Laring dan Faring sebagai Saluran PernapasanHenricho
Hermawan10.2014.108 / F720 Mei 2015Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida WacanaAlamat Korespondensi Jl.Arjuna
Utara No.6 Jakarta Barat 11510Email:
[email protected] in the human
body requires O2 as fuel. The gas obtained by the body through the
respiratory namely the lungs. The gas does not flow directly into
the lungs but through the airway from the nose up into the alveoli
in the lungs. In the alveolar gas exchange occurs between the O2
from outside the body with CO2 as the garbage of metabolism. At
this air duct pharynx and larynx are adjacent but have different
functions. Pharynx and larynx are separate by the glottis. During
the process of swallowing the glottis is closed so as to prevent
food and liquids entering the larynx. Inside the larynx are the
vocal cords produce sound functioning. If on the part of the larynx
is experiencing inflammation then one can experience a hoarse
voice, sometimes accompanied by fever.Keywords: metabolism, lung,
larynx, pharynxAbstrakMetabolisme dalam tubuh manusia memerlukan O2
sebagai bahan bakar. Gas ini diperoleh oleh tubuh melalui alat
pernapasan yaitu paru-paru. Gas ini tidak mengalir langsung ke
dalam paru-paru melainkan melalui saluran udara mulai dari hidung
hingga masuk ke alveolus yang ada di paru-paru. Dalam alveolus
barulah terjadi pertukaran gas O2 dari luar tubuh dengan CO2
sebagai sampah dari metabolisme tubuh. Pada saluran udara ini
terdapat faring dan laring yang letaknya berdekatan namun memiliki
fungsi yang berbeda. Saluran faring dan laring dipisahkan oleh oleh
glotis. Selama proses menelan glotis ini menutup sehingga mencegah
makanan dan cairan memasuki laring. Di dalam laring terdapat pita
suara yang berfungsi menghasilkan suara. Apabila pada bagian laring
ini mengalami peradanganan maka seseorang dapat mengalami suara
serak yang terkadang disertai dengan demam.Kata kunci :
metabolisme, paru-paru, laring, faringPendahuluanManusia memerlukan
O2 untuk melakukan metabolism di dalam tubuh. Gas O2 didapatkan
memalui suatu sistem yang disebut dengan sistem pernapasan. Sistem
pernapasan diatur oleh otak manusia sebagai sistem pusat dan
paru-paru sebagai alat untuk melaksanakan pernapasan. Paru-paru
memiliki peranan secara umum untuk menukar O2 dari luar tubuh
dengan CO2 hasil metabolisme. Namun paru-paru tidak bekerja sendiri
melainkan ada struktur lain yang harus dilewati O2 sebelum sampai
paru-paru.Pada bagian leher dari sistem pernapasan terdapat laring
yang merupakan saluran untuk mengalirkan udara dari hidung menuju
trakea. Laring letaknya berdekatan dengan faring namun keduanya
memiliki perbedaan salah satunya perbedaan fungsi. Selain itu bila
terjadi peradangan juga akan memiliki efek yang berbeda. Struktur
Sistem PernapasanPernapasan adalah proses masuknya oksigen ke dalam
tubuh dan dibuangnya karbondioksida, sistem ini sangat penting
karena tanpa adanya oksigen maka tidak akan ada proses metabolisme
di dalam tubuh.1 Sistem pernapasan dibentuk oleh beberapa struktur
yang terlibat dalam proses respirasi eksternal dan ekspirasi
internal.2 Pertukaran udara terjadi ketika menarik napas,
pertukaran udara yang terjadi di luar tubuh akan disebut dengan
respirasi eksternal sedangkan pertukaran udara yang terjadi di
dalam tubuh akan disebut dengan respirasi internal.2,3 Udara
tersebut melalui struktur pernapasan yang dapat dibedakan menjadi
dua yaitu struktur utama dan struktur pelengkap.2Strukur utama
sistem pernapasan dibedakan lagi menjadi dua yaitu jalan napas dan
saluran napas.2 Jalan napas terdiri dari nares (hidung bagian
luar), hidung bagian dalam, sinus paranasal, faring dan laring
sedangkan yang dimaksud dengan saluran napas terdiri dari trakea,
bronkus dan bronkiolus. Struktur pelengkap terdiri bagian-bagian
yang tidak dilalui oleh udara yaitu toraks, diafragma dan pleura.
