PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 12 TAHUN 2020 TENTANG RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA ( RPB ) ACEH TAHUN 2020-2022 PEMERINTAH ACEH TAHUN 2019
PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 12
TAHUN 2020
TENTANG
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA ( RPB )
ACEH
TAHUN 2020-2022
PEMERINTAH ACEH
TAHUN 2019
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH
TAHUN 2020-2022
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB I BAGIAN UMUM
1.1 Konsepsi Umum dan Mekanisme RPB Aceh ........................................ 4
1.2 Maksud dan Tujuan ......................................................................................... 6
1.3 Sasaran ............................................................................................................ 6
1.4 Ruang Lingkup .................................................................................................. 6
1.5 Kedudukan, Jangka Waktu dan Tanggung Gugat ................................ 7
1.6 Landasan Hukum ............................................................................................. 8
1.7 Peristilahan ................................................................................................... 12
1.8 Sistematika Penulisan RPB Aceh ........................................................... 16
BAB II GAMBARAN UMUM KEBENCANAAN
2.1 Gambaran Umum Wilayah ............................................................................. 17
2.1.1 Geografis .......................................................................................................... 17
2.1.2 Topografi ......................................................................................................... 19
2.1.3 Demografi ........................................................................................................ 21
2.1.4 Iklim ................................................................................................................ 22
2.1.5 Perekonomian ................................................................................................. 23
2.1.6 Kemiskinan ....................................................................................................... 24
2.1.7 Sosial ................................................................................................................. 25
2.1.8 Pemberdayaan Perempuan dan Gender ......................................................... 26
2.2 Sejarah Kejadian Bencana ................................................................................ 28
2.3 Analisa Kecenderungan .................................................................................... 36
2.3.1 Banjir ................................................................................................................. 37
2.3.2 Banjir Bandang ................................................................................................. 38
2.3.3 Tanah Longsor .................................................................................................. 39
2.3.4 Cuaca Ekstrim .................................................................................................. 39
2.3.5 Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) ......................................................... 40
2.3.6 Gempa Bumi ..................................................................................................... 41
2.3.7 Tsunami ............................................................................................................ 42
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH
TAHUN 2020-2022
iii
BAB III PENGKAJIAN RISIKO BENCANA
3.1 Metodologi Pengkajian Risiko .............................................................................. 44
3.2 Pengkajian Ancaman ........................................................................................... 46
3.3 Pengkajian Kerentanan ......................................................................................... 53
3.4 Pengkajian Kapasitas ............................................................................................ 57
3.5 Pengkajian Risiko Bencana ................................................................................... 59
3.6 Bencana Prioritas .................................................................................................. 61
BAB IV KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA ACEH
4.1 Visi dan Misi .......................................................................................................... 63
4.2 Regulasi Penanggulangan Bencana Daerah .......................................................... 64
4.3 Kelembagaan Penanggulangan Bencana Daerah ................................................. 65
4.4 Strategi dan Saran Penanggulangan Bencana Daerah ......................................... 66
BAB V PROGRAM DAN FOKUS PRIORITA PENANGGULANGAN
BENCANA
5.1 Fokus Prioritas dan Program Penanggulangan Bencana ..................................... 74
5.2 Pagu Indikatif ........................................................................................................ 85
5.3 Mekanisme PeMganggaran a Penanggulangan Bencana ..................................... 89
BAB VI RENCANA AKSI
6.1 Rencana Aksi Daerah ............................................................................................. 90
6.2 Strategi Pengarustamaan ...................................................................................... 131
6.3 Peran dan Fungsi Institusi Dalam Penanggulangan Bencana .............................. 133
BAB VII PENGAWASAN, EVALUASI DAN PELAPORAN
7.1 Pengawasan dan Evaluasi ..................................................................................... 138
7.2 Pelaporan .............................................................................................................. 142
7.3 Mekanisme Pembaruan ......................................................................................... 143
BAB VIII PENUTUP
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
3 | P a g e
BAB I
BAGIAN UMUM
Provinsi Aceh merupakan daerah yang rawan bencana, baik bencana alam maupun non
alam. Bencana yang berpotensi terjadi di Provinsi Aceh meliputi bencana kebakaran hutan
dan lahan, banjir, kekeringan, cuaca ekstrim, tanah longsor, kebakaran gedung dan
permukiman, gelombang pasang dan abrasi, kegagalan teknologi, epidemi dan wabah
penyakit, konflik sosial, gempa bumi serta likuifaksi. Diantara bencana tersebut, bencana
yang paling menonjol di Provinsi Aceh adalah bencana banjir, banjir bandang, gempa bumi,
tanah longsor, kebakaran lahan dan hutan dan tsunami.
Menyikapi tingginya potensi bencana, Provinci Aceh membutuhkan sebuah Rencana
Penanggulangan Bencana (RPB). Optimalitas perencanaan penanggulangan bencana
tersebut dapat dilakukan melalui pelibatan setiap pemangku kepentingan dalam
penanggulangan bencana, serta pengintegrasian RPB ke dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Proses ini diperlukan agar dapat memastikan RPB yang
telah dibuat menjadi bagian dari rencana induk pembangunan Provinsi secara terpadu dan
terkoordinasi dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang ada. Sehingga dapat
menjadi dasar untuk upaya penanggulangan bencana, meningkatkan kinerja antar lembaga
dan instansi terkait Penanggulangan Bencana (PB) di daerah, serta membangun dasar yang
kuat untuk penyelenggaraan PB.
Sebelumnya Provinsi Aceh telah menyusun Dokumen RPB untuk masa periode 2012-
2017 yang telah di Qanun kan dengan Nomor 5 tahun 2015 tentang Penanggulangan Bencana
Aceh dan sudah dituangkan dalam Peraturan Gubernur Aceh Nomor 51 Tahun 2011, untuk
itu dokumen RPB provinsi Aceh 2020-2022 merupakan kelanjutan atau perpanjangan
periode masa berlaku yang direvisi sesuai dengan dinamika dan perubahan kondisi risiko
bencana.
Rencana Penanggulangan Bencana ditujukan untuk seluruh institusi terkait,
akademisi, swasta, masyarakat dan komunitas lokal lainnya. Dalam posisi ini, RPB
diharapkan menjadi perangkat advokasi bagi komitmen pembangunan, penyediaan
sumberdaya, serta kesatuan tindak bagi seluruh institusi terkait penyelenggaraan
penanggulangan bencana di Aceh sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), dan Rencana
Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Aceh. RPB sebagai acuan kerja sama antar
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
4 | P a g e
instansi baik pemerintah maupun nonpemerintah, swasta, dan masyarakat dalam
penanggulangan bencana dilaksanakan di bawah koordinasi Badan Penanggulangan Bencana
Aceh Provinsi Aceh.
1.1. KONSEPSI UMUM DAN MEKANISME RPB ACEH Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) merupakan salah satu perwujudan tanggung
jawab pemerintah daerah dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana pada situasi
tidak terjadi bencana. RPB berfungsi untuk menyelaraskan kegiatan-kegiatan
penanggulangan bencana hingga pemerintah daerah dapat mewajibkan pelaksanaaan RPB
kepada para pelaku penanggulangan bencana.
Rencana Penanggulangan Bencana adalah rencana untuk daerah yang memuat
kebijakan dan strategi serta pilihan tindakan untuk mencapai sasaran penyelenggaraan
penanggulangan bencana daerah dalam kurun 5 (lima) tahun. Penyusunan RPB
dilaksanakan dengan mempertimbangkan kondisi dan prediksi kebencanaan daerah pada
periode perencanaan, hasil evaluasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional,
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) serta masukan dari seluruh
institusi terlibat.
Rencana Penanggulangan Bencana ditujukan untuk seluruh institusi terkait
penanggulangan bencana pada tingkat daerah, pemerintah daerah mau pun non pemerintah.
Dalam posisi ini, RPB diharapkan menjadi perangkat advokasi bagi pembangunan
komitmen, penyediaan sumberdaya, serta kesatuan tindak bagi seluruh institusi terkait
penyelenggaraan penanggulangan bencana daerah. Oleh karenanya penyusunan RPB
melibatkan seluruh Pemerintah Daerah maupun non pemerintah serta OPD di bawah
koordinasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
Sesuai fungsinya, RPB dapat dikategorikan sebagai “masterplan” atau rencana induk
penyelenggaraan penanggulangan bencana. Sebagaimana terlihat pada Gambar 2, posisi RPB
merupakan induk penyelenggaraan penanggulangan bencana yang melingkupi seluruh fase
penanggulangan bencana. Oleh karena itu, RPB harus memberikan sebuah kerangka yang
efektif sehingga mampu menjamin pencapaian tujuan penyelenggaraan penanggulangan
bencana.
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
5 | P a g e
Gambar 1.1 Posisi Rencana Penanggulangan Bencana dalam Tahapan Manajemen Penanggulangan Bencana
Dokumen RPB ini memiliki masa perencanaan tiga tahun (2020–2022) berdasarkan hasil
kajian risiko bencana yang digunakan untuk memberikan dasar bagi penyelenggaraan
penanggulangan bencana baik pada masa sebelum, saat dan setelah bencana terjadi.
Dokumen RPB disusun melalui 9 (enam tahapan), yaitu: (i) tahapan persiapan, (ii)
penyusunan draft awal, (iii) workshop sosialisasi dan internalisasi kegiatan, (iv) penyusunan
draft 1, (v) asistensi rencana penanggulangan bencana (asistensi dilakukan pada tim asistensi
daerah, (vi) penyusunan draft 2 rencana penanggulangan bencana, (vii) review BNPB, (viii)
Finalisasi, (ix) Legalisasi, (x) Advokasi implementasi rencana penanggulangan bencana.
Pada setiap tahapan kegiatan tersebut memiliki indikator keberhasilan yang harus dicapai
sesuai rencana kerja.
Dokumen RPB disusun melalui 4 (empat) dimensi-dimensi perencanaan, yaitu:
a. Dimensi teknokratik dilaksanakan dengan mengkaji ulang capaian daerah terhadap
71 indikator ketahanan daerah beserta peta-peta risiko bencana yang ada.
b. Dimensi top-down, bottom-up dilaksanakan dengan mengkaji keterkaitan antara
hasil dimensi teknokratik dengan RPJMN III, RPJMD, RTRW Kabupaten/Kota, serta
nomenklatur penganggaran daerah.
c. Dimensi Partisipatif dilaksanakan dengan workshop dan diskusi publik untuk
menyepakati rencana jadwal pelaksanaan tiap-tiap aksi penanggulangan bencana
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
6 | P a g e
beserta status pengarusutamaan dan indikator evaluasi terpilih.
d. Dimensi Politis dilaksanakan dalam bentuk konsultasi pada pimpinan daerah serta
memperkuat dokumen RPB ini dengan aturan resmi pemerintah daerah.
1.2. MAKSUD DAN TUJUAN Dokumen Rencana Penanggulangan Bencana ini disusun dengan tujuan sebagai
berikut:
1. Memberikan panduan yang memadai bagi pemerintahan provinsi Aceh dalam
penanggulangan bencana dengan paradigma pengurangan risiko bencana;
2. Mempersiapkan perencanaan yang terarah, terpadu dan terkoordinasi untuk
menurunkan risiko bencana di provinsi Aceh;
3. Meningkatkan kinerja antar lembaga dan instansi terkait serta membangun dasar
untuk kemitraan dalam penanggulangan bencana di provinsi Aceh;
4. Menyelaraskan arah kebijakan penyelenggaraan penanggulangan bencana antara
pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten-kabupaten di provinsi Aceh dalam
kesatuan tujuan.
5. Melindungi masyarakat di seluruh wilayah provinsi Aceh dari ancaman bencana.
1.3. SASARAN Sasaran dari Rencana Penanggulangan Bencana ini adalah untuk mengurangi risiko
bencana dengan pengurangan korban jiwa, kerugian ekonomi serta infrastruktur dan
lingkungan yang rusak akibat bencana, melalui pembangunan:
1. Komitmen Daerah
2. Kelembagaan Penanggulangan Bencana
3. Kesiapsiagaan Untuk Ketangguhan Operasi Tanggap Darurat
4. Ketangguhan Komunitas
5. Kemitraan Penanggulangan Bencana
6. Kerjasama antar Daerah
1.4. RUANG LINGKUP RPB Provinsi Aceh memuat panduan penyelenggaraan penanggulangan bencana yang
disusun berdasarkan kajian risiko bencana serta kondisi terkini penyelenggaraan
penanggulangan bencana di Provinsi Aceh.
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
7 | P a g e
Sesuai dengan ketentuan dalam PP Nomor 21 Tahun 2008, bahwa ruang lingkup
penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi:
1. Semua upaya penanggulangan bencana yang dilakukan pada saat prabencana, saat
tanggap darurat, dan pasca bencana;
2. Menitikberatkan upaya-upaya yang bersifat preventif pada prabencana;
3. Memberikan kemudahan akses bagi Badan Penanggulangan Bencana Aceh pada saat
tanggap darurat;
4. Melaksanakan upaya rehabilitasi dan rekonstruksi pada pascabencana.
Rencana Penanggulangan Bencana Provinsi Aceh ini berlaku selama 3 (Tiga) tahun dan
dapat diubah setiap 2 (dua) tahun atau setiap saat jika terjadi bencana.
1.5. KEDUDUKAN, JANGKA WAKTU DAN TANGGUNG GUGAT RPB Provinsi Aceh merupakan perencanaan penyelenggaraan penanggulangan bencana
yang meliputi tahap prabencana, saat tanggap darurat, dan pasca bencana, yang berlaku
selama 5 (lima) tahun sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun
2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana pasal 6 ayat (1) sampai ayat (7).
RPB Provinsi Aceh ini merupakan bagian dari Perencanaan pembangunan yang
berfungsi sebagai alat integrasi Perencanaan penanggulangan bencana ke dalam sistem
perencanaan pembangunan nasional.
Dalam fungsi sebagai perangkat advokasi di pemerintahan, RPB wajib mengacu dan
selaras dengan dokumen perencanaan nasional dan perencanaan daerah lainnya. Dalam
proses penyelarasan, RPB harus mengacu kepada RPJMN III dan RPJMD Provinsi Aceh sebagai
induk perencanaan pembangunan daerah.
Pada sisi lain RPB juga harus mengacu kepada perencanaan penanggulangan bencana pada
tingkat pemerintah paling tinggi. Posisi RPB dapat dilihat pada Gambar 1.2.
Gambar 1.2 Kedudukan Dokumen RPB ,……………
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
8 | P a g e
Komponen-komponen perencanaan RPB diperoleh dari berbagai referensi, baik yang
bersifat teknokratis maupun politis. Referensi bersifat politis yang digunakan dalam
penyusunan RPB adalah RPJMN III, dan RPJMD Aceh. Sedangkan referensi yang bersifat
teknis adalah Dokumen Kajian Risiko Bencana Provinsi Aceh Tahun 2017-2022.
Seluruh aspek yang dibahas dalam RPB berdasarkan referensi tersebut menjadi acuan
bagi perencanaan lanjutan yang bersifat teknis mendetail baik pada masa aman, masa siaga,
masa krisis dan darurat serta masa pemulihan.
Hasil perencanaan dalam RPB terbagi dalam dua bentuk yaitu matrik dan spasial.
Perencanaan dalam bentuk matrik memberikan gambaran utuh seluruh program, kegiatan dan
aksi penanggulangan bencana baik bersifat generik yang berlaku untuk seluruh bencana
maupun yang bersifat spesifik berlaku untuk satu bencana di Provinsi Aceh. Sedangkan
perencanaan dalam bentuk spasial memberikan gambaran lokasi pelaksanaan aksi-aksi
spesifik.
Penetapan lokasi-lokasi pelaksanaan aksi spesifik mempertimbangkan berbagai
perencanaan wilayah dan peruntukan kawasan yang telah ada seperti Biodiversity Heritage
dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).
1.6. LANDASAN HUKUM Landasan hukum yang dapat menjadi acuan dalam penyusunan Rencana
Penanggulangan Bencana (RPB) ini yaitu:
1. Undang-Undang RI Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4286).
3. Undang-Undang Nomor 18 tahun 2004 tentang Perkebunan.
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional.
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana
telah diubah beberapa kali dan terakhir kali dengan Undang- Undang Nomor 12
Tahun 2008 UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana Pasal
terkait pasal 35, pasal 36, pasal 40 ayat (1) dan ayat (2).
6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
9 | P a g e
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4438).
7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional Tahun 2005-2025.
8. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723).
a. Pasal 4 huruf c yang menyatakan bahwa “menjamin terselenggaranya
penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, terkoordinasi, dan
menyeluruh”.
b. Pasal 6 menekankan tanggung jawab Pemerintah dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana.
c. Pasal 35 huruf a bahwa penyusunan perencanaan penanggulangan bencana
dilakukan dalam situasi tidak terjadi bencana.
d. Pasal 36 ayat 1 bahwa perencanaan penanggulangan bencana ditetapkan oleh
Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya.
e. Pasal 40 ayat 1 dan ayat 2 yang menyatakan Rencana Penanggulangan Bencana
ditinjau secara berkala. Penyusunan RPB tersebut dikoordinasikan oleh Badan.
9. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
10. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil.
11. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (UUPLH), membuka peluang bagi pemerintah daerah untuk
memberikan kelonggaran untuk pembakaran skala kecil dengan cara tradisional
(Pasal 69 ayat 2).
12. Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan.
13. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan
Hutan.
14. Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 12 sub
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
10 | P a g e
urusan bahwa penanggulangan bencana merupakan sub urusan Pemerintahan
bidang ketentraman dan ketertiban umum serta perlindungan masyarakat yang
masuk dalam urusan Pemerintahan Wajib.
15. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan, melarang pembakaran
lahan, yang diatur lagi oleh Peraturan Menteri.
16. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang Koordinasi Kegiatan Instansi
Vertikal di Daerah.
17. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2001 tentang Pengendalian Kerusakan dan
atau Pencemaran Lingkungan Hidup yang berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan
atau Lahan, Pasal 13 menyatakan bahwa setiap pemegang izin wajib mencegah
terjadinya kebakaran di lokasi usahanya.
18. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan.
19. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah.
20. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan.
21. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana. Pasal 6 ayat 5 dan ayat 6, mengatur rencana
penanggulangan bencana ditetapkan oleh pemerintah atau pemerintah daerah sesuai
dengan kewenangannya untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat ditinjau
secara berkala setiap 2 (dua) tahun atau sewaktu-waktu apabila terjadi bencana.
22. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2008 tentang
Pendanaan Dan Pengelolaan Bantuan Bencana.
23. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2008 tentang Peran
Serta Lembaga Internasional Dan Lembaga Asing Nonpemerintah Dalam
Penanggulangan Bencana.
24. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2014 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Ekosistem Gambut (merupakan penjabaran Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2009).
25. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan
Nasional Penanggulangan Bencana.
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
11 | P a g e
26. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019.
27. Inpres Nomor 16 Tahun 2011 tentang Peningkatan Pengendalian Kebakaran Hutan
dan Lahan yang diperbarui dengan Inpres No. 11/2015 tertanggal 24 Oktober 2015
tentang Peningkatan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan untu memperkuat
koordinasi antar kementerian dan aksi pengendalian Karhutbunla di lapangan.
28. Inpres Nomor 11 tahun 2015 tentang Peningkatan Pengendalian Kebakaran Hutan
dan Lahan.
29. Permendagri Nomor 46 tahun 2008 tentang Pedoman Pembentukan Satuan
Organisasi tata Kerja BPBD.
30. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 3 Tahun 2008
tentang Pedoman Pembentukan Badan Penanggulangan Daerah.
31. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 4 Tahun 2008
tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana.
32. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 47 Tahun 2014 tentang Brigade dan Pedoman
Pelaksanaan Pencegahan serta Pengendalian Kebakaran Lahan dan Kebun,
dimungkinkan penggunaan api dalam pemanfaatan limbah pembukaan lahan untuk
arang. Pembakaran untuk pembuatan arang ini bisa tidak terkendali, tidak sengaja
atau disalahgunakan dalam praktiknya.
33. Peraturan Menteri LHK RI. 2014. Nomor. P32/MenLHK/Setjen/Kum.1/3/2016 tentang
Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan.
34. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 1 Tahun 2017 tentang Pedoman
Evaluasi Pembangunan Nasional.
35. Qanun Aceh Nomor 10 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Qanun Aceh Nomor 1
Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Keuangan Aceh.
36. Qanun Aceh Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Keuangan Aceh
37. Qanun Aceh Nomor 9 Tahun 2012 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Aceh Tahun 2012-2032
38. Qanun Aceh Nomor 1 Tahun 2019 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Aceh (RPJMA) Tahun 2017-2022
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
12 | P a g e
39. Qanun aceh Nomor 4 tahun 2007 tentang Susunan organisasi dan tata kerja
Sekretariat daerah dan sekretariat dewan perwakilan Rakyat aceh provinsi nanggroe
aceh Darussalam
40. Qanun aceh Nomor 5 tahun 2007 tentang Susunan organisasi dan tata kerja Dinas,
Lembaga Teknis Daerah, Dan Lembaga Daerah Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam
41. Qanun Aceh Nomor 13 Tahun 2016 tentang Pembentukan Dan Susunan Perangkat
Aceh
42. Qanun Aceh Nomor 15 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Qanun Aceh Nomor 5
Tahun 2007 Tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Dinas, Lembaga Teknis
Daerah, Dan Lembaga Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
43. Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Aceh (Lembaran Daerah Aceh Tahun 2011
Nomor 03, Tambahan Lembaran Daerah Aceh Nomor 32)
1.7. PERISTILAHAN Dalam memahami RPB Provinsi Aceh Tahun 2017-2022, maka disajikan
pengertian-pengertian kata dan kelompok kata sebagai berikut:
1. Badan Penanggulangan Bencana Aceh, yang selanjutnya disingkat
BPBA, adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah Pemerintah Aceh yang
melakukan penyelenggaraan penanggulangan bencana di Daerah Provinsi
Aceh.
2. Badan Penanggulangan Bencana Daerah, yang selanjutnya disingkat
BPBD, adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah Pemerintah Daerah yang
melakukan penyelenggaraan penanggulangan bencana di Daerah.
3. Bahaya adalah situasi, kondisi atau karakteristik biologis, klimatologis,
geografis, geologis, sosial, ekonomi, politik, budaya dan teknologi suatu
masyarakat di suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang berpotensi
menimbulkan korban dan kerusakan.
4. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik
oleh faktor alam dan/atau nonalam maupun faktor manusia sehingga
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
13 | P a g e
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
5. Data dan Informasi Bencana Indonesia selanjutnya disebut DIBI
adalah sebuah aplikasi analisa tools yang digunakan untuk menyimpan data
bencana serta mengelola data spasial maupun data nonspasial baik bencana
skala kecil maupun bencana dalam skala besar.
6. Fokus Prioritas adalah kegiatan-kegiatan yang menjadi prioritas dilakukan
oleh pemerintah dan pemerintah daerah dalam menanggulangi suatu
bencana atau multi bencana.
7. Forum Pengurangan Risiko Bencana selanjutnya disingkat dengan
Forum PRBadalah wadah yang menyatukan organisasi pemangku
kepentingan, yang bergerak dalam mendukung upaya-upaya pengurangan
risiko bencana (PRB)
8. Kajian Risiko Bencana adalah mekanisme terpadu untuk memberikan
gambaran menyeluruh terhadap risiko bencana suatu daerah dengan
menganalisa tingkat ancaman, tingkat kerugian, dan kapasitas daerah dalam
bentuk tertulis dan peta.
9. Kapasitas adalah penguasaan sumber daya, cara dan ketahanan yang
dimiliki pemerintah dan masyarakat yang memungkinkan mereka untuk
mempersiapkan diri, mencegah, menjinakkan, menanggulangi,
mempertahankan diri serta dengan cepat memulihkan diri dari akibat
bencana.
10. Kerentanan adalah tingkat kekurangmampuan suatu masyarakat untuk
mencegah, menjinakkan, mencapai kesiapan, dan menanggapi dampak
bahaya tertentu. Kerentanan berupa kerentanan sosial budaya, fisik,
ekonomi dan lingkungan, yang dapat ditimbulkan oleh beragam penyebab.
11. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah
yang tepat guna dan berdaya guna.
12. Korban Bencana adalah orang atau kelompok orang yang menderita atau
meninggal dunia akibat bencana.
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
14 | P a g e
13. Mitigasi adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi risiko bencana
dengan menurunkan kerentanan dan/atau meningkatkan kemampuan
menghadapi ancaman bencana.
14. Mitigasi Fisik adalah upaya dilakukan untuk mengurangi risiko bencana
dengan menurunkan kerentanan dan/atau meningkatkan kemampuan
menghadapi ancaman bencana dengan membangun infrastruktur.
15. Mitigasi Non-Fisik adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi risiko
bencana dengan menurunkan kerentanan dan/atau meningkatkan
kemampuan menghadapi ancaman bencana dengan meningkatkan kapasitas
pemerintah dan masyarakat dalam menghadapi bencana.
16. Pemulihan adalah upaya mengembalikan kondisi masyarakat, lingkungan
hidup dan pelayanan publik yang terkena bencana melalui rehabilitasi.
17. Penanggulangan Bencana adalah upaya yang meliputi : penetapan
kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, pencegahan
bencana, mitigasi bencana, kesiapsiagaan, tanggap darurat, rehabilitasi dan
rekonstruksi.
18. Pencegahan adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya
sebagian atau seluruh bencana.
19. Pengungsi adalah orang atau sekelompok orang yang terpaksa atau dipaksa
keluar dari tempat tinggalnya untuk jangka waktu yang belum pasti sebagai
akibat dampak buruk bencana.
20. Pengurangan Risiko Bencana adalah segala tindakan yang dilakukan
untuk mengurangi kerentanan dan meningkatkan kapasitas terhadap jenis
bahaya tertentu atau mengurangi potensi jenis bahaya tertentu.
21. Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana adalah serangkaian upaya
pelaksanaan penanggulangan bencana mulai dari tahapan sebelum bencana,
saat bencana hingga tahapan sesudah bencana yang dilakukan secara
terencana, terpadu, terkoordinasi dan menyeluruh.
22. Peringatan Dini adalah upaya pemberian peringatan sesegera mungkin
kepada masyarakat kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh
lembaga yang berwenang.
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
15 | P a g e
23. Prosedur Operasi Standar adalah serangkaian upaya terstruktur yang
disepakati secara bersama siapa berbuat apa, kapan, dimana, dan bagaimana
cara penanganan bencana.
24. Pusdalops Penanggulangan Bencana adalah Unsur Pelaksana
Operasional pada Pemerintah Pusat dan Daerah, yang bertugas memfasilitasi
pengendalian operasi serta menyelenggarakan sistem informasi dan
komunikasi Penanggulangan Bencana.
25. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan
publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah
pascabencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya
secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada
wilayah pascabencana.
26. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana,
kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan
maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya
kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban,
dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan
bermasyarakat pada wilayah pascabencana.
27. Rencana Penanggulangan Bencana tahun 2017-2022 yang selanjutnya
disebut RPB adalah dokumen perencanaan penanggulangan bencana untuk
jangka waktu tahun 2017 sampai dengan tahun 2022.
28. Rencana Kontinjensi adalah Suatu proses identifikasi dan penyusunan
rencana yang didasarkan pada keadaan kontinjensi atau yang belum tentu
tersebut. Suatu rencana kontinjensi mungkin tidak selalu pernah diaktifkan,
jika keadaan yang diperkirakan tidak terjadi.
29. Risiko Bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana
pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu berupa kematian, luka, sakit,
jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan
harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.
30. Setiap Orang adalah orang perseorangan, kelompok orang, dan/atau
badan hukum.
31. Sistem Penanganan Darurat Bencana adalah serangkaian jaringan kerja
berdasarkan prosedur-prosedur yang saling berkaitan untuk melakukan
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
16 | P a g e
kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk
mengurangi dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan
penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan
dasar, perlindungan pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan
prasarana dan sarana.
32. Status Keadaan Darurat Bencana adalah suatu keadaan yang ditetapkan
oleh pemerintah untuk jangka waktu tertentu atas dasar rekomendasi badan
yang diberi tugas untuk menanggulangi bencana.
33. Tanggap Darurat Bencana adalah upaya yang dilakukan dengan segera
pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang
ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan, evakuasi korban dan
harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan
pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.
1.8. SISTEMATIKA PENULISAN RPB ACEH RPB terdiri dari 3 (tiga) bagian, yaitu:
Bagian Satu: Buku Utama
Buku Utama merupakan batang tubuh dari RPB Provinsi Aceh Tahun 2017 - 2022. Buku
ini berisikan 7 (tujuh) bab yang memaparkan dasar penulisan RPB, Risiko Bencana Daerah,
Kebijakan Strategis, Rencana Aksi, Strategi Pengarusutamaan, Monitoring, Evaluasi, dan
Pembaruan RPB, serta penutup.
Bagian Kedua: Lampiran
Lampiran Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Bencana
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
17 | P a g e
BAB II
GAMBARAN UMUM KEBENCANAAN
Provinsi Aceh sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di ujung Pulau
Sumatera termasuk salah satu wilayah rawan terhadap bencana. Oleh karenanya, identifikasi
kewilayahan diperlukan untuk pengenalan potensi bencana dan pengambilan tindakan dalam
upaya Pengurangan Risiko Bencana (PRB). Identifikasi kewilayahan tersebut antara lain
berkaitan dengan geografis, topografi, demografi, dan iklim.
Selain faktor tersebut, faktor penting lain yang menjadi bahan pertimbangan untuk PRB
di Provinsi Aceh yaitu faktor yang berkaitan dengan kekhasan daerah, seperti pertumbuhan
ekonomi wilayah, DAS, dan faktor lain yang berpengaruh oleh sebab itu perlu penjelasan
ringkas terkait dengan gambaran umum daerah, sejarah kejadian bencana bencana dan
analisa kecenderungan.
Gambaran umum wilayah dan kondisi kebencanaan tersebut dijabarkan sebagai
berikut.
2.1. GAMBARAN UMUM WILAYAH Provinsi Aceh sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di ujung Pulau
Sumatera termasuk salah satu wilayah rawan terhadap bencana. Oleh karenanya, identifikasi
kewilayahan diperlukan untuk pengenalan potensi bencana dan pengambilan tindakan dalam
upaya Pengurangan Risiko Bencana (PRB). Identifikasi kewilayahan tersebut antara lain
berkaitan dengan geografis, topografi, demografi, dan iklim.
Selain faktor tersebut, faktor penting lain yang menjadi bahan pertimbangan untuk PRB
di Provinsi Aceh yaitu faktor yang berkaitan dengan kekhasan daerah, seperti pertumbuhan
ekonomi wilayah, DAS, dan faktor lain yang berpengaruh oleh sebab itu perlu penjelasan
ringkas terkait dengan gambaran umum daerah yang dijabarkan sebagai berikut.
2.1.1 Geografis
Provinsi Aceh yang terletak di ujung Pulau Sumatera dengan Ibukotanya Banda
Aceh secara geografis terletak antara 2° - 6° lintang utara dan 95° – 98° lintang selatan.
Wilayah Provinsi Aceh mempunyai batas-batas wilayah provinsi sebagai berikut:
Bagian Utara dan Timur berbatasan langsung dengan Selat Malaka
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
18 | P a g e
Bagian Selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatera Utara
Bagian Barat berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia.
Gambaran wilayah Provinsi Aceh dapat dilihat pada Gambar 2.1, sedangkan detail
luas wilayah per kabupaten/kota dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Sumber : KRB Provinsi Aceh 2016-2020
Gambar 2.1 Peta Administrasi Provinsi Aceh
Tabel 2.1 Data Wilayah Administratif Provinsi Aceh Tahun 2018
KABUPATEN/KOTA LUAS
DARATAN (Km2)
JUMLAH KECAMATAN
JUMLAH DESA/GAMPONG
1. ACEH BESAR 10.759 23 604
2. ACEH BARAT 16.796 12 322
3. ACEH BARAT DAYA 14.999 9 152
4. ACEH JAYA 8.830 9 172
5. ACEH SELATAN 8.300 18 260
6. ACEH SINGKIL 17.500 11 116
7. ACEH TAMIANG 16.404 12 213
8. ACEH TENGAH 3.827 14 295
9. ACEH TENGGARA 6.414 16 385
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
19 | P a g e
10. ACEH TIMUR 10.805 24 513
11. ACEH UTARA 8.997 27 852
12. BANDA ACEH 23.700 9 90
13. BENER MERIAH 3.834 10 232
14. BIREUEN 2.399 17 609
15. GAYO LUES 5.719 11 136
16. LANGSA 0.203 5 51
17. LHOKSEUMAWE 181 4 68
18. NAGAN RAYA 3.363 10 222
19. SABANG 153 2 18
20. SIMEULUE 2.051 10 138
21. SUBULUSSALAM 1.391 5 82
22. PIDIE 3.086 23 730
23. PIDIE JAYA 1.073 8 222
ACEH 57.956 289 6.497
Sumber: Permendagri No 56 Tahun 2015 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan
Secara administratif, wilayah Provinsi Aceh terdiri dari 23 kabupaten/kota, 289
kecamatan, dan 6.497 gampong dengan total luas wilayah daratan secara keseluruhan
57.956 Km2. Luas wilayah berkaitan dengan analisa wilayah terpapar suatu bencana dalam
pengkajian risiko bencana. Beberapa bencana terjadi dapat berkemungkinan memberikan
dampak atau dirasakan pada hampir seluruh wilayah pada satu kecamatan. Namun
demikian untuk potensi luasan bencana yang terjadi pada suatu daerah dihasilkan
berdasarkan hasil kajian yang mengacu pada metodologi pengkajian pada pedoman
umum pengkajian risiko bencana serta disesuaikan dengan kondisi daerah.
2.1.2 Topografi
Kelas topografi wilayah Provinsi Aceh yang memiliki topografi datar (0–2%)
tersebar di sepanjang pantai barat – selatan dan pantai utara – timur sebesar 24,83 %
dari total wilayah, landai (2–15%) tersebar diantara pegunungan Seulawah dengan Sungai
Krueng Aceh, di bagian pantai barat – selatan dan pantai utara –timur sebesar 11,29%
dari total wilayah, agak curam (15–40%) sebesar 25,82% dan sangat curam (>40%) yang
merupakan punggung Pegunungan Seulawah, Gunung Leuser, dan bahu dari sungai-
sungai yang ada sebesar 38,06% dari total wilayah.
Provinsi Aceh memiliki ketinggian rata-rata 125 m dpl (di atas permukaan laut).
Persentase wilayah berdasarkan ketinggiannya, yaitu daerah berketinggian 0-25 m dpl
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
20 | P a g e
dengan 22,62% dari luas wilayah, daerah berketinggian 25-1.000 m dpl sebesar 54,22%,
dan daerah berketinggian di atas 1.000 m dpl sebesar 23,16% dari luas wilayah. Untuk
wilayah dengan dataran rendah, berpengaruh pada bahaya banjir jika dipicu oleh factor
curah hujan, sedangkan faktor kemiringan berpengaruh pada bahaya tanah longsor.
Gambaran topografi provinsi Aceh dapat di lihat pada Gambar 2.2 di bawah ini.
Sumber : RTRW Provinsi Aceh 2013-2033
Gambar 2.2 Peta Kelerangan Provinsi Aceh
Berdasarkan Gambar 2.3 wilayah Aceh memiliki empat level ketinggian: 1) dengan
ketinggian 0–125 m dpl berada di Banda Aceh dan sebagian Aceh Besar, hampir seluruh
bagian Simeulue, Sabang dan Pulo Aceh, serta sebagian besar pesisir Aceh; pada bagian
barat, selatan dan timur Aceh bentuk dataran ini cenderung lebih lebar; 2) daerah dengan
ketinggian 125 – 1.000 m dpl terdapat diseluruh kabupaten/kota kecuali Kota Banda
Aceh, Kota langsa dan Pulo Aceh; 3) daerah berketinggian 1.000–2.000 m dpl mulai
terlihat ke tengah, di mana daerah yang dominan adalah Kabupaten Pidie, Aceh Tengah,
Bener Meriah, Gayo Lues dan Aceh Tenggara; 4) daerah paling tinggi dihitung >2.000 m
dpl berada di daerah sekitar Gunung Peut Sagoe di Kabupaten Pidie dan Pidie Jaya,
Gunung Burni Telong di Kabupaten Bener Meriah dan Gunung Geureudong di Kabupaten
Bener Meriah dan Gunung Leuser di Kabupaten Gayo Lues dan Aceh Selatan.
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
21 | P a g e
Sumber : RTRW Provinsi Aceh 2013-2033
Gambar 2.3 Peta Ketinggian Wilayah Daratan Provinsi Aceh
2.1.3 Demografi
Penduduk Provinsi Aceh berjumlah 4.791.924 jiwa dengan jumlah laki-laki 2.397,2
ribu jiwa dan 2.394,7 ribu jiwa perempuan. Berdasarkan jumlah penduduk dan luas
wilayah, Provinsi Aceh memiliki kepadatan penduduk mencapai 84 jiwa/km2 dengan
Kota Banda Aceh memiliki kepadatan tinggi dibandingkan dengan daerah lainnya yang
mencapai 4.451 jiwa/km2 diikuti oleh Kota Lhokseumawe dan Kota Langsa masing-
masing 1.189 jiwa/km2 dan 773 jiwa/km2. Sebaliknya, daerah yang paling jarang
penduduknya yaitu hanya 15 jiwa/km2 adalah Kabupaten Gayo Lues. Detail jumlah
penduduk dan kepadatan penduduk Provinsi Aceh dapat dilihat pada tabel 2.2 di bawah.
Tabel 2.2 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Provinsi Aceh Tahun 2018
KABUPATEN/KOTA IBUKOTA
JUMLAH PENDUDUK
(Jiwa)
KEPADATAN PENDUDUK
(Jiwa/Km2)
1. ACEH BESAR KOTA JANTHO 383.477 132
2. ACEH BARAT MEULABOH 187.459 68
3. ACEH BARAT DAYA BLANG PIDIE 133.191 71
4. ACEH JAYA CALANG 85.908 22
5. ACEH SELATAN TAPAKTUAN 210.071 50
6. ACEH SINGKIL SINGKIL 110.706 60
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
22 | P a g e
7. ACEH TAMIANG KARANG BARU 264.420 125
8. ACEH TENGAH TAKENGON 158.733 42
9. ACEH TENGGARA KUTA CANE 186.083 45
10. ACEH TIMUR IDI 393.135 72
11. ACEH UTARA LHOKSUKON 556.556 207
12. BANDA ACEH BANDA ACEH 249.282 4.451
13. BENER MERIAH SIMPANG TIGA REDELONG 131.999 69
14. BIREUEN BIREUEN 413.817 230
15. GAYO LUES BLANGKEJEREN 84.511 15
16. LANGSA LANGSA 157.011 773
17. LHOKSEUMAWE LHOKSEUMAWE 181.976 1.189
18. NAGAN RAYA SUKA MAKMUE 149.596 42
19. SABANG SABANG 32.191 264
20. SIMEULUE SINABANG 83.173 56
21. SUBULUSSALAM SUBULUSSALAM 72.414 82
22. PIDIE SIGLI 398.446 126
23. PIDIE JAYA MEUREUDU 140.769 148
ACEH 57.956 289 6.497
Sumber: Provinsi Aceh dalam Angka 2018
Dari data jumlah penduduk tersebut, diprediksi besaran angka potensi jiwa terpapar
berdasarkan hasil pengkajian risiko bencana dengan memperhatikan wilayah rentan.
Kerentanan wilayah yang tinggi membuat semakin besar potensi terhadap jiwa terpapar
akibat terjadinya bencana. Selain itu, kependudukan berperan penting dalam potensi
kejadian bencana. Hal ini dapat dipicu karena pola hidup yang menyimpang dari
kelestarian alam. Perilaku-perilaku menyimpang tersebut dapat memicu potensi bencana
banjir, kebakaran hutan lahan, serta tanah longsor. Pada dasarnya setiap bencana yang
terjadi disebabkan oleh kondisi daerah yang rentan serta kondisi manusianya.
2.1.4 Iklim
Beberapa bencana terjadi dipengaruhi oleh iklim atau curah hujan yang terjadi.
Provinsi Aceh beriklim tropis, artinya dalam setahun terdiri atas musim kemarau dan
musim hujan. Kelembaban udara di wilayah Provinsi Aceh mencapai 79%, dengan rata-
rata curah hujan adalah 135,3 mm. Di daerah pesisir, curah hujan berkisar antara 1.000-
2.000 mm dan di dataran tinggi dan pantai barat selatan antara 1.500-2.500 mm.
Penyebaran hujan ke semua daerah tidak sama, di daerah dataran tinggi dan pantai barat
selatan relatif lebih tinggi. Rata-rata suhu udara mencapai 26,9° C dengan rata-rata suhu
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
23 | P a g e
udara maksimum 32,5° C dan minimumnya yaitu 22,9° C, serta tekanan udara mencapai
1.008,8 atm. Tinggi rendahnya curah hujan berpengaruh terhadap bencana banjir,
kekeringan yang melanda Provinsi Aceh. Di samping itu, curah hujan, arah angin,
ketinggian serta kemiringan wilayah berpengaruh pada bencana lainnya, seperti tanah
longsor, gelombang ekstrim dan abrasi, serta bencana lainnya.
2.1.5 Perekonomian
Potensi kekayaan alam di Provinsi Aceh melimpah, yang berasal dari hasil hutan,
perkebunan, pertanian, perikanan, dan pertambangan. Sektor pertambangan telah mampu
menyumbang sekitar 10,83 persen perekonomian di Aceh dengan komoditas minyak dan
gas. Selain sektor pertambangan, kegiatan perekonomian masyarakat dominan pada sector
pertanian, perkebunan dan kehutanan. Pertumbuhan ekonomi Aceh terus mengalami
peningkatan periode 2011 – 2012, kemudian menurun pada tahun 2012-2014 (Gambar
2.4). Selama kurun waktu 2011-2014 kinerja perekonomian Provinsi Aceh memiliki laju
pertumbuhan rata-rata 2,90 persen, pertumbuhan ekonomi Aceh dari tahun 2012-2014
melambat karena pengaruh produksi aktivitas pertambangan dan industri pengolahan
yang menurun, ditunjukkan dengan pertumbuhan kedua sektor tersebut negatif.
Sumber : BPS Provinsi Aceh-2019
Gambar 2.4 Grafik Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Aceh Periode 2012-2014
Dalam periode 2014 – 2018, berdasarkan data dari BPS perekonomian aceh
secara rata-rata meningkat sebesar Rp 3,01 Triliun dengan migas dan Rp 4,53 Triliun
tanpa migas, seperti Gambar 2.5 dibawah ini
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
24 | P a g e
Sumber : BPS Provinsi Aceh-2019
Gambar 2.5 Grafik Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Aceh Periode 2014-2018
Struktur ekonomi aceh hingga tahun 2018, masih didominasi oleh katergori
pertanian, kehutanan dan pertanian sebesar 29,74 persen. Untuk lebih jelas kategori
struktur ekonomi aceh dapat dilihat dari Gambar 2.6 dibawah.
Stabilitas setiap sektor pertumbuhan ekonomi diperlukan di Provinsi Aceh.
Perlindungan terhadap sektor tersebut dilakukan dengan memfokuskan upaya
pengurangan risiko bencana terhadap kawasan-kawasan utama serta aksesibilitas antar
kawasan.
Sumber : BPS Provinsi Aceh-2018
Gambar 2.6 Grafik Pertumbuhan Ekonomi Per Sektor Provinsi Aceh Periode 2014-2018
2.1.6 Kemiskinan
Peningkatan pendapatan masyarakat dan penurunan tingkat pengangguran pada
akhirnya diiringi oleh penurunan tingkat kemiskinan daerah. Selama kurun waktu 2011-
2018 kemiskinan di Aceh berkurang sebesar 8,65 persen namun masiih berada di atas
nasional (Gambar 2.7). Pada tahun 2018 persentase penduduk miskin di nasional sudah
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
25 | P a g e
mencapai 10,96 persen, namun tingkat kemiskinan di Aceh sebesar 18,0 persen dengan
20,5 persen kemiskinan berada di perdesaan.
