Top Banner
Biofarmasi 3 (1): 26-31, Pebruari 2005, ISSN: 1693-2242 2005 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta Skrining Fitokimia dan Analisis Kromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia Buah Labu Siam (Sechium edule Jacq. Swartz.) dalam Ekstrak Etanol The phytochemical screenings and thin layer chromatography analysis of chemical compounds in ethanol extract of labu siam fruit (Sechium edule Jacq. Swartz.) SOERYA DEWI MARLIANA!, VENTY SURYANTI, SUYONO Jurusan Kimia FMIPA Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta 57126. ! Korespondensi: Jl. Ir. Sutami 36A Surakarta 57126. Tel. & Fax.: +62-271-663375. e-mail: [email protected]. Diterima: 3 Januari 2005. Disetujui: 15 Januari 2005. Abstract. The phytochemical screenings and analysis of chemical compounds in ethanol extract of labu siam fruit (Sechium edule Jacq. Swartz.) with Thin Layer Chromatography (TLC) has been carried out. Isolation was done by Soxhlet extraction for 6 hours with petroleum ether and the residue was extracted by maseration during 24 hours with ethanol.The isolated compounds in ethanol extract were identified by phytochemical screenings methode and TLC. The result showed the presence of alkaloid, saponin, cardenolin/bufadienol and flavonoid. Keywords: phytochemistry, TLC, Sechium edule Jacq. Swartz. PENDAHULUAN Famili Cucurbitaceae merupakan salah satu ragam tanaman yang banyak terdapat di Indonesia. Famili ini mencakup lebih dari 750 jenis yang terbagi dalam 100 genus. Selain itu famili Cucurbutaceae telah cukup diketahui mempunyai potensi sebagai obat pada beberapa penyakit. Menurut Duke (2003) tanaman pada famili ini mengandung beberapa senyawa seperti saponin yang berguna sebagai anti tumor pada paru-paru dan rahim, senyawa betasitosterol sebagai antioksidan dan mencegah kanker payudara serta senyawa spinasterol dan stigmasterol berguna sebagai pencegah radang tenggorokan dan obat peresa nyeri. Salah satu spesies tanaman dalam famili Cucur- bitaceae yang biasa digunakan untuk mengobati penyakit adalah labu siam (Sechium edule Jacq. Swartz.). Spesies ini merupakan satu-satunya spesies dalam genus Sechium (Tjitrosoepomo, 1989). Kebanyakan orang mengenal labu siam sebagai sayuran, namun sejak lama bagian daun
68
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Biofarmasi 3

Biofarmasi 3 (1): 26-31, Pebruari 2005, ISSN: 1693-2242 2005 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta

Skrining Fitokimia dan Analisis Kromatografi Lapis Tipis KomponenKimia Buah Labu Siam (Sechium edule Jacq. Swartz.) dalamEkstrak EtanolThe phytochemical screenings and thin layer chromatography analysis ofchemical compounds in ethanol extract of labu siam fruit (Sechium edule Jacq.Swartz.)SOERYA DEWI MARLIANA!, VENTY SURYANTI, SUYONOJurusan Kimia FMIPA Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta 57126. ! Korespondensi: Jl. Ir. Sutami 36A Surakarta 57126. Tel. & Fax.: +62-271-663375. e-mail: [email protected]. Diterima: 3 Januari 2005. Disetujui: 15 Januari 2005. Abstract. The phytochemical screenings and analysis of chemical compounds in ethanol extract of labu siam fruit (Sechium edule Jacq. Swartz.) with Thin Layer Chromatography (TLC) has been carried out. Isolation was done by Soxhlet extraction for 6 hours with petroleum ether and the residue was extracted by maseration during 24 hours with ethanol.The isolated compounds in ethanol extract were identified by phytochemical screenings methode and TLC. The result showed the presence of alkaloid, saponin, cardenolin/bufadienol and flavonoid. Keywords: phytochemistry, TLC, Sechium edule Jacq. Swartz. PENDAHULUAN Famili Cucurbitaceae merupakan salah satu ragam tanaman yang banyak terdapat di Indonesia. Famili ini mencakup lebih dari 750 jenis yang terbagi dalam 100 genus. Selain itu famili Cucurbutaceae telah cukup diketahui mempunyai potensi sebagai obat pada beberapa penyakit. Menurut Duke (2003) tanaman pada famili ini mengandung beberapa senyawa seperti saponin yang berguna sebagai anti tumor pada paru-paru dan rahim, senyawa betasitosterol sebagai antioksidan dan mencegah kanker payudara serta senyawa spinasterol dan stigmasterol berguna sebagai pencegah radang tenggorokan dan obat peresa nyeri. Salah satu spesies tanaman dalam famili Cucur-bitaceae yang biasa digunakan untuk mengobati penyakit adalah labu siam (Sechium edule Jacq. Swartz.). Spesies ini merupakan satu-satunya spesies dalam genus Sechium (Tjitrosoepomo, 1989). Kebanyakan orang mengenal labu siam sebagai sayuran, namun sejak lama bagian daun dari tanaman ini digunakan untuk mengobati penyakit batu ginjal, arteriosclerosis dan tekanan darah tinggi. Sedangkan bagian buahnya biasa digunakan untuk mengurangi retensi urin (Hernando dan Leon, 1994). Namun pengetahuan tentang kandungan kimia yang sudah dipelajari pada labu siam masih sedikit sekali diantaranya adalah citrul-line, asam alfa amino ureido butirat, asam oksalat, dan asam gamma amino butirat (Duke, 2003). Melihat banyaknya khasiat tanaman dari labu siam tersebut diperkirakan tanaman tersebut mengandung bermacam-macam senyawa kimia yang berguna bagi kesehatan. Oleh karena itu pada penelitian ini dilakukan analisis komponen kimia buah labu siam dalam ekstrak etanol.

Page 2: Biofarmasi 3

BAHAN DAN METODE Alat dan bahan Seperangkat alat ekstraksi Soxhlet, seperangkat evaporator buchii, alat-alat gelas, oven, plat KLT, bejana KLT, lampu UV 254 nm dan 366 nm. Labu siam (Sechium edule Jacq. Swartz.) petroleum eter p.a (E. merck),etanol p.a (E. merck), HCl p.a (E. merck),H2SO4 p.a (E. merck), NH3 p.a (E. merck), NaCl p.a (E. merck), kloroform p.a (E. merck), Na2SO4 anhidrat p.a (E. merck), asam asetat glasial p.a (E. merck), benzena p.a (E. merck), logam Mg (Reidel de Haen), pereaksi Mayer, pereaksi Wagner, pereaksi Dragendorff, AlCl3 p.a (E. merck), FeCl3 (E. merck), pereaksi gelatin, aseton p.a (E. merck) dan akuades. Cara kerja Persiapan sampel buah labu siamBuah labu siam dicuci, dikupas kulitnya, dibuang bijinya, dipotong tipis-tipis kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 100oC selama 3-4 jam. Selanjutnya labu siam kering diblender sampai berbentuk serbuk. Ekstraksi sampel labu siamSebanyak 35 g serbuk labu siam diekstraksi Soxhlet menggunakan 350 mL petroleum eter selama 6 jam. Residunya dikeringkan untuk proses selanjutnya. MARLIANA dkk. – Fitokimia buah Sechium edule 27Residu kemudian dimaserasi (direndam dalam etanol selama 24 jam disertai dengan pengadukan). Selanjutnya dilakukan penyaringan dengan buchner untuk memisahkan ekstrak etanol dari ampasnya. Filtrat yang terkumpul dipekatkan dengan destilasi biasa. Analisis skrining fitokimiaUji alkaloid. Uji Alkaloid dilakukan dengan metode Mayer,Wagner dan Dragendorff. Sampel sebanyak 3 mL diletakkan dalam cawan porselin kemudian ditambahkan 5 mL HCl 2 M , diaduk dan kemudian didinginkan pada temperatur ruangan. Setelah sampel dingin ditambahkan 0,5 g NaCl lalu diaduk dan disaring. Filtrat yang diperoleh ditambahkan HCl 2 M sebanyak 3 tetes , kemudian dipisahkan menjadi 4 bagian A, B, C, D. Filtrat A sebagai blangko, filtrat B ditambah pereaksi Mayer, filtrat C ditambah pereaksi Wagner, sedangkan filtrat D digunakan untuk uji penegasan. Apabila terbentuk endapan pada penambahan pereaksi Mayer dan Wagner maka identifikasi menunjukkan adanya alkaloid. Uji penegasan dilakukan dengan menambahkan amonia 25% pada filtrat D hingga PH 8-9. Kemudian ditambahkan kloroform, dan diuapkan diatas waterbath. Selanjutnya ditambahkan HCl 2M, diaduk dan disaring. Filtratnya dibagi menjadi 3 bagian. Filtrat A sebagai blangko, filtrat B diuji dengan pereaksi Mayer, sedangkan filtrat C diuji dengan pereaksi Dragendorff. Terbentuknya endapan menunjukkan adanya alkaloid. Uji tanin dan polifenol. Sebanyak 3 mL sampel diekstraksi akuades panas kemudian didinginkan.

Page 3: Biofarmasi 3

Setelah itu ditambahkan 5 tetes NaCl 10% dan disaring. Filtrat dibagi 3 bagian A, B, dan C. Filtrat A digunakan sebagai blangko, ke dalam filtrat B ditambahkan 3 tetes pereaksi FeCl3, dan ke dalam filtrat C ditambah garam gelatin. Kemudian diamati perubahan yang terjadi. Uji saponin. Uji Saponin dilakukan dengan metode Forth yaitu dengan cara memasukkan 2 mL sampel kedalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 10 mL akuades lalu dikocok selama 30 detik, diamati perubahan yang terjadi. Apabila terbentuk busa yang mantap (tidak hilang selama 30 detik) maka identifikasi menunjukkan adanya saponin. Uji penegasan saponin dilakukan dengan menguapkan sampel sampai kering kemudian mencucinya dengan heksana sampai filtrat jernih. Residu yang tertinggal ditambahkan kloroform, diaduk 5 menit, kemudian ditambahkan Na2SO4 anhidrat dan disaring. Filtrat dibagi menjadi menjadi 2 bagian, A dan B. Filtrat A sebagai blangko, filtrat B ditetesi anhidrat asetat, diaduk perlahan, kemudian ditambah H2SO4 pekat dan diaduk kembali. Terbentuknya cincin merah sampai coklat menunjukkan adanya saponin. Uji Kardenolin dan bufadienol. Uji Kardenolin dan Bufadienol menggunakan 3 metode yaitu metode Keller Killiani, metode Liebeman-Burchard dan metode Kedde. (i) Metode Keller-Killiani yaitu dengan menguapkan 2 mL sampel, dan mencucinya dengan heksana sampai heksana jernih. Residu yang tertinggal dipanaskan diatas penangas air kemudian ditambahkan 3 mL pereaksi FeCl3 dan 1 mL H2SO4 pekat. Jika terlihat cincin merah bata menjadi biru atau ungu maka identifikasi menunjukkan adanya kardenolin dan bufadienol. (ii) Metode Lieberman-Burchard yaitu dengan cara menguapkan sampel sampai kering. Kemudian ditambahkan kedalamnya 10 mL heksana, diaduk selama beberapa menit lalu biarkan. Selanjutnya diuapkan diatas penangas air dan ditambahkan 0,1 g Na2S04 anhidrat lalu diaduk. Larutan disaring sehingga diperoleh filtrat. Kemudian filtrat dipisahkan menjadi 2 bagian, A dan B. Filtrat A sebagai blangko dan filtrat B ditambahkan 3 tetes pereaksi asam asetat glasial dan H2SO4, senyawa kardenolin dan bufadienol akan menunjukkan warna merah sampai ungu. (iii) Metode Kedde yaitu dengan cara menguapkan sampel sampai kering kemudian menambahkan 2 mL kloroform, lalu dikocok dan disaring. Filtrat dibagi menjadi 2 bagian, A dan B. Filtrat A sebagai blangko, dan filtrat B ditambah 4 tetes reagen Kedde. Senyawa kardenolin dan bufadienol akan menunjukkan warna ungu Uji flavonoid. Sebanyak 3 mL sampel diuapkan, dicuci dengan heksana sampai jernih. Residu dilarutkan dalam 20 mL etanol kemudian disaring. Filtrat dibagi 4 bagian A, B, dan C. Filtrat A sebagai blangko, filtrat B ditambahkan 0,5 mL HCl pekat kemudian dipanaskan pada penangas air, jika terjadi perubahan warna merah tua sampai ungu menunjukkan hasil yang positif (metode Bate

