Top Banner

of 4

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

Center Point of Indonesia Kawasan Pendidikan

5Kawasan Metropolitan Mamminasata

6 1

Program Prioritas Mamminasata

Jalur cepat (Jalan Industri) mengurangi arus lalu lintas

Pusat Industri (Industri, Pelabuhan dan Bandara)

Pengembangan permukiman baru

untuk menghentikan urban sprawl (- kerusakan lingkungan permukiman)

Gambar Prespektif CPI

Gambar Wisma NegaraGambaran Proses Peralihan ke Struktur Tata Ruang Baru di Mamminasata

Centre Point of Indonesia (CPI) merupakan IKON masa depan untuk Kota Makassar dan Prov. Sul-Sel yang juga merupakan titik zero Indonesia. Proyek ini dibangun sebagai kawasan bisnis terpadu yang diperlengkapi dengan lokasi rekreasi / wisata dan ruang terbuka hijau publik. CPI dibangun melalui reklamasi lahan pesisir pantai Losari dengan tujuan untuk memperindah view Kota Makassar sebagai Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan. Di samping itu, dengan terbangunnya CPI, diharapkan tidak terjadi lagi pendangkalan di muara Sungai Jeneberang oleh akumulasi sedimentasi. Berbagai sarana dan prasarana akan dibangun di areal CPI, seperti Wisma Negara, Plaza, Masjid, Lapangan Olah Raga, dll. di samping jalan, jembatan dan sarana umum lainnya. Prinsip yang dilakukan dalam pembangunan CPI adalah menciptakan amenitas kota tanpa merusak lingkungan yang ada di sekitarnya.

Kawasan pendidikan Mamminasata ditetapkan di kawasan SamataBontomarannu Kab. Gowa dengan disusunnya RDTR pada tahun 2005. Kemudian pada tahun 2009, Pemda Gowa menyusun Peraturan Zonasi untuk kawasan ini. Sejumlah perguruan tinggi, seperti UIN Alauddin & UNHAS telah mengembangkan kampusnya di daerah ini. Sejak Tahun 2007, UNHAS merelokasi bangunan Fak. Teknik di kawasan ini di lokasi Ex-Pabrik Kertas Gowa melalui dana pinjaman yen. Dukungan instansi pemerintah terkait (Pusat, Provinsi & Kabupaten) melalui dana pendamping sangat dibutuhkan untuk percepatan pembangunan sarana dan prasarana penunjang. Pembangunan kampus direncanakan rampung pada tahun 2013, namun peran pemerintah daerah dalam hal pemanfaatan dan pengendalian kawasan di sekitar kampus sangat diharapkan.

Kawasan Metropolitan Mamminasata adalah kawasan perkotaan yang mencakup seluruh wilayah kota Makassar, sebagian wilayah kab. Maros, sebagian wilayah kab. Gowa dan seluruh wilayah kab. Takalar dengan total luas wilayah adalah 2.473 km2 dan total penduduk + 2 juta jiwa. Guna mendukung akselerasi pembangunan di kawasan ini, pemerintah pusat telah menetapkannya pula sebagai Kawasan Strategis Nasional dalam PP 26 tahun 2008 tentang RTRW Nasional. Konsep Mamminasata dirancang sejak tahun 1980 dengan disusunnya RTR Minasamaupa, lalu berubah menjadi Minasamaupata. Di tahun 2001 disusun RTR Mamminasata oleh Dinas Tata Ruang dan Permukiman Prov. Sul-Sel. Saat ini Peraturan Presiden tentang Penataan Ruang Kawasan Metropolitan Mamminasata sementara disusun oleh Pemerintah Pusat. Dan, Sejak tahun 2009, pemerintah Jepang melalui JICA memberikan bantuan kepada pemerintah Prov. Sulsel berupa Proyek Kerjasama Teknis untuk Peningkatan Manajemen Pembangunan Perkotaan di Kawasan Metropolitan Mamminasata.

Kota Baru

2Go Green

3

Jaringan Jalan

4

Pusat kawasan permukiman Kota Baru Mamminasata direncanakan berada di persimpangan Rencana Jalan Bypass Mamminasata dan Rencana Terusan Jalan Abdullah Daeng Sirua pada lokasi perbatasan Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa dan Kecamatan Moncongloe Kabupaten Maros. Luas wilayah Kota Baru Gowa-Maros kurang lebih 3.300 Ha yang terdiri dari Kecamatan Pattallassang di Kabupaten Gowa dengan luas kurang lebih 1.000 Ha dan kecamatan Moncongloe di Kabupaten Maros dengan luas kurang lebih 2.300 Ha. Kawasan ini diarahkan sebagai pusat urbanisasi baru yang menunjang permukiman penduduk Kota Makassar dan Metropolitan Mamminasata. Kawasan ini diproyeksikan dapat menampung penduduk pemukim kurang lebih 300.000 jiwa sampai menjelang tahun 2029. Penduduk Metropolitan Mamminasata saat ini (2009) adalah 2,1 juta jiwa dan diperkirakan pada tahun 2029 akan mencapai 3,6 juta jiwa dengan pertambahan penduduk rata-rata 1,7%/tahun. Untuk mengatasi pertambahan populasi penduduk tersebut maka direncanakanlah pembangunan kawasan kota baru Metropolitan Mamminasata.

