Page 1
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2015
BED SIDE TEACHINGA. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
No. CM : 332993
Tanggal Lahir : 29-04-1970
Umur : 45 tahun 8 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Wiraswasta
Status : Menikah
Agama : Islam
Alamat : Sosromenduran Kulon GT I/216 RT 07 RW 03 Gedongtengen
Masuk RS tanggal : 19 Desember 2015
Tanggal Pemeriksaan : 20 Desember 2015
Bangsal : Edelweis
Dokter : dr. Endang W., Sp.PD
Co-Assisten : Dhita Budi Wibowo
B. SUBYEKTIF
1. Anamnesis
a. Keluhan Utama : Sesak nafas
b. Keluhan Tambahan : Batuk dan pilek
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Kota Yogyakarta dengan keluhan sesak nafas. Sejak 2
hari SMRS pasien mengeluhkan sesak nafas disertai bunyi ”ngik”. Sesak nafas tersebut
hilang timbul, pasien mengeluhkan sesak hampir tiap hari dan terasa lebih berat pada dini
hari sehingga mengganggu aktivitas dan tidur . Sesak napas timbul saat cuaca dingin dan
hujan serta saat pasien banyak melakukan aktivitas. Pasien juga mengeluhkan batuk
berdahak, berwarna putih, encer, berdarah (-), pilek (+), lendir warna putih sejak 3 hari
yang lalu . Keluhan mual (-), muntah (-), demam (-), jantung berdebar (-), nyeri dada (-).
BAB dan BAK normal
1
Page 2
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2015
BED SIDE TEACHINGPasien ada riwayat asma sebelumnya dan mengaku sering mengkonsumsi
salbutamol apabila sesak muncul tetapi obat pasien sudah habis. Dalam 6 bulan terakhir,
sesak napas dirasakan 3 kali dalam seminggu tetapi tidak lebih 1 kali dalam sehari, dan saat
malam hari 8 kali dalam sebulan. Sesak terasa berkurang dalam posisi duduk.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat alergi terhadap cuaca dingin dan hujan yang disertai aktivitas yang berlebihan.
- Riwayat asma sejak ± 18 tahun yang lalu.
- Hipertensi (+)
- Diabetes melitus (-).
- Penyakit jantung (-).
e. Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat Penyakit Hipertensi : (-)
- Riwayat Penyakit DM : (-)
- Riwayat Penyakit Jantung : (-)
- Riwayat Penyakit Serupa : (+) nenek pasien menderita asma.
f. Riwayat Personal, sosial, ekonomi dan lingkungan
Pasien bekerja wiraswasta, tinggal bersama suami dan 2 orang anak perempuan.
Riwayat merokok (-), alkohol (-).
g. Review Sistem
- Sistem Saraf : Penurunan kesadaran (-), Kejang (-), Nyeri Kepala (-)
- Sistem Kardiovaskuler : Nyeri dada (-), Berdebar – debar (-), Sianosis (-)
- Sistem Respirasi : Batuk (+), Pilek (+), Sesak nafas (+), mengi (+)
- Sistem Pencernaan : Mual (-), Muntah (-), diare (-), Konstipasi (-)
- Sistem Urogenital : Nyeri ketika berkemih (-), sulit BAK (-)
- Sistem Muskuloskeletal : Nyeri otot dan sendi (-), gemetar (-), kesemutan (-)
- Sistem Integementum : Benjolan pada leher (-)
C. OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
a. Kesan Umum
2
Page 3
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2015
BED SIDE TEACHINGComposmentis, gizi cukup
b. Vital Sign
Tekanan Darah : 160/100 mmHg
Nadi : 98 kali/menit
Respirasi : 28 kali/menit
Suhu : 36,5 °C, aksila
c. Kesan Gizi
Berat Badan : 83 kg
Tinggi Badan : 154 cm
BMI : BB(kg)/(TB)2(M) = 83/(1,54)2 = 35,02 kg/m2 (obese)
d. Kulit : Hiperpigmentasi (-), ikterik (-), turgor elastisitas kulit kembali cepat (+)
e. Kepala
Mata : Conjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-) Pupil isokor, edema (-)
Telinga : discharge (-/-)
Hidung : epistaksis (-/-), nafas cuping hidung (-)
Mulut : mukosa bibir kering (-/-)
f. Leher
Tidak tampak ada kemerahan, tidak ditemukan benjolan, limfonodi tidak teraba, JVP
dalam batas normal.