Parenkim paru, adalah organ yang berupa kumpulan alveoli yang
mengelilingi pohon bronkus.Nares adalah saluran yang berada di
dalam hidung. Saluran ini akan bermuara ke bagian dalam hidung yang
dikenal sebagai vestibulum hidung. Lapisan yang dimiliki nares
anterior memiliki sejumlah kelenjar sebaseus yang ditutupi bulu
kasar dan kelenjar itu akan bermuara ke dalam rongga hidung.3
Selain itu hidung juga memiliki fungsi untuk menghubungkan
lubang-lubang nasolakrimal yang menyalurkan air mata dari air mata
ke dalam bagian bawah rongga nasalis ke bagian dalam hidung.4
Gambar 1. Struktur sistem pernapasan Rongga hidung dilapisi oleh
selaput lender yang memiliki banyak pembuluh dan bersambung dengan
lapisan faring serta selaput lendir semua snius yang mempunyai
lubang ke dalam hidung.3 Daerah pernapasan dilapisi dengan
epithelium silinder dan sel eptitel berambut yang mengandung sel
lendir. Sel ini akan bersekresi dan membuat permukaan nares basah
dan berlendir. Hal ini akan membuat ketika udara lewat melalui
hidung, udara akan disaring oleh bulu di dalam vestibulum dank
arena kontak dengan permukaan berlendir makan udara yang melaluinya
akan menjadi hangat dan penguapan air dari permukaan selaput lendir
udara akan menjadi lembab.4
Gambar 2. Struktur HidungFaring merupakan tabung fibromuskluar
yang melekat pada dasar tenggorokan dan berhubungan dengan
esophagus di bagian bawah.5 Faring juga merupakan pesimpangan
antara kerongkongan dan tenggorakan, serta memiliki epiglottis yang
berfungsi sebagai pengatur jalan maksuk ke kerongkongan atau
tenggorokan.1 Laringofaring yang ada di belakang epiglottis dan
laring akan berhubungan dengan esophagus, maka dari itu makanan
akan melewati orofaring, dan menuju ke laringofaring sebelum
akhirnya masuk ke dalam esophagus.3,5
Gambar 3. Struktur faringLaring terletak di depan bagian
terendah faring yang memisahkannya dari kolumna vertebra,
terbentang dari faring sampai setinggi vertebra cervikalis dan
masuk ke dalam trakea.4 Laring terdiri atas kepingan tulang rawan
yang diikat oleh ligament dan membrane. Tulang rawan terbesar ialah
tulang rawan tiroid dan didepannya terdapat benjolan subkutaneus
yang dikenal sebagai jakun.3 Laring memiliki dua lapisan atau
lamina yang bersambung di garis tengah. Di tepi atas terdapat
lekukan berupa V, tulang rawan krikoid terletak di bawah tiroid
yang memiliki bentuk seperti cincin mohon dengan mohor cincinya di
sebelah belakang. Tulang rawan lainnya adalah tulang rawan
aritenoid yang menjulang di sebelah belakang krikoid dan dibagian
kanan dan kiri tulang rawan kuneiform serta tulang rawan
kornikulata yang sangat kecil.4
Gambar 4. Struktur laringPada bagian puncak tulang rawan tiroid
terdapat epiglottis yang berupa katup tulang rawan dan membantu
neutup laring sewaktu menelan.3 Laring dilapisi sejenis selaput
lendir yang sama dengan yang ada di trakea kecuali pita suara
bagian epiglotis yang dilapisi epithelium berlapis.Laring memiliki
dua kelompok otot yaitu otot ekstrinsik yang berada di luar laring
yang memiliki fungsi untuk membanti proses menelan dan otot
instrinsik yang berfungsi untuk menggerakan korda vokalis.6 Otot
instrinsik laring terdiri atas golongan aduktor (5 pasang) yang
berfungsi menggerakan korda vokalis ke medial, menutup rima glotis
ketika bersuara dan golongan abductor (1 pasang) untuk menggerakan
korda vokalis ke lateral dan membuka rima glotis ketika
bernapas.Otot-otot golongan aduktor yaitu:6 M. krikoaritenoid
(dextra/sinistra) M. tirearitenoid (dextra/sinistra) atau M.