Page 4: Biofarmasi 3

Smith-Metchalf). Filtrat C ditambahkan 0,5 mL HCl dan logam Mg kemudian diamati perubahan warna yang terjadi (metode Wilstater). Warna merah sampai jingga diberikan oleh senyawa flavon, warna merah tua diberikan oleh flavonol atau flavonon, warna hijau sampai biru diberikan oleh aglikon atau glikosida. Filtrat D digunakan untuk uji KLT. Uji antrakuinon. Uji antrakuinon dilakukan dengan uji Brontrager dan uji Brontrager termodifikasi. Uji Brontrager dilakukan dengan cara melarutkan 2 mL sampel dengan 10 mL akuades kemudian disaring, filtrat diekstrak dengan 5 mL benzena. Hasil ekstrak dibagi menjadi 2 bagian, A dan B. Filrat A digunakan sebagai blangko dan filtrat B ditambahkan 5 mL ammonia kemudian dikocok, bila terdapat warna merah berarti hasil positif. Uji Brontrager termodifikasi dilakukan dengan melarutkan 2 mL sampel dengan 10 mL 0,5 N KOH dan 1 mL larutan hidrogen peroksida. Kemudian dipanaskan pada waterbath selama 10 menit, didi-nginkan dan disaring. Pada filtratnya ditambahkan asam asetat bertetes-tetes sampai pada kertas lakmus menunjukkan asam. Selanjutnya diekstrak dengan 5 mL benzena. Hasil ekstrak dibagi menjadi 2 bagian, A dan B. Larutan A digunakan sebagai blangko, sedangkan larutan B dibuat basa dengan 2-5 mL larutan amonia. Perubahan warna pada lapisan basa diamati. Warna merah atau merah muda menunjukkan adanya antrakuinon. Biofarmasi 3 (1): 2628 -31. Pebruari 2005. Analisis kromatografi lapistipis (KLT)Uji alkaloid. Filtrat D pada skrining fitokimia ditambah amonia 25% hingga PH 8-9. Kemudian ditambahkan kloroform, dan dipekatkan diatas waterbath. Fase kloroform ditotolkan pada plat silika gel G60. Elusi dilakukan dengan metanol : NH4OH pekat = 200 : 3. Plat dikeringkan dan diamati pada cahaya tampak, UV 254 nm dan 366 nm. Kemudian plat disemprot dengan pereaksi Dragendorff, dikeringkan dan diamati pada cahaya tampak, UV 254 nm dan 366 nm. Uji saponin. Sampel ditambah dengan HCl 2M, diaduk, direfluks 6 jam diatas waterbath, kemudian didinginkan. Setelah itu dinetralkan dengan amonia, diuapkan diatas waterbath, ditambah n-heksana kemudian disaring. Filtratnya kemudian diuapkan diatas waterbath, ditambah 5 tetes kloroform, dan ditotolkan pada plat silika gel G60. Elusi dilakukan dengan kloroform : aseton = 4 : 1. Plat dikeringkan dan diamati pada cahaya tampak, UV 254 nm dan 366 nm. Kemudian plat

Page 5: Biofarmasi 3

disemprot dengan SbCl3 dioven pada suhu 110oC selama 10 menit, dan diamati pada cahaya tampak, UV 254 nm dan 366 nm. Uji kardenolin/bufadienol. Sampel ditotolkan pada plat silika gel G60. Dielusi menggunakan CHCl3 : MeOH = 1:1. Plat dikeringkan dan diamati pada cahaya tampak, UV 254 nm dan 366 nm. Selanjutnya disemprot dengan pereaksi kedde, dikeringkan di udara, dan diamati pada cahaya tampak, UV 254 nm dan 366 nm. Noda biru sampai ungu mengindikasikan adanya lakton tak jenuh. Uji flavonoid. Filtrat C pada skrining fitokimia ditotolkan pada plat silika gel G60. Dielusi dengan butanol : asam asetat : air = 3:1:1, kemudian dikeringkan dan diamati pada cahaya tampak, UV 254 nm dan 366 nm. Selanjutnya plat disemprot dengan amonia, dikeringkan dan diamati kembali pada cahaya tampak, UV 254 nm dan 366 nm. HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstraksi sampel labu siam Hasil ekstraksi Soxhlet 35 gram serbuk labu siam dengan 350 ml petroleum eter diperoleh ekstrak encer berwarna hijau muda. Ekstraksi ini dilakukan untuk mengambil komponen non polar dari sampel buah labu siam. Residu dari ekstraksi Soxhlet kemudian dimaserasi dengan pelarut etanol selama 24 jam dan disertai pengadukan. Hasil ekstrak etanol diperoleh cairan berwarna kuning. Ekstrak etanol ini selanjutnya digunakan untuk analisis berikutnya. Analisis skrining fitokimia Komponen yang terdapat dalam ekstrak etanol labu siam dianalisis golongan senyawanya dengan tes uji warna dengan beberapa pereaksi untuk golongan senyawa alkaloid, tanin dan polifenol, saponin, kardenolin dan bufadienol, flavonoid, dan antrakuinon. Pereaksi-pereaksi spesifik yang digunakan kebanyakan bersifat polar sehingga bisa berinteraksi dengan sampel berdasarkan prinsip ‘like dissolve like’. Hasil skrining fitokimia ekstrak etanol disajikan pada Tabel 1. Terbentuknya endapan pada uji Mayer, Wagner dan Dragendorff berarti dalam ekstrak etanol labu siam terdapat alkaloid. Tujuan penambahan HCl adalah karena alkaloid bersifat basa sehingga biasanya diekstrak dengan pelarut yang mengandung asam (Harborne, 1996). Perlakuan ekstrak dengan NaCl sebelum penambahan pereaksi dilakukan untuk menghilangkan protein. Adanya protein yang mengendap pada penambahan pereaksi yang mengandung logam berat (pereaksi Mayer) dapat memberikan reaksi positif palsu pada beberapa senyawa (Santos et al., 1998). Tabel1. Hasil skrining fitokimia ekstrak etanol labu siam. KandungankimiaMetode pengujian Hasil Ket.Pendahuluan Mayer Wagner Dragendorff

Page 6: Biofarmasi 3

Endapan putih Endapan coklat muda Endapan coklat muda + + + Alkaloid Penegasan Fraksi CHCl3

Mayer Wagner Dragendorff Fraksi air Mayer Wagner Dragendorff Endapan putih Endapan kuning Endapan kuning Endapan putih Endapan putih kekuningan Endapan putih kekuningan + + + + + + Tanin & Polifenol + FeCl3 + Gelatin Tidak ada perubahan Tidak ada perubahan - - Pendahuluan -Uji Forth Membentuk buih + Saponin Penegasan -Uji Lieberman Burchard Cincin warna hijau + Kardenolin/ Bufadienol Uji Lieberman Burchard Uji Keller Killiani Uji Kedde Cincin hijau Merah Merah jambu muda + + + Flavonoid Uji Bate Smith & Mertcalf Uji Wilstater sianidin

Page 7: Biofarmasi 3

Orange Merah + + Antraquinon Uji Borntrager Uji Brontrager termodifikasi Tidak ada perubahan Tidak ada perubahan - - Keterangan: (+) = ada, (-) = tidak ada MARLIANA dkk. – Fitokimia buah Sechium edule 29Hasil positif alkaloid pada uji Mayer ditandai dengan terbentuknya endapan putih. Diperkirakan endapan tersebut adalah kompleks kalium-alkaloid. Pada pembuatan pereaksi Mayer, larutan merkurium(II) klorida ditambah kalium iodida akan bereaksi membentuk endapan merah merkurium(II) iodida. Jika kalium iodida yang ditambahkan berlebih maka akan terbentuk kalium tetraiodomerkurat(II) (Svehla, 1990). Alkaloid mengandung atom nitrogen yang mempunyai pasangan elektron bebas sehingga dapat digunakan untuk membentuk ikatan kovalen koordinat dengan ion logam (McMurry, 2004). Pada uji alkaloid dengan pereaksi Mayer, diperkirakan nitrogen pada alkaloid akan bereaksi dengan ion logam K+ dari kalium tetraiodomerkurat(II) membentuk kompleks kalium-alkaloid yang mengendap. Perkiraan reaksi yang terjadi pada uji Mayer ditunjukkan pada Gambar 1. HgCl2 2KIHgI2 2KINK2 [HgI4]HgI2

K2 [ HgI2 ]N2KClK+

K [HgI4]-

++Kalium tetraiodomerkurat(II)+endapanKalium-Alkaloid++ Gambar 1. Perkiraan reaksi uji Mayer Hasil positif alkaloid pada uji Wagner ditandai dengan terbentuknya endapan coklat muda sampai kuning. Diperkirakan endapan tersebut adalah kalium-alkaloid. Pada pembuatan pereaksi Wagner, iodin bereaksi dengan ion I- dari kalium iodida menghasilkan ion I3- yang berwarna coklat. Pada uji Wagner, ion logam K+ akan membentuk ikatan kovalen koordinat dengan nitrogen pada alkaloid membentuk kompleks kalium-alkaloid yang

Page 8: Biofarmasi 3

mengendap. Reaksi yang terjadi pada uji Wagner ditunjukkan pada Gambar 2. I2NI-

KII3-

I2NK+

I3

+ + + -endapancoklatKalium-Alkaloid+coklat Gambar 2. Perkiraan reaksi uji Wagner. Hasil positif alkaloid pada uji Dragendorff juga ditandai dengan terbentuknya endapan coklat muda sampai kuning. Endapan tersebut adalah kalium-alkaloid. Pada pembuatan pereaksi Dragendorff, bismut nitrat dilarutkan dalam HCl agar tidak terjadi reaksi hidrolisis karena garam-garam bismut mudah terhidrolisis membentuk ion bismutil (BiO+), yang reaksinya ditunjukkan pada Gambar 3. Bi3+ H2O BiO+ 2H+ + + Gambar 3. Reaksi hidrolisis bismut Agar ion Bi3+ tetap berada dalam larutan, maka larutan itu ditambah asam sehingga kesetimbangan akan bergeser ke arah kiri. Selanjutnya ion Bi3+ dari bismut nitrat bereaksi dengan kalium iodida membentuk endapan hitam Bismut(III) iodida yang kemudian melarut dalam kalium iodida berlebih membentuk kalium tetraiodobismutat (Svehla, 1990). Pada uji alkaloid dengan pereaksi Dragendorff, nitrogen digunakan untuk membentuk ikatan kovalen koordinat dengan K+ yang merupakan ion logam. Reaksi pada uji Dragendorff ditunjukkan pada Gambar 4 (Miroslav, 1971). Untuk menegaskan hasil positif alkaloid yang didapatkan, dilakukan uji Mayer, Wagner dan Dragendorff pada fraksi CHCl3 dan fraksi air dari sampel. Bi (NO3)3 3KIBiI3 KI K [BiI4]NK [BiI4]BiI3NK+