g. Thorax
Inspeksi : simetris, ketinggalan gerak (-)
Palpasi : tidak terdapat benjolan, ictus cordis tidak teraba
Perkusi : sonor (+) redup di thorax inferior dextra
Auskultasi : SDV (+/+), Wheezing (+/+), RBB (-/-), S1-S2 regular (+/+), bising (-/-)
h. Abdomen
Inspeksi : Distensi (-), asites (-)
Auskultasi : Bising usus (+)
Perkusi : Timpani
Palpasi : Nyeri tekan (-)
i. Ekstremitas
3
Page 4
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2015
BED SIDE TEACHINGAkral hangat, nadi kuat, edema (-)
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
HEMATOLOGI
Leukosit 15,1 H 4,0-10,6 10^3/uL Automatic Analyzer
Eritrosit 4,26 3,90-5,50 10^6/uL Automatic Analyzer
Hemoglobin 11,9 L 12,0-16,0 g/dL Automatic Analyzer
Hematokrit 35,6 L 37,0-47,0 % Automatic Analyzer
MCV 83,6 81-99 fL Automatic Analyzer
MCH 27,9 27-31 Pg Automatic Analyzer
MCHC 33,4 33-37 g/dL Automatic Analyzer
Trombosit 359 150-450 10^3/uL Automatic Analyzer
RDW-CV 13,8 11-16 % Automatic Analyzer
Differential Telling
Neutrofil% 93,6 H 50-70 % Automatic Analyzer
Limfosit% 4,0 L 20-40 % Automatic Analyzer
Monosit% 1,3 L 3-12 % Automatic Analyzer
Eosinofil% 1,3 0,5-5 % Automatic Analyzer
Basofil% 0,1 0-1 % Automatic Analyzer
Kimia
Gula Darah
Sewaktu
145 H 70-140 mg/dL GOD-PAP
HATI
SGOT 30 <31 mg/dL IFCC
SGPT 6 <32 mg/dL IFCC
GINJAL
Ureum 14 10-50 mg/dL Modif-Berhelot
Creatinin 0,9 <0,9 mg/dL Jaffe
4
Page 5
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2015
BED SIDE TEACHING
b. EKG
Kesan : STC,
D. ASSESMENT
1. Problem Sementara
a. Sesak nafas , timbul saat cuaca dingin dan banyak aktivitas, mengi, riwayat asma(+),
batuk(+), pilek(+),sesak napas dirasakan 3 kali dalam seminggu tetapi tidak lebih 1 kali
dalam sehari, dan saat malam hari 8 kali dalam sebulan, sesak berkurang saat duduk,
riwayat keluarga asma (+) Dypsnea ec. Asma Bronchiale persisten sedang
b. Tekanan darah 160/100 mmHg, riwayat hipertensi(+) Hypertension Stage II
2. Problem Permanen
a. Dypnea ec. Asma Bronchiale persisten sedang
b. Hypertension Stage II
Terapi
Valsartan 1x80 mg
Cefixime 2x200 mg
Rhinatyol syr 3x cth2
Salbutamol 3x2 mg
Cetirizine 1x10 mg
c.
