TUGAS BESAR PERENCANAAN PROYEK INDUSTRI “KEJU COTTAGE (SOFT UNRIPPED CHEESE)” Dosen Pengampu: Dr. Ir. Imam Santoso, MP. Anggota Kelompok Afita Ismawati 115100300111029 M. Wafiri Niami 115100300111035 Ulfa Nursiam 115100300111047 Farah Vian Dini 115100300111057 Husna Shofiansyah 115100300111069 Dinar Arieka A. 115100307111005 Firdausi Ummi Nuzula 115100707111005 Nyimas Rizanatul Khikmah 115100701111017 Kelas : I JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 1
76
Embed
blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2014/01/TUGAS_PPI-KEJU-fix.docx · Web viewProduksi keju di Indonesia masih didominasi oleh industri besar yang memproduksi keju keras jenis Processed
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Input: Berat Output: BeratCurd 9,41 liter Curd 7,5 literAir 9,41 liter Air 11,24
Uap air 0,08Jumlah 18,82 liter Jumlah 18,82 liter
g. Penambahan garam
Input: Berat Output: BeratCurd 7,5 kg Keju Cottage 7,8 kgGaram 0,3 kgJumlah 44,79 liter Jumlah 7,8 kg
Dari neraca massa persatuan proses didapatkan rendemennya adalah 7,8 liter dari 50 liter susu tiap kali proses. Prosentase rendemennya adalah 15,6%. Adapun perhitungan rendemen ini bisa dicari dengan rumus sebagai berikut:
Rendemen % = berat keju yang dihasilkan x 100%
Berat susu awal
= 7,8 liter x 100%
50 liter
= 15,6 %
4.1.2 Kapasitas ProduksiKapasitas produksi ditentukan berdasarkan nilai market share yang ada.
Masyarakat yang dituju sebagai konsumen berasal dari seluruh kalangan usia
dengan tingkat ekonomi menengah ke atas. Hal ini disebabkan karena harga
produk yang relatif tinggi untuk bahan makanan sehingga pasar potensialnya
15
harus spesifik. Jumlah penduduk Indonesia dengan tingkat ekonomi menengah
ke atas mencapai 2,6 juta jiwa pada tahun 2012 (BPS, 2012). Dengan
kekosongan pasar terhadap produk keju Cottage di pasaran, diputuskan untuk
mengambil 20% atau setara dengan 520.000 kemasan per tahun sebagai awal
pengenalan produk.
4.2. Kebutuhan Bahan BakuKebutuhan baku ini didapatkan dari kapasitas produksinya. Kapasitas
produksi dalam setahun adalah 520.000 kemasan. Ukuran kemasannya adalah
0,3 kg/ 300 gram. Dalam sehari harus memproduksi 520 kg keju atau sebanyak
1734 kemasan. Dari prosentase rendemen yang telah dicari, maka akan
didapatkan prosentase rendemennya adalah 15,6%. Dari prosentase ini maka
kita akan dapat menentukan kebutuhan bahan baku yang dibutuhkan perhari
untuk setiap kali proses. Adapun kebutuhan bahan baku untuk tiap kali produksi
dalam waktu 24 jam adalah:
Susu : 3335 liter
Starter : 126,73 liter
Air : 22,65 liter
Garam: 20 kg
Rennet: 51,36 kg
4.3. Proses ProduksiBahan-bahan yang digunakan antara lain susu sapi segar, enzim rennet
sebanyak 2% dari total susu, garam (NaCl) dan air. Starter ganda berupa biakan
Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus sebanyak 4% dari total
susu. Susu segar diperoleh dari KUD DAU Malang. Enzim rennet diperoleh
melalui impor dari negara Perancis oleh PT. Sukanda Jaya. Biakan Lactobacillus
bulgaricus dan Streptococus thermophillus diperoleh dari Unit Pengolahan
Peternakan (UPP) Dau Malang. Untuk proses pembuatannya dapat dilihat pada
gambar 1 di bawah ini.