3KNO3

[BiI4]_

+ +coklat+Kalium tetraiodobismutat+endapanoranyeKalium-Alkaloid+

Page 9: Biofarmasi 3

Gambar 4. Reaksi uji Dragendorff Pada uji tanin diperoleh hasil negatif, adanya tanin akan mengendapkan protein pada gelatin. Tanin bereaksi dengan gelatin membentuk kopolimer mantap yang tidak larut dalam air (Harborne, 1996). Reaksi ini lebih sensitif dengan penambahan NaCl untuk mempertinggi penggaraman dari tanin-gelatin. Timbulnya busa pada uji Forth menunjukkan adanya glikosida yang mempunyai kemampuan membentuk buih dalam air yang terhidrolisis menjadi glukosa dan senyawa lainnya (Rusdi, 1990). Reaksi pembentukan busa pada uji saponin ditunjukkan pada Gambar 5. Selain uji Forth juga dilakukan uji Lieberman-Burchard yang merupakan uji karakteristik untuk sterol tidak jenuh dan triterpen (Santos et al., 1978). H2OOOH OCH2OHOHOHCO CO2HOHOHCH2OHOHO

+1-Arabinopiriosil-3"-asetil oleanolat Aglikon Glukosa Gambar 5. Reaksi hidrolisis saponin dalam air. Biofarmasi 3 (1): 2630 -31. Pebruari 2005. Hasil positif pada uji Keller Kiliani menunjukkan adanya deoksi gula untuk glikosida (Santos et al., 1978). Warna merah yang terbentuk kemungkinan disebabkan terbentuknya kompleks. Atom oksigen yang mempunyai pasangan elektron bebas pada gugus gula bisa mendonorkan elektronnya pada Fe3+ membentuk kompleks. Perkiraan reaksi yang terjadi pada uji Keller Killiani ditunjukkan pada Gambar 6. OOH OCH2OHOHOHFeCl3O-

O-

Fe3+CH2OHOOO-

+Fe3+- GulaDeoksi gula Gambar 6. Perkiraan reaksi uji Keller Killiani.

Page 10: Biofarmasi 3

Adanya kardenolin/bufadienol dapat dilakukan juga uji Lieberman-Burchard yang merupakan uji karakteristik untuk sterol tidak jenuh dan triterpen (Santos et al., 1978). Hasil positif pada uji Lieberman-Burchard ditandai dengan terbentuknya cincin hijau yang berasal dari reaksi antara sterol tidak jenuh atau triterpen dengan asam (CH3 COOH dan H2SO4). Uji Kedde dilakukan untuk menunjukkan adanya lakton tidak jenuh (Santos, 1978). Hasil positif pada uji Kedde diperkirakan karena terjadi reaksi antara lakton tidak jenuh pada kardenolin/bufadienol dengan 3,5 dinitrobenzen (pereaksi Kedde). Karbonil (C=O) pada lakton tidak jenuh memiliki ikatan # yang mudah putus dan membentuk ikatan baru dengan senyawa 3,5 dinitrobenzen. Karena gugus nitro pada senyawa 3,5 dinitrobenzen merupakan gugus pengarah meta maka diperkirakan ikatan yang terjadi adalah antara atom oksigen pada gugus karbonil dengan atom karbon posisi meta pada 3,5 dinitrobenzen. Perkiraan senyawa yang terbentuk dapat dilihat pada Gambar 7. Hasil positif dengan semua pereaksi tersebut baru menunjukkan adanya gula jantung (kardenolin dan bufadienol). N+

OO-

N+

O-

OOO+ OON+

O-

ON+

O-

OLakton tidak jenuh 3,5 dinitrobenzen Gambar 7. Perkiraan mekanisme reaksi pada uji Kedde Uji Wilstater cyanidin biasa digunakan untuk mendeteksi senyawa yang mempunyai inti $-benzopyron. Warna orange yang terbentuk pada uji Bate Smith-Mertcalf dan warna merah pada uji Wilstater disebabkan karena terbentuknya garam flavilium (Achmad, 1986) seperti pada Gambar 8. OOOHOHOHClOOHOHCl-OHOOHCl-OHCl-

Page 11: Biofarmasi 3

+

+..+++FlavonolGaram Flaviliummerah tua Gambar 8. Mekanisme reaksi pembentukan garam flavilium (Achmad, 1986). Uji Brontrager bisa mendeteksi antrakuinon namun uji ini akan menunjukkan negatif untuk glikosida antrakuinon yang sangat stabil atau turunan tereduksi dari tipe antranol. Karena itu uji Brontrager dimodifikasi dengan sebelumnya menghidrolisis dan mengoksidasi senyawa ini. Antrakuinon akan memberikan karakteristik warna merah, violet, hijau atau ungu dengan basa. Tidak terjadinya perubahan warna pada uji Borntrager dan uji Brontrager termodifikasi menunjukkan tidak adanya antrakuinon pada ekstrak etanol labu siam. Skrining fitokimia tidak dikerjakan untuk terpenoid karena tidak ada pereaksi yang spesifik untuk terpenoid. Uji Lieberman-Burchard yang biasa dikerjakan untuk terpenoid hanya mendeteksi gugus steroid, padahal selain terdapat pada terpenoid, gugus ini juga terdapat pada saponin, kardenolin dan bufadienol. Hasil skrining fitokimia yang telah dilakukan menunjukkan bahwa dalam sampel ekstrak etanol labu siam mengandung alkaloid, tanin dan polifenol, saponin, kardenolin/bufadienol, dan flavonoid, namun tidak mengandung antrakuinon. Analisis kromatografi lapis tipis (KLT) Prosedur uji dengan KLT dilakukan untuk lebih menegaskan hasil yang didapat dari skrining fitokimia. Karena berfungsi sebagai penegasan, maka uji KLT hanya dilakukan untuk golongan-golongan senyawa yang menunjukkan hasil positif pada skrining fitokimia (alkaloid, saponin, kardenolin/bufadienol dan flavonoid). Uji KLT pada tanin dan polifenol tidak dilakukan karena tidak ditemukan prosedur yang tepat. Hasil uji KLT ditunjukkan pada Tabel 2. Pelarut pengembang yang digunakan pada KLT untuk alkaloid adalah etil asetat : metanol : air (100:16,5:13,5). Setelah plat disemprot dengan pereaksi Dragendorff akan menunjukkan bercak coklat jingga berlatar belakang kuning (Harborne, 1996). Timbulnya noda dengan Rf 0,9 berwarna kuning muda pada pengamatan dengan sinar tampak, berwarna kuning pada UV 254 nm dan MARLIANA dkk. – Fitokimia buah Sechium edule 31berwarna hijau muda pada UV 366 nm menegaskan adanya kandungan alkaloid pada ekstrak etanol labu siam. Salah satu pelarut pengembang yang biasa digunakan untuk uji KLT saponin adalah heksana: aseton (4:1). Setelah penyemprotan dengan SbCl3 dalam asam asetat, saponin terdeteksi sebagai noda berwarna merah jambu sampai ungu (Santos et al, 1978). Timbulnya noda dengan Rf 0,84 dan 0,79 yang berwarna merah jambu pada pengamatan

Page 12: Biofarmasi 3

dengan sinar tampak dan berwarna kuning pada UV 366 nm menegaskan adanya kandungan saponin pada ekstrak etanol labu siam. Pelarut pengembang yang digunakan pada KLT untuk kardenolin/bufadienol adalah CHCl3 : metanol (1:1). Setelah penyemprotan dengan pereaksi Kedde, noda biru violet mengindikasikan adanya lakton tidak jenuh yang terdapat pada kardenolin/bufadienol (Harborne, 1996). Timbulnya noda dengan Rf 0,41 yang berwarna kuning kemerahan pada pengamatan dengan sinar tampak dan berwarna biru pada UV 366 nm menegaskan adanya kandungan kardenolin/bufadienol pada ekstrak etanol labu siam. Pelarut pengembang yang digunakan pada uji KLT flavonoid adalah butanol : asam asetat : air (3:1:1). Setelah disemprot dengan amonia, timbul noda dengan Rf 0,92 dan 0,54 yang berwarna kuning muda setelah disemprot dengan amonia pada pengamatan dengan sinar tampak dan berwarna biru pada UV 366 nm menegaskan adanya kandungan flavonoid pada ekstrak etanol labu siam. Hasil uji KLT menegaskan bahwa dalam sampel ekstrak etanol labu siam mengandung alkaloid, saponin, kardenolin/bufadienol dan flavonoid. KESIMPULAN Hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak etanol buah labu siam (Sechium edule Jacq. Swartz.) mengandung alkaloid, saponin, kardenolin/ bufadienol dan flavonoid. Hasil analisis KLT ekstrak buah labu siam mengandung alkaloid, saponin, kardenolin/bufadienol dan flavonoid. DAFTAR PUSTAKA Achmad, S.A. 1986. Kimia Organik Bahan Alam. Jakarta: Karnunika. Duke, J.A. 2003. Phytochemical and Ethnobotanical Databases. Agricultural Research Service. [Online Database] National Germplasm Resources Laboratory. Beltsville, Maryland. (http://www.ars-grin.gov/duke) Harborne, J., 1996. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Cetakan kedua. Penerjemah: Padmawinata, K. dan I. Soediro. Bandung: Penerbit ITB. Hernando, J.E. and J. Leon. 1992. Plant Production and Protection Series. No. 26. Rome: FAO. Italy. McMurry, J. and R.C. Fay. 2004. McMurry Fay Chemistry. 4th edition. Belmont, CA.: Pearson Education International. Miroslav, V. 1971. Detection and Identification of Organic Compound. New York: Planum Publishing Corporation and SNTC Publishers of Technical Literatur. Rusdi. 1990. Tetumbuhan Sebagai Sumber Bahan Obat. Padang: Pusat Penelitian Universitas Andalas. Santos, A.F., B.Q. Guevera, A.M. Mascardo, and C.Q. Estrada. 1978. Phytochemical, Microbiological and Pharmacological, Screening of Medical Plants. Manila: Research Center University of Santo Thomas. Svehla, G. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Edisi kelima. Penerjemah: Setiono, L. dan A.H. Pudjaatmaka. Jakarta: PT Kalman Media Pusaka. Tjitrosoepomo, G. 1989. Taksonomi Tumbuhan (Sperma-tophyta). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Page 13: Biofarmasi 3

Tabel 2. Hasil uji kromatografi lapis tipis (KLT) ekstrak etanol labu siam. Sinar tampak UV 254 UV 366KandungankimiaRf TanpapereaksiTambahpereaksiTanpaperekasiTambahpereaksiTanpapereaksiTambahpereaksiKet.Alkaloid 0,9 Kuning muda Merah Kuning Kuning Hijau muda Hijau kekuningan + Saponin 0,84 0,79 - - Merah jambu Merah jambu - - - - Kuning Kuning Kuning Kuning + + Kardenolin/ Bufadienol 0,41 Hijau muda Kuning merah - - Merah Merah biru + Flavonoid 0,92 0,54 - - Kuning muda Kuning muda - - - - Biru Biru Biru Biru + +

My Self

Page 14: Biofarmasi 3

Beranda

Sabtu, 03 November 2012

KARYA TULIS YACON SMAN 4 TANGERANG

UJI AKTIVITAS ANTIDIABETES

EKSTRAK DAUN SMALLANTHUS SONCHIFOLIA (YAKON)

PADA MENCIT JANTAN STREND DDY

LAPORAN PENELITIAN

Sebagai salah satu persyaratan untuk mengikuti Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR)

Yang diselenggarakan oleh UNTIRTA

Disusun oleh

Ketua : Wahib Robbi Nugroho

Anggota : Romli Atma Hidayat

Siska Wahyu Nahareny

Page 15: Biofarmasi 3

SMA NEGERI 4 KOTA TANGERANG

2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada allah swt atas segala rahmat dan hidayahnya yang telah dilimpahkan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah. Kami menyadari banyak pihak yang telah berpatisipasi dan membantu dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Untuk itu,iringan doa dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan, utamanya kepada:

1. Ibu Dra. JUANA SADELI,SH selaku kepala sekolah SMA Negeri 4 Kota Tangerang

2. Bapak DADANG NURJAMAN S selaku PKS kesiswaan SMA Negeri 4 Kota Tangerang

3. Ibu TITIEK PUJI RAHAYU,S.Si Selaku guru pembina sains SMA Negeri 4 Kota Tangerang

4. Kakak INTAN KOMALASARI dan SISCA SRI UTAMI selaku pembimbing, yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan di tengah-tengah kesibukannya meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga karya tulis ilmiah dapat terselesaikan.

