BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak lima tahun terakhir Indonesia mengalami penurunan produksi minyak nasional yang disebabkan menurunnya secara alamiah (natural decline) cadangan minyak pada sumur-sumur yang berproduksi. Di lain pihak, pertambahan jumlah penduduk telah meningkatkan kebutuhan sarana transportasi dan aktivitas industri yang berakibat pada peningkatan kebutuhan dan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM). Untuk memenuhi kebutuhan BBM tersebut, pemerintah mengimpor sebagian BBM. Menurut Ditjen Migas, impor BBM terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari 106,9 juta barrel pada 2002 menjadi 116,2 juta barrel pada 2003 dan 154,4 juta barrel pada 2004. Dilihat dari jenis BBM yang diimpor, minyak solar (ADO) merupakan volume impor terbesar setiap tahunnya. Pada 2002, impor BBM jenis ini mencapai 60,6 juta barrel atau 56,7 % dari total, kemudian meningkat menjadi 61,1 juta barrel pada 2003 dan 77,6 juta barrel pada 2004. Pengaruh Bioetanol terhadap BBM dan Lingkungan di Indonesia 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sejak lima tahun terakhir Indonesia mengalami penurunan
produksi minyak nasional yang disebabkan menurunnya secara alamiah
(natural decline) cadangan minyak pada sumur-sumur yang berproduksi.
Di lain pihak, pertambahan jumlah penduduk telah meningkatkan
kebutuhan sarana transportasi dan aktivitas industri yang berakibat pada
peningkatan kebutuhan dan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM). Untuk
memenuhi kebutuhan BBM tersebut, pemerintah mengimpor sebagian
BBM. Menurut Ditjen Migas, impor BBM terus mengalami peningkatan
yang cukup signifikan dari 106,9 juta barrel pada 2002 menjadi 116,2 juta
barrel pada 2003 dan 154,4 juta barrel pada 2004. Dilihat dari jenis BBM
yang diimpor, minyak solar (ADO) merupakan volume impor terbesar
setiap tahunnya. Pada 2002, impor BBM jenis ini mencapai 60,6 juta
barrel atau 56,7 % dari total, kemudian meningkat menjadi 61,1 juta barrel
pada 2003 dan 77,6 juta barrel pada 2004.
Kenaikan harga minyak dunia yang mulai menghawatirkan sejak
Juni 2007 berdampak langsung terhadap hidup keseharian masyarakat. Hal
ini dikarenakan sebagian masyarakat di Indonesia pada umumnya
menggunakan bahan baku minyak untuk keperluan rumah tangga maupun
untuk keperluan ekonomi mikro. Terlebih lagi kebutuhan BBM tidak
semata hanya dibutuhkan oleh rumah tangga, kegiatan mikro tetapi untuk
kalangan produksi besar pun masih menggunakan BBM sebagai bahan
bakar mesin.
Akibat dari kenaikan harga minyak dunia mengakibatkan biaya
hidup masyarakat meningkat terus sementara daya beli masyarakat
Pengaruh Bioetanol terhadap BBM dan Lingkungan di Indonesia 1
semakin rendah yang pada akhirnya meresahkan kesejahteraan rakyat.
Belum lagi, ditambah kondisi Indonesia yang pemerintahnya telah
mengalihkan pemakaian minyak tanah menjadi gas elpiji. Padahal gas
elpiji dapat menambah polusi udara serta tidak dapat dijamin keselamatan
pemakai belum lagi masalah kelangkaan gas. Karena hal tersebut
masyarakat Indonesia pun melirik “Bioetanol” sebagai solusinya, selain
lebih hemat, mudah didapat, ramah lingkungan dan tidak berpengaruh
buruk terhadap kesehatan manusia.
1.2 Batasan Masalah
Penulisan karya ilmiah ini membahas seputar bioetanol dengan
berbagai bahan dasar yang mudah di dapatkan dengan proses yang
sederhana. Dampak dan pengaruh penggunaan bioetanol terhadap BBM
dan lingkungan yang ada di Indonesia.
1.3 Rumusan Masalah
Hal – hal yang akan dibahas dalam karya tulis antara lain :
Apakah yang dimaksud dengan bioetanol ?
Apa saja bahan yang dapat digunakan sebagai bioetanol ?
Apa yang menjadi faktor dikembangkannya bioetanol ?
