ESTHETIC DENTISTRY II BLOK IDENTIFIKASI DAN PENATALAKSANAAN
PASIEN III
LAPORAN DISKUSI KELOMPOKSEMESTER VITAHUN AKADEMIK
2014/2015Kelompok 4
Dita Yuarita2012.07.0.0014Rexi Renaldy Lotong
2012.07.0.0016Rizta Riztia Budianti 2012.07.0.0017Rizki Kartika
Putra2012.07.0.0020Sintya Kusuma Wardani2012.07.0.0029Almira
Faizah2012.07.0.0040Andrey Abraham Thoe2012.07.0.0046Vanya Natasha
Gani2012.07.0.0052M Bagus Fadila2012.07.0.0061Henry
Sebastian2012.07.0.0065Caroline Prajna Paramitha
A2012.07.0.0067
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGIUNIVERSITAS HANG TUAHSURABAYA2015
KATA PENGANTARPuji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
kami ucapkan karena atas berkat dan rahmat-Nya, makalah Perawatan
Saluran Akar pada Gigi Sulung dapat terselesaikan dengan baik dan
tepat waktu. Makalah ini membahas mengenai perawatan saluran akar
pada gigi sulung yang mengalami karies profunda perforasi sehingga
gigi sulung tersebut mengalami pulpitis irreversible.Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang membantu kami
dalam menyelesaikan makalah ini, Astrid Palmasari,drg.,Sp.PM.
selaku fasilitator kelompok kami,teman-teman, keluarga serta
dosen-dosen lainnya.Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan makalah kami. Kami
memohon kritik dan saran yang membangun dan berguna bagi makalah
kami kedepannya.
Surabaya, 11 April 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar2Daftar Isi...............3Peta Konsep.4BAB
IPENDAHULUAN
......................................................................5BAB
IIPEMBAHASAN
........................................................................7BAB
IIIPENUTUP
................................................................................18Daftar
Pustaka.19
PETA KONSEP
KELUHAN UTAMA (Ingin merawat gigi depan kanan atas yang bewarna
coklat kehitaman)
Pemeriksaan Obyektif 11 Diskolorasi Mahkota utuh Posisi normal
Tidak goyang Non vitalPemeriksaan Penunjang Akar lurus Saluran akar
menutup sempurna Saluran akar lebar Tidak ada gangguan
periapikalPemeriksaan Subyektif Gigi depan terbentur Tidak ada
keluhan rasa sakit
Diagnosis (Nekrosis Pulpa)
Rencana Perwatan (PSA & Bleaching)
Bahan & Penatalaksanaan
BAB IPENDAHULUAN1.1. Latar BelakangPenyakit pulpa pada gigi anak
bermacam-macam seperti resorbsi akar patologik yang dibagi menjadi
resorbsi akar patologik interna dan resorbsi akar patologik
eksterna serta pulpitis yang dibagi menjadi pulpitis irreversible
dan pulpitis reversible. Pada penyakit pulpa gigi anak biasanya
ditemukan akar yang teresorbsi akibat adanya diferensiasi makrofag
sebagai odontoklas sehingga akan meresorbsi sementum, permukaan
akar, dan dentin akar. Resorbsi interna terjadi pada gigi vital
sedangkan resorbsi eksterna pada gigi nonvital dengan peradangan
yang meluas dan berlanjut resorbsi tulang di sekitarnya. Resorbsi
akar juga bisa dikarenakan pemakaian orthodonti, inflamasi,
sistemik, dan idiopatik. Perforasi pada pulpa yang menyebabkan
terjadinya penyakit pulpa dapat disebabkan karena adanya karies
yang terlalu dalam dan trauma mekanis pada saat preparasi
cavitas.Perawatan penyakit pulpa pada anak bisa dengan pulpa
capping, pulpotomi, pulpektomi tergantung penyakit dan tingkat
keparahan penyakit pulpa yang dialami pasien. Masing-masing
perawatan pulpa pada gigi anak memiliki indikasi, kontraindikasi
dan cara yang berbeda-beda. Perawatan saluran akar tadi bertujuan
untuk mempertahankan gigi walaupun dalam keadaan non vital,
menghilangkan bakteri dari saluran akar, menjaga fungsi bicara, dan
mempertahankan kesehatan gigi dan mulut.Stainless-steel crown (SSC)
merupakan restorasi ekstrakoronal yang terutama digunakan pada gigi
yang rusak parah, molar sulung yang mengalami terapi pulpa, dan
pada kejadian hipoplastik gigi sulung atau permanen. SSC juga
diindikasikan pada anak-anak dengan resiko karies yang tinggi.
