Top Banner
BIOGRAFI Ir. SOEKARNO Ir. Soekarno adalah Presiden Indonesia pertama yang menjabat pada periode 1945 – 1966. Ia memainkan peranan penting untuk memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda. Ia adalah penggali Pancasila. Ia adalah Proklamator Kemerdekaan Indonesia bersama dengan Mohammad Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945. Soekarno dilahirkan di Blitar, 6 Juni 1901dengan nama Kusno Sosrodihardjo. Ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo, Ibunya bernama Ida Ayu Nyoman Rai berasal dari Buleleng, Bali. Ketika masih kecil, karena sering sakit- sakitan, menurut kebiasaan orang Jawa oleh orang tuanya namanya diganti menjadi Soekarno. Pada usia 14 tahun, seorang kawan bapaknya yang bernama Oemar Said Tjokroaminoto mengajak Soekarno tinggal di Surabaya dan disekolahkan ke Hoogere Burger School (H.B.S.) di sana sambil mengaji di tempat Tjokroaminoto. Di Surabaya, Soekarno banyak bertemu dengan para pemimpin Sarekat Islam, organisasi yang dipimpin Tjokroaminoto saat itu. Soekarno kemudian bergabung dengan organisasi Jong Java (Pemuda Jawa). Tamat H.B.S. tahun 1920, Soekarno melanjutkan ke Technische Hoge School (sekarang ITB) di Bandung, dan tamat pada tahun 1925. Saat di Bandung, Soekarno berinteraksi dengan Tjipto Mangunkusumo dan Dr. Douwes Dekker, yang saat itu merupakan pemimpin organisasi National Indische Partij. Pada tahun 1926, Soekarno mendirikan Algemene Studie Club di Bandung. Organisasi ini menjadi cikal bakal Partai Nasional
42

biografi soekarno

Feb 08, 2016

Download

Documents

Muhammad Wildan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: biografi soekarno

BIOGRAFI Ir. SOEKARNO

Ir. Soekarno adalah Presiden Indonesia pertama yang menjabat pada periode 1945 –

1966. Ia memainkan peranan penting untuk memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan

Belanda. Ia adalah penggali Pancasila. Ia adalah Proklamator Kemerdekaan Indonesia

bersama dengan Mohammad Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945.

Soekarno dilahirkan di Blitar, 6 Juni 1901dengan nama Kusno Sosrodihardjo.

Ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo, Ibunya bernama Ida Ayu Nyoman

Rai berasal dari Buleleng, Bali. Ketika masih kecil, karena sering sakit-sakitan, menurut

kebiasaan orang Jawa oleh orang tuanya namanya diganti menjadi Soekarno.

Pada usia 14 tahun, seorang kawan bapaknya yang bernama Oemar Said

Tjokroaminoto mengajak Soekarno tinggal di Surabaya dan disekolahkan ke Hoogere Burger

School (H.B.S.) di sana sambil mengaji di tempat Tjokroaminoto. Di Surabaya, Soekarno

banyak bertemu dengan para pemimpin Sarekat Islam, organisasi yang dipimpin

Tjokroaminoto saat itu. Soekarno kemudian bergabung dengan organisasi Jong Java (Pemuda

Jawa).

Tamat H.B.S. tahun 1920, Soekarno melanjutkan ke Technische Hoge School (sekarang ITB)

di Bandung, dan tamat pada tahun 1925. Saat di Bandung, Soekarno berinteraksi dengan

Tjipto Mangunkusumo dan Dr. Douwes Dekker, yang saat itu merupakan pemimpin

organisasi National Indische Partij.

Pada tahun 1926, Soekarno mendirikan Algemene Studie Club di Bandung.

Organisasi ini menjadi cikal bakal Partai Nasional Indonesia yang didirikan pada tahun 1927.

Aktivitas Soekarno di PNI menyebabkannya ditangkap Belanda pada bulan Desember 1929,

dan memunculkan pledoinya yang fenomenal: Indonesia Menggugat, hingga dibebaskan

kembali pada tanggal 31 Desember 1931.

Pada bulan Juli 1932, Soekarno bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo), yang

merupakan pecahan dari PNI. Soekarno kembali ditangkap pada bulan Agustus 1933, dan

diasingkan ke Flores. Di sini, Soekarno hampir dilupakan oleh tokoh-tokoh nasional. Namun

semangatnya tetap membara seperti tersirat dalam setiap suratnya kepada seorang Guru

Persatuan Islam bernama Ahmad Hassan.

Pada tahun 1938 hingga tahun 1942 Soekarno diasingkan ke Provinsi Bengkulu.

Soekarno baru kembali bebas pada masa penjajahan Jepang pada tahun 1942. Pada tahun

1943, Perdana Menteri Jepang Hideki Tojo mengundang tokoh Indonesia yakni Soekarno,

Page 2: biografi soekarno

Mohammad Hatta dan Ki Bagoes Hadikoesoemo ke Jepang dan diterima langsung oleh

Kaisar Hirohito. Bahkan kaisar memberikan Bintang kekaisaran (Ratna Suci) kepada tiga

tokoh Indonesia tersebut. Penganugerahan Bintang itu membuat pemerintahan pendudukan

Jepang terkejut, karena hal itu berarti bahwa ketiga tokoh Indonesia itu dianggap keluarga

Kaisar Jepang sendiri.

Soekarno bersama tokoh-tokoh nasional mulai mempersiapkan diri menjelang

Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Setelah sidang Badan Penyelidik Usaha

Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI, Panitia Kecil yang terdiri dari delapan orang

(resmi), Panitia Kecil yang terdiri dari sembilan orang/Panitia Sembilan (yang menghasilkan

Piagam Jakarta) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI, Soekarno-Hatta

mendirikan Negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. hingga terjadilah

Peristiwa Rengasdengklok pada tanggal 16 Agustus 1945; Soekarno dan Mohammad Hatta

dibujuk oleh para pemuda untuk menyingkir ke asrama pasukan Pembela Tanah Air Peta

Rengasdengklok. Tokoh pemuda yang membujuk antara lain Soekarni, Wikana, Singgih serta

Chairul Saleh. Para pemuda menuntut agar Soekarno dan Hatta segera memproklamasikan

kemerdekaan Republik Indonesia. Soekarno menetapkan moment tepat untuk kemerdekaan

Republik Indonesia yakni dipilihnya tanggal 17 Agustus 1945 saat itu bertepatan dengan

tanggal 17 Ramadhan, bulan suci kaum muslim yang diyakini merupakan tanggal turunnya

wahyu pertama kaum muslimin kepada Nabi Muhammad SAW yakni Al Qur-an. Pada

tanggal 18 Agustus 1945, Soekarno dan Mohammad Hatta diangkat oleh PPKI menjadi

Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia.

Pada tanggal 29 Agustus 1945 pengangkatan menjadi presiden dan wakil presiden

dikukuhkan oleh KNIP.Presiden Soekarno juga banyak memberikan gagasan-gagasan di

dunia Internasional. Keprihatinannya terhadap nasib bangsa Asia-Afrika, masih belum

merdeka, belum mempunyai hak untuk menentukan nasibnya sendiri, menyebabkan presiden

Soekarno, pada tahun 1955, mengambil inisiatif untuk mengadakan Konferensi Asia-Afrika

di Bandung yang menghasilkan Dasa Sila. Bandung dikenal sebagai Ibu Kota Asia-Afrika.

Ketimpangan dan konflik akibat “bom waktu” yang ditinggalkan negara-negara barat yang

dicap masih mementingkan imperialisme dan kolonialisme, ketimpangan dan kekhawatiran

akan munculnya perang nuklir yang merubah peradaban, ketidakadilan badan-badan dunia

internasional dalam pemecahan konflik juga menjadi perhatiannya. Bersama Presiden Josip

Broz Tito (Yugoslavia), Gamal Abdel Nasser (Mesir), Mohammad Ali Jinnah (Pakistan), U

Nu, (Birma) dan Jawaharlal Nehru (India) ia mengadakan Konferensi Asia Afrika yang

membuahkan Gerakan Non Blok. Berkat jasanya itu, banyak negara-negara Asia Afrika yang

Page 3: biografi soekarno

memperoleh kemerdekaannya. Namun sayangnya, masih banyak pula yang mengalami

konflik berkepanjangan sampai saat ini karena ketidakadilan dalam pemecahan masalah,

yang masih dikuasai negara-negara kuat atau adikuasa. Berkat jasa ini pula, banyak penduduk

dari kawasan Asia Afrika yang tidak lupa akan Soekarno bila ingat atau mengenal akan

Indonesia.

Soekarno sendiri wafat pada tanggal 21 Juni 1970 di Wisma Yaso, Jakarta, setelah

mengalami pengucilan oleh penggantinya Soeharto. Jenazahnya dikebumikan di Kota Blitar,

Jawa Timur, dan kini menjadi ikon kota tersebut, karena setiap tahunnya dikunjungi ratusan

ribu hingga jutaan wisatawan dari seluruh penjuru dunia. Terutama pada saat

penyelenggaraan Haul Bung Karno.

Kaitkata: soekarno, biografi, proklamator, Guru Bangsa, Presiden, Bung Karno

Biografi Ir.   Soekarno

Posted by: Dian Nurdiana on: Februari 8, 2009

In: Guru Bangsa | soekarno

 

Tinggalkan Sebuah Komentar

Ir. Soekarno (lahir di Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 – wafat di Jakarta, 21 Juni 1970 pada

umur 69 tahun) adalah Presiden Indonesia pertama yang menjabat pada periode 1945 – 1966.

Ia memainkan peranan penting untuk memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan

Belanda. Ia adalah penggali Pancasila. Ia adalah Proklamator Kemerdekaan Indonesia

(bersama dengan Mohammad Hatta) yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945 .