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
18,68 16,67 15,44 14,65 13,69 12,47 11,5 11,7
29,87 26,30 24,37 23,54 21,87 20,97 19,9 20,5
26,65 25,35 21,80 20,98 19,57 18,58 17,6 18,0
16,58 15,42 14,15 13,33 12,49 11,96 11,37 10,96
Sumber : BPS Provinsi Aceh-2019
Gambar 2.7 Grafik Persentase Angka Kemiskinan di Provinsi Aceh Periode 2011- 2018
2.1.7 Sosial
Provinsi Aceh terdiri atas 11 suku, yaitu: Suku Aceh (76% dari populasi provinsi aceh
sensus tahun 2010), Suku Tamiang (Di Kabupaten Aceh Tamiang sekitar 35%), Suku Alas,
Suku Haloban (Di Kabupaten Aceh Tenggara), Suku Singkil (Di Kabupaten Aceh Singkil
dan Kota Subulussalam sekitar 40%), Suku Aneuk Jamee dan Suku Kluet (Di Kabupaten
Aceh Selatan sekitar 35%), Suku Gayo (di Kabupaten Aceh Tengah 20%, Kabupaten Bener
Meriah 20% dan Kabupaten gayo Lues sekitar 40%), Suku Simeulue, Suku Devayan, Suku
Sigulai (di Kabupaten Simeulue).
Masing-masing suku mempunyai budaya, bahasa dan pola pikir masing-masing.
Secara garis besar bahasa di daerah Aceh dapat dibedakan menjadi empat bahasa, yaitu
bahasa Gayo Alas, bahasa Aneuk Jamee, bahasa Tamiang, dan bahasa Aceh Tengah.
Bahasa Aneuk Jamee khusus digunakan oleh penduduk di Aceh Selatan dan Aceh Barat.
Bahasa Tamiang digunakan oleh penduduk di daerah pantai Timur. Bahasa Aceh adalah
bahasa yang paling banyak digunakan di propinsi ini sebesar 76% selain bahasa Indonesia,
antara lain di Aceh Timur, Utara, Pidie, dan sebagian Aceh Barat selain Bahasa Indonesia.
Mayoritas penduduk di provinsi Aceh memeluk agama Islam. Selain itu provinsi
Aceh memiliki keistimewaan dibandingkan dengan provinsi yang lain, karena di provinsi
ini Syariat Islam diberlakukan kepada sebahagian besar warganya yang menganut agama
Islam.
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
26 | P a g e
2.1.8 Pemberdayaan Perempuan dan Gender
Salah satu indikator pengukuran keberhasilan pembangunan pada saat ini adalah
sejauh mana pembangunan tersebut melibatkan peran dan kesetaraan gender dalam
proses maupun hasil-hasil pembangunan. Indikator utamanya adalah melalui pengukuran
capaian Indeks Pembangunan Gender (IPG) dan IDG (Indeks Pemberdayaan Gender).
Indeks Pembangunan Gender (IPG) adalah salah satu ukuran tingkat keberhasilan
capaian pembangunan yang sudah mengakomodasi persoalan gender, juga merupakan
ukuran pembangunan manusia, meliputi komposit dari empat indikator, yang lebih
menekankan status perempuan khususnya dalam mengukur kemampuan dasar. IPG
adalah rasio IPM (Indeks Pembangunan Manusia) perempuan dengan laki-laki dimana
komponen pembentuk IPM laki-laki dan perempuan sama dengan komponen pembentuk
IPM yaitu : Angka harapan hidup (kesehatan), Angka harapan lama sekolah dan rata-rata
lama sekolah (pendidikan), Sumbangan pendapatan (ekonomi), yang disajikan menurut
jenis kelamin. Sedangkan IDG (Indeks Pemberdayaan Gender) merupakan ukuran untuk
menggambarkan persamaan peran antara perempuan dan laki-laki dalam aspek kehidupan
ekonomi, politik, dan pengmbilan keputusan. IDG menggambarkan besarnya peranan
perempuan dalam hal pencapaian kapabilitas berdasarkan status dan kedudukan
perempuan dibandingkan laki-laki.
Kondisi capaian IPG Provinsi Aceh dari tahun 2010-2015 tersaji pada Tabel 2.3
dan Tabel 2.4 di bawah ini.
Tabel 2.3 Capaian Indeks Pembangunan Gender (IPG) di Provinsi Aceh Tahun 2010- 2015
Sumber : Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Aceh 2018
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
27 | P a g e
Tabel 2.4 Capaian Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) Aceh dan Kabupaten/Kota Tahun 2010 s.d 2015
Sumber : Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Aceh 2018
Berdasarkan kedua tabel di atas, perkembangan IPG baik pada level provinsi
maupun kabupaten/kota di Aceh menunjukkan perkembangan yang berbeda namun
semua kabupaten/kota mengalami peningkatan dalam rentang waktu 2010-2015, kecuali
Kabupaten Nagan Raya. Kabupaten ini satu-satunya daerah yang mengalami penurunan
nilai IPG dari 90,40 (2014) menjadi 89, 62 (2015). Sedangkan nilai tertinggi pada tahun
2015, diraih Kota Langsa dengan nilai IPG mencapai 96,34 dan Kabupaten Simeulue
memperoleh nilai terendah yaitu 76,19. Perolehan Kabupaten Simeulue ini jauh dari nilai
Provinsi Aceh yang mencapai 92,07.
Untuk perkembangan IDG dari tabel diatas, capaian IDG Aceh tahun 2015 adalah
65,57. Angka ini memang mengalami peningkatan dari tahun 2012 s.d 2015 kecuali sampat
menurun dari tahun 2010 ke tahun 2011 yaitu dari angka 54,40 menjadi 52,06. Namun
demikian, terjadi lompatan yang signifikan 59,78 (2013) menjadi 65,12 (2014). Di sisi lain,
jika dilihat capaian kabupaten/kota maka terdapat 20 kabupaten/ kota yang capaian IDG
dibawah capaian provinsi. Artinya, hanya 3 daerah yang berada di atas 65,57 yaitu Kota
Sabang (77,48), Kabupaten Aceh Tamiang (71,25) dan Kota Subulussalam (68,11). Bahkan
terdapat kabupaten/kota yang sebenarnya berada pada kondisi cukup rendah pencapaian
IDG seperti Kabupaten Aceh Besar (45,64), Kabupaten Aceh Selatan (47,43) dan
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
28 | P a g e
Kabupaten Bener Meriah (49,10). Ketiga daerah ini merupakan tiga daerah dengan capaian
IDG terendah di Aceh.
Dalam kegiatan pengurangan risiko bencana, peran serta dan kesetaraan gender
sangat dianjurkan untuk dapat diterapkan dalam masa pencegahan dan kesiapsiagaan,
penanggulangan, dan rehabilitasi/rekonstruksi pasca bencana sehingga bisa
memaksimalkan hasil yang diinginkan.
Oleh sebab itu, bagi daerah yang memiliki IPG dan IDG yang rendah, kebijakan
dapat disesuaikan dengan melihat faktor partisipasi menurut gender. Hal yang dapat
dilakukan adalah dengan mengevaluasi partisipasi perempuan dalam parlemen, proporsi
tenaga profesional perempuan, dan kontribusi perempuan dalam perekonomian.
Indikator-indikator tersebut tidak dapat ditingkatkan dalam jangka pendek. Selain faktor
kapabilitas perempuan, faktor lain yang diduga juga memiliki peran penting adalah
persepsi dan budaya masyarakat terhadap keterlibatan perempuan dalam berbagai bidang
kehidupan. Berbagai program sosialisasi, advokasi dan fasilitasi untuk mendorong
peningkatan peran perempuan dapat dijadikan sebagai pilihan yang baik.
2.2. SEJARAH KEJADIAN BENCANA Provinsi Aceh memiliki sejarah kejadian bencana yang beragam. Ada 11 bencana
tercatat pernah terjadi dan menimbulkan dampak berupa korban jiwa, kerusakan fisik dan
ekonomi, serta kerusakan lingkungan. Catatan kejadian bencana dari tahun 1815 hingga
2019 yang menimbulkan risiko diperoleh melalui pencatatan dari Data dan Informasi
Bencana Indonesia (DIBI) dan BPBA (Badan Penanggulangan Bencana Aceh) dengan
lingkup 12 bencana berdasarkan kerangka acuan kerja BNPB, yaitu sebagai berikut.
Jenis Ancaman Berdasarkan Catatan Sejarah Bencana
1. Banjir 2. Banjir Bandang 3. Tanah Longsor 4. Tsunami 5. Letusan Gunung Api 6. Gempa Bumi
7. Kebakaran Hutan dan Lahan 8. Gelombang Ekstrim dan Abrasi 9. Kekeringan 10. Epidemi dan Wabah Penyakit 11. Cuaca Ekstrim
Berdasarkan catatan bencana geologis, tsunami pernah terjadi pada tahun 1797,
1891, 1907 dan tanggal 26 Desember tahun 2004 adalah catatan kejadian ekstrim terakhir
yang menimbulkan begitu banyak korban jiwa dan harta. Kawasan dengan potensi rawan
tsunami yaitu di sepanjang pesisir pantai wilayah Provinsi Aceh yang berhadapan dengan
perairan laut yang potensial mengalami tsunami seperti Samudera Hindia di sebelah barat
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
29 | P a g e
(KabupatenAceh Jaya, KabupatenAceh Barat, KabupatenNagan Raya, KabupatenAceh
Barat Daya, KabupatenAceh Selatan, KabupatenAceh Singkil, dan KabupatenSimeulue),
perairan Laut Andaman di sebelah utara (Kota Banda Aceh, KabupatenAceh Besar, dan
Kota Sabang), dan perairan Selat Malaka di sebelah utara dan timur (KabupatenPidie,
Kabupaten Pidie Jaya, Kabupaten Bireuen, Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten
Lhokseumawe, Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten Langsa, dan Kabupaten Aceh
Tamiang).
Gempa bumi yang terjadi selama kurun waktu 1980-2019 di Aceh sebanyak lebih
kurang 102 kali yang tercatat dengan kekuatan >5 sampai dengan 7,5 Skala Richter. Dari
beberapa kejadian itu terdapat beberapa kejadian gempa besar tercatat pernah terjadi di
Aceh dan menimbulkan kerugian korban jiwa atau kerusakan terjadi pada tahun 1936,
1983, 1998, 2000, 2004, 2005, 2008, 2013, 2009 dan 2016 di kabupaten/kota Banda
Aceh, Aceh Besar, Pidie, Aceh Utara, Aceh Timur, Simeulue, Aceh Singkil, Aceh Selatan,
Aceh Barat, Aceh Tengah, Aceh Tenggara dan yang terakhir tahun 2016 di kabupaten Pidie
Jaya. Kejadian diprediksi akan berulang karena Aceh berada diatas tumbukan lempeng
dan patahan. Dampak yang ditimbulkan selama kurun waktu tersebut yaitu korban jiwa
sebanyak 148 orang, kerusakan harta benda diperkirakan mencapai 25–50 Milyar rupiah,
kerusakan sarana dan prasarana 20–40 persen, sedangkan cakupan wilayah yang terkena
gempa sekitar 60–80 persen, dan 5 persen berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi
masyarakat (terganggunya mata pencaharian). Kabupaten/Kota yang diperkirakan akan
terkena dampak adalah: Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Aceh Barat,
Kabupaten Nagan Raya, Kabupaten Simeulue, Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten
Aceh Singkil, Kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten Subulussalam, Kota Sabang, Kabupaten
Aceh Besar, Kabupaten Pidie, Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Gayo Lues dan
Kabupaten Aceh Tenggara serta Kabupaten Pidie Jaya
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
30 | P a g e
Sumber : ESDM Provinsi Aceh
Gambar 2.8 Peta SeismoTektonik Provinsi Aceh
Dari Peta Seismotektonik Aceh seperti terlihat pada Gambar 2.8, yang dihasilkan
dengan Probabilistic Seismic Hazard Analysis (PSHA), terlihat ada beberapa daerah yang
memiliki tingkat bahaya kegempaan tinggi dengan besaran Peak Ground Acceleration
(PGA) antara 0.3 – 0.4 g. Daerah yang dikategorikan memiliki potensi gempa bumi tinggi
adalah: Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Aceh Barat, Kabupaten Nagan
Raya, Kabupaten Simeulue, Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Aceh Singkil,
Kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten Subulussalam, Kota Sabang, Kabupaten Aceh Besar,
Kabupaten Pidie, Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Gayo Lues dan Kabupaten Aceh
Tenggara serta Kabupaten Pidie Jaya.
Disamping persoalan pergerakan lempeng tektonik, Provinsi Aceh juga memiliki
sejumlah gunung api aktif yang berpotensi menimbulkan bencana. Khususnya gunung api
yang tergolong tipe A (yang pernah mengalami erupsi magmatik sesudah tahun 1600). Di
Provinsi Aceh terdapat 3 gunung api tipe A, yaitu Gunung Peut Sagoe di Kabupaten Pidie,
Gunung Bur Ni Telong dan Gunung Geureudong di Kabupaten Bener Meriah , Gunung
Seulawah Agam di Kabupaten Aceh Besar dan Cot. Simeuregun Jaboi di Kota Sabang.
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
31 | P a g e
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana, mencatat ada 3 letusan gunungapi aktif type A
(pernah mengalami letusan / erupasi sedikitnya 1 kali sesudah tahun 1600) di Aceh yang
pernah terjadi yaitu : Gunung Peut Sagoe tahun 1919, 1920, 1978, 1998; Gunung Burni
Telong tahun 1837, 1839, 1856, 1919, dan 1924; Gunung Seulawah Agam tahun 1600, 1839
dan 1975. Semua kejadian letusan gunungapi tersebut tidak ada korban jiwa. Potensi
bencana gas beracun diindikasikan pada kawasan yang berdekatan dengan gunung berapi
aktif. Kawasan dengan potensi rawan bahaya gas beracun adalah relatif sama dengan
kawasan rawan letusan gunung berapi. Kawasan potensi rawan bahaya gas beracun
tersebut adalah di KabupatenBener Meriah (Gunung Geureudong dan Bur Ni Telong),
KabupatenPidie dan KabupatenPidie Jaya (GunungPeut Sagoe), KabupatenAceh Besar
(GunungSeulawah Agam), dan Kota Sabang (Cot. Simeuregun Jaboi).
Tanah longsor di Aceh pernah terjadi di Sabang, Subulussalam, Bireuen, Nagan
Raya, Aceh Barat, Aceh Selatan, Pidie, Aceh Utara, Aceh Tengah, Gayo Lues, Bener
Meriah, Aceh Barat Daya, dan Aceh Timur. Potensi bencana tanah longsor biasa terjadi di
sekitar kawasan pegunungan atau bukit dimana dipengaruhi oleh kemiringan lereng yang
curam pada tanah yang basah dan bebatuan yang lapuk, curah hujan yang tinggi, gempa
bumi atau letusan gunung berapi yang menyebabkan lapisan bumi paling atas dan
bebatuan berlapis terlepas dari bagian utama gunung atau bukit. Tanda tanda terjadinya
longsor dapat ditandai dengan beberapa parameter antara lain keretakan tanah, runtuhnya
bagian tanah dalam jumlah besar, perubahan cuaca secara ekstrim dan adanya penurunan
kualitas landskap dan ekosistem. Tanah longsor yang terjadi selama kurun waktu 2007-
2009 di Provinsi Aceh sebanyak 29 kali. Dampak kerusakan harta benda yang ditimbulkan
diperkirakan mencapai 50 – 100 Miliar rupiah, kerusakan sarana dan prasarana 20 – 40
persen, sedangkan cakupan wilayah yang terkena longsor sangat luas 20 – 40 persen, serta
berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat (terganggunya mata pencarian)
sebesar 5 – 10 persen. Bencana tanah longsor yang berdampak pada masyarakat secara
langsung adalah pada jalur jalan lintas tengah, yaitu yang terdapat di Kabupaten Aceh
Tenggara, Kabupaten Gayo Lues, sekitar Takengon di Kabupaten Aceh Tengah, dan di
sekitar Tangse – Geumpang Kabupaten Pidie.
Selain kondisi geologis, Provinsi Aceh memiliki tingkat kompleksitas hidro-
meteorologis yang cukup tinggi. Dimensi alam menyebabkan Provinsi Aceh mengalami
hampir semua jenis bencana hidro-meteorologis seperti cuaca ekstrim, banjir, banjir
bandang, gelombang ekstrim dan abrasi serta kekeringan. Cuaca ekstrim yang terjadi di
Provinsi Aceh hampir merata di berbagai daerah terutama terjadi di pesisir yang
berhadapan dengan perairan laut yang mengalami angin badai. Berdasarkan kejadian yang
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
32 | P a g e
pernah terjadi sebelumnya adalah di Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten Aceh Utara di
pesisir timur dan Kabupaten Aceh Barat di pesisir barat. Namun, dari data kejadian sampai
tahun 2019 telah terjadi 50 kali bencana puting beliung di 14 kabupaten/kota. Meski cuaca
ekstrim pernah dialami oleh seluruh kabupaten kota yang ada di Aceh namun hingga saat
ini masih sulit diprediksi lokasi dan waktu kejadiannya serta belum menimbulkan dampak
kerugian yang signifikan. Kabupaten Aceh Utara terdata mengalami kejadian tertinggi
dibandingkan kabupaten/kota lainnya.
Banjir hampir merata terjadi di berbagai wilayah Provinsi Aceh. Namun, dari data
kejadian yang berhasil dikumpulkan dari tahun 1970-2019 telah terjadi 559 kali bencana
banjir di 22 dari 23 kabupaten/kota. Elemen berisiko yang rentan ketika terjadi banjir
adalah lahan pertanian, peternakan, perdagangan dan jasa di 22 kabupaten/kota di
Provinsi Aceh, kecuali Kabupaten Simeulue. Kawasan rawan banjir yang peluangnya tinggi
dengan hamparan yang relatif luas terdapat di pesisir timur dan utara yang dilalui sungai-
sungai yang relatif besar, yaitu di KabupatenAceh Besar, Kota Banda Aceh, Kabupaten
Pidie, Kabupaten Pidie Jaya, Kabupaten Bireuen, Kabupaten Aceh Utara, Kota
Lhokseumawe, Kabupaten Aceh Timur, Kota Langsa, dan Kabupaten Aceh Tamiang.
Untuk kawasan rawan banjir pada pesisir barat yang peluangnya tinggi adalah pada
hamparan yang merupakan flood plain atau limpasan banjir sungai-sungai, yang terletak
di Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Aceh Barat, Kabupaten Nagan Raya, KabupatenAceh
Barat Daya, Kota Subulussalam, Kabupaten Aceh Singkil, dan juga di tepi Lawe Alas di
Kabupaten Aceh Tenggara. Sumber permasalahan bencana banjir ini berasal dari
pembalakan liar (illegal logging) di kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS), pendangkalan
sungai, rusak atau tersumbatnya saluran drainase, dan terjadinya perubahan fungsi lahan
tanpa sistem tatakelola yang baik yang memperhatikan kapasitas DAS dalam menampung
air. Kabupaten Aceh Selatan, Aceh Singkil, Kota Subulussalam, Aceh Barat, Aceh Jaya,
Aceh Utara dan Aceh Timur tercatat mempunyai kejadian tertinggi dibandingkan dengan
Kabupaten Kota lainnya.
Berdasarkan kondisi topografi Provinsi Aceh, maka ancaman banjir bandang
merupakan salah satu jenis ancaman yang dapat terjadi seperti dibuktikan dengan adanya
kejadian-kejadian banjir bandang disebagian Kabupaten Kota Provinsi Aceh. Kejadian
banjir bandang pada bulan Oktober 2005 di Kecamatan Semadam Aceh Tenggara
mengakibatkan 15 orang meninggal dan puluhan rumah rusak. Banjir pada bulan
Desember 2006 di wilayah pantai utara dan timur Aceh mengakibatkan 38 orang
meninggal, 5 di kabupaten Aceh Utara, 5 orang di kabupaten Aceh Timur dan 28 orang
korban di Aceh Tamiang serta ratusan rumah rusak. Banjir bandang pada tanggal 11 Maret
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
33 | P a g e
2011 di Kecamatan Tangse, Pidie mengakibatkan 12 orang meninggal, dan 174 unit rumah
hancur. Dari data sejarah yang berhasil dikumpulkan hingga tahun 2019 telah terjadi
bencana banjir bandang sebanyak 39 kali dengan Kabupaten Aceh Tenggara tercata
sebagai daerah dengan jumlah kejadian terbanyak.
Kejadian gelombang ekstrim dan abrasi yang terjadi di beberapa wilayah di Aceh
sudah mulai menunjukkan dampak kerugian yang besar dengan rusaknya aset dan fasilitas
masyarakat dan pemerintah. Pada tanggal 25 Februari 2010 abrasi pantai yang terjadi di
Dusun Cot Me dan Ulee Uteun, Desa Kuala Keureutoe Timu, Kecamatan Lapang, Aceh
Utara, sudah mencapai 200 m. Sekitar 50 kk terpaksa membongkar rumah dan pindah ke
dusun lain. Air laut menggenangi areal persawahan serta kebun warga yang ditanami
palawija dan tanaman keras. Pada tanggal 2 Agustus 2010 abrasi yang terjadi di Gampong
Telaga Tujoh atau Pulau Pusong, Kecamatan Langsa Barat, telah membuat 7 unit rumah
warga digerus air laut, sebuah mesjid terancam abrasi dan memaksa 20 kk mengungsi.
Dari catat sejarah kejadian bencana telah terjadi 62 kali kasus kekeringan yang
melanda daerah-daerah di provinsi Aceh seperti Kabupaten Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya,
Bireuen, Aceh Utara, Kota Lhokseumawe, Aceh Timur, dan Aceh Tamiang. Meskipun
hingga saat ini belum tercatat jumlah korban jiwa akibat bencana kekeringan di Aceh,
namun dampak kekeringan cukup berkontribusi terhadap produktifitas pertanian dan
perekonomian masyarakat. Pada tahun 2008 kekeringan yang melanda Aceh Utara
menyebabkan ribuan hektar sawah puso. Tanah pecah-pecah dengan retakan sedalam
setengah hingga satu meter. Akibat ketiadaan irigasi, tanaman tidak dapat hidup,
sedangkan hewan ternak sulit memperoleh air. Ribuan petani di Kecamatan Peureulak
Timur terancam kelaparan. Kekeringan yang berkepanjangan memaksa sejumlah petani
meninggalkan ladang mereka dan beralih menjadi penebang kayu di hutan untuk
menyambung hidup.
Selain bencana yang disebabkan oleh fenomena alam, bencana juga dapat
disebabkan oleh perilaku manusia antara lain karena kelalaian, ketidaktahuan, maupun
sempitnya wawasan dari sekelompok masyarakat atau disebut bencana sosial. Bencana
sosial dapat terjadi dalam bentuk kebakaran hutan dan lahan, wabah penyakit dan
Kegagalan Teknologi. Potensi rawan kebakaran seperti kebakaran hutan terjadi pada
hutan-hutan yang dilalui jaringan jalan utama sebagai akibat perilaku manusia, terutama
pada kawasan hutan pinus dan lahan gambut yang cenderung mudah mengalami
kebakaran pada musim kemarau. Jumlah titik api (hot spot) sesuai dengan data yang
dihimpun oleh WALHI Aceh menunjukkan adanya kebakaran ladang dan hutan di Aceh
mulai Juni 2007 hingga Desember 2009 adalah sebanyak 1.196. Jumlah titik api di luar
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
34 | P a g e
kawasan hutan tercatat sebanyak 1.112 titik sedangkan dalam kawasan hutan sebanyak 84
titik. Angka ini terbanyak kedua untuk provinsi di Pulau Sumatera. Titik api tersebut
terdapat di Kabupaten Aceh Barat, Aceh Jaya, Nagan Raya, Singkil, dan Aceh Tengah.
Kebakaran lahan gambut juga sering terjadi, salah satu kejadian adalah kebakaran lahan
gambut di Aceh Barat tanggal 16 Januari 2009 yang mengakibatkan 500 Ha lahan hangus
terbakar dan sekitar 200 kk mengungsi dan dalam rentang tahun 2019 hingga November,
kebakaran hutan telah meyebabkan sekitar 588, 82 Ha luas hutan yg terbakar. Daerah
dengan potensi rawan kebakaran hutan adalah di Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Pidie,
Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Aceh Barat, Kabupaten Nagan Raya, Kabupaten Aceh
Barat Daya, Kabupaten Aceh Selatan, Kota Subulussalam, Kabupaten Aceh Singkil, dan
Kabupaten Aceh Tengah.
Beberapa kasus wabah penyakit atau epidemik yang menonjol di Aceh dalam lima
tahun terakhir adalah Diare, Malaria, DBD, Flu H1N1(Flu Meksiko) dan HIV/AIDS. Data
Dinas Kesehatan Aceh menunjukkan semua kabupaten/kota merupakan daerah yang
rawan diare bagi balita terutama untuk daerah Pidie, Aceh Utara, Bireuen, Aceh Timur,
Aceh Tengah, Aceh Tamiang dan Lhokseumawe. Jumlah penderita Diare pada kejadian
kasus epidemik tahun 2007 adalah 100.789 orang dengan jumlah kasus diare pada balita
sebanyak 45.157 orang. Untuk wabah penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) pada
tahun yang sama adalah sebanyak 1.724 kasus dengan sebaran di 16 kabupaten/kota.
Potensi bencana lain akibat oleh kelalaian manusia (man-made disaster) seperti
kegagalan teknologi terdapat pada daserah-darah industri di provinsi Aceh seperti di
daerah Kota Lhokseumawe, Kabupaten Aceh Timur, Kota Langsa, Kabupaten Aceh
Tamiang dan Kabupaten Nagan Raya. Pada bulan April tahun 2018 terjadi kasus ledakan
sumur pengeboran minyak yang dilakukan secara tradisonal oleh masyarakat yang
mengakibatkan 11 orang tewas dan beberapa rumah ikut terbakar.
Untuk lebih jelasnya data sejarah kejadian bencana diprovinsi aceh dapat dilihat
pada Tabel 2.5 di bawah.
Tabel 2.5 Sejarah Kejadian Bencana Provinsi Aceh Tahun 1815-2017
Kejadian Jumlah
Kejadian Meninggal
Luka-Luka
Hilang Mengungsi Rumah Rusak Berat
Rumah Rusak Ringan
Kerusakan Lahan (Ha)
Banjir 559 256 545 65 1.704.649 2.761 8.741 80.219
Banjir Bandang 37 70 38 32 99.724 17.740 23.494 180
Gelombang Ekstrim dan Abrasi
29 - 2 - 991 168 30 -
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
35 | P a g e
Gempa Bumi 29 245 2.920 - 135.227 19.392 34.980 -
Tsunami 30 166.551 1.138 6.220 436.180 323.036 96.609 58.087
Kebakaran Hutan dan Lahan
23 - - - 805 - - 14.654
Kekeringan 62 - - - - - - 344
Epidemi dan Wabah Penyakit
3 139 42 - - - - -
Letusa Gunung Api
1 - - - - - 3859 -
Cuaca Ekstrim 50 4 101 1 5.736 1.120 1.040 86
Tanah Longsor 29 28 12 4 22.114 158 218 286
Total Kejadian 850 162.293 4.798 6.322 2.405.426 364.376 168.971 153.856
Sumber : BPBA dan DIBI, 2019
Data sejarah kejadian bencana menunjukkan kejadian paling berdampak besar
adalah banjir dengan 559 kejadian yang menimbulkan kerusakan lingkungan terparah.
Kemudian gempabumi yang diikuti tsunami yangmenyebabkan ratusan ribu korban jiwa
dan kerugian fisik (rumah rusak berat). Persentase jumlah kejadian bencana tersebut
dapat dilihat pada Gambar 2.9 berikut.
Gambar 2.9 Grafik Persentase Kejadian Bencana Provinsi Aceh Tahun 1815 – 2017
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
36 | P a g e
2.3. ANALISA KECENDERUNGAN Dalam dokumen RPB ini analisa kecenderungan dasarkan pada sejarah kejadian dan
dampak dari bencana. Untuk jenis ancaman hidrometeorologi analisa kecenderungan
dilakukan dengan membandingkan jumlah kejadian dan dampak bencana pada 10 tahun
terakhir dengan 10 tahun sebelumnya. Kecenderungan dari ancaman hidrometeorologi dapat
dilihat pada Tabel 2.11 di bawah. Sedangkan untuk jenis ancaman Untuk jenis ancaman
bencana geologis, analisa kecenderungan tidak hanya didasarkan pada data kejadian dan
dampak bencana saja dalam kurun waktu 10 tahun namun juga menggunakan sumber data
lain seperti dinas-dinas terkait atau kajian-kajian akademis yang telah dilakukan dengan
rentang waktu data yang jauh lebih lama.Untuk kecenderungan dari ancaman geologis dapat
dilihat pada Tabel 2.12 di bawah.
Sumber data untuk analisa kecenderungan diperoleh dari DIBI, BPBA, BPBD
Kabupaten/Kota, Dinas ESDM, Dinas Pengairan, Dinas Kehutanan, BWS Sumatera I dan
Walhi (LSM lokal).
Tabel 2.11 Frekuensi dan Kecenderungan Bencana Hidrometeorologi
Jenis
Ancaman
Tahun 1996 - 2006 Tahun 2007 - 2017
Jumlah
Kejadian
Jumlah
Korban
Meninggal
Jumlah
Orang
Terdampak
Jumlah
Rumah
Rusak
Berat
Jumlah
Kejadian
Jumlah
Korban
Meninggal
Jumlah
Orang
Terdampak
Jumlah
Rumah
Rusak
Berat
Kcenderungan
Banjir 50 196 214.309 1.279 509 60 1.490.340 1.482 Meningkat
Tanah Longsor 4 3 10.428 24 52 25 11.686 93 Meningkat
Banjir Bandang 3 36 2.600 520 16 34 27.031 545 Meningkat
Gelombang Ekstrim & Abrasi
5 0 245 49 24 0 746 119 Meningkat
Cuaca Ekstrim 8 1 396 63 162 3 5.340 1.057 Meningkat
Kekeringan 25 0 0 0 50 0 0 0 Tetap
Kebakaran Hutan dan Lahan
0 0 0 0 23 0 805 0 Meningkat
Tabel 2.12 Frekuensi dan Kecenderungan Bencana Geologis
Jenis
Ancaman
Tahun 2007 - 2017
Jumlah
Kejadian
Jumlah
Korban
Meninggal
Jumlah
Orang
Terdampak
Jumlah
Rumah
Rusak
Berat
Kcenderungan
Gempa Bumi 29 246 135.277 19.392 Tetap
Tanah Longsor 56 28 22.114 117 Meningkat
Tsunami 30 166.551 436.180 323.036 Tetap
Letusan Gunung Api
1 - - - Tetap
Untuk lebih jelas, kecenderungan dari bencana-bencana yang mempunyai potensi di
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
37 | P a g e
Provinsi Aceh dijelaskan pada sub bab-sub bab berikut.
2.3.1. Banjir
Dari data yang diperoleh, provinsi Aceh telah mengalami banjir sebanyak 509 kali
dalam dua puluh tahun terakhir tahun 1996 - 2017. Dari Tabel 2.11 di atas dapat dilihat
adanya perningkatan frekuensi banjir yang cukup signifikan yaitu sebesar 10 x lebih banyak
dari 10 tahun sebelumnya dari data aygn berhasil didapat.
Kondisi ini disebabkan oleh beberapa faktor dimana penyebab utamanya adalah
perubahan tutupan lahan, baik di DAS sungai ataupun di kawasan sepedan sungai (alluvial
plain) yang merupakan daerah genangan air pada kondisi debit maksimun atau banjir.
Perubahan tutupan lahan di DAS sebagian besar akibat dari maraknya berbagai aksi
perambahan hutan dan penebangan kayu secara liar (illegal), konversi lahan atau
pembukaan kebun baik oleh individu (masyarakat) ataupun perusahaan-perusahaan serta
pembukaan lahan untuk kepentingan pertambangan. Sedangkan perubahan tutupan lahan
di bagian hilir disepadan sungai yang merupakan daerah luapan banjir sebagian besar
diakibatkan oleh penggunaannya menjadi daerah pemukiman. Kondisi di atas diperparah
dengan adanya galian-galian C illegal yang pertumbuhanannya cukup tinggi.
Untuk lebih jelasnya peningkatang frekuensi banjir dalam 20 tahun terakhir dapat
dilihat pada Gambar 2.10 di bawah.
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
38 | P a g e
1 2 3 2 4 2 2 25
19 17
26
11
44
36
26
38 38 37
6370
120
0
20
40
60
80
100
120
140
Jumlah kejadian
Gambar 2.10 Grafik jumlah kejadian banjir dalam 20 tahun terakhir
Dari gambaran di atas, dapat dikatakan Bencana Banjir diprovinsi Aceh memiliki
kecenderungan Meningkat.
2.3.2. Banjir Bandang
Sejak tahun 1996 hingga tahun 2017, telah terjadi bencana banjir bandang sebanyak
19 kali dengan perningkatan frekuensi banjir sebesar 5 x lebih banyak dari 10 tahun
sebelumnya berdasarkan data yang didapat.
Seperti halnya dengan kondisi bencana banjir di atas, perubahan ini disebabkan oleh
maraknya illegal logging serta konversi lahan yang menyebabkan munculnya bendungan-
bendungan alami akibat dari longsoran yang merupakan sumber utama banjir bandang
serta adanya peningkatan debit limpasan permukaan yang mengakibatkan luapan banjir
dengan kecepatan aliran yang cukup tinggi pada sungai-sungai dengan kemiringan
(gradient) dasar terjal (curam).
Dari permasalahan sumber banjir bandang, maka kecenderungan dapat
dikategorikan Meningkat.
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
39 | P a g e
2.3.3. Tanah Longsor
Seperti halnya dengan bencana banjir dan banjir bandang, frekuensi bencana
longsor juga meningkat akibat dari perubahan tutupan lahan, pembukaan hutan serta
pemotongan-pemotongan tebing menjadi lebih curam untuk kepentingan pembangunan
jalan atau kontruksi tertentu, dengan peningkatan sebesar 13 x lebih banyak dengan
jumlah total kejadian dari tahun 1996 adalah sebanyak 56 kali dari data yang berhasil
didapat dan dapat disimpulkan memeiliki kecenderungan Meningkat.
2.3.4. Cuaca Ekstrim Sejak tahun 1996 hingga tahun 2017, telah terjadi 170 kali bencana cuaca ekstrim
(puting beliung) di Provinsi Aceh. Gambar 2.11 di bawah menunjukkan kejadian
bencana cuaca ekstrim yang terjadi pada rentang tahun 1996 - 2017.
Gambar 2.11 Grafik jumlah kejadian banjir dalam 20 tahun terakhir
Frekuensi meningkatnya kejadian cuaca ekstrim di Provinsi Aceh dipicu oleh
perubahan iklim dalam 10 tahun terakhjir yang menyebabkan aktivitas badai siklon
tropis meningkat.
Dari hasil analisa yang telah dilakukan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika (BMKG) dari pengolahan data yang diambil selama 50 tahun, mengungkapkan
selain perubahan panjang musim, permulaan musim hujan, permulaan musim kemarau,
curah hujan pada musim hujan, dan curah hujan pada musim kemarau, meningkatnya
intensitas siklon tropis yang menyebabkan gelombang tinggi menjadi bukti-bukti adanya
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
40 | P a g e
perubahan iklim. Siklon tropis di Samudra Hindia rata-rata setiap tahun terjadi minimal
7-8 kali dalam rentang waktu 5 (lima) bulan dari November sampai Maret.
Kondisi di atas menyimpulkan, bencana Cuaca Esktrim memiliki kecenderungan
Meningkat.
2.3.5. Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla)
Dalam periode 1o tahun pertama (tahun 1996 – 2006), tidak ada kejadian bencana
karhutla. Kondisi ini mungkin disebabkan tidak adanya infromasi atau data tentang
kejadian bencana karhutla pada rentang tahun tersebut. Pada periode 10 tahun kedua
(tahun 2007- 2017), dimana data dan informasi tentang karhutla didokumentasikan,
telah terjadi bencana karhutla dengan frekuensi sebanyak 23 kali yang menyebabkan
14.653,77 Ha hutan terbakar (Sumber Dinas Kehutanan, 2017). Kasus kejadian karhutla
yang kemudian menjadi bencana, jumlahnya tidak seberapa bila dibandingkan dengan
kasus karhutla yang terjadi tapi tidak menimbulkan bencana yaitu sebesar 1975 kasus
dalam periode tersebut.
Kasus karhutla di Aceh dari tahun ke tahun semakin meluas dan bertambah.
Meskipun pada beberapa tahun sempat terjadi penurunan, pada tahun 2012 terjadi
peningkatan yang sangat tinggi dengan jumlah kejadian sebanyak 745 kali. Jumlah
tersebut setara dengan 65 persen dari keseluruhan kejadian kebakaran hutan di Aceh
mulai tahun 2007 hingga 2011 yang totalnya sebanyak 1.129 kejadian. Sedangkan data
kasus kebakaran dari tahun 2013-2017 tidak berhasil dikumpulkan secara lengkap,
namun dari data DIBI (Data Informasi Bencana Indonesia) ada 16 kasus karhutla yang
menjadi Bencana.
Hal di atas disebabkan oleh kepentingan pembukaan pembukaan untuk kelapa
sawit dengan cara membakar menjadi pemicu terjadinya kebakaran hutan dan lahan
(karhutla) di sebagian wilayah Aceh. Oleh karena itu penting untuk menjadi perhatian
pemerintah provinsi Aceh agar kasus Karhutla bisa di tekan dan tidak menjadi suatu
Bencana karena kecenderungan dari dampak dan frekeunsi kejadian yang didapat dapat
dikatakan Meningkat. Untuk lebih jelasnya Gambar 2.12 memberikankan gambaran
kasus kejadian Karhutla dari tahun 2007 – 2012.
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
41 | P a g e
Gambar 2.12 Grafik jumlah kejadian karhutla periode tahun 1996 – 2012
2.3.6. Gempa Bumi
Berdasarkan data dan sejarah kejadian gempabumi yang dicatat oleh Incorporated
Research Institutions for Seismology (IRIS) (www.iris.edu), dalam 30 tahun terakhir
telah terjadi gempa bumi sebanyak 126 kali.
Sumber : IRIs, www.iris.edu, 2019
Gambar 0-13 Episentrum Kejadian Gempabumi di Provinsi Aceh (1815 – 2017)
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
42 | P a g e
Beberapa kejadian gempa besar tercatat pernah terjadi di Aceh dan menimbulkan
kerugian korban jiwa atau kerusakan terjadi pada tahun 1936, 1983, 1998, 2000, 2004,
2005, 2008, 2009. 2013 dan 2016 di kabupaten/kota Banda Aceh, Aceh Besar, Pidie,
Aceh Utara, Aceh Timur, Simeulue, Aceh Singkil, Aceh Selatan, Aceh Barat, Aceh
Tenggara, Bener Meriah, Aceh Tengah dan Pidie Jaya.
Pusat gempa terbanyak terdapat di sepanjang laut sebelah timur Aceh, dimana
tercatat 15 kali gempa dengan skala lebih besar dari 7 SR terjadi di laut, dan enam kali
terjadi di daratan sepanjang Patahan Sumatera yang melintasi Aceh. Keseluruhan gempa
tersebut memiliki ciri kedalaman yang dangkal. Gempa berskala menengah terjadi 27 kali
di sepanjang laut Aceh dan 25 kali terjadi di daratan. Sebagian besar gempa-gempa
tersebut berkedudukan di laut sekitar Pulau Simeulue dan Bukit Barisan berarah barat
daya-timur laut dan menerus sampai ke lautan di Kepulauan Andaman dan Birma
(Myanmar). Gempa 26 Desember 2004 berskala 9,2 SR dengan kedalaman 30 km
dengan pusat gempa berada pada 225 km di selatan Kota Banda Aceh merupakan gempa
terbesar yang pernah terjadi di daerah ini sesudah tahun 1900.
Dari Peta Seismotektonik Aceh seperti terlihat pada Gambar 2.8 di bagian sumber
gempa di atas, yang dihasilkan dengan Probabilistic Seismic Hazard Analysis (PSHA),
terlihat ada beberapa daerah yang memiliki tingkat bahaya kegempaan tinggi dengan
besaran Peak Ground Acceleration (PGA) antara 0.3 – 0.4 g. Daerah yang dikategorikan
memiliki potensi gempa bumi tinggi adalah kabupaten/kota Banda Aceh, Aceh Besar,
Aceh Jaya, Aceh Barat, Aceh Tengah, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan dan Simeulu.
Berdasarkan frekuensi, potensi kejadian gempabumi dan sumbernya, dapat ditarik
kesimpulan bencana gempabumi merupakan ancaman nyata yang ada di Provinsi Aceh,
dan perlu dikategorikan sebagai bencana yang memiliki kecenderungan tetap.
2.3.7.Tsunami
Berdasarkan catatan sejarah, Aceh pernah mengalami beberapa kali bencana
tsunami pada tahun 1797, 1891, 1907 dan 2004. Dari beberapa kejadian ini hanya
bencana Tsunami 26 Desember 2004 yang terdokumentasi data dampak kejadiannya.
Kejadian Tsunami pada tahun 2004 mengakibatkan 126.915 jiwa meninggal, 37.063 jiwa
hilang, lebih kurang 100.000 jiwa menderita luka berat maupun luka ringan dan 517.000
unit rumah rusak dan melanda seluruh kabupaten/kota di wilayah pesisir Aceh terutama
pantai barat. Dari frekuensi-frekuensi kejadian dan dampak yang mungkin ditimbulkan,
bencana Tsunami dapat dikategorikan dikategorikan sebagai bencana yang memiliki
kecenderungan tetap.
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
43 | P a g e
BAB III PENGKAJIAN RISIKO BENCANA
Provinsi Aceh memiliki 11 potensi bencana yang diketahui berdasarkan catatan sejarah
kejadian bencana dari Data dan Informasi Bencana Indonesia (DIBI). Bencana tersebut
antara lain banjir, banjir bandang, gelombang ekstrim dan abrasi, gempabumi, tsunami,
kebakaran hutan dan lahan, kekeringan, epidemi dan wabah penyakit, letusan gunungapi,
cuaca ekstrim, dan tanah longsor. Selain berdasarkan sejarah kejadian bencana, potensi
bencana dapat diketahui berdasarkan kemungkinan terjadinya bencana karena dasar
pengkajian risiko bencana dengan melihat kondisi daerah Provinsi Aceh. Dari kedua hal
tersebut, potensi bencana keseluruhan potensi bencana keseluruhan untuk Provinsi Aceh
dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1 Jenis Potensi Ancaman Provinsi Aceh
Jenis Potensi Ancaman
1. Banjir 2. Kekeringan
3. Banjir Bandanag 4. Epidemin dan Wabah Penyakit
5. Gelombang Ekstrim dan Abrasi 6. Letusan Gunung Api
7. Gempa Bumi 8. Cuaca Ekstrim
9. Tsunami 10. Tanah Longsor
11. Kebakaran Hutan dan Lahan
Tabel 3.1 menunjukkan 11 potensi bencana di Provinsi Aceh. Hasil pengkajian risiko
bencana tahun 2011 dengan tahun 2015 menunjukkan perubahan terkait dengan potensi
bencana di daerah. Sebelumnya dalam pengkajian risiko bencana Provinsi Aceh yang dimuat
dalam Dokumen Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) Tahun 2011, potensi bencana
adalah gempabumi, tsunami, banjir, letusan gunungapi, longsor, abrasi erosi dan
sedimentasi, kekeringan, puting beliung, konflik, kejadian luar biasa, kegagalan teknologi dan
kebakaran. Karena mengikuti perkembangan pengkajian dan kerangka acuan kerja BNPB,
terdapat perubahan lingkup kajian terkait potensi bencana dari pengkajian yang telah
dilakukan sebelumnya di tahun 2011. Perubahan tersebut adalah pada bencana konflik dan
Kegagalan Teknologi. Bencana konflik yang melakukan kajian risiko bencana tahun 2011 dan
tidak melaksanakan pengkajian risiko bencana di tahun 2015 dikarenakan bencana tersebut
bukan merupakan wewenang BNPB, namun merupakan wewenang kerja lembaga lain (Polri),
sedangkan Kegagalan Teknologi tidak terlalu significant untuk di kaji. Khusus untuk
penamaan setiap bencana menyesuaikan dengan kerangka acuan kerja BNPB.
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
44 | P a g e
3.1. METODOLOGI PENGKAJIAN RISIKO Kajian risiko bencana merupakan landasan untuk memilih strategi yang dinilai mampu
mengurangi risiko bencana. Kajian risiko bencana ini harus mampu menjadi dasar yang
memadai bagi daerah untuk menyusun kebijakan penanggulangan bencana. Ditingkat
masyarakat hasil pengkajian diharapkan dapat dijadikan dasar yang kuat dalam perencanaan
upaya pengurangan risiko bencana. Dalam mendapatkan nilai risiko bencana tergantung dari
besarnya ancaman dan kerentanan yang berinteraksi. Interaksi ancaman, kerentanan, dan
faktor-faktor luar menjadi dasar untuk melakukan pengkajian risiko bencana terhadap suatu
daerah. Sebagian besar data-data yang ada di bab 3 ini diperoleh dari hasil pengkajian risiko
bencana yang dimuat dalam Dokumen Kajian Risiko Bencana provinsi Aceh 2016-2020 dan
kajian-kajian kebencanaan yang telah dilakukan seperti kajian banjir, patahan aktif sumber
gempa dan analisa kerentanan.