Apa saja jenis bioetanol ?
Apakah dampak dan pengaruh bioetanol terhadap BBM ?
Apakah dampak dan pengaruh bioetanol terhadap
lingkungan ?
1.4 Manfaat dan Tujuan
Manfaat dan tujuan penulisan pada karya tulis ini sebagai berikut :
Pengaruh Bioetanol terhadap BBM dan Lingkungan di Indonesia 2
1. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang Bioetanol bagi
pembaca dari segala lapisan masyarakat.
2. Mengenalkan bioetanol kepada masyarakat luas dan
memasyarakatkannya.
3. Meningkatkan rasa syukur atas kekayaan alam yang begitu
melimpah kepada Tuhan Yang Maha Esa terutama wilayah yang
ada di Indonesia.
4. Memacu semangat inovatif, kreatif dan semangat untuk menjadi
lebih baik dalam pengembangan teknologi.
5. Memberikan informasi kepada masyarakat di Indonesia bahwa ubi
kayu, sorgum, nira nipah, singkong, tebu dapat dimanfaatkan
menjadi bioetanol sebagai bahan bakar alternatif pengganti
premium.
6. Memberikan informasi dan gambaran mengenai prospek
pengembangan bioetanol.
7. Memberikan gambaran mengenai peluang usaha bioetanol.
8. Mengetahui cara mengolah ubi kayu menjadi bioetanol.
9. Mengetahui prospek pengembangan bioetano bioetanol.
10. Mengetahui potensi pengembangan bioetanol di Indonesia.
Pengaruh Bioetanol terhadap BBM dan Lingkungan di Indonesia 3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Bensin
Bensin adalah salah satu jenis bahan bakar minyak yang dimaksudkan
untuk kendaraan bermotor. Bensin tersedia atas tiga jenis yaitu premium,
pertamax, dan pertamax plus. Ketiganya mempunyai mutu yang berbeda.
Mutu bahan bakar bensin dikaitkan dengan jumlah ketukan (knocking) yang
ditimbulkannya dan dinyatakan dengan nilai oktan. Makin sedikit ketukan
makin baik mutu bensin, makintinggi nilai oktannya.
Untuk menentukan nilai oktan, ditetapkan dua jenis senyawa sebagai
pembanding yaitu “isooktana”dan n-heptana. Isooktana menghasilkan
ketukan paling sedikit, diberi nilai oktan 100, sedangkan n-heptana
menghasilkan ketukan paling banyak, diberi nilai oktan 0 (nol). Suatu
campuran yang terdiri dari 80% iso oktana dan 20% n-heptana mempunyai
nilai oktan sebesar (80/100 x 100) + (20/100 x 0) = 80.Secara umum, alkana
rantai bercabang mempunyai nilai oktan lebih tinggi dari pada isomer rantai
lurusnya.
Pertamax hanya terdiri atas senyawa isooktana dan n-heptana,
melainkan mutunya atau jumlah ketukan yang dibutuhkan setara dengan
campuran isooktana dan n-heptana. Premium mempunyai nilai oktan 88 dan
pertamax plus mempunyai nilai oktan 95. Nilai oktan bensin harus dinaikan
sebelum dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan. Hal ini dapat
dilakukan dengan reforming atau menambahkan zat anti ketukan. Reforming
adalah suatu proses untuk mengubah alkana rantai lurus menjadi rantai
bercabang, dengan demikian akan menaikan nilai oktan.
Pengaruh Bioetanol terhadap BBM dan Lingkungan di Indonesia 4
Salah satu zat anti ketukan yang hingga kini masih digunakan dinegara
kita adalah Tetraethyl Lead (TEL). Zat ini dapat menaikan nilai oktan 15 poin,
tetapi dapat menghasilkan timbal hitam bersama asap kendaraan yang akan
menempel pada komponen mesin. Untuk mencegah supaya timbal hitam
tersebut tidak menempel pada komponen mesin dicampurkan pula etilen
bromida, C2H4Br2. Tetapi hal ini justru menghasilkan timbal bromida yang
keluar bersama asap kendaraan, yang mana senyawa ini sangat beracun yang
dapat merusak otak. Dan pada akhirnya senyawa etilen bromida sekarang
diganti menjadi methyl tertiary buthyl ether (MTBE)
2.1.2 Minyak Bumi
Minyak bumi (petroleum, dari petrus – karang dan oleum – minyak),
dijuluki juga sebagai emas hitam, adalah cairan kental, coklat gelap, atau
kehijauan yang mudah terbakar, yang berada di lapisan atas dari beberapa area
di kerak Bumi. Minyak bumi terdiri dari campuran kompleks dari berbagai
hidrokarbon, sebagian besar seri alkana, tetapi bervariasi dalam penampilan,
komposisi, dan kemurniannya.