Hasil digitasi citra satelit dan analisis JICA Mamminasata, 2010

Tujuan program Mamminasata Go Green adalah untuk mewujudkan peningkatan kualitas lingkungan daerah perkotaan maupun di wilayah kabupaten sewilayah Mamminasata dengan program yang menciptakan amenitas lingkungan dengan mempertimbangkan ruang hijau dan perlindungan lingkungan. Pengembangan dan peningkatan kualitas lingkungan melalui penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Perkotaan mendorong peningkatan pencapaian proporsi RTH sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-Undang. Untuk itu, perlu dikembangkan proyek percontohan dalam program Go Green Mamminasata dengan melibatkan dan meningkatkan peranserta masyarakat dan swasta didalamnya. Di samping itu, pendidikan berwawasan lingkungan (green live style) perlu dilakukan kepada anak sekolah dan pelajar sehingga mereka bisa menyadari akan pentingnya RTH di usia dini.

Meningkatnya mobilitas penduduk sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan wilayah permukiman dan industri di daerah perkotaan metropolitan Mamminasata menuntut penyediaan aksesibilitas dan infrastruktur transportasi khususnya prasarana jalan yang memadai untuk melayani aksesibilitas manusia, barang dan jasa. Pada tahun 2008, "JICA Study Team" telah merampungkan Studi Rencana Pengembangan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Jalan Arteri Prioritas di Provinsi Sulawesi Selatan secara umum dan di Mamminasata khususnya seperti antara lain Jl. Bypass Mamminasata, Jl. Trans-Sulawesi, Jl. Hertasning, dan Jl. Abd. Dg. Sirua. Menindaklanjuti studi tersebut, pada tahun anggaran 2010 Direktorat Jalan Bebas Hambatan dan Jalan Kota, Jenderal Bina Marga yang berwenang dalam dalam pembinaan jalan dan jembatan di Wilayah Metropolitan Makassar telah menyiapkan pekerjaan perencanaan/DED untuk rute jalan "Mamminasata Bypass" dengan panjang jalan adalah sekitar 49 Km.

Drainase Kawasan Maritim Takalar

5Air Bersih

6 1

Program Prioritas Mamminasata

No. 1 2 3 4

NAMA KAB./KOTA MAKASSAR MAROS GOWA TAKALAR JUMLAH

PENDUDUK (JIWA) 1.262.680 307.945 587.722 242.755 2.401.102

KAPASITAS (L/DET)

2340 130 292 83 2845

CAKUPAN PELAYANAN (%) 72,00 18,07 12,87 7,62 44,10

Salah satu program prioritas Mamminasata adalah mendukung penataan sistem jaringan drainase primer di kawasan ini guna menanggulangi bahaya banjir dan genangan air bagi kawasan permukiman, industri, perdagangan, perkantoran dan sarana jalan. Saat ini, berbagai kegiatan telah dilakukan dalam program drainase seperti antara lain penyusunan Rencana Induk dan DED Drainase Mamminasata, pekerjaan fisik konstruksi di beberapa lokasi seperti di area Bandara, sekitar Kampus UNHAS, Manggala, dll. Isu penting ke depan adalah menciptakan koneksitas antara sistem drainase Mamminasata dengan sistem pembangunan perkotaan di kawasan Mamminasata dari segala sektor. Peran semua pihak baik sektor publik maupun swasta dan masyarakat dibutuhkan untuk menyukseskan program ini.

Pengembangan kawasan maritim di kawasan Mamminasata direncanakan pada area pesisir Kab. Takalar melalui penguatan industri kelautan Takalar yang mendayagunakan potensi kekayaan sumber daya kelautan yang ada. Salah satu indikator kawasan maritim adalah kemampuan mengelola kekayaan laut (permukaan dan dasar laut), pemberdayaan masyarakat nelayan dan pengusaha kelautan, sinergi tata ruang laut dan daratan serta menjamin keamanan laut sebagai pemersatu wilayah NKRI. Untuk program jangka pendek saat ini, ada beberapa program kegiatan yang menjadi sasaran rencana prioritas seperti antara lain peningkatan Jl. Tanjung Bunga - Galesong, pengembangan Kawasan Industri Takalar, pembangunan Pusat Pendidikan Maritim di Galesong dan pembangunan Fasilitas perdagangan/pasar produk perikanan di Beba, Galesong Utara.