Ia menerbitkan Surat Perintah 11 Maret 1966 Supersemar yang kontroversial itu, yang konon,

antara lain isinya adalah menugaskan Letnan Jenderal Soeharto untuk mengamankan dan

menjaga kewibawaannya. Tetapi Supersemar tersebut disalahgunakan oleh Letnan

Jenderal Soehartountuk merongrong kewibawaannya dengan jalan menuduhnya ikut

mendalangi Gerakan 30 September. Tuduhan itu menyebabkan Majelis Permusyawaratan

Rakyat Sementara yang anggotanya telah diganti dengan orang yang pro Soeharto,

mengalihkan kepresidenan kepada Soeharto.

Latar belakang dan pendidikan

Soekarno dilahirkan dengan nama Kusno Sosrodihardjo. Ayahnya bernamaRaden Soekemi

Sosrodihardjo, seorang guru di Surabaya, Jawa. Ibunya bernama Ida Ayu Nyoman

Rai berasal dari Buleleng, Bali [1].

Page 4: biografi soekarno

Ketika kecil Soekarno tinggal bersama kakeknya di Tulungagung, Jawa Timur. Pada usia 14

tahun, seorang kawan bapaknya yang bernama Oemar Said Tjokroaminoto mengajak

Soekarno tinggal di Surabaya dan disekolahkan ke Hoogere Burger School (H.B.S.) di sana

sambil mengaji di tempat Tjokroaminoto. Di Surabaya, Soekarno banyak bertemu dengan

para pemimpin Sarekat Islam, organisasi yang dipimpin Tjokroaminoto saat itu. Soekarno

kemudian bergabung dengan organisasi Jong Java (Pemuda Jawa).

Tamat H.B.S. tahun 1920, Soekarno melanjutkan ke Technische Hoge School(sekarang ITB)

di Bandung, dan tamat pada tahun 1925. Saat di Bandung, Soekarno berinteraksi

dengan Tjipto Mangunkusumo dan Dr. Douwes Dekker, yang saat itu merupakan pemimpin

organisasi National Indische Partij.

Keluarga Soekarno

Istri Soekarno

Oetari

Inggit Garnasih

Fatmawati

Hartini

Ratna Sari Dewi Soekarno  (nama asli: Naoko Nemoto)

Haryati

Putra-putri Soekarno

Guruh Soekarnoputra

Megawati Soekarnoputri , Presiden Republik Indonesia masa jabatan 2001-2004

Guntur Soekarnoputra

Rachmawati Soekarnoputri

Sukmawati Soekarnoputri

Taufan  dan Bayu (dari istri Hartini)

Kartika Sari Dewi Soekarno  (dari istri Ratna Sari Dewi Soekarno)

Masa pergerakan nasional

Pada tahun 1926, Soekarno mendirikan Algemene Studie Club di Bandung. Organisasi ini

menjadi cikal bakal Partai Nasional Indonesia yang didirikan pada tahun 1927. Aktivitas

Soekarno di PNI menyebabkannya ditangkap Belanda pada bulan Desember 1929, dan

memunculkan pledoinya yang fenomenal: Indonesia Menggugat, hingga dibebaskan kembali

pada tanggal 31 Desember 1931.

Pada bulan Juli 1932, Soekarno bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo), yang

merupakan pecahan dari PNI. Soekarno kembali ditangkap pada bulan Agustus 1933, dan

Page 5: biografi soekarno

diasingkan ke Flores. Di sini, Soekarno hampir dilupakan oleh tokoh-tokoh nasional. Namun

semangatnya tetap membara seperti tersirat dalam setiap suratnya kepada seorang

GuruPersatuan Islam bernama Ahmad Hassan.

Pada tahun 1938 hingga tahun 1942 Soekarno diasingkan ke Provinsi Bengkulu.

Soekarno baru kembali bebas pada masa penjajahan Jepang pada tahun1942.

Masa penjajahan Jepang

Soekarno bersama Fatmawati dan Guntur

Pada awal masa penjajahan Jepang (1942-1945), pemerintah Jepang sempat tidak

memperhatikan tokoh-tokoh pergerakan Indonesia terutama untuk “mengamankan”

keberadaannya di Indonesia. Ini terlihat pada Gerakan 3Adengan tokohnya Shimizu dan Mr.

Syamsuddin yang kurang begitu populer.

Namun akhirnya, pemerintahan pendudukan Jepang memperhatikan dan sekaligus

memanfaatkan tokoh tokoh Indonesia seperti Soekarno,Mohammad Hatta dan lain-lain dalam

setiap organisasi-organisasi dan lembaga lembaga untuk menarik hati penduduk Indonesia.

Disebutkan dalam berbagai organisasi seperti Jawa Hokokai, Pusat Tenaga Rakyat

(Putera), BPUPKI dan PPKI, tokoh tokoh seperti Soekarno, Hatta, Ki Hajar Dewantara, K.H

Mas Mansyur dan lain lainnya disebut-sebut dan terlihat begitu aktif. Dan akhirnya tokoh-

tokoh nasional bekerjasama dengan pemerintah pendudukan Jepang untuk mencapai

kemerdekaan Indonesia, meski ada pula yang melakukan gerakan bawah tanah seperti Sutan

Syahrir dan Amir Sjarifuddin karena menganggap Jepang adalah fasis yang berbahaya.

Soekarno diantara Pemimpin Dunia

Presiden Soekarno sendiri, saat pidato pembukaan menjelang pembacaan teks proklamasi

kemerdekaan, mengatakan bahwa meski sebenarnya kita bekerjasama dengan Jepang

sebenarnya kita percaya dan yakin serta mengandalkan kekuatan sendiri.

Ia aktif dalam usaha persiapan kemerdekaan Indonesia, diantaranya adalah

merumuskan Pancasila, UUD 1945 dan dasar dasar pemerintahan Indonesia termasuk

merumuskan naskah proklamasi Kemerdekaan. Ia sempat dibujuk untuk menyingkir ke

Rengasdengklok Peristiwa Rengasdengklok.

Page 6: biografi soekarno

Pada tahun 1943, Perdana Menteri Jepang Hideki Tojo mengundang tokoh Indonesia yakni

Soekarno, Mohammad Hatta dan Ki Bagoes Hadikoesoemo ke Jepang dan diterima langsung

oleh Kaisar Hirohito. Bahkan kaisar memberikan Bintang kekaisaran (Ratna Suci) kepada

tiga tokoh Indonesia tersebut. Penganugerahan Bintang itu membuat pemerintahan

pendudukan Jepang terkejut, karena hal itu berarti bahwa ketiga tokoh Indonesia itu dianggap

keluarga Kaisar Jepang sendiri. Pada bulan Agustus 1945, ia diundang oleh Marsekal

Terauchi, pimpinan Angkatan Darat wilayah Asia Tenggara di Dalat Vietnam yang kemudian

menyatakan bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia adalah urusan rakyat Indonesia

sendiri.

Namun keterlibatannya dalam badan-badan organisasi bentukan Jepangmembuat Soekarno

dituduh oleh Belanda bekerja sama dengan Jepang,antara lain dalam kasus romusha.

Masa Perang Revolusi

Ruang tamu rumah persembunyian Bung Karno di Rengasdengklok.

Soekarno bersama tokoh-tokoh nasional mulai mempersiapkan diri menjelang Proklamasi

kemerdekaan Republik Indonesia. Setelah sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan

Kemerdekaan Indonesia BPUPKI,Panitia Kecil yang terdiri dari delapan orang (resmi),

Panitia Kecil yang terdiri dari sembilan orang/Panitia Sembilan (yang menghasilkan Piagam

Jakarta) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI, Soekarno-Hatta mendirikan

Negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Setelah menemui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, terjadilah Peristiwa

Rengasdengklok pada tanggal 16 Agustus 1945; Soekarno dan Mohammad Hatta dibujuk

oleh para pemuda untuk menyingkir ke asrama pasukan Pembela Tanah

Air Peta Rengasdengklok. Tokoh pemuda yang membujuk antara

lain Soekarni, Wikana, Singgih serta Chairul Saleh. Para pemuda menuntut agar Soekarno

dan Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia, karena di Indonesia

terjadi kevakuman kekuasaan. Ini disebabkan karena Jepang sudah menyerah dan pasukan

Sekutu belum tiba. Namun Soekarno, Hatta dan para tokoh menolak dengan alasan

menunggu kejelasan mengenai penyerahan Jepang. Alasan lain yang berkembang adalah

Soekarno menetapkan moment tepat untuk kemerdekaan Republik Indonesia yakni dipilihnya

tanggal 17 Agustus 1945 saat itu bertepatan dengan tanggal 17 Ramadhan, bulan suci kaum

muslim yang diyakini merupakan tanggal turunnya wahyu pertama kaum muslimin

kepada Nabi Muhammad SAW yakni Al Qur-an. Pada tanggal 18 Agustus 1945, Soekarno

Page 7: biografi soekarno

dan Mohammad Hatta diangkat oleh PPKI menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik

Indonesia. Pada tanggal 29 Agustus 1945 pengangkatan menjadi presiden dan wakil presiden

dikukuhkan olehKNIP.Pada tanggal 19 September 1945 kewibawaan Soekarno dapat

menyelesaikan tanpa pertumpahan darah peristiwa Lapangan Ikada dimana 200.000 rakyat

Jakarta akan bentrok dengan pasukan Jepang yang masih bersenjata lengkap.

