KETERANGAN UMUM Nama : Tn. A Umur : 32 tahun Jenis Kelamin : Pria Alamat : Purwarkata Agama : Islam Pekerjaan : Swasta Status Perkawinan : Menikah ANAMNESIS Keluhan Utama : Nyeri dan luka di wajah Anamnesis Khusus : + 3 jam SMRS saat os sedang mengenderai sepeda di daerah Purwarkata, os bertabrakan dengan motor lain di arah berlawanan dengan kecepatan tinggi dan mekanisme tidak diketahui. Orang yang dibonceng meninggal di TKP dan os ditemukan oleh polisi di pinggir jalan. Pingsan (+), mual muntah (-), PT (-) dan PHM (+). Os kemudian dibawa ke RSUD terdekat kemudia dirujuk ke RSHS PEMERIKSAAN FISIK Keadaan Umum : Sedang Kesadaran : Kompos mentis Gizi : Cukup Tanda Vital: Tekanan Darah : 130/70 mmHg 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KETERANGAN UMUM
Nama : Tn. A
Umur : 32 tahun
Jenis Kelamin : Pria
Alamat : Purwarkata
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Status Perkawinan : Menikah
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Nyeri dan luka di wajah
Anamnesis Khusus :
+ 3 jam SMRS saat os sedang mengenderai sepeda di daerah Purwarkata, os
bertabrakan dengan motor lain di arah berlawanan dengan kecepatan tinggi dan
mekanisme tidak diketahui. Orang yang dibonceng meninggal di TKP dan os
ditemukan oleh polisi di pinggir jalan. Pingsan (+), mual muntah (-), PT (-) dan
PHM (+). Os kemudian dibawa ke RSUD terdekat kemudia dirujuk ke RSHS
Mild Head Injury + open fraktur parasymphisis mandibula sinistra
TERAPI
Observasi TNRS
Diet cair 1500 kalori
Antibiotik dan analgetik
R/ ORIF elektif
PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
4
TRAUMA MAKSILOFASIAL
Definisi
Trauma maksilofasial adalah suatu ruda paksa yang mengenai wajah dan jaringan sekitarnya. Trauma pada jaringan maksilofasial dapat mencakup jaringan lunak dan jaringan keras. Yang dimaksud dengan jaringan lunak wajah adalah jaringan lunak yang menutupi jaringan keras wajah. Sedangkan yang dimaksud dengan jaringan keras wajah adalah tulang kepala yang terdiri dari :
Penyebab trauma maksilofasial bervariasi, mencakup kecelakaan lalu lintas, kekerasan fisik, terjatuh, olah raga dan trauma akibat senjata api, Kecelakaan lalu lintas adalah penyebab utama trauma maksilofasial yang dapat membawa kematian dan kecacatan pada orang dewas secara umum dibawah usia 50 tahun dan angka terbesar biasanya terjadi pada pria dengan batas usia 21-30 tahun. Bagi pasien dengan kecelakaan lalu lintas yang fatal menjadi masalah kerana harus rawat inap di rumah sakit dengan cacat permanen yang dapat mengenai ribuan orang per tahunnya. Berdasarkan studi yang dilakukan 72% kematian oleh trauma maksilofasial paling banyak disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas. Berikut ini table etiologi trauma maksilofasial.
5
Klasifikasi
Truma maksilofasial dapat diklasifikasi menjadi dua bagian, yaitu trauma jaringan keras wajah dan trauma jaringan lunak wajah. Trauma jaringan lunak biasanya disebabkan trauma benda tajam, akibat pecahan kaca pada kecelakaan lalu lintas atau pisau dan golok pada perkelahian.
Trauma jaringan lunak wajah
Luka adalah kerusakan anatomi, diskontinuitas suatu jaringan oleh karena truma dari luas. Trauma pada jaringan lunak wajah dapat diklasifikasikan berdasarkan
1. Berdasarkan jenis luka dan penyebaba. Ekskoriasib. Luka sayat, luka robek, luka bacokc. Luka bakard. Luka tembak
2. Berdasarkan ada atau tidaknya kehilangan jaringan
3. Dikaitkan dengan unit estetikMenguntungkan atau tidak menguntungkan, dikaitkan dengan garis Langer.
6
Trauma jaringan keras wajah
Klasifikasi trauma pada jaringan keras wajah di lihat dari fraktur tulang yang terjadi dan dalam hal ini tidak ada klasifikasi yang definitif. Secara umum dilihat dari terminologinya.
