Top Banner
PENGOPERASIAN BOILER [B.1.1.1.01.3] Edisi I Tahun 2013
37

Buku 1 Termodinamika

Dec 18, 2015

Download

Documents

Nurdin hidayat
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • PENGOPERASIAN BOILER

    [B.1.1.1.01.3]

    Edisi I Tahun 2013

  • i

    PENGOPERASIAN BOILER (B.1.1.1.01.3)

    TUJUAN PEMBELAJARAN : Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta mampu

    mengoperasikan peralatan boiler PLTU sesuai

    prosedur standar operasi/instruksi kerja (SOP/IK)

    DURASI : 76 JP / 10 HARI EFEKTIF

    TIM PENYUSUN : 1. EFRI YENDRI

    2. GAMA AJIYANTONO

    3. ANUGRA PUTRA P

    TIM VALIDATOR : 1. RODI CAHYAWAN

    2. MURDANI

    3. WINOTO

    4. HAULIAN SIREGAR

  • ii

    SAMBUTAN

    CHIEF LEARNING OFFICER

    PLN CORPORATE UNIVERSITY

    Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat, taufik dan hidayahNya

    penyusunan materi pembelajaran ini bisa selesai tepat pada waktunya.

    Seiring dengan metamorfosa PLN Pusdiklat sebagai PLN Corporate University, telah disusun

    beberapa materi pembelajaran yang menunjang kebutuhan Korporat. Program pembelajaran ini disusun

    berdasarkan hasil Learning Theme beserta Rencana Pembelajaran yang telah disepakati bersama dengan

    LC (Learning Council) dan LSC (Learning Steering Commitee) Primary Energy & Power generation

    Academy. Pembelajaran tersebut disusun sebagai upaya membantu peningkatan kinerja korporat dari

    sisi peningkatan hard kompetensi pegawai.

    Dengan diimplementasikannya PLN Corporate University, diharapkan pembelajaran tidak hanya

    untuk meningkatkan kompetensi Pegawai, namun juga memberikan benefit bagi Bussiness Process

    Owner sesuai dengan salah satu nilai CORPU, yaitu Performing. Akhir kata, semoga buku ini dapat

    bermanfaat bagi insan PLN.

    Jakarta, Desember 2013

    Chief Learning Officer

    SUHARTO

  • iii

    KATA PENGANTAR

    MANAJER PLN PRIMARY ENERGY & POWER GENERATION ACADEMY

    PLN CORPORATE UNIVERSITY

    Puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, taufik serta hidayahnya,

    sehingga penyusunan materi pembelajaran Pengoperasian Boiler ini dapat diselesaikan dengan baik

    dan tepat pada waktunya.

    Materi ini merupakan materi yang terdapat pada Direktori Diklat yang sudah disahkan oleh

    Direktur Pengadaan Strategis selaku Learning Council Primary Energy & Power Generation Academy.

    Materi ini terdiri dari 9 buku yang membahas mengenai Termodinamika, Logic & Sequence, Boiler, Jenis-

    Jenis Katup, Teknik Pengukuran Dan Pengaturan, Pengoperasian Boiler, Efisiensi Boiler, Pelaporan Dan

    Petunjuk Praktek Pengoperasian Boier (Simulator), sehingga diharapkan dapat mempermudah proses

    belajar dan mengajar di Primary Energy dan Power Generation Academy bagi pegawai dalam melakukan

    Pengoperasian Boiler.

    Akhir kata, Pembelajaran ini diharapkan dapat membantu meningkatkan kinerja unit

    operasional dan bisa menunjang kinerja ekselen korporat. Tentunya tidak lupa kami mengucapkan

    terima kasih kepada semua Katupihak yang telah terlibat dalam penyusunan materi pembelajaran ini.

    Saran dan kritik dari pembaca/siswa sangat diharapkan bagi penyempurnaan materi ini.

    Suralaya, Desember 2013

    M. IRWANSYAH PUTRA

  • iv

    DAFTAR BUKU PELAJARAN

    Buku 1

    Temodinamika

    Buku 2

    Logic dan Squence

    Buku 3

    Boiler

    Buku 4

    Vent dan Katup

    Buku 5

    Teknik Pengukuran dan Pengaturan

    Buku 6

    Pengoperasian Boiler

    Buku 7

    Efisiensi Boiler

    Buku 8

    Pelaporan

    Buku 9

    Praktek Pengoperasian Boiler (simulator)

  • Simple Inspiring PerformIing Phenomenal v

    BUKU I

    TERMODINAMIKA

    TUJUAN PELAJARAN : Setelah mengikuti pelajaran ini peserta mampu

    memahami pengetahuan dasar tentang termodinamika

    pada pengoperasian boiler.

    DURASI : 8 JP

    PENYUSUN : 1. EFRI YENDRI

  • Simple Inspiring PerformIing Phenomenal vi

    DAFTAR ISI

    TUJUAN PEMBELAJARAN ......................................................................................................... i

    SAMBUTAN................................................................................................................................ ii

    KATA PENGANTAR .................................................................................................................. iii

    DAFTAR BUKU PELAJARAN .................................................................................................... iv

    TUJUAN PELAJARAN ................................................................................................................ v

    DAFTAR ISI ............................................................................................................................... vi

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................... vii

    1. PROSES PRODUKSI UAP PANAS LANJUT....................................................................... 1

    2. TABEL UAP ......................................................................................................................... 3

    3. TEMPERATUR - ENTROPI ................................................................................................. 5

    3.1. Pengaruh Tekanan Terhadap Titik Didih ................................................................ 5

    3.2. Derajat Kekeringan Uap (Dryness Fraction) ........................................................... 7

    3.3. Titik Kritis .............................................................................................................. 8

    3.4. Luas Daerah Dalam Diagram Ts .......................................................................... 10

    4. SIKLUS CARNOT DAN SIKLUS RANKINE SEDERHANA ................................................ 11

    5. SIKLUS RANKINE SUPERHEAT DAN SUPERHEAT-REHEAT ....................................... 17

    5.1. Siklus Rankine Superheat .................................................................................... 17

    5.2. Siklus Rankine Superheat-Reheat ........................................................................ 20

    6. PERPINDAHAN PANAS .................................................................................................... 25

    6.1. Mekanisme Perpindahan Panas. .......................................................................... 25

    6.2. Pengaruh Deposit Pada Perpindahan Panas ....................................................... 28

  • Simple Inspiring PerformIing Phenomenal vii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1 Perubahan Temperatur Pada Tekanan Tetap Saat Pemanasan Air ........................... 2

    Gambar 2 Proses Penguapan Dalam Sumbu Temperatur - Entropi. ........................................... 5

