Menegakkan Diagnosis Karsinoma Tiroid serta TerapinyaYudha Adi
Pradana Djatioetomo102012436 / D827 November 2014Fakultas
Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJl. Terusan Arjuna No.6
Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731Email:
[email protected] tiroid termasuk bagian
tubuh yang jarang mengalami keganasan, terjadi 0,85% dan 2,5% dari
seluruh keganasan pada pria dan wanita. Tetapi di antara kelenjar
endokrin, keganasan tiroid termasuk jenis keganasan kelenjar
endokrin yang sering ditemukan. Secara klinis, antara nodul tiroid
yang ganas dengan yang jinak sering sulit dibedakan, bahkan baru
dapat dibedakan setelah didapat hasil evaluasi sitologi preparat
biopsi jarum halus atau histopatologi dari jaringan kelenjar tiroid
yang diambil saat operasi. Dengan berbagai kemajuan teknologi,
seperti aplikasi BAJAH, USG, TSH sensitif dan terapi supresi
L-tirosin, telah memungkinkan para peneliti melakukan evaluasi
nodul tiroid secara lebih cermat sehingga sampai pada diagnosis
nodul jinak atau ganas.1
AnamnesisAnamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh
seorang dokter dengan cara melakukan serangkaian wawancara dengan
pasien (autoanamnesis), keluarga pasien atau dalam keadaan tertentu
dengan penolong pasien (aloanamnesis). Berbeda dengan wawancara
biasa, anamnesis dilakukan dengan cara yang khas, yaitu berdasarkan
pengetahuan tentang penyakit dan dasar-dasar pengetahuan yang ada
di balik terjadinya suatu penyakit serta bertolak dari masalah yang
dikeluhkan oleh pasien.Sebagian besar keganasan tiroid tidak
memberikan gejala yang berat kecuali keganasan jenis anaplastik
yang sangat cepat membesar dalam hitungan minggu. Sebagian kecil
pasien, khususnya pasien dengan nodul tiroid yang besar,
mengeluhkan adanya gejala penekanan pada esofagus dan trakhea.
Biasanya nodul tiroid tidak disertai rasa nyeri, kecuali timbul
perdarahan ke dalam nodul atau bila kelainannya tiroiditis
akut/subakut. Keluhan lain pada keganasan yang mungkin ada ialah
suara serak.2Pada anamnesis dapat ditanyakan beberapa pertanyaan
berikut untuk membantu menegakkan diagnosis: Apakah terdapat
pembesaran di leher?Bila ada dimana lokasinya, sejak kapan
benjolannya timbul. Apakah terdapat nyeri pada bagian leher? Bila
ada bagaimana rasa nyeriya apakah berpindah atau tetap.
Perkembangan benjolan dan pengobatan yang telah
ditempuh??Ditanyakan cara membesarnya, apakah cepat atau lambat.
Riwayat keluarga Apakah pernah mengalami hal yang sama Riwayat
Penyinaran Apakah terdapat perubahan suara, kesukaran dalam
bernafas dan berbicara? Apakah berat badan turun meskipun makan
banyak??
Pemeriksaan Fisik 1. Pemeriksaan Keadaan Umum dan TTV (Tanda
Tanda Vital) 2. Pemeriksaan fisikPada setiap pasien dengan
kecurigaan kelainan tiroid, kelenjar tiroid diinspeksi dan
dipalpasi secara rutin. a) Inspeksi Inspeksi kelenjar tiroidDimulai
dengan indentifikasi dari penandanya. Bagian bawah leher diantara
otot sternocleidomastoideus diinspeksi untuk melihat apakah ada
pembengkakan atau asimetris. Pasien diinstruksikan untuk
memanjangkan sedikit lehernya dan menelan ludah. 3 Tiroid menempel
pada kartilago tiroid pada laring dan akan bergerak keatas saat
menelan. Massa lain pada leher seperti pembesaran kelenjar getah
bening hampir tidak bergerak Kista tiroglossalis tidak akan
bergerak saat menelan tapi akan bergerak naik dengan menjulurkan
lidah.4Inspeksi leher Inspeksi dengan teliti bagian leher jika ada
luka yang terlihat ( luka tiroidektomi seringkali tersembunyi di
balik kalung dan mudah sekali terlewati.) Periksa JVP dan amati
jika tampak vena yang berdilatasi dapat mengindikasikan ekstensi
retrosternal pada struma Kemerahan atau eritema dapat
mengindikasikan tiroiditis supurativa.4
b) PalpasiPalpasi kelenjar tiroidPemeriksaan dapat memeriksa
tiroid dari posisi anterior ataupun posterior.3 leher pasien
diusahakan sedikit flexi untuk merelaksasi otot sternomastoideus.
