Top Banner

of 22

Brazing, Soldering, Riveting

Oct 19, 2015

Download

Documents

Laporan praktikum proses manufaktur modul penyambungan: brazing, sodering, riveting
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • Laporan Praktikum Kelompok 16

    Modul PM2-02: Proses Penyambungan II | 0

    LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR II

    MODUL PM2-02 PROSES PENYAMBUNGAN II

    Oleh:

    Kelompok 16

    Anggota:

    Hendrastantyo Ruriandi 13111072

    Dini Adilah Prabowo 13111075

    Ahmad Armansyah Fauzi 13111079

    Iqbal Jauhari Roesdha 13111082

    Fuad Muthahari 13111090

    Ali Akbar Nasution 13111140

    Tanggal Praktikum:

    20 Februari 2014

    Tanggal Penyerahan Laporan:

    24 Februari 2014

    Nama Asisten: Haryo Bayu (13110052)

    LABORATORIUM DASAR TEKNIK PRODUKSI DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

    Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung

    2014

  • Laporan Praktikum Kelompok 16

    Modul PM2-02: Proses Penyambungan II | 1

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Praktikum

    Secara umum, orang biasa mengenal metode las untuk penyambungan benda berbahan logam.

    Namun las ini tidak semata-mata dapat daplikasikan pada seluruh benda, karena dengan

    metode ini benda kerja harus ikut dilelehkan. Ketika diinginkan penyambungan tanpa merusak

    benda kerja (mengubah struktur mikro dan sifat-sifatnya) dilakukan brazing atau soldering. Dan,

    biasanya, untuk benda dengan tebal yang cukup tipis, dilakukan brazing dan soldering yang

    cenderung tidak akan menghancurkan benda kerja.

    Selain itu, untuk penyambungan yang tidak ingin permanen (di mana suatu saat setelah

    penyambungan, kedua bagian benda kerja ingin dipisahkan lagi untuk kepentingan

    pemeliharaan) dapat dilakukan riveting. Metode ini mudah dilakukan ketika perakitan dan ketika

    pembongkaran.

    B. Tujuan Praktikum

    Memahami perbedaan dan persamaan antara proses brazing, soldering, dan riveting.

    Memahami tahap pengerjaan proses brazing, soldering, dan riveting.

    Mengetahui jenis-jenis logam yang dapat diproses dengan brazing dan soldering, serta jenis

    filler metal.

  • Laporan Praktikum Kelompok 16

    Modul PM2-02: Proses Penyambungan II | 2

    BAB II TEORI DASAR

    A. Brazing

    Brazing adalah proses

    penyambungan di mana filler metal

    diletakkan di antara permukaan

    benda yang akan disambungkan

    (atau di keliling benda) dan dengan

    temperatur yang terus meningkat

    hingga melelehkan filler metal

    tanpa melelehkan benda kerja,

    seperti pada fusion welding. Brazing termasuk merupakan proses liquid-solid-state bonding.

    Selama pendinginan filler metal (dalam rangka menjadikannya padat) terbentuk sambungan

    yang kuat. Filler metal yang biasa digunakan meleleh pada 450C, di bawah titik leleh benda

    kerja. Gambar di atas adalah macam desain pada brazing.

    Dalam proses brazing secara umum, kawat filler metal (braze) diletakkan di sekeliling benda

    kerja. Panas lalu diberikan, dari berbagai sumber eksternal, melelehkan braze metal, dan

    dengan gaya kapilaritas membuatnya mengisi celah (kekosongan) sambungan.

    Filler metal yang digunakan dalam brazing bergantung pada temperatur pengerjaan, dan

    biasanya berbeda komposisinya dengan benda kerja. Filler metal juga terdiri dari berbagai

    bentuk: kawat, tangkai, cincin, dan lainnya. Pemilihan filler metal yang tepat sangat

    mempengaruhi hasil brazing untuk menghindari embrittlement di sambungan, yang dakibatkan

    oleh: (1) penetrasi batas butir pada logam cair, (2) pembentukan senyawa brittle intermetallic d

    sambungan, dan (3) korosi galvanic di sambungan. Akibat adanya difusi antara filler metal

    dengan benda kerja (logam induk) terjadi perubahan sifat mekanik di sambungan. Dan dapat

    berujung pada umur sambungan yang tidak panjang. Tabel berikut adalah filler metal yang dapat

    digunakan untuk material logam induk tertentu dan temperatur pengerjaannya.

    Logam induk Filler metal Temperatur brazing (C)

    Alumunium dan paduannya Alumunium-silicon 570-620

    Paduan Magnesium Magnesium-alumunum 580-625

    Tembaga dan paduannya Tembaga-Fosfor 700-925

    Ferrous dan nonferrous (selain Alumunium dan Magnesium)

    Perak dan paduan Tembaga, Tembaga-Fosfor 620-1150

    Paduan dengan dasar: besi, Nikel, dan Kobalt Emas 900-1100

  • Laporan Praktikum Kelompok 16

    Modul PM2-02: Proses Penyambungan II | 3

    Stainless steel, paduan dengan dasar: baja, Nikel, dan Kobalt Nikel-perak 925-1200

    Flux biasa digunakan selama brazing untuk menghindari oksidasi dan menghilangkan lapisan

    oksida yang sudah ada pada sambungan. Flux ini biasanya terbuat dari: boraks, boric acid,

    borates, fluorin, dan klorin. Kadang juga ditambahkan wetting agent untuk meningkatkan wetting

    characteristic (kemampuan filler metal untuk meleleh) dan meningkatkan gaya kapilaritas.

    Karena sifat korosifnya, flux harus dibesihkan setelah pengerjaan dengan, biasanya, mencucinya

    dengan air panas.

    Permukaan yang akan di-braze sebaiknya dibersihkan dahulu dari debu, minyak, dan pengotor

    lain dengan maksud mendapatkan pembasahan dan penyebaran filler metal yang baik juga

    untuk mendapatkan kekuatan ikat yang baik. Kadang juga diberikan sand blast untuk

    meningkatkan permukaan hasil brazing yang baik.