16
Gambar 1. Diagram Alir Pembuatan Keju Cottage
4.4. Kebutuhan Mesin dan Peralatan
Setelah mengetahui kebutuhan bahan baku yang harus digunakan
produksi perhari, dapat ditentukan berapa kebutuhan mesin yang digunakan
untuk proses produksi. Adapun mesin-mesin yang dibutuhkan adalah sebagai
berikut:
No Nama Mesin/Alat Fungsi1. Mesin Sentrifugasi Untuk memisahkan cairan dari
cairan yang berbeda
2. Pipa filter penyaring Untuk penyaringan
3. Pasteurisasi Untuk membunuh bakteri pathogen
(mycobacterium tubercolosis).
Untuk membunuh bakteri tertentu
dengan mengatur tingginya suhu
dan lamanya waktu pasteurisasi.
Untuk mengurangi populasi bakteri
dalam bahan susu
Untuk mempertinggi atau
memperpanjang daya simpan
bahan.
17
4. Storage tank Untuk menyimpan bahan baku agar
terhindar dari kontaminasi bakteri
berbahaya
Untuk menjaga bahan sementara
hingga proses selanjutnya
5. Tangki Pemasak Untuk wadah untuk memasak
produk cair dalam kapasitas besar
Spesifikasi alat dan kebutuhan alat:
No. Nama Mesin/Alat Kapasitas Jumlah Unit
18
1.
2.
3.
4.
5.
Mesin Sentrifugasi
Pipa Filter Penyaring
Pasteurisasi
Tangki penyimpanan
Tangki Pemasak
7200 Liter
1354 L
5000 Liter
3000 Liter
10000 Liter
1
1
2
3
1
4.5. Tata Letak
4.6. Penentuan LokasiLokasi pabrik ditentukan berdasarkan beragam faktor. Faktor-faktor
tersebut memiliki bobot nilai yang berbeda sesuai dengan derajat
kepentingannya terhadap kegiatan produksi dan distribusi yang berkaitan dengan
produk maupun bahan bakunya. Penentuan lokasi pabrik ini ditentukan
berdasarkan metode nilai kuantitatif dimana nilai masing-masing kriteria akan
dikonversikan ke dalam satuan nilai sehingga memudahkan sistem penilaian
dengan memilih lokasi yang memiliki nilai terdekat dengan bobot muatan kriteria
ideal seperti yang dapat dilihat di bawah ini.
LokasiBobot Pasuruan Batu Lawang
KriteriaBahan Bakua. Harga bahan baku 100 91 90 97
19
b. Biaya transportasic. Biaya penyimpanan
9997
8887
9895
9491
Letak Pasara. Biaya distribusib. Waktu distribusi
10099
9898
8884
9395
Ketersediaan Energia. Ketersediaan listrikb. Biaya listrikc. Ketersediaan air
Paspor bagi WNA, khusus PT PMA), SKDP, dan akta pendirian PT.
5) Tahap berikutnya pengesahan Anggaran Dasar Perseroan oleh Menteri Kemenkumham.
Permohonan ini diajukan kepada Menteri Kemenkumham untuk
mendapatkan pengesahan Anggaran Dasar Perseroan (akta pendirian) sebagai
badan hukum PT sesuai dengan UUPT. Persyaratan yang dibutuhkan antara
lain:
1. Bukti setor bank senilai modal disetor dalam akta pendirian;
2. Bukti Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebagai pembayaran
berita acara negara;
3. Asli akta pendirian.
6) Mengajukan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP).SIUP ini berguna agar PT dapat menjalankan kegiatan usahanya. Namun
perlu untuk diperhatikan bahwa setiap perusahaan patut membuat SIUP, selama
kegiatan usaha yang dijalankannya termasuk dalam Klasifikasi Baku Lapangan
Usaha Indonesia (KBLUI) sebagaimana Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik
Nomor 57 Tahun 2009 Tentang Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia.
Permohonan pendaftaran SIUP diajukan kepada Kepala Suku Dinas
Perindustrian dan Perdagangan dan/atau Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah
dan Perdagangan kota atau kabupaten terkait sesuai dengan domisili PT.
