2.1 Pengertian Bioetanol Etanol adalah alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Karena sifatnya yang tidak beracun bahan ini banyak dipakai sebagai pelarut dalam dunia farmasi dan industri makanan dan minuman. Etanol tidak berwarna dan tidak berasa tapi memilki bau yang khas. Bahan ini dapat memabukkan jika diminum. Etanol sering ditulis dengan rumus EtOH. Rumus molekul etanol adalah C2H5OH atau rumus empiris C2H6O. Etanol dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk mobil, baik sendiri (E100) dalam mesin khusus atau sebagai tambahan bensin untuk mesin bensin. Etanol dapat dicampur dengan bensin dalam kuantitas yang bervariasi untuk mengurangi konsumsi bahan bakar minyak bumi, dan juga untuk mengurangi polusi udara. Bahan bakar tersebut dikenal di AS sebagai gasohol dan di Brasil sebagai bensin tipe C. Dua campuran umum di AS adalah E10 dan E85 yang mengandung 10% dan 85% etanol. Secara umum, produksi bioethanol ini mencakup 3 (tiga) rangkaian proses, yaitu: Persiapan Bahan baku, Fermentasi, dan Pemurnian. 1. Persiapan Bahan Baku Bahan baku untuk produksi biethanol bisa didapatkan dari berbagai tanaman, baik yang secara langsung menghasilkan gula sederhana semisal Tebu (sugarcane), gandum manis (sweet 3
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
2.1 Pengertian Bioetanol
Etanol adalah alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Karena
sifatnya yang tidak beracun bahan ini banyak dipakai sebagai pelarut dalam dunia farmasi dan
industri makanan dan minuman. Etanol tidak berwarna dan tidak berasa tapi memilki bau yang
khas. Bahan ini dapat memabukkan jika diminum. Etanol sering ditulis dengan rumus EtOH.
Rumus molekul etanol adalah C2H5OH atau rumus empiris C2H6O.
Etanol dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk mobil, baik sendiri (E100) dalam mesin
khusus atau sebagai tambahan bensin untuk mesin bensin.
Etanol dapat dicampur dengan bensin dalam kuantitas yang bervariasi untuk mengurangi
konsumsi bahan bakar minyak bumi, dan juga untuk mengurangi polusi udara. Bahan bakar
tersebut dikenal di AS sebagai gasohol dan di Brasil sebagai bensin tipe C. Dua campuran umum
di AS adalah E10 dan E85 yang mengandung 10% dan 85% etanol.
Secara umum, produksi bioethanol ini mencakup 3 (tiga) rangkaian proses, yaitu:
Persiapan Bahan baku, Fermentasi, dan Pemurnian.
1. Persiapan Bahan Baku
Bahan baku untuk produksi biethanol bisa didapatkan dari berbagai tanaman, baik
yang secara langsung menghasilkan gula sederhana semisal Tebu (sugarcane), gandum
manis (sweet sorghum),air kelapa atau yang menghasilkan tepung seperti jagung (corn),
singkong (cassava) dan gandum (grain sorghum) disamping bahan lainnya.
2. Fermentasi
Proses fermentasi adalah proses perombakan gula oleh activitas ragi , dimana ikatan
kimia rantai karbon dari glucose dan fructose dilepas satu demi satu dan dirangkai secara
kimiawi menjadi molekul ethanol dan gas karbon dioksida serta menghasilkan panas, Ragi
sendiri termasuk jasat renik keluarga vegeta, ragi akan mengeluarkan enzyme yang sangat
complex yang mampu melakukan perombakan monosakarida menjadi ethanol dan carbon
diokasida, jenis ragi untuk proses alcohol/ ethanol adalah Sacharomyces Cereviceae.
3
3. Pemurnian / Distilasi
Setelah proses fermentasi selesai, masukkan cairan fermentasi ke dalam evaporator atau
boiler. Panaskan evaporator dan suhunya dipertahankan antara 79° – 81°C. Pada suhu ini
etanol sudah menguap, tetapi air tidak menguap. Uap etanol dialirkan ke distilator.
