Budidaya Ikan Hias Mandarin i Penanggung Jawab : Ir. Nono Hartanto, M.Aq Dewan Redaksi : Djafar Sidik, S.E. Ir. Doortje A. Horhoruw, M.Si Heru Salamet, M.Si Redaksi Pelaksana : Akhmad Sururi, S.Pi Rusli Raiba, M.Si Sampul Depan : Akhmad Sururi, S.Pi Penerbit : Program Pengembangan Sumberdaya Perikanan Balai Budidaya Laut Ambon Tahun Anggaran 2014 Alamat Redaksi : Balai Budidaya Laut Ambon Jln. Leo Wattimena Waiheru Ambon Telp. : (0911) 362047- 361616 Fax. : (0911) 362047 Email : [email protected]KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya berkat dan karuniaNya, maka penyusunan Buku Budidaya Ikan Hias Mandarin dapat diselesaikan. Buku Budidaya Ikan Hias Mandarin ini merupakan buku ke-2 dari seri penulisan buku ikan hias laut budidaya oleh Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon di tahun 2014. Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon berupaya keras untuk menerbitkan buku budidaya ikan hias Mandarin ini dalam rangka memperkenalkan ikan Mandarin sebagai salah satu species endemik Kepulauan Banda Maluku yang telah dapat dibudidayakan secara berkesinambungan dan mengisi kekurangan/ kelangkaan referensi atau pustaka tentang ikan hias Mandarin di Indonesia. Buku ini dibuat berdasarkan pengalaman praktis yang berhasil para penulisnya selama lebih kurang 4 tahun bergelut dengan usaha pengembangan dan pendayagunaan ikan hias laut Mandarin secara terpadu di Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon, mulai dari kegiatan domestikasi induk, pemijahan, pembesaran dan bahkan pemasarannya. Harapan kami dengan adanya buku Budidaya Ikan Hias Mandarin ini dapat memperkaya khasanah pustaka ikan hias laut Indonesia dan dapat memberikan sumbangsih positif berupa dijadikannya buku ini sebagai acuan atau petunjuk teknis dalam usaha budidaya ikan Mandarin oleh masyarakat pembudidaya ikan hias laut Indonesia Disadari dalam penulisan buku ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu sangat diharapkan saran dan atau kritik yang membangun untuk kesempurnaan penulisan buku ini. Ambon, Juli 2014 Kepala Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon Ir. Nono Hartanto, M.Aq NIP. 19691123 199403 1 004 ISBN :...................... Budidaya Ikan Hias Mandarin Seri Budidaya Laut No : 06
111
Embed
Budidaya Ikan Hias Mandarin ISBN - bpblambon-kkp.orgbpblambon-kkp.org/wp-content/uploads/2016/09/buku-mandarinfish.pdf · keras untuk menerbitkan buku budidaya ikan hias Mandarin
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Budidaya Ikan Hias Mandarin
i
Penanggung Jawab :
Ir. Nono Hartanto, M.Aq
Dewan Redaksi : Djafar Sidik, S.E.
Ir. Doortje A. Horhoruw, M.Si Heru Salamet, M.Si
Redaksi Pelaksana : Akhmad Sururi, S.Pi
Rusli Raiba, M.Si
Sampul Depan : Akhmad Sururi, S.Pi
Penerbit :
Program Pengembangan Sumberdaya Perikanan
Balai Budidaya Laut Ambon Tahun Anggaran 2014
Alamat Redaksi :
Balai Budidaya Laut Ambon Jln. Leo Wattimena Waiheru
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya berkat dan karuniaNya, maka penyusunan Buku Budidaya Ikan Hias Mandarin dapat diselesaikan.
Buku Budidaya Ikan Hias Mandarin ini merupakan buku ke-2 dari seri penulisan buku ikan hias laut budidaya oleh Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon di tahun 2014.
Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon berupaya keras untuk menerbitkan buku budidaya ikan hias Mandarin ini dalam rangka memperkenalkan ikan Mandarin sebagai salah satu species endemik Kepulauan Banda Maluku yang telah dapat dibudidayakan secara berkesinambungan dan mengisi kekurangan/ kelangkaan referensi atau pustaka tentang ikan hias Mandarin di Indonesia. Buku ini dibuat berdasarkan pengalaman praktis yang berhasil para penulisnya selama lebih kurang 4 tahun bergelut dengan usaha pengembangan dan pendayagunaan ikan hias laut Mandarin secara terpadu di Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon, mulai dari kegiatan domestikasi induk, pemijahan, pembesaran dan bahkan pemasarannya.
Harapan kami dengan adanya buku Budidaya Ikan Hias Mandarin ini dapat memperkaya khasanah pustaka ikan hias laut Indonesia dan dapat memberikan sumbangsih positif berupa dijadikannya buku ini sebagai acuan atau petunjuk teknis dalam usaha budidaya ikan Mandarin oleh masyarakat pembudidaya ikan hias laut Indonesia
Disadari dalam penulisan buku ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu sangat diharapkan saran dan atau kritik yang membangun untuk kesempurnaan penulisan buku ini.
Ambon, Juli 2014
Kepala Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon
Ir. Nono Hartanto, M.Aq
NIP. 19691123 199403 1 004
ISBN :......................
Budidaya Ikan Hias Mandarin Seri Budidaya Laut No : 06
Budidaya Ikan Hias Mandarin
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................... i
Daftar Isi ......................................................................................................... ii
Daftar Gambar ................................................................................................ v
Daftar Tabel .................................................................................................... vi
Bab I. Pendahuluan ................................................................................... 1
Bab II. Biologi .............................................................................................. 4
Berdasarkan analisis ususnya, ikan Mandarin memiliki pakan campuran
yang terdiri dari jenis copepoda, cacing, gastropoda kecil, amphipoda, telur ikan
dan ostracoda. Di alam, ikan ini makan terus-menerus selama siang hari, ikan
mematuk selektif pada mangsa kecil pada substrat karang.
Selain dari pada itu, mereka memakan udang kecil, seperti amphipoda dan
isopoda, cacing kecil dan protozoa di dasar perairan. Makanan ini banyak tumbuh
pada karang maupun bebatuan. Pada pemeliharaan di aquarium pakan sulit
dipersiapkan, sehingga sangat sulit mempertahankan kehidupannya. Ikan
Mandarin memiliki mulut yang kecil, sehingga hanya memakan makanan yang
kecil.
Meskipun sangat populer dalam perdagangan akuarium, ikan Mandarin
dianggap sulit untuk dipelihara di aquarium, karena kebiasaan makan mereka
sangat spesifik dan kurang reaktif (lambat) terhadap pakan. Beberapa ikan tidak
pernah beradaptasi dengan kehidupan akuarium, ia menolak untuk makan apa
pun kecuali amphipods hidup dan copepoda.
2.6. Tingkah laku
Ikan Mandarin pergerakannya lamban, pemalu dan kebanyakan pasif.
Mereka kelihatan lucu, sirip dada biasanya dipergunakan untuk merayap di dasar.
Ikan Mandarin biasa dijumpai dalam kelompok atau berpasangan di bebatuan
karang. Dalam lingkungan pemeliharaan ikan Mandarin agak kurang bisa
bertoleransi. Dua ikan jantan tidak akan bisa hidup bersama di dalam aquarium
karena mereka mempunyai sifat yang agresif menyerang diantara mereka. Selama
cahaya terang ikan Mandarin bergerak menuju batu karang untuk berlindung.
Ikan Mandarin akan mengeluarkan lendir yang berbau tidak mengenakan
dan rasanya pahit. Mereka juga mempunyai lapisan pada kulitnya yang
memproduksi dan mengeluarkan racun. Sekresi tersebut digunakan untuk
Budidaya Ikan Hias Mandarin
8
menjauhkan dirinya dari predator atau pesaing lainnya. Perbedaan yang jelas
diantara garis-garis warna tidak diketahui penyebabnya. Namun, itu mungkin ada
hubungannya dengan makanan dan pemijahan atau mungkin sebuah signal
peringatan.
2.7. Reproduksi
Ikan Mandarin bukan termasuk jenis ikan hermaprodit, tetapi mempunyai
jenis kelamin yang berbeda sejak kecil. Ikan ini kadang hidup berpasangan, tetapi
dijumpai juga jumlah betina lebih banyak dari jantan dalam satu kelompok. Ikan
betina lebih menyukai jantan yang besar. Dari pengamatan di aquarium ikan
jantan memijah dengan lebih dari satu betina di sore hari. Pada aquarium kecil
sebaiknya dipelihara 1 jantan dan 1 betina agar menghasilkan hasil yang baik. Ikan
ini akan lebih tidak toleran terhadap jenis kelamin yang sama.
Untuk membedakan jenis kelamin ikan Mandarin dapat dilakukan dengan
beberapa cara, seperti melihat sirip punggungnya, dimana ikan jantan mempunyai
duri sirip punggung yang lebih panjang dibandingkan dengan yang betina.
Beberapa spesies memperlihatkan warna yang berbeda terutama pada tulang
sirip punggungnya, ikan jantan mempunyai sirip punggung oranye sedangkan yang
betina berwarna lebih gelap.
Dalam penjodohan di aquarium kecil (20 gallon) sebaiknya dipasangkan
satu jantan dan satu betina. Namun untuk aquarium yang lebih besar (200 galon
dapat dipasangkan 2 jantan dan 4 betina agar bisa memijah dalam waktu yang
lama dan menciptakan situasi mirip di alam. Untuk aquarium sekitar 10 gallon
sebaiknya dirancang agak tinggi untuk tujuan pemijahan.
Pemijahan terjadi di sekitar karang dimana terdapat kelompok kecil jantan
dan betina bersama-sama sepanjang malam. Pemijahan terjadi ketika jantan dan
betina mengeluarkan sperma dan telur setelah mencari pasangannya dan naik
sekitar satu meter diatas permukaan karang. Setiap ikan betina hanya sekali
memijah setiap malam dan tidak memijah lagi untuk beberapa hari. Terdapat
Budidaya Ikan Hias Mandarin
9
kompetisi diantara ikan jantan dan yang menang akan melakukan pemijahan. Ikan
jantan yang paling besar dan yang kuat melakukan pemijahan lebih sering karena
ikan betina lebih memilihnya. Sepasang ikan Mandarin akan naik ke permukaan
dan bersentuhan diantara keduanya dimana telur dan sperma keluar secara
bersamaan pada saat pemijahan.
Ikan Mandarin memijah di permukaan. Pembuahan terjadi bila antara
jantan dan betina berada pada jarak yang paling dekat saat berenang ke atas.
Pemijahan terjadi seminggu sekali dengan sekitar 200 telur yang dikeluarkan.
Pemijahan terjadi untuk beberapa bulan. Ikan Mandarin memijah sepanjang
tahun. Populasinya akan meningkat dua kali lipat kurang dari 15 bulan.
Di alam ikan Mandarin memijah pada saat matahari terbenam. Ikan jantan
akan mencari ikan betina. Ikan betina yang terpilih akan naik bersamaan ke
permukaan dan melakukan pemijahan. Sedangkan di aquarium, prosesnya diawali
satu jam sebelum matahari terbenam. Ikan jantan akan mendekati ikan betina.
Ikan jantan selalu berada di depan ikan betina dan berenang beriringan sambil
mengembangan siripnya. Jika sore telah tiba, ikan betina yang telah siap maka
ikan jantan akan berenang mendekati ikan betina tersebut sambil mengipaskan
siripnya. Selanjutnya jika ikan betina menerima maka secara berpasangan akan
berenang ke atas dan dengan saling berhadapan maka akan terjadi pemijahan.
Setelah terjadi pemijahan pasangan ini turun kembali ke dasar dengan jantan
terus mengikuti betina, dengan proses yang sama akan terjadi pemijahan
berikutnya sampai benar-benar cahaya tidak ada.