    Gambar 3 Garis Lengkung Jenuh (Saturation Line) .................................................................... 6

    Gambar 4 Proses Perubahan Fase ............................................................................................ 7

    Gambar 5 Titik Kritis ................................................................................................................... 9

    Gambar 6 Luas Daerah Dalam Diagram T.s ............................................................................. 10

    Gambar 7 Komponen Dalam Siklus PLTU ................................................................................ 11

    Gambar 8 Siklus Carnot Sederhana ......................................................................................... 12

    Gambar 9 Siklus Rankine Sederhana ....................................................................................... 14

    Gambar 10 Siklus Rankine Superheat ...................................................................................... 18

    Gambar 11 Siklus Rankine Superheat Reheat .......................................................................... 21

    Gambar 12 Mekanisme Perpindahan Panas............................................................................. 25

    Gambar 13 Perpindahan Panas Konduksi ................................................................................ 26

    Gambar 14 Perpindahan Panas Konveksi ................................................................................ 27

    Gambar 15 Tahanan Termal pada Deposit ............................................................................... 28

  • Simple Inspiring PerformIing Phenomenal 1

    TERMODINAMIKA

    1. PROSES PRODUKSI UAP PANAS LANJUT

    Seperti diketahui bahwa fluida kerja yang dipakai untuk siklus PLTU adalah air. Secara

    alamiah, air dapat eksis dalam 3 wujud yaitu : dalam wujud padat (es), dalam wujud cair (air)

    dan dalam wujud gas (uap). Adapun parameter yang mempengaruhi wujud fluida kerja

    adalah tekanan dan temperatur. Sebagai contoh, pada tekanan atmosfir standard, air

    dibawah temperatur 0 0C akan berwujud padat (es) sedang antara 00C sampai 100 0C akan

    berwujud cair, dan diatas 100 0C akan berwujud gas (uap).

    Tepat pada temperatur 0 0C, air dapat berada dalam wujud padat maupun cair sedangkan

    tepat pada 100 0C ia dapat berwujud cair maupun gas. Wujud yang pasti pada saat tepat

    berada pada kedua temperatur tersebut ditentukan oleh kandungan energi dalam (internal

    energy) fluida.

    Temperatur dimana fluida dapat eksis dalam 2 wujud disebut Temperatur Transisi yaitu

    temperatur dimana terjadi perubahan fase. Untuk merubah temperatur dan fase, maka

    energi panas harus ditambahkan atau dikeluarkan dari fluida.

    Karena selama dalam siklus PLTU fluida kerja hanya akan berada dalam 2 wujud yaitu cair

    dan gas, maka pembahasan pada pembahasan ini hanya akan dikonsentrasikan pada

    transformasi yang terjadi diantara kedua wujud tersebut, merupakan ilustrasi dari

    perubahan-perubahan yang terjadi manakala air dipanaskan dalam tekanan tetap.

  • Simple Inspiring PerformIing Phenomenal 2

    Gambar 1 Perubahan Temperatur Pada Tekanan Tetap Saat Pemanasan Air

    Titik A adalah kondisi air pada tekanan atmosfir dimana temperaturnya adalah temperatur

    atmosfir (t1). Bila dalam kondisi ini kemudian ditambahkan sejumlah energi panas dalam

    fluida, maka fluida akan mengalami kenaikkan temperatur. Kalau energi panas yang

    ditambahkan sebesar X1, kondisi air akan berubah dari A ke B dan temperaturnya berubah

    dari t1 ke t2. Titik B adalah titik dimana air mulai mendidih (titik didih). Fraksi panas (X1) yang

    diperlukan untuk mengubah temperatur air hingga mencapai titik didih disebut panas

    sensibel (sensible heat).

    Pada titik B seluruh massa fluida dalam fase cair dan mulai mendidih. Setelah mencapai titik

    didih sementara pemberian energi panas tetap dilanjutkan, ternyata temperatur tidak

    mengalami perubahan. Dalam kondisi ini, energi panas yang diberikan dipakai untuk

    merubah fase air menjadi uap dimana proses ini terus berlangsung dalam temperatur tetap

    sampai titik C. Pada titik C, seluruh massa fluida telah berada pada fase gas (uap). Jumlah

    panas yang dibutuhkan untuk merubah fase cair menjadi fase gas/uap disebut panas

    penguapan. Karena selama perubahan fase berlangsung temperaturnya tetap konstan,

    maka energi panas yang dimasukkan akan tersimpan menjadi energi dalam yang

    tersembunyi. Itulah sebabnya fraksi panas yang dibutuhkan untuk merubah fase dari cair

    menjadi uap (X2) disebut panas laten (tersembunyi) yang umum disebut panas laten

    penguapan (latent heat of evaporation).

    Kondisi uap yang tepat berada pada titik C disebut uap kering atau uap jenuh (saturated

    steam). Setelah mencapai titik C dan pemberian panas tetap dilanjutkan, maka temperatur

    uap akan mengalami kenaikkan. Besarnya kenaikkan temperatur sebanding dengan

  • Simple Inspiring PerformIing Phenomenal 3

    besarnya panas yang diberikan. Dalam contoh seperti pada gambar bila diberikan panas

    sejumlah X3, ternyata temperatur uap akan naik hingga titik D dengan temperatur t3.

    Uap yang memiliki temperatur lebih tinggi dari titik didihnya disebut uap panas lanjut

    (superheater steam). Fraksi panas yang diperlukan untuk mengubah uap jenuh menjadi uap

    panas lanjut juga disebut panas sensibel. Tetapi karena fraksi panas ini terjadi pada fase

    uap, maka untuk membedakannya dengan fraksi panas sensibel yang tejadi pada fase cair,

    selanjutnya fraksi panas ini disebut superheat.

    Pada berbagai literatur , perbedaan antara temperatur uap panas lanjut dengan temperatur

    uap jenuh sering disebut istilah derajat panas lanjuy (degre of superheat). Jadi uap dalam

    kondisi 550C Superheat artinya adalah bahwa temperatur uap tersebut adalah 55 0C lebih

    tinggi dari titik didihnya.

    Dalam konteks termodinamika, kita seringkali dituntut untuk mengetahui berapa besar panas

    yang terkandung dalam air atau uap pada kondisi tertentu. Dari uraian dalam gambar terlihat

    jelas bahwa besarnya panas yang dikandung oleh air yang mulai mendidih (titik B) adalah

    sebesar X1. Besarnya panas laten penguapan adalah X2. Dengan demikian maka panas

    yang dikandung oleh uap jenuh (titik C) adalah sebesar X1 + X2. Sedangkan panas yang

    dikandung oleh uap panas lanjut (titik D) adalah X1 + X2 + X3.