5. Bapak NGADINO Selaku pengurus laboratorium SMA Negeri 4 Tangerang

6. Bapak UDIN dan AGUS selaku satpam SMA Negeri 4 Tangerang yang dengan penuh sabar menunggu kami menyelesaikan ini semua.

7. Ayah dan ibu tercinta yang telah memberikan bantuan moril maupun spiritual

8. Teman-teman ,terima kasih atas segala bantuannya

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih ada kekurangan oleh karna itu penulis saat mengharapkan kritik dan saran yang positif agar karya ilmiah ini menjadi lebih baik dan berdaya guna dimasa yang akan datang. Harapan penulis, mudah-mudahan karya ilmiah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi pembaca,rekan pelajar, dan ibu pertiwi. Amin

Tangerang, Oktober 2012

Page 16: Biofarmasi 3

Penulis

ABSTRAK

Daun Smallanthus sonchifolia (Yakon) dapat digunakan sebagai obat tradisional untuk penyakit diabetes mellitus.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antidiabetes ekstrak Smallanthus sonchifolia (Yakon) pada mencit dengan metode toleransi glukosa. Digunakan 18 ekor mencit jantan dengan berat badan 19 s/d 22 gram.

Ekstrak daun Smallanthus sonchifolia (Yakon) diberikan secara IP. Sebelumnya penelitian dimulai semua hewan uji diberi 1 ml larutan glukosa untuk menaikan kadar gula dalam darah mencit jantan.

Penelitian dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu arah dengan enam perlakuan dan tiga perulangan. Masing-masing perlakuan terdiri dari control,yakon 1, yakon 2,yakon 3,non yakon, dan glibenklamid.

Pada keenam kelompok mencit jantan tersebut dilakukan pengukuran kadar glukosa perharinya, sebanyak tiga kali perulangan dari hari pertama sampai hari ketiga

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa dari perulangan kedua pada mencit kadar glukosa pada mencit mengalami penurunan. Dari hasil uji BNT menunjukan bahwa pada taraf uji 5% dan 1% antara control dan perlakuan berbeda sangat nyata.

Dapat disimpulkan bahwa ektrak daun Smallanthus sonchifolia (Yakon) dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah.

Page 17: Biofarmasi 3

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL i

KATA PENGANTAR ii

ABSTRAK iii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR TABEL v

DAFTAR LAMPIRAN vi

BAB I. PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4

A. Diabetes melitus 4

Penyebab diabetes melitus 5

Gejala diabetes melitus 7

Penggolongan Diabetes Mellitus8

B. Tanaman yakon ( Smallanthus sonchifolius ) 10

Morfologi Smallanthus sonchifolius (yakon) 11

Kandungan Smallanthus sonchifolius (yakon) 12

Khasiat daun Smallanthus sonchifolius (yakon) 12

Mekanisme kerja daun Smallanthus sonchifolius (yakon) 13

BAB III METODELOGI PENELITIAN 14

Waktu dan tempat penelitian 14

Page 18: Biofarmasi 3

Pengambilan sempel 14

Alat dan bahan 14

Prosedure kerja 15

Rancangan percobaan 17

F. Teknik pengumpulan data 19

Analisis data 19

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 20

Hasil 20

Pembahasan 21

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 23

Kesimpulan 23

Saran 23

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR ISIAN PESERTA

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1. Komposisi kimia Smallanthus sonchifolius (yakon) 12

Tabel 2. Berat Badan, Dosis, dan Kadar Gula Darah Selama Percobaan 20

Page 19: Biofarmasi 3

Tabel 3. Rata-rata Kadar Gula Darah Setiap Perlakuan 21

Tabel 4. Rata-rata perubahan 21

Page 20: Biofarmasi 3

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1. Persiapan Hewan Percobaan 24

Lampiran 2. Penginduksian Glukosa Dan Pengambilan Darah 25

Lampiran 3. Gambar persiapan pembuatan ekstrak Smallanthus Sonchifolia(yakon) 26

Page 21: Biofarmasi 3
Page 22: Biofarmasi 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penyakit Diabetes Mellitus adalah penyakit gula atau kencing manis yang terjadi pada seseorang yang mengalami peningkatan kadar gula (glukosa) dalam darah akibat kekurangan insulin atau reseptor insulin tidak berfungsi dengan baik.Diabetes menjadi penyakit yang cukup serius dan mendapat perhatian karena diabetes dapat menyebabkan komplikasi yang menyerang seluruh tubuh. Diabetes Mellitus juga sering membunuh penderitanya dengan mengikutsertakan penyakit-penyakit lainnya dan dapat menyebabkan komplikasi akut dan kronik. Komplikasi akut merupakan penyebab kematian yang cukup tinggi sehingga penyakit ini berdampak pada produktivitas dan dapat menurunkan sumber daya manusia.

Data statistik penderita diabetes di Indonesia menurut WHO pada tahun 2000 berjumlah 8,4 juta orang. Prediksi Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization / WHO) memperkirakan jumlah penderita Diabetes Melitus di Indonesia pada tahun 2030 akan meningkat apabila pola hidup yang dijadikan sebagai acuan dalam riset tersebut berjalan konstan, dapat mencapai angka berkisar 21,3 juta orang. Dengan perbedaan angka yang mencapai 12,9 juta orang dalam 30 tahun, maka dapat disimpulkan bahwa setiap harinya terdapat rata-rata 1178 penderita diabetes baru di Indonesia (indodiabetes.com). Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa upaya penanggulangan penyakit Diabetes Mellitus belum menempati skala prioritas utama dalam pelayanan kesehatan walaupun diketahui dampak negatif yang ditimbulkannya cukup besar.

Saat ini belum ada terapi yang efektif untuk mengobati diabetes (Maiti et al., 2004 dalam Baroni, 2008). Beberapa agen hypoglycemian, seperti sulfonilurea, digunakan sendiri atau bersama-sama

Page 23: Biofarmasi 3

dengan insulin untuk mengobati penyakit ini namun obat tersebut dapat menyebabkan efek samping yang serius (Hwang et al., 2005 dalam Baroni, 2008). Penggunaan obat sintetis mempunyai efek samping yang cukup berbahaya misalnya terjadi gangguan saluran pencernaan seperti mual, muntah dan nyeri epigastrik (www. dechacare.com). Untuk itu diperlukan alternatif antidiabetes yang berasal dari bahan alami. Salah satu potensi alam yang belum banyak diketahui orang sebagai antidiabetes adalah Smallanthus sonchifolia (Yakon).

Smallanthus sonchifolia (Yakon), atau lebih dikenal sebagai pohon insulin, berasal dari Pegunungan Andes Peru dan dapat ditemukan pula di hutan hujan tropis Amerika Selatan, Ekuador, Bolivia dan Kolombia. Saat ini, Yakon telah dibudidayakan dibanyak negara seperti Amerika, Brazil, Jepang, Korea, Taiwan, Selandia Baru, Australia dan Republik Czech yang dipercaya dapat mengatasi penyakit diabetes. (kotasehat.blogspot.com/2011.html )

Smallanthus sonchifolia (Yakon) sangat mudah ditanam dengan cara stek batang seperti menanam singkong (menancapkan batang Yakon ke tanah). Selain itu perawatannya pun mudah, cukup disiram pagi dan sore hari dan tanaman Yakon mampu tumbuh subur walaupun tidak diberi pupuk. Sehingga pengobatan penyakit Diabetes Mellitus tidak memberikan pengaruh beban ekonomi yang besar bagi penderitanya.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa teh yang dibuat dari daun Smallanthus sonchifolia (Yakon) mampu mengurangi glikemia dan meningkatkan konsentrasi insulin dalam plasma dari mencit. Smallanthus sonchifolia (Yakon) kaya dengan insulin dimana unit-unitnya mengandung gula fruktosa yang tidak dapat dicerna oleh enzim pencernaan tetapi dapat difermentasi oleh usus besar selain itu memiliki kandungan fruktosa bebas 35% dan terikat 25%. Sehingga karbohidrat tetap didapat meskipun konsentrasi gula darah rendah. Keadaan inilah yang mencegah penderita diabetes dari hiperglikemia(Aybar et al., 2001 dalam Baroni 2008).

Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun Smallanthus sonchifolia (Yakon) terhadap penurunan gula darah mencit jantan yang mengalami Diabetes Mellitus tipe 1.

B. RumusanMasalah

Apakah ekstrak daun Smallanthus sonchifolia (Yakon) dapat dimanfaatkan sebagai alternatif antidiabetes?

Page 24: Biofarmasi 3

B. TujuanPenelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun Smallanthus sonchifolia (Yakon) terhadap penurunan gula darah mencit jantan strend DDY .

2. Untuk mengetahui dosis ekstrak daun Smallanthus sonchifolia (Yakon) yang optimal terhadap penurunan kadar gula darah mencit jantan strend DDY.

C. Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi tentang manfaat tumbuhan Smallanthus sonchifolia (Yakon).

Memberikan solusi alternatif antidiabetes yang berasal dari bahan alami.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Diabetes

Page 25: Biofarmasi 3

Penyakit Diabetes Mellitus adalah penyakit gula atau kencing manis yang terjadi pada seseorang yang mengalami peningkatan kadar gula (glukosa) dalam darah akibat kekurangan insulin atau reseptor insulin tidak berfungsi dengan baik. Mongensen (2007) menyatakan bahwa Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit dimana metabolisme glukosa tidak normal, suatu resiko komplikasi spesifik perkembangan mikrovaskular dan ditandai dengan adanya peningkatan komplikasi perkembangan makrovaskuler. Secara umum, ketiga elemen diatas telah digunakan untuk mencoba menemukan diagnosis atau penyembuhan diabetes (Mogensen, 2007). Diabetes Mellitus merupakan gangguan metabolisme karbohidrat dimana glukosa di dalam tubuh tidak dioksidasi untuk memproduksi tenaga akibat kekurangan hormon insulin (Oxford Concise Medical Dictionarydalam Martin, 2007). Porth (2006) menambahkan bahwa Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak yang menyebabkan ketidakseimbangan antara penggunaan insulin dan penghasilan insulin. Ketiadaan insulin dapat disebabkan karena gangguan pengeluaran insulin di sel beta pada pankreas, reseptor insulin terganggu atau tidak mencukupi, atau produksi insulin tidak aktif atau penghancuran insulin sebelum bekerja.

