BLOK EMERGENSI REAKSI OBAT
BLOK EMERGENSIREAKSI OBAT
Kelompok B8Ketua: Puspita Pramessari1102008327Sekretaris: Ressy
Octriana1102008207Pebrian Rachman1102007210Puetri Sariasih
S1102007214Willy Kurnia A1102008262Akhmad Fajrin P1102008270Marini
Oktasari1102008291Isyana Prasantini1102008312Nurlia1102008333Syadza
Fadhilla1102008350
SKENARIO 3REAKSI OBATSeorang laki laki, 28 tahun datang ke UGD
dengan sesak napas, nafasnya berbunyi disertai gatal gatal
ditubuhnya, kulit merah dan melepuh sejak dua hari yang lalu.
Keluhan ini dialami setelah pasien mendapat injeksi obat di sebuah
pelayanan kesehatan primer. Oleh dokter UGD yang memeriksanya
didapatkan :KU : sedang, sens : CMVital sign : TD : 100/70 mmHg,
Nadi : 100x/mnt, RR : 30x/mnt, suhu : 36,5 CPemeriksaan fisik :THT
: sesak napas Jackson derajat II-IIIRegio Thorax : Inspeksi:
simetrisPalpasi: SF kanan=kiriPerkusi: sonorAuskultasi: stridor
(+)Status dermatologis :Lokasi I : mataUjud kelainan : mata merah,
secret (+)Lokasi II : kulit wajah, badan dan ekstremitas atas
bawahUjud kelainan kulit : vesikel, bula berbagai ukuran, lesi
target (+), erosiLokasi III : bibirUjud kelainan kulit : krusta
hemoragiKulit tubuh hiperemis (+), Bullae (+)
Learning Objective1. Memahami dan menjelaskan Sindrom Stevens
Johnson1.1 Memahami dan menjelaskan definisi Sindrom Stevens
Johnson1.2 Memahami dan menjelaskan etiologi Sindrom Stevens
Johnson1.3 Memahami dan menjelaskan patofisiologi Sindrom Stevens
Johnson1.4 Memahami dan menjelaskan manifestasi klinis Sindrom
Stevens Johnson1.5 Memahami dan menjelaskan diagnosis dan diagnosis
banding Sindrom Stevens Johnson1.6 Memahami dan menjelaskan
penatalaksanaan Sindrom Stevens Johnson1.7 Memahami dan menjelaskan
komplikasi Sindrom Stevens Johnson1.8 Memahami dan menjelaskan
prognosis Sindrom Stevens Johnson
2. Memahami dan menjelaskan Laringitis akut2.1 Memahami dan
menjelaskan definisi Laringitis akut2.2 Memahami dan menjelaskan
etiologi Laringitis akut2.3 Memahami dan menjelaskan patofisiologi
Laringitis akut2.4 Memahami dan menjelaskan manifestasi klinis
Laringitis akut2.5 Memahami dan menjelaskan diagnosis Laringitis
akut2.6 Memahami dan menjelaskan penatalaksanaan Laringitis akut2.7
Memahami dan menjelaskan komplikasi Laringitis akut2.8 Memahami dan
menjelaskan prognosis Laringitis akut
1. Memahami dan menjelaskan Sindrom Stevens Johnson1.1 Memahami
dan menjelaskan definisi Sindrom Stevens JohnsonSindrom
Steven-Johnson (SSJ) merupakan suatu kumpulan gejala klinis erupsi
mukokutaneus yang ditandai oleh trias kelainan pada kulit
vesikulobulosa, mukosa orifisium serta mata disertai gejala umum
berat.Infeksi virusJamurBakteriParasitHerpes simpleks, Mycoplasma
pneumoniae, Vaksiniakoksidioidomikosis, HistoplasmaStreptokokus,
Staphylococcs haemolyticus, Mycobacterium
tuberculosis,Salmonella
MalariaObatSalisilat, sulfa, penisilin, etambutol, tegretol,
tetrasiklin, digitalis, kontraseptif, klorpromazin, karbamazepin,
kinin, analgetik/antipiretikMakananCoklatFisikUdara dingin, sinar
matahari, sinar XLain-lainpenyakit kolagen, keganasan, kehamilan1.2
Memahami dan menjelaskan etiologi Sindrom Stevens Johnson1.3
Memahami dan menjelaskan patofisiologi Sindrom Stevens
JohnsonPatogenesis SSJ sampai saat ini belum jelas.Walaupun sering
dihubungkan dengan reaksi hipersensitivitas tipe III (reaksi
kompleks imun) oleh kompleks soluble dari antigen atau metabolitnya
dengan antibodi IgM dan IgG dan, Reaksi hipersensitivitas lambat
(delayed-type hypersensitivity reactions, tipe IV) reaksi yang
dimediasi oleh limfosit T yang spesifik.
Reaksi Hipersensitif tipe III. Antibodi tidak ditujukan kepada
jaringan tersebut, tetapi terperangkap dalam jaringan
kapilernya.
Reaksi tipe III mengaktifkan komplemen dan degranulasi sel mast
terjadi kerusakan jaringan atau kapiler ditempat terjadinya rekasi
tersebut.
Neutrofil tertarik ke daerah tersebut mulai memfagositosis
sel-sel yang rusak terjadi pelepasan enzim-enzim sel serta
penimbunan sisa sel. Hal ini menyebabkan siklus peradangan
berlanjut (Corwin, 2000: 72).
1.4 Memahami dan menjelaskan manifestasi klinis Sindrom Stevens
JohnsonGejala prodromal berkisar antara 1-14 hari berupa demam,
malaise, batuk, korizal, sakit menelan, nyeri dada, muntah, pegal
otot dan atralgia yang sangat bervariasi dalam derajat berat dan
kombinasi gejala tersebut.
Kulit berupa eritema, papel, vesikel, atau bula secara simetris
pada hampir seluruh tubuh.
Mukosa berupa vesikel, bula, erosi, ekskoriasi, perdarahan dan
kusta berwarna merah.
Mata : konjungtivitas kataralis, blefarokonjungtivitis, iritis,
iridosiklitis, kelopak mata edema dan sulit dibuka, pada kasus
berat terjadi erosi dan perforasi kornea yang dapat menyebabkan
kebutaan.Trias Sindrom Stevens Johnson
1.5 Memahami dan menjelaskan diagnosis dan diagnosis banding
Sindrom Stevens Johnson Secara klinis terdapat lesi berbentuk
target, iris, atau mata sapi, kelainan pada mukosa, demam, dan
hasil biopsi yang sesuai dengan SSJ.
Pemeriksaan yang rutin dilakukan diantaranya adalah :Pemeriksaan
darah tepi (hemoglobin, leukosit, trombosit, hitung jenis, hitung
eosinofil total, LED), Pemeriksaan imunologik (kadar imunoglobulin,
komplemen C3 dan C4, kompleks imun), Biakan kuman serta uji
resistensi dari darah dan tempat lesi, serta pemeriksaan
histopatologik biopsi kulit.Pemeriksaan histopatologik dapat
ditemukan gambaran nekrosis di epidermis sebagian atau menyeluruh,
edema intrasel di daerah epidermis, pembengkakan endotel, serta
eritrosit yang keluar dari pembuluh darah dermis
superfisial.Pemeriksaan imunofluoresen dapat memperlihatkan endapan
IgM, IgA, C3, dan fibrin.DIAGNOSIS BANDINGNekrosis epidermal toksik
(NET) dimana manifestasi klinis hampir serupa tetapi keadaan umum
NET terlihat lebih buruk daripada SSJ karena pada NET terdapat
epidermolisis menyeluruh.
NETSSJ
1.6 Memahami dan menjelaskan penatalaksanaan Sindrom Stevens
JohnsonTerapi suportif merupakan tata laksana standar pada pasien
SSJ.Pasien yang umumnya datang dengan keadaan umum berat
membutuhkan cairan dan elektrolit, serta kebutuhan kalori dan
protein yang sesuai secara parenteral. Pemberian cairan tergantung
dari luasnya kelainan kulit dan mukosa yang terlibat.Pemberian
nutrisi melalui pipa nasogastrik dilakukan sampai mukosa oral
kembali normal.Lesi di mukosa mulut diberikan obat pencuci mulut
dan salep gliserin.
Untuk infeksi, diberikan antibiotika spektrum luas, biasanya
dipergunakan gentamisin 5mg/kgBB/hari intramuskular dalam dua
dosis. Pemberian antibiotik selanjutnya berdasarkan hasil biakan
dan uji resistensi kuman dari sediaan lesi kulit dan darah.
Kortikosteroid diberikan parenteral, biasanya deksametason
dengan dosis awal 1 mg/kgBB bolus, kemudian selama 3 hari 0,2-0,5
mg/kgBB tiap 6 jam, setelah itu diturunkan berangsur-angsur dan
bila mungkin diganti dengan prednison per oral.
Penggunaan Human Intravenous Immunoglobulin (IVIG) dapat
menghentikan progresivitas penyakit SSJ dengan dosis total 3
gr/kgBB selama 3 hari berturut-turut (1 gr/kgBB/hari selama 3
hari).
Dilakukan perawatan kulit dan mata serta pemberian antibitik
topikal. Kulit dapat dibersihkan dengan larutan salin fisiologis
atau dikompres dengan larutan Burrow. Pada kulit atau epidermis
yang mengalami nekrosis dapat dilakukan debridement. Untuk mencegah
sekuele okular dapat diberikan tetes mata dengan antiseptik.
1.7 Memahami dan menjelaskan komplikasi Sindrom Stevens
JohnsonKomplikasi yang tersering ialah bronkopneumia yang didapati
sejumlah 80 % diantara seluruh kasus yang ada. Komplikasi yang lain
ialah kehilangan cairan atau darah, gangguan keseimbangan cairan
elektrolit dan syoek pada mata dapat terjadi kebutaan karena
gangguan laksimasi.
1.8 Memahami dan menjelaskan prognosis Sindrom Stevens
Johnson
Pada kasus yang tidak berat, prognosisnya baik, dan penyembuhan
terjadi dalam waktu 2-3 minggu. Kematian berkisar antara 5-15% pada
kasus berat dengan berbagai komplikasi atau pengobatan terlambat
dan tidak memadai. Prognosis lebih berat bila terjadi purpura yang
lebih luas. Kematian biasanya disebabkan oleh gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit, bronkopneumonia, serta sepsis.
2. Memahami dan menjelaskan Laringitis akut2.1 Memahami dan
menjelaskan definisi Laringitis akutLaringitis akut merupakan
penyakit yang umum pada anak-anak, mempunyai onset yang cepat dan
biasanya sembuh sendiri. Laringitis didefinisikan sebagai proses
inflamasi yang melibatkann laring dan dapat disebabkan oleh
berbagai proses baik infeksi maupun non-infeksi. Anatomi Laring
2.2 Memahami dan menjelaskan etiologi Laringitis akutEtiologi
dari laringitis akut yaitu :Penggunaan suara berlebihan, Gastro
esophago reflux disease (GERD), Polusi lingkungan, Terpapar dengan
bahan berbahaya, atau bahan infeksius (virus, bakteri, jamur) yang
membawa kepada ISPA2.3 Memahami dan menjelaskan patofisiologi
Laringitis akutLaringitis akut merupakan inflamasi dari mukosa
laring dan pita suara yang berlangsung kurang dari 3
minggu.Parainfluenza virus masuk melalui inhalasi menginfeksi sel
dari epitelium saluran nafas lokal yang bersiliaditandai dengan
edema dari lamina propria, submukosa, dan adventitiadiikuti dengan
infitrasi selular dengan histosit, limfosit, sel plasma dan lekosit
PMNterjadi pembengkakan dan kemerahan dari saluran nafas yang
terlibat (ditemukan pada dinding lateral dari trakea dibawah pita
suara) karena trakea subglotis dikelilingi oleh kartilago krikoid
maka pembengkakan terjadi pada lumen saluran nafas
dalammenjadikannya sempit.
2.4 Memahami dan menjelaskan manifestasi klinis Laringitis
akutGejala lokal seperti suara parau bahkan sampai tidak bersuara
sama sekali (afoni).Sesak nafas dan stridorNyeri tenggorokan
seperti nyeri ketika menelan atau berbicara.Gejala radang umum
seperti demam, malaiseBatuk kering yang lama kelamaan disertai
dengan dahak kentalGejala commmon coldGejala influenzaPada
pemeriksaan fisik akan tampak mukosa laring yang hiperemis,
membengkak terutama dibagian atas dan bawah pita suara dan juga
didapatkan tanda radang akut dihidung atau sinus paranasal atau
paruObstruksi jalan nafas apabila ada udem laring
Sumbatan saluran napas atas dapat dibagi menjadi 4derajat
berdasarkan kriteria Jackson :
Jackson I ditandai dengan sesak, stridor inspirasi ringan,
retraksi suprasternal, tanpa sianosis.Jackson II adalah gejala
sesuai Jackson I tetapi lebih berat yaitu disertai retraksi
supraklavikula dan infraklavikula, sianosis ringan, dan pasien
tampak mulai gelisah.Jackson III adalah Jackson II yang bertambah
berat disertai retraksi interkostal, epigastrium, dan sianosis
lebih jelas.Jackson IV ditandai dengan gejala Jackson III disertai
wajah yang tampak tegang, dan terkadang gagal napas
2.5 Memahami dan menjelaskan diagnosis Laringitis akutPada
pemeriksaan fisik :Suara yang serak, Coryza, Faring yang meradang
dan frekuensi pernafasan dan denyut jantung yang meningkat,
Pernafasan cuping hidung, Retraksi suprasternal, infrasternal dan
intercostal serta stridor yang terus menerus, dan Anak bisa sampai
megap-megap (air hunger). Bila terjadi sumbatan total jalan nafas
maka akan didapatkan hipoksia dan saturasi oksigen yang rendah
penurunan kesadaran atau sianosis. Pada auskultasi suara pernafasan
dapat normal tanpa suara tambahan kecuali perambatan dari stridor.
Kadang-kadang dapat ditemukan mengi.Pemeriksaan Penunjang Foto
rontgen leher AP : bisa tampak pembengkakan jaringan subglotis
(Steeple sign).
Pemeriksaan laboratorium : gambaran darah dapat normal. Jika
disertai infeksi sekunder, leukosit dapat meningkat.
Pada pemeriksaan laringoskopi indirek akan ditemukan mukosa
laring yang sangat sembab, hiperemis dan tanpa membran serta tampak
pembengkakan subglotis yaitu pembengkakan jaringan ikat pada konus
elastikus yang akan tampak dibawah pita suara.
Tatalaksana laringitis akutPerawatan umum :- Istirahat berbicara
dan bersuara selama 2-3 hari- Jika pasien sesak dapat diberikan O2
2 l/ menit- Menghirup uap hangat dan dapat ditetesi minyak atsiri /
minyak mint bila ada muncul sumbatan dihidung atau penggunaan
larutan garam fisiologis (saline 0,9 %) yang dikemas dalam bentuk
semprotan hidung atau nasal sprayTerapi medikamentosa :
Antibiotika golongan penisilin (anak 50 mg/kg BB dibagi dalam 3
dosis, dewasa 3 x 500 mgKortikosteroid diberikan untuk mengatasi
edema laringPencegahan LaringitisUntuk mencegah kekeringan atau
iritasi pada pita suara anda:
1.Jangan merokok, dan hindari asap rokok dengan tidak menjadi
perokok tidak langsung.2.Minum banyak air.3.Batasi penggunaan
alkohol dan kafein untuk mencegah tenggorokan kering. 4.Jangan
berdehem untuk membersihkan tenggorokan anda. Komplikasi
LaringitisKomplikasi yang dapat terjadi yaitu laringitis kronik.
Perubahan suara jika gejala suara serak tersebut terjadi selama 2 3
minggu. Perubahan suara ini dapat diakibatkan oleh refluks asam
lambung atau pajanan terhadap bahan iritan. Hal tersebut berisiko
untuk menimbulkan keganasan pada pita suara. Pada pasien yang
berusia lebih tua, laringitis bisa lebih parah dan dapat
menimbulkan pneumonia. Prognosis LaringitisPrognosis untuk
penderita laringitis akut ini umumnya baik dan pemulihannya selama
satu minggu. Namun pada anak khususnya pada usia 1-3 tahun penyakit
ini dapat menyebabkan udem laring dan udem subglotis sehingga dapat
menimbulkan obstruksi jalan nafas dan bila hal ini terjadi dapat
dilakukan pemasangan endotrakeal atau trakeostomatik.DAFTAR
PUSTAKAMcKenna JK, Leiferman KM. Dermatologic drug reactions.
Immunolo and Allergy Clin North Am 2004;24:399-423.Carroll MC,
Yueng-Yue KA, Esterly NB. Drug-induced hypersensitivity syndrome in
pediatric patients. Pediatrics 2001; 108 : 485-92.Gruchalla R. :
Understanding drug allergies. J Allergy Clin Immunol 2000; 105 :
S637-44.Reilly TP, Lash LH, Doll MA. A role for bioactivation and
covalent binding within epidermal keratinocytes in
sulfonamide-induced cutaneous drug reactions. J Invest Dermatol
2000; 114 : 116473.Yawalkar N, Egli F, Hari Y. Infiltration of
cytotoxic T cells in drug-induced cutaneous eruptions. Clin Exp
Allergy 2000; 30 :
847-55.http://www.emedicine.com/ent/topic353.htmHerry Garna, Heda
Melinda D. Nataprawira. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Indonesia:
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran. 2005. h 388-392.Kasper, Dennis L. Harrisons Principles
of Internal Medicine, Edisi 16. USA: McGraw Hill. 2005. h 192.E.
Acute Inflammatory Upper Airway Obstruction. Dalam: Nelson Textbook
of Pediatrics. Edisi 17. USA: W.B. Saunders. 2004. h
1405-1408.http://www.visualsunlimited.comhttp://www.akh-wien.ac.at/hno/kkentz_de.htmhttp://www.entorg.net/laryngitis_2.htm