Komponen kimia dari minyak bumi dipisahkan oleh proses distilasi, yang
kemudian, setelah diolah lagi, menjadi minyak tanah, bensin, lilin, aspal, dan
lain - lain. Minyak bumi terdiri dari hidrokarbon, senyawaan hidrogen dan
karbon. Empat alkana teringan- CH4 (metana), C2H6 (etana), C3H8 (propana),
dan C4H10 (butana) - semuanya adalah gas yang mendidih pada -161.6°C, -
88.6°C, -42°C, dan -0.5°C, berturut-turut (-258.9°, -127.5°, -43.6°, dan +31.1°
F).
Rantai dalam wilayah C5-7 semuanya ringan, dan mudah menguap, nafta
jernih. Senyawaan tersebut digunakan sebagai pelarut, cairan pencuci kering
(dry clean), dan produk cepat-kering lainnya. Rantai dari C6H14 sampai C12H26
dicampur bersama dan digunakan untuk bensin. Minyak tanah terbuat dari
rantai di wilayah C10
Pengaruh Bioetanol terhadap BBM dan Lingkungan di Indonesia 5
13 gram - Zat besi 2 mg - dan 87 % bagian daun dapat dimakan. Kulit batang ubi
kayu mengandung tanin, enzim peroksidase, glikosida dan kalsium oksalat.
Secara taksonomi ubi kayu dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kerajaan : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malpighiales
Suku : Euphorbiaceae
Subsuku : Crotonoideae
Tribe : Manihoteae
Marga : Mannihot
Spesies : M. esculenta
Cara pembuatannya sebagai berikut :
125 kg singkong segar dikupas, semua jenis dapat dimanfaatkan.
Bersihkan dan cacah berukuran kecil-kecil. Singkong yang telah dicacah
dikeringkan hingga kadar air maksimal 16%. Persis singkong yang dikeringkan
menjadi gaplek. Tujuannya agar lebih awet sehingga produsen dapat menyimpan
sebagai cadangan bahan baku. Masukkan 25 kg gaplek ke dalam tangki stainless
steel berkapasitas 120 liter, lalu tambahkan air hingga mencapai volume 100 liter.
Panaskan gaplek hingga 100 oC selama 0,5 jam.
Aduk rebusan gaplek sampai menjadi bubur dan mengental. Dinginkan
bubur gaplek, lalu masukkan ke dalam tangki sakarifikasi. Sakarifikasi adalah
proses penguraian pati menjadi glukosa. Setelah dingin, masukkan cendawan
Aspergillus yang akan memecah pati menjadi glukosa. Untuk menguraikan 100
Pengaruh Bioetanol terhadap BBM dan Lingkungan di Indonesia 25
liter bubur pati singkong, perlu 10 liter larutan cendawan Aspergillus atau 10%
dari total bubur. Konsentrasi cendawan mencapai 100-juta sel/ml. Sebelum
digunakan, Aspergillus dikulturkan pada bubur gaplek yang telah dimasak tadi
agar adaptif dengan sifat kimia bubur gaplek. Cendawan berkembang biak dan
bekerja mengurai pati.
Dua jam kemudian, bubur gaplek berubah menjadi 2 lapisan: air dan
endapan gula. Aduk kembali pati yang sudah menjadi gula itu, lalu masukkan ke
dalam tangki fermentasi. Namun, sebelum difermentasi pastikan kadar gula
larutan pati maksimal 17-18%. Itu adalah kadar gula maksimum yang disukai
bakteri Saccharomyces untuk hidup dan bekerja mengurai gula menjadi alkohol.
Jika kadar gula lebih tinggi, tambahkan air hingga mencapai kadar yang
diinginkan. Bila sebaliknya, tambahkan larutan gula pasir agar mencapai kadar
gula maksimum.
