BAB II PENDEKATAN PENELITIAN KUANTITATIF A. Format dan Langkah-Langkah Penelitian Pendekatan penelitian kuantitatif dapat dipilah menjadi dua format penelitian yaitu format deskriptif dan eksplanatif (Bungin, 2008). Penelitian dengan format deskriptif bertujuan menjelaskan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian. Format penelitian deskriptif dapat dilakukan pada penelitian studi kasus dan survei. Penelitian dengan format deskriptif studi kasus berciri (1) memusatkan diri pada suatu unit tertentu dari berbagai variabel yang selanjutnya memungkinkan dapat mendalam dan masuk ke dalam sasaran sasaran penelitian dan (2) merupakan penelitian eksploratif yang memainkan peran amat penting dalam menciptakan pemahaman orang tentang berbagai variabel sosial. Penelitian dengan format deskriptif survei berciri adanya penyebaran di permukaan yang sangat ditonjolkan pada hampir semua pengungkapannya dengan populasi yang luas sehingga tidak dapat mncapai data yang mendalam. Namun demikan, format ini memungkinkan peneliti dapat menggeneralisasikan suatu gejala sosial atau variabel sosial tertentu. Selain itu, peneliti tidak dapat mempertahankan keutuhan dari objek yang diteliti, karena responden sebagai kesatuan yang utuh tenggelam dalam analisis wajah keseluruhan populasi bukan wajah kasus-perkasus.
126
Embed
blog.unnes.ac.idblog.unnes.ac.id/.../sites/2353/2015/12/Bab-2-kuan.docx · Web viewAdapun cara yang digunakan dalam random sampling adalah: (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II PENDEKATAN PENELITIAN KUANTITATIF
A. Format dan Langkah-Langkah Penelitian
Pendekatan penelitian kuantitatif dapat dipilah menjadi dua format penelitian yaitu
format deskriptif dan eksplanatif (Bungin, 2008). Penelitian dengan format deskriptif
bertujuan menjelaskan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel
yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian. Format penelitian deskriptif dapat
dilakukan pada penelitian studi kasus dan survei.
Penelitian dengan format deskriptif studi kasus berciri (1) memusatkan diri pada suatu
unit tertentu dari berbagai variabel yang selanjutnya memungkinkan dapat mendalam dan
masuk ke dalam sasaran sasaran penelitian dan (2) merupakan penelitian eksploratif yang
memainkan peran amat penting dalam menciptakan pemahaman orang tentang berbagai
variabel sosial. Penelitian dengan format deskriptif survei berciri adanya penyebaran di
permukaan yang sangat ditonjolkan pada hampir semua pengungkapannya dengan populasi
yang luas sehingga tidak dapat mncapai data yang mendalam. Namun demikan, format ini
memungkinkan peneliti dapat menggeneralisasikan suatu gejala sosial atau variabel sosial
tertentu. Selain itu, peneliti tidak dapat mempertahankan keutuhan dari objek yang diteliti,
karena responden sebagai kesatuan yang utuh tenggelam dalam analisis wajah keseluruhan
populasi bukan wajah kasus-perkasus.
Format penelitian eksplanatif dimaksudkan untuk menjelaskan suatu generalisasi
sampel terhadap populasinya atau menjelaskan hubungan, perbedaan atau pengaruh satu
variabel dengan variabel lain. Oleh karena itu, format penelitian ini digunakan untuk
mengembangkan dan menyempurnakan teori. Selain itu, format ini memiliki kredibilitas
untuk mengukur, menguji hubungan sebab-akibat dari dua atau beberapa variabel dengan
menggunkanan analisis statistik inferensial.
Penelitian adalah suatu proses, yaitu suatu rangkaian langkah yang dilakukan
secara terencana dan sistematis. Proses berawal dari minat untuk mengetahui
fenomena tertentu yang selanjutnya berkembang menjadi gagasan, konsep,
pemilihan metode penelitian yang sesuai, dan seterusnya. Proses penel it ian i tu
sendiri dimaksudkan untuk memperoleh pemecahan terhadap masalah-
masalah tertentu yang pada gilirannya dapat melahirkan gagasan dan teori baru
pula. Demikian, seterusnya, sehingga sebenarnya penelitian merupakan suatu
proses yang tiada henti.
Sudah barang tentu banyak macam cara yang dapat ditempuh untuk
meperoleh pemecahan masalah yang dimaksud. Variasi cara penelitian terjadi
tidak hanya dalam penelitian bidang yang berbeda tetapi juga dalam penelitian
bidang yang sama. Demikian juga halnya terhadap langkah-langkah penelitian
ilmiah, akan terjadi banyak variasi di samping perlu pengembangan . Di samping itu,
di dalam kenyataannya tidak mungkin satu demi satu terpisah dari yang lainnya ,
melainkan hadir secara kait-mengkait dan berkesinambungan. Langkah-langkah
yang dilakukan haruslah serasi dan saling mendukung satu sama lainnya, agar
penelitian yang dilakukan i tu mempunya i bobo t yang cukup memada i dan
member ikan simpulan-simpulan yang tidak meragukan.
Setelah disederhanakan, secara garis besar langkah-langkah penelitian yang
lazim ditempuh atau dijumpai, yaitu: (1) peru musan permasalahan, (2) penelaahan
pustaka, (3) pengajuan hipotesis, (4) penentuan variabel atau ubahan, (5) penyusunan
rancangan penelitian, (6) penentuan populasi dan sampel, (7) pengumpulan data, (8)
penarikan simpulan, dan (9) penyampaian laporan (Hadi, 1981; Dep Dikbud, 1984;
Rachman, 1997). Secara bagan langkah-langkah penelitian seperti pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1Langkah-langkah Penelitian
PerumusanMasalah
PenentuanPopulasi & Sampel
Penyusunan Rancangan
Penentuan Variabel
Pengajuan Hipotesis
TelaahPustaka
Penulisan Laporan
Pengumpulan DataPenarikan Simpulan
Memperhatikan Gambar 2.1, ternyata tidak tampak langkah atau kegiatan perumusan
atau penetapan judul/topik penelitian. Perumusan/penetapan judul penelitian sebenarnya
fleksibel. Artinya perumusan/penetapan judul penelitian mungkin muncul setelah
merumuskan masalah, mungkin setelah kajian kepustakaan, atau mungkin menjelang
penyusunan rencangan penelitian. Namun demikian, dalam pengajuan usulan penelitian, baik
usulan untuk karya ilmiah skripsi, tesis, disertasi, atau kegiatan penelitian itu sendiri, judul
penelitian tersebut harus sudah ada.
Hal yang perlu diperhatikan oleh para pengusul bahwa judul penelitian hendaknya
ditulis singkat, spesifik, informatif, dan komunikatif, serta cukup jelas memberi gambaran
mengenai penelitian yang diusulkan tersebut.
B. Pengertian dan Sumber Masalah Penelitian
Penelitian yang sistematis diawali dengan suatu persoalan penga kuan akan
adanya kesulitan, hambatan atau masalah yang mem bingungkan peneliti yang
perlu dicari pemecahannya atau jawabannya secara ilmiah. Pertemuan antara
aspek objektif (permasalahannya) dan aspek subjektif (dorongan mencari
jawaban) ini merupakan titik mula dari semua penelitian.
Permasalahan dapat diartikan sebagai pernyataan mengenai populasi yang
menunjukkan adanya jarak antara rencana dan pelaksanaan, antara aspirasi dan
kenyataan, antara harapan dan capaian, antara das sollen dan das sein.
Permasalahan atau kesenjangan ini dapat berkenaan meningkatnya kekerasan di
kalangan remaja; penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk; pengaruh peer
group yang kuat dalam tindak kekerasan; meningkatnya perilaku merusak diri
(seperti penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas) ; makin kaburnya pedoman
moral baik dan buruk, menurunnya etos kerja; makin rendahnya rasa hormat kpd
orang tua dan guru; rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara;
membudayanya ketidakjujuran; adanya rasa saling curiga; kebencian di antara
sesama (Lickona, 1992).
Jarak antara das sollen dan das sein tersebut seringkali berwujud
Melalui analisis faktor, Osgood, dkk, medapatkan tiga kelompok kata sifat: yaitu
evaluatif, seperti baik-buruk, bersih-kotor; potensi, seperti -kuat-lemah, besar-kecil;
dan aktivitas, seperti aktif-pasif, cepat-lambat.
7) Teknik Sosiometris
Teknik sosiometris dipakai untuk mempelajari organisasi kelompok-kelompok kecil.
Prosedur dasarnya dapat berupa permintaan kepada para anggota suatu kelompok untuk
menunjuk teman pilihan mereka yang pertama, kedua, dan seterusnya menurut kriteria
tertentu. Melalui teknik ini dapat diketahui anggota kelompok yang populer (bintang),
yang terkecil, dan kelompok klik-klikan.
Contoh:
A Berdasarkan contoh, dapat diketahui bahwa
C sebagai bintang, B orang terkucil karena
B C tidak ada yang memilih. Sementara, D,C,
dan E saling memilih, ini merupakan suatu,
yaitu tiga atau lebih individu memilih satu
D E sama lain.
8) Teknik Dokumenter
Cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk
juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum, dan lain-lain yang
berhubungan dengan masalah penelitian disebut teknik dokumenter atau studi
dokumenter. Dalam penelitian kualitatif teknik ini merupakan alat pengumpul data
yang utama karena pembuktian hipotesisnya yang diajukan secara logis dan rasional
melalui pendapat, teori atau hukum-hukum yang diterima, baik mendukung maupun yang
menolak hipotesis tersebut. Sedang dalam penelitian kuantitatif teknik ini berfungsi
untuk menghimpun secara selektif bahan-bahan yang dipergunakan di dalam
kerangka atau landasan teori, penyusunan hipotesis secara tajam.