Telurnya berukuran kecil, sekitar 1 mm. Dalam satu kali pemijahan dapat
mengeluarkan telur lebih dari 600 butir. Telur terapung dipermukaan air. Tidak
begitu terlihat butiran minyak pada kuning telurnya. Telur akan menetas setelah
12-16 jam setelah pembuahan pada suhu 28°C. Ukuran larva sekitar 2 mm.
Telur ikan Mandarin mudah rusak jika terkena arus yang kuat atau
gangguan lainnya. Telur dapat dipindahkan ke tempat lain dengan menggunakan
serokan telur atau pipet dari permukaan air.
Budidaya Ikan Hias Mandarin
10
Ukuran diameter telur antara 0.7 sampai 0.8 mm, tidak berwarna, seperti
spiral, dan mengapung. Telur pertama kali menempel satu sama lain dan
kemudian perlajhan-lahan memisah menjadi bagian yang kecil.
Penetasan telur dilakukan pada wadah yang besar untuk mempertahankan
kestabilan suhu. Air penetasan telur hendaknya telah disterilisasi atau dapat juga
berasal dari air bak pemijahan. Ikan Mandarin memiliki waktu inkubasi yang tidak
lama atau sekitar 12 jam setelah pembuahan, larvanya kecil dan berkembang
sangat cepat. Setelah menetas larva akan menyebar di kolom air.
2.8. Perkembangan Larva
Pakan pertama diberikan 2-4 hari setelah pemijahan. Pemeliharaan awal
larva sebaiknya menggunakan sistem green water dengan fitoplanton dari jenis
Nannochloropsus, Nannochloris, Tetraselmis atau Isocrysis. Zooplankton yang
diberikan hendaknya Rotifera type SS dan Nouplii Copepoda. Naupli copepode
adalah pakan yang baik diberikan. Nauplii Copepoda yang dipergunakan dari jenis
Copepoda Calanoid.
Matanya menjadi berpigmen dan mulutnya berkembang baik setelah 36
jam dari pembuahan. Semasa periode planktonis biasanya terjadi 8 sampai 11
hari, ekor mulai terbentuk, tulang keras sirip dada terlihat dan badan menjadi
bulat. Mada periode ini larva aktive dan makan. Setelah 12 sampai 14 hari,
dimana masuk pada periode penempelan, juvenil terlihat seperti ikan dewasa
dengan kepala yang besar dan badanya membentuk segitiga. Pada hari ke 18
sampai 21 tubuhnya lebih gelap sampai coklat oranye dengan garis hijau pada
sirip punggung mulai terlihat. Warna dewasa tidak berkembang sampai pada
bulan kedua ketika panjangnya telah mencapai 10-15 mm. Gelembung renang
berkembang setelah dewasa.
Budidaya Ikan Hias Mandarin
11
2.9. Ukuran Dan Umur
Ikan Mandarin termasuk jenis ikan yang berukuran kecil karena hanya
mempunyai panjang total 6,0 cm.Ukuran ikan jantan lebih besar dibandingkan
dengan yang betina. Di alam bebas ikan Mandarin hidup selama 10 hingga 15
tahun. Di tempat pemeliharaan aquarium masa hidupnya lebih pendek yang
disebabkan karena ketidaksesuain kebutuhan pakan. Rata-rata ikan Mandarin
hidup dalam lingkungan pemeliharaan antara 2-4 tahun .
DAFTAR PUSTAKA
Baensch, H.A. and H. Debelius 1997 Meerwasser atlas. Mergus Verlag GmbH, Postfach 86, 49302, Melle, Germany. 1216 p. 3rd edition.
Delbeek, C. 1989. The Mandarin Fish: Synchiropus splendidus. Seascope.
Lieske, E. and R. Myers 1994 Collins Pocket Guide. Coral reef fishes. Indo-Pacific & Caribbean including the Red Sea. Haper Collins Publishers, 400 p.
Mai, W. 2000 Nachzucht des Mandarinfisches gelungen. Datz 53(7):8-9.
Randall, J.E., G.R. Allen and R.C. Steene 1990 Fishes of the Great Barrier Reef and Coral Sea. University of Hawaii Press, Honolulu, Hawaii. 506 p.
Randall, J., A. G.R, S. R.C. 1990. "Fishbase" (On-line).
Sadovy, Y., J. Randall, M. Raotto. 2004. Skin structure in six dragonet species (Gobiesociformes; Callionymidae): interspecific differences in glandular cell types and mucus secretion.. Journal of Fish Biology, 66: 1411-1418.
Sadovy, Y., G. Mitcheson, M. Rasotto. 2001. Early development of the ikan Mandarin, Synchiropus splendidu (Callionymidae), with notes on its fishery and potential for culture.. Aquarium Sciences and Conservation, 3: 253-263.
Sale, P. 2002. Coral Reef Fishes : dynamics and diversity in a complex ecosystem. San Diego, CA: Academic Press.
Oleh : Heru Salamet, Erdy A. Basir dan Akhmad Sururi
Ikan Mandarin, saat ini merupakan salah satu ikan hias yang banyak di
diminati, sampai saat ini untuk ikan hias laut masih mengandalkan penangkapan
di alam, kendala ketersediaan benih ikan Mandarin dari suatu unit pembenihan
merupakan alternatif yang paling tepat. Tepat tidaknya dalam pemilihan lokasi
merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan kegiatan pembenihan.
Serangkaian kegiatan untuk memproduksi benih melalui beberapa
perlakuan sampai dihasilkan benih ikan Mandarin Kegiatan pembenihan ikan
Mandarin seperti juga kegiatan pembenihan ikan laut lainnya. Namun tanpa
didukung oleh pemlihan lokasi yang tepat maka kegiatan tersebut tidak akan ada
artinya. Rancang bangun prasarana pembenihan seperti bak tandon, filterisasi air,
pompa dan sebagainya akan dapat lebih sederhana dan dapat menekan biaya
dalam usaha pembangunan pembenihan apabila faktor sudah dipenuhi
3.1. Faktor Teknis
Merupakan kegiatan pembenihan ikan Mandarin dan berhubungan
langsung dengan aspek teknis, seperti sumber air laut, dasar perairan dan pasang
surut yang harus memenuhi persyaratan yang ditentukan.
3.1.1. Sumber air dan dasar perairan
Keberhasilan pembenihan ditentukan oleh kualitas dan kuantitas air.
Lokasi pengambilan air laut yang yang baik umumnya pada perairan pantai
dengan dasar perairan pasir atau berkarang yang secara visual jernih
danbersih sepanjang tahun. Sedangkan pada jenis pantai yang berlumpur
memiliki air yang keruh dan cenderung bersifat asam oleh karena itu perlu
dihindari.
Budidaya Ikan Hias Mandarin
14
Untuk benar-benar memastikan kualitas air yang baik maka perlu
dilakukan pemeriksaan parameter kimia dan biologi, akan tetapi kejernihan
air laut setidaknya cukup menduga secara fisik air yang baik walaupun
perairan belum tentu memberikan jaminan kualitas air yang baik.
Dalam pemilihan lokasi pembenihan ikan Mandarin yang perlu
diperhatikan beberapa parameter kimia antara lain Oksigen terlarut,
salinitas, pH, BOD, COD, Amoniak, Nitrit, Nitrat, Logam berat serta bahan-
bahan polutan, kecerahan, kekeruhan, suhu, warna, bau dan kepadatan
tersuspensi, sementara untuk parameter biologi perairan yang menjadi
pertimbangan adalah kesuburan perairan yang meliputi kelimpahan dan
keragaman fitoplankton dan zooplankton, keberadaan mikroorganisme
pathogen dan biologi lain yang ada diperairan. Adapun baku mutu air laut
untuk biota laut dapat dilihat di Tabel di bawah ini
Tabel 1. Baku mutu air laut untuk biota laut
No Parameter Satuan Baku Mutu
Metode Analisa Diperbolehkan Diinginkan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) A. FISIKA 1 Warna Cu, Color unit ≤ 50 ≤ 30 Kolorimetrik/
Spektrofotometrik 2 Bau Alami Nihil Organoleptik 3 Kecerahan Meter 3 5 Visual 4 Kekeruhan Nephelometri
c Turbidy Unit C 30 ≤ 5 Nephelometric/
Helige turbidimetrik
5 Padat tersuspensi
Mb/l ≤ 80 ≤ 25 Penimbangan
6 Benda terapung
- Nihil Nihil Visual
7 Lapisan Minyak - Nihil Nihil Vsual 8 Suhu 0c Alami Alami Pemuaian B. KIMIA 1 pH - 6-9 6.5-8.5 Elektrometrik 2 Salinitas 0/00 ± 10 % Alami Alami Konduktivitimetrik/
Serapan Atom - Seng Mg/l ≤ 0.1 0.002 Ekstraksi Solven - Nikel Mg/l ≤ 0.002 0.007 Ekstraksi Solven - Perak Mg/l ≤ 0.05 0.0003 Ekstraksi Solven
C. BIOLOGI 1 E. coloform Sel/100 ml ≤ 100 Nihil MPN/Tabung
fermentasi 2 Patogen Sel/100 ml Nihil Nihil Biak murni
Budidaya Ikan Hias Mandarin
16
(1) (2) (3) (4) (5) (6) 3 Plankton - Tidak
Blooming Tidak
Blooming Pencacahan
D. Radio Nuklida 1 ϐ pCi/l ≤ 1 Nihil Pencacahan 2 β pCi/l ≤ 100 Nihil Pencacahan 3 Sr-90 pCi/l ≤ 1 Nihil Pencacahan 4 Ra-226 pCi/l ≤3 Nihil Pencacahan
Sumber: Kep.MENKLH No.KEP-02/Men.KLH/1/1998.
Dari tabel tersebut diatas ada beberapa parameter Kimia, Fisika dan
Biologi yang menjadi parameter utama dalam menentukan dalam
pemilihan lokasi anara lain: kecerahan, salinitas, logam berat, pH, suhu,
BOD, Nitrit, Amoniak, Oksigen terlarut, Bahan organic dan sumber
pencemaran.
a. Kecerahan
Kecerahan yang tinggi secara visual menandakan adanya kualitas air
yang baik karena umunya mempunyai kandungan terlarutnya partikel-
partikel rendah. Beberapa parameter kualitas air yang terkait erat dengan
bahan organic seperti pH,NO2-N,H2S dan NH3-N cenderung rendah pada
perairan yang jernih.
Tersuspensinya partikel tanah dan Blooming plankton adalah 2 faktor
yang umum menyebabkan kekeruhan pada suatu perairan.dalam kadar
yang pekat bias menyebabkan kemtian pada suatu organisme,kekeruhan
dapat menyebabkan gangguan pada penetrasi cahaya yang masuk dalam
media air, sehingga dapat menhambat pertumbuhan fitoplankton.partikel
penyebab kekeruhan dapat menempel pada insang sehingga mengganggu
pernapasan organisme air.
b. Salinitas
Ikan Mandarin umumnya mendiami daerah di perairan karang yang
mempuyai salinitas adalah 30-35 ppt. salinitas air lut umumnya fluktuatif
Budidaya Ikan Hias Mandarin
17
apabila dekat muara sungai dimana pada musim kemarau mempunyai
salinitas tinggi dan salinitas rendah pada saat musim hujan dikarenakan
sungai membawa air hujan ke laut. Secara fisiologis salinitas akan
mempengaruhi fungsi organ osmoregulator ikan. Hal ini mengakibatkan
sebagian besar energi yang tersimpan dalam tubuh ikan digunakan untuk
penyesuaian diri tehadap kondisi yang kurang mendukung tersebut,
sehingga dapat merusak sistem pencernaan dan transportasi zat-zat
makanan dalam darah.
c. Logam Berat
Adalah logam-logam yang mempunyai densitas > 5 gr/cm2. Beberapa
diantaranya merupakan unsur penting yang dibutuhkan tubuh antara lain
Mn, Mo, Se, Cu, Zn dan Co namun banyak pula yang tidak dibutuhkan
dalam proses metabolisme diantaranya Cd, Pb dan Hg. Indicator
pencemaran limbah peridustrian sering dilihat dari keberadaan logam-
logam tersebut padahal tidak selamanya karena hal itu tergantung kadar
yang terkandung didalamnya. Karena logam berat dalam bentuk ion
maupun komponen tertentu mudah larut dalam air, maka dapat diserap
oleh tubuh ikan. Didalam tubuh ikan ion berikatan dengan enzim dan
menghambat fungsinya. Senyawa komplek logam berat dalam tubuh ikan
tidak dapat dicerna, maka terjadilah bio akumulasi yang kemudian
menyebabkan biomagnifikasi. Meskipun latar belakang konsentrasi logam
berat di masing-masing perairan berbeda-beda namun pada uumnya
dianggap bahwa kadar normal logam berat air tercemar ± 1µg/l, kecuali Zn
± 10 µg/l. Untuk keperluan pemilihan lokasi pembenihan Ikan Mandarin
Fish, akan lebih baik jika perairan terbebas dari logam-logam berat. Hal ini
untuk menghindari segala kemungkinan negative yang dapat ditimbulkan
oleh akibat adanya Logam berat tersebut.