5
Page 6
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2015
BED SIDE TEACHINGE. INITIAL PLANNING & EVALUATION
1. Dypnea ec. Asma Bronchiale
IP Diagnosis
Diagnosis dari asma umunya tidak sulit, diagnosis asma didasari oleh gejala yang
episodik, gejala berupa batuk, sesak nafas, mengi, rasa berat di dada dan variabiliti yang
berkaitan dengan cuaca. Anamnesis yang baik cukup untuk menegakkan diagnosis, ditambah
dengan pemeriksaan jasmani dan pengukuran faal paru terutama reversibiliti kelainan faal
paru, akan lebih meningkatkan nilai diagnostik.
a. Anamnesis
Riwayat perjalanan penyakit, faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap asma, riwayat
keluarga dan riwayat adanya alergi.
b. Pemeriksan fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien asma tergantung dari derajat obstruksi saluran nafas.
Tekanan darah biasanya meningkat, frekuensi pernafasan dan denyut nadi juga meningkat,
ekspirasi memanjang disertai ronki kering, mengi (wheezing) dapat dijumpai pada pasien
asma.
c. Pemeriksaan laboratorium
Darah (terutama eosinofil, Ig E), sputum (eosinofil, spiral Cursshman, kristal Charcot
Leyden).
d. Pemeriksaan penunjang
1. Spirometri
Spirometri adalah alat yang dipergunakan untuk mengukur faal ventilasi paru.
Reversibilitas penyempitan saluran nafas yang merupakan ciri khas asma dapat dinilai
dengan peningkatan volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) dan atau kapasiti vital
paksa (FVC) sebanyak 20%atau lebih sesudah pemberian bronkodilator.
2. Uji provokasi bronkus
Uji provokasi bronkus membantu menegakkan diagnosis asma. Pada penderita dengan
gejala asma dan faal paru normal sebaiknya dilakukan uji provokasi bronkus. Pemeriksaan
uji provokais bronkus merupakan cara untuk membuktikan secara objektif hiperreaktivitas
saluran nafas pada orang yang diduga asma. Uji provokasi bronkus terdiri dari tiga jenis
6
Page 7
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2015
BED SIDE TEACHINGyaitu Uji provokasi dengan beban kerja (exercise), hiperventilasi udara dan alergen non-
spesifik seperti metakolin dan histamin.
3. Foto toraks
Pemeriksaan foto toraks dilakukan untuk menyingkirkan penyakit lain yang
memberikan gejala serupa seperti gagal jantung kiri, obstruksi saluran nafas,
pneumothoraks, pneumomediastinum. Pada serangan asma yang ringan, gambaran
radiologik paru biasanya tidak memperlihatkan adanya kelainan.
IP Klasifikasi
Secara etiologis, asma bronchial terbagi dalam 3 tipe
1. Asma bronchial tipe non atopi (intrinsic)
Asma intrinsik adalah asma yang tidak responsif terhadap pemicu yang berasal dari allergen.
Asma ini disebabkan oleh stres, infeksi saluran nafas dan kodisi lingkungan yang buruk seperti
kelembaban, suhu, polusi udara, zat-zat iritan kimia atau obat-obatan serta aktivitas olahraga yang
berlebihan. Pada golongan ini keluhan ini tidak ada hubungannya dengan paparan (exposure) terhadap
allergen dengan sifat-sifat:
a. Serangan timbul setelah dewasa
b. Pada keluarga tidak ada yang menderita asma
c. Penyakit infeksi sering menimbulkan serangan
d. Ada hubungan dengan pekerjaan atau beban fisik
e. Rangsangan/stimuli psikis mempunyai peran untuk menimbulkan serangan reaksi asma
f. Perubahan-perubahan cuaca atau lingkungan yang non-spesifik merupakan keadaan yang
peka bagi penderita.
2. Asma bronchial tipe atopi (ekstrinsic)
Asma ekstrinsik adalah bentuk asma paling umum yang disebabkan karena reaksi alergi
penderita terhadap allergen dan tidak membawa pengaruh apa-apa terhadap orang yang sehat. Pada
golongan ini, keluhan ada hubungannya dengan paparan (exposure) terhadap allergen lingkungan yang
spesifik. Kepekaan ini biasanya dapat ditimbulkan dengan uji kulit atau uji provokasi bronchial. Pada
tipe mempunyai sifat-sifat:
a. Timbul sejak kanak-kanak
b. Keluarga ada yang menderita asma
7
Page 8
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2015
BED SIDE TEACHINGc. Adanya eksim saat bayi
d. Sering menderita rhinitis
3. Asma bronchial tipe campuran (mixed)
Pada golongan ini, keluhan diperberat baik oleh faktor-faktor intrinsic maupun ekstrinsik.