K. Reliabilitas dan Validitas Alat Pengumpul Data
1. Reliabilitas
Reliabilitas lebih mudah dimengerti, dengan memperhatikan tiga aspek dari suatu alat
ukur, yaitu: (1) kemantapan, (2) ketepatan dan (3) homogenitas. Suatu instrumen dikatakan
mantap apabila dalam mengukur sesuatu berulangkali, dengan syarat bahwa kondisi saat
pengukuran tidak berubah, instrumen tersebut memberikan hasil yang sama. Di dalam
pengertian mantap, reliabilitas mengandung makna juga "dapat diandalkan" (Kerlinger,
1973). Ketepatan, menunjuk kepada instrumen yang tepat/benar dalam mengukur dari
sesuatu yang diukur. Instrumen yang tepat adalah instrumen dimana pertanyaannya jelas,
mudah dimengerti dan rinci. Pertanyaan yang tepat, menjamin juga interpretasi tetap sama
dari responden yang lain, dan dari waktu yang satu kewaktu yang lain. Homogenitas,
menunjuk kepada instrumen yang mempunyai kaitan erat satu sama lain dalam unsur-unsur
dasarnya. Misalnya, untuk mengetahui tingkat partisipasi seorang petani di pedesaan, maka
kepadanya diungkap; sering tidaknya mengikuti pertemuan di pedesaan, ambil bagian dalam
kerja bakti, hubungan dengan sesamanya, dan sebagainya.
Pengukuran reliabilitas mempunyai landasan dalam teori "measurement
error" (salah ukur). Dalam perhitungan reliabilitas instrumen yang standar itu, secara
teoritis dianggap ada dan hasil atau angka yang diperoleh dengan menggunakan instrumen itu
disebut angka benar (true score). Sedang hasil atau angka yang diperoleh dengan
menggunakan instrumen yang ada disebut angka yang diperoleh (obtained score).
Selisih antara angka yang diperoleh dengan angka yang benar disebut salah ukur.
Mutu suatu instrumen atau alat pengukur secara keseluruhan, pada dasarnya dapat diperiksa melalui
dua tahap usaha, yaitu pertama dengan analisis rasional dan analisis empiris (Dirjen PT PPSPTK,1980).
Seorang peneliti yang cermat dan berpengalaman, biasanya dengan mudah menilai reliabilitas suatu
instrumen penelitian dengan cara mengadakan analisis rasional. Peneliti ini akan dapat pula menunjuk
kelemahan dari instrumen dan dengan segera dapat memberi pertimbangan, apakah informasi yang
diperoleh dari responden dapat dipercaya atau harus diterima dengan hati-hati, atau ditolak. Langkah ke
dua dalarn memeriksa mutu instrumen, ialah dengan menganalisis secara empiris (analisis dengan
mempergunakan prosedur statistik). Dengan demikian, langkah ini merupakan penunjang dalam
pengujian penilaian yang kualitatif. Cara/metode pengujian reliabilitas dari instrumen berikut ini.
1) Metode Ulang (Test-Retest)
Metode ini menunjuk adanya pengulangan pengukuran yang sama kepada responden yang sama, dengan
situasi yang (kira-kira) sama, pada dua waktu yang berlainan. Cara ini memang sederhana, akan tetapi
mempunyai kelemahan-kelemahan karena kemungkinan-kemungkinan seperti dibawah ini.
a). Terjadinya perubahan dalam diri responden di antara dua kurun waktu wawancara, sehingga hasil
pengukuran yang pertama dan kedua terjadi perubahan yang besar:
b). Kesiapan yang berbeda dari responden, pada keadaan pengukuran kedua dibanding dengan
yang pertama. Kebenaran ini harus sungguh diperhatikan, apalagi dalam mengukur
reliabilitas tes kemampuan
c). Kemungkinan responden hanya mengingat dan mengulang kembali jawaban yang pernah
diberikan. Untuk sedikit mengatasi, jarak waktu antara pengukuran yang pertama dengan yang
kedua perlu dipertimbangkan masak-masak.
d). Kemungkinan bahwa responden yang cirinya diukur berulang kali menunjukan suatu kesadaran
terhadap ciri tersebut, yang kemudian bertanggungjawab terhadap perubahan sikap itu.
2). Metode Paralel
Metode ini menunjuk pada kesatuan yang sama, atau kelompok variabel diukur dua kali
pada waktu yang sama atau hampir bersamaan, pada sampel atau responden yang sama juga.
Di dalam pelaksanaanya terdapat dua kemungkinan, yaitu : (1) dua orang peneliti
menggunakan instrumen yang sama pada responden yang berbeda, (2) seorang peneliti
dengan dua instrumen yang berbeda tetapi bermaksud mengukur variabel yang sama.
Salah satu cara untuk menilai reliabilitas dari dua alat ukur adalah dengan koefisien
korelasi. Apabila koefisien korelasi di kuadratkan, akan diperoleh koefisien determiner
yang sekaligus merupakan indeks reliabilitas untuk kedua alat ukur.
3). Metode Belah Dua (Split Half Method)
Metode ini menunjuk pada pengujian suatu instrumen dengan cara membagi dua, artinya
instrumen dan skor pada kedua bagian instrumen itu dikorelasikan. Pengujian dengan
metode ini (lebih tepat) pada instrumen yang terdiri atas beberapa pertanyaan atau
pernyataan, biasanya dalam bentuk skala. Sebuah skala biasanya mengukur konsep, jadi
yang diukur dalam metode belah dua ini adalah homogenitas dan internal consistency
pertanyaan/pernyataan yang termasuk dalam suatu instrumen. Proses pengujian reliabilitas
pada metode belah dua ini, hampir sama dengan metode paralel. Sampai saat ini belum
ada pedoman yang baik untuk memilih suatu instrumen. Cara yang biasanya, ditempuh
untuk memilih instrumen adalah dengan mengelompokkan pertanyaan yang bernomor
genap pada satu kelompok dan pertanyaan yang bernomor ganjil di lain kelompok.
Kelemahan metode ini, bahwa koefisien korelasi dan indeks reliabilitasnya biasanya
berfluktuasi tergantung dari cara pengelompokan pertanyaan-pertanyaan.
2. Validitas
Pengukuran reliabilitas, perhatian ditujukan kepada: kemantapan, ketepatan dan
homogenitas instrumen. Sedangkan di dalam mengukur validitas, perhatian ditujukan pada isi
dan kegunaan instrumen. Sebagai contoh, perhitungan GNP dapat menunjuk tingkat
kemajuan ekonomi suatu negara, dan sering juga dipakai oleh para ekonom untuk menunjuk
taraf kemakmuran rakyat biasa. Penggunaan GNP untuk mengukur taraf kemakmuran
rakyat banyak, dikritik belakangan ini. GNP dapat dikatakan valid untuk mengukur tingkat
ekonomi negara, tetapi tidak valid untuk mengukur kemakmuran rakyat. Jumlah jam kerja
seorang buruh mungkin berguna untuk mengetahui produktivitasnya, tetapi barangkali tidak
untuk menilai loyalitas terhadap perusahaan. Dengan demikian, maka instrumen dapat valid
untuk mengukur tujuan yang satu, tetapi tidak valid untuk tujuan yang lain (Hagul dalam
Singarimbun, 1982).
Di dalam kehidupan sehari-hari, sering kali mempersoalkan validitas kriteria penilaian
terhadap sesuatu. Sebagai contoh kecerdasan seseorang di bangku sekolah, tidak selalu
menjamin perolehan jabatan atau pekerjaan yang sesuai pada masa yang akan datang. Suatu
prestasi/pengalaman tidak selalu sesuai dengan sasaran yang hendak dicapai atau diukur.
Pengertian valid, di dalam karya ilmiah, tidak jauh berbeda dari apa yang dikemukakan dari
pengalaman-pengalaman sehari-hari di atas. Secara ringkas keadaan validitas suatu karya
ilmiah akan dijelaskan dengan menguraikan jenis validitas seperti: construct validity, content
validity, face validity, predictive validity (Nawawi, 1983) .
1) Construct Validity
Construct validity menunjuk kepada asumsi, bahwa alat ukur yang dipakai mengandung
satu definisi operasional yang tepat, dari suatu konsep teoritis. Oleh karena itu,
construct validity (konstruk) sebenarnya hampir sama dengan konsep, keduanya sama-
sama merupakan abstraksi dan generalisasi, yang perlu diberi definisi sedemikian rupa,
sehingga dapat diamati dan diukur. Beberapa konstruksi dalam ilmu-ilmu sosial seperti:
status sosial ekonomi, nilai anak, fertilitas dan normalitas, kesengsaraan, kemiskinan dan
sebagainya. Seorang peneliti dalam membahas construct validity ini, mulai dengan
menganalisis unsur-unsur suatu konstruk. Kemudian diberikan penilaian apakah
bagian- bagian itu memang logis untuk disatukan (menjadi skala) yang mengukur
suatu konstruk. Langkah terakhir adalah menghubungkan konstruk yang sedang diamati
dengan konstruk lainnya, dan menelusur apa saja dari konstruk pertama mempunyai
kaitan dengan unsur-unsur tertentu pada konstruk lain tadi.
2) Content Validity
Content validity (validitas isi) menunjuk kepada suatu instrumen yang memiliki
kesesuaian isi dalam mengungkap/mengukur yang akan diukur. Sebagai misal, seorang
dosen pada akhir semester memberikan ujian dari bahan yang telah diajarkan. Sudah
barang tentu terdapat banyak kemungkinan pertanyaan yang diajukan. Sebuah tes yang
mempunyai validitas isi yang tinggi, apabila pertanyaan yang diajukan dapat mengungkap
apa yang sudah diajarkan dosen, atau yang diketahui mahasiswanya. Validitas isi kini
mendapat perhatian yang makin besar dalam pengukuran-pengukuran terhadap kemajuan
belajar. Tes kemajuan belajar, seperti dimaklumi adalah bermaksud mengetahui apa yang
sudah diketahui siswa/mahasiswa. Untuk mencapai maksud itu, butir-butir tes tidak boleh
keluar dari persoalan-persoalan yang dipandang penting dan masih erat berhubungan
dengan isi dari kompetensi dasar yang bersangkutan. Penentuan suatu alat ukur
mempunyai validitas isi, biasanya/dapat juga didasarkan pada penilaian para ahli dalam
bidang tersebut.