Budidaya Ikan Hias Mandarin
18
d. Derajat keasaman (pH)
Semua proses biologi bisa terjadi dalam kisaran pH optimum karena
reaksi asam basa sangat berat bagi lingkungan. Di dalam massa air laut
terdapat system penyangga sehingga derajat keasaman air laut umumnya
bersifat alkalis antara 7-9derajat keasaman yang fendah umumnya karena
adanya pengaruh dari pH tanah dasar dari perairan tersebu dan juga oleh
adanya proses kimiawi. Dekomposisi bahan organik dan respirasi akan
menurunkan kandungan oksigen terlarut sekaligus menaikkan kandungan
CO2. bebas sehingga me gakibatkan menurunnya pH air.
Beberapa contoh yang dapat diakibatkan oleh pengasaman air antara lain
Amoniak bersifat racun bagi ikan dan organisme lain. perbandingan
ammonium, Amonia tergantung pada pH.
Karbondioksida juga racun bagi ikan, perbandingan hidrogen
karbonat, CO2 juga tergantung pH
Fertilisasi telur ikan dan zooplankton sangat tergantung pada H air.
Semua proses biologi mempunyai kisaran pH optimum biasanya
antara 6-8, jadi pertumbuhan alga, dekomposisi mikrobiologi,
nitrifikasi dan nitrifikasi juga dipengaruhi pH.
Pada pH rendah, ikatan logam berat dengan tanah atau sedimen
sangat cepat dan mudah terlepas.
Kematian organisme perairan pada pH 4 dan 11
Pemilihan lokasi untuk pembenihan ikan Mandarin yang paling
sederhana dengan melihat parameter biologi seperti keberadaan padang
lamun, coral, hutan bakau yang pada umumnya mempunyai pH optimum.
e. Suhu
Proses metabolisme ikan dipengaruhi langsung oleh suhu.
Metabolisme ikan akan dipercepat apabila berada pada suhu tinggi
sebaliknya apabila proses metaolisme diperlambat pada suhu yang lebih
Budidaya Ikan Hias Mandarin
19
rendah. Bila keadaan ini berlangsung lama maka kesehatan ikan akan
terganggu antara lain kurang nafsu makan, sering terkena bakteri atau
parasit.sedangkan secara tidak langsung suhu air yang tinggi menyebabkan
oksigen dalam air menguap akibatnya ikan akan kekurangan oksigen.
f. Biochemical Oxygen Demand (BOD)
Eutrofikasi sangat erat kaitannya dengan BOD, yaitu suatu proses
pengkayaan zat hara di perairan (terutama oleh fosfat dan nitrat) yang
mengakibatkan habisnya gas oksigen terlarut. Zat-zat pengikat oksigen
kebanyakan adalah zat kimia organik. Mikroorganisme banyak
memanfaatkan zat kimia organik banyak dimanfaatkan sebagai hara atau
sumber energy. zat kimia organik ini atau hara diuraikan menjadi yang lebih
sederhana dan pada akhirnya menjadi elemen anorganik dan gas yang
merupakan proses dari metabolism mikroba tersebut. Reaksi biokimia ini
dapat terjadi karena adanyaoksigen terlarut. Oleh karena itu zat kimia
organic itu tadi disebut sebagai zat-zat yang menimbulkan kebutuhan akan
oksigen (BOD). Semakin tinggi angka BOD suatu bahan air, semakin berat
derajat pencemaran organik air tersebut, karena di dalamnya terdapat
sedemikian banyak zat organik yang memerlukan oksigen dalam kelanjutan
proses dekomposisinya.
Jumlah dan jenis zat hara, zat kimia lain, jumlah dan tipe mikroba,
suhu serta pH menentukan angka BOD. Zat hara itu berasal dari dari
beragam kegiatan pertanian atau pemupukan, peternakan, deterjen, erosi
dan limbah industri tertentu. Untuk mengetahui kandungan bahan organik
dalam suatu perairan serta untuk mengetahui sampai seberapa berat beban
polutan yang terjadi di perairan calon lokasi yang akan dipilih maka
diperlukan pengukuran BOD seperti halnya COD.
Budidaya Ikan Hias Mandarin
20
g. Amoniak dan Nitrit
Salah satu hasil dari proses penguraian bahan organik yang
terkandung di dalam suatu perairan adalah Amoniak (NH3-N). ini berada
dalam suatu bentuk amoniak tak ber-ion (NH3) dan amoniak ber-ion (NH4).
Amoniak tidak ber-ion bersifat racun sedangkan amoniak ber-ion
tidak.tingkat keracunan amoniak tak ber-ion berbeda-beda untuk setiap
spesies, tetapi pada kadar 0,6 mg/l dapat membahayakan organisme
tersebut. Amoniak biasanya timbul akibat kotoran organisme dan hasil
aktifitas jasad renik dalam proses dekomposisi bahan organik yang kaya
akan nitrogen. mengingat nitrit adalah hasil dari reaksi oksidasi amoniak
oleh bakteri Nitrosomonas maka tingginya kadar amoniak biasanya diikuti
naiknya kadar nitrat. Lambatnya perubahan dari nitrit ke nitrat oleh bakteri
Nitrobacter menyebabkan tingginya kadar nitrit.
h. Oksigen terlarut
Semua organisme untuk pernapasan dalam rangka melangsungkan
metabolisme dalam tubuh membutuhkan oksigen terlarut dalam perairan.
Melalui difusi dengan udara bebas oksigen yang ada bisa masuk dalam air,
hasil fotosintesa dari tanaman dalam air dan adanya aliran baru. Dalam
penentuan lokasi pembenihan ikan Mandarin kandungan oksigen perairan
tidak merupakan faktor utama karena dalam operasionalnya kebutuhan
oksigen dapat dipenuhi dari sumber pengudaraan tersendiri yaitu dengan
memakai sumber pengudaraan (blower). Akan tetapi untuk menduuga
kesuburan perairan tersebut secara keseluruhan dan dapat dipakai untuk
mengetahui kadar BOD maupun COD maka oksigen suatu perairan perlu
diketahui.
Budidaya Ikan Hias Mandarin
21
i. Bahan Organik
Menurut Nebel, 1987 mengatakan bahwa bentuk kimia karbon dan
nitrogen dengan unsur-unsur lain yang terikat pada atom karbon
merupakan Bahan organik. Sisa-sisa organisme yang mati merupakan
sumber dari bahan organik yang terkandung di dalam perairan. Pengaruh
bahan organik secara langsung pada organisme yang dipelihara adalah
gangguan sistem pernapasan. Blooming fitoplankton disebabkan oleh
kandungan bahan organik tinggi, hal ini dapat menurunkan kandungan
oksigen yang akhirnya menurunkan kualitas air. Selain akibat kompetisi
oksigen, penguraian bahan organik oleh bakteri juga membutuhkan oksigen
yang cukup banyak. Penguraian bahan organik dapat juga terjadi pada
kondisi tanpa oksigen (anaerob) dengan produk akhir adalah senyawa
organik (asam) dan mikroba pathogen yang memang bertahan hidup dalam
keadaan anaerob. Unsur-unsur hara yang berguna bagi mikro alga nabati
akan dihasilkan dari penguraian bahan organik terjadi dalam kondisi aerob.
j. Sumber pollutan (pencemaran)
Pemantauan terhadap sumber cemaran terdekat perlu diketahui
sejak dini agar kemungkinan masuknya polusi ke peraian lokasi calon
pembenihan dapat diperhitungkan sebelum lokasi tersebut ditentukan.
Secara garis besar sumber polutan dapat dibagi dua yaitu sumber
tetap yaitu polutan yang berasal dari industri dan sumber tersebar yaitu
polutan yang berasal dari rumah tangga, peternakan, limpasan daerah
pertanian dan sebagainya.
3.1.2. Kualitas tanah, elevasi lahan dan pasang surut
Salah satu faktor yang perlu diperhatikan adalah sifat fisik tanah, sifat
partikel tanah kalau mendirikan suatu bangunan untuk kegiatan
pembenihan ikan Mandarin. Sifat kimia tanah hanya perlu diukur jika akan
Budidaya Ikan Hias Mandarin
22
membuka kegiatan perikanan yang langsung berhubungan dengan tanah,
seperti: pertambakan atau kolam. Jika diatasnya akan didirikan bangunan
maka perlu diperhitungkan sifat partikel tanah.
Struktur tanah lepas (pasir) dan remah serta kemampuan drainase
merupakan unsur pokok yang perlu diperhitungkan dalam menganalisa
keadaan fisik tanah. Struktur lepas (berpasir) lebih mudah tererosi
dibandingkan struktur tanah yang remah maupun liat. Akibatnya bila
dibagian atasnya terdapat beban berat (beton/besi) lama-kelamaan akan
rusak atau retak jika konstruksinya jelek. Sebaiknya dalam pemilihan lokasi
sebaiknya memiliki tanah yang partikelnya padat selain itu juga dapat
menghindari penimbunan yang memerlukan biaya dan tenaga. Ketinggian
lokasi pembenihan sebaikna 0.5 m diatas pasang tertinggi dan periode
pasang harian minmal 6 jam sehingga hamparan pantai calon lokasi landai
dan tidak terjal.
3.2. Faktor Non Teknis
Merupakan pelengkap dan pendukung factor-faktor teknis dalam memilih
lokasi untuk pembenihan ikan Mandarin Fish. Dalam penentuan calon lokasi
pembenihan, pertama kali perlu diketahui tentang peruntukan suatu wilayah yang
biasanya telah terpetakan dalam RUTR (Rencana Umum Tata Ruang) dan Tata
guna lahan. Memperhatikan RUTR suatu wilayah untuk pembenihan Mandarin
Fish diharapkan tidak terjadi tumpang tindih lahan usaha.terancamnya
kelangsungan usaha dimasa yang akan datangg apabila pembangunan lokasi
pembenihan yang dekat untuk kegiatan perikanan akan menimbulkan efek
negative terhadap resiko usaha serta kesulitan dalam memperoleh perizinan.
Kemudahan-kemudahan seperti tersedianya sarana transportasi,
komunikasi, instalasi listrik (PLN), tenaga kerja, pemasaran, pasar, sekolah, tempat
ibadah, pelayanan kesehatandan sebagainya.. adanya kemudahan-kemudahan
tersebut dapat memberikan ketenanagn dan kenyamanan dalam bekerja.
Budidaya Ikan Hias Mandarin
23
Terjadinya konflik atau masalah yang biasanya timbul tidak akan mengancam
operasi pembenihan apabila hal lain yang dapat mendukungkelangsungan usaha
adalah dukungan pemerintah setempat terutama masyarakat sekitar lokasi.
Daftar Pustaka
Al Qodri, A. H, dkk 2004. Pembenihan Ikan Kerapu. Seri Budidaya Laut
No.13.Departemen Kelautan dan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Balai Budidaya Laut Lampung.
