bank, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan

    pembiayaan konsumen, dan perusahan anjak piutang;

    - Badan usaha lain yang menyalurkan kredit, meliputi:

    a) koperasi simpan pinjam;

    b) PT Permodalan Nasional Madani (Persero);

    c) Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia;

    d) perusahaan pembiayaan infrastruktur yang melakukan

    pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana pada

    proyek infrastruktur; dan;

    e) PT Perusahaan Pengelola Aset

    - Asuransi dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;

    - Lembaga Penjamin Simpanan;

    - WP pertambangan;

    - WP di bidang usaha kehutanan; dan

    - WP di bidang usaha pengolahan limbah industri.

    Yang Berhak

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    40

    Fasilitas ini dilaksanakan dengan cara self-assessment

    tanpa perlu menyampaikan permohonan, untuk dapat

    memperoleh fasilitas tersebut.

    Prosedur

    Pembentukan atau pemupukan dana cadangan yang boleh

    dikurangkan sebagai biaya:

    a. cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan

    badan usaha lain yang menyalurkan kredit, sewa guna

    usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan

    konsumen, dan perusahaan anjak piutang;

    b. cadangan premi untuk usaha asuransi;

    c. cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin

    Simpanan;

    d. cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;

    e. cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha

    kehutanan; dan

    f. cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat

    pembuangan limbah industri untuk usaha pengolahan

    limbah industri.

    Bentuk Fasilitas

    - Pasal 9 ayat (1) huruf c UU PPh

    - PMK-81/PMK.03/2009 s.t.d.d PMK-219/PMK.011/2012

    - SE-97/PJ/2011

    Referensi

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    41

    A-18. Penghapusan Piutang yang Nyata-Nyata

    Tidak Dapat Ditagih yang Dapat Dikurangkan

    dari Penghasilan Bruto

    Secara umum pengeluaran yang boleh dibebankan meliputi

    biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara

    penghasilan (3M). Namun demikian, penghapusan piutang yang

    nyata-nyata tidak dapat ditagih juga dapat dibebankan secara

    fiskal sepanjang memenuhi persyaratan tertentu.

    WP yang melakukan sepanjang memenuhi persyaratan:

    a. telah dibebankan dalam laporan rugi laba komersial;

    b. menyerahkan daftar piutang tersebut kepada DJP; dan

    c. telah menyerahkan perkara penagihannya kepada

    Pengadilan Negeri atau instansi pemerintah yang

    menangani piutang negara, atau terdapat perjanjian tertulis

    mengenai penghapusan piutang tersebut, atau telah

    dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus, atau

    adanya pengakuan debitur tentang penghapusan utang.

    * Persyaratan pada huruf c tidak berlaku untuk penghapusan

    piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih kepada

    debitur kecil (jumlah piutang s.d. Rp100 Juta untuk kredit

    Kukesra, KUT, KPRSS, KUK, KUR) atau debitur kecilnya (jumlah

    piutang s.d. Rp5 Juta).

    Yang Berhak

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    42

    Bersamaan dengan penyampaian SPT Tahunan WP harus

    menyampaikan:

    - daftar piutang tersebut (hardcopy/softcopy) yang

    mencantumkan identitas debitur berupa nama, NPWP,

    alamat, dan jumlah piutang; dan

    - fotokopi bukti penyerahan perkara penagihannya; atau

    - fotokopi perjanjian penghapusan piutang yang telah

    dilegalisasi oleh notaris; atau

    - fotokopi bukti publikasi dalam penerbitan umum atau

    penerbitan khusus; atau

    - surat pengakuan dari debitur tentang penghapusan

    utang.

    Prosedur

    Penghapusan piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih

    dapat dibebankan secara fiskal sepanjang memenuhi

    persyaratan

    Bentuk Fasilitas

    - Pasal 6 ayat (1)huruf h UU PPh

    - PMK-105/PMK.03/2009 s.t.d.d. PMK-57/PMK.03/2010

    Referensi

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    43

    A-19. Zakat dan Sumbangan Wajib Keagamaan

    Lainnya sebagai Pengurang Penghasilan Bruto

    Untuk mendorong masyarakat dalam menjalankan kewajiban

    keagamaan berupa membayar zakat atau sumbangan

    keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang

    diakui di Indonesia serta untuk lebih meningkatkan akuntabilitas

    dan transparansi penggunaannya, maka WP yang membayar

    zakat atau sumbangan wajib keagamaan melalui BAZ atau LAZ

    atau lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh

    Pemerintah, maka atas zakat atau sumbangan keagamaan

    yang sifatnya wajib tersebut dikurangkan dari penghasilan bruto.