Adapun klasifikasi dari SIUP berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan
No.39/M-DAG/PER/12/2011 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri
Perdagangan No.36/M-DAG/PER/9/2007 tentang Penerbitan Surat Izin Usaha
Perdagangan adalah sebagai berikut:
1. SIUP Kecil, wajib dimiliki oleh perusahaan perdagangan yang kekayaan
bersihnya lebih dari Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta Rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
30
2. SIUP Menengah, wajib dimiliki oleh perusahaan perdagangan yang
kekayaan bersihnya lebih dari Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar
Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat Usaha;
3. SIUP Besar, wajib dimiliki oleh perusahaan perdagangan yang kekayaan
bersihnya lebih dari Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar Rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
7) Mengajukan Tanda Daftar Perusahaan (TDP).Permohonan pendaftaran diajukan kepada Kepala Suku Dinas Perindustrian
dan Perdagangan dan/atau Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah dan
Perdagangan kota atau kabupaten terkait sesuai dengan domisili perusahaan.
Bagi perusahaan yang telah terdaftar akan diberikan sertifikat TDP sebagai bukti
bahwa perusahaan/badan usaha telah melakukan wajib daftar perusahaan
sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No.37/M-
DAG/PER/9/2007 tentang Penyelenggaraan Pendaftaran Perusahaan.
8) Tahap Berita Acara Negara Republik Indonesia (BNRI).Setelah perusahaan melakukan wajib daftar perusahaan dan telah
mendapatkan pengesahan dari Menteri Kemenkumham, maka harus di
umumkan dalam BNRI dari perusahaan yang telah diumumkan dalam BNRI,
maka PT telah sempurna statusnya sebagai badan hukum.
b. Perijinan dan Pajak PerijinanPenerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
Surat Izin Usaha Perdagangan yang selanjutnya disebut SIUP adalah Surat
Izin untuk dapat melaksanakan kegiatan usaha perdagangan, yang selanjutnya
disebut SIUP. Pejabat Penerbit SIUP adalah Kepala Dinas yang
bertanggungjawab di bidang perdagangan di wilayah kerjanya atau pejabat yang
bertanggungjawab dalam pelaksanaan. Pelayanan Terpadu Satu Pintu atau
pejabat lain yang ditetapkan berdasarkan peraturan ini.
SIUP Besar, wajib dimiliki oleh Perusahaan Perdagangan dengan modal
dan kekayaan bersih (netto) seluruhnya di atas Rp. 500.000.000,- (lima
ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
31
Menteri memiliki kewenangan pengaturan SIUP. Menteri menyerahkan
kewenangan penerbitan SIUP kepada Gubernur DKI Jakarta dan
Bupati/Walikota di seluruh Indonesia kecuali provinsi DKI Jakarta.
Bupati/Walikota melimpahkan kewenangan penerbitan SIUP kepada Kepala
Dinas yang bertanggungjawab di bidang perdagangan atau pejabat yang
bertanggungjawab dalam pelaksanaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
setempat. Gubernur DKI Jakarta melimpahkan kewenangan penerbitan
SIUP kepada Kepala Dinas yang bertanggungjawab di bidang perdagangan
atau pejabat yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu setempat.
PERMOHONAN SIUP BARUPerusahaan yang berbadan hukum Perseroan Terbatas
a. Fotokopi Akta Notaris Pendirian Perusahaan
b. Fotokopi Akte Perubahan Perusahaan (apabila ada)
c. Fotokopi Surat Keputusan Pengesahan Badan Hukum Perseroan
Terbatas dari Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia
d. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) Penanggungjawab/Direktur
Utama Perusahaan
e. Surat Pernyataan dari Pemohon SIUP tentang lokasi usaha perusahaan
f. Foto Penanggungjawab atau Direktur Utama Perusahaan ukuran 3 x 4
cm (2 lembar).
PajakUntuk industri baru yang bergerak di bidang jasa produksi makanan dan
minuman, pemerintah kota dan kabupaten Malang menerapkan beberapa jenis
pajak pusat dan pajak daerah. Adapun jenis-jenis pajak pusat yaitu Pajak NPWP
Perusahaan, Pajak Pendirian Perusahaan, Pajak Izin Mendirikan Bangunan
(apabila bangunan milik sendiri), Pajak Izin Gangguan, Pajak Pengelolaan
Lingkungan, Pajak Bursa atau Non Bursa (Untuk industri yang ikut bursa saham
atau tidak akan dikenakan pajak yang berbeda), dan Pajak Peredaran Usaha.
Untuk jenis-jenis pajak daerah untuk industri makanan dan minuman yaitu KPP
Madya, KPP WP Besar Dua, KPP WP Besar Tiga, KPP PMA dan KPP PMB.
