Bisnis Plan Usaha Pengolahan Kopi di Lokasi PLTMH LANTAN 1 BUSINESS PLAN USAHA PENGOLAHAN KOPI DI LOKASI PLTMH LANTAN 1. PENDAHULUAN Budi daya tanaman kopi di kecamatan Batukliang utara-Lombok Tengah merupakan usaha hasil pertanian yang paling dominan disana. Wilayah Lombok tengah yang memiliki areal perkebunan kopi sebesar 1178 ha dan 70% atau sekitar 820 ha, dari luas pertanaman kopi tersebut, diantaranya terdapat di Kecamatan Batukliang Utara, sementara 30% sisanya tersebar di 11 kecamatan lainnya. Luas areal pertanaman kopi ini cenderung bertambah dari tahun ke tahun dan pada tahun 2008 luas pertanaman kopi mencapai 777 ha. Dengan luas pertanaman seperti itu, tidak dipungkiri bahwa tanaman kopi telah membuka lapangan pekerjaan dan menberikan pendapatan bagi petani kopi sebanyak kurang lebih 1765 petani (sumber : Lombok Tengah Dalam Angka 2008). PLTMH Lantan, berada di desa Lantan, Kecamatan Batukliang Utara, Kabupaten Lombok Tengah, Propinsi Nusa Tenggara Barat. Masayarakt yang tinggal di lokasi PLTMH umumnya adalah masyarakat tani yang membudidayakan tanaman kopi. Suplai kopi cukup berlimpah dan hampir tersedian sepanjang tahun bagi masyarakat Lantan. Selama ini, Produk Kopi dari Lantan umumnya dijual sebagai Kopi Primer hanya sebagian kecil saja yang dijual dalam bentuk Kopi sekunder. Kopi primer adalah biji kopi kering atau yang disebut kopi HS dan kopi sekunder seperi kopi bubuk. Melihat suplai kopi yang cukup melimpah dilokasi PLTMH Lantan, maka untuk pengembangan usaha produktif berbasis PLTMH, direncanakan untuk dikembangkan usaha pengolahan kopi bubuk di lokasi PLTMH Lantan.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Bisnis Plan Usaha Pengolahan Kopi di Lokasi PLTMH LANTAN
1
BUSINESS PLAN
USAHA PENGOLAHAN KOPI DI LOKASI PLTMH LANTAN
1. PENDAHULUAN
Budi daya tanaman kopi di kecamatan Batukliang utara-Lombok Tengah merupakan usaha
hasil pertanian yang paling dominan disana. Wilayah Lombok tengah yang memiliki areal
perkebunan kopi sebesar 1178 ha dan 70% atau sekitar 820 ha, dari luas pertanaman kopi
tersebut, diantaranya terdapat di Kecamatan Batukliang Utara, sementara 30% sisanya
tersebar di 11 kecamatan lainnya. Luas areal pertanaman kopi ini cenderung bertambah
dari tahun ke tahun dan pada tahun 2008 luas pertanaman kopi mencapai 777 ha. Dengan
luas pertanaman seperti itu, tidak dipungkiri bahwa tanaman kopi telah membuka lapangan
pekerjaan dan menberikan pendapatan bagi petani kopi sebanyak kurang lebih 1765 petani
(sumber : Lombok Tengah Dalam Angka 2008).
PLTMH Lantan, berada di desa Lantan, Kecamatan Batukliang Utara, Kabupaten Lombok
Tengah, Propinsi Nusa Tenggara Barat. Masayarakt yang tinggal di lokasi PLTMH umumnya
adalah masyarakat tani yang membudidayakan tanaman kopi. Suplai kopi cukup berlimpah
dan hampir tersedian sepanjang tahun bagi masyarakat Lantan.
Selama ini, Produk Kopi dari Lantan umumnya dijual sebagai Kopi Primer hanya sebagian
kecil saja yang dijual dalam bentuk Kopi sekunder. Kopi primer adalah biji kopi kering atau
yang disebut kopi HS dan kopi sekunder seperi kopi bubuk.
Melihat suplai kopi yang cukup melimpah dilokasi PLTMH Lantan, maka untuk
pengembangan usaha produktif berbasis PLTMH, direncanakan untuk dikembangkan usaha
pengolahan kopi bubuk di lokasi PLTMH Lantan.
Bisnis Plan Usaha Pengolahan Kopi di Lokasi PLTMH LANTAN
2
Selain karena suplai kopi yang berlimpah di Lantan, pengembangan usaha pengolahan kopi
bubuk di lokasi PLTMH Lantan juga adalah agar kopi yang selama ini dijual dalam bentuk
kopi primer yaitu kopi gabah atau kopi beras (kopi HS), dapat dijual menjadi dalam bentuk
kopi sekunder atau kopi bubuk sehingga margin keuntungan yang diperoleh menjadi lebih
besar.
Untuk wilayah lantan dengan asumsi harga kopi gabah Rp 9.000/kg, harga kopi beras Rp
13.500/kg dan harga kopi bubuk Rp 16.000/kg, bila yag dijual adalah kopi primer, maka
margin yang akan diperoleh adalah sekitar Rp 500/kg untuk kopi kering, dan untuk kopi
gabah, margin keuntungan adalah Rp 3200/kg. Sedangkan bila yang dijual adalah kopi
sekunder, yakni kopi bubuk, maka margin penjualan kopi bubuk adalah Rp 4.500.
Untuk kebutuhan kegiatan pengolahan kopi dilokasi PLTMH Lantan, dibutuhkan mesin-
mesin pengolahan kopi selain itu juga diperlukan dana untuk modal kerja sehingga skala
keekonomian produksi dapat tercapai.
Karena nantinya, energi yang diperlukan untuk kegiatan usaha pengolahan kopi di lokasi
PLTMH Lantan, yaitu energi untuk mengerakan mesin-mesin pengolahan kopi yang ada,
akan menggunakan energi yang berasal dari energi listrik dari PLTMH Lantan. Dengan
demikian diharapkan nantinya produk kopi bubuk yang dihasilkan akan memiliki keunggulan
bersaing yang lebih baik karena biaya produksi dapat ditekan lebih rendah.
2. ASPEK MARKETING
2.1 Peluang Pasar
Sebagai salah satu komoditi perkebunan, kopi NTB saat ini masih kalah bersaing
dibandingkan produksi kopi dari daerah lainnya seperti kopi Flores yang cukup terkenal
karena telah diolah dan dikemas sedemikian rupa, sehingga memiliki daya saing pasar
yang tinggi. Sejauh ini kopi di NTB hampir 65% dijual dalam bentuk kopi primer (biji
kopi).
Bisnis Plan Usaha Pengolahan Kopi di Lokasi PLTMH LANTAN
3
Permintaan kopi bubuk di Lombok Tengah mencapai 130 ton kopi bubuk per tahun,
sementara jumlah produksi lokal baru sekitar 65 ton atau baru 50% dari permintaan.
Permintaan tersebut belum termasuk permintaan dari daerah lain di Nusa Tenggara
Barat. Dengan demikian tidak heran jika investor asing berlomba-lomba berivestasi
kopi di daerah NTB dan sekitarnya.
2.2 Marketing Mix
Gambar 1 : Marketing Mix
Kopi merupakan produk komoditas yang nilainya sesuai dengan cita rasa yang
dihasilkan, sehingga penting harus dapat memberikan positioning yang tepat agar
target market tercapai. Setidaknya ada 4 hal yang perlu diperhatikan dalam bauran
pemasaran yang dikenal dengan 4P yaitu Product(Produk), Price (Harga), Place (Tempat)
dan Promotion (Promosi). Keempat aspek tersebut bersifat strategis yang kemudian
perlu didetailkan dalam langkah-langkah taktis.
Bisnis Plan Usaha Pengolahan Kopi di Lokasi PLTMH LANTAN
4
Sejauh ini produk yang dijual kebanyakan berupa biji kopi primer, sehingga langkah
strategis yang perlu dilakukan adalah mengubah komposisi penjualan produk kopi agar
kopi yang dijual lebih banyak berupa kopi bubuk, mengingat nilai tambah yang
dihasilkan akan jauh lebih besar. Langkah ini harus diikuti dengan program
pengembangan ‘merk’ dan upaya promosi lainnya sehingga kopi bubuk dapat diterima
pasar dengan baik.
Kopi bubuk yang diproduksi di Lantan mayoritas berupa kopi robusta dengan merk
‘Padegirang’. Namun demikian produk kopi yang dipasarkan di Lombok Tengah
mayoritas merupakan biji kopi (kopi primer) dari 433 ton kopi basah yang dihasilkan
sekitar 65% dijual dalam bentuk kopi primer (biji kopi). Jenis kopi yang banyak
diproduksi merupakan jenis kopi robusta. Kopi biji HS Rp 15.000 smentara kopi bubuk
Rp 25.000 – Rp 35.000 per kg.
Pengumpul biji kopi kering (yang masih terdapat kulit pelapis) banyak terdapat di
Lantan, para pengumpul ini membeli harga biji kopi WS (kopi dengan kadar air diatas
15%) dari petani dengan kisaran harga Rp 8.000 – Rp 9.000, kopi kering HS (biji kopi
dengan kadar air dibawah 11%) Rp 13.000- Rp 15.000 .
Desa Lantan Kecamatan Batukliang utara ini merupakan daerah penghasil kopi terbesar
di Lombok Tengah seperti ditunjukan tabel dibawah ini:
Tabel 1 : Perkebunan Kopi di Lombok Tengah No Kecamatan Lombok Tengah Jumlah
Desa Luas Areal
(Ha) Produksi
(ton)
1 Praya Barat 9 - -
2 Praya Barat Daya 10 - -
3 Pujut 15 - -
4 Praya Timur 10 --
5 Janapria 10 - -
6 Kopang 9 134 30,40
7 Praya 14 - -
8 Praya Tengah 10 - -
9 Jonggat 13 - -
10 Pringgata 7 302 98,6
11 Batukliang 9 217 51,3
12 Batukliang Utara 8 777 233
Bisnis Plan Usaha Pengolahan Kopi di Lokasi PLTMH LANTAN
5
(sumber: Lombok Tengah dalam angka 2008)
Ada beberapa strategi yang harus diperhatikan dalam bauran pemasaran kopi di Lantan
yang dikembangkan dengan merk ‘ Kopi Padegirang’ . Strategi-strategi yang dapat
dilakukan adalah: 1) mengembangkan kemasan produk yang menarik dengan
menonojolkan ciri khas daerah tersebut, 2)meningkatkan atau perluasan pangsa pasar
seperti menguasai pasar yang belum terlayani yakni kopi-kopi bubuk dengan low price,
3) tetap menjaga kualitas, cita rasa dan aroma khas, dengan cara terus menerus
melakukan pengawasan baik bahan baku, maupun proses, dan pengepakan. Juga
penggunaan mesin untuk menghasilkan kopi bubuk yang lebih halus 4) memperbaiki
strategi promosi, melalui reklame lewat pemasangan pamflet dan brosur-brosur, 5)
melakukan promosi penjualan berupa discount bagi para distributor kopi seperti
warung-warung kecil yang ada disekitar, 6) tetap menjaga kualitas produk dan
menetapkan harga yang terjangkau oleh konsumen, dengan cara tidak mengurangi cita
rasa, aroma, dan takaran meskipun harga produknya murah, 7) perluasan jaringan
pemasaran, dengan cara bekerja sama dengan mitra yang ada di desa-desa, tokotoko
eceran, dan swalayan-swalayan, 8) meningkatkan kinerja dengan cara selalu melakukan
monitoring dan evaluasi terhadap keseluruhan aktivitas perusahaan dengan segala
sumber daya yang ada, 9) meningkatkan kapasitas produksi melalui pengaturan waktu,
tenaga kerja, penggunaan mesin yang lebih optimal, dan biaya yang efisien, 10)
Pengelola terus-menerus beradaptasi dalam pemanfaatan teknologi dengan selalu
berusaha meningkatkan kemampuan penguasaan teknologi yang selalu berubah melalui
belajar mandiri atau mengikuti pelatihan,
Bisnis Plan Usaha Pengolahan Kopi di Lokasi PLTMH LANTAN
6
3. ASPEK PRODUKSI
Tabel 2 : Perbandingan Jenis Kopi
ARABICA ROBUSTA
Tahun ditemukan 1753 1895
Kromosom (2n) 44 22
Waktu berbunga sampai berbuah 9 bulan 10-11 bulan
Berbunga Setelah hujan Tidak tetap
Buah matang Jatuh Di pohon
Produksi(kg/ha) 200-300 350-500
Akar Dalam Dangkal
Temperatur optimal 15-240 C 24-300 C
Kafein 0,8 – 1,4% 1,7 – 4 %
Pengolahan kopi jenis robusta hampir sama dengan kopi jenis arabika yang membedakan
hanya dibagian fermentasinya. Kopi arabika memerlukan fermentasi sementara robusta
tidak, sehingga kopi arabika akan terasa lebih asam.
Bisnis Plan Usaha Pengolahan Kopi di Lokasi PLTMH LANTAN
7
3.2 Proses Produksi
Gambar 2. Proses Pengolahan Kopi (Fermentasi dan tanpa fermentasi)
Untuk pengembangan usaha pengolahan kopi di lokasi PLTMH Lantan, Kec. Batu Kilang
Bisnis Plan Usaha Pengolahan Kopi di Lokasi PLTMH LANTAN
8
Utara, Kab. Lombok Tengah, Prop. Nusa Tenggara barat dapat dilakukan dengan
penggunaan alat pengupas kopi yang menggunakan input energi listrik dari PLTMH . Alat
pengolahan kopi yang dimaksud meliputi:
1. Alat pengupas kulit buah kopi
2. Alat pengering biji kopi
3. Alat pengupas kulit kering biji kopi
4. Alat penggoreng biji kopi
5. Alat penggiling biji kopi hingga menjadi bubuk kopi
1) Pengupas Kulit Buah Kopi (Pulper)
Fungsi: Melepas kulit buah kopi untuk memudahkan pelepasan atau pembersihan lapisan
lendir dari permukaan kulit tanduk. Fleksibilitas dan Keunggulan: a. Hasil pengupasan baik
dan bersih; b. Perawatan mudah dan murah, serta mudah dioperasikan; c. Konsumsi air dan
energi penggerak rendah. Penggerak: Motor Listrik.
Gambar 3 Alat Pengupas Kulit Buah Kopi dengan Penggerak Motor Listrik
2) Pengering (Dryer) Alternatif I
Bisnis Plan Usaha Pengolahan Kopi di Lokasi PLTMH LANTAN
9
Fungsi: Mempercepat proses difusi air sehingga aman disimpan dan tetap memiliki mutu
yang baik sampai ke tahap proses pengolahan berikutnya. Fleksibilitas dan Keunggulan: a.
Multikomoditi (selain kopi bisa untuk kakao, jagung, padi); b. Kapasitas per satuan luas lebih
besar; c. Perawatan murah dan mudah dioperasikan; d. Hasil pegering baik. Spesifikasi
Teknis: a. Kapasitas: 1-4 ton kopi HS/batch; b. Penggerak: Motor listrik (0,5 s/d 2,5 HP), 220
V, 1440 rpm, 1 phase; c. Transmisi: Pulley dan sabuk karet; d. Sumber panas: Kompor
bertekanan (burner) BBM, atau tungku biomassa; e. Konsumsi bahan bakar: BBM, 4-5
liter/jam, kayu bakar, 2-3 m3/ton biji kopi; f. Dimensi: 4.600 x 2.100 x 1.150 mm; g. Bahan
konstruksi: Besi baja, plat aluminium.
Gambar 4 Alat Pengering Biji Kopi Menggunakan Input Energi Listrik
3) Pengering (Dryer) Alternatif II
Berikut ini penjelasan spesifikasi teknis dan gambar alat pengering biji kopi menggunakan
energi surya dan input energi listrik (untuk penggerak kipas).
4) Pengupas Kulit Kering (Huller)
Fungsi: Memisahkan kulit buah kering, kulit tanduk dan kulit ari sehingga diperoleh biji kopi
pasar yang bersih dan bermutu. Fleksibilitas dan Keunggulan: a. Dapat digunakan untuk
pengupasan kulit kopi kering dari pengolahan kering ataupun basah; b. Perawatan mudah
dan murah, serta mudah dioperasikan; c. Hasil pengupasan baik dan bersih. Penggerak:
Motor Listrik.
Bisnis Plan Usaha Pengolahan Kopi di Lokasi PLTMH LANTAN
10
Gambar 5
Alat Pengupas Kulit Kering
Biji Kopi dengan Penggerak
Motor Listrik
5) Sangrai (Roaster)
Fungsi: a. Untuk membantu pembentukan calon aroma dan cita rasa khas kopi bubuk; b.
Memudahkan proses penghalusan. Fleksibilitas dan Keunggulan: a. Multikomoditi (selain
kopi untuk kakao, makadamia, kacang); b. Kontrol mutu mudah dilakukan; c. Perawatan
mudah dan murah, serta mudah dioperasikan; d. Hasil sangrai seragam, konsisten dan
bersih. Spesifikasi Teknis: a. Kapasitas: 10 - 50 kg/batch; b. Sumber panas: Kompor
bertekanan (burner) minyak tanah; d. Penggerak: Motor listrik 1/2 - 1 HP, 220 V, 1.440 rpm,
single phase; Transmisi: Pulley dan sabuk karet V, serta rantai dan roda gigi; e. Dimensi:
1.200 x 1.000 x 1.500 mm; f. Bahan konstruksi: Besi baja, plat aluminium, plat besi.
Gambar 6
Alat Penggoreng Biji Kopi
Menggunakan Input Energi
Listrik
Bisnis Plan Usaha Pengolahan Kopi di Lokasi PLTMH LANTAN
11
6) Pembubuk/Penggiling Kopi (Grinder)
Fungsi: Memperkecil ukuran partikel kopi sesuai dengan keinginan konsumen. Fleksibilitas
dan Keunggulan: a. Mutu bubuk kopi hasil pembubukan baik; b. Keseragaman bubuk kopi
baik; c. Perawatan mudah dan murah, serta mudah dioperasikan; d. Energi rendah dan
efisien. Spesifikasi Teknis: a. Kapasitas: 25 - 35 kg kopi biji sangrai/jam; b. Tipe: Pin mill; c.
Transmisi: Pulley dan sabuk karet V; Penggerak: Motor listrik 5,5 HP, 220 V, 1.440 rpm,
single phase; e. Dimensi: 800 x 600 x 1.000 mm; f. Bahan konstruksi: Plat aluminium, plat
besi.
Gambar 7
Mesin Penggilingan Biji Kopi
Menjadi Bubuk Kopi
4. ASPEK KEUANGAN
Dalam perencanaan keuangan kelayakan usaha kopi selain dibuat simulasi laporan keuangan
seperti neraca, laporan rugi laba dan cash flow, juga dilakukan analisa perhitungan HPP atau
Harga Pokok Penjualan sehingga bisa diketahui margin keuntungan dari setiap produk dan
analisis sensitivitas terhadap perubahan skala produksi.
Simulasi perhitungan dilakukan untuk produksi kopi basah sebanyak 250 ton, dimana angka
tersebut diambil dari ketersediaan bahan baku lokal. Sehingga perhitungan HPP (Harga Pokok
Penjualan) sebenarnya akan berbeda untuk setiap skala produksi kopi dan kadar air kopi
Bisnis Plan Usaha Pengolahan Kopi di Lokasi PLTMH LANTAN
12
(rendemen), semakin besar skala produksinya tentu akan memperkecil HPP. Berikut hasil-hasil