    Zakat atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib

    berupa uang atau yang disetarakan dengan uang dapat

    dikurangkan dari penghasilan bruto.

    Bentuk Fasilitas:

    WP OP dan/atau WP Badan pemeluk agama yang diakui

    di Indonesia yang membayarkan pada BAZ atau LAZ atau

    lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh

    Pemerintah.

    Yang Berhak:

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    44

    - Dilaporkan dalam SPT Tahunan dalam Tahun Pajak

    dibayarkan zakat atau sumbangan wajib keagamaan,

    dengan didukung bukti yang sah berupa lampiran

    fotokopi bukti pembayaran yang:

    1. Dapat berupa:

    a. bukti pembayaran secara langsung atau melalui

    transfer rekening bank, atau

    b. pembayaran melalui Anjungan Tunai Mandiri

    (ATM).

    2. Paling sedikit memuat:

    a. Nama lengkap WP dan NPWP pembayar;

    b. Jumlah pembayaran;

    c. Tanggal pembayaran;

    d. Nama BAZ; LAZ; atau lembaga keagamaan yang

    dibentuk atau disahkan Pemerintah; dan

    e. Tanda tangan petugas BAZ; LAZ; atau lembaga

    keagamaan yang dibentuk atau disahkan

    Pemerintah di bukti pembayaran, apabila

    pembayaran secara langsung; atau

    f. Validasi petugas bank pada bukti pembayaran,

    apabila pembayaran melalui transfer rekening

    bank.

    Prosedur:

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    45

    - Pasal 9 ayat (1) huruf g UU PPh

    - PP 60/2010

    - PMK 254/PMK.03/2010

    - PER-6/PJ/2011

    - PER-33/PJ/2011 s.t.d.d. PER-15/PJ/2012

    Referensi:

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    46

    A-20. Sumbangan yang Dapat Dikurangkan

    dari Penghasilan Bruto

    Untuk meningkatkan peran serta WP dalam berkontribusi untuk

    penanggulangan bencana nasional, pengembangan ilmu

    pengetahuan dan teknologi, pengembangan pendidikan,

    pembinaan olahraga, dan turut serta membantu pemerintah

    dalam pembiayaan pembangunan infrastruktur sosial di

    Indonesia, maka pengeluaran WP untuk kontribusi tersebut dapat

    dikurangkan dari penghasilan bruto.

    WP yang memberikan:

    a. sumbangan bencana nasional;

    b. sumbangan untuk litbang di Indonesia;

    c. sumbangan fasilitas pendidikan;

    d. sumbangan pembinaan olahraga; dan

    e. biaya pembangunan infrastruktur sosial

    sepanjang memenuhi kriteria:

    a. berdasarkan SPT PPh WP untuk Tahun Pajak sebelumnya

    terdapat penghasilan neto fiskal;

    b. pemberian sumbangan dan/atau biaya tidak

    menyebabkan rugi pada Tahun Pajak sumbangan

    diberikan.

    Yang Berhak

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    47

    WP wajib melampirkan bukti penerimaan sumbangan/biaya

    sesuai dengan lampiran PMK-76/PMK.03/2011 pada SPT

    Tahunan PPh di tahun pajak pemberian sumbangan/biaya.

    Prosedur

    Sumbangan/biaya berikut dapat dibebankan secara fiskal:

    a. Sumbangan bencana nasional, kepada badan

    penanggulangan bencana atau lembaga atau pihak

    yang telah mendapat izin;

    b. Sumbangan untuk litbang di Indonesia, kepada lembaga

    penelitian dan pengembangan;

    c. Sumbangan fasilitas pendidikan, kepada lembaga

    pendidikan;

    d. Sumbangan pembinaan olahraga, kepada lembaga

    pembinaan olah raga;

    e. Biaya pembangunan infrastruktur sosial, dengan cara

    membangun sarana dan prasarana untuk kepentingan

    umum dan bersifat nirlaba,

    sepanjang total sumbangan/biaya tersebut tidak melebihi 5%

    dari penghasilan neto fiskal tahun sebelumnya.

    Bentuk Fasilitas

    - PP 93/2010

    - PMK-76/PMK.03/2011

    Referensi

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    48

    A-21. Pemberian Natura bagi Pegawai yang Dapat

    Dibebankan sebagai Biaya

    Secara umum, pemberian natura dan kenikmatan tidak dapat

    dibebankan secara fiskal bagi pemberi kerja dan bukan

    merupakan objek pajak bagi pegawai yang menerimanya.