    Kekuatan sambungan brazing dipengaruhi oleh: (1) clearance

    sambungan, (2) daerah sambungan, dan (3) sifat ikatan di

    permukaan antara komponen dan filler metal. Clearance pada

    sambungan biasanya berkisan 0,025-0,2 mm. Seperti tampak

    pada gambar di samping, semakin kecil jarak (clearance) akan

    semakin tinggi kekuatan geser sambungan. Maka itu, ada

    jarak maksimum yang dapat digunakan untuk mencapai

    kekuatan tarik maksimum pada sambungan. Karena kecilnya

    clearance pada brazing, kekasaran permukaan yang disambung menjadi pertimbangan penting.

    Berikut ini adalah metode-metode brazing yang ada:

    1. Torch brazing

    Panas bersumber dari gas oxyfuel dengan pijar api carburizing. Pengerjaan dilakukan

    dengan, pertama, memanaskan sambungan dengan torch lalu meletakkan brazing rod (atau

    kawat) ke sambungan. Metode ini cocok untuk benda kerja dengan tebal 0,25-6 mm dan

    juga dapat dipakai untuk pengerjaan perbaikan. Torch brazing ini sulit untuk dikontrol dan

    membutuhkan kemampuan khusus bagi yang mengerjakannya.

    2. Furnace brazing

    Pengerjaannya adalah, pertama, membersihkan bagian yang akan di-braze dan

    digabungkan dengan braze metal dengan konfigurasi tertentu, lalu diletakkan ke dalam

    tungku yang akan memanaskannya secara merata. Dengan metode ini dapat digunakan

    benda kerja berbentuk kompleks, dan tidak membutuhkan kemampuan khusus bagi

    pekerjanya.

    3. Induction brazing

  • Laporan Praktikum Kelompok 16

    Modul PM2-02: Proses Penyambungan II | 4

    Sumber panas metode ini adalah induksi oleh arus AC berfrekuensi tinggi. Bagian yang

    akan di-braze diberikan filler metal dan diletakkan dekat kumparan induksi untuk

    pemanasan secara cepat. Metode ini digunakan pada benda kerja berketebalan kurang dari

    3 mm dan cocok untuk pengerjaan secara kontinu.

    4. Resistance brazing

    Pada metode ini panas dihasilkan dari resistansi listrik dari komponen yang akan di-braze.

    Seperti pada resistance welding, elektroda digunakan pada metode ini. Bagian yang di-

    braze berketebalan 0,1-12 mm, dapat ditambah filler metal sebelum prosesnya ataupun

    diberi logam tambahan selama proses berlangsung. Prosesnya berlangsung cepat dan

    daerah pemanasannya cukup kecil, dan metode ini dapat dilakukan secara otomatis dengan

    hasil kualitas yang seragam.

    5. Dip brazing

    Prinsipnya adalah mencelupkan benda kerja ke dalam lelehan filler metal atau molten salt

    bath (berfungsi sebagai flux dan biasa digunakan untuk benda kerja yang kompleks) pada

    temperatur di atas titik leleh filler metal. Kemudian seluruh permukaan benda akan terlapisi

    filler metal. Metode ini biasa digunakan untuk benda kecil dengan tebal kurang dari 5 mm,

    sehingga cocok untuk pengerjaan massal dalam sekali pencelupan.

    6. Infrared brazing

    Panas yang dibutuhkan metode ini bersumber dari quartz lamp berintensitas tinggi. Energi

    yang terpancar akan terfokus ke sambungan. Metode ini dapat digunakan untuk benda yang

    sangat tipis, hingga kurang dari 1 mm.

    7. Diffusion brazing

    Digunakan tungku pemanas yang dapat dikontrol suhu dan waktunya, di mana filler metal

    berdifusi dengan permukaan benda kerja (hal ini lah yang membedakannya dengan metode

    furnace brazing yang mana filler metal-nya tidak dapat berdifusi, bercampur, dengan ogam

    induknya). Karena laju difusi tidak bergantung pada ketebalan benda, metode ini dapat

    digunakan untuk benda berketebalan hingga 50 mm.

    8. High-energy brazing

    Electron-beam brazing dan laser-beam brazing adalah metode yang dikhususkan untuk

    benda yang butuh presisi tinggi dan untuk logam (atau paduan) bersuhu tinggi.

    9. Braze welding

    Sambungan metode ini menyerupai fusion welding. Ketika torch oksiasetilen dengan pijar

    api oxidizing digunakan, filler metal diberikan ke sambungan, bukannya dibiarkan meresap

    sesuai gaya kapilaritas. Oleh karena itu dibutuhkan lebih banyak filler metal. Metode ini

    digunakan untuk pemelihraan dan perbaikan.

    B. Soldering

    Filler metal, disebut solder, meleleh pada suhu yang relatif rendah. Seperti pada brazing, solder

    akan mengisi sambungan dengan gaya kapilaritas di antara benda kerja. Dua sifat penting solder

  • Laporan Praktikum Kelompok 16

    Modul PM2-02: Proses Penyambungan II | 5

    adalah rendahnya surface tension dan tingginya wetting capability. Panas yang dibutuhkan

    biasanya berasal dari torch, iron, atau oven.

    Solder meleleh pada temperatur di titik eutectic paduan soder. Flux digunakan dengan tujuan

    sama seperti pada pengelasan dan brazing, dan pada soldering ini ada dua jenis flux: (1) asam

    atau basa anorganik, seperti zinc-ammonium-chloride solution dan (2) flux berbahan daar resin

    non-korosif, biasa dignakan di elektronika. Berikut ini adalah macam solder yang digunakan

    berdasarkan aplikasinya.