Bioetanol akan keluar dari pipa pengeluaran distilator. Distilasi pertama, biasanya kadar
etanol masih di bawah 95%. Apabila kadar etanol masih di bawah 95%, distilasi perlu
diulangi lagi (reflux) hingga kadar etanolnya 95%.
Apabila kadar etanolnya sudah 95% dilakukan dehidrasi atau penghilangan air. Untuk
menghilangkan air bisa menggunakan kapur tohor atau zeolit sintetis. Tambahkan kapur
tohor pada etanol. Biarkan semalam. Setelah itu didistilasi lagi hingga kadar airnya
kurang lebih 99.5%.
( Reff : /bioethanol/ayo-coba-buat-ethanol.html )
2.2 Perbandingan Bioetanol Dengan Premium Tabel 1. Perbandingan Sifat Bioethanol dan Premium.
Property Ethanol Gasoline Chemical formula C2H5OH C4 sd C10
Composition : % weight Carbon Hydrogen Oxygen
52.2 13.1 34.7
85-88 12-15 0
Octane Number Research Octane Motor Octane
108 92
90-100 81-90
Density lb/gal 6.61 (b) 6.0 – 6.5 (b)
Boiling temp. oF 172(c) 80-437(c)
Freezing point oF -173.2(a) -40(d)
Flash point oF 55(e) -45(b)
Autoignition Temp. oF 793(b) 495(b)
Heating Value Higher (Btu/gal) Lower (Btu/gal)
84 100 76 000
124 800 115 000
Specific heat Btu/lb oF 0.57 0.48 Stoichiometric air/fuel, weight 9 14.7
Tabel 2. Perbandingan emisi bahan pencemar dari campuran bioetanol dengan Premium
(nurma.staff.uns.ac.id/files/2009/06/bioethanol.ppt)2.3 Buah Kelapa
Kelapa adalah satu jenis tumbuhan dari keluarga Arecaceae. Ia adalah satu-satunya spesies
dalam genus Cocos, dan pohonnya mencapai ketinggian 30 m. Kelapa juga adalah sebutan untuk
buah pohon ini yang berkulit keras dan berdaging warna putih. Pohon kelapa biasanya tumbuh di
pinggir pantai.
2.4 Bagian-bagian Kelapa
2.4.1 Buah kelapa
Buah kelapa terdiri dari kulit luar, sabut, tempurung, kulit daging (testa), daging
buah, air kelapa dan lembaga.
2.4.2 Kulit luar
Kulit luar merupakan lapisan tipis (0,14 mm) yang mempunyai permukaan licin
dengan warna bervariasi dari hijau, kuning sampai jingga, tergantung kepada kematangan
buah. Jika tidak ada goresan dan robek, kulit luar kedap air.
2.4.3 Sabut kelapa.
Sabut kelapa merupakan bagian yang cukup besar dari buah kelapa, yaitu 35 %
dari berat keseluruhan buah. Sabut kelapa terdiri dari serat dan gabus yang
menghubungkan satu serat dengan serat lainnya. Serat adalah bagian yang berharga dari
sabut. Setiap butir kelapa mengandung serat 525 gram (75 % dari sabut), dan gabus 175
gram (25 % dari sabut).
2.4.4 Tempurung
Tempurung merupakan lapisan keras yang terdiri dari lignin, selulosa, metoksil
dan berbagai mineral. Kandungan bahan-bahan tersebut beragam sesuai dengan jenis
kelapanya. Struktur yang keras disebabkan oleh silikat (SiO2) yang cukup tinggi
kadarnya pada tempurung. Berat tempurung sekitar 15~19 % dari berat keseluruhan buah
kelapa.
2.4.5 Kulit daging buah.
Kulit daging buah adalah lapisan tipis coklat pada bagian terluar daging buah.
2.4.6 Daging buah.
Daging buah merupakan lapisan tebal (8~15 mm) berwarna putih. Bagian ini
mengandung berbagai zat gizi. Kandungan zat gizi tersebut beragam sesuai dengan
tingkat kematangan buah. Daging buah tua merupakan bahan sumber minyak nabati
(kandungan minyak 35 %). Pada tabel 2 dapat dilihat komposisi zat gizi daging buah
kelapa.
2.4.7 Air kelapa.
Air kelapa mengandung sedikit karbohidrat, protein, lemak dan beberapa mineral.