    Namun, dalam rangka mendukung pengembangan daerah

    terpencil, program keselamatan kerja dan pelaksanaan kerja

    pegawai, pemberian natura dan kenikmatan tertentu kepada

    pegawai dapat dikurangkan dari penghasilan bruto pemberi

    kerja.

    Pemberian natura dan kenikmatan dalam bentuk:

    a. makanan dan/atau minuman bagi seluruh pegawai;

    b. sarana dan prasarana berkenaan dengan pelaksanaan

    pekerjaan yang belum tersedia di daerah tertentu; dan

    c. sarana keselamatan kerja atau yang diharuskan dalam

    perkerjaan

    dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dan bukan

    merupakan objek pajak bagi karyawan

    Bentuk Fasilitas

    WP pemberi kerja yang memberikan natura dan kenikmatan

    tertentu bagi pegawainya;

    Yang Berhak

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    49

    - Fasilitas terkait natura dan kenikmatan berupa:

    a. makanan dan/atau minuman bagi seluruh pegawai;

    b. sarana keselamatan kerja atau yang diharuskan dalam

    pekerjaan.

    dapat dimanfaatkan dengan cara self-assessment pada

    saat penyampaian SPT Tahunan PPh dan WP tidak perlu

    menyampaikan permohonan fasilitas.

    - Fasilitas terkait natura dan kenikmatan berupa sarana dan

    prasarana berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan yang

    belum tersedia di daerah tertentu, WP harus mengajukan

    permohonan kepada Kepala Kantor Wilayah DJP yang

    membawahi KPP tempat WP terdaftar untuk ditetapkan

    sebagai WP di daerah tertentu, dengan mengisi formulir dan

    melampirkan:

    a. Fotokopi Surat Persetujuan penanaman modal dari BKPM;

    b. Fotokopi peta lokasi;

    c. Fotokopi laporan keuangan terakhir sebelum tahun

    permohonan; dan

    d. Pernyataan mengenai keadaan prasarana ekonomi dan

    sarana transportasi umum dengan menggunakan

    formulir yang telah disediakan.

    Prosedur

    - Pasal 9 ayat (1) huruf e UU PPh

    - PMK-83/PMK.03/2009

    - PER-51/PJ/2009

    Referensi

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    50

    A-22. Biaya Telepon Seluler dan Kendaraan Perusahaan

    yang Boleh Dibebankan sebagai Biaya

    Secara umum pengeluaran yang tidak digunakan untuk

    mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan (3M) tidak

    boleh dibebankan secara pajak. Pengeluaran tersebut termasuk

    biaya-biaya guna keperluan pribadi yang tidak terkait dengan

    3M. Namun demikian, mengingat dalam hal-hal tertentu

    pemisahan antara biaya yang terkait dan tidak terkait dengan

    3M sulit untuk dilakukan, maka perlu untuk memberikan

    pengaturan atas pengeluaran tertentu antara lain atas biaya

    pemakaian telepon seluler dan kendaraan perusahaan.

    Wajib Pajak yang membebankan biaya telepon seluler dan

    kendaraan perusahaan.

    Yang Berhak

    - Biaya terkait telepon seluler untuk pegawai tertentu:

    a. Pembelian unit telepon seluler dapat dibebankan 50%

    melalui penyusutan aktiva tetap kelompok I;

    b. biaya pulsa dan perbaikan telepon seluler dapat

    dibebankan 50% di tahun pajak bersangkutan.

    Bentuk Fasilitas

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    51

    - PMK-96/PMK.03/2009

    - KEP-220/PJ./2002

    - SE-09/PJ.42/2002

    Referensi

    - Biaya Kendaraan Perusahaan berupa:

    a. bus, minibus/sejenis untuk antar-jemput para pegawai:

    perolehan/perbaikan besar dapat dibebankan

    seluruhnya melalui penyusutan kelompok II;

    biaya pemeliharaan/perbaikan rutin dapat

    dibebankan seluruhnya di tahun pajak bersangkutan.

    b. sedan/sejenis untuk pegawai tertentu:

    perolehan/ perbaikan besar dapat dibebankan

    sebesar 50% melalui penyusutan kelompok II;

    biaya pemeliharaan/perbaikan rutin

    dapat dibebankan 50% di tahun pajak bersangkutan.