1. Tipe fraktur
a. Fraktur simple Merupakan fraktur sederhana, liniear yang tertutup misalnya pada
kondilus, koronoideus, korpus dan mandibulan yang tidak bergigi. Fraktur tidak mencapai bagian luar tulang atau rongga mulut.
Termasuk greenstick fraktuk yaitu keadaan retak tulang, terutama pada anak dan jarang terjadi
b. Fraktur kompoun Fraktur lebih luas dan terbuka atau berhubungan dengan jaringan
lunak Biasanya pada fraktur korpus mandibula yang mendukung gigim
dan hamper selalu tipe fraktur kompoun meluas dari membrane periodontal ke rongga mulut, bahkan beberapa luka yang parah dapat meluas dengan sobekan pada kulit
c. Fraktur komunisi Benturan langsung terhadap mandibula dengan objek yang tajam
seperti peluru yang mengakibatkan tulang menjadi bagian bagian yang kecil atau remuk
Bisa terbatas atau meluas, jadi sifatnya juga seperti fraktur kompoun dengan kerusakan tulang dan jaringan lunak
d. Fraktur patologis keadaan tulang yang lemah oleh karena adanya penyakit tulang,
seperti osteomyelitis, tumor ganas, kista yang besar dan penyakit tulang sistemis sehingga dapat menyebabkan fraktur spontan.
2. Perluasan tulang yang terlibata. Komplitb. Tidak komplit
3. Perluasan tulang yang terlibata. Tranversal, horizontal atau verticalb. Obliquec. Spirald. Komunisi
7
4. Hubungan antara fragmena. Displacementb. Undisplacement
Angulasi Distraksi Kontraksi Rotasi Impaksi
Pada mandibula, berdasarkan lokasi anatomi fraktur dapat mengenai daerah : Dento alveolar Prosesus kondiloideus Prosesus koronoideus Angulus mandibula Ramus mandibula Korpus mandibula Sinfisis menti Lateral ke midline dalam region insisivus
8
5. Khusu pada maksila fraktur dapat dibedakan :a. Fraktur blow out (fraktur tulang dasar orbita)b. Fraktur Le Fort I – IIIc. Fraktur segemental mandibula
9
Ringkasan
TRAUMA MAKSILOFASIALNo. Fraktur Tanda & Gejala Khas Pemeriksaan Penunjang Manajemen
1. Fraktur orbita(blow-out fracture)
1. Periokular ecchymosis
2. Enoftalmos3. Proptosis 4. Diplopia5. Asimetri pada muka6. Hypesthesi saraf
infraorbital7. Gangguan visus
1. Pemeriksaan oftalmologi:- Inspeksi palpebra, kornea, pupil, bilik mata
depan- Slit-lamp examination- Funduskopi- Gerakan bola mata- Ketajaman visus
2. Foto Roentgen:a. Waters:
- rim inferior orbita, tulang nasoethmoidal, sinus maksilaris(air-fluid level di sinusmaksilaris fraktur lantai orbita)
- Tear-drop signb. Caldwell:
rim lateral orbita, tulang ethmoid c. Submentovertex:
2.NSAID: antinyeriibuprofen (200-400mg PO tiap 4-6 jam prn)
2. Fraktur os. nasal
1. Kelembutan ketika menyentuh hidung2. Pembengkakan hidung atau wajah3. Memar hidung atau di bawah mata (mata hitam)4. Deformitas hidung (hidung bengkok)5. Mimisan6. Ketika menyentuh hidung, yang berderak atau suara berderak atau sensasi seperti yang terbuat dari rambut menggosok antara 2 jari7. Nyeri dan kesulitan bernafas keluar dari lubang hidung
1.Foto Roentgena. Waters (occipitomental)
- rim inferior orbita, tulang nasoethmoidal-menunjukkan displaced septum dari maxillary crest dan deviasi nasal root
1. Pembengkakan atau laserasi pada hidung dan dahi
2. Nyeri pada mata,dahi,dan hidung
3. Parasthesi (baal) pada dahi
4. Diplopia
1. Halo sign2. Roentgen waters, PA, dan lateral3. CT Scan axial dan coronal
Reduksi terbuka
10
5. Telechantus6. CSF rhinorrhea
4. Fraktur zigoma
1. Asimetri wajah pada tonjolan malar dan arkus zigomatik. Pipi menjadi lebih rata dengan sisi kontralateral atau sebelum trauma.