    2. TABEL UAP

    Melalui serangkaian percobaan yang dilakukan secara seksama, para ahli melakukan

    pengamatan yang teliti dan mencatat semua parameter untuk berbagai kondisi percobaan.

    Parameter-parameter yang dimaksud antara lain meliputi tekanan, temperatur, total

    kandungan panas (entalpi), volume dan entropi.

    Hasil pencatatan parameter-parameter yang dilakukan pada berbagai kondisi tersebut

    kemudian ditabulasikan secara cermat dalam bentuk daftar yang dikenal dengan tabel uap.

    Dengan bantuan tabel uap, maka berbagai persoalan termodinamika dapat diselesaikan

    dengan relatif mudah. Adapun tabel uap yang akan dibahas pada session ini adalah tabel

    uap dalam satuan SI. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai tabel uap, ada baiknya

    dibahas terlebih dahulu tentang besaran, simbol dan satuan yang dipakai yaitu :

    BESARAN SIMBOL SATUAN

    Tekanan P bar (10 5 N/m 2 )

    Temperatur t 0C

    Entalpi h KJ/kg

    Entropi s KJ/kg

    Volume v m3/kg

  • Simple Inspiring PerformIing Phenomenal 4

    Sedangkan untuk indeks :

    s = jenuh g = uap jenuh

    f = cair jenuh fg = fraksi penguapan

    Pada prinsipnya, tabel uap dibedakan menjadi 2 yaitu tabel uap jenuh (Saturation Line) dan

    tabel uap panas lanjut (Superheated Table) yang juga mentabulasikan kondisi air dibawah

    titik didih (subcooled). Tabel uap jenuh (Saturation Line) merupakan tabel yang

    mentabulasikan parameter-parameter uap dan air yang kondisinya tepat berada pada garis

    lengkung jenuh (Saturation Line). Cara membaca tabel uap jenuh relatif mudah yaitu cukup

    mengetahui 1 besaran saja, maka besaran lainnya dapat ditemukan.

    Tabel uap jenuh ada 2 macam yaitu tabel yang diurutkan berdasarkan tekanan (Tabel Uap)

    dan tabel yang diurutkan berdasarkan temperatur. Lihat Lampiran Tabel Uap.

    Bila yang diketahui tekanannya, maka besaran lainnya akan lebih mudah dicari dengan

    menggunakan tabel uap jenuh (tekanan). Sebagai contoh misalnya kita ingin mengetahui

    berapakah entalpi uap jenuh serta entalpi air mendidih (air jenuh) pada tekanan 50 bar ?.

    Dengan bantuan Tabel Uap, kita cari pada kolom paling kiri tekanan 50 bar. Setelah dapat,

    tempatkan penunjuk pada angka 50 dan geser secara horizontal kekanan hingga kolom hf

    dan kolom hg dan diperoleh hf =1154,5 sedang hg = 2794,2. Dengan demikian terjawablah

    pertanyaan diatas dimana entalpi uap jenuh (hg) pada tekanan 50 bar adalah sebesar

    2794,2 KJ/Kg, sementara entalpi air jenuh (hf) pada tekanan yang sama adalah sebesar

    1154,5 KJ/Kg. Melalui cara yang sama, kita juga dapat mencari harga Sg, Sf, Vf dan Vg.

    Bila yang diketahui temperaturnya, maka besaran lainnya dapat dicari dengan relatif mudah

    melalui tabel uap jenuh (temperatur) seperti Lampiran Tabel Uap.

    Sebagai contoh misalnya kita ingin mengetahui berapakah Entropi uap jenuh (Sg) serta

    volume uap jenuh (Vg) pada temperatur 170 0C ?. Dengan menggunakan Tabel Uap, cari

    pada kolom paling kiri dan tempatkan penunjuk pada angka 170. Selanjutnya geser secara

    horizontal kearah kanan hingga kekolom Sg dan diperoleh angka 6,6630 lalu lanjutkan geser

    hingga kolom Vg dimana didapat angka 242,55. Dengan demikian diperoleh jawaban bahwa

    entropi uap jenuh pada temperatur 170 0C adalah sebesar 6,6630 KJ/Kg K serta volume uap

    jenuh pada temperatur 170 0C adalah 242,55 dm 3/Kg.

    Tabel uap panas lanjut adalah merupakan tabulasi dari berbagai besaran yang posisinya

    diluar garis lengkung jenuh. Karena itu cara membacanya juga agak berbeda. Untuk dapat

    menggunakan tabel uap, minimal harus diketahui 2 besaran, baru besaran yang lainnya

    dapat ditentukan. Bagi yang sudah mahir menggunakan tabel ini, sebenarnya tabel uap

    jenuh sudah tidak dibutuhkan lagi. Contoh tabel ini terlihat seperti pada Tabel Uap.

    Pada tabel diatas, baris yang paling atas adalah baris tekanan. Setiap nilai tekanan memiliki

    serumpun harga-harga entalpi (h), entropi (s) dan volume (v). Kolom yang paling kiri

    merupakan harga-harga temperatur. Sebagai contoh, kita ingin menemukan berapakah

    entalpi (h) dan entropi (s) uap pada tekanan 13 bar dan temperatur 200 0C ?.

  • Simple Inspiring PerformIing Phenomenal 5

    Mula-mula kita cari pada baris paling atas (baris tekanan) dan tempatkan penunjuk pada

    angka 13. Dua baris dibawahnya terdapat serumpun h,s dan v untuk tekanan 13 tersebut.

    Selanjutnya kita cari pada kolom paling kiri (kolom temperatur) dan tempatkan penunjuk

    pada angka 200. Gerakkan penunjuk secara horizontal kearah kanan hingga memotong

    kolom h pada rumpun 13 bar dan diperoleh angka 2808,0. Lanjutkan gerakan kekanan pada

    rumpun yang sama sampai kolom 5 dan diperoleh angka 6,5394.

    Dengan cara seperti tersebut diperoleh bahwa uap pada tekanan 13 bar dan temperatur 200 0C memiliki entalpi (h) sebesar 2808,0 KJ/Kg dan entropi (s) sebesar 6,5394 KJ/Kg K.

    3. TEMPERATUR - ENTROPI

    3.1. Pengaruh Tekanan Terhadap Titik Didih

    Pada session terdahulu telah dibahas mengenai proses produksi uap panas

    lanjut yang diilustrasikan pada sumbu temperatur - panas. Bila kemudian proses

    tersebut diilustrasikan pada sumbu temperatur - entropi, ternyata pola prosesnya

    sangat identik. Karena itu, pada session ini akan kita coba untuk menelaah

    proses produksi uap panas lanjut dalam sumbu temperatur dan entropi seperti

    terlihat pada gambar .