3) Face Validity
Face validity (validitas lahir atau validitas tampang) menunjuk dua arti berikut ini.
a). Menyangkut pengukuran atribut yang konkret. Sebagai contoh: peneliti akan
mengukur tingkat melek huruf petani-petani di desa, maka mereka disuruh
membaca. Apabila kemahiran mengetik yang akan diukur, maka jumlah kata yang
diketik per-menit itulah yang akan dianalisis.
b).Menyangkut penilaian dari para ahli maupun konsumen alat ukur tersebut. Sebagai
contoh, peneliti menyusun skala tentang partisipasi, kemudian ditunjukkan kepada
sejumlah ahli. Apabila para ahli berpendapat bahwa unsur skala itu memang mengukur
partisipasi, skala tersebut dikatakan memiliki validitas tampang.
4) Predective Validity
Predective validity, menunjuk kepada instrumen peramalan. Meramal sudah
menunjukkan bahwa kriteria penilaian berada pada saat yang akan datang, atau
kemudian. Sebagai contoh, salah satu syarat untuk diterima di perguruan tinggi adalah
menempuh ujian. Instrumen tes ujian itu dikatakan memiliki predective validity yang
tinggi, apabila yang mendapat nilai baik ternyata dapat menyelesaikan studinya dengan
lancar, mudah dan berprestasi baik, sedangkan yang mendapat nilai rendah akan
mendapat hambatan yang tiada tara, bahkan gagal di tengah jalan. Dengan kata lain,
dengan instrumen tes yang memiliki predective validity tadi, dapat diramalkan hasil studi
seseorang calon mahasiswa pada satu masa yang akan datang. Secara bagan pengujian
validitas dan reliabilitas instrumen penelitian dapat digambarkan seperti pada
Gambar 2.3 sebagai berikut.
Gambar 2.3
Skema Instrumen dan Cara-cara Pengujian Validitas dan Reliabilitas
Instrumen yang baik
Valid mengukur apa yang hendak diukur (ketepatan)
Validitas eksternal/empiris
Validitas internal/rasional
Reliabel digunakan untuk mengukur berkali-kali menghasilkan data yang sama (konsisten)
Construct ValidityDisusun Berdasarkan teori relevan
Content ValidityDisusun berdasarkan rancangan/program yang telah ada
Uji Validitasnya dengan
KonsultasiAhli
Stability
Disusun berdasarkan fakta-fakta empiris yang telah terbukti
Uji validitas dibandingkan
dengan standar yang telah ada
dilanjutkan dengan analisis
faktor
Uji Validitas dengan
membandingkanprogram yang
ada dan konsultasi ahli
Eksternal
Equivalent
Gabungan di atas
Internal consistency
Test-retestKelompok sama waktu berbeda
Test beda, tetapi equivalentDicobakan dalam waktu yang sama
Diuji dengan: Split half KR 20, KR 21 Anova Hoyt
Di-analisis dengan korelasi setelah
diuji coba
L. Pengolahan Hasil Penelitian
1. Analisis Statistik
Menyimpan, mendemonstrasikan, mendeskripsikan, dan menganalisis data penelitian,
dewasa ini tidak lepas dari keikutsertaan jasa komputer. Penggunaan komputer pada
penelitian banyak dibantu oleh tersedianya software siap pakai yang berhubungan dengan
statistika. Telah diketahui bahwa statistika memegang peranan penting dalam pengolahan dan
analisis data. Walaupun demikian, peranan statistika tidak lebih dari sekadar alat penelitian
(Bungin, 2008). Sebagai alat analisis data, beberapa rumus pengolahan data statistika telah
dibuat dalam program-program siap pakai yang tersimpan dalam floppy disk maupun hardisk,
seperti dynastat, microstat, SPSS (Statistical Package for Social Sciences), AMOS (.....,) dan
sebagainya. Pada setiap program siap pakai tersebut telah tersedia berbagai bentuk alat
pengolahan data statistik, baik statistik deskriptif maupun inferensial.
Penggunaan program-program tersebut, dengan demikian peneliti tidak bersusah
payah membuat form-form pengolahan dan analisis data, menghitung data, serta menarik
simpulan sementara. Semuanya tersedia dalam program-program tersebut. Peneliti hanya
dituntut untuk menguasai cara mengoperasikan program statistik tertentu sesuai dengan
kepentingan penelitian. Satu-satunya pekerjaan adalah meng-entry data penelitian dalam
disket-disket kerja kemudian menjalankan program tersebut. Walaupun demikian, simpulan
akhir tetap ada kepada peneliti.
Analisis statistik berangkat dari data kuantitatif. Pada umumnya statistik dibagi dua,
yaitu: statistik deskriptif dan statistik inferensial. Analisis statistik deskriptif biasanya
dipergunakan kalau tujuan penelitian hanya untuk penjajagan atau pendahuluan, tidak menarik
kesimpulan, hanya memberikan gambaran/deskripsi tentang data yang ada. Termasuk dalam
penyajian data pada statistik deskriptif adalah tabel, grafik, pengukuran tendensi sentral (modus,
median, mean, desil, persentil), dan perhitungan standar deviasi.
Analisis statistik inferensial dipergunakan jika peneliti akan memberikan
interpretasi mengenai data, atau ingin menarik simpulan dari data yang dihasilkan. Pada
statistik inferensial terdapat statistik parametrik dan nonparametrik. Statistik parametrik
digunakan untuk menguji parameter populasi melalui statistik, atau menguji ukuran populasi
melalui data sampel. Penggunaan statistik parametrik dan nonparametrik tergantung pada
asumsi dan jenis data yang akan dianalisis. Statistik parametrik memerlukan banyak asumsi,
yaitu data yang akan dianalisis harus berdistribusi normal, syarat homogenitas, asumsi
linieritas (dalam regresi). Sementara itu statistik nonparametrik tidak menuntut terpenuhi
banyak asumsi, misal data tidak harus berdistribusi normal. Oleh karena itu, statistik
nonparametrik sering disebut bebas distribusi (Sugiyono, 2010). Analisis statistik parametrik
sudah barang tentu mempunyai kekuatan yang lebih dari pada analisis statistik
nonparametrik. Selain itu, analisis statistik parametrik banyak digunakan untuk untuk
menganalisis data interval dan rasio, sedangkan statistik nonparametrik banyak digunakan
untuk menganalisis data nominal dan ordinal. Tabel 2.2 menggambarkan penggunaan statistik
dalam menguji hipotesis.
Tabel 2.2Penerapan Statistik Parametrik dan Nonparametrik Kaitannya dengan Jenis Data
dan Bentuk-Bentuk Hipotesis
Macam Data
Bentuk HipotesisDeskriptif
(satu variabel atau satu
sampel)**
Komparatif (dua sampel)
Komparataif (lebih dari dua sampel
Asosiatif (hubungan)
Related Independent Related Independent
Nominal Binomial
.. satu sampel
McNemar
Fischer ExactProbability
.. dua sampel
Cochran Q ...untuk k sampel
ContingencyCoeficienc Correlation
Ordinal Run TestSign test
WilcoxonMatced pairs
Median testMann-WhitneyUtestKolomogorovSmirnovWald-Woldfowitz
FriedmanTwo-WayAnova
MedianExtension
Kruskal-Wallis OneWay Anova
SpearmanRank Corelation
Kendall Tau
InrtervalRasio
t-test* t-tesRelated
t-test*Indepemdent
One WayAnova*
Two-WayAnova*
One-Way Anova*
Two-WayAnova*
Korelasi Product Moment*
Korelasi Parsial*
Korelasi Ganda*
Regresi,Sederhana &Ganda*
*) Statistik Parametrik**) Deskriptif untuk parametrik artinya satu variabel dan untuk noparametrik artinya satu sampel
Untuk kepentingan analisis data, bagaimanapun bentuknya data, perlu ada prosedur
penyusunannya. Prosedur yang sering dilakukan dalam analisis data adalah sebagai berikut:
a. Penyusunan Data
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan data:
1) hanya memasukkan data yang penting dan benar-benar dibutuhkan
2) hanya memasukkan data yang bersifat objektif
3) hanya memasukkan data yang autentik
4) perlu dibedakan data informasi dengan kesan pribadi responden.
b. Pengolahan Data
Kegiatan pengolahan data secara umum dilaksanakan melalui tahap memeriksa (editing),
proses pemberian identitas (coding), dan proses pembeberan (tabulating). Editing adalah
kegiatan pengklasifikasian data dengan cara menggolongkan aneka ragam jawaban itu ke
dalam kategori-kategori yang jumlahnya lebih terbatas. Pengklasifikasian perangkat
kategori itu, penyusunannya harus memenuhi: bahwa setiap perangkat kategori
dibuat dengan mendasarkan kriterium yang tunggal, bahwa setiap perangkat kategori
harus dibuat lengkap, sehingga tidak ada satu pun poin-poin jawaban responden
yang tidak mendapat tempat, dan bahwa kategori yang satu dengan yang lain harus
terpisah secara jelas tidak saling tumpang tindih. Apabila terjadi kejanggalan pada
instrumen, berilah identitas tertentu pada instrumen dan poin janggal tersebut.
Editing akan lebih menguntungkan bila dilakukan secara bersama-sama di antara peneliti
sehingga diskusi dan pengecekan dapat dilakukan secara langsung. Apabila editing
terpaksa secara terpisah, maka sebaiknya peneliti memiliki daftar koreksi yang dapat
mempermudah pencarian instrumen yang harus mendapat pemeriksaan ulang. Pada akhir
editing, peneliti harus berkeyakinan bahwa data yang diperlukan sudah lengkap dan jelas,
data sudah konsisten, seragam, dan memiliki respons yang sesuai.
1. Pemilihan Uji Statistik
Pemilihan uji statistik dilakukan setelah tujuan penelitiann dirumuskan secara tepat,
sederhana, dan jelas. Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan variabel, membedakan
distribusi, ataukah mencari hubugan dan pengaruh hubungan antara variabel analisis statistik
yang digunakan adalah statistik deskriptif. Sedangkan tujuan penelitian yang hendak
membedakan suatu distribusi, misal t-test, anova, manova, chi-square digunakan uji
signifikansi dengan statistik inferensial. Selanjutnya, apabila distribusinya normal, maka
statistik yang digunakan adalah statistik parametrik, sedangkan bila distribusinya tidak
normal statistik yang digunakan adalah statistik nonparametrik.