Pada saat kedatangan Sekutu (AFNEI) yang dipimpin oleh Letjen. Sir Phillip Christison,

Christison akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia secara de facto setelah mengadakan

pertemuan dengan Presiden Soekarno. Presiden Soekarno juga berusaha menyelesaikan krisis

di Surabaya. Namun akibat provokasi yang dilancarkan pasukan NICA (Belanda) yang

membonceng Sekutu. (dibawah Inggris) meledaklah Peristiwa 10 November 1945 di

Surabaya dan gugurnya Brigadir Jendral A.W.S Mallaby.

Karena banyak provokasi di Jakarta pada waktu itu, Presiden Soekarno akhirnya

memindahkan Ibukota Republik Indonesia dari Jakarta ke Yogyakarta. Diikuti wakil presiden

dan pejabat tinggi negara lainnya.

Kedudukan Presiden Soekarno menurut UUD 1945 adalah kedudukan Presiden selaku kepala

pemerintahan dan kepala negara (presidensiil/single executive). Selama revolusi

kemerdekaan,sistem pemerintahan berubah menjadi semi-presidensiil/double executive.

Presiden Soekarno sebagai Kepala Negara dan Sutan Syahrir sebagai Perdana Menteri/Kepala

Pemerintahan. Hal itu terjadi karena adanya maklumat wakil presiden No X, dan maklumat

pemerintah bulan November 1945 tentang partai politik. Hal ini ditempuh agar Republik

Indonesia dianggap negara yang lebih demokratis.

Meski sistem pemerintahan berubah, pada saat revolusi kemerdekaan, kedudukan Presiden

Soekarno tetap paling penting, terutama dalam menghadapi Peristiwa Madiun 1948 serta saat

Agresi Militer Belanda II yang menyebabkan Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad

Hatta dan sejumlah pejabat tinggi negara ditahan Belanda. Meskipun sudah adaPemerintahan

Darurat Republik Indonesia (PDRI) dengan ketua Sjafruddin Prawiranegara, tetapi pada

kenyataannya dunia internasional dan situasi dalam negeri tetap mengakui bahwa Soekarno-

Hatta adalah pemimpin Indonesia yang sesungguhnya, hanya kebijakannya yang dapat

menyelesaikan sengketa Indonesia-Belanda.

Masa kemerdekaan

Soekarno dan Joseph Broz Tito

Page 8: biografi soekarno

Setelah Pengakuan Kedaulatan (Pemerintah Belandamenyebutkan sebagai Penyerahan

Kedaulatan), Presiden Soekarno diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS)

dan Mohammad Hatta diangkat sebagai perdana menteri RIS. Jabatan Presiden Republik

Indonesia diserahkan kepada Mr Assaat, yang kemudian dikenal sebagai RI Jawa-Yogya.

Namun karena tuntutan dari seluruh rakyat Indonesia yang ingin kembali ke negara kesatuan,

maka pada tanggal 17 Agustus 1950, RIS kembali berubah menjadi Republik Indonesia dan

Presiden Soekarno menjadi Presiden RI. Mandat Mr Assaat sebagai pemangku jabatan

Presiden RI diserahkan kembali kepada Ir. Soekarno. Resminya kedudukan Presiden

Soekarno adalah presiden konstitusional, tetapi pada kenyataannya kebijakan pemerintah

dilakukan setelah berkonsultasi dengannya.

Mitos Dwitunggal Soekarno-Hatta cukup populer dan lebih kuat dikalangan rakyat

dibandingkan terhadap kepala pemerintahan yakni perdana menteri. Jatuh bangunnya kabinet

yang terkenal sebagai “kabinet semumur jagung” membuat Presiden Soekarno kurang

mempercayai sistem multipartai, bahkan menyebutnya sebagai “penyakit kepartaian”. Tak

jarang, ia juga ikut turun tangan menengahi konflik-konflik di tubuh militer yang juga

berimbas pada jatuh bangunnya kabinet. Seperti peristiwa 17 Oktober 1952 dan Peristiwa di

kalangan Angkatan Udara.

Soekarno dan John F Kennedy

Presiden Soekarno juga banyak memberikan gagasan-gagasan di dunia Internasional.

Keprihatinannya terhadap nasib bangsa Asia-Afrika, masih belum merdeka, belum

mempunyai hak untuk menentukan nasibnya sendiri, menyebabkan presiden Soekarno, pada

tahun 1955, mengambil inisiatif untuk mengadakan Konferensi Asia-Afrika di Bandung yang

menghasilkan Dasa Sila. Bandung dikenal sebagai Ibu Kota Asia-Afrika. Ketimpangan dan

konflik akibat “bom waktu” yang ditinggalkan negara-negara barat yang dicap masih

mementingkan imperialisme dan kolonialisme, ketimpangan dan kekhawatiran akan

munculnya perang nuklir yang merubah peradaban, ketidakadilan badan-badan dunia

internasional dalam pemecahan konflik juga menjadi perhatiannya. Bersama Presiden Josip

Broz Tito (Yugoslavia),Gamal Abdel Nasser (Mesir), Mohammad Ali Jinnah (Pakistan), U

Nu, (Birma) dan Jawaharlal Nehru (India) ia mengadakan Konferensi Asia Afrika yang

membuahkan Gerakan Non Blok. Berkat jasanya itu, banyak negara-negara Asia Afrika yang

memperoleh kemerdekaannya. Namun sayangnya, masih banyak pula yang mengalami

konflik berkepanjangan sampai saat ini karena ketidakadilan dalam pemecahan masalah,

Page 9: biografi soekarno

yang masih dikuasai negara-negara kuat atau adikuasa. Berkat jasa ini pula, banyak penduduk

dari kawasan Asia Afrika yang tidak lupa akan Soekarno bila ingat atau mengenal akan

Indonesia.

Soekarno dan Jawaharlal Nehru

Guna menjalankan politik luar negeri yang bebas-aktif dalam dunia internasional, Presiden

Soekarno mengunjungi berbagai negara dan bertemu dengan pemimpin-pemimpin negara. Di

antaranya adalah Nikita Khruschev (Uni Soviet), John Fitzgerald Kennedy (Amerika

Serikat), Fidel Castro (Kuba), Mao Tse Tung (RRC).

Masa-masa kejatuhan Soekarno dimulai sejak ia “bercerai” dengan Wakil Presiden Moh.

Hatta, pada tahun 1956, akibat pengunduran diri Hatta dari kancah perpolitikan Indonesia.

Ditambah dengan sejumlah pemberontakan separatis yang terjadi di seluruh pelosok

Indonesia, dan puncaknya, pemberontakan G 30 S, membuat Soekarno di dalam masa

jabatannya tidak dapat “memenuhi” cita-cita bangsa Indonesia yang makmur dan sejahtera.

Sakit hingga meninggal

Pada tanggal 19 Juni 2008, Pemerintah Kuba menerbitkan perangko yang bergambar

Soekarno dan presiden Kuba Fidel Castro. Penerbitan itu bersamaan dengan ulang tahun ke-

80 Fidel Castro dan peringatan “kunjungan Presiden Indonesia, Soekarno, ke Kuba“.

Penamaan

lengkap Soekarno ketika lahir adalah Kusno Sosrodihardjo. Ketika masih kecil, karena sering

sakit-sakitan, menurut kebiasaan orang Jawa; oleh orang tuanya namanya diganti menjadi

Soekarno. Di kemudian hari ketika menjadi Presiden R.I., ejaan nama Soekarno diganti

olehnya sendiri menjadi Sukarno karena menurutnya nama tersebut menggunakan ejaan

penjajah (Belanda)[rujukan?]. Ia tetap menggunakan nama Soekarno dalam tanda tangannya

karena tanda tangan tersebut adalah tanda tangan yang tercantum dalam Teks

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang tidak boleh diubah.

Sebutan akrab untuk Ir. Soekarno adalah Bung Karno.

Achmed Soekarno

Di beberapa negara Barat, nama Soekarno kadang-kadang ditulis Achmed Soekarno. Hal ini

terjadi karena ketika Soekarno pertama kali berkunjung ke Amerika Serikat, sejumlah

wartawan bertanya-tanya, “Siapa nama kecil Soekarno?” karena mereka tidak mengerti

kebiasaan sebagian masyarakat di Indonesia yang hanya menggunakan satu nama saja atau

tidak memilikinama keluarga. Entah bagaimana, seseorang lalu menambahkan

Page 10: biografi soekarno

namaAchmed di depan nama Soekarno. Hal ini pun terjadi di beberapa Wikipedia, seperti

wikipedia bahasa Ceko, bahasa Wales, bahasa Denmark, bahasa Jerman, dan bahasa Spanyol.

Sukarno menyebutkan bahwa nama Achmed di dapatnya ketika menunaikan ibadah haji.

Dan dalam beberapa versi lain, disebutkan pemberian nama Achmed di depan nama Sukarno,

dilakukan oleh para diplomat muslim asal Indonesia yang sedang melakukan misi luar negeri

dalam upaya untuk mendapatkan pengakuan kedaulatan negara Indonesia oleh negara-negara

Arab.

Kaitkata: Bung Karno, Guru

Bangsa, indonesia, kemerdekaan, Nasional,Pemimpin, Presiden, proklamator, sejarah, soekar

no

Menjelang Wafatnya   Soekarno

Posted by: Dian Nurdiana on: Februari 8, 2009

In: Guru Bangsa | soekarno

 

Tinggalkan Sebuah Komentar

Berkas yang Hilang

JAKARTA – Sembilan buku besar tertumpuk rapih di salah satu ruangan di rumah

Rachmawati Soekarnoputri, Jl. Jati Padang Raya No. 54 A, Pejaten, Jakarta Selatan. Buku

bertuliskan tangan itu berisi medical record (catatan medis) mantan Presiden Soekarno

selama sakit di Wisma Yaso, Jakarta.