Karena sifat SSC yang tahan lama, SSC menjadi restorasi pilihan
bagi anak-anak dengan resiko karies tinggi.
1.2. Batasan Topik 1.2.1 Apakah prosedur diagnosa pada kasus
?1.2.2 Rencana perawatan pada kasus ?1.2.3 PSAa. Definisib.
Indikasi & kontraindikasic. Macamd. Langkah kerja1.2.4
Bleachinga. Definisib. Indikasi & Kontraindikasic. Macam
bahand. Bahan yang digunakan pada kasuse. Penatalaksanaanf.
Mekanisme bahan bleaching mewarnai gigi1.3 PemicuJudul Pemicu :
Pemutihan gigiJabaran Pemicu : Anita, umur 32 tahun, datang ke
Rumah Sakit Gigi dan Mulut FKG UHT ingin merawat gigi depan kiri
atas nya yang berwarna coklat kehitaman daripada gigi-gigi depan
yang lain. Dari anamnesis diketahui bahwa pada gigi depan kanan
atasnya terbentur kurang lebih 2 tahun yang lalu saat jatuh dari
motor. Saat ini gigi tidak pernah terasa ngilu bila minum air
dingin dan tidak ada rasa sakit spontan. Dari pemeriksaan klinis
gigi 11 didapatkan : mahkota utuh (tidak terdapat karies), posisi
gigi normal dalam lengkung RA, berubah warna coklat kehitaman dan
tidak ada kegoyangan gigi. Test dingin gigi 11 : tidak bereaksi,
tes kavitas : tidak bereaksi, tes jarum miller masuk 21 mm tidak
bereaksi. Hasil Rontgen foto : akar lurus, saluran akar lebar, akar
sudah menutup dengan sempurna dan tidak terdapat kelainan
periapikal. Jelaskan diagnosis gigi tersebut beserta rencana
perawatannya.
Foto klinis gigi 11
BAB IIPEMBAHASAN2.1 Prosedur diagnosa pada kasusDiagnosis:
Nekrosis pulpa, yaitu kematian pulpa yang merupakan proses lanjutan
dari inflamasi pulpa akut/ kronik/terhentinya sirkulasi darah
secara tiba-tiba akibat trauma.Alasan: Pemeriksaan Subyektif gigi
depan atas terbentur kurang lebih 2 tahun lalu. Gigi tidak ngilu
bila minum dingin & tidak ada rasa sakit spontan. Pemeriksaan
Objektif mahkota gigi 11 utuh, tidak terdapat karies, pocket gigi
normal dalam lengkungan terdapat perubahan warna coklat kehitaman
& tidak ada kegoyangan gigi. Tes vitalitas dingin (-), kavitas
(-), jarum miller masuk 21 mm (-). Pemeriksaan penunjang
radiografi: akar lurus, saluran akar lebar, akar sudah menutup
sempurna & tidak terdapat kelainan periapikal.Pengisian Kartu
Status:Nama:AnitaJenis Kelamin:PerempuanUmur:32 tahunGigi yang
Dirawat :Gigi 11Riwayat DentalKeluhan Utama:Ingin merawat gigi
depan kanan atas yang berwarna coklat kehitamanRiwayat Gigi yang
Terlibat:Terbentur 2 tahun laluGejala SubyektifRasa Sakit : Tidak
AdaPemeriksaan Obyektif Gigi berubah warnaGingiva Sekitar Gigi:
NormalTes VitalitasTes Termal: Tidak bereaksiTes Kavitas: Tidak
BereaksiTes Jarum Miller: Tidak bereaksiVitalitas Gigi: Non
VitalGambaran RadiografikAkar: NormalRuang Pulpa/Saluran Akar:
NormalDaerah PeriapikalRadiolusen Periapikal: Tidak AdaDiagnosa
Klinik:Nekrosis PulpaRencana PerawatanEndodontik: PSATeknik
Pengisian Saluran Akar:Teknik Single ConeRestorasi:Tumpatan plastis
klas IBahan Restorasi:Komposit
2.2 Rencana perawatan pada kasusPerawatan saluran akar dan
bleaching2.3 PSA2.3.1 DefinisiPerawatan saluran akar adalah
perawatan yang dilakukan dengan cara pengambilan jaringan pulpa
nonvital atau nekrotik saluran akar dan menggantinya dengan bahan
pengisi. Tujuan utama untuk mencari orifice, mempertahankan gigi
selama mungkin dalam rahang sehingga fungsi dan bentuk lengkung
gigi tetap baik2.3.2 Indikasi dan KontraindikasiIndikasi PSA1.