Berdasarkan derajatnya, asma dapat dibagi menjadi:
1. Intermite
a. Gejala klinis < 1 kali/minggu
b. Gejala malam < 2 kali/bulan
c. Tanpa gejala di luar serangan
d. Serangan berlangsung singkat
e. Volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) > 80% nilai prediksi atau arus puncak
ekspirasi (APE) > 80% nilai terbaik
f. Variabilitas APE < 20%
2. Persisten ringan
a. Gejala klinis > 1 kali/minggu tetapi < 1 kali/hari
b. Gejala malam > 2 kali/bulan
c. Tanpa gejala di luar serangan
d. Serangan dapat menggangu aktivitas dan tidur
e. Volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) > 80% nilai prediksi atau arus puncak
ekspirasi (APE) > 80% nilai terbaik
f. Variabilitas APE 20%-30%
3. Persisten sedang
a. Gejala setiap hari
b. Gejala malam > 2 kali/minggu
c. Sering dapat menggangu aktivitas dan tidur
d. Volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) 60%-80% nilai prediksi atau arus
puncak ekspirasi (APE) 60%-80% nilai terbaik
e. Variabilitas APE > 30%
8
Page 9
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2015
BED SIDE TEACHING4. Persisten berat
a. Gejala terus menerus
b. Gejala malam sering
c. Sering kambuh
d. Aktivitas fisik terbatas
e. Volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) < 60% nilai prediksi atau arus puncak
ekspirasi (APE) < 60% nilai terbaik
f. Variabilitas APE > 30%
IP Diagnosis Banding
Bronkitis kronis
Bronkitis kronik ditandai dengan batuk kronik yang mengeluarkan sputum 3 bulan dalam
setahun untuk sediknya 2 tahun. Gejala utama batuk yang disetai sputum dan perokok berat.
Gejala dimulai dengan batuk pagi, lama kelamaan disertai mengi dan menurunkan kemampuan
jasmani.
Emfisema paru
Sesak nafas merupakan gejala utama emfisema, sedangkan batuk dan mengi jarang
menyertainya.
Gagal Jantung kiri
Dulu gagal jantung kiri dikenal dengan asma kardial dan timbul pada malam hari disebut
paroxysmal noctrunal dispnea. Pasien tiba-tiba terbangun pada malam hari karena sesak, tetapi
sesak menghilang atau berkurang bila duduk. Pada pemeriksaan fisik ditemukan kardiomegali
dan edema paru.
Emboli paru
Hal-hal yang dapat menimbulkan emboli paru adalah gagal jantung. Disamping gejala sesak
nafas, pasien batuk dengan disertai darah (haemoptoe).
IP. Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup
agar penderita asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Tujuan
penatalaksanaan asma:
9
Page 10
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2015
BED SIDE TEACHINGa. Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma
b. Mencegah eksaserbasi akut
c. Meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal mungkin
d. Mengupayakan aktivitas normal
e. Menghindari efek samping obat
f. Mencegah terjadinya keterbatasan aliran udara (airflow limitation)
g. Mencegah kematian karena asma
Penatalaksanan asma bronkial terdiri dari pengobatan non medikamentosa dan pengobatan
medikamentosa :
1. Pengobatan non medikamentosa
Pengobatan non medikamentosa terdiri dari :
- Penyuluhan
- Menghindari faktor pencetus
- Pengendalian emosi
- Pemakaian oksigen
2. Pengobatan medikamentosa
Pada prinsipnya pengobatan asma dibagi menjadi dua golongan yaitu antiinflamasi merupakan
pengobatan rutin yang bertujuan mengontrol penyakit serta mencegah serangan dikenal dengan
pengontrol, dan bronkodilator yang merupakan pengobatan saat serangan untuk mencegah
eksaserbasi/serangan dikenal dengan pelega.