Boyd,C.E.,1982. Water Quality Management For Pond Fish Culture Development Aquaculture and Fish Science, Vol 9. Elselver Scintific.Com.318 p.
Brotohadikusumo, N. A., 1997. Dampak Pembangunan Fisik Terhadap Biota Perairan. PPLH UNDIP. Semarang
KEP.MENKLH No.KEEEP-02/MENKLH/1/1988. Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut (Budidaya Perarairan)Clifts, Newjersey.
Moss B., 1980. Ecology of Fish Waters, Balckwell Scintific Publication, London.UK.
Nebel, B. J .,1987. Enviromental Science. The Way The World Works. Prentice Hall, Inc. England
Budidaya Ikan Hias Mandarin
24
BAB IV. SARANA BUDIDAYA
Oleh Erdy A. Basir, Imam Nurhadi dan Sunarto
4.1. Pendahuluan
Sarana dan prasarana sangat penting dalam kegiatan budidaya ikan. Untuk
itu, sebelum memulai kegiatan budidaya ikan perlu diketahui sarana dan
prasarana yang dibutuhkan sehingga seluruh rangkaian kegiatan dapat terlaksana
dengan baik dan lancar. Sarana yang dibutuhkan dalam budidaya ikan Ikan
Mandarin terbagi menjadi sarana pokok dan penunjang. Sarana pokok tersebut
termasuk gedung, pengelolaan air, aerasi, wadah pemeliharaan induk hingga
pembesaran dan pakan alami maupun buatan. Sedangkan sarana penunjang
termasuk peralatan kerja dan kualitas air, laboratorium, gudang, freezer,
perahu/freezer dan mesin semprot jaring. Selain itu, prasarana yang dibutuhkan
untuk menunjang kegiatan ini antara lain : listrik (PLN/Genset), jalan, komunikasi,
mobil pengangkut dan air tawar.
Sarana dan prasarana yang sesuai dengan faktor biologis ikan yang
dipelihara, kemudahan pengadaan, pengelolaan, faktor efisiensi dan keamanan
perlu diperhatikan untuk keberhasilan kegiatan budidaya yang akan dilaksanakan.
4.2. Sarana Pembenihan
4.2.1. Sarana Pokok
a. Sarana Gedung
Gedung diperlukan untuk menempatkan sarana produksi terutama
pemeliharaan induk, larva, dan pendederan. Untuk keperluan tersebut
sebaiknya dibuat bangunan yang tertutup rapat (indoor hatchery) yang
berguna untuk mencegah fluktuasi suhu akibat pengaruh cuaca di luar dan
angin. Namun demikian semi indoor hatchery masih dapat dipergunakan.
Sebagian atap bangunan ini di buat transparan agar cahaya matahari masuk
Budidaya Ikan Hias Mandarin
25
ke dalam gedung. Bangunan juga harus memiliki saluran pembuangan yang
cukup sehingga memungkinkan pembuangan air lancar.
Gambar 3. Gedung indoor dan semi outdoor hatchery
b. Sarana Pengelolaan Air
- Sumber air
Sumber air menjadi hal yang sangat menentukan keberhasilan
produksi. Beberapa hal yang harus menjadi pertimbangan yang
berhubungan dengan pengambilan air laut adalah: cukup jauh dari darat,
cukup dalam dan jauh dari saluran pembuangan sehingga air yang diperoleh
bersih dan bebas dari kemungkinan kontaminan limbah kimia hatchery dan
laboratorium.
- Pompa
Keberadaan pompa sangat penting dalam kegiatan pembenihan
untuk memindahkan air laut ke dalam unit pembenihan. Kekuatan pompa
air laut antara 10-15 HP dan diameter pipanya 4-8 inchi. Ukuran dan
kapasitas pompa yang digunakan disesuaikan dengan skala usaha dan
kebutuhan air harian. Semakin besar kekuatan pompa akan semain besar
biaya operasionalnya sehingga untuk usaha skala rumah tangga disarankan
untuk menggunakan pompa dengan kapasitas kecil. Pada pemasangan
instalasi (pipa dan aksesoris) baik pipa penyedot maupun pipa distribusi
Budidaya Ikan Hias Mandarin
26
perlu diperhatikan bahan harus tahan karat dan kuat terhadap tekanan.
Sebaiknya untuk pipa pompa air laut harus dipilih yang benar-benar
berkualitas dan tebal.
Gambar 4. Pompa air laut
- Filter
Kondisi air yang jernih merupakan faktor mutlak dalam produksi ikan
hias. Kejernihan air dipengaruhi oleh partikel terlarut dalam air. Air yang
kandungan partikelnya tinggi akan mengakibatkan efek yang kurang baik
terhadap larva atau organisme yang dipelihara, karena mengganggu proses
pernafasan dan merangsang pertumbuhan organisme lain seperti bakteri
dan jamur. Selain dari pada itu, air yang keruh biasanya mengandung
senyawa yang tidak diinginkan seperti amoniak dan hidrogen sulfida.
Dewasa ini, akibat eksploitasi tanah daratan dan pantai yang
berlebihan menyebabkan penurunan kualitas air termasuk menurunnya
kejernihan air. Kekeruhan sangat tinggi terutama pada saat turun hujan.
Demikian juga akibat adanya arus laut atau gelombang pasang sehingga
mengaduk kembali endapan lumpur.
Untuk mengurangi kekeruhan, dipergunakan filter. Secara sederhana
pengertian filter adalah sebuah unit untuk memisahkan partikel tersuspensi
pada media cair dengan cara melewati medium atau lapisan berpori. Air
Budidaya Ikan Hias Mandarin
27
akan melewati membran atau medium sehingga partikel akan tersaring
pada permukaan medum atau pada dinding pori sedangkan air yang bersih
akan keluar dari medium.
Medium yang umum digunakan untuk menyaring air adalah pasir.
Ada beberapa type filter pasir berdasarkan cara kerjanya. Tipe pertama
adalah filter pasir yang bekerja dengan cara ditekan (pressure systeme)
(gambar 5). Filter ini dirancang khusus sehingga dinding atau wadah filter
dapat menahan tekanan air hingga beberapa bar. Untuk menekan air
dipergunakan grafitasi yang tinggi atau pompa. Alat ini bekerja sangat
efektif dan dapat mendapatkan debit air yang besar, namun kelemahannya
adalah harganya yang mahal sehingga tidak semua unit pembenihan
memiliki alat ini.
Gambar 5. Filter pasir (sand filter) bertekanan
Tipe yang kedua adalah filter pasir bertingkat dengan berbagai
medium penyaring seperti batu kerikil, arang, ijuk dan pasir, dengan sistem
kerja secara gravitasi (gambar 6). Sistem filter pasir ini murah namun
mempunyai berbagai kelemahan, seperti debit air kecil karena
mengandalkan gravitasi, susah dalam pencucian karena harus mengangkat
dan menyusun kembali media filter.
Budidaya Ikan Hias Mandarin
28
Gambar 6. Filter pasir sistem gravitasi
Tipe yang ketiga adalah filter pasir sistem terbuka (gambar 7). Arah
aliran air kebalikan dari sistem gravitasi. Filter ini harganya murah dan
dapat dicuci ulang namun debit air yang diperoleh kecil, karena apabila
volume air terlalu kencang masuk kedalam wadah filter maka media filter
akan teraduk sehingga tidak efektif lagi dalam memfilter.
Gambar 7. Filter pasir sistem terbuka
d
Air masuk
Air Bersih
PASIR P Pasir
Pasir
Kran
Budidaya Ikan Hias Mandarin
29
- Bak penampung air laut
Bak penampung digunakan untuk menampung air laut sebelum
dipergunakan pada unit produksi. Bak penampungan air laut biasanya
terbuat dari beton dengan konstruksi yang kuat karena harus menampung
air yang volumenya besar. Volume bak penampung harus diperhitungkan
sehingga cukup untuk memenuhi kebutuhan pembenihan mulai dari
penyediaan pakan alami, pemeliharaan induk, pemeliharaan larva dan
pendederan.
Air yang masuk ke dalam bak penampungan berasal dari air yang
sudah difilter. Selain berfungsi sebagai wadah air, bak ini juga dapat
berfungsi sebagai bak pengendapan, sehingga menghasilkan air laut yang
berkualitas bagus.
Gambar 8. Bak penampung air laut
c. Aerasi
Oksigen merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi
kehidupan ikan. Dalam lingkungan budidaya yang menggunakan bak, untuk
memenuhi kebutuhan oksigen harus disuplai secara teratur. Pengguanaan
aerator adalah cara yang paling umum digunakan.
Aerator digunakan untuk menambahkan oksigen terlarut dalam air
media pemeliharaan sehingga kandungan oksigen terpenuhi. Aerator
Budidaya Ikan Hias Mandarin
30
sangat penting karena pemeliharaan benih ikan pada bak terbatas dan
dengan kepadatan yang tinggi sehingga oksigen terlarut perlu ditambahkan.
Beberapa jenis aerator adalah hiblower, vortex blower dan root
blower. Highblower biasanya digunakan pada pembenihan kecil atau kultur
algae skala laboratorium. Blower jenis ini sangat praktis dan ekonomis
karena bentuknya yang kecil dan daya yang diperlukan juga sangat kecil.
Untuk usaha skala menengah dan besar blower yang cocok untuk
digunakan adalah vortex blower maupun root blower. Ukuran diameternya
bervariasi antara 1-4 inchies dengan kekuatan motor 1-10 HP. Kedua jenis
blower ini mempunyai kekuatan yang besar dan dapat disesuaikan dengan
kebutuhan. Dalam sebuah hatchery sebaiknya dipergunakan lebih dari satu
blower yang pemakaiannya bisa bergantian, atau untuk menghadapi ketika
terjadi permasalahan pada salah satu blower.
Gambar 9. Hiblow dan Vortex Blower
Jaringan instalasi aerasi harus direncanakan dengan baik . Kesesuaian
ukuran bak dengan kemampuan aerator yang dipasang merupakan
pertimbangan utama. Secara utuh jaringan aerasi terdiri atas aerator, pipa
distribusi, selang aerasi, regulator (kran aerasi) dan batu aerasi yang
dilengakapi dengan pemberat atau batu aerasi.
Selang aerasi yang digunakan biasanya dari jenis selang plastik PE
(polyethylene) selain lentur sehingga tidah mudah pecah juga tahan
Budidaya Ikan Hias Mandarin
31
terhadap panas. Untuk pemeliharaan larva, selang yang digunakan
berukuran sekitar 3/8 inchi. Pemasangan selang aerasi diatur sedemikan
rupa, sehingga tidak berlebihan dengan banyaknya lilitan sehingga dapat
mempengaruhi tekanan udara. Regulator atau sering dibuat dengan kran
aerasi berfungsi untuk mengatur besarnya volume udara yang keluar dari
pipa distribusi. Pemasangan regulator dilakukan pada setiap lubang (titik 0
pada pipa distribusi yang berhubungan dengan langsung dengan selang
aerasi. Regulator sebaiknya dipilih yang terbuat dari plastik sehingga tidak
mudah berkarat yang pada akhirnya sulit untuk digerakan. Ukuran regulator
disesuaikan dengan ukuran selang yang digunakan. Pada pemasangan
dihindari terjadinya kebocoran karena dengan banyaknya bocoran dapat
menurunkan tekanan udara yang dihasilkan.