Santoso (2007) mengemukanan cara untuk mengetahui normalitas suatu objek
penelitian, yaitu dengan:
1) cara pengambilan sampel. Distribusi suatu objek diharapkan normal bila sampel
diambil secara random dan besar sampel dihitung secara statistik berdasarkan besar
populasi.
2) menghitung rerata dan standard deviasi suatu objek. Pada distribusi normal harga
standard deviasi pada umumnya tidak lebih besar 50% dari harga rerata.
3) uji normalitas. Cara sederhana ialah dengan membuat histogram, dievaluasi bentuk
distribusinya (simetris atau menceng), atau menggunakan statistik kolmogorov
smirnov.
2. Rancangan dan Teknik Analisis
a. Ukuran kecenderungan memusat
Salah satu tugas statistik adalah mencari suatu angka di sekitar mana nilai-nilai dalam
suatu sebaran memusat. Angka yang menjadi pusat sesuatu sebaran disebut
kecenderungan memusat atau tendensi sentral. Terdapat tiga macam kecenderungan
sentral, yaitu mean, median, dan mode.
b. Teknik Korelasi
Teknik korelasi digunakan untuk mencari hubungan antara dua atau lebih variabel.
Arah hubungan dapat positif, negatif, atau tidak ada hubungan. Hubungan poitif, bila
kenaikan/turunnya nilai variabel yang satu (X) disertai kenaikan/turunnya nilai variabel
Mean adalah jumlah nilai dibagi dengan banyaknya individuMode (dalam sebaran frekuensi tunggal ) adalah nilai variabel yang mempunyai frekuensi tertinggi dalam sebaran. Mode (dalam sebaran frekuensi bergolong) adalah titik tengah interval kelas yang mempunyai frekuensi tertinggi dalam sebaran.Median adalah suatu nilai yang membatasi 50% frekuensi distribusi bagian bawah dengan 50% frekuensi distribusi bagian atasKwartil adalah norma yang membagi sesuatu/keadaan ke dalam empat golongan/kategoriDesil adalah norma yang membagi sesuatu/keadaan ke dalam sepuluh golongan/kategoriPersentil adalah norma yang membagi sesuatu/keadaan ke dalam 100 golongan/kategori
yang lain (Y). Hubungan negatif, bila kenaikan/turunnya nilai variabel (X) disertai
turunnya nilai variabel (Y). Hubungan yang nihil atau tidak mempunyai hubungan bila
kenaikan nilai variabel (X) disertai turun atau naiknya variabel (Y).
Besar/kecilnya hubungan ditentukan oleh koefisien hubungan atau koefisien korekasi.
Koefisien hubungan adalah bilangan yang menyatakan besar/kecilnya hubungan.
Bilangan itu bergerak antara 0,00 sampai 1,00. Koefisien yang bertanda (+) menunjuk
kepada korelasi positif dan yang bertanda (-) menunjuk ke arah negatif. Sedang
koefisien yang bertanda 0,00 menunjuk ke arah tidak ada korelasi. Koefisien korelasi
(+1,00) dikatakan sempurna positif. Korelasi (-1,00) dikatakan korelasi sempurna
negatif. Korelasi lebih besar dari 1,00 tidak ada. Kalau dideskripsikan, nilai koefisien
korelasi tersebar sebagaimana terlihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3Nilai Koefisien
Nilai Koefisien Makna koefisien
(+0,70) - (ke atas)
(+0,50) – (+0,69)
(+0,30) – (+0,49)
(+0,10) – (+0,29)
(0,00)
(-0,01) – (-0,20)
(-0,10) – (-0,29)
(-0,30) – (-0,49)
(-0,50) – (-0,59)
(-0,70) – (- ke
bawah)
A very strong positive association (hubungan positif yang sangat
kuat)
A substantial positive association (hubungan positif yang mantap)
A moderate positive association (hubunag positif yang sedang)
A low positive association ( hubungan positif yang tak berarti)
No association (tidak ada hubungan)
A negligible negative association (hubungan negatif tak berarti)
A low negative association (hubungan negatif yang rendah)
A moderate negative association (hubungan negatif yang sedang)
A substantial negative association (hubungan negatif yang mantap)
A very strong negative association (hubungan negatif yang sangat
kuat)
Selanjutnya untuk menetapkan uji statistik yang dipakai berdasarkan jenis data dapat
dilakukan seperti telihar pada Tebel 2.4 berikut ini.
Tabel 2.4 Penetapan Uji Statistik Berdasarkan Jenis Data
Statistik Deskriptif: digunakan untuk menyusun, meringkas, dan menggambarkan data
Tujuan
Mengukur kecenderungan atau tendensi memusat
Mengukur letak perbedaan
Jenis Data
Nominal, ordinal, interval, dan rasio
Nominal, ordinal, interval, dan rasio
Statistik
Mean, median, mode
Standard Deviation, interquartile range, range
Statistik Inferensial: digunakan untuk menyimpulkan kesamaan dari beberapa kelompok data; untuk memastikan/menyimpulkan bahwa apakah ada perbedaan atau tidak ada perbedaan secara signifikan dari suatu yang diduga sebelumnya.
Statistik Perbandingan: digunakan untuk mengungkap perbedaan Statistik Parametrik : sebagai dasar untuk memberikan kepastian/kesimpukan dari suatu
asumsi dugaan alamiah berdasarkan beberapa data parameter pada populasi (data tersebut berdistribusi normal, bervariasi sama/equal variances), dibutuhkan paling tidak jenis datanya interval dan besar sampel memenuhi
.
Tujuan
1. Membandingkan dua kelompok data bebas (independent), misal rerata dari dua kelompok sampel
2. Membandingkan dua kelompok data terikat (dependent), misal rerata test-retest untuk saatu sampel
3. Membandingkan lebih dari dua kelompok data independent yang salah satu variabel sebagai kelompok eksperimen. Misal rerata dari tiga kelompok sampel
4. Membandingkan lebih dari dua kelompok data dependent yang salah satu variabel sebagai kelompok eksperimen. Misal rerata dari subjek yang sama diuji selama tiga kali waktu yang berbeda
Jenis Data
Interval, ratio, dan berbagai data ordinal
Interval, ratio, dan berbagai data ordinal
Interval, ratio, dan berbagai data ordinal
Interval, ratio, dan berbagai data ordinal
Statistik
t-test(independent)
t-test(correlated)
One-way analysis of variance (ANOVA)
One-way ANOVA with repeated measures
5. Membandingkan dua kelompok data independent atau lebih yang dua kelompok variabel sebagai kelompok eksperimen (factorial design)
6. Membandingkan dua kelompok data independent atau lebih sebagai variabel pertama dan dua kelompok data dependent atau lebih sebagai variabel kedua (mixed design)
7. Membandingkan dua atau lebih dari kelompok data independent dan atau data dependent yang tiga atau lebih sebagai variabel eksperimen
Interval, ratio, dan berbagai data ordinal
Interval, ratio, dan berbagai data ordinal
Interval, ratio, dan berbagai data ordinal
Two-way ANOVA
Two-way mixedANOVA
Three-way(four-way etc)ANOVA
Statistik Nonparametrik: Sebagai dasar untuk mengungkap sebagian kecil asumsi dugaan pada populasi berdasarkan data yang sama, hal ini menggunakan data ordinal dan nominal, dengan ukuran sampel kecil
Tujuan
1. Membandingkan dua kelompok data independent data poins, misal dua kelompok sampel
2. Membandingkan dua kelompok data dependent, misal rancangan pretest-posttest
3. Membandingkan lebih dari dua kelompok data independent yang satu variabel sebagai kelompok eksperimen
4. Membandingkan lebih dari dua kelompok data dependent yang satu variabel sebagai
Data interval atau rasio data untuk kedua variabel
Data ordinal untuk kedua variabel
Nominal: dua pemisah yang tak nyata (two arificial dichotomies)Nominal: dua pemisah yang sugguh (two true dichotomies)Artificial dichotomy untuk satu variabel; data interval atau rasio untuk satu variabelTrue dichotomy untuk satu variabel; data interval atau rasio untuk satu variabel.
Berdasarkan kajian teoretis, peneliti akan mengajukan hipotesis. Hipotesis penelitian
terdiri atas hipotesis perbedaan dan hipotesis korelasi/hubungan. Persoalannya adalah
bagaimana sebuah hipotesis dipandang layak ditolak atau diterima. Dalam arti kapan suatu
perbedaan dipandang sebagai perbedaan yang berati atau tidak, dan suatu korelasi di nilai
sebagai korelasi yang bermakna atau tidak. Dalam statistik, cara mengukur atau menilai
hipotesis perbedaan atau hipotesis korelasi disebut dengan pengetesan hipotesis.
Terdapat dua kemungkinan apabila melakukan hipotesis perbedaan, yaitu perbedaan
yang memiliki arti (signifikan) dan tidak memiliki arti (tidak signifikan). Statistik memberi
cara untuk menilai perbedaan tersebut dengan menggunakan t-test dan teknik Chi Square.
Cara menilainya ialah dengan menguji harga “t” apabila menggunakan teknik t-test atau
harga X apabila menggunakan teknik Chi Square. Pengujian harga t dan X dipergunakan
angka batas penerimaan atau penolakan yang telah ditentukan dengan Tabel Nilai-Nilai t atau
Tabel Kurva Normal (untuk teknik t-test), atau Tabel Nilai-nilai Chi Square (untuk teknik Chi
Squar). Cara pengujian kedua teknik seperti terdapat pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5Nilai Hasil Penelitian Kaitannya dengan Hipotesis
Hasil penelitian Makna
Hasil penelitian/perhitungan lebih atau sama
besar dibandingkan dengan batas nilai yang
terdapat dalam tabel pengukuran
(Nilai Hitung ≥ Nilai Tabel)
Perbedaan tersebut berarti atau signifikan
Hipotesis (Ho) ditolak
Hasil penelitan/perhitungan lebih kecil bila
dibandingkan dengan batas nilai yang
terdapat dalam tabel pengukuran
(Nilai Hitung < Nilai Tabel)
Perbedaan tersebut tidak berarti atau tidak
signifikan
Hipotesis (Ho) diterima
2. Pengetasan hipotesis korelasi
Besar kecilnya nilai hubungan antara dua atau lebih variabel yang saling berpengaruh
disebut dengan nilai koefisien korelasi. Terdapat dua kemungkinan nilai koefisien korelasi
yang dapat muncul dalam suatu penelitian, yaitu nilai hitung lebih besar atau sama dan nilai
hitung lebih kecil dari angka batas yang terdapat dalam tabel. Dengan diketahuinya
perbandingan antara nilai hitung dan nilai tabel, maka peneliti dapat menentukan posisi
hipotesi penelitiannya. Ketentuannya dapat dijelaskan seperti pada Tabel 2.6 berikut ini.
