BRIKET TEMPURUNG KELAPA MENGGUNAKAN PEREKAT DAUN BUNGA SEPATU (Hibiscus rosa-sinensis L.) SKRIPSI oleh Muhammad Rizal Efendi NIM H41160800 PROGRAM STUDI TEKNIK ENERGI TERBARUKAN JURUSAN TEKNIK POLITEKNIK NEGERI JEMBER 2020
BRIKET TEMPURUNG KELAPA MENGGUNAKAN
PEREKAT DAUN BUNGA SEPATU (Hibiscus rosa-sinensis L.)
SKRIPSI
oleh
Muhammad Rizal Efendi
NIM H41160800
PROGRAM STUDI TEKNIK ENERGI TERBARUKAN
JURUSAN TEKNIK
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2020
i
BRIKET TEMPURUNG KELAPA MENGGUNAKAN
PEREKAT DAUN BUNGA SEPATU (Hibiscus rosa-sinensis L.)
SKRIPSI
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan Teknik
(S.Tr.T) di Program Studi Teknik Energi Terbarukan Jurusan Teknik
oleh
Muhammad Rizal Efendi
NIM H41160800
PROGRAM STUDI TEKNIK ENERGI TERBARUKAN
JURUSAN TEKNIK
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2020
ii
iii
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Muhammad Rizal Efendi
NIM : H41160800
menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam Laporan
Skripsi yang berjudul “Briket Tempurung Kelapa Menggunakan Perekat Daun
Bunga Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.)” merupakan gagasan dan hasil karya
saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing, dan belum pernah diajukan dalam
bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun.
Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas
dan dapat diperiksa kebenarannya. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam naskah dan
dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir Laporan Skripsi
Jember, 11 September 2020
Muhammad Rizal Efendi
NIM H41160800
iv
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama : Muhammad Rizal Efendi
NIM : H41160800
Program Studi : Teknik Energi Terbarukan
Jurusan : Teknik
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan
kepada UPT. Perpustakaan Politeknik Negeri Jember, Hak Bebas Royalti Non-
Eksklusif (Non-Exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah berupa Laporan
Skripsi saya yang berjudul :
BRIKET TEMPURUNG KELAPA MENGGUNAKAN
PEREKAT DAUN BUNGA SEPATU (Hibiscus rosa-sinensis L.)
Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini UPT. Perpustakaan Politeknik
Negeri Jember berhak menyimpan, mengalih media atau format, mengelola dalam
bentuk Pangkalan Data (Database), mendistribusikan karya dan menampilkan
atau mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis atau pencipta.
Saya bersedia untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan pihak
Politeknik Negeri Jember, segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas
pelanggaran hak cipta dalam Karya Ilmiah ini.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Jember
Pada tanggal : 11 September 2020
Yang Menyatakan,
Muhammad Rizal Efendi
NIM. H41160800
PERNYATAAN
PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN
AKADEMIS
v
MOTTO
“Setiap saat kamu perlu mengingat bahwa lebih banyak hal yang tidak
kamu ketahui daripada yang kamu ketahui ”
(Emha Ainun Najib)
“Apa yang kamu alami akan membentuk karaktermu, menjadi orang
yang kuat atau menjadi orang yang lemah”
(Muhammad Rizal Efendi)
vi
PERSEMBAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini saya persembahkan kepada:
1. Orang tua saya tercinta Bapak Ahmad Yunus dan Ibu Fatmawati, terima kasih
atas kasih sayang dan cintanya, dukungan baik moril maupun materil, serta
doa yang tak henti dan pengorbanan yang tak terhingga. Putramu ini tak akan
pernah bisa membalas seluruh keringat dan pengorbanan yang Bapak dan Ibu
berikan.
2. Para staf pengajar Politeknik Negeri Jember khususnya Program Studi Teknik
Energi Terbarukan yang telah memberika banyak ilmu dan pengetahuan serta
nasehat yang sangat bermanfaat untuk penulis.
3. Almamaterku tercinta Politeknik Negeri Jember serta Negara ku Indonesia
4. Teman-teman Teknik Energi Terbarukan 2016
vii
Briket Tempurung Kelapa Menggunakan Perekat Daun Bunga
Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.).
Dedy Eko Rahmanto, S.TP, M.Si
Muhammad Rizal Efendi
Program studi Teknik Energi Terbarukan
Jurusan Teknik
ABSTRAK
Limbah tempurung kelapa berpotensi untuk dibuat bahan bakar dalam bentuk
briket. Briket biomassa umumnya menggunakan perekat dari tapioka. Akan tetapi
tapioka merupakan bahan pangan. Daun bunga sepatu berpotensi untuk dijadikan
perekat briket tempurung kelapa sebagai pengganti tapioka. Penelitian ini
dilakukan untuk membuat briket tempurung kelapa menggunakan perekat daun
bunga sepatu dan mengetahui karakteristik briket yang dihasilkan. Briket dibuat
dengan persentase perekat daun bunga sepatu 20%, 25% dan 30%. Semua briket
yang dihasilkan mempunyai karakteristik yang memenuhi Standar Nasional
Indonesia untuk mutu briket. Komposisi briket terbaik adalah pada perlakuan
perekat bunga sepatu 30% dengan kadar air 1,73%, kadar abu 3,30%, nilai kalor
6572 Cal/g, densitas 0,70 g/cm3 dan kuat tekan 0,83 kg/cm
2.
Kata Kunci : Briket, Tempurung Kelapa, Daun Bunga Sepatu
viii
Briquette From Coconut Shell Using Hibiscus leaf Adhesive
(Hibiscus rosa-sinensis L.).
Dedy Eko Rahmanto, S.TP, M.Si
Muhammad Rizal Efendi
Study Program of Renewable Energy Technique
Majoring of Engineering
ABSTRACT
The coconut shell waste has the potential for making fuel in the shape of
briquette. Biomass briquette generally uses adhesive from tapioca. Therefore,
tapioca is one of the food ingredients. Hibiscus leave has the potential to be made
as adhesive for coconut shell briquette as a substitute for tapioca adhesive. This
research has the intention for making briquette from coconut shells using the
adhesive made from hibiscus leaf, and to know the characteristics of briquette
that will have been made. Briquette is made with hibiscus leave adhesive with the
percentages of 20%, 25%, and 30%. All of the briquettes made have the
characteristics corresponded with Indonesian Standard for the briquette quality.
Whereas the composition of the briquette which has the best composition is the
briquette with hibiscus leave adhesive amount 30%, with water amount 1,73%,
ash amount 3,30%, calorie amount 6572 cal/g, density amount 0,70 g/cm2 and
pressure power test 0,83 kg/cm3.
Key words : Briquette, Coconut shell, Hibiscus leaf
ix
RINGKASAN
Briket Tempurung Kelapa Menggunakan Perekat Daun Bunga Sepatu
(Hibiscus rosa-sinensis L.), Muhammad Rizal Efendi, NIM H41160800, Tahun
2020, 58 hlm, Teknik, Politeknik Negeri Jember, Dedy Eko Rahmanto, S.TP,
M.Si. (Pembimbing I)
Kebutuhan energi semakin meningkat seiring bertambahnya jumlah
penduduk. Meningkatnya populasi penduduk memberikan dampak terhadap
meningkatnya kebutuhan dasar energi. Energi fosil adalah energi yang banyak
digunakan oleh masyarakat saat ini. Proses terbentuknya energi dari bahan bakar
fosil membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga akan terjadi kelangkaan
energi. Biomassa dapat dijadikan solusi untuk mengurangi penggunaan energi
fosil. Salah satu cara pengelolahan limbah pertanian menjadi bahan bakar
alternatif adalah dengan cara karbonisasi diikuti dengan pemberiketan. Limbah
tempurung kelapa di kabupaten jember yaitu sebesar 1847,1 ton/tahun. Nilai
ekonomis tempurung kelapa dapat ditingkatkan dengan mengubahnya menjadi
briket dan sebagai upaya penanganan limbah.
Perekat yang dapat digunakan sebagai pengganti tepung tapioka adalah
perekat mucilage. Perekat yang dibuat dari getah dan air yang dapat diperoleh dari
getah daun bunga sepatu. Tujuan dari penilitian ini adalah menentukan
karakteristik briket tempurung kelapa dengan menggunakan daun bunga sepatu
sebagai perekat alami. Penelitian ini menggunakan analisa statistic deskriptif,
yaitu membandingkan hasil penelitian dengan SNI (Standart Nasional Indonesia)
tahun 2000. Berdasarkan hasil penelitian komposisi briket terbaik terdapat pada
komposisi TDS1 yaitu 30 gr (80%) arang tempurung kelapa dengan 7,5 gr (20%)
perekat daun bunga sepatu yang karakteristiknya sesuai dengan SNI mutu briket
arang tahun 2000 dan standart mutu briket komersial sebagai pendekatan.
Komposisi ini memiliki kadar air 1,73%, kadar abu 3,30%, Nilai kalor 6572
kal/gr, densitas 0,70 gr/cm3 dan uji tekan 0,83 kg/cm
2.
x
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT Satas segala limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga laporan skripsi penulis dapat terselesaikan. Sholawat serta
salam penulis kirimkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat dan
keluarga beliau yang telah memberikan tauladan dalam menjalani kehidupan di
dunia dan akhirat.
Laporan skripsi ini disusun berjudul “Briket Tempurung Kelapa
Menggunakan Perekat Daun Bunga Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.)”. Laporan
skripsi ini dilaksanakan sebagai sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains Terapan, Teknik (S.Tr.T) oleh mahasiswa Jurusan Teknik, Program
Studi Teknik Energi Terbarukan. Banyak pihak yang telah memberikan bantuan
baik moril maupun materil dalam penyusunan laporan ini, oleh karena itu penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
a. Bapak dan Ibu beserta keluarga besarku tercinta yang selalu memberi do’a,
dukungan dan semangat.
b. Bapak Saiful Anwar, S.TP., M.P selaku Direktur dan Wali Dosen.
c. Bapak Mochammad Nuruddin, S.T., M.Si selaku Ketua Jurusan Teknik.
d. Bapak Yuli Hananto, S.TP., M.Si selaku Ketua Program Studi Teknik Energi
Terbarukan, Kordinator Tugas Akhir sekaligus dosen penguji II.
e. Bapak Dedy Eko Rahmanto, S.TP., M.Si selaku dosen pembimbing laporan
tugas akhir yang dengan sabar memberi bimbingan, masukan, dan saran
selama pengerjaan laporan skripsi ini.
f. Ibu Siti Diah Ayu Febriani, S.Si., M.Si selaku dosen penguji I tugas akhir
g. Seluruh dosen maupun staf pengajar yang lain karena telah mengajarkan
banyak memberikan ilmu serta membantu penulis dalam memahami materi
kuliah semasa perkuliahan.
h. Bapak dan Ibu beserta keluarga besarku tercinta yang selalu memberi do’a,
dukungan dan semangat.
i. Teman seperjuangan mahasiswa D-IV Teknik Energi Terbarukan serta semua
pihak yang telah membantu pelaksanaan maupun penulisan laporan ini.
xi
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh
karena itu penulis mengharapkan masukan, kritikan yang membangun dan dapat
bermanfaat bagi Politeknik Negeri Jember maupun bagi pembaca lainnnya.