Tutup rapat tangki fermentasi untuk mencegah kontaminasi dan
Saccharomyces bekerja mengurai glukosa lebih optimal. Fermentasi berlangsung
anaerob (tidak membutuhkan oksigen). Agar fermentasi optimal, jaga suhu pada
28-32 oC dan pH 4,5-5,5. Setelah 2-3 hari, larutan pati berubah menjadi 3 lapisan.
Lapisan terbawah berupa endapan protein. Di atasnya air, dan etanol. Hasil
fermentasi itu disebut bir yang mengandung 6-12 % etanol.
Sedot larutan etanol dengan selang plastik melalui kertas saring berukuran
1 mikron untuk menyaring endapan protein. Meski telah disaring, etanol masih
bercampur air. Untuk memisahkannya, lakukan destilasi atau penyulingan.
Panaskan campuran air dan etanol pada suhu 78 oC atau setara titik didih etanol.
Pada suhu itu etanol lebih dulu menguap ketimbang air yang bertitik didih 100 oC.
Uap etanol dialirkan melalui pipa yang terendam air sehingga terkondensasi dan
kembali menjadi etanol cair.
Hasil penyulingan berupa 95% etanol dan tidak dapat larut dalam bensin.
Agar larut, diperlukan etanol berkadar 99% atau disebut etanol kering. Oleh sebab
itu, perlu destilasi absorbent. Etanol 95% itu dipanaskan 100 oC. Pada suhu itu,
etanol dan air menguap. Uap keduanya kemudian dilewatkan ke dalam pipa yang
dindingnya berlapis zeolit atau pati. Zeolit akan menyerap kadar air tersisa hingga
Pengaruh Bioetanol terhadap BBM dan Lingkungan di Indonesia 26
diperoleh etanol 99% yang siap dicampur dengan bensin. Sepuluh liter etanol
99%, membutuhkan 120-130 liter bir yang dihasilkan dari 25 kg gaplek.
4.2.4 Sorgum bahan alternatif dari Bioetanol
Sorghum kurgan begitu dikenal di kalangan masyarakat saat ini, namun
petani di Jawa telah mengenalnya sebagai jagung cantel (centel) yang ditanam
secara tumpang sari dengan tanaman pangan lain. Bahkan, di sebagian daerah
Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, sorgum menjadi salah satu bahan
pangan dengan kandungan protein, kalsium, zat besi dan vitamin B1 yang lebih
tinggi daripada beras. Selain bahan pangan dan pakan ternak, biji sorgum juga
bisa menjadi bahan baku industri, bahkan Amerika Serikat, India, dan China telah
memanfaatkannya sebagai bahan baku bioetanol.
Ternyata, sejak awal tahun 2000-an Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan
Radiasi–Badan Tenaga Nuklir Nasional (PATIR–BATAN) sudah melakukan
penelitian perbaikan varietas dengan memperbaiki sifat agronomi dan kualitas biji
dan hijauan sorgum. Induksi mutan untuk meningkatkan keragaman genetik
tanaman dilakukan dengan meradiasi benih (seed) atau embrio (plantlet) dengan
sinar Gamma bersumber dari Cobalt-60. Galur mutan unggul diuji daya hasilnya
pada daerah kering seperti di Kabupaten Gunung Kidul pada musim kemarau.
Sejumlah galur mutan tanaman sorgum dengan sifat-sifat agronomi unggul—
seperti tanah rebah, genjah, produksi tinggi, kualitas biji baik dan lebih tanah
terhadap kekeringan—telah dihasilkan dan dikoreksi sebagai plasma nutfah di
PATIR-BATAN.
Keunggulan Sorgum sebagai bahan baku bioetanol, Soeranto dari PATIR-
BATAN menyatakan sorgum dapat berkompetisi dengan molases tebu karena
banyak kelebihannya. Tanaman sorgum memiliki produksi biji dan biomasa yang
jauh lebih tinggi dibanding tebu; adaptasi tanaman sorgum jauh lebih luas
dibanding tebu sehingga sorgum dapat ditanam di hampir semua jenis lahan, baik
lahan subur maupun lahan marjinal; sorgum memiliki sifat lebih tahan terhadap
Pengaruh Bioetanol terhadap BBM dan Lingkungan di Indonesia 27
kekeringan, salinitas tinggi dan genangan air (water lodging); sorgum
memerlukan pupuk relatif lebih sedikit dan pemeliharaannya lebih mudah
daripada tebu; laju pertumbuh-an tanaman sorgum jauh lebih cepat, umurnya
hanya empat bulan dibanding tebu tujuh bulan; kebutuhan benih sorgum hanya
4,5-5 kilogram per hektare dibanding tebu 4.500-6.000 stek batang per hektare;
lagipula sorgum dapat diratun sehingga sekali tanam dapat dipanen beberapa kali.