vokalis yang berfungsi membuat suara nyaring M. krikotiroid
(dextra/sinistra) M. interaritenoid obliqus (saling bersilang) M.
interaritenoid transverses (tunggal)Otot-otot golong abductor
yaitu:6 M. krikoaritenoid posterior M. posticusLaring dipersarafi
oleh sepasang N. laringis superior dan inferior yang merupakan
cabang dari N. X (Vagus).6 Laring tidak hanya dipersarafi dari
cabang N. X namun juga oleh persarafi oleh N. XI (Asesorius)
melalui cabang cranial yang akan dilepaskan dari medulla
oblongata.7 Cabang dari N. XI berupa akson-akson neuron nucleus
ambigus yang secara khusus akan mempersarafi otot intrinsik laring.
Kedua nerves ini akan keluar dari foramen yang sama yaitu forame
jugulare.6,7
Gambar 5. LaringLaring sering juga seringkali disebut sebagai
kotak suara karena struktur laring memungkinkan udara mengalir dan
mencegah benda padat memasuki trakea.8 Laring sebagai pita suara
juga berarti dari laring berperan sebagai sarana pembentukan suara.
Dinding laring tersusun atas tulang rawan kartilago dan bagian
dalam dilapisi oleh membrane mukosa bersilia.Kartilago laring
tersusun atas Sembilan buah yang saling menyusun sehingga membentuk
seperti kotak. Kartilago terbesar adalah kartilago tiroid, yang
dapat teraba pada permukaan anterior leher. Pada pria kartilago ini
akan membesar dan biasanya disebut dengan buah jakun.8Epiglotis
adalah kartilago paling atas yang bentuknya seperti lidah dan
seluruh bagiannya dilapisi oleh membrane mukosa. Selama proses
menelan laring akan bergerak ke atas dan epiglotis akan tertekan ke
bawah mengakibatkan glotis menutup.8 Gerakan inilah yang akan
mencegah makanan atau cairan masuk ke dalam laring.Pita suara
terletak di sebelah dalam laring dan berjalan dari tulang rawan
tiroid di sebelah depan sampai di kedua tulang rawan aritenoid,
pita suara terletak pada kedua sisi glotis.4,8 Gerakan dari tulang
rawan aritenoid yang ditimbulkan oleh berbagai otot laryngeal, pita
suara ditegakkan dan dikendurkan.4 Maka demikian lebar sela-sela
antara pita-pita atau rima glotidis berubah sewaktu bernapas dan
berbicara. Selama berbicara otot-otot intrinsic laring akan menarik
pita suara menutupi glotis dan udara yang dihembuskan akan
menggetarkan pita suara untuk menghasilkan bunyi yang selanjutnya
akan diubah menjadi kata-kata.8 Suara dihasilkan karena adanya
getaran pada pita yang disebabkan udara yang melalui glotis.4
Penggunaan pita suara atau memaksakan kerja pita suara dapat
mengakibatkan gangguan pada laring. Hal ini dapat menyebabkan
terjadinya peradangan pada membrane mukosa laring (secara medis
dikenal sebagai laryngitis).9,10 Penyebab dari laryngitis tidak
saja dari penggunaan pita suara secara berlebihan tapi juga dapat
disebabkan oleh virus.11 Proses penyembuhannya pun berbeda jika
laryngitis disebabkan karena penggunana secara berlebihan maka
cukup dengan mengistirahatkan pita suara selama beberapa hari, jika
karena virus akan sembuh dengan sendirinya karena adanya sistem
imun.9 Laringitis umumnya ditandai dengan adanya rasa kering dan
nyeri pada tenggorokan, batuk, sulit menelan, nyeri saat berbicara
dan suara menjadi serak yang disertai dengan demam.10 Suara yang
serak juga mungkin menandakan bahwa adanya infeksi saluran
pernapasan yang lebih serius.12 Jika terjadi serak yang
berkepanjangan maka bisa menjadi pertanda bahwa menderita salah