    Bentuk Fasilitas

    Fasilitas ini dimanfaatkan dengan cara self-assessment

    tanpa perlu menyampaikan permohonan.

    Prosedur

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    52

    A-23. Fasilitas dalam Rangka Merger

    atau Pemekaran Usaha

    Dalam rangka menyelaraskan kebijakan perpajakan dengan

    kebijakan di bidang sosial, ekonomi, investasi, moneter, dan

    kebijakan lainnya, Pemerintah memperbolehkan WP

    menggunakan nilai buku pada saat pengalihan harta dalam

    rangka merger atau pemekaran usaha dengan persyaratan

    tertentu.

    - WP yang melakukan pengalihan harta dalam rangka

    merger atau pemekaran usaha.

    - Merger yang diperbolehkan dalam hal ini meliputi:

    a. penggabungan usaha dengan syarat salah satu badan

    usaha tidak mempunyai sisa kerugian atau mempunyai

    sisa kerugian yang lebih kecil;

    b. peleburan usaha dua atau lebih WP badan dengan

    cara mendirikan badan usaha baru;

    - Pemekaran usaha yang diperbolehkan dalam hal ini

    meliputi pemekaran usaha oleh:

    a. WP belum Go Public yang akan melakukan penawaran

    umum perdana (Initial Public Offering); atau

    b. WP Go Public sepanjang seluruh badan usaha hasil

    pemekaran melakukan penawaran umum perdana.

    Yang Berhak

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    53

    - Mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak

    dengan melampirkan alasan dan tujuan melakukan

    merger dan pemekaran usaha paling lama 6 (enam)

    bulan setelah tanggal efektif merger/pemekaran usaha;

    - Melunasi seluruh utang pajak dari tiap badan usaha yang

    terkait; dan

    - Memenuhi persyaratan tujuan bisnis (business purpose

    test).

    - Melampirkan Laporan Keuangan dari Wajib Pajak yang

    mengalihkan harta dan Laporan Keuangan dari Wajib

    Pajak yang menerima harta khususnya untuk tahun pajak

    dilakukannya pengalihan harta yang diaudit oleh akuntan

    publik.

    Prosedur

    WP yang melakukan merger atau spin-off tersebut

    diperbolehkan untuk menggunakan nilai buku pada saat

    pengalihan harta.

    Bentuk Fasilitas

    - Pasal 10 ayat (3) UU PPh

    - PMK-43/PMK.03/2008

    - PER-28/PJ/2008

    - SE-45/PJ/2008

    Referensi

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    54

    A-24. Fasilitas PPh atas Revaluasi Aktiva Tetap dan

    Angsuran Pembayarannya

    Adanya perkembangan harga yang mencolok atau perubahan

    kebijakan di bidang moneter dapat menyebabkan

    kekurangserasian antara biaya dan penghasilan, yang dapat

    mengakibatkan timbulnya beban pajak yang kurang wajar.

    Dalam keadaan demikian, WP badan dalam negeri dan BUT

    tertentu dapat melakukan penilaian kembali aktiva tetap

    perusahaan untuk tujuan perpajakan dan pembayaran atas PPh

    yang timbul dapat dilakukan dengan cara diangsur selama 12

    (dua belas) bulan.

    Selisih lebih revaluasi aktiva tetap di atas nilai sisa buku fiskal

    dikenakan PPh Final 10% dan pembayarannya dapat diangsur

    paling lama 12 bulan.

    Bentuk Fasilitas

    WP Badan dalam negeri dan BUT dapat melakukan

    penilaian kembali (revaluasi) aktiva tetap dengan syarat:

    c. telah memenuhi semua kewajiban pajaknya s.d. masa

    pajak terakhir sebelum masa pajak dilakukannya revaluasi;

    d. tidak termasuk WP dengan izin pembukuan dalam bahasa

    Inggris dan mata uang Dollar Amerika Serikat.

    Yang Berhak

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    55

    - Untuk dapat melakukan revaluasi aktiva tetap, WP harus

    mengajukan permohonan kepada DJP melalui Kepala

    Kantor Wilayah DJP dengan mengisi formulir dan

    melampirkan:

    a. Fotokopi surat izin usaha jasa penilai atau ahli penilai

    yang dilegalisir;

    b. Laporan Penilaian oleh Perusahaan Jasa Penilai;

    c. Daftar revaluasi aktiva tetap untuk tujuan perpajakan;

    d. Laporan Keuangan tahun buku terakhir sebelum

    revaluasi aktiva tetap.