Tanyakan jika ada rasa nyeri Letakkan jari telunjuk, tengah, dan
jari manis dari kedua tangan mengikuti garis tengah leher, bawah
dagu. Gerakkan jari ke bawah sampai mencapai kelenjar tiroid dengan
lembut Jika kelenjar membesar, tentukan simetris atau tidak Apakah
teraba nodul atau tidak Diamati ukuran, bentuk, dan pergerakan
Diulang pemeriksaannya kali ini dengan kondisi saat pasien menelan
Perkirakan konsistensi dari membrane tiroid manapun yang teraba
Lembut : normal Keras : struma sederhana Keras seperti karet :
hashimotos thyroiditis Keras seperti batu : kanker, kalsifikasi
kista, fibrosis, riedes thyroiditis.Palpasi leherPalpasi kelenjar
getah bening pada leher, arteri karotis dan deviasi trakea.
c) Auskultasi Gunakan stetoskop diafragma pada setiap lobus dari
kelenjar tiroid dan lakukan auskultasi untuk menemukan bruit.
Pemeriksaan fisik khusus tiroid21) Pambertons signPasien
menaikkan kedua tangan keatas kepala Pasien dengan obstruksi dapat
menunjukkan tanda dari kompresi vena (flushing, sianosis, pusing,
sinkop)2) Tremor KasarPasien meuruskan kedua tangan nya kedepan
(dengan posisi puggung tangan di bagia atas). Kemudian perhatikan
tangan pasien apakah terdapat tremor atau tidak.3) Pemeriksaan
status tiroid Amati keadaan pasien (rileks, agitasi) Hitung tekanan
nadi dan amati jika pasien dalam keadaan atrial fibrilasi Amati
tangan pasien (eritema, hangat) Rasakan tangan pasien (kering,
basah) Amati adanya tremor Lihat wajah pasien (eksoftalmus tidak)
Lihat tungkai apakah ditemukan pretibial myxoedema4) Pemeriksaan
Tanda OpthalmopatiSelain perlu juga diperhatikan tanda-tanda
ophtalmopati seperti: Ada exoptalmus = mata menonjol dan bola mata
dikelilingi oleh sclera berwarna putih. Alat eksoftalmometer, yaitu
alat mengukur penonjolan bola mata dari samping Ada von grape sign
= ketika melihat ke bawah, palpebra superior tidak bisa mengikuti.
Ada stellwag sign = mata jarang berkedip Ada moebius sign = mata
gak bias konvergensi Ada jofroy sign = tidak dapat mengerutkan dahi
Rosenbach sign = tremor palpebra saat menutup mata
Pemeriksaan Penunjang1. Laboratorium T3&T4&TSH normal
dan tiroglobulin normal. Tetapi untuk tiroglobulin biasanya
meningkat kerena tiroglobulin merupakan sat-satunya protein yang
hanya dihasilkan oleh tiroid sehingga jika tiroid membesar maka
tiroglobulin akan meningkat. Biasanya tiroglobulin digunakan untuk
follow up. Jika sudah di operasi tetapi tiroglobulin tetap
menignkat maka curiga metastasis.2. Biopsi Jarum HalusKetepatan
diagnosis mencapai 70-80% dengan hasil negative palsu keganasan
antara 1-6%. Ketepatan diagnostic akan meningkat bila sebelum
biopsy dilakukan penyidikan isotopic atau ultrasonografi. Sidik
tiroid diperlukan untuk menyingkirkan nodul tiroid otonom dan nodul
fungsional hiperplastik, sedangkan ultrasonografi selain untuk
membedakan nodul kistik dari padat dan menentukan ukuran nodul,
juga berguna untuk menuntun biopsy.Teknik ini aman, murah, dan
dapat dipercaya, serta dapat dilakukan pada pasien rawat jalan
dengan resiko yang sangat kecil. Dengan BAJAH ini tindakan bedah
dapat dikurangi sampai 50% kasus nodul tiroid, dan pada waktu
bersamaan meningkatkan ketepatan kasus keganasan pada tiroidektomi.