Batu aerasi berfungsi untuk memperluas gelembung udara yang
keluar dan diletakkan pada ujung selang aerasi. Untuk itulah batu aerasi
dipilih yang mempunyai pori-pori yang kecil sehingga dapat menghasilkan
gelembung yang halus. Dalam volume udara yang sama gelembung udara
yang berdiameter kecil akan mengahsilkan oksigen terlarut lebih besar
dibanding dengan udara yang berdiameter besar. Hal ini disebabkan karena
difusi oksigen dari gelembungan udara ke dalam air tegantung dari luas
permukaa gelembung udara. Disamping itu gelembung udara yang halus
tidak menyebabkan gerakan yang kuat pada air media pemeliharaan
terutama pada pemeliharaan larva. Kepadatan batu aerasi pada
pemeliharaan larva adalah sekitar 2-4 buah/m2, agar supaya batu aerasi
dapat tetap berada ditempatnya maka perlu dilengkapi dengan pemberat
yang biasanya terbuat dari timah atau cetakan semen.
d. Wadah Pengelolaan Induk
Induk ikan Mandarin dapat dipelihara dalah bak fiberglass maupun
semen. Bentuk bak segi empat atau bulat dengan volume ± 2 m3dan
Budidaya Ikan Hias Mandarin
32
kedalaman air 0,5 – 1,0 meter. Wadah pemeliharaan induk sebaiknya
ditempatkan pada ruangan yang beratap (semi outdoor). Bak pemeliharaan
induk yang berfungsi sebagai bak pemijahan massal diperlukan instalasi air
masuk (inlet) dan air masuk (outlet) yang berupa pipa goyang. Saluran
outlet berfungsi sebagai saluran untuk pemanenan telur ikan Mandarin
yang keluar dari bak mengikuti sirkulasi air dan tersambung dengan wadah
penyaringan telur (kolektor) di bagian luar bak. Hal ini dapat
mempermudah pemanenan telur ikan Mandarin.
Gambar 10. Bak pemeliharaan induk ikan mandarin yang dilengkapi dengan kolektor telur
e. Wadah Pengelolaan Larva
Pemeliharaan larva dapat dilakukan pada bak semen atau fibreglass.
Bentuk bak segi empat atau bulat. Volumenya dari 2 hingga 3 m3.
Kedalamannya 0,5-1,0 meter. Pada bagian dalam bak yang terbuat dari
semen permukaannya harus halus dan dicat untuk menghindari bocor dan
kontak langsung antara air dan semen. Warna cat biasanya berwarna biru
laut. Bak pemeliharaan larva dapat ditempatkan di dalam ruangan tertutup
(indoor) agar kondisi setabil atau tidak terpengaruh oleh perubahan
Budidaya Ikan Hias Mandarin
33
lingkungan walaupun masih dapat dilakukan pada ruang semi outdoor atau
outdoor.
Gambar 11. Bak pemeliharaan larva
f. Wadah Pengelolaan Benih
Wadah pendederan berupa wadah bervolume 100 liter. Volume yang
kecil ini bertujuan untuk memudahkan pengelolaan, mengingat selama
pemeliharaan fase pendederan hampir setiap hari bak selalu dibersihkan
dari sisa kotoran, sehingga wadah dengan ukuran yang besar akan
menyulitkan dalam pembersihan. Bahan yang digunakan dapat berupa
fiberglass maupun kaca. Bentuk wadah yang umum adalah bulat atau
persegi panjang.
Gambar 12. Wadah pendederan
Budidaya Ikan Hias Mandarin
34
g. Pakan Alami
Pakan awal larva sampai saat ini belum dapat tergantikan oleh pakan
buatan, sehingga kultur zooplankton menjadi bagian yang sangat vital dari
usaha produksi ikan Ikan Mandarin. Pada pembenihan ini ada dua jenis
kultur zooplankton yaitu kultur rotifer, penetasan cyste artemia dan kultur
artemia dewasa.
Sarana untuk kultur rotifer berupa bak semen atau fiberglass dengan
volume 1-10 m3. Bak kultur rotifer harus dibangun agak berjauhan dengan
bak kultur fitoplankton, untuk menghindari kontaminasi.
Gambar 13. Bak pemeliharaan Rotifera
Bak penetasan artemia terbuat dari fiberglass atau kaca, volume 500-
3.000 liter, mempunyai bentuk bulat dengan desain mengerucut di bagian
dasar, hal ini dibuat guna memudahkan dalam proses pemanenannya.
Budidaya Ikan Hias Mandarin
35
Gambar 14. Bak penetasan artemia
Bak kultur artemia terbuat dari semen atau fiberglass, volume 500-
5000 liter, mempunyai bentuk bulat atau persegi. Bak ini dilengkapi dengan
aerasi yang cukup kuat.
Gambar 15. Bak kultur artemia dewasa
4.2.2. Sarana Penunjang
a. Laboratorium Kesehatan Ikan dan Lingkungan
Laboratorium ini berfungsi untuk monitoring keadaan penyakit dan
kualitas air pada unit produksi sehingga kita dapat melakukan tindakan
antisipasi dini apabila terjadi serangan penyakit atau parameter lingkungan
pemeliharaan yang tidak sesuai.
Budidaya Ikan Hias Mandarin
36
b. Peralatan Kualitas Air
Pemantauan harian terhadap kualitas air perlu dilakukan untuk
mengetahui kondisi media pemeliharaan. Untuk itu diperlukan peralatan
pengukuran kualitas air dengan parameter seperti Oksigen terlarut
(Disolved Oxygen/DO), Salinitas, Suhu, pH, kecerahan dan apabila
diperlukan dapat diukur juga Ammoniak, Nitrat dan Nitrit.
Gambar 16. Peralatan pengukur kualitas air
c. Gudang
Gudang berfungsi sebagai tempat penyimpanan bahan dan alat kerja.
Besarnya gudang disesuaikan dengan jumlah bahan dan peralatan kerja
yang akan disimpan. Gudang penyimpan bahan pakan seperti pellet,
artemia, algae dan bahan pengkaya. Sedangkan untuk gudang bahan kimia
dan peralatan harus mempunyai ventilasi udara yang cukup.
Budidaya Ikan Hias Mandarin
37
4.3. Sarana Pembesaran
4.3.1. Sarana pokok
a. Pembesaran di Bak
Pembesaran ikan Mandarin di darat dapat dilakukan dengan wadah
pemeliharaan berupa bak beton atau fiberglass dengan kapasitas 0,5 – 3,0
m3 dan aquarium atau kontainer plastik dengan kapasitas ± 100 liter.
Wadah pemeliharaan dilengkapi dengan sistem sirkulasi air dan instalasi
aerasi. Kegiatan pembesaran ini dapat dilakukan pada ruangan tertutup
(indoor) atau ruangan beratap (semi outdoor).
Gambar 17. Wadah pembesaran ikan Mandarin
b. Pembesaran di Keramba Jaring Apung (KJA)
Kegiatan pembesaran ikan Mandarin dapat pula dilakukan di KJA
dalam waring berbahan polyethylene (PE). Ukuran waring bervariasi
Budidaya Ikan Hias Mandarin
38
tergantung pada ukuran petakan KJA namun sebaiknya dibuat dalam
ukuran kecil untuk mempermudah pengontrolan dan perawatan. Waring
yang digunakan berukuran 1 m x 1 m x 1 m atau 2 m x 1 m x 1 m.
Kedalaman waring disesuaikan dengan kondisi perairan setempat dari
pengaruh air tawar. Jika masukan air tawar dari sungai tergolong besar,
ukuran kedalaman waring bisa dibuat hingga 2 m atau lebih agar ikan dapat
menempati dasar waring untuk menghindari air tawar di permukaan.
Gambar 18. Wadah pembesaran ikan mandarin di KJA
4.3.2. Sarana penunjang
a. Pembesaran di Bak
Sarana penunjang kegiatan pembesaran adalah peralatan kerja yang
berupa ember, gayung, serokan/tanggo, plankton net, alat sifon, spon
pembersih, sikat, timbangan, mistar, alat tulis menulis, dll.
b. Pembesaran di Keramba Jaring Apung
Sarana penunjang yang diperlukan pada kegiatan pembesaran di KJA
antara lain perahu/speedboat sebagai alat transportasi menuju KJA, mesin
semprot jaring untuk mempermudah dan mempercepat pembersihan
waring pemeliharaan serta peralatan kerja yang terdiri dari serokan/tanggo,
mistar, sikat pembersih, alat tulis menulis, dan lain sebagainya.
Budidaya Ikan Hias Mandarin
39
4.4. Prasarana
Usaha pembenihan tidak terlepas dari listrik baik tenaga listrik berasal dari
Perusahan Listrik Negara (PLN) atau genetaror listrik (genset). Listrik dipergunakan
untuk penerangan terutama pada malam hari, untuk pompa air laut,
blower/aerasi. peralatan laboraturium , freezer serta peralatan elektrik lainnya.
Pergunakan kabel standar PLN untuk instalasi dalam dan pergunakan
standard khusus untuk air laut apabila dipergunakan di laut atau instalasi luar.
Pergunakan aksesoris seperti panel, cok, terminal dan lain-lain yang anti karat,
kuat dan aman untuk dipergunakan untuk air laut. Sebuah generator sangat
penting untuk cadangan listrik apabila listrik dari pembangkit listrik negara mati.
Energi listrik sangat diperlukan untuk menjalankan peralatan dalam suatu hachery
seperti: pompa air laut, blower, dan lain-lain.
Selain itu, untuk mempermudah kegiatan budidaya ini diperlukan akses
jalan yang memadai, perangkat komunikasi yang baik, mobil pengangkut dan air
tawar.
Daftar Pustaka
Balai Budidaya Laut Lampung. 1999. Pembenihan Ikan Kakap Putih (Lates
calcarifer, Bloch). Departemen Pertanian Direktorat Janderal Perikanan. Balai Budidaya Laut. Lampung. 83p.
Balai Budidaya Laut Lampung. 1999. Pembenihan Ikan Kerapu Tikus (Chromileptis
altivelis). Departemen Pertanian Direktorat Janderal Perikanan. Balai Budidaya Laut. Lampung. 87p.
Balai Budidaya Laut Lampung. 1998. Pembenihan Kerapu Macan (Epinephelus
fuscoguttatus). Departemen Pertanian Direktorat Janderal Perikanan. Balai Budidaya Laut. Lampung. 83p.
Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau. 2002. Leaflet. Hatchery Skala
Rumah Tangga. Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau. Jepara.
Budidaya Ikan Hias Mandarin
40
Balai Budidaya Air Payau Situbondo. 2002. Leaflet. Hatchery Kerapu Tikus Skala Rumah Tangga. Balai Budidaya Air Payau Situbondo.
Bond, M.M., N. Hartanto. M. Hanafi. 2005. Pembenihan Kakap Putih (Lates calcarifer). Loka Budidaya Laut Batam. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Departemen Kelautan dan Perikanan. 67 hal.
Brohmanonda, P. 1982. The layout, design and facilities of a seabass hatchery.
Report of training course on seabass spawning and larval rearing. Department of Fisheries of Thailand, 1–20 June 1982. http://www.fao.org/docrep/field/003/Q8694E/Q8694E07.htm
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. 2002. Leaflet. Pembenihan Kerapu
(Ephinephelus spp). Dirjen Perikanan Budidaya. Jakarta.
Direktorat Bina Perbenihan. 1996. Pembenihan Kakap Putih (Lates calcalifer, Bloch) Skala Rumah Tangga. Direktorat Bina Perbenihan. Jakarta. 20 Hal.
Hartanto, N. 2006. Suivi et Amélioration des Techniques d’Elevage du Bar
(Dicentrarchus labrax) et du Maigre (Argyrosomus regius). Rapport de stage du de Chef de Projet et d’Exploitation en Aquaculture et Halieutique. Université Montpellier II. 72 p.
Hermawan T, N. Hartanto, Zakimin, S. Akbar, Rusfian, A.H Wibowo, M.M. Bond, S.
Laga L Dan S, Agustatik. 2003. Manajemen Perbesaran Kerapu Macan Di Karamba Jarring Apung. Loka Budidaya Laut Batam. 47 Hal.
Junianto, N.M., A.H. Wibowo. S. Laga dan F.J. Simanjuntak. 2005. Manajemen Pembesaran Banal Bintang (Trchinotus blochii, Lacepede) di Keramba Jaring Apung. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Departemen Kelautan dan Perikanan. 49 hal.