Tabel 2.6
Nilai Koefisien Korelasi Kaitan dengan Hipotesis
Nilai koefisien korelasi Makna
Nilai koefisien korelasi/perhitungan yang
diperoleh pada suatu penelitian lebih besar
atau sama besar dengan angka batas yang
tercantum dalam tabel pengukuran
(Nilai Hitung ≥ Nilai Tabel)
Hasil penelitian menunjukkan adanya
hubungan yang bermakna atau signifikan,
bukan saja terdapat pada sampel, melainkan
juga terdapat pada populasi penelitian.
Hipotesis (Ho) ditolak
Nilai koefisien korelasi/perhitungan pada Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya
suatu penelitian lebih kecil dari angka batas
yang terdapat dalam tabel, maka dikatakan
bahwa koefisien korelasi tersebut tidak
berarti atau tidak signifikan
(Nilai Hitung < Nilai Tabel)
hubungan yang bermakna atau signifikan
(boleh jadi signifikan pada sampel),
melainkan tidak signifikan pada populasi
penelitian.
Hipotesis (Ho) diterima
N. Pembahasan dan Penarikan Simpulan
1. Pembahasan dan diskusi hasil penelitian
Pembahasan hasil penelitian dimaksudkan agar peneliti mengkonstruksi sebuah
pengetahuan melalui cara berpikir deduktif-induktif dan induktif-deduktif. Cara seperti ini
lebih tepat disebut melakukan analisis dialektika dengan dasar metode penjelasan reflectif
thinking. Kadang pada tahap ini sering pula dikatakan sebagai daerah otonom peneliti,
peneliti berspekulasi secara ilmiah, menjelaskan asumsi-asumsi dasarnya. Bahkan ada yang
menyebut bagian ini sebagai petualangan ilmiah sang peneliti (Bungin, 2008). Karena itu,
sesunggguhnya bagian ini paling menarik bagi peneliti karena dia diberi kesempatan untuk
mengemukakan pikiran-pikirannya, gagasan-gagasan yang menurutnya benar berdasarksan
apa yang ia yakini, ia alami-selama penelitian, dan berdasarkan apa yang ia pelajari dari teori
sebelumnya.
Materi-materi penting dalam pembahasan dan diskusi hasil penelitian adalah (1)
temuan hasil penelitian, (2) teori yang digunakan dalam penelitian, (3) hasil penelitian
peneliti lain, (4) gagasan-gagasan orang lain yang diketahui, (5) pendapat-pendapat pribadi
peneliti, dan (6) bahan-bahan sekunder lainya.
Pembahasan hasil penelitian menyangkut beberapa hal penting, seperti hasil temuan
penting dalam penelitian perlu di-review untuk memperoleh penjelasan empiris dan
metodologis, kemudian temuan-temuan penting itu dibahas berdasarkan teori yang digunakan
dalam penelitian ini. Sehingga pembahasannya nanti menerima teori, mengkritisi teori, atau
bahkan menolak teori sama sekali. Secara bagan pembahasan tersebut dapat digambarkan
pada Gambar 2.4.
Reflectif Thinking
Sumber: Bungin, 2008: 230
Gambar 2.4
Model Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan data yang diperoleh, peneliti akan menarik simpulan menjawab
problematik atau hipotesis atau tujuan penelitian yang diajukan. Jika analisis data
dilakukan secara statistik, dari uji statistik yang telah dilakukan kemungkinan simpulannya
berikut ini.
1. Hubungan antara variabel-variabel penelitian atau perbedaan antara sampel-sampel yang
diteliti sangat signifikan, atau hanya signifikan saja (jika digunakan aturan keputusan
konvensional), atau signifikan pada taraf signifikansi sekian atau sekian persen (jika
digunakan aturan keputusan tidak konvensional).
2. Hubungan antara variabel-variabel yang diteliti atau perbedaan antara sampel-sampel
yang diteliti tidak signifikan (Hadi, 1981: 23-24).
Dalam kemungkinan hasil yang pertama, kemungkinan besar hipotesis alternatifnya
diterima (hipotesis nihil ditolak). Menerima hipotesis alternatif berarti dugaan adanya
hubungan atau adanya perbedaan dinyatakan terbukti. Sebaliknya dalam kemungkinan hasil
yang kedua, hipotesis alternatifnya dinyatakan tidak terbukti.
Simpulan, yaitu hasil uji statistik belumlah merupakan produk terakhir dari suatu
penelitian ilmiah. Hasil penelitian itu masih perlu dibahas, diulas, atau didiskusikan.
Pembahasan itu menjadi sangat penting jika ternyata hipotesis penelitiannya tidak dapat
dibuktikan. Dalam keadaan demikian penelitian berkewajiban mengkaji kemungkinan sebab-
Teori yang digunakan(Tesis)
Temuan Penelitian(Antitesis)
Sintesis/Tesis
Didukung Hasil PenelitianHasil Penelitian orang lain
Pendapat orang lainSumber-sumber lain
Pendapat pribadi peneliti
sebab tidak terbuktinya hipotesis. Beberapa sumber tidak terbuktinya hipotesis dapat dicari
dari:
1) landasan teori yang digunakan untuk menyusun hipotesis sudah kedaluarsa; sudah kurang
sahih, atau kurang adekuat,
2) sampel penelitian terlalu kecil,
3) sampel penelitian tidak diambil secara rambang,
4) kurang cermatnya mengeliminasi atau menetralisir variabel-variabel luar,
5) instrumen atau metode pengumpulan data tidak sahih dan tidak terandalkan,
6) rancangan penelitian yang digunakan tidak tepat,
7) perhitungan-perhitungan dalam analisisnya kurang cermat,
8) hipotesisnya sendiri yang "palsu", dan kenyataannya bertentangan dengan hipotesis itu
(Hadi, 1981).
Dalam hubungan dengan kemungkinan tidak terbuktinya hipotesis perlu dikemukakan
bahwa walaupun dalam penelitian suatu hipotesis tidak terbukti, itu tidak berarti bahwa
penelitian, hipotesisnya gagal dan penelitiannya sama sekali gagal. Sering kali suatu penelitian
mambawa beberapa hipotesis dan tidak terbuktinya satu atau dua hipotesis memang
tidak jarang terjadi. walaupun penelitiannya hanya membawa satu hipotesis, tidak
"terbuktinya hipotesis itupun tidak berarti menggagalkan seluruh penelitian. Yang
penting, peneliti dalam hal ini dapat mengemukakan keterangan atau alasan yang kuat
mengenai kemungkinan-kemungkinan sebab tidak terbuktinya hipotesis tersebut dalam
pembahasan atau diskusi hasil analisisnya.
Memang cukup berat bagi peneliti untuk "mengakui", misalnya bahwa instrumen
kurang sahih, samplingnya kurang baik, pengontrolan variabel ekstraneus kurang cermat, atau
landasan teori-teorinya kurang adekuat. Kemungkinan tidak terbuktinya hipotesis ini hendaknya
mengingatkan kepada peneliti agar semua kemungkinan sebab-sebab itu ditutup
bocornya sebelum penelitian dilakukan. Jika saja setelah usaha mencegah kesalahan-
kesalahan itu dijalankan secara optimal dan hasilnya memang demikian. Peneliti tinggal
menggali beberapa kemungkinan sebabnya yang secara metodologik lebih dapat
dipertanggungjawabkan, misalnya kurang besarnya sampel atau kemungkinan tidak sahihnya
teori-teori yang ada. Sebab seperti telah diketahui bahwa lahirnya teori baru adalah dari
kemungkinan yang terakhir ini. Untuk analisis bukan statistik, barangkali komponen hasil
diskusi dan konklusi itu bergabung menjadi satu. Artinya, hasil analisis adalah sekaligus
konklusi penelitian. sebagian dari konsep-konsep yang dibicarakan dalam hasil analisis
statistik di atas tentunya berlaku juga untuk hasil analisis yang bukan statistik.
O. Penulisan Laporan Penelitian
Langkah terakhir dalam proses penelitian adalah penyusunan laporan. Melalui
laporan itu ilmuwan lain dapat memahami, menilai, kalau perlu menguji kembali hasil-hasil
penelitian itu. Laporan itu dapat diterbitkan, dapat tidak. Terlepas dari diterbitkan dan
dipublikasikan atau tidak, laporan final itu harus disusun menurut tata cara yang lazim
digunakan dalam tulisan ilmiah. Terdapat cukup banyak sistem tata tulis ilmiah yang dapat
digunakan seperti sistem Turabian, sistem Campbell, sistem Nasution, sistem Deliar Noor,
sistem Sutrisno Hadi, atau sistem yang telah ditetapkan oleh suatu institusi atau organisasi
profesi tertentu. Yang penting adalah diangkatnya suatu sistem dan digunakannya sistem itu
secara mantap. Menggunakan sistem yang sebagian-sebagian dari banyak sistem akan sama
halnya dengan tidak menggunakan suatu sistem tertentu. Yang paling tidak dianjurkan adalah
penyusunan laporan ilmiah yang sama sekali tidak tahu sistem siapa/apa yang digunakan.
Bentuk laporan penelitian disajikan berbeda-beda menurut kepentingan.
Laporan penelitian mungkin-disajikan sebagai:
1) makalah untuk seminar/konferensi;
2) artikel dalam jurnal; atau
3) skripsi, tesis, atau disertasi.
