BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai negara kepulauan Indonesia memiliki perairan pantai yang sangat baik karena posisi geografisnya yang strategis serta berpeluang sebagai pusat perdagangan komoditi perikanan. Melihat peluang tersebut, maka diperlukan usaha-usaha untuk meningkatkan sumber daya hayati perairan yang masih rendah produktifitasnya. Pengembangan budidaya rumput laut Gracillaria Sp di Kabupaten Pemalang telah dilaksanakan semenjak tahun 2002. Sentral lokasi pengembangan tersebut adalah di Desa Pesantren, Kecamatan Ulujami. Hal ini disebabkan oleh kondisi geografis dan potensi lahan Desa Pesantren yang dapat mendukung pembudidayaan rumput laut. Letak geografis Desa Pesantren berjarak kurang lebih 1 km dari pantai dan budidaya rumput laut sebagian besar dilakukan di area tambak. Usaha budidaya rumput laut sejalan dengan tujuan di atas mengingat budidaya rumput laut memiliki teknik budidaya yang mudah serta prospek pemasarannya yang bagus. Karya tulis ini menguraikan secara rinci penanganan budidaya rumput laut Gracillaria Sp meliputi : aspek pemilihan lokasi, teknologi metode budidaya, pemeliharaan, perawatan, penanggulangan hama dan penyakit, serta panen dan pasca panen. B. Alasan Pemilihan Judul Karya tulis ini diberi judul “Budidaya Rumput Laut” karena di dalamnya berisi keterangan mengenai pembudidayaan rumput laut secara mendetail, sehingga 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagai negara kepulauan Indonesia memiliki perairan pantai yang
sangat baik karena posisi geografisnya yang strategis serta berpeluang sebagai
pusat perdagangan komoditi perikanan. Melihat peluang tersebut, maka
diperlukan usaha-usaha untuk meningkatkan sumber daya hayati perairan yang
masih rendah produktifitasnya.
Pengembangan budidaya rumput laut Gracillaria Sp di Kabupaten
Pemalang telah dilaksanakan semenjak tahun 2002. Sentral lokasi pengembangan
tersebut adalah di Desa Pesantren, Kecamatan Ulujami. Hal ini disebabkan oleh
kondisi geografis dan potensi lahan Desa Pesantren yang dapat mendukung
pembudidayaan rumput laut. Letak geografis Desa Pesantren berjarak kurang
lebih 1 km dari pantai dan budidaya rumput laut sebagian besar dilakukan di area
tambak. Usaha budidaya rumput laut sejalan dengan tujuan di atas mengingat
budidaya rumput laut memiliki teknik budidaya yang mudah serta prospek
pemasarannya yang bagus.
Karya tulis ini menguraikan secara rinci penanganan budidaya rumput
laut Gracillaria Sp meliputi : aspek pemilihan lokasi, teknologi metode
budidaya, pemeliharaan, perawatan, penanggulangan hama dan penyakit, serta
panen dan pasca panen.
B. Alasan Pemilihan Judul
Karya tulis ini diberi judul “Budidaya Rumput Laut” karena di dalamnya
berisi keterangan mengenai pembudidayaan rumput laut secara mendetail,
sehingga kelak dapat digunakan sebagai pedoman untuk orang-orang yang ingin
merintis usaha budidaya rumput laut.
Penulis juga ingin menunjukkan serta menjelaskan potensi kelautan yang
dimiliki oleh Kabupaten Pemalang sehingga kelak banyak masyarakat yang
mengetahui pelaksanaan budidaya rumput laut di Desa Pesantren, Kecamatan
Ulujami, Kabupaten Pemalang dan mau ikut serta untuk mendukung atau terlibat
secara langsung dalam kegiatan budidaya rumput laut tersebut.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka susunan rumusan
masalah yang diperoleh adalah sebagai berikut :
1. Apa sajakah jenis rumput laut potensial yang dapat dibudidayakan?
2. Apa saja teknik budidaya rumput laut yang biasa digunakan?
3. Bagaimana proses panen dan pasca panen dalam budidaya rumput laut?
4. Bagaimanakah cara manajemen budidaya rumput laut yang baik?
1
D. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan karya tulis ini adalah :
1. Menjelaskan jenis rumput laut potensial.
2. Menjelaskan teknik budidaya rumput laut.
3. Menjelaskan proses panen dan pasca panen rumput laut.
4. Menjelaskan manajemen budidaya rumput laut.
E. Manfaat Penulisan
Dalam karya tulis ini dapat diambil manfaat sebagai berikut :
1. Menambah pengetahuan pembaca tentang budidaya rumput laut.
2. Mengetahui jenis rumput laut potensial.
3. Mengetahui teknik budidaya rumput laut.
4. Mengetahui proses panen dan pasca panen rumput laut serta memahami
manajemen budidaya rumput laut.