32
BAB VI
ASPEK LINGKUNGAN
6.1. Konsep dan Rencana Pengelolaan Lingkungan
1.1.1. Tujuan pengelolaan lingkungan
Asas (principle), tujuan (goal) dan sasara (objectives) pengelolaan
lingkungan dapat dilihat dalam pasal-pasal 3 – 4. Asas dasar pengelolaan
lingkungan yang diletakkan secara eksplisit oleh UUPLH 1997 adalah tanggung
jawab negara, asas keberlanjutan dan asas manfaat. Tujuan pengelolaan
lingkungan adalah untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan hidup dan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.
Ada enam sasaran pengelolaan lingkungan, yaitu (Siahaan, 2004):
1. Tercapainya keselarasan, keserasian dan keseimbangan antara manusia dengan
lingkungan hidup
2. Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan dan pembina lingkungan.
3. Terjaminnya kepentingan generasi kini dan generasi mendatang
4. Terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana, tujuan ini juga
merupakan salah satu asas yang harus dipegang dalam setiap interaksi
lingkungan dan telah menjiwai UUPLH.
5. Tercapainya kelestarian fungsi lingkungan
6. Terlindunginya negara dari dampak kegiatan di luar wilayah negara berupa
kerusakan dan pencemaran lingkungan.
1.1.2. Parameter lingkungan
Parameter kualitas lingkungan dikelompokkan menjadi parameter primer
dan sekunder. Parameter primer merupakan senyawa kimia yang masuk ke dalam
lingkungan tanpa berinteraksi dengan senyawa lain, misalnya pestisida dan logam
berat. Sementara itu, senyawa sekunder adalah parameter yang terbentuk akibat
adanya interaksi, transformasi atau rekasi kima antar parameter primer menjadi
senyawa lain, misalnya dalam pembentukan hujan asam sulfur dioksida.
Penentuan parameter kualitas lingkungan sangat tergantung pada persyaratan baku
mutu dalam peraturan yang berlaku dan tujuan pengambilan sampel. Parameter
33
dalam pengujian kulitas air minum berbeda dengan yang diuji dalam pengujian air
limbah (Hadi, 2005).
Persyaratan baku mutu untuk parameter kualitas lingkungan dapat
didasari pada:
1. UU Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup
2. PP Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengolahan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air
3. PP Nomor 38 tahun 2011 tentang Sungai
4. PP Nomor 27 tahun 2012 tentang Ijin Lingkungan
5. Kepmen LH nomor 110 tahun 2003 tentang Pedoman Penetapan Daya
Tampung Beban Pencemaran Air pada Sumber Air
6. Kepmen LH nomor 110 tahun 2003 tentang Pedoman Mengenai Syarat dan
Tata Cara Perizinan serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah ke Air
atau Sumber Air
7. Permen PU nomor 16/PRT/M/2008 tentang Kebijakan Strategis Air Limbah
6.1.3 Sumber pencemaran lingkungan
Berdasarkan sifat zat pencemar (polutan), pencemaran lingkungan dapat
dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu (Saktiyono, 2007):
1. Pencemaran Kimiawi
Pencemaran kimiawi adalah pencemaran yang disebabkan oleh zat-zat kimia.
Misalnya jenis-jenis logam berat seperti raksa dan timbal.
2. Pencemaran Fisik
Pencemaran fisik adalah pencemaran yang disebabkan oleh zat cair padat atau
gas. Misalnya zat cair dari limbah pabrik atau rumah tangga, zat padat dari
sampah, dan gas dari asap pabrik.
3. Pencemaran Biologis
Pencemaran biologis adalah pencemaran yang disebabkan oleh berbagai
macam mikroorganisme penyebab penyakit. Misalnya, sumur atau sumber air
yang digunakan sehari-hari tercemar kuman penyebab penyakit.
34
6.2. Pengelolaan Lingkungan
6.2.1 Penanganan produk samping
Produk keju cottage ini tidak memiliki produk sampingan. Yang
diproduksi hanya keju cair sebagai produk utama. Sehingga output dari proses
produksinya hanya produk utama dan limbah saja.