    Solder Aplikasi

    Tin-lead Umum

    Tin-zinc Aluminium

    Lead-silver Kuat pada suhu di atas suhu kamar

    Cadmium-silver Kuat pada suhu tinggi

    Zinc-aluminum Aluminum, tahan terhdap korosi

    Tin-silver Elektronika

    Tin-bismuth Elektronika

    Jenis flux sangat mempengaruhi solderability, kemampuan benda untuk di-solder. Berikut ini

    adalah keterkaitan beberapa macam solder dengan solderability-nya.

    Tembaga, perak, dan emas, yang mudah di-solder.

    Besin dan nikel, yang lebih sulit di-solder.

    Aluminium dan stainless steel, yang sulit di-solder karena keberadaan lapisan oksida yang

    tipis namun kuat.

    Baja, besi cor, titanium, dan magnesium, seperti keramik dan grafit, dapat digunakan

    dengan melapisinya terlebih dahulu dengan elemen metalik lain untuk menginduksi ikatan

    interfacial.

    Seperti pada brazing, soldering juga memiliki beberapa metode pengerjaan yang berbeda, yaitu:

    1. Torch soldering

    2. Furnace soldering

    3. Iron soldering

    Digunakan soldering iron.

    4. Induction soldering

    5. Resistance soldering

    6. Dip soldering

    7. Infrared soldering

    8. Ultrasonic soldering

  • Laporan Praktikum Kelompok 16

    Modul PM2-02: Proses Penyambungan II | 6

    Sebuah transduser digunakan, menempelkan pada lelehan solder ke ultrasonic cavitation,

    yang lalu menghilangkan lapisan oksida di permukaan benda kerja, tanpa membutuhkan

    flux.

    9. Reflow sodering

    Digunakan solder berbentuk pasta yang terbuat dari partiken solder-metal dicampur dengan

    flux, binding (perekat), dan wetting agent. Pasta ini berbentuk semisolid dan memiliki

    viskositas tinggi, juga memungkinkan untuk mempertahankan bentuknya dalam waktu yang

    cukup lama. Pasta ini diletakkan langsung ke sambungan, atau ke bagian yang rata untuk

    detail yang lebih baik, dan dapat dilakukan dengan screening atau stenciling. Keuntungan

    dari metode ini adalah surface tension dari pasta dapat mempertahankan surface-mount

    berada di tempatnya, membuat sambungan lebih baik. Ketika pasta telah diletakkan di

    sambungan, digunakan tungku untuk memanaskannya dan dilakukanlah soldering. Ada hal-

    hal yang akan terjadi selama prosesnya, yaitu:

    Menguapnya pelarut pada pasta.

    Terjadi fluxing action pada pasta.

    Benda kerja dipanaskan terlebih dahulu secara perlahan.

    Parikel solder meleleh dan membasahi sambungan.

    Rakitan (assembly) akan mendingin dengan laju yang lambat untuk menghindari

    thermal shock dan retak di sambungan solder.

    10. Wave soldering

    Berikut ini adalah macam desain pada soldering.

    C. Riveting (Keling)

    Rivet merupakan salah satu metoda mechanical fastening. Mechanical fastening ini memiliki

    beberapa keunggulan seperti:

    Kemudahan manufaktur.

    Kemudahan perakitan dan transportasi.

  • Laporan Praktikum Kelompok 16

    Modul PM2-02: Proses Penyambungan II | 7

    Kemudahan untuk pembongkaran, pemeliharaan, penggantian bagian, dan perbaikan.

    Lebih murah (biaya manufaktur).

    Metode rivet ini menjadi metode paling umum untuk mechanical joining permanen maupun

    semipermanen. Riveting dapat dilakukan baik pada suhu kamar maupun saat ada kenaikan

    temperatur. Pemasangan rivet dilakukan dalam dua tahap: (1) meletakkan rivet di lubang, lalu (2)

    mendeformasi ujungnya. Prosesnya dapat dilakukan dengan tangan (secara manual) ataupun

    dengan mesin, termasuk dengan robot terprogram. Gambar di atas adalah berbagai jenis rivet:

    (1) solid, (2) tubular, (3) split, dan (4) compression.

  • Laporan Praktikum Kelompok 16

    Modul PM2-02: Proses Penyambungan II | 8

    BAB III HASIL PERCOBAAN

    A. Foto selama proses

    Brazing Soldering

    B. Foto hasil akhir benda kerja

    1. Brazing

  • Laporan Praktikum Kelompok 16

    Modul PM2-02: Proses Penyambungan II | 9

    2. Soldering

    3. Riveting

  • Laporan Praktikum Kelompok 16

    Modul PM2-02: Proses Penyambungan II | 10

    BAB IV ANALISIS

    Hendrastantyo Ruriandi (13111072)

    Brazing merupakan metode untuk menggabungkan dua bagian logam dengan cara memanaskan

    filler metal pada bagian sambungan hingga meleleh tetapi logam induk tidak ikut meleleh. Filler metal

    yang meleleh ini kemudian akan menyatukan dua bagian benda kerja yang disambungkan. Pada

    praktikum, benda kerja yang akan disambung merupakan logam tembaga dan filler berupa

    aluminium. Pada proses brazing yang dilakukan, sumber panas yang digunakan berasal dari gas

    LPG. Proses ini memiliki kemiripan dengan proses oksiasetilen welding, hanya saja temperatur

    kerjanya tidak mencapai temperatur leleh base metal. Proses brazing diawali dengan memanaskan

    benda kerja hingga berwarna merah serta memanaskan filler. Pemanasan base metal secara

    keseluruhan ini bertujuan agar filler metal tidak cepat dingin dan mudah untuk meratakan filler metal.

    Setelah filler dipanaskan, serbuk fluks diambil dengan ujung filler yang telah dipanaskan.

    Penggunaan fluks ini bertujuan untuk mencegah oksidasi pada base metal saat proses brazing

    berlangsung. Hasil proses ini cukup baik dan penggunaannya relatif mudah. Akan tetapi masih ada

    bagian yang tidak melekat dengan sempurna. Hal ini diakibatkan penempatan filler yang tidak merata.