Kandungan zat gizi ini tergantung kepada umur buah. Air kelapa dapat digunakan sebagai
media pertumbuhan mikroba, misalnya Acetobacter xylinum untuk produksi nata de
coco.
2.5 Fermentasi Air Kelapa
Fermentasi air kelapa melalui proses yang agak berbeda. Karena berbentuk larutan
(cairan), dapat digunakan Saccharomyces telluris, Saccharomyces tuac, atau Zymomonas
mobilis. Saccharomyces telluris didapat dari air perasan buah semu jambu mete. Saccharomyces
tuac dan Zymomonas mobilis didapat dari minuman tuak.
2.6 Manfaat Pohon Kelapa
Ada beberapa komoditi yang dapat diperoleh dari pohon kelapa, yaitu batang, daun, nira
dan bagian-bagiannya yang lain.
2.6.1 Batang
Batang kelapa tua dapat dijadikan bahan bangunan, mebel, jembatan darurat,
kerangka perahu dan kayu bakar. Batang yang benar-benar tua dan kering sangat tahan
terhadap sengatan rayap. Kayu dari pohon kelapa yang dijadikan mebel dapat diserut
sampai permukaannya licin dengan tekstur yang menarik.
2.6.2 Daun
Daun kelapa sering digunakan untuk hiasan atau janur, sarang ketupat dan juga
atap rumah. Tulang daun atau lidi dijadikan barang anyaman, sapu lidi dan tusuk daging
(sate).
2.6.3 Nira
Nira adalah cairan yang diperoleh dari tumbuhan yang mengandung gula pada
konsentrasi 7,5 sampai 20,0 %. Nira kelapa diperoleh dengan memotong bunga betina
yang belum matang, dari ujung bekas potongan akan menetes cairan nira yang
mengandung gula. Nira dapat dipanaskan untuk menguapkan airnya sehingga konsentrasi
gula meningkat dankental. Bila didinginkan, cairan ini akan mengeras yang disebut gula
kelapa. Nira juga dapat dikemas sebagai minuman ringan.
2.6.4 Buah
Banyak dari bagian buah merupakan bahan yang bermanfaat. Sabut kelapa yang
telah dibuang gabusnya merupakan serat alami yang berharga mahal untuk pelapis jok
dan kursi, serta untuk pembuatan tali
2.6.5 Tempurung kelapa
Tempurung kelapa dapat dibakar langsung sebagai kayu bakar, atau diolah
menjadi arang. Arang batok kelapa dapat digunakan sebagai kayu bakar biasa atau diolah
menjadi arang aktif yang diperlukan oleh berbagai industri pengolahan.
2.6.6 Daging kelapa
Daging kelapa merupakan bagian yang paling penting dari komoditi asal pohon
kelapa. Daging kelapa yang cukup tua, diolah menjadi kelapa parut, santan, kopra, dan
minyak goreng. Sedang daging kelapa muda dapat dijadikan campuran minuman cocktail
dan dijadikan selai.
2.6.7 Air kelapa
Air kelapa dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan kecap dan sebagai media
pada fermentasi nata de coco.
2.7 Bioetanol dari Air Kelapa
Pusat Pelatihan Petani Pedesaan Swadaya (P4S) Tegak Bangun Bangsa, Kelurahan
Yukumjaya, Kecamatan Terbanggibesar, melakukan uji coba. Yakni pengembangan energi
alternatif berupa bahan bakar bioetanol dari bahan dasar singkong dan air kelapa. Bioetanol
berbahan dasar singkong dan air kelapa itu telah diuji coba dua bulan ini.
Pemanfaatan bioetanol ini lebih murah dibanding minyak tanah, lokasinya di Dusun
Bandarharapan, Terbanggibesar,kata Ketua Pembina P4S Ahmad Fuad Hayat kepada Radar
Lamteng kemarin (21/12).
Untuk menghasilkan bioetanol sekitar 100 liter, dibutuhkan sedikitnya 600 kilogram
singkong. Bioetanol yang dihasilkan nantinya bisa untuk oktan 40%. Karena, kapasitas alat yang
terpasang ini muat untuk 100 liter,terangnya.
