Bukan Milikmu 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penciptaan Sesungguhnya kesenian sebagai ungkapan rasa keindahan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang universal. Ia tidak hanya menjadi milik orang kaya atau orangyang serba kecukupan, melainkan juga menjadi milik atau kebutuhan semua orang. Seperti pendapat R. Firth (1954), bahwa apabila disbanding dengan ekonomi, kesenian itu dapat dianggap sebagai kemewahan dan seringkali dianggap kebutuhan nomer dua. Akan tetapi nyatanya kesenian itu terdapat di setiap masyarakat, manusia, kapan saja dan dimana saja mereka hidup. 1 Sebagai seniman creator dituntut untuk menciptakan karya baru yang bermutu. Rancangan penciptaan yang diwujudkan dalam suatu bentuk karya ini merupakan hasil kreativitas. Dengan tetap berorientasi pada konsep kreativitas yang dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk mengolah sesuatu yang baru, baik dari sumber yang sudah ada maupun dari hasil imajinasi pencipta. Dalam bidang tehnologi, proses kreatif berakhir dengan sebuah penemuan atau invensi, sedangkan kesenian sebagai cabang kebudayaan, maka kreativitas dan inventivitas saling kait-mengkait dengan pertimbangan etis. 2 Pada dasarnya karya yangdihasilkan merupakan tingkat peradaban yang berlaku dalam sekitar penciptaannya. Seni sendiri merupakan sarana pemenuhan kebutuhan akan kesenangan, meskipun pada perkembangan selanjutnya karya seni tidak lagi merupakan ungkapan estetis, tetapi dari masing-masing individu sang seniman, hasil yang terwujud lebih merupakan ungkapan kreatif dalam suatu masyarakat. 3 1 S. Budisantosa, “Kesenian dan Kebudayaan di Indonesia”, Makalah disampaikan dalam Diskusi Buku, Terbitan perdana STSIPRESS, STSI Surakarta, 1992, p.2. 2 Y. Sumandiyo Hadi, S.S.T., Pengantar Kreativitas Tari, Yogyakarta : Akademi Seni Tari Indonesia, Yogyakata, 1983, p.7. 3 Umar Kayam, Seni Tradisi Masyarakat, Jakarta : Sinar Harapan, 1981. p. 38.
Penata Tari : Lilik Subari, M.Sn. Festival Seni Pertunjukkan Internasional 2006 SMK Negeri 9 Surabaya
BUKAN MILIK……MU!!!!!!!!!
“…….dimanapun tempatnya, jika itu hak milik pasti akan dikejar, walau nyawa taruhannya.
……..Kasih sayang merupakan landasan yang kokoh dalam pertalian dua insan manusia yang sedang memadu kasih.
…….. cinta adalah segala-galanya”.
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Bukan Milikmu
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Penciptaan
Sesungguhnya kesenian sebagai ungkapan rasa keindahan merupakan
salah satu kebutuhan manusia yang universal. Ia tidak hanya menjadi milik orang
kaya atau orangyang serba kecukupan, melainkan juga menjadi milik atau
kebutuhan semua orang. Seperti pendapat R. Firth (1954), bahwa apabila
disbanding dengan ekonomi, kesenian itu dapat dianggap sebagai kemewahan dan
seringkali dianggap kebutuhan nomer dua. Akan tetapi nyatanya kesenian itu
terdapat di setiap masyarakat, manusia, kapan saja dan dimana saja mereka
hidup.1
Sebagai seniman creator dituntut untuk menciptakan karya baru yang
bermutu. Rancangan penciptaan yang diwujudkan dalam suatu bentuk karya ini
merupakan hasil kreativitas. Dengan tetap berorientasi pada konsep kreativitas
yang dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk mengolah sesuatu yang
baru, baik dari sumber yang sudah ada maupun dari hasil imajinasi pencipta.