Semua gigi yg mempunyai kelainan pulpa & periapikal 2. Gigi yg
tidak ada kelainan pulpa & periapikal tetapi dibutuhkan sebagai
pilar mahkota jembatan post intracanal = intentional
endodontiKontraindikasi PSA1. Bila dijumpai kerusakan luas jaringan
periapikal yang melibatkan >1/3 panjang akar. Makin besar jumlah
kerusakan tulang uang rusak, makin kecil kemungkinan untuk
diperbaiki2. Bila saluran akar gigi tanpa pulpa dengan daerah
radiolusen terhalang oleh akar berkurva bengkok, akar berliku-liku,
dentin sekunder, batu pulpa yang tidak dapat diambil atau
dihindari, kanal yang mengapur/sebagian mengapur, gigi
malformasi/instrumen yang patah3. Bila terdapat perkembangan apeks
akar yang tidak lengkap dengan matinya pulpa4. Bila apeks akar
terkena fraktur (Grossman, 1995)2.3.3 Macam1. Pulpektomi=perawatan
saluran alar yang disertai dengan mengeluarkan jaringan pulpa
vital, baik dalam keadaan sehat ataupun tidak sehat2. Endodontik
intrakanal = perawatan saluran akar pasa gigi non vital yang
disebut juga "pulp cavity debridement"
2.3.4 Langkah Kerjaa. Preparasi Saluran Akar1) Teknik
Konvensional Teknik konvensional yaitu teknik preparasi saluran
akar yang dilakukan pada gigi dengan saluran akar yang lurus dan
akar telah tumbuh sempurna. Preparasi saluran akar menggunakan file
tipe K. Gerakan file tipe k-flex adalah alat diputar dan ditarik
sebelum preparasi stopper file terlebih dahulu harus dipasang
sesuai dengan panjang kerja gigi. Stopper dipasang pada jarum
preparasi. Sehingga puncak tertinggi bidang incisal stopper
digunakan sebagai tanda batas preparasi saluran akar. Preparasi
saluran akar dengan file dimulai dari nomor yang paling kecil.
Preparasi harus dilakukan secara berurutan dari nomor terkecil
hingga lebih besar dengan panjang kerja tetap sama untuk mencegah
terjadinya step atau ledge atau terdorongnya jaringan nekrotik ke
apical. Selama preparasi setiap penggantian nomor jarum preparasi
ke nomor yang lebih besar harus dilakukan irigasi pada saluran
akar. Hal ini bertujuan untuk membersihkan sisa jaringan nekrotik
maupun serbuk dentin yang terasah irigasi harus dilakukan secara
bergantian antara H2O2 3% dan aquades steril. Bahan irigasi
terakhir yang dipakai adalah aquades steril. Bila terjadi
penyumbatan pada saluran akar maka preparasi diulang dengan
menggunakan jarum preparasi yang lebih kecil dan dilakukan irigasi
lain. Bila masih ada penyumbatan maka saluran akar dapat diberi
larutan untuk mengatasi penyumbatan yaitu larutan largal, EDTA atau
glyde (pilih salah satu). Preparasi saluran akar dianggap selesai
bila bagian dari dentin yang terinfeksi telah terambil dan saluran
akar cukup lebar untuk pengisian saluran akar. (Sumadi, 2003)
2) Akses (Cavity Entrance)Untuk mendapatkan pintu masuk atau
cavity entrance. Dimulai dengan round bur nomor 2/4 tegak lurus
permukaan enamel menembus jaringan dentin sampai kurang lebih 3mm
(atap pulpa terbuka) lalu sejajar sumbu gigi yang terletak pada
dasar ruang pulpa yang disebut orifice.