    Selain itu pada beberapa titik terbentuk oksida yang diakibatkan pembentukan fluks yang tidak

    sempurna serta proses pemanasan yang terlalu lama pada satu titik. Proses pemanasan yang terlalu

    lama juga dapat mengakibatkan kerusakan pada pelat.

    Proses penyambungan yang dilakukan berikutnya adalah soldering. Pada Soldering temperatur kerja

    yang digunakan dibawah temperatur brazing sumber panasnya berasal dari sumber arus AC. Pada

    awal proses pengerjaan, permukaan benda kerja dibersihkan dengan menggunakan air raksa.

    Pembersihan permukaan ini bertujuan untuk menghilangkan oksida dan kotoran lainnya. Adanya

    oksida dan kotoran akan menghambat dan menghalangi filler metal menempel pada base metal

    sehingga membersihkan permukaan sangat penting untuk dilakukan. Untuk penyambungan awal,

    kedua logam induk dibentuk lipatan dan disatukan pada hasil lipatan. Proses soldering dilakukan

    dengan melelehkan filler pada sambungan. Pada hasil pengerjaannya, lelehan timah terlalu banyak

    sehingga pada sambungan terlihat adanya penumpukan timah yang terlalu tebal. Hasil pengerjaan ini

    tentu tidak baik, terutama apabila komponen yang disolder merupakan komponen yang

    membutuhkan ketepatan yang tinggi.

    Proses penyambungan yang ketiga adalah riveting. Ada tiga metode yang digunakan pada riveting

    yaitu rivetingdengan menggunakan palu dan dies, menggunakan riveter, serta menggunakan

    pneumatic riveter. Hal yang perlu diperhatikan pada proses ini adalah ukuran paku keling dan lubang

    harus sesuai. Jika lubang terlalu besar, maka paku keling tentu tidak dapat memenuhi ruang pada

  • Laporan Praktikum Kelompok 16

    Modul PM2-02: Proses Penyambungan II | 11

    lubang yang terbentuk sehingga sambungan juga tidak akan sempurna. Pada proses awal riveting,

    benda kerja dilubangi dengan menggunakan mesin gurdi. Setelah itu, paku keling dimasukkan ke

    dalam lubang tersebut. Pada riveting menggunakan palu, sudut pemukulan sebaiknya tegak lurus

    dengan benda kerja agar hasilnya rapi. Dapat dilihat pada hasil riveting, pemukulan yang tidak tegak

    lurus akan menyebabkan distrbusi gaya yang tidak merata sehingga ujung paku keling tidak terbentuk

    dengan sempurna seperti cetakan pada dies. Lain halnya dengan hasil yang satu lagi. Pemukulan

    yang tegak lurus mengakibatkan bentuk kepala paku mengikuti bentuk dies dengan baik.

    Proses riveting menggunakan riveter membutuhan energi yang leih. Pada pengerjaannya, proses ini

    sseperti memompa paku hingga paku terbentuk dengan baik. Meskipun cukup membutuhkan tenaga,

    proses ini cukup praktis untuk dilakukan. Proses yang terakhir adalah proses pneumatic riveter. Alat

    ini sama halnya dengan riveter, hanya saja sumber tnaga yang digunakan tidak lagi menggunakan

    tangan tetapi memanfaatkan udara bertekanan tinggi. Alat ini sangat praktis dan hasilnya cukup baik.

    Alat inis angat cocok untuk digunakan pada dunia industri dengan produk yang cukup banyak. Akan

    tetapi, karena alat ini membutuhkan udara bertekanan, maka alat ini tidak cocok untuk digunakan

    pada kalangan umum.

    ***

    Dini Adilah Prabowo (13111075)

    Prinsip kerja brazing adalah menggunakan panas dari torch (hingga dihasilkan pijar api carburizing

    yang berwarna kebiruan) yang terhubung pada silinder gas, filler metal (yang telah dipanaskan

    terlebih dahulu dan diberi flux) dilelehkan lalu disisipkan di antara dua bagian logam induk untuk

    saling disambungkan. Sebelumnya logam induk dipanaskan terlebih dahulu agar temperaturnya

    menyerupai temperatur lelehan filler metal dan menghindari filler metal terlalu cepat mengeras. Flux

    digunakan untuk menghindari terjadinya oksidasi sekaligus menghilangkan lapisan oksida yang

    sudah terlanjur ada. Pada praktikum ini logam induknya adalah lempeng tembaga dengan filler metal

    berupa tembaga-fosfor (sumber: Kalpakjian, Manufacturing Engineering and Technology). Sempat

    terbentuk lubang di logam induk yang diakibatkan oleh pemanasan yang terlalu lama pada satu titik

    saja. Selain itu juga terlihat ada warna seperti pelangi yang diakibatkan karena perbedaan panas

    yang diberikan. Juga sempat terbentuk lubang pada logam induk akibat terlalu lama dipanaskan dan

    saat pemanasan terlalu intens pada satu titik yang sama. Selain itu tampak ada lapisan oksida di

    akhir yang disebabkan tidak meratanya flux mengenai sambungan.

    Prinsip kerja soldering serupa dengan brazing namun digunakan alat solder dan tidak digunakan flux.

    Selain itu, pada daerah penyambungan diolesi air keras terlebih dahulu untuk membersihkan

    permukaan logam induk. Panas yang digunakan lebih rendah temperaturnya dibandingkan brazing.

    Pada praktikum ini logam induknya adalah lempeng seng dengan filler metal berupa timah. Terdapat

  • Laporan Praktikum Kelompok 16

    Modul PM2-02: Proses Penyambungan II | 12

    warna kehitaman di bekas pengolesan air keras. Hasil akhir proses ini tidak rapi karena terlalu

    banyak filler metal yang dilelehkan.