satu jenis refluks, gastroesophangeal refluks disease (GERD) atau
laringopharyngeal reflukx (LPR). Pada keadaan GERD asam lambung
naik kembali ke esophagus sedangkan pada LPR asam lambung akan naik
sampai tenggorokan. Jika dibiarkan maka refluks dapat menyebabkan
sinus dan infeksi pada telinga, lesi tenggorokan dan esophagus
barret, sebuah tukak pektit di bagian bawah esophagus yang dapat
menyebabkan kanker esophagus.12Trakea berlajan dari sampai setinggi
vertebra torakalis kelima dan di tempat ini bercabang menjadi dua
bronkus. Trakea tersusun atas 16-20 lingkaran tidak lengkap berupa
cincin tulang rawan yang diikat oleh jaringan fibrosa.3 Trakea
dilapisi selaput lendir yang terdiri atas epithelium bersilia dan
sel cangkir. Silia ini bergerak menuju ke atas laring maka dengan
gerakan tersebut debu dan butir-butir halus lainnya yang masuk
bersama dengan pernapasan akan dikeluarkan.4 Tulang rawan berfungsi
untuk mempertahankan trakea agar tetap terbuka karena itu di
sebelah belakangnya tidak bersambung yaitu tempat trakea menempel
degan usofagus yang memisahkan trakea dengan tulang belakang.
Gambar 6. Struktur trakeaTrakea cervikalis berjalan melalui
leher disiliang oleh istmus glandula tiroid yaitu suatu belahan
kelenjar yang melingkari sisi-sisi trakea.4 Sedangkan trakea
torasika berjalan melintasi mediastinum, di belakang sternum
menyentuh inomita dan arkus aorta dan usofagus terletak di belakang
trakea.3Trakea akan terbelah menadji dua bronkus utama (bronkus
principalis dextra dan sinistra) keduanya akan kembali bercabang
lagi sebelum masuk ke paru-paru.3 Dalam perjalannya bronkus akan
bercabang menjadi banyak dan bronkus yang mulai memiliki bagian
yang mampu melakukan pertukaran udara disebut dengan bronkus
respiratorius. Saluran besar yang mempertahankan struktur serupa
dnegan yang dari trakea mempunyai dinding fibrosa mengandung tulang
rawan dan dilapisi dengan epithelium bersilia.4 Bagian ujung dari
bronkus respiratorius dapat ditemui kantong-kantong udara yang
disebut dengan alveolus.3,4 Alveolus dibentuk dan dibatasi oleh
sebuah dinding yang dibentuk oleh dua macam sel, yaitu:2 Sel
alveolar tipe I atau pneumosit type I Sel alveolar tipe II atau
pneumosit type II yang disebut dengan granular pneumocyteKedua sel
ini memiliki hubungan yang sangat erat. Sel pneumosit skuamosa
disebut tipe I sedangkan pneumosit kuboid disebut tipe II walaupun
sebetulnya yang merupakan sel progenitor epitel alveoli adalah sel
tipe II (sel tipe I adalah kelanjutan perkembangan dari sel tipe
II). Pertukaran gas akan menembus dinding pneumosit I, dan tugas
pneumosit tipe adalah untuk menghasilkan surfaktan.2Pada paru
terdapat kurang lebih 300 juta gelembung alveoli dengan diameter
setiap gelembung berukuran 0,3 mm. Struktur gelembung ini cenderung
tidak stabil dikarenakan tegangan permukaan cairan yang melapisi
alveoli menyebabkan gelembung cenderung menjadi kolas namun berkat
adanya surfaktan yang menurunkan teganga permukaan cairan dinding
alveoli sehingga menjaga gelembung tidak kolaps namun mengembang
sehingga stabilitias gelembung naik secara signifikan.2 Akan tetapi
alveoli tetap memiliki potensi untuk dapat terjadi kolaps yaitu
insipient collaps. Mekanisme PernapasanPernapasan melalui paru-paru
dimulai ketika O2 diambil melalui hidung dan mulut waktu bernapas.