Jember, 11 September 2020
Penulis
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN MAHASISWA ........................................................... iii
SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI .............................................................. iv
HALAMAN MOTTO ............................................................................................ v
HALAMAN PERSEMBAHAN........................................................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
ABSTRACT ......................................................................................................... viii
RINGKASAN ....................................................................................................... ix
PRAKATA .............................................................................................................. x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv
DAFTAR TABEL............................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii
BAB 1. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 2
1.3 Tujuan ................................................................................................... 3
1.4 Manfaat ................................................................................................. 3
1.5 Batasan Masalah .................................................................................. 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 4
2.1 Biomassa ................................................................................................ 4
2.2 Briket Bioarang .................................................................................... 4
2.3 Karbonisasi ........................................................................................... 6
2.4 Tanaman Kelapa .................................................................................. 8
2.5 Bahan Perekat ...................................................................................... 9
2.5.1 Bahan Perekat Tapioka ............................................................... 10
2.5.2 Bahan Perekat Daun Bunga Sepatu............................................. 10
xiii
2.6 Proses Pembuatan Briket .................................................................. 11
2.7 Karakteristik Briket........................................................................... 12
2.7.1 Kadar Air ..................................................................................... 12
2.7.2 Nilai Kalor ................................................................................... 12
2.7.3 Kadar Abu ................................................................................... 13
2.7.4 Densitas ....................................................................................... 13
2.7.5 Laju Pembakaran ......................................................................... 13
2.7.6 Densitas Kamba .......................................................................... 13
2.7.7 Kuat Tekan .................................................................................. 14
BAB 3. METODE PENELITIAN ....................................................................... 15
3.1 Alat dan Bahan ................................................................................... 15
3.2 Diagram Alir Penelitian ..................................................................... 15
3.3 Penelitian Pendahuluan ..................................................................... 17
3.4 Penelitian Utama ................................................................................ 18
3.4.1 Persiapan Bahan Baku................................................................. 18
3.4.2 Proses Karbonisasi Tempurung Kelapa ...................................... 19
3.4.3 Pengecilan Arang Tempurung Kelapa ........................................ 19
3.4.4 Pembuatan Bahan Perekat ........................................................... 21
3.4.5 Pencampuran Bahan Baku dan Perekat....................................... 21
3.4.6 Proses Pencetakan Briket ............................................................ 22
3.4.7 Peoses Pengeringan Briket .......................................................... 22
3.5 Parameter Briket ................................................................................ 23
3.5.1 Pengujian Kadar Air .................................................................... 23
3.5.2 Pengujian Kadar Abu .................................................................. 24
3.5.3 Pengujian Densitas ...................................................................... 24
3.5.4 Pengujian Nilai Kalor .................................................................. 25
3.5.5 Pengujian Laju pembakaran ........................................................ 26
3.5.6 Pengujian Densitas Kamba ......................................................... 26
3.5.7 Kuat Tekan Briket ....................................................................... 27
3.6 Perlakuan ............................................................................................ 27
3.7 Anilasa Data ........................................................................................ 28
xiv
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 29
4.1 Uji Karakteristik Briket .................................................................... 29
4.1.1 Kadar Air ..................................................................................... 29
4.1.2 Denitas ........................................................................................ 31
4.1.3 Nilai Kalor ................................................................................... 33
4.1.4 Kadar Abu ................................................................................... 34
4.1.5 Laju Pembakaran ......................................................................... 36
4.1.6 Densitas Kamba .......................................................................... 38
4.1.7 Kuat Tekan .................................................................................. 40
4.2 Analisa Data ........................................................................................ 41
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 43
5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 43
5.2 Saran.................................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 44
LAMPIRAN .......................................................................................................... 47
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
3.1 Diagram Alir Pembuatan Briket....................................................................... 16
3.2 Hasil Penelitian Pendahuluan Briket ................................................................ 17
3.3 Proses Pengeringan Tempurung Kelapa .......................................................... 18
3.4a Proses Karbonisasi ......................................................................................... 19
3.4b Hasil Karbonisasi ........................................................................................... 19
3.5 Grafik Hasil Pengujian Ukuran Bahan ............................................................. 20
3.6a Proses Pengecilan ........................................................................................... 20
3.6b Pengayakan Bahan ......................................................................................... 20
3.7a Proses Pengecilan ........................................................................................... 21
3.7b Pembuatan Perekat ......................................................................................... 21
3.8 Proses Pencampuran Bahan Baku Dan Perekat ............................................... 22
3.9a Proses Pencetakan .......................................................................................... 22
3.9b Hasil pencetakan ............................................................................................ 22
3.10a Proses Pengeringan....................................................................................... 23
3.10b Selesai Dikeringkan ..................................................................................... 23
4.1 Grafik Kadar Air Briket ................................................................................... 29
4.2 Grafik Densitas Briket...................................................................................... 31
4.3 Grafik Nilai Kalor Briket ................................................................................. 33
4.4 Grafik Kadar Abu Briket .................................................................................. 35
4.5 Grafik Laju Pembakaran Briket ....................................................................... 37
4.6 Grafik Densitas Kamba Briket ......................................................................... 39
4.7 Grafik Kuat Tekan briket ................................................................................. 40
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
2.1 Syarat Mutu Briket Arang .................................................................................. 5
2.2 Komposisi Kimia Tempurung Kelapa ............................................................... 9
2.3 Klarifikasi Bunga Sepatu dan Nama Ilmiah..................................................... 10
3.1 Komposisi Bahan Baku Dan Perekat ............................................................... 28
3.2 Simbol Bahan Baku Dan Perekat ..................................................................... 28
4.1 Data Perbandingan Hasil Penelitian Dengan SNI Briket Tahun 2000 ............. 41
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Data Hasil Pengamatan Kadar Air..................................................... 47
Lampiran 2. Data Hasil Pengamatan Densitas ....................................................... 49
Lampiran 3. Data Hasil Pengamatan Nilai Kalor................................................... 51
Lampiran 4. Data Hasil Pengamatan Kadar Abu ................................................... 52
Lampiran 5. Data Hasil Pengamatan Laju Pembakaran......................................... 54
Lampiran 6. Data Hasil Pengamatan Densitas Kamba .......................................... 55
Lampiran 7. Data Hasil Pengamatan Kuat Tekan Briket ....................................... 56
Lampiran 8. Gambar Alat Pengujian Briket .......................................................... 57
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan energi semakin meningkat seiring bertambahnya jumlah
penduduk dan laju pertumbuhan ekonomi. Jumlah penduduk di Indonesia pada
tahun 2015 mencapai 255 juta jiwa naik menjadi 280,48 juta jiwa pada tahun
2025 dengan pertumbuhan sebesar 1,35% per tahun (Kementerian ESDM, 2015).
Meningkatnya populasi penduduk di Indonesia ini akan memberikan dampak
terhadap meningkatnya kebutuhan dasar, salah satunya adalah kebutuhan energi.
Energi fosil adalah energi yang banyak digunakan oleh masyarakat saat ini. Proses
terbentuknya energi dari bahan bakar fosil membutuhkan waktu yang cukup lama,
sehingga akan terjadi kelangkaan energi berbahan bakar fosil diantaranya adalah
gas, minyak dan batu bara. Energi terbarukan merupakan salah satu bentuk energi
yang dapat dijadikan solusi untuk mengurangi penggunaan energi fosil.
Biomassa secara umum bermakna jumlah keseluruhan sumber daya alam
yang dapat dimanfaatkan dalam bentuk energi dan bahan. Kayu, rumput, alga
laut, mikroalga, limbah pertanian, limbah kehutanan dan limbah rumah tangga
adalah termasuk kategori ini (Yokoyama dan Matsumura, 2008). Salah satu cara
pengelolahan limbah pertanian menjadi bahan bakar alternatif adalah dengan cara
karbonisasi diikuti dengan pemberiketan. Biomassa yang dapat dikonversi
menjadi briket diantaranya adalah limbah tempurung kelapa.
Produksi kelapa di Kabupaten jember mencapai 13.795 ton per tahun
(Dinas perkebunan jawa timur 2017). Luas perkebunan kelapa di kabupaten
jember yaitu sebesar 12.745 hektar. Komposisi buah kelapa terdiri dari 25,1%
sabut kelapa, 28,1% daging kelapa, 32,7% air kelapa dan 14,1% tempurung
kelapa dengan berat buah 1.64 kg (Lay dan Pasang, 2002). Berdasarkan data
tersebut dapat diketahui limbah tempurung kelapa di kabupaten jember yaitu
sebesar 1.945 ton/tahun. Limbah tempurung kelapa banyak yang ditumpuk,
dibuang, dijadikan bahan bakar tungku, atau dibakar begitu saja. Usaha
peningkatan pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap pemanfaatan limbah
tempurung kelapa sangat diperlukan. Briket tempurung kelapa mempunyai kadar
2
air 14, 31%, abu 2,02%, votalite meter 16,53% dengan nilai kalor (5655 cal/g)
(Fariadhie, 2009). Nilai ekonomis tempurung kelapa dapat ditingkatkan dengan
mengubahnya menjadi briket dan sebagai upaya penanganan limbah.
Pemilihan bahan baku dan bahan perekat sangat menentukan mutu suatu
briket. Bahan perekat umumnya menggunakan tepung tapioka karena nilai
kalornya sesuai denagan SNI, tetapi bahan tersebut kurang cocok jika digunakan
dalam jumlah yang besar karena merupakan bahan pangan. Perekat yang dapat
digunakan adalah perekat mucilage. Perekat Mucilage adalah perekat yang dibuat
dari getah dan air. Perekat terdebut dapat diperoleh dengan menggunakan getah
dari dedaunan seperti getah daun bunga sepatu. Potensi bunga sepatu cukup
melimpah di wilayah jawa sendiri. Bunga sepatu banyak tumbuh di pekarangan
dan persawahan, mudah diperoleh dan dijumpai di sekitar kita. Memanfaatkan
daun bunga sepatu sebagai perekat alami pembuatan briket dapat meningkatkan
nilai ekonomis dari bahan tersebut. Senyawa kimia yang terdapat pada daun
bunga sepatu adalah Flavonid, saponin dan polifenol (Nur’aini, 2013). Flavonid
berperan sebagai anti oksidan dengan cara mendonasikan atom hidrogennya atau
melalui kemampuannya mengikat logam, berada dalam bentuk glukosida
(mengandung rantai samping glukosa) atau dalam bentuk bebas yang disebut
aglikon. Kandungan glukosa dalam senyawa flavonid ini menyebabkan flavonid
memiliki sifat lengke sehingga perekat daun bunga sepatu ini dapat di jadikan
sebagai bahan perekat briket.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dapat dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut ini.
1. Berapa komposisi terbaik bahan perekat daun bunga sepatu terhadap kualitas
briket menggunakan bahan baku tempurung kelapa ?
2. Bagaimana karakteristik briket tempurung kelapa menggunakan perekat
daun bunga sepatu ?
3
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut ini.
1. Menentukan komposisi terbaik jenis bahan perekat daun bunga sepatu
terhadap kuliatas briket menggunakan bahan baku tempurung kelapa.
2. Mengetahui karakteristik briket tempurung kelapa menggunakan perekat daun
bunga sepatu.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ini.
1. Meningkatkan nilai ekonomis dari limbah tempurung kelapa sebagai bahan
bakar terbarukan.
2. Menciptakan bahan bakar alternatif berupa briket sebagai pengganti energi
fosil.
3. Sebagai sumber informasi yang dapat dikembangkan oleh penelitian
berikutnya.
1.5 Batasan Masalah
Batasan masalah yang ditentukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut
ini.
1. Limbah tempurung kelapa didapatkan di Kabupaten Jember.
2. Daun bunga sepatu didapatkan di desa Tegalgede kecamatan Sumbersari
kabupaten Jember.
3. Tidak membahas reaksi kimia briket.
4. Tidak membahas umur tempurung kelapa.
5. Tidak membahas umur daun bunga sepatu.
4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biomassa
Biomassa secara umum bermakna jumlah keseluruhan sumber daya alam
yang dapat dimanfaatkan dalam bentuk energi dan bahan. Kayu, rumput, alga
laut, mikroalga, limbah pertanian, limbah kehutanan dan limbah rumah tangga
adalah termasuk kategori ini (Yokoyama dan Matsumura, 2008). Biomassa
digunakan sebagai kebutuhan utama antar lain untuk kebutuhan pokok, pakan
ternak, minyak nabati, bahan bangunan dan sebagainya. Biomassa juga dapat
dimanfaatkan sebagai sumber bahan bakar energi. Kandungan biomassa
diantaranya terdiri dari hemicelulosa, celulosa dan lignin. Persentase ketiga unsur
tersebut adalah hemicelulosa 20% untuk tumbuhan halus 17-25% untuk tumbuhan
kasar, celulosa 40-45% untuk tumbuhan kasar dan halus, lignin 25-35% untuk
tumbuhan halus dan 17-25% untuk tumbuhan kasar (Saparuddin, dkk. 2015).