Ada pula tujuh lembar kertas tua yang warnanya sudah memudar kecokelatan. Ini juga

menjadi bukti riwayat penyakit Bung Karno. Kopnya bertuliskan Institut Pertanian Bogor,

Fakultas Kedokteran Hewan Bagian Bakteriologi, Djl. Kartini 14, telpon 354, Bogor. Tapi

yang lebih membuat dahi ini berkernyit keras, nama pasien disamarkan. Misalnya, ada yang

tertera namanya Taufan (salah seorang putra Soekarno).

Menguak peristiwa yang terjadi tahun 1965-1970 itu memang tidak mudah. Pada masa lalu

membicarakan masalah ini secara terbuka menjadi hal tabu. Maka tak heran jika sekarang

banyak orang, terutama generasi muda, tak mengetahui kebenaran sejarah tersebut.

Namun kini, ketika semua mata dan seluruh perhatian tertumpah di Rumah Sakit Pusat

Pertamina (RSPP) sehubungan dengan sakitnya mantan Presiden Soeharto sejak 4 Januari

2008, rasa ingin tahu tentang masa lalu pun kembali mengusik. Itu semata-mata karena

Soeharto dan Soekarno sama-sama mantan kepala negara.

Adalah Rachmawati Soekarnoputri, putri ketiga Soekarno, yang sangat ingin menyerahkan

Page 11: biografi soekarno

catatan medis ayahnya kepada pemerintah.

.

”Ini kalau pemerintah butuh data-data pendukung dan ingin melihat dari segi kebenaran,

bukan hanya cerita fiktif,” tutur Rachmawati kepada SH di kediamannya, Sabtu (19/1) sore.

Maklum, seorang mantan menteri Orde Baru pernah berkomentar bahwa perlakuan terhadap

Soekarno ketika sakit tidak sekejam itu. ”Saya tak mau gegabah. Ini bukan make up story,

karena Kartono Mohamad saja (saat itu Ketua Ikatan Dokter Indonesia/IDI-red), mengatakan

perawatan terhadap Bung Karno seperti perawatan terhadap keluarga sangat miskin,” kata

Rachmawati.

Di sore hari itu, Rachmawati tidak sanggup bercerita banyak. Ia hanya tersedu sedan, hal itu

sudah menggambarkan betapa getir kenangan yang dialaminya. Tetapi sebuah artikel yang

pernah dimuat SH pada 15 Mei 2006, memberikan gambaran lebih lengkap. ”Seorang

perempuan muncul di Kantor IDI di Jakarta, awal 1990-an,” demikian kalimat pertama artikel

tersebut.

Perempuan itu ingin bertemu Kartono Mohamad untuk menyerahkan 10 bundel buku berisi

catatan para perawat jaga Soekarno. Namun jauh sebelum pertemuan itu, Kartono bertemu

Wu Jie Ping, dokter yang pernah merawat Soekarno di Hong Kong. Wu mengungkapkan

bahwa Soekarno ”hanya” mengalami stroke ringan akibat penyempitan sesaat di pembuluh

darah otak saat diberitakan sakit pada awal Agustus 1965, dan sama sekali tidak mengalami

koma seperti isu yang beredar.

Ini menepis spekulasi bahwa Soekarno tidak akan mampu menyampaikan pidato kenegaraan

pada peringatan hari proklamasi 17 Agustus 1965. Dan nyatanya, Soekarno tetap hadir pada

peringatan detik-detik proklamasi 17 Agustus itu di Istana Merdeka, lengkap dengan tongkat

komandonya.

Diperiksa Dokter Hewan

Setelah kembali lagi ke Jakarta, Kartono menemui Mahar Mardjono, dokter yang tahu banyak

soal stroke. Rupanya Kartono tak hanya bercerita soal stroke, tapi juga rentetan kejadian yang

dengan sengaja menelantarkan Soekarno. Maka bundel buku yang dibawa perempuan itu

semakin menguatkan kegelisahan Kartono.

Namun Indonesia di awal 1990-an, kebenaran hanya boleh ditentukan oleh penguasa. Maka

bundel buku itu hanya teronggok di meja kerja Kartono selama bertahun-tahun.

Hingga kemudian, krisis moneter meledak. Rakyat turun ke jalan dan Presiden Soeharto,

yang telah berkuasa selama 32 tahun, dipaksa meletakkan jabatan. Indonesia berubah wajah.

Kartono pun teringat onggokan buku itu. Ia bergegas ke RSPAD, rumah sakit yang

Page 12: biografi soekarno

mempekerjakan empat perawat di Wisma Yaso.

Kartono berharap dapat menemukan mereka, agar bangsa Indonesia mendapat cerita yang

lengkap tentang tahun-tahun terakhir Soekarno. Namun menemukan Dinah, Dasih, J.

Sumiati, dan Masnetty ternyata bukan hal mudah. Seorang di antara mereka meninggal,

sedangkan yang lain sudah pensiun. RSPAD pun mendadak tak memiliki file atau berkas dari

para perawat ini.

Kartono kehilangan jejak. Upayanya untuk mencari medical record Soekarno gagal. Pihak

RSPAD mengatakan bahwa keluarga Soekarno telah membawanya. Ketika ini ditanyakan

kepada Rachmawati, ia hanya geleng-geleng kepala. ”Tidak, tidak,” jawabnya lirih.

Yang membuatnya semakin terenyuh, sebelum dibawa ke Jakarta, Soekarno ditangani oleh

dokter Soerojo yang seorang dokter hewan. Jejak ini terlihat dari berkas berkop Institut

Pertanian Bogor, Fakultas Kedokteran Hewan Bagian Bakteriologi.

Bahkan setelah dipindah ke RSPAD karena sakit ginjalnya semakin parah, upaya untuk

melakukan cuci darah tidak dapat dilakukan dengan alasan RSPAD tidak mempunyai

peralatan. Catatan medis juga menyebutkan obat yang diberikan hanya vitamin (B12, B

kompleks, royal jelly) dan Duvadillan, obat untuk mengurangi penyempitan pembuluh darah

perifer.

Perihal tekanan darah tinggi yang juga disebutkan dalam catatan medis, juga menyisakan

tanya pada diri Rachmawati. Setiap kali menjenguk sang ayah dan mencicipi makanannya,

masakan selalu terasa asin. ”Saya kecewa dengan semua perawatan itu. Ini sama saja dengan

membiarkan orang berlalu,” lanjut Rachmawati.

Seorang mantan pejabat di era Presiden Soekarno membenarkan terjadinya fakta seputar

masa sakit Soekarno yang tersia-sia. ”Tidak seperti sekarang ini, perawatan terhadap

Soeharto. Sangat berbeda. Padahal seharusnya semua mantan presiden berhak dirawat secara

all out dan diongkosi oleh negara,” katanya.

Purnawirawan perwira tinggi militer itu juga mengungkapkan, perlakuan seragam terhadap

Soekarno berasal dari sebuah instruksi. ”Yang memberi instruksi ya orang yang sekarang

sedang dirawat itu,” katanya.

Namun pria ini enggan dituliskan namanya. ”Wah, kalau ditulis di koran saya pasti

digangguin…,” tuturnya dengan nada serius. ( to be continue )

Kaitkata: Bung Karno, Guru

Bangsa, indonesia, Nasional, Negara, Pemimpin,Presiden, proklamator, sejarah, soekarno, Tr

agedi, Wafat

Page 13: biografi soekarno

Presiden RI   Pertama

Posted by: Dian Nurdiana on: Februari 8, 2009

In: Guru Bangsa | soekarno | Video Soekarno

 

Tinggalkan Sebuah Komentar

Menurut saya : Dian Nurdiana

Semua orang tahu bahwa presiden RI pertama adalah Ir. Soekarno dan Wakilnya adalah Moh.

Hatta.

Soekarno adalah sosok orang yang sangat berwibawa dan bijak. Beliau sangat kental jiwa

seorang pemimpinnya. Jadi sangat pantas beliau menjadi presiden Ri. Beliau sangat

dihormati dan disegani oleh semua orang baik oleh warga Indonesia ataupun oleh Bangsa

Negara lain.

Suara yang lantang dan sangat mengglegar itu menuntun nya dalam setiap pidato. Sampia –

sampai masyarakat yang mendengarkannya pidato terharu, terkesima, dan hormat kepada

belaiu. Dan wajar saja bila beliau memiliki labih dari satu seorang istri. Perempuan atau

wanita mana pada zamannya yang tidak suka pada SOEKARNO yang memiliki sosok

mendekati sempurna bagi seorang pemimpin Bangsa dan Negara.

Beliau adalah orang sangat idealisme dan teguh dalam pendiriannya. Semua yang menurut

beliau benar harus dilakukan dan dilaksanakan. Itu tidak bisa ditentang oleh siapapun.

Secara garis besar, begitulah sosok Ir. Soekarno yang saya ketahui.

Ada pula video – video mengenai IR. SOEKARNO yang bisa kamu download. Klik Link

berikut :

Ir. Soekarno

Soekarno_1

Soekarno_2

Soekarno_3

Soekarno_4

Soekarno, The Founding Father

Ketika Soekarno tertawa

SOEKARNO : My Spirit, My Horizon And My Leader

Mr. Soekarno Our Greatest President

Take Off From Soekarno Hatta Airport

Jakarta Soekarno-Hatta International Airport: Arrivals old

Soekarno About Ideology

Page 14: biografi soekarno

PRPKLAMASI

Bung Karno – Parental House & Makam in Blitar

Soekarno Pidato Di Depan Rakyat Jakarta

Apakah pidato Abdullah boleh tandingi Soekarno?