Namun, lanjut Fuad, ia mengaku selama sebulan uji coba bioetanol ini hanya baru
mendapatkan 60 liter dari bahan air kelapa dan ini juga persentasenya baru 10 hingga15 persen,
karena akan dilakukan penyulingan kembali hingga tiga kali.
Sedangkan, bioetanol bahan dari singkong belum ada hasil karena menunggu singkong dari
petani. Selain itu kita juga masih kekurangan tempat penampungan bahan singkong, makanya
jarang produksi dan ini juga menunggu bahan enzim dari Bandung,jelas Fuad.
Ia mengharapkan ada kepedulian dari Pemerintah untuk pengembangan energi alternatif
tersebut. Karena Bioetanol juga lebih ramah lingkungan dan tidak menghasilkan jelaga seperti
minyak tanah, setidaknya akan dapat membantu para petani.
Selain itu, kotoran dari singkong tidak langsung dibuang melainkan digunakan buat pupuk
organik, jadi semua itu menjadi manfaat, ucapnya.
2.8 Kelapa Bisa Hasilkan Biosolar, Bioetanol, dan Biogas
Buah kelapa selain menghasilkan biosolar dari ampas dan air kelapa bisa juga dihasilkan
bioetanol, bahkan limbah dari bioetanol kelapa ini masih bisa dimanfaatkan sebagai campuran
biogas
Biofuel ada tiga macam yakni biosolar yang merupakan campuran antara solar dengan
minyak nabati yang telah dimetilasi, bioetanol yang merupakan alkohol yang dihasilkan dari
fermentasi, sedangkan biogas dihasilkan dari penguraian biomassa secara anaerob oleh bakteri
methanogenesis.
Kelapa di Indonesia bisa diperas dan menghasilkan minyak nabati berupa biosolar di mana
untuk satu liter biosolar membutuhkan 0,48 kg buah kelapa.
Ampasnya, jangan dibuang, karena masih memiliki selulosa dalam jumlah besar dan
tinggal dilakukan hidrolisis dengan larutan asam dan difermentasi dengan Saccharomyces
cerevisiae.
Demikian pula air kelapa, bisa ditambah sedikit urea sebelum fermentasi, dan jika kadar
gula tak sampai 17%, maka bisa ditambah glukosa atau sukrosa. Dengan ampas kelapa 6,56 kg
bisa menghasilkan seliter bioetanol berkadar 95%, sedangkan bagi seliter air kelapa, sebanyak
11,4%nya bisa menjadi bioetanol, ujarnya.
Limbah bioetanol ini jika dicampur kotoran sapi bisa menjadi biogas dengan lebih dulu dilakukan penetralan pH. Dari 100 liter limbah bioetanol menghasilkan 2,5 m3 biogas. Limbah biogas juga bisa dijadikan pupuk.
3.1 Agro Makmur
Agro makmur adalah Usaha Kecil Menengah (UKM) yang didirikan sekaligus di kelola
oleh Bapak Sulaiman Budi S. Usaha yang berbasis rekayasa pertanian organik ini berada di jalan
Jokosongo 33 Doplang, Karangpandan, Karanganyar, Jawa Tengah.
Usaha ini memanfaatkan hasil-hasil pertanian diantaranya singkong, sekam padi, jerami,
hingga sampah-sampah organik lain seperti kotoran sapi, rambut-rambut bekas yang terbuang,
dan sampah-sampah pasar, untuk disulap menjadi biofuel, seperti bioetanol dan biogas.
Bapak Sulaiman Budi selalu melakukan penelitian, selain untuk meningkatkan efisiensi
produk biofuelnya juga demi menciptakan sesuatu yang baru untuk diproduksi pada usahanya
tersebut. Seperti produk baru yang belakangan ini di produksi seperti tepung terigu dari
singkong, konversi energi listrik dari biogas, pupuk organik dari urin.