Penyediaan air bersih menjadi salah satu fokus utama untuk ditangani sejalan dengan komitmen internasional yang tertuang dalam Millenium Development Goals (MDG's) 2015. Cepatnya pertumbuhan dan perkembangan perkotaan mengakibatkan beban perkotaan makin tinggi dan kualitas pemukiman seperti sanitasi dan air bersih mengalami degradasi. Gejala peningkatan kebutuhan air diperkirakan akan terus meningkat seiring pertumbuhan populasi penduduk dan kemajuan kegiatan ekonomi perkotaan. Target yang ingin dicapai ke depan adalah peningkatan cakupan layanan sampai dengan 80%, menurunnya tingkat kebocoran s/d 20% dan meningkatnya kinerja PDAM menjadi sehat, mandiri dan profesional. Sejak tahun 2009, sebuah Proyek Kerjasama Teknis telah dilakukan untuk pengembangan kapasitas PDAM di wilayah Mamminasata. Saat ini JICA memberikan bantuan proyek kerjasama teknis untuk peningkatan layanan air minum wilayah Metropolitan Mamminasata dan preparatory survey untuk pengembangan pelayanan air minum Makassar (tahap II).

TPA Regional Kawasan Industri

2

3

IPAL

4

TPA Regional PattalassangMAROS MAKASSARTPA Eksisting TPA Eksisting

TPA REGIONAL

TPA Eksisting

SUNGGUMINASA

TAKALAR

Keterangan

:

Makassar, Maros dan Takalar, menggunakan TPA eksisting sebagai Stasiun Pengalihan Antara (SPA) sekaligus lokasi pemilahan (3R)

TPA (Tempat Pembangan Akhir) Sampah Regional akan dibangun untuk mendukung pengelolaan persampahan terpadu di Kawasan MM. Lokasi yang disepakati berada di Kec. Pattalassang, Gowa dan direncanakan akan dioperasikan dengan sistem sanitary landfill yang tidak mencemari lingkungan. TPA ini juga diperlengkapi dengan perangkat daur ulang (recycling) sehingga berguna bagi manusia dan tidak mencemari lingkungan. Diharapkan keberadaan TPA dapat pula menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat. TPA Regional ini direncanakan akan melayani Kota Makassar, Kota Maros (Maros), Kota Sungguminasa (Gowa) dan Kota Takalar (Takalar) sesuai dengan kesepakatan antara pemerintah kab/kota se Mamminasata dan Pemerintah Prov. Sul-Sel. Lahan yang dialokasikan untuk TPA Regional ini adalah seluas 100 Ha dan telah dibebaskan oleh Pemerintah Prov. Sul-Sel pada tahun 2009 yang lalu.

Pembangunan Kawasan Indsutri di wilayah Metropolitan Mamminasata direncanakan masing-masing : di Makassar (KIMA), Gowa (KIWA), Maros (KIROS), dan Takalar (KITA). Namun saat ini, baru KIMA Makassar yang sudah beroperasi. Kawasan industri yang dibangun pada akhir 1980an ini direncanakan pengembangannya pada KIMA II yang berlokasi di wilayah Kabupaten Maros. Untuk mendukung pertumbuhan industri di kawasan MM, Pemerintah telah menyusun RDTR dan instrumen pengendalian untuk KIMA II ini pada tahun 2008 dan 2009 yang lalu. Pemerintah daerah berkomitmen untuk melakukan percepatan dalam mengembangkan kawasan industri di Mamminasata. Tugas utama Pemda adalah membebaskan lahan dan memfasilitasi proses percepatan pembangunannya. Sebagai KSN, tentunya dukungan dan bantuan pemerintah pusat dan provinsi sangat dibutuhkan pula agar perekonomian di Mamminasata bisa bergeliat dengan pesat sebagai salah satu kawasan terkemuka di KTI.

Tujuan dari proyek ini adalah untuk meningkatkan pelayanan dan pengelolaan air limbah secara optimal, efisien dan berkelanjutan melalui sistem off-site. Proyek ini dilaksanakan di Kawasan Losari Kota Makassar untuk mencegah pencemaran lingkungan demi terwujudnya kawasan metropolitan Mamminasata yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan. Total lahan seluas 6 Ha dibutuhkan untuk pembuatan IPAL yang saat ini sementara dalam proses pembebasan oleh Pemerintah Kota Makassar. Pembangunannya terdiri atas dua bagian: Pembangunan IPAL dan Pembangunan Jaringan Pipa. Direncanakan pembangunan kedua bagian ini akan dilaksanakan pada tahun 2012 dan selesai tahun 2015. Selanjutnya, proyek percontohan ini diharapkan dapat dikembangkan di bagian wilayah kota lainnya di kawasan MM.