Engram (1999) menyebutkan bahwa Diabetes Mellitus merupakan gangguan metabolik klinis yang tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol dimana dikarakteristikkan dengan hiperglikemia karena defisiensi insulin atau ketidakkuatan insulin. Sementara itu Karyadi dan Elvina (2002) menyebutkan bahwa Diabetes Mellitus adalah sekelompok penyakit metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia atau peninggian kadar gula darah akibat gangguan pada pengeluaran (sekresi) insulin, kerja insulin, atau keduanya. Hiperglikemia kronik nantinya dapat menyebabkan kerusakan jangka panjang dan gangguan fungsi organ-organ terutama mata, ginjal, syaraf, jantung dan pembuluh darah

Diabetes Mellitus (DM) didefenisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau defenisi produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas atau disebabkan kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (Ditjen Bina Farmasi & ALKES, 2005).

1. Penyebab Penyakit Diabetes Mellitus

Terjadinya penyakit Diabetes Mellitus disebabkan terganggunya keseimbangan tubuh mengendalikan tingkat gula (glukosa) dalam darahnya. Penderita tidak mampu memproduksi insulin dalam jumlah cukup, sehingga terjadi kelebihan gula dalam tubuh. Ketidakseimbangan dalam sistem metabolisme tubuh inilah yang dapat menimbulkan penyakit. Dalimartha (2005) dalam Hidayah (2008) melaporkan bahwa meningkatnya penderita penyakit degeneratif seperti Diabetes Mellitus salah satunya disebabkan pola makan yang tidak seimbang. Pola makan yang tidak seimbang atau berlebihan akan menyebabkan obesitas. Obesitas inilah yang akan menimbulkan penyakit degeneratif seperti Diabetes Mellitus, jantung koroner, hipertensi dan lain-lain.

Beberapa penyebab terjadinya penyakit Diabetes Mellitus menurut Ahani (2008) adalah sebagai berikut :

Page 26: Biofarmasi 3

a. Genetik atau Faktor Keturunan

Diabetes Mellitus cenderung diturunkan atau diwariskan, bukan ditularkan. Anggota keluarga penderita Diabetes Mellitus memiliki kemungkinan lebih besar terserang penyakit ini dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita Diabetes Mellitus. Para ahli kesehatan juga menyebutkan bahwa Diabetes Mellitus merupakan penyakit yang terpaut kromosom seks atau kelamin. Biasanya kaum laki-laki menjadi penderita sesungguhnya, sedangkan kaum perempuan sebagai pihak yang membawa gen untuk diwariskan kepada anak-anaknya.

b. Virusi Penyebab Diabetes Mellitus

Virus penyebab Diabetes Mellitus adalah rubella, mumps, dan human coxsackievirus B4. Melalui infeksi sitolitik dalam sel beta, virus iniMengakibatkan destruksi atau perusakan sel. Bisa juga, virus ini menyerang melalui reaksi autoimunitas yang menyebebkan hilangnya autoimun dalam sel beta. Diabetes Mellitus akibat bakteri masih belum bisa dideteksi. Namun, para ahli kesehatan menduga bakteri cukup berperan menyebabkan Diabetes Mellitus.

c. Bahan Toksik atau Beracun

Bahan beracun yang mampu merusak sel beta secara langsung adalah alloxan, pyrinuron (rodentisida), dan streptozoctin (produk dari sejenis jamur).

d. Nutrisi Makanan

Nutrisi makanan berhubungan dengan pola diet. Pola diet yang tidak tepat yang menyebabkan diabetes adalah diet tinggi lemak, tinggi karbohidrat, tinggi kalori (Smeltzet dan Bare, 2002 dalam Hidayah 2008). Nutrisi makanan juga berhubungan dengan obesitas. Nutrisi yang berlebihan merupakan faktor resiko pertama yang diketahui menyebabkan Diabetes Mellitus.

e. Obesitas

Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan di jaringan adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan. Obesitas menyebabkan respon sel beta terhadap glukosa darah menjadi berkurang. Selain itu reseptor insulin pada sel target di seluruh tubuh kurang sensitif dan jumlahnya berkurang sehingga insulin dalam darah tidak dapat dimanfaatkan. Keadaan obesitas ini meningkatkan resiko penyakit kardiovaskuler karena keterkaitannya dengan sindrom metabolik.

Page 27: Biofarmasi 3

2. Gejala Penderita Diabetes Mellitus

Penyakit Diabetes Mellitus menunjukkan gejala-gejala pada penderitanya. Pada diabetes tipe I, gejala muncul dengan sangat cepat, sedangkan diabetes tipe II munculnya lebih lambat tetapi membahayakan. Gejala yang selalu ada pada penderita diabetes adalah 3 poli, yaitu poliuria (banyak berkemih), polidipsia (selalu haus) dan polifagia (selalu lapar). Ketiga gejala ini sangat berkaitan dengan kejadian hiperglikemik dan glikosuria pada penderita diabetes.

Kehilangan berat badan juga terjadi walaupun nafsu makan adalah normal atau bertambah pada penderita yang mempunyai diabetes tipe I. Penyebab kehilangan berat badan ada dua. Pertama disebabkan oleh kehilangan cairan tubuh akibat diuresis osmotik dan muntah, meningkatkan lagi kehilangan cairan pada ketoasidosis. Kedua, disebabkan kekurangan insulin menyebabkan tenaga berkurang sehingga menyebabkan lemak dan protein pada tingkat sel harus dicerna sebagai sumber energi. Namun kehilangan berat badan ini terjadi pada penderita dengan diabetes tipe I sedangkan penderita diabetes tipe II lebih sering mengalami obesitas.

Gejala yang sering muncul pada diabetes tipe 1 adalah tidak dapat mengendalikan keinginan untuk buang air kecil (poliuria), berat badan menurun drastis, kadar glukosa tinggi dalam darah dan urin, mual dan muntah, nyeri perut, dehidrasi, mudah lelah, mudah terinfeksi, daya penglihatan berkurang dan ketoasidosis (kondisi fatal akumulasi keton). Sedangkan pada penderita diabetes mellitus tipe 2 gejala yang sering muncul antara lain: impotensi, mudah lelah, luka yang susah sembuh dan mati rasa. Dalam beberapa kasus gejala yang muncul bisa mirip dengan diabetes mellitus tipe 1 seperti poliuria dan polidipsia (banyak minum), infeksi, gatal pada seluruh tubuh dan koma (Utami, 2003 dan Maryland Medical Center, 2002 dalam Hidayah 2008).

Menurut Dalimartha (2005) dalam Hidayah (2008) bahwa keadaan poliuria oleh penderita diabetes terjadi karena kadar glukosa darah yang tinggi. Pada saat glukosa darah melebihi ambang ginjal (renal threhold) maka glukosa yang berlebihan ini akan dikeluarkan (ekskresi) melalui kencing. Keluhan polidipsia terjadi karena rasa haus yang berlebihan akibat kencing yang terlalu banyak. Akibatnya timbul rangsangan ke susunan saraf pusat sehingga penderita merasa haus dan ingin minum terus (polidipsi). Keluhan polipagia terjadi karena adanya rangsangan ke susunan saraf pusat karena kadar glukosa di dalam sel berkurang. Kekurangan glukosa ini terjadi akibat tubuh kekukarangan insulin sehingga glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat kekurangan glukosa intraseluler maka timbul rangsangan ke sistem saraf pusat sehingga penderita merasa lapar dan ingin makan.

Page 28: Biofarmasi 3

Gejala lain yang ditunjukkan adalah hiperglikemik termasuk gangguan pemandangan, keletihan, parestesis dan infeksi kulit. Gangguan pemandangan terjadi apabila lensa dan retina selalu mengalami efek hiperosmotik akibat dari peningkatan glukosa dalam darah. Plasma volume yang rendah menyebabkan badan lemah dan letih. Parestesis menandakan adanya disfungsi sementara pada saraf sensorik perifer. Infeksi kulit kronik sering terjadi pada penderita Diabetes Mellitus tipe II (Porth, 2006).

Menurut Utami (2003) dan Dalimartha (2005), parameter umum yang digunakan untuk mendiagnosis Diabetes Mellitus adalah:

a. Seseorang dikatakan menderita diabetes mellitus jika kadar glukosa darah ketika puasa > 120 mg/dl atau 2 jam setelah minum larutan glukosa 75 g menunjukkan glukosa darah > 200 mg/dl. Sedangkan gula darah pada mencit yang mengalami diabetes sebesar > 150 mg/dl (Chairunnisa, 2010)

b. Seseorang dikatakan terganggu toleransi glukosanya, jika kadar glukosa darah ketika puasa 100-125 mg/dl atau 2 jam setelah minum larutan glukosa 75 g menunjukkan glukosa 140 – 199 mg/dl

c. Seseorang dikatakan normal (tidak menderita diabetes mellitus), jika kadar glukosa darah ketika puasa < 110 mg/dl dan kadar glukosa darah 2 jam setelahnya < 140 mg/dl. Sedangkan kadar gula darah normal pada mencit minimal 62 mg/dl (Malole & Pramono, 1989 dalam Tyas Utami, 2009).

3. Penggolongan Diabetes Mellitus

Organisasi Kesehatan Dunia, WHO mengakui tiga bentuk Diabetes Mellitus, yaitu:

a. Diabetes Mellitus tipe I

Diabetes Mellitus tipe I (Insulin Dependent Diabetes Mellitus, IDDM) adalah diabetes yang terjadi karena berkurangnya rasio insulin dalam sirkulasi darah akibat rusaknya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau Lagerhans pankreas. IDDM dapat diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa.

Kebanyakan penderita Diabetes Mellitus tipe 1 memiliki kesehatan dan berat badan yang baik saat penyakit ini mulai dideritanya. Selain itu, sensitivitas maupun respon tubuh terhadap insulin umumnya normal pada penderita Diabetes Mellitus tipe ini, terutama pada tahap awal. Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada Diabetes Mellitus tipe 1 adalah kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh. Respon autoimun dipacu oleh aktivitas limfosit, antibody terhadap sel pulau langerhans dan terhadap insulin itu sendiri (Misnadiarly, 2006)

Saat ini, Diabetes Mellitus tipe 1 hanya dapat diobati dengan menggunakan insulin melalui pengawasan yang teliti terhadap tingkat glukosa darah melalui alat monitor pengujian darah. Pengobatan dasar Diabetes Mellitus tipe 1, bahkan untuk tahap paling awal sekalipun adalah penggantian insulin. Tanpa

Page 29: Biofarmasi 3

insulin, ketosis dan diabetic ketoacidosis bisa menyebabkan koma bahkan bisa mengakibatkan kematian. Penekanan juga diberikan pada penyesuaian gaya hidup (diet dan olahraga).

b. Diabetes Mellitus tipe II

Diabetes mellitus tipe II (Non-Insulin-Dependent Diabetes Mellitus, NIDDM) merupakan tipe Diabetes Mellitus yang terjadi bukan disebabkan oleh rasio insulin di dalam sirkulasi darah melainkan karena kelainan metabolisme yang disebabkan oleh mutasi pada banyak gen, termasuk yang mengekspresikan disfungsi sel β, gangguan sekresi hormon insulin, resistansi sel terhadap insulin terutama pada hati menjadi kurang peka terhadap insulin serta yang menekan penyerapan glukosa oleh otot lurik namun meningkatkan sekresi gula darah oleh hati. Mutasi gen tersebut sering terjadi pada kromosom 19 yang merupakan kromosom terpadat yang ditemukan pada manusia.