F. Metode Penulisan
Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis menggunakan metode :
a. Metode Interview
Yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara mengadakan tanya jawab langsung dengan Bapak C. Handoyo
selaku sekretaris kelompok pembudidaya rumput laut ’Rumput
Mulyo’.
b. Metode Observasi
Yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara mengadakan pengamatan secara langsung di lokasi budidaya
rumput laut Desa Pesantren, Kecamatan Ulujami, Kabupaten
Pemalang.
c. Metode Kepustakaan
Yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara membaca buku dan artikel yang berkaitan dengan budidaya
rumput laut.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memberi gambaran secara singkat tentang isi karya tulis ini, maka
penulis menyusun karya tulis ini dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I, Pendahuluan
Berisi latar belakang masalah, alasan pemilihan judul,
rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan,
metode penulisan dan sistematika penulisan.
2
BAB II, Rumput Laut Potensial
Berisi keterangan mengenai jenis rumput laut potensial
beserta kandungan dan manfaat dari unsur-unsur yang
ada di dalam rumput laut.
BAB III, Teknik Budidaya Rumput Laut
Mengenai faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam
pemilihan lokasi pembudidayaan rumput laut beserta
keterangan mengenai teknik budidaya rumput laut
yang sering digunakan oleh para pembudidaya rumput
laut.
BAB IV, Panen dan Pasca Panen
Menjelaskan proses pembibitan, penanaman,
pemupukan dan pemanenan rumput laut beserta hal-
hal yang sebaiknya dilakukan selama proses tersebut.
BAB V, Manajemen Budidaya Rumput Laut
Berisi keterangan mengenai teknik sampling dan
manajemen budidaya rumput laut berupa teknik
pemeliharaan rumput laut serta penjelasan tentang
hama dan penyakit yang biasa menyerang rumput laut.
BAB VI, Penutup
Berisi simpulan dan saran.
3
BAB II
RUMPUT LAUT POTENSIAL
A. Rumput Laut
Rumput laut (seaweeds) atau yang biasa juga disebut ganggang (latin:
algae) terdiri dari empat kelas, yaitu:
1. Rhodophyceae (ganggang merah)
2. Phaeophyceae (ganggang cokelat)
3. Chlorophyceae (ganggang hijau)
4. Cyanophyceae (ganggang hijau-biru)
B. Kandungan Rumput Laut
Rumput laut yang banyak dimanfaatkan adalah dari jenis ganggang merah
(Rhodophyceae) karena mengandung agar - agar, keraginan, porpiran, furcelaran
maupun pigmen fikobilin (terdiri dari fikoeretrin dan fikosianin) yang merupakan
cadangan makanan yang mengandung banyak karbohidrat. Tetapi ada juga yang
memanfaatkan jenis ganggang coklat (Phaeophyceae). Ganggang coklat ini banyak
mengandung pigmen klorofil, beta karoten, violasantin dan fukosantin, pirenoid,
dan lembaran fotosintesa (filakoid). Selain itu ganggang coklat juga mengandung
cadangan makanan berupa laminarin, selulose, dan algin. Selain bahan - bahan
tadi, ganggang merah dan coklat banyak mengandung yodium.
C. Jenis Rumput Laut Potensial
Rumput laut potensial yang dimaksud di sini adalah jenis-jenis rumput laut
yang sudah diketahui dapat digunakan di berbagai industri sebagai sumber karagin,
agar-agar dan alginat. Karaginofit adalah rumput laut yang mengandung bahan
utama polisakarida karagin, agarofit adalah rumput laut yang mengandung bahan
utama polisakarida agar-agar dan keduanya merupakan rumput laut merah
(Rhodophyceae). Alginofit adalah rumput laut coklat (Phaeophyceae) yang
mengandung bahan utama polisakarida alginat.