    Gambar 2 Proses Penguapan Dalam Sumbu Temperatur - Entropi.

  • Simple Inspiring PerformIing Phenomenal 6

    Gambar 2 memperlihatkan perilaku air pada tekanan atmosfir standard yang

    dipanaskan hingga menjadi uap panas lanjut dimana air mulai mendidih pada

    temperatur 100 0C.

    Selanjutnya akan kita amati apa yang terjadi bila air tersebut dipanaskan pada

    tekanan yang lebih tinggi ataupun lebih rendah dari tekanan atmosfir seperti

    diilustrasikan pada gambar dibawah ini:

    Gambar 3 Garis Lengkung Jenuh (Saturation Line)

    Garis A - B - C - D pada gambar , merupakan proses penguapan pada tekanan

    atmosfir standard dimana air mulai mendidih pada temperatur 100 0C. Bila

    proses tersebut dilakukan pada tekanan lebih tinggi dari tekanan atmosfir,

    ternyata pola garis lintasan prosesnya tetap sama hanya air akan mulai mendidih

    pada temperatur lebih tinggi dari 100 0C seperti dinyatakan oleh garis E - F - G -

    H. Sebaliknya bila proses dilaksanakan pada tekanan dibawah tekanan atmosfir,

    pola prosesnya tetap sama hanya air akan mulai mendidih pada temperatur lebih

    rendah dari 100 0C, seperti garis I - J - K - L. Berdasarkan kenyataan yang

    diperoleh dari percobaan tersebut kemudian dapat disimpulkan bahwa ternyata

    ada korelasi antara tekanan dengan titik didih dimana bila tekanan semakin

    rendah, titik didih juga akan semakin rendah dan bila tekanan semakin tinggi,

    maka air juga akan mendidih pada temperatur yang smakin tinggi. Kalau

    percobaan diatas dilakukan untuk variasi tekanan yang cukup banyak, maka

    akan diperoleh garis-garis lintasan proses yang cukup banyak pula.

  • Simple Inspiring PerformIing Phenomenal 7

    Bila kemudian titik-titik jenuh dari garis garis lintasan tersebur dihubungkan satu

    dengan yang lain, maka akan diperoleh sebuah garis lengkung yang disebut

    garis lengkung jenuh (Saturation Line) seperti tampak pada gambar .

    3.2. Derajat Kekeringan Uap (Dryness Fraction)

    Seperti sudah disinggung dimuka bahwa proses perubahan fase dari air menjadi

    uap melalui proses pendidihan tidak berlangsung dengan seketika melainkan

    secara bertahap seperti diilustrasikan oleh gambar.

    Gambar 4 Proses Perubahan Fase

    Karena proses perubahan fase yang berlangsung secara bertahap, maka pada

    kondisi tertentu, fluida berada pada fase campuran dimana sebagian masih cair

    sementara sebagian lagi sudah menjadi uap. Titik A pada gambar , menyatakan

    bahwa kondisi fluida masih 100 % cair didalam keadaan mendidih. Sedang titik

    C menyatakan bahwa kondisi fluida telah 100 % berada dalam fase gas (uap).

    Kondisi fluida diantara titik A dan titik C menyatakan bahwa fluida masih berada

    pada fase campuran antara air dengan uap.

    Konsentrasi campuran tidak sama sepanjang garis A sampai C. Pada titik yang

    makin mendekat ke titik C berarti porsi uapnya semakin banyak sementara porsi

  • Simple Inspiring PerformIing Phenomenal 8

    airnya semakin sedikit. Sebaliknya untuk titik makin dekat ke titik A, berarti

    kandungan air dalam campuran semakin tinggi sedang kandungan uapnya

    semakin rendah.

    Variasi dari kandungan uap atau kandungan air dalam campuran menyatakan

    kualitas dari campuran. Kualitas campuran dapat dinyatakan dengan dua cara

    yaitu dengan menyatakan fraksi uap dalam campuran atau dengan menyatakan

    fraksi air dalam campuran. Bila kita memandang dari sisi uap, maka kita

    menyatakan persentase kandungan uap dalam campuran.

    Kualitas campuran yang dinyatakan dengan cara ini disebut sebagai derajat

    kekeringan (dryness fraction). Sebagai contoh, bila kita ingin menyatakan derajat

    kekeringan uap yang berada pada titik B dalam gambar 3.2.1, maka

    formulasinya adalah :

    %100AC

    ABDF

    dimana DF = derajat kekeringan (dryness fraction).

    Sedangkan derajat kebasahan uap untuk titik yang sama adalah :

    %100AC

    BCWF

    dimana WF = derajat kebasahan (wetness fraction).

    3.3. Titik Kritis

    Seperti telah diutarakan sebelumnya bahwa ada korelasi antara tekanan dengan

    titik didih dimana makin tinggi tekanan, makin tinggi pula titik didih. Dengan

    bantuan tabel uap kita akan mengetahui lebih banyak tentang parameter lain

    dalam kaitannya dengan tekanan dan titik didih tersebut. Untuk itu marilah kita

    simak gambar .

  • Simple Inspiring PerformIing Phenomenal 9

    Gambar 5 Titik Kritis

    Pada gambar diatas terlihat titik didih pada tekanan P1 adalah t1. Volume air

    yang mulai mendidih pada kondisi ini adalah Va dan volume uap jenuhnya adalah

    Vb. Entalpi air yang mulai mendidih adalah ha sedang entalpi uap jenuhnya

    adalah hb.

    Bila sekarang tekanan dinaikkan ke P2, maka air akan mulai mendidih pada

    temperatur t2 yang lebih tinggi dari t1. Volume air dan entalpi air yang mulai

    mendidih pada kondisi baru ini masing-masing adalah Vd dan hd sementara

    volume dan entalpi uap jenuhnya berturut-turut adalah Ve dan he. Dengan

    bantuan tabel uap dapat diketahui, bahwa Vb - Va lebih besar dari Ve - Vd. Begitu

    pula hb - ha lebih besar dari he - hd.

    Dari ilustrasi diatas dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tekanan, semakin

    kecil perbedaan volume, entalpi dan juga entropi antara air yang sedang

    mendidih dengan uap jenuh. Pada suatu titik tertentu (titik C), perbedaan

    volume, entalpi dan juga entropi antara air dengan uap jenuh menjadi nol. Titik

    ini disebut Titik Kritis.