Sementara itu, clearing house energi terbarukan dan konservasi energi
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (DESDM) dalam situsnya
menyebutkan perolehan alkohol dari sorgum mencapai 6.000 liter per hektare per
tahun (dua kali panen) dibanding singkong yang 4.500 liter per hektare per tahun
dan tebu 5.025 hektare per tahun. Sorgum sedikit kalah dengan ubi jalar (2,5 kali
panen per tahun) yang menghasilkan 7.812 liter per hektare per tahun.
Peluang dengan keluarnya Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral (Permen ESDM) No 32/2008 tentang Penyediaan, Pemanfaatan dan Tata
Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) Sebagai Bahan Bakar Lain, prospek industri
bioetanol di Tanah Air makin cerah. Pasal 3 Ayat (1) Untuk meningkatkan
pemanfaatan Bahan Bakar Lain dalam rangka ketahanan energi nasional
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Badan Usaha Pemegang lzin Usaha Niaga
Bahan Bakar Minyak dan Pengguna Langsung Bahan Bakar Minyak, wajib
menggunakan bahan bakar nabati (biofuel) sebagai bahan bakar lain secara
bertahap.
Pasal 4 badan usaha pemegang lzin usaha niaga bahan bakar minyak dan
pengguna langsung bahan bakar minyak dalam menggunakan bahan bakar nabati
sebagai bahan bakar lain sebagaimana dimaksud dalarn Pasal 3 wajib
memanfaatkan dan mengutamakan bahan bakar nabati (biofuel) sebagai bahan
bakar lain dari produksi dalam negeri.
Pasal 6 .... badan usaha yang melaksanakan kegiatan usaha niaga bahan
bakar nabati (biofuel) sebagai bahan bakar lain sebagaimana dimaksud dalam
Pengaruh Bioetanol terhadap BBM dan Lingkungan di Indonesia 28
Pasal 5 dapat diberikan insentif baik fiskal dan/atau non-fiskal sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Dengan kuota premium (bersubsidi)
19,44 juta kiloliter (kl) di tahun 2009, untuk memenuhi satu persen bioetanol
(E100) di Januari 2009 saja, berarti dibutuhkan produksi bioetanol hingga 190.000
kl. Ini belum termasuk untuk sektor transportasi non-PSO (public service
obligation) serta sektor industri dan komersial yang di tahun 2009 diwajibkan
lima persen menggunakan bioetanol (E100).
Di tahun 2010, kewajiban untuk transportasi PSO akan naik menjadi tiga
persen, sementara untuk sektor transportasi non-PSO serta sektor industri dan
komersial yang di tahun 2009 diwajibkan tujuh persen menggunakan bioetanol
(E100). Ini akan terus meningkat hingga mencapai sasaran di 2025 diwajibkan 15
persen penggunaan bioetanol (E100).
Kebutuhan lahan Bioetanol yang berbahan baku molases relatif hanya bisa
dikembangkan di Pulau Jawa, sebagaian Sumatera dan Sulawesi yang memiliki
lahan perkebunan tebu dan pabrik gula. Bioetanol berbahan baku singkong masih
terbatas di beberapa provinsi saja.
Dengan keunggulan sorgum yang dapat ditanam di hampir semua jenis
lahan, terbuka kemungkinan memproduksi bioetanol di provinsi yang tanahnya
kering dan marjinal, seperti di Indonesia bagian timur. Sorgum dapat sekaligus
meningkatkan ketahanan energi dan pangan di provinsi yang tanahnya kering dan
marjinal tersebut. Inilah saatnya daerah tersebut melirik sorgum sebagai bahan
baku alternatif bioetanol.
4.2.5 Dari Minyak Jelantah hingga Bioetanol
Jakarta, Kompas - Potensi energi terbarukan sebagai bahan bakar alternatif
pengganti bahan bakar minyak yang berbasis energi tak terbarukan kian terbuka.
Pameran mobil nasional Gaikindo Auto Expo XIII di Jakarta, 8-17 Juli 2005 turut
menampilkan manfaat minyak jelantah dan biodiesel sebagai pengganti solar.