3) Ekstirpasi PulpaBertujuan untuk mengambil jaringan pulpa yang
telah nekrosis. Menggunakan jarum ekstirpasi yang ditusukkan ke
dalam pulpa sampai sedikit lebih pendek dari panjang kerja.
Gagangnya diputar beberapa kali lalu ditarik (Walton &
Torabinejad, 2008:235-236).
4) Panjang KerjaPanjang dari alat preparasi yang masuk ke dalam
saluran akar pada waktu melakukan preparasi saluran akar.
Menentukan panjang kerja dengan cara mengurangi 1mm dari panjang
gigi sebenarnya untuk menghindari rusaknya apical constriction,
perforasi ke apikal. Menggunakan jarum miller, masukkan jarum
miller nomor kecil yang diberi stopper dengan guttap perca pada
batas panjang gigi rata-rata dikurangi 1-2mm lalu dilakukan foto
(Walton & Torabinejad, 2008:223).
5) Pembersihan dan Pembentukan Saluran AkarPembersihan :
pembuangan debridemen iritan dari sistem saluran akar. Bertujuan
untuk membasmi iritasi sampai habis walaupun kenyataan praktisnya
hanya pengurangan yang signifikan.Pembentukan : membentuk saluran
akar melebar secara kontinu dari apeks ke korona (Walton &
Torabinejad, 2008:230-231)
b. Sterilisasi dan PerbenihanSterilisasi adalah pembinasaan
mikroorganisme setelah irigasi saluran akar secara biomekanis.
Tujuan: (1) Untuk membunuh mikroorganisme, (2) Untuk mengurangi
rasa sakit pada pasien, (3) Untuk menghilangkan eksudat, (4)
Mempercepat kesembuhan dan perubahan pada jaringan keras, (5)
Mengontrol resorbsi peradangan akar.Syarat: (1) harus suatu
germisida dan fungisida yang efektif; (2) tidak mengiritasi
jaringan periapikal; (3) tetap stabil dalam larutan; (4)mempunyai
efek antimicrobial yang lama; (5) aktif dengan adanya darah, serum
dan derivat protein jaringan; (6) mempunyai tegangan permukaan
rendah; (7) tidak mengganggu perbaikan jaringan periapikal; (8)
tidak menodai struktur gigi; (9) mampu dinonaktifkan dalam medium
biakan; dan (10) tidak dapat menginduksi respon imun sel secara
tidak langsung (Grossman dkk, 1995:249).Obat sterilisasi: (1)
golongan fenol (eugenol, CMCP/camphorated monoparachlorophenol,
PCP/parachlorophenol, CPC/camphorated parachlorophenol,
kresatin/metacresylacetate, kresol, creosote/ beechwood, timol);
(2) aldehid (formokresol, glutaraldehid); (3) halida (sodium
hipoklorit (NaOCl), iodine-kalium iodida); (4) steroid; (5) kalsium
hidroksida; (6) antibiotik; dan (7) kombinasi (Torabinejad &
Walton, 2012:279).Perbenihan: Pasien di kontrol lebih dulu Siapkan
papper point, cotton pallate. Masukkan paper point dan cotton
pallate ke dalam glass bead sterilisator dan ditutup. Nyalakan,
biarkan sampai lampu pada glass bead sterilisator menjadi hijau.