3.2 Produksi Bioetanol dari Air Kelapa
Pada Pembahasan kali ini akan dibahas salah satu perencanaan produk Agro Makmur
yaitu bioetanol dari air kelapa. Bioetanol ini dapat digunakan sebagai pengganti bensin setelah
mengalami proses pemurnian, cara pembuatannya yang mudah sehingga dapat dibuat
dipedalaman atau tempat-tempat terpencil di daerah. Dilihat dari komposisnya, air kelapa
memiliki karakteristik cita rasa yang khas. Komposisi air kelapa muda adalah gula sebanyak
%, dan tembaga 26 mg%. Kandungan yang terdapat dalam air kelapa tidak hanya unsur makro,
tetapi juga unsur mikro. Unsur makro yang terdapat adalah karbon dan nitrogen. Unsur karbon
dalam air kelapa berupa karbohidrat sederhana seperti glukosa, sukrosa, fruktosa, sorbitol, dan
inositol. Unsur nitrogen berupa protein yang tersusun dari asam amino, seperti alin, arginin,
alanin, sistin, dan serin.
3.3 Bahan Baku
Kelapa paling bagus digunakan sesaat setelah dipetik. Tapi juga tahan disimpan sekitar 2
bulan dalam suhu ruangan, dengan catatan masih lengkap dalam sabutnya. Bila sudah dikerat
sabutnya, kelapa hanya bertahan beberapa hari. Bila sudah tempurungnya sudah terlepas, kelapa
sebaiknya segera digunakan. Perbandingannya sekitar 5 sampai 10 buah kelapa bisa menjadi 1
liter bioetanol. Atau 2 kg kelapa menghasilkan 1 liter bioetanol.
3.4 Cara kerja pembuatan bioetanol dari Air Kelapa
3.4.1 Persiapan Bahan Baku
Persiapan bahan baku beragam bergantung pada bahan bakunya, tetapi secara umum
bahan yang digunakan adalah air kelapa sebagai bahan utama, saccharomyces cerevisiae, nutrien
( NPK dan Urea) dan beberapa reagen untuk analisis.
3.4.1.1 Bahan Baku yang Digunakan
a. Air kelapa 30 liter
b. Ragi 1 ons
12
c. Urea 2 sdm
d. NPK 1 sdm
e. Air hangat 1 gelas
3.4.1.2 Peralatan yang digunakan
a. Drum penampung dan drum Fermentor
b. Rangkaian Alat Penyuling (Destilator)
c. Galon/botol penampung bioetanol hasil produksi
3.4.2 Prosedur Produksi:
a. Membuat ragi
Ragi dibuat dari 50 gr bawang putih, 50 gr ragi tape, 50 gr merica, 7.5 gr lengkuas,
1.5 kg tepung ketan putih, 50 gr cabe puyang, 1 gelas air hangat dan 4 sdm gula
dicampur jadi satu hingga homogen, setelah itu di cetak dan diangin-anginkan selama
2 hari, ditutup daun pisang kemudian di jemur.
b. Melarutkan air kelapa
Air kelapa 30 lt dilarutkan dalam 30 lt air.
c. Pencampuran ragi dalam larutan air kelapa
1 ons ragi dilarutkan dalam kira-kira 1 gelas air hangat, kemudian dimasukkan dalam
larutan air kelapa tersebut.
d. Memasukkan NPK 1 sdm dan Urea 2 sdm
Tujuan diberikan NPK dan urea adalah untuk memberi nutrisi pada bakteri
fermentasi dalam ragi agar dapat tetap hidup dan berkembang serta melakukan
fermentasi dalam larutan air kelapa secara optimal dalam beberapa hari.
e. Fermentasi
Larutan air kelapa didiamkan beberapa hari kurang lebih 7-8 hari, untuk memberi
waktu pada bakteri untuk berfermentasi. Dengan reaksi fermentasi sebagai berikut:
C6H12O6 Sacharomyces Cereviceae 2CO2 +2C2H5OH + Panas
Pada hari pertama pemberian ragi tidak langsung terjadi reaksi karena bakteri butuh
waktu yang agak lama untuk berkembang. Setelah kurang lebih 3 hari perbedaan air
kelapa hari pertama dan hari ke tiga mulai tampak. Dan setelah 7 hari dihasilkan
gelembung-gelembung udara pada air kelapa tampak agak kekuningan dibanding
hari sebelumnya.