    Untuk air, titik kritis ini berada pada tekanan 221.2 bar, temperatur 374,15 0C dan

    volume 3,17 dm 3/Kg. Proses penguapan yang berlangsung dibawah harga -

    harga tersebut disebut proses penguapan sub kritis (Sub Critical) . Sedang yang

    berlangsung diatas harga - harga tersebut disebut proses penguapan super kritis

    (Super Critical).

  • Simple Inspiring PerformIing Phenomenal 10

    3.4. Luas Daerah Dalam Diagram Ts

    Diagram temperatur - entropi (diagram Ts) sering digunakan sebagai alat untuk

    memecahkan persoalan - persoalan termodinamika dengan cara melukiskan

    proses-proses termodinamika pada diagram Ts seperti contoh dalam gambar .

    Gambar 6 Luas Daerah Dalam Diagram T.s

    Sebagai ilustrasi misalnya kita ingin menghitung berapa besar panas yang harus

    diserap oleh air pendingin untuk mengkondensasikan uap jenuh menjadi air

    pada tekanan dan temperatur konstan (Isobar - Isoterm) ?

    Bila ditampilkan dalam diagram T-s, maka proses tersebut dinyatakan oleh garis

    horizontal BA. Kalau pada titik B dan titik C masing-masing ditarik garis vertikal

    hingga memotong sumbu S, maka akan diperoleh bidang empat persegi panjang

    BC Sc Sb yang sisi panjangnya adalah S dan sisi lebarnya adalah T. Dengan

    demikian berarti luas empat persegi panjang tersebut adalah panjang x lebar

    atau T x S.

    Karena satuan T = 0 K sedang satuan S = KJ/Kg 0 K, maka T x S = 0 K x KJ/Kg 0

    K = KJ/Kg, yang tidak lain adalah satuan panas.

    Dari ilustrasi diatas dapat disimpulkan bahwa energi panas berkenaan dengan

    proses-proses yang digambarkan dalam diagram T-s dapat diketahui dengan

  • Simple Inspiring PerformIing Phenomenal 11

    menghitung luas daerah yang dibentuk oleh lintasan proses-proses dalam

    diagram tersebut.

    4. SIKLUS CARNOT DAN SIKLUS RANKINE SEDERHANA

    Siklus adalah rangkaian beberapa proses. Dalam konteks PLTU, rangkaian proses yang

    terjalin dalam siklus meliputi proses di boiler, turbin, kondensor dan pompa air pengisi

    seperti tampak pada gambar .

    Gambar 7 Komponen Dalam Siklus PLTU

    Adapun rincian prosesnya adalah sebagai berikut :

    Proses di boiler adalah proses isobar - isoterm.

    Proses di turbin adalah proses ekspansi isentropis.

    Proses di kondensor adalah proses isobar - isoterm.

    Proses pompa adalah proses kompresi isentropis.

  • Simple Inspiring PerformIing Phenomenal 12

    Proses - proses tersebut kemudian dirangkai membentuk suatu siklus oleh tuan Carnot dan

    tuan Rankine yang hingga kini dikenal sebagai siklus Carnot dan siklus Rankine.

    Tampilan siklus Carnot dalam diagram T-s terlihat seperti pada gambar 8.

    Gambar 8 Siklus Carnot Sederhana

    Dengan menampilkan siklus dalam diagram T-s, maka kita dapat mencari besarnya input

    kedalam siklus, besarnya output dari siklus atau besarnya kerugian/losses dari siklus

    tersebut. Apabila unsur-unsur tersebut sudah diketahui, maka efisiensi siklus dapat dihitung.

  • Simple Inspiring PerformIing Phenomenal 13

    Adapun unsur - unsur dalam siklus diatas adalah :

    Kalor Masuk (Qin) = h3 h2 Kalor Keluar (Qout) = h4 h1 Kerja Pompa (WP) = h2 h1 Kerja Turbin (WT) = h3 h4 Kerja Netto (Wnet) = Qin Qout = (h3 h2) (h4 h1)

    Atau

    = WT WP = (h3 h4) (h2 h1)

    Dengan demikian maka efisiensi Carnot dapat dihitung :

    output input - losses

    C = x 100 % atau x 100 %

    input input

    T2 (Sb - Sa) - T1 (Sb - Sa)

    = x 100 %

    T2 (Sb - Sa)

    T2 - T1 T1

    = = 1 -

    T2 T2

    Keterangan :

    h = Entalpi (kJ/kg)

    S = Entropi (kJ/kg.K)

    T = Temperatur (K)

    Q = Kalor (kJ/kg)

    W = Kerja (kJ/kg)

    C = Efisiensi Carnot (%)

    Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bila temperatur tertinggi dan terendah dari

    siklus diketahui, maka efisiensi Carnot dapat dihitung dengan relatif mudah. Siklus Carnot

    adalah siklus yang diidealisasikan guna mengetahui efisiensi termal maksimum dari siklus

    secara cepat dan bukan untuk tujuan praktis karena siklus Carnot hampir mustahil untuk

    dapat diimplementasikan.

    Berkenaan dengan hal tersebut, tuan Rankine menciptakan suatu siklus yang lebih

    berorientasi praktis dan memungkinkan untuk mengaplikasikan. Adapun tampilan siklus

    Rankine untuk PLTU seperti gambar , dapat dilihat pada siklus dalam gambar.

  • Simple Inspiring PerformIing Phenomenal 14

    Gambar 9 Siklus Rankine Sederhana

  • Simple Inspiring PerformIing Phenomenal 15

    Unsur - unsur siklus Rankine adalah :

    Adapun unsur - unsur dalam siklus diatas adalah :

    Kalor Masuk (Qin) = h3 h2 Kalor Keluar (Qout) = h4 h1 Kerja Pompa (WP) = h2 h1 Kerja Turbin (WT) = h3 h4 Kerja Bersih (Wnet) = Qin Qout = (h3 h2) (h4 h1)

    atau,

    = WT WP = (h3 h4) (h2 h1)

    Dengan demikian efisiensi Rankine dapat dihitung :

    %100in

    net

    RQ

    W

    %100%10023

    1423

    hh

    hhhh

    Q

    QQ

    in

    outin

    R

    atau

    %100%10023

    1243

    hh

    hhhh

    Q

    WW

    in

    PTR

    dimana : R = efisiensi Rankine

    h = entalpi

    Wnet = Kerja Bersih

    Qin = Kalor Masuk

    Qout = Kalor Keluar

    WT = Kerja Turbin

    WP = Kerja Pompa

    Dengan menggunakan tabel uap, maka semua besaran tersebut dapat diketemukan dan

    selanjutnya efisiensi Rankine dapat dihitung. Sebagai contoh, misalnya tekanan boiler pada

    siklus seperti gambar , adalah 100 bar absolut dan tekanan kondensor = 0,075 bar absolut.

    Hitung efisiensi Rankine.

    Untuk titik 1 ; dengan Tekanan 0,075 bar, dari Tabel Uap Jenuh didapatkan :

    fhh1 168,79 kJ/kg

    fss1 0,5764 kJ/kg.K

    fgs 7,6750 kJ/kg.K

    fgh 2406,0 kJ/kg

    f1 0,00101 m/kg

  • Simple Inspiring PerformIing Phenomenal 16

    Untuk titik 2;

    PWhh 12

    dimana,

    121. PPWP = 0,00101 m/kg (10.000 - 7,5) kPa

    = 10,09 kJ/kg

    2h 168,79 kJ/kg + 10,09 kJ/kg

    = 178,88 kJ/kg

    Untuk titik 3; dengan Tekanan 100 bar, dari Tabel Uap Jenuh didapatkan :

    h3 = hg = 2727,7 kJ/kg

    s3 = sg = 5,6198 kJ/kg.K

    Untuk titik 4;

    s4 = s3 = 5,6198 kJ/kg.K

    ).(14 fghxhh

    dimana,

    fgfg s

    ss

    h

    hhx 1414

    675,06750,7

    5764,06198,5

    4h 168,79 + 0,675.(2406,0)

    = 1792,84 kJ/kg

    Kalor Masuk (Qin) = h3 h2 = 2727,7 178,88 = 2548,82 kJ/kg

    Kalor Keluar (Qout) = h4 h1 = 1792,84 168,79 = 1624,05 kJ/kg

    Kerja Pompa (WP) = h2 h1 = 178,88 168,79 = 10,09 kJ/kg

    Kerja Turbin (WT) = h3 h4 = 2727,7 1792,84 = 924,86 kJ/kg

    Kerja Bersih (Wnet) = Qin Qout = (h3 h2) (h4 h1) = 2548,82 - 1624,05 = 924,77 kJ/kg

  • Simple Inspiring PerformIing Phenomenal 17

    Selanjutnya, dapat dihitung Efisiensi Siklus Rankine :

    %100%10023

    1243

    hh

    hhhh

    Q

    WW

    Q

    W

    in

    PT

    in

    net

    R

    %28,36%10082,2548

    77,924

    5. SIKLUS RANKINE SUPERHEAT DAN SUPERHEAT-REHEAT

    5.1. Siklus Rankine Superheat

    Untuk meningkatkan efisiensi siklus, maka ketel - ketel modern dilengkapi dengan

    pemanas lanjut uap (Superheater) untuk menaikkan tempeartur uap yang keluar dari

    ketel. Dengan cara ini maka kandungan energi panas dalam uap yang akan masuk

    turbin menjadi lebih tinggi. Proses yang terjadi didalam superheater sendiri adalah

    proses kenaikan temperatur melalui penambahan fraksi panas superheat yang

    berlangsung secara Isobar. Adapun tampilan siklus Rankine Superheat dapat dilihat

    gambar .

    a. PLTU Dengan Superheater

  • Simple Inspiring PerformIing Phenomenal 18

    b. Siklus Rankine Dalam Diagram T-s

    Gambar 10 Siklus Rankine Superheat

    Dari gambar , terlihat bahwa unsur-unsur dalam siklus adalah sebagai berikut :

    Kalor Masuk (Qin) = (h4 h3) + (h3 h2) = (h4 h2) Kalor Keluar (Qout) = h5 h1 Kerja Pompa (WP) = h2 h1 Kerja Turbin (WT) = h4 h5 Kerja Bersih (Wnet) = Qin Qout = (h4 h2) (h5 h1)

    atau,

    = WT WP = (h4 h5) (h2 h1)

    Dengan demikian efisiensi Rankine dapat dihitung :

    %100in

    net

    RQ

    W

    %100%10024

    1524

    hh

    hhhh

    Q

    QQ

    in

    outin

    R

    atau

    %100%10024

    1254

    hh

    hhhh

    Q

    WW

    in

    PTR

  • Simple Inspiring PerformIing Phenomenal 19

    Sebagai contoh misalnya tekanan boiler untuk siklus seperti gambar , adalah 100 bar

    absolut. Temperatur uap keluar Superheater = 500 0C dan tekanan kondensor =

    0,075 bar absolut. Berapakah efisiensi Rankine untuk siklus tersebut.

    Untuk menyelesaikan persoalan ini diperlukan bantuan Tabel Uap. Karena titik 4 ada

    diluar garis lengkung jenuh, maka digunakan tabel uap panas lanjut. Untuk tekanan

    100 bar dan temperatur 500 0C, diperoleh :

    Untuk titik 1 ; dengan Tekanan 0,075 bar, dari Tabel Uap Jenuh didapatkan :

    fhh1 168,79 kJ/kg

    fss1 0,5764 kJ/kg.K

    fgs 7,6750 kJ/kg.K

    fgh 2406,0 kJ/kg

    f1 0,00101 m/kg

    Untuk titik 2;

    PWhh 12

    dimana,

    121. PPWP = 0,00101 m/kg (10.000 - 7,5) kPa

    = 10,09 kJ/kg

    2h 168,79 kJ/kg + 10,09 kJ/kg

    = 178,88 kJ/kg

    Untuk titik 3; dengan Tekanan 100 bar, dari Tabel Uap Jenuh didapatkan :

    h3 = hg = 2727,7 kJ/kg

    Untuk titik 4; dengan Tekanan 100 bar dan Temperatur 500 0C dari Tabel Uap Panas

    Lanjut didapatkan :

    h4 = 3374,6 kJ/kg

    s4 = 6,6994 kJ/kg.K

    Untuk titik 5,

    s5 = s4 = 6,6994 kJ/kg.K

    ).(15 fghxhh

    dimana,

    fgfg s

    ss

    h

    hhx 1515

  • Simple Inspiring PerformIing Phenomenal 20

    80,06750,7

    5764,06994,6

    5h 168,79 + 0,80.(2406,0)

    = 2093,59 kJ/kg

    Kalor Masuk (Qin) = h4 h2 = 3374,6 178,88 = 3195,72 kJ/kg

    Kalor Keluar (Qout) = h5 h1 = 2093,59 168,79 = 1924,80 kJ/kg

    Kerja Pompa (WP) = h2 h1 = 178,88 168,79 = 10,09 kJ/kg

    Kerja Turbin (WT) = h4 h5 = 3374,6 2093,59 = 1281,01 kJ/kg

    Kerja Bersih (Wnet) = Qin Qout = (h4 h2) (h5 h1) = 3195,72 1924,80 = 1270,92 kJ/kg

    Selanjutnya, dapat dihitung Efisiensi Siklus Rankine :

    %100%10024

    1245

    hh

    hhhh

    Q

    WW

    Q

    W

    in

    PT

    in

    net

    R

    %77,39%10072,3195

    92,1270

    Dengan demikian terbukti bahwa efisiensi siklus Rankine Superheat lebih tinggi

    dibanding efisiensi siklus Rankine sederhana.

    5.2. Siklus Rankine Superheat-Reheat

    Pada PLTU berkapasitas besar, ternyata pemanas lanjut saja masih kurang

    memenuhi kebutuhan. Untuk itu, selain pemanas lanjut juga dilengkapi dengan

    pemanas ulang uap (Reheater). Pada siklus dengan pemanas ulang, uap dari turbin

    tekanan tinggi dialirkan kembali kedalam elemen pemanas ulang (Reheater) untuk

    dipanaskan lagi dan baru kemudian dialirkan ke turbin tekanan menengah dan turbin

    tekanan rendah. Proses yang berlangsung dalam pemanas ulang sama dengan

  • Simple Inspiring PerformIing Phenomenal 21

    proses yang berlangsung dalam supereheater yaitu pemanasan uap secara isobar.

    Tampilan siklus Rankine Superheat Reheat terlihat seperti gambar .

    a. PLTU Dengan Superheater - Reheater

    b. Diagram TS Siklus Rankine Superheat Reheat.

    Gambar 11 Siklus Rankine Superheat Reheat

  • Simple Inspiring PerformIing Phenomenal 22

    Dari gambar , terlihat bahwa :

    Kalor Masuk (Qin) = (h6 h5) + (h4 h3) + (h3 h2) = (h6 h5) + (h4 h2) Kalor Keluar (Qout) = h7 h1 Kerja Pompa (WP) = h2 h1 Kerja Turbin (WT) = (h4 h5) + (h6 h7) Kerja Bersih (Wnet) = Qin Qout = [(h6 h5) + (h4 h2)] (h7 h1)

    atau,

    = WT WP = [(h4 h5) + (h6 h7)] (h2 h1)

    Dengan demikian efisiensi Rankine dapat dihitung :

    %100in

    net

    RQ

    W

    %100][

    %1002456

    172456

    hhhh

    hhhhhh

    Q

    QQ

    in

    outin

    R

    atau

    %100][

    %1002456

    127654

    hhhh

    hhhhhh

    Q

    WW

    in

    PTR

    Sebagai contoh misalkan siklus seperti gambar , tekanan dan temperatur uap masuk

    turbin tekanan tinggi (T.T) adalah 100 bar dan 500 0C. Tekanan dan temperatur uap

    keluar turbin (TT) adalah 40 bar dan 300 0C yang selanjutkan dialirkan kembali ke

    Reheat. Temperatur uap keluar reheater = 500 0C. Uap tersebut selanjutnya mengalir

    kedalam turbin tekanan menengah dan turbin tekanan rendah untuk akhirnya masuk

    ke kondensor. Tekanan kondensor adalah 0,075 bar absolut. Berapakah efisiensi

    Rankine untuk siklus tersebut ?.

    Untuk menyelesaikan masalah kembali diperlukan Tabel Uap, karena titik 4,5 dan 6

    ada diluar garis lengkung jenuh, maka dipakai tabel uap panas lanjut. Dari tabel

    tersebut untuk tekanan 40 bar dan temperatur 500 0C, diperoleh :

    Untuk titik 1 ; dengan Tekanan 0,075 bar, dari Tabel Uap Jenuh didapatkan :

    fhh1 168,79 kJ/kg

    fss1 0,5764 kJ/kg.K

    fgs 7,6750 kJ/kg.K

    fgh 2406,0 kJ/kg

    f1 0,00101 m/kg

  • Simple Inspiring PerformIing Phenomenal 23

    Untuk titik 2;

    PWhh 12

    dimana,

    121. PPWP = 0,00101 m/kg (10.000 - 7,5) kPa

    = 10,09 kJ/kg

    2h 168,79 kJ/kg + 10,09 kJ/kg

    = 178,88 kJ/kg

    Untuk titik 3; dengan Tekanan 100 bar, dari Tabel Uap Jenuh didapatkan :

    h3 = hg = 2727,7 kJ/kg

    Untuk titik 4; dengan Tekanan 100 bar dan Temperatur 500 0C dari Tabel Uap Panas

    Lanjut, didapatkan :

    h4 = 3374,6 kJ/kg

    s4 = 6,6994 kJ/kg.K

    Untuk titik 5, dengan Tekanan 40 bar dan Temperatur 300 0C dari Tabel Uap Panas

    Lanjut, didapatkan :

    h5 = 2960,7 kJ/kg

    Untuk titik 6; dengan Tekanan 40 bar dan Temperatur 500 0C dari Tabel Uap Panas

    Lanjut, didapatkan :

    h6 = 3445,3 kJ/kg

    s6 = 7,0901 kJ/kg.K

    Untuk titik 7,

    s7 = s7 = 7,0901 kJ/kg.K

    ).(17 fghxhh

    dimana,

    fgfg s

    ss

    h

    hhx 1717

    85,06750,7

    5764,00901,7

    7h 168,79 + 0,85.(2406,0)

    = 2213,89 kJ/kg

  • Simple Inspiring PerformIing Phenomenal 24

    Kalor Masuk (Qin) = (h6 h5) + (h4 h2) = (3445,3 - 2960,7) + (3374,6 178,88)

    = 3680,32 kJ/kg

    Kalor Keluar (Qout) = h7 h1 = 2213,89 168,79 = 2045,10 kJ/kg

    Kerja Pompa (WP) = h2 h1 = 178,88 168,79 = 10,09 kJ/kg

    Kerja Turbin (WT) = (h4 h5) + (h6 h7) = (3374,6 2960,7) + (3445,3 2213,89)

    = 1645,31 kJ/kg

    Kerja Bersih (Wnet) = Qin Qout = WT - WP = 3680,32 2045,10 = 1635,22 kJ/kg

    Selanjutnya, dapat dihitung Efisiensi Siklus Rankine :

    %100

    in

    PT

    in

    net

    RQ

    WW

    Q

    W

    %43,44%10032,3680

    22,1635

    Dengan demikian terbukti lagi bahwa dengan penambahan pemanas ulang, maka

    efisiensi siklus menjadi lebih tinggi lagi. Selain menguntungkan dari sisi efisiensi,

    pemanas ulang juga dapat memperpanjang umur turbin tekanan rendah karena

    kualitas uap bekas pada siklus dengan pemanas ulang menjadi lebih baik.