Proklamasi Soekarno

President Soekarno on the Beatles

Soekarno Blitar

Kaitkata: Arsip Ri, bangsa, Bing Karno, Guru

Bangsa, indonesia, Nasional,Negara, Pemimpin, Presiden, proklamasi, proklamator, sejarah, s

oekarno,Video

Bung Karno Putra Sang   Fajar

Posted by: Dian Nurdiana on: Februari 8, 2009

In: Guru Bangsa | soekarno

 

Tinggalkan Sebuah Komentar

“Aku adalah putra seorang ibu Bali dari kasta Brahmana. Ibuku, Idaju, berasal dari kasta

tinggi. Raja terakhir Singaraja adalah paman ibuku. Bapakku dari Jawa. Nama lengkapnya

adalah Raden Sukemi Sosrodihardjo. Raden adalah gelar bangsawan yang berarti, Tuan.

Bapak adalah keturunan Sultan Kediri…

Apakah itu kebetulan atau suatu pertanda bahwa aku dilahirkan dalam kelas yang

memerintah, akan tetapi apa pun kelahiranku atau suratan takdir, pengabdian bagi

kemerdekaan rakyatku bukan suatu keputusan tiba-tiba. Akulah ahli-warisnya.” Ir. Soekarno

menuturkan kepada penulis otobiografinya, Cindy Adam.

Putra sang fajar yang lahir di Blitar, 6 Juni 1901 dari pasangan Raden Soekemi dan Ida Ayu

Nyoman Rai, diberi nama kecil, Koesno. Ir. Soekarno, 44 tahun kemudian, menguak fajar

kemerdekaan Indonesia setelah lebih dari tiga setengah abad ditindas oleh penjajah-penjajah

asing.

Soekarno hidup jauh dari orang tuanya di Blitar sejak duduk di bangku sekolah rakyat,

indekos di Surabaya sampai tamat HBS (Hoogere Burger School). Ia tinggal di rumah Haji

Oemar Said Tjokroaminoto, politisi kawakan pendiri Syarikat Islam. Jiwa nasionalismenya

membara lantaran sering menguping diskusi-diskusi politik di rumah induk semangnya yang

kemudian menjadi ayah mertuanya dengan menikahi Siti Oetari (1921).

Soekarno pindah ke Bandung, melanjutkan pendidikan tinggi di THS (Technische Hooge-

Page 15: biografi soekarno

School), Sekolah Teknik Tinggi yang kemudian hari menjadi ITB, meraih gelar insinyur, 25

Mei 1926. Semasa kuliah di Bandung, Soekarno, menemukan jodoh yang lain, menikah

dengan Inggit Ganarsih (1923).

Soekarno muda, lebih akrab dipanggil Bung Karno mendirikan PNI (Partai Nasional

Indonesia), 4 Juni 1927. Tujuannya, mendirikan negara Indonesia Merdeka. Akibatnya, Bung

Karno ditangkap, diadili dan dijatuhi hukuman penjara oleh pemerintah Hindia Belanda. Ia

dijeboloskan ke penjara Sukamiskin, Bandung, 29 Desember 1949.

Di dalam pidato pembelaannya yang berjudul, Indonesia Menggugat, Bung Karno berapi-api

menelanjangi kebobrokan penjajah Belanda.

Bebas tahun 1931, Bung Karno kemudian memimpin Partindo. Tahun 1933, Belanda

menangkapnya kembali, dibuang ke Ende, Flores. Dari Ende, dibuang ke Bengkulu selama

empat tahun. Di sanalah ia menikahi Fatwamati (1943) yang memberinya lima orang anak;

Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Rahmawati, Sukmawati dan Guruh

Soekarnoputri.

Soekarno adalah seorang cendekiawan yang meninggalkan ratusan karya tulis dan beberapa

naskah drama yang mungkin hanya pernah dipentaskan di Ende, Flores. Kumpulan tulisannya

sudah diterbitkan dengan judul Dibawah Bendera Revolusi, dua jilid. Dari buku setebal kira-

kira 630 halaman tersebut, tulisan pertamanya (1926), berjudul, Nasionalisme, Islamisme,

dan Marxism, bagian paling menarik untuk memahami gelora muda Bung Karno.

Tahun 1942, tentara pendudukan Belanda di Indonesia menyerah pada Jepang. Penindasan

yang dilakukan tentara pendudukan selama tiga tahun jauh lebih kejam. Di balik itu, Jepang

sendiri sudah mengimingi kemerdekaan bagi

Indonesia.Penyerahan diri Jepang setelah dua kota utamanya, Nagasaki dan Hiroshima,

dibom atom oleh tentara Sekutu, tanggal 6 Agustus 1945, membuka cakrawala baru bagi para

pejuang Indonesia. Mereka, tidak perlu menunggu, tetapi merebut kemerdekaan dari Jepang.

Setelah persiapan yang cukup panjang, dipimpin oleh Ir. Soekarno dan Drs Muhammad

Hatta, mereka memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, tanggal 17 Agustus 1945, di Jalan

Pegangsaan Timur No. 52 (sekarang Jln. Proklamasi), Jakarta.

Kaitkata: Bing Karno, Guru Bangsa, proklamator, sejarah, soekarno

105 Tahun Bung   Karno

Posted by: Dian Nurdiana on: Februari 8, 2009

In: soekarno

 

Page 16: biografi soekarno

Tinggalkan Sebuah Komentar

Bertepatan dengan 105 tahun kelahirannya hari ini dan 35 tahun kematiannya sebentar lagi,

apa kira-kira reaksi Ir Soekarno, salah satu Proklamator Republik Indonesia jika ia diberikan

kesempatan untuk “bangkit kembali dari kuburnya” dan melihat situasi bangsa dan negara?

Tidak salah lagi, air mata Soekarno akan mengucur tiada hentinya. Banyak sekali yang akan

ditangisinya, tetapi yang utama adalah hancurnya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia

pada saat ini.

Soekarno mewariskan bangsanya dengan berbagai ajaran yang digalinya sejak ia berjuang

pada usia muda. Namun, jika kita teliti secara saksama, ajaran pokok yang selalu didengung-

dengungkan hingga menjelang wafatnya adalah persatuan bangsa.

Tatkala memberikan sambutannya pada sidang kabinet 15 Januari 1966 di Istana Merdeka,

Presiden Soekarno bercerita, “Aku ini dari kecil mula…yang menjadi gandrung saya bahkan

yang saya derita untuknya, yang saya dimasukkan dalam penjara untuknya, yang saya

dibuang di dalam pembuangan untuknya, bahkan pernah yang saya hampir-hampir saja didrel

mati di Brastagi…untuk bangsa, Tanah Air, kemerdekaan dan negara…. Bangsa harus

menjadi bangsa yang kuat dan besar. Oleh karena itulah belakangan ini selalu saya menangis,

bahkan donder-donder, marah-marah. He, bangsa Indonesia, jangan gontok-gontokan!”

Persatuan Indonesia. Itulah cita-cita paling mendasar yang diperjuangkan oleh Soekarno.

Ketika Pancasila masih dalam tahap draf, persatuan Indonesia dijadikan sila pertama. Tanpa

persatuan, kata Soekarno, suatu bangsa mustahil bisa maju membangun dirinya. Ia kerap

menyitir ucapan Arnold Toynbee bahwa “A great civilization never goes down unless it

destroy itself from within”. Atau ucapan Abraham Lincoln yang tersohor itu, “A nation

divided against itself, cannot stand”. Mana ada bangsa yang bisa bertahan jika terpecah belah

di dalamnya?

Disintegrasi total 

Ketika kita mengenang 105 tahun (Soekarno lahir 6 Juni 1901) kelahiran Soekarno, Indonesia

sesungguhnya sedang berjalan menuju kehancuran atau disintegrasi total. Faktor pokoknya

karena bangsa ini hidup dalam situasi anomali atau valueless state. Di satu sisi kita sudah

meninggalkan Pancasila sebagai pandangan hidup, walau teoritis masih mengakuinya sebagai

ideologi, di sisi lain nilai penggantinya belum diformalkan. Memang kita sedang

bereksperimen dengan liberalisme (plus kapitalisme sebagai anak kandungnya), tetapi banyak

elemen masyarakat yang menolak ideologi tersebut.

Soekarno pasti tahu bahwa para penggantinya telah mengobrak-abrik semua jerih payah yang

diperjuangkannya lebih dari setengah abad. Ketika ia “memberikan” Supersemar kepada

Page 17: biografi soekarno

Jenderal Soeharto, diktum pertamanya antara lain berbunyi “melaksanakan dengan pasti

segala ajaran Pemimpin Besar Revolusi”. Namun, Soeharto dengan bantuan para pemikir dari

“Mafia Berkeley”, segera meninggalkan ajaran Trisakti Soekarno dengan merangkul

liberalisme dalam pembangunan ekonomi. Akibatnya, semakin lama membangun dirinya,

bangsa kita semakin bergantung pada utang luar negeri, suatu realita yang nyata-nyata

mencederai “sakti” kedua dari Trisakti.

Setelah Soeharto jatuh, Habibie naik panggung. Di mata Soeharto, Habibie pun seorang

pengkhianat. Semua orang tahu kalau Habibie anak didik Soeharto. Namun, Soeharto

kabarnya menangis karena menilai Habibie menghancurkan apa yang sudah dibangunnya

selama 30 tahun lebih. Dosa paling besar Habibie di mata Soeharto ialah menjalankan konsep

otonomi daerah yang kebablasan. Menurut teori negara, dalam suatu unitary state (negara

kesatuan), kekuasaan atau kewenangan kepada daerah sepenuhnya diatur oleh pemerintah

pusat.

Ketika daerah tingkat II diberikan otonomi seperti diatur dalam UU Otonomi Daerah yang

dibuat pada rezim Habibie, kendali pusat terhadap daerah pun lemah. Akibatnya, daerah

kemudian menjadi “raja-raja” yang setiap saat dapat menyepelekan perintah pusat.