Kajian risiko bencana dilaksanakan dengan melakukan identifikasi, klasifikasi, dan
evaluasi risiko melalui beberapa langkah, yaitu:
1. Pengkajian Ancaman
Pengkajian Ancaman dimaknai sebagai cara untuk memahami unsur-unsur
ancaman yang berisiko bagi daerah dan masyarakat. Karakter-karakter ancaman
pada suatu daerah dan masyarakatnya berbeda dengan daerah dan masyarakat lain.
Pengkajian karakter ancaman dilakukan sesuai tingkatan yang diperlukan dengan
mengidentifikasikan unsur-unsur berisiko oleh berbagai ancaman di lokasi tertentu.
2. Pengkajian Kerentanan
Pengkajian kerentanan dapat dilakukan dengan menganalisa kondisi dan
karakteristik suatu masyarakat dan lokasi penghidupan mereka untuk menentukan
faktor-faktor yang dapat mengurangi kemampuan masyarakat dalam menghadapi
bencana. Kerentanan dapat ditentukan dengan mengkaji aspek keamanan lokasi
penghidupan mereka atau kondisi-kondisi yang diakibatkan oleh faktor-faktor atau
proses-proses fisik, sosial ekonomi dan lingkungan hidup yang bisa meningkatkan
kerawanan suatu masyarakat terhadap ancaman dan dampak bencana.
3. Pengkajian Kapasitas
Pengkajian kapasitas dilakukan dengan mengidentifikasikan status kemampuan
individu, masyarakat, lembaga pemerintah atau nonpemerintah dan aktor lain dalam
menangani ancaman dengan sumber daya yang tersedia untuk melakukan tindakan
pencegahan, mitigasi, dan mempersiapkan penanganan darurat, serta menangani
kerentanan yang ada dengan kapasitas yang dimiliki oleh masyarakat tersebut.
4. Pengkajian dan Pemeringkatan Risiko
Pengkajian dan pemeringkatan risiko merupakan pengemasan hasil pengkajian
ancaman, kerentanan dan kemampuan/ketahanan suatu daerah terhadap bencana
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
45 | P a g e
Risiko akan semakin besar jika bahaya
bertemu dengan kerentanan dengan
kapasitas minimum.
Sebaliknya, risiko akan semakin kecil jika
bahaya/hazard dan vulnerability salah satu
atau dua-duanya di perkecil dan kapasitas
diperbesar.
untuk menentukan skala prioritas tindakan yang dibuat dalam bentuk rencana kerja
dan rekomendasi guna meredam risiko bencana.
Dalam melakukan pengkajian risiko bencana rumus yang digunakan adalah rumus
dasar sesuai dengan perka BNPB seperti berikut ini :
Risiko adalah Bahaya/Hazard dikali dengan Kerentanan dibagi Kapasitas.
Pengkajian risiko bencana memuat pendataan terkait dengan perhitungan potensi
jiwa terpapar, kerugian harta benda dan kerusakan lingkungan dengan analisis komponen
bahaya, kerentanan dan kapasitas. Metodologi penyusunan kajian risiko bencana sesuai
dengan Gambar 3.1.
Sumber: Peraturan Kepala BNPB Nomor 2 Tahun 2012
Gambar 3.1 Metode Pengkajian Risiko Bencana
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
46 | P a g e
Dari Gambar 3.1, digambarkan beberapa hal-hal yang dihasilkan dalam pengkajian
risiko bencana, yang secara umum adalah untuk menghasilkan kebijakan penanggulangan
bencana. Pada dasarnya kebijakan disusun berdasarkan komponen bahaya, kerentanan, dan
kapasitas. Komponen bahaya disusun berdasarkan parameter intensitas dan probabilitas
kejadian. Komponen kerentanan disusun berdasarkan parameter sosial budaya, ekonomi,
fisik, dan lingkungan. Komponen kapasitas disusun berdasarkan parameter kapasitas
regulasi, kelembagaan, pengkajian risiko dan perencanaan terpadu, pengembangan sistim
informasi, diklat dan logistik, penanganan tematik kawasan rawan bencana, peningkatan
efektivitas pencegahan dan mitigasi bencana, perkuatan kesiapsiagaan dan penanganan
darurat bencana, dan pengembangan sistem pemulihan bencana.
Mekanisme penyusunan peta risiko bencana saling terkait dengan mekanisme
penyusunan dokumen kajian risiko bencana. Peta risiko bencana menghasilkan landasan
penentuan tingkat risiko bencana yang merupakan salah satu komponen capaian Dokumen
KRB. Selain itu, dokumen kajian bencana juga harus menyajikan kebijakan minimum
penanggulangan bencana daerah yang ditujukan untuk mengurangi jumlah penduduk
terpapar, kerugian harta benda, dan kerusakan lingkungan.
3.2. PENGKAJIAN ANCAMAN Indeks ancaman bencana disusun berdasarkan dua komponen utama, yaitu
kemungkinan terjadi suatu ancaman dan besaran dampak yang pernah tercatat untuk
bencana yang pernah terjadi pada daerah tersebut. Dapat dikatakan bahwa indeks ini
disusun berdasarkan data dan catatan sejarah kejadian yang pernah terjadi pada daerah
Provinsi Aceh.
Penentuan tingkat bahaya juga disesuaikan dengan jenis potensi bahaya yang
terjadi di suatu daerah. Untuk menentukan tingkat bahaya diperoleh dari hasil pengkajian
bahaya rendah, sedang atau tinggi yang memiliki luas bahaya yang paling besar. Skala
indeks bahaya dibagi kedalam tiga kategori yaitu rendah (nilai indeks 0 – 0,33) , sedang
(nilai indeks 0,34 – 0,66) dan tinggi (nilai indeks (0,67 – 1). Hasil lengkap dari
indeks bahaya dan luas bahaya hingga tingkat kecamatan dalam provinsi Aceh dapat
dilihat jelas pada dokumen kajian risiko bencana Provinsi Aceh 2016-2020.
Penentuan tingkat bahaya dapat disusun berdasarkan komponen kemungkinan
terjadinya suatu ancaman dan komponen besarnya dampak yang pernah tercatat untuk
bencana yang terjadi tersebut. Indeks bahaya disesuaikan dengan standar parameter yang
telah ditentukan oleh BNPB dengan merujuk kepada Peta bahaya setiap bencana di provinsi
Aceh. Hasil pengkajian antara laian :
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
47 | P a g e
A. Banjir
Tingkat bahaya banjir ditentukan dari analisa kedalaman banjir dengan rincian
sebagai berikut: Rendah < 1m, Sedang 1- 2 m dan tinggi > 2 m.
Berdasarkan data sejarah kebencanaan yang terkumpul, banjir merupakan tipe
bencana dengan frekuensi paling tinggi yaitu sebesar 66% dari total seluruh kejadian
bencana dangan peningkatan frekuensi yang cukup signifikan. Kondisi ini disebabkan
oleh beberapa permasalahan yang menyebabkan banjir terjadi. Perubahan tutupan
lahan (vegetasi) di bagian hulu DAS, tingginya sedimen, pendangkalan badan dan
muara sungai, penutupan muara, dan kenaikan intensitas serta frekuensi curah hujan
menjadi sumber permasalahan banjir pada kawasan pantai barat Provinsi Aceh yang
meliputi Kabupaten Aceh Jaya, Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Barat Daya, Aceh
Selatan, Aceh Seingkil serta Kota Subulussalam. Berdasarkan permasalahan yang ada,
frekuensi banjir terjadi setiap tahunnya dengan tinggi air bisa mencapai > 2 m pada
daerah yang dengan elevasi terendah (kajian banjir Trumon, dan Subulussalam,
Masterplan Banjir Kuede Teunom Kabupaten Aceh Jaya dan Leuhan-Pasie Masjid
Kabupaten Aceh Barat, Unsyiah 2019).
Pada kawasan pantai timur Provinsi Aceh, sumber permasalahan banjir hampir
sama dengan kawasan pantai barat, namun untuk kondisi pendangkalan dan
penutupan muara sungai tidak begitu parah. Periode ulang frekuensi banjir rata-rata
2-3 tahunan dengan kedalaman banjir antara1-2 m. Kawasan-kawanan yang
bermasalah dengan banjir atau mempunyai potensi tinggi adalah Kabupaten Pidie,
Pidie Jaya, Bireun, Aceh Utara, Aceh Timur, Aceh Tamiang dan Kota Langsa.
Untuk kawasan tengah provinsi Aceh, kondisi banjir yang terjadi lebih mengarah
kepada banjir tipe bandang yang akan dibahas pada bagaian berikutnya.
Berdasarkan hasil analisa kajian risiko Provinsi Aceh, tingkat kelas bahaya
dominan adalah Sedang dengan luasan sebesar 505.441,70 Ha dan persentase
33,19% dari luasan total banjir. Kabupaten dengan luasan paling besar untuk tingkat
bahaya tinggi adalah Kabupaten Aceh Tamiang yang dikuti oleh Kabupaten Nagan
Raya dan Aceh Utara.
B. Banjir Bandang
Dasar dalam menentukan potensi bencana banjir bandang disesuaikan dengan
parameter bahaya sebagai tolak ukurnya. Parameter tersebut disesuaikan dengan
kondisi Provinsi Aceh. Parameter bahaya yang digunakan yaitu:
- Sungai utama.
- Topografi.
- Potensi longsor di hulu sungai (longsoran yang memiliki kelas tinggi).
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
48 | P a g e
Tingkat bahaya ditentukan dari analisa kedalaman banjir dengan rincian
sebagai berikut: Rendah < 0,5 1m, Sedang 0,5 - 1 m dan tinggi > 1 m.
Permasalahan banjir bandang hampir sama dengan banjir dimana perubahan
tutupan vegetasi pada bagian hulu sungai di kawasan DAS menjadi permasalahan
utama dan dengan adanya peningkatan intensitas dan periode hujan, frekuensi banjir
bandang juga meningkat cukup drastis seperti yang dijabarkan pada bagian analisa
kecenderungan.
Kawasan dengan sejarah dan berpotensi tinggi banjir bandang adalah
Kabupaten Aceh Tenggara, aceh Tengah, Aceh Pidie, Gayo Lues, Aceh Tamiang, Gayo
Lues, Bener Meriah dan Aceh Besar.
Dari hasil kajian didapat tingkat bahaya banjir bandang dominan adalah
Tinggi dengan luas bahaya sebesar 125.703,29 Ha dan nilai persentase 70,76% dari
total luasan bahaya banjir bandang. Kabupaten dengan luasan paling besar untuk
tingkat bahaya tinggi adalah Kabupaten Gayo Lues, diikuti oleh Aceh Tenggara, Aceh
Tengah dan Bener Meriah.
C. Gempa Bumi
Dasar dalam menentukan potensi bencana gempabumi disesuaikan dengan
parameter bahaya sebagai tolak ukurnya. Parameter tersebut mengacu kepada
standar umum pengkajian risiko bencana dan referensi pedoman lainnya dari
kementerian/lembaga terkait lainnya di tingkat nasional yang disesuaikan dengan
kondisi Provinsi Aceh.
Parameter bahaya yang digunakan yaitu:
- Kelas topografi.
- Intensitas guncangan di batuan dasar.
- Intensitas guncangan di permukaan.
Berdasarkan pemetaan potensi sumber bahaya gempa yang melewati Provinsi
Aceh dapat dirangkumkan potensi daerah-daerah yang berdampak seandainya terjadi
gempa di zona sesar tersebut. Adapun potensi dampak gempa untuk setiap sesar aktif
dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut ini:
Tabel 3.2: Potensi Sumber Gemapa dan daerah yang berpotensi
Potensi Sumber Gempa Daerah yang Berpotensi Terdampak
Segmen Gempa Kabupaten yang berdampak
Segmen Aceh Banda Aceh, Aceh Besar, Aceh Pidie, dan Aceh Tengah serta Pulo Aceh
Sesar Seulimum Sabang, Banda Aceh, Aceh Besar dan Aceh Pidie
Segmen Tripa Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Barat Daya, dan Aceh
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
49 | P a g e
Selatan, Aceh Tenggara
Sesar Samalanga - Sipopok Pidie Jaya, Bireuen, Bener Meriah, Aceh Tengah dan Singkil
Sesar Lhokseumawe Lhokseumawe, Aceh Utara, Aceh Timur, Tamiang, Gayo Lues
Patahan Pidie Jaya Aceh Pidie, Pidie Jaya, Bireuen
Dari hasil kajian didapat tingkat bahaya yang dominan adalah Sedang dengan
luasan bahaya 2.416.575,95 Ha dan nilai persentase 42,43% dari total luasan bahaya
gempa bumi. Kawasan dengan potensi tingkat bahaya tinggi adalah Kabupaten Aceh
Tenggara, Aceh Singkil, Gayo Lues, Aceh Tengah, Bener Meriah, Pidie Jaya, Aceh
Barat, Aceh Jaya, Nagan Raya, Aceh Selatan dan Kota Banda Aceh. Kondisi diatas
disebabkan oleh jalur dan cabang sesar sumatera seperti pada daerah Kabupaten
Pidie Jaya, Aceh Tenggara, Gayo Lues, Aceh Tengah dan Bener Meriah. Sesar
Sumatra ini bergerak ke arah barat laut dengan kecepatan hingga 30 mm per tahun
relatif terhadap bagian di timurnya.
Untuk kota Banda Aceh, kondisi tinggi tingkat bahaya diakibatkan oleh posisi
yang diapit oleh jalur patahan atau sesar sumatera yang terbelah dua, yaitu patahan
segmen aceh dan patahan segmen seulimuem dengan kondisi geomorfologi yang
mengamplifikasi getaran gempa. Kondisi ini geomorfologi ini juga menyebabkan
kawasan Kabupaten Aceh Barat, Aceh Jaya, Nagan Raya, Aceh Selatan dan Aceh
Singkil mempunyai tingkat bahaya gempa bumi yang tinggi walau garis patahan atau
jalur sesar sumetra yang merupakan sumber gempa yang paling dominan jauh dari
dari lokasi.
D. Tsunami
Dasar dalam menentukan potensi bencana tsunami disesuaikan dengan standar
pengkajian risiko bencana dan referensi lainnya dari kementerian/lembaga terkait di
tingkat nasional. Berdasarkan acuan tersebut, maka parameter yang digunakan untuk
kajian bahaya tsunami adalah:
- Ketinggian maksimum tsunami.
- Kemiringan lereng.
- Kekasaran permukaan.
Dari hasil kajian didapat tingkat bahaya yang dominan adalah Tinggi dengan
luasan bahaya 78.870,77 Ha dan nilai persentase 73,88% dari total luasan bahaya
Tsunami. Kawasan dengan potensi tingkat bahaya tinggi adalah Kabupaten Aceh
Besar, Aceh Jaya, Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Aceh
Singkil, Aceh Pidie, Bireuen dan Kota Banda Aceh. Kondisi ini disebabakan oleh
kawasan diatas cukup dekat dengan sumber Tsunami yaitu interkasi lempeng Indo-
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
50 | P a g e
Australia dan Eurasia. Hasil pengukuran GPS terkini di Australia menyatakan bahwa
pergerakan lempeng sebesar 35 derajat timur utara dengan kecepatan 67 mm/th.
Kondisi lainya adalah kondisi bathimetri pantai dan topografi pesisir pantai.
E. Tanah Longsor
Dasar dalam menentukan potensi bencana tanah longsor disesuaikan dengan
parameter bahaya sebagai tolak ukurnya. Parameter tersebut disesuaikan dengan
kondisi Provinsi Aceh. Parameter bahaya yang digunakan adalah sebagai berikut:
- Zona kerentanan gerakan tanah (PVMBG)
- Kemiringan lereng (di atas 15%)
Berdasarkan pengkajian dari penghitungan dari parameter tersebut diperoleh
potensi luas bahaya tanah longsor di Provinsi Aceh adalah dominan Tinggi dengan
persentase luasan hingga 92,48% dari total luasan potensi bahaya tanah longsor.
Luasan bahaya tanah longsor tinggi adalah 2.841.039,98 Ha. Kondisi ini disebabkan
sebagian besar topografi provinsi aceh > 15%, dengan perubahan tutupan vegetasi
yang rusak dan intensitas curah hujan dampak perubahan iklim, frekuensi kejadian
tanah longsor akan semakin meningkat seperti ditunjukkan pada bagian analisa
kecenderungan. Daerah dengan potensi tinggi adalah Kabupaten Gayo Luea, Aceh
Tenggara, Aceh Tengah, Bener Meriah, Aceh Besar, Aceh Pidie, Nagan raya, Aceh
Barat Daya, Aceh Selatan dan Aceh Jaya.
F. Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla)
Dasar dalam menentukan potensi bencana kebakaran hutan dan lahan di Provinsi
Aceh antara lain disesuaikan dengan parameter bahaya dari standar umum
pengkajian risiko bencana dan referensi lainnya dari kementerian/lembaga terkait
lainnya di tingkat nasional. Parameter bahaya tersebut adalah:
- Jenis hutan dan lahan.
- Iklim.
- Jenis tanah.
Dari hasil kajian didapat tingkat bahaya yang dominan adalah Sedang dengan
luasan bahaya 2.042.121 Ha dan nilai persentase 49,98% dari total luasan bahaya
karhutla. Kawasan dengan potensi tingkat bahaya tinggi adalah Aceh Tengah, Bener
Meriah, Gayo Lues, Kabupaten Aceh Besar, Aceh Jaya, Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh
Barat Daya, Aceh Selatan, Aceh Jaya, Aceh Barat dan Nagan Raya.
Untuk daerah Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues, potensi
bahaya tinggi disebabkan oleh jenis tutupan vegetasi yang sebagian besar jenis hutan
pinus yang mudah untuk terbakar karena mengandung resin. Pada kawasan pantai
barat provinsi Aceh seperti Aceh Jaya, Aceh Barat, Aceh Barat daya dan Nagan Raya
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
51 | P a g e
tinggi potensi bahaya disebabkan oleh jenis tutupan yang sebagian besar merupakan
rawa gambut yang mudah untuk terbakar.
G. Cuaca Ekstrim
Pada umumnya cuaca ekstrim didasarkan pada distribusi klimatologi, yakni
kejadian ekstrim lebih kecil sama dengan 5% distribusi. Tipenya sangat bergantung
pada lintang tempat, ketinggian, topografi dan kondisi atmosfer.
Dasar dalam menentukan potensi bencana cuaca ekstrim disesuaikan dengan
parameter bahaya sebagai tolak ukurnya. Parameter tersebut disesuaikan dengan
kondisi Provinsi Aceh. Parameter bahaya yang digunakan yaitu:
- Keterbukaan lahan.
- Kemiringan lereng.
- Curah hujan tahunan.
Dari hasil kajian didapat semua kawasan yang berpotensi bahaya mempunyai
tingkat bahaya Sedang dengan luasan sebesar 2.684.896 Ha.bahaya yang dominan
adalah Sedang dengan luasan bahaya 2.042.121 Ha dengan kecepatan angin rata-rata
antara 60- 100 km/jam (BKMG provinsi Aceh).
H. Kekeringan
Dasar dalam menentukan potensi bencana kekeringan disesuaikan dengan
parameter bahaya dengan acuan standar pengkajian risiko bencana dan referensi
pedoman lainnya dari kementerian/lembaga terkait lainnya di tingkat nasional, yaitu
faktor kekeringan meteorologi (indeks presipitasi terstandarisasi).
Dari hasil kajian didapat dari semua daerah yang berpotensi, tingkat bahaya
didominasi adalah Sedang dangan luasan bahaya adalah 2.991.315,08 Ha dan nilai
persentase 52,40% dari total luasan. Daerah dengan potensi bahaya tinggi adalah
Kabupaten Aceh Tenggara sedangkan untuk bahaya sedang adalah Kabupaten aceh
Timur, Aceh Tamiang, Aceh Barat, Nagan Raya dan Aceh Barat Daya.
I. Gelombang Eksrtim dan Abrasi
Dasar dalam menentukan potensi bencana gelombang ekstrim dan abrasi
disesuaikan dengan parameter bahaya sebagai tolak ukurnya. Parameter tersebut
disesuaikan dengan kondisi Provinsi Aceh. Parameter bahaya yang digunakan adalah:
- Tinggi gelombang.
- Arus.
- Tipologi pantai.
- Tutupan vegetasi.
- Bentuk garis pantai.
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
52 | P a g e
Dari hasil kajian didapat dari semua daerah yang berpotensi, tingkat bahaya
didominasi adalah Tinggi dangan luasan bahaya adalah 33.285,29 Ha dan nilai
persentase 67,04% dari total luasan.
Pesisir pantai yang dominan tingkat bahaya tinggi adalah bagian barat provinsi
Aceh, yakni di Kabupaten Aceh Besar, Aceh Jaya, Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh
Selatan dan sebagian Aceh Singkil. Hasil kajian menunjukkan perubahan iklim dunia
berupa pemanasan global yang menyebabkan naiknya tinggi muka laut dan
gelombang, pergerakan gelombang dan pasang surut, tutupan vegetasi yang rusak
telah menyebabkan terjadinya kerusakan. Pesisir pantai bagian barat provinsi aceh,
rata-rata mempunyai tingkat bahaya Sedang.
J. Letusan Gunung Api
Pengkajian terhadap bencana letusan gunungapi di Provinsi Aceh dilaksanakan
berdasarkan parameter-parameter sebagai tolak ukurnya. Parameter tersebut
disesuaikan dengan kondisi Provinsi Aceh. Parameter yang digunakan yaitu:
- Zona aliran
- Zona jatuhan
Dari pengkajian dari penghitungan dari parameter tersebut diperoleh potensi luas
bahaya letusan gunungapi. Potensi luas bahaya melingkupi 3 (tiga) gunung aktif di
Provinsi Aceh, yaitu Gunung Burnitelong, Gunung Peut Sague, dan Gunung Seulewah
Agam. Masing-masing potensi bahaya setiap gunung tersebut dijabarkan pada tabel
berikut.
Dari hasil kajian, untuk daerah berpotensi bahaya tingkat bahaya gunung api
aktif Burnitelong adalah Tinggi yang berada pada dearah Bener Meriah dengan luas
bahaya 21.635 Ha dan nilai persentase luasan bahaya sebesar 97,65%. Potensi daerah
bahaya mencakup dua kabupaten yakni Kabupetan Bener Meriah dan Aceh Tengah
Untuk gunung api Peut Sagoe, keseluruhan tingkat bahaya adalah Rendah
dengan luasa bahaya sebesar 20.471 Ha dan mencakup tiga kabupaten Pidie, Bireun
dan Kabupaten Pidie Jaya.
Sedangkan untuk gunung api Seulawah Agam, tingkat bahaya adalah Tinggi
dengan luasan sebesar 20.980 Ha yang berada pada Kabupaten Aceh Besar. Potensi
daerah bahaya mencakup dua kabupaten yakni Kabupetan Aceh Besar dan Aceh
Pidie.
Berikut dijelaskan rata-rata indek ancaman setiap bencana yang pernah terjadi dan
berpotensi di Provinsi Aceh seperti ditunjukkan pada Tabel 3.3 di bawah.
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
53 | P a g e
Tabel 3.3 Rekapitulasi Kajian Ancaman di Provinsi Aceh
JENIS BENCANA BAHAYA
LUAS (Ha) TINGKAT
1. BANJIR 1.500.691 SEDANG
2. BANJIR BANDANG 161.086 TINGGI
3. GELOMBANG EKSTRIM & ABRASI 51.162 TINGGI
4. CUACA EKSTRIM 2.684.896 SEDANG
5. KEKERINGAN 5.518.052 SEDANG
6. TANAH LONGSOR 3.061.420 TINGGI
7. GEMPA BUMI 5.518.099 SEDANG
8. EPIDEMI & WABAH PENYAKIT 36.713 RENDAH
9. KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN 4.072.887 SEDANG
10. TSUNAMI 105.542 TINGGI
11. LETUSAN GUNUNG API BURNITELONG 22.154 TINGGI
12. LETUSAN GUNUNG API PEUT SAGOE 20.471 RENDAH
13. LETUSAN GUNUNG SEULAWAH AGAM 20.993 TINGGI
Sumber: Hasil Pengolahan KRB Provinsi Aceh Tahun 2016-2020
Untuk lebih jelasnya mengenal detail informasi mengenai kajian ancaman risiko
bencana Provinsi Aceh dapat dilihat pada Dokumen Kajian Risiko Bencana Provinsi
Aceh 2016-2020.
3.3. PENGKAJIAN KERENTANAN Pengkajian kerentanan diperoleh berdasarkan kondisi sosial budaya, fisik, ekonomi,
dan lingkungan. Komponen sosial budaya menentukan analisa keterpaparan berupa
kepadatan penduduk dan kelompok masyarakat rentan (rasio jenis kelamin, rasio kelompok
umur rentan, rasio penduduk miskin, dan rasio penduduk cacat). Komponen fisik
berdasarkan parameter rumah, fasilitas umum, dan fasilitas kritis. Komponen ekonomi
berdasarkan lahan produktif dan PDRB. Pengkajian komponen lingkungan berdasarkan
parameter hutan lindung, hutan alam, hutan bakau (mangrove), semak belukar, dan rawa.
Adapun sumber data yang digunakan untuk analisa kerentanan untuk setiap komponen
tersebut adalah:
1. Komponen sosial budaya dengan sumber data dari Kementerian Dalam Negeri)
Kemendagri tahun 2010 yang diperoyeksikan ke tahun 2015.
2. Komponen fisik dengan sumber data Podes untuk data jumlah rumah dan fasilitas
umum (fasilitas pendidikan dan kesehatan), serta untuk parameter jumlah fasilitas
kritis menggunakan data dari Badan Informasi Geospasial (BIG).
3. Komponen ekonomi dengan sumber data Provinsi Aceh Dalam Angka Tahun 2014.
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
54 | P a g e
4. Komponen lingkungan dengan sumber data Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan.
Secara umum pengkajian kerentanan menghasilkan potensi penduduk terpapar,
potensi kerugian rupiah (fisik dan ekonomi), serta potensi kerusakan lingkungan. Potensi
penduduk terpapar dihasilkan berdasarkan pengkajian indeks penduduk terpapar.
Sementara itu, potensi kerugian dan kerusakan lingkungan dikelompokkan ke dalam indeks
kerugian setiap bencana.
Berdasarkan tingkat ancaman dan jenis ancaman, maka tingkat kerentanan juga
berbeda. Untuk ancaman banjir, kekeringan, karhutla dan tanah longsor, berdasarkan
daerah yang terpapar dan intensitas ancaman, kerentanan lebih banyak terjadi pada sektor
eknomi dari pada sektor yang lain. Untuk tsunami, gempabumi, cuaca ekstrim dan banjir
bandang, selain berdampak pada sektor ekonomi, juga berdampak pada fisik, sosial budaya
dan lingkungan.
Akar permasalahan kerentanan berbeda utnuk tiap jenis ancaman. Untuk ancaman
banjir, kerentanan ekonomi khususnya pada sektor pertanian terjadi akibat lokasi areal
pertanian atau perkebunan yang yang berada pada daerah luapan banjir dan tidak
terlindungi, juga disebabkan oleh jenis tanaman dan pola tanam yang tidak mengadopsi isu
kebencanaan. Untuk ancaman tsunami, kerentanan terjadinya akibat tersebarnya dari
pemukiman yang padat dan pusat-pusat kegiatan masyarakat di pesisir pantai yang
merupakan daerah landaaan tsunami. Kondisi ini dipertinggi dengan tidak adanya rencana
tata ruang yang mengadopsi risiko bencana terutama bencana tsunami, tidak adanya sistim
EWS yang efektif, bangunan evakuasi dan komponen lainnya untuk pengurangan risiko
bencana tsunami. Kerentanan ancaman gempabumi, selain dipengaruhi oleh lokasi sumber
gempa, geologi dan geomorfologi, kondisi kontruksi bangunan menajdi faktor yang paling
penting dalam hal tingkat kerentanan. Dari beberapa kejdian bencana gempabumi di
provinsi aceh yang berhasil didata, ada beberapa tipe kerusakan seperti yang ditampilkan
pada Tabel 3.4 di bawah.
Tabel 3.4: Tipe-Tipe Kerusakan Rumak akibat Gempabumi di Provinsi Aceh
Tipe Kerusakan Deskripsi Kerusakan
C1L
Slight Terdapat retak-retak halus pada sebagian konstruksi kolom dan
balok di daerah sambungan antara keduanya
Moderate Terdapat retak-retak rambut pada seluruh rangka struktur
bangunan. Pada sebagian struktur bangunan yang tergolong
daktail akan terdapat tanda-tanda telah mencapai luluh berupa
retak yang lebih besar dan selimut beton mengelupas. Untuk
konstruksi yang tidak daktail maka akan terdapat retak geser dan
pengelupasan beton yang lebih luas.
Extensive Pada sebagian rangka bangunan telah mencapai puncak
kapasitasnya ditandai dengan retakan lentur yang lebar dan
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
55 | P a g e
tulangan baja di dalamnya mulai bengkok. Ini untuk bangunan
yang direncanakan dengan bagus. Untuk bangunan yang tidak
direncanakan untuk menahan beban gempa akan mengalami
keruntuhan akibat geser dan sebagian besar tulangan keluar, dan
sambungan gagal sehingga mengakibatkan keruntuhan sebagian.
Complete Hampir seluruh struktur bangunan akan mengalami kerusakan
atau runtuh.
C3L
Slight Terdapat retak diagonal terkadang horizontal pada dinding
Moderate Hampir seluruh dinding mengalami retak yang cukup lebar,
bahkan sebagian material pengisi dinding (bata) di daerah
sambungan antara kolom dan balok mengalami kehancuran.
Retak diagonal kemungkinan terjadi pada kolom dan balok beton.
Extensive Hampir seluruh dinding mengalami retak yang cukup lebar,
sebagian bata jatuh atau lepas (out-of-plane), sebagian dinding
bangunan runtuh. Kolom dan balok rangka bangunan mengalami
kegagalan geser sehingga mengalami pergeseran bahkan sebagian
runtuh.
Complete Bangunan runtuh
URML
Slight Retak halus berbentuk tangga dan diagonal pada dinding terutama
pada sekitar bukaan pintu dan jendela. Pergeseran balok lintel.
Moderate Retak diagonal pada seluruh dinding, dan sebagian bata mulai
jatuh.
Extensive Terdapat retak serius pada dinding berupa bukaan yang cukup
lebar. Tombak layar mulai runtuh
Complete Bangunan runtuh akibat in-plane atau pun out-plane
W1 dan W2
Slight Terjadi sedikit perpindahan pada jendela atau pintu serta koneksi
antara rangka.
Moderate Retakan pada ujung pintu dan jendela dan dinding mulai merekah
Extensive Dinding yang mulai terbuka dan hancur, lantai yang bergeser,
serta pergeseran yang cukup terlihat pada koneksi atau
sambungan antar rangka. Baut yang terlepas.
Complete Lepas sambungan antar rangka yang mengakibatkan keruntuhan
Sumber: Hasil Kajian Kerentanan Gempabumi, Yunita Idris-TDMRC, 2019
Dari data kerusakan pada Tabel 3.4 di atas, bisa dilihat ada beberapa permsalahan
yang harus di selesaikan antara lain adanya bangunan-bangunan publik yang dibangun
sebelum SNI 1726 2012 sehingga standar kontruksi tidak sesuai dengan intensitas ancaman
gempa bumi, bangunan-bangunan yang dibangun di jalur patahan aktif, pembangunan
rumah toko dan alterasi selanjutnya (penambahan tingkat ) tanpa mempertimbangkan
kekuatan pondai dan kolom, bangunan baru dengan standar kekuatan yang tidak
mempertimbangkan skenario gempa dengan intensitas merusak seperti yang ada di
keluarkan oeh Pusgen, serta faktor perlemahan kapasitas bangunan (Korosi) khususnya pada
daerah-daerah pesisir pantai.
Untuk lebih jelasnya nilai kerentanan tiap sektor untuk tiap ancaman dapat dilihat
pada Tabel 3.5 dan Tabel 3.6 di bawah.
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
56 | P a g e
Rekapitulasi hasil potensi penduduk terpapar setiap bencana di Provinsi Aceh dapat
dilihat pada Tabel 3.5 di bawah ini.
Tabel 3.5 Potensi Penduduk Terpapar Bencana di Provinsi Aceh
Sumber: KRB Provinsi Aceh Tahun 2016-2020
Sementara itu, hasil pengkajian potensi kerugian setiap bencana di Provinsi Aceh dapat
dilihat pada Tabel 3.6 berikut.
Tabel 3.6 Potensi Kerugian Bencana dan Kerusakan Lingkungan di Provinsi Aceh
Sumber: KRB Provinsi Aceh Tahun 2016-2020
Tabel 3.6 di atas memperlihatkan potensi kerugian untuk setiap bencana di Provinsi
Aceh. Khusus kekeringan dan epidemi dan wabah penyakit tidak memiliki kerugian fisik
karena kedua bencana tersebut tidak memberikanpengaruh ataupun tidak memiliki
parameter terkait fisik sebagai dasar pengkajian, sedangkan gempabumi, cuaca ekstrim, dan
epidemi dan wabah penyakit tidak memiliki potensi kerugian berupa kerusakan lingkungan
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
57 | P a g e
karena tidak memberikan dampak, berpengaruh, ataupun dipengaruhi oleh keadaan
lingkungan. Epidemi dan wabah penyakit juga tidak memiliki potensi pada kerugian
ekonomi.
Berdasarkan penggabungan indeks penduduk terpapar dan indeks kerugian maka
diperoleh hasil kajian kerentanan untuk setiap bencana di Provinsi Aceh. Adapun kelas
kerentanan tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.7 berikut.
Tabel 3.7 Kelas Kerentanan Bencana Di Provinsi Aceh
Sumber: KRB Provinsi Aceh Tahun 2016-2020
Untuk lebih jelasnya mengenal detail informasi mengenai kajian kerentanan risiko
bencana Provinsi Aceh dapat dilihat pada Dokumen Kajian Risiko Bencana Provinsi
Aceh 2016-2020.
3.4. PENGKAJIAN KAPASITAS Kapasitas (capacity) merupakan kekuatan dan potensi yang dimiliki oleh perorangan,
keluarga, dan masyarakat yang membuat mereka mampu mencegah, mengurangi, siaga,
menghadapi dengan cepat atau segera pulih dari suatu kedaruratan dan bencana. Aspek
kapasitas ataupun kemampuan antara lain kebijakan daerah, kesiapsiagaan, dan partisipasi
masyarakat. Pemetaan kapasitas daerah dilihat dari komponen ketahanan daerah dalam
penanggulangan bencana. Komponen ketahanan daerah ditujukan untuk mengukur
kemampuan pemerintah daerah dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana. Kajian
ketahanan daerah dilakukan berdasarkan pertunjuk teknis (JUKNIS) perangkat penilaian
indeks ketahanan daerah (71 indikator) yang merupakan perangkat baru untuk penilaian
kapasitas daerah yang dikeluarkan oleh BNPB.
Secara umum, penilaian ketahanan daerah ini mengacu kepada 7 (tujuh) prioritas
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
58 | P a g e
program pengurangan risiko bencana. Pencapaian prioritas-prioritas pengurangan risiko
bencana ini diukur dengan 71 indikator pencapaian. Berdasarkan pemetaan hasil indikator-
indikator di setiap prioritas penentuan kapasitas, maka diperoleh indeks ketahanan dalam
menghadapi bencana-bencana yang berpotensi di Provinsi Aceh. Hasil indeks ketahanan
daerah di bagi dalam dua bagian, indeks ketahanan level kabupaten/kota dan indeks
ketahanan level provinsi. Indeks ketahanan total adalah nilai rata-rata antara nilai rata-rata
kabupaten/kota dengan nilai level provinsi.
Hasil indeks ketahanan level kabupaten/kota dan Provinsi Aceh serta nilai akhir dapat
dilihat pada Tabel 3.8 dan Gambar 3.2.
Tabel 3.8 Nilai Kapasaitas Kabupaten/Kota dan Provinsi Aceh
o Kabupaten/Kota
Indeks Priroritas
Level Perkuatan Kebijakan
dan Kelembaga
an
Pengkajian Risiko
dan Perencan
aan Terpadu
Pengembangan
Sistem Informasi,
Diklat dan
Logistik
Penanganan
Tematik Kawasan Rawan
Bencana
Peningkatan Efektivitas
Pencegahan dan
Mitigasi Bencana
Perkuatan Kesiapsiagaan
dan Penanganan
Darurat Bencana
Pengembangan Sistem
Pemulihan
Bencana
Indeks Kapasitas
Daerah
1 Aceh Timur 0,45 0,2 0,31 0,43 0,15 0,24 0,20 0,25 Rendah
2 Nagan Raya 0,45 0,53 0,41 0,47 0,15 0,46 0,40 0,39 Rendah
3 Bireun 0,28 0,20 0,20 0,20 0,15 0,10 0,20 0,16 Rendah
4 Lhokseumawe 0,66 0,53 0,36 0,39 0,15 0,10 0,20 0,23 Rendah
5 Aceh Tamiang 0,74 0,60 0,74 1,00 0,15 0,50 1,00 0,59 Sedang
6 Langsa 0,64 0,20 0,69 1,00 0,15 0,42 1,00 0,53 Sedang
7 Bener Meriah 0,65 0,40 0,92 1,00 0,75 0,50 1,00 0,71 Sedang
8 Aceh Tengah 0,42 0,40 0,52 0,69 0,75 0,29 0,41 0,48 Sedang
9 Aceh Singkil 0,52 0,80 0,33 0,44 0,35 0,30 0,25 0,36 Rendah
10 Subulussalam 0,56 0,27 0,36 0,27 0,35 0,30 0,30 0,33 Rendah
11 Gayo Lues 0,80 0,20 0,56 0,46 0,55 0,26 0,37 0,41 Sedang
12 Aceh Tenggara 0,80 0,60 0,56 0,46 0,55 0,26 0,37 0,43 Sedang
13 Aceh Utara 0,83 0,8 0,78 0,52 0,55 0,44 0,34 0,53 Sedang
14 Banda Aceh 0,87 0,73 0,85 0,72 0,75 0,48 0,57 0,64 Sedang
15 Pidie 0,68 0,83 0,46 0,45 0,65 0,48 0,52 0,55 Sedang
16 Pidie Jaya 0,58
0,30
0,39
0,25
0,65
0,41
0,36 0,44 Sedang
17 Aceh Selatan 0,64 0,63 0,44 0,35 0,35 0,33 0,36 0,39 Rendah
18 Aceh Barat 0,59 0,40 0,33 0,30 0,35 0,33 0,36 0,36 Rendah
19 Aceh Jaya 0,45 0,20 0,31 0,30 0,35 0,35 0,36 0,34 Rendah
20 Aceh Besar 0,68 1,00 0,47 0,45 0,65 0,39 0,42 0,51 Sedang
21 Aceh Barat Jaya 0,52 0,27 0,36 0,27 0,35 0,30 0,30 0,33 Rendah
22 Simeulue 0,47 0,60 0,30 0,33 0,45 0,33 0,36 0,38 Rendah
23 Sabang 0,54 0,63 0,43 0,43 0,45 0,33 0,36 0,41 Sedang
24 Provinsi Aceh 0,88 0,87 0,68 0,52 0,70 0,44 0,74 0,61 Sedang
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
59 | P a g e
Gambar 3.2 Grafik Kapasaitas Kabupaten/Kota dan Provinsi Aceh
Dari gambar di atas, menjelaskan bahwa selama ini Indeks Prioritas Provinsi Aceh dan
mengacu dari 23 Kabupaten/Kota pada Tahun 2019, lebih mengarah ke Prioritas 2: Yaitu
Pengkajian Risiko dan Perencanaan Terpadu dengan indeks 0,63. Disusul Prioritas 1:
Penguatan Kebijakan Dan Kelembagaan dengan indeks 0,54, kemudian Prioritas 5:
Peningkatan Efektivitas Pencegahan Dan Mitigasi Bencana dengan indeks 0,45 dan
seterusnya seperti tergambar pada tabel kapasitas diatas.
Dari nilai indeks masing-masing prioritas yang diukur, membuktikan bahwa di Provinsi
Aceh masih sangat minim dalam upaya kesiapsiagaan dan penanganan darurat bencana. Hal
inilah, yang mengharuskan kita untuk menyusun kembali rencana penanggulangan bencana,
sehingga kita bisa lebih siaga dan waspada dalam menghadapi bencana dan melakukan
penanggulangan bencana secara terarah dan terukur serta mengetahui kewenangan dan tugas
masing-masing.
3.5. PENGKAJIAN RISIKO BENCANA Pengkajian risiko bencana merupakan penggabungan hasil pengkajian bahaya,
kerentanan dan kemampuan/kapasitas suatu daerah terhadap bencana. Tujuan yang
dimaksud dari penilaian risiko adalah untuk menentukan skala prioritas tindakan yang
dibuat dalam bentuk rencana kerja dan rekomendasi guna mengurangi risiko bencana di
daerah. Risiko bencana merupakan potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
60 | P a g e
suatu wilayah dan kurun waktu tertentu berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam,
hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan
masyarakat. Penilaian risiko bencana menentukan tingkat risiko bencana. Selain itu,
penilaian juga diproyeksikan ke dalam peta risiko bencana untuk setiap bahaya dan peta
risiko multi bahaya.
Tingkat risiko bencana memiliki keterkaitan dengan peta bahaya, peta kerentanan, dan
peta kapasitas. Penentuan tingkat risiko bencana dirumuskan berdasarkan analisis dari
pengkalian tingkat bahaya dengan tingkat kerentanan yang berbanding terbalik dengan
tingkat kapasitas. Hasil penilaian indeks tersebut dikelompokkan berdasarkan analisis
tingkat sesuai dengan pedoman pengkajian risiko bencana. Berdasarkan proses pengkajian
tersebut, maka diperoleh tingkat risiko bencana Provinsi Aceh seperti pada Tabel 3.9
Tabel 3.9 Tingkat Risiko Bencana di Provinsi Aceh
Sumber: KRB Provinsi Aceh Tahun 2016-2020
Tabel 3.9 menunjukkan tingkat risiko setiap potensi bencana di Provinsi Aceh.
Tingkat risiko tersebut adalah sedang dan tinggi. Tingkat risiko sedang berpotensi terhadap
bencana epidemi dan wabah penyakit, Kekeringan serta letusan gunung api burnitelong
sedangkan bencana lainnya memiliki tingkat risiko tinggi.
Untuk ancaman banjir, walaupun tingkat ancaman dominan sedang, namun kawasan
yang terdampak banjir adalah daerah pemukiman, pusat kegiatan dan daerah pertanian dan
perkebunan dengan tingkat kerentanan yang tinggi seperti dijelasakan pada bagian
kerentanan dan indeks kapasitas yang rendah maka tingkat risiko menjadi tinggi. Begitu juga
dengan kondisi ancaman gempabumi, karhutla dan cuaca ekstrim dimana kondisi
permasalahan kerentanan dan indeks kapasitas yang rendah yang menyebabkan tingkat
risiko menjadi tinggi. Ancaman dengan tingkat risiko tinggi dimana permasalahan
kerentanan yang cukup significant perlu menjadi prioritas dalam kegiatan pengurangan
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
61 | P a g e
risiko bencana. Untuk gambaran sebaran risiko tiap ancaman dapat dilihat pada peta risiko
bencana pada Lampiran.
Untuk lebih jelasnya mengenal detail informasi mengenai kajian risiko bencana
Provinsi Aceh dapat dilihat pada Dokumen Kajian Risiko Bencana Provinsi Aceh
2016-2020.
3.6. BENCANA PRIORITAS Bencana prioritas untuk dokumen RPB Provinsi Aceh tahun 2017-2022, dianalisa
dengan mengkombinasikan tiga aspek. Aspek yang pertama adalah tingkat risiko bencana,
yang dianalisa dan dikategorikan dengan menggunakan jumlah populasi dan jumlah
bangunan yang terdampak dgi (untuk tiap jenis bencana). Aspek yang kedua adalah
kecenderungan risiko bencana, yang dianalisa dengan melihat data sejarah bencana yang
diperoleh dari data BPBD Kabupaten/Kota, DIBI (BNPB), atau sumber data lainnya yang
telah di bahas pada Bab 2.3. Aspek ketiga adalah kewenangan daerah atau wilayah baik hal
kegiatan pengurangan risiko bencana serta hasil diskusi dari tim Penyusun.