    - Ketentuan revaluasi aktiva tetap untuk tujuan perpajakan

    adalah sebagai berikut:

    a. Revaluasi dilakukan terhadap seluruh aktiva berwujud

    termasuk tanah atau tidak termasuk tanah;

    b. Revaluasi tidak dapat dilakukan kembali sebelum lewat

    5 tahun sejak revaluasi terakhir;

    c. Revaluasi didasarkan pada nilai pasar atau nilai wajar

    aktiva tetap dengan penilaian (appraisal) oleh jasa

    penilai atau ahli penilai yang memperoleh izin dari

    pemerintah;

    d. Revaluasi dilakukan selambatnya 1 tahun setelah

    appraisal.

    Prosedur

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    56

    - Pasal 19 UU PPh

    - PMK-79/PMK.03/2008

    - PER-12/PJ./2009

    Referensi

    - Untuk dapat mengangsur PPh final 10% atas selisih lebih

    revaluasi aktiva tetap, WP mengajukan permohonan

    angsuran kepada Kepala Kantor Wilayah DJP bersamaan

    dengan permohonan revaluasi aktiva tetap.

    - Permohonan angsuran disampaikan sesuai dengan

    formulir dan melampirkan proyeksi arus kas yang

    menunjukkan bahwa kondisi keuangan WP tidak

    memungkinkan untuk melunasi sekaligus PPh Final 10%.

    Prosedur (lanjutan)

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    57

    A-25. Penangguhan Saat Mulai Penyusutan untuk Biaya

    Perolehan Harta Berwujud Bidang Usaha Tertentu

    Dalam rangka menyesuaikan dengan karakteristik bidang-bidang

    usaha tertentu, seperti perkebunan tanaman keras, kehutanan,

    dan peternakan, perlu diberikan pengaturan tersendiri untuk

    penyusutan harta berwujud yang digunakan dalam bidang-

    bidang usaha tertentu tersebut.

    Wajib Pajak yang bergerak dalam bidang usaha tertentu,

    yaitu

    a. Bidang usaha perkebunan tanaman keras;

    b. Bidang usaha kehutanan; dan

    c. Bidang usaha peternakan;

    yang tanaman/ternaknya dapat berproduksi berkali-kali

    dan baru menghasilkan setelah ditanam/dipelihara lebih

    dari satu tahun.

    Yang Berhak

    - Penangguhan saat mulai penyusutan untuk biaya

    perolehan harta berwujud bidang usaha tertentu;

    - Penyusutan harta berwujud bidang usaha tertentu dimulai

    pada bulan produksi komersial;

    - Bulan produksi komersial adalah bulan dimana penjualan

    mulai dilakukan;

    - Harta berwujud yang saat penyusutannya ditangguhkan

    yaitu aktiva tetap yang dimiliki dan digunakan serta

    merupakan komoditas pokok dalam bidang usaha tertentu;

    Bentuk Fasilitas

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    58

    Fasilitas ini dimanfaatkan dengan cara self-assessment

    tanpa perlu menyampaikan permohonan untuk dapat

    memperoleh fasilitas tersebut.

    Prosedur

    - Pasal 11 ayat (7) UU PPh

    - PMK-249/PMK.03/2008 s.t.d.d. PMK-126/PMK.011/2012

    Referensi

    - Biaya perolehan yang saat penyusutannya ditangguhkan,

    termasuk biaya pembelian bibit, biaya untuk membesarkan

    dan memelihara bibit, namun tidak termasuk biaya tenaga

    kerja;

    - Kelompok penyusutan harta berwujud bidang usaha

    tertentu;

    a. Bidang usaha perkebunan tanaman keras, Kelompok 4

    (20 tahun);

    b. Bidang usaha kehutanan, Kelompok 4 (20 tahun);

    c. Bidang usaha peternakan, Kelompok 2 (8 tahun).

    Bentuk Fasilitas

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    59

    A-26. Fasilitas PPh Berupa Saat Pengakuan Penghasilan

    dari Pengalihan Harta/Agunan berupa Tanah dan/atau

    Bangunan bagi Wajib Pajak Tertentu

    Dalam rangka menunjang kelancaran proses restrukturisasi

    perusahaan maupun penyelesaian kredit perbankan terkait imbas

    krisis moneter 1998, perlu diberikan kemudahan berupa

    penundaan saat pengakuan penghasilan atas pengalihan

    agunan berupa tanah dan/atau bangunan milik WP tertentu

    yang dilakukan oleh Bank Umum yang melaksanakan

    restrukturisasi sesuai program Pemerintah sampai dengan pihak

    Bank Umum mengalihkan agunan tersebut kepada pembeli yang

    sebenarnya.