Hasil sitology BAJAH : jinak (negative), curiga (indeterminate),
atau ganas (positif).13. UltrasonografiUltrasonografi memberikan
informasi tentang morfologi kelenjar tiroid dan merupakan modalitas
yang handal dalam menentukan ukuran dan volume kelenjar tiroid
serta dapat membedakan apakah nodul tersebut bersifat kistik,
padat, atau campuran. Ultrasonografi juga dilakukan untuk penuntun
biopsy. Sekitar 20-40% nodul yang secara klinis soliter, ternyata
multiple pada gambaran ultrasonogram. Gambaran ultrasonogram dengan
karakteristik dan resiko kemungkinan ganas adalah apabila ditemukan
nodul yang hipoechoik, mikrokalsifikasi, batas ireguler,
peningkatan aliran vaskuler pada nodul (melalui pemeriksaan dengan
teknik Doppler), serta bila ditemukan invasi atau limfadenopati
regional. Menurut beberapa peneliti lesi hipoekoik cenderung ganas
tetapi diskriminannya hanya sekitar 63%, sedangkan lesi hiperekoik
jarang ganas hanya sekitar 4%. Adanya halo sempurna di sekeliling
nodul lebih menunjukkan lesi jinak, hanya sekitar 6% nodul dengan
halo sempurna dan 16% dengan halo tidak sempurna ternyata ganas.14.
Sidik TiroidSidik tiroid merupakan pencitraan isotropic yang akan
memberikan gambaran morfologi fungsional, yang berarti hasil
pencitraan merupakan refleksi dari fungsi jaringan tiroid.
Radiofarmaka yang digunakan adalah I-131, Tc-99mpertechnetate,
Tc-99m MIBI, TI-201, atau f-18 FDG. I-131 memiliki perilaku sama
dengan iodium stabil yaitu ikut dalam proses trapping dan
organifikasi untuk membentuk hormone tiroid, sedangkan Tc-99m hanya
ikut dalam proses trapping. Pencitraan isotoppik dilakukan untuk
mengetahui apakah suatu nodul tiroid menangkap radioaktivitas atau
tidak, mendeteksi tiroid aberan, mendeteksi jaringan tiroid sisa
pasca tiroidektomi atau jaringan metastase fungsional dari
karsinoma tiroid berdiferensiasi.Hasil dapat dibedakan 3 bentuk
yaitu : nodul panas, dingin dan hangat.5. CT Scan atau MRISeperti
halnya ultrasonografi, CT scan atau MRI merupakan pencitraan
anatomi dan tidak digunakan secara rutin untuk evaluasi nodul
tiroid. Penggunaannya lebih diutamakan untuk mengetahui posisi
anatomi dari nodul atau jaringan tiroid terhadap organ sekitarnya
seperti diagnosis struma sub-sternal dan kompresi trachea karena
nodul.1
Working DiagnosisKanker tiroid adalah suatu keganasan pada
tiroid (pertumbuhan tidak terkontrol dari sel). Tumor epitel
maligna tiroid dibagi menjadi:11. Karsinoma folikulerTerdapat
kira-kira 25% dari seluruh karsinoma tiroid yang ada, terutama
mengenai kelompok usia diatas 50 tahun. Menyerang pembuluh darah
yang kemudian menyebar ke tulang dan jaringan paru. Jarang menyebar
ke daerah nodes limpa tapi dapat melekat/ menempel di trakea, otot
leher, pembuluh darah besar dan kulit, yang kemudian menyebabkan
dispnea serta disfagia. Bila tumor mengenai The Recurrent Laringeal
Nerves, suara menjadi serak. Prognosisnya baik bila metastasenya
masih sedikit pada saat diagnosa ditetapkan.