Biomassa dapat digunakan langsung sebagai sumber energi panas, sebab
biomassa telah mengandung energi yang dihasilkan dalam proses fotosintesis saat
tumbuhan hidup. Penggunaan biomassa secara langsung kurang efisien, sehingga
diperlukan usaha untuk mengubahnya menjadi energi kimia terlebih dahulu
(Siregar dan Zurairah, 2019). Biomassa yang berasal dari limbah perkebunan,
pertanian dan kehutanan yang sudah diambil produk primernya merupakan bahan
yang tidak berguna. Upaya memanfaatkan limbah biomassa menjadi bahan bakar
alternatif, adalah dengan mengubahnya menjadi bioarang sehingga memiliki nilai
kalor yang lebih tinggi dari pada biomassa dengan proses pirolisis (Gandhi, 2010).
Bioarang yang dihasilkan dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif pada
skala industri ataupun rumah tangga.
2.2 Briket Bioarang
Briket arang merupakan bahan bakar padat yang mengandung karbon,
mempunyai nilai kalor yang tinggi dan dapat menyala dalam waktu yang lama.
Bioarang adalah arang (salah satu jenis bahan bakar) yang terbuat dari aneka
bahan hayati atau biomassa seperti kayu, ranting, dedaunan, rumput, jerami dan
5
limbah pertanian lainnya (Saleh dan Bahariawan, 2018). Bahan baku bioarang
dapat diperoleh dari limbah biomassa hasil peternakan atau pertanian. Biomassa
hasil peternakan atau pertanian seringkali diabaikan dan dianggap tidak bernilai
oleh masyarakat, dengan memanfaatkan teknologi serta penerapan yang tepat.
Biomassa hasil peternakan atau pertanin dapat diolah menjadi bioarang yang
bernilai ekonomis dan menjadi nilai tambah pendapatan. Biomassa mudah di
dapatkan serta dimanfaatan menjadi briket maka akan berdampak positif karena
biomassa sering dianggap limbah yang dapat mencemari lingkungan. Pembuatan
biomassa menjadi bahan bakar dapat dilakukan dengan proses karbonisasi dan
diikuti dengan pembriketan. Proses pengarangan bertujuan untuk menaikkan
kadar carbon dalam briket, sehingga laju pembakaran akan meningkat serta bisa
mengurangi kadar asap yang keluar pada pembakaran briket. Sifat-sifat penting
briket meliputi nilai kalor, kadar air, berat jenis, kadar abu, fixed carbon, dan
volatile matte. Berdasarkan Koto, dkk (2019), syarat mutu briket arang kayu
seperti pada Table 2.1.
Tabel 2.1 Syarat Mutu Briket Arang Kayu (SNI No.01.6235-2000)
Parameter Satuan Kisaran
Kadar Air % Maks 8
Kadar abu % Maks 8
Kadar Zat Terbang % Mak 15
Nilai Kalor (Kal/gr) Kal/gr Min 5000
(Sumber : Koto, dkk 2019)
Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat briket bioarang adalah jenis bahan
baku atau jenis serbuk arang, kehalusan serbuk dan suhu kombinasi. Pencampuran
bahan pembuat briket juga mempengaruhi sifat briket. Syarat biobriket yang baik
adalah briket yang memiliki permukaan yang halus dan tidak meninggalkan
bekas-bekas hitam di tangan (Meoksin, dkk. 2017). Briket harus memenuhi
kriteria-kriteria berikut ini.
1. Tekstur halus, keras dan tidak mudah pecah.
6
2. Mudah dinyalakan, dan semakin lama menyala dengan nyala api yang
konstan maka akan semakin baik (waktu nyala yang cukup lama).
3. Nilai kalor yang tinggi.
4. Asap yang dihasilkan sedikit dan asap cepat hilang.
5. Menunjukkan upaya laju pembakaran (seperti: waktu, laju pembakaran, dan
suhu pembakaran) yang baik.
6. Emisi gas hasil dari pembakaran tidak mengandung racun.
2.3 Karbonisasi
Karbonisasi merupakan metode atau teknologi untuk memperoleh arang
sebagai produk utama dengan memanaskan biomassa padat seperti kayu, kulit
kayu, bambu, sekam padi dan lain-lain pada suhu 400-6000C dengan kondisi
hampir tidak ada udara atau oksigen (Yokoyama, 2008). Biomassa sebenarnya
dapat digunakan secara langsung sebagai sumber energi untuk bahan bakar tetapi
kurang efisien. Nilai bakar biomassa sekitar 3000 kal/gr, sedangkan bioarang
mampu menghasilkan 5000 kal/gr (Junary, 2015). Mengubah biomassa menjadi
bioarang akan meningkatkan efesiensi dari bahan bakar tersebut. Bioarang dapat
digunakan sebagai bahan bakar setelah dilakukan pencetakan berbentuk briket
bola atau bentuk slinder. Menurut Admaja, (2019) Proses pengarangan dapat di
golongkan menjadi 4 metode sebagai berikut ini.
1. Metode Konvensional
Pembuatan arang dengan cara timbun merupakan cara tradisional, banyak
dilakukan di pedesaan dan tidak memerlukan biaya prodüksi tinggi. Arang yang
dihasilkan umumnya hanya digunakan untuk bahan bakar dalam rumah tangga.
Pembuatan arang dengan kiln baik earth maupun portabel kiln, kayu langsung
berhubungan dengan pemanas atau api dan tujuan utamanya memproduksi arang
kayu. Metode kiln yang sangat sederhana adalah pembuatan arang dengan
timbunan tanah. Prinsip kerjanya adalah kayu yang membara memberikan panas
untuk berlangsungnya proses pengarangan.
7
2. Metode Drum Kiln
Teknologi pembuatan arang dengan kiln drum adalah suatu metode
pembuatan arang yang murah dan sederhana tetapi dapat menghasilkan rendemen
dan kualitas arang yang cukup tinggi. Teknologi tersebut dapat diterapkan pada
industri rumah tangga di pedesaan karena bahan konstruksi drum bekas mudah
diperoleh dengan harga yang relatif murah. Kiln terbuat dari besi yang terdiri atas
dua buah silinder dipasang secara bersambung. Cara kerja kiln adalah panas
berasal dari bahan baku kayu itu sendiri yang dibantu oleh udara dari luar yang
diatur menurut kapasitas kiln tersebut. Portabel kiln memerlukan waktu
pengarangan ± 4 (empat) hari untuk kapasitas 9 -10 m3 kayu dengan hasil arang ±
1800 kg.
3. Metode Kiln Bata dan Beton
Kiln bata merupakan modifikasi dari Thailan yang dirancang untuk
kemudahan operasi dan kualitas arang yang dihasilkan. Dinding yang digunakan
adalah dinding bata yang diplester atau kombinasinya dengan campuran pasir dan
semen. Kiln tersebut dapat dibuat dalam ukuran besar dan permanen sehingga,
bahan baku dapat terkontrol sehingga waktu proses lebih cepat serta menghasilkan
arang dalam jumlah lebih banyak, seragam dan kualitas yang lebih baik.
4. Metode Lubang Dapur Pengarangan.
Lubang dapur pengarangan diisi dengan bahan baku lapisan pertama,
kemudian dibakar. Jika lapisan pertama mulai terbakar dilanjutkan dengan bahan
baku baru sebanyak lapisan sebelumnya sampai ruangan terisi penuh. Lubang
ditutup menggunakan tanah sehingga tertutup rapat. Bagian tengah lubang
terdapat balok kayu atau bambu berdiameter 15- 20 cm secara tegak lurus,
sehingga lubang balok dapat terisi dengan bahan baku sampai penuh. Proses
tersebut berlangsung selama 5-7 hari. Tutup kiln dibuka dua kali sehari untuk
mengeluarkan asap dari dalam lubang.
8
2.4 Tanaman kelapa
Tanaman kelapa adalah tanaman yang cukup populer di Indonesia. Kelapa
merupakan tumbuhan asli daerah tropis, yakni daerah yang terletak sepanjang
garis katulistiwa. Tanaman kelapa banyak tumbuh dan dibudidayakan oleh
sebagian besar petani, di wilayah Indonesia tanaman kelapa dapat ditemukan
hampir di seluruh provinsi dari daerah pantai yang datar hingga daerah
pegunungan yang agak tinggi. Daerah yang padat penduduk misalnya di jawa dan
di bali tanaman kelapa banyak ditanam di tanah tegalan atau tanah pekarangan,
sedangkan di daerah yang jarang penduduknya misalnya daerah transmigrasi,
tanaman kelapa banyak ditanam di lahan yang luas yang terbentuk monokultur
perkebunan kelapa (Warisno, 2003). Kelapa dapat dimanfaatkan mulai dari akar
sampai daunnya menjadi beragam kegunaan, tanaman kelapa dikenal juga sebagai
tanaman surga. Tanaman kelapa ini, pada buah mulai dari kulit sampai air kelapa
mempunyai fungsinya masing-masing. Kelapa (Cocos nucifera L.) adalah salah
satu satu spesies dari genus Cocos dibedakan menjadi dua varietas yaitu kelapa
dalam dan kelapa genjah (Gunawati, dkk. 2018).
Kelapa tipe Dalam umumnya memiliki batang yang tinggi sekitar 15
meter dan bagian pangkal membengkak (disebut bol). Panjang berkisar 5 - 7
meter. Buah kelapa masak sekitar 12 bulan setelah penyerbukan. Umur tanaman
dapat mencapai 80 - 90 tahun, kualitas kopra dan minyak serta sabut umumnya
baik (Pandin, 2010). Kelapa tipe Genjah pada umumnya memiliki batang pendek
berkisar 12 meter dan agak kecil. Panjang daun berkisar 3 – 4 meter, berbunga
pertama cepat berkisar 3 - 4 tahun setelah tanam. Buah kelapa masak berkisar 11-
12 bulan sesudah penyerbukan. Umur tanaman dapat mencapai 35 - 40 tahun,
kualitas kopra dan minyak serta sabut kurang baik (Pandin, 2010).
Komposisi buah kelapa terdiri dari 25,1% sabut kelapa, 28,1% daging
kelapa, 32,7% air kelapa dan 14,1% tempurung kelapa dengan berat buah 1.64 kg
(Lay dan Pasang, 2002). Fariadhie (2009) menyatakan bahwa briket tempurung
kelapa mempunyai kadar air 14, 31%, abu 2,02%, votalite meter 16,53% dengan
nilai kalor (5655 cal/g). Komposisi kimia tempurung kelapa seperti pada Tabel
2.2.
9
Tabel 2.2 Komposisi Kimia Tempurung Kelapa
Unsur Kimia Kandungan (%)
Sellulosa 26,60
Pentosan 27,00
Lignin 29,40
Kadar Abu 0,60
Solvent Pelarut Ekstratif 4,20
Uronat anhidrad 3,50
Nitrogen 0,11
Air 8,00
(Sumber : Musari, 2018)
2.5 Bahan Perekat
Perekat adalah suatu zat atau bahan yang memilik kemampuan untuk
mengikat dua benda melalui ikatan permukaan. Penggunaan bahan perekat
dimaksutkan untuk menarik air dan membentuk tekstur yang padat atau mengikat
dua substrak yang akan direkatkan. Adanya bahan perekat menjadikan susunan
partikel briket semakin rapat, teratur dan lebih padat, sehingga briket yang
dihasilkan kualitasnya baik (Marsono dan Kurniawan, 2008).
Menurut Apriani (2015) beberapa istilah lain dari perekat yang memiliki
kekhususan meliputi glue, mucilage, paste, dan cement. Glue merupakan perekat
yang terbuat dari protein hewani, seperti kulit, kuku, urat, otot, dan tulang yang
secara luas digunakan dalam industri pengerjaan kayu. Mucilage adalah perekat
yang dipersiapkan dari getah dan air dan diperuntukkan terutama untuk perekat
kertas. Paste merupakan perekat pati (starch) yang dibuat melalui pemanasan
campuran pati dan air dan dipertahankan berbentuk pasta. Cement adalah istilah
yang digunakan untuk perekat yang bahan dasarnya karet dan mengeras melalui
pelepasan pelarut.