Paper point dan cotton pallate siap digunakan. Buka alat glass bead
sterilisator.Hasil perbenihan negatif (-), saluran akar dapat di
isi dengan memperhatikan ketentuan sbb : Tidak ada keluhan pasien
Tidak ada gejala klinis Tidak ada eksudat Tumpatan sementara masih
baikHasil perbenihan (+), sterilisasi diulang sampai hasil
perbenihan negatif.
c. Pengisian Saluran AkarPengisian saluran akar adalah tahapan
yang dilakukan setelah preparasi saluran akar untuk menutup seluruh
sistem saluran akar secara hermetis hingga kedap cairan (tight
fluid seal). Tujuan pengisian saluran akar yaitu untuk mencegah
masuknya cairan maupun kuman dari jaringan periapikal kedalam
saluran akar agar tidak terjadi infeksi ulang. Syarat untuk
melakukan pengisian saluran akar: Tidak ada keluhan penderita Tidak
ada gejala klinik Tidak ada eksudat yang berlebihan (saluran akar
kering) Tumpatan sementara baik Hasil perbenihan negatifSyarat
bahan pengisi saluran akar: Mudah dimasukkan ke dalam saluran akar
Dapat menutup saluran akar dengan rapat ke arah lateral dan apikal
Tidak mengerut setelah dimasukkan ke dalam saluran akar Tahan
kelembaban/ tidak larut dalam cairan tubuh Bersifat barterisid/
menghambat pertumbuhan bakteri. Bersifat radiografik. Tidak
menyebabkan perubahan warna pada gigi Tidak mengiritasi jaringan
periapikal Mudah dikeluarkan dari dalam saluran akar bila
diperlukan (Harty, 1995; Walton & Torabinejad, 1998)Tahapan:1.
Dinding saluran akar diulas dengan pasta saluran akar (misal seng
oksida ChKM) dengan jarum lentulo. 2. Guttap-point diulasi pula
dengan pasta dan dimasukkan ke dalam saluran akar sampai dengan
batas panjang kerja yang teiah ditandai dengan ball-point3.
Guttap-point dipotong 1-2 mm dibawah dasar ruang pulpa dengan
ekskavator yang telah dipanaskan dengan api spiritus4. Kemudian
dasar ruang pulpa diberi basis semen seng fosfat lalu ditutup kapas
dan tumpatan sementara menggunakan fletcher arau cavit (Hurint,
2013).
2.4 Bleaching2.4.1 DefinisiBleaching adalah suatu cara pemutihan
kembali gigi yg berubah warna sampai mendekati warna gigi asli
dengan perbaikan secara kimiawi dengan menggunakan bahan eksudator
dan reduktor (Tarigan, 1994). Bleaching Internal adalah pemutihan
gigi secara intrakoronal yg dilakukan pada gigi yang telah dirawat
endodontik dengan baik.
2.4.2 Indikasi dan KontraindikasiIndikasi:- perdarahan karena
trauma- preparasi kavitas ruang pulpa yang tidak baik- obat
sterilisasi saluran akar- bahan pengisi saluran akar- bahan
tumpatan amalgam
Kontraindikasi:- gigi dengan karies yang besar- gigi dengan
pengisian saluran akar yang tidak baik- gigi dengan pengisian Ag
point- kekurangan non vital bleaching kemungkinan terjadi kesternal
cervical root resorbtion- rediscoloration
2.4.3 Macam Bahan Perubahan warna yang terjadi dapat diakibatkan
oleh perdarahan karena trauma, preparasi kavitas ruang pulpa yang
tidak baik, obat-obatan sterilisasi saluran akar, bahan pengisi
saluran akar, maupun penggunaan bahan tumpatan Bahan pemutih
melalui intra korona merupakan oksidator / reduktor yang kuat
karena daya penetrasi yang kuat untuk menembus bahan organik pada
tubuli dentin dan interprismatik enamel Sifat self limiting dan
tidak residual yang dipakai yaitu Hidrogen Peroksida, Sodium
Perborat dan Karbamid Peroksida.
Hidrogen PeroksidaBahan pemutih yang paling sering digunakan,
tidak berwarna, viskositas rendah, merupakan oksidator kuat
sehingga dalam penggunaannya harus hati-hati, jangan tertelan /
terinhalasi. Contoh Superoxol, merupakan bahan pemutih yang
mengandung 30 % H2O2, , dapat menyebabkan luka kulit Bahan ini
dapat rusak / terurai oleh cahaya sehingga perlu tempat penyimpanan
yang sejuk dan kedap cahaya.
Sodium Perborat, bentuk granular NaBO3Penggunaan bahan campuran
superoxol dengan sodium perborat, lebih efektif efeknya untuk
pemutihan gigi. Komplikasi penggunaan bahan pemutih yang ceroboh,
akan menyebabkan resorbsi akar external dan kebocoran mikro pada
restorasi komposit.
Karbamid Peroksida / Urea hidrogen PeroksidaMerupakan kristal
yang berwarna putih, tidak toksik. Penggunaan bahan dengan
konsentrasi 30%-50% untuk in office bleaching, ternyata efektif,
sedangkan pada konsentrasi10%-16% diginakan untuk pemutihan ekstra
korona Efektivitas bahan pemutih intra korona dipengaruhi oleh pH,
konsentrasi, suhu, waktu dan penyimpanan. Pada pH basa, proses
oksidasi lebih aktif. Penggunaan bahan dengan konsentrasi tinggi
prosesnya lebih cepat namun perlu hati-hati kemungkinan dapat
menyebabkan kaustik pada jaringan lunak. Pengaruh adanya kenaikan
suhu tinggi atau pemanasan / energi cahaya menyebabkan reaksinya
lebih cepat. Adanya kontak bahan pemutih yang lama hasilnya lebih
baik.
2.4.4 Bahan yang digunakan pada kasus2.4.5
PenatalaksanaanPerawatan bleaching dilakukan dengan pengawasan
dokter gigi karena bersifat iritatif sehingga perlu kehati hatian
dalam pengaplikasiannya. Tahap perawatan bleaching adalah:1.
Pembersihan permukaan gigi dari debris dengan menggunakan brush2.
Pengukuran warna gigi sebelum perawatan3. Pengaplikasian bahan
pelindung gingiva untuk melindungi gingiva supaya tidak terkena
bahan bleaching (pada bagian lingual dan labial diberi vaselin)4.
Pengaplikasian bahan bleachingi) Pasang isolator karet dengan rapat
dan menutupi hidung agar bahan bleaching tidak mengalir ke gingiva,
serta uap H2O2 30% tidak terhirupii) Bersihkan kamar pulpa dengan
alkohol dan keringkan dengan butiran kapasiii) Ambil butiran kapas,
tetesi bahan bleaching, letakkan di kamar pulpaiv) Panaskan
instrumen, lalu tekan instrumen pada butiran kapas untuk menekan
H2O2 agar meresap ke tubuli dentin (dapat juga dengan lampu foto
500 watt dengan jarak 50-60cm dari gigi, tutup mata pasien dengan
kacamata hitam atau handuk)v) Tambahkan butiran kapas yang sudah
ditetesi dengan bahan bleaching sebagai pengganti butiran kapas
pertama, isikan kedalam kamar pulpavi) Panaskan instrumen dan tekan
pada butiran kapas untuk menguapkan H2O2vii) Pasang kapas dengan
superoxol yang ditempatkan di permukaan labial dan palatal
gigiviii) Prosedur diulangi beberapa kaliix) Singkirkan semua kapas
dari kamar pulpa dan letakkan kapas baru berisi H2O2 dan Na
Perborat didalam kamar pulpa, tutup dengan tumpatan sementara5.
Minta pasien untuk datang beberapa hari kemudian, bila hasil
bleaching belum sempurna, prosedur perawatan dapat diulangi
kembali6. Untuk menjaga agar warna gigi tetap putih setelah
perawatan, pasien harus menggosok gigi dengan cara yang benar dan
waktu yang tepat, menghentikan kebiasaan merokok, dan lebih
selektif dalam memilih makanan dan minuman
2.4.6 Mekanisme Bahan Bleaching Mewarnai GigiMekanisme pemutihan
gigi merupakan reaksi oksidasi dari bahan pemutih. Proses pemutihan
akan terjadi bila pada bahan peroksida dilakukan pengubahan pH,
suhu, cahaya untuk mendapatkan oksigen bebas. Hidrogen peroksida
mempunyai berat molekul rendah dan mampu menembus ke dalam email
dan dentin. Proses mendasar untuk pemutihan gigi adalah reaksi
oksidasi dan reduksi. Hidrogen peroksida melepas oksigen yang
merusak ikatan dalam rantai protein yang bergabung dengan stain
dalam ikatan tunggal. Hidrogen peroksida (H2O2) sebagai agen
oksidator mempunyai radikal bebas yang tidak mempunyai pasangan
elektron yang akan lepas dan kemudian diterima oleh email sehingga
terjadi reaksi oksidasi. Radikal bebas dari peroksida adalah
perhidroksil (HO2) dan oksigenase (O+). Perhidroksil ini merupakan
radikal bebas yang kuat dan berperan pada proses pemutihan gigi,
sedangkan oksigenase sebagai radikal bebas yang lemah.Dalam bentuk
alami, hidrogen peroksida adalah asam lemah dan menghasilkan
oksigen yang lebih lemah sebagai radikal bebas. Jika kondisi pH
dibawah netral, pada proses penguraian hidrogen peroksida tidak
akan membentuk oksigen aktif seperti yang diharapkan, sehingga
pengubahan pH menjadi lebih basa akan menghasilkan oksigen aktif
sebagai radikal bebas yang lebih kuat yang bermanfaat mempunyai
efek pemutihan gigi lebih besar. Karena pH larutan mempengaruhi
kekuatannya, maka larutan ini di buffer untuk pH 9.5 - 10.8 agar
menghasilkan lebih banyak radikal bebas HO2.Radikal bebas ini akan
bereaksi dengan ikatan tidak jenuh dan menyebabkan gangguan
konjugasi elektron dan perubahan penyerapan energi pada molekul
organik dalam struktur gigi (email, dentin). Molekul gigi berubah
struktur kimianya dengan tambahan oksigen dan akan membentuk
molekul organik email yang lebih kecil dengan warna yang lebih
terang sehingga menghasilkan efek pemutihan dan gigi menjadi lebih
bercahaya (Hendari, 2009:70-71).
BAB IIIPENUTUP
Kesimpulan Perubahan warna dapat terjadi karena faktor
instrinsik maupun ekstrinsik. Salah satu faktor instrinsik yang
dapat menyebabkan perubahan warna adalah faktor trauma. Trauma yang
terjadi pada gigi dapat menyebabkan terjadinya nekrosis pulpa yang
menjadikan gigi berwarna coklat kehitaman. Perawatan pertama pada
kasus adalah perawatan endo intrakanal yang dimulai dengan
preparasi saluran akar, pembersihan dengan teknik konvensional dan
pengisian dengan teknik single cone, setelah itu dilanjutkan dengan
bleaching internal yang dapat menjadi alternatif bila dibandingkan
dengan veneer atau mahkota jaket. Bahan bleaching yang dapat
digunakan pada kasus adalah hidrogen peroksida atau natrium
perborat.
DAFTAR PUSTAKA
2. Boksman, L. 2006. Current Status of Tooth Whitening.
Literature Review. Available at
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16999164. Accessed April 9th
2015.3. Grossman LI, Oliet S, Rio CED. 1995. Ilmu Endodontik dalam
Praktek. Jakarta: EGC, h249.4. Harty, FJ. 1995. Endodonti Klinis.
Cetakan 3. Penerbit Hipokrates. 5. Hendari, Ratnawati. 2009.
Pemutihan Gigi (Tooth-Whitening) Pada Gigi yang Mengalami
Pewarnaan. J Sultan Agung, 44(118): h70-1.6. Hurint, TPL. 2013.
Pulpitis, Pulpektomi. Makalah Fakultas Kedokteran Gigi Institut
Kesehatan Bhaktiwiyata Kediri.7. Sumadi 2003. Perawatan Pulpa Gigi.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.8. Tarigan, R. 1994,
Perawatan Pulpa Gigi (Endodontik). Cetakan 1,. Jakarta: Widya
Medika.9. Torabinejad, M and Walton, RE. 2012. Endodontics:
Principles and Practice. 4th Ed. Singapore: Elsevier Pte Ltd,
p279.10. Walton, RE dan Torabinejad, M. 1998. Prinsip dan Praktik
Ilmu Endodonsia, Ed. 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.11.
Walton, R.E. dan Torabinejad, M., 2008, Prinsip dan Praktik Ilmu
Endodonsia, Ed. 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC,
h223-459.
19