  • Simple Inspiring PerformIing Phenomenal 25

    6. PERPINDAHAN PANAS

    Seperti diketahui beberapa jenis komponen PLTU bekerja berdasarkan azas

    pemindahan energi panas dari suatu fluida kefluida lain seperti ketel, condenser, heat

    exchanger dan lain sebagainya. Karena itu para operator hendaknya juga memahami

    prinsip-prinsip dasar proses perpindahan panas. Session ini akan membahas prinsip

    dasar proses perpindahan panas secara terbatas beserta penerapannya sesuai

    dengan kebutuhan lingkup tugas operator.

    Gambar 12 Mekanisme Perpindahan Panas

    6.1. Mekanisme Perpindahan Panas.

    Secara umum panas dapat berpindah dari suatu daerah atau benda yang

    bertemperatur lebih tinggi ke daerah atau benda yang bertemperatur lebih rendah.

    Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa panas dapat berpindah apabila ada

    perbedaan tempeatur ( t ). Karena itu dapat disimpulkan bahwa perbedaan

    temperatur ( t ) merupakan potensial pendorong bagi proses perpindahan panas.

    Pada prinsipnya panas dapat berpindah melalui 3 macam mekanisme yaitu radiasi,

    konduksi dan konveksi.

  • Simple Inspiring PerformIing Phenomenal 26

    Gambar 13 Perpindahan Panas Konduksi

    Konduksi: adalah proses perpindahan panas yang berlangsung secara merambat

    atau estafet melalui molekul-molekul benda. Misalnya sebatang logam yang panjang

    salah satu ujungnya dipanaskan. Setelah beberapa lama bila ujung lain disentuh juga

    akan terasa panas.ini berarti panas berpindah dari satu ujung logam keujung lainnya

    secara merambat. Contoh adalah panas yang berpindah dari permukaan bagian luar

    kepermukaan bagian dalam pipa-pipa ketel, condenser dan sebagainya.

    Dari Hukum Hukum Fourier 1822 yang ditemukan oleh Jean Baptiste Joseph Fourier

    (1768-1830) didapatkan Persamaan Konduksi :

    Q = Laju Perpindahan Panas Konduksi (W)

    k = Konduktivitas Thermal (W/m. 0C)

    A = Luas Permukaan (m)

    dT = Perbedaan Temeperatur (0C)

    dx = Ketebalan Material (m)

    Konveksi: adalah proses perpindahan panas yang berlangsung melalui perantaraan

    pergerakan fluida. Jadi molekul-molekul fluida merupakan perantara yang membawa

    panas dari satu tempat ketempat lain.Contoh adalah proses perpindahan panas dari

    gas bekas ke elemen economizer didalam ketel.

    dx

    dTAkQ ..

  • Simple Inspiring PerformIing Phenomenal 27

    Gambar 14 Perpindahan Panas Konveksi

    Laju Perpindahan Panas secara konveksi dapat dihitung dengan menggunakan

    persamaan Perpindahan Panas Konveksi :

    Qkonv = Laju Perpindahan Panas Konveksi (W)

    h = Koefisien Perpindahan Panas Konveksi (W/(m.C))

    A = Luas Permukaan (m)

    T = Perbedaan Temperatur (C)

    Radiasi: adalah proses perpindahan panas melintasi ruang melalui pancaran

    gelombang elektromagnetik dengan kecepatan cahaya dari benda yang bertemperatur

    lebih tinggi ke benda yang bertemperatur rendah. Perpindahan panas secara radiasi

    tidak membutuhkan media perantara sehingga panas tetap dapat berpindah secara

    radiasi meskipun harus melintasi ruang hampa. Contoh adalah proses perpindahan

    panas yang terjadi didalam ruang bakar ( Furnace ) ketel ketika panas dari nyala api

    dipancarkan kedinding ruang bakar ( wall tube ).

    Laju Perpindahan Panas Radiasi dapat dihitung melalui Hukum Stefan-Boltzmann

    (Persamaan Radiasi) :

    Eb = Emisi Energi Benda Hitam (W/m2)

    q = Laju Perpindahan Panas Radiasi (W/m) = Konstanta Stefan-Boltzmann

    = [5,6697 x 10 W/(m2.K4)]

    T = Temperatur (K)

    Q

  • Simple Inspiring PerformIing Phenomenal 28

    Pada prakteknya terkadang sulit memisahkan ketiga mekanisme perpindahan panas

    tersebut,karena seringkali ketiganya berlangsung secara serentak dan bersamaan.

    6.2. Pengaruh Deposit Pada Perpindahan Panas

    Bila pada perrmukaan pemindah panas terjadi deposit, maka proses perpindahan

    panas akan terhambat. Hal ini disebabkan karena deposit merupakan

    hambatan/resistansi terhadap laju aliran panas terutama pada proses perpindahan

    panas konduksi, seperti gb. dibawah.

    Gambar 12 merupakan penampang sebuah pipa dengan deposit dibagian dalam pipa,

    bila pipa dalam keadaan bersih maka hambatan terhadap perpindahan panas hanya

    berupa dinding pipa dengan Resistansi R1 . Manakala terdapat deposit, maka

    hambatan bertambah sesuai ketebalan deposit dengan Resistansi R2 . Kedua

    Resistansi tersebut akan dihubungkan secara seri sehingga Resistansi total menjadai

    R1 + R2 . Akibat bertambahnya Resistansi maka laju aliran panas ( Q ) akan berkurang.

    Disamping itu deposit yang cukup tebal dibagian dalam pipa juga akan mengurangi

    luas permukaanbagian dalam pipa, hal ini berarti akan mengurangi luas penampang

    perpindahan panas sehingga juga akan mengurangi laju aliran panas ( Q ).

    Gambar 15 Tahanan Termal pada Deposit

  • Simple Inspiring PerformIing Phenomenal 29

    Dari persamaan Perpindahan Panas Konduksi :

    Dimana :

    R = Tahanan Thermal (W/ 0C)

    Q = Laju Perpindahan Panas Konduksi (W)

    k = Konduktivitas Thermal (W/m. 0C)

    A = Luas Permukaan (m)

    dT = Perbedaan Temeperatur (0C)

    dx = Ketebalan Material (m)

    Dengan demikian maka segala macam deposit baik bagian dalam maupun bagian luar

    pipa harus diusahakan agar jangan sampai terbentuk. Bila sudah terlanjur terbentuk

    segera lakukan tindakan koreksi atau laporkan kondisi tersebut agar pihak yang lebih

    berwenang dapat melakukan tindakan koreksi.

    dx

    dTAkQ ..

    Ak

    dxR

    .

    R

    dTQ