Dalam bidang tehnologi, proses kreatif berakhir dengan sebuah penemuan atau
invensi, sedangkan kesenian sebagai cabang kebudayaan, maka kreativitas dan
inventivitas saling kait-mengkait dengan pertimbangan etis.2
Pada dasarnya karya yangdihasilkan merupakan tingkat peradaban yang
berlaku dalam sekitar penciptaannya. Seni sendiri merupakan sarana pemenuhan
kebutuhan akan kesenangan, meskipun pada perkembangan selanjutnya karya seni
tidak lagi merupakan ungkapan estetis, tetapi dari masing-masing individu sang
seniman, hasil yang terwujud lebih merupakan ungkapan kreatif dalam suatu
masyarakat.3
1 S. Budisantosa, “Kesenian dan Kebudayaan di Indonesia”, Makalah disampaikan dalam Diskusi
Buku, Terbitan perdana STSIPRESS, STSI Surakarta, 1992, p.2.
2 Y. Sumandiyo Hadi, S.S.T., Pengantar Kreativitas Tari, Yogyakarta : Akademi Seni Tari
Indonesia, Yogyakata, 1983, p.7.
3 Umar Kayam, Seni Tradisi Masyarakat, Jakarta : Sinar Harapan, 1981. p. 38.
Bukan Milikmu
2
Berkaitan dengan nilai-nilai budaya perlu pula dikemukakan pendapat R.
Sieber : “ Penghias kehidupan itu sebagai upaya memperindah atau melengkapi,
dalam arti baik dan mengandung maksud tertentu”.4 Artinya , budaya selalu
melekat pada kehidupan manusia, baik secara individu maupun dengan
masyarakat sekitarnya. Ada dua aspek kesenian yang perlu diperhatikan , yaitu
konteks estetika atau penyajiannya yang mencakup bentuk dan keahlian yang
melahirkan gaya, dan konteks makna yang mencakup pesan dan kaitan lambang-
lambangnya. Dalam rangka kedua konteks itulah pendekatan masalah kesenian
hendaknya dipahami. Tidak mungkin orang bicara kesenian tanpa memperhatikan
bentuk, wujud dan gayanya. Begitu pula tidak mungkin orang bicara soal kesenian
tanpa memperhatikan pesan-pesan yang terkandung secara simbolis, disamping
kegiatan kesenian itu sendiri merupakan perwujudan fungsi dari subsistem
kebudayaan tertentu.
Karya tari bukan milikmu ini dirancang berdasarkan pada cerita siklus Panji
Kudonorowongso yang penuh dengan berbagai bentuk cobaan dalam memadu
kasih, dalam perjalanan hidup, dalam putaran waktu yang silih berganti.
2. Keaslian Penciptaan
Bentuk pengkajian mengacu pada tari tradisi Tari Topeng Dalang
Kedungmonggo Malang. Sebuah tawaran dalam upaya mentransformasikan
gagasan kedalam bentuk visual dibutuhkan perjalanan panjang dalam proses
penciptaannya. Membutuhkan waktu untuk kontemplasi yang pengadaannya tentu
bersamaan dengan pengalaman-pengalaman hidup yang dijalani. Kondisi tawar-
menawar biasa dilihat pada pergulatan estetik antar komponennya seperti adanya
berbagai rangsang yang menjadikan sumber ide tersebut berkembang dan nampak
beragam. Meskipun orisinalitas itu sangat relative, penulis berkeyakinan bahwa
belum ada yang mengangkat dan menggarap karya seperti tersebut diatas,
sehingga rancangan ini merupakan karya seni baru.
4 S. Budisantosa, op. cit., p. 4.
Bukan Milikmu
3
3. Tujuan Penciptaan
Karya tari dengan judul bukan milikmu ditata sebagai symbol ungkapan
aktualisasi diri dalam satu kesatuan aspek kreativitas. Adapun dalam kaitannya
dengan kekaryaan adalah :
a. Karya tari dapat dihayati nilai ungkapnya
b. Dalam penuangan gagasan menemukan berbagai kemungkinan
garap medium
c. Mencari warna baru dalam kehidupan tari
4. Faedah Dan Kegunaan
Isu-isu, berita tentang kesetiaan, kasih sayang dalam kehidupan manusia
sangat kompleks keberadaannya, untuk itu pencipta sangat tertarik untuk
mengangkat ke dalam sebuah karya tari ini. Kehadirannya dalam segala situasi
dan kondisi yang memunculkan daya pikat yang memunculkan sebuah inspirasi.
4.1. Memberikan sebuah bentuk apresiasi
4.2. Membentuk sebuah wacana, dengan melibatkan berbagai aspek seni di
dalamnya.