Kungvankij ,P. 1988. Hatchery design. Report on the training course on seabass
breeding and culture. Satul, Thailand, 1–21 August 1988. http://www.fao.org/docrep/field/003/AC420E/AC420E01.htm
ManualBiology and Culture of Sea Bass (Lates calcarifer). Regional Lead Centre in the Philippines. Aquaculture Department, Southeast Asian Fisheries Development Center. Network of Aquaculture Centres in Asia Bangkok, Thailand, September 1985
Sim,S.Y., Rimmer, M.A., Toledo,J.D., Sugama,S., Rumengan, I., William, K.C.,
Phillips, M.J., 2005. A Guide to Small-Scale Marine Finfish Hatchery Technology. NACA Bangkok, Thailand. 17 pp.
Subyakto, S; S. Cahyaningsih. 2003. Perbenihan Kerapu Skala Rumah Tangga.
Agromedia Pustaka. Jakarta. 62 Hal. Sugama, K, Trijoko, B. Slamet, S. Ismi, E. Setiadi dan S. Kawahara. 2001. Petunjuk
Teknis Produksi Benih Ikan Kerapu Bebek, Chromileptis altivelis. Balai Riset Budidaya Laut Gondol. Pusat Riset dan Pengembangan Eksplorasi Laut dan Perikanan. Departyemen Kelautan dan Perikanan dan Japan International Cooperation Agency. 40 p.
Sunyoto, P., Mustahal. 2000. Pembenihan Ikan Laut Ekonomis. Kerapu, Kakap, Beronang. Penebar Swadaya. Jakarta. Cet 2. 84 Hal.
Budidaya Ikan Hias Mandarin
42
BAB V. PENGELOLAAN INDUK
Oleh : Akhmad Sururi, Abdul Gani, dan Herlina Tahang
5.1 Wadah Pemeliharaan Induk
Wadah pemeliharaan induk mempunyai beberapa fungsi yaitu sebagai
tempat pemeliharaan calon induk dan pemijahan. Pemeliharaan induk dapat
dilakukan pada wadah berupa bak fiber atau bak beton dengan bervolume 2.000
liter. Wadah pemeliharaan dilengkapi dengan instalasi air laut, aerasi dan saluran
pembuangan. Di samping itu, wadah pemeliharaan induk ditempatkan di ruangan
yang cukup terkena sinar matahari. Diperlukan wadah pemeliharaan yang relatif
besar dikarenakan ikan Mandarin melakukan pemijahan secara massal. Wadah
sebelumnya telah dibersihkan dan diberi selter berupa potongan pipa dimana
wadah dikondisikan seperti habitat alami ikan Mandarin.
Gambar 19. Wadah pemeliharaan induk
5.2 Pemilihan Induk
Untuk mendapatkan induk ikan Mandarin biasanya dibeli dari nelayan,
pengumpul atau ditangkap lansung dari alam, induk harus sehat dan kelihatan
gemuk. Perbedaan jantan dan betina dapat dilihat dari sirip punggungya dimana
Budidaya Ikan Hias Mandarin
43
jantan mempunyai sirip punggung lebih panjang dari betina dan ukuran jantan
lebih besar dari betina.
Pemilihan calon induk/induk memegang peranan yang penting dan
menentukan dalam keberlangsungan kegiatan pembenihan. Dimana calon
induk/induk yang digunakan mempunyai kualitas terbaik, tidak cacat dan sehat
sehingga diharapkan benih-benih yang nanti dihasilkan memiliki kualitas yang baik
pula.
Ikan Mandarin merupakan golongan ikan yang tidak tergolong hermaprodit
karena tidak ditemukan adanya perubahan kelamin mulai dari kecil sampai ia
mati. Untuk membedakan jenis kelamin ikan Mandarin dapat dilakukan dengan
beberapa cara, seperti melihat sirip punggungnya, dimana ikan jantan mempunyai
duri sirip punggung yang lebih panjang dibandingkan dengan yang betina.
Beberapa spesies memperlihatkan warna yang berbeda terutama pada tulang
sirip punggungnya, ikan jantan mempunyai sirip punggung oranye sedangkan yang
betina berwarna lebih gelap.
Fase reproduksi ikan Mandarin mulai memasuki masa dewasa setelah ikan
berukuran 3 cm. ukuran ikan jantan memiliki ukuran badan lebih besar (sampai 6
cm) dibandingkan ikan betina. Ikan betina juga dapat ditandai pada saat matang
gonad yaitu dengan perut yang buncit.
Budidaya Ikan Hias Mandarin
44
Gambar 20. Seleksi calon induk dan calon induk yang sesuai kriteria
Penanganan induk ikan Mandarin dapat dilakukan dengan atau tanpa
sirkulasi air laut, hal ini dikarenakan ikan Mandarin cenderung lebih senang pada
kondisi air yang tenang. Pergantian air dilakukan jika dirasa kondisi air media telah
mengalami penurunan kualitas air. Padat penebaran induk yang ideal yaitu 30 –
50 ekor per m3, perbandingan jantan dan betina adalah 1:1 Atau 1:2 ( 1 jantan : 1
betina atau 2 betina).
Perlu juga diperhatikan kondisi kesehatan induk, sehingga perlu
penanganan yang cepat terhadap induk yang sakit agar tidak terjadi penularan
penyakit dari induk satu ke induk yang lain.
5.3 Penanganan Induk
5.3.1. Aklimatisasi
Budidaya Ikan Hias Mandarin
45
Aklimatisasi dilakukan terhadap calon induk/induk yang baru datang
dengan tujuan ikan tersebut tidak mengalami stress atau kematian
dikarenakan perubahan lingkungan yang mendadak. Karena umumnya ikan
yang baru datang telah menempuh jalan yang jauh serta dikhawatirkan
mengalami stress selama perjalanan/penanganan packing. Proses
aklimatisasi pada ikan Mandarin yang baru datang adalah sebagai berikut :
1. Kantong plastik berisi ikan dimasukkan ke dalam wadah pemeliharan
induk yang telah berisi air laut.
2. Kantong plasik didiamkan terapung selama ± 15 menit dan akan
terlihat uap air pada kantong plastik. Kegiatan ini dimaksudkan agar
suhu air di dalam kantong plastik perlahan-lahan sama dengan suhu air
dalam aquarium.
3. Kantong plastik dibuka satu per satu dan ikan Mandarin dipindahkan
ke dalam wadah pemeliharaan.
4. Usahakan kepadatan ikan dalam wadah tidak terlalu padat.
5. Air dialirkan beberapa saat sampai semua lendir terbuang, setelah
dianggap cukup maka aliran air dimatikan dan diberikan elbasin
sebagai antiseptik untuk mencegah serangan penyakit sekaligus
mengobati jika ada ikan yang terluka.
6. Biasanya ikan yang dikirim dipuasakan dulu, baru beberapa hari
kemudian diberi pakan hidup.
7. Setelah 2 jam pengobatan dilakukan dan pakan sudah habis maka
airnya dialirkan kembali.
8. Jika terlihat ada ikan yang kurang sehat maka sebaiknya dipindahkan
kewadah tersendiri untuk menghindari adanya penularan penyakit.
5.3.2. Pakan dan Pemberian pakan untuk induk
Di alam, ikan Mandarin menyukai makanan hidup yang terdiri dari
gammaridean, telur ikan dan ostracods yang sesuai dengan bukaan
mulutnya. Pakan yang diberikan ke induk ikan Mandarin yang dipelihara di
pemeliharaan induk berupa pakan hidup, pakan dapat berupa artemia,
cacing renik, udang renik, copepoda atau bahkan jentik nyamuk. Pakan
yang diberikan sebaiknya dalam bentuk hidup diberikan 1 sampai 2 kali
sehari secara add satiation. Karena ikan ini termasuk ikan dasar dan pemalu
maka kedalaman bak pemeliharaan induk sebaiknya tidak lebih dari 70 cm
agar pakan yang diberikan lebih mudah dijangkau. Pakan alami sangat baik
untuk induk dimana nilai gizinya cukup tinggi, bertahan lama didalam air
dan pergerakannya mengundang perhatian ikan sehingga dengan
penggunaan pakan alami ini, perut ikan akan menjadi buncit akibat
kekenyangan.
Artemia dewasa Cacing renik (Blood worm)
Gambar 21. Beberapa jenis pakan ikan Mandarin
Pemberian pakan dilakukan 1-2 kali sehari. Sebelum pemberian
pakan dilakukan sebaiknya aliran air dimatikan agar pakan tidak terbawa
oleh arus air, hal ini bertujuan agar pakan tidak terbuang bersama air.
pakan hidup berupa artemia dewasa, udang renik atau cacing darah dimana
pakan hidup mempunyai kelebihan seperti pergerakannya yang mudah
direspon oleh ikan serta tahan dalam lama di dalam air. Setelah pakan
hidup habis maka airnya dapat dialirkan kembali.
5.3.3. Pengontrolan/pemantauan
Budidaya Ikan Hias Mandarin
47
Pengontrolan dilakukukan dengan tujuan untuk mengetahui kondisi
keadaan induk atau calon induk baik itu pertumbuhan, kesehatan,
pemijahan maupun kualitas telur yang dihasilkan selain itu kondisi
lingkungan juga harus diperhatikan agar kesehatan ikan tetap terjaga.
Dengan adanya pengontrolan tersebut diatas setidaknya kita dapat
mengambil keputusan untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
a. Pengelolaan lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan
keberhasilan produksi. Usahakan lingkungan pemeliharaan memenuhi
kriteria baik itu kualitas air, arus air, tekanan aerasi, wadah maupun selter
yang digunakan dapat memberikan kenyamanan bagi ikan agar dapat
memberikan hasil yang memuaskan. Beberapa faktor yang harus
diperhatikan antara lain adalah:
- Kualitas air yang memenuhi standar yang dibutuhkan;
- Tekanan arus atau aliran air harus diatur sesuai dengan kemampuan
daya renang ikan;
- Tekanan aerasi diatur sesuai dengan tingkat kenyamanan ikan;
- Kebersihan wadah harus dijaga untuk menghindari adanya penyakit dan
dengan wadah yang bersih memudahkan pengontrolan;
- Penyiponan kotoran yang ada di dasar wadah dilakukan setiap hari
dengan menggunakan selang sipon;
- Pemberian selter berupa potongan pipa, atau bahan-bahan lain yang
dapat dijadikan tempat bersembunyi bagi ikan.
b. Pemijahan
Pemijahan ikan Mandarin di alam terjadi disekitar karang dimana
terdapat kelompok kecil jantan dan betina bersama-sama sepanjang
malam. Pemijahan terjadi ketika jantan dan betina mengeluarkan sperma
dan telur setelah mencari pasangannya dan naik sekitar satu meter diatas
permukaan karang. Setiap ikan betina hanya sekali memijah setiap malam
Budidaya Ikan Hias Mandarin
48
dan tidak memijah lagi untuk beberapa hari. Terdapat kompetisi diantara
ikan jantan dan yang menang akan melakukan pemijahan. Ikan jantan yang
paling besar dan yang kuat melakukan pemijahan lebih sering karena ikan
betina lebih memilihnya. Sepasang ikan Mandarin akan naik ke permukaan
dan bersentuhan diantara keduanya dimana telur dan sperma keluar secara
bersamaan pada saat pemijahan.