    - Bank Dalam Penyehatan Badan Penyehatan Perbankan

    Nasional (BPPN);

    - Perusahaan Terafiliasi Bank Dalam Penyehatan;

    - Debitur yang langsung atau tidak langsung mempunyai

    kewajiban pembayaran kepada Bank Dalam Penyehatan,

    BPPN, dan atau Perusahaan Terafiliasi Bank Dalam

    Penyehatan atau BPPN, termasuk Bank yang mempunyai

    kewajiban kepada Bank Indonesia dalam kaitan dengan

    Fasilitas Bank Indonesia;

    - Pemegang Saham, Direktur, atau Komisaris Bank Dalam

    Penyehatan;

    - Debitur/Pemilik Agunan pada Bank Umum; yang

    diambilalih harta/agunannya dalam rangka melaksanakan

    restrukturisasi perusahaan.

    Yang Berhak

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    60

    Penundaan pengakuan penghasilan atas pengalihan:

    - harta berupa tanah dan atau bangunan milik WP tertentu

    yang dilakukan oleh BPPN sampai pihak BPPN mengalihkan

    harta tersebut kepada pembeli yang sebenarnya;

    - agunan berupa tanah dan atau bangunan milik WP

    tertentu yang dilakukan oleh Bank Umum sampai dengan

    pihak Bank Umum mengalihkan agunan tersebut kepada

    pembeli yang sebenarnya.

    Bentuk Fasilitas

    WP Tertentu tersebut ditetapkan dalam PP Nomor 17 Tahun

    1999 tentang BPPN dan Undang Undang Nomor 10 Tahun

    1998 tentang Perbankan.

    Yang Berhak (lanjutan)

    Fasilitas ini dimanfaatkan dengan cara self-assessment

    tanpa perlu menyampaikan permohonan untuk dapat

    memperoleh fasilitas tersebut.

    Prosedur

    - KEP-141/PJ/1999

    - SE-27/PJ.42/1999

    Referensi

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    61

    A-27. Fasilitas PPh atas Penghasilan Bunga Kredit

    Non-Performing oleh Bank

    Perlakuan pajak atas penghasilan bank berupa bunga kredit non-

    performing diatur khusus dalam rangka menunjang percepatan

    proses restrukturisasi perbankan sesuai dengan kebijaksanaan

    Pemerintah dan adanya perubahan Pernyataan Standar

    Akuntansi Keuangan (PSAK) nomor 31 tentang Akuntansi

    Perbankan (revisi tahun 2000). Oleh karena itu, DJP menetapkan

    saat pengakuan penghasilan bagi WP bank berupa penghasilan

    bunga non-performing loan, yaitu pada saat penghasilan bunga

    tersebut diterima.

    Wajib Pajak Bank

    - Penghasilan bank berupa bunga kredit non-performing

    diakui pada saat penghasilan bunga tersebut diterima

    oleh bank (cash basis).

    - Dalam hal bank membukukan penerimaan bunga kredit

    non-performing sebagai pengurang pokok kredit, saat

    pengakuan penghasilan ditunda hingga saat diterimanya

    penghasilan bunga setelah pelunasan pokok kredit.

    Bentuk Fasilitas

    Yang Berhak

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    62

    Fasilitas ini dilaksanakan dengan cara self-assessment

    pada saat penyampaian SPT Tahunan PPh badan

    dengan melampirkan formulir daftar debitur yang

    kreditnya digolongkan kurang lancar, diragukan, dan

    macet yang memuat:

    a. Nomor urut;

    b. Nama debitur;

    c. NPWP;

    d. Jumlah kredit non-performing loan yang digolongkan

    kurang lancar, diragukan, dan macet;

    e. Jumlah bunga accrual yang belum diakui sebagai

    penghasilan dalam laporan keuangan.

    Prosedur

    - KEP-184/PJ./2002

    - SE-08/PJ.42/2002

    Referensi

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    63

    A-28. Fasilitas PPh Terkait Saat Pengakuan Penghasilan

    Berupa Keuntungan karena Pembebasan Utang

    yang Diperoleh Debitur Tertentu

    Dalam rangka menyelaraskan kebijakan ekonomi dan kebijakan

    perpajakan akibat krisis moneter tahun 2008, Pemerintah

    memberikan fasilitas perpajakan terkait pengalokasian

    pengakuan penghasilan atas keuntungan pembebasan utang

    usaha bagi Debitur WP dalam negeri yang melakukan perjanjian

    restrukturisasi utang usaha dengan Badan Penyehatan Perbankan

    Nasional (BPPN) sesuai dengan Kebijaksanaan Pemerintah dalam

    jangka waktu paling lama 5 tahun

    Saat pengakuan penghasilan atas keuntungan karena

    pembebasan utang dapat dialokasikan dalam jangka

    waktu paling lama 5 tahun, yaitu dalam jumlah bagian yang

    sama besarnya setiap tahun dan dimulai dari tahun pajak

    saat diperolehnya pembebasan utang.

    Bentuk Fasilitas

    Debitur WP dalam negeri yang melakukan perjanjian

    restrukturisasi utang usaha dengan BPPN sesuai dengan

    Kebijakan Pemerintah.

    Yang Berhak

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    64

    - Mengajukan permohonan tertulis kepada Kepala KPP

    tempat debitur terdaftar sebagai Wajib Pajak;

    - Permohonan diajukan paling lambat sebelum batas

    waktu penyampaian SPT Tahunan tahun pajak

    diperolehnya penghasilan tersebut, dengan dilampiri

    fotokopi perjanjian restrukturisasi utang usaha yang

    dilegalisasi oleh BPPN.

    Prosedur

    - KEP-563/PJ./2001

    Referensi

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    65

    A-29. Organisasi Internasional yang Tidak Termasuk

    Subjek PPh

    Peran organisasi internasional sebagai salah satu mitra

    Pemerintah dalam menjalankan pembangunan di berbagai

    bidang semakin penting seiring dengan perkembangan

    globalisasi. Untuk memfasilitasi peran positif organisasi

    internasional tersebut di Indonesia dan sesuai kelaziman

    internasional, Pasal 3 ayat (1) huruf c UU PPh mengatur bahwa

    organisasi-organisasi internasional dan pejabat-pejabat

    perwakilan organisasi internasional tidak termasuk sebagai Subjek

    PPh.

    - Organisasi internasional apabila memenuhi syarat:

    a. Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut; dan

    b. tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk

    memperoleh penghasilan dari Indonesia selain

    pemberian pinjaman kepada Pemerintah yang

    dananya berasal dari iuran para anggota.

    - Organisasi internasional yang berbentuk kerjasama teknik

    dan atau kebudayaan apabila memenuhi syarat:

    a. kerjasama teknik tersebut memberi manfaat pada

    Negara/Pemerintah Indonesia;

    b. tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk

    memperoleh penghasilan dari Indonesia.

    Yang Berhak

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    66

    Untuk dapat ditetapkan dalam Peraturan Menteri

    Keuangan sebagai organisasi internasional yang tidak

    termasuk subjek pajak PPh, organisasi internasional

    tersebut harus mendapatkan rekomendasi dari Sekretariat

    Negara dan memenuhi proses pendaftaran organisasi

    internasional di Indonesia sesuai dengan ketentuan

    perundang-undangan yang berlaku, antara lain

    sebagaimana diatur dalam UU Nomor 37 Tahun 1999

    tentang Hubungan Luar Negeri.

    Prosedur

    Organisasi-organisasi internasional yang telah memenuhi

    persyaratan tidak termasuk Subjek PPh.

    Bentuk Fasilitas

    - Pejabat-pejabat perwakilan dari organisasi internasional

    apabila memenuhi syarat:

    a. bukan Warga Negara Indonesia; dan

    b. tidak menjalankan usaha/kegiatan/pekerjaan lain untuk

    memperoleh penghasilan dari Indonesia.

    * Organisasi-organisasi internasional yang telah memenuhi

    persyaratan harus ditetapkan dalam Peraturan Menteri

    Keuangan

    Yang Berhak (lanjutan)

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    67

    - Pasal 3 ayat (1) huruf c UU PPh

    - UU Nomor 37 Tahun 1999

    - PMK-215/PMK.03/2008 s.t.d.t.d. PMK-142/PMK.03/2010

    Referensi

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    68

    A-30. Fasilitas PPh Ditanggung Pemerintah atas Hibah

    dan Pinjaman Luar Negeri

    Bahwa dalam rangka pembangunan nasional dan pemulihan

    kegiatan ekonomi serta kelangsungan pembiayaan proyek-

    proyek pembangunan yang belum sepenuhnya dapat dibiayai

    dari penerimaan dalam negeri, maka peranan dana bantuan

    luar negeri baik berupa pinjaman luar negeri maupun hibah

    masih diperlukan. Untuk itu, masih perlu diberikan pemberian

    fasilitas berupa pajak penghasilan ditanggung oleh pemerintah

    atas hibah atau dana pinjaman luar negeri. Namun demikian,

    fasilitas hanya bersifat sementara dan akan dipertimbangkan

    kembali sesuai dengan kemampuan pembiayaan dari sumber

    dalam negeri dan perkembangan sosial ekonomi nasional.

    Kontraktor, konsultan, dan pemasok (supplier) utama yang

    berdasarkan kontrak melaksanakan proyek-proyek

    Pemerintah yang dibiayai dengan dana hibah dan atau

    dana pinjaman luar negeri, termasuk tenaga ahli dan

    tenaga pelatih yang dibiayai dengan hibah luar negeri.

    Yang Berhak

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    69

    PPh yang terutang atas penghasilan yang diterima atau

    diperoleh kontraktor, konsultan, dan pemasok (supplier)

    utama dari pekerjaan yang dilakukan dalam rangka

    pelaksanaan proyek-proyek Pemerintah yang dibiayai

    dengan dana hibah dan atau dana pinjaman luar negeri,

    ditanggung oleh Pemerintah.

    Fasilitas ini dilaksanakan dengan cara self-assessment pada

    saat penyampaian SPT PPh. Dengan demikian, WP tidak

    perlu menyampaikan permohonan untuk dapat

    memperoleh fasilitas tersebut.

    - PP 42/1995 s.t.d.t.d. PP 25/2001

    - KMK-239/KMK.01/1996 s.t.d.t.d. KMK-486/KMK.04/2000

    - KEP-526/PJ./2000

    - SE-05/PJ.42/2001

    Bentuk Fasilitas

    Prosedur

    Referensi

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    70

    A-31. Fasilitas PPh atas Sumbangan

    Bencana Alam Provinsi NAD dan Sumut

    Salah satu upaya Pemerintah dalam menanggulangi bencana

    alam tsunami dan gempa bumi di Nangroe Aceh Darussalam

    (NAD) dan Sumatera Utara (Sumut) pada Desember 2004 yaitu

    dengan mendorong peran serta WP melalui pemberian insentif

    fiskal berupa pajak yang ditanggung Pemerintah dan

    diperbolehkannya pembebanan secara fiskal atas bantuan dan

    sumbangan yang diberikan untuk para korban bencana. Insentif

    tersebut diharapkan dapat menggiatkan para WP untuk menjadi

    donatur serta meringankan para korban yang terkena musibah.

    WP yang memberikan sumbangan bencana alam di Provinsi

    NAD dan Sumut, yang terdiri dari:

    - WP badan yang penghasilannya tidak dikenakan PPh final;

    dan

    - WP OP yang melakukan usaha atau pekerjaan bebas,

    namun tidak termasuk WP OP yang penghasilannya

    dikenakan PPh Final atau dihitung dengan norma

    penghitungan penghasilan neto.

    Yang Berhak

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    71

    - Fasilitas sumbangan yang dapat dibiayakan ini dapat

    dimanfaatkan secara self-assesment melalui penyampaian

    SPT PPh tahun pajak yang bersangkutan sepanjang

    memenuhi persyaratan:

    a. Sumbangan dicatat sebagai Sumbangan Bencana Alam di Provinsi NAD dan Sumatra Utara;

    b. Sumbangan harus didukung oleh bukti-bukti yang sah

    dan dapat diuji kebenarannya; dan

    c. Sumbangan harus ditampung, disalurkan, dan/atau

    dikelola oleh:

    instansi pemerintah antara lain Kantor Wakil Presiden,

    Kantor Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan

    Rakyat, Kementerian Sosial, Kementerian Kesehatan,

    dan Kementerian Keuangan

    pihak-pihak lain, termasuk PMI, media massa cetak

    dan elektronik dan organisasi sosial dan/atau

    keagamaan;

    - Instansi pemerintah atau pihak-pihak lain sebagai

    penampung, penyalur, dan/atau pengelola sumbangan

    harus mendaftarkan diri dan menyampaikan laporan ke

    Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak.

    Prosedur

    Sumbangan bencana alam di Provinsi NAD dan Sumut

    dapat dibiayakan secara fiskal dan PPh atas sumbangan

    tersebut ditanggung oleh Pemerintah.

    Bentuk Fasilitas

  • Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia

    72

    - PMK-609/PMK.03/2004

    - PMK-14/PMK.03/2005

    Referensi