2. Palpasi zygomatic buttress terdapat crepitus, bengkak dan nyeri tekan.
3. Kerusakan saraf infra orbita nyeri dan hypesthesia di pipi.
4. Herniasi lemak orbital ke sinus maksila atau terjepitnya inferior rectus dan/atau inferior oblique diplopia, gerakan bola mata ke atas terganggu.
5. Forced duction test positif manandakan terjepitnya otot inferior rectus atau inferior oblique muscle
6. Perubahan letak arkus zygomatic pada coronoid process mandible atau spasme otot master dan temporalis akibat kontusio langsung menyebabkan trismus (tidak
1.Rontgena. Foto Waters
- Terlihat teardrop sign yang berarti ada herniasi dari konten orbital ke sinus maksila atau bisa juga menandakan adanya perdarahan di sinus maksila.
- Kerusakan pada frontozygomatic suture dan body of the zygoma.
b. Foto Submental vertex Untuk mengevaluasi arkus zygomatik.
2.CT scan 3 dimensiCT scan pada potongan axial maupun coronal merupakan gold standard pada pasien dengan kecurigaan fraktur zigoma, untuk mendapatkan pola fraktur, derajat pergeseran, dan evaluasi jaringan lunak orbital.
- Intervensi tidak selalu diperlukan karena banyak fraktur yang tidak mengalami pergeseran atau mengalami pergeseran minimal.
- Jika intervensi diperlukan, sebaiknya dilakukan reduksi sebelum hari ke 10, karena setelah 10-14 hari akan terbentuk fibrous union pada tulang zygoma.
- Preoperasi : pemberian antibiotic dan analgetik. Konsul ke bagian oftalmologi juga bisa dilakukan
- Reduksi frakturTeknik klasik dengan memasang plate atau wire di frontal zygomatic fracture line dan zygomaticomaxillary suture line dekat infraorbital rim.
- Post operasi : observasi selama 24 jam dan berikan antibiotik selama 7 hari. Parenteral steroid bisa diberikan untuk mengurangi postoperative facial edema. Konsul bagian oftalmologi untuk pemeriksaan fungsi mata.
11
bisa membuka mulut lebih dari 3 cm).
7. Perdarahan di sinus maksila darah keluar dari ostium maksila dan hidung epistaksis
8. Laserasi pembuluh darah kantus mata inferior perdarahan subconjungtival dan ekimosis periorbital
9. Herniasi lemak dan otot orbita ke sinus maksila enoftalmos
5. Fraktur maksila
1. Mobilitas palatum2. Mobilitas hidung3. Epistaxis4. Asimetris bentuk wajah.5. Obstruksi partial/total jalan napas.
-Plain radiograph/roentgen Waters and submental-vertical views of the paranasal sinuses.
Tanda Le Fort :
1
2
3
Begitu pasien datang, stabilisasi pasien terutama jalan napas
Surgery :- Open reduction/internal fixation technique with direct wiring for intermaxillary fixation.
-External fixation devices if open reduction/internal fixation not produce a good result.
*Pre-op :Siapkan roentgen/CT sebagai penuntun dalam melakukan operasi.
*Post-op :Untuk mencegah edema, "dressing" menggunakan kasa. Bila kasanya tetap kering selama 5 hari, bisa dilepas.
Observasi apabila ada pendarahan, masalah
12
jalan napas, dan muntah.
Antibiotic :-Penicillin
6. Fraktur mandibula
1. Edema, hematoma, ekimosis, atau laserasi pd kulit yg meliputi mandibula
2. Nyeri disebabkan o/kerusakan pd n. alveolaris inferior
3. Anestesia dpt terjadi pd 1 sisi bibir bawah, pd gusi, atau pd gigi di mana n. alveolaris inferior rusak
4. Perubahan posisi mandibula
5. Maloklusi6. Gangguan mobilitas,
krepitasi7. Malfungsi: trismus,
nyeri waktu mengunyah
8. Gangguan/obstruksi jalan nafas
9. Fraktur gigi/ gigi tanggal
1. Foto polos kepala u/menentukan lokasi & luasnya fraktur- PA - Lateral- Towne- Lateral oblik