6.2.2 Penanganan limbah
Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk melakukan penanganan
limbah adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi jenis limbah
Berdasarkan jenisnya, limbah terbagi menjadi tiga jenis, namun limbah
yang dihasilkan oleh industri keju cottage ini adalah limbah cair. Limbah cair
ini berasal dari buangan proses produksi berupa whey dan air pasteurisasi.
Selain itu juga berasal dari aktifitas lain, seperti mencuci, mengepel, keperluan
kamar mandi, dan lain sebagainya.
2. Identifikasi kandungan limbah
Menurut Pakpahan et al (2009), pencemaran air dapat menyebabkan
berkurangnya persediaan air bersih. Kualitas air dapat dilihat dari:
a. Wujud fisik, seperti warna, bau, temperatur, kejernihan, dan ada tidaknya zat
padat atau zat cair lain pada air
b. Secara kimia, dilihat dari komposisi BOD dan COD dalam air
c. Secara biologi, dilihat dari ada tidaknya bakteri patogen berbahaya dalam air
Sehingga kandungan limbah cair yang dihasilkan dapat ditinjau dari ketiga
aspek tersebut. Hal ini dapat diperoleh melalui pengujian sampel atau analisis
input dan output selama proses produksi (ditunjukkan oleh diagram alir proses
produksi).
Polutan terbesar dari air limbah industri keju adalah whey dari proses
produksi keju tersebut, diikuti dengan air pencucian dan air pasteurisasi.
Pembuatan keju baik dari susu penuh atau susu skim menghasilkan keju dan
cairan berwarna kuning kehijauan yang dikenal sebagai whey. Susu penuh
digunakan untuk memproduksi keju natural dan keju olahan dan whey yang
dihasilkan disebut whey manis dengan pH berkisar antara 5 – 7. Susu skim
digunakan untuk memproduksi keju cottage dan whey yang dihasilkan asam
35
dengan pH 4 hingga 5. BOD whey berkisar dari 32.000 hingga 60.000 mg/l
tergantung pada proses pembuatan. Whey mengandung sekitar 5% laktosa, 1%
protein, 0,8% lemak, dan 0,6% abu. Oleh karena protein telah digumpakan
sebagai keju, evaluasi kadar nitrogen whey harus dilakukan untuk menjamin
nitrogen yang cukup untuk penanganan biologik (Jenie & Rahayu, 2007).
Kandungan secara biologi jika ditinjau dari proses produksi diantaranya
adalah rennin dan starter Lactobacillus bulgaricus dan Lactobacillus
thermophillus. Menurut Nuraini (2007) rennin atau rennet adalah ekstrak kasar
enzim yang dihasilkan dari lambung (abomasum). Menurut Jati (2007)
Lactobacillus bulgaricus dan Lactobacillus thermophillus merupakan
tergolong sebagai bakteri penghasil asam laktat yang biasa ditambahkan dalam
fermentasi keju.
3. Identifikasi cara penanganan limbah
Limbah cair berupa whey yang dihasilkan dapat diolah dengan
menetralkannya menjadi air yang layak dibuang ke sumber air (sungai) atau
dengan mengolahnya menjadi produk lain. Penetralan limbah cair dapat
dilakukan dengan mempelajari karakteristik kandungan limbah dan mencari
cara menanggulanginya. Berdasarkan literatur, penetralan tersebut dapat
dilakukan dengan menghilangkan kandungan fisik, kimia dan biologi, serta
menetralkan pH dari cairan tersebut. Sedangkan penglolahan limbah cair
menjadi produk lain dapat dilakukan dengan menjadikannya bioetanol. Berikut
ini adalah rincian penanganan limbah cair produk keju cottage berdasarkan
literature yang didapatkan:
a. Menetralkan limbah cair untuk dibuang ke sumber air (sungai)
Mengurangi kandungan BOD (karakter kimia) dan bahan padat
tersuspensi limbah cair dengan mikroorganisme merupakan salah satu cara
yang kerap digunakan. Mikroorganisme melalui proses aerob dan anaerob.