Pada tahap awal kelainan yang muncul adalah berkurangnya sensitifitas terhadap insulin, yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah. Hiperglisemia dapat diatasi dengan obat antidiabetes yang dapat meningkatkan sensitifitas terhadap insulin atau mengurangi produksi glukosa dari hepar, namun semakin parah penyakit, sekresi insulin pun semakin berkurang, dan terapi dengan insulin kadang dibutuhkan. Ada beberapa teori yang menyebutkan penyebab pasti dan mekanisme terjadinya resistensi ini, namun obesitas sentral diketahui sebagai faktor predisposisi terjadinya resistensi terhadap insulin. Obesitas ditemukan di kira-kira 90% dari pasien dunia dikembangkan diagnosis dengan jenis 2 kencing manis. Faktor lain meliputi sejarah keluarga, walaupun di dekade yang terakhir telah terus meningkat mulai untuk mempengaruhi anak remaja dan anak-anak.

B. Smallanthus sonchifolius (Poepp. et Endl.) H. Robinson (Yakon)

Smallanthus sonchifolius (Yakon) atau lebih dikenal sebagai pohon insulin belum popular di Indonesia. Tumbuhan yang berasal dari Pegunungan Andes, Peru ini dipercaya dapat mengatasi penyakit diabetes. Smallanthus sonchifolius (Yakon) untuk pertama kalinya dibukukan pada tahun 1615 oleh kolumnis Guaman Poma dari Ayala, ketika ia mendaftarkan Yakon sebagai satu dari 55 tanaman asli dari Andes. Tumbuhan ini dapat ditemukan pula di hutan hujan tropis Amerika Selatan, Ekuador, Bolivia dan Kolombia. Saat ini, yakon telah dibudidayakan dibanyak negara seperti Amerika, Brazil, Jepang, Korea, Taiwan, Selandia Baru, Australia dan Republik Czech.

Smallanthus sonchifolius (Yakon) baru dikenal di Indonesia sekitar tahun 2006, tepatnya di Bandung dan Yogyakarta merupakan pusat budidaya Smallanthus sonchifolius (Yakon) di Indonesia saat ini. Tanaman ini sangat mudah ditanam, hanya dengan cara distek seperti menanam singkong (menancapkan batang yakon ke tanah) maka tanaman akan tumbuh subur dengan sendirinya. Perawatannya pun mudah, cukup disiram pagi dan sore hari.

Taksonomi Smallanthus sonchifolius (Yakon) adalah sebagai berikut:

Page 30: Biofarmasi 3

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Asterales

Suku : Asteraceae

Genus : Smallanthus

Spesies : Smallanthus sonchifolius (Poepp.) H.Rob.

1. Morfologi Smallanthus sonchifolius

Smallanthus sonchifolius (Yakon) merupakan tanaman dari keluarga bunga matahari, berdaun hijau tua seperti seledri, bunganya berwarna kuning berbentuk seperti bunga aster, mempunyai umbi yang dapat dimakan dengan daging berwarna putih kekuningan dan manis, tanaman ini dapat tumbuh hingga 1,5-3 m.

Grau dan Rea (1997) menggambarkan yakon sebagai ramuan abadi dari 1,5 sampai 3 m. Sistem akar terdiri dari 4-20 akar berbonggol yang dapat mencapai panjang 25 cm dengan diameter 10 cm, dan sistem akar ekstensif berserat tipis.. Warna daging umbi bervariasi, yaitu: putih, krem, putih dengan striations ungu, ungu, pink dan kuning. Kulit umbi berwarna coklat, merah muda, ungu, krem atau putih gading dan sangat tipis (1-2 mm). Batang berbentuk silinder atau sub-angular, bercabang dan berwarna hijau. Daun berebntuk bulat telur; daun atas adalah ovate-lanset, tanpa lobus dan basis hastate. Sistem perbungaan adalah terminal, terdiri dari satu hingga lima sumbu, masing-masing dengan tiga capitula. Warna bunga bervariasi antara kuning ke oranye terang, flower ray bergigi dua atau tiga.

Gambar 1. Smallanthus sonchifolius. Aspek morfologinya (Leon 1964). A: flowering branches, B: leaves, C: flower head, D-F: tuberous roots, G: transverse section of the tuberous root (x: xylem; c: cortex tissues), H: staminate disk flower, I: pistillate ray flower. http://www.newcrops.uq.edu.au

2. Kandungan Smallanthus sonchifolius

Smallanthus sonchifolius (Yakon) kaya dengan insulin dimana unit-unitnya mengandung gula-gula fruktosa yang tidak dapat dicerna oleh enzim pencernaan tetapi dapat difermentasi oleh usus besar. Selain itu Smallanthus sonchifolius (Yakon) sendiri kandungan fruktosanya 35% bebas dan 25% terikat sehingga karbohidrat tetap didapat meskipun konsentrasi gula darah rendah. Keadaan inilah yang mencegah penderita diabetes dari hiperglikemia (over-aktivitas) dan karenanya dengan konsumsi Yakon

Page 31: Biofarmasi 3

tak mungkin meningkatkan kadar gula dalam darah. Itu berarti yacon secara alami terbukti rendah kalori. (www.kesehatan.kompasiana.com)

Efek hipoglikemik Smallanthus sonchifolius (Yakon) pernah diuji oleh Manuel J Aybar dari Departamento de Biologia del Desarrollo, Universidad Nacional de Tucuma, Argentina. Sebanyak 20 gram daun Smallanthus sonchifolius (Yakon) kering dilarutkan pada 200 ml air yang dididihkan selama 20 menit. Setelah dingin, ramuan disaring. Peneliti Smallanthus sonchifolius (Yakon) itu juga menemukan jika daun Yakon digunakan sebagai teh, akan memiliki efek untuk mengurangi puncak kadar gula ketika kita menyantap makanan manis atau yang mengandung karbohidrat. Kadar gula yang tinggi merupakan masalah terbesar dari seorang penderita diabetes karena tubuh tidak bisa memproduksi atau menggunakan insulin, hormon yang biasanya digunakan untuk memproses makanan.

Tabel 1. Senyawa yang terkandung dalam tanaman yakon:Senyawa kimia Umbi Daun Batang

Kalsium23 1805 967

Potasium 228,2

Besi 0,3 10,82 7,29

Tembaga 0,96 < 0,5 < 0,5

Mangan 0,54 3,067 < 0,5

Seng 0,67 6,20 2,93

Fosfor 21 543 415

Retinol 10

Karoten0,08

Asam asorbat 13

Page 32: Biofarmasi 3

Tiamin 0,01

Riboflavin 0,11

Niasin 0,33

3. Khasiat Daun Yakon

Daun yakon mempunyai banyak khasiat, seperti :

1. Sebagai obat diabetes

2. Sebagai penguat hati dan obat masalah hati

3. Sebagai antimikrobial untuk ginjal dan infeksi kandung kemih

4. Sebagai antioksidan (terutama pada hati)

Daun yakon dapat menurunkan kadar gula dalam darah. Serta dapat meningkatkan efek insulin dan obat diabetes sehingga bagi pemakai daun yakon perlu dilakukan pengecekan kadar gula darahnya sebelum dan selama pemakaian daun yakon.

Daun yakon dapat dikonsumsi dengan cara di minum seperti halnya meminum jamu atau teh dengan cara dikeringkan dahulu atau daun segar direbus kemudian airnya diminum 2 sampai 3 kali sehari satu cangkir. Di Indonesia sudah ada yang menjual teh yakon, yaitu daun yakon yang sudah dikeringkan sehingga memudahkan konsumen untuk meminumnya,salah satu contonya adalahteh yakon. Teh yakon adalah bubuk daun yakon yang telah dikeringkan. Teh yakon ini dibuat untuk mempermudah pemakaian daun yakon, karena teh yakon akan tahan lebih lama bila disimpan. Teh yakon komersial, yang beredar dipasaran ada yang berbentuk bubuk atau teh celup. Teh yakon mempunyai khasiat yang sama dengan daun yakon segar. Saat ini teh yakon sudah banyak diproduksi dan telah dijual bebas. Teh yakon banyak

Page 33: Biofarmasi 3

diproduksi di beberapa negara seperti Peru, Cina, Filipina, Malaysia, dan Amerika. Saat ini, di Indonesia telah ada produsen teh yakon di Jawa Tengah, dimana tanaman yakon pun dibudidayakan sendiri di sana.

Selain daun ,umbi yakon juga mempunyai manfaat tersendiri mempunyai rasa yang manis, dapat dimakan mentah, dikukus atau digoreng. Umbi yakon juga dapat dibuat jus dan dibuat konsentrat menjadi sirup dan pemanis. Untuk meningkatkan rasa manis pada umbi, sebelum dikonsumsi sebaiknya umbi dijemur di bawah sinar matahari sampai kulitnya berkerut, kemudian kupas kulitnya, maka daging umbi dapat dimakan langsung.

Umbi yakon ini sangat baik dikonsumsi oleh penderita diabetes dan orang-orang yang diet karena umbi yakon mengandung insulin, yaitu sejenis gula yang tidak dapat dicerna, sehingga walaupun rasanya manis tetapi kandungan kalorinya rendah. Selain itu, umbi yakon juga mengandung FOS (fructo-oligosaccharide), yaitu sejenis fruktosa yang tidak dapat diserap tubuh. Umbi yakon mengandung 86-90% air dan hanya mengandung sedikit protein dan lipid. Kandungan fruktosa di dalam umbi yakon terdiri atas 35% fruktosa bebas dan 25% fruktosa terikat. Fruktosa dalam yakon 70% lebih manis dari gula tebu. Sehingga karbohidrat tetap dapat disuplai walaupun pada saat kadar gula darah rendah.Sehingga dapat menjaga hiperglikemia pada penderita diabetes.Yakon mengandung kadar gula alami yang rendah. Sebotol sirup yakon mempunyai kalori separuh dari sebotol madu. Sirup yang terbuat dari umbi yakon juga bermanfaat sebagai prebiotik, yaitu memberi makanan kepada bakteri baik di dalam usus besar sehinga dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan membantu sistem pencernaan. Umbi yakon terbukti dapat menurunkan kadar trigliserida dalam darah. Umbi yakon tidak terbukti dapat menurunkan kadar gula dalam darah tetapi tidak mengakibatkan peningkatan gula darah. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,dengan merebus 5 lembar daun yakon segar dengan air 2 gelas sampai air yang tersisa hanya 1 gelas. Kemudian airnya diminum 2 kali sehari satu gelas. Turunnya kadar gula darah tergantung dari penderita diabetes itu sendiri, oleh karena itu perlunya pemantauan kadar gula darah selama meminum yakon, bila kadar gula darah sudah normal maka konsumsi daun yakon harus dihentikan. Cara lain mengkonsumsi daun yakon (di Kolombia) yaitu dengan menjemur lima daun yakon secara terbalik. Setelah kering, digerus hingga menghasilkan 15 gram. Serbuk daun dilarutkan dalam 600 ml air mendidih. Air berwarna hijau pekat itu diminum 3 kali sehari (pagi, siang, dan malam).

4. Mekanisme kerja ekstrak daun yakon

Obat ini bekerja dengan menghambat ATP-sensitif saluran kalium di pankreassel beta . Penghambatan ini menyebabkan sel membran depolarisasi pembukaan tegangan tergantung saluran kalsium . Hal ini menyebabkan peningkatan intraselular kalsium dalam sel beta dan stimulasi selanjutnya insulin rilis. (…….)

Page 34: Biofarmasi 3

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 7 - 17 Oktober 2012 di Laboratorium IPA SMA Negeri 4 Kota Tangerang.