Gelembung tersebut merupakan hasil fermentasi dimana dihasilkan gas CO2 dan
etanol serta energi yang berupa panas.
f. Penyulingan
Untuk mendapatkan etanol hasil fermentasi perlu dilakukan pemisahan yaitu dengan
cara penyulingan atau distilasi pada suhu 800C dan suhu ini harus dipertahankan,
karena etanol sendiri menguap pada suhu tersebut. Uap etanol yang dihasilkan
dikembalikan ke fase cair dengan cara kondensasi sehingga didapatkan etanol. Pada
penyulingan pertama biasanya dihasilkan etanol 50%-60% oleh karena itu etanol
tersebut disuling lagi agar kadar etanol yang dihasilkan meningkat skitar 20% atau
hingga mendapatkan etanol berkadar 95%-96% sudah cukup.
3.5 Kelebihan dan Kekurangan bioetanol dari air kelapa
3.5.1 Kelebihan :
Tanaman serbaguna karena hampir semua bagiannya bernilai ekonomi dan tidak
membutuhkan pemeliharaan intensif sehingga cocok bagi petani miskin di lahan marginal.
Tanaman kelapa juga menghasilkan biomassa di atas tanah yang sangat besar satu hingga 2
ton/pohon, sehingga dapat berperan penting dalam CO2. Kelapa dapat berperan sebagai salah
satu sumber bioenergi yang penting mengingat produktivitasnya yang sangat tinggi sehingga
hemat pemakaian lahan.
Air kelapa memiliki potensi yang sangat besar sebagai sumber utama bioenergi yang
ramah lingkungan di samping sebagai penghasil pangan dan tanaman konservasi, air kelapa
memiliki kelebihan dibandingkan dengan bahan baku bioetanol lainnya seperti singkong dan
jagung (tanaman penghasil pati) dikarenakan tahap yang dilakukan dua tahap yaitu tahap
fermentasi dan distilasi, sedangkan bioetanol yang berasal dari tumbuhan berpati memerlukan
tahap hidrolisis ringan (sakarifikasi) untuk merubah polimer pati menjadi gula sederhana.
Ethanol/bio-ethanol apabila dicampur dengan premium dapat meningkatkan nilai oktan,
dimana nilai oktan untuk ethanol/bio-ethanol 98% adalah sebesar 115, selain itu mengingat
ethanol/bio-ethanol mengandung 30% oksigen, sehingga campuran ethanol/bio-ethanol dengan
gasoline dapat masuk katagorikan high octane gasoline (HOG), dimana campuran sebanyak 15%
bioethanol setara dengan pertamax (RON 92) dan campuran sebanyak 24% bioethanol setara
dengan pertamax plus (RON 95).
3.5.2 Kekurangan
Air kelapa tidak tahan lama ( mudah basi) jika berada di udara bebas maka air kelapa
tersebut akan menjadi asam. Tingkat kemasaman yang semakin tinggi akan berakibat kadar gula
yang terkandung di dalamnya semakin rendah. Sehingga diperlukan proses yang cepat agar
kandungan gula tidak menyusut.
Selain itu bioetanol sendiri juga memiliki kelemahan, yaitu mempunyai sifat korosif. Sehingga sangat berpengaruh terhadap logam (khussnya logam yang mudah terkorosi), seperti membuat mesin lebih sulit distarter
1.1 Latar Belakang
Krisis energi yang melanda negeri ini diperkirakan masih akan berlangsung beberapa tahun
ke depan. Di tengah persoalan tersebut, pengembangan energi baru dan terbarukan menjadi solusi
alternatif. Pemerintah telah mengeluarkan Blue Print Pengelolaan Energi Nasional Periode 2005 –
2025 yang merupakan penjabaran dari Kebijakan Energi Nasional (Peraturan Presiden No.5 Tahun
2006). Dalam cetak biru itu, peranan energi baru dan terbarukan ditargetkan meningkat menjadi
4,4% pada tahun 2025. Kelangkaan sumber – sumber energi seperti gas elpiji dan berkurangnya debit
air akibat musim kemarau di waduk-waduk pembangkit listrik membuat Pembangkit Listrik Tenaga
Air kurang berfungsi dan menyebabkan pemadaman listrik bergilir di beberapa daerah. Hal ini tentu
saja akan merugikan masyarakat yang kegiatan sehariharinya menggunakan listrik. Fenomena-
fenomena tersebut dapat terjadi karena sampai sekarang pemerintah dan masyarakat pada
umumnya terkesan masih mengabaikan keberadaan bioenergi atau sumber energi baru yang
berpotensi sangat besar untuk dikembangkan. Pengembangan bioenergi seperti biogas merupakan
salah satu langkah untuk mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap sumber-sumber energi
yang tidak dapat diperbaharui. Pemanfaatan bioenergi sebagai sumber energi alternatif khususnya
biogas di Indonesia merupakan langkah yang tepat untuk mengurangi ketergantungan terhadap gas
elpiji yang harganya mahal dan keberadaannya yang langka di masyarakat. Selain itu, biogas juga bisa
menghasilkan energi listrik yang cukup besar. Pengembangan biogas di daerah – daerah yang
berpotensi untuk memproduksinya adalah merupakan suatu langkah untuk membuka lapangan kerja
baru dan sekaligus untuk mengurangi jumlah sampah, khususnya sampah organik.