Pada proses aerob pengolahan limbah terdiri dari dua metode, yaitu proses
yang menggunakan lumpur aktif dan proses yang mengunakan saringan tetes
(Aryulina et al, 2004)
Whey dipasteurisasi suhu 85C, selama 15 menit, untuk membunuh
sel vegetatif bakteri patogen. Kemudian disaring dengan cepat dalam
36
keadaan whey masih panas, agar terbebas dari gumpalan-gumpalan
curd. Whey yang telah disaring kemudian ditambahkan (NH4)2HPO4
dan sukrosa secara hot filling agar mikroba yang terdapat di dalam bahan
padat (NH4)2HPO4 dan sukrosa mati. Pendinginan dilakukan pada suhu
ruang sampai suhu mencapai 37C, yaitu suhu pertumbuhan optimum
Lactobacillus plantarum B2 dan Lactobacillus bulgaricus (Yulianto &
Kusnadi, -)
b. Mengolah limbah cair menjadi bioetanol
Bahan baku yang dibutuhkan adalah whey, NaOH, dan Kluyveromyces
marxianus. Metode yang digunakan adalah fed-batch. Proses dilakukan
dengan melakukan fermentasi whey dengan menggunakan Kluyveromyces
marxianus untuk menghasilkan etanol. Fermentasi dilakukan dengan proses
fed-batch, selama 20 jam pada suhu 30C (Arianti et al, 2013).
37
BAB VII
ASPEK EKONOMI FINANSIAL
7.1. Asumsi Dasar dan Kapasitas Produksi
1 Kapasitas Produksi Per Tahun = 156.000 Kg keju2 Jumlah Hari Kerja Per Tahun = 300 Hari3 Kapasitas Produksi Per Hari = 560 Kg keju4 Jam Kerja Per Hari = 24 Jam5 Kapasitas Produksi Per Jam = 23,33 Kg/jam6 Tingkat Bunga Diskonto = 10% 7 Umur Ekonomis = 5 Tahun8 Ukuran Per Kemasan = 0,3 Kg9 Jumlah Kemasan Per Hari = 1734 kemasan10 Jumlah Kemasan Per Tahun = 560.000 kemasan
7.2. Analisis Biaya
KEBUTUHAN BAHAN BAKU PER HARINo. Kebutuhan Jumlah1 Susu Segar 3335 L2 Rennet 2 % 51,36 Kg3 Garam (NaCl) 4 % 20 Kg4 Starter 126,73 L5 Kemasan Alumunium Foil 1734 Buah6 Air 22,65 L
7.3 Kapasitas Produksi
Kapasitas produksi merupakan jumlah output yang dihasilkan suatu unit
usaha. Besarnya kapasitas produksi merupakan parameter penting yang dapat
dipakai sebagai masukan dalam perhitungan aspek ekonomi-finansial dan aspek
teknis dalam analisis kelayakan suatu usaha. Tiga skenario yang digunakan
dalam penentuan kapasitas produksi antara skenario optimis, skenario moderat
dan skenario pesimis.
I II III IV V
38
520.000 kemasan
572000 Kemasan
629200 Kemasan
692120 Kemasan
761332 Kemasan
39
A. Biaya Investasi dan Biaya ReinvestasiUraian Satuan Harga Satuan Total Biaya Umur
EkonomisTahun ke-
1 2 3 4 5Tanah dan bangunan 1 Rp5.000.000.000 Rp5.000.000.000 20 Pemasangan instalasi
Akta Pendirian 1 Rp 1.500.000,00 Rp1.500.000 20 Surat Keterangan Domisili Perusahaan
1 Rp 5.000.000,00 Rp5.000.000 20
Nomor Pokok Wajib Pajak 1 Rp 5.000.000,00 Rp5.000.000 20 Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
1 Rp 10.000.000,00 Rp10.000.000 20 Pendaftaran ke Pengadilan Negeri 1 Rp 6.700.000,00 Rp6.700.000 20 Ijin Mendirikan Bangunan 1 Rp 5.000.000,00 Rp5.000.000 20 Surat Ijin Tempat Usaha 1 Rp 8.000.000,00 Rp8.000.000 20 Surat Ijin Gangguan (HO) 1 Rp 8.500.000,00 Rp8.500.000 20 Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP)
1 Rp 5.000.000,00 Rp5.000.000 20
Tanda Daftar Perusahaan 1 Rp 5.000.000,00 Rp5.000.000 20 Total Rp6.147.334.000
41
B. Biaya Penyusutan Mesin
Jenis Jumlah Harga Umur Ekonomis
Nilai Sisa Biaya
Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5
Biaya tetapBiaya Investasi Rp6.147.334.000 Biaya penyusutan Rp64.351.256 Biaya pemeliharaan Rp11.806.382 Total Rp6.223.491.638 Biaya variable Biaya operasi Rp8.903.490.150 Total Rp8.903.490.150 Biaya overhead Biaya pemasaran Rp373.636.110
45
Total Rp373.636.110 Total Biaya produksi Rp15.500.617.898
Harga Pokok Produksi (HPP) dan Break Event Point)
No.