Ikan Mandarin memijah dipermukaan. Pembuahan terjadi bila antara
jantan dan betina berada pada jarak yang paling dekat saat berenang ke
atas. Pemijahan terjadi seminggu sekali dengan sekitar 200 telur yang
dikeluarkan. Ikan Mandarin dapat memijah sepanjang tahun.
ikan Mandarin memijah pada saat matahari terbenam. Ikan jantan
akan mencari ikan betina. Ikan betina yang terpilih akan naik bersamaan ke
permukaan dan melakukan pemijahan. Ikan jantan selalu berada di depan
ikan betina dan berenang beriringan sambil mengembangan siripnya. Jika
sore telah tiba, ikan betina yang telah siap maka ikan jantan akan berenang
mendekati ikan betina tersebut sambil mengipaskan siripnya. Selanjutnya
jika ikan betina menerima maka secara berpasangan akan berenang keatas
dan dengan saling berhadapan maka akan terjadi pemijahan. Setelah terjadi
pemijahan pasangan ini turun kembali ke dasar dengan jantan terus
mengikuti betina, dengan proses yang sama akan terjadi pemijahan
berikutnya sampai benar-benar cahaya tidak ada
Pemijahan ikan Mandarin di wadah pemeliharaan dapat dilakukan
secara alami dan pemijahan terjadi secara massal. Biasanya terjadi disaat
menjelang matahari terbenam dimana induk jantan merayu induk betina
dan kemudian keduanya berlahan-lahan naik kepermukaan, induk betina
melepaskan telur dan dibuahi oleh jantan (pembuahan secara eksternal),
telur yang bagus biasanya mengapung dipermukaan air. Telur yang baru
keluar saling terikat memanjang seperti rantai dan akan terpisah oleh
gerakan air.
Budidaya Ikan Hias Mandarin
49
Telur ikan Mandarin mudah rusak jika terkena arus yang kuat atau
gangguan lainnya. Telur dapat dipindahkan ke tempat lain dengan
menggunakan serokan telur atau pipet dari permukaan air.
Ukuran diameter telur antara 0.7 sampai 0.8 mm, tidak berwarna,
seperti spiral, dan mengapung. Telur pertama kali menempel satu sama
lain dan kemudian perlajhan-lahan memisah menjadi bagian yang kecil
Daftar Pustaka
Delbeek, C. 1989. The Mandarin Fish: Synchiropus splendidus. Seascope.
Gani A, Herlina T, Erdy Asmaul Basir dan Agus Darmawan, 2012., Pembenihan Ikan Hias Laut Mandarin Fish (Synchiropus splendidus) Skala Rumah Tangga. Jurnal Teknologi Budidaya Laut. Volume: 2 Tahun 2012, ISSN. 2089-3728
Mai, W. 2000 Nachzucht des Mandarinfisches gelungen. Datz 53(7):8-9.
Randall, J.E., G.R. Allen and R.C. Steene 1990 Fishes of the Great Barrier Reef and Coral Sea. University of Hawaii Press, Honolulu, Hawaii. 506 p.
Sadovy, Y., G. Mitcheson, M. Rasotto. 2001. Early development of the ikan Mandarin, Synchiropus splendidu (Callionymidae), with notes on its fishery and potential for culture.. Aquarium Sciences and Conservation, 3: 253-263.
Oleh : Imanuel G Pattipeilohy, Heru Salamet, dan Herlina Tahang
6.1. Persiapan
Bak larva ikan Mandarin dan seluruh perlengkapan pemeliharaan sebelum
digunakan harus bersih, bebas penyakit dan parasit. Sebelum dilakukan
pemeliharaan larva ikan Mandarin, bak terlebih dahulu dicuci dengan deterjen
dan atau kaporit sebanyak 100-150 ppm. Kemudian bak dibilas dengan air tawar
sampai bau kaporit hilang dan dikeringkan selama 1 hari. Selanjutnya bak diisi
dengan air laut yang telah disaring dengan filter bag. Ketinggian volume pengisian
air laut kurang lebih 80% dari volume media pemeliharaan. Penyaringan,
bertujuan agar air laut yang digunakan bersih, jernih dan tidak membawa banyak
material didalamnya Selanjutnya bak ditutup dengan plastik transparan, untuk
menstabilkan suhu media pemeliharaan. Salinitas air media pemeliharaan larva
sebesar 30-33 ppt dan suhu airnya 30°C-32°C.
6.2. Seleksi Telur
Telur hasil pemijahan, sebelum ditetaskan harus diseleksi terlebih dahulu.
Cara penyeleksian dengan memasukkan telur di dalam akuarium (40X40X40 cm)
dan biarkan selama beberapa menit. Telur yang baik mempunyai ciri-ciri:
transparan mengapung atau melayang, berbentuk bulat, dan ukuran diameter
telur 0.74 mm. Sedangkan telur yang jelek akan mengandap dan berwarna putih
susu. Telur yang jelek dibuang dengan cara menyipon dasar akuarium. Telur yang
baik dihitung secara sensus dan dimasukkan ke dalam bak pemeliharaan larva.
Budidaya Ikan Hias Mandarin
51
Gambar 22. Ukuran diameter telur ikan Mandarin 0.74 mm
6.3. Penetasan Telur
Telur yang telah diseleksi kemudian ditetaskan dalam bak pemeliharaan
larva. Bak pemeliharaan berupa bak fiberglass berbentuk empat persegi dengan
volume 3 ton, bak dilengkapi dengan sistem air mengalir dan aerasi. Kepadatan
telur yang ditebar 3000 butir. Cara penebaran telur adalah dengan memindahkan
telur dari akuarium menggunakan gayung, dan kemudian ditebar merata
diseluruh permukaan media pemeliharaan.
Biasanya telur ikan Mandarin akan menetas 13-14 jam setelah pembuahan.
Larva yang baru menetas berukuran panjang total 1.58 mm, putih transparan,
bersifat planktonik dan bergerak mengikuti arus. Telur yang tidak menetas akan
mengendap didasar bak, untuk membersihkan dilakukan penyiphonan. Setelah
larva yang menetas dihitung dengan metode volumetric, sebaiknya dilakukan
pada pagi hari ketika suhu air tidak terlalu tinggi.
Gambar 23. Larva ikan Mandarin dengan ukuran panjang total 1.58 mm
Budidaya Ikan Hias Mandarin
52
6.4. Manajemen Pakan
Pakan awal larva adalah rotifera (Brachionus plicatilis) diberikan pada saat
kuning telur pada larva akan habis, yaitu pada hari ke-tiga. Pada hari ini mulut
larva ikan Mandarin sudah mulai terbuka dengan ukuran bukaan mulut 0.18 mm,
panjang total larva 1.98 mm, saluran pencernaan dan anus sudah terbentuk serta
telah mulai beradaptasi dengan makanan dari luar. Rotifera diberikan sampai
dengan larva telah beradaptasi dengan baik terhadap pakan buatan. Dosis
pemberian rotifera disesuaikan kepadatan larva. Pada umumnya kepadatan
rotifera yang diberikan adalah 5-10 ind/ml.
Gambar 24. Larva ikan Mandarin pada umur D3
Sebelum rotifera diberikan pada larva, terlebih dahulu diberikan
fitoplankton beberapa saat. Pemberian fitoplankton bertujuan untuk menjaga
mutu air dan sebagai pakan rotifer. Fitoplankton diberikan sampai dengan
pemberian rotifera berakhir yaitu umur larva D20.
Pakan hidup selanjutnya adalah naupli artemia (Artemia salina) yang
diberikan saat umur larva D 20 sampai panen. Dosis pemberian naupli artemia
adalah 0,5-1 ind/ml. Pakan alami rotifera dan naupli artemia yang akan diberikan
pada larva Mandarin terlebih dahulu diperkaya dengan minyak ikan atapun
vitamin, pengkayaan pakan dapat dilakukan selama 2 jam sebelum diberikan pada
larva. Untuk lebih jelasnya skema pemberian pakan untuk larva dapat dilihat pada
gambar berikut.
Budidaya Ikan Hias Mandarin
53
Gambar 25. Skema pemberian pakan larva
Tingkah laku dan sifat makan ikan Mandarin adalah makan secukupnya,
sifat kanibalnya rendah, makanan yang jatuh di dasar bak baru dimakan, malas
mengikuti makanan yang bergerak pada kolom air dan cara mematuk untuk
mengambil makanan.
6.5. Manajemen Air
Pengelolaan air pemeliharaan mutlak diperlukan guna tetap menjaga
kualitas air yang digunakan. Pengelolaan air pada larva ikan Mandarin berbeda
dengan pengelolaan air pada larva ikan laut lainnya. Pengelolaan air yang
dilakukan adalah hanya dengan mengganti air pemeliharaan pada umur larva D20
hari sebanyak 35% tiap harinya.
Pada pemeliharaan larva ikan Mandarin pada wadah pemeliharaan tidak
dilakukan penyiponan dasar bak, hali ini karena sifat dari larva ikan Mandarin ini
selalu berada di dasar dan dinding bak. Untuk membantu proses penguraian
senyawa berbahaya didasar bak (amoniak) dan untuk menghindari memburuknya
air secara periodik diberikan probiotik pada media pemeliharaan.
6.6. Panen
Pemanenan dilakukan setelah umur larva memasuki 35 hari (D35).
Pemanenan dilakukan secara hati-hati agar tidak menimbulkan ikan stres.
Tahapan dalam panen larva ikan Mandarin sebagai berikut:
Air dalam bak pemeliharaan dikurangi dengan menggunakan alat sipon
sampai ketinggian air kurang lebih 10 cm.
0 3 20 35
Phytoplankton ditambahkan pada Rotifera
Naupli Artemia
Hari
Budidaya Ikan Hias Mandarin
54
Ikan diseser atau diserok dan dimasukkan ke dalam baskom atau ember
dengan air mengalir secara pelan agar kotoran yang terikut pada saat panen
dapat terbuang.
Ikan-ikan yang telah dipanen, kemudian dihitung dalam satu wadah
penampungan sementara seperti baskom plastik atau ember yang telah
dialiri air laut dan aerasi.
Ikan yang telah dihitung kemudian ditebar pada wadah pemeliharaan yaitu
akuarium atau bak pendederan.
Daftar Pustaka
Budiardi, T., W. Cahyaningrum dan I. Effendi. 2005. Efisiensi pemanfaatan kuning telur embrio dan larva ikan maanvis (Pterophyllum scalare) pada suhu inkubasi yang berbeda. Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Djuwita I., A Boediono, dan K. Mohamad. 2000. Embriologi. Laboratorium Embriologi. Bagian Anatomi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Effendi. M.I. 1997. Metode Biologi Perikanan, Yayasan Dewi Sri Bogor.
Gani A, Herlina T, Erdy Asmaul Basir dan Agus Darmawan, 2012., Pembenihan Ikan Hias Laut Mandarin Fish (Synchiropus splendidus) Skala Rumah Tangga. Jurnal Teknologi Budidaya Laut. Volume: 2 Tahun 2012, ISSN. 2089-3728
Ghufran M H. Kordi K, 2007., Pembenihan Ikan Kerapu. PT Perca Jakarta.
Iqbal, M.D. dan J. Herlinah. 2007. Pengaruh kejutan dingin terhadap masa inkubasi, derajat penetasan dan sintasan prelarva ikan bandeng. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Unversitas Hasanudin. Makasar.
Nugraha D, M. N. Supardio dan Subiyanto. 2012. Pengaruh perbedaan suhu terhadap perkembangan embrio, daya tetas telur dan kecepatan peneyerapan kuning telur ikan black ghost (Apteronotus albifrons) pada skala laboratorium. Jurnal Penelitian Manajemen Aquaculture. Volume 1, No 1, Tahun 2012, Hal 1-6
Budidaya Ikan Hias Mandarin
55
Nugraha. F. 2004, Embriogenesis dan Perkembangan Larva Ikan rainbow (Glossolepis incise). Skripsi Institut Pertanian Bogor.
Satyani, D. 2007. Reproduksi dan Pembenihan Ikan Hias Air Tawar. Pusat Riset Perikanan Budidaya. Jakarta.
Sedjati, I.F. 2002. Embriogenesis dan perkembangan larva ikan redfin shark (Labeo
erythropterus C.V). Skripsi. Program Studi Budidaya Perairan Fakuktas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Suharno, 2011. Perbedaan rasio jantan betina terhadap tingkat pembuahan dan
penetasan ikan blue devil (Crysiptera cyanea). Tesis. Program Pascasarjana. Program Studi Ilmu Kelautan. Universitas Pattimura.