1. Karsinoma papilareMerupakan tipe kanker tiroid yang sering
ditemukan, banyak pada wanita atau kelompok usia diatas 40 tahun.3
Karsinoma papilar merupakan tumor yang perkembangannya lambat dan
dapat muncul bertahun-tahun sebelum menyebar ke daerah nodes limpa.
Ketika tumor terlokalisir di kelenjar tiroid, prognosisnya baik
apabila dilakukan tindakan tiroidektomi parsial atau total.
1. Karsinoma medulareTimbul di jaringan tiroid parafolikular.
Banyaknya 510 % dari seluruh karsinoma tiroid dan umumnya mengenai
orang yang berusia diatas 50 tahun. Penyebarannya melewati nodes
limpa dan menyerang struktur di sekelilingnya. Tumor ini sering
terjadi dan merupakan bagian dari Multiple Endocrine Neoplasia
(MEN) tipe II yang juga bagian dari penyakit endokrin, dimana
terdapat sekresi yang berlebihan dari kalsitonin, ACTH,
prostaglandin dan serotonin.
1. Karsinoma berdiferensiasi buruk (anaplastik)Merupakan tumor
yang berkembang dengan cepat dan luar biasa agresif. Kanker jenis
ini secara langsung menyerang struktur yang berdekatan, yang
menimbulkan gejala seperti stridor (suara serak/parau, suara nafas
terdengar nyaring), suara serak, dan disfagia. Prognosis karsinoma
anaplastik buruk, dan penderita biasanya meninggal dalam waktu 6
bulan sampai 1 tahun setelah didiagnosis.4
Differential DiagnosisHipertiroidisme dan TirotoksikosisPerlu
dibedakan antara pengertian tirotoksikosis dengan hipertiroidisme.
Tiroktoksikosis ialah manifestasi klinis kelebihan hormon tiroid
yang beredar dalam sirkulasi. Hipertiroidisme adalah tirotoksikosis
yang diakibatkan oleh kelenjar tiroid yang hiperaktif. Apapun
sebabnya manifestasi klinisnya sama, karena efek ini disebabkan
ikatan T3 dengan resepetor T3 inti yang makin penuh. Rangsang oleh
TSH atau TSH like substance, autonomi instrinsik kelenjar
menyebabkan tiroid meningkat, terlihat dari radioactive neck uptake
tiroid naik. Sebaliknya destruksi kelenjar misalnya karena radang ,
inflamasi, radiasi, akan terjadi kerusakan sel hingga hormon yang
tersimpan dalam folikel keluar masuk dalam darah. Dapat pula karena
pasien mengkonsumsi hormon tiroid berlebihan.Beberapa penyebab
hipertiroid antara lain penyakit Grave (suatu penyakit autoimun
yang paling sering), Toxic Multinodular Goiter (TMNG), Solitary
Toxic Adenoma, asupan yang berlebihan dari hormon-hormon tiroid,
pengeluaran yang abnormal dari Thyroid Stimulating Hormon (TSH),
peradangan pada kelenjar tiroid (tiroiditis), asupan yodium yang
berlebihan, kanker pituitari, dan pemakaian obat-obatan seperti
amiodaron.Manifestasi klinis dari hipertiroid ditandai dengan
beberapa gejala, namun pada pasien dengan penyakit yang ringan
biasanya tidak ada gejala. Pada pasien usia > 70 tahun, tanda
dan gejala yang khas mungkin juga tidak ada. Pada umumnya,
gejala-gejala menjadi lebih jelas ketika derajat hipertiroid
meningkat. Gejala-gejala biasanya yang berkaitan dengan hipertiroid
antara lain denyut jantung yang sangat cepat (berdebar-debar) >
100 kali per menit, peningkatan tonus otot, tangan gemetaran
(tremor), rambut rontok, kulit tipis dan halus, sulit tidur
(insomnia), gelisah dan mudah tersinggung, pertumbuhan kuku yang
sangat cepat, kelelahan dan cepat letih, penurunan berat meskipun
pola makan normal atau banyak, peningkatan frekuensi buang air
besar (BAB), pembesaran kelenjar tiroid, tidak tahan udara panas,
keringat berlebihan, tanda bruit, konsentrasi berkurang, mata
melotot (exoptalmus), dan pada wanita terjadi gangguan haid
(sedikit dan tidak teratur).LimfadenitisMerupakan peradangan pada
kelenjar limfe. Kelenjar limfe menjadi bengkak karena adanya
penumpukan cairan dijaringan dan jumlah sel darah putih yang
meningkat. Peradangan ini biasanya terjadi pada kelenjar limfe di
leher, ketiak, dan lipat paha. Limfadenitis bisa disebabkan oleh
infeksi dari virus, bakteri, ataupun jamur. Gejala klinisnya
adalahdemam, adanya benjolan yang lunak, nyeri tekan, dan
tanda-tanda peradangan (kulit di atasnya terlihat merah dan terasa
hangat).Kanker nasofaringAdalah jeniskankeryang tumbuh di rongga
belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut.