Pengaruh Bioetanol terhadap BBM dan Lingkungan di Indonesia 29
Untuk pengganti premium, terdapat alternatif Gasohol yang merupakan campuran
antara bensin dan bioetanol (etanol yang berasal dari sumber hayati).
Bioetanol bersumber dari karbohidrat yang potensial sebagai bahan baku, seperti
tebu, nira, sorgum, ubi kayu, garut, ubi jalar, sagu, jagung, jerami, bonggol
jagung, dan kayu. Setelah melalui proses fermentasi, dihasilkanlah etanol.
Berdasarkan uji unjuk kerja mesin Kijang pada kecepatan 80 kilometer per jam,
kinerja mesin berbahan bakar Gasohol E-10 mampu menyamai penggunaan bahan
bakar bensin Pertamax.
Sudah lama dikembangkan
Potensi mengembangkan energi terbarukan telah muncul sejak beberapa tahun
lalu. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) misalnya,
mengembangkan biodiesel sejak tahun 2001 dan menjalani tes jalanan menempuh
rute Jawa-Sumatera pada tahun 2002 dan Jakarta-Bali pulang pergi pada tahun
2004.
Kini, teknologi tersebut diaplikasikan pada sepuluh bus antar jemput pegawai
BPPT. Beberapa pegawai pun menggunakannya untuk mobil mereka. †�Biodiesel
bisa langsung dicampur solar di kendaraan bermesin diesel tanpa perlu
modifikasi,†� kata Senior Engineer Balai Rekayasa Disain dan Sistem Teknologi
BPPT Agung Wijono dalam pameran, Kamis (14/7).
Berdasarkan uji laboratorium, campuran efektif biodiesel 5-30 persen per liter
solar. Selain berkarakter pelumas sehingga aman untuk mesin, sistem pembakaran
pun menjadi lebih sempurna.
Khusus untuk mengurangi polusi secara signifikan, penggunaan biodiesel
dicampur solar dengan rasio 5-10 persen.
Pengaruh Bioetanol terhadap BBM dan Lingkungan di Indonesia 30
Pada pameran kemarin, beberapa pengunjung tampak antusias menanyakan
efektivitas Gasohol (nama dagang bioetanol) dan Solarmax (nama dagang
Biodiesel).
Menurut Process Engineer Balai Rekayasa Disain dan Sistem Teknologi BPPT
Susianih, banyak pengunjung memesan Solarmax dengan harga Rp 8.000 per
liternya. Untuk Gasohol, per liternya seharga Rp 4.000.
Setiap hari, proses fabrikasi biodiesel di Puspiptek Serpong menghasilkan 1,5 ton
biodiesel.
Minyak jelantah
Selain biodiesel dan bioetanol, para mahasiswa jurusan Teknik Mesin Universitas
Trisakti Jakarta menampilkan penelitian minyak jelantah sebagai alternatif
pengganti solar. Penelitian yang dimulai Maret 2005 lalu telah melalui uji
lapangan menggunakan mesin diesel Isuzu di Sirkuit Sentul, Bogor.
Diakui para mahasiswa, dampak negatif yang muncul adalah pemborosan bahan
bakar sekitar sepuluh persen. Akselerasi kecepatan pun demikian.
Akan tetapi, sesuai teori, jelantah memiliki karakter yang mirip dengan bahan
bakar biodiesel dengan emisi gas buang lebih ramah lingkungan dibandingkan
bahan bakar dari energi tak terbarukan. Kami belum meneliti detail soal itu, kata
salah satu mahasiswa, Alam.
Deretan potensi energi terbarukan bertambah dengan peluncuran mobil bebas
polusi dan hemat energi yang diberi nama Marmut Listrik LIPI (Marlip), awal
tahun 2005 lalu.