Sumarianto, A. 2006. Embriogenesis ikan buat (Astyanax fasciatus). Skripsi. Program Studi Teknologi Manajemen Akuakultur Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Budidaya Ikan Hias Mandarin
56
BAB VII. PENDEDERAN BENIH
Oleh : Abdul Gani, Herlina Tahang dan Erdy A. Basir
7.1. Latar Belakang
Pendederan adalah tahap lanjutan dari pemeliharaan larva atau
pemindahan larva yang sudah memasuki ukuran benih ke tempat pembesaran
sementara. Pendederan dilakukan bertujuan untuk meningkatkan SR benih
dimana benih pada fase ini masih tergolong rentang sehingga dibutuhkan
perhatian khusus dalam penanganannya. Yang dimaksud dengan benih adalah
larva yang sudah tumbuh menjadi lebih sempurna dan secara fisik telah
menyerupai ikan dewasa. Pendederan ikan Mandarin biasanya dilakukan setelah
memasuki umur 25-35 hari dengan ukuran 0,5-1 cm.
Untuk ikan Mandarin, pendederan dapat menggunakan akuarim, baskom,
bak papan berlapis plastik, bak fiber, bak beton ataupun wadah lain yang layak
untuk digunakan. Pada fase ini ikan Mandarin masih mengandalkan pakan hidup
seperti naupli artemia ataupun capepoda. Pada fase ini masih sangat rentang
terhadap penyakit sehingga dibutuhkan penangan yang serius baik itu dari segi
pengontrolan, pemberian pakan maupun dari segi kebersihan lingkungannya.
7.2. Persiapan
Wadah yang digunakan minimal bervolume 60 liter yang dilengkapi dengan
sistem aerasi, saluran pemasukan air, saluran pembuangan. Pada ujung saluran
pembuangan diberikan saringan yang bertujuan untuk mencegah benih ikut kelur
bersama arus air. Saluran air masuk dengan air yang kelur harus di sesuaikan
sehingga tidak terjadi peluapan air yang dapat mengakibatkan benih ikut
terbuang. Pada ujung saluran pembuangan diberikan saringan untuk mencegah
benih keluar terbawa arus air lewat saluran pembuangan. Didalam wadah
ditempatkan beberapa selter yang berfungsi sebagai tempat bermain atau tempat
persembunyian. Selter dapat berupa potongan pipa atau ranting kayu.
Budidaya Ikan Hias Mandarin
57
Gambar 26. Selter yang berasal dari ranting kayu dan potongan ban mobil.
7.3. Penebaran Benih
Sebelum benih didederkan terlebih dahulu dilakukan grading yaitu dengan
mengelompokkan benih yang berukuran sama dan setiap kelompok ditempatkan
di wadah yang berbeda pula dengan tujuan untuk menghindari persaingan.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa pendederan dimulai setelah benih
berumur 25-35 hari dengan panjang antara 0,5-1 cm dengan kepadatan tebar
berkisar antara 3 - 5 ekaor/liter air. Kepadatan yang tinggi akan mempersulit pada
saat penyiponan karena penampang dasar wadah dipenuhi oleh benih, sedangkan
benih ikan Mandarin sangat mudah tersedot pada saat penyiponan.
Gambar 27. Benih yang baru dipanen dari bak larva
Budidaya Ikan Hias Mandarin
58
7.4. Penanganan Benih
Dalam penangan benih ikan Mandarin diperlukan ketelitian dan perhatian
khusus karena ikan ini tergolong perenang lambat sehingga tekanan arus air dan
tekanan aerasi harus diatur sedemikian rupa untuk menciptakan kenyamanannya.
Selain itu penyiponan kotoran dan pencucian wadah perlu diperhatikan untuk
menjaga kebersihan lingkangannya. Penyiponan dapat dilakukan 1 sampai 2 kali
sehari dan pada saat penyiponan diperlukan kehati-hati-hatian karena benih ikan
Mandarin hampir sama warnanya dengan kotoran dan terkadang tidak bergerak
walaupun mulut sipon sudah ada di dekatnya. Pada saat penyiponan sebaiknya
menggunakan saringan atau wadah lain untuk menampung air atau kotoran yang
terbuang sehingga benih yang tersedot masih dapat dikembalikkan ketempat
semula. Pencucian wadah dapat dilakukan 1 atau 2 minggu sekali tergantung
kondisi lingkungan, namun frekuensi pencucian wadah dapat ditekan dengan
memanfaatkan hewan pemakan lumut seperti lola/susu bundar. Pemanfaatan lola
3-5 ekor pada wadah berkapasitas 100 liter sudah terbukti mampu menekan laju
pertumbuhan lumut yang menempel pada penampang wadah sehingga dapat
menekan frekwensi pencucian wadah sampai 3 kali lipat .
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah saringan yang ada pada saluran
pembuangan karena seringkali terjadi penyumbatan dan akibatnya airnya meluap
dan benih ikut terbuang. Pendederan dapat dilakukan selama dua minggu atau
satu bulan tergantung besarnya benih yang diinginkan.
7.5. Pakan dan Pemberian Pakan
Pada tahap pendederan, benih ikan Mandarin masih mengandalkan pakan
hidup berupa naupli artemia, capepoda atau pakan hidup yang sesuai dengan
bukaan mulut benih. setelah ukuran benih bertambah besar kira-kira 1,5 cm maka
kepadatan dapat dikurangi sekaligus dilakukan grading ulang dan sudah dapat
diberikan artemia yang berukuran sedang atau artemia yang sesuai dengan
bukaan mulut benih dan pada fase ini warna aslinya sudah mulai kelihatan.
Budidaya Ikan Hias Mandarin
59
Padaaa fase inipun benih juga sudah dapat diajarkan untuk mengkonsumsi pakan
buatan (pellet). Pemberian pakan yang tepat baik dari segi nutrisi, ukuran maupun
dosis dapat mempercepat laju pertumbuhan.
Frekuensi pemberian pakan dapat dilakukan 3 kali sehari dan ukuran pakan
disesuaikan dengan bukaan mulut benih. Pada saat pemberian pakan hidup
dilakukan, sirkulasi air sebaiknya dihentikan agar pakan tersebut tidak hanyut
terbawa oleh air pada saluran pembuangan dan setelah pakan habis baru di
alirkan kembali airnya. Pakan pellet yang digunakan untuk benih ikan Mandarin
sebaiknya tengelam di dalam air dan dapat bertahan lama di dalam air.
Daftar Pustaka
Afrianto, E. dan Liviawaty, E. 2005. Pakan Ikan. Kanisius. Yogyakarta
Effendie , I. M. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta.
Fuiman, L. A. and Werner R.G. 2002. Fishery Science The Unique Contributions of
Early life stages. Blackwell Science Ltd. Oxford.
Gani, A. dan Bugis, C. 2012. Pembenihan ikan Mandarin. Laporan Tahunan 2012
BBL Ambon. Ambon.
Isnansetyo. A dan Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Phytoplankton dan
Zooplankton. Pakan Alami Untuk Pembenihan Organisme Laut. Kanisisus.
Yogyakarta.
Marwa. 2009. Pengaruh substitusi pakan buatan dengan Kuning telur terhadap
perkembangan larva kerapu tikus (Cromileptes altivelis). Tesis. Program
Pascasarjana Program Studi Ilmu Kelautan Universitas Pattimura. Ambon
Rusdy, 2009. Pakan Untuk Larva Ikan. http://mamanabee.wordpress.com
Sadovy, Y., J. Randall, M. Raotto. 2004. Skin structure in six dragonet species
(Gobiesociformes; Callionymidae): interspecific differences in glandular cell types
and mucus secretion. Journal of Fish Biology, 66: 1411-1418.
Lieske, E. and R. Myers 1994 Collins Pocket Guide. Coral reef fishes. Indo-Pacific & Caribbean including the Red Sea. Haper Collins Publishers, 400 p.
Sadovy, Y., J. Randall, M. Raotto. 2004. Skin structure in six dragonet species (Gobiesociformes; Callionymidae): interspecific differences in glandular cell types and mucus secretion.. Journal of Fish Biology, 66: 1411-1418.
Adehoog. www.thealgaesource.net/chromophyta. diunduh tanggal 06 juni 2001
Baugis, P. 1979. Marine Plankton Ecology. American Elsevier Publishing Company. New York.
Ismi, S. 1996. Perkembangan populasi Nannochloropsis oculata pada suhu dan salinitas yang berbeda. Jur. Penel. Perikanan Ind. 2(2) : 68-72.
Isnansetyo. A dan Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Fitoplankton dan Zooplankton. Pakan Alami Untuk Pembenihan Organisme Laut. Kanisisus. Yogyakarta.
Marwa, Subiyanto, R., dan Salamet, H. 2012. Profil Pertumbuhan Nannochloropsis oculata pada Beberapa Tingkat kepadatan Awal Inokulum. Jurnal Vol 1.. BBL Ambon. Ambon.
Marwa, Sururi. A, Handayani. S, dan G. Nastassza., 2009. Kultur Fitoplankton dalam Pembenihan Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes alvelis). Balai Budidaya Laut Ambon 2009. Direktorat Jenderal Perikanan. Departemen Kelautan dan Perikanan. Hal : 55 - 68.
Redjeki dan Murtiningsih.1991. Budidaya Chlorella sp dengan Metode “Daily Tank Transfer” Buletin Penelitian Pperikanan No. 2. Pusat Penenlitian dan Pengembanagan Perikanan. Jakarta.
Sleigh, M.A.1989. Protista and Other Protists. Edward Arnold. London.
Sorgeloos, P., et.al. 1983. The use off Brain Shrimp Artemia in Crustacean Hatcheries and Nurseries. In CRC Handbook of Mariculture (I): Crustacean Aquaculture. J.P. McVey and J.R. Moore (Eds.) CRC Press Inc. Florida.
Thariq,M. Mustamin dan Dwi Handoko. 2002. Biologi Fiotoplankton, Budidaya Fitoplankton dan Zooplankton:78-96. Balai Budidaya Laut Lampung. Direktorat Perikanan Budidaya. Departemen Kelautan dan Perikanan.
Tjahjo W, Lydia Erawat dan Hanung S. 2002. Biologi Fiotoplankton, Budidaya Fitoplankton dan Zooplankton:3-23. Balai Budidaya Laut Lampung. Direktorat Perikanan Budidaya. Departemen Kelautan dan Perikanan.
Williams, D.M.1991. Cladistic Method and Chromophyte Phylogeny System 25 : 101-112.
Villegas, C.T. 1982. Culture and Screening of Food Organism as Potential Larval Food for Finfish and Shellfish. Report of Training Course on Growing Food Organisms for fish Hatchery. FAO-SEAFDEC. Iloilo.
Hoff. F.H. and. Snell, T.W. 1999. Plankton Culture Manual. Fifth Edition. Florida Aqua Farms Inc. Florida.
Jump up^ Hauter, Stan; Debbie Hauter (s.d.). "Striped Ikan Mandarin Profile". Saltwater Aquariums. About.com. Diakses 3 April 2014.
Jump up^ Hauter, Stan; Debbie Hauter (s.d.). "A Five Reason That Marine Fish Die In Aquarium". Saltwater Aquariums. About.com. Diakses 3 April 2014.
Jump up^ Sadovy, Yvonne; George Mitcheson and Maria B. Rasotto (December 2001). "Early Development of the Ikan Mandarin,Synchiropus splendidus (Callionymidae), with notes on its Fishery and Potential for Culture". Aquarium Sciences and Conservation (Springer Netherlands) 3 (4): 253–263. Diakses 3 April 2014.
Rangkuti, F, 2012. Studi Kelayakan Bisnis dan Investasi (Studi Kasus). Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sadovy, Yvonne; George Mitcheson dan Maria B. Rasotto (Desember 2001). "Awal Pengembangan Ikan Mandarin itu, Synchiropus splendidus (Callionymidae), dengan catatan tentang Perikanan dan Potensi Budaya" Aquarium Ilmu dan Konservasi (Springer Belanda) 3 (4):. 253-263