Kebijakan Pemerintah tersebut menekankan pada sumber daya yang dapat
diperbaharui sebagai altenatif pengganti bahan bakar minyak Salah satu sumber energi
alternatif adalah biogas. Gas ini berasal dari berbagai macam limbah organik seperti sampah
biomassa, kotoran manusia, kotoran hewan dapat dimanfaatkan menjadi energi melalui proses
anaerobik digestion. Proses ini merupakan peluang besar untuk menghasilkan energi alternatif
sehingga akan mengurangi dampak penggunaan bahan bakar fosil Biogas sebagian besar
mengandung gas metana (CH4) dan karbon dioksida (CO2), dan beberapa kandungan yang
jumlahnya kecil diantaranya hydrogen sulfida (H2S) dan ammonia (NH3) serta hydrogen dan
(H2), nitrogen yang kandungannya sangat kecil.
1.2 Rumusan Masalah
Mengapa Biogas harus dikembangkan, dikarenakan :
1. Polusi
Selama ini kotoran ternak menjadi permasalahan, karena menimbulkan polusi udara
dan air sehingga menjadi pemicu konflik sosial antara peternak dan non peternak. Keberadaan
peternakan di lokasi padat peduduk sering mendapat tekanan dari masyarakat dan akhirnya
keberlasungannya terancam. Polusi udara ini disebabkan oleh bau dari kotoran ternak.
2. Pemanasan Global
Gas Methan (CH4) merupakan kelompok gas rumah kaca (green house gas) yang
memberikan kontribusi terhadap peningkatan panas dunia (global warming) setara dengan 21
kali karbon dioksida (CO2). Gas methan ini jiga dihasilkan oleh ternak hidup yang dikeluarkan
ternak melalui mulut (sendawa) dan anus ternak, serta dari tumpukan kotoran ternak. Gas
methan yang dikeluarkan dari tubuh ternak, gas methan dari luar peternakan, serta kelompok
gas rumah kaca lainnya yang terlepas keudara bebas secara bersama – sama menyebabkan
terjadinya peningkatan panas bumi. Peningkatan panas bumi ini dalam jangka panjang dapat
menurunkan kualitas lingkungan, musim kemarau lebih panjang, produksi pertanian menurun
dan menimbulkan ancaman bencana alam.
3. Biogas Energi Alternatif
Saat ini minyak tanah sebagai bahan bakar utama bagi rumah tangga menjadi langka
dan mahal yang dapat menyebabkan kemiskinan. Disisi lain terdapat energy alternative biogas
yang dapat digunakan sebagai pengganti bahan bakar minyak tanah. Bahan bakunya bisa
menggunakan bahan organik dari limbah kotoran ternak yang selama ini belum begitu banyak
dimanfaatkan.
1.2 Tujuan
a. Mahasiswa memperoleh wawasan tentang Energi alternative (pada khususnya Biogas).
b. Mahasiswa memperoleh wawasan tentang Biogas dan pemanfaatannya.
c. Mahasiswa memperoleh ketrampilan dalam cara pengolahan dan pembuatan Biogas.
d. Mahasiswa dapat mengetahui permasalahan yang terjadi di Dunia tentang krisis energi.
