1 “Bioaktivitas Ekstrak Kloroform Cacing Tanah Pheretima sp terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli” OLEH : TRI YUNIATI H411 07 007 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2012
68
Embed
“Bioaktivitas Ekstrak Kloroform Cacing Tanah Pheretima sp ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
“Bioaktivitas Ekstrak Kloroform Cacing Tanah Pheretima sp terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli”
OLEH :
TRI YUNIATI
H411 07 007
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
2
BIOAKTIVITAS EKSTRAK KLOROFORM CACING TANAH
Pheretima sp TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli
Tri Yuniati
H41107007
Skripsi ini dibuat untuk Melengkapi Tugas Akhir dan memenuhi Syarat untuk
Memperoleh Gelar Sarjana
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
3
LEMBAR PENGESAHAN
BIOAKTIVITAS EKSTRAK KLOROFORM CACING TANAH
Pheretima sp TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli
Disetujui oleh :
Pembimbing Utama
Dr. Hj. Zohrah Hasyim M.Si
NIP. 19590322 198702 2 001
Pembimbing Pertama Pembimbing Kedua
Prof. Dr. Hj. Dirayah R. Husain, DEA Prof. Dr. Ahyar Ahmad
NIP. 196005251986012001 NIP. 196712311991031020
4
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena dengan taufik
dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat penulis rampungkan. Shalawat dan salam
semoga selalu dilimpahkan kepada Rasulullah SAW beserta keluarga beliau dan sahabat
hingga akhir zaman.
Penulisan skripsi yang berjudul “ Bioaktivitas Ekstrak Kloroform Cacing Tanah
Pheretima sp Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia
coli” adalah upaya penulis memenuhi salah satu syarat ujian akhir guna memperoleh
gelar Sarjana Sains Jurusan Biologi pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Hasanuddin.
Penulis menghaturkan banyak terimah kasih untuk kedua orang tuaku tercinta
Puji Jubagio dan Hj. Mare, S.Pd serta saudara-saudaraku tersayang atas segala limpahan
kasih, pengorbanan, jerih payah, kesabaran dan ketabahan serta doanya kepada penulis
demi keberhasilan dan tercapainya cita-cita penulis.
Selama penyelesaian skripsi ini penulis telah mendapat bantuan, dorongan
semangat, dan bimbingan dari berbagai pihak yang sangat penulis hargai. Ucapan terima
kasih yang sedalam-dalamnya kepada Ibu Dr. Hj. Zohrah Hasyim M.Si selaku
Pembimbing Utama, Ibu Prof. Dr. Hj. Dirayah R. Husain, DEA selaku pembimbing
pertama, dan bapak Prof. Dr. Ahyar Ahmad selaku pembimbing kedua yang telah
memberi waktu, tenaga dan pikiran, sehingga rangkaian penyusunan skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Pada kesempatan ini, penulis juga tak lupa mengucapkan terimah kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
5
1. Bapak Dekan Fakultas MIPA Universitas Hasanuddin beserta staf yang telah
memberikan bantuan dan kemudahan selama mengikuti pendidikan.
2. Ketua dan Sekretaris Jurusan serta Staf Dosen Jurusan Biologi Fakultas MIPA
Universitas Hasanuddin atas ilmu dan petunjuknya selama ini.
3. Dr. Magdalena Litaay, M.Mar.Sc, Dr. Andi Ilham Latunra, M.Si, Drs. Ambeng, M.Si,
Dr. Rosana Agus, MS selaku Penguji Sidang Sarjana.
4. Buat rekan-rekan Mahasiswa Jurusan Biologi Angkatan 2007 terspesial rekan
penelitian St. Asyfah Takdir atas dukungan serta kenangan indah selama ini.
5. Terima kasih buat Keluarga Besar Radio Kampus EBS Unhas atas kekeluargaannya
selama ini.
6. Kanda Al Hidayatullah, Kanda Ririn, Kanda Sabir, Bapak Rustam Laboran BBLK,
Bu Tini Laboran Kimia Organik atas bantuannya selama penulis melakukan
penelitian.
7. Spesial Buat Sahabatku Abdul Razak Ibrahim dan Muh Asrul dan teristimewa buat
Kanda Syamsul Bahri atas semangat dan dukungannya sehari-hari dan senyum yang
tak hentinya ditorehkan oleh kalian.
Penulis menyadari adanya berbagai kekurangan yang terdapat dalam penyusunan
skripsi ini, penulis selalu membuka diri untuk menerima kritik dan saran dari berbagai
pihak sebagai upaya penyempurnaan skripsi ini.
Demikianlah skripsi ini dibuat, semoga karya ini dapat diterima sebagai
sumbangan pikiran penulis yang ada nilainya untuk pembangunan bangsa.
Makassar, Februari 2012
Penulis
6
ABSTRAK
Penelitian yang bertujuan untuk melihat Bioaktivitas Ekstrak Kloroform Cacing
Tanah Pheretima sp. terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli telah
dilakukan. Ekstrak dengan variasi konsentrasi diuji aktivitas antibakteri dengan metode
difusi agar menggunakan media MHA (Muller Hinton Agar). Hasil penelitian
menunjukkan ekstrak memberikan efek antibakteri terhadap bakteri uji yang digunakan.
Aktivitas antibakteri terbesar terdapat pada konsentrasi ekstrak 9% selama waktu
inkubasi 24 jam dengan diameter zona hambatan sebesar 16 mm terhadap Eschericia coli
dan pada Staphylococcus aureus sebesar 14,3 mm. Setelah 48 jam diameter zona
hambatannya menurun sehingga dikatakan cenderung bersifat bakteriostatik. Selanjutnya
untuk mengkonfirmasi senyawa yang terkandung di dalam cacing tanah dilakukan
pengujian kualitatif dengan metode skrining fitokimia, didapatkan hasil bahwa ekstrak
kloroform Cacing Tanah Pheretima sp. mengandung alkaloid.
Kata kunci : Cacing tanah Pheretima sp., Ekstrak Kloroform, Antibakteri,
Staphylococcus aureus, Escherichia coli.
7
ABSTRACT
The research whose aim is to observe Chloroform Extract bioactivity Earthworm
Pheretima sp. against the bacteria Staphylococcus aureus and Escherichia coli has been
done. The extract was tested with a variation of concentrations of antibacterial activity by
agar diffusion method using MHA medium (Muller Hinton Agar). The result shows that
it has contributed extracts antibacterial effect against bacteria test used. The greatest
antibacterial activity of concentrations of extracts 9% during the incubation 24 hours with
a diameter of 16 mm inhibition against Eschericia coli and Staphylococcus aureus at 14.3
mm. After 48 hours the diameter inhibition decreases so that the inhibition zone tends to
be bacteriostatic. To confirm the contained compounds in the earthworm, this is
conducted qualitative test by using phytochemical screening method, shows that the
chloroform extract of Pheretima sp earthworm contains alkaloids.
Key words : Earthworm Pheretima sp., Chloroform extract, Antibacterial,
Staphylococcus aureus, Escherichia coli.
8
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... ii
KATA PENGANTAR................................................................................... iii
ABSTRAK...................................................................................................... v
ABSTRACT ................................................................................................. vi
DAFTAR ISI ................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xiii
BAB. I PENDAHULUAN............................................................................. 1
I.1 Latar Belakang............................................................................ 1
I.2 Tujuan Penelitian........................................................................ 4
Medium MHA yang telah disterilkan, didinginkan pada suhu 40-500C, lalu
dituang kedalam cawan petri secara aseptis dan dibiarkan memadat sebagai base
layer kemudian untuk sead layernya adalah media MHA yang telah dituangi
bakteri uji di dalamnya sebesar 10µL. Setelah media base layer memadat,
kemudian dituang kembali media sead layer dan pencadang disusun di atasnya.
Jika media sead layer telah memadat, pada masing-masing pencadang dimasukkan
ekstrak kloroform cacing tanah Pheretima sp berbagai konsentrasi yaitu 1%, 3%,
49
5%, 7%, 9%, b/v sebanyak 20µL dan tetrasiklin sebagai kontrol positif serta
larutan Na-CMC (Natrium Carboxyl Methyl Cellulosa) sebagai kontrol negatif.
Cawan petri diberi label, selanjutnya diinkubasi dalam inkubator pada suhu 370C
selama 24 jam, lalu diamati dan diukur daerah hambatannya. Inkubasi dilanjutkan
selama 48 jam dan diukur kembali daerah hambatan yang terbentuk.
III.3.9 Pengamatan zona hambatan
Pengamatan zona hambatan dilakukan dengan memperhatikan ada atau
tidaknya daerah bening yang terbentuk di sekitar pencadang. Zona hambatan
tersebut diukur dengan menggunakan jangka sorong dengan cara meletakkan
jangka sorong tersebut pada permukaan tutup cawan petri, tepat di atas zona
hambatan yang akan diukur. Posisi paruh jangka sorong (rahang tetap dan rahang
sorong) terletak selurusan dengan zona hambatan yang akan diukur. Rahang
sorong kemudian digeser dengan cara ditekan hingga berubah sesuai dengan
besarnya diameter zona hambatan yang terlihat. Membaca skala utama dan skala
nonius pada jangka sorong untuk menentukan besarnya diameter zona hambatan
dalam satuan milimeter (mm). Pengukuran zona hambatan diambil dari tiga sudut
yang berbeda, hasilnya kemudian dijumlahkan lalu dibagi tiga.
III.3.10 Analisis Data
Data hasil pengukuran ditabulasi dan dibandingkan besar diameternya
zona bening yang terbentuk pada kedua bakteri. Pengukuran dilakukan setelah
inkubasi 24 jam dan setelah inkubasi 48 jam. Kemudian data tadi dianalisis
secara deskriptif.
50
III.3.11 Skrining Fitokimia
Untuk mengkonfirmasi senyawa yang berfungsi sebagai antimikroba maka
dilakukan pengujian skrining fitokimia untuk melihat golongan senyawa yang
terdapat dalam ekstrak kloroform cacing tanah Pheretima sp. Ekstrak kloroform
cacing tanah Pheretima sp dimasukkan ke dalam lubang plat tetes masing-masing
sebanyak 2 tetes. Ditambahkan masing-masing pereaksi yang berbeda untuk
mendeteksi kandungan senyawanya sebanyak 1 tetes. pereaksi FeCl3 untuk
mendeteksi Fenolik, Asam asetat anhidrat untuk Terpenoid dan Steroid, Pereaksi
Mayer untuk Alkaloid, (Mg+HCl panas) untuk Flavonoid. Kemudian diaduk
selanjutnya amati perubahan warna yang terbentuk.
51
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan menguji bioaktivitas cacing tanah Pheretima sp
yang diambil dari peternakan di daerah Bandung dengan menggunakan kloroform
sebagai pelarut ekstraksi dan juga menggunakan bakteri uji yaitu Staphylococcus
aureus dan Escherichia coli.
Ekstrak kloroform cacing tanah Pheretima sp memiliki sifat yang sukar
larut ke dalam pelarut air, sehingga diperlukan suspending agent agar didapatkan
suatu suspensi yang baik antara media dan ekstrak. Pada penelitian ini
menggunakan suspending agent berupa Na-CMC (Natrium Carboxy Methyl
Cellulosa) sebab dapat mensuspensikan dengan baik antara media dengan ekstrak
kloroform cacing tanah Pheretima sp dan juga digunakan sebagai control negative
sebab tidak memberikan aktivitas penghambatan pertumbuhan bakteri uji. Kontrol
negatif ini bertujuan untuk melihat bahwa zona hambat yang terbentuk memang
berasal dari senyawa aktif yang terkandung di dalam ekstrak dan bukan karena
teknis perlakuan.
Dalam penelitian ini digunakan tetrasiklin sebagai kontrol positif yang
bertujuan untuk melihat kualitas bakteri uji serta membandingkan zona hambatnya
terhadap zona hambat yang terbentuk oleh ekstrak cacing tanah Pheretima sp.
Menurut Volk & Wheeler (1988), tetrasiklin merupakan antibiotik yang
berspektrum luas, yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri baik Gram positif
maupun Gram negatif dengan cara menghambat sintesis protein mikroba.
52
Ekstrak kloroform cacing tanah Pheretima sp dibuat ke dalam berbagai
variasi konsentrasi yaitu 1%, 3%, 5%, 7%, dan 9% kemudian diuji bioaktivitasnya
dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia
coli. Hasil pengukuran zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri uji selama
inkubasi 24 jam hingga 48 jam dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil pengukuran diameter zona hambat ekstrak kloroform cacing tanah Pheretima sp terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli
Konsentrasi
Diameter Zona Hambat (mm)
Staphylococcus aureus Escherichia coli
24 jam 48 jam 24 jam 48 jam
1% 8,0 8,0 10,0 10,0
3% 8,0 8,0 12,5 11,8
5% 8,0 8,0 13,2 12,2
7% 12,3 11,8 14,0 13,7
9% 14,3 14,0 16,0 15,7
K (+) 22,7 23,5 26,0 26,0 K (-) 8,0 8,0 8,0 8,0
Keterangan :
K (+) : Kontrol positif menggunakan Tetrasiklin (30 ppm) K (-) : Kontrol negatif menggunakan larutan Na-CMC (Natrium Carboxy Methyl Cellulosa) Diameter pencadang : 8 mm
IV.1.1 Bioaktivitas Ekstrak Kloroform Cacing Tanah Pheretima sp Terhadap
Bakteri Staphylococcus aureus
Hasil pengukuran zona hambat ekstrak kloroform cacing tanah Pheretima
sp pada bakteri uji Staphylococcus aureus pada inkubasi 24 jam hingga 48 jam
dapat diamati pada diagram berikut :
Gambar 7. Diagram zona hambatan ekstrak kloroform dari cacing tanah Pheretima sp pada masa inkubasi 24 jam dan 48 jam
Pada Gambar 7 memperlihatkan zona hambat ekstrak kloroform cacing
tanah Pheretima sp terhadap pertumbuhan bakteri
yaitu pada konsentrasi 9% sebesar 14,3 mm dan zona hambat terkecil yaitu pada
konsentrasi 7% sebesar 12,3 mm selama inkubasi 24 jam. Konsentrasi 1%, 3%,
5% dan kontrol negatif pada inkubasi 24 ja
adanya daya hambat atau tidak terdapat zona bening.
Capuccino dan Sherman (1992) berpendapat bahwa antibiotik dikatakan
efektif bila diameter zona hambat pertumbuhan bakterinya
kurang efektif apabila d
tidak efektif jika diameter hambatannya
pengukuran diameter zona hambat dari ekstrak kloroform cacing tanah pada
konsentrasi 9% dinilai efektif dalam menghambat bakteri
sedangkan konsentrasi 7% kurang efektif dan konsentrasi 1%, 3%, 5% tidak
efektif.
0
5
10
15
20
25
1
Dia
me
ter
Zo
na
Ha
mb
at
(mm
)
zona hambatan ekstrak kloroform dari cacing tanah Pheretima sp terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureuspada masa inkubasi 24 jam dan 48 jam
Pada Gambar 7 memperlihatkan zona hambat ekstrak kloroform cacing
terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus
yaitu pada konsentrasi 9% sebesar 14,3 mm dan zona hambat terkecil yaitu pada
konsentrasi 7% sebesar 12,3 mm selama inkubasi 24 jam. Konsentrasi 1%, 3%,
5% dan kontrol negatif pada inkubasi 24 jam hingga 48 jam tidak menunjukkan
adanya daya hambat atau tidak terdapat zona bening.
Capuccino dan Sherman (1992) berpendapat bahwa antibiotik dikatakan
efektif bila diameter zona hambat pertumbuhan bakterinya ≥ 14 mm dan bersifat
kurang efektif apabila diameter hambatannya hanya berkisar ±10 -11 mm serta
tidak efektif jika diameter hambatannya ≤ 9 mm