1. Antiinflamasi (pengontrol)
- Kortikosteroid
Kortikosteroid adalah agen anti inflamasi yang paling potensial dan merupakan anti inflamasi
yang secara konsisten efektif sampai saat ini. Efeknya secara umum adalah untuk mengurangi inflamasi
akut maupun kronik, menurunkan gejala asma, memperbaiki aliran udara, mengurangi
hiperresponsivitas saluran napas, mencegah eksaserbasi asma, dan mengurangi remodelling saluran
napas. Kortikosteroid terdiri dari kortikosteroid inhalasi dan sistemik.
- Kromolin
Mekanisme yang pasti kromolin belum sepenuhnya dipahami, tetapi diketahui merupakan
antiinflamasi non steroid, menghambat penglepasan mediator dari sel mast.
10
Page 11
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2015
BED SIDE TEACHING- Metilsantin
Teofilin adalah bronkodilator yang juga mempunyai efek ekstrapulmoner seperti antiinflamasi.
- Agonis beta-2 kerja lama
Termasuk di dalam agonis beta-2 kerja lama inhalasi adalah salmeterol dan formoterol yang
mempunyai waktu kerja lama (>12 jam). Pada pemberian jangka lama mempunyai efek anti inflamasi
walau pun kecil.
- Leukotriene modifiers
Obat ini merupakan antiasma yang relatif baru dan pemberiannya melalui oral. Selain bersifat
bronkodilator juga mempunyai efek anti inflamasi
Tabel 1. Obat-obat antiinflamasi pada asma bronkial
11
Page 12
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2015
BED SIDE TEACHING
2. Bronkodilator (pelega)
- Agonis beta 2 kerja singkat
Termasuk golongan ini adalah salbutamol, terbutalin, fenoterol, dan prokaterol yang telah
beredar di Indonesia. Pemberian dapat secara inhalasi atau oral, pemberian secara inhalasi mempunyai
onset yang lebih cepat dan efek samping yang minimal.
- Metilxantin
Termasuk dalam bronkodilator walau efek bronkodilatasinya lebih lemah dibanding agonis beta
2.
- Antikolinergik
Pemberian secara inhalasi. Mekanisme kerjanya memblok efek penglepasan asetilkolin dari
saraf kolinergik pada jalan nafas. Menimbulkan bronkodilatasi dengan menurunkan tonus vagal
intrinsik, selain itu juga menghambat reflek bronkokonstriksi yang disebabkan iritan.
Tabel 2. obat-obat bronkodilator pada Asma bronkial
12
Page 13
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2015
BED SIDE TEACHING
Hipertensi stage II
IP Diagnosis Hipertensi
a. Anamnesis : Kebanyakan pasien hipertensi bersifat asimtomatik. Beberapa
pasien mengalami sakit kepala, rasa seperti berputar, atau penglihatan kabur. Hal yang
13
Page 14
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2015
BED SIDE TEACHINGdapat menunjang kecurigaan ke hipertensi sekunder antara lain penggunaan obat – obatan
(kontrasepsi hormonal, kortikosteroid, dekongestan, OAINS). Pada pasien hipertensi
penting untuk menggali factor risiko kardiovaskular seperti merokok, obesitas, inaktivitas
fisik, dyslipidemia, diabetes mellitus, mikroalbuminuria, atau laju filtrasi glomerulus
(LFG) < 60mL/mennit, usia (laki – laki > 55 tahun, perempuan > 65 tahun), rowayat
keluarga dengan kardiovaskular dini (laki – laki < 55tahu atau perempuan < 65 tahun).
b. Pemeriksaan fisik : Nilai tekanan darah sebaiknya diambil dari rerata dua kali
pengukuran pada setiap kunjungan ke dokter. Apabila tekanan darah >= 140/90 mmHg
pada dua atau lebih kunjungan, maka diagnosis hipertensi dapat ditegakkan. Pemeriksaan
tekanan darah harus dilakukan dengan alat yang baik, ukuran dan posisi manset yang tepat
(setingkat dengan jantung) serta teknik yang benar.