Setiap bentuk ini diperlakukan pendekatan yang berbeda. Suatu hal yang juga sangat
penting dalam laporan penelitian adalah format atau sistematikanya. Format "selera
peneliti" sudah jauh ditinggalkan, dan kini semakin nampak kecenderungan untuk
menggunakan format yang disesuaikan dengan langkah-langkah logis penelitian ilmiah.
Secara garis besar bagain-bagian yang perlu disiapkan atau disajikan yaitu bagian pendahulu,
bagian batang tubuh, dan bagian akhir.
Penyiapan bagian pendahulu dari laporan penelitian itu sebagian besar hanya
mengikuti aturan dari buku pedoman penulisan. Akan tetapi, satu segi dari bagian pendahulu
yang perlu mendapat sedikit penjelasan adalah judul dan intisari. Judul penelitian hendaknya
dapat menggambarkan hakikat penelitian dengan benar dan jelas. Pemberian judul yang benar
dan jelas akan menentukan indeks yang benar dan jelas pula, maka strategi yang baik bagi
peneliti adalah dengan menetapkan terlebih dahulu kata kunci yang akan dijadikan indeks
studi itu. Dari sini dicari judul yang benar dan jelas.
Sari adalah bagian yang akan banyak dibaca daripacla bagian laporan yang lain, oleh
karena itu susunan kata-katanya harus jelas dan padat, singkat, tapi cukup lengkap. Sari
(abstrak), biasanya meliputi pernyataan kembali permasalahan penelitian, ciri utama metode
yang dipakai, hasil-hasil yang paling penting, simpulan dan implikasinya. Dalam sari harus
dipastikan bahwa tidak ada informasi baru yang dimasukkan di sini, yang belum
disebutkan dalam bab-bab laporan.
Penyajian bagian batang tubuh atau inti, berisi segala sesuatu yang telah terjadi
pada waktu meletakkan dasar penelitian. Bagian ini biasanya terdiri atas hal-hal yang sudah
disiapkan untuk usulan, dengan perubahan-perubahan yang relatif sedikit. Pernyataan masalah
dan alasan penelitian tetap sama. Demikian juga pernyataan tujuan, perumusan istilah,
tinjauan pustaka yang berkaitan dengan beberapa pengembangan, serta hipotesis penelitian.
Pembahasan metode dan hasil penelitian ini hendaknya cukup lengkap, sehingga setiap orang
yang ingin mengulang penelitian tersebut akan mendapatkan semua informasi yang
diperlukan. Pembahasan metode dan hasil meliputi: penentuan sampel dari populasi penelitian
beserta teknik penarikannya; prosedur penelitian dan informasi pengamatan yang dipakai
dalam melaksanakan penelitian. Jika untuk penelitian itu dikembangkan instrumen
khusus, maka harus diberikan uraian terperinci tentang instrumen buatan sendiri itu disertai
dengan bukti reliabilitas dan validitasnya serta kriteria pemberian skornya. Selain itu,
dijelaskan pula penyajian dan analisis data, yaitu pembahasan di seputar hipotesis, label dan
gambar.
Hasil penelitian perlu ditafsirkan lagi dalam hubungan dengan hipotesis (atau
pertanyaan) penelitian dalam pembahasan hasil penelitian. Pada bagian ini dibicarakan
pula implikasi dan penerapan hasil penelitian. Penafsiran hasil, penelitian adalah bagian
laporan yang paling sulit, juga yang paling berharga. Penafsiran peneliti terhadap hasil
penelitian itu akan menghubungkan hasil-hasil tersebut dengan teori dan penelitian lain di
bidang itu serta dengan prosedur penelitiannya. Bagian ini juga hendaknya membicarakan
sumbangan hasil penelitian bagi pengetahuan yang lebih luas di bidang itu. Dalam hal ini
peneliti menerangkan bagaimana hasil-hasil penelitian kemungkinan mengubah teori yang
bersangkutan dan menunjukkan perlunya diadakan penelitian selanjutnya. Suatu
pernyataan mengenai penerapan hasil penelitian tersebut akan membantu pembaca laporan
mengetahui sejauh mana hasil-hasilnya dapat diterapkan dalam praktik.
Simpulan dan saran-saran adalah puncak dari sebuah laporan. Pembicaraan tentang
simpulan yang ditunjukkan oleh hasil penelitian hendaknya dibatasi hanya pada simpulan yang
didukung langsung oleh hasil penelitian. Hipotesis merupakan kerangka yang sangat baik
bagi penyusunan simpulan; artinya, di bagian ini peneliti hendaknya menunjukkan apakah
hasil-hasil penelitian menyokong hipotesis tersebut atau tidak. Pembahasan singkat
tentang pendapat peneliti mengenai implikasi hasil penelitian itu serta saran-saran
kemungkinan penerapan hasil tersebut dapat dimasukkan di sini. Peneliti dapat juga
mengemukakan persoalan-persoalan baru yang muncul dari penelitian tersebut untuk dijadikan
bahan penelitian selanjutnya.
Bagian akhir memuat daftar kepustakaan dan lampiran-lampiran. Daftar kepustakaan
harus memuat semua sumber yang disebutkan di dalam teks atau catatan kaki. Sebagian besar
perguruan tinggi menetapkan bahwa hanya sumber yang disebutkan dalam teks atau catatan
kaki sajalah yang boleh dicantumkan, dalam daftar kepustakaan. Tetapi, beberapa perguruan
tinggi lainnya meminta agar referensi yang ada kaitannya, ' kendati tidak disebutkan
secara khusus, juga dicantumkan. Lampiran memuat keterangan-keterangan tambahan
untuk melengkapi laporan. Lampiran biasanya berisi perhitungan-perhitungan yang panjang,
instrumen, peta dan lain-lain.
Secara lengkap laporan hasil penelitian (memperhatikan juga gaya selingkung dari
institusi dan pemberi dana) adalah sebagai berikut.
HALAMAN JUDULPERSETUJUAN PEMBIMBINGPERNYATAANMOTTO DAN PERSEMBAHANPRAKATASARIABSTRACTDAFTAR ISIDAFTAR TABELDAFTAR GAMBAR
BAB 1 PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang 1.2 Identifikasi Masalah2.3 Pembatasan Masalah1.4 Rumusan Masalah1.5 Tujuan Penelitian1.6 Manfaat Penelitian 1.7 Batasan Istilah
BAB 2 LANDASAN TEORETIS DAN HIPOTESIS 2.1 Deskripsi Teoretik2.2 Kerangka Berpikir2.3 Hipotesis Penelitian
BAB 3 METODE PENELITIAN3.1 Pendekatan Penelitian
3.2 Populasi dan Sampel3.3 Variabel Penelitian3.4 Teknik dan Alat Pengumpulan Data3.5 Teknik Analisis Data
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Hasil Penelitian4.2 Pembahasan
BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN5.1 Simpulan 5.2 Implikasi5.3 Saran5.4 Keterbatasan Penelitian
DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN-LAMPIRAN
Judul penelitian
Judul penelitian merupakan jendela laporan penelitian yang menggambarkan seluruh kegiatan
penelitian yang dilakukan. Oleh karena itu, judul harus operasional dan merupakan potret
sosok penelitian yang sesungguhnya; disusun dengan formulasi yang ekspresif serta
menyatakan dengan jelas, padat, berisi tentang permasalahan yang diteliti serta ruang lingkup
penelitian yang bersangkutan; menggambarkan variabel independen, dependen, maupun
variabel kontrol.
Latar Belakang Masalah
Peneliti, seyogianya mengungkap tentang motivasi pelaksanaan penelitian sehingga jelas
urgensi penelitian tersebut. Untuk hal tersebut, peneliti harus tahu dari mana memulai
penelitiannya, dari teori keilmuankah atau dari konsep kebijakan yang ada, atau dari motivasi
empiris lainnya yang ditemui di masyarakat. Kalau penelitian ditujukan untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan atau mengkritisi konsep kebijakan maupun perundang-
undangan tertentu, maka peneliti seyogianya menentukan motif penelitian dari kejanggalan-
kejanggalan teoretis, sehingga peneliti memulai menjelaskan motivasi itu dari theorytical
problem. Kalau penelitian diperuntukkan bagi kesempurnaan atau kepentingan lainnya dari
suatu implementasi dan evaluasi kebijakan yang ada atau yang akan datang, maka motivasi
penelitian dimulai dari kejanggalan implementasi sampai dengan evaluasi yang pernah
dilakukan selama ini, sehingga kejanggalan ini dirumuskan sebagai empirical problem
(Bungin, 2008).
Kejanggalan yang ditemukan, baik dari teori keilmuan, konseptual maupun dari persoalan
empiris, dapat dipahami dengan sebaiknya apabila peneliti mampu memadukan persoalan
teori keilmuan dengan dunia empiris. Atau dengan kata lain apabila persoalan keilmuan
(dicourse theoretic) dianggap sebagai kondisi yang ideal atau keadaan yang diharapkan (das
sollen) maka persoalan empiris adalah kenyataan yang ada (das sain) dapat dibahas bersama
yang memungkinkan peneliti menemukan ketidakterpaduan. Dalam memahami topik yang
akan diteliti, peneliti dibantu oleh acuan pustaka yang relevan dengan topik tersebut. Begitu
pula, untuk pemahaman yang lebih baik terhadap persoalan empiris yang ada, peneliti harus
memahami kembali konsep, perundangan-undangan, berbagai keputusan pemerintah maupun
swasta, dan segala yang berhubungan dengan itu. Berdasarkan kejanggalan teori keilmuan,
kebijakan dengan dunia empirik, peneliti mendudukan persoalan yang sebenarnya, persoalan
yang harus`detiliti. Di sinilah pentingnya kemampuan peneliti untuk meyakinkan orang lain
bahwa permasalahan yang akan diteliti sangat penting, urgen, amat mendesak untuk
dipecahkan (Bungin, 2008; Santoso, 2007).
Discource theoretic dan kenyataan di lapangan dilakukan oleh peneliti didasarkan pada hal-
hal sebagai berikut.
1) Hasil kajian pustaka. Pustaka yang berupa jurnal, buku, dokumen ilmiah, terbitan
berkala, laporan hasil penelitian, abstrak tesis dan disertasi, internet, dan sumber-sumber
lain yang relevan.