4.3. Penciptaan ini lebih merupakan suatu bentuk pembelajaran yang dapat
dimanfaatkan untuk memperkaya pengalaman dalam penciptaan karya
seni.
Bukan Milikmu
4
BAB II
KAJIAN SUMBER PENCIPTAAN
Ada beberapa rangsang yang dipakai dalam rancangan penciptaan ini,
yaitu rangsang ideasional, visual dan kinestetik yang dijadikan sebagai sumber
penciptaan dalam rancangan karya ini. Berawal dari membaca buku tentang cerita
panji dalam perbandingan, melihat dan mengamati berbagai bentuk kegiatan
ataupun hiburan di televisi serta lingkungan kehidupan antara laki-laki dan
perempuan. Dari kejadian sehari-hari yang ditangkap, baik lewat pendengaran,
penglihatan, media cetak maupun elektronik, pencipta tergugah lalu munculah
sebuah gagasan untuk merangkum dan mentransformasikan ke dalam sebuah
bentuk karya.
Rangsang ideasional, gerak dirangsang dan dibentuk dengan intensitas
untuk menyampaikan gagasan. Suatu missal, bila gagasan yang dikomunikasikan
adalah perang, maka pilihan gerak terbatas pada gerak yang memberikan kesan
seperti perang. Oleh karena itu gagasan mempunyai konsep lingkaran cahaya
tertentu yang memberikan kerangka kerja untuk menciptakan tari.
Rangsang visual, dari pengamatan gambar visualakan muncul gagasan
latar belakangnya, garis-garisnya baik yang berkesan kuat maupun lemah, wujud,
ritme, tekstur, warna, fungsi kelengkapan, sudutnya yang akan ditransformasikan
ke dalam sebuah karya tari lewat garap mediumnya.
Rangsang kinestetik, tari disusun berdasarkan gerak dan kadangkala gerak
itu sendiri berfungsi sebagai rangsang kinestetis, sehingga dari susunan gerak-
gerak sebab akibat, akan memiliki sebuah gaya, suasana yang akan dikembangkan
untuk membentuk tari. Dalam hal ini gerak tidak dimaksudkan dalam fungsi
komunikatif, kecuali sifat alami yang terdapat pada gerak itu sendiri. Meskipun
tidak berkecenderungan untuk mengalihkan gagasan apapun tetapi itu memiliki
gaya, suasana, teba dinamis, pola atau bentuk dan frase gerak dapat digunakan dan
dikembangkan untuk membentuk tari.
Bukan Milikmu
5
BAB III
LANDASAN PENCIPTAAN
Pencipta mempunyai pemikiran bahwa penanaman nilai kehidupan bisa
disublimasikan pada karya seni, sehingga melalui komunikasi garap mediumnya,
peranan karya tari bukan saja sebagai budaya kreativitas, melainkan mempunyai
konotasi sebagai komunikasi pendidikan religi, nilai estetis. Oleh karena itu karya
tari harus mampu mengungkap isi pengalaman hidup yang bermakna bagi
pengembangan pemenuhan kebutuhan kesejahteraan jiwa yang lebih baik sebagai
transformasi nilai filosofis kehidupan kesenian.
Perwujudan bentuk yang dihasilkan oleh rangkaian gerak dalam aktivitas
tubuh dan ungkapan yang dihadirkan yang bersumber dari dorongan-dorongan
spontanitas yang menyatu dari gambaran jiwa sebagai pancatan kemudian
menghubungkannya ke dalam bentuk akhir sebagai kesatuan antara gerak, pikiran
serta perasaan apapun yang akan diungkapkan ke dalam “ujud” phisik. Dengan
demikian, bentuk dalam segala kaitannya berarti pengaturan. Setiap karya seni
agar mengandung makna, harus tumbuh dari pengalaman batin penciptanya dan
berkembang sejalan dengan mekarnya ide. Wujud yang tampak dari sebuah karya
seni, tumbuh dari gejolak batin yang dilandasi oleh konsepsi-konsepsi yang sejati.
Bentuk seni mewujud berdasarkan akar prinsip yang sama dengan yang melandasi
mewujudnya tingkah laku dan kegiatan hidup manusia.