B. Pengambilan Sampel

Page 35: Biofarmasi 3

Daun Smallanthus sonchifolius (Yakon) diambil di daerah Pesing Koneng RT.014/08, No.54, Kedoya Utara, Jakarta Barat. Hewan uji yang digunakan adalah mencit jantan strend DDY dari Fakultas Kedokteran Hewan IPB, Bogor.

C. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan :

· Timbangan

· Corong

· Pipet

· Gelas erlenmeyer

· Alat uji gula darah

· Gelas ukur

· Gelas kimia

· Kandang mencit

· Botol minuman mencit

· Blood Lancets

· Sarung tangan

· Syiringe 1 ml

· Jarum suntik IP.

Bahan bahan yang digunakan :

· Daun Smallanthus sonchifolius (Yakon)

· Mencit jantan strend DDY

Page 36: Biofarmasi 3

· Pelet

· Alkohol 70%

· Larutan glukosa 10%

· Aquadest

· Glibenklamid

· Kertas Saring

· Tissue

· Strip Gluko Dr

D. Prosedur Kerja

1. Preparasi Ekstrak Smallanthus sonchifolius (Yakon)

Sampel daun Smallanthus sonchifolius (Yakon) dibersihkan dari kotoran seperti tanah dan pasir. Kemudian daun dikeringkan dengan cara dijemur di bawah sinar matahari hingga kering dan dihaluskan. 15 gram daun Smallanthus sonchifolius (Yakon) yang sudah dihaluskan diseduh dalam air panas hingga warna air berubah menjadi kecoklatan. Kemudian disaring dengan kertas saring dan dihasilkan ekstrak Smallanthus sonchifolius (Yakon).

2. Persiapan Hewan Percobaan Diabetes

Sebelum digunakan, mencit diaklimatisasi selama satu hari dengan diberi pakan pelet dan diberi minum aquadest. Mencit yang akan diinduksikan diabetes dipuasakan selama 8 jam (air minum glukosa tetap diberikan untuk kelompok eksperimen sedangkan untuk kelompok terkontrol diberikan minum aquadest). Kemudian mencit didiabetkan dengan cara menginjeksikan larutan glukosa melalui selangkangan. Hal ini dilakukan untuk mempercepat proses diabet pada mencit dengan dosis 10 % glukosa selama lima hari. Pada hari ke-6 kadar gula darah mencit dicek dengan menggunakan alat gluko Dr. Mencit yang telah diukur kadar gula darahnya dan positif terjangkit diabetes (Chairunnisa, 2010) dipisahkan.

3. Penentuan Besar Dosis Pemberian Ekstrak Daun Smallanthus sonchifolius (Yakon)

Volume larutan yang diberikan pada mencit percobaan tidak melebihi jumlah tertentu batas volume maksimal (ml) yang diberikan pada mencit adalah 1 ml/bb mencit. Dosis pemakaian untuk

Page 37: Biofarmasi 3

mencit dapat dihitung dengan mengkalikan dosis pemakaian pada manusia tersebut dengan faktor konversi manusia ke tikus yaitu 0.0026, sehingga didapatkan dosis pemakaian untuk mencit, yaitu:

a. Dosis 2x (double) :

b. Dosis 1x (single) :

c. Dosis 0.5 :

Dosis 20 gram mencit = Dosis manusia

= 15

= 0, 039 gr = 39 mg

a. Dosis mencit 1x =

b. Dosis mencit 2x =

c. Dosis mencit 0,5x =

Keterangan:

BB = Berat badan mencit (gram)

20 = perbandingan berat badan mencit (didapat dari jurnal yang ada)

0,0026 = angka konversi dosis ekstrak daun Smallanthus sonchifolius

dari manusia ke mencit.

4. Penentuan Besar Dosis pemberian Glibenklamid

Dosis pemberian glibenklamid dihitung dengan menggunakan rumus:

Keterangan :

BB = berat badan mencit (gr)

20 = berat badan acuan

0.0135 = konstanta kadar glibenklamid

5 gr = dosis glibenklammid

Page 38: Biofarmasi 3

5. Penentuan Besar Dosis pemberian Larutan Glukosa

Dosis pemberian glibenklamid dihitung dengan menggunakan rumus:

6. Injeksi Larutan Glukosa pada Mencit Jantan

Injeksi larutan glukosa pada mencit jantan dilakukan secara subkutan. Injeksi secara subkutan dilakukan pada daerah selagkangan. Teknik yang umum adalah dengan memegang lipatan kulit dengan satu tangan sementara jarum dimasukkan di bawah kulit pada dasar lipatannya. Pada bagian tersebut ditusukkan jarum suntik lalu diinjeksi larutan glukosa 10% sebanyak satu kali.

7. Pengambilan sampel

Pengukuran kadar glukosa dilakukan dengan menggunakan glukometer dengan prosedur sebagai berikut:

a. Strip dimasukkan pada glukometer, dipersiapkan untuk mengukur

b. Mencit dipegang dengan erat, ekor tikus dipegang dan diberi alkohol. Kemudian ujung ekor ditusuk dengan jarum lancet, darah yang keluar diteteskan pada strip glukotest

c. Hasil perhitungan kadar glukosa darah yang terbaca pada glukometer dicatat sebagai data.

E. Rancangan Percobaan

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) factor tunggal dengan enam perlakuan dan tiga perulangan. Penelitian diawali dengan persiapan alat dan bahan penelitian yang dilakukan selama 10 hari termasuk pemeliharaan awal mencit sebelum dan sesudah induksi glukosa dilakukan. Mencit jantan dipelihara berkelompok dalam kandang berukuran 30 cm X 20 cm X 25 cm dimana masing-masing kandang terdiri dari 3 – 4 ekor dan diberikan pakan sebanyak 15 gr /mencit /hari dan minum yang diletakan dalam wadah khusus yang sudah disediakan masing-masing kandang.

Tahap pertama penelitian dilakukan dengan menginduksikan 20 ekor mencit dengan glukosa sekaligus minuman yang disediakan menggunakan larutan glukosa dosis yang diberikan sebanyak 10% untuk minuman dan 1ml untuk masing-masing kandang dalam waktu 6hari pertama setelah itu dilakukan pengukuran kadar gula darah dan berat badan mencit sebagai tolak ukur peningkatan gula darah setelah diinduksikan. mencit jantan dengan kadar gula darah ≥ 150 mg/dl (Chairunnisa, 2010) dimasukan kedalam kelompok sampel. Sampel penelitian ini selanjutnya dikelompokan menjadi 6 jenis perlakuan, dimana masing-masing kelompok tersebut terdiri dari 3 ekor mencit jantan,yaitu :

Page 39: Biofarmasi 3

1. Kelompok 1 (Y0) : sebagai kontrol negatif yaitu tikus yang tidak mendapat perlakuan apapun

2. Kelompok 2 (Y1) : sebagai kontrol positif yaitu tikus diabetes yang tidak diberi ekstrak daun Smallanthus sonchifolius (Yakon)

3. Kelompok 3 (Y2) : yaitu tikus diabetes yang diberi ekstrak daun Smallanthus sonchifolius (Yakon) dosis 0.5x

4. Kelompok 4 (Y3) : yaitu tikus diabetes yang diberi ekstrak daun Smallanthus sonchifolius (Yakon) dosis 1x (single)

5. Kelompok 5 (Y4) : yaitu tikus diabetes yang diberi ekstrak daun Smallanthus sonchifolius (Yakon) dosis 2x (double)

6. Kelompok 6 (Y5) : yaitu tikus diabetes yang diberi glibenklamid

Tahap kedua penelitian dilakukan dengan mempersiapkan daun yakon. Daun yakon yang diberikan dalam intervensi dipersiapkan dalam bentuk ekstrak dengan proses ekstraksi sebagai berikut:

- Daun yakon dihancurkan dan dikeringkan selama 5 hari

- Daun yakon yang sudah kering tersebut dihaluskan

- Larutkan dalam aquadest dengan perbandingan 1:10 ( berat : volume, misal: 1 gram daun yakon kering yang sudah dihaluskan : 10 ml )

- Kemudian disaring mempergunakan kertas whattman 1

Tahap ketiga penelitian di lakukan dengan menggunakan 18 ekor mencit jantan yang telah diinduksi larutan glukosa sehingga menderita diabetes. Mencit-mencit yang memenuhi kriteria-kriteria inklusi dipilih secara acak sebagai sampel dan dikelompokkan menjadi 6 kelompok seperti yang telah disebutkan. Keenam kelompok tersebut diberikan pakan dengan jumlah yang sama, 15 gr / mencit / hari. Mencit di puasakan selama 8 jam setelah diberi pakan, kemudian diberikan perlakuan dengan dosis tertentu sesuai kelompok. Pengukuran kadar gula darah untuk mengetahui perubahan yang terjadi dilakukan di hari ke-9 sampai hari ke-11.

F. Teknik pengumpulan data

Pengambilan sampel darah dilakukan sebanyak empat kali yaitu satu kali pada saat sebelum perlakuan dan tiga kali setelah perlakuan. Pengumpulan data dilakukan dengan mengukur kadar gula darah pada hari pertama sebagai tolak ukur awal,pada hari ke-6 untuk memastikan keberhasilan induksi glukosa dan inklusi sampel,serta pada hari ke-9 sampai hari ke-11 untuk mengetahui efek dari perlakuan terhadap gula darah.

Page 40: Biofarmasi 3

G. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan uji ANNOVA ONE WAY untuk mengetahui pengaruh penggunakan beberapa dosis ekstrak daun yakon terhadap kadar gula darah mencit jantan. Perbedaan dosis ekstrak Smallanthus sonchifolius diuji dengan menggunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT).

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa mencit yang diberi larutan glukosa (kelompok eksperimen ) memperlihatkan kenaikan kadar glukosa (hiperglikemia) pada hari ke-7 dan mulai menurun pada hari ke-10 ( tabel 1,2 dan grafik 1). Hal ini sesuai dengan Hayes,A.W,. bahwa pada metode toleransin kadar glukosa terjadi peningkatan kadar glukosa mulai hari ke -7 sampai hari ke-10 kadar glukosa kembali normal.

Tabel 1. Berat Badan, Dosis, dan Kadar Gula Darah Selama PercobaanYAKON BERAT BADANDOSIS

( mL ) KADAR GULA DARAH

BB BB Diabet POST TREATMENT

(gr) (gr) I II III

Dosis

1X KOTAK III

Ungu 4 18,6 23,5 0,5 171 146 144 143

Ungu 3 22,1 25,8 0,6 156 116 - -

Hitam 219,2 26 0,6 187 128 141 119

Dosis

Page 41: Biofarmasi 3

½x KOTAK II

Merah 3 19,3 24,1 0,3 143

114 104 50

Hitam 517,8 22,2 0,3 157 172 147 37

Orange 4 18,3 23,4 0,3 183 159 135 108

Dosis 2x KOTAK V

Hijau 1 15,7 22,1 0,9 189 103 - -

Hijau 2 19,7 22,1 0,9 168 153 56 22

Merah 1 17,5 20 0,8 171 116 51 50

NON

YAKON KOTAK VI

Orange 2 17,1 135 133 140

Ungu 2 19,8 138 145 107

Hijau 3 19,5 129 144 83

Hitam 420,3 129 136 132

GLIBEN

KLAMIDKOTAK IV

Orange 3 19,3 12,5 0,1 174 108 135

Hijau 2 19,7 23 0,1 153 196 145

Merah 4 18,7 22,7 0,2 194 153 82

KONTROL

KOTAK I

Biru 1 116 117 110

Biru 2 112 113 113

Page 42: Biofarmasi 3

Biru 3 132 84 119

Biru 4 116 101 116

Tabel 2. Rata-Rata Kadar Gula Darah Setiap PerlakuanPerlakuan Pengukuran darah ke-JUMLAH

1 2 3 4

Y0 (kontrol) 119 103,75 114,5 337,25

Y1 (glukosa)

130 142,5 131 403,5

Y2 (0,5x) 171,3 124 53,5 36 213,5

Y3 (1x) 161 148,3 128,67 65 341,97

Y4 (2x) 176 132,75 139,5 115,5 387,75

Y5 (glibenklamid) 173,67 152,3 120,67 446,64

B. PEMBAHASAN

Diabetes mellitus diindikasikan dengan tingginya kadar glukosa dalam darah akibat kekurangan insulin atau reseptor insulin tidak berfungsi dengan baik Meningkatnya kadar glukosa darah ini disebabkan karena pemberian larutan glukosa yang menyebabkan nekrosis sel beta pankreas sehingga insulin yang dihasilkan kelenjar pankreas menurun. Akibatnya, terjadi gangguan homeostasis glukosa dalam tubuh. Pengaturan kadar glukosa dalam darah berkaitan erat dengan jumlah insulin dan seinsitifitas reseptor insulin. Rendahnya produksi insulin mengakibatkan terganggunya keseimbangan kadar glukosa dalam tubuh. Insulin meningkatkan penyimpanan lemak maupun glukosa sebagai sumber energi di dalam sel target serta mempengaruhi pertumbuhan sel dan fungsi metabolisme berbagai jenis jaringan (Katzung, 1995 dalam Hidayah, 2008).