2) Hasil diskusi dengan pakar, sejawat atau kolegial yang seprofesi. Berdasarkan diskusi
yang bersifat formal maupun informal akan membantu peneliti menemukan masalah
penelitian. Diskusi bisa dalam bentuk seminar, simposium, diskusi panel, konferensi,
lokakarya, dan lainnya.
3) Survei awal atau kajian awal dalam bentuk kajian documenter maupun kajian lapangan.
4) Surat kabar, majalah, media elektronik dapat membantu memunculkan ide-ide penelitian.
Alur pikir latar belakang masalah sampai pada pentingnya penelitian tersebut dapat
dibagankan seperi pada Gambar 2.5 sebagai berikut.
kokk
Das sollen ) ( das sain nilai realitas program fenomena teori data masyarakat
pertanyaan-pertanyaan problematik
masalah-masalah urgen
persoalan penelitian
Gambar 2.5 Alur Pikir Latar Belakang Masalah
Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah merupakan pendataan sejumlah aspek permasalahan yang muncul
sehubungan dengan tema/topik/judul penelitian. Dalam bagian ini dipaparkan berbagai
masalah yang ada pada objek yang diteliti. Semua masalah dalam objek, baik yang akan
diteliti maupun yang tidak akan diteliti dikemukakan. Berdasarkan identitifikasi masalah
tersebut, peneliti akan menentukan masalah yang penting dan mendesak untuk dicari
penyelesaiannya melalui penelitian.
Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, peneliti perlu melakukan pembatasan masalah dengan
pertimbangan keluasan masalah, kelayakan masalah, dan kekhasan bidang kajian. Selain
pertimbangan umum itu, peneliti perlu mendasarkan pada pertimbangan (1) objektif, yaitu
sejauhmana penelitian memberikan sumbangan kepada pengembangan teori dalam bidang
yang bersangkutan dan pemecahan masalah-masalah praktis; (2) subjektif, yaitu didasarkan
pada keingintahuan peneliti dan sesuai dengan kualifikasi yang dimiliki peneliti.
Untuk mendapatkan rumusan masalah penelitian yang baik, pembatasan masalah perlu
mempertimbangkan hal-hal sebagi berikut.
1) Masalah perlu dipecahkan melalui penelitian lapangan (field research). Hal itu berarti
bahwa masalah penelitian yang baik adalah masalah yang cara pemecahan yang paling
efektif dilakukan melalui proses penelitian. Sehubungan dengan hal itu maka peneliti
harus memiliki kesiapan dan kemampuan untuk melaksanakan penelitian, di mana tujuan
utamanya ialah untuk melakukan pengujian teori ataupun menemukan jawaban terhadap
masalah penelitian.
2) Kebermaknaan atau keberartian (signifikansi) pemecahan masalah. Suatu masalah
penelitian yang baik harus memiliki signifikansi, baik untuk kepentingan praktis maupun
teoritis. Signifikansi praktis berarti bahwa hasil pemecahan masalah penelitian
memberikan sumbangan praktik kehidupan sehari-hari. Sedangkan signifikansi teoritis
berarti bahwa dari hasil pemecahan masalah tersebut akan mampu melahirkan prinsip-
prinsip penting yang berguna untuk memperkaya, memperluas wawasan, dan
mengembangkan teori yang telah ada. Jadi dalam masalah penelitian nilai-nilai penting
perlu dipertimbangkan.
3) Keaslian (Originalitas). Suatu masalah penelitian yang baik harus menunjukkan bahwa
masalah tersebut merupakan suatu masalah baru, bukan duplikasi, atau replikasi dari apa
yang telah dikemukakan orang lain. Hal ini menjadi sangat penting terutama pada
penelitian inferensial, dan penelitian yang menghasilkan tesis dan disertasi.
4) Kelayakan untuk dilaksanakan. Masalah dalam tesis minimal bersifat analitis kritis
terhadap teori. Masalah dalam disertasi berupa pengembangan teori.
Rumusan Masalah
Secara teoretis, peneliti diharapkan mampu menginventarisasi masalah-masalah yang sudah
jelas merupakan masalah yang akan diteliti. Rumusan masalah perlu diajukan sejelas
mungkin agar pemetaan faktor-faktor, aspek-aspek atau variabel-variabel penelitian ataupun
hubungan antar variabel itu terlihat dengan mudah dan kemudian tidak menimbulkan
interpretasi lain terhadap rumusan tersebut. Hal-hal yang penting dalam perumusan masalah
sebagai berikut.
1) masalah yang telah dirumuskan secara spesifik harus diikuti dengan perumusan secara
operasional, sehingga masalahnya menjadi mudah diamati dan diukur indikator-
indikatornya.
2) masalah penelitian seyogianya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan untuk lebih
menfokuskan jawaban atau pemecahan masalah yang akan diperoleh.
3) masalah harus dirumuskan dengan kalimat yang sederhana, padat, jelas, dan
mencerminkan masalah yang diajukan serta dapat diteliti.
4) masalah penelitian harus memiliki landasan rasional dan diargumentasikan secara jelas,
sehingga secara akademik dapat diterima.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah pernyataan yang menjelaskan keinginan peneliti untuk mendapat
jawaban atas pertanyaan yang konsisten dengan perumusan masalah. Dengan demikian,
ketika rumusan masalah penelitian sudah dibuat, maka formulasi tujuan penelitian mudah
pula dirumuskan. Formulasi tujuan masalah konsisten dengan rumusan masalah, hanya
dengan kalimat yang sedikit diubah menjadi kalimat pernyataan atau bentuk kalimat berita.
Manfaat Penelitian
Pada bagian ini peneliti menjelaskan secara tegas untuk apa penelitian itu dilakukan, apa
manfaat teoretis maupun praktis penelitian itu. Secara umum, manfaat penelitan dinyatakan
bahwa temuan-temuan penelitian untuk dapat dimanfaatkan oleh pribadi, lembaga maupun
masyarakat serta dalam rangka memperbanyak khazanah ilmu pengetahuan. Manfaat itu
dinyatakan secara tegas dan sejauh mungkin dapat dioperasionalkan.
Deskripsi Teoretik
Deskripsi teoretik sering juga disebut dengan landasan teoretis dan merupakan uraian tentang
teori-teori yang digunakan untuk menjelaskan masalah penelitian sekaligus juga menjadi
landasan teoretis dalam penelitian. Landasan teori dimuali dari mapping hasil penelitian
terdahulu diteruskan dengan mapping teori apa yang akan digunakan dalam penelitian.
Penjelasan mengenai tinjauan pustaka ini menyangkut seluruh struktur teori yang dituntut dari
grand theory, midle theory, application theory sampai dengan conceptual theory. Penemuan
struktur teori yang sesuai akan memudahkan peneliti menemukan model metodologis yang
akan digunakan untuk pengumpulan data dan analisis data. Dengan kata lain, landasan
teoretik memuat deskripsi teoretik, kerangka berpikir, dan hipotesis.
Deskripsi teoretik menjelaskan hubungan antar variabel. Kristalisasi teori dapat berupa
definisi atau proposisi yang menyajikan pandangan tentang hubungan antar variabel yang
disusun secara sistematis dengan tujuan untuk memberikan eksplanasi dan prediksi mengenai
suatu fenomena. Teori dalam penelitian kuantitatif memiliki kedudukan dan peran yang
sangat penting, karena teori akan memberikan landasan bagi peneliti dalam menyusun
perencanaan penelitian. Jadi teori yang dideskripsikan memenuhi kriteria berikut.
1) Memberikan kerangka pemikiran pelaksanaan penelitian
2) Membantu peneliti dalam mengkonstruksi hipotesis penelitian.
3) Dapat digunakan sebagai dasar atau landasan dalam menjelaskan dan memaknai data
atau fakta yang telah terkumpul.
4) Teori mendudukkan permasalahan penelitian secara nalar dan runtut.
5) Membantu mengkonstruksi ide-ide yang diperoleh dari hasil penelitian, sehingga konsep
dan wawasannya menjadi mendalam dan bermakna.
6) Memberikan acuan dan menunjukkan jalan berdasarkan pengalaman yang telah
dilakukan para ahli melalui teori yang telah digeneralisasi secara baik.
7) Mengkaitkan dengan penyusunan instrumen penelitian, terutama yang menggunakan
validitas konstruk (construct validity) dan validitas isi (content validity), teori
memberikan dasar-dasar konseptual dalam menyusun definisi operasional. Dari definisi
operasional akan melahirkan indikator-indikator, sampai akhirnya menghasilkan butir-
butir pertanyaan atau pernyataan yang dipakai sebagai alat pengumpul data.
Prosedur penyusunan landasan penelitian perlu memperhatikan langkah-langkah sebagai
berikut.
1) Melakukan kajian pustaka (literature review) yang relevan, meliputi buku-buku referensi,
jurnal, terbitan ilmiah berkala, abstrak tesis dan disertasi, makalah prosiding atau
kegiatan ilmiah lainya. Tujuan utamanya melakukan kajian ini adalah
a) Menunjukkan seberapa jauh kesiapan peneliti menyajikan permasalahan penelitian
yang diajukan.
b) Mengetahui apakah permasalahan penelitian yang diajukan merupakan permasalahan
yang orisinil atau duplikasi, replikasi penelitian orang lain.
c) Memberikan dasar bagi peneliti pada penguasaan konsep-konsep teoritik yang akan
dijadikan kerangka pemikiran, sehingga peneliti akan memahami apa yang
seharusnya dilakukan, bukan melakukan penelitian tanpa konsep yang jelas.
d) Mengetahui dan mengecek apa saja yang pernah dilakukan orang lain atau ahli lain,
sehingga peneliti tidak dikatakan melakukan replikasi.
e) Menghasilkan wawasan yang luas mengenai pengetahuan dalam bidangnya, peneliti
akan memiliki landasan yang kuat dalam mengajukan hipotesis penelitian, sehingga
hipotesis mempunyai landasan teori yang kuat.
f) Memberikan justifikasi kerangka pemikiran yang diajukan, sehingga peneliti
membuat paradigma penelitian memiliki landasan pemikiran yang kuat.
g) Memperoleh pengalaman berharga dari peneliti sebelumnya dan akan terhindar serta
tidak mengulang kesalahan atau kekurangan penelitian sebelumnya.