Oksigen akan masuk melalui trakea dan pipa bronchial menuju ke
alveoli dan akan memiliki hubungan era dengan darah di dalam
kapiler pulmonaris.4 Masuknya udara ke dalam tubuh karena adanya
perbedaan tekanan udara di luar dan di dalam tubuh, udara akan
mengalir dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Tubuh manusia
memiliki mekanisme untuk membuat tekanan udara di dalam paru-paru
dengan cara meningkatkan volume paru-paru.2
Gambar 7. Mekanisme peningkatan volume paru-paruPeningkatan
volume paru-paru tidak lepas dari peranan otot-otot inspirasi,
ekspirasi serta otot-otot inspirasi dan ekspirasi tambahan.2 Otot
inspirasi utama yaitu: M. interkostalis eksterna M. interkartilagus
parasternal Otot diafragmaOtot-otot inspirasi tambahan yang
berfungsi untuk membantu melakukan inspirasi maksimum terdiri dari:
M. skalenus anterior M. skalenus media M. skalenus posterior M.
sternocleidomastoideusPada bagian ekspirasi normal hanya akan
mengandalkan elastisitas paru-paru untuk kembali ke posisi semula
atau dengan kata lain relaksasi dari otot inspirasi.2 Namun pada
penderita asma akan diperlukan kerja otot-otot untuk melakukan
ekspirasi, otot-otot yang terlibat adalah: M. interkostalis interna
M. interkartilagus parasternal M. rektus abdominis M. oblikus
abdominis eksternusTekanan parsial gas di arteri normal adalah PaO2
sekitar 96 mmHg (96 torricelli) dan PaCO2 sekitar 40 mmHg. Tekanan
parsial ini harus dipertahankan tanpa memandang kebutuhan oksigen
yaitu saat tidur kebutuhan oksigen 100 ml/menit dibandingkan saat
kerja sekitar 2000-3000 ml/menit.2Pada paru-paru, CO2 adalah salah
satu hasil buangan metabolisme. Gas ini dibuang dengan cara
menembus membrane alveoli-kapiler dari kapiler darah ke alveoli dan
selanjutnya akan masuk ke pipa bronchial dan dinapaskan keluar
melalui hidung dan mulut.4PenutupLaring dan faring secara khusus
berfungsi untuk memisahkan udara dengan makanan dan cairan yang
masuk ke dalam tubuh. Hal ini karena saluran dari mulut dan hidung
akan bertemu di bagian orofaring. Peradangan di keduanya akan
menyebabkan rasa berbeda mengingat fungsinya yang berbeda.
Peradangan pada faring akan menyebabkan sakit saat menelan
sedangkan pada laring akan menyebabkan suara menjadi serak. Daftar
Pustaka1. Suryo J. Herbal penyembuhan gangguan sistem pernapasan:
pneumonia-kanker paru-TB-bronkitis-pleurisi. Yogyakarta : PT
Bentang Pustaka ; 2010. h. 2-3 ; 1892. Djojodibroto RD.
Respirologi. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC ; 2007. h. 5-21
3. Pearce EC. Anatomi & fisiologi untuk paramedic. Jakarta :
Gramedia ; 2000. h. 211-194. Pearce EC. Anatomi & fisiologi
untuk paramedic. Jakarta : Gramedia ; 2009. h. 255-665. Gibson J.
Fisiologi & anatomi modern untuk perawat. Jakarta : Penerbit
buku kedokteran EGC : 2002. h. 1896. Herawati S, Rukmini S. Ilmu
penyakit telinga hidung tenggorok. Jakarta : Penerbut buku
kedokteran EGC ; 1998. h. 17-97. Satyanegara. Ilmu bedah saraf.
Jakarta : Gramedia ; 2010. h. 528. Effendy C, Yasmin Asih NG.
Keperawatan medical bedah : klien dengan gangguan sistem
pernapasan. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC ; 2002. h. 59.
Librianty N. Panduan mandiri melacak penyakit. Jakarta : PT Lintas
kata ; 2015. h. 1210. Wijayakusuma H. Penyembuhan dengan terong.
Jakarta : Pustaka popular obor ; 2004. h. 13-411. Davey P. At a
glance medicine. Jakarta : Erlangga ; 2005. h. 17712.
Liebmann-Smith J, Egan JN. Body signs. Jakarta : PT Cahaya intan
suci ; 2008. h. 156-7
Page 1 of 12