Penyebabnya adalah infeksi dari virus Epstein-Barr, lingkungan,
makanan, dan faktor genetik. Kanker nasofaring banyak dijumpai pada
orang-orang ras mongoloid. Selain itu kanker nasofaring juga
merupakan jenis kanker yang diturunkan secara genetik.Penyebaran
kanker ini dapat berkembang ke bagian mata, telinga, kelenjar
leher, dan otak. Sebaiknya yang beresiko tinggi terkena kanker
nasofaring rajin memeriksakan diri ke dokter, terutama dokter THT.
Risiko tinggi biasanya dimiliki oleh laki-laki atau adanya keluarga
yang menderita kanker ini.Letak nasofaring yang tersembunyi di
belakang hidung atau belakang langit-langit rongga mulut
menyebabkan serangan kanker ini sering kali terlambat diketahui.
Namun, biasanya pada stadium dini menunjukkan gejala-gejala sebagai
berikut, di dalam telinga timbul suara berdengung dan terasa penuh
tanpa disertai rasa sakit sampai pendengaran berkurang. Hidung
sedikit mimisan, tetapi berulang. Hidung tersumbat terus-menerus,
kemudian pilek. Pada kondisi akut menunjukkan gejala kelenjar getah
bening pada leher membesar, mata menjadi juling, penglihatan ganda,
mata bisa menonjol keluar, dan sering timbul nyeri serta sakit
kepala.EtiologiEtiologi kanker tiroid belum jelas, pada umumnya
beranggapan karsinoma tiroid berkaitan dengan banyak faktor,
termasuk radiasi ionisasi, perubahan genetik dan onkogen, jenis
kelamin, faktor diet, dll.51. Kenaikan sekresi hormon TSH dari
kelenjar hipofise anterior disebabkan berkurangnya sekresi hormon
T3 dan T4 dari kelenjar tiroid oleh karena kurangnya intake yodium.
Ini menyebabkan tiroid yang abnormal dapat berubah menjadi
kanker.2. Radiasi ion pada leher terutama anak-anak yang pernah
mendapat terapi radiasi di leher dan mediastinum.3. Sebagian
karsinoma medular tiroid bersifat herediter familial. Timbulnya
karsinoma medular tiroid familial berkaitan dengan mutasi gen RET
pada kromosom nomor 10.4. Penyakit hiperplasia jinak tiroid seperti
struma nodusa dan adenoma tiroid dapat bertransformasi ganas
menjadi karsinoma. Transformasi ganas adenoma berhubungan dengan
tipe patologik, adenoma folikular tipe embrional dan tipe fetal
lebih mudah menjadi ganas.5. Perbedaan jenis kelamin pada karsinoma
tiroid relatif besar, hormon wanita mungkin berperan dalam
etiologinya. Ada penelitian menemukan, pada kelenjar tiroid normal,
tumor jinak dan tumor ganas tiroid terdapat reseptor estrogen dalam
jumlah bervariasi. Pada jaringan karsinoma papilar tiroid kandungan
reseptor estrogen (ER) dan reseptor progesteron (PR) tertinggi,
disimpulkan bahwa ER, PR merupakan faktor penting yang mempengaruhi
insiden karsinoma tiroid pada wanita.
EpidemiologiInsiden kanker tiroid bervariasi menurut negara dan
kawasan yang berbeda. Di Eslandia dan Hawaii, insiden kanker tiroid
sangat tinggi, di China relatif rendah, dewasa ini belum terdapat
data statistik lengkap di China. Menurut data tahun 1988 dari
kantor survei tumor kota Tianjin, insiden kanker tiroid tahunan
pada pria adalah 0,8-0,9/100.000, pada wanita 2,0-2,2/100.000,
menempati 0,86-0,90% dari tumor ganas seluruh tubuh. Penderita
wanita lebih banyak dari pria, ratio pria terhadap wanita adalah 1
: 2-4, penyakit tersering terjadi pada usia 20-40 tahun.5
PatofisiologiTumor dapat berupa nodul lunak, tetapi sering pula
berupa tumor keras. Adenokarsinoma papiler (60%) biasanya bersifat
multisentrik dan 50% penderita memperlihatkan sarang ganas di lobus
homolateral dan lobus kontralateral. Metastasis mula-mula ke
kelanjar limfe regional, dan akhirnya dapat terjadi metastasis
hematogen.2Sebaliknya, adenokarsinoma folikuler biasanya bersifat
unifokal dan jarang bermetastasis ke kelenjar limfe leher.
Karsinoma folikuler ini bermetastasis ke kelenjar limfe leher.
Karsinoma folikuler ini lebih sering menyebar secara hematogen,
antara lain ke tulang dan paru.Adenokarsinoma meduler berasal dari
sel C / sel parafolukiler sehingga kadang mengeluarkan kalsitonin
(sel APUD). Kadang terdapat hubungan dengan adenomaendokrin lain
dalam bentuk MEN II (multiple endocrine neoplasia IIa). Pada tahap
ini juga dapat terjadi metastasis ke kelenjar limfe
regional.Adenokarsinoma anaplastik, yang jarang ditemukan (10%),
merupakan tumor yang agresif, bertumbuh cepat, dengan infiltrasi
masih ke jaringan sekitarnya. Pada tahap dini sudah terjadi
penyebaran hematogen dan penyebuhan jarang dicapai. Karsinoma
anaplastik sering menyebabkan kesulitan bernapas karena infiltrasi
ke trakhea sampai ke lumen yang ditandai dengan dispnea dengan
stridor inspirasi.Infiltrasi karsinoma tiroid dapat ditemukan di
trakhea, laring, faring, sofagus, N. Rekurens, pembuluh darah
karotis, vena jugularis, struktur lain dalam leher dan kulit.
Metastasis kinfogen dapat meliputi semua regio leher, sedangkan
metastasis hematogen ditemukan, terutama di paru, tulang, otak, dan
hati.2
Manifestasi KlinikManifestasi klinis yang didapatkan dari kanker
tiroid adalah :1,4,5 Adanya nodul tiroid Suara serak Limfadenopati
servikal Susah nafas Batuk Disfagia Riwayat radiasi pengion pada
saat anak-anak Nodul padat, keras, tidak rata, dan terfiksir
Riwayat keganasan tiroid sebelumnya.PenatalaksanaanA. Terapi
operatifKecuali karsinoma tak berdiferensiasi, terapi kanker tiroid
terutama dengan operasi. Menurut jenis patologik dan lingkup
infiltrasi yang berbeda, dipilih model operasi berbeda. Berdasarkan
ukuran tumor primer, jenis patologik lingkup infiltrasi ke jaringan
sekitar ada tidaknya metastasis dan lingkup metastasis, ditetapkan
model operasinya.1. Penanganan terhadap kanker primer.a. Lobektomi
unilateral plus ismektomi: bila tumor terbatas pada satu sisi
tiroid, semua lesi yang tidak lebih dari T2 dapat dilakukan
lobektomi unilateral dan ismektomi. Kasus suspek kanker tiroid
harus menjalani lobektomi unilateral dan ismektomi. Terhadap tumor
padat intratiroid yang bersifat belum jelas, setidaknya harus
dilakukan lobektomi unilateral subtital dan ismektomi.b.
Tiroidektomi total atau subtotal: bila lesi tiroid mengenai kedua
lobus, atau kanker tiroid sudah memiliki metastasis jauh,
memerlukan terapi dengan isotop pasca operasi, harus terlebih dulu
dilakukan tiroidektomi. c. Reseksi diperluas lobus residual
unilateral. Terhadap tumor tiroid dengan sifat tidak jelas
dilakukan eksisi lokal tumor, pasca operasi secara patologik
ternyata ganas, dilakukan operasi lagi untuk mengangkat lobus
residual.
2. Penanganan terhadap kelenjar limfe regional. Metastasis
kelenjar limfe regional dari kanker tiroid mencakup kelenjar limfe
regio leher dan mediastinum superior, secara klinis lebih sering
ditemukan metastasis kelenjar limfe leher. Umumnya metastasis
kelenjar limfe leher tidak berpengaruh jelas pada prognosis kanker
tiroid, oleh karena itu terhadap kasus dengan kelenjar limfe leher
negatif umumnya tidak dianjurkan untuk operasi pembersihan selektif
kelenjar limfe leher. Sedangkan terhadap kasus kelenjar limfe
positif, harus dilakikan operasi pembersihan kelenjar limfe leher
kuratif.B. Terapi non-operatif1. Radioterapia. Radioterapi
eksternal: kanker tiroid berdiferensiasi tidak peka terhadap
radioterapi rutin, selain itu organ sekitarnya seperti kartilago
tiroida, trakea, medulla, spinal dll kurang tahan terhadap radiasi,
sehingga pada umumnya tidak dianjurkan radioterapi eksternal murni
atau radioterapi adjuvant rutin pasca operasi. Indikasi radioterapi
umumnya dianggap mencakup karsinoma tak berdiferensiasi, karsinoma
tiroid berdiferensiasi pasca operasi dengan remnant local, lesi
yang tidak mengambil I-131, metastasis otak, dll.b. Radioterapi
internal: radiasi I-131 berefek destruktif terhadap jaringan
tiroid, sedangkan sebagian besar karsinoma tiroid mengambil I-131.
Maka secara klinis I-131 dipakai untuk terapi karsinoma tiroid
berdiferensiasi, khususnya kasus dengan metastasis jauh dan
bersifat mengambil I-131.2. Terapi hormonalPasca operasi karsinoma
tiroid berdiferensiasi pasien pada dasarnya secara rutin diberikan
tiroksin. Dasar teorinya adalah tiroksin dapat menghambat sekresi
TSH sehingga mengurangi rekurensi dan metastasis karsinoma tiroid
berdiferensiasi. Dewasa ini tindakan klinis umumnya adalah pasca
operasi memakai tiroksin secara kontinu selama jangka waktu panjang
atau relatif panjang, dosis disesuaikan berdasarkan konsentrasi TSH
serum atau mencapai kondisi batas hipertiroid.3. KemoterapiTerhadap
pasien karsinoma tiroid berdiferensiasi, dewasa ini masih belum ada
kemoterapi yang efektif, maka secara klinis kemoterapi hanya
dipakai secara selektif untuk pasien stadium lanjut yang tak dapat
dioperasi atau pasien dengan metastasis jauh, atau dipakai bersama
metode terapi lainnya. Secara relatif, karsinoma tak
berdiferensiasi lebih peka terhadap kemoterapi, secara klinis
umumnya dipakai kemoterapi kombinasi.Pencegahan Pencegahan kanker
tiroid dapat dilakukan dengan cara mengatur pola hidup dan pola
makan yang benar. Karena sebagian besar penyakit timbul akibat pola
hidup dan pola makan yang kurang seimbang, misalnya merokok, sering
begadang, mengkonsumsi alkohol, aktifitas olahraga yang kurang,
pola makan yang tidak teratur dan tidak seimbang, serta sering
terpapar zat-zat kimia berbahaya dari polusi kendaraan dan asap
pabrik merupakan penyebab umum timbulnya berbagai macam penyakit
berbahaya, termasuk kanker tiroid. Berikut adalah 5 langkah
mencegah penyakit kanker tiroid:1. Mendapat kecukupan garam. Riset
menunjukan, kadar iodine rendah dapat meningkat risiko kanker
tiroid. Garam mungkin sumber terbesar iodine dalam diet. Dapatkan
1/2 sendok teh garam iodisasi setiap hari.1. Batasi radiasi. Salah
satu cara terbaik mencegah kanker tiroid adalah membatasi paparan
radiasi. 45% dari paparan berasal dari pemeriksaan medis, terutama
CT Scan dan sinar X-ray. 1. Konsumsi makanan anti kanker, seperti
daging sapi yang kaya akan selenium. Mineral ini menghambat
pertumbuhan dari kanker tiroid. Sumber baik selenium lainnya ada di
kepiting dan kerang. Dapatkan makanan kaya selenium perminggunya.1.
Antioksidan. Risiko kanker tiroid dapat diturunkan dengan makanan
kaya antioksidan, contohnya brokoli, wortel dan jeruk. Menambahkan
lebih banyak buah dan sayuran ke dalam diet juga dapat
mengendalikan berat badan. Kemungkinan terdapat hubungan antara
obsesitas dan kanker tiroid.1. Deteksi diri. Pentingnya anda untuk
mendeteksi diri sendiri. Periksakan leher setiap tahun untuk
benjolan yang mencurigakan. Deteksi dan pengobatan dini menyembuhan
95% kasus kanker tiroid.Komplikasi Komplikasi yang seringkali
muncul pada tiroidektomi yang meliputi:0. Perdarahan. Resiko ini
minimum, namun hati- hati dalam mengamankan hemostatis dan
penggunaan drain setelah operasi.0. Masalah terbukanya vena besar
(vena tiroidea superior) dan menyebabkan embolisme udara. Dengan
tindakan anestesi yang tepat, ventilasi tekanan positif yang
intermitten, dan teknik bedah yang cermat, bahaya ini dapat di
minimalkan.0. Trauma pada nervus laringeus rekurens. Dapat
menimbulkan paralisis sebagian atau total (jika bilateral) laring.
Pengetahuan anatomi bedah yang kuat dan ke hati- hatian pada saat
operasi harus diutamakan.0. Sepsis yang meluas ke mediastinum.
Seharusnya ini tidak boleh terjadi pada operasi bedah sekarang ini,
sehingga antibiotik tidak diperlukan sebagai profilaksis lagi.0.
Hipotiroidisme pasca bedah. Perkembangan hipotiroidisme setelah
reseksi bedah tiroid jarang terlihat saat ini. Ini dievaluasi
dengan pemeriksaan klinik dan biokomia yang tepat pasca bedah.40.
Hipokalsemi. Karena terangkatnya kelenjar paratiroid pada saat
pembedahan.PrognosisPrognosis kersinoma tiroid bervariasi besar,
ada yang tumbuh lambat sehingga sedikit membawa kematian, ada yang
tumbuh cepat sehingga angka kematian tinggi. Faktor yang
berpengaruh menonjol terhadap prognosis karsinoma tiroid terutama
mencakup: jenis patologik, stadium dan metastasis jauh. Selain itu
usia, jenis kelamin, ukuran lesi, dan stadium T juga berpengaruh
pada prognosis karsinoma tiroid.
KesimpulanLaki-laki usia 60 tahun menderita karsinoma
tiroid.
Daftar Pustaka1. Subekti I. Karsinoma Tiroid. Dalam: Sudoyo A.W,
Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S (editor). Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam jilid 3. Edisi ke-5. Jakarta: Interna
Publishing. 2009. h.2031-7.2. Sjamsuhidajat R, Jong WD. Sistem
Endokrin. Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta: EGC.
2005. h.682-703.3. Brunner, Suddarth. Textbook of Medical-Surgical
Nursing. 11th ed. United States : Lippincott Williams &
Wilkins; 2005. p.1441-2.4. Thomas J, Monaghan T. Oxford Handbook of
Clinical Examination and Practical Skills. 1st ed. United Kingdoms
: Oxford University Press; 2007. p.116-9.5. Diesen W. Tumor di
Kepala dan Leher. Dalam: Buku Ajar Onkologi Klinis. Edisi ke-2.
Jakarta: FKUI. 2008. h. 287-97.13