10
2.5.1 Bahan Perekat Tapioka
Bahan perekat tapioka kanji adalah perekat tapioka yang dibuat dari
tepung tapioka dicampur air dalam jumlah tidak melebihi 70% dari berat serbuk
arang dan kemudian dipanaskan sampai berbentuk jeli (Apriani, 2015). Perekat
tapioka sangat umum digunakan sebagai bahan perekat pada briket karena banyak
terdapat di pasaran dan harganya relatif murah. Perekat tapioka dalam
penggunaannya menimbulkan asap yang relatif sedikit dibandingkan dengan
bahan lainnya. Bahan perekat tapioka bertentangan dengan sumber pangan, karena
tepung tapioka masih banyak digunakan sebagai bahan pembuatan makanan, oleh
sebab itu perlu adanya perekat pengganti tepung tapioka yang bersifat alami.
2.5.2 Bahan Perekat Daun Bunga Sepatu
Bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) adalah tanaman semak suku
Malvaceae yang berasal dari Asia Timur dan banyak ditanam sebagai tanaman
hias di daerah tropis dan subtropis. Bunga sepatu adalah bunga tunggal berbentuk
terompet dengan diameter sekitar 6 cm hingga 20 cm. Tanaman ini dapat
mencapai tinggi 3 meter. Batang tanaman bunga sepatu berbentuk bulat, berkayu,
dan keras. Diameter batang berukuran 9 cm dan ketika masih muda berwarna
ungu dan setelah tua berwarna putih kotor (Nuraisyah, 2016). Klarifikasi bunga
sepatu seperti pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Klarifikasi Bunga Sepatu dan Nama Ilmiah
Kerajaan Plante
Divisio Magnoliophyta
Kelas Magnoliopsida
Ordo Malvales
Famili Malvaceae
Genus Hibiscus
Spesies Hibiscus rosa-sinensis
(Sumber: Nuraisyah, 2016)
11
Daun bunga sepatu adalah daun tunggal, tepi daun beringgit dengan ujung
runcing dan berpangkal tumpul. Panjang rata-rata daun 10 sampai 16 cm dan lebar
5 sampai 11 cm. Akar bunga sepatu adalah akar tunggal dengan panjang rata-rata
30 sampai 60 cm berwarna coklat muda. Senyawa kimia yang terdapat pada daun
kembang sepatu adalah Flavonid, saponin dan polifenol (Nur’aini, 2013).
Kandungan glukosa dalam senyawa flavonid ini menyebabkan flavonid memiliki
sifat lengket sehingga perekat daun kembang sepatu ini dapat di jadikan sebagai
bahan perekat briket.
2.6 Proses Pembuatan Briket
Proses pembuatan perekat adalah proses pengolahan arang hasil
karbonisasi yang mengalami perlakuan pengerusan, pencampuran bahan baku,
pencetakan dan pengeringan. Hingga diperoleh briket yang mempunyai bentuk,
ukuran fisik dan sifat kimia yang baik (Koto, dkk. 2019). Proses produksi briket
melalui beberapa tahap. Langkah-langkah pembuatan briket adalah sebagai
berikut ini.
1. Penyiapan Bahan Baku
Bahan baku disiapkan dan dibersihkan dari material-material tidak
berguna, seperti batu dan sebagainya. Bahan baku dikeringkan sebelum
dikarbonisasi.
2. Proses Karbonisasi
Proses pengarangan atau karbonisasi ini dapat dilakukan dengan
menggunakan drum bekas yang bersih. Drum atau kiln tersebut terlebih dahulu
diberi lubang-lubang kecil dengan paku pada bagian dasar agar tetap ada udara
yang masuk ke dalam drum (Silitonga dan Ibrahim, 2020).
3. Pengecilan Ukuran Bahan
Pengecilan ukuran bahan baku hingga halus bertujuan untuk mendapatkan
bahan briket yang bagus. Hasil pengecilan bahan kemudian diayak, pengayakan
bermaksud untuk menghasilkan serbuk yang halus yang mudah dibentuk sesuai
dengan cetakan.
12
4. Pencampuran Dengan Perekat
Bahan perekat dicampur dengan arang yang telah halus sampai
membentuk semacam adonan. Penggunaan bahan perekat dimaksudkan agar
briket tidak mudah pecah ketika dibakar.
5. Pencetakan
Bahan-bahan yang telah tercampur secara merata kemudian dilakukan
pencetakan. Bentuk cetakan yang akan dibuat bisa disesuaikan dengan kebutuhan.
Caranya adalah adonan dimasukkan ke dalam cetakan, kemudian ditekan atau
dikempa hingga mampat.
6. Pengeringan
Briket yang telah dicetak langsung dikeringkan, agar briket cepat menyala
dan tidak berasap. Pengeringan dapat dilakukan di bawah sinar matahari atau
dengan sarana pengeringan menggunakan oven.
2.7 Karakteristik Briket
2.7.1 Kadar Air
Kadar air merupakan kandungan air pada bahan bakar padat. Kandungan
air yang tinggi menyulitkan penyalaan dan mengurangi temperatur pembakaran.
Moisture dalam bahan bakar padat terdapat dalam dua bentuk, yaitu sebagai air
bebas dan air terikat. Air bebas (free water) mengisi rongga pori-pori di dalam
bahan bakar. Air terikat (bound water) terserap di permukaan ruang dalam
struktur bahan bakar.
Kadar air sangat menentukan kualitas arang yang dihasilkan. Arang
dengan kadar air rendah akan memiliki nilai kalor tinggi. Makin tinggi kadar air
maka akan makin banyak kalor yang dibutuhkan untuk mengeluarkan air dari
dalam tempurung agar menjadi uap sehingga energi yang tersisa dalam arang akan
menjadi lebih kecil (Silitonga dan Ibrahim, 2020).
2.7.2 Nilai Kalor
Nilai kalor sering kali digunakan sebagai indikator kandungan energi yang
dimiliki oleh bahan biomassa. Nilai kalor adalah jumlah panas yang dihasilkan
13
saat bahan menjalani pembakaran sempurna atau dikenal sebagai kalor
pembakaran. Nilai kalor ditentukan melalui rasio komponen dan jenisnya serta
rasio unsur dalam biomassa itu sendiri terutama kadar karbon (Koto, dkk. 2019).
2.7.3 Kadar Abu
Abu adalah sisa pembakaran dari arang, abu merupakan mineral seperti
lempung, silikat, kalsium serta maknesium oksida. Banyaknya kadar abu yang
terkandung pada briket maka kualitasnya semakin rendah karena kadar abu dapat
menurunkan nilai kalor (Silitonga dan Ibrahim, 2020).
2.7.4 Densitas
Densitas menunjukkan perbandingan antara berat dan volume briket.
Densitas briket berpengaruh terhadap kualitas briket, kerena densitas yang tinggi
dapat meningkatkan nilai kalor bakar briket. Besar atau kecilnya densitas tersebut
dipengaruhi oleh ukuran dan kehomogenan bahan penyusun briket itu sendiri
(Koto, dkk. 2019).
2.7.5 Laju pembakaran
Faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik pembakaran antara lain
adalah kandungan nilai kalor dan besar berat jenis (densitas). Kandungan nilai
kalor yang tinggi pada suatu briket saat terjadinya proses pembakaran akan
mempengaruhi pencapaian temperatur yang tinggi pula, namun pencapaian suhu
optimumnya cukup lama. Briket yang memiliki berat jenis yang tinggi memiliki
laju pembakaran yang lebih lama dan nilai kalor lebih tinggi dibandingkan dengan
briket yang memiliki berat jenis yang lebih rendah (Silitonga dan Ibrahim, 2020).
2.7.6 Densitas Kamba
Densitas kamba adalah perbandingan bobot bahan dengan volume yang
ditempatinya termasuk ruang kosong diantara butiran bahan (Koto, dkk. 2019).
Densitas kamba (bulk density), merupakan salah satu parameter yang sering kali
14
digunakan untuk merencanakan suatu gudang penyimpanan, volume alat
pengolahan, jenis pengemasan atau sarana transportasi.
2.7.7 Kuat Tekan
Kuat tekan merupakan kemampuan briket untuk menahan daya tekan
terhadap hancurnya briket jika diberikan beban pada baha tersebut. Semakin
tinggi nilai kuat tekan atau keteguhan tekan menyebabkan daya tahan briket
terhadap pecah semakin baik (Silotangga dan Ibrahim, 2020).
15
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sieve shaker, blender,
oven, nampan, alat pengepres, cawan, neraca digital, jamgka sorong, gelas ukur,
penggaris, stopwatch, thermometer alcohol, bomb calorimeter, lesung, gelas
beker, alat pirolisis dan bak pencampur. Bahan yang digunakan dalam membuat
briket adalah tempurung kelapa dan perekat daun kembang sepatu yang di
dapatkan di Desa Tegalgede Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember.
3.2 Diagram Alir Penelitian
Penelitian ini dimulai dari penyiapan bahan baku briket hingga pengujian
kualitas briket. Tahapan selengkapnya penelitian ini seperti diagram alir pada
Gambar 3.1.
16
Gambar 3.1 Diagram Alir Pembuatan Briket
Penghalusan dan Penyaringan
Pencampuran Arang
Tempurung Kelapa
Dengan Perekat Daun
Bunga Sepatu
Pencampuran Arang
Tempurung Kelapa
Dengan Perekat Tepung
Tapioka
Pencetakan dan
Pengepresan Briket
Pengeringan Briket
Pengujian Kualitas Briket
Selesai
Mulai
Karbonisasi Tempurung Kelapa
Penjemuran Bahan Baku
Persiapan Bahan Baku
17
3.3. Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui daun bunga sepatu
dapat atau tidaknya dijadikan sebagai bahan perekat alami briket tempurung
kelapa. Hasil dari penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa daun bunga sepatu
dapat dijadikan sebagai bahan perekat briket. Perekat daun bunga sepatu adalah
perekat mucilage, perekat yang dicampur dengan air. Proses pembuatan perekat
daun bunga sepatu yaitu dengan cara daun bunga sepatu di potong kecil kecil dan
dimasukkan kedalam belender hingga menghasilkan perekat daun bunga sepatu.
Perbandingan daun bunga sepatu dan air yaitu 1: 3, 1 bahan perekat dan 3 air.
Hasil penelitian briket seperti pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2 Hasil Penelitian Pendahuluan Briket
Penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa perekat daun bunga sepatu
dapat dijadikan sebagai perekat alami. Komposisi terbaik perekat daun bunga
sepatu adalah sebagai berikut ini.
1. 30 gr (80%) arang tempurung kelapa dengan 7,5 gr (20%) perekat daun bunga
sepatu.
2. 30 gr (75%) arang tempurung kelapa dengan 10 gr (25%) perekat daun bunga
sepatu.
18
3. 30 gr (70%) arang tempurung kelapa dengan 13 gr (30%) perekat daun bunga
sepatu.
Komposisi 30 gr (85%) arang tempurung kelapa dengan 5 gr (15%)
perekat daun bunga sepatu tidak dapat dijadikan sebagai perekat arang briket.
Perekat yang terlalu sedikit menyebabkan hasil fisik briket rapuh dan retak seperti
pada Gambar 3.2. Perekat 20%, 25% dan 30% dapat dijadikan sebagai perekat
arang tempurung kelapa. Penambahan bahan perekat menghasilkan fisik briket
padat dan tidak rapuh seperti pada Gambar 3.2. Proses penyalaan briket
menimbulkan bara api dan cukup mudah untuk dinyalakan. Data tersebut
menunjukkan bahwa penelitian briket tempurung kelapa dengan menggunakan
bahan perekat daun bunga sepatu cukup menarik dan dapat diteliti lebih lanjut.
3.4 Penelitian Utama
3.4.1 Persiapan Bahan Baku
Bahan yang digunakan dalam penilitian ini adalah tempurung kelapa,
Tempurung kelapa dijemur terlebih dahulu dibawah sinar matahari selama 1-3
hari untuk menurunkan kadar air. Kadar air sebelum dikeringkan sebesar 8%
setelah dikeringkan diharapkan kadar air akan menjadi 4%. Proses pengeringan
tempurung kelapa yaitu menggunakan panas sinar matahari seperti pada Gambar
3.3.
Gambar 3.3 Proses Pengeringan Tempurung Kelapa
19
3.4.2 Proses Karbonisasi Tempurung Kelapa
Tempurung kelapa yang sudah kering kemudian dilanjutkan dengan
proses karbonisasi. Tempurung kelapa dibakar dengan alat karbonisasi, alat
karbonisasi ditutup menggunakan kayu dan tanah yang sudah dicampur dengan
air agar agar udara tidak masuk kedalam ruangan . Proses pembakaran dikatakan
selesai setelah mencapai rentang waktu 2 - 2,5 jam. Proses dan hasil karbonisasi
tempurung kelapa seperti pada Gambar 3.4.
Gambar 3.4 (a) Proses karbonisasi Gambar 3.4 (b) Hasil Karbonisasi
3.4.3 Pengecilan Arang Tempurung kelapa
Arang tempurung kelapa yang sudah selesai di karbonisasi, selanjutnya
dilakukan proses pengecilan bahan yaitu dengan menumbuk bahan baku dengan
lesung hingga bahan halus. Bahan baku yang sudah selesai ditumbuk kemudian
diayak menggunakan ayakan Sieve Shaker ukuran 10 mesh, 20 mesh, 40 mesh, 50
mesh dan 100 mesh untuk mengetahui ukuran serbuk bahan. Hasil pengujian
ukuran bahan disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar 3.5.
20
Gambar 3.5 Grafik Hasil Pengujian Ukuran Bahan
Berdasarkan Gambar 3.5 menunjukkan bahwa arang tempurung kelapa
setelah melalui proses penumbukan dan pengayakan serbuk arang lolos ayakan 20
mesh dan banyak tertahan pada ayakan 40 mesh. Berdasarkan data tersebut
diketahui bahwa, sebaran ukuran serbuk arang tempurung kelapa terbanyak adalah
30 mesh. Proses penumbukan dan pengayakan seperti pada Gambar 3.6.
Gambar 3.6(a) Proses Pengecilan 3.6(b) Pengayakan bahan
00
05
10
15
20
25
30
10 mesh 20 mesh 40 mesh 50 mesh 100 mesh
Hasi
l P
en
gu
ku
ran
(%
)
21
3.4.4 Pembuatan bahan Perekat
Proses pembuatan bahan perekat tepung bunga sepatu yaitu dengan
memotong kecil-kecil daun bunga sepatu menggunakan gunting. Daun bunga
sepatu yang sudah terpotong kecil-kecil kemudian dimasukkan kedalam blender
dan ditambahkan dengan air dengan perbandingan 1:3, 1 daun bunga sepatu dan 3
air. Penambahan air dalam pembuatan perekat agar mempermudah proses
penghancuran dan mempermudah proses pencampuran bahan baku dan bahan
perekat sehingga menjadi homogen. Proses pengecilan daun bunga sepatu dan
pembuatan perekat seperti pada Gambar 3.7.
Gambar 3.7 (a) Proses Pengecilan Gambar 3.7 (b) Pembuatan Perekat
3.4.5 Pencampuran bahan baku dengan Perekat.
Pencampuran arang tempurung kelapa (T) dengan perekat daun bunga
sepatu (DS) dan tepung tapioka(TT) dilakukan 4 kali pengulangan sesuai
komposisi yang dilakukan dalam pengujian. Pencampuran komposisi tersebut
diantaranya adalah TDS1 (30 gr : 7,5 gr), TDS2 (30 gr : 10 gr), TDS3 (30 gr : 13
gr) dan TTT (30 gr : 3 gr). Pencampuran bahan baku dan perekat seperti pada
Gambar 3.8.
22
Gambar 3.8 Proses Pencampuran Bahan Baku dan Perekat
3.4.6 Proses Pencetakan Briket
Bahan baku yang sudah tercampur dengan perekat kemudian di cetak
dengan alat cetakan yang berbentuk slinder dengan diameter 5 cm dan tinggi 5
cm. Bahan di press dan ditahan selama 1 menit dengan persen pengempaan
sebesar 50%. Proses pencetakan dan hasil briket seperti pada Gambar 3.9.
Gambar 3.9 (a) Proses pencetakan Gambar 3.9 (b) Hasil Pencetakan Briket
3.4.7 Proses Pengeringan Briket.
Briket yang sudah selesai di cetak kemudian dilanjutkan dengan proses
pengeringan. Proses pengeringan menggunakan oven membutuhkan waktu 6 jam
23
dengan suhu 750C (Nawawi, 2017). Proses pengeringan dan hasil briket setelah
dikeringkan seperti pada Gambar 3.10.
Gambar 3.10 (a) Proses Pengeringan Gambar 3.10 (b) Selesai dikeringkan
3.5 Parameter Briket
Parameter yang diuji dalam penelitian briket tempurung kelapa ini adalah,
pengujian kadar abu briket, pengujia kadar air briket, pengujiai nilai kalor briket,
pengujia kerapatan briket, pengujia kuat tekan briket, pengujia laju pembakaran
briket dan pengujian densitas kamba briket. Uraian terkait pengujian tersebut
adalah sebagai berikut ini.
3.5.1 Pengujian Kadar Air
Pengujian kadar air menggunakan metode ASTM D 1762-84 (2007). Alat
yang digunakan dalam pengujian kadar air adalah oven, cawan dan timbangan
digital. Prosedur pengujian kadar air dilakukan dengan cara sebagai berikut ini.
1) Sampel briket arang ditimbang untuk mengetahui berat awal.
2) Sampel dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 1050c selama 24 jam.
3) Sampel yang sudah krting kemudian dikeluarkan dari dalam oven.
4) Sampel ditimbang langsung untuk mengetahui berat akhir.
Kadar air dapat dihitung menggunakan persamaan :
Kadar air =
………………………….....………………...……….(3.1)
Keterangan:
a = berat awal briket sebelum dikeringkan (gram)
24
b = massa akhir briket setelah dikeringkan (gram)
3.5.2 Pengujian Kadar Abu
Pengujian kadar abu menggunakan metode SNI 06-3730-1995. Prosedur
pengujian kadar abu dilakukan dengan cara sebagai berikut ini.
1) Cawan kosong ditimbang untuk mengetahui masanya.
2) Cawan dan sampel ditimbang sebanyak 1 gram.
3) Cawan dan sampel dimasukkan kedalam furnace, suhu dipanaskan 450-
500oC selama 1 jam, dilanjut suhu 700-750
oc selama 2 jam, dan terakhir
pengabuan dengan suhu 900-950 oc selama 2 jam.
4) Cawan dan abu ditimbang untuk mengetahui berat akhirnya.
Kadar abu dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut
ini.
Kadar abu =
……………………………...……………………….(3.2)
Keterangan:
a = massa cawan kosong (gram)
b = massa cawan dan abu (gram)
c = massa sampel (gram)
3.5.3 Pengujian Densitas
Pengujian densitas menggunakan metode ASTM D 5142-02 (2004). Hasil
perbandingan antara berat dan volume briket. Pengukuran kerapatan dilakukan
dengan cara archimedes yaitu mengukur masa sample dan mengukur volume
sampel dengan menenggelamkan sampel ke air didalam gelas ukur. Prosedur
pengujian densitas dilakukan dengan cara sebagai berikut ini.
1) Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pengujian disiapkan.
2) Briket ditimbang untuk mengetahui masanya.
3) Briket ditenggelamkan didalam wadaha beaker glass yang sudah terisi air
untuk diketahui volumenya.
4) Briket dibandingkan dengan volumenya untuk mengetahui densitas bahan
tersebut.
25
Densitas briket dapat dihitung menggunakan persamaan :
=
……………………….…………………………...……....…………….(3.3)
Keterangan:
= densitas (gr/cm3)
m = massa sampel briket (gram)
v = volume briket (cm3)
3.5.4 Pengujian Nilai Kalor
Pengujian nilai kalor menggunakan alat oksigen bom calorimeter.
Pengujian nilai kalor mengikuti metode ASTM D 5865-01 (2007). Prosedur
pengujian nilai kalor dilakukan dengan cara sebagai berikut ini.
1. Sampel briket ditimbang sebanyak 0,6 gram.
2. Sampel dimasukkan kedalam cawan kemudian diletakkan pada kaitan yang
ada pada bomb kalorimeter.
3. Ring O dipasang dan dipanaskan kemudian ditutup.
4. Oksigen dialirkan pada bomb kalorimeter pada tekanan 30 bar.
5. Air bomb yang sudah dipasang dan ditempatkan pada calorimeter kemudian
dimasukkan air pendingin sebanyak 1250 ml.
6. Kalorimeter ditutup dengan penutupnya kemudia pengaduk air dihidupkan
dan amati perubahan suhunya.
7. Bomb kalorimeter dimatikan setelah selesai.
Nilai kalor dapat dihitung menggunakan persamaan :
Nkb =
x Nks
x 0,24........................….....……………..………………(3.4)
Keterangan:
Nkb = nilai kalor sample (kal/g)
ΔTb = selisish suhu bahan briket (0K)
ΔTs = selisish suhu bahan briket (0K) = 2,4524(
0K)
NKs = Nilai kalor standart (j/g) = 26460 (J/g)
mb = Massa bahan (gr)
ms = Massa standart (gr) = 1 (gr)
26
3.5.5 Pengujian Laju Pembakaran
Pengujian laju pembakaran dengam metode membakar briket didalam
tungku, hal ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pembakaran briket
secara aktual. Proses pengujian laju pembakaran dilakukan dengan cara sebagai
berikut ini.
1. Air diukur sebanyak 1 liter untuk dipanaskan.
2. Temperatur air awal dicatat.
3. Briket yang akan diuji ditimbang massanya.
4. Termometer diletakkan di atas air .
5. Stopwatch dinyalakan saat briket mulai dibakar hingga air di dalam panci
mendidih dan tiap perubahan suhu setiap 1 menit dicatat.
6. Massa briket yang tersisa ditimbang dan dicatat.
Laju pembakaran briket dapat dihitung menggunakan persamaan :
V=
…………….............................................................................................(3.5)
Keterangan:
V = Laju pembakaran briket (gr/detik)
Mt = massa briket yang terbakar (gram)
t = waktu (detik)
3.5.6 Densitas Kamba Briket
Pengujian densitas kamba dilakukan 1 kali pengulangan, yaitu menata
briket dengan membandingkan bobot briket dan volumenya. Densitas kamba (bulk
density) merupakan salah satu parameter yang sering kali digunakan untuk
merencanakan suatu gudang penyimpanan, jenis pengemasan atau sarana
transportasi, Prosedur pengujian densitas kamba dilakukan dengan cara sebagai
berikut ini.
1. Menyiapkan wadah briket dan megukur volumenya.
2. Briket dimasukkan kedalam wadah hingga wadah terisi penuh.
3. Menimbang briket untuk diketahui massanya.
4. Mencatat hasil pengujian.
Densitas kamba dapat dihitung menggunakan persamaan :
27
Densitas Kamba =
.……………………………......……………………….(3.6)
Keterangan:
= Densitas Kamba (gr/cm3)
m = Massa sampel briket (gram)
v = Volume briket (cm3)
3.5.7. Kuat tekan briket
Kuat tekan adalah kemampuat briket dalam menahan beban atau daya
tekan yang diberikan sehingga briket prtama kali mengalami deformasi. Pengujian
kuat tekan menggunakan Unit Testing Machine Tipe (E64605 Ratet Force
Capacity 600 KN) dengan cara sebagai berikut ini.
1) Mesin yang sudah terkoneksi dengan computer dinyalakan
2) Dilakukan penyetakan pada mesin uji tekan dengan sistem.
3) Mengimput data diameter briket
4) Mesin dinyalakan, pengujian dinyatakan selesai apabila briket telah retak.
5) Hasil akan otomatis tercatat oleh computer
Kuat tekan dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut ini.
Kuat Tekan KT =
.……………………………......……………………….(3.7)
Keterangan:
KT = Kuat tekan briket (kg/cm2)
P = Massa penekan (kg)
L = Luas permukaan briket (cm2)
3.6 Perlakuan
Perlakuan dalam penelitian ini mengkomposisikan antara bahan baku dan
perekat. Tujuan dari dari perlakuan ini adalah menentukan komposisi terbaik
antara bahan baku dan perekat. Pencampuran Antara bahan baku dan perekat
seperti pada Tabel 3.1.
28
Komposisi Arang Tempurung Kelapa Perekat
1 80% 20% Daun bunga sepatu
2 75% 25% Daun bunga sepatu
3 70% 30% Daun bunga sepatu
4 91% 9% Tepung Tapioka
Tabel 3.1 Komposisi Bahan Baku Dan Perekat
3.7 Analisa Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik
deskriptif, yaitu membandingkan penelitian dengan standart SNI briket tahun
2000. Data penelitian disisikan dalam bentuk tabel atau grafik dengan tujuan
mempermudah pembaca dalam memahami isi dari data penelitian yg sudah
dilaksanakan. Penulis memberikan simbol - simbol yang berbeda untuk
mempermudah saat melakukan penelitian komposisi briket. Simbol penelitian
seperti pada Tabel 3.2.
No Simbol Keterangan
1 TDS 1 Arang Temprung Kelapa dan Perekat Daun Bunga Sepatu
(80% : 20%)
2 TDS 2 Arang Temprung Kelapa dan Perekat Daun Bunga Sepatu
(75% : 25%)
3 TDS 3 Arang Temprung Kelapa danPerekat Daun Bunga Sepatu
(70% : 30%) 4
TTT Arang Temprung Kelapa dan Perekat Tepung Tapioka (91% :
9%)
Tabel 3.2 Simbol Bahan Baku Dan Perekat
29
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Uji Karakteristik Briket
Pengujian karakteristik briket dilakukan untuk mengetahui kualitas mutu
hasil pembuatan briket berbahan baku arang tempurung kelapa dengan 3
komposisi pencampuran perekat daun bunga sepatu dan 1 pencampuran perekat
tepung tapioka sebagai pengontrol atau pembanding. Uji karakteristik briket
meliputi kadar air, densitas, nilai kalor, kadar abu dan densitas kamba.
4.1.1 Kadar Air
Pengujian kadar air dilakukan untuk mengetahui kandungan air pada briket
dengan masing masing komposisi perekat. Kandungan air yang tinggi dapat
mempengaruhi nilai kalor dan laju pembakaran. Panas yang dikeluarkan dalam
pembakaran digunakan untuk menguapkan air yang terkandung dalam briket
terlebih dahulu. Pengujian kadar air dilakukan 3 kali pengulangan untuk setiap
komposisi perekat. Hasil pengujian kadar air disajikan dalam bentuk grafik pada
Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Grafik Kadar Air Briket
Berdasarkan Gambar 4.1 menunjukkan bahwa kadar air tertinggi terdapat
pada komposisi TDS 3 yaitu 70% arang tempurung kelapa dengan 30% perekat
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
4,5
5
5,5
TDS 1 TDS 2 TDS 3 TTT
Kad
ar
Air
(%
)
30
daun bunga sepatu dengan nilai 2,53%. Kadar air terendah terdapat pada
komposisi TDS 1 yaitu 80% arang tempurung kelapa dengan 20% perekat daun
bunga sepatu dengan nilai 1,73%. Kadar air TDS 2 yaitu 75% arang tempurung
kelapa dengan 25% perekat daun bunga sepatu dengan nilai 2,10 %. Metode yang
digunakan dalam pengujian kadar air briket yaitu dengan menggunakan metode
pengeringan oven. Pengeringan menggunakan oven TDS dan TTT dapat menguap
dengan baik sehingga kadar air yang yang dihasilkan sesuiai dengan standart.
Kadar air merupakan rasio perbandingan antara kandungan air dalam bahan yang
hilang selama proses pengeringan dibandingkan dengan berat bahan awal. Hasil
pengujian menunjukkan bahwa kadar air berbanding lurus dengan penambahan
perekat, semakin banyak penambahan perekat kadar air yang dihasilkan semakin
tinggi dan semakin sedikit penambahan perekat kadar air yang dihasilkan semakin
rendah. Didukung oleh penelitian terdahulu yg dilakukan oleh Salsabila (2019),
yang menyatakan bahwa kadar air briket berkaitan dengan penambahan perekat,
semakin tinggi kadar perekat pada pembuatan briket semakin tinggi pula kadar air
yang dihasilkan.
Kadar air yang terkandung mempengaruhi kualitas briket terutama nilai
kalor dan laju pembakaran briket. Briket dengan kadar air yang rendah
menghasilkan nilai kalor dan laju pembakarannya yang tinggi begitu pula
sebaliknya (Silitonga dan Ibrahim, 2020). Briket dengan kadar air yang tinggi
menghasilkan nilai kalor dan laju pembakaran rendah, energi yang dibutuhkan
lebih banyak karena panas yang dihasilkan dalam proses pembakaran digunakan
terlebih dahulu untuk menguapkan air yang terkandung dalam briket tersebut.
Briket dengan kadar air yang rendah menghasilkan nilai kalor dan laju
pembakaran tinggi, energi yang dibutuhkan lebih sedikit karena panas yang
dihasilkan dalam proses pembakaran tidak terlalu banyak untuk menguapkan air
yang terkandung dalam briket tersebut. Kadar air TTT yaitu 91% arang
tempurung kelapa dengan 9% perekat tepung tapioka masih lebih tinggi
dibandingkan dengan perekat TDS daun bunga sepatu dengan nilai 3,62%. Briket
dengan perekat tepung tapioka lebih mudah menyerap air sehingga kadar air yang
dihasilkan lebih tinggi (Miskah, dkk 2016). Hasil pengujian kadar air
31
menunjukkan bahwa briket dengan perekat daun bunga sepatu dan perekat tepung
tapioka sebagai pembandingnya memenuhi SNI (Standart Nasional Indonesia)
yaitu 8%. Nilai kadar air perekat daun bunga sepatu dan tepung tapioka
berkisaran antara 1,73% sampai 3,62%.
4.1.2 Densitas
Pengujian densitas dilakukan untuk mengetahui besar kerapatan suatu
briket dengan perbandingan antara massa dan volume. Densitas berpengaruh
terhadap kualiatas briket, semakin tinggi kerapatan maka kualitas briket akan
semakin bagus dan kuat tekan yang dihasilkan akan semakin tinggi. Pengujian
densitas dilakukan 3 kali pengulangan untuk setiap komposisi perekat. Hasil
pengujian densitas disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Grafik Densitas Briket
Berdasarkan Gambar 4.2 menunjukkan bahwa hasil densitas tertinggi
terdapat pada komposisi TDS 3 yaitu 70% arang tempurung kelapa dengan 30%
perekat daun bunga sepatu dengan nilai 0,74 gr/cm3. Densitas terendah terdapat
pada komposisi TDS 1 yaitu 80% arang tempurung kelapa dengan 20% perekat
daun bunga sepatu dengan nilai 0,70 gr/cm3. Densitas TDS 2 yaitu 75% arang
0,60
0,62
0,64
0,66
0,68
0,70
0,72
0,74
0,76
0,78
0,80
TDS 1 TDS 2 TDS 3 TTT
Den
sita
s (g
r/c
m3)
32
tempurung kelapa dengan 25% perekat daun bunga sepatu dengan nilai 0,72
gr/cm3. Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai densitas berbanding lurus
dengan penambahan perekat. Banyak presentase penambahan perekat nilai
densitas yang dihasilkan semakin tinggi, rekatan serbuk arang semakin rapat
sehingga rongga pada briket semakin sedikit. Sedikitnya presentase penambahan
perekat nilai densitas yang dihasilkan semakin rendah, rekatan serbuk arang
kurang rapat sehingga rongga pada beriket semakin banyak. Hendra dan Winani
(2003) menyatakan bahwa besar atau kecilnya kerapatan dipengaruhi oleh
kehomogenan bahan penyusun biobriket itu sendiri, semakin halus arang yang
digunakan maka nilai kerapatannya akan semakin tinggi karena ikatan antar
partikelnya akan semakin baik.
Densitas berpengaruh terhadap kuat tekan dan laju pembakaran briket.
Nilai densitas yang tinggi menyebabkan daya tahan briket terhadap tekanan
semakin kuat, dikarenakan rongga udara pada briket semakin sedikit sehingga
ikatan antar bahan semakin rapat. Nilai densitas yang rendah menyebabkan daya
tahan briket terhadap tekanan semakin lemah, dikarenakan rongga udara pada
briket semakin banyak dan ikatan antar bahan semakin renggang (Koto, dkk.
2019). Triono (2006) menyatakan bahwa semakin besar kerapatan bahan bakar
maka laju pembakaran akan semakin lama. Nilai densitas TTT masih lebih tinggi
dibandingkan TDS dikarenakan perekat tepung tapioka mempunyai daya rekat
yang lebih baik dibandingkan perekat daun bunga sepatu sehingga densitas yang
dihasilkan lebih tinggi yaitu sebesar 0,78 gr/cm3. Hasil pengujian densitas
menunjukkan bahwa briket denagan perekat daun bunga sepatu dan perekat
tepung tapioka sebagai pembanding masuk SNI (Standart Nasional Indonesia)
yaitu ≥ 0,4407 gr/cm3. Nilai densitas perekat daun bunga sepatu dan tepung
tapioka berkisaran antara 0,70 gr/cm3 sampai 0,78 gr/cm
3.
33
4.1.3 Nilai Kalor
Nilai kalor merupakan salah satu parameter utama dalam menentukan
kualitas briket. Nilai kalor merupakan jumlah energi panas yang dapat dilepaskan
setiap satu satuan massa bahan bakar dalam pembakaran sempurna. Pengujian
nilai kalor dilakukan 1 kali pengulangan untuk setiap komposisi perekat. Hasil
pengujian nilai kalor disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3 Grafik Nilai Kalor Briket
Berdasarkan Gambar 4.3 menunjukkan bahwa hasil nilai kalor tertinggi
terdapat pada komposisi TDS 1 yaitu 80% arang tempurung kelapa dengan 20%
perekat daun bunga sepatu dengan nilai 6572 kal/gr. Nilai kalor terendah terdapat
pada komposisi TDS 3 yaitu 70% arang tempurung kelapa dengan 30% perekat
daun bunga sepatu dengan nilai 6294 kal/gr. Nilai kalor komposisi TDS 2 yaitu
75% arang tempurung kelapa dengan 35% perekat daun bunga sepatu dengan
nilai 6445 kal/gr. Tingginya nilai kalor pada briket semakin besar panas yang
diberikan dan sebaliknya rendahnya nilai kalor pada briket semakin kecil panas
yang diberikan. Banyaknya presentase penambahan perekat menyebabkan nilai
kalor yang dihasilkan semakin rendah dan sedikitnya penambahan presentase
perekat menyebabkan nilai kalor yang dihasilkan semakin tinggi. Hasil tersebut
sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Amin, dkk (2020), yang menyatakan
5400
5600
5800
6000
6200
6400
6600
6800
TDS 1 TDS 2 TDS 3 TTT
Nil
ai
Kalo
r (K
al/
gr)
34
bahwa semakin tinggi kadar perekat pada pembuatan briket menyebabkan nilai
kalor yang dihasilkan mengalami penurunan.
Faktor yang dapat mempengaruhi nilai kalor diantaranya adalah kadar air
yang terkandung pada briket. Briket dengan kadar air rendah menyebabkan nilai
kalor yang dihasilkan tinggi, karena panas yang dihasilkan dalam proses
pembakaran tidak terlalu banyak untuk menguapkan air yang terkandung pada
bahan sehingga pembakaran maksimal dan nilai kalor yang dihasilkan tinggi.
Briket dengan kadar air yang tinggi menghasilkan nilai kalor yang rendah, karena
panas yang dihasilkan dalam proses pembakaran masih digunakan untuk
menguapkan air yang terkandung dalam briker tersebut sehingga pembakaran
tidak maksimal dan nilai kalor yang dihasilkan rendah (Silitonga dan Ibrahim,
2020). Kadar abu juga mempengaruhi nilai kalor briket, briket dengan kadar abu
yang rendah menyebabkan nilai kalor yang dihasilkan tinggi briket dengan kadar
abu yang tinggi menyebabkan nilai kalor yang dihasilkan rendah. Abu adalah
kandungan yang tidak dapat terbakar saat proses pembakaran. Penyusun abu
diantaranya adalah silikat, lempung, kalsium serta maknesium oksida yang dapat
menurunkan nilai kalor (Silitonga dan Ibrahim, 2020).
Nilai kalor TTT masih lebih rendah dibandingkan TDS dengan nilai 5913
kal/gr. Rendahnya nilai kalor perekat tepung tapioka disebabkan tingginya kadar
air dan kadar abu yaitu sebesar 3,62 % dan kadar abu 3,87%. Hasil pengujian nilai
kalor menunjukkan bahwa briket dengan perekat daun bunga sepatu dan perekat
tepung tapioka sebagai pembanding masuk SNI (Standart Nasional Indonesia)
yaitu ≥ 5000 kal/gr. Nilai kalor perekat daun bunga sepatu dan tepung tapioka
sebagai pengontrol berkisaran antara 5913 kal/gr sampai 6572 kal/gr.
4.1.4 Kadar Abu
Pengujian kadar abu dilakukan untuk mengetahui bagian yang sudah tidak
dapat terbakar pada proses pembakaran dan tidak memiliki unsur karbon lagi. Abu
berperan menurunkan mutu bahan bakar karena dapat menurunkan nilai kalor,
salah satu penyusun abu adalah silikat, kalsium serta magnesium oksida (Koto,
dkk. 2019).
35
Pengujian kadar abu dilakukan 3 kali pengulangan untuk setiap komposisi
perekat. Hasil pengujian kadar abu disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar
4.4.
Gambar 4.4 Grafik Kadar Abu Briket
Berdasarkan Gambar 4.4 menunjukkan bahwa hasil Kadar abu tertinggi
terdapat pada komposisi TDS 3 yaitu 70% arang tempurung kelapa dengan 30%
perekat daun bunga sepatu dengan nilai 4,01 %. Nilai kadar abu terendah terdapat
pada komposisi TDS 3 yaitu 80% arang tempurung kelapa dengan 20% perekat
daun bunga sepatu dengan nilai 3,30%. Kadar abu komposisi TDS 2 yaitu 75%
arang tempurung kelapa dengan 35% perekat daun bunga sepatu dengan nilai
3,45%. Hasil pengujian kadar abu berbanding lurus dengan penambahan perekat,
semakin banyak presentase penambahan perekat kadar abu yang dihasilkan
semakin tinggi dan semakin sedikit penambahan perekat kadar abu yang
dihasilkan semakin rendah. Didukung oleh penelitian terdahulu dilakukan oleh
Salsabila (2019), Malakauseya, dkk (2013), yang menyatakan bahwa kadar abu
berkaitan dengan penambahan perekat, semakin tinggi kadar perekat pada proses
pembuatan briket semakin tinggi kadar abu yang dihasilkan sehingga nilai
kalornya mengalami penurunan.
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
4,00
4,50
5,00
TDS 1 TDS 2 TDS 3 TDS 4
Kad
ar
Ab
u (
%)
36
Abu merupakan kandungan yang tidak bisa terbakar dan sudah tidak bisa
lagi menghasilkan kalor. Kadar abu pada bahan briket akan berdampak negatif
pada proses pembakaran, kadar abu yang tinggi tidak diharapkan dalam
pembuatan briket karena dapat mempengaruhi kualitas briket. Tingginya kadar
abu yang terkandung dalam briket maka nilai kalor yang dihasilkan akan semakin
rendah dan sedikitnya kadar abu yang terkandung dalam briket maka nilai kalor
yang dihasilkan akan semakin tinggi (Silitonga dan Ibrahim, 2020). Abu adalah
kandungan yang tidak dapat terbakar saat proses pembakaran. Penyusun abu
diantaranya adalah silikat, lempung, kalsium serta maknesium oksida yang dapat
menurunkan nilai kalor. Kadar abu erat kaitannya dengan silikat, semakin tinggi
kadar silikat semakin tinggi juga kadar abu yang dihasilkan. Kadar abu komposisi
TTT yaitu 91% arang tempurung kelapa dengan 9% perekat daun bunga sepatu
dengan nilai 3,87%. Nilai kadar abu TTT masih lebih tinggi dibandingkan TDS 1
dan TDS 2, namun lebih kecil dibandingkan TDS 3 dengan nilai kadar abu
mencapai 4,01 %. Hasil pengujian kadar abu menunjukkan bahwa briket dengan
perekat daun bunga sepatu dan perekat tepung tapioka sebagai pembanding masuk
SNI (Standart Nasional Indonesia) yaitu 8%. Nilai kadar abu perekat daun
bunga sepatu dan tepung tapioka berkisaran antara 3,33% sampai 3,97%.
4.1.5 Laju pembakaran
Pengujian laju pembakaran dilakukan untuk mengetahui pembakaran
briket mulai dari laju pembakaran hingga briket habis menjadi abu pada pada
proses pembakaran. Pengujian laju pembakaran dilakukan 1 kali pengulangan
untuk setiap komposisi perekat dengan membakar 3 bahan secara bersamaan.
Hasil pengujian laju pembakaran disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar 4.5.
37
Gambar 4.5 Grafik Laju Pembakaran Briket
Berdasarkan Gambar 4.5 menunjukkan bahwa hasil laju pembakran
tertinggi berada pada komposis TDS 1 yaitu 70% arang tempurung kelapa dengan
30% perekat daun bunga sepatu dengan nilai 0,032 gr/s, waktu penyalaan 40
detik dan suhu max 600c. Nilai laju pembakaran terendah terdapat pada komposisi
TDS 3 yaitu 80% arang tempurung kelapa dengan 20% perekat daun bunga
sepatu dengan nilai 0,028 gr/s, waktu penyalaan 46 detik dengan suhu max 55 0c.
Laju pembakaran TDS 2 yaitu 75% arang tempurung kelapa dengan 25% perekat
daun bunga sepatu dengan nilai 0,028 gr/s, waktu penyalaan 47 detik dengan suhu
max 58 0c. Briket dengan laju pembakaran yang tinggi disebabkan oleh nilai
kerapatan yang rendah dan briket dengan laju pembakaran yang rendah
disebabkan oleh nilai keraparan yang tinggi. Hal ini sesuai dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Sudding dan Jamaluddin (2015), yang
menyatakan bahwa semakin tinggi kadar perekat menyebabkan susunan partikel
semakin rapat, sehingga waktu pembakaran semakin lama.
Kadar air dan nilai kalor juga mempengaruhi laju pembakaran briket.
Kadar air yang tinggi dan nilai kalor yang rendah, menyebabkan komposisi TDS 3
mempunyai waktu nyala briket lebih lama, suhu menurun dan briket lebih lama
habis. Kadar air yang rendah dan nilai kalor yang tinggi menyebabkan, komposisi
0
0,003
0,006
0,009
0,012
0,015
0,018
0,021
0,024
0,027
0,03
0,033
0,036
TDS 1 TDS 2 TDS 3 TTT
Laju
Pem
bak
aran
(gr/s
)
38
TDS 1 mempunyai waktu nyala briket lebih cepat, suhu lebih tinggi dan
penyalaan lebih singkat. Silitonga dan Ibrahim (2020) menyatakan bahwa briket
dengan kadar air yang tinggi menghasilkan nilai kalor dan laju pembakaran
rendah, energi yang dibutuhkan lebih banyak karena panas yang dihasilkan dalam
proses pembakaran digunakan terlebih dahulu untuk menguapkan air yang
terkandung dalam briket tersebut. Briket dengan kadar air yang rendah
menghasilkan nilai kalor dan laju pembakaran tinggi, energi yang dibutuhkan
lebih sedikit, karena panas yang dihasilkan dalam proses pembakaran tidak terlalu
banyak untuk menguapkan air yang terkandung dalam briket tersebut. Laju
pembakaran TTT 91% arang tempurung kelapa dengan 9% perekat tepung tapioka
lebih lama dibandingkan TDS yaitu sebesar 0,026 gr/s, waktu penyalaan 54 detik
dengan suhu max 55 0c. Kadar air yang tinggi dan nilai kalor yang rendah,
menyebabkan komposisi TTT mempunyai waktu nyala briket lebih lama, suhu
menurun dan briket lebih lama habis.
4.1.6 Densitas Kamba
Pengujian densitas kamba dilakukan untuk membandingkan besar masa
briket dengan volume yang ditempatinya termasuk ruang kosong dalam briket
tersebut. Semakin tinggi densitas kamba briket semakin kecil juga volume ruang
yang ditempatinya. Pengujian densitas kamba dilakukan 1 kali pengulangan untuk
setiap komposisi perekat dengan menyusun briket. Hasil pengujian densitas
kamba disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar 4.6.
39
Gambar 4.6 Grafik Densitas Kamba Briket
Berdasarkan Gambar 4.6 menunjukkan bahwa hasil densitas kamba
tertinggi berada pada komposisi TDS 3 yaitu 70% arang tempurung kelapa dengan
30% perekat daun bunga sepatu dengan nilai 0,500 gr/cm3. Nilai densitas kamba
terendah terdapat pada komposisi TDS 1 yaitu 80% arang tempurung kelapa
dengan 20% perekat daun bunga sepatu dengan nilai 0,473 gr/cm3. Nilai densirtas
kamba komposisi TDS 2 yaitu 75% arang tempurung kelapa dengan 25% perekat
daun bunga sepatu dengan nilai 0,481 gr/cm3. Densitas kamba dapat ditingkatkan
dengan penambahan presentase perekat dalam pembuatan briket, semakin banyak
penambahan perekat semakin kecil rongga-rongga pada bahan sehingga briket
semakin rapat dan padat. Hasil pengujian menunjukkan densitas kamba
berbanding lurus dengan penambahan perekat. Didukung oleh penelitian terdahulu
yang dilakukan oleh Salsabila (2019), yang menyatakan bahwa semakin tinggi
kadar perekat pada pembuatan briket semakin tinggi pula densitas kamba yang
dihasilkan.
Densitas kamba mempengaruhi ketangguhan tekan briket. Tingginya nilai
densitas kamba briket menyebabkan kuat tekan yang dihasilkan semakin tinggi
rongga udara pada briket semakin sedikit sebaliknya rendahnya nilai densitas pada
briket menyebabkan kuat tekan yang dihasilkan semakin rendah karena rongga
0,42
0,44
0,46
0,48
0,50
0,52
0,54
0,56
0,58
TDS 1 TDS 2 TDS 3 TTT
Den
sita
s K
am
ba g
r/c
m3
40
udara pada briket semakin banyak (Koto, dkk. 2019). Nilai densitas kamba TTT
masih lebih tinggi dibandingkan TDS dikarenakan perekat tepung tapioka
mempunyai daya rekat yang lebih baik dibandingkan perekat daun bunga sepatu
sehingga densitas kamba yang dihasilkan lebih tinggi yaitu sebesar 0,561 gr/cm3.
4.1.7 Kuat Tekan Briket
Kuat tekan merupakan kemampuan briket untuk menahan daya tekan
terhadap hancurnya briket jika diberikan beban pada bahan tersebut. Tingginya
nilai kuat tekan atau keteguhan tekan pada briket menyebabkan daya tahan
terhadap pecah semakin baik. Pengujian kuat tekan dilakukan 2 kali pengulangan
untuk setiap komposisi perekat. Hasil pengujian kuat tekan disajikan dalam
bentuk grafik pada Gambar 4.7.
Gambar 4.7 Grafik Kuat Tekan Briket
Berdasarkan Gambar 4.7 menunjukkan bahwa hasil kuat tekan tertinggi
terdapat pada komposisi TDS 3 yaitu 70% arang tempurung kelapa dengan 30%
perekat daun bunga sepatu dengan nilai 1,17 kg/cm2. Kuat tekan terendah terdapat
pada komposisi TDS 1 yaitu 80% arang tempurung kelapa dengan 20% perekat
daun bunga sepatu dengan nilai 0,83 kg/cm2. Briket dengan kuat tekan yang tinggi
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
1,4
TDS1 TDS2 TDS3 TTT
Ku
at
Tek
an
(k
g/c
m2)
41
disebabkan oleh nilai kerapatan yang tinggi dan briket dengan kuat tekan yang
rendah desebabkan oleh nilai kerapatan yang rendah. Sesuai penelitian Koto, dkk
(2019), Salsabila (2019) yang menyatakan bahwa kuat tekan dipengaruhi oleh
densitas briket. Nilai densitas yang tinggi menyebabkan daya tahan briket
terhadap tekanan semakin kuat, dikarenakan rongga udara pada briket semakin
sedikit sehingga ikatan antar bahan semakin rapat. Nilai densitas yang rendah
menyebabkan daya tahan briket terhadap tekanan semakin lemah, dikarenakan
rongga udara pada briket semakin banyak dan ikatan antar bahan semakin
renggang. Nilai kuat tekan TTT lebih tinggi daripada TDS1 dan TDS2 namun
lebih rendah daripada TDS 3 yaitu dengan nilai 1,17 kg/cm2.
4.2 Analisa data
Penelitian ini menggunakan analisa statistic deskriptif, dimana analisa ini
akan mengggambarkan data penelitian secara grafis (table atau grafik) dan simbol
agar mudah dipahami oleh pembaca dengan membandingkan hasil penelitian yang
dilakukan dengan SNI (Standart Nasional Indonesia) tahun 2000. Data yang
dibandingkan dalam penelitian ini meliputi pengujian kadar air, densitas, nilai
kalor, kadar abu, laju pembakaran dan kuat tekan disajikan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Data Perbandingan Hasil Penelitian Dengan SNI Briket Tahun 2000
Parameter Kadar air Kadar Abu Nilai Kalor Densitas Uji tekan
(%) (%) (kal/gram) (gr/cm3) (kg/cm
2)
SNI Tahun
2000 ≤8 ≤8 ≥ 5000 ≥0,4407 ≥0,46
TDS 1 1,73 3,30 6572 0,70 0,83
TDS 2 2,10 3,45 6445 0,72 1,12
TDS 3 2,53 4,01 6294 0,74 1,28
TTT 3,62 3,87 5913 0,78 1,17
Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa briket tempurung kelapa
dengan menggunakan perekat daun bunga sepatu yaitu TDS 1, TDS 2, TDS 3, dan
perekat tepung tapioka TTT berdasarkan karakteristik yang meliputi pengujian
42
kadar air, kadar abu, nilai kalor densitas dan kuat tekan sesuai dengan standart
(SNI 1-6235-2000). Komposisi pencampuran bahan perekat TDS dan TTT adalah
komposisi terbaik. Pengujian ini menunjukkan bahwa tempurung kelapa dengan
menggunakan perekat daun bunga sepatu dapat dijadikan sebagai perekat alami
dalam pembuatan briket.
43
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hasil penelitian yang diperoleh dalam pembuatan briket menggunakan
bahan baku tempurung kelapa dengan perekat daun bunga sepatu dan tepung
tapioka sebagai pengontrolnya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut ini.
1. Komposisi briket terbaik terdapat pada komposisi TDS 1 yaitu 30 gr (80%)
arang tempurung kelapa dengan 7,5 gr (20%) perekat daun bunga sepatu,
memiliki kadar air 1,73%, kadar abu 3,30%, Nilai kalor 6572 kal/gr, densitas
0,70 gr/cm3 dan uji tekan 0,83 kg/cm
2.
2. Semua komposisi briket dalam penelitian ini memenuhi standart SNI.
5.2 Saran
Hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan saran seperti berikut ini.
1. Pembuatan briket sebaiknya menggunakan komposisi TDS 1 yaitu 80% arang
tempurung kelapa dengan 20% daun bunga sepatu dikarenakan komposisi ini
adalah komposisi terbaik .
2. Proses karbonisasi menggunakan alat yang sama membutuhkan waktu 2 jam.
44
DAFTAR PUSTAKA
Admaja, F.W. 2019. Analisa Pengaruh Campuran Buah Pinus dan Tinja
Kambing dengan Perekat Tetes Tebu Terhadap Karakteristik Bio -
Briket. Skripsi. Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Nasional
Malang.
American Society For Testing and Material. 2007. ASTM D 1762-84 Water
Amount Test. United State : ASTM International.
American Society For Testing and Material. 2004. ASTM D 5142-02 Density Test.
United State : ASTM International.
American Society For Testing and Material. 2007. ASTM D 5865-01 Calory
Amount Test. United State : ASTM International.
Amin, Z., Pranomo dan Sunyoto. 2017. Pengaruh Variasi Jumlah Perekat Tepung
Tapioka Terhadap Karakteristik Briket Arang Tempurung Kelapa.
Jurnal Vol. 15 No.2.
Apriani, 2015. Uji Kualitas Biobriket Ampas Tebu dan Sekam Padi sebagai
Bahan Bakar Alternatif. Skripsi. Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar.
Dinas Perkebunan. 2017. Produksi Perkebunan Kelapa 2006-2017. Jawa Timur :
Dinas Perkebunan.
Fariadhie, J. 2009. Perbandingan Briket Tempurung Kelapa dengan Ampas Tebu,
Jerami dan Batu Bara. JURNAL TEKNIK - UNISFAT, Vol. 5, No. 1.
Hal 1 - 8.
Gandhi, A.B. 2010. Pengaruh Variasi Jumlah Campuran Perekat Terhadap
Karakteristik Briket Arang Tongkol Jagung. PROFESIONAL,VOL. 8,
No. 1. Hal. 1 - 12.
Gunawati, L., E. Kriyawati dan M. Joni. 2018. Karakteristik dan Analisis
Kekerabatan Ragam Kelapa (Cocos nucifera L.) di Kabupaten
Manggarai Barat berdasarkan Karakter Morfologi dan Anatom.
JURNAL SIMBIOSIS VI (1): 20-24.
Hendra, D. dan I. Winani. 2003. Sifat Fisik dan Kimia Briket Arang Campuran
Limbah Kayu Gergaji Sebetan Kayu. Bull Hasil Penelitian Hutan. 21
(3) : 211-226.
45
Junary, E., J.P. Pane dan N. Herlina. 2015. Pengaruh Suhu dan Waktu
Karbonisasi Terhadap Nilai Kalor dan Karakteristik Pada Pembuatan
Bioarang Berbahan Baku Pelepah Aaren (Arenga pinnata). Jurnal
Teknik Kimia USU, Vol. 4, No. 2. Hal. 46 - 52.
Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). 2015. Panduan
Penggunaan Untuk Sektor Rumah Tangga. Jakarta : Kementrian
Energi dan Sumber Daya Mineral.
Koto, I., S. Sahala dan Lisyanto. 2019. Bioarang Organik Energi Alternatif.
Medan : Yayasan Kita Menulis.
Lay, A. dan P.M. Pasang. 2002. Alat Penyerat Sabut Kelapa Tipe Balitka.
Konprensi Nasional Kelapa V (KNK V) Tembilaha : Riau.
Lubis, H.A. 2011. Uji Variasi Komposisi Bahan Pembuat Briket Kotoran Sapi
dan Limbah Pertanian. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.
Malakauseya, J., J. Sudjinto dan M.N. Sasongko. 2013. Pembuaran dan Analisi
Campuran Briket Limbah Serbuk Kayu Gergajian dan limbah Kayu
Putih Terhadap Nilai Kalor dan Pembakaran. Jurnal Rekayasa Mesin.
4(3). Hal 194-198.
Marsono dan O. Kurniawan. 2008. Superkarbon. Jakarta : Swadaya.
Meoksin, R., A. Pratama dan D.R. Tyani. 2017. Pembuatan Briket Bioarang dari
Campuran Limbah Tempurung Kelapa Sawit dan Cangkang Biji
Karet. Jurnal Teknik Kimia No. 3, Vol. 23. Hal. 146 – 156.
Miskah, S., A. Lestari dan E.P. Damawati. 2016. Pengaruh Variasi Jumlah
Campuran Perekat Tapioka dan Semen Terhadap Pembuatan Biobriket
Ampas Tebu. Jurnal Teknik Kimia Vol. 22, No. 4.
Musari, M. 2018. Kadar NO2 Dari Pemanfaatan Bottom Ash dengan Campuran
Tempurung Kelapa dan Abu Vulkanik Gunung Sinabung Menjadi
Briket (Studi kasus : Pltu Pangkal Susus). Skripsi. Universitas Sumatera
Utara.
Nawawi, M.A. (2017). Pengaruh Suhu dan Lama Pengering Terhadap
karakteristik Briket Arang Tempurung Kelapa. Skripsi. Universitas
Negeri Semarang.
Nur'aini, D. 2013. Kandungan Vitamin C dan Organoleptik Selai Bunga Kembang
Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) Dengan Penambahan Jeruk Siam
(Citrus nobilis var. Microcarpa), Gula Pasir, dan Tepung Maizena.
Skripsi. Universitas Muhammadiah Surakarta.
46
Nuraisyah, A.F. 2016. Mengenal Tumbuhan Bunga Sepatu. Azka IBS – Mutiara
Qur’a. Hal. 1 - 12.
Pandin, D.S. 2010. Observasi Karakter Morfologi Batang Kelapa Dalam
Mapanget Akibat Penyerbukan Sendiri. Buletin Palma No. 3. Hal. 68 –
72.
Saleh, A.S. dan B. Bahariawan. 2018. Buku Ajar Energi dan Elektrifikasi
Pertanian. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Deepublish.
Salsabila, M.M. 2019. Karakteristik Briket Serbuk Gergaji Kayu jati (Tectona
grandis L.) Dengan Pemanfaatan Daun Bunga Sepatu (Hibiscus rosa-
sinensis L.) Sebagai Perekat Alami.
Saparuddin, Syahrul, dan Nurchyati. 2015. Pengaruh Variasi Temperatur
Pirolisis Terhadap Kadar Hasil dan Nilai Kalor Briket Campuran
Sekam Padi-Kotoran Ayam. Dinamika Teknik Mesin, Volume 5 No. 1.
Hal. 16 - 24.
Setyopangbudi, M.D. 2015. Analisa Karakteristik Mekanik Briket Dengan Variasi
Ukuran Partikel Briket Arang Limbah Serbuk Gergaji Kayu Sengon.
Skripsi. Fakultas Teknik Universitas Negeri Jember.
Silitonga, A.S. dan H. Ibrahim. 2020. Buku Ajar Energi Baru dan Terbarukan.
Yogyakarta : CV Budi Utama.
Siregar, Z.H. dan M. Zurairah. 2019. Teknologi dan Terapan dalam Perspektif
Industri Kecil dan Menengah. Qiara media.
SNI 06-3730-1995. 1995. Uji Kadar Abu. Jakarta : Badan Standarisasi Nasional.
Sudding dan Jamaluddin. 2015. Pengaruh Jumlah Perekat Kanji Terhadap Lama
Briket Terbakar Menjadi Abu. Jurnal Chemica Vol. 16 Nomor 27-36
.
Warisno, 2003. Budidaya Kelapa Genjah. Yogyakarta : Kanisius.
Yokoyama, S. dan Y. Matsumura. 2008. Buku Panduan Biomassa Asia - Panduan
untuk Produksi dan Pemanfaatan Biomassa. Proyek Bantuan untuk
Pengembangan Kerjasama Asia untuk Pertanian Sadar Lingkungan. The
Japan institute of Energi.