1.3 Manfaat Biogas
Pengembangan biogas dari limbah peternakan dapat bermanfaat antara lain :
a. Masyarakat dapat mandiri atau hemat Energi BBM
b. Penghematan keuangan rumah tangga
c. Bagi Negara terjadi penghematan ekonomi dalam bentuk pengurangan subsidi.
d. Peternakan jadi ramah lingkungan (polusi udara, dan air) berkurang.
e. Pengurangan perambahan hutan untuk kayu bakar.
f. Populasi ternak terjaga, bahkan dapat terjadi peningkatan populasi ternak.
g. Perbaikan manajemen pemeliharaan ternak
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Biogas
1. Cina
Sejak tahun 1975 "biogas for every household". Pada tahun 1992, 5 juta rumah tangga di
China menggunakan biogas. Reaktor biogas yang banyak digunakan adalah model sumur tembok
dengan bahan baku kotoran ternak & manusia serta limbah pertanian.
2. India
Dikembangkan sejak tahun 1981 melalui "The National Project on Biogas Development"
oleh Departemen Sumber Energi non-Konvensional. Tahun 1999, 3 juta rumah tangga
menggunakan biogas. Reaktor biogas yang digunakan model sumur tembok dan dengan drum
serta dengan bahan baku kotoran ternak dan limbah pertanian.
3. Indonesia
Mulai diperkenalkan pada tahun 1970-an, pada tahun 1981 melalui Proyek
Pengembangan Biogas dengan dukungan dana dari FAO dibangun contoh instalasi biogas di
beberapa provinsi. Penggunaan biogas belum cukup berkembang luas antara lain disebabkan oleh
karena masih relatif murahnya harga BBM yang disubsidi, sementara teknologi yang
diperkenalkan selama ini masih memerlukan biaya yang cukup tinggi karena berupa konstruksi
beton dengan ukuran yang cukup besar. Mulai tahun 2000-an telah dikembangkan reaktor biogas
skala kecil (rumah tangga) dengan konstruksi sederhana, terbuat dari plastik secara siap pasang
(knockdown) dan dengan harga yang relatif murah.
2.2 Program Bio Energi Perdesaan (B E P)
Salah satu permasalahan nasional yang kita hadapi dan harus dipecahkan serta dicarikan
jalan keluarnya pada saat ini adalah masalah energi, baik untuk keperluan rumah tangga, maupun
untuk industri dan transportasi. Terkait dengan masalah tersebut, salah satu kebijakan
pemerintah ialah rencana pengurangan penggunaan bahan bakar minyak tanah untuk keperluan
rumah tangga. Sejalan dengan hal itu pemerintah juga mendorong upayaupaya untuk
penggunaan sumber-sumber energi alternative lainnya yang dianggap layak dilihat dari segi
teknis, ekonomi, dan lingkungan, apakah itu berupa biofuel, biogas/gas bio, briket arang dan lain
sebagainya. Beberapa waktu yang lalu sempat menjadi wacana kemungkinan digunakannya briket
batu bara. Namun, belakangan upaya ke arah itu agaknya tidak diteruskan atau sementara
dihentikan dulu karena dianggap belum layak dari segi lingkungan khususnya jika digunakan untuk
energi rumah tangga.
Dalam rangka pemenuhan keperluan energi rumah tangga khususnya di perdesaan maka
perlu dilakukan upaya yang sistematis untuk menerapkan berbagai alternatif energi yang layak
bagi masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut maka salah satu upaya terobosan yang
dilakukan adalah melaksanakan program Bio Energi Perdesaan (BEP), yaitu suatun upaya
pemenuhan energi secara swadaya (self production) oleh masyarakat khususnya di perdesaan,
termasuk bagi masyarakatdi desa-desa terpencil seperti di daerah pedalaman dan kepulauan.
Pelaksanaan program BEP juga terkait dengan upaya – upaya pengembangan agrobisnis dalam
rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Secara garis besar tujuan program BEP adalah berkembangnya swadaya masyarakat dalam
penyediaan dan penggunaan bio energi (bio gas, bio massa, dan bio fuel) bagi keperluan rumah
tangga termasuk untuk kegiatan usaha industry rumah tangga khususnya di perdesaan. (reff: