Top Banner

of 22

Budaya Jogja

Jan 08, 2016

Download

Documents

sekadar sharing tentang Jogja
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

NGAYOGYAKARTA LAN KABUDAYANINGDIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) adalah provinsi yang ber-Ibukota di Yogyakarta, sebuah kota yang kaya predikat, baik berasal dari sejarah maupun potensi yang ada, seperti sebagai kota perjuangan, kota kebudayaan, dan kota pariwisata. Latar belakang kehidupan masyarakat Yogyakarta berkaitan erat dengan sejarah kehidupannya, sehingga hal tersebut sangat berpengaruh terhadap etika masyarakatnya.Sejarah asal mula nama Yogyakarta atau Ngayogyakarta (bahasa Jawa) Menurut Babad Gianti adalah nama yang diberikan Paku Buwono II (raja Mataram tahun 1719-1727) sebagai pengganti nama pesanggrahan Gartitawati. Yogyakarta berarti Yogya yang kerta, Yogya yang makmur, sedangkan Ngayogyakarta Hadiningrat berarti Yogya yang makmur dan yang paling utama. Sumber lain mengatakan, nama Yogyakarta diambil dari nama (ibu) kota Sanskrit Ayodhya dalam epos Ramayana. Dalam penggunaannya sehari-hari, Yogyakarta lazim diucapkan Jogja (karta) atau Ngayogyakarta (bahasa Jawa).Sebutan kota perjuangan untuk kota ini dikarenakan peran Yogyakarta dalam perjuangan bangsa Indonesia pada jaman kolonial Belanda dan jaman penjajahan Jepang. Yogyakarta pernah menjadi pusat kerajaan, baik Kerajaan Mataram (Islam), Kesultanan Yogyakarta maupun Kadipaten Pakualam. Serta pernah pula menjadi Ibukota Negara Republik Indonesia.Sebutan kota kebudayaan untuk kota ini berkaitan erat dengan peninggalan-peninggalan budaya bernilai tinggi pada masa kerajaan-kerajaan yang sampai sekarang masih tetap lestari. Sebutan ini juga berkaitan dengan banyaknya pusat-pusat seni dan budaya. Sebutan kata Mataram yang banyak digunakan sekarang ini, tidak lain adalah sebuah kebanggaan atas kejayaan Kerajaan Mataram.Sebutan Yogyakarta sebagai kota pariwisata menggambarkan potensinya dalam kacamata kepariwisataan. Yogyakarta adalah daerah tujuan wisata terbesar kedua setelah Bali. Berbagai jenis obyek wisata dikembangkan di wilayah ini, seperti wisata alam, wisata sejarah, wisata budaya, wisata pendidikan, bahkan, yang terbaru, wisata malam.Dasar filosofi pembangunan daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Hamemayu Hayuning Bawana, sebagai cita-cita luhur untuk menyempurnakan tata nilai kehidupan masyarakat Yogyakarta berdasarkan nilai budaya daerah yang perlu dilestarikan dan dikembangkan. Secara filosofis, budaya Jawa khususnya budaya Jogja dapat digunakan sebagai sarana untuk Hamemayu Hayuning Bawana. Ini berarti bahwa budaya tersebut bertujuan untuk mewujudkan masyarakat ayom, adem ayem, tata titi, tentrem karta raharja. Dengan kata lain, budaya tersebut akan bermuara pada kehidupan masyarakat yang penuh dengan kedamaian, baik ke dalam maupun ke luar.Yogyakarta menjadi seperti saat ini, karena latar belakang yang dimilikinya. Berbagai peristiwa yang dialami kota ini melahirkan budaya jawa serta menumbuhkan nilai-nilai etika orang jawa yang terkenal akan kesopanan dan keramahannya. Budaya kerajaan yang telah lampau masih melekat erat pada kota Yogyakarta, hal ini ditunjukkan pada sistem pemerintahan kesultanan yang masih dapat dipertahankan. Sehingga berpengaruh pada kehidupan masyarakat di Yogyakarta.Adapun nilai historis dan budaya yang tidak dapat dipisahkan dari Yogyakarta itu sendiri antara lain dengan dan/atau karena adanya :1. Keraton Yogyakarta

Keraton Yogyakarta dibangun pada tahun 1756 Masehi (beberapa bulan setelah Perjanjian Giyanti yang dilaksanakan pada 13 Februari 1755) atau tahun Jawa 1682 oleh Pangeran Mangkubumi Sukowati yang memiliki gelar Sri Sultan Hamengku Buwono I Sebelum menempati Kraton Yogyakarta yang ada saat ini, Sri Sultan Hamengku Buwono I atau Sri Sultan Hemengku Buwono Senopati Ingalogo Ngabdulrahman Sayidin Panotogomo Kalifatullah tinggal di Ambar Ketawang Gamping, Sleman. Lima kilometer di sebelah barat Kraton Yogyakarta.Pada awalnya, ada beberapa versi, lokasi Keraton Yogyakarta adalah bekas pesanggrahan yang bernama Garjitawati. Fungsi Pesanggrahan Garjitawati adalah tempat peristirahatan iring-iringan jenazah raja-raja Mataram (Kartasura dan Surakarta) yang akan dimakamkan di Makam Imogiri Sedangkan versi lain menyebutkan bahwa lokasi Keraton Yogyakarta adalah sebuah mata air yang bernama Umbul Pacethokan, terletak di tengah hutan Beringan.Dari Ambar Ketawang Ngarso Dalem menentukan ibukota Kerajaan Mataram di Desa Pacetokan. Sebuah wilayah yang diapit dua sungai yaitu sungai Winongo dan Code. Lokasi ini berada dalam satu garis imajiner Laut Selatan, Krapyak, Kraton, dan Gunung Merapi. Bagian-bagian utama keraton Yogyakarta dari utara ke selatan adalah: Gapura Gladag-Pangurakan; Kompleks Alun-alun Ler (Lapangan Utara) dan Mesjid Gedhe (Masjid Raya Kerajaan); Kompleks Pagelaran, Kompleks Siti Hinggil Ler, Kompleks Kamandhungan Ler; Kompleks Sri Manganti; Kompleks Kedhaton; Kompleks Kamagangan; Kompleks Kamandhungan Kidul; Kompleks Siti Hinggil Kidul (sekarang disebut Sasana Hinggil); serta Alun-alun Kidul (Lapangan Selatan) dan Plengkung Nirbaya yang biasa disebut Plengkung Gadhing.Raja yang Berkuasa di Keraton Yogyakarta: 1) Sri Sultan Hamengku Buwono I (GRM Sujono) memerintah pada tahun 1755-1792.2) Sri Sultan Hamengku Buwono II (GRM Sundoro) memerintah pada tahun 1792-1812.3) Sri Sultan Hamengku Buwono III (GRM Surojo) memimpin pada tahun 1812-1814.4) Sri Sultan Hamengku Buwono IV (GRM Ibnu Djarot) memerintah pada tahun 1814-1823.5) Sri Sultan Hamengku Buwono V (GRM Gathot Menol) memerintah pada tahun 1823-1855.6) Sri Sultan Hamengku Buwono VI (GRM Mustojo) memerintah pada tahun 1855-1877.7) Sri Sultan Hamengku Buwono VII (GRM Murtedjo) memerintah pada tahun 1877-1921.8) Sri Sultan Hamengku Buwono VIII (GRM Sudjadi) memerintah pada tahun 1921-1939.9) Sri Sultan Hamengku Buwono IX (GRM Dorojatun) memimpin pada tahun 1940-1988.10) Sri Sultan Hamengku Buwono X (GRM Hardjuno Darpito) memimpin tahun 1989 hingga saat ini.Menurut Keraton, ada 3 jenis gelar, yaitu: Sentono Dalem, Abdi Dalem dan Kawulo Dalem. Sentono Dalem adalah gelar yang ditunjukkan untuk keluarga kerajaan. Abdi Dalem adalah gelar yang ditunjukkan untuk pegawai kerajaan dan Kawulo Dalem adalah gelar untuk seseorang yang berhubungan darah dengan keluarga kerajaan namun menetap dan membaur dengar rakyat. Dalam ruang lingkup keraton, pemakaian gelar pun memiliki aturan tersendiri, aturan pemakaian gelar sebagai berikut :a. Gelar dapat diturunkan dari ayah yang memiliki gelar atau ibu yang memiliki gelar.b. Gelar dari ibu hanya dapat diturunkan jika ada alasan yang kuat. contoh: sang ibu merupakan keturunan dari Sultan Hamengku Buwono ke-V.c. Gelar diturunkan sesuai tingkatan keturunannya.d. Jika gelar selanjutnya tidak diturunkan oleh orang tua kepada semua anaknya, maka gelar tersebut dianggap HABIS.e. Jika habis, maka sang anak hanya mendapat gelar setara dengan rakyat biasa.f. Gelar yang setara dengan rakyat biasa dapat dinaikkan derajatnya menjadi gelar yang lebih tinggi jika diberi gelar oleh orang tuanya.

Gelar yang dipakai di Kesultanan Yogyakarta1) Penguasa Kesultanan : Sampeyan Dalem ingkang Sinuhun Kanjeng Sri Sultan Hamengku Buwana Senapati ing Alaga Ngabdurrokhman Sayidin Panatagama Khalifatullah ingkang Jumeneng Kaping ... (yang berarti pemimpin yang menguasai dunia, komandan besar, pelayan Tuhan, Tuan semua orang yang percaya)2) Permaisuri Sultan Hamengkubuwana: Gusti Kanjeng Ratu (GKR)3) Selir Sultan Hamengkubuwana: Kanjeng Bendara Raden Ayu (KBRAy)4) Pewaris tahta Kesultanan (putra mahkota): Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Amangku Negara Sudibya Rajaputra Narendra ing Mataram5) Anak lelaki selain putra mahkota dari permaisuri ketika masih muda: Gusti Raden Mas (GRM)6) Anak lelaki selain putra mahkota dari permaisuri ketika sudah dewasa: Gusti Bendara Pangeran Harya (GBPH)7) Anak lelaki dari selir ketika masih muda: Bendara Raden Mas (BRM)8) Anak lelaki dari selir ketika sudah dewasa: Bendara Pangeran Harya (BPH)9) Cucu lelaki dan keturunan lelaki lain dari garis pria: Raden Mas (RM)10) Anak perempuan dari permaisuri ketika belum dinikahkan: Gusti Raden Ajeng (GRA)11) Anak perempuan dari permaisuri ketika sudah dinikahkan: Gusti Raden Ayu (GRAy)12) Anak perempuan tertua dari permaisuri ketika sudah dewasa: Gusti Kanjeng Ratu (GKR)13) Anak perempuan dari selir ketika belum dinikahkan: Bendara Raden Ajeng (BRA)14) Anak perempuan dari selir ketika sudah dinikahkan: Bendara Raden Ayu (BRAy)15) Cucu perempuan dan keturunan perempuan lain dari garis pria, sebelum dinikahkan: Raden Ajeng (RA)16) Cucu perempuan dan keturunan perempuan lain dari garis pria, sesudah dinikahkan: Raden Ayu (RAy)2. Upacara AdatYogyakarta memiliki beragam upacara adat, antara lain :a. Tumplak WajikUpacara tumplak wajik adalah upacara pembuatan Wajik (makanan khas yang terbuat dari beras ketan dengan gula kelapa) untuk mengawali pembuatan pareden yang digunakan dalam upacara Garebeg. Upacara ini hanya dilakukan untuk membuat pareden estri pada Garebeg Mulud dan Garebeg Besar. Dalam upacara yang dihadiri oleh pembesar Keraton ini di lengkapi dengan sesajian. Selain itu upacara yang diselenggarakan dua hari sebelum garebeg juga diiringi dengan musik ansambel lesung-alu (alat penumbuk padi), kenthongan, dan alat musik kayu lainnya. Setelah upacara selesai dilanjutkan dengan pembuatan pareden. b. GarebegUpacara Garebeg diselenggarakan tiga kali dalam satu tahun kalender/penanggalan Jawa yaitu pada tanggal dua belas bulan Mulud (bulan ke-3), tanggal satu bulan Sawal (bulan ke-10) dan tanggal sepuluh bulan Besar (bulan ke-12). Pada hari-hari tersebut Sultan berkenan mengeluarkan sedekahnya kepada rakyat sebagai perwujudan rasa syukur kepada Tuhan atas kemakmuran kerajaan. Sedekah ini, yang disebut dengan Hajad Dalem, berupa pareden/gunungan yang terdiri dari Pareden Kakung, Pareden Estri, Pareden Pawohan, Pareden Gepak, dan Pareden Dharat, serta Pareden Kutug/Bromo yang hanya dikeluarkan 8 tahun sekali pada saat Garebeg Mulud tahun Dal.c. SekatenSekaten merupakan sebuah upacara kerajaan yang dilaksanakan selama tujuh hari. Konon asal usul upacara ini sejak kerajaan Demak. Upacara ini sebenarnya merupakan sebuah perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad. Menurut cerita rakyat kata Sekaten berasal dari istilah credo dalam agama Islam, Syahadatain. Sekaten dimulai dengan keluarnya dua perangkat Gamelan Sekati, KK Guntur Madu dan KK Nagawilaga, dari keraton untuk ditempatkan di Pagongan Selatan dan Utara di depan Mesjid Gedhe. Selama tujuh hari, mulai hari ke-6 sampai ke-11 bulan Mulud, kedua perangkat gamelan tersebut dimainkan/dibunyikan (jw: ditabuh) secara bergantian menandai perayaan sekaten.Pada malam kedelapan Sultan atau wakil yang dia tunjuk, melakukan upacara Udhik-Udhik, tradisi menyebar uang logam (koin). Setelah itu Sultan atau wakil dia masuk ke Mesjid Gedhe untuk mendengarkan pengajian maulid nabi dan mendengarkan pembacaan riwayat hidup nabi. Akhirnya pada hari terakhir upacara ditutup dengan Garebeg Mulud. Selama sekaten Sego Gurih (sejenis nasi uduk) dan Endhog Abang (harfiah=telur merah) merupakan makanan khas yang banyak dijual. Selain itu terdapat pula sirih pinang dan bunga kantil (Michelia alba; famili Magnoliaceae). Saat ini selain upacara tradisi seperti itu juga diselenggarakan suatu pasar malam yang dimulai sebulan sebelum penyelenggaraan upacara sekaten yang sesungguhnya.d. Upacara Siraman/Jamasan Pusaka dan LabuhanDalam bulan pertama kalender Jawa, Suro, Keraton Yogyakarta memiliki upacara tradisi khas yaitu Upacara Siraman/Jamasan Pusaka dan Labuhan. Siraman/Jamasan Pusaka adalah upacara yang dilakukan dalam rangka membersihkan maupun merawat Pusaka Kerajaan (Royal Heirlooms) yang dimiliki. Upacara ini di selenggarakan di empat tempat. Lokasi pertama adalah di Kompleks Kedhaton (nDalem Ageng Prabayaksa dan bangsal Manis). Upacara di lokasi ini 'tertutup untuk umum dan hanya diikuti oleh keluarga kerajaan. Lokasi kedua dan ketiga berturut turut di kompleks Roto Wijayan dan Alun-alun. Di Roto Wijayan yang dibersihkan/dirawat adalah kereta-kereta kuda. Kangjeng Nyai Jimat, kereta resmi kerajaan pada zaman Sultan HB I-IV, selalu dibersihkan setiap tahun. Kereta kuda lainnya dibersihkan secara bergilir untuk mendampingi (dalam setahun hanya satu kereta yang mendapat jatah giliran). Di Alun-alun dilakukan pemangkasan dan perapian ranting dan daun Waringin Sengker yang berada di tengah-tengah lapangan. Lokasi terakhir adalah di pemakaman raja-raja di Imogiri. Di tempat ini dibersihkan dua bejana yaitu Kyai Danumaya dan Danumurti. Di lokasi kedua, ketiga, dan keempat masyarakat umum dapat menyaksikan prosesi upacaranya.Labuhan adalah upacara sedekah yang dilakukan setidaknya di dua tempat yaitu Pantai Parang Kusumo dan Lereng Gunung Merapi. Di kedua tempat itu benda-benda milik Sultan seperti nyamping (kain batik), rasukan (pakaian) dan sebagainya di-larung (harfiah=dihanyutkan). Upacara Labuhan di lereng Gunung Merapi (Kabupaten Sleman) dipimpin oleh Juru Kunci Gunung Merapi sedangkan di Pantai Parang Kusumo Kabupaten Bantul dipimpin oleh Juru Kunci Cepuri Parang Kusumo. Benda-benda tersebut kemudian diperebutkan oleh masyarakat.

3. Rumah AdatRumah adat Daerah Istimewa Yogyakarta dinamakan Bangsal Kencono Kraton Yogyakarta merupakan sebuah bangunan Pendopo. Rumah adat Yogyakarta lebih terkenal dengan sebutan Rumah Joglo. Halamannya sangat luas, ditumbuhi tanaman dan dilengkapi beberapa sangkar burung. Di depan Bangsal Kencono / Rumah Joglo terdapat dua patung dari Gupolo, sang raksasa yang memegang gada (sejenis alat pemukul).

Bangsal Kencono / Rumah Joglo

4. Pakaian AdatPria Yogyakarta memakai pakaian adat berupa tutup kepala (destar), baju jas dengan leher tertutup (jas tutup) dan keris yang terselip di pinggang bagian belakang. Ia juga mengenakan kain batik yang bercorak sama dengan sang wanita. Sedangkan wanitanya memakai kebaya dan kain batik. Perhiasannya berupa anting-anting, kalung, dan cincin.

5. Senjata TradisionalDi Yogyakarta pun kerus merupakan senjata tradisional yang paling terkenal. Keris-keris itu diberi pula gelar-gelar kehormatan seperti "Kanjeng Kyai Kpek" dan sebagainya. Selain keris terdapat pula tombak sebagai benda pusaka. Benda-benda itu sangat dihormati dan diberi gelar kehormatan. Antara lain "Kajeng Kyai Ageng Plered", Kanjeng Kyai Ageng Baru", "Kanjeng Kyai Gadapan" dan "Kanjeng Ageng Megatruh"."Kyai Plered" mempunyai sejarah tersendiri, karena Untung Suropati berhasil menewaskan opsir Belanda Kapten Tack dengan menggunakan "Kyai Plered", oleh karena itu, tombak ini dianggap keramat. Ada pula tombak dan keris yang disebut Tosan Aji. Tosan artinya besi dan Aji artinya dihormati karena bertuah. Benda-benda ini biasanya dirawat baik-baik dan disimpan pada tempat-tempat khusus. Pada saat-saat tertentu benda-benda itu dibersihkan dan dimandikan.

6. Bahasa dan AksaraMasyarakat Ngayogyakarta masih sangat kental akan bahasa Jawa nya. Bahasa Jawa mewarnai kehidupan sehari-hari masyarakat Jogja, entah masyarakat yang berada di daerah pedesaan maupun di daerah perkotaannya. Meskipun Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional, tetap saja masyarakat Jogja tidak melupakan bahasa daerah yang mereka miliki. Adanya kaidah penulisan bahasa-kata-abjad dalam EYD tidak lantas menghilangkan aksara asli daripada Jogja itu sendiri. Masyarakat Jogja masih sering menggunakan aksara Jawa dalam kegiatan kesehariannya. Bahkan bahasa Jawa beserta aksara Jawa termasuk ke dalam kurikulum sekolah yang mana disebut dengan mata pelajaran muatan lokal (mulok) Bahasa Jawa.

7. Makanan KhasGudeg adalah kuliner khas Jogjakarta, Gudeg sendiri memiliki rasa yang agak manis. Makanan gudeg merupakan makanan yang paling di cari di Jogja. Gudeg terbuat dari nangka muda (gori) yang dimasak dengan santan. Perlu waktu berjam-jam untuk membuat masakan ini. Warna coklat pada gudeg disebabkan oleh daun jati yang dimasak bersamaan. Gudeg dimakan dengan nasi dan disajikan dengan kuah santan kental (areh), ayam kampung, telur, tahu dan sambal goreng krecek.

Gudeg

8. Alat Transportasi Tradisional

Andong merupakan salah satu alat transportasi tradisional di Yogyakarta dan sekitarnya, seperti Solo dan Klaten. Keberadaan andong sebagai salah satu warisan budaya Jawa memberikan ciri khas kebudayaan tersendiri yang kini masih terus dilestarikan. Walaupun sudah banyak kendaraan bermotor yang lebih cepat dan murah, tetapi pengguna Andong di Yogyakarta ini masih cukup banyak. Andong-andong ini dapat ditemui dengan mudah di sepanjang jalan Malioboro, pasar Ngasem, serta di Kotagede.9. Kesenian Yogyakarta merupakan satu daerah yang apabila dilihat dari segi kesenian sangatlah unik dan menarik, ini dikarenakan daerah ini dipimpin oleh seorang Sultan yang masih memegang teguh adat istiadat khususnya kesenian. Masyarakat Yogyakarta juga masih rutin mengadakan acara-acara kesenian, dengan tujunan mengingat nenek moyang mereka. Salah satu faktor mengapa kesenian begitu kental disini karena Yogyakarta merupakan tempat peradaban kerajaan masa Hindu-Budha. Berikut ini beberapa kesenian khas Yogyakarta.1) Sendratari Ramayana

Sendratari Ramayana merupakan satu kesenian yang paling terkenal di Yogyakarata, biasanya turis mancanegara sangat menyukai pertunjukan ini. Biasanya sendratari ini dipertunjukan di Candi Prambanan. Sendratari ini menceritakan tentang perlawanan antara budi perekrti yang baik yang ada dalam diri Sri Rama (dari negara Ayodhiyapala) melawan sifat jahat yang ada dalam diri Rahwana (maharaja angkara murka dari negara Alengka). Sendratari ini memiliki empat episode berbeda disetiap pertunjukannya diantaranya, Hilangnya Dewi Shinta, Hanoman Duta, Kombokarno Leno, dan Api Suci. Sendratari ini dipentaskan setiap bulan Mei sampai Oktober.

2) Seni Wayang Jawa

Salah satu ciri khas kebudayaan Yogyakarta adalah seni wayang. Kesenian wayang merupakan kreasi budaya masyarakat yang dalam setiap ceritanya memiliki filosofi akan kehidupan masyarakat Jawa, seperti kisah-kisah kepahlawanan, raja-raja terdahulu atau mitologi masyarakat Jawa. Masyarakat Jawa sangat menggemari wayang dikarenakan setiap cerita yang terdapat dalam kesenian wayang ini dapat dijadikan pedoman masyarakat dalam menjaga kebudayaan Jawa sendiri. Ada sekitar 40 jenis wayang di Jawa diantaranya adalah Wayang Beber, Wayang Klintik, Wayang Kulit, Wayang Krucil, dan Wayang Golek. Disetiap pementasan wayang selalu dipimpin oleh seorang Dalang yang memahami alur cerita dalam pewayangan. Pertunjukan wayang ini selalu diiringi oleh musik gamelan.3) Tari Jathilan

Tari Jathilan merupakan tarian dengan adegan sesama prajurit berkuda dan membawa senjata perang. Tarian ini mengutamakan sosok prajurit perang yang gagah perkasa di medan perang dan membawa senjata pedang. Namun demikian masyarakat mengenalnya sebagai tarian yang magis dan kesurupan.4) Kesenian Tari Golek Menak

Tari Golek Menak merupakan salah satu jenis tari klasik gaya Yogyakarta yang diciptakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Penciptaan tari Golek Menak berawal dari ide sultan setelah menyaksikan pertunjukkan Wayang Golek Menak yang dipentaskan oleh seorang dalang dari daerah Kedu pada tahun 1941. Disebut juga Beksa Golek Menak, atau Beksan Menak. Mengandung arti menarikan wayang Golek Menak. Karena sangat mencintai budaya Wayang Orang maka Sri Sultan merencanakan ingin membuat suatu pagelaran yaitu menampilkan tarian wayang orang. Untuk melaksanakan ide itu Sultan pada tahun 1941 memanggil para pakar tari yang dipimpin oleh K.R.T. Purbaningrat, dibantu oleh K.R.T. Brongtodiningrat, Pangeran Suryobrongto, K.R.T. Madukusumo, K.R.T. Wiradipraja, K.R.T.Mertodipuro, RW Hendramardawa, RB Kuswaraga dan RW Larassumbag.

5) Kesenian Gamelan

Gamelan merupakan alat musik khas Jawa tengah khususnya Yogyakarta. Musik gamelan ini sering digunakan dalam upacara-upacara adat di Yogyakarta atau sebagai musik pengiring di keraton Yogya. Bahkan bukan hanya dalam upacara adat ataupun sebagai musik dalam keraton, gamelan kini menjadi salah satu ekstrakurikuler pada jenjang sekolah menengah, tujuannya tidak lain agar para generasi muda mengenal dan mencintai serta dapat melestarikan warisan budaya Jogja. 6) Kesenian Tari Angguk

Kesenian Angguk merupakan satu dari sekian banyak jenis kesenian rakyat yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kesenian angguk berbentuk tarian disertai dengan pantun-pantun rakyat yang berisi pelbagai aspek kehidupan manusia, seperti: pergaulan dalam hidup bermasyarakat, budi pekerti, nasihat-nasihat dan pendidikan. Dalam kesenian ini juga dibacakan atau dinyanyikan kalimat-kalimat yang ada dalam kitab Tlodo, yang walaupun bertuliskan huruf Arab, namun dilagukan dengan cengkok tembang Jawa. Nyanyian tersebut dinyanyikan secara bergantian antara penari dan pengiring tetabuhan. Selain itu, terdapat satu hal yang sangat menarik dalam kesenian ini, yaitu adanya pemain yang ndadi atau mengalami trance pada saat puncak pementasannya. Sebagian masyarakat Yogyakarta percaya bahwa penari angguk yang dapat ndadi ini memiliki jimat yang diperoleh dari juru-kunci pesarean Begelen, Purworejo. 7) Tembang MacapatTembang macapat merupakan tembang yang dilantunkan dalam bahasa jawa. Macapat ini mengajarkan tentanghidup dan perilaku kehidupan yangbertujuan untuk memberikan pelajaran yang isinya merupakan pengetahuan dan pelajaran tentang kehidupan. Macapat adalah ajaran hidup yang sangat manusiawi,jika ajaran tersebut di terapkan dalam kehidupan masyarakat, maka yang bersangkutan akanmenemukan ketentraman jiwa yang membawanya pada ketentraman hidup. Kesenian ini sarat akan petuah dan falsafah. Selain itu Mocopat juga memiliki filosofi di mana ajarannya bersifat kausaluntuk segala usia, dari anak-anak hingga dewasa dan orang tua.Tembang macapat antara lain Pocung, Gambuh, Durma, Mijil, Pangkur, Sinom, Kinanthi, Asmaradana, Dhandhanggula, Maskumambang, dan Megatruh. Dari tembang-tembang tersebut memiliki bermacam-macam watak atau biasa dikatakan hal pembeda antara yang satu dengan yang lainnya. setiap tembang memiliki aturannya sendiri-sendiri seperti guru gatra, guru wilangan dan guru lagu. Guru gatra adalah jumlah baris dalamtembang macapat.Guru wilangan adalah jumlah suku katadalam tembang macapat. Guru lagu adalah jatuhnya suara diakhir baris tembang macapat.Berikut adalah salah satu contoh Tembang Macapat Mijil

Poma kaki padha dipun elingIng pitutur ingongSira uga satriya araneKudu anteng jatmika ing budiRuruh sarta wasisSamubarang ipun

8) Dolanan Anak

Dolanan anak merupakan permainan-permainan tradisional anak-anak yang sekatrang ini hampir punah. Namun beberapa event-event tradisional di Yogyakarta sering menyelenggarakan event dolanan ini. Permainan yang biasa dimainkan dalam dolanan anak ini seperti, Gotri Legendri, Cublak-cublak Suweng, Engklek, Bethink, Tawonan, Jek-jekan, Jemuran, Dhingklik Oglak Aglik, dll.

10. Tempat WisataDaerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah yang berada di Pulau Jawa yang mempunyai keistimewaan tersendiri. Berbagai macam obyek wisata dapat ditemui di Jogja, mulai dari wisata alam, wisata candi, wisata pantai, wisata sejarah, wisata museum, wisata belanja, wisata keluarga dan masih banyak lagi. a. Wisata Alam Kaliurang Lereng Merapi Gumuk Pasir Parangtritis Kaliadem Kawasan Ekowisata Gunung Api Purba Nglanggeran Puncak Suroloyo Gua Cerme,Gua Pindul, Gua Selarong, dllb. Wisata CandiKetika berkunjung ke pulau Bali pastilah disuguhi beragam peninggalan budaya berupa pura maka di Yogyakarta kita bisa menyaksikan dan berkunjung ke candi-candi yang tak kalah unik. Salah satu candi yang terkenal di daerah jogja yaitu Candi Prambanan, dimana candi ini merupakan mahakarya kebudayaan Hindu sekitar abad ke-10. Bangunannya yang langsing dan menjulang setinggi 47 meter membuat kecantikan arsitekturnya tak tertandingi.

Candi PrambananSelain Candi Prambanan masih ada beberapa candi yang dapat dikunjungi di Jogja, antara lain Candi Mendut, Candi Kedulan, Candi Abang, Candi Sambisari, Candi Ratu Boko, Candi Ijo, Candi Plaosan, Candi Pawon, Candi Sari, dan lain-lain.

c. Wisata PantaiJogja memiliki wisata pantai yang cukup banyak dengan lokasi yang rata-rata berada di selatan Pulau Jawa. Jika berbicara mengenai pantai, Pantai Parangtritis menjadi pantai yang paling dicari untuk di kunjungi. Sejak dulu hingga saat ini banyak wisatawan yang berkunjung ke pantai ini untuk menikmati pasir vukaniknya yang berwarna hitam serta menikmati deburan omabak besar. Tak lengkap rasanya jika melancong ke Jogja tanpa singgah di Pantai Parangtritis.

Pantai ParangtritisAda berbagai macam pantai selain Pantai Parangtritis, seperti Pantai Samas, Pantai Depok, Pantai Indrayanti, Pantai Baron, Pantai Krakal, Pantai Kukup, Pantai Parangkusumo, Pantai Drini, Pantai Ngobaran, Pantai Sepanjang, Pantai Kuwaru, Pantai Trisik, dan masih banyak lainnya.

d. Wisata BelanjaAda beberapa tempat menarik yang dapat dijadikan tempat wisata belanja, antara lain Malioboro, Pasar Beringharjo (Pasar Tradisional), Pasar Klithikan Pakuncen (jual-beli barang baru maupun bekas), Pasar Seni Gabusan, Tas Rajut Dowa (terkenal sampai luar negeri), Kerajinan Perak Kotagede, Coklat Monggo, serta Mall-Mall Jogja, dll.

Kawasan Malioboro

e. Wisata SejarahJogja terkenal pula akan wisata sejarahnya, banyak tempat-tempat wisata yang memiliki nilai sejarah di Jogja, seperti Keraton Yogyakarta, Tugu Golog Gilig Jogja atau yang lebih dikenal dengan Tugu Jogja, Taman Sari, Museum Sonobudoyo, Benteng Vredeburg, Monumen Jogja Kembali atau sering orang menyebutnya Monjali, Museum Dirgantara Mandala, dan berbagai museum yang tersebar di wilayah DIY. Wisata sejarah di Jogja yang patut dikunjungi adalah Keraton Yogyakarta dan Tugu Jogja karena tempat tersebut merupakan landmark Kota Jogja.

Tugu Pal Putih / Tugu Golog Gilig / Tugu Jogja

f. Wisata Kuliner Sadar akan potensi yang dimilikinya, Yogyakarta semakin mempercantik kotanya dengan terus menambah jumlah tempat wisata. Tak hanya tempat wisata alam dan budayanya, Yogyakarta juga mampu menarik perhatian dengan kulinernya. Untuk kuliner, Gudeg dan Bakpia Pathok menjadi ikon yang tak terlepas dari yang namanya Kota Jogja. Selain itu, ternyata Jogja memiliki wisata kuliner yang beragam, mulai dari yang nyaman di kantong hingga yang cukup menguras isi dompet. Wisata kuliner yang cukup terkenal di Jogja antara lain Angkringan Lik Man, Sate Klathak Pak Pong, House of Raminten, Kalimilk Jogja, Bong Kopitown, Mie Telap 12, dan masih banyak lagi tempat yang dapat dijadikan alternatif berwisata kuliner lainnya.

g. Desa WisataDesa wisata adalah pengembangan dari suatu desa yang memiliki potensi wisata dengan ciri khasnya yang dilengkapi dengan fasilitas pendukung seperti alat transportasi atau penginapan. Nah, ternyata Jogja pun memiliki desa wisata yang beragam ke-khas-an-nya. Contohnya, Desa Wisata Krebet yang terletak di Dusun Krebet, Desa Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Bantul yang dikenal sebagai sentra wisata kerajinan kriya dengan motif batiknya. Kerajinan batik di desa ini tergolong unik karena yang menjadi media berupa kayu, maka yang dihasilkan yakni batik kayu.

Batik Kayu Hasil Kerajian Desa Wisata KrebetSelain Desa Wisata Krebet, ada pula Desa Wisata Kasongan yang terkenal dengan sentra industri kerajinan gerabah, ada pula Desa Wisata Manding menjadi tempat wisata dengan kerajinan kulitnya. Selain ketiga desa wisata tersebut, ada beberapa desa wisata lainnya yang punya ciri khas dan kerajinannya masing-masing antara lain Desa Wisata Banyusumurup, Desa Wisata Kebonagung, Desa Wisata Pentingsari, Desa Wisata Ledok Sambi, dan lain sebagainya.

h. Wisata KeluargaTak akan ada habisnya jika berbicara tempat wisata yang ada di Jogja, hampir yang kita cari ada disini, contohnya dengan adanya tempat wisata keluarga baik yang dikunjungi pada siang hari seperti Kebun Binatang Gembiraloka , Taman Pintar, Kids Fun maupun yang lebih ramai dikunjungi pada malam hari yakni Alun-Alun Kidul yang terkenal dengan mitos Wit Ringin Kembar, Taman Pelangi dengan berbagai macam bentuk lampion yang ada atau Bukit Bintang dimana jika berkunjung ke tempat ini kita akan disuguhkan dengan pemandangan hamparan lampu kota dari atas bukit.

Hamparan lampu kota dari Bukit Bintang

Ngayogyokarto lan Kabudayaning21