Nasionalisme kini berganti menjadi regionalisme. Peraturan daerah (perda) kadang lebih

berkuasa daripada undang-undang sekalipun. Kini tidak kurang 20 daerah, baik tingkat I

maupun II, yang sudah mengeluarkan perda yang bernapaskan asas lain dari Pancasila. Toh,

pusat mendiamkan saja.

Pada era Habibie itu juga, persatuan Indonesia mulai digerogoti. Sejumlah elemen radikal

yang sebelumnya diburu oleh Soeharto diberikan kebebasan untuk kembali ke Indonesia.

Satu per satu organisasi kemasyarakatan berasaskan ajaran radikal berdiri. Teror bom mulai

bermunculan di mana-mana.

Quasi negara federal 

Liberalisme seolah mencapai puncaknya pada era Gus Dur. Nama Irian Jaya diganti menjadi

Papua. Gus Dur pun sempat menyatakan persetujuannya atas referendum di Aceh. Istilah

“rakyat Aceh”, “rakyat Riau”, “rakyat Kalimantan Timur”, dan “rakyat Madura” dipakai

bebas tanpa menyadari implikasinya terhadap pelaksanaan sila ke-2 Pancasila.

Ironisnya, Megawati Soekanoputri pun sebenarnya telah mengkhianati bapaknya sendiri.

Dosa paling besar Ibu Mega, dari perspektif Pancasila dan ajaran Bung Karno, adalah

sikapnya yang mendukung amandemen Undang-Undang Dasar 1945. Hasil empat kali

amandemen UUD 1945 adalah puncak kemenangan dari unsur-unsur kekuatan, baik lokal

maupun global, yang memang ingin memecah belah bangsa Indonesia.

Page 18: biografi soekarno

Di bawah naungan “UUD 2002″, Indonesia sesungguhnya bukan lagi negara kesatuan, tetapi

quasi negara federal. Di bawah pemerintahan Megawati juga, proses privatisasi digenjot

habis-habisan. Hasilnya sudah sama-sama kita ketahui, sebagian besar perusahaan unggulan

kita, baik swasta mupun BUMN, kini sudah dikuasai asing. Lagi-lagi suatu pengingkaran

telanjang terhadap “sakti” kedua dari ajaran Trisakti Bung Karno.

Proses disintegrasi seolah mencapai momentum emas pada era pemerintahan Susilo Bambang

Yudhoyono. Tindak anarkis dan menginjak-injak hukum yang kerap dilakukan oleh sejumlah

elemen masyarakat dibiarkan saja. Penegakan hukum kian lemah. Tancapan pengaruh asing

di bidang ekonomi, antara lain dimanifestasikan dalam kasus Blok Cepu dan pencemaran

lingkungan oleh Newmont, semakin kokoh. Kedaulatan kita sebagai bangsa juga merosot.

Kita sungguh tidak mengerti mengapa bantuan kemanusiaan Amerika untuk korban gempa

Yogya harus dikawal oleh puluhan serdadu marinir berseragam yang bersenjata lengkap

layaknya mau bertempur.

Ya, Soekarno pada usianya yang 105 tahun sedang menangis dari liang kuburnya karena

melihat ajaran-ajarannya diinjak-injak oleh para penerusnya!

Kaitkata: Bing Karno, Guru Bangsa, sejarah, soekarno

Gelora Politik   Revolusioner

Posted by: Dian Nurdiana on: Februari 8, 2009

In: Revolusi

 

Tinggalkan Sebuah Komentar

Pembangunan di Era Bung Karno

Fase pertama pemerintahan Presiden Soekarno (1945-1959) diwarnai semangat revolusioner,

serta dipenuhi kemelut politik dan keamanan. Belum genap setahun menganut sistem

presidensial sebagaimana yang diamanatkan UUD 1945, pemerintahan Bung Karno

tergelincir ke sistem semi parlementer. Pemerintahan parlementer pertama dan kedua

dipimpin oleh Perdana Menteri Sutan Sjahrir. Pemerintahan Sjahrir dilanjutkan oleh PM

Muhammad Hatta yang merangkap Wakil Presiden.

Kepemimpinan Bung Karno terus menerus berada di bawah tekanan militer Belanda yang

ingin mengembalikan penjajahannya, pemberontakan-pemberontakan bersenjata, dan

persaingan di antara partai-partai politik. Sementara pemerintahan parlementer jatuh-bangun.

Perekonomian terbengkalai lantaran berlarut-larutnya kemelut politik.

Ironisnya, meskipun menerima sistem parlementer, Bung Karno membiarkan pemerintahan

Page 19: biografi soekarno

berjalan tanpa parlemen yang dihasilkan oleh pemilihan umum. Semua anggota DPR (DPGR)

dan MPR (MPRS) diangkat oleh presiden dari partai-partai politik yang dibentuk berdasarkan

Maklumat Wakil Presiden, tahun 1945.

Demi kebutuhan membentuk Badan Konstituante untuk menyusun konstitusi baru

menggantikan UUD 1945, Bung Karno menyetujui penyelenggaraan Pemilu tahun 1955,

pemilu pertama dan satu-satunya Pemilu selama pemerintahan Bung Karno. Pemilu tersebut

menghasilkan empat besar partai pemenang yakni PNI, Masjumi, NU dan PKI.

Usai Pemilu, Badan Konstituante yang disusun berdasarkan hasil Pemilu, mulai bersidang

untuk menyusun UUD baru. Namun sidang-sidang secara marathon selama lima tahun gagal

mencapai kesepakatan untuk menetapkan sebuah UUD yang baru.

Menyadari bahwa negara berada di ambang perpecahan, Bung Karno dengan dukungan

Angkatan Darat, mengumumkan dekrit 5 Juli 1959. Isinya; membubarkan Badan

Konstituante dan kembali ke UUD 1945. Sejak 1959 sampai 1966, Bung Karno memerintah

dengan dekrit, menafikan Pemilu dan mengangkat dirinya sebagai presiden seumur hidup.

Pemerintahan parlementer yang berpegang pada UUD Sementara, juga jatuh dan bangun oleh

mosi tidak percaya. Akibatnya, kondisi ekonomi morat-marit. Sementara itu, para pemimpin

Masjumi dan PSI terlibat dalam pemberontakan PRRI/Permesta. Kemudian, Bung Karno

membubarkan kedua partai tersebut.

Pada fase kedua kepemimpinannya, 1959-1967, Bung Karno menerapkan demokrasi

terpimpin. Semua anggota DPRGR dan MPRS diangkat untuk mendukung program

pemerintahannya yang lebih fokus pada bidang politik. Bung Karno berusaha keras

menggiring partai-partai politik ke dalam ideologisasi NASAKOM—Nasional, Agama dan

Komunis. Tiga pilar utama partai politik yang mewakili NASAKOM adalah PNI, NU dan

PKI. Bung Karno menggelorakan Manifesto Politik USDEK. Dia menggalang dukungan dari

semua kekuatan NASAKOM.

Namun di tengah tingginya persaingan politik Nasakom itu, pada tahun 1963, bangsa ini

berhasil membebaskan Irian Barat dari cengkraman Belanda. Saat itu yang menjadi Panglima

Komando Mandala (pembebasan Irja) adalah Mayjen Soeharto.

Tahun 1964-965, Bung Karno kembali menggelorakan semangat revolusioner bangsanya ke

dalam peperangan (konfrontasi) melawan Federasi Malaysia yang didukung Inggris.

Sementara, dalam kondisi itu, tersiar kabar tentang sakitnya Bung Karno. Situasi semakin

runyam tatkala PKI melancarkan Gerakan 30 September 1965. Tragedi pembunuhan tujuh

jenderal Angkatan Darat tersebut menimbulkan situasi chaos di seluruh negeri. Kondisi

politik dan keamanan hampir tak terkendali.

Page 20: biografi soekarno

Menyadari kondisi tersebut, Bung Karno mengeluarkan Surat Perintah 11 Maret 1966 kepada

Jenderal Soeharto. Ia mengangkat Jenderal Soeharto selaku Panglima Komando Keamanan

dan Ketertiban (Kopkamtib) yang bertugas mengembalikan keamanan dan ketertiban.

Langkah penertiban pertama yang dilakukan Pak Harto, sejalan dengan tuntutan rakyat ketika

itu, membubarkan PKI. (Selengkapnya baca: Pak Harto Terkait G-30-S/PKI?)

Bung Karno, setelah tragedi berdarah tersebut, dimintai pertanggungjawaban di dalam sidang

istimewa MPRS tahun 1967. Pidato pertanggungjawaban Bung Karno ditolak. Kemudian Pak

Harto diangkat selaku Pejabat Presiden. Pak Harto dikukuhkan oleh MPRS menjadi Presiden

RI yang Kedua, Maret 1968.

Sementara pembangunan ekonomi, selama 22 tahun Indonesia merdeka, praktis

dikesampingkan. Kalaupun ada, pembangunan ekonomi dilaksanakan secara sporadis, tanpa

panduan APBN. Pembangunan dilakukan hanya dengan mengandalkan dana pampasan

perang Jepang.

Dari dana pampasan perang itu, Bung Karno membiayai pembangunan fisik, antara lain,

Hotel Indonesia, Jembatan Semanggi, Gedung Sarinah, Stadion Senayan, Bendungan

Jatiluhur, Hotel Samudra Beach, Hotel Ambarukmo Yogyakarta, Bali Beach dan Sanur

Beach di Bali.

Juga memulai membangun Gedung MPR/DPR, Tugu Monas dan Masjid Agung Istiqlal yang

kemudian dirampungkan dalam era pemerintahan Pak Harto. Emas murni di pucuk Monas

yang tadinya disebut 35 kilogram ternyata hanya 3 kilogram, kemudian disempurnakan pada

era pemerintahan Orde Baru.

Kaitkata: Bing Karno, Guru Bangsa, Politik

Revolusi, proklamasi, Revolusi,sejarah, soekarno, Tragedi

Soekarno   Menggugat

Posted by: Dian Nurdiana on: Februari 8, 2009

In: soekarno

 

Tinggalkan Sebuah Komentar

Oleh Asvi Warman Adam*

Tidak banyak diketahui umum bahwa tahun 1965-1967 Presiden Soekarno sempat berpidato

paling sedikit sebanyak 103 kali. Yang diingat orang hanyalah pidato

pertanggungjawabannya, Nawaksara, yang ditolak MPRS tahun 1967. Dalam memperingati

Page 21: biografi soekarno

100 tahun Bung Karno, tahun 2001 telah diterbitkan kumpulan pidatonya. Namun, hampir

semuanya disampaikan sebelum peristiwa G30S 1965.

Kumpulan naskah ini diawali pidato 30 September 1965 malam (di depan Musyawarah

Nasional Teknik di Istora Senayan, Jakarta) dan diakhiri pidato 15 Februari 1967 (pelantikan

beberapa Duta Besar RI). Pidato-pidato Bung Karno (BK) selama dua tahun itu amat

berharga sebagai sumber sejarah. Ia mengungkapkan aneka hal yang ditutupi bahkan

diputarbalikkan selama Orde Baru. Dari pidato itu juga tergambar betapa sengitnya peralihan

kekuasaan dari Soekarno kepada Soeharto. Di pihak lain, terlihat pula kegetiran seorang

presiden yang ucapannya tidak didengar bahkan dipelintir. Soekarno marah. Ia memaki

dalam bahasa Belanda.

Konteks pidato

Periode 1965-1967 dapat dilihat sebagai masa peralihan kekuasaan dari Soekarno kepada

Soeharto. Dalam versi pemerintah, masa ini dilukiskan sebagai era konsolidasi kekuatan

pendukung Orde Baru (tentara, mahasiswa, dan rakyat) untuk membasmi PKI sampai ke

akarnya serta pembersihan para pendukung Soekarno.

Mulai tahun 1998 di Tanah Air dikenal beberapa versi sejarah yang berbeda. Selain

menonjolkan keterlibatan pihak asing seperti CIA, juga muncul tudingan terhadap

keterlibatan Soeharto dalam “kudeta merangkak”, yaitu rangkaian tindakan dari awal Oktober

1965 sampai keluarnya Supersemar (Surat perintah 11 Maret 1966) dan ditetapkannya

Soeharto sebagai pejabat Presiden tahun 1967. “Kudeta merangkak” terdiri dari beberapa

versi (Saskia Wieringa, Peter Dale Scott, dan Subandrio) dan beberapa tahap.

Substansi pidato

Setelah peristiwa G30S, Soekarno berusaha mengendalikan keadaan melalui pidato-

pidatonya.

“Saya komandokan kepada segenap aparat negara untuk selalu membina persatuan dan

kesatuan seluruh kekuatan progresif revolusioner. Dua, Menyingkirkan jauh-jauh tindakan-

tindakan destruktif seperti rasialisme, pembakaran-pembakaran, dan perusakan-perusakan.

Tiga, menyingkirkan jauh-jauh fitnahan-fitnahan dan tindakan-tindakan atas dasar perasaan

balas dendam.”

Ia juga menyerukan “Awas adu domba antar-Angkatan, jangan mau dibakar. Jangan gontok-

gontokan. Jangan hilang akal. Jangan bakar-bakar, jangan ditunggangi”. Dalam pidato ia

menyinggung Trade Commission Republik Rakyat Tiongkok di Jati Petamburan yang diserbu

massa karena ada isu Juanda meninggal diracun dokter RRT. Padahal, beliau wafat akibat

Page 22: biografi soekarno

serangan jantung. Soekarno menentang rasialisme yang menjadikan warga Tionghoa sebagai

kambing hitam.

Dalam pidato 20 November 1965 di depan keempat panglima Angkatan di Istana Bogor BK

mengatakan, “Ada perwira yang bergudul. Bergudul itu apa? Hei, Bung apa itu bergudul? Ya,

kepala batu.” Tampaknya ucapannya itu ditujukan kepada Soeharto. Pada kesempatan yang

sama Soekarno menegaskan, “Saya yang ditunjuk MPRS menjadi Panglima Besar Revolusi.

Terus terang bukan Subandrio. Bukan Leimena…. Bukan engkau Soeharto, bukan engkau

Soeharto, dan seterusnya (berbeda dengan nama tokoh lain, Soeharto disebut dua kali dan

secara berturut-turut).

Mengapa Soekarno tak mau membubarkan PKI, padahal ini alasan utama kelompok Soeharto

menjatuhkannya dari presiden. Karena dia konsisten dengan pandangan sejak tahun 1925

tentang Nas (Nasionalisme), A (Agama), dan Kom (Komunisme). Dalam pidato ia

menegaskan, yang dimaksudkan dengan Kom bukanlah Komunisme dalam pengertian

sempit, melainkan Marxisme atau lebih tepat “Sosialisme”. Meskipun demikian Soekarno

bersaksi “saya bukan komunis”. Bung Karno juga mengungkapkan keterlibatan pihak asing

yang memberi orang Indonesia uang Rp 150 juta guna mengembangkan “the free world

ideology”. Ia berseru di depan diplomat asing di Jakarta, “Ambassador jangan subversi.”

Tanggal 12 Desember 1965 ketika berpidato dalam rangka ulang tahun Kantor Berita Antara

di Bogor, Presiden mengatakan tidak ada kemaluan yang dipotong dalam peristiwa di Lubang

Buaya. Demikian pula tidak ada mata yang dicungkil seperti ditulis pers.

Peristiwa pembantaian di Jawa Timur diungkapkan Soekarno dalam pidato di depan HMI di

Bogor 18 Desember 1965. Soekarno mengatakan pembunuhan itu dilakukan dengan sadis,

orang bahkan tidak berani menguburkan korban.

“Awas kalau kau berani ngrumat jenazah, engkau akan dibunuh. Jenazah itu diklelerkan saja

di bawah pohon, di pinggir sungai, dilempar bagai bangkai anjing yang sudah mati.”

Dalam kesempatan sama, Bung Karno sempat bercanda di depan mahasiswa itu, “saya sudah

65 tahun meski menurut Ibu Hartini seperti baru 28 tahun. Saya juga melihat Ibu Hartini

seperti 21 tahun.”

Gaya bahasa Soekarno memang khas. Ia tidak segan memakai kata kasar tetapi spontan. Beda

dengan Soeharto yang memakai bahasa halus tetapi tindakannya keras. Di tengah sidang

kabinet, di depan para Menteri, Presiden Soekarno tak segan mengatakan “mau kencing dulu”

jika ia ingin ke belakang . Ketika perintahnya tidak diindahkan, ia berteriak “saya merasa

dikentuti”. Pernah pula ia mengutip cerita Sayuti Melik tentang kemaluannya yang ketembak.

Namun, di lain pihak ia mahir menggunakan kata-kata bernilai sastra, “Kami

Page 23: biografi soekarno

menggoyangkan langit, menggempakan darat, dan menggelorakan samudera agar tidak jadi

bangsa yang hidup hanya dari 2 ½ sen sehari. Bangsa yang kerja keras, bukan bangsa tempe,

bukan bangsa kuli. Bangsa yang rela menderita demi pembelian cita-cita.”

Dalam pidato 30 September 1965 ia sempat mengkritik pers yang kurang tepat dalam menulis

nama anak-anaknya. Nama Megawati sebetulnya Megawati Soekarnaputri, bukan Megawati

Soekarnoputri. Demikian pula dengan Guntur Soekarnaputra.

Di balik pidato

Apa yang disampaikan Soekarno dalam pidato-pidatonya merupakan bantahan atas apa yang

ditulis media. Monopoli informasi sekaligus monopoli kebenaran adalah causa prima dari

Orde Baru. Umar Wirahadikusumah mengumumkan jam malam mulai 1 Oktober 1965, pukul

18.00 sampai 06.00 pagi, dan menutup semua koran kecuali Angkatan Bersenjata dan Berita

Yudha. Koran-koran lain tidak boleh beredar selama seminggu. Waktu sepekan ini

dimanfaatkan pers militer untuk mengampanyekan bahwa PKI ada di belakang G30S.

Meski masih berpidato dalam berbagai kesempatan, pernyataan BK tidak disiarkan oleh

koran-koran. Bila Ben Anderson di jurnal Indonesia terbitan Cornell mengungkapkan hasil

visum et repertum dokter bahwa kemaluan jenderal tidak disilet dalam pembunuhan di

Lubang Buaya 1 Oktober 1965, jauh sebelumnya Soekarno dengan lantang mengatakan, 100

silet yang dibagikan untuk menyilet kemaluan jenderal itu tidak masuk akal.

Dalam pidatonya terdengar keluhan. Misalnya, di Departemen P dan K orang-orang yang

mendukung BK dinonaktifkan. Sebetulnya seberapa drastiskah merosotnya kekuasaan yang

dipegangnya?

Presiden Soekarno masih sempat melantik taruna AURI dan berpidato dalam peringatan 20

tahun KKO. Paling sedikit Angkatan Udara, Marinir, dan sebagian besar tentara Kodam

Brawijaya masih setia kepada Bung Karno. Tetapi kenapa ia hanya sekadar berseru “jangan

gontok-gontokan antarangkatan bersenjata”. Kenapa ia tidak memerintahkan tentara yang

loyal kepadanya untuk melawan pihak yang ingin menjatuhkannya?