Pengaruh Bioetanol terhadap BBM dan Lingkungan di Indonesia 31
4.2.6 Faktor dan Dampak penggunaan Bioetanol terhadap BBM dan
Lingkungan
Harga minyak dunia yang melambung, sudah lama diprediksi. Logikanya,
minyak bumi (fossil fuel) adalah bahan bakar yang tak dapat diperbaharui. Cepat
atau lambat, minyak dunia akan habis. Saat ini, harga minyak memang sedang
booming karena kebutuhan negara-negara industri baru seperti India dan Cina
sangat tinggi. Ke depan, jika negara-negara di dunia tak segera mengantisipasi
kelangkaan fossil fuel, harga minyak akan naik tinggi sekali. Tapi sebaliknya, jika
negara-negara di dunia menyiapkan antisipasinya sejak sekarang, niscaya harga
minyak tak akan naik lagi, bahkan bisa turun. Mengapa? Karena dunia nantinya
bisa mencari pengganti minyak fosil yang aman, murah, dan mudah diproduksi
oleh siapa pun. Saat ini, industri minyak hanya dipegang oleh para pemodal besar.
Saat ini banyak bahan alternatif pengganti minyak bumi, salah satunya
adalah etanol dari singkong. Etanol sebagai bahan bakar kendaraan bermotor
sudah dipakai sejak per-mulaan abad ke 20 di Brazil, Perancis, Jerman, Swedia,
U.S.A, India, dan sebagainya. Penggunaan bahan baku ini karena seperti diketahui
ubi kayu tak cuma enak dibuat makanan, tetapi juga bisa dipakai sebagai bahan
bakar. Bioetanol bisa dipakai di kendaraan bertenaga bensin tanpa perlu
modifikasi mesin. Pembakarannya lebih sempurna. Asapnya pun lebih ramah
lingkungan dan tanaman ini dikenal gampang hidup.
Menurut Dr. Ir. Tatang H. Soerawidjaja, dari Teknik Kimia ITB,
menyatakan singkong merupakan salah satu sumber pati. Para peneliti di Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah membuktikan bahwa bahan
bakar singkong bukan cuma omong kosong. Singkong mengandung sekitar 33%
pati. Pati sendiri adalah rantai karbohidrat yang kompleks (polisakarida).
Polisakarida ini jika dipecah-pecah akan menghasilkan rantai karbohidrat yang
lebih sederhana (oligosakarida). Jika proses pemecahan dilanjutkan, oligosakarida
akan terurai menjadi satuan mata rantai karbohidrat yang paling sederhana yaitu
glukosa. Glukosa bila difermentasi akan berubah menjadi etanol.
Pengaruh Bioetanol terhadap BBM dan Lingkungan di Indonesia 32
Paling akhir, etanol bisa digunakan sebagai substitusi bensin. Industri
Etanol/Bioetanol mempunyai prospek yang sangat bagus di Indonesia, karena
kebutuhan etanol di Indonesia terus mengalami peningkatan. Hal ini tidak
diimbangi dengan kapasitas produksi industri etanol di Indonesia, yang hanya
berjumlah sekitar 14 industri yang diyakini akan terus berkembang. Dampak
terhadap lingkungan ramah maka kesehatan manusia pun terjamin tentu saja
masyarakat akan menganggap bahwa bioetanol merupakan solusi tepat untuk
BBM dan lingkungan demi kesejahteraan masyarakat terutama kalangan bawah
yang ada di Indonesia, negara kita yang kaya akan Sumber Daya Alamnya ini.
Pengaruh Bioetanol terhadap BBM dan Lingkungan di Indonesia 33
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Tanaman ubi kayu, jagung, nira nipah, sorgum, tebu dapat digunakan sebagai bahan penghasil bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan.
2. Tanaman ubi kayu, jagung, nira nipah, sorgum, tebu memiliki prospek yang sangat bagus di Indonesia.
3. Bioetanol tidak hanya dari amilum nabati ternyata dari lemak minyak jelata pun bioetanol dapat di hasilkan.
4. Bioetanol merupakan solusi terbaik untuk masalah lingkungan dan BBM.
5.2 Saran
1. Agar alternatif bahan bakar yang ramah lingkungan ini dapat direalisasikan di Indonesia, mengingat prospek yang ada cukup baik.
2. Pemerintah sebaiknya mendukung upaya-upaya yang dilakukan untuk menciptakan program tersebut.
3. Agar masyarakat dapat mengetahui bahwa tidak selamanya mereka dapat menggunakan bahan bakar yang berasal dari fosil, mengingat jumlahnya yang kian hari makin berkurang.
4. Masyarakat dapat lebih menghargai alam yang ada.
Pengaruh Bioetanol terhadap BBM dan Lingkungan di Indonesia 34
Pengaruh Bioetanol terhadap BBM dan Lingkungan di Indonesia 35