Page 43: Biofarmasi 3

Pada penelitian antidiabetes ektrak daun Smallanthus sonchifolius ( yakon ) dengan metode induksi glukosa, semua kelompok mencit yang disuntik dengan larutan glukosa secara subkutan memperlihatkan peningkatan kadar glukosa. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. Kondisi diabetes pada mencit ditentukan dengan mengukur kadar glukosa darah menggunakan glukometer. Mencit dikatakan diabetes jika kadar glukosa lebih dari 150 mg/dl (Chairunnisa, 2010).

Mencit yang terkena diabetes diberi perlakuan khusus seperti memberikan ekstrak daun Smallanthus sonchifolius (yakon) dengan menginduksikan melalui subkutan pada mencit dengan dosis 1 gram : 1 ml aquadest. Ekstrak daun yang diberikan kepada mencit jantan dibagi menjadi tiga variasi yaitu dosis 0,5;1 dan 2 kali dosis manusia. Sebagai pembanding mencit yang terkena diabetes diinduksikan glibenklamid (dosis disesuaikan dengan berat badan mencit jantan). Keempat perlakuan tersebut menunjukkan penurunan kadar gula darah mencit.

Penurunan kadar gula darah mencit jantan diuji dengan statistik Analisis Variansi Satu Arah (ANAVA). Berdasarkan uji tersebut, F hitung > F tabel pada α=5% yaitu 12,0275 > 3,11, dan F hitung > F tabel pada α=5% yaitu 12,0275 > 5,06, artinya terdapat perbedaan yang nyata rata-rata perubahan kadar gula darah pada mencit jantan bagi setiap kelompok. Perlakuan dosis memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap penurunan kadar gula darah. Hal tersebut diketahui melalui uji BNT. Berdasarkan Tabel 3. menunjukkan bahwa antara Y4 dengan Y1, antara Y2 dengan Y3, antara Y3 dengan Y4 memberikan hasil hasil yang berbeda nyata terhadap kadar gula darah pada taraf signifikansi 5% dan 1%.

Ekstrak daun Smallanthus sonchifolius (yakon) memberikan pengaruh yang signifikan dalam penurunan kadar gula darah mencit jantan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Ekstrak tersebut bekerja dengan menghambat ATP-sensitif saluran kalium di pankreassel beta. Penghambatan ini menyebabkan sel membran mengalami depolarisasi sehingga terbukanya saluran kalsium. Hal ini menyebabkan peningkatan intraselular kalsium dalam sel beta dan menstimulasi keluarnya insulin.

Pada perlakuan pembanding (glibenklamid), kadar gula darah mencit tidak menunjukkan penurunan yang berarti dalam penurunan kadar gula darah. Hal ini disebabkan glibenklamid tidak bekerja memperbaiki sel pankreas-β yang rusak akibat imbasan aloksan, tetapi menstimulasi pelepasan insulin dari sel pankreas-β (Adnyana, 2004). Berdasarkan data tersebut diduga mekanisme kerja ekstrak daun Smallanthus sonchifolius (yakon) dalam menurunkan kadar glukosa mencit berbeda dengan glibenklamid.

Page 44: Biofarmasi 3

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Ekstrak daun Smallanthus sonchifolia (yakon) memberikan pengaruh yang signifikan dan bermakna terhadap penurunan kadar gula darah pada mencit jantan dengan diabetes mellitus tipe 1.

2. Dosis 0,5 kali ekstrak daun Smallanthus sonchifolia (yakon) lebih optimal terhadap penurunan kadar gula darah mencit.

B. Saran

Penelitian ini perlu dilanjutkan pada hewan non rodent yang lebih besar, serrta perlu diketahui apakah ada efek mutagenic dan toksisitas kronis. Jika didapat hasil yang positif, penelitian ini dapat dilakukan pada manusia

Page 45: Biofarmasi 3

LAMPIRAN 1

Gambar Persiapan Hewan Percobaan

Page 46: Biofarmasi 3

Hewan uji

Penimbangan berat badan mencit

LAMPIRAN 2

Penginduksian Glukosa Dan Pengambilan Darah

Page 47: Biofarmasi 3

Penginduksian hewan uji

Pengecekan gula darah hewan uji

Page 48: Biofarmasi 3

LAMPIRAN 3

Gambar persiapan pembuatan ekstrak Smallanthus Sonchifolia(yakon)

Penumbukan Daun Smallanthus Sonchifolia(yakon)

Page 49: Biofarmasi 3

Penimbangan ektrak daun Smallanthus Sonchifolia(yakon)

Page 50: Biofarmasi 3

Ekstrak Smallanthus Sonchifolia

Penyaringan Ekstrak Smallanthus Sonchifolia

Page 51: Biofarmasi 3

LAMPIRAN 4

ANALISIS STATISTIK : UJI ANALISIS VARIANSI (ANAVA) SATU ARAH

FK =

=

= 252194.3873

Keterangan :

a = jumlah level perlakuan

n = jumlah ulangan

N = 3 + 4 + 4 + 4 + 3 = 18

SST = YIK2 – FK

= ( 171,32 +1612 + 1762 + 1192 + 1242 + 148,32 + 132,752 + 173,672 + 103,752 + 53,52 + 128,672 + 139,52 + 152,32 + 114,52 + 362+652 + 115,52 + 120,672 ) - 252194.3873

= 643816,3526

Keterangan :

I = data tiap level perlakuan

K = data tiap ulangan

SSTr = Yi2 – FK

= 788912.8955 – 252194.3873

Page 52: Biofarmasi 3

= 536718,5082

SSE = SST - SSTr

= 536718,5082- 107097,8444

= 107097,8444

DBTotal = (a.n) – 1

= (3.6) – 1

= 17

DBperlakuan = a – 1

= 6 – 1

= 5

DBGalat = DBTotal – DBperlakuan \

= 17 – 2

` = 15

SUMBER VARIASI df SS MSS F0 α

5% 1%

Antar Asal (Antar Treatment) 5 536718,5082 107343,7016 12,0275 3,11 5.06

Error 12 107097,8444 8924,8204

TOTAL 17 643816,3526

F hitung > F tabel pada α=5% yaitu 12,0275 > 3,11, dan

Page 53: Biofarmasi 3

F hitung > F tabel pada α=5% yaitu 12,0275 > 5,06

Artinya terdapat perbedaan yang nyata rata-rata perubahan kadar gula darah pada mencit jantan bagi setiap kelompok

UJI BEDA NYATA TERKECIL (BNT)

BNT 0,05 = t (0,025;db=15)

= 2,131 x 7.7131

= 16.44

BNT 0,01 = t (0,005;db=15)

= 2,947 x 7.7131

= 22,73

Tabel 3. Hasil uji BNT Perlakuan terhadap parameter kadar gula darah pada tingkat kepercayaan 5% dan 1%Perlakuan Rata-Rata Selisih

(Y0) Kontrol 112,4167 - - - - -

(Y5) Glibenklamid 148,88 -36,4633* - - - -

(Y1) Glukosa 134,5 14,38* -50,843* - - -

(Y4) Dosis 2x ekstrak Yakon 96,938 37,563** -23,183* -27,661* - -

(Y3) Dosis 1x ekstrak Yakon 85,493 11,445* 26, 118** -49,3* 21,639** -

(Y2) Dosis 0.5x ekstrak Yakon 53,375 32,118** -20,673* 46,79** -96,09*117,729 **

Page 54: Biofarmasi 3

Keterangan :

* : jika nilai BNT α=0,05 dan BNT α=0,01, artinya tidak berbeda nyata

** : jika nilai BNT α=0,05 dan BNT α=0,01, artinya berbeda nyata

Dari tabel diatas dapat disimpulakan bahwa antara Y4 dengan Y1, antara Y2 dengan Y3, antara Y3 dengan Y4 memberikan hasil hasil yang berbeda nyata terhadap kadar gula darah pada taraf signifikansi 5% dan 1%.

DAFTAR PUSTAKA

Mogensen, C. (2007). Pharmacotherapy of Diabetes: New Developments. New York: Springer Science, Business Media LLC.

Karyadi, Elvina. 2002. Hidup Bersama Penyakit Hipertensi, Asam Urat,Jantung Koroner . Jakarta: Intisari Mediatama.

Ditjen Bina Farmasi dan Alkes. (2005). Pharmaceutical Care untuk penyakit Diabetes Mellitus. Jakarta Departemen Kesehatan RI

Utami, P, 2003, Tanaman Obat Untuk Mengatasi Diabetes Mellitus, 2, 6, 7, Agromedia Pustaka, Jakarta.

Grau, J. Rea (1997). M. Hermann and J. Heller (eds). ed. Yacon. Smallanthus sonchifolius

Hayes , A.W., principles and methods of toxicology, 4th ed., Taylor & Francis, Boston 1408-1409.

http:// id.wikipedia.org/wiki/Diabetes

Page 55: Biofarmasi 3

Grau, A. And J. Rea. 1997. Yacon. Smallanthus sonchifolius

http:// www.dechacare.com/Ciprofloxacin-500-mg-P534.html

http:// kesehatan.kompasiana.com/alternatif/2011/08/06/yakon-tanaman-super-untuk-diabetes/

Diposkan oleh siskawahyunahareny di 02.38

Kirimkan Ini lewat Email

BlogThis!

Berbagi ke Twitter

Berbagi ke Facebook

0 komentar:

Poskan Komentar

Page 56: Biofarmasi 3

Posting Lebih Baru

Posting Lama

Beranda

Blog Archive

► 2013 (1)

▼ 2012 (18)

► Desember (4)

▼ November (7)

jujur

apaaaa aja boleh

(⌣_́ ⌣)̀

SAMMY SIMORANGKIR - DIA ~(˘▾˘)~

TANGGA - CINTA TAK MUNGKIN BERGANTI (˘⌣˘)ε˘`)

keegoisan membutakan segalanya

KARYA TULIS YACON SMAN 4 TANGERANG

► Oktober (1)

► September (1)

► Agustus (1)

► Juli (1)

► Mei (1)

► April (2)

Followers

Page 57: Biofarmasi 3

Sample Text