Uraian
1 Biaya Produksi (Rp) Rp16.031.565.898 2 Biaya Tetap (Rp) Rp6.184.439.638 3 Biaya Tidak Tetap (Rp) Rp9.473.490.150 4 Biaya Over Head (Rp) Rp373.636.110 5 Harga Pokok Produksi Rp28.628 6 Mark Up(%) 30%7 Harga Jual (Rp/Cup) Rp37.216 8 BEP (Unit) 325533,06299 BEP (Rp) Rp12.115.082.455
Perkiraan Laba Rugi
Uraian Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5Jumlah Produksi Cup
520.000 572000 629200 692120 761332
Harga Jual Rp31.413 Rp31.413 Rp31.413 Rp31.413 Rp31.413Hasil Penjualan (Rp/Cup)
Rp16.334.533.120
Rp17.967.986.432
Rp19.764.785.075
Rp21.741.263.582
Rp23.915.389.941
PPn (10%) (Rp) Rp1.633.453.312
Rp1.796.798.643
Rp1.976.478.507
Rp2.174.126.358
Rp2.391.538.994
Penjualan Bersih Rp14.701.079.808
Rp16.171.187.789
Rp17.788.306.567
Rp19.567.137.224
Rp21.523.850.947
HPP (Rp/Kemasan)
Rp24.164 Rp24.164 Rp24.164 Rp24.164 Rp24.164
Total Biaya Produksi (Rp)
Rp12.565.025.477
Rp13.821.528.024
Rp15.203.680.827
Rp16.724.048.910
Rp18.396.453.800
Pendapatan Bersih
Rp2.136.054.331
Rp2.349.659.764
Rp2.584.625.741
Rp2.843.088.315
Rp3.127.397.146
Depresiasi Rp64.351.256
Rp70.786.384
Rp77.865.020
Rp85.651.525
Rp94.216.674
Laba Kotor (EBT) Rp2.071.703.075
Rp2.278.873.380
Rp2.506.760.721
Rp2.757.436.790
Rp3.033.180.472
PPh 0-50 juta (10%) Rp207.170.
308Rp227.887.
338Rp250.676.
072Rp275.743.
679Rp303.318.
04750-100 juta (15%)
Rp31.075.546
Rp34.183.101
Rp37.601.411
Rp41.361.552
Rp45.497.707
>100 juta (30%) Rp932.266.384
Rp1.025.493.021
Rp1.128.042.324
Rp1.240.846.555
Rp1.364.931.212
Total PPh Rp1.170.512.237
Rp1.287.563.460
Rp1.416.319.807
Rp1.557.951.786
Rp1.713.746.967
46
EAT Rp901.190.838
Rp991.309.920
Rp1.090.440.913
Rp1.199.485.003
Rp1.319.433.505
Depresiasi Rp64.351.256
Rp70.786.384
Rp77.865.020
Rp85.651.525
Rp94.216.674
Net Cash Rp965.542.094
Rp1.062.096.304
Rp1.168.305.933
Rp1.285.136.528
Rp1.413.650.179
NPV
Tahun
Net cash low Faktor Diskonto (P/F:10%:n)
Discounted cash flow
1 965.542.094
0,909 877.677.763
2 1.062.096.304
0,826 877.291.547
3 1.168.305.933
0,751 877.397.756
4 1.285.136.528
0,683 877.748.249
5 1.413.650.179
0,621 877.876.761
PV net cash flow 4.387.992.077
PV initial investment 3.608.282.000
NPV 779.710.077
PPModal tetap Laba bersih PP
Rp3.684.439.638 901.190.838
4,088412225
Dari estimasi penilaian, diperkirakan modal dapat dikembalikan dalam jangka