    Hal yang sama-sama perlu diperhatikan selama brazing dan soldering adalah: (1) menghemat

    pemakaian filler metal karena jika berlebihan menjadikan bentuk lempengan menebal; (2) tidak terlalu

    lama melelehkan filler metal karena bisa ikut melubangi logam induk; dan (3) memanfaatkan dengan

    baik daya kapilaritas dan wetting capability dari filler metal untuk mengisi celah antar dua logam induk

    dan meratakannya, dibutuhkan keterampilan untuk menghasilkan sambungan yang rapi.

    Pada riveting dilakukan tiga metode berbeda:

    1. Menggunakan die dan puncher. Benda kerja dicekam ragum dan sudah disisipkan keling di

    lubang yang akan dikerjakan, lalu ujung bawah keling (yang berbentuk setengah bola) diletakkan

    di atas die berbentuk sama, sementara di ujung lain diletakkan puncher berbentuk setengah bola

    juga, lalu palu digunakan untuk memberi tekanan berulang-ulang ke puncher sehingga ujung

    atas akan berbentuk setengah bola juga. Sebelum diletakkan puncher, ujung bebas kelin juga

    dipukul oleh palu untuk memastikan tidak ada celah di antara dua bagian benda kerja yang akan

    disambungkan. Hasil yang didapat dengan metode ini sedikit rusak di ujung yang diberi tekanan

    akibat saat pemberian tekanan benda kerja sempat sedikit tergeser.

    2. Menggunakan riveter mekanik. Satu ujung keling dimasukkan ke lubang yang akan dikerjakan

    pada dua bagian benda kerja sementara ujung lainnya dimasukkan ke riveter. Lalu dilakuka

    penekanan berkali-kali pada riveter di mana panjang keling di dalam riveter akan semakin

    memendek, menandakan keling sudah memadat dan menguatkan sambungan. Hasil yang

    didapat dengan metode ini lebih baik daripada metode die dan puncher.

    3. Menggunakan riveter pneumatik. Serupa dengan metode riveter mekanik, namun tekanan

    diberikan dengan bantuan kompresor yang hanya dengan sekali pemberian tekanan yang

    sangat kuat. Didapatkan hasil yang paling baik di antara ketiga metode.

    Hal yang paling perlu diperhatikan dalam riveting adalah pemberian tekanan harus seragam besarnya

    dan lama penekanannya agar dihasilkan sambungan yang baik.

    ***

    Ahmad Armansyah Fauzi (13111079)

    Pada praktikum kali ini dilakukan tiga macam penyambungan, yaitu Brazing, Riveting, dan Soldering.

    Proses brazing yang dipakai pada praktikum kali ini adalah torch brazing, yaitu brazing dengan panas

    yang berasal dari nyala pembakaran. Untuk base metal yang dipakai adalah tembaga. Syarat yang

    harus diperhatikan adalah pada proses brazing nyala api harus mencapai titik leleh batang pengisi

    tetapi tidak boleh mencapai titik leleh base metal. Setelah api dinyalakan, dilakukan proses

    preheating pada bagian base metal yang akan disambung sampai berwarna kemerahan. Hal ini

  • Laporan Praktikum Kelompok 16

    Modul PM2-02: Proses Penyambungan II | 13

    dilakukan dengan tujuan agar nantinya batang pengisi bisa lebih mudah menyambungkan dua logam

    yang sudah panas.

    Setelah itu batang pengisi dipanaskan sebentar kemudian dicelupkan ke serbuk flux. Batang pengisi

    dipanaskan terlebih dahulu agar flux dapat menempel pada batang pengisi tersebut. Flux dipakai

    dengan tujuan menghilangkan lapisan oksida di permukaan logam dan mencegah terjadinya oksidasi

    pada proses pemanasan.

    Hasil dari proses brazing pada praktikum kali ini cukup baik, hanya ada beberapa tonjolan yang

    diakibatkan flux yang meleleh dan juga batang pengisi yang tidak tersebar merata. Batang pengisi

    menyambungkan dua base metal dengan prinsip kapilaritas, oleh karena itu sambungannya kuat.

    Proses soldering yang dilakukan memakai pelat seng sebagai base metal dan campuran timah

    sebagai pengisinya. Sebelum proses soldering dilakukan, solder harus disambungkan ke power

    supply dan ditunggu sampai panas terlebih dahulu. Kemudian kedua pelat seng harus dilekukkan

    dulu kemudian dikaitkan satu sama lainnya. Setelah itu di bagian sambungan yang akan disolder

    diolesi air keras agar kotorannya hilang dan nantinya tidak terbentuk lapisan oksida.

    Temperatur pada proses soldering ini lebih rendah daripada proses brazing, dan tidak dilakukan

    proses preheating terlebih dahulu. Hasilnya terdapat beberapa tonjolan pada bagian sambungan

    karena lelehan batang pengisi tidak merata.

    Proses riveting pada praktikum kali ini dilakukan dengan 3 cara, yaitu dengan palu dan dies, dengan

    batang riveter dan dengan pneumatik riveter. Sebelum dilakukan proses-proses ini, dua batang base

    metal digurdi terlebih dahulu untuk tempat masuknya rivet.

    Untuk yang menggunakan palu dan dies, rivet dimasukkan di lubang dan ditahan menggunakan dies,

    kemudian dies bagian atas dipukul dengan palu sampai rivet menyatu dengan bentuk seperti

    cetakannya. Untuk yang menggunakan batang riveter, rivet dimasukkan ke lubang kemudian dijepit

    dengan batang riveter. Kemudian batang riveter ditekan sampai terdengar bunyi patahan ujung paku.

    Pneumatik riveter disambungkan dulu ke kompresor, kemudian paku dan batang dipasang dan

    ditekan, sehingga paku tertekan dan menyatu. Proses ini terjadi sangat cepat.

    Dari ketiga metode tadi, yang paling cepat adalah metode pneumatik riveter. Metode tersebut juga

    yang paling simpel dan tidak membutuhkan banyak tenaga. Kelebihan penyambungan dengan rivet

    ini dibandingkan dengan penyambungan lain adalah cara ini relatif mudah, tidak perlu energi untuk

    pembakaran, pemasangan fleksibel, tidak merusak base metal, dan kekuatannya cukup tinggi.

    ***

  • Laporan Praktikum Kelompok 16

    Modul PM2-02: Proses Penyambungan II | 14

    Iqbal Jauhari Roesdha (13111082)

    Pada praktikum kali ini kita melakukan penyambungan dengan proses Brazing, Soldering, dan

    riveting. Pada proses brazing pertama-tama kita membuka regulator tabung gas, lalu kita nyalakan

    torch brazing dengan mengatur katup kontrol gas. Proses brazing memanfaatkan panas dari hasil

    pembakaran bahan bakar untuk membuat sambungan. Pada praktikum ini kita menggunakan metode

    torch brazing. Pada saat brazing, kita menghasilkan sambungan yang kuat dengan melelehkan filler

    metal tanpa melelehkan base metal. Karena kita menggunakan base metal tembaga, maka kita harus

    menggunakan filler metal copper-phosphorus pada temperatur brazing 700-925 oC (source

    Kalpakjian) . Tapi pada praktikum ini kita tidak tahu temperatur brazing yang digunakan. Kita sebelum

    melelehkan filler, kita tempelkan pada flux. Tapi tetep terlihat pada waktu brazing ada gelembung

    gas. Menurut saya itu disebabkan fluks tidak menutup secara merata sehingga timbul oksida. Pada

    brazing dibutuhkan skill pengguna agar hasil yang didapatkan bagus, kuat dan rapi

    Pada proses soldering, kita memanfaat panas dari solder untuk melelehkan filler metal. Karena kita

    mensolder aluminium maka filler yang digunakan adalah Tin-Zinc, dimana tin melebur pada

    temperatur 232 oC. Dari hasil praktikum, kita tidak menyusun benda kerja dengan baik sehingga

    ketika dirapihkan, terlihat terlalu banyak filler metal yang tertempel.

    Pada proses riveting, kita memcoba melaksanakannya dengan metode yang menggunakan Die,

    riveter mekanik, dan riveter pneumatik. Pada benda kerja terlihat rivet yang dibuat secara pneumatik

    salah satunya ada yang bentuknya rusak, akibat tidak memposisikan die dengan baik.

    ***

    Fuad Muthahari (13111090) Proses Brazing

    Proses brazing memiliki prinsip menyambungkan dua benda kerja dengan mengisi celah oleh logam

    pengisi yang dilelehkan dengan menggunakan panas api yang dihasilkan dari gas. Selama proses

    brazing digunakan api biru sebab api biru memiliki tingkat panas yang lebih tinggi dibandingkan

    dengan api merah. Pengaturan untuk mendapatkan api biru yaitu dengan mengatur katup control

    pada torch brazing. Bila api merah yang muncul maka kecilkan gas yang keluar hingga api kecil

    muncul dengan warna biru. Kemudian dengan perlahan besarkan keluaran gas dengan memutar

    katup hingga akhirnya didapat api cukup besar dengan warna biru.

    Setelah api biru didapatkan, benda kerja dipanaskan hingga memerah. Hal ini bertujuan untuk

    meratakan panas pada bagian benda kerja yang akan disambungkan agar cairan logam pengisi

    dapat terisi sempurna pada celah benda kerja dan tidak cepat membeku. Logam pengisi yang akan

  • Laporan Praktikum Kelompok 16

    Modul PM2-02: Proses Penyambungan II | 15

    digunakan dilumuri dengan bubuk fluks, yg berfungsi untuk menghindari benda kerja dari oksidasi

    serta menghilangkan kotoran dari benda kerja.

    Pada dasarnya proses brazing menggunakan panas dengan temperature yang jauh lebih rendah

    dibandingkan dengan proses welding namun lebih tinggi dibandingkan dengan proses soldering.

    Kekuatan sambungan yang dihasilkan dalam proses lebih kuat dibandingkan dengan kekuatan

    sambungan hasil proses soldering. Namun kekuatannya lebih rendah dibandingkan dengan proses

    riveting.

    Proses Soldering

    Prinsip yang digunakan pada proses soldering hampir sama dengan brazing yaitu dengan

    memanfaatkan panas untuk melelehkan logam pengisi hingga cairannya dapat mengisi celah antara

    dua benda kerja yang akan disambung. Namun tentunya terdapat perbedaan terhadap proses

    brazing, antara lain:

    Panas yang digunakan pada proses solder memiliki temperatur yang lebih rendah.

    Sumber panas yang muncul berasal dari perubahan energi listrik menjadi energi panas pada

    logam solder.

    Benda kerja yang digunakan pada praktikum ini adalah seng sedangkan logam pengisi yang

    digunakan adalah timah. Proses yang dilakukan adalah melipat seng dan menyatukannya hingga

    posisinya saling menjepit (seperti pada modul). Kemudian benda kerja diolesi menggunakan air keras

    yang berfungsi menghilangkan lapisan karat atau pengotor yang ada pada permukaan dan mencegah

    oksidasi. Kemudian ketika ujung solder sudah dipanaskan, filler metal dilelehkan, kemudian

    lelehannya diarahkan ke celah sambungan hingga menutupi seluruh garis celah.

    Hasil yang diperoleh pada proses soldering tidak terlalu rapih, hal ini dikarenakan pelelehan filler

    metal yang terlalu banyak, sehingga terjadi penumpukan filler metal.

    Proses Riveting

    Prose riveting merupakan salah satu bentuk penyambungan mechanical joinning. Riveting pada

    praktikum ini dilakukan dengan 3 proses berbeda yakni dengan menggunakan riveter, palu, dan

    dengan kompresor. Pada ketiga bentuk riveting menggunakan benda kerja yang sama dengan

    beberapa lubang yang dibuat cukup banyak. Pembuatan lubang pada benda kerja dilakukan dengan

    mesin drilling.

    Proses yang dilakukan :

    1. Menggunakan Riveter

  • Laporan Praktikum Kelompok 16

    Modul PM2-02: Proses Penyambungan II | 16

    Pada proses riveting dengan menggunakan riveter, paku keling dimasukkan kedalam riveter.

    Kemudian dengan memegang riveter yang sudah diisi paku keling, masukkan paku keling

    kedalam lubang yang telah dibuat pada benda kerja. Tekan riveter berkali-kali hingga terdengar

    suara seperti benda patah. Penekanan yang berkali-kali ini merupakan proses dimana panjang

    paku pada lubang dipendekkan hingga memadat mengisi lubang pada kedua benda kerja yang

    akan disambungkan.

    2. Menggunakan Palu dan Die

    Pada riveting ini, benda kerja dijepit pada ragum, kemudian paku keling dimasukkan pada

    lubang dan pada kedua sisi (atas-bawah) dijepit menggunakan die. kemudian die dipukul hingga

    paku keling memenuhi die.

    3. Menggunakan Kompresor

    Pada bentuk riveting ini digunakan riveter dengan bantuan kompresor. Prosedur sama dengan

    bila menggunakan riveter biasa, yaitu memasukkan paku keling ke riveter kemudian arahkan

    paku keling ke lubang. Perbedaan dengan riveter biasa adalah pada riveter kompresor ini

    penekanan hanya dilakukan sekali. Hal ini karena kompresor yang dipakai mampu memberi

    tekanan yang cukup besar sehingga penekanan dapat dilakukan hanya sekali.

    Dari hasil didapat terlihat bahwa hasil riveting yang paling baik adalah dengan menggunakan riveting

    kompresor. Ini karena tekanan yang diberikan pada saat riveting sangat cukup untuk memadatkan

    paku keling dalam lubang. Berikutnya yang baik adalah riveting biasa dan terakhir riveting dengan

    palu.

    ***

    Ali Akbar Nasution (13111140)

    Percobaab pertama yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah proses brazing. Jenis metode yang

    digunakan adalah torch brazing yaitu penyambungan logam dengan filler yang dipanaskan oleh api

    dari torch. Api yang digunakan kali ini berasal dari blue gas. Benda kerja yang digunakan merupakan

    lempengan tembaga dan filler yang digunakan alumunium. Pada awal proses dilakukan benda kerja

    dipanaskan hingga berubah menjadi merah, hal ini dilakukan agar filler tidak mudah mengering dan

    dapat diatur persebarannya. Pada akhir proses dapat dilihat pada benda kerja, terdapat kerak yang

    menutupi permukaan hasil brazing. Itu merupakan fluks yang digunakan untuk melindungi lelehan

    brazing agar tidak teroksidasi dan terkontaminasi pengotor.

    Pada percobaan kedua yaitu riveting. benda kerja awalnya dilubangi, hal ini dilakukan untuk

    memasukan paku rivet pada kedua benda kerja. Pada praktikum kali ini dilakukan tiga metode

    riveting yaitu dengan menggunakan tang rivet, cetakan rivet dan hidkraulik riveter. Dari ketiga metode

    tersebut metode yang paling mudah adalah dengan hidraulik riveter. Karena dibantu oleh tekanan

    dari kompresor sehingga tenaga yang digunakan relatif kecil dan hasilnya lebih baik dibanding

  • Laporan Praktikum Kelompok 16

    Modul PM2-02: Proses Penyambungan II | 17

    dengan menggunakan tang rivet. Pada proses menggunakan cetakan rivet bentuk rivet yang

    dihasilkan mungkin tidak sempurna, hal ini disebabkan oleh operator karena kesalan ketika memukul

    atau memegang cetakan.

    Percobaan terakhir yang dilakukan adalah soldering, benda kerja yang digunakan adalah lempengan

    seng dan filler yang digunakan adalah timah. Pada awal proses pengerjaan benda kerja dibesihkan

    terlebih dahulu dengan sikat kawat dan air keras. Hal ini dilakukan agar tidak ada pengotor pada

    benda kerja yang akan merusak kekuatan hasil solder. Benda kerja pada proses soldering harus

    dilipat dulu agar saling mengunci, hal ini dilakukan karena kekuatan hasil soldering yang tidak terlalu

    kuat dibanding las.

    ***

  • Laporan Praktikum Kelompok 16

    Modul PM2-02: Proses Penyambungan II | 18

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    Pada brazing digunakan temperatur untuk melelehkan filler metal yang lebih tinggi daripada

    soldering, dan pada praktikum ini flux yang digunakan pada brazing berbentuk bubuk

    sementara pada soldering berupa air keras. Sementara riveting tidak membutuhkan panas

    untuk penyambungan, melainkan digunakan alat berupa paku keling yang diberi tekanan

    untuk membentuk sambungan.

    Brazing dilakukan dengan torch untuk menghsilkan panas yang hanya akan melelehkan

    filler metal, sementara pada soldering digunakan alat solder. Pada kedua metode ini

    digunakan flux untuk membersihkan permukaan logam induk dari oksida. Prinsipnya lelehan

    filler metal akan mengisi celah antar dua bagian logam induk dan dibantu daya kapilaritas

    serta wetting capability akan menyambungkan logam induk.

    Pada riveting digunakan paku keling untuk menyambungkan, di mana pada praktikum ini

    digunakan tiga metode: menggunakan die dan puncher, menggunakan riveter mekanik dan

    riveter pneumatik.

    Jenis logam induk yang digunakan pada praktikum: tembaga dan seng. Dengan filler metal:

    tembaga-fosfor dan timah.

    B. Saran

    Disediakan beragam logam induk agar praktikan bisa mengetahui perbedaan hasil

    penyambungan pada berbagai logam induk dengan berbagai filler metal.

  • Laporan Praktikum Kelompok 16

    Modul PM2-02: Proses Penyambungan II | 19

    LAMPIRAN

    A. Tugas Setelah Praktikum

    1. Tuliskan nama dan fungsi dari peralatan brazing yang digunakan pada praktikum dengan

    lengkap!

    Silinder gas: suplai gas untuk torch sebagai sumber panas.