Soekarno tidak ingin terjadi pertumpahan darah sesama bangsa. Dalam skala tertentu, yang

tidak diharapkan Bung Karno itu telah terjadi setelah ia meninggal . Demikian pula yang kita

lihat hari ini di Aceh. Sebuah wilayah yang pada tahun 1945 para ulamanya menyerukan

rakyat mereka untuk berdiri di belakang Bung Karno.

Kaitkata: Bing Karno, Guru Bangsa, kemerdekaan, proklamator, sejarah,soekarno

Bung Karno sebagai Guru   Bangsa

Posted by: Dian Nurdiana on: Februari 8, 2009

Page 24: biografi soekarno

In: Guru Bangsa

 

Tinggalkan Sebuah Komentar

Oleh Baskara T Wardaya

Di antara banyak predikat yang telah diberikan kepada Bung Karno, patutlah kiranya pada

peringatan ulang tahunnya yang ke-102 ini ia juga dikenang sebagai guru bangsa. Sebagai

pencetus maupun komunikator, banyak pemikiran penting telah menjadi sumbangan

pendidikan tak terhingga bagi negara-bangsa ini.

Layaknya seorang guru yang cakap, ia mampu menyampaikan gagasan-gagasan penting

dengan lancar, penuh imajinasi, dan komunikatif. Di tangannya, topik-topik bahasan yang

sebenarnya berat menjadi gampang dicerna, mudah dipahami masyarakat luas.

Ingat, misalnya, saat secara berkala pada tahun 1958-1959 ia memberikan rangkaian “kuliah”

guna menjelaskan kembali sila demi sila dari Pancasila sebagai dasar negara, masing-masing

satu sila setiap kesempatan “tatap muka.” Pada 26 Mei 1958 ia memulai rangkaian itu dengan

memberi kuliah tentang pengertian umum Pancasila. Setelah menyampaikan penjelasan

tentang berbagai bentuk kapitalisme dan perlawanan terhadapnya, ia menekankan bahwa

Pancasila bukan hanya merupakan pandangan hidup, melainkan juga alat pemersatu bangsa.

Kuliah pembukaan itu disusul kuliah-kuliah serupa lain yang biasanya diadakan di Istana

Negara dan disiarkan langsung melalui radio ke seluruh penjuru Tanah Air. Berbeda dengan

pidato-pidato Bung Karno di depan massa yang biasanya berapi-api membakar semangat

rakyat, kuliah-kuliah ini berjalan lebih rileks dan komunikatif.

Dengan kuliah-kuliah itu tampaknya Bung Karno ingin sekaligus mengingatkan, Istana

Negara bukan tempat sangar atau sakral yang hanya boleh dimasuki presiden dan pejabat

maha penting negeri ini, tetapi Istana milik rakyat, tempat masyarakat belajar mengenai

banyak hal, termasuk dasar negara. Ia ingin menjadikan Istana (dan mungkin Indonesia

umumnya) sebagai “ruang kuliah” di mana terselenggara proses belajar-mengajar antara

masyarakat dan pemimpinnya.

Teori dan praksis

Dari teori-teori filsafat dan politik serta acuan-acuan historis yang digunakan dalam mengurai

sila-sila Pancasila, tampak pengetahuan Soekarno amat luas dan dalam. Dalam uraian-

uraiannya, tidak jarang ia menyitir pikiran Renan, Confusius, Gandhi, atau Marx. Dengan

begitu, ia seolah ingin menunjukkan dan memberi contoh, tiap warga negara perlu terus

memperluas pengetahuannya. Meski ia sendiri sebenarnya dididik sebagai orang teknik,

namun amat akrab dengan ilmu-ilmu sosial, terutama filsafat, sejarah, politik, dan agama.

Page 25: biografi soekarno

Dalam salah satu kuliahnya Bung Karno menyinggung kembali pertemuan dan dialognya

dengan petani miskin Marhaen. Dialog sendiri sudah berlangsung jauh sebelumnya, tetapi ia

masih mampu mengingat dan menggambarkan amat jelas. Ini menandakan, Soekarno

menaruh perhatian pada perjumpaannya dengan wong cilik, rakyat jelata, dan ingin

menjadikannya sebagai titik tolak perjuangan bersama guna membebaskan rakyat Indonesia

dari belenggu kemiskinan dan ketidakadilan. Baginya retorika memperjuangkan rakyat yang

tidak disertai perjumpaan-perjumpaan langsung dengan rakyat adalah omong kosong.

Dengan kata lain, sebagai guru bangsa ia tak suka hanya berkutat di dunia teori, tetapi juga

menceburkan diri ke realitas kehidupan sehari-hari bangsanya. Bung Karno selalu berupaya

keras mempertemukan “buku” dengan “bumi,” menatapkan teori-teori sosial-politik dengan

realitas keseharian manusia Indonesia yang sedang ia perjuangkan.

Bung Karno terus mempererat kaitan teori dan praksis, refleksi dan aksi. Mungkin inilah

salah satu faktor yang membedakannya dari pemimpin lain, baik yang sezamannya maupun

sesudahnya.

Perlu diingat, lepas dari apakah orang setuju atau tidak dengan uraian dan gagasannya, satu

hal tak dapat diragukan tentang Soekarno: ia bukan seorang pejabat yang korup. Sulit

dibayangkan, Soekarno suka menduduki posisi-posisi tertentu di pemerintahan karena ingin

mencuri uang rakyat atau menumpuk kekayaan untuk diri sendiri.

Perjuangan Soekarno adalah perjuangan tulus, yang disegani bahkan oleh orang-orang yang

tak sepaham dengannya. Karena itu, tak mengherankan betapapun ruwetnya ekonomi

Indonesia di bawah pemerintahaannya, tak terlihat kecenderungan pejabat-pejabat pemerintah

di zaman itu yang tanpa malu korupsi atau berkongkalikong menjual sumber-sumber alam

milik rakyat.

Absennya guru-guru lain

Bagaimanapun juga, sebagai seorang manusia Bung Karno bukan tanpa kelemahan. Dalam

kapasitasnya sebagai pejabat negara, misalnya, ia tampak “menikmati” posisinya sehingga

ada kesan ia tak lagi menempatkan diri sebagai seorang pelayan publik dalam tata masyarakat

demokratis. Sebagai presiden seharusnya ia menyadari kedudukannya sebagai seseorang yang

menjabat sejauh rakyat memberi mandat padanya, itu pun disertai batasan masa jabatan

tertentu.

Rupanya Bung Karno tidak terlalu menghiraukan hal itu. Karenanya ketika tahun 1963

diangkat sebagai presiden seumur hidup, ia tidak menolak.

Sebagai seorang guru yang memandang negerinya sebagai sebuah “ruang kuliah” raksasa dan

rekan-rekan sebangsanya sebagai “murid-murid” yang patuh, terkesan Bung Karno tak

Page 26: biografi soekarno

memerlukan adanya “guru-guru” lain. Ia tak keberatan akan keberadaan mereka, tetapi-sadar

atau tidak-”gaya mengajar”-nya mendorong tokoh-tokoh lain yang potensial untuk juga

menjadi guru bangsa terpaksa menyingkir atau tersingkir.

Kita belum lupa ketika pada 1 Desember 1956 Bung Hatta mengundurkan diri dari jabatan

Wakil Presiden. Kita juga masih ingat bagaimana orang-orang dekat Bung Karno-seperti

Sjahrir, Amir Syarifuddin, Tan Malaka, Moh Natsir, dan lainnya-satu per satu menjauh

darinya.

Pada pertengahan 1950-an rupanya perhatian Bung Karno yang begitu besar kepada

posisinya sendiri membuatnya kurang menyadari bahwa dampak Perang Dingin telah kian

jauh merasuki Indonesia. Kemenangan PKI dalam Pemilu 1955 dan pemilu daerah tahun

1957, misalnya, telah benar-benar mempengaruhi perhatian dan kebijakan para pelaku utama

Perang Dingin terhadap Indonesia.

Di satu pihak, Cina dan Uni Soviet menyambut kemenangan itu dengan gembira karena

menandakan kian meluasnya komunisme di Indonesia. Di lain pihak, bagi AS dan sekutunya,

kemenangan itu meningkatkan ketakutan mereka bahwa Indonesia akan “lepas” dari

lingkaran pengaruh Barat. Dalam pola pikiran teori domino, lepasnya Indonesia akan berarti

terancamnya kepentingan-kepentingan Barat di Asia Tenggara.

Sedikit demi sedikit panggung ketegangan pun dibangun. Tahun 1965-1966 panggung itu

dijadikan arena pertarungan berdarah antara PKI dan unsur-unsur bersenjata yang didukung

Barat. Bung Karno sadar, tetapi terlambat. Dengan gemetar ia terpaksa menyaksikan ratusan

ribu rakyat yang ia cintai dibantai secara terencana dan brutal.

Sedikit demi sedikit ia dijepit. Akhirnya guru bangsa yang besar ini disingkirkan dari

panggung kekuasaan. Ia pun wafat sebagai seorang tahanan politik yang miskin, di negeri

yang kemerdekaannya dengan gigih ia perjuangkan.

Akhir hidup Bung Karno memang memilukan. Tetapi ajaran-ajarannya sebagai guru bangsa

tetap relevan dan penting untuk negara-bangsa ini. Orang dapat belajar tidak hanya dari apa

yang dikatakan, tetapi juga dari tindakan, berikut keunggulan dan kelemahannya. Kita

berharap kaum muda negeri ini tak jemu untuk terus belajar dari sejarah, termasuk dari Bung

Karno sebagai guru bangsa.