Klasifikasi Hipertensi (JNC VII)
Klasifikasi Tekanan darah sistolik (mmHg) Tekanan darah diastolik (mmHg)
Normal <120 dan <80
Prehipertensi 120-139 atau 80-89
Hipertensi derajat I 140-159 atau 90-99
Hipertensi derajar II >=160 atau >=100
c. Pemeriksaan Penunjang
- Laboratorium : darah lengkap, kadar ureum, kreatinin, gula darah, lemak
darah, elektrolit, kalsium, asam urat dan urinalisis.
- Pemeriksaan lain : Pemeriksaan fungsi jantung (elektrokargiografi), funduskopi,
USG ginjal, foto thorax, elektrokardiografi.
IP Terapi Hipertensi
a. Modifikasi gaya hidup
- Penurunan berat badan. Target indeks masa tubuh dalam rentang normal, untuk orang
Asia-Pasifik 18,5-22,9 Kg/m2
- Diet menggunakan Dietary Approches to Stop Hypertension (DASH). DASH
mencakup konsumsi buah – buahan, sayur – sayuran, serta produk susu rendah lemak
jenuh/lemak total.
- Penurunan asupan garam. Konsumsi NaCl yang disarankan adalah <6g/hari.14
Page 15
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2015
BED SIDE TEACHING- Aktivitas fisik. Target aktivitas fisik yang disarankan minimal 30 menit/hari, dilakukan
paling tidak 3 hari dalam seminggu.
b. Terapi Medikamentosa
Jenis Antihipertensi oralKelas obat Subkelas Contoh obat Dosis/hari
(frekuensi)
Efek Samping
Diuretik Tiazid
Loop diuretic
Diuretik hemat kalium
Hidroklorotiazid (HCT)
Klortalidon
Furosmid
Amilorid
12,5-50mg (1)
12,5-25mg (1)
20-80mg (2)
5-10mg (1-2)
Hipokalemia, hiperurisemia, hipoglikemia,
peningkaan kolesterol dan TG
Hipokalemia, hiperurisemia
Hiperkalemia, ginekomastia
Penyekat β Propanolol
Atenolol
Bisoproslol
40-160mg(2)
25-100mg (1)
2,5-10mg (1)
Bronkospasme, bradikardia, blok jantung,
rasa lelah dan peningkatan trigliserida
ACE inhibitor Captopril
Ramipril
Lisinopril
25-100mg (2)
2,5-20mg (1)
10-40mg (1)
Batuk – batuk, hyperkalemia, azotemia,
angioedema
ARB Valsartan
Irbesartan
Losartan
80-320mg(1-2)
150-300mg(1)
25-100mg(1-2)
Hiperkalemia, azotemia
CCB Nondihidropiridin
Dihidropiridin
Verapamil
Diltiazem
Amlodipin
Nifedipin
120-360mg(1)
120-540mg(1)
2,5-10mg(1)
30-60mg (1)
Edema, konstipasi
Edema, konstipasi, bradikardia, blok
jantung
Agonis α sentral Klonidin
Reserpin
0,1-0,8mg(2)
0,1-0,25mg (1)
Mulut kering, pusing, sedasi ringan,
kelelahan, depresi, edema,
Angina, bradikardia, sinkop, pusing,
letargi
Antagonis
aldosteron
Spironolakton 25-50mg (1) Hiperkalemia, ginekomastia,
hiponatremia, ruam
ACE : angiotensin converting Enzyme, ARB : angiotensin receptor blocker, CCB : calcium channel blocker
Yogayakarta, 11 November 2015
Dokter Pembimbing,
15
Page 16
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2015
BED SIDE TEACHING dr. Endang, Sp. PD
16