2) Melakukan sintesis atau penyatuan makna antara teori yang satu dengan teori yang lain
untuk menjelaskan secara spesifik tentang variabel penelitian biasanya disebut dengan
definsi operasioanl variabel.
3) Berdasarkan kajian pustaka, kemudian peneliti menyusun kerangka teoretis dalam susunan
kerangka pemikiran yang logis, rasional, dan runtut (sistematis).
4) Berdasarkan hasil kajian pustaka, kemudian peneliti merumuskan hipotesis penelitian.
Hipotesis tidak semata-mata muncul berdasarkan intuisi peneliti tetapi berdasarkan
landasan teori.
Berdasar prosedur tersebut, struktur pembahasan dalam deskripsi teoritik meliputi: (1)
Mengidentifikasi dan mengkaji terori-teori dan hasil penelitian yang relevan dengan variabel
penelitian yang akan dianalisis; (2) Melengkapi kajian teori dengan berbagai pendapat orang
lain yang telah dipublikasikan; (3) Menyatakan sintesis (definisi konseptual) tentang variabel
penelitian pada setiap akhir pembahasan suatu kajian teori.
Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan bagian dari penelitian yang menggambarkan alur pikir
penelitian. Kerangka berpikir dikemukakan dengan maksud untuk menyusun rekaman
pemecahan masalah (jawaban pertanyaan penelitian) berdasarkan teori yang dikaji. Kerangka
berpikir berguna untuk menjelaskan alasan atau argumentasi bagi rumusan hipotesis dan juga
tempat bagi peneliti untuk menjelaskan tentang variabel-variabel yang berhubungan dengan
variabel pokok dan sub variabel pokok yang ada dalam penelitian. Kerangka berpikir
merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor
yang diteliti diidentifikasikan sebagai masalah yang penting. Kerangka berpikir yang baik
akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang akan diteliti. Kerangka berpikir
penelitian perlu dikemukakan apabila dalam penelitian tersebut berkenaan dengan dua
variabel atau lebih. Apabila penelitian hanya membahas sebuah variabel atau secara mandiri,
maka yang dilakukan peneliti di samping mengemukakan deskripsi teoritis untuk masing-
masing variabel, juga argumentasi terhadap besaran variabel yang diteliti. Tidak ada standar
dalam pembuatan kerangka berpikir, yang penting pembaca dapat dengan mudah mengetahui
hubungan antar konsep-konsep yang digambarkan. Sebuah kerangka berpikir dikatakan baik
jika memuat unsur berikut.
1) Penjelasan variabel yang diteliti
2) Menunjukkan dan menjelaskan keterkaitan antar variabel yang diteliti dan teori yang
mendasarinya.
3) Menunjukkan dan menjelaskan bentuk hubungan antar variabel (positif, negatif,
simetris, kausal atau timbal balik).
Hipotesis Penelitian
Tinjauan pustaka menuntun peneliti untuk menyusun hipotesis yang sesuai dengan
masalah penelitian. Hipotesis diajukan dalam bentuk pernyataan terhadap hasil penelitian.
Penolakan atau penerimaan terhadap hipotesis penelitian tidak ada sangkut pautnya dengan
kredibilitas peneliti terhadap penelitian tersebut, karena hipotesis hanyalah kesimpulan
sementara sedangkan data dari lapangan adalah finalisasi kesimpulan penelitian. Dengan
demikian, hipotesis adalah pernyataan mengenai hubungan, proposisi tentatif mengenai
hubungan antar dua variabel atau lebih. Tentatif dimaksudkan dalam rumusan memuat
pengertian bahwa hipotesis tersebut harus diuji kebenarannya dilakukan mengenai penelitian.
Pengertian lain menunjukkan bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap
masalah penelitian dan dinyatakan dalam bentuk hubungan antar dua variabel atau lebih,
merupakan penyataan hakekat suatu fenomena. Fungsi utama dari hipotesis penelitian adalah
sebagai pedoman memberikan arah dan jalannya kegiatan penelitian yang dilakukan mulai
dari penyusunan desain penelitian, penentuan kriteria dalam penyusunan instrumen
penelitian, termasuk sebagai pedoman menetapkan indikator tentang aspek atau variabel yang
diukur, sebagai pedoman menentukan teknik analisis data penelitian. Hipotesis penelitian
kuantitatif berasal dari teori yang relevan sebagai hasil kajian pustaka. Melalui kajian pustaka
peneliti dapat mengadopsi berbagai teori yang ada. Hipotesis jenis ini termasuk hipotesis
yang dibangun secara deduktif. Hipotesis diajukan berdasarkan teori yang tingkat
generalisasinya luas. Jadi kriteria hipotesis adalah sebagai berikut.
1) Hipotesis harus disusun dalam kalimat yang menyatakan hubungan antar dua variabel
atau lebih.
2) Hipotesis harus dilandasi argumentasi yang kuat berdasarkan teori atau pengalaman
yang kuat.
3) Hipotesis harus dapat diuji dan diukur melalui penelitian lapangan.
4) Hipotesis disusun dalam kalimat yang singkat dan jelas.
Hipotesis harus konsisten dengan terori yang ada dan disusun sedemikian rupa
sehingga eksplanasi yang dikemukakan memiliki argumentasi yang jelas dan dapat
dipertanggungjawabkan secara rasional. Peneliti dituntun untuk menguji hipotesis yang
dibuat. Hasil analisis data dikumpulkan akan menentukan apakah hipotesis diterima atau
ditolak.
Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian berisi penjelasan mengenai teknik penelitian yang dilakukan. Perlu
dijelaskan mengapa peneliti menggunakan metode pendekatan tersebut.
Populasi dan Sampel
Populasi adalah semua individu atau unit atau peristiwa yang ditetapkan sebagi subjek
penelitian. Secara teknis populasi tidak lain adalah kumpulan dari unit-unit elementer yang
memiliki sifat atau ciri tertentu. Peneliti akan meneliti sifat-sifat dari unit elementer dan
kemudian akan disimpulkan. Jadi populasi adalah kumpulan ukuran-ukuran tentang suatu
yang kepadanya akan dibuat inferensi atau simpulannya. Populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik simpulannya. Populasi adalah
keseluruhan objek penelitian yang akan menjadi sumber data.
Sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki ciri atau sifat yang sama atau serupa
dengan populasinya. Sampel harus menggambarkan secara tepat pupulasinya atau dengan
kata lain sampel harus representatif. Sampel harus memiliki karakteristik, jelas dan lengkap
sehingga mewakili populasi (teknik pengambilan sampel dibicarakan secara lengkap pada
uraian populasi dan sampel penelitian).
Variabel Penelitian
Variabel Penelitian memuat uraian mengenai jenis dan jumlah variabel yang akan digunakan
dalam penelitian tersebut.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Perlu dijelaskan teknik pengumpulan data mana yang paling tepat, sehingga diperoleh data
yang valid dan reliabel. Penelitian kuantitatif yang bertujuan mengukur suatu gejala maka
diperlukan alat pengumpul data. Jumlah alat pengumpul data yang akan digunakan tergantung
pada variabel yang akan diteliti. Jadi perlu dikemukakan alat pengumpul apa saja yang
digunakan dalam penelitian, skala pengukuran yang ada pada setiap alat pengumpul data, dan
bagaimana prosedur pengujian validitas dan reliabilitas alat pengumpul data.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data pada penelitian kuantitatif berkenaan dengan perhitungan untuk
menjawab rumusan masalah dan pengujian yang dilakukan. Bentuk hipotesis mana yang
diajukan akan menentukan teknik statistik mana yang digunakan. Jadi sejak membuat
rancangan, teknik analisis data juga telah ditentukan. Bila peneliti tidak membuat hipotesis,
maka rumusan masalah penelitian itulah yang perlu dijawab. Tetapi kalau hanya rumusan
masalah itu dijawab maka akan sulit membuat generalisasi, sehingga kesimpulan yang
dihasilkan hanya berlaku untuk sampel yang digunakan dan tidak dapat berlaku untuk
populasi. Analisis data dilakukan untuk menjawab pertanyaan atau mencapai tujuan
penelitian. Analisis data yang digunakan biasanya berkenaan dengan analisis statistik untuk
menjawab rumusan masalah atau pengujian hipotesis. Jadi uraian tentang teknik analisis data
sebaiknya mencakup:
1) Penjelasan tentang data yang akan dianalisis
2) Penjelasan tentang tahapan proses analisi data.
3) Penjelasan tentang model kuantitatif yang digunakan pada setiap tahapan proses yang
meliputi deskripsi data, uji persyaratan analisis, dan uji hipotesis.
Pada bagian akhir penjelasan analisis data perlu dikemukakan rumusan hipotesis statistik atas
dasar hipotesis penelitian yang diajukan. Hipotesis statistik terdiri atas hipotesis nol dan
hipotesis alternatif.
Hasil Penelitian
Pada bagian ini disajikan deskripsi data setiap variable, hasil pengujian prasyarat analisis, dan
hasil pengujian hipotesis. Data statistik detail lebih baik disajikan dalam lampiran.
Pembahasan
Bagian ini berisi review temuan penelitiannya yang bersifat impiris relevan dengan teori-teori
atau hasil-hasil penelitian terdahulu. Peneliti diharapkan memberikan penilaian terhadap hasil
temuan dari penelitiannya.
Simpulan
Bagian ini berisi pernyataan singkat dan tepat berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
dan merupakan jawaban dari permasalahan penelitian. Simpulan hendaknya dinyatakan
dalam paragraf.
Implikasi dan Saran
Implikasi berisi konsekuensi logis dari simpulan penelitian. Saran diajukan berdasarkan
simpulan dan implikasi penelitian, yang muncul dari temuan penelitian. Saran harus
operasional dan jelas siapa yang menjadi sasarannya.
DAFTAR PUSTAKA
Bahan pustaka berisi semua sumber rujukan yang digunakan dalam teks. Artinya bahan
pustaka yang hanya digunakan sebagai bahan bacaan tetapi tidak dirujuk dalam teks tidak
dimasukkan dalam daftar pustaka. Sebaliknya semua pustaka yang disebutkan dalam teks