Dari bencana prioritas awal hasil analisa matrik (Gambar 3.3) antara tingkat risiko
dengan kecenderungan, akan dilihat kewenangan kegiatan pengurangan risiko bencana dan
hasil diskusi yang kemudian akan menjadi bencana prioritas akhir.
Tingkat risiko di ambil dari hasil analisa dokumen KRB provinsi Aceh Tahun 2016-2020
yang ditampilkan pada Tabel 3.9 di atas.
Gambar 3.3 Matrik Bencana Prioritas Awal Provinsi Aceh
Rendah Sedang Tinggi
Me
nu
run
Epidemi dan Wabah Penyakit
Teta
p Kekeringan, Letusan Gunung
ApiTsunami Gempa Bumi
Me
nin
gkat
Kebekaran Hutan dan Lahan
Banjir Bandang, Gelombang
Ekstrim dan Abrasi, Tanah
Longsor
Banjir, Cuaca Ekstrim
Bencana Prioritas Utama Awal
Bencana Prioritas Kedua Awal
Bencana Non Prioritas Awal
Ke
cen
de
run
gan
Tingkat RisikoAncaman
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
62 | P a g e
Dari matrik di atas, berdasarkan kewenangan penanggulangan dan kegiatan
pengurangan risiko bencana, disimpulkan:
1. Bencana pada prioritas 1 adalah bencana dengan tingkat risiko tinggi dengan
kecenderungan risiko naik, dan kewenangannya yaitu bencana banjir.
2. Bencana pada prioritas 2 adalah bencana dengan tingkat risiko tinggi dan sedang
dengan kecenderungan risiko tetap dan meningkat dengan dampak yang cukup besar
dan harus di tangani dalam level provinsi, yaitu bencana gempabumi, Karhutla,
tsunami, dan Banjir Bandang.
3. Bencana pada prioritas 3 adalah bencana yang bersifat lokal yang mampu ditangani
dalam level kabupaten/kota mengcakupi: Epidemi dan Wabah Penyakit, Letusan
Gunung Api, Tanah Longsor, Gelombang ekstrim dan Abrasi dan Cuaca Ekstrim.
Untuk lebih jelasnya hasil akhir dari Bencana Prioritas Dokumen RPB Provinsi Aceh Tahun
2017-2022 dapat dilihat di Tabel 3.10 di bawah.
Tabel 3.10 TBencana Prioritas Dokumen RPB Provinsi Aceh Tahun 2017-2022
No. Jenis Bencana Tingkat Prioritas
1 Banjir Prioritas 1 2 Tsunami Prioritas 2 3 Gempa Bumi Prioritas 2 4 Banjir Bandang Prioritas 2 5 Karhutla Prioritas 2 6 Letusan Gunung Api Prioritas 3 7 Epidemi dan Wabah Penyakit Prioritas 3 8 Cuaca Ekstrim (Angin Puting Beliung) Prioritas 3 9 Gelombang Ekstrim dan Abrasi Prioritas 3
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
63 | P a g e
BAB IV KEBIJAKAN PENANGGULANGAN
BENCANA ACEH
Kebijakan penanggulangan bencana harus berdasarkan prinsip-prinsip yang dipegang
teguh oleh seluruh masyarakat Aceh. Prinsip ini terbentuk dari nilai-nilai komunitas yang
dicita-citakan oleh masyarakat sebagai dasar karakter daerah. Karakter Penanggulangan
Bencana Aceh adalah:
1. Sesuai dengan nilai-nilai syariah
2. Taat dan patuh pada aturan
3. Terpadu dan menyeluruh
4. Mandiri dan partisipatif
5. Transparan dan akuntabel.
Berdasarkan karakter ini, Aceh menyusun kebijakan pembangunan, yang termasuk
didalamnya kebijakan penanggulangan bencana.
4.1. Visi dan Misi Visi Penanggulangan Bencana Provinsi Aceh adalah :
“Provinsi Aceh yang Tangguh Menghadapi Bencana dengan Budaya Sadar
Bencana ”
Visi tersebut diwujudkan dalam Misi Penanggulangan Bencana sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan penanggulangan bencana secara menyeluruh, sitematis dan
terencana
2. Mendorong terwujudnya koordinasi, integrasi dan sinergitas serta sinkronisasi
pembangunan daerah dalam upaya penanggulangan bencana.
3. Melindungi daerah dari ancaman bencana melalui penanganan risiko bencana
secara cepat dan tepat.
4. Mengoptimalkan kerjasama dan kemitraan antara Pemerintah Daerah,
Kalangan Swasta dan Masyarakat dalam penyelenggaraan penanggulangan
bencana yang Terintegrasi, Sistematis, Terorganisir, Tepat dan Rukun.
5. Memberdayakan masyarakat dengan prinsip pemberian otoritas pada
masyarakat untuk mengenali risiko bencana yang dihadapi dan mengupayakan
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
64 | P a g e
pemecahan yang terbaik dengan melakukan kegiatan pengurangan risiko
bencana
6. Memberi perhatian khusus terhadap permasalahan banjir dengan fokus antara
lain penyusunan masterplan pengendalian banjir, normalisasi sungai,
penertiban dan penataan sempadan sungai, pembuatan waduk, melakukan
pengerukan muara, badan sungai, dan saluran yang menjadi tanggung jawab
Provinsi Aceh, meningkatkan kerjasama pengendalian banjir dengan
Pemerintah Pusat terutama untuk daerah-daerah DAS yang menjadi tanggung
jawab pusat.
4.2. Regulasi Penanggulangan Bencana Daerah Kebijakan penanggulangan bencana Provinsi Aceh Jakarta disusun atas regulasi dan
kelembagaan penanggulangan bencana. Regulasi yang menjadi dasar pelaksanaan
penanggulangan bencana di Provinsi Aceh adalah:
1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723)
2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran
Negara)
3. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817)
4. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828)
5. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan
Pengelolaan Bantuan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 43, Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4829)
6. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2008 tentang Peran Serta Lembaga
Internasional dan Lembaga Asing Non-Pemerintah dalam Penanggulangan
Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 44,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4830)
7. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833)
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
65 | P a g e
8. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 4 Tahun
2008 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana
9. Qanun Aceh Nomor 5 Tahun 2010 tentang Penanggulangan Bencana (Tambahan
Lembaran Aceh Tahun 2011 Nomor 31)
10. Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2010 tentang Pembentukan Susunan Organisasi
dan Tata Kerja Badan penanggulangan Bencana Aceh (Tambahan Lembaran
Daerah Aceh Nomor 32)
11. Peraturan Gubernur Aceh Nomor 26 Tahun 2010 tentang Perubahan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Aceh Tahun 2007-2012.
12. Peraturan Gubernur Nomor 43 Tahun 2010 tentang Sistem Peringatan Dini dan
Penanganan Darurat Bencana Tsunami Aceh
4.3. Kelembagaan Penanggulangan Bencana Daerah Berdasarkan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana, lembaga utama yang khusus menangani penanggulangan bencana di tingkat
provinsi adalah Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), untuk Aceh menjadi Badan
Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA). BPBA merupakan Satuan Perangkat Kerja Aceh
yang dibentuk berdasarkan Qanun No. 6 Tahun 2010 yang dipimpin oleh seorang Pejabat
Eselon Ib (dalam hal ini Sekretaris Daerah selaku Kepala BPBA secara ex-oficio). SKPA ini
bertugas untuk merumuskan dan menetapkan kebijakan terhadap usaha penanggulangan
bencana yang mencakup pencegahan dan mitigasi bencana, kesiapsiagaan, penanganan
darurat, rehabilitasi serta rekonstruksi secara adil dan setara, serta melakukan
pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu,
dan menyeluruh.
Dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, BPBA tidak bekerja sendiri tetapi
bekerja sama dengan SKPA, lembaga dan instansi terkait. Sampai dengan akhir bulan Maret
2011 dari 23 kabupaten/kota yang ada diwilayah Aceh baru 22 kabupaten/kota yang sudah
membentuk BPBD baik dengan mempergunakan Qanun maupun dengan Peraturan Bupati
atau Peraturan Walikota sebagai dasar pembentukan BPBD. Kabupaten/kota yang belum
membentuk BPBD adalah Kota Sabang yang mana urusan penanggulangan kebencanaan
masih berada di SKPD Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat. Dari
22 Kabupaten/kota yang telah membentuk BPBD ada 3 kabupaten/kota yang membentuk
BPBD dengan tingkatan Klas B (Kepala Pelaksana BPBD dipimpin oleh pejabat setingkat
eselon III) yaitu Kabupaten Aceh Barat Daya, Aceh Jaya dan Bireuen.
Selain badan penanggulangan bencana pemerintah, di tingkat provinsi Aceh telah
dibentuk Forum Pengurangan Risiko Bencana Aceh (Forum PRB - Aceh), yakni sebuah
forum independen untuk mendorong serta memfasilitasi kerjasama antar pihak dalam upaya
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
66 | P a g e
pengurangan risiko bencana di Indonesia. Forum PRB – Aceh telah melaksanakan Kongres I
pada tanggal 24 – 25 November 2010 di Banda Aceh berupaya mewadahi semua kepentingan
terkait kebencanaan serta membantu menyelaraskan berbagai kebijakan, program dan
kegiatan PRB di tingkat provinsi, agar dapat mendukung tercapainya tujuan-tujuan PRB
Aceh dan terwujudnya ketahanan dan ketangguhan daerah terhadap bencana, selaras dengan
tujuan-tujuan Kerangka Sendai Frame Work serta IKD (indikator Ketahanan Daerah).
Selain Forum PRB Aceh, ada pula platform atau forum PRB sektoral yang dibentuk
oleh para pihak berkepentingan menurut sektor atau isu-isu tertentu, seperti Forum ADEF
(Aceh Disaster Education Forum) dimana Dinas Pendidikan Aceh sebagai koordinatornya,
selain itu juga ada PACC (Public Awarness Coordination Committee/ Komite Koordinasi
Penyadaran Publik Aceh) dimana Dinas Perhubungan Komunikasi Informasi dan
Telematika sebagai koordinatornya.
4.4. Strategi dan Sasaran Penanggulangan Bencana Daerah Keterbatasan kewenangan penyelenggaraan pemerintahan dan keterbatasan
sumberdaya yang dialokasikan untuk penyelenggaraan penanggulangan bencana juga
menjadi salah satu faktor pertimbangan utama untuk memilih bentuk fasilitasi yang dapat
diberikan oleh pemerintah Provinsi kepada pemerintah kabupaten/kota.
Batasan kewenangan dan keterbatasan sumber daya ini menyebabkan pemerintah
Provinsi perlu menerapkan strategi khusus dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana
yang dimuat dalam Rencana Penanggulangan Bencana. Oleh karena itu berbagai fungsi yang
melekat pada pemerintah Provinsi perlu dicermati sebagai dasar penyusunan kebijakan dan
strategi penanggulangan bencana . Peran teknis pemerintah Propinsi terbatas hanya pada
aset Propinsi yang berada di daerah. Peran teknis lain yang mungkin diemban oleh Provinsi
di daerah adalah pada masa darurat bencana, pada saat kabupaten/ kota tidak mampu
menangani bencana yang timbul.
Untuk mencapai visi mewujudkan Provinsi Aceh yang tangguh terhadap bencana
dengan budaya sedar bencana, maka perlu untuk menjalankan tiga strategi pokok, yaitu:
I. Pengurangan Risiko Bencana II. Perkuatan Kesiapsiagaan dan Penanganan Darurat Bencana
III. Pengembangan Sisitm Pemulihan Dampak Bencana
Pembahasan dari ketiga strategi ini Akan dijelaskan lebih lanjut dibawah ini.
Strategi I: Pengurangan Risiko Bencana
Cakupan Strategi I adalah:
1. Penguatan Regulasi dan Kapasitas Kelembagaan.
2. Pengkajian Risiko Dan Perencanaan
3. Pengembangan Sistem Informasi, Diklat Dan Logistik
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
67 | P a g e
4. Penanganan Tematik Kawasan Rawan Bencana
5. Peningkatan Efektivitas Pencegahan Dan Mitigasi Bencana
Penguatan Regulasi dan Kapasitas Kelembagaan
Pemerintah Provinsi Aceh perlu melakukan beberapa review terhadap peraturan dan
mekanisme penanggulangan bencana yang berlaku ditingkat Provinsi saat ini. Beberapa
poin perkuatan ada pada mekanisme pembagian kewenangan dan sumber daya, serta
mekanisme pengalokasian anggaran untuk kegiatan-kegiatan penanggulangan bencana.
Perkuatan kemampuan anggaran dapat dilakukan dengan memperjelas mekanisme
pembagian kewenangan dan sumber daya berdasarkan peran dan tanggungjawab antara
Propinsi dengan Kabupaten/Kota. Selain itu pemerintah daerah juga perlu mendukung
pengangggaran dengan regulasi yang relevan dan sistimatis dengan masyarakat dan
institusi non pemerintah sebagai pendukung penyelenggaraan penanggulangan bencana.
Dukungan dan kewenangan anggaran tersebut didapatkan dari keterlibatan semua pihak.
Adanya mekanisme partisipatif yang mengikutsertakan pemangku kepentingan akan
membuat dampak positif yang lebih besar terhadap pembangunan upaya penanggulangan
bencana terutama pada pemulihan pasca bencana.
Untuk fokus pembangunan kapasitas kelembagaan dalam penanganan darurat bencana,
pemerintah Provinsi Aceh perlu menyusun prosedur operasi standar penanganan darurat
bencana. Prosedur ini telah direview dan disesuaikan dengan rencana kontinjensi serta
disinkronisasi dengan prosedur internal masing masing institusi terkait. Upaya ini perlu
dilakukan review berkala serta diperkuat dengan aturan daerah tentang mekanisme
pengawasan dan evaluasi pelaksanaan operasi tanggap darurat bencana.
Upaya lain adalah dengan pemenuhan pengadaan peralatan dan perlengkapan yang
dibutuhkan. Hal ini juga perlu dilakukan untuk perkuatan kelembagaan dalam
pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana. Selain itu untuk mengevaluasi dan
menjamin pelaksanaan operasi darurat bencana lebih efektif, perlu diselenggarakan
latihan secara periodik.
Pengkajian Risiko Dan Perencanaan
Untuk mengoptimalkan hasil kajian risiko bencana, pemerintah perlu mengintegrasikan
dokumen kajian risiko bencana dengan memperhitungkan kebijakan penanggulangan
bencana lintas batas wilayah administrasi. Oleh karena itu pemerintah perlu membangun
kerjasama lintas batas dengan daerah tetangga dalam pelaksanaan upaya-upaya
penanggulangan bencana pada masa sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana. Sebagai
contoh kerjasama dalam dukungan anggaran baik APBN maupun APBA untuk
memperbaiki daerah aliran sungai (DAS) di Provinsi Aceh.
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
68 | P a g e
Pemerintah Provinsi Aceh diharapkan dapat menggunakan hasil kajian risiko bencana
untuk memperkuat perencanaan daerah. Dengan demikian maka rencana pembangunan
daerah diharapkan dapat tersinkronisasi dengan upaya- upaya penanggulangan bencana.
Disamping itu Pemerintah Provinsi Aceh diharapkan telah mulai mendorong penyusunan
dokumen kajian risiko bencana di tingkat kabupaten/kota. Dokumen kajian bencana ini
meliputi semua jenis ancaman bencana yang ada di kabupaten/kota tersebut. Hal ini
dilakukan agar perencanaan penanggulangan bencana dapat dilakukan secara optimal
dan terpadu.
Pengembangan Sistem Informasi, Diklat Dan Logistik
Dalam meningkatkan kapasitas, Pemerintah Provinsi Aceh perlu menyusun pedoman
dan pendukung proses belajar mengajar terkait pengurangan risiko bencana pada
lembaga pendidikan formal dan nonformal. Upaya yang dapat dilakukan di sekolah
dengan cara menyediakan bantuan pengadaan buku pegangan dan bahan ajar untuk
pendidikan siaga bencana sesuai dengan jenjang pendidikan. Sedangkan di tingkat daerah
dapat dilakukan dengan pembangunan pustaka riset kebencanaan daerah. Dengan
harapan informasi data base dan katalog hasil riset dapat diakses secara luas oleh
masyarakat di Provinsi Aceh.
Dalam menerapkan hasil riset, pemerintah perlu pendayagunaan hasil riset untuk
mengurangi risiko bencana secara terstruktur dengan memberdayakan perguruan tinggi,
peneliti internal dan pegawai pemerintah. Pemberdayaan ini lebih dikhususkan dalam
melakukan riset untuk memantau ancaman bencana dan menurunkan kerentanan daerah.
Sehingga dapat mengintegrasikan hasil riset kedalam kebijakan dan perencanaan
penanggulangan bencana.
Komunikasi dan sinkronisasi antar pelaku riset kebencanaan di daerah akan lebih optimal
dengan adanya forum riset. Adanya forum ini akan memudahkan pemerintah dalam
mengidentifikasi dan mengumpulkan hasil riset-riset kebencanaan daerah. Berbagai
upaya dan inovasi yang didapatkan melalui pengembangan riset akan dapat mengurangi
risiko bencana secara terstruktur.
Internalisasi kearifan lokal masyarakat Aceh yang telah berkembang dan kemudian
terlupakan perlu dilaksanakan. Internalisasi ini kemudian perlu diintegrasikan dalam
upaya pengurangan risiko bencana di Aceh. Tidak hanya itu, internalisasi perlu
dilaksanakan untuk menjamin memori kolektif masyarakat terhadap kejadian bencana
yang pernah terjadi di Aceh dan sekitarnya. Strategi efektif dalam membangun memori
kolektif masyarakat secara berkelanjutan adalah dengan menggunakan sarana pendidikan
formal. Tidak hanya berdasarkan kearifan lokal, pendidikan formal juga perlu
dikembangkan dengan kajian dan temuan ilmiah. Penggabungan ini diharapkan mampu
menjamin komprehensifitas pendidikan kebencanaan pada peserta didik dalam upaya
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
69 | P a g e
pengurangan risiko bencana dengan pembentukan sekolah dan madrasah aman bencana.
Pendidikan kebencanaan pada jenjang pendidikan formal perlu disusun dalam sebuah
kurikulum yang memadai. Kurikulum tersebut perlu menyeimbangkan antara teori dan
praktik. Perimbangan tersebut perlu diperhatikan untuk memastikan bahwa keterampilan
teknis dan praktis peserta didik berkembang bersamaan dengan pemahaman dan
komitmennya dalam upaya pengurangan risiko bencana. Tidak hanya pada jenjang
pendidikan formal, kurikulum standar juga dibutuhkan untuk meningkatkan kapasitas
pelaksana penanggulangan bencana di pemerintahan. Kurikulum lebih diarahkan kepada
standar kompetensi minimal yang perlu dimiliki oleh setiap orang berdasarkan fungsi dan
tugas masing-masing institusi sesuai dengan prosedur operasi standar daerah dan
mekanisme lainnya yang berlaku di Aceh.
Penanganan Tematik Kawasan Rawan Bencana
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Aceh belum
mempertimbangkan prinsip-prinsip pengurangan risiko bencana untuk mengurangi risiko
yang ada serta mencegah peningkatan risiko. Pemerintah Daerah Provinsi Aceh perlu
melakukan peninjauan ulang terhadap RTRW tersebut, sehingga RTRW Provinsi Aceh
mampu mengintegrasikan berbagai kajian penanggulangan bencana dalam perencanaan
tata ruang wilayah.
Informasi penataan ruang perlu di akses oleh publik. Masyarakat dan pemangku
kepentingan lainnya perlu mengetahui informasi penata ruangan wilayah, sehingga
masyarakat mampu secara mandiri menggunakan informasi tersebut untuk mengurangi
risiko bencananya secara parsial. Salah satu penyebab kurangnya inisiatif ini adalah
belum konsistennya pemberian tindakan hukum bagi pelanggaran RTRW di Provinsi
Aceh.
Selain integrasi isu kebencanaan, internalisasi kearifan lokal masyarakat Aceh yang telah
berkembang dan kemudian terlupakan perlu dilaksanakan. Internalisasi ini kemudian
perlu diintegrasikan dalam upaya pengurangan risiko bencana di Aceh. Tidak hanya itu,
internalisasi perlu dilaksanakan untuk menjamin memori kolektif masyarakat terhadap
kejadian bencana yang pernah terjadi di Aceh dan sekitarnya. Strategi efektif dalam
membangun memori kolektif masyarakat secara berkelanjutan adalah dengan
menggunakan sarana pendidikan formal. Tidak hanya berdasarkan kearifan lokal,
pendidikan formal juga perlu dikembangkan dengan kajian dan temuan ilmiah.
Penggabungan ini diharapkan mampu menjamin komprehensifitas pendidikan
kebencanaan pada peserta didik dalam upaya pengurangan risiko bencana dengan
pembentukan sekolah dan madrasah aman bencana. Pendidikan kebencanaan pada
jenjang pendidikan formal perlu disusun dalam sebuah kurikulum yang memadai.
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
70 | P a g e
Kurikulum tersebut perlu menyeimbangkan antara teori dan praktik. Perimbangan
tersebut perlu diperhatikan untuk memastikan bahwa keterampilan teknis dan praktis
peserta didik berkembang bersamaan dengan pemahaman dan komitmennya dalam
upaya pengurangan risiko bencana. Tidak hanya pada jenjang pendidikan formal,
kurikulum standar juga dibutuhkan untuk meningkatkan kapasitas pelaksana
penanggulangan bencana di pemerintahan. Kurikulum lebih diarahkan kepada standar
kompetensi minimal yang perlu dimiliki oleh setiap orang berdasarkan fungsi dan tugas
masing-masing institusi sesuai dengan prosedur operasi standar daerah dan mekanisme
lainnya yang berlaku di Aceh.
Selain pendidikan sektor kesehatan perlu juga perlu melaksanakan program pengurangan
risiko bencana seperti mengintegarsi isu kebencanaan ke dalam sistim rumah sakit dan
puskesmas dengan mengadopsi atau melaksanakan program rumah sakit dan puskesmas
aman bencana. Program ini perlu diprioritaskan pada rumah sakit dan puskesmas yang
berada pada daerah-daerah dengan risiko bencana yang tinggi.
Terakhir, peningkatan kapasitas masyarakat perlu dilakukan melalui upaya-upaya
membangun desa-desa percontohan atau yang biasa disebut dengan desa tangguh
bencana untuk Kesiapsiagaan Bencana serta dengan menggunakan sebagian dana desa
untuk kegiatan PRB sangat diharapkan implementasinya sehingga perekonomian
masyarakat juga meningkat akibat tidak terganggunya kegiatan ekonomi akibat bencana.
Diharapkan desa-desa percontohan ini akan menjadi stimulan bagi masyarakat untuk
membudayakan kesiapsiagaan bencana dalam kehidupan bermasyarakat.
Sinkronisasi dan pengembangan program pengentasan kemiskinan pemerintah secara
sektoral di zona prioritas penanggulangan bencana provinsi juga menjadi salah satu fokus
dalam strategi ini. Banyaknya program pengentasan kemiskinan yang diinisiasi oleh
pemerintah dan berbagai lembaga diluar pemerintah perlu diarahkan untuk secara
signifikan mengurangi tingkat kemiskinan di daerah berisiko.Pengembangan mata
pencarian alternatif juga perlu dilaksanakan di daerah-daerah berisiko. Pada skala
provinsi upaya ini dapat difokuskan pada Zona Prioritas Penanggulangan Bencana Aceh.
Tidak hanya membutuhkan kerjasama antara instansi terkait pengentasan kemiskinan,
kebijakan ini juga dapat dilaksanakan dengan menghimpun inisiatif para pengusaha
dalam mengadakan permodalan, kendali mutu hingga pasar produk mata pencarian
alternatif masyarakat miskin di daerah berisiko bencana.
Peningkatan Efektivitas Pencegahan Dan Mitigasi Bencana
Pencegahan bencana dilaksanakan dengan memberikan perlakuan di sumber bencana
sehingga menghilangkan ancaman sehingga kejadian bencana dapat dihilangkan. Mitigasi
bencana dilaksanakan dengan membangun zona penghalang antara potensi bencana
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
71 | P a g e
dengan faktor risiko yang ada. Mitigasi dapat berupa struktural yaitu dengan memperkuat
bangunan dan insfrastruktur yang berpotensi terkena bencana seperti membuat kode
bangunan, desain rekayasa dan lain-lain, maupun dengan melakukan mitigasi non
struktural dengan meningkatkan pemahaman akan besarnya potensi bencana, menjaga
kepekaan dan kesiapsiagaan agar melakukan tindakan akurat sebelum atau ketika
bencana.
Strategi II: Perkuatan Kesiapsiagaan dan Penanganan Darurat Bencana
Kesiapsiagaan merupakan kebijakan yang perlu diambil bila upaya pencegahan dan
mitigasi belum dirasa optimal. Kunci keberhasilan kesiapsiagaan adalah keberhasilan
proses evakuasi masyarakat yang didukung oleh sistem pendeteksian ancaman dan sistem
peringatan dini. Kolaborasi antara kultur dan teknologi (struktur) sangat penting dalam
mewujudkan system kesiapsiagaan yang efektif. Pemerintah Provinsi Aceh perlu
membangun sistem kesiapsiagaan daerah yang menyeluruh, terukur dan terpadu.
Pembangunan sistem kesiapsiagaan ini difokuskan kepada pembangunan sistem
peringatan dini dan perencanaan kontinjensi bencana. Pembangunan sistem peringatan
dini difokuskan untuk bencana-bencana prioritas dengan memadukan kemajuan tenologi
dan kearifan lokal. Sistem ini harus dapat melayani pemberian informasi peringatan
kepada seluruh penduduk yang membutuhkan untuk mengurangi risiko yang mungkin
timbul. Selain itu Pemerintah Provinsi Aceh perlu mendorong pemerintah Kabupaten/
Kota membangun sistem peringatan dini untuk bencana-bencana bersifat lokal.
Pembangunan sistem kesiapsiagaan lainnya adalah penyusunan rencana kontinjensi
bencana. Pemerintah Provinsi Aceh bersama pemerintah Kabupaten/Kota perlu
menyusun rencana kontinjensi untuk bencana-bencana prioritas di Zona Prioritas
Penanggulangan Bencana Propinsi. Adanya rencanan kontinjesi bencana diharapkan
dapat menjamin ketersediaan anggaran penanganan darurat bencana dari berbagai
alternatif sumber anggaran. Tidak hanya anggaran, Pemerintah Provinsi Aceh dapat
memobilisasi sumber daya yang dimiliki oleh seluruh institusi dan masyarakat untuk
penanganan darurat bencana. Mobilisasi sumber daya ini perlu diperkuat dalam sebuah
mekanisme yang disepakati bersama.
Penguatan aturan yang memuat prosedur operasi perlu dioptimalkan oleh lembaga terkait
penanggulangan bencana seperti penentuan dan pemberhentian status darurat bencana,
sistim komando operasi tanggap darurat, perbaikan darurat serta pengerahan batuan
kepada masyarakat. Aturan terkait perlu dilaksanakan dan diujicoba saat operasi darurat
dan pemulihan bencana. Adanya Pusdalops Penanggulangan Bencana di tingkat Propinsi
perlu didukung oleh mekanisme dan prosedur yang jelas serta efektif. Dukungan tersebut
juga dari kemampuan dan kapasitas relawan dan personil yang memiliki kemampuan
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
72 | P a g e
teknis seperti tim kaji cepat, tim penyelamatan dan pertolongan korban, yang siaga
selama 24 jam setiap harinya. Sehingga Pusdalops PB Propinsi dapat dijalankan secara
optimal dalam penanggulangan bencana di Provinsi Aceh. Kinerja Pusdalops PB Propinsi
akan terlihat pada saat operasi darurat dan pemulihan bencana. Pemerintah daerah
diharapkan dapat menjamin terlaksananya mekanisme evaluasi terhadap prosedur yang
dijalankan oleh Pusdalops. Hal ini dilakukan untuk melihat efektivitas operasi darurat
bencana dan pemulihan bencana yang telah dilakukan.
Strategi III: Pengembangan Sistim Pemulihan Dampak
Pemulihan dampak bencana merupakan kebijakan yang perlu diambil setelah masa krisis
dan masa darurat yaitu saat masa pemulihan dilaksanakan. Pemulihan dampak bencana
dilaksanakan untuk melakukan normalisasi secepatnya kehidupan dan perikehidupan
korban bencana. Untuk menjamin capaian dari kebijakan ini, maka program difokuskan
kepada tahap rehabilitasi dan rekonstruksi.
Aturan mengenai pelaksanaan pemulihan pelayanan publik, infrastruktur penting,
perbaikan rumah serta pemulihan kehidupan masyarakat perlu diperkuat agar
implementasinya bisa terlaksana secara efisien dan cepat.
Guna menggalang kemampuan daerah untuk bangkit kembali setelah darurat bencana
dan mempercepat masa penanganan dibutuhkan sistem pendukung yang mampu
membantu terlaksananya partisipasi masyarakat secara penuh. Bentuk partisipasi
masyarakat yang dibutuhkan pada masa-masa ini adalah kemampuan untuk
berpartisipasi aktif dalam memobilisasi sumber daya internal untuk memenuhi
kebutuhan kehidupan sehari-hari mereka saat darurat bencana.
Dengan kondisi seperti ini, sistem pendukung diarahkan kepada metode penjaminan
terdistribusinya materi kebutuhan dasar penduduk dan kelompok rentan. Tidak hanya
masalah pendistribusian, stabilitas harga barang-barang pemenuhan kebutuhan dasar
tersebut juga perlu dijamin dalam sistem pendukung ini.
Pada masa pemulihan bencana, harga barang-barang material bangunan naik dengan
pesat. Sistem pendukung distribusi harus mampu menjawab permasalahan ini. Pola
kerjasama antara pemerintah dengan produsen kebutuhan pokok yang digunakan saat
darurat maupun saat pemulihan oleh penduduk dan pemerintah menjadi kunci
keberhasilan yang perlu dicapai dalam membangun sistem ini.
Untuk mendukung pencapaian Visi dan Misi yang telah ditetapkan, diperlukan
sasaran. Untuk lebih rinci, dapat dilihat pada Tabel 4.1 di bawah ini:
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
73 | P a g e
Tabel 4.1.Tujuan dan Sasaran Penanggulangan Bencana Aceh, 2020-2022 Berdasarkan Misi
No Visi
& Misi
Tujuan/ Sasaran Indikator Standar Kinerja
(Satuan)
Kondisi Awal
Target tahun ke- Kondisi Akhir
2020 2021 2022
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (9) (10) (11) (12)
Misi 10 : Pembangunan dan peningkatan kualitas infrastruktur terintegrasi, dan lingkungan yang berkelanjutan
10.5.
Meningkatkan tatakelola kebencanaan
Indeks resiko bencana
Indeks 160/
Sedang 135/
sedang
132.5/
sedang
130/ sedan
g
130/ sedang
10.5.1.
Pengarusutamaan pengurangan resiko bencana dalam pembangunan
Rasio kapasitas ketahanan daerah terhadap bencana
Rasio 0,33/
Rendah 0,65/
Sedang
0,75/ Sedan
g
0,80/ Tinggi
0,80/ Tinggi
Tabel 4.2 Sasaran dan Strategi Penanggulangan Bencana Aceh, 2017-2022
MISI TUJUAN SASARAN STRATEGI
Misi 10 : Pembangunan dan peningkatan kualitas infrastruktur terintegrasi, dan lingkungan yang berkelanjutan
10.5. Meningkatkan tatakelola kebencanaan
10.5.1.
Pengarusutamaan pengurangan resiko bencana dalam pembangunan
10.5.1.1.
Peningkatan upaya mitigasi dan adaptasi pengurangan risiko bencana alam
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
74 | P a g e
BAB V PROGRAM DAN FOKUS
PRIORITAS PENANGGULANGAN BENCANA
Kebijakan penanggulangan bencana Pemerintah Provinsi Aceh merupakan dasar
dalam pengambilan tindakan oleh pemangku kepentingan untuk mengurangi risiko
bencana yang terjadi di Provinsi Aceh. Fokus prioritas disusun berdasarkan kajian risiko
bencana daerah, tingkat ketahanan daerah (berdasarkan IKD), pembelajaran dari daerah
lain, dan masukan dari berbagai pemangku kepentingan di Provinsi Aceh.
Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) Provinsi Aceh juga harus
disinkronkan dengan Rencana Nasional Penanggulangan Bencana (RENAS PB).
Sinkronisasi ini bertujuan untuk melihat ketercapaian program nasional dan memudahkan
Provinsi Aceh mendapatkan akses bantuan dalam pelaksanaan program yang telah menjadi
kebijakan nasional.
Sinkronisasi perencanaan pusat, provinsi, dan kabupaten dalam penanggulangan
bencana diperoleh melalui 7 (tujuh) strategi utama penanggulangan bencana, yaitu:
1. Penguatan Regulasi dan Kapasitas Kelembagaan.
2. Pengkajian Risiko Dan Perencanaan Terpadu
3. Pengembangan Sistem Informasi, Diklat Dan Logistik
4. Penanganan Tematik Kawasan Rawan Bencana
5. Peningkatan Efektivitas Pencegahan Dan Mitigasi Bencana
6. Perkuatan Kesiapsiagaan Dan Penanganan Darurat Bencana
7. Pengembangan Sistem Pemulihan Bencana
5.1. FOKUS PRIORITAS DAN PROGRAM PENANGGULANGAN BENCANA
A. Penguatan Regulasi dan Kapasitas Kelembagaan
Pada strategi penguatan regulasi dan kapasitas kelembagaan dijabarkan
mengenai Fokus Prioritas, Program, dan Aksi penanggulangan bencana seperti pada
Tabel 5.1 di bawah ini.
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
75 | P a g e
Tabel 5.1 : Fokus Prioritas, Program dan Aksi Kegiatan Penguatan Regulasi dan Kapasitas Kelembagaan
FOKUS PRIORITAS RPB
PROGRAM RPB AKSI RPB
Memperkuat kerangka hukum untuk mempercepat kemandirian wilayah dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana
1. Penyusunan kerangka peraturan dan perkuatan anggaran daerah terkait penyelenggaraan penanggulangan bencana
1. Menyusun Qanun terkait Penanggulangan Bencana
2. Menyusun Qanun/Pergub tentang pengalokasian dana penanggulangan bencana dalam APBA
Meningkatkan kapasitas lembaga dalam upaya penanggulangan bencana
2. Meningkatkan kapasitas lembaga terkait penanggulangan bencana di daerah
3. Menyusun Pergub tentang mekanisme pengintegrasian dan pendanaan organisasi lokal Forum PRB menjadi bagian dari pelaku dan penggiat kegiatan PRB
4. Meningkatkan kapasitas SDM dikalangan pejabat pemerintah, komunitas dan relawan
5. Bekerjasama dengan Perguruan Tinggi untuk memfasilitasi peningkatan kapasitas Penanggulangan Bencana
6. Membangun Depo logistik di tingkat lokal, Pusat Pelatihan dan Pusdalops sebagai bagian dari optimalisasi sumber daya Penanggulangan Bencana.
7. Mengumpulkan dan akumulasi data & informasi bencana masa lalu di daerah.
B. Pengkajian Risiko Dan Perencanaan Terpadu
Berdasarkan kebijakan penanggulangan bencana yang telah dipaparkan,
permasalahan, dan tingkat kapasitas hasil IKD Provinsi Aceh maka Fokus Prioritas,
Program, dan Aksi penanggulangan bencana pengkajian risiko dan perencanaan
terpadu dapat dilihat pada Tabel 5.2 berikut.
Tabel 5.2 : Fokus Prioritas, Program dan Aksi Strategi Pengkajian Risiko dan Perencanaan Terpadu
FOKUS PRIORITAS RPB
PROGRAM RPB AKSI RPB
1. Kajian Risiko Bencana dan Penelitian
1. Penyusunan kajian risiko dan pemetaan daerah potensi bencana untuk penyelerasan dan integrasi
1. Melakukan kajian sesar aktif yang berada di Provinsi Aceh untuk mengetahui profil dan potensi gempa
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
76 | P a g e
FOKUS PRIORITAS RPB
PROGRAM RPB AKSI RPB
ke dalam rencana pembangunan
2. Melakukan kajian zona banjir per DAS untuk melihat akar permasalahan
3. Membentuk kerjasama dalam bidang penelitian dan studi mengenai karateristik bencana di daerah beserta mekanismenya dengan kalangan akademisi / para ahli kebencanaan
2. Penyusunan RPB untuk membangun Provinsi Aceh yang lebih aman dan tangguh bencana
2. Pengarusutamaan RPB ke dalam rencana pembangunan
4. Sinkronisasi kebijakan penanggulangan bencana daerah ke dalam program-program pembangunan
5. Revisi Pelaksanaan Rencana Aksi Penanggulangan Bencana
6. Membuat kebijakan penanggulangan bencana daerah yang berbasis Kajian Risiko Bencana.
3. Peningkatan kemitraan multipihak dalam penanggulangan bencana.
3. Penguatan kemitraan untuk kemandirian dan keberlanjutan penyelenggaraan penanggulangan bencana
7. Penyediaan dukungan partisipasi lembaga usaha dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana
C. Pengembangan Sistem Informasi, Diklat Dan Logistik
Pada strategi pengembangan sistim informasi, diklat dan logistik dijabarkan
mengenai Fokus Prioritas, Program, dan Aksi penanggulangan bencana seperti pada
Tabel 5.3 di bawah ini.
Tabel 5.3 : Fokus Prioritas, Program dan Aksi Strategi Pengembangan Sistim Informasi, Diklat dan Logistik
FOKUS PRIORITAS RPB PROGRAM RPB AKSI RPB
1. Penelitian dan Pengembangan teknologi serta pengetahuan tentang kebencanaan
1. .
Pemanfaatan teknologi dan hasil penelitian untuk mengurangi risiko bencana
1. Memanfaatkan hasil penelitian bencana di tingkat lokal.
2. Meningkatkan pemanfaatan dan penggunaan teknologi serta ilmu pengetahuan untuk penanggulangan bencana
2.
Meningkatkan pembagian & penyebaran informasi melalui pendidikan serta pelatihan
2. Pendidikan & Pelatihan tentang pembagian dan penyebaran informasi
3. Pembangunan Sistem Informasi & Komunikasi Bencana
4. Pendidikan dan pelatihan dalam membagi informasi bencana antar daerah vertikal (pro vinsi dan
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
77 | P a g e
FOKUS PRIORITAS RPB PROGRAM RPB AKSI RPB
kab/kota), horizontal (antar kab/kota), serta tingkat Nasional
5. Koordinasi dengan media untuk menyebarkan informasi kebencanaan
3.
Meningkatkan ketrampilan komunitas melalui pendidikan dan penerapan hasil penelitian
3. Menyiapkan panduan & membantu proses belajar mengajar tentang masalah pengurangan risiko bencana di institusi pendidikan formal
6. Penetapan kebijakan tentang penyelenggaraan pendidikan siaga bencana di jenjang pendidikan formal.
7. Menyediakan bantuan pengadaan buku pegangan dan bahan ajar untuk pendidikan siaga bencana sesuai dengan jenjang pendidikan.
8. Menyusun dan menyediakan buku pegangan PRBBK
4. Meningkatkan kapasitas SDM untuk pendidikan kebencanaan guna menangani situasi bencana di sekolah
9. Integrasi ilmu pengetahuan penanggulangan bencana ke dalam kurikulum sekolah.
10 Implementasi program kesiapsiagaan bencana di sekolah
D. Penanganan Tematik Kawasan Rawan Bencana
Pada strategi pengembangan penanganan tematik kawasan rawan bencana Fokus
Prioritas, Program, dan Aksi penanggulangan bencana dijabarkan seperti pada Tabel
5.4 di bawah ini.
Tabel 5.4 : Fokus Prioritas, Program dan Aksi Strategi Penanganan Tematik
Kawasan Rawan Bencana
FOKUS PRIORITAS RPB PROGRAM RPB AKSI RPB
1. Penyelarasan Pembangunan untuk Pengurangan Risiko Bencana
1. Kajian, Perencanaan dan penyusunan rencana pembangunan yang terintegrasi dengan PRB
1. Perencanaan tata ruang dan tata guna lahan provinsi yang memperhitungkan risiko bencana berdasrkan Kajian Risiko Bencana dan kajian-kajian kebencanaan lainnya
2. Pembangunan sistim informasi Tata Ruang yang mudah diakses oleh
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
78 | P a g e
FOKUS PRIORITAS RPB PROGRAM RPB AKSI RPB
semua pihak sehingga input, integrasi dan update rencana tata ruang untuk megadopsi isu kebencanaan bisa dilakukan utnuk mengurangi risiko bencana
2. Penguatan Bidang Pendidikan dan Kesehatan dalam Kegiatan PRB
2. Pengembangan Pengetahuan dan Kapasitas
3. Pengembangan sekolah dan madrasah aman bencana dan pelanjutan kegiatan
4. Pengembangan rumah sakit dan puskesmas aman bencana
3. Optimalisasi Pemberdayaan Masyarakat untuk penanggulangan bencana
3. Redefinisi dan optimalitas pemberdayaan masyarakat yang sinergis berbasis lokalitas, risiko, dan proses saling berbagi antar pelaku dengan mengedepankan kemandirian sumber daya
5. Pembangunan Budaya Siaga Bencana untuk desa-desa rawan bencana dan Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam upaya pengurangan risiko bencana di daerah rawan bencana melalui pogram Desa Tangguh
6. Meningkatkan kapasitas masyarakat dalam analisis kerusakan dan upaya pemenuhan kebutuhan kehidupannya secara mandiri selama masa tanggap darurat dan pasca bencana
8. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam melakukan perbaikan akibat kerusakan bencana kategori sedang dan ringan secara mandiri
E. Peningkatan Efektivitas Pencegahan Dan Mitigasi Bencana
Pada strategi peningkatan efektivitas pencegahan dan mitigasi bencana akan di
bahas per-ancaman. Fokus Prioritas, Program, dan Aksi penanggulangan bencana akan
dijabarkan pada Tabel 5.5 sampai Tabel 5.9 di bawah ini.
Tabel 5.5 : Fokus Prioritas, Program dan Aksi Strategi Peningkatan Efektivitas
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
79 | P a g e
Pencegahan dan Mitigasi Bencana Banjir
FOKUS PRIORITAS RPB
PROGRAM RPB AKSI RPB
1.
Peningkatan Efektivitas Pencegahan dan Mitigasi Bencana
1. Pencegahan Bahaya dan Pengurangan Kerentanan
1. Penetapan standar pengelolaan sumber daya air dan daerah aliran sungai
2. Penetapan peraturan tentang pengamanan dan pelestarian sumber daya air di daerah rawan bencana banjir
3. Pembangunan tanggul di daerah rawan banjir
4. Kegiatan rebosisasi hutan lindung kawasan DAS berpotensi banjir
5. Pembangunan Jetty di muara sungai pantai barat selatan Provinsi aceh untuk mengendalikan dan mengurangi sedimen dari laut agar pendangkalan muara sungai bisa teratasi
6. Pembangunan kanal banjir pada daerah pesisir dengan frekuensi banjir tahunan dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut
7. Pembuatan Waduk/ Bendugan pada daerah banjir yang mempunyai DAS yang sangat Luas dan potensi debit sungai yang cukup tinggi
8. Pembersihan saluran air/drainase secara berkala dan bergotong royong
9. Monitoring curah hujan dan tinggi permukaan air
10. Pelarangan pembangunan pada kawasan bantaran sungai (alluvial plain) berdasarkan perencanaan tata ruang & IMB yang berbasis bencana
11. Mengembangkan inovasi pintu air dengan teknologi sederhana dan tepat guna
12. Pemindahan penduduk dari daerah rawan bencana ke daerah yang aman
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
80 | P a g e
Tabel 5.6 : Fokus Prioritas, Program dan Aksi Strategi Peningkatan Efektivitas
Pencegahan dan Mitigasi Bencana Banjir Bandang
FOKUS PRIORITAS RPB
PROGRAM RPB AKSI RPB
1.
Peningkatan Efektivitas Pencegahan dan Mitigasi Bencana
1. Pencegahan Bahaya dan Pengurangan Kerentanan
1. Pembuatan tanggul penahan banjir bandang dan perkuatan tebing DAS pada daerah-daerah rawan banjir bandang
2. Penetapan peraturan tentang pengamanan dan normalisasi sungai di daerah rawan bencana banjir Bandang
3. Penetapan peraturan terkait tata guna lahan dan Izin Mendirikan Bangunan di sepanjang alur sungai yang rawan potensi banjir bandang
4. Kegiatan rebosisasi hutan lindung kawasan DAS berpotensi banjir bandang
5. Monitoring tinggi permukaan air sungai pada titik rujukan untuk potensi banjir bandang
6. Pemindahan penduduk dari daerah rawan bencana banjir bandang ke daerah yang aman
Tabel 5.7 : Fokus Prioritas, Program dan Aksi Strategi Peningkatan Efektivitas
Pencegahan dan Mitigasi Bencana Gempabumi
FOKUS PRIORITAS RPB
PROGRAM RPB AKSI RPB
1.
Peningkatan Efektivitas Pencegahan dan Mitigasi Bencana
1. Pencegahan Bahaya dan Pengurangan Kerentanan
1. Penetapan standar bangunan yang aman terhadap gempa serta mengintegrasikan standar tersebut kedalam proses pembuatan IMB
2. Pengawasan atas pelaksanaan tata ruang dan pembangunan bangunan yang aman terhadap gempa
3. Pelarangan pembangunan berdasarkan perencanaan tata ruang & IMB yang berbasis bencana
4. Pembuatan Qanun tentang kontruksi bangunan tahan gempa bumi
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
81 | P a g e
FOKUS PRIORITAS RPB
PROGRAM RPB AKSI RPB
5. Membangun & melakukan perkuatan struktur (retrofitting) terhadap bangunan milik pemerintah & publik agar aman terhadap bencana gempa bumi
6. Pelatihan aparat, mitra, dan relawan tentang mitigasi dan PB gempabumi
Tabel 5.8 : Fokus Prioritas, Program dan Aksi Strategi Peningkatan Efektivitas
Pencegahan dan Mitigasi Bencana Karhutla
FOKUS PRIORITAS RPB
PROGRAM RPB AKSI RPB
1.
Peningkatan Efektivitas Pencegahan dan Mitigasi Bencana
1. Pencegahan Bahaya dan Pengurangan Kerentanan
1. Rekrontuksi dan pembuatan tapal batas hutan lindung
2. Pemindahan penduduk dari daerah rawan bencana ke daerah yang aman
3. Kegiatan pemantauan dan monitoring titik hotspot Karhutla
4. Penegakkan hukum bagi pelanggar yang menyebabkan Karhutla
5. Kegiatan sosialisasi pentingnya fungsi hutan dan tidak membakar hutan untuk kepentingan pembukaan lahan perkebunan atau pertanian
6. Sosialisasi ke masyarakat dan pelatihan Penanggulangan Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan
7. Sosialisasi PB Kebakaran Hutan dan Lahan dengan kearifan lokal, pembuatan brosur, baliho, film, dan simulasi PB Kebakaran Hutan dan Lahan
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
82 | P a g e
Tabel 5.9 : Fokus Prioritas, Program dan Aksi Strategi Peningkatan Efektivitas
Pencegahan dan Mitigasi Bencana Tsunami
FOKUS PRIORITAS RPB
PROGRAM RPB AKSI RPB
1.
Peningkatan Efektivitas Pencegahan dan Mitigasi Bencana
1. Pencegahan Bahaya dan Pengurangan Kerentanan
1. Peraturan tata guna lahan untuk daerah pesisir pantai yang mempunyai potensi Tsunami.
2. Penanaman hutan Bakau untuk mereduksi gelombang Tsunami pada kawasan pesisir yang padat daerah perumahan dan Budidaya tanaman mangrove dan Penanaman Hutan Bakau didaerah risiko Tsunami
3. Sosialisasi tentang bencana Tsunami dengan kearifan lokal, pembuatan brosur, baliho, film tentang bencana Tsunami
4. Pelatihan aparat, mitra, dan relawan tentang mitigasi dan pengurangan risiko Bencana Tsunami
5. Pemindahan penduduk dari daerah rawan bencana Tsunami ke daerah yang aman
F. Perkuatan Kesiapsiagaan Dan Penanganan Darurat Bencana
Pada strategi perkuatan kesiapsiagaan dan penanganan darurat bencana, semua
jenis ancaman yang menjadi prioritas mempunyai Fokus Prioritas, Program, dan Aksi
penanggulangan bencana yang sama dan akan dijabarkan pada Tabel 5.10 di bawah
ini.
Tabel 5.10 : Fokus Prioritas, Program dan Aksi Strategi Perkuatan Kesiapsiagaan
dan Penanganan Darurat Bencana Untuk Semua Jenis Ancaman
FOKUS PRIORITAS RPB PROGRAM RPB AKSI RPB
1. Peningkatan Efektifitas Penanganan Darurat Bencana
1. Peningkatan Kesiapan Menghadapi bencana
1. Pembangunan Sistem Peringatan Dini
2. Penyusunan Rencana Evakuasi tingkat lokal (tempat dan jalur evakuasi)
3. Meningkatkan kapasitas Tim Reaksi Cepat dan membentuk pos siaga
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
83 | P a g e
FOKUS PRIORITAS RPB PROGRAM RPB AKSI RPB
beserta semua unsur pendukungnya
4. Mengumpulkan informasi potensi bencana untuk tanggap darurat
5. Membangun dan memelihara sistem informasi dan komunikasi yg terintegrasi dengan sistem peringatan dini
6. Menjalin kerjasama untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan respon tanggap darurat di provinsi Aceh dan Kab/Kota
7. Menyebarkan informasi tentang persiapan menghadapi bencana kepada masyarakat
8. Mempersiapkan dan menyediakan kebutuhan dasar kesehatan untuk masa darurat
9. Menyusun Rencana Kontinjensi
10. Melakukan sosialisasi tentang kesiapsiagaan menghadapi bencana
11. Penyusunan peraturan daerah (Pergub dan Perbup) tentang alih fungsi gedung (publik/privat) menjadi TES untuk masyarakat di zona kawasan bencana (khusus bencana Tsunami)
12. Penetapan bangunan atau gedung baik bangunan publik ataupun privat untuk tempat TES di zona kawasan bencana (khusus bencana Tsunami)
2.
Optimalisasi Operasi Tanggap Darurat
13. Menyediakan sarana jaringan transportasi untuk masa darurat
14. Menyediakan stok barang bantuan untuk masa darurat
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
84 | P a g e
FOKUS PRIORITAS RPB PROGRAM RPB AKSI RPB
15. Menyediakan stok peralatan untuk masa darurat, kebutuhan dasar logistik untuk masa darurat dan tempat penampungan sementara
16. Memasang berbagai tanda2x peringatan seperti bahaya, dilarang masuk ke daerah rawan bencana, dll
17. Menyediakan tempat untuk fasilitas transportasi selama masa darurat seperti helipad, pusat transportasi, dsbnya.
18. Persiapan dan Koordinasi untuk Respon Awal apabila terjadi bencana
19. Mendukung upaya memberikan pertolongan pertama kepada korban
20. Mendukung tindakan evakuasi warga
21. Mendirikan dan mengoperasikan tempat2x evakuasi
22. Melindungi dan memberikan pertolongan kepada kelompok rentan
23. Menjaga keamanan masyarakat & lokasi bencana
24. Kaji Cepat Bencana
G. Pengembangan Sistim Pemulihan Bencana
Pada strategi pengembangan sistim pemulihan bencana, semua jenis ancaman yang
menjadi prioritas mempunyai Fokus Prioritas, Program, dan Aksi penanggulangan
bencana yang sama dan akan dijabarkan pada Tabel 5.11 di bawah ini.
Tabel 5.11 : Fokus Prioritas, Program dan Aksi Strategi Pengembangan Sistim
Pemulihan Bencana
FOKUS PRIORITAS RPB PROGRAM RPB AKSI RPB
1. Pengembangan Sistim Pemulihan Dampak Bencana
1. Perkuatan dan nyelenggaraan Pemulihan dampak bencana
1. Penyusunan pergub/qanun tentang koordinasi dan tatacara
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
85 | P a g e
FOKUS PRIORITAS RPB PROGRAM RPB AKSI RPB
penerimaan bantuan (relawan, lokal dan asing) dan distrubusi bantuan
2. Menerima bantuan dari lembaga/negara asing
3. Menerima bantuan dari relawan
4. Pemulihan darurat untuk fungsi fasilitas & infrastruktur vital
5. Pemulihan darurat untuk Sarana dan Prasarana Umum
6. Membersihkan limbah padat dan reruntuhan
7. Mengamankan jaringan transportansi darurat berserta seluruh aktivitasnya
5.2. PAGU INDIKATIF Pemerintah Provinsi Aceh memiliki tanggung jawab dalam penanganan
penanggulangan bencana yang dimasukkan ke dalam Rencana Strategis dan Rencana
Kerja Tahunan SKPA Provinsi Aceh Besar. Setiap kegiatan memiliki indikator pencapaian
yang harus dicapai oleh seluruh pihak yang berwenang atau instansi yang terlibat dalam
3 tahun masa perencanaan. Pelaksanaan perencanaan ini dapat tercapai apabila
pemerintah/instansi memiliki dan melaksanakan sistem serta mekanisme yang telah
ditetapkan.
Sesuai arsitektur perencanaan yang memisahkan antara aspek strategis dan
operasional, program prioritas dipisahkan pula menjadi 2 (dua) yaitu program prioritas
untuk perencanaan strategis dan program prioritas untuk perencanaan operasional.
Suatu program prioritas yang dimaksudkan untuk menyelenggarakan urusan
Pemerintahan Aceh pada dasarnya adalah perencanaan operasional. Suatu urusan
menjadi strategis tergantung tujuan dan sasaran pembangunan dan bagaimana strategi
pencapaiannya. Suatu urusan pemerintahan daerah dapat menjadi strategis di satu
tahun atau periode dan sebaliknya, menjadi operasional diperiode berikutnya. Dalam hal
suatu urusan atau program/kegiatan di dalamnya menjadi strategis maka perencanaan,
pengendalian, dan evaluasi yang dilakukan lebih tinggi intensitasnya dibanding yang
operasional. Begitu pula dalam penganggarannya, harus diprioritaskan terlebih dahulu.
Yang demikian karena suatu urusan yang bersifat strategis ditetapkan temanya karena
pengaruhnya yang sangat luas dan urgent untuk diselenggarakannya sangat tinggi.
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
86 | P a g e
Suatu program prioritas, baik strategis maupun operasional, kinerjanya merupakan
tanggung jawab Kepala SKPA. Namun, bagi program prioritas yang dikategorikan
strategik, menjadi tanggung jawab bersama Kepala SKPA dengan Gubernur Aceh.
Berbeda dengan penyelenggaraan aspek strategik, program prioritas bagi
penyelenggaraan urusan pemerintahan dilakukan agar setiap urusan (wajib) dapat
diselenggarakan setiap tahun, tidak langsung dipengaruhi oleh visi dan misi Gubernur
Aceh terpilih. Artinya, suatu prioritas pada beberapa urusan untuk mendukung visi dan
misi serta program Gubernur Aceh terpilih, tidak berarti bahwa urusan lain ditinggalkan
atau diterlantarkan. Perumusan program prioritas bagi penyelenggaraan urusan
dilakukan sejak tahap awal evaluasi kinerja pembangunan Aceh secara sistematis
dilakukan pada identifikasi permasalahan pembangunan diseluruh urusan. Selanjutnya
Indikasi Rencana Program Prioritas yang Disertai Kebutuhan Pendanaan Badan
Penanggulangan Bencana Aceh dari tahun 2018-2022 diuraikan dalam Tabel 5.12
berikut ini.
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
87 | P a g e
Tabel 5.12 Indikasi Rencana Program Prioritas yang disertai Kebutuhan Pendanaan Tahun 2020-2022
Kode
Bidang Urusan Pemerintahan dan Program
Prioritas Pembangunan
Indikator Kinerja
Program (outcome)
Standar Kinerja
Kondisi Kinerja pada Awal
RPJMD (Tahun 2017)
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Perangkat Daerah Penanggung
Jawab Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022
Kondisi Kinerja pada akhir periode RPJMD
Target
Rp Target
Rp Target
Rp Target
Rp Target
Rp Target
Rp
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10
) (11)
(12)
(13) (14)
(15) (16)
(17) (18)
1
WAJIB
8.820.763.547.796
9.189.814.548.579
9.649.658.791.267
10.138.343.309.681
10.448.692.507.516
47.470.240.000.765
1 1
WAJIB PELAYANAN DASAR
7.624.803.236.921
7.555.742.633.263
7.932.080.242.551
8.196.772.539.236
8.312.207.864.638
38.953.687.798.919
1 1 5
Ketentraman, Ketertiban Umum dan Perlindungan Masyarakat
88.185.970.736
140.401.567.914
143.706.554.077
185.978.307.382
193.394.543.718
751.666.943.827
1 1 5 7
Program Peningkatan Disiplin Aparatur
Tingkat Kedisiplinan Aparatur Dalam Kehadiran dan Penggunaan Atribut Pegawai
%
100 8.500.000 100 158.500.000 100 8.500.000 100
158.500.000 100
8.500.000 100 42.500.000 Badan
Penanggulangan Bencana Aceh
1 1 5 8
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
Tingkat Kelengkapan Sarana dan Prasaranan Aparatur
%
100 1.175.000.000 100 1.175.000.000 100 1.175.000.000 100
1.175.000.000 100
1.175.000.000 100 5.875.000.000 Badan
Penanggulangan Bencana Aceh
1 1 5 9
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
Tingkat Kepuasan Masyarakat Terhadap Layanan Pemerintah
%
100 3.305.196.295 100 3.155.196.295 100 3.305.196.295 100
3.155.196.295 100
3.305.196.295 100 16.525.981.475 Badan
Penanggulangan Bencana Aceh
1 1 5 10 Program Penanggulangan Bencana
Persentase pengurangan risiko bencana
Indeks
147 - - 138 102.875.192.365 135 104.685.886.166 133
146.074.124.666 130
150.303.645.491 130 503.938.848.688 Badan
Penanggulangan Bencana Aceh
1 1 5 11
Program Pencegahan Dini dan Penanggulangan Korban Bencana Alam
Menurunnya Persentase korban terdampak bencana
%
95 1.200.000.000 - - - - - - - -
1.200.000.000 Badan
Penanggulangan Bencana Aceh
1 1 5 12
Program Penguatan Kelembagaan Penanggulangan Bencana
Persentase korban bencana yang dievakuasi dengan mengunakan sarana prasarana tanggap
%
80 37.274.013.200 - - - - - - - -
37.274.013.200 Badan
Penanggulangan Bencana Aceh
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
88 | P a g e
Kode
Bidang Urusan Pemerintahan dan Program
Prioritas Pembangunan
Indikator Kinerja
Program (outcome)
Standar Kinerja
Kondisi Kinerja pada Awal
RPJMD (Tahun 2017)
Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Perangkat Daerah Penanggung
Jawab Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022
Kondisi Kinerja pada akhir periode RPJMD
Target
Rp Target
Rp Target
Rp Target
Rp Target
Rp Target
Rp
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10
) (11)
(12)
(13) (14)
(15) (16)
(17) (18)
darurat lengkap
1 1 5 13
Program Kedaruratan dan Logistik Bencana
Persentase korban bencana yang menerima bantuan sosial selama masa tanggap darurat
%
80 7.463.879.149 - - - - - - - -
7.463.879.149 Badan
Penanggulangan Bencana Aceh
1 1 5 14
Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Bencana
Persentase pemulihan kawasan terdampak bencana
%
75 2.534.810.996 - - - - - - - -
2.534.810.996 Badan
Penanggulangan Bencana Aceh
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
89 | P a g e
5.3. MEKANISME PENGANGGARAN DAN PENDANAAN Perhitungan anggaran pada pagu indikatif kegiatan penanggulangan bencana mengikuti
strategi penganggaran yang terbagi atas 2 (dua) bagian, yaitu:
1. Pra Bencana: dibebankan kepada anggaran daerah dengan asumsi 1% dari APBA
(ditambah asumsi kenaikan inflasi 10% pertahun), kegiatan kebencanaan yang sudah
tercantum di Renstra SKPA, serta program kegiatan dari pusat (BNPB, Kemendagri,
dll) yang dihibahkan baik melalui BPBA Provinsi Aceh maupun SKPA lainnya.
Pada tahun 2019, Anggaran Belanja Provinsi Aceh sebesar Rp. 17,14 triliun. Dengan
asumsi kenaikan inflasi sebesar 10% pertahun, maka perkiraan APBA Provinsi Aceh di
tahun 2020 adalah Rp. 18,82 triliun sehingga asumsi anggaran penanggulangan
bencana di tahun 2020 adalah sebesar Rp. 188,14 milyar. Dengan demikian, asumsi
anggaran penanggulangan bencana di Kabupaten Dompu untuk tahun anggaran 2020-
2022 adalah sebesar Rp. 335,16 milyar.
2. Penanganan Darurat dan Pemulihan Bencana: disesuaikan dengan anggaran siap pakai
(on call) dari Provinsi Aceh. Apabila hasil kajian cepat bencana menunjukan bahwa
anggaran yang dibutuhkan melebihi kemampuan anggaran siap pakai daerah, maka
rekomendasi status darurat bencana tingkat Nasional akan direkomendasikan kepada
Kepala BNPB.
Tabel 0.13 Rekapitulasi Anggaran Penyelenggaraan PB 2020 – 2022
NO STRATEGI
PAGU INDIKATIF ANGGARAN (M) TAHUN KE –
I II III
1 Penguatan Regulasi dan Kapasitas Kelembagaan 3,60 7,20 7,20
2 Perencanaan Penanggulangan Bencana Terpadu 6,60 6,60 4,20
3 Penelitian, Pendidikan dan Pelatihan
7,20 10,20 8,40 4 Peningkatan Kapasitas dan Partisipasi
Masyarakat 4,80 9,00 9,00 5 Pengurangan Risiko Bencana
34,20 47,64 53,40 6 Peningkatan Efektivitas Penanganan
Darurat Bencana 44,64 30,84 40,44 7 Optimalisasi Pemulihan Dampak Bencana - - -
JUMLAH 101,04 111,48 122,64
JUMLAH TOTAL 335,16
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
90 | P a g e
BAB VI RENCANA AKSI
Rencana Aksi Daerah dalam pengurangan risiko bencana merupakan satu kesatuan
dalam Rencana Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Aceh. Rencana aksi disusun
dalam suatu kerangka program yang mengedepankan aspek-aspek penting yang perlu
segera ditangani. Upaya tersebut tersusun di dalam program dan kegiatan yang menjadi
prioritas bagi pengurangan risiko bencana. Program – program tersebut disusun
berdasarkan isu-isu kebijakan strategis yang ada terkait pengurangan risiko bencana dalam
penanggulangan bencana. Program – program yang disusun merupakan program turunan
dari Kebijakan dan Strategi pada bab-bab sebelumnya untuk waktu pelaksanaan 3 tahun ke
depan. Program-program yang disusun diklasifikasikan ke dalam kegiatan-kegiatan yang
lebih detail yang dapat direalisasikan dengan segera untuk pengurangan risiko bencana.
6.1. RENCANA AKSI DAERAH Merujuk pada kebijakan dan strategi pengurangan risiko bencana nasional maka ada
7 kebijakan pengurangan risiko bencana yang menjadi prioritas. Kebijakan – kebijakan
tersebut menjadi rujukan bagi Provinsi Aceh dengan menyesuaikan kondisi kedaerahan
dalam menentukan prioritas PRB.
Penyusunan Rencana Aksi Daerah Pengurangan Risiko Bencana diproses dengan
merumuskan prioritas program yang disusun oleh semua pihak, mempertimbangkan aspek
berkelanjutan dan bersifat partisipasipatif serta membuat komitmen yang kuat dengan
mengedepankan tindakan-tindakan yang harus diprioritaskan.
Rencana aksi daerah disusun dengan menggunakan tabel sehingga lebih ringkas dan
mudah dipahami baik pada saat implementasi maupun dalam pengawasan dan evaluasi
Rencana Penanggulangan Bencana. Rencana aksi daerah dalam penanggulangan bencana
sebagaimana terlihat pada tabel pada bagian selanjutnya.
A. Penguatan Regulasi dan Kapasitas Kelembagaan
Pada strategi penguatan regulasi dan kapasitas kelembagaan dijabarkan mengenai,
program Aksi RPB, indikator, zona prioritas (locus), keterlibatan instansi dan sumber
pagu indikatif penanggulangan bencana, seperti pada Tabel 6.1 di bawah ini.
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
91 | P a g e
Tabel 6.1 : Aksi Kegiatan Penguatan Regulasi dan Kapasitas Kelembagaan
AKSI RPB KAB INDIKATOR ZONA
PRIORITAS
KETERLIBATAN
INSTANSI
SUMBER PENGANGGARAN
APBA APBD/APBK
VERTIKAL
KERJA SAMA
Menyusun Qanun
terkait
Penanggulangan
Bencana
- Adanya peraturan tentang
Penanggulangan Bencana di
tingkat Provinsi
- Adanya peraturan tentang
pembagian peran, tanggung
jawab dan kewenangan
pemerintah Provinsi,
Kabupaten/Kota, masyarakat
dan institusi non pemerintah
dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana
- Adanya peraturan tentang peran
dan keterlibatan lembaga usaha,
Lembaga swadaya Masyarakat
dan lembaga internasional
dalam Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana
Provinsi
Aceh
Penanggung
Jawab:
Plt Gubernur,
BPBA
Pendukung:
Dinas PU,
Sekretariat
Daerah,
Bappeda
100 %
Menyusun
Qanun/Pergub
tentang
pengalokasian dana
penanggulangan
bencana dalam
APBA
- Adanya peraturan tentang
Mekanisme Anggaran
Penanggulangan Bencana untuk
masa sebelum, saat dan setelah
bencana
- Adanya peraturan tentang
anggaran yang dialokasikan
khusus untuk penanggulangan
bencana di kawasan rawan
bencana di provinsi Aceh
- Adanya peraturan tentang
pengelolaan dan pemenuhan
anggaran penanganan darurat
- Adanya peraturan tentang
pembebanan anggaran pada
SKPD-SKPD terkait
penyelenggaraan
penanggulangan bencana
Provinsi
Aceh
Penanggung
Jawab:
Plt Gubernur
Pendukung:
Sekretariat
Daerah,
Bappeda,
BPBA, BPBD
Kabupaten/Ko
ta
100 %
Menyusun Pergub
tentang mekanisme
pengintegrasian dan
pendanaan
organisasi lokal
Forum PRB menjadi
bagian dari pelaku
dan penggiat
kegiatan PRB
- Mengadakan rapat koordinasi
secara berkala paling sedikit
setahun sekali
- Mengadakan kegiatan
sosialisasi PRB sebulan sekali
baik dilevel kominutas ataupun
pemerintahan
Provinsi
Aceh
Penanggung
Jawab:
Plt Gubernur
Pendukung: Forum PRB,
Sekretariat
Daerah,
Bappeda,
BPBA, BPBD
Kabupaten/Ko
ta
100 %
Meningkatkan
kapasitas SDM
dikalangan pejabat
pemerintah,
komunitas dan
relawan
- Pejabat pemerintah telah
mengikuti pelatihan kegiatan
Penanggulangan Bencana
(dalam jumlah tertentu)
- Adanya pelatihan secara berkala
bagi para pemuka masyarakat
dan mendukung kegiatan
PRBBK (Pengurangan Risiko
Provinsi
Aceh
Penanggung
Jawab:
BPBA
Pendukung:
BNPB, BPBA
Kabupaten/Ko
ta, PMI,
Relawan
100 %
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
92 | P a g e
Bencana Berbasis Komunitas) di
tingkat desa/kelurahan.
- Terbukanya jalur koordinasi
dengan para relawan
Bekerjasama dengan
Perguruan Tinggi
untuk memfasilitasi
peningkatan
kapasitas
Penanggulangan
Bencana
- Adanya kerjasama dengan
universitas ditingkat daerah
agar kegiatan Penanggulangan
Bencana dapat bersifat
berkelanjutan
Provinsi
Aceh
Penanggung
Jawab:
Lembaga Riset
(TDMRC) /
Universitas
Pendukung:
BPBA, BPBD
Kabupaten/Ko
ta
100%
Membangun Depo
logistik di tingkat
lokal, Pusat
Pelatihan dan
Pusdalops sebagai
bagian dari
optimalisasi sumber
daya
Penanggulangan
Bencana.
- Adanya gudang logistik yang
dilengkapi dengan cadangan
barang-barang yang dibutuhkan
(peralatan dasar dan bahan
makanan) baik di BPBA, BPBD
Kabupaten/Kota maupun di
tingkat masyarakat
- Adanya fasilitas pelatihan
(ruangan) untuk pelatihan
peningkatan kapasitas
Penanggulangan Bencana
Provinsi
Aceh
Penanggung
Jawab:
BPBA, BPBD
Kabupaten/Ko
ta
Pendukung:
Dinsos, Dinas
PU, BNPB,
BASARNAS,
KEMENDAGR
I, TNI, PMI
100%
Mengumpulkan dan
akumulasi data &
informasi bencana
masa lalu di daerah.
- Adanya database data &
informasi bencana yang dapat
diakses oleh masyarakat dan
diperbaharui secara berkala
- Adanya sistem pengarsipan data
& informasi bencana daerah
- Adanya Website kebencanaan
daerah untuk mendukung
sistem penyebarluasan data
informasi bencana daerah
Provinsi
Aceh
Penanggung
Jawab:
BPBA
Pendukung:
Dinsos,
Dishubkominf
o, Dinas PU,
Bappeda,
BPBD
Kab/Kota,
BMKG,
PVMBG
100%
B. Pengkajian Risiko Dan Perencanaan Terpadu
Pada strategi pengkajian risiko dan perencanaan terpadu dijabarkan mengenai,
program Aksi RPB, indikator, zona prioritas (locus), keterlibatan instansi dan sumber
pagu indikatif penanggulangan bencana, seperti pada Tabel 6.2 di bawah ini.
Tabel 6.2 : Aksi Kegiatan Pengkajian Risiko dan Perencanaan Terpadu
AKSI RPB KAB INDIKATOR ZONA
PRIORITAS
KETERLIBATAN INSTANSI
SUMBER PENGANGGARAN
APBA APBD/APBK
VERTIKAL
KERJA SAMA
Melakukan kajian
sesar aktif yang
berada di Provinsi
Aceh untuk
mengetahui profil
dan potensi gempa
- Adanya peta sesar aktif, peta
potensi & kerentanan gempa
bumi
Provinsi
Aceh
Penanggung Jawab:
BPBA, Perguruan
Tinggi (Unsyiah)
Pendukung:
Dinas PU, Dinas
ESDM, BPBD
Kab/Kota, Bappeda
100
%
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
93 | P a g e
Melakukan kajian
zona banjir per DAS
untuk melihat akar
permasalahan
- Adanya kajian banjir, data base
profil banjir dan peta zona
kawasan banjir per DAS
Provinsi
Aceh
Penanggung Jawab:
BPBA, Perguruan
Tinggi (Unsyiah)
Pendukung:
Dinas PU, Dinas
ESDM, BPBD
Kab/Kota, Bappeda
100
%
Membuat kebijakan
penanggulangan
bencana daerah
yang berbasis Kajian
Risiko Bencana.
- Hasil kajian risiko bencana
digunakan sebagai bahan dalam
penyusunan kebijakan dan
kegiatan penanggulangan
bencana
Provinsi
Aceh
Penanggung Jawab:
Plt Gubernur, BPBA
Pendukung:
Dinas Pertanian
Tanaman Pangan,
DKP, BPBD
Kab/Kota
100
%
Sinkronisasi
kebijakan
penanggulangan
bencana daerah ke
dalam program-
program
pembangunan.
- Adanya sinkronisasi kebijakan
penanggulangan bencana
dengan RPJMD
Provinsi
Aceh
Penanggung Jawab:
Bappeda, BPBA
Pendukung:
Dinas PU, ESDM,
Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata,
BPKAD, DKP, BPBD
Kab/Kota
100
%
Revisi Pelaksanaan
Rencana Aksi
Penanggulangan
Bencana
- Adanya Monitoring dan
Evaluasi terhadap pelaksanaan
kegiatan Penanggulangan
Bencana paling sedikit setahun
sekali
- Revisi berkala dari Rencana
Rencana Aksi dan Rencana
Penanggulangan Bencana
Provinsi
Aceh
Penanggung Jawab:
BPBA
Pendukung:
Bappeda, BPKAD,
Disdik, Dinkes,
Dishubkominfo,
Dinas PU, Dinas
KOPERINDAGTAM
BEN, Dinas
Kebudayaan dan
Pariwisata, Dinas
Pertanian Tanaman
Pangan, DKP, Dinas
Kebersihan dan
Pertamanan,
Sekretariat Daerah,
Satpol PP & Linmas,
Kantor LH, BNPB,
BPBD Kab/Kota
100
%
Membentuk
kerjasama dalam
bidang penelitian
dan studi mengenai
karateristik bencana
di daerah beserta
mekanismenya
dengan kalangan
akademisi / para
ahli kebencanaan
- Melakukan kajian tentang
karakter bencana tingkat lokal
agar dapat lebih di mengerti
serta implementasi kegiatan-
kegiatan Pengurangan Risiko
Bencana
Provinsi
Aceh
Penanggung Jawab:
Lembaga Riset
(TDMRC)
/Universitas
(UNSYIAH)
Pendukung:
Disdik, BPBA, BPBD
Kab/Kota
100
%
Penyediaan
dukungan
partisipasi lembaga
usaha dalam
penyelenggaraan
- Adanya Kontrak kerjasama
antara pemerintah dengan
lembaga usaha untuk upaya
pengurangan risiko bencana
- Adanya Kontrak kerjasama yang
Provinsi
Aceh
Penanggung Jawab:
BPBA
Pendukung:
Dinas
100
%
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
94 | P a g e
penanggulangan
bencana
mendukung persediaan
kebutuhan penanganan darurat
dan pemulihan bencana
KOPERINDAGTAM
BEN, PU, GAPENSI,
KADIN, Dunia
Usaha
C. Pengembangan Sistem Informasi, Diklat Dan Logistik
Pada strategi pengembangan sistem informasi, diklat dan logistik dijabarkan
mengenai, program Aksi RPB, indikator, zona prioritas (locus), keterlibatan instansi dan
sumber pagu indikatif penanggulangan bencana, seperti pada Tabel 6.3 di bawah ini.
Tabel 6.3 : Aksi Kegiatan Pengembangan Sistem Informasi, Diklat Dan Logistik
AKSI RPB KAB INDIKATOR ZONA
PRIORITAS
KETERLIBATAN INSTANSI
SUMBER PENGANGGARAN
APBA APBD/APBK
VERTIKAL
KERJA SAMA
Pembangunan
Sistem Informasi &
Komunikasi
Bencana
- Sejumlah fasilitas publik sudah
terhubung ke Pusat Informasi
Pusdalops. (tentukan
jumlahnya)
- Adanya sistem pembagian &
distribusi informasi dengan
menggunakan peralatan serta
adanya alur informasi yang
diputuskan dan dimengerti oleh
semua pihak terkait
kebencanaan. Sistem ini harus
tercantum dalam SOP.
Provinsi
Aceh
Penanggung Jawab:
BPBA
Pendukung:
Dishut,
Dishubkominfo,
Sekretariat Daerah,
Bappeda,
BNPB,BPBD
Kab/Kota, Forum
PRB, BMKG,
PVMBG, TELKOM,
Operator
Telekomunikasi,
Media
100
%
Memanfaatkan hasil
penelitian bencana
di tingkat lokal.
- Membuat pustaka hasil riset
kebencanaan daerah yang dapat
diakses oleh seluruh masyarakat Provinsi
Aceh
Penanggung Jawab:
BPBA
Pendukung:
BPBD Kab/Kota,
Disdik
100
%
Meningkatkan
pemanfaatan dan
penggunaan
teknologi serta ilmu
pengetahuan untuk
penanggulangan
bencana
- Membangun dan
mengaplikasikan kegiatan
Penanggulangan Bencana dengan
memanfaatkan IPTEK. Provinsi
Aceh
Penanggung Jawab:
BPBA
Pendukung:
Dishubkominfo,
Sekretariat Daerah,
BPBD Kab/Kota,
Lembaga Riset /
Universitas
100
%
Pendidikan dan
pelatihan dalam
membagi informasi
bencana antar
daerah vertikal (pro
vinsi dan kab/kota),
horizontal (antar
kab/kota), serta
tingkat Nasional
- Mengikuti pelatihan untuk
mempelajari dan menjalankan
sistem DIBI di Kab. Dompu
paling sedikit setahun sekali. Provinsi
Aceh
Penanggung Jawab:
BPBA
Pendukung:
Dishubkominfo,
BPBD Kab/Kota,
Forum PRB
100
%
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
95 | P a g e
Penetapan kebijakan
tentang
penyelenggaraan
pendidikan siaga
bencana di jenjang
pendidikan formal.
- Adanya kurikulum pendidikan
pengurangan risiko bencana dan
penanganan darurat bencana
sekolah yang di sahkan melalui
SK Kepala Daerah
- Adanya kelompok kerja
Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP) PRB dan
penanganan darurat bencana
yang dikukuhkan dengan Surat
Keputusan Kepala Dinas
Pendidikan
Provinsi
Aceh
Penanggung Jawab:
Disdik
Pendukung:
BPBA, Biro Hukum,
DPRA 100
%
Koordinasi dengan
media untuk
menyebarkan
informasi
kebencanaan
- Adanya perjanjian kerjasama
antara pemerintah dengan media
dalam mengumpulkan informasi
bencana serta menyebarkan
kepada masyarakat
Provinsi
Aceh
Penanggung Jawab:
Dishubkominfo,
Dinas PU, Media
Pendukung:
Sekretariat Daerah,
BPBA, BMKG,
PVMBG
100
%
Menyediakan
bantuan pengadaan
buku pegangan dan
bahan ajar untuk
pendidikan siaga
bencana sesuai
dengan jenjang
pendidikan.
- Adanya bahan ajar dan buku
pegangan siswa untuk PRB dan
penanganan darurat bencana
sesuai dengan jenjang pendidikan
- Adanya pedoman kegiatan belajar
mengajar pengurangan risiko
bencana sesuai dengan jenjang
pendidikan
Provinsi
Aceh
Penanggung Jawab:
Disdik
Pendukung:
BPBA, BNPB, BPBD
Kab/Kota, PMI,
Basarnas
100
%
Menyusun dan
menyediakan buku
poket pegangan
PRBBK
- Adanya buku poket pegangan
masyarakat tentang Pengurangan
Risiko Bencana
Penanggung Jawab:
BPBA
Pendukung:
BNPB, BPBD
Kab/Kota, Basarnas,
PMI, Forum PRB
Implementasi
program
kesiapsiagaan
bencana di sekolah
- Adanya implementasi Program
kesiapsiagaan bencana di sekolah
Penanggung Jawab:
Disdik
Pendukung:
BPBA, BPBD
Kab/Kota. Basarnas,
PMI, Forum PRB
D. Penanganan Tematik Kawasan Rawan Bencana
Pada strategi penanganan tematik kawasan rawan bencana dijabarkan mengenai,
program Aksi RPB, indikator, zona prioritas (locus), keterlibatan instansi dan sumber
pagu indikatif penanggulangan bencana, seperti pada Tabel 6.4 di bawah ini.
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
96 | P a g e
Tabel 6.4 : Aksi Kegiatan Penanganan Tematik Kawasan Rawan Bencana
AKSI RPB KAB INDIKATOR ZONA
PRIORITAS
KETERLIBATAN INSTANSI
SUMBER PENGANGGARAN
APBA APBD/APBK
VERTIKAL
KERJA SAMA
Perencanaan tata
ruang dan tata guna
lahan provinsi yang
memperhitungkan
risiko bencana
berdasrkan Kajian
Risiko Bencana dan
kajian-kajian
kebencanaan
lainnya
- Adanya tata ruang dan tata guna
lahan yang memperhitungkan
risiko bencana berpotensi di
Provisi Aceh sebagai hasil dari
kajian risiko bencana dan kajian-
kajian lainnya.
- Adanya kegiatan peninjauan dan
revisi tata ruang untuk
mengadopsi atau
mengintegrasikan dan
mengakomodir kebutuhan
penanggulangan bencana/
manajemenen risiko bencana
Provinsi
Aceh
Penanggung Jawab:
Dinas PU, Bappeda
Pendukung:
Sekretariat Daerah,
BPBA, BPBD
KAb/Kota,
Perguruan Tinggi,
Lembaga Riset,
BPKAD, Dewan Air,
BWS, ESDM, Dinas
Kelautan, Dinas
Kehutanan, Dinas
Pertanian, Forum
PRB, LSM Lokal,
Relawan
100
%
Pembangunan
sistim informasi
Tata Ruang yang
mudah diakses oleh
semua pihak
sehingga input,
integrasi dan update
rencana tata ruang
untuk megadopsi isu
kebencanaan bisa
dilakukan utnuk
mengurangi risiko
bencana
- Adanya sistim informasi tata
ruang dan tata guna lahan yang
dapat diakses oelh semua pihak
utnuk kepentingan PRB
Provinsi
Aceh
Penanggung Jawab:
Bappeda
Pendukung:
Sekretariat Daerah,
BPBA, Dinas PUPR,
BPBD KAb/Kota,
Perguruan Tinggi,
Lembaga Riset,
BPKAD, Dewan Air,
BWS, ESDM, Dinas
Kelautan, Dinas
Kehutanan, Dinas
Pertanian, Forum
PRB, LSM Lokal,
Relawan
100
%
Pengembangan
sekolah dan
madrasah aman
bencana dan
pelanjutan kegiatan
- Terbentuknya sekolah dan
madrasah aman bencana
- Adanya kelompok siaga bencana
sekolah baru berdasarkan
pembagian gugus sekolah setiap
tahunnya
- Adanya kurikulum PB di sekolah-
sekolah
-
Provinsi
Aceh
Penanggung Jawab:
Disdik, BPBA
Pendukung:
Sekretariat Daerah,
BPBD Kab/Kota,
Dinsos, Relawan,
Forum PRB, LSM
Lokal, Relawan
100
%
Pembangunan
Budaya Siaga
Bencana untuk
desa-desa rawan
bencana dan
Meningkatkan
partisipasi
masyarakat dalam
upaya
pengurangan risiko
bencana di daerah
rawan bencana
- Terbentuknya desa-desa
Tangguh bencana setidaknya 30
Desa setipa tahunnya
- Terlestarikannya kearifan lokal
seperti smong di Kabupaten
Simeuleu serta daerah-daerah
lainnya.
Provinsi
Aceh
Penanggung Jawab:
BPBA, Dinsos
Pendukung:
Sekretariat Daerah,
BPBD Kab/Kota,
Perguruan Tinggi,
Forum PRB, LSM
Lokal, Relawan,
PMI, Basarnas,
BNPB
100
%
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
97 | P a g e
melalui pogram
Desa Tangguh
Meningkatkan
kapasitas
masyarakat dalam
analisis
kerusakan dan
upaya pemenuhan
kebutuhan
kehidupannya
secara mandiri
selama masa
tanggap
darurat dan pasca
bencana
- Adanya pelatihan berkala terkait
dengan penilaian kerusakan serta
taksiran kebutuhan dan prediksi
perkembangan kejadian bencana
untuk masa tanggap darurat
- Adanya pemetaan kebutuhan
dasar masa tanggap darurat dan
pasca bencana yang disusun
secara mandiri oleh masyarakat
dalam meminimalisasi
ketergantungan terhadap
Pemerintah
Provinsi
Aceh
Penanggung Jawab:
BPBA, Dinsos
Pendukung:
Sekretariat Daerah,
BPBD Kab/Kota,
Perguruan Tinggi,
Forum PRB, LSM
Lokal, Relawan,
PMI, Basarnas,
BNPB
100
%
Meningkatkan
kemampuan
masyarakat dalam
melakukan
perbaikan akibat
kerusakan bencana
kategori sedang dan
ringan secara
mandiri
- Adanya penyuluhan berkala
terkait upaya perbaikan
kerusakan akibat dampak
bencana di tingkat kelurahan
- Adanya bentuk kerjasama antara
masyarakat dengan pemerintah
dalam perbaikan dampak
kerusakan ringan dan sedang
pada masa darurat bencana
secara mandiri.
Provinsi
Aceh
Penanggung Jawab:
BPBA, Dinas PUPR,
BLK
Pendukung:
Sekretariat Daerah,
BPBD Kab/Kota,
Perguruan Tinggi,
Forum PRB, LSM
Lokal, Relawan,
PMI, Basarnas,
BNPB
100
%
Pengembangan
rumah sakit dan
puskesmas aman
bencana
- Adanya sosialisasi rumah sakit dan
puskesmas aman bencana
- Terbentuknya rumah sakit dan
puskemas aman bencana
- Adanya pelatihan kebencanaan
kepada tenaga medis (dokter dan
perawat) secara berkala
Provinsi
Aceh
Penanggung Jawab:
Dinkes, IDI Provinsi
Aceh, BPBA
Pendukung:
Sekretariat Daerah,
BPBD Kab/Kota,
Perguruan Tinggi,
Forum PRB, LSM
Lokal, Relawan,
PMI, Basarnas,
BNPB
100
%
E. Peningkatan Efektivitas Pencegahan Dan Mitigasi Bencana, Perkuatan
Kesiapsiagaan Dan Penanganan Darurat Bencana dan Pengembangan
Sistim Pemulihan Bencana
Aksi RPB, indikator, zona prioritas, keterlibatan institusi dan sumber anggaran
strategi Peningkatan Efektivitas Pencegahan Dan Mitigasi Bencana, Perkuatan
Kesiapsiagaan Dan Penanganan Darurat Bencana dan Pengembangan Sistim Pemulihan
Bencana digabung menjadi satu bagian karena pada ketiga strategi ini khusus membahas
kebijakan, program dan fokus prioritas dan aksi berdasarkan potensi bencana-bencana
yang ada di Provinsi Aceh. Adapun Aksi RPB, indikator, zona prioritas, keterlibatan
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
98 | P a g e
institusi dan sumber anggaran ketiga strategi ini dapat dilihat pada Tabel 6.5 sampai
dengan Tabel 6.9 berikut.
Tabel 6.5 : Aksi Kegiatan Pencegahan dan Mitigasi, Penanganan Darurat Bencana dan Sisitim Pemulihan Bencana Banjir
AKSI RPB KAB INDIKATOR ZONA
PRIORITAS KETERLIBATAN
INSTANSI
SUMBER PENGANGGARAN
APBA APBD/APBK
VERTIKAL
KERJA SAMA
Penetapan standar
pengelolaan sumber
daya air dan daerah
aliran sungai
- Adanya standar pengelolaan
sumber daya air dan daerah
aliran sungai di daerah
rawan bencana banjir
Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
Dinas Pengarian,
BWS
Pendukung:
Sekretariat Daerah,
Bappeda, BPBA,
BPBD Kab/Kota,
Dewan Air
100%
Penetapan
peraturan tentang
pengamanan dan
pelestarian sumber
daya air di daerah
rawan bencana
banjir
- Dilakukannya normalisasi
20% sungai dalam daerah
rawan bencana banjir
setiap 5 tahun
- Berkurangnya pencemaran
sumber daya air di daerah
rawan banjir
Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
Dinas Pengairan
Pendukung:
Sekretariat Daerah,
Bappeda, BPBA,
BPBD Kab/Kota,
Dewan Air, BWS
100%
Pembangunan
tanggul di daerah
rawan banjir
- Pembangunan tanggul di
daerah rawan banjir
Kab. Aceh
Selatan, Aceh
Barat, Aceh
Jaya, Aceh
Timur, Nagan
Raya, Aceh
Singkil, Aceh
Utara, Aceh
Timur dan
Aceh Tamiang
Penanggung Jawab:
Dinas Pengairan,
BWS
Pendukung:
BPBA, BPBD
Kab/Kota, Bappeda,
Dewan Air.
30% 70%
Kegiatan rebosisasi
hutan lindung
kawasan DAS
berpotensi banjir
- Adanya kegiatan penanaman
hutan kembali kawasan
DAS yang berpotensi Banjir
- Berkurangnya frekuensi
banjir
DAS Singkil,
DAS Meurebo,
Peusangan,
DAS JAmbo
Aye, Teunom,
Tripa, Pase
Penanggung Jawab:
BP DAS
Pendukung:
BPBA, BPBD
Kab/Kota,
Perguruan tinggi,
Bappeda, Dewan
Air, Dinas
Pengairan, Forum
PRB
100%
Pembangunan Jetty
di muara sungai
pantai barat selatan
Provinsi aceh untuk
mengendalikan dan
mengurangi
sedimen dari laut
agar pendangkalan
muara sungai bisa
teratasi
- Tidak terjadinya
pendangkalan muara
sungai
- Frekuensi banjir akibat
terhambatnya aliran air
sungai bisa tertatasi
Kab. Aceh
Selatan, Aceh
Barat, Aceh
Jaya, Aceh
Timur, Nagan
Raya, Aceh
Singkil, Aceh
Utara, Aceh
Timur dan
Aceh Tamiang
Penanggung Jawab:
Dinas Pengairan,
Dishubkominfo
Pendukung:
Badan BWS, Dinas
Kelautan, BPBA,
BPBD Kab/Kota,
Perguruan tinggi,
Bappeda, Dewan
Air, Dinas Pengairan
30% 70%
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
99 | P a g e
Pembangunan kanal
banjir pada daerah
pesisir dengan
frekuensi banjir
tahunan dan
dipengaruhi oleh
pasang surut air laut
- Adanya pembangunan kanal
banjir
- Masalah banjir dapat
teratasi Kab Aceh
Singkil, Aceh
Selatan, Aceh
Barat, Aceh
Jaya
Penanggung Jawab:
Dinas Pengairan,
Badan BWS
Pendukung:
Badan BWS, Dinas
Kelautan, BPBA,
BPBD Kab/Kota,
BNPB, Perguruan
tinggi, Bappeda,
Dewan Air, Dinas
Pengairan
100%
Pembuatan Waduk/
Bendugan pada
daerah banjir yang
mempunyai DAS
yang sangat Luas
dan potensi debit
sungai yang cukup
tinggi
- Adanya pembangunan
Waduk
- Masalah banjir bisa teratasi Kab Aceh
Jaya, Aceh
Barat, Kab
Aceh Tamiang
dan Kota
Subulussalam,
Penanggung Jawab:
Dinas Pengairan,
Badan BWS
Pendukung:
Dinas Kelautan,
BPBA, BPBD
Kab/Kota, BNPB,
Perguruan tinggi,
Bappeda, Dewan
Air, Dinas Pengairan
100%
Pelarangan
pembangunan pada
kawasan bantaran
sungai (alluvial
plain) berdasarkan
perencanaan tata
ruang & IMB yang
berbasis bencana
- Adanya perberlakuan Sistem
IMB untuk melarang
penambahan bangunan di
daerah rawan bencana
banjir Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
Dinas PU
Pendukung:
Sekretariat Daerah,
Bappeda, BPBA,
BPBD Kab/Kota
100%
Pembersihan
saluran air/drainase
secara berkala dan
bergotong royong
- Berkurangnya sedimentasi
di daerah aliran sungai
pada daerah rawan
Bencana Banjir
- Peran aktif aparat desa dan
kecamatan dalam
pembersihan daerah aliran
sungai
Kab. Aceh
Selatan, Aceh
Barat, Aceh
Jaya, Aceh
Timur, Nagan
Raya, Aceh
Singkil, Aceh
Utara, Aceh
Timur dan
Aceh Tamiang
Penanggung Jawab:
Dinas PU, Dinas
Kebersihan dan
Pertamanan
Pendukung:
BPBA, BPBD
Kab/Kota, Dunia
Usaha, CSR, LSM,
Forum PRB,
Kecamatan,
Kelurahan, Relawan
30% 70%
Monitoring curah
hujan dan tinggi
permukaan air
- Terpasangnya peralatan
monitoring serta
mengamati curah hujan
dan tinggi permukaan air
sungai agar dapat
memberikan peringatan
kepada masyarakat yang
tinggal di daerah rawan
bencana banjir
Kab. Aceh
Selatan, Aceh
Barat, Aceh
Jaya, Aceh
Timur, Nagan
Raya, Aceh
Singkil, Aceh
Utara, Aceh
Timur dan
Aceh Tamiang
Penanggung Jawab:
BMKG
Pendukung:
BPBA, BPBD
Kab/Kota,
Kecamatan,
Kelurahan
100%
Mengembangkan
inovasi pintu air
dengan teknologi
sederhana dan tepat
- Diterapkannya inovasi pintu
air dengan teknologi
sederhana (hingga
persentase tertentu) di
Kab. Aceh
Selatan, Aceh
Barat, Aceh
Jaya, Aceh
Timur, Nagan
Penanggung Jawab:
Dinas PU
Pendukung:
100%
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
100 | P a g e
guna daerah rawan Bencana
Banjir
Raya, Aceh
Singkil, Aceh
Utara, Aceh
Timur dan
Aceh Tamiang
BPBA, BPBD
Kab/Kota, Bappeda,
BWS, Kecamatan
Pemindahan
penduduk dari
daerah rawan
bencana ke daerah
yang aman
- Pembangunan pemukiman
yang aman bencana
- Adanya mata pencaharian
alternatif bagi masyarakat
di pemukiman baru
Kab. Aceh
Selatan, Aceh
Barat, Aceh
Jaya, Aceh
Timur, Nagan
Raya, Aceh
Singkil, Aceh
Utara, Aceh
Timur dan
Aceh Tamiang
Penanggung Jawab:
Dinas PU
Pendukung:
BPBA, Bappeda,
Dinsos, Forum PRB,
BPKAD, Seketariat
Daerah
100%
Pembangunan
Sistem Peringatan
Dini
- Adanya SOP Peringatan Dini
untuk bencana-bencana
prioritas yang di perkuat
dengan peraturan Kepala
Daerah
- Adanya pedoman standar
pelayanan minimum
informasi peringatan dini
untuk bencana-bencana
prioritas
- Adanya alat deteksi dini
potensi di zona prioritas
penanggulangan bencana
provinsi berdasarkan
budaya lokal
- Adanya alat penyebaran
informasi peringatan dini
yang mampu menjangkau
seluruh elemen masyarakat
di zona prioritas
penanggulangan bencana
Kab. Aceh
Selatan, Aceh
Barat, Aceh
Jaya, Aceh
Timur, Nagan
Raya, Aceh
Singkil, Aceh
Utara, Aceh
Timur dan
Aceh Tamiang
Penanggung Jawab:
BPBA, BPBD
Kab/Kota
Pendukung:
Dishubkominfo,
Dinas PU,
BASARNAS, BMKG,
BWS, Dewan Air,
Forum PRB
100%
Penyusunan
Rencana Evakuasi
tingkat lokal (tempat
dan jalur evakuasi)
- Adanya Pedoman Standar
Penyelamatan Diri saat
terjadi bencana Banjir
- Tersosialisasikannya
Pedoman Standar
Penyelamatan Diri
- Ditetapkan dan
disosialisasikannya rencana
evakuasi daerah untuk
bencana Banjir
- Tersedianya jalur evakuasi
di kawasan rawan bencana
Banjir
Kab. Aceh
Selatan, Aceh
Barat, Aceh
Jaya, Aceh
Timur, Nagan
Raya, Aceh
Singkil, Aceh
Utara, Aceh
Timur dan
Aceh Tamiang
Penanggung Jawab:
BPBA, BPBD
Kab/Kota
Pendukung:
Disdikpora, Dinkes,
Dinsosnakertrans,
Dishut, Dinas PU,
Sekretariat Daerah,
Satpol PP & Linmas,
Forum PRB, Dewan
Air
60% 40%
Menyediakan sarana
jaringan
transportasi untuk
masa darurat
- Tersedianya jalur
transportasi pada masa
tanggap darurat bencana.
- Adanya SOP untuk
mengamankan jaringan dan
transportasi barang
bantuan
- Adanya perjanjian
kerjasama antara
Kab. Aceh
Selatan, Aceh
Barat, Aceh
Jaya, Aceh
Timur, Nagan
Raya, Aceh
Singkil, Aceh
Utara, Aceh
Timur dan
Aceh Tamiang
Penanggung Jawab:
Dishubkominfo
Pendukung:
Dinas PU, BPBA,
BPBD Kab/Kota,
PU, POLRI, TNI,
(Asosiasi)
Perusahaan
100%
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
101 | P a g e
pemerintah daerah dengan
(asosiasi) perusahaan
konstruksi dan transportasi
Transportasi
Menyediakan stok
barang bantuan
untuk masa darurat
- Tersedianya stok
(minimum) barang bantuan
makanan di setiap desa
- Melakukan pengecekan
secara secara berkala
terhadap masa kadaluarsa
barang bantuan tersebut,
sekaligus mengganti
apabila ada yang sudah
tidak layak di konsumsi
Kab. Aceh
Selatan, Aceh
Barat, Aceh
Jaya, Aceh
Timur, Nagan
Raya, Aceh
Singkil, Aceh
Utara, Aceh
Timur dan
Aceh Tamiang
Penanggung Jawab:
Dinsos
Pendukung:
Dinkes, Sekretariat
Daerah, BPBA,
BPBD Kab/Kota,
Bulog, POLRI, TNI,
PMI, Forum PRB
100%
Menyediakan stok
peralatan untuk
masa darurat,
kebutuhan dasar
logistik untuk masa
darurat dan tempat
penampungan
sementara
- Tersedianya stok peralatan
untuk masa tanggap darurat
seperti peralatan SAR,
generator listrik, boat
dsbnya
Kab. Aceh
Selatan, Aceh
Barat, Aceh
Jaya, Aceh
Timur, Nagan
Raya, Aceh
Singkil, Aceh
Utara, Aceh
Timur dan
Aceh Tamiang
Penanggung Jawab:
BPBA, Dinsos
Pendukung:
Basarnas, Dinkes,
Dinas PU, BNPB,
BPBD Kab/Kota,
POLRI, TNI, Forum
PRB
100%
Memasang berbagai
tanda2x peringatan
seperti bahaya,
dilarang masuk ke
daerah rawan
bencana, dll
- Tersedianya berbagai alat /
tanda peringatan arah
evakuasi, papan informasi,
dll di daerah rawan bencana.
Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
BPBA
Pendukung:
Dishubkominfo,
Dinas PU, BMKG,
POLRI, TNI, PMI,
Basarnas, Forum
PRB
100%
Menyediakan
tempat untuk
fasilitas transportasi
selama masa darurat
seperti helipad,
pusat transportasi,
dsbnya.
- Menyediakan tempat untuk
fasilitas transportasi selama
masa darurat seperti
helipad, pusat transportasi
Kab. Aceh
Selatan, Aceh
Barat, Aceh
Jaya, Aceh
Timur, Nagan
Raya, Aceh
Singkil, Aceh
Utara, Aceh
Timur dan
Aceh Tamiang
Penanggung Jawab:
Dishubkominfo
Pendukung:
Dinas PU, Satpol PP
& Linmas, BPBA,
BPBD Kab/Kota,
BASARNAS, POLRI,
TNI
100%
Meningkatkan
kapasitas Tim
Reaksi Cepat dan
membentuk pos
siaga beserta semua
unsur
pendukungnya
- Mengadakan latihan secara
berkala untuk menyusun
Tim Reaksi Cepat serta
membentuk & mengaktifkan
status siaga sebelum
terjadinya bencana Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
BPBA
Pendukung:
Dinkes, Dinsos,
Sekretariat Daerah ,
Satpol PP & Linmas,
BNPB, BPBD
Kab/Kota, Forum
PRB, BASARNAS,
POLRI, TNI, PMI
100%
Mengumpulkan
informasi potensi
bencana untuk
tanggap darurat
- Terbentuknya sistem untuk
mengumpulkan potensi
terjadinya bencana secara
cepat
Kab. Aceh
Selatan, Aceh
Barat, Aceh
Jaya, Aceh
Timur, Nagan
Raya, Aceh
Singkil, Aceh
Penanggung Jawab:
BPBA
Pendukung:
Dinkes,
Dishubkominfo,
100%
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
102 | P a g e
Utara, Aceh
Timur dan
Aceh Tamiang
Dinas PU,
Sekretariat Daerah ,
BNPB, BPBD
Kab/Kota, BMKG,
Forum PRB,
Basarnas, PMI,
Kecamatan,
Kelurahan
Membangun dan
memelihara sistem
informasi dan
komunikasi yg
terintegrasi dengan
sistem peringatan
dini
- Adanya serta terpeliharanya
secara berkala sistem
informasi & komunikasi yg
terintegrasi dengan sistem
peringatan dini
- Menyebarkan informasi
peringatan dini kepada
masyarakat dan kelompok
rentan sebelum bencana
terjadi
- Melakukan tes dan pelatihan
secara berkala
Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
BPBA
Pendukung:
Dishubkominfo,
Dinas PU, Bappeda,
BNPB, BPBD
Kab/Kota,
BASARNAS, BMKG,
PU, POLRI, TNI,
PMI, Media, Forum
PRB
70% 10% 20%
Persiapan dan
Koordinasi untuk
Respon Awal apabila
terjadi bencana
- Melakukan TTX atau
Latihan Lapangan untuk
menyusun Respon Awal yg
efektif berdasarkan SOP
Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
BPBA
Pendukung:
Sekretaris Daerah,
Disdik, Dinkes,
Dinsos,
Dishubkominfo,
Dinas PU, Dinas
KOPERINDAGTAM
BEN, Dinas
Pertanian Tanaman
Pangan, DKP, Dinas
Kebersihan dan
Pertamanan, Satpol
PP & Linmas, BNPB,
BPBD Kab/Kota,
BASARNAS, BMKG,
PVMBG, POLRI,
TNI, PMI, Forum
PRB
100%
Menjalin kerjasama
untuk meningkatkan
kesiapsiagaan dan
respon tanggap
darurat di provinsi
Aceh dan Kab/Kota
- Adanya metode untuk
meminta bantuan dari
tingkat Nasional dan
apabila skala bencana sudah
melebihi kapasitas dari
Provinsi Aceh, serta
mencantumkan metode
tersebut didalam SOP
Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
Plt Gubernur, Bupati
dan BPBA
Pendukung:
Sekretariat Daerah
(Provinsi,
Kab/Kota),
Bappeda, BNPB,
BPBD Kab/Kota,
BASARNAS, PMI,
Forum PRB
100%
Menyebarkan
informasi tentang
persiapan
menghadapi
- Implementasi penyebaran
informasi kepada
masyarakat
Kab. Aceh
Selatan, Aceh
Barat, Aceh
Jaya, Aceh
Timur, Nagan
Penanggung Jawab:
Dishubkominfo,
BPBA, BPBD
Kab/Kota
100%
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
103 | P a g e
bencana kepada
masyarakat
Raya, Aceh
Singkil, Aceh
Utara, Aceh
Timur dan
Aceh Tamiang
Pendukung:
Sekretariat Daerah,
Media, Kecamatan,
Kelurahan, Forun
PRB, PMI
Mempersiapkan dan
menyediakan
kebutuhan dasar
kesehatan untuk
masa darurat
- Tersedianya kebutuhan
dasar kesehatan untuk masa
darurat
Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
Dinkes
Pendukung:
Dinsosnakertrans,
BPBA. BPBD
Kab/Kota, PMI,
IDI/RS
100%
Menyusun Rencana
Kontinjensi
- Adanya rencana kontinjensi
untuk bencana-bencana
prioritas
- Adanya kesepakatan tertulis
setiap institusi terkait
penanggulangan bencana
untuk mengalokasikan
anggaran sesuai dengan
rencana kontinjensi.
- Tersedianya dana darurat
bencana sesuai dengan
kebutuhan rencana
kontinjensi
Kab. Aceh
Selatan, Aceh
Barat, Aceh
Jaya, Aceh
Timur, Nagan
Raya, Aceh
Singkil, Aceh
Utara, Aceh
Timur dan
Aceh Tamiang
Penanggung Jawab:
BPBA
Pendukung:
Disdik, Dinkes,
Dinsos,
Dishubkominfo,
Dinas PU, Dinas
KOPERINDAGTAM
BEN, Dinas
Pertanian Tanaman
Pangan, DKP, Dinas
Kebersihan dan
Pertamanan,
Sekretariat Daerah,
Bappeda, Satpol PP
& Linmas, BNPB,
BPBD Kab/Kota,
POLRI, TNI, PMI,
Forum PRB,
BASARNAS
100%
Melakukan
sosialisasi tentang
kesiapsiagaan
menghadapi
bencana
- Melakukan sosialisasi
kesiapsiagaan kepada
masyarakat di daerah
rawan bencana Kab. Aceh
Selatan, Aceh
Barat, Aceh
Jaya, Aceh
Timur, Nagan
Raya, Aceh
Singkil, Aceh
Utara, Aceh
Timur dan
Aceh Tamiang
Penanggung Jawab:
BPBA
Pendukung:
Bupati, Disdikpora,
Dinkes,
Dinsosnakertrans,
Dishubkominfo,
Sekretariat Daerah,
BPBD Kab/Kota,
POLRI, TNI, PMI,
LSM, Kecamatan,
Kelurahan, Relawan,
Forum PRB
100%
Mendukung upaya
memberikan
pertolongan
pertama kepada
korban
-. Memberikan pertolongan
P3K kepada korban telah
selesai maksimum 3x24 jam
setelah kejadian bencana Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
Dinkes, BPBA,
BASARNAS
Pendukung:
Dinsosnakertrans,
POLRI, TNI, PMI,
IDI/RS, Relawan
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
104 | P a g e
Mendukung
tindakan evakuasi
warga
-. Proses evakuasi telah
selesai maksimum 1x24 jam
setelah kejadian bencana
Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
Bupati, BPBA
Pendukung:
Dinsos,
Dishubkominfo,
Dinas PU, Satpol PP
& Linmas,
Bakesbangpol,
BPBD Kab/Kota,
POLRI, TNI, PMI,
Kecamatan,
Kelurahan, Relawan
Mendirikan dan
mengoperasikan
tempat2x evakuasi
- Pendirian tempat
evakuasi telah
diselesaikan maksimum
1x 24 jam setelah
kejadian bencana.
- Mobilisasi sumber daya
untuk mengoperasikan
tempat evakuasi
Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
Dinsos, BPBA
Pendukung:
Dinkes, Dinas PU,
Satpol PP & Linmas,
BPBD Kab/Kota
POLRI, TNI, PMI,
Forum PRB
100%
Melindungi dan
memberikan
pertolongan kepada
kelompok rentan
- Melindungi dan
memberikan pertolongan
kepada kelompok rentan
Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
Dinsos, BPBA
Pendukung:
Dinkes, PMI,
Relawan, Forum
PRB
100%
Menjaga keamanan
masyarakat & lokasi
bencana
- Tindakan untuk menjaga
keamanan sudah harus
berfungsi maksimum
3x24 jam sesudah
kejadian bencana
Provinsi Aceh
100%
Kaji Cepat Bencana - Tersedianya rekomendasi
status darurat bencana
maksimal 1x24 jam sejak
bencana selesai
Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
BPBA
Pendukung:
Dinkes, Dinsos,
Dinas PU,
Sekretariat Daerah,
BNPB, BPBD
Kab/Kota
100%
Menerima bantuan
dari lembaga/negara
asing
-Menyediakan tempat dan
mempersiapkan diri untuk
menerima bantuan dari luar
negeri
-Menerima bantuan dari
luar negeri
Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
BPBA
Pendukung:
Plt Gubernur,
Forum PRB, NGO
Lokal
100%
Menerima bantuan
dari relawan
-Menyediakan tempat dan
mempersiapkan sistem
untuk menerima Relawan
-Implementasi penerimaan
Relawan.
Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
BPBA
Pendukung:
Dinkes, Dinsos,
POLRI, TNI, PMI,
IDI/RS, Relawan,
100%
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
105 | P a g e
Forum PRB
Pemulihan darurat
untuk fungsi fasilitas
& infrastruktur vital
-Maksimum 1x24 jam
setelah kejadian bencana
berakhir, telah diketahui
status seluruh fasilitas &
infrastruktur yang ada di
lokasi bencana
-Maksimum 7x24 jam
setelah kejadian bencana
selesai, telah dapat
memfungsikan kembali
fasilitas & infrastruktur vital
yang rusak (baik secara
permanen ataupun
temporer)
Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
Dishubkominfo,
Dinas PU, BPBA
Pendukung:
Sekretariat Daerah,
Satpol PP & Linmas,
POLRI, TNI, PLN,
PDAM, TELKOM,
(Asosiasi)
Perusahaan
Transportasi, Dunia
Usaha
100%
Pemulihan darurat
untuk Sarana dan
Prasarana Umum
-Maksimum 1x24 jam
setelah kejadian bencana,
telah diketahui status
seluruh sarpras umum yang
ada di lokasi bencana
-Maksimum 7x24 jam
setelah kejadian bencana,
sarpras umum yang rusak
telah berfungsi kembali
Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
Dinas PU
Pendukung:
Dinsos, PLN, PDAM,
BPBA, TELKOM,
Operator
Telekomunikasi
100%
Membersihkan
limbah padat dan
reruntuhan
-. Membersihkan limbah
padat dan reruntuhan untuk
melancarkan jalur
transportasi darurat
maksimum 3x24 jam
sesudah kejadian bencana
Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
Dinas Kebersihan
dan Pertamanan
Pendukung:
Dishubkominfo,
Dinas PU, Satpol PP
& Linmas, Kantor
LH, BPBA
100%
Mengamankan
jaringan
transportansi
darurat berserta
seluruh aktivitasnya
-.Jaringan transportasi
darurat beserta aktivitas
darurat sudah harus
berfungsi maksimum 3x24
jam setelah kejadian
bencana
Penanggung Jawab:
Dishubkominfo,Din
as Kebersihan dan
Pertamanan
Pendukung:
Dinas PU, Satpol PP
& Linmas, BPBA,
POLRI, TNI,
(Asosiasi)
Perusahaan
Transportasi
100%
Tabel 6.6 : Aksi Kegiatan Pencegahan dan Mitigasi, Penanganan Darurat Bencana dan Sistim Pemulihan Bencana Banjir Bandang
AKSI RPB KAB INDIKATOR ZONA
PRIORITAS KETERLIBATAN
INSTANSI
SUMBER PENGANGGARAN
APBA APBD/APBK
VERTIKAL
KERJA SAMA
Pembuatan tanggul
penahan banjir
bandang dan
perkuatan tebing
- Adanya kegiatan
pembangunan kontruksi
penanggulangan Banjir
Bandang pada daerah-
Kab Aceh
Pidie, Aceh
Tenggara,
Bener Meriah,
Penanggung Jawab:
Dinas Pengairan
Pendukung:
30% 70%
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
106 | P a g e
DAS pada daerah-
daerah rawan
banjir bandang
daerah rawan Aceh Tengah,
Gayo Lues,
Aceh Jaya,
Aceh Selatan
Sekretariat Daerah,
Bappeda, BPBA,
BPBD Kab/Kota,
Dewan Air, BWS
Penetapan
peraturan tentang
pengamanan dan
normalisasi sungai
di daerah rawan
bencana banjir
Bandang
- Dilakukannya normalisasi
20% sungai dalam daerah
rawan bencana banjir
bandang setiap 5 tahun
- Slope atau kemiringan
sungai yang pada daerah
tertentu di landaikan
Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
Dinas Pengairan
Pendukung:
Sekretariat Daerah,
Bappeda, BPBA,
BPBD Kab/Kota,
Dewan Air, BWS
100%
Penetapan
peraturan terkait
tata guna lahan dan
Izin Mendirikan
Bangunan di
sepanjang alur
sungai yang rawan
potensi banjir
bandang
Adanya peraturan
penggunaan
lahan di sepanjang alur
sungai
Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
DPMPTSP, Dinas
Pengairan, BWS
Pendukung:
BPBA, BPBD
Kab/Kota, Bappeda,
Dewan Air.
100%
Kegiatan rebosisasi
hutan lindung
kawasan DAS
berpotensi banjir
bandang
- Adanya kegiatan penanaman
hutan kembali kawasan
DAS yang berpotensi banjir
bandang
- Berkurangnya frekuensi
banjir bandang Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
Dinas Kehutanan,
BP DAS
Pendukung:
BPBA, BPBD
Kab/Kota,
Perguruan tinggi,
Bappeda, Dewan
Air, Dinas
Pengairan, Forum
PRB
100%
Monitoring tinggi
permukaan air
sungai pada titik
rujukan untuk
potensi banjir
bandang
- Terpasangnya peralatan
monitoring serta
mengamati curah hujan
dan tinggi permukaan air
sungai agar dapat
memberikan peringatan
kepada masyarakat yang
tinggal di daerah rawan
bencana banjir
Kab Aceh
Pidie, Aceh
Tenggara,
Bener Meriah,
Aceh Tengah,
Gayo Lues,
Aceh Jaya,
Aceh Selatan
Penanggung Jawab:
Relawan, BPBD
Kab/Kota
Pendukung:
BPBA, Kecamatan,
Kelurahan, Forum
PRB
50% 50%
Pembangunan
Sistem Peringatan
Dini
- Adanya SOP Peringatan Dini
untuk bencana-bencana
prioritas yang di perkuat
dengan peraturan Kepala
Daerah
- Adanya pedoman standar
pelayanan minimum
informasi peringatan dini
untuk bencana-bencana
prioritas
- Adanya alat deteksi dini
potensi di zona prioritas
penanggulangan bencana
provinsi berdasarkan
Kab Aceh
Pidie, Aceh
Tenggara,
Bener Meriah,
Aceh Tengah,
Gayo Lues,
Aceh Jaya,
Aceh Selatan
Penanggung Jawab:
BPBA, BPBD
Kab/Kota
Pendukung:
Dishubkominfo,
Dinas PU,
BASARNAS, BMKG,
BWS, Dewan Air,
Forum PRB
100%
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
107 | P a g e
budaya lokal
- Adanya alat penyebaran
informasi peringatan dini
yang mampu menjangkau
seluruh elemen masyarakat
di zona prioritas
penanggulangan bencana
Penyusunan
Rencana Evakuasi
tingkat lokal (tempat
dan jalur evakuasi)
- Adanya Pedoman Standar
Penyelamatan Diri saat
terjadi bencana Banjir
- Tersosialisasikannya
Pedoman Standar
Penyelamatan Diri
- Ditetapkan dan
disosialisasikannya rencana
evakuasi daerah untuk
bencana Banjir
- Tersedianya jalur evakuasi
di kawasan rawan bencana
Banjir
Kab Aceh
Pidie, Aceh
Tenggara,
Bener Meriah,
Aceh Tengah,
Gayo Lues,
Aceh Jaya,
Aceh Selatan
Penanggung Jawab:
BPBA, BPBD
Kab/Kota
Pendukung:
Disdikpora, Dinkes,
Dinsosnakertrans,
Dishut, Dinas PU,
Sekretariat Daerah,
Satpol PP & Linmas,
Forum PRB, Dewan
Air
60% 40%
Menyediakan sarana
jaringan
transportasi untuk
masa darurat
- Tersedianya jalur
transportasi pada masa
tanggap darurat bencana.
- Adanya SOP untuk
mengamankan jaringan dan
transportasi barang
bantuan
- Adanya perjanjian
kerjasama antara
pemerintah daerah dengan
(asosiasi) perusahaan
konstruksi dan transportasi
Kab Aceh
Pidie, Aceh
Tenggara,
Bener Meriah,
Aceh Tengah,
Gayo Lues,
Aceh Jaya,
Aceh Selatan
Penanggung Jawab:
Dishubkominfo
Pendukung:
Dinas PU, BPBA,
BPBD Kab/Kota,
PU, POLRI, TNI,
(Asosiasi)
Perusahaan
Transportasi
100%
Menyediakan
tempat untuk
fasilitas transportasi
selama masa darurat
seperti helipad,
pusat transportasi,
dsbnya.
- Menyediakan tempat untuk
fasilitas transportasi selama
masa darurat seperti
helipad, pusat transportasi
Kab Aceh
Pidie, Aceh
Tenggara,
Bener Meriah,
Aceh Tengah,
Gayo Lues,
Aceh Jaya,
Aceh Selatan
Penanggung Jawab:
Dishubkominfo
Pendukung:
Dinas PU, Satpol PP
& Linmas, BPBA,
BPBD Kab/Kota,
BASARNAS, POLRI,
TNI
100%
Meningkatkan
kapasitas Tim
Reaksi Cepat dan
membentuk pos
siaga beserta semua
unsur
pendukungnya
- Mengadakan latihan secara
berkala untuk menyusun
Tim Reaksi Cepat serta
membentuk & mengaktifkan
status siaga sebelum
terjadinya bencana Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
BPBA
Pendukung:
Dinkes, Dinsos,
Sekretariat Daerah ,
Satpol PP & Linmas,
BNPB, BPBD
Kab/Kota, Forum
PRB, BASARNAS,
POLRI, TNI, PMI
100%
Mengumpulkan
informasi potensi
bencana untuk
tanggap darurat
- Terbentuknya sistem untuk
mengumpulkan potensi
terjadinya bencana secara
cepat
Kab Aceh
Pidie, Aceh
Tenggara,
Bener Meriah,
Aceh Tengah,
Gayo Lues,
Penanggung Jawab:
BPBA
Pendukung:
Dinkes,
100%
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
108 | P a g e
Aceh Jaya,
Aceh Selatan Dishubkominfo,
Dinas PU,
Sekretariat Daerah ,
BNPB, BPBD
Kab/Kota, BMKG,
Forum PRB,
Basarnas, PMI,
Kecamatan,
Kelurahan
Membangun dan
memelihara sistem
informasi dan
komunikasi yg
terintegrasi dengan
sistem peringatan
dini
- Adanya serta terpeliharanya
secara berkala sistem
informasi & komunikasi yg
terintegrasi dengan sistem
peringatan dini
- Menyebarkan informasi
peringatan dini kepada
masyarakat dan kelompok
rentan sebelum bencana
terjadi
- Melakukan tes dan pelatihan
secara berkala
Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
BPBA
Pendukung:
Dishubkominfo,
Dinas PU, Bappeda,
BNPB, BPBD
Kab/Kota,
BASARNAS, BMKG,
PU, POLRI, TNI,
PMI, Media, Forum
PRB
70% 10% 20%
Persiapan dan
Koordinasi untuk
Respon Awal apabila
terjadi bencana
- Melakukan TTX atau
Latihan Lapangan untuk
menyusun Respon Awal yg
efektif berdasarkan SOP
Kab Aceh
Pidie, Aceh
Tenggara,
Bener Meriah,
Aceh Tengah,
Gayo Lues,
Aceh Jaya,
Aceh Selatan
Penanggung Jawab:
BPBA
Pendukung:
Sekretaris Daerah,
Disdik, Dinkes,
Dinsos,
Dishubkominfo,
Dinas PU, Dinas
KOPERINDAGTAM
BEN, Dinas
Pertanian Tanaman
Pangan, DKP, Dinas
Kebersihan dan
Pertamanan, Satpol
PP & Linmas, BNPB,
BPBD Kab/Kota,
BASARNAS, BMKG,
POLRI, TNI, PMI,
Forum PRB
100%
Menjalin kerjasama
untuk meningkatkan
kesiapsiagaan dan
respon tanggap
darurat di provinsi
Aceh dan Kab/Kota
- Adanya metode untuk
meminta bantuan dari
tingkat Nasional dan
apabila skala bencana sudah
melebihi kapasitas dari
Provinsi Aceh, serta
mencantumkan metode
tersebut didalam SOP
Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
Plt Gubernur, Bupati
dan BPBA
Pendukung:
Sekretariat Daerah
(Provinsi,
Kab/Kota),
Bappeda, BNPB,
BPBD Kab/Kota,
BASARNAS, PMI,
Forum PRB
100%
Menyebarkan
informasi tentang
persiapan
menghadapi
- Implementasi penyebaran
informasi kepada
masyarakat
Kab Aceh
Pidie, Aceh
Tenggara,
Bener Meriah,
Aceh Tengah,
Penanggung Jawab:
Dishubkominfo,
BPBA, BPBD
Kab/Kota
100%
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
109 | P a g e
bencana kepada
masyarakat
Gayo Lues,
Aceh Jaya,
Aceh Selatan
Pendukung:
Sekretariat Daerah,
Media, Kecamatan,
Kelurahan, Forun
PRB, PMI
Mempersiapkan dan
menyediakan
kebutuhan dasar
kesehatan untuk
masa darurat
- Tersedianya kebutuhan
dasar kesehatan untuk masa
darurat
Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
Dinkes
Pendukung:
Dinsosnakertrans,
BPBA. BPBD
Kab/Kota, PMI,
IDI/RS
100%
Menyusun Rencana
Kontinjensi
- Adanya rencana kontinjensi
untuk bencana-bencana
prioritas
- Adanya kesepakatan tertulis
setiap institusi terkait
penanggulangan bencana
untuk mengalokasikan
anggaran sesuai dengan
rencana kontinjensi.
- Tersedianya dana darurat
bencana sesuai dengan
kebutuhan rencana
kontinjensi
Kab Aceh
Pidie, Aceh
Tenggara,
Bener Meriah,
Aceh Tengah,
Gayo Lues,
Aceh Jaya,
Aceh Selatan
Penanggung Jawab:
BPBA
Pendukung:
Disdik, Dinkes,
Dinsos,
Dishubkominfo,
Dinas PU, Dinas
KOPERINDAGTAM
BEN, Dinas
Pertanian Tanaman
Pangan, DKP, Dinas
Kebersihan dan
Pertamanan,
Sekretariat Daerah,
Bappeda, Satpol PP
& Linmas, BNPB,
BPBD Kab/Kota,
POLRI, TNI, PMI,
Forum PRB,
BASARNAS
100%
Melakukan
sosialisasi tentang
kesiapsiagaan
menghadapi
bencana
- Melakukan sosialisasi
kesiapsiagaan kepada
masyarakat di daerah
rawan bencana Kab Aceh
Pidie, Aceh
Tenggara,
Bener Meriah,
Aceh Tengah,
Gayo Lues,
Aceh Jaya,
Aceh Selatan
Penanggung Jawab:
BPBA
Pendukung:
Bupati, Disdikpora,
Dinkes,
Dinsosnakertrans,
Dishubkominfo,
Sekretariat Daerah,
BPBD Kab/Kota,
POLRI, TNI, PMI,
LSM, Kecamatan,
Kelurahan, Relawan,
Forum PRB
100%
Mendukung upaya
memberikan
pertolongan
pertama kepada
korban
-. Memberikan pertolongan
P3K kepada korban telah
selesai maksimum 3x24 jam
setelah kejadian bencana Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
Dinkes, BPBA,
BASARNAS
Pendukung:
Dinsosnakertrans,
POLRI, TNI, PMI,
IDI/RS, Relawan
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
110 | P a g e
Mendukung
tindakan evakuasi
warga
-. Proses evakuasi telah
selesai maksimum 1x24 jam
setelah kejadian bencana
Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
Bupati, BPBA
Pendukung:
Dinsos,
Dishubkominfo,
Dinas PU, Satpol PP
& Linmas,
Bakesbangpol,
BPBD Kab/Kota,
POLRI, TNI, PMI,
Kecamatan,
Kelurahan, Relawan
Mendirikan dan
mengoperasikan
tempat2x evakuasi
- Pendirian tempat
evakuasi telah
diselesaikan maksimum
1x 24 jam setelah
kejadian bencana.
- Mobilisasi sumber daya
untuk mengoperasikan
tempat evakuasi
Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
Dinsos, BPBA
Pendukung:
Dinkes, Dinas PU,
Satpol PP & Linmas,
BPBD Kab/Kota
POLRI, TNI, PMI,
Forum PRB
100%
Melindungi dan
memberikan
pertolongan kepada
kelompok rentan
- Melindungi dan
memberikan pertolongan
kepada kelompok rentan
Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
Dinsos, BPBA
Pendukung:
Dinkes, PMI,
Relawan, Forum
PRB
100%
Menjaga keamanan
masyarakat & lokasi
bencana
- Tindakan untuk menjaga
keamanan sudah harus
berfungsi maksimum
3x24 jam sesudah
kejadian bencana
Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
POLRI, TNI
Pendukung:
Satpol PP & Linmas,
BPBA, BPBD
Kab/Kota
100%
Pemindahan
penduduk dari
daerah rawan
bencana banjir
bandang ke daerah
yang aman
- Pembangunan
pemukiman yang aman
bencana
- Adanya mata pencaharian
alternatif bagi masyarakat
di pemukiman baru
Kab Aceh
Pidie, Aceh
Tenggara,
Bener Meriah,
Aceh Tengah,
Gayo Lues,
Aceh Jaya,
Aceh Selatan
Penanggung Jawab:
Dinas PU
Pendukung:
BPBA, Bappeda,
Dinsos, Forum PRB,
BPKAD, Seketariat
Daerah
100%
Kaji Cepat Bencana - Tersedianya rekomendasi
status darurat bencana
maksimal 1x24 jam sejak
bencana selesai
Penanggung Jawab:
BPBA
Pendukung:
Dinkes, Dinsos,
Dinas PU,
Sekretariat Daerah,
BNPB, BPBD
Kab/Kota
100%
Menerima bantuan
dari lembaga/negara
asing
-Menyediakan tempat dan
mempersiapkan diri untuk
menerima bantuan dari luar
negeri
Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
BPBA
Pendukung:
100%
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
111 | P a g e
-Menerima bantuan dari
luar negeri
Plt Gubernur,
Forum PRB, NGO
Lokal
Menerima bantuan
dari relawan
-Menyediakan tempat dan
mempersiapkan sistem
untuk menerima Relawan
-Implementasi penerimaan
Relawan. Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
BPBA
Pendukung:
Dinkes, Dinsos,
POLRI, TNI, PMI,
IDI/RS, Relawan,
Forum PRB
100%
Pemulihan darurat
untuk fungsi fasilitas
& infrastruktur vital
-Maksimum 1x24 jam
setelah kejadian bencana
berakhir, telah diketahui
status seluruh fasilitas &
infrastruktur yang ada di
lokasi bencana
-Maksimum 7x24 jam
setelah kejadian bencana
selesai, telah dapat
memfungsikan kembali
fasilitas & infrastruktur vital
yang rusak (baik secara
permanen ataupun
temporer)
Kab Aceh
Pidie, Aceh
Tenggara,
Bener Meriah,
Aceh Tengah,
Gayo Lues,
Aceh Jaya,
Aceh Selatan
Penanggung Jawab:
Dishubkominfo,
Dinas PU, BPBA
Pendukung:
Sekretariat Daerah,
Satpol PP & Linmas,
POLRI, TNI, PLN,
PDAM, TELKOM,
(Asosiasi)
Perusahaan
Transportasi, Dunia
Usaha
100%
Pemulihan darurat
untuk Sarana dan
Prasarana Umum
-Maksimum 1x24 jam
setelah kejadian bencana,
telah diketahui status
seluruh sarpras umum yang
ada di lokasi bencana
-Maksimum 7x24 jam
setelah kejadian bencana,
sarpras umum yang rusak
telah berfungsi kembali
Kab Aceh
Pidie, Aceh
Tenggara,
Bener Meriah,
Aceh Tengah,
Gayo Lues,
Aceh Jaya,
Aceh Selatan
Penanggung Jawab:
Dinas PU
Pendukung:
Dinsos, PLN, PDAM,
BPBA, TELKOM,
Operator
Telekomunikasi
100%
Membersihkan
limbah padat dan
reruntuhan
-. Membersihkan limbah
padat dan reruntuhan untuk
melancarkan jalur
transportasi darurat
maksimum 3x24 jam
sesudah kejadian bencana
Kab Aceh
Pidie, Aceh
Tenggara,
Bener Meriah,
Aceh Tengah,
Gayo Lues,
Aceh Jaya,
Aceh Selatan
Penanggung Jawab:
Dinas Kebersihan
dan Pertamanan
Pendukung:
Dishubkominfo,
Dinas PU, Satpol PP
& Linmas, Kantor
LH, BPBA
100%
Mengamankan
jaringan
transportansi
darurat berserta
seluruh aktivitasnya
-.Jaringan transportasi
darurat beserta aktivitas
darurat sudah harus
berfungsi maksimum 3x24
jam setelah kejadian
bencana
Kab Aceh
Pidie, Aceh
Tenggara,
Bener Meriah,
Aceh Tengah,
Gayo Lues,
Aceh Jaya,
Aceh Selatan
Penanggung Jawab:
Dishubkominfo,Din
as Kebersihan dan
Pertamanan
Pendukung:
Dinas PU, Satpol PP
& Linmas, BPBA,
POLRI, TNI,
(Asosiasi)
Perusahaan
Transportasi
100%
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
112 | P a g e
Tabel 6.7 : Aksi Kegiatan Pencegahan dan Mitigasi, Penanganan Darurat Bencana dan Sistim Pemulihan Bencana Gempa Bumi
AKSI RPB KAB INDIKATOR ZONA
PRIORITAS KETERLIBATAN
INSTANSI
SUMBER PENGANGGARAN
APBA APBD/APBK
VERTIKAL
KERJA SAMA
Penetapan standar
bangunan yang
aman terhadap
gempa serta
mengintegrasikan
standar tersebut
kedalam proses
pembuatan IMB
-Adanya Standar dan
Building Code Bangunan
agar bangunan bisa menjadi
lebih aman terhadap gempa
-Integrasi standar tersebut
kedalam proses pembuatan
IMB
Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
Dinas PUPR
Pendukung:
BPBA, BPBD
Kab/kota, DPM-
PTSP, Kecamatan
100%
Pengawasan atas
pelaksanaan tata
ruang dan
pembangunan
bangunan yang
aman terhadap
gempa
-Pengawasan tata ruang
berdasarkan kajian risiko
gempabumi
-Adanya pengawas
bangunan (dalam jumlah
tertentu) yang tersertifikasi
untuk pengawasan
pembangunan di lokasi
konstruksi
-Pelaksanaan diagnosa
seismik untuk fasilitas
pemerintah, fasilitas publik
dan perumahan penduduk
berdasarkan standar
bangunan aman gempa
Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
Dinas PUPR
Pendukung:
BPBA, BPBD
Kab/Kota, DPM-
PTSP, Kecamatan.
100%
Pelarangan
pembangunan
berdasarkan
perencanaan tata
ruang & IMB yang
berbasis bencana
-Adanya perberlakuan
Sistem IMB untuk melarang
penambahan bangunan di
daerah rawan bencana
Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
Dinas PUPR
Pendukung:
Sekretariat Daerah,
Bappeda, BPBA,
BPBD Kab/Kota,
DPM-PTSP,
Kecamatan.
100%
Penyusunan
Rencana Evakuasi
Gempabumi tingkat
lokal
-Adanya Pedoman Standar
Penyelamatan Diri saat
terjadi bencana gempa bumi
-Tersosialisasikannya
Pedoman Standar
Penyelamatan Diri
-Ditetapkan dan
disosialisasikannya rencana
evakuasi daerah untuk
bencana Gempa bumi
Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
BPBA
Pendukung:
Disdik, Dinkes,
Dinsos, Dishut,
Dinas PU,
Sekretariat Daerah,
Satpol PP & Linmas,
BPBD Kab/Kota,
Forum PRB,
Basarnas, PMI
100%
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
113 | P a g e
Pembuatan Qanun
tentang kontruksi
bangunan tahan
gempa bumi
Terbitnya Qanun tentang
Kontruksi bangunan tahan
gempa bumi
Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
Dinas PUPR, Bidang
Hukum
Pendukung:
BPBA, BPBD
Kab/Kota, Bappeda,
Fourm PRB,
Perguruan Tinggi
100%
Membangun &
melakukan
perkuatan struktur
(retrofitting)
terhadap bangunan
milik pemerintah &
publik agar aman
terhadap bencana
gempa bumi
- Pembangunan fasilitas
yang lebih aman terhadap
bencana gempa bumi
-Melakukan tindakan
perkuatan struktur
(retrofitting) terhadap
bangunan pemerintah dan
masyarakat yang sudah ada
agar aman terhadap
guncangan gempa
Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
Dinas PUPR, BPBA
Pendukung:
Bappeda, BPBD
Kab/Kota, BPKAD
50% 50%
Sosialisasi tentang
bencana gempa
bumi, pembuatan
brosur, baliho, film
tentang bencana
banjir
Adanya sosialisasi tentang
penyebab terjadinya dan
dampak
yang ditimbulkan bencana
Gempa
Bumi serta bencana
turunannya
kepada masyarakat di
kawasan
rawan Gempa Bumi terkait
engurangan kerentanan
disetiap
kelurahan minimal 1 kali
setahun
Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
BPBA
Pendukung:
BPBD Kab/Kota,
Forum PRB,
Dinas Sosial, BPM,
PMI,
Dishubkominfo
100%
Pelatihan aparat,
mitra, dan relawan
tentang mitigasi dan
PB gempabumi
Aparat, mitra, relawan
paham tentang mitigasi
bencana gempabumi
Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
BPBA, BNPB
Pendukung:
BPBD Kab/Kota,
Forum PRB,
Dinas Sosial, BPM,
PMI, Basarnas
80% 20%
Penyusunan
Rencana Kontigensi
Bencana Gempa
Bumi
Adanya dokumen rencana
kotigensi bencana Gempa
Bumi
Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
BPBA
Pendukung:
BPBD Kab/Kota,
Forum PRB,
Dinas Sosial, PMI,
Basarnas,
Dishubkominfo,
Dinas PU,
Sekretariat Daerah,
Dinsos, Dinkes,
Polri, TNI, Satpol PP
& Linmas
100%
Mengumpulkan
informasi bencana
Adanya sistem untuk
mengumpulkan informasi Provinsi Aceh Penanggung Jawab:
BPBA
100%
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
114 | P a g e
gempabumi untuk
tanggap darurat
bencana gempabumi secara
cepat
Pendukung:
Dishubkominfo,
Dinas PU,
Sekretariat Daerah,
BNPB, BPBD
Kab/Kota, BMKG,
ESDM, Forum PRB
Persiapan dan
Koordinasi untuk
Respon Awal apabila
terjadi bencana
-Melakukan TTX atau
Latihan Lapangan untuk
menyusun Respon Awal
yang efektif berdasarkan
SOP
Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
BPBA
Pendukung:
Bupati, Disdik,
Dinkes, Dinsos,
Dishubkominfo,
Dinas PU, Dinas
KOPERINDAGTAM
BEN, Dinas
Pertanian Tanaman
Pangan, DKP, Dinas
Kebersihan dan
Pertamanan, Satpol
PP & Linmas, BNPB,
BPBD Kab/Kota,
BASARNAS, BMKG,
POLRI, TNI, PMI,
IDI/RS, Forum Prb
100%
Pendidikan &
Pelatihan,
membangun sistem
& infrastruktur serta
memberikan alokasi
anggaran yang
memadai
-Melakukan pelatihan secara
berkala, yang ditunjang oleh
anggaran yang memadai
Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
BPBA
Pendukung:
Dinas PU,
Sekretariat Daerah,
BNPB, BPBD
Kab/Kota, Dinsos,
Bappeda, Forum
PRB BASARNAS,
PMI
100%
Implementasi
drill/latihan PB
untuk kesiapsiagaan
-Implementasi latihan
kesiapsiagaan di daerah
rawan bencana minimal
setahun sekali
Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
BPBA
Pendukung:
Dinkes, Dinsos,
BNPB, BPBD
Kab/Kota, POLRI,
TNI, PMI, LSM,
Kecamatan,
Kelurahan, Relawan,
Forum PRB,
BASARNAS, PMI
100%
Kaji Cepat Bencana -Tersedianya rekomendasi
status darurat bencana
maksimal 1x24 jam sejak
bencana selesai Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
BPBA
Pendukung:
Dinkes, Dinsos,
Dinas PU, Setda,
BNPB, BPBD
100%
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
115 | P a g e
Kab/Kota, PMI,
Basarnas, Forum
PRB
Meminta &
menerima bantuan
dari pemerintah
Provinsi
-Membuat keputusan untuk
meminta bantuan
berdasarkan kaji cepat
bencana
-Meminta dan menerima
bantuan dari Pusat
Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
Plt Gubernur, BPBA
Pendukung:
Sekretariat Daerah,
BNPB, BPBD
Kab/Kota
100%
Memenuhi
kebutuhan dasar
seperti makanan,
pakaian, tempat
berlindung,
kesehatan, air bersih
dan sanitasi
-Kebutuhan dasar sudah
harus didistribusikan ke
semua tempat
penampuangan maksimum
2x24 jam setelah kejadian
bencana
Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
Dinkes, Dinsos,
BPBA
Pendukung:
Dinas PU, Dinas
Kebersihan dan
Pertamanan, Satpol
PP & Linmas, BNPB,
BPBD Kab/Kota,
POLRI, TNI, PMI,
Relawan, Forum
PRB
100%
Penyusunan
Rencana Aksi
Rehabilitasi dan
Rekonstruksi
Adanya dokumen rehab
rekon
Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
BPBA
Pendukung:
Bappeda, BPBD
Kab/Kota, Forum
PRB,
Dinas Sosial, PMI,
Basarnas,
Dishubkominfo,
Dinas PU,
Sekretariat Daerah,
Dinsos, Dinkes,
Polri, TNI, Satpol PP
& Linmas
100%
Pemulihan darurat
untuk fungsi fasilitas
& infrastruktur vital
-Maksimum 1x24 jam
setelah kejadian bencana
berakhir, telah diketahui
status seluruh fasilitas &
infrastruktur yang ada di
lokasi bencana
-Maksimum 7x24 jam
setelah kejadian bencana
selesai, telah dapat
memfungsikan kembali
fasilitas & infrastruktur vital
yang rusak (baik secara
permanen ataupun
temporer)
Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
Dishubkominfo,
Dinas PUPR, BPBA
Pendukung:
Sekretariat Daerah,
Satpol PP & Linmas,
POLRI, TNI, PLN,
PDAM, TELKOM,
BPKAD, (Asosiasi)
Perusahaan
Transportasi, Dunia
Usaha
100%
Pemulihan darurat
untuk Sarana dan
Prasarana Umum
-Maksimum 1x24 jam
setelah kejadian bencana,
telah diketahui status
seluruh sarpras umum yang
Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
BPBA
Pendukung:
100%
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
116 | P a g e
ada di lokasi bencana
-Maksimum 7x24 jam
setelah kejadian bencana,
sarpras umum yang rusak
telah berfungsi kembali
Dinsos, PLN, PDAM,
Bappeda, BPKAD,
TELKOM , Operator
Telekomunikasi
Membersihkan
limbah padat dan
reruntuhan
-.Membersihkan limbah
padat dan reruntuhan untuk
melancarkan jalur
transportasi darurat
maksimum 3x24 jam
sesudah kejadian bencana Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
Dinas Kebersihan
dan Pertamanan
Pendukung:
Dishubkominfo,
Dinas PU, Satpol PP
& Linmas, KLHK,
BPBA, BPBD
Kab/Kota
100%
Menjaga kebersihan
dan mencegah
wabah penyakit
-Tindakan untuk menjaga
kebersihan dan mencegah
wabah penyakit sudah harus
berfungsi maksimum 3x24
jam setelah kejadian
bencana
Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
Dinkes, Dinas
Kebersihan dan
Pertamanan
Pendukung:
KLHK, BPBA, BPBD
Kab/Kota
100%
Menjaga keamanan
masyarakat & lokasi
bencana
-Tindakan untuk menjaga
keamanan sudah harus
berfungsi maksimum 3x24
jam sesudah kejadian
bencana
Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
POLRI, TNI
Pendukung:
Satpol PP & Linmas,
BPBA, BPBD
Kab/Kota
100%
Mencegah terjadinya
kepanikan
-Tindakan untuk mencegah
terjadinya kepanikan sudah
harus berfungsi maksimal
1x24 jam setelah kejadian
bencana Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
POLRI, TNI
Pendukung:
Satpol PP & Linmas,
Bakesbangpol,
BPBA, BPBD
Kab/Kota
100%
Tabel 6.8 : Aksi Kegiatan Pencegahan dan Mitigasi, Penanganan Darurat Bencana dan Sistim Pemulihan Bencana Karhutla
AKSI RPB KAB INDIKATOR ZONA
PRIORITAS KETERLIBATAN
INSTANSI
SUMBER PENGANGGARAN
APBA APBD/APBK
VERTIKAL
KERJA SAMA
Rekrontuksi dan
pembuatan tapal
batas hutan lindung
- Adanya kegiatan pembuatan
tapal batas hutan lindung
- Adanya Pergub dan perbud
tentang tapal batashutan
lindung
Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
Dinas Kehutanan
Pendukung:
Sekretariat Daerah,
Biro Hukum, BPBA,
100
%
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
117 | P a g e
BPBD Kab/Kota,
LSM Lokal,
Kecamatan,
Kelurahan, Forum
PRB
Kegiatan sosialisasi pentingnya fungsi
hutan dan tidak
membakar hutan
untuk kepentingan
pembukaan lahan
perkebunan atau
pertanian
- Tidak adanya pembakaran
hutan utnuk oleh
masyarakat untuk
kepentingan pmebukaan
lahan pertanian atau
perkebunan
- Frekuensi kabakaran hutan
akibat pembukaan lahan
berkurang
Kab Aceh
Barat, Aceh
Jaya, Aceh
Selatan,
Nagan raya,
Aceh Timur,
Subulussalam,
Aceh Tenggara
dan Gayo Lues
Penanggung Jawab:
BPBA
Pendukung:
Dinas Kehutanan,
Sekretariat Daerah,
Dinsos, BPBD
Kab/Kota, LSM
Lokal, Kecamatan,
Kelurahan, Forum
PRB
70% 30%
Sosialisasi ke
masyarakat dan
pelatihan
Penanggulangan
Bencana Kebakaran
Hutan dan
Lahan
Masyarakat tahu dan paham
kegiatan pencegahan dan
penanggulangan bencana
kebakaran hutan dan lahan
Kab Aceh
Barat, Aceh
Jaya, Aceh
Selatan,
Nagan raya,
Aceh Timur,
Subulussalam,
Aceh Tenggara
dan Gayo Lues
Penanggung Jawab:
BPBA
Pendukung:
Dinas Kehutanan,
Sekretariat Daerah,
Dinsos, BPBD
Kab/Kota, LSM
Lokal, Kecamatan,
Kelurahan, Forum
PRB
100
%
Sosialisasi PB
Kebakaran Hutan
dan Lahan
dengan kearifan
lokal, pembuatan
brosur, baliho,
film, dan simulasi
PB Kebakaran
Hutan dan
Lahan
- Terbangunnya budaya
untuk tidak membakar
hutan serta
melestraikannya
- Masyarakat paham
penanggulangan bencana
Kebakaran Hutan dan
Lahan dan penyelamatan
diri dari bencana
Kebakaran Hutan dan
Lahan
Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
BPBA, Dinas
Kehutanan
Pendukung:
Sekretariat Daerah,
Dinsos, BPBD
Kab/Kota, LSM
Lokal, Kecamatan,
Kelurahan, Forum
PRB
100
%
Pemindahan
penduduk dari
daerah rawan
bencana ke daerah
yang aman
- Pembangunan pemukiman
yang aman bencana
- Adanya mata pencaharian
alternatif bagi masyarakat
di pemukiman baru
Kab Aceh
Barat, Aceh
Jaya, Aceh
Selatan,
Nagan raya,
Aceh Timur,
Subulussalam,
Aceh Tenggara
dan Gayo Lues
Penanggung Jawab:
Dinas PU
Pendukung:
BPBA, Bappeda,
Dinsos, Forum PRB,
BPKAD, Seketariat
Daerah
100
%
Kegiatan
pemantauan dan
monitoring titik
hotspot Karhutla
Adanya tim dan SOP
pemantauan hot spot yang
terintegrasikan dengan
Pusdalop.
Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
Dinas Kehutanan,
BPBA
Pendukung:
Dinsos, LSM lokal,
Relawan, Forum
PRB, BPKAD,
Seketariat Daerah
100
%
Penegakkan hukum
bagi pelanggar yang
Adanya sanksi bagi pelanggar
hukum Provinsi Aceh Penanggung Jawab:
Dinas Kehutanan,
100
%
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
118 | P a g e
menyebabkan
Karhutla
Dinas Hukum dan
HAM
Pendukung:
BPBA, Dinsos, LSM
lokal, Relawan,
Forum PRB,
BPKAD, Seketariat
Daerah
Pembangunan
Sistem Peringatan
Dini Karhutla
- Adanya SOP Peringatan Dini
untuk bencana-bencana
prioritas yang di perkuat
dengan peraturan Kepala
Daerah
- Adanya pedoman standar
pelayanan minimum
informasi peringatan dini
untuk bencana-bencana
prioritas
- Adanya alat deteksi dini
potensi Karhutla di zona
prioritas penanggulangan
bencana provinsi
berdasarkan budaya lokal
- Adanya alat penyebaran
informasi peringatan dini
yang mampu menjangkau
seluruh elemen masyarakat
di zona prioritas
penanggulangan bencana
Kab Aceh
Barat, Aceh
Jaya, Aceh
Selatan,
Nagan raya,
Aceh Timur,
Subulussalam,
Aceh Tenggara
dan Gayo Lues
Penanggung Jawab:
BPBA, BPBD
Kab/Kota
Pendukung:
Dishubkominfo,
Dinas PU,
BASARNAS, BMKG,
BWS, Dewan Air,
Forum PRB
100
%
Penyusunan
Rencana Evakuasi
tingkat lokal (tempat
dan jalur evakuasi)
untuk bencana
karhutla
- Adanya Pedoman Standar
Penyelamatan Diri saat
terjadi bencana Karhutla
- Tersosialisasikannya
Pedoman Standar
Penyelamatan Diri
- Ditetapkan dan
disosialisasikannya rencana
evakuasi daerah untuk
bencana Karhutla
- Tersedianya jalur evakuasi
di kawasan rawan bencana
Karhutla
Kab Aceh
Barat, Aceh
Jaya, Aceh
Selatan,
Nagan raya,
Aceh Timur,
Subulussalam,
Aceh Tenggara
dan Gayo Lues
Penanggung Jawab:
BPBA, BPBD
Kab/Kota
Pendukung:
Disdikpora, Dinkes,
Dinsos, Dishut,
Dinas PU,
Sekretariat Daerah,
Satpol PP & Linmas,
Forum PRB, Dewan
Air
60% 40%
Menyediakan sarana
jaringan
transportasi untuk
masa darurat
- Tersedianya jalur
transportasi pada masa
tanggap darurat bencana.
- Adanya SOP untuk
mengamankan jaringan dan
transportasi barang
bantuan
- Adanya perjanjian
kerjasama antara
pemerintah daerah dengan
(asosiasi) perusahaan
konstruksi dan transportasi
Kab Aceh
Barat, Aceh
Jaya, Aceh
Selatan,
Nagan raya,
Aceh Timur,
Subulussalam,
Aceh Tenggara
dan Gayo Lues
Penanggung Jawab:
Dishubkominfo
Pendukung:
Dinas PU, BPBA,
BPBD Kab/Kota,
PU, POLRI, TNI,
(Asosiasi)
Perusahaan
Transportasi
100
%
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
119 | P a g e
Menyediakan stok
barang bantuan
untuk masa darurat
- Tersedianya stok
(minimum) barang bantuan
makanan di setiap desa
- Melakukan pengecekan
secara secara berkala
terhadap masa kadaluarsa
barang bantuan tersebut,
sekaligus mengganti
apabila ada yang sudah
tidak layak di konsumsi
Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
Dinsos
Pendukung:
Dinkes, Sekretariat
Daerah, BPBA,
BPBD Kab/Kota,
Bulog, POLRI, TNI,
PMI, Forum PRB
100
%
Menyediakan stok
peralatan untuk
masa darurat,
kebutuhan dasar
logistik untuk masa
darurat dan tempat
penampungan
sementara
- Tersedianya stok peralatan
untuk masa tanggap darurat
seperti peralatan SAR,
generator listrik, boat
dsbnya
Kab Aceh
Barat, Aceh
Jaya, Aceh
Selatan,
Nagan raya,
Aceh Timur,
Subulussalam,
Aceh Tenggara
dan Gayo Lues
Penanggung Jawab:
BPBA, Dinsos
Pendukung:
Basarnas, Dinkes,
Dinas PU, BNPB,
BPBD Kab/Kota,
POLRI, TNI, Forum
PRB
100
%
Memasang berbagai
tanda2x peringatan
seperti bahaya,
dilarang masuk ke
daerah rawan
bencana, dll
- Tersedianya berbagai alat /
tanda peringatan arah
evakuasi, papan informasi,
dll di daerah rawan bencana.
Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
BPBA
Pendukung:
Dishubkominfo,
Dinas PU, BMKG,
POLRI, TNI, PMI,
Basarnas, Forum
PRB
100
%
Menyediakan
tempat untuk
fasilitas transportasi
selama masa darurat
seperti helipad,
pusat transportasi,
dsbnya.
- Menyediakan tempat untuk
fasilitas transportasi selama
masa darurat seperti
helipad, pusat transportasi
Kab Aceh
Barat, Aceh
Jaya, Aceh
Selatan,
Nagan raya,
Aceh Timur,
Subulussalam,
Aceh Tenggara
dan Gayo Lues
Penanggung Jawab:
Dishubkominfo
Pendukung:
Dinas PU, Satpol PP
& Linmas, BPBA,
BPBD Kab/Kota,
BASARNAS, POLRI,
TNI
100
%
Meningkatkan
kapasitas Tim
Reaksi Cepat dan
membentuk pos
siaga beserta semua
unsur
pendukungnya
- Mengadakan latihan secara
berkala untuk menyusun
Tim Reaksi Cepat serta
membentuk & mengaktifkan
status siaga sebelum
terjadinya bencana Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
BPBA
Pendukung:
Dinkes, Dinsos,
Sekretariat Daerah ,
Satpol PP & Linmas,
BNPB, BPBD
Kab/Kota, Forum
PRB, BASARNAS,
POLRI, TNI, PMI
100
%
Mengumpulkan
informasi potensi
bencana untuk
tanggap darurat
- Terbentuknya sistem untuk
mengumpulkan potensi
terjadinya bencana secara
cepat
Kab Aceh
Barat, Aceh
Jaya, Aceh
Selatan,
Nagan raya,
Aceh Timur,
Subulussalam,
Aceh Tenggara
dan Gayo Lues
Penanggung Jawab:
BPBA
Pendukung:
Dinkes,
Dishubkominfo,
Dinas PU,
Sekretariat Daerah ,
BNPB, BPBD
100
%
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
120 | P a g e
Kab/Kota, BMKG,
Forum PRB,
Basarnas, PMI,
Kecamatan,
Kelurahan
Membangun dan
memelihara sistem
informasi dan
komunikasi yg
terintegrasi dengan
sistem peringatan
dini
- Adanya serta terpeliharanya
secara berkala sistem
informasi & komunikasi yg
terintegrasi dengan sistem
peringatan dini
- Menyebarkan informasi
peringatan dini kepada
masyarakat dan kelompok
rentan sebelum bencana
terjadi
- Melakukan tes dan pelatihan
secara berkala
Kab Aceh
Barat, Aceh
Jaya, Aceh
Selatan,
Nagan raya,
Aceh Timur,
Subulussalam,
Aceh Tenggara
dan Gayo Lues
Penanggung Jawab:
BPBA
Pendukung:
Dishubkominfo,
Dinas PU, Bappeda,
BNPB, BPBD
Kab/Kota,
BASARNAS, BMKG,
PU, POLRI, TNI,
PMI, Media, Forum
PRB
70% 10% 20%
Persiapan dan
Koordinasi untuk
Respon Awal apabila
terjadi bencana
- Melakukan TTX atau
Latihan Lapangan untuk
menyusun Respon Awal yg
efektif berdasarkan SOP
Kab Aceh
Barat, Aceh
Jaya, Aceh
Selatan,
Nagan raya,
Aceh Timur,
Subulussalam,
Aceh Tenggara
dan Gayo Lues
Penanggung Jawab:
BPBA
Pendukung:
Sekretaris Daerah,
Disdik, Dinkes,
Dinsos,
Dishubkominfo,
Dinas PU, Dinas
KOPERINDAGTAM
BEN, Dinas
Pertanian Tanaman
Pangan, DKP, Dinas
Kebersihan dan
Pertamanan, Satpol
PP & Linmas, BNPB,
BPBD Kab/Kota,
BASARNAS, BMKG,
PVMBG, POLRI,
TNI, PMI, Forum
PRB
100
%
Menjalin kerjasama
untuk meningkatkan
kesiapsiagaan dan
respon tanggap
darurat di provinsi
Aceh dan Kab/Kota
- Adanya metode untuk
meminta bantuan dari
tingkat Nasional dan
apabila skala bencana sudah
melebihi kapasitas dari
Provinsi Aceh, serta
mencantumkan metode
tersebut didalam SOP
Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
Plt Gubernur, Bupati
dan BPBA
Pendukung:
Sekretariat Daerah
(Provinsi,
Kab/Kota),
Bappeda, BNPB,
BPBD Kab/Kota,
BASARNAS, PMI,
Forum PRB
100
%
Menyebarkan
informasi tentang
persiapan
menghadapi
bencana kepada
masyarakat
- Implementasi penyebaran
informasi kepada
masyarakat
Kab Aceh
Barat, Aceh
Jaya, Aceh
Selatan,
Nagan raya,
Aceh Timur,
Subulussalam,
Aceh Tenggara
dan Gayo Lues
Penanggung Jawab:
Dishubkominfo,
BPBA, BPBD
Kab/Kota
Pendukung:
Sekretariat Daerah,
100
%
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
121 | P a g e
Media, Kecamatan,
Kelurahan, Forun
PRB, PMI
Mempersiapkan dan
menyediakan
kebutuhan dasar
kesehatan untuk
masa darurat
- Tersedianya kebutuhan
dasar kesehatan untuk masa
darurat
Kab Aceh
Barat, Aceh
Jaya, Aceh
Selatan,
Nagan raya,
Aceh Timur,
Subulussalam,
Aceh Tenggara
dan Gayo Lues
Penanggung Jawab:
Dinkes
Pendukung:
Dinsosnakertrans,
BPBA. BPBD
Kab/Kota, PMI,
IDI/RS
100
%
Menyusun Rencana
Kontinjensi
Karhutla
- Adanya rencana kontinjensi
untuk bencana-bencana
prioritas
- Adanya kesepakatan tertulis
setiap institusi terkait
penanggulangan bencana
untuk mengalokasikan
anggaran sesuai dengan
rencana kontinjensi.
- Tersedianya dana darurat
bencana sesuai dengan
kebutuhan rencana
kontinjensi
Kab Aceh
Barat, Aceh
Jaya, Aceh
Selatan,
Nagan raya,
Aceh Timur,
Subulussalam,
Aceh Tenggara
dan Gayo Lues
Penanggung Jawab:
BPBA
Pendukung:
Disdik, Dinkes,
Dinsos,
Dishubkominfo,
Dinas PU, Dinas
KOPERINDAGTAM
BEN, Dinas
Pertanian Tanaman
Pangan, DKP, Dinas
Kebersihan dan
Pertamanan,
Sekretariat Daerah,
Bappeda, Satpol PP
& Linmas, BNPB,
BPBD Kab/Kota,
POLRI, TNI, PMI,
Forum PRB,
BASARNAS
100
%
Melakukan
sosialisasi tentang
kesiapsiagaan
menghadapi
bencana
- Melakukan sosialisasi
kesiapsiagaan kepada
masyarakat di daerah
rawan bencana Kab Aceh
Barat, Aceh
Jaya, Aceh
Selatan,
Nagan raya,
Aceh Timur,
Subulussalam,
Aceh Tenggara
dan Gayo Lues
Penanggung Jawab:
BPBA
Pendukung:
Bupati, Disdikpora,
Dinkes,
Dinsosnakertrans,
Dishubkominfo,
Sekretariat Daerah,
BPBD Kab/Kota,
POLRI, TNI, PMI,
LSM, Kecamatan,
Kelurahan, Relawan,
Forum PRB
100
%
Mendukung upaya
memberikan
pertolongan
pertama kepada
korban
-Memberikan pertolongan
P3K kepada korban telah
selesai maksimum 3x24 jam
setelah kejadian bencana Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
Dinkes, BPBA,
BASARNAS
Pendukung:
Dinsosnakertrans,
POLRI, TNI, PMI,
IDI/RS, Relawan
100
%
Mendukung
tindakan evakuasi
warga
-Proses evakuasi telah
selesai maksimum 1x24 jam
setelah kejadian bencana
Kab Aceh
Barat, Aceh
Jaya, Aceh
Selatan,
Penanggung Jawab:
Plt Gubernur, Sekda,
BPBA
100
%
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
122 | P a g e
Nagan raya,
Aceh Timur,
Subulussalam,
Aceh Tenggara
dan Gayo Lues
Pendukung:
Dinsos,
Dishubkominfo,
Dinas PU, Satpol PP
& Linmas,
Bakesbangpol,
BPBD Kab/Kota,
POLRI, TNI, PMI,
Kecamatan,
Kelurahan, Relawan
Mendirikan dan
mengoperasikan
tempat2x evakuasi
- Pendirian tempat
evakuasi telah
diselesaikan maksimum
1x 24 jam setelah
kejadian bencana.
- Mobilisasi sumber daya
untuk mengoperasikan
tempat evakuasi
Kab Aceh
Barat, Aceh
Jaya, Aceh
Selatan,
Nagan raya,
Aceh Timur,
Subulussalam,
Aceh Tenggara
dan Gayo Lues
Penanggung Jawab:
Dinsos, BPBA
Pendukung:
Dinkes, Dinas PU,
Satpol PP & Linmas,
BPBD Kab/Kota
POLRI, TNI, PMI,
Forum PRB
100
%
Melindungi dan
memberikan
pertolongan kepada
kelompok rentan
- Melindungi dan
memberikan pertolongan
kepada kelompok rentan
Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
Dinsos, BPBA
Pendukung:
Dinkes, PMI,
Relawan, Forum
PRB
100
%
Menjaga keamanan
masyarakat & lokasi
bencana
- Tindakan untuk menjaga
keamanan sudah harus
berfungsi maksimum
3x24 jam sesudah
kejadian bencana
Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
POLRI, TNI
Pendukung:
Satpol PP & Linmas,
BPBA, BPBD
Kab/Kota
100
%
Kaji Cepat Bencana - Tersedianya rekomendasi
status darurat bencana
maksimal 1x24 jam sejak
bencana selesai
Kab Aceh
Barat, Aceh
Jaya, Aceh
Selatan,
Nagan raya,
Aceh Timur,
Subulussalam,
Aceh Tenggara
dan Gayo Lues
Penanggung Jawab:
BPBA
Pendukung:
Dinkes, Dinsos,
Dinas PU,
Sekretariat Daerah,
BNPB, BPBD
Kab/Kota
100%
Menerima bantuan
dari lembaga/negara
asing
-Menyediakan tempat dan
mempersiapkan diri untuk
menerima bantuan dari luar
negeri
-Menerima bantuan dari
luar negeri
Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
BPBA
Pendukung:
Plt Gubernur,
Forum PRB, NGO
Lokal
100%
Menerima bantuan
dari relawan
-Menyediakan tempat dan
mempersiapkan sistem
untuk menerima Relawan
-Implementasi penerimaan
Relawan.
Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
BPBA
Pendukung:
Dinkes, Dinsos,
POLRI, TNI, PMI,
IDI/RS, Relawan,
100%
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
123 | P a g e
Forum PRB
Pemulihan darurat
untuk fungsi fasilitas
& infrastruktur vital
-Maksimum 1x24 jam
setelah kejadian bencana
berakhir, telah diketahui
status seluruh fasilitas &
infrastruktur yang ada di
lokasi bencana
-Maksimum 7x24 jam
setelah kejadian bencana
selesai, telah dapat
memfungsikan kembali
fasilitas & infrastruktur vital
yang rusak (baik secara
permanen ataupun
temporer)
Kab Aceh
Barat, Aceh
Jaya, Aceh
Selatan,
Nagan raya,
Aceh Timur,
Subulussalam,
Aceh Tenggara
dan Gayo Lues
Penanggung Jawab:
Dishubkominfo,
Dinas PU, BPBA
Pendukung:
Sekretariat Daerah,
Satpol PP & Linmas,
POLRI, TNI, PLN,
PDAM, TELKOM,
(Asosiasi)
Perusahaan
Transportasi, Dunia
Usaha
100%
Pemulihan darurat
untuk Sarana dan
Prasarana Umum
-Maksimum 1x24 jam
setelah kejadian bencana,
telah diketahui status
seluruh sarpras umum yang
ada di lokasi bencana
-Maksimum 7x24 jam
setelah kejadian bencana,
sarpras umum yang rusak
telah berfungsi kembali
Kab Aceh
Barat, Aceh
Jaya, Aceh
Selatan,
Nagan raya,
Aceh Timur,
Subulussalam,
Aceh Tenggara
dan Gayo Lues
Penanggung Jawab:
Dinas PU
Pendukung:
Dinsos, PLN, PDAM,
BPBA, TELKOM,
Operator
Telekomunikasi
100%
Mengamankan
jaringan
transportansi
darurat berserta
seluruh aktivitasnya
-.Jaringan transportasi
darurat beserta aktivitas
darurat sudah harus
berfungsi maksimum 3x24
jam setelah kejadian
bencana
Kab Aceh
Barat, Aceh
Jaya, Aceh
Selatan,
Nagan raya,
Aceh Timur,
Subulussalam,
Aceh Tenggara
dan Gayo Lues
Penanggung Jawab:
Dishubkominfo,Din
as Kebersihan dan
Pertamanan
Pendukung:
Dinas PU, Satpol PP
& Linmas, BPBA,
POLRI, TNI,
(Asosiasi)
Perusahaan
Transportasi
100%
Tabel 6.9 : Aksi Kegiatan Pencegahan dan Mitigasi, Penanganan Darurat Bencana dan Sistim Pemulihan Bencana Tsunami
AKSI RPB KAB INDIKATOR ZONA
PRIORITAS KETERLIBATAN
INSTANSI
SUMBER PENGANGGARAN
APBA APBD/APBK
VERTIKAL
KERJA SAMA
Peraturan tata guna
lahan untuk daerah
pesisir pantai yang
mempunyai potensi
Tsunami.
- Adanya peraturan tata guna
lahan yang terintegrasi
dengan IMB
Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
Bappeda, Dinas PU
Pendukung:
Sekretariat Daerah,
BPBA, BPBD
KAb/Kota, BPKAD,
DPMPTSP, Biro
Hukum
100%
Penanaman hutan
Bakau untuk
mereduksi
gelombang Tsunami
- Adanya hutan bakau
dikawasan pesisir pantai
pada daerah potensi
tsunami
Kab Aceh
Besar, Aceh
Jaya, Aceh
Barat, Aceh
Penanggung Jawab:
KLHK, Dinas
Kelauatan
80% 20%
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
124 | P a g e
pada kawasan
pesisir yang padat
daerah perumahan
dan Budidaya
tanaman mangrove
dan Penanaman
Hutan Bakau
didaerah risiko
Tsunami
- Adanya pelestarian dan
Penanaman pohon bakau di
daerah zona tsunami
Selatan,
Nagan Raya,
Aceh Barat
Daya, Aceh
Singkil, Aceh
Pidie,
Simeulue dan
Kota Banda
Aceh
Pendukung:
BPBA, BPBD
Kab/Kota, Bappeda,
Forum PRB,
Relawan
Sosialisasi tentang
bencana Tsunami
dengan kearifan
lokal, pembuatan
brosur, baliho, film
tentang bencana
Tsunami
Masyarakat tahu dan
paham cara
penyelamatan diri dari
bencana
Tsunami, jalur evakuasi,
TES dan
EWS
Kab Aceh
Besar, Aceh
Jaya, Aceh
Barat, Aceh
Selatan,
Nagan Raya,
Aceh Barat
Daya, Aceh
Singkil, Aceh
Pidie,
Simeulue dan
Kota Banda
Aceh
Penanggung Jawab:
BPBA, BPBD
Kab/Kota
Pendukung:
Dishubkominfo,
BASARNAS, BMKG,
PMI, Dinsos,
Kecamatan,
Kelurahan, Forum
PRB
100%
Pelatihan aparat,
mitra, dan relawan
tentang
mitigasi dan
pengurangan risiko
Bencana Tsunami
Aparat, mitra, relawan paham
tentang mitigasi bencana
Tsunami
Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
BPBA, BPBD
Kab/Kota
Pendukung:
Dishubkominfo,
BASARNAS, BMKG,
PMI, Dinsos,
Kecamatan,
Kelurahan, Forum
PRB
100%
Pemindahan
penduduk dari
daerah rawan
bencana Tsunami ke
daerah yang aman
- Pembangunan pemukiman
yang aman bencana
Tsunami
- Adanya mata pencaharian
alternatif bagi masyarakat
di pemukiman baru
Kab Aceh
Besar, Aceh
Jaya, Aceh
Barat, Aceh
Selatan,
Nagan Raya,
Aceh Barat
Daya, Aceh
Singkil, Aceh
Pidie,
Simeulue dan
Kota Banda
Aceh
Penanggung Jawab:
Dinas PU
Pendukung:
BPBA, Bappeda,
Dinsos, Forum PRB,
BPKAD, Seketariat
Daerah, Forum PRB,
LSM Lokal
40% 40% 20%
Pembangunan
Sistem Peringatan
Dini Tsunami
- Adanya SOP Peringatan Dini
untuk bencana-bencana
prioritas yang di perkuat
dengan peraturan Kepala
Daerah
- Adanya pedoman standar
pelayanan minimum
informasi peringatan dini
untuk bencana-bencana
prioritas
- Adanya alat deteksi dini
potensi di zona prioritas
penanggulangan bencana
provinsi berdasarkan
budaya lokal
Provisni Aceh,
Kab Aceh
Besar, Aceh
Jaya, Aceh
Barat, Aceh
Selatan,
Nagan Raya,
Aceh Barat
Daya, Aceh
Singkil, Aceh
Pidie,
Simeulue dan
Kota Banda
Aceh
Penanggung Jawab:
BPBA, BPBD
Kab/Kota
Pendukung:
Dishubkominfo,
Dinas PU,
BASARNAS, BMKG,
BWS, Dewan Air,
Forum PRB
100%
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
125 | P a g e
- Adanya alat penyebaran
informasi peringatan dini
yang mampu menjangkau
seluruh elemen masyarakat
di zona prioritas
penanggulangan bencana
Penyusunan
Rencana Evakuasi
tingkat lokal (tempat
dan jalur evakuasi
Tsunami)
- Adanya Pedoman Standar
Penyelamatan Diri saat
terjadi bencana Tsunami
- Tersosialisasikannya
Pedoman Standar
Penyelamatan Diri
- Ditetapkan dan
disosialisasikannya rencana
evakuasi daerah untuk
bencana Tsunami
- Tersedianya jalur evakuasi
di kawasan rawan bencana
Tsunami
Kab Aceh
Besar, Aceh
Jaya, Aceh
Barat, Aceh
Selatan,
Nagan Raya,
Aceh Barat
Daya, Aceh
Singkil, Aceh
Pidie,
Simeulue dan
Kota Banda
Aceh
Penanggung Jawab:
BPBA, BPBD
Kab/Kota
Pendukung:
Disdik, Dinkes,
Dinsos, Dinas PU
Sekretariat Daerah,
Satpol PP & Linmas,
Forum PRB, Dinas
Kelautan, LSM
Lokal, PMI,
Basarnas,
Kecamatan,
Kelurahan.
60% 40%
Penetapan
bangunan atau
gedung baik
bangunan
publik ataupun
privat untuk tempat
TES di zona
kawasan bencana
Tsunami
Teridenfikasinya bangunan
yang
dapat difungsikan untuk
penyelamatan dan
pengungsian
sementara masyarakat di
zona
prioritas bencana tsunami
Kab Aceh
Besar, Aceh
Jaya, Aceh
Barat, Aceh
Selatan,
Nagan Raya,
Aceh Barat
Daya, Aceh
Singkil, Aceh
Pidie,
Simeulue dan
Kota Banda
Aceh
Penanggung Jawab:
BPBA, BPBD
Kab/Kota
Pendukung:
Dinkes, Dinsos,
Dinas PU
Sekretariat Daerah,
Satpol PP & Linmas,
Forum PRB, Dinas
Kelautan, LSM
Lokal, PMI,
Basarnas,
Kecamatan,
Perguruan Tinggi,
Bappeda, Kelurahan
100%
Penyusunan
peraturan daerah
(Pergub dan Perbup)
tentang alih fungsi
gedung
(publik/privat)
menjadi TES untuk
masyarakat di zona
kawasan bencana
tsunami
- Adanya peraturan daerah
(Perbup) yang menjadi
dasar hukum dan yang
mengatur tata cara alih
fungsi bangunan untuk
TES
- Adanya keg sosialisasi
peraturan daerah (Pergub
dan Perbup) yang
menjadi dasar hukum
dan yang mengatur tata
cara alih fungsi bangunan
untuk TES
Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
BPBA, BPBD
Kab/Kota, Biro
Hukum
Pendukung:
Dinkes, Biro
Hukum, Dinsos,
Dinas PU
Sekretariat Daerah,
Satpol PP & Linmas,
Forum PRB, Dinas
Kelautan, LSM
Lokal, PMI,
Basarnas,
Kecamatan,
Perguruan Tinggi,
Bappeda, Kelurahan
50% 50%
Penyusunan
Rencana Kontijensi
- Adanya rencana kontinjensi
untuk bencana-bencana
Provinsi Aceh,
Kab Aceh
Besar, Aceh
Penanggung Jawab:
BPBA
100%
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
126 | P a g e
Bencana Tsunami prioritas
- Adanya kesepakatan tertulis
setiap institusi terkait
penanggulangan bencana
untuk mengalokasikan
anggaran sesuai dengan
rencana kontinjensi.
- Tersedianya dana darurat
bencana sesuai dengan
kebutuhan rencana
kontinjensi
Jaya, Aceh
Barat, Aceh
Selatan,
Nagan Raya,
Aceh Barat
Daya, Aceh
Singkil, Aceh
Pidie,
Simeulue dan
Kota Banda
Aceh
Pendukung:
Disdik, Dinkes,
Dinsos,
Dishubkominfo,
Dinas PU, Dinas
KOPERINDAGTAM
BEN, Dinas
Pertanian Tanaman
Pangan, DKP, Dinas
Kebersihan dan
Pertamanan,
Sekretariat Daerah,
Bappeda, Satpol PP
& Linmas, BNPB,
BPBD Kab/Kota,
POLRI, TNI, PMI,
Forum PRB,
BASARNAS
Menyediakan sarana
jaringan
transportasi untuk
masa darurat
- Tersedianya jalur
transportasi pada masa
tanggap darurat bencana.
- Adanya SOP untuk
mengamankan jaringan dan
transportasi barang
bantuan
- Adanya perjanjian
kerjasama antara
pemerintah daerah dengan
(asosiasi) perusahaan
konstruksi dan transportasi
Kab Aceh
Besar, Aceh
Jaya, Aceh
Barat, Aceh
Selatan,
Nagan Raya,
Aceh Barat
Daya, Aceh
Singkil, Aceh
Pidie,
Simeulue dan
Kota Banda
Aceh
Penanggung Jawab:
Dishubkominfo
Pendukung:
Dinas PU, BPBA,
BPBD Kab/Kota,
PU, POLRI, TNI,
(Asosiasi)
Perusahaan
Transportasi
100%
Menyediakan stok
barang bantuan
untuk masa darurat
- Tersedianya stok
(minimum) barang bantuan
makanan di setiap desa
- Melakukan pengecekan
secara secara berkala
terhadap masa kadaluarsa
barang bantuan tersebut,
sekaligus mengganti
apabila ada yang sudah
tidak layak di konsumsi
Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
Dinsos
Pendukung:
Dinkes, Sekretariat
Daerah, BPBA,
BPBD Kab/Kota,
Bulog, POLRI, TNI,
PMI, Forum PRB
100%
Menyediakan stok
peralatan untuk
masa darurat,
kebutuhan dasar
logistik untuk masa
darurat dan tempat
penampungan
sementara
Tersedianya stok peralatan untuk
masa tanggap darurat
seperti peralatan SAR,
generator listrik, boat
dsbnya Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
BPBA, Dinsos
Pendukung:
Basarnas, Dinkes,
Dinas PU, BNPB,
BPBD Kab/Kota,
POLRI, TNI, Forum
PRB
100%
Memasang berbagai
tanda2x peringatan
seperti bahaya,
dilarang masuk ke
daerah rawan
bencana, dll
Tersedianya berbagai alat / tanda
peringatan arah evakuasi,
papan informasi, dll di
daerah rawan bencana. Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
BPBA
Pendukung:
Dishubkominfo,
Dinas PU, BMKG,
POLRI, TNI, PMI,
100%
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
127 | P a g e
Basarnas, Forum
PRB
Menyediakan
tempat untuk
fasilitas transportasi
selama masa darurat
seperti helipad,
pusat transportasi,
dsbnya.
Menyediakan tempat untuk
fasilitas transportasi selama
masa darurat seperti
helipad, pusat transportasi
Kab Aceh
Besar, Aceh
Jaya, Aceh
Barat, Aceh
Selatan,
Nagan Raya,
Aceh Barat
Daya, Aceh
Singkil, Aceh
Pidie,
Simeulue dan
Kota Banda
Aceh
Penanggung Jawab:
Dishubkominfo
Pendukung:
Dinas PU, Satpol PP
& Linmas, BPBA,
BPBD Kab/Kota,
BASARNAS, POLRI,
TNI
100%
Meningkatkan
kapasitas Tim
Reaksi Cepat dan
membentuk pos
siaga beserta semua
unsur
pendukungnya
Mengadakan latihan secara
berkala untuk menyusun
Tim Reaksi Cepat serta
membentuk & mengaktifkan
status siaga sebelum
terjadinya bencana Tsunami Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
BPBA
Pendukung:
Dinkes, Dinsos,
Sekretariat Daerah ,
Satpol PP & Linmas,
BNPB, BPBD
Kab/Kota, Forum
PRB, BASARNAS,
POLRI, TNI, PMI
100%
Mengumpulkan
informasi potensi
bencana untuk
tanggap darurat
bencana Tsunami
Terbentuknya sistem untuk
mengumpulkan potensi
terjadinya bencana secara
cepat
Kab Aceh
Besar, Aceh
Jaya, Aceh
Barat, Aceh
Selatan,
Nagan Raya,
Aceh Barat
Daya, Aceh
Singkil, Aceh
Pidie,
Simeulue dan
Kota Banda
Aceh
Penanggung Jawab:
BPBA
Pendukung:
Dinkes,
Dishubkominfo,
Dinas PU,
Sekretariat Daerah ,
BNPB, BPBD
Provinsi, BMKG,
Forum PRB,
Basarnas, PMI,
Kecamatan,
Kelurahan
100%
Membangun dan
memelihara sistem
informasi dan
komunikasi yg
terintegrasi dengan
sistem peringatan
dini
- Adanya serta terpeliharanya
secara berkala sistem
informasi & komunikasi yg
terintegrasi dengan sistem
peringatan dini
- Menyebarkan informasi
peringatan dini kepada
masyarakat dan kelompok
rentan sebelum bencana
Tsunami terjadi
- Melakukan tes dan pelatihan
secara berkala
Kab Aceh
Besar, Aceh
Jaya, Aceh
Barat, Aceh
Selatan,
Nagan Raya,
Aceh Barat
Daya, Aceh
Singkil, Aceh
Pidie,
Simeulue dan
Kota Banda
Aceh
Penanggung Jawab:
BPBA
Pendukung:
Dishubkominfo,
Dinas PU, Bappeda,
BNPB, BPBD
Kab/Kota,
BASARNAS, BMKG,
PU, POLRI, TNI,
PMI, Media, Forum
PRB
70% 10% 20%
Persiapan dan
Koordinasi untuk
Respon Awal apabila
terjadi bencana
Tsunami
- Melakukan TTX atau
Latihan Lapangan untuk
menyusun Respon Awal yg
efektif berdasarkan SOP
Kab Aceh
Besar, Aceh
Jaya, Aceh
Barat, Aceh
Selatan,
Nagan Raya,
Aceh Barat
Penanggung Jawab:
BPBA
Pendukung:
Sekretaris Daerah,
Disdik, Dinkes,
100%
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
128 | P a g e
Daya, Aceh
Singkil, Aceh
Pidie,
Simeulue dan
Kota Banda
Aceh
Dinsos,
Dishubkominfo,
Dinas PU, Dinas
KOPERINDAGTAM
BEN, Dinas
Pertanian Tanaman
Pangan, DKP, Dinas
Kebersihan dan
Pertamanan, Satpol
PP & Linmas, BNPB,
BPBD Provinsi,
BASARNAS, BMKG,
Dinas Kelautan,
POLRI, TNI, PMI,
Forum PRB
Menjalin kerjasama
untuk meningkatkan
kesiapsiagaan dan
respon tanggap
darurat di provinsi
Aceh dan Kab/Kota
Adanya metode untuk meminta
bantuan dari tingkat
Nasional dan apabila skala
bencana sudah melebihi
kapasitas dari Provinsi Aceh,
serta mencantumkan
metode tersebut didalam
SOP
Kab Aceh
Besar, Aceh
Jaya, Aceh
Barat, Aceh
Selatan,
Nagan Raya,
Aceh Barat
Daya, Aceh
Singkil, Aceh
Pidie,
Simeulue dan
Kota Banda
Aceh
Penanggung Jawab:
Plt Gubernur, Bupati
dan BPBA
Pendukung:
Sekretariat Daerah
(Provinsi,
Kab/Kota),
Bappeda, BNPB,
BPBD Kab/Kota,
BASARNAS, PMI,
Forum PRB
100%
Mempersiapkan dan
menyediakan
kebutuhan dasar
kesehatan untuk
masa darurat
Tersedianya kebutuhan dasar
kesehatan untuk masa
darurat
Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
Dinkes
Pendukung:
Dinsosnakertrans,
BPBA. BPBD
Kab/Kota, PMI,
IDI/RS
100%
Mendukung upaya
memberikan
pertolongan
pertama kepada
korban
Memberikan pertolongan
P3K kepada korban telah
selesai maksimum 3x24 jam
setelah kejadian bencana
Kab Aceh
Besar, Aceh
Jaya, Aceh
Barat, Aceh
Selatan,
Nagan Raya,
Aceh Barat
Daya, Aceh
Singkil, Aceh
Pidie,
Simeulue dan
Kota Banda
Aceh
Penanggung Jawab:
Dinkes, BPBA,
BASARNAS
Pendukung:
Dinsos, BPBD
Kab/Kota, POLRI,
TNI, PMI, IDI/RS,
Relawan
50% 50%
Mendukung
tindakan evakuasi
warga
-. Proses evakuasi telah
selesai maksimum 1x24 jam
setelah kejadian bencana
Kab Aceh
Besar, Aceh
Jaya, Aceh
Barat, Aceh
Selatan,
Nagan Raya,
Aceh Barat
Daya, Aceh
Singkil, Aceh
Pidie,
Simeulue dan
Kota Banda
Aceh
Penanggung Jawab:
Bupati, BPBA
Pendukung:
Dinsos,
Dishubkominfo,
Dinas PU, Satpol PP
& Linmas,
Bakesbangpol,
BPBD Kab/Kota,
POLRI, TNI, PMI,
50% 50%
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
129 | P a g e
Kecamatan,
Kelurahan, Relawan,
Forum PRB
Mendirikan dan
mengoperasikan
tempat2x evakuasi
- Pendirian tempat
evakuasi telah
diselesaikan maksimum
1x 24 jam setelah
kejadian bencana.
- Mobilisasi sumber daya
untuk mengoperasikan
tempat evakuasi
Kab Aceh
Besar, Aceh
Jaya, Aceh
Barat, Aceh
Selatan,
Nagan Raya,
Aceh Barat
Daya, Aceh
Singkil, Aceh
Pidie,
Simeulue dan
Kota Banda
Aceh
Penanggung Jawab:
Dinsos, BPBA
Pendukung:
Dinkes, Dinas PU,
Satpol PP & Linmas,
BPBD Kab/Kota
POLRI, TNI, PMI,
Forum PRB
100%
Melindungi dan
memberikan
pertolongan kepada
kelompok rentan
- Melindungi dan
memberikan pertolongan
kepada kelompok rentan
Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
Dinsos, BPBA
Pendukung:
Dinkes, PMI,
Relawan, Forum
PRB
100%
Menjaga keamanan
masyarakat & lokasi
bencana
- Tindakan untuk menjaga
keamanan sudah harus
berfungsi maksimum
3x24 jam sesudah
kejadian bencana
Kab Aceh
Besar, Aceh
Jaya, Aceh
Barat, Aceh
Selatan,
Nagan Raya,
Aceh Barat
Daya, Aceh
Singkil, Aceh
Pidie,
Simeulue dan
Kota Banda
Aceh
Penanggung Jawab:
POLRI, TNI
Pendukung:
Satpol PP & Linmas,
BPBA, BPBD
Kab/Kota
100%
Kaji Cepat Bencana - Tersedianya rekomendasi
status darurat bencana
maksimal 1x24 jam sejak
bencana selesai
Kab Aceh
Besar, Aceh
Jaya, Aceh
Barat, Aceh
Selatan,
Nagan Raya,
Aceh Barat
Daya, Aceh
Singkil, Aceh
Pidie,
Simeulue dan
Kota Banda
Aceh
Penanggung Jawab:
BPBA
Pendukung:
Dinkes, Dinsos,
Dinas PU,
Sekretariat Daerah,
BNPB, BPBD
Kab/Kota
100%
Menerima bantuan
dari lembaga/negara
asing
-Menyediakan tempat dan
mempersiapkan diri untuk
menerima bantuan dari luar
negeri
-Menerima bantuan dari
luar negeri
Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
BPBA
Pendukung:
Plt Gubernur,
Forum PRB, NGO
Lokal
100%
Menerima bantuan
dari relawan
-Menyediakan tempat dan
mempersiapkan sistem
untuk menerima Relawan
-Implementasi penerimaan
Relawan.
Provinsi Aceh
Penanggung Jawab:
BPBA
Pendukung:
Dinkes, Dinsos,
POLRI, TNI, PMI,
100%
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
130 | P a g e
IDI/RS, Relawan,
Forum PRB
Pemulihan darurat
untuk fungsi fasilitas
& infrastruktur vital
-Maksimum 1x24 jam
setelah kejadian bencana
berakhir, telah diketahui
status seluruh fasilitas &
infrastruktur yang ada di
lokasi bencana
-Maksimum 7x24 jam
setelah kejadian bencana
selesai, telah dapat
memfungsikan kembali
fasilitas & infrastruktur vital
yang rusak (baik secara
permanen ataupun
temporer)
Kab Aceh
Besar, Aceh
Jaya, Aceh
Barat, Aceh
Selatan,
Nagan Raya,
Aceh Barat
Daya, Aceh
Singkil, Aceh
Pidie,
Simeulue dan
Kota Banda
Aceh
Penanggung Jawab:
Dishubkominfo,
Dinas PU, BPBA
Pendukung:
Sekretariat Daerah,
Satpol PP & Linmas,
POLRI, TNI, PLN,
PDAM, TELKOM,
(Asosiasi)
Perusahaan
Transportasi, Dunia
Usaha
100%
Pembentukan Tim
Penilaian Kerusakan
akibat bencana
Tsunami dan
rehabilitasi fasilkitas
kritis bagi penduduk
korban Tsunami
Kerusakan akibat bencana
Tsunami teridentifikasi,
fasilitas rusak direhabilitasi,
serta penduduk korban
bencana Tsunami bantuan
Kab Aceh
Besar, Aceh
Jaya, Aceh
Barat, Aceh
Selatan,
Nagan Raya,
Aceh Barat
Daya, Aceh
Singkil, Aceh
Pidie,
Simeulue dan
Kota Banda
Aceh
Penanggung Jawab:
BPBA
Pendukung:
Dinkes, Dinsos,
Dinas PU, Bappeda,
Sekretariat Daerah,
BNPB, BPBD
Kab/Kota, Forum
PRB
100%
Pembentukan Tim
Penilaian Kerusakan
Lingkungan Akibat
adanya Bencana
Tsunami, serta
Pemulihan
Infrastruktur dan
Pemberdayaan
Kegiatan Ekonomi
sesudah Bencana
Tsunami
Kerugian social, ekonomi,
lingkungan pada zona
prioritas akibat bencana
Tsunami teridentifikasi dan
terrehabilitasi
Kab Aceh
Besar, Aceh
Jaya, Aceh
Barat, Aceh
Selatan,
Nagan Raya,
Aceh Barat
Daya, Aceh
Singkil, Aceh
Pidie,
Simeulue dan
Kota Banda
Aceh
Penanggung Jawab:
BPBA
Pendukung:
Dinkes, Dinsos,
Dinas PU, BPM,
Perguruan Tinggi,
Bappeda, Sekretariat
Daerah, BNPB,
BPBD Kab/Kota,
Forum PRB
100%
Pemulihan darurat
untuk Sarana dan
Prasarana Umum
-Maksimum 1x24 jam
setelah kejadian bencana,
telah diketahui status
seluruh sarpras umum yang
ada di lokasi bencana
-Maksimum 7x24 jam
setelah kejadian bencana,
sarpras umum yang rusak
telah berfungsi kembali
Kab Aceh
Besar, Aceh
Jaya, Aceh
Barat, Aceh
Selatan,
Nagan Raya,
Aceh Barat
Daya, Aceh
Singkil, Aceh
Pidie,
Simeulue dan
Kota Banda
Aceh
Penanggung Jawab:
Dinas PU
Pendukung:
Dinsos, PLN, PDAM,
BPBA, TELKOM,
Operator
Telekomunikasi
100%
Membersihkan
limbah padat dan
reruntuhan
-. Membersihkan limbah
padat dan reruntuhan untuk
melancarkan jalur
transportasi darurat
maksimum 3x24 jam
sesudah kejadian bencana
Kab Aceh
Besar, Aceh
Jaya, Aceh
Barat, Aceh
Selatan,
Nagan Raya,
Aceh Barat
Daya, Aceh
Penanggung Jawab:
Dinas Kebersihan
dan Pertamanan
Pendukung:
Dishubkominfo,
Dinas PU, Satpol PP
100%
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
131 | P a g e
Singkil, Aceh
Pidie,
Simeulue dan
Kota Banda
Aceh
& Linmas, Kantor
LH, BPBA
Penyusunan
Rencana Aksi
Rehabilitasi dan
Rekonstruksi
Bencana Tsunami
Adanya dokumen rehab
rekon Tsunami
Kab Aceh
Besar, Aceh
Jaya, Aceh
Barat, Aceh
Selatan,
Nagan Raya,
Aceh Barat
Daya, Aceh
Singkil, Aceh
Pidie,
Simeulue dan
Kota Banda
Aceh
Penanggung Jawab:
BPBA
Pendukung:
Disdik, Dinkes,
Dinsos,
Dishubkominfo,
Dinas PU, Dinas
KOPERINDAGTAM
BEN, Dinas
Pertanian Tanaman
Pangan, DKP, Dinas
Kebersihan dan
Pertamanan,
Sekretariat Daerah,
Bappeda, Satpol PP
& Linmas, BNPB,
BPBD Kab/Kota,
POLRI, TNI, PMI,
Forum PRB,
BASARNAS
100%
6.2. STRATEGI PENGARUSUTAMAAN Implementasi RPB selain dilaksanakan oleh Provinsi Aceh bersangkutan,
membutuhkan dukungan dari pihak provinsi dan nasional. Kondisi ini disebabkan tingkat
penerimaan dan kondisi penganggaran daerah yang terbatas. Oleh karenanya penyusunan
perencanaan penanggulangan bencana disinkronkan dengan perencanaan dari tingkat
nasional hingga Provinsi Aceh.
Implementasi RPB dapat dilaksanakan melalui makanisme pengarusutamaan PB.
Pengarusutamaan dalam perencanaan penanggulangan bencana menjadi sebuah
mekanisme yang dapat menjamin RPB menjadi sebuah Rencana Induk yang benar-benar
dapat digunakan oleh setiap instansi/institusi di daerah dalam upaya pengurangan risiko
bencana. Jaminan RPB dapat terlaksana salah satunya dengan membentuk gugus tugas
lintas institusi yang dilengkapi oleh perangkat kerja. Setiap gugus tugas bekerja sesuai
strategi pengarusutamaan. Optimalnya pengarusutamaan diharapkan dapat memperkuat
posisi RPB dengan aturan daerah, menjamin RPB masuk dalam APBA, dan mendorong
partisipasi dan kontribusi institusi non pemerintah untuk mengimplementasikan RPB.
Undang-undang dasar Negara Republik Indonesia 1945 telah mengamanatkan bahwa
Negara berkewajiban untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dalam segala macam bentuk ancaman bahaya termasuk ancaman bahaya
bencana. Untuk mewujudkan hak-hak tersebut Rencana Aksi Daerah Pengurangan Risiko
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
132 | P a g e
Bencana Provinsi Aceh berprinsip :
a. Penanggulangan bencana merupakan tanggung jawab bersama antara semua
pihak termasuk masyarakat,
b. Masyarakat sebagai subjek dan sekaligus sebagai objek pelaksanaan PRB harus
diperlakukan dan mempunyai hak yang sama dalam menyampaikan usulan dan
gagasan dalam upaya PRB,
c. Dokumen RPB dan Rencana Aksi Daerah dalam pengurangan risiko bencana tidak
semata-mata sebagai dokumen, tetapi diharapkan bisa menjadi pedoman
pelaksanaan PRB secara terpadu dan berkelanjutan.
Upaya percepatan pelaksanaan perencanaan yang terangkum dalam dokumen
RPB memerlukan sebuah strategi. Pendekatan dan pengarusutamaan penanggulangan
bencana diharapkan dapat dilakukan oleh semua pihak merupakan suatu aktivitas yang
dilakukan sebagai aksi-aksi sosial, politik dan kultural yang dilakukan secara sistematis,
terencana dan dilakukan secara kolektif, melibatkan berbagai strategi termasuk lobi,
kampanye, membangun koalisi, tekanan aksi massa serta penelitian yang ditujukan untuk
mengubah kebijakan dalam rangka melindungi hak-hak rakyat dan menghindari bencana
alam dan buatan manusia. Melalui strategi pengarusutamaan ini diharapkan mampu
menjamin keterselenggaraan kebijakan penanggulangan bencana dalam mencapai sasaran
yang telah ditetapkan dalam mewujudkan visi penanggulangan bencana Provinsi Aceh.
Strategi pengarusutamaan penanggulangan bencana dibagi dalam 3 fase yaitu:
a. Fase Sebelum Penyusunan RPJP
Untuk fase sebelum penyusunan RPJP, upaya advokasi difokuskan untuk
melakukan advokasi kepada calon Kepala Daerah. Advokasi diarahkan kepada
mengintegrasikan program-program penanggulangan bencana dalam visi dan
misi calon Kepala Daerah/Gubernur.
b. Fase Saat Penyusunan RPJP
Untuk fase saat penyusunan RPJP, upaya advokasi difokuskan kepada Bappeda
untuk menjaga program-program Penanggulangan Bencana dapat menjadi salah
satu prioritas dalam RPJP.
c. Fase Setelah Penyusunan RPJP.
Sedangkan upaya yang diterapkan pada fase setelah penyusunan RPJP difokuskan
kepada upaya mengatasi benturan kepentingan serta melakukan monitoring
intensif terhadap pelaksanaan Rencana Penanggulangan Bencana oleh institusi
terkait penanggulangan bencana.
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
133 | P a g e
FASE
ADVOKASI KEGIATAN OUTPUT
PENANGGUNG
JAWAB
Sebelum
Penyusunan
RPJP
Pengintegrasian program-program
penanggulangan bencana dalam visi
dan misi calon kepala daerah
Penanggulangan bencana
menjadi salah satu misi, arah
kebijakan atau agenda prioritas
dalam RPJP
Unsur Pengarah
BPBA
Saat
Penyusunan
RPJP
Menjaga program-program
Penanggulangan Bencana dapat
menjadi salah satu prioritas dalam
RPJMD
Disuarakannya kembali RPB
sebagai prioritas dalam
penyusunan RPJP
Bappeda Provinsi
Aceh
Setelah
Penyusunan
RPJP
1. Advokasi pelaksanaan RPB di
level pengambil kebijakan dan
pelaksana teknis di lapangan
secara berkesinambungan
Berkurangnya kemungkinan
benturan kepentingan di DPRD
dan dinas-dinas terkait
Unsur Pengarah
BPBA
2. Monitoring intensif terhadap
pelaksanaan Rencana
Penanggulangan Bencana
Laporan monitoring tahunan
keberhasilan, kendala dan
pembelajaran serta rekomendasi
pelaksanaan RPB
6.3. PERAN DAN FUNGSI INSTITUSI DALAM PENANGGULANGAN BENCANA
Optimalnya upaya penanggulangan bencana membutuhkan keterlibatan atau
peran dari berbagai pihak. Pihak terlibat dalam Pelaksanaan Aksi PB daerah dibagi menjadi
2 (dua) komponen, yaitu Pemerintah Daerah dan Pemangku Kepentingan.
Komponen Pemerintah Daerah yang terlibat dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana adalah:
a) Gubernur dan Sekda, bertugas mengkoordinasikan SOPD dan lembaga
lainnya dalam melaksanakan strategi dan kegiatan pencegahan,
penanganan, dan rehabilitasi/rekonstruksi bencana.
b) Badan Penanggulangan Bencana Acehn (BPBA), menjadi koordinator
dan komando pada pencegahan, penanganan, dan pasca bencana.
Bertugas untuk mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan pengurangan
risiko dan kesiapsiagaan bencana secara terpadu, serta memberikan
dukungan pendampingan kepada pemerintah kabupaten/kota dan
masyarakat untuk mencegah kejadian bencana. Selain itu, BPBA membuat
peta bencana dan menjadi pusat operasi, komando, serta informasi disaat
terjadinya bencana. Berkoordinasi dengan BNPB dan lembaga/instansi
lainnya untuk bantuan lanjutan secara nasional dan internasional jika di
perlukan.
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
134 | P a g e
c) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), mendukung
perencanaan program-program pembangunan yang peka terhadap risiko
bencana serta bertugas melakukan pembinaan, pengawasan, dan
pengendalian terhadap Bupati/Walikota dalam pelaksanaan pencegahan
bencana, serta melakukan pembinaan dan pendampingan desa dalam
upaya mencegah kejadian bencana.
d) Dinas Sosial (Dinsos), bertugas menyiapkan gudang logistik bahan
makanan sebagai upaya pemenuhan bahan pokok bagi korban bencana
alam. Menyiapkan relawan Tagana (Tangguh Bencana), membuat dapur
umum, dan membuat shelter/tenda sementara.
e) Dinas Pekerjaan Umun dan Penantaan Ruang, bertugas memperbaiki
jalan dan jembatan serta fasilitas umum lainnya akibat tanah longsor,
banjir, dan bencana lainnya serta bertugas melakukan identifikasi
penguasaan dan pemanfaatan tata ruang oleh masyarakat terhadap
kesesuaian dengan arahan tata ruang, serta menyediakan informasi spasial
terkait pengawasan wilayah/daerah rawan bencana.
f) Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman, bertugas untuk
perbaikan rumah dan fasilitas dilingkungan perumahan.
g) Dinas Pengairan, bertugas mengupayakan pembenahan bantaran aliran
sungai, drainase serta tanggul-tanggul banjir di seluruh provinsi Aceh.
h) Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan, bertugas meningkatkan
koordinasi antar instansi LH dalam upaya pencegahan bencana. Memantau
ISPU, tinggi muka air tanah, perbaikan lingkungan hidup di seluruh
Provinsi Aceh serta melakukan sosialisasi tentang menjaga lingkungan
dari bencana.
i) Dinas Pertanian, bertugas memberikan penyuluhan dan memberikan
program-program pertanian pada daerah rentan bencana.
j) Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, bertugas
meningkatkan peran serta perempuan dan anak-anak (kelompok rentan)
dalam kegiatan dan program pengurangan risiko bencana baik di
lingkungan pemerintahan ataupun lingkungan masyarakat ataupun
pendidikan sehingga dampak risiko bencana bisa diminimalisir.
k) Dinas Pendidikan dan Dinas Pendidikan Dayah, bertugas
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
135 | P a g e
mengarusutamakan program-program dan kegiatan pengurangan risiko
bencana ke dalam lingkungan pendidikan baik berupa mata pelajaran
tambahan ataupun kegiatan esktra kurikuler.
l) Badan Pemberdayaan Sumber Manusia bertugas Merencanakan,
memfasilitasi, dan melaksanakan diklat terkait kebencanaan dalam
rangka peningkatan kapasitas aparatur daerah.
m) Badan SAR Provinsi Aceh berfungsi mendukung dalam
mengkoordinasikan dan menyelenggarakan kegiatan pencarian dan
penyelamatan.
n) TNI, memiliki tugas:
1) memberikan bantuan dalam pencegahan bencana, melakukan
sosialisasi sadar hukum, dan tindakan pencegahan sedini mungkin;
2) memberikan bantuan penanganan dan masa tanggap darurat.
menyiapkan rencana strategis dan pasukan cadangan jika
dibutuhkan baik dari Provinsi, Regional, maupun dari Pusat;
3) melakukan pelatihan fisik Tagana, MPA, dan relawan tangguh
bencana lainnya;
4) melakukan operasi siaga darurat dan tanggap darurat;
5) membantu dinas dan SOPD dalam melakukan pengelolahan lahan
tanpa bakar, seperti cetak sawah dan melatih membersihkan
lahan;melakukan kegiatan water bombing dengan bantuan
helikopter dan pesawat terbang.
o) POLRI, memiliki tugas:
1) Melaksanakan sosialisasi dalam rangka pencegahan dan
pengurangan resiko bencana.
2) Melaksanakan evakuasi dengan mengutamakan keselamatan jiwa
personel, masyarakat korban bencana dan masyarakat sekitar;
3) Melaksanakan pemeliharaan dan pemulihan keamanan dan
ketertiban;
4) Ikut serta dalam proses rehabilitasi dan rekonstruksi;
5) Ikut serta menyusun antisipasi dampak bencana dan kejadian yang
akan terjadi serta kemungkinan terjadi bencana susulan.
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
136 | P a g e
q) Dinas Kesehatan (Dinkes), bertugas membuat Rumah Sakit Aman Bencana
(RSAB), Puskesmas Aman Bencana (PAB), melatih dokter, tenaga
medis, dan perawat untuk dapat menangani keadaan darurat serta
mengkordinasikan pengerahan Ambulance ke lokasi Bencana.
r) Dinas Komunikasi Informasi dan Persandian, berfungsi menyediakan
informasi dini mengenai kondisi cuaca dan mendorong media massa untuk
mensosialisasikan informasi kepada masyarakat mengenai langkah-
langkah kebijakan pencegahan Provinsi Aceh.
s) Satpol PP, bertugas membantu pemerintah daerah untuk penanganan
bencana di seluruh Provinsi Aceh. Mengupayakan relawan dari sipil dan
perangkat desa, Kecamatan, Kabupaten.
t) Pemerintah Kabupaten/Kota yang berada pada lingkup Provinsi Aceh,
bertugas menyusun peraturan daerah mengenai strategi pengetahuan
bencana, menjalankan anggaran dalam melaksanakan pencegahan, dan
mengupayakan beberapa perda (peraturan daerah) untuk menunjang
pengurangan risiko bencana.
u) Balai Wilayah Sungai Sumatera I (BWS SI) melaksanakan pengelolaan SDA
yang meliputi perencanaan, pelaksanaan konstruksi, operasi dan
pemeliharaan dalam rangka konservasi SDA, pendayagunaan SDA dan
pengendalian daya rusak air pada wilayah sungai.
Komponen non-pemerintah daerah, yaitu:
a) Universitas, bertugas membantu Pemerintah Provinsi dan BPBA dalam
menyiapkan relawan bencana alam, membantu memberikan prediksi dan
kajian akademis, dan lain-lain.
b) INGO/NGO, bertugas membantu pemerintah daerah, mengupayakan
bantuan dari masyarakat di dalam dan luar negeri, dan mengembangkan
desa tangguh bencana. Membantu pemerintah dalam mengurangi dan
mitigasi penduduk atas bencana. Selain itu berperan dalam penyelamatan
flora dan fauna.
c) Lembaga swadaya masyarakat (LSM) Provinsi Aceh, mendukung kegiatan
mitigasi bencana dapat membantu memasyarakatkan upaya-upaya
berkelanjutan mengenai pengurangan risiko bencana kepada masyarakat
luas sehingga dapat membantu meningkatkan kapasitas masyarakat
dalam menghadapi bencana.
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
137 | P a g e
d) Dunia Usaha dan Sektor Swasta, bertugas membantu pemerintah daerah
dalam melakukan pencegahan, penanganan, dan rehab/rekonstruksi.
Badan Usaha memberikan dukungan logistik dan finansial di dalam
pelaksanaan penanggulangan bencana.
e) Media dan organisasi radio amatir, bertugas untuk melakukan
pemberitaan dan edukasi kepada masyarakat yang berimbang. Provinsi
dan Kabupaten/Kota wajib mempunyai media center bencana dan
mempunyai daftar kontak baik wartawan maupun redaktur dari setiap
media lokal dan nasional baik media cetak, online, TV, maupun radio. Orari
bertugas membantu menyebarkan berita dan sosialisasi informasi
mengenai bencana melalui komunikasi radio.
f) Palang Merah Indonesia (PMI), berperan dalam bidang kesehatan atau
pertolongan pada masa tanggap darurat dan pemulihan bencana.
g) TAGANA (Taruna Siaga Bencana), merupakan suatu wadah himpunan
kegiatan penaggulangan bencana berbasis masyarakat khususnya dari
unsur generasi muda, memberikan dukungan personil dalam pelaksanaan
tanggap darurat bencana dan pemulihan pasca bencana, termasuk
mendukung dalam mengkoordinasikan menyelenggarakan kegiatan
pencegahan bencana hingga pencarian dan penyelamatan.
h) Forum PRB, berperan dalam mendukung setiap upaya pengurangan risiko
bencana. Selain itu membantu BPBA mengidentifikasi, melaksanakan
analisis dan evaluasi pengurangan risiko bencana serta merencanakan
tindak lanjut kesiapsiagaan, tanggap darurat dan pemulihan akibat
bencana.
i) Organisasi Kemasyarakatan Sipil
j) Akademisi dan pakar
k) Masyarakat, berperan dalam implementasi seluruh upaya penanggulangan
bencana yang dikeluarkan oleh Pemerintah Provinsi Aceh dan
mendukung seluruh kebijakan yang berkaitan dengan penanggulangan
bencana daerah.
l) Unsur Pengarah BPBA bertugas untuk memonitoring implementasi
dokumen RPB , mengadvokasi pihat-pihak terkait dan pengambil
keputusan terutama Kepala Daerah dan DPRA agar RAD RPB bisa
terlaksana.
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
138 | P a g e
BAB VII PENGAWASAN, EVALUASI DAN
PELAPORAN
7.1. PENGAWASAN DAN EVALUASI Program Pengawasan dan Evaluasi merupakan suatu program yang diperlukan dalam
setiap pelaksanaan siklus manajemen di sebuah kelembagaan. Pengawasan dan evaluasi
bertujuan untuk mengendalikan pelaksanaan kegiatan program agar sesuai dengan rencana
yang telah disusun. Pengendalian atas pelaksanaan pembangunan dilakukan untuk menjamin
tercapainya tujuan-tujuan dan sasaran pembangunan.
Pelaksanaan Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) Aceh 2017-2022 perlu dilakukan
mekanisme pengawasan dan evaluasi untuk menjaga, mengendalikan dan menjamin
terselenggaranya RPB Aceh 2017-2022 sesuai dengan perencanaan dan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Pengawasan dan evaluasi juga bermaksud untuk
memperoleh umpan balik bagi kebijakan, perencanaan dan pelaksanaan tugas-
penanggulangan bencana Aceh, mencegah terjadinya penyimpangan, ketidakefisienan
penyelenggaraan RPB Aceh 2017-2022 dan juga menilai kinerja.
Sesuai dengan PP 21 Tahun 2008, Tujuan Umum dari kegiatan pemantauan adalah
sebagai upaya untuk memantau secara terus menerus terhadap proses pelaksanaan
penyelengaraan penanggulangan bencana. Sedangkan Evaluasi bertujuan dalam rangka
pencapaian standar minimum dan peningkatan kinerja penanggulangan bencana.
Pengawasan dan Evaluasi dilakukan dengan mengacu pada:
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional
2. Peraturan Pemerintah No 39 Tahun 2006 tentang cara kerja Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
4. Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Menteri Negara PPN/Kepala
Bappenas Nomor Kep-102/Mk.2/2002 dan Nomor Kep.292/M.Ppn/09/2002
tentang Sistem Pemantauan dan Pelaporan Pelaksanaan Proyek Pembangunan
Pengawasan dan evaluasi dilakukan dengan berpegang pada azas:
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
139 | P a g e
1. Efisiensi yaitu derajat hubungan antara barang/jasa yang dihasilkan melalui suatu
program/kegiatan dan sumber yang diperlukan untuk menghasilkan barang/jasa
tersebut di ukur degan biaya per unit keluaran output
2. Efektivitas, yaitu tingkat seberapa jauh program/kegiatan mencapai hasil/manfaat
yang diharapkan, dan
3. Kemanfaatan, yaitu kondisi yang diharapkan akan dicapai bila keluaran (output)
dapat diselesaikan tepatwaktu,tepat lokasi dan tepat sasaran, serta berfungsi
dengan optimal
4. Dampak yaitu perubahan jangka panjang yanng dicapai sebagai akibat dari
berfungsinya sebuah keluaran (output)
5. Keberlanjutan yaitu proses pelaksanaan suatu kegiatan untuk menghasilkan
keluaran secara berkelanjutan.
Pengawasan dan evaluasi dokumen RPB Aceh 2017-2022 mengikuti prinsip-prinsip :
1. Efisien, Efektif dan Ekonomis dalam pengertian bahwa pengawasan harus dilakukan
dengan waktu yang cepat, biaya yang ringan, dan dengan hasil yang bermanfaat secara
maksimal
2. Independensi, dalam pengertian bahwa pengawasan dan evaluasi dilakukan semata-
mata untuk kepentingan umum, tanpa ditumpangi oleh kepentingan-kepentingan
lainnya;
3. Objektivitas, bahwa pengawasan dilakukan dengan menggunakan kriteria-kriteria
yang telah ditentukan sebelumnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku ;
4. Kompetensi, yaitu pengawasan dilakukan oleh tim yang ditunjuk dengan wewenang,
pertanggungjawaban, dan uraian tugas yang jelas;
5. Formalistik, dalam pengertian bahwa pengawasan dilakukan berdasarkan aturan dan
mekanisme yang telah ditentukan;
6. Koordinasi, dalam pengertian bahwa pengawasan dilakukan dengan sepengetahuan
pihak-pihak terkait untuk mencegah terjadinya Over-Lapping;
7. Integrasi dan Sinkronisasi, dalam pengertian bahwa pengawasan dilakukan dengan
melibatkan pihak-pihak yang terkait, untuk menghindari terjadinya tumpang tindih
dalam melakukan pengawasan
Kegiatan Pengawasan dan Evaluasi harus melibatkan semua Pemangku Kepentingan
yang sesuai dengan Tugas dan Fungsi Masing-Masing. Pengawasan dan Evaluasi dilakukan
setiap tahun masa penyelenggaraan RPB Aceh. Secara Kelembagaan, Pengawasan, evaluasi,
pelaporan dan Pembaruan Rencana Penanggulangan Bencana Aceh merupakan tanggung
jawab:
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
140 | P a g e
1. Pimpinan SKPA SKPA/Institusi terkait/Lembaga melakukan self assessment terhadap
pengendalian pelaksanaan RPB Aceh 2017-2022 sesuai dengan tugas dan kewenangan
masing-masing. Pengendalian pelaksanaan program dan kegiatan merupakan tugas
dan fungsi yang melekat pada masing-masing SKPA.
2. Unsur Pengarah BPBA melakukan pengawasan dan Evaluasi RPB Aceh 2017-2022
secara menyeluruh dengan dengan SKPA SKPA/Institusi terkait/Lembaga,
berkoordinasi dengan Bappeda Aceh dan DPRA dan Melaporkan ke Gubernur Aceh.
3. Gubernur mengambil langkah-langkah kebijakan penting terkait Penanggulangan
Bencana dan Arah Pembangunan Aceh.
Dalam konteks Penanggulangan Bencana Aceh secara keseluruhan, Pengawasan dan
Evaluasi RPB Aceh 2017-2022 dilakukan di bawah kendali Unsur Pengarah Badan
Penanggulangan Bencana Aceh(BPBA). Unsur Pegarah BPBA memiliki peran dan fungsi yang
sangat strategis dalam melakukan Fungsi Pengawasan dan Evaluasi RPB Aceh 2017-2022.
Secara struktur Unsur Pengarah berada langsung di bawah Kaban BPBA. Ketua Unsur
Pengarah BPBA terdiri dari Kepala Badan Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA)
selaku Ex Officio Sekda Aceh beranggotakan : Kepala Dinas Bina Marga Aceh, Cipta Karya
GUBERNUR ACEH
KEBIJAKAN PENAGGULANGAN BENCANA ACEH DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
UNSUR PENGARAH BPBA PENGAWASAN DAN EVALUASI RPB ACEH 2017-2022 LINTAS SKPA
MELALUI REPORT ASSESSMENT DAN FIELD ASSESSMENT DILAKUKAN SETIAP TAHUN, BERKOORDINASI DENGAN BAPPEDA ACEH DAN
DPRA DAN MELAPORKAN KE GUBERNUR ACEH PADA TAHUN KE DUA, EMPAT DAN 5 TAHUNAN
KEPALA SKPA/INSTITUSI TERKAIT
PENILAIAN MANDIRI (SELF ASSESSMENT) TAHUNAN TERHADAP
PENGENDALIAN PELAKSANAAN RPB ACEH 2017-2022 SESUAI DENGAN TUGAS DAN KEWENANGAN MASING-MASING
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
141 | P a g e
Aceh , Pengairan Aceh, Kepala Dinas Sosial Aceh, Kepala Dishubkom Intel Aceh, Aster
Iskandar Muda, Dirsabhara Polda Aceh dan 5 orang dari Masyarakat Profesional/Pakar.
Unsur Pengarah BPBA memiliki tugas untuk memberikan masukan dan saran kepada
Kepala dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana. Unsur Pengarah memiliki Fungsi:
perumusan konsep kebijakan penanggulangan bencana nasional, pemantauan, dan evaluasi
dalam penyelenggaraan penanggulangan Bencana Kepada Kepala Badan Penanggulangan
Bencana Aceh (Kaban BPBA). Pelaksanaan kegiatan pengawasan dan evaluasi dilakukan oleh
Unsur Pengarah BPBA setiap tahun dan menyampaikan pembaruan hasil evaluasi kepada
gubernur di tahun ke dua, ke empat dan ke lima.
Adapun mekanisme pengawasan dan evaluasi dilakukan dengan :
Penyusunan metode dan kerangka kerja bagi kegiatan pengawasan dan evaluasi
tahunan seluruh pelaksanaan Rencana Penanggulangan Bencana Aceh 2017-2022.
Pengumpulan dan verifikasi data dan informasi tahunan dalam bentuk a.
Pengumpulan dokumen hasil assessment mandiri dari SKPA/Institusi
terkait/Lembaga, b. Pengumpulan data/verifikasi fakta melalui SKPA terkait oleh
Unsur Pengarah BPBA dan c. kunjungan lapangan (survey lapangan) di kawasan
terpilih dengan fokus pada aspek penyerapan anggaran, kinerja manfaat dan kendala.
Workshop koordinasi pengawasan dan evaluasi oleh Unsur Pengarah BPBA
Penyusunan laporan pengawasan dan evaluasi oleh Unsur Pengarah BPBA
Melakukan sinergi dengan BAPPEDA Aceh dan DPRA atas hasil Laporan Pengawasan
dan Evaluasi, Laporan capaian Kinerja, dan Rencana Perbaikan Realisasi Pencapaian
Rencana Penanggulangan Bencana Aceh 2017-2022
Pelaporan berkala tahun ke dua, ke empat dan 5 tahunan kepada Gubernur Aceh
terkait : Laporan Pengawasan dan Evaluasi, Laporan capaian Kinerja, dan Rencana
Perbaikan Realisasi Pencapaian Rencana Penanggulangan Bencana Aceh 2017-2022.
Tindak lanjut dan Rekomendasi untuk penyempurnaan dan pembaruan program
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
142 | P a g e
Tabel 7.1 Pengawasan dan Evaluasi Rencana Penanggulangan Bencana Aceh 2017-2022.
No Aksi
Pagu Anggaran
Alat
Verivik
asi
Indikator
Alat
Verivikasi
Anal
isis
Ketercapa
ian
Keteran
gan Perencana
an Realisasi
Perencanaa
n (output,
Outcome
dan Impact)
Realisasi
(output,
Outcome
dan
Impact)
Kesimpulan Hasil Pengawasan dan Evaluasi
Hasil Pengawasan dan Evaluasi dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
7.2. PELAPORAN Pelaksanaan program dan kegiatan-kegiatan pengurangan risiko bencana harus
dilaporkan dalam sebuah laporan tertulis. Pelaporan hasil Pengawasan dan Evaluasi di susun
oleh masing-masing SKPA dan institusi terkait. Beberapa hal penting yang harus dipernuhi
adalah ;
a. Strategi Pelaksanaan program
b. Pencapaian Program (Output, Outcome dan Impact juga dikaitkan dengan realisasi
anggaran), Koordinasi dan jaringan, Faktor Pendukung, Faktor Penghambat,
Masukan/Keberhasilan di luar dugaan,
c. Penerima Manfaat Langsung dan tidak langsung.
d. Pembelajaran
e. Perencanaan Kedepan dan Exit strategi.
Laporan disusun oleh masing-masing SKPA/Institusi terkait/Lembaga secara berkala
minimal setiap tahun. Laporan ini akan menjadi salah satu bahan pengawasan dan evaluasi
tahunan terhadap pelaksanaan RPB. Sementara laporan pengawasan dan evaluasi disusun
secara berkala setiap 1 (satu) tahun oleh Unsur Pengarah BPBA. Unsur Pengarah akan
melakukan juga kembali kompilasi dan melakukan analisis hasil pengkajian mandiri SKPA
dan Institusi/lembaga terkait, Pengumpulan data/verifikasi fakta melalui SKPA terkait oleh
Unsur Pengarah BPBA dan c. kunjungan lapangan (survey lapangan) di kawasan terpilih
dengan fokus pada aspek penyerapan anggaran, kinerja manfaat dan kendala, yang dilakukan
pada tahun ke dua, ke empat dan 5 tahunan. Unsur Pengarah juga melakukan sinergi dengan
BAPPEDA Aceh dan DPRA atas hasil Laporan Pengawasan dan Evaluasi, Laporan capaian
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
143 | P a g e
Kinerja, dan Rencana Perbaikan Realisasi Pencapaian Rencana Penanggulangan Bencana
Aceh 2017-2022, dan melaporkan kepada Gubernur Aceh pada tahun ke dua, ke empat dan 5
tahunan RPB Aceh 2017-2022.
7.3. MEKANISME PEMBARUAN Pasal 6 ayat (6) Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang penyelenggaraan
PB mengamanatkan agar RPB ditinjau secara berkala setiap dua tahun sekali atau sewaktu-
waktu apabila terjadi bencana. Evaluasi berkala ini bertujuan untuk menilai hasil yang di
capai melalui pelaksanaan program dan kegiatan pengurangan risiko bencana serta efektifitas
dan efisiensi program dan kegiatan tersebut. Pengawasan dan evaluasi tahunan yang telah
dilakukan, akan menjadi dasar bahwa pada akhir tahun kedua dan ke empat, dapat dilakukan
peninjauan dan evaluasi kembali terhadap RPB Aceh. Hasil peninjauan dan evaluasi tersebut
akan mejadi rekomendasi terhadap RPB periode berjalan. Pada akhir tahun ke lima dilakukan
evaluasi akhir secara menyeluruh yang hasilnya menjadi rekomendasi bagi penyusunan RPB
periode berikutnya.
Meskipun demikian sangat lebih efektif jika dokumen RPB dapat langsung melakukan
penyesuaian dengan program kebijakan pembangunan Aceh. Penyesuaian ini tentu saja
berdampak positif untuk sebuah siklus keberlanjutan program dan efisiensi waktu dan
penganggaran. Untuk menjamin kesinambungan pencapaian dan dampak dari RPB, maka
disarankan untuk memperhatikan beberapa kriteria pembaruan. Kriteria tersebut adalah:
a. Arah Kebijakan pada RPB ini diharapkan tetap digunakan minimal untuk 2 (dua) periode
perencanaan.
b. Sasaran Penanggulangan Bencana Aceh wajib mengacu kepada Sasaran Nasional
Penanggulangan Bencana dengan memperhatikan Isu Strategis Kebencanaan Aceh.
b. Dimensi perencanaan seperti yang tertuang dalam SPPN (teknokratis, top-down, bottom-
up, partisipatif dan politis) menjadi dasar dalam menyusun mekanisme pembaruan RPB.
c. Indeks risiko bencana yang akan digunakan sebagai acuan dasar perencanaan periode
selanjutnya adalah minimal indeks risiko bencana yang diterbitkan oleh BNPB sekurang-
kurangnya satu tahun sebelum proses pembaruan mulai dilaksanakan.
d. Seluruh komponen lain yang dibutuhkan dalam pembaruan RPB dapat disesuaikan
dengan kondisi dan perkembangan penyelenggaraan penanggulangan bencana daerah.
e. Untuk menjamin objektivitas, hasil pembaruan RPB Aceh 2017-2022 di susun oleh lintas
lembaga, akademisi dan pakar.
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
144 | P a g e
BAB VIII PENUTUP
Kejadian bencana di Provinsi Aceh selalu meningkat setiap tahunnya dengan frekuensi
yang semakin sering. Hal ini disebabkan karena manusia dan faktor alam dan perubahan
iklim dunia. Dilihat dari faktor alamnya Provinsi Aceh memiliki kerawanan terhadap banjir,
Tsunami, gempabumi dan gerakan tanah (longsor). Jika digabungkan dengan kondisi
geografis, topografi, demografi (kependudukan), dan iklim, Provinsi Aceh memiliki potensi
bencana cukup besar.
Pelaksanaan RPB Aceh membutuhkan komitmen kuat secara politis maupun teknis.
Beberapa strategi advokasi dalam dokumen ini diharapkan dapat membangun komitmen
tersebut secara optimal pada seluruh jenjang Pemerintah Aceh hingga terbangun dan
terlestarikannya budaya sadar bencana di masyarakat sesuai dengan Visi Penanggulangan
Bencana Aceh.
Efektivitas penyelenggaraan penanggulangan bencana perlu memperhatikan kawasan
wilayah sungai melalui pembangunan kemitraan atau kerja sama dalam pengelolaannya.
Dalam hal ini kerja sama yang dibentuk adalah melalui pengelolaan BWS sungai yg ada di
Aceh.
Dokumen ini perlu selalu dievaluasi dan disesuaikan dengan perkembangan Aceh dan
perubahan-perubahan lingkungan dan kemajuan yang mempengaruhi terjadinya bencana.
Selain proses evaluasi, dokumen ini juga perlu diterjemahkan dan implementasikan sesuai
dengan Rencana Aksi Daerah untuk Pengurangan Risiko Bencana yang telah teridentifikasi
di dalam dokumen. Rencana Aksi ini juga memberikan ruang bagi para mitra pemerintah
untuk turut serta untuk berkontribusi dan berpartisipasi aktif dalam pembangunan budaya
aman terhadap bencana di Aceh.
Analisa keseluruhan potensi bencana dilihat dari kondisi daerah melalui indikator
ketahanan daerah menghasilkan rencana aksi penanggulangan bencana untuk masa 3 (tiga)
tahun perencanaan. Adapun aksi yang dihasilkan untuk Provinsi Aceh terbagi ke dalam 3
(tiga) bagian, yaitu:
1. 31 Aksi Pengurangan Risiko Bencana; berlaku untuk semua potensi bencana;
2. 38 Aksi Pengurangan Risiko Bencana; berlaku khusus berdasarkan jenis bencana;
3. 22 Aksi Penanggulangan Kedaruratan Bencana.
4. 8 Aksi Penanggulangan Kedaruratan Bencana.
Setiap aksi penanggulangan bencana diimplementasikan dengan menggunakan
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
145 | P a g e
strategi pengarusutamaan. Pengarusutamaan RPB diarahkan kepada mekanisme
penganggaran daerah serta mekanisme partisipasi institusi nonpemerintah daerah untuk
mewujudkan aksi-aksi penanggulangan bencana yang telah dirancang. Untuk mengelola
strategi pengarusutamaan RPB, perlu dibentuk sebuah gugus tugas lintas institusi. Gugus tugas
ini perlu dibekali berbagai perangkat kerja yang memudahkan proses pengarusutamaan RPB.
Gugus tugas bekerja berdasarkan strategi yang telah dikembangkan untuk mencapai
sasaran-sasaran pengarusutamaan.
Selain itu, dokumen ini perlu dievaluasi dan disesuaikan dengan perkembangan dan
perubahan-perubahan lingkungan dan kemajuan yang mempengaruhi terjadinya bencana. Selain
proses evaluasi, dokumen ini juga perlu diterjemahkan menjadi rencana aksi daerah untuk
pengurangan risiko bencana. Rencana aksi ini juga memberikan ruang bagi para mitra
pemerintah untuk turut serta berkontribusi dan berpartisipasi aktif dalam pembangunan
budaya aman terhadap bencana di Provinsi Aceh.
Dengan komitmen dan partisipasi aktif oleh seluruh pemangku kepentingan
diharapkan dapat mendukung penyelenggaraan penanggulangan bencana di Provinsi Aceh.
Dokumen rencana penanggulangan bencana diharapkan dapat menjadi acuan bagi seluruh
pihak terkait untuk mencapai sasaran penanggulangan bencana agar dapat menurunkan
indeks risiko bencana sebesar 15%.
DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI ACEH TAHUN 2020-2022
146 | P a g e