    Regulator gas: mengeluarkan gas dari silinder (mengatur intensitasnya).

    Brazing torch: mengeluarkan pijar api untuk memanskan dan melelehkan filler metal.

    Filler metal: logam untuk mengisi sela-sela sambungan dan menyambungkan dua

    bagian benda kerja.

    Flux: menghindari terjadinya oksidasi dan sekaligus menghilangkan lapisan oksida

    yang sudah ada pada permukaan benda kerja.

    Alas gypsum: alas selama brazing.

    2. Terangkan prosedur kerja yang telah dilakukan pada brazing!

    Siapkan benda kerja (dalam praktikum ini adalah lempeng tembaga), brazing torch,

    silinder gas (dilengkapi regulator), filler metal, dan flux (berbentuk serbuk), serta alas

    untuk pengerjaan (dalam praktikum ini adalah gypsum).

    Letakkan dua bagian yang ingin disambungkan dengan sedikit saling bertumpukan.

    Putar regulator gas, putar katup kontrol gas pada torch untuk mengeuarkan gas.

    Setelah terdengar suara gas keluar dari torch, nyalakan torch dengan pemantik api.

    Dengan torch panaskan daerah sambungan hingga lempeng tembaga berwarna merah

    seutuhnya di sekitar sambungan.

    Panaskan filler metal tanpa menyentuhkannya ke benda kerja.

    Celupkan filler metal yang sudah panas ke bubuk flux hingga sedikit bubuk tertempel.

    Mulai brazing dengan melelehkan filler metal dan membuat lelehannya menggenangi

    daerah sambungan secara merata.

    Biarkan lelehan filler metal mengisi sela-sela sambungan dan mendingin.

    3. Tuliskan nama dan fungsi dari peralatan soldering yang digunakan pada praktikum dengan

    lengkap!

    Power supply: suplai listrik ke alat solder untuk menghasilkan panas.

    Alat solder: menyalurkan panas ke filler metal.

    Filler metal: logam untuk mengisi sela-sela sambungan dan menyambungkan dua

    bagian benda kerja.

    Air keras: sebagai flux, menghindari terjadinya oksidasi dan sekaligus menghilangkan

    lapisan oksida yang sudah ada pada permukaan benda kerja.

  • Laporan Praktikum Kelompok 16

    Modul PM2-02: Proses Penyambungan II | 20

    Kuas: mengoleskan air keras ke permukaan benda kerja.

    Palu: memukul beda kerja untuk membentuk lipatan yang digunakan untuk saling

    mengaitkan dua benda kerja.

    Alas gypsum: alas selama soldering.

    4. Terangkan prosedur kerja yang telah dilakukan pada soldering!

    Siapkan power supply, alat solder, benda kerja (dalam praktikum ini adalah lempeng

    aluminium), filler metal, air keras dan palu, serta alas untuk pengerjaan (dalam

    praktikum ini adalah gypsum).

    Nyalakan power supply dan hubungkan dengan alat solder, panaskan alat tersebut.

    Dengan palu, buat lipatan benda kerja, susun agar benda kerja saling bersatu dengan

    mengaitkannya pada lipatan benda kerja pasangannya.

    Bersihkan permukaan benda kerja dengan sikat kawat.

    Olesi daerah sambungan dengan air keras, gunakan kuas.

    Setelah alat panas, panaskan filler metal di atas sambungan benda kerja hingga filler

    metal meleleh.

    Mulai soldering dengan membuat filler metal menggenangi daerah sambungan secara

    merata.

    Biarkan lelehan filler metal mengisi sela-sela sambungan dan mendingin.

    5. Tuliskan nama dan fungsi dari peralatan keling yang digunakan pada praktikum dengan

    lengkap!

    a. Menggunakan dies dan puncher

    Ragum: tempat mencekam dies.

    Dies: tempat meletakkan ujung bawah keling.

    Puncher: tempat pemberian tekanan, untuk membentuk ujung lain keling.

    Keling: untuk menyambungkan benda kerja.

    Palu: untuk memberikan tekanan.

    b. Menggunakan riveter mekanik

    Riveter mekanik: untuk mencekam satu ujung keling dan memberikan tekanan

    padanya sehingga terpasang pada benda kerja.

    Keling: untuk menyambungkan benda kerja.

    c. Menggunakan riveter pneumatik

    Riveter pneumatik: untuk mencekam satu ujung keling dan memberikan tekanan

    (dengan kompresor) padanya sehingga terpasang pada benda kerja.

    Keling: untuk menyambungkan benda kerja.

    6. Terangkan prosedur kerja yang telah dilakukan pada keling!

    a. Menggunakan dies dan puncher

  • Laporan Praktikum Kelompok 16

    Modul PM2-02: Proses Penyambungan II | 21

    Benda kerja dicekam ragum dan sudah disisipkan keling di lubang yang akan

    dikerjakan, lalu ujung bawah keling (yang berbentuk setengah bola) diletakkan di atas

    die berbentuk sama, sementara di ujung lain diletakkan puncher berbentuk setengah

    bola juga. Palu dipukulkan untuk memberi tekanan berulang-ulang ke puncher

    sehingga ujung atas akan berbentuk setengah bola. Sebelum diletakkan puncher,

    ujung bebas keling juga dipukul oleh palu untuk memastikan tidak ada celah di antara

    dua bagian benda kerja yang akan disambungkan.

    b. Menggunakan riveter mekanik

    Satu ujung keling dimasukkan ke lubang yang akan dikerjakan pada dua bagian benda

    kerja sementara ujung lainnya dimasukkan ke riveter. Lalu dilakukan penekanan

    berkali-kali pada riveter hingga tiap penekanannya akan terdengar suara seperti keling

    yang patah. Lakukan penekanan hingga terbentuk sambungan.

    c. Menggunakan riveter pneumatik

    Serupa dengan metode riveter mekanik, namun digunakan kompresor dengan hanya

    sekali pemberian tekanan yang sangat kuat.