Pengertian ini menhadirkan dua macam bentuk, pertama, bentuk yang
tidak terikat : bentuk batin, gagasan atau bentuk yang merupakan hasil pengaturan
unsure-unsur pemikiran atau hal-hal yang sifatnya batiniah yang kemudian tampil
sebagai isi tarian. Isi berkepentingan dengan tema atau ide yang hendak
diungkapkan dalam sebuah karya tari. Kedua, adalah bentuk luar yang merupakan
hasil pengaturan dan pelaksanaan elemen-elemen motorik yang teramati. Bentuk
luar berkepentingan dengan bagaimana kita mengolah elemen-elemen gerak dan
menentukan hubungana saling mempengaruhi antar elemen-elemen yang
digunakan.
Bukan Milikmu
6
Aspek bentuk ini meliputi :
a. “wujud” merupakan bentuk sebagai rangkaian gerak.
b. Ragam, sebagai “wujud” yang sudah ditetapkan kedalam perbendaharaan.
c. Kemantapan ekspresi yang menghasilkan kualitas gerak.
d. Aspek komposisi, meliputi pola lantai, repetisi atau pengulangan, rangkaian
gerak, desain kelompok, dinamika.
Gerak tubuh kita mempunyai ukuran besar kecil atau volume. Figure penari yang
bergerak menciptakan desain di dalam ruang dan hubungan timbal-balik antara
gerak dan ruang yang akan membangkitkan corak dan makna tertentu. Besar
kecilnya jangkauan gerak tari ini erat hubungannya dengan perasaan yang dapat
dilihat pada kerangka wujud yang terbentuk oleh hubungan antara anggota-
anggota tubuh, yang berupa garis-garis gerak. Kerangka wujud yang berupa garis-
garis gerak itu sangat berpengaruh pada watak gerak tari, misalnya, gerakan yang
besar dan kuat erat kaitannya dengan ide dan perasaan yang bebas dan terbuka.
Namun hal ini juga belum tentu benar, karena dalam perwujudan ungkapan ide
juga dipengaruhi oleh tehnik. Yaitu suatu cara dan aturan untuk mencapai bentuk
yang sudah ditetapkan yang keduanya merupakan mekanisme di dalam proses
menuju perwujudan ungkap tari dengan jelas. Sebagai alat pencapaian,
pengendalian ataupun mengkoordinasikan tubuh untuk menghasilkan bentuk
sikap dan gerak yang diinginkan.
Ritme menunjukkan sebuah pola hubungan timbal balik atau perbedaan.
Ritme dalam gerak meliputi pengaturan pola-pola gerak yang terdiri dari
serangkaian permulaan, perkembangan dan akhir. Ketiga pola gerak yang
mengarah pada suatu struktur yaitu awal-tengah-akhir, hadir dalam gerak tari
melalui tegangan otot. Dalam setiap gerak ada momen dari penggunaan energi
dan saat rileks atau pengendoran dari ketegangan. Hubungan timbal balik tersebut
merupakan siklus kerja dalam pengaturan bentuk.
Penggabungan gerak menuntut adanya suatu rangkaian gerak-gerak yang
dipakai. Yakni suatu urutan dalam mana satu gerakan mengikuti gerakan yang
lain. Dengan adanya suatu rangkaian dalam penggabungan akan lebih
Bukan Milikmu
7
menegaskan arti maknawi dari suatu peristiwa yang dialaminya, yang
diungkapkan lewat bentuk pola-pola gerak. Kontinyuitas dan keutuhan sebuah
bentuk tari hadir karena adanya suatu rangkaian urutan gerak, yaitu suatu tata
tertib hubungan gerak yang satu dengan gerak yang menyusulnya. Hal ini akan
lebih dapat memberi pengungkapan yang lebih lengkap dan lebih berarti sebagai
suatu ekspresi.
Elemen dinamika merupakan jiwa emosional dari gerak, karena dinamika
merupakan kekuatan dalam yang menyebabkan gerak menjadi hidup dan menarik.
Kekuatan semacam ini meliputi motivasi untuk bergerak, semangat yang
menyala-nyala serta pancaran batin yang membuat sebuah tarian terasa hidup.
Dimana seorang penari hadir secara utuh yaitu jasmaniah dan mental di atas
panggung.
Pencapaian dinamika dapat diwujudkan dengan berbagai macam cara, misalnya
lewat pengaturan level yang diatur sedemikian rupa dari tinggi rendah yang
berkaitan dengan ruang dan seterusnya dapat melahirkan dinamika. Pergantian
tempo dari cepat ke lambat dan sebaliknya yng berkaitan dengan waktu dapat
menimbulkan dinamika.
Gerak sebagai medium pokok tari merupakan idiom garap tari yang
mempunyai prinsip dasar tentang unsur volume, tempo, pola ritmik serta dinamika
yang diungkap melalui pengolahan tubuh sebagai media gerak. Pengolahan
bentuk gerak dengan unsure-unsurnya dalam kualitas tertentu yang secara mantap
dilakukan oleh penari lebih memungkinkan terbentuknya gaya. Gaya adalah sifat
pembawaan tari, menyangkut cara-cara bergerak tertentu yang merupakan ciri
pengenal dari gaya yang bersangkutan. Gaya bukan dihasilkan oleh bentuk
semata, akan tetapi lebih merupakan akibat oleh tehnik laku pembawaan dalam
penyajian. Gaya bisa muncul sebagai diri individu atau berkembang ke dalam
tatanan penyajian secara konsep. Setiap penyajian akan dipengaruhi pula oleh
suasana hati atau gejala kejiwaan dalam diri manusia yang secara inderawi
melekat pada garap mediumnya atau tafsir rasa gerak.
Bukan Milikmu
8
BAB IV
KONSEP KOREOGRAFI
dalam karya ini secara konseptual pencipta berusaha untuk memanfaatkan
segala kemampuan dan pengalaman yang dimiliki. Namun demikian karena sifat
karya yang mengarah pada aktualisasi yang sekaligus mengarah pada kemampuan
jalur profesi yang lebih ditekuni dalam kehidupan kesenian, maka dalam
penciptaan tari yang berjudul bukan milikmu, pada hakekatnya :
a. Pada aspek penuangan gagasan, lebih dititik beratkan pada penafsiran
kehidupan seseorang yang sedang dilanda asmara.
b. Pada aspek struktur, penataan tidak didasarkan pada alur cerita
melainkan pada penuangan garap suasana.
c. Pada aspek garap fisiknya dititikberatkan pada pengolahan rasa gerak
pada ruang dan waktu.
Sebagai landasan kerja proses studio dalam penciptaan karya ini, maka
pencipta memanfaatkan prinsip dasar konsep kreativitas dalam menunjang proses
perwujudan karya. Konsep tersebut antara lain : Pertama, kreativitas sebagai
bentuk kebebasan ungkap dalam penuangan isi dan garap isi untuk menemukan
kebaruan yang segar dalam kehidupan tari. Kedua, komposisi sebagai disiplin
ilmu yang memberi kesempatan analisis terhadap berbagai kemungkinan garap
mediumnya. Ketiga, filsafat mencari hakekat dalam hubungannya antara
kehidupan tari dengan kehidupan realitas yang saling memberi umpan balik.
1. Konsep Dasar
1.1. Tema
Tema yang dimaksud adalah suatu bentuk suasana kehidupan asmara Panji
Kudonorowongso yang sedang kehilangan Dewi Sekartaji. Kesetiaan lebih
merupakan suatu bentuk akibat yang terwujud, yang terbentuk oleh peristiwa
hilangnya Dewi Sekartaji. Rancangan ini berangkat dari penjelajahan sosok Panji
Kudonorowongso dan Dewi Sekartaji yang dianggap sebagai tokoh sentral dalam
garapan. Dari rasa ke-cinta-annya Panji terhadap Sekartaji yang merupakan
Bukan Milikmu
9
tempat segala kelebihan, kecantikan, kelemahlembutan serta merupakan segala-
galanya bagi Panji. Kasih sayang dan kesetiaan Panji merupakan pijakan kuat
untuk mencari dimana Dewi Sekartaji berada.
Dalam penggarapan karya ini kehadiran sosok laki-laki sangat dominant
dalam setiap suasana, yang keberadaannya mewakili berbagai lapisan, sehingga
menjadi sosok sentral yang kehadirannya terus-menerus mengikuti aliran waktu
yang berlangsung dalam urutan suasana.
Dalam penataan alur cerita tidak berpikir pada sebuah cerita-cerita atau
yang ada di dalam buku. Pencipta berkeinginan untuk membuat alur cerita sendiri
dengan berdasar pada penggarapan, penataan suasana melalui gerak dalam ruang
dan waktu.
1.2. Tipe Tari
Penciptaan tari bukan milikmu ini akan digarap dalam bentuk tari
dramatic, artinya bahwa :
“…….gagasan yang dikomunikasikan sangat kuat dan penuh daya pikat,
dinamis dan banyak ketegangan dan dimungkinkan melibatkan konflik antar
orang seorang dalam dirinya atau dengan orang lain. Tari dramatic akan
memusatkan perhatian pada sebuah kejadian atau suasana yang tidak
menggelarkan cerita”.5
Karena tari dramatic terikat dengan emosi dan kejadian dalam
hubungannya dengan manusia, maka karakterisasi merupakan titik perhatian. Pada
prosesnya dibutuhkan kejelian dan sikap hati-hati dalam mempelajari karakter dan
suasana dalam realita serta memahami bagaimana mendramatisasikan isi gerak
tari.
Penekanan isi dalam gerak selalu cenderung memberikan pengaruh
dramatik. Disamping itu juga dalam tari dramatic hampir selalu terdapat hubungan
antar manusia atau antar individu dengan sebuah obyek dan hubungan seperti ini
selalu emotif. Bagaimanapun orientasi hubungan tidak harus berarti secara tegas
antara penari-penari dan batas ruang mereka.
5 Jaqueline Smith, Komposisi Tari, sebuah petunjuk praktis bagi guru, terjemahan Ben Suharto,
Ikalsti, Yogyakarta, 1985, p.27.
Bukan Milikmu
10
1.3. Judul
Bukan milikmu adalah sebuah ungkapan penegasan yang mengandung arti
bahwa sesuatu itu bukan milik orang lain, tetapi milik diri sendiri. Dalam karya
ini, Sekartaji adalah hanya milik Panji meskipun dalam tempat terpisah.
Judul ini dipakai dengan harapan dapat mengangkat ataupun memberi
gambaran tentang tema yang akan disajikan.
1.4. Mode Penyajian
Pilihan model penyajian besar kemungkinannya akan mengarah ke
simbolis representasional. Tarian representative dalam bentuknya banyak
mengandung elemen-elemen realistic yang mudah dipahami. Tarian simbolis,
ekspresi dan komunikasi bergantung pada kemampuan, kekuatan gerak dalam
membangkitkan rangsangan-rangsangan emotif. Pendekatan ini lebih memberikan
tekanan kepada nilai rasa, bukan kepada pengetahuan tentang masalah yang
hendak diungkapkan. Dalam hal ini arti lebih dihayati lewat imajinasi. Misalnya,
kesedihan menimbulkan imaji gerak menekuk, lembut, gerak-gerak kecil, ayunan,
tangan memeras, dan sebagainya.
2. Konsep Penggarapan Koreografi
2.1. Gerak
Berorientasi pada gerak-gerak Tari Topeng Dalang Kedungmonggo
Malang. Namun juga tidak menutup kemungkinan hadirnya beberapa gerak-gerak
baru, yaitu gerak ekspresif yang sesuai dengan tema, pencarian gerak baru yang
tidak berpijak pada sebuah tari tradisi yang sudah ada.
Dalam hal ini tidak berarti semua gerak disebut tari, gerak didalam tari
bukanlah gerak yang realistis, melainkan gerak yang telah diberi bentuk ekspresif
dan estetis. Bentuk ekspresif ialah bentuk yang diungkapkan manusia untuk
dinikmati dengan rasa. Gerak ekspresif adalah gerak yang indah yang dapat
menggetarkan perasaan manusia. Adapun gerak yang indah adalah gerak yang
distilir yang didalamnya mengandung ritme tertentu. Jadi gerak tari dapat
Bukan Milikmu
11
diartikan sebagai ekspresi manusia yang diwujudkan dengan gerak ritmis dan
indah.
2.2. Penari
Pendukung tari bukan milikmu berjumlah enam orang penari putri yang
membawakan karakter putra. Dalam kebutuhan garap koreografinya,