1. Karaginofit
Rumput laut yang mengandung karaginan adalah dari marga
Eucheuma. Karaginan ada tiga macam, yaitu iota karaginan dikenal dengan
tipe spinosum, kappa karaginan dikenal dengan tipe cottonii dan lambda
karaginan. Ketiga macam karaginan ini dibedakan karena sifat jeli yang
terbentuk. Iota karaginan berupa jeli lembut dan fleksibel atau lunak.
Kappa karaginan jeli bersifat kaku dan getas serta keras, sedangkan lambda
karaginan tidak dapat membentuk jeli, tetapi berbentuk cair.
4
a. Jenis Potensial
E. cottonii dan E. spinosum merupakan rumput laut yang
secara luas diperdagangkan, baik untuk keperluan bahan baku
industri di dalam negeri maupun untuk ekspor. Sedangkan E. edule
dan Hypnea sp. hanya sedikit sekali diperdagangkan dan tidak
dikembangkan dalam usaha budidaya. Hypnea biasanya
dimanfaatkan oleh industri, sebaliknya E. cottonii dan E. spinosum
dibudidayakan oleh masyarakat pantai. Dari kedua jenis tersebut E.
cottonii yang paling banyak dibudidayakan karena permintaan
pasarnya sangat besar. Jenis lainnya Chondrus sp., Gigartina sp.
dan Iridaea sp. tidak dapat ditemukan di Indonesia.
b. Wilayah Pengembangan
Rumput laut Eucheuma di Indonesia umumnya tumbuh di
perairan yang mempunyai terumbu karang. la melekat pada substrat
karang mati atau kulit kerang dan batu gamping di daerah intertidal
dan subtidal. Rumput laut dari jenis ini tersebar hampir diseluruh
perairan Indonesia.
2. Agarofit
Agarofit adalah jenis rumput laut penghasil agar. Jenis-jenis rumput
laut tersebut adalah Gracilaria sp. Gelidium sp. dan Gelidiella sp. Agar-
agar merupakan senyawa kompleks polisakarida yang dapat membentuk
jeli. Kualitas agar-agar dapat ditingkatkan dengan suatu proses pemurnian
yaitu membuang kandungan sulfatnya. Produk ini dikenal dengan nama
agarose. Kualitas agar-agar yang berasal dari Gelidium/Gelidiella lebih
tinggi dibanding dari Gracilaria. Dalam skala industri agar-agar dari
Gelidium mutunya dapat ditingkatkan menjadi agarose, tetapi Gracilaria
masih dalam skala laboratorium.
a. Jenis Potensial
Jenis yang dikembangkan secara luas baru Gracilaria sp. Di
Indonesia, Gracilaria umumnya dibudidayakan di tambak. Jenis ini
mempunyai thallus berwarna merah ungu dan kadang-kadang
berwarna kelabu kehijauan dengan percabangan alternate atau
dichotomy, perulangan lateral berbentuk silindris, meruncing di
ujung dan mencapai tinggi 1-3 cm serta berdiameter 0,5-2 mm.
b. Wilayah Pengembangan
Gracilaria sp. banyak dibudidayakan, di perairan Sulawesi
Selatan (Jeneponto, Takalar, Sinjai, Wajo, Paloppo, Bone, Maros);
Lombok Barat dan Pantai Utara Jawa (Serang, Tangerang, Bekasi,
Karawang, Brebes, Pemalang, Tuban, dan Lamongan). Gracilaria
yang dipanen langsung dari alam kualitasnya kurang baik karena
tercampur dengan jenis lain. Gelidium sp. belum dibudidayakan
karena seluruh produksi Gelidium dihasilkan dari alam.
5
3. Alginofit
Alginofit adalah jenis rumput laut penghasil alginat. Jenis rumput
laut coklat penghasil alginat tersebut adalah Sargasssum sp., Turbinaria
sp., Laminaria sp., Ascophyllum sp., dan Macrocystis sp.
a. Jenis Potensial
Di Indonesia, Sargassum sp. dan Turbinaria sp. merupakan
satu-satunya sumber alginat. Kandungan alginat dalam kedua
rumput laut coklat tersebut relatif tergolong rendah, sehingga secara
ekonomis kurang menguntungkan. Sargassum sp. dan Turbinaria
sp. Belum dibudidayakan di Indonesia, permintaan Sargassum sp.
masih sangat terbatas.
Di dunia, Sargassum sp. ada sekitar 400 spesies; sedangkan
di Indonesia dikenal ada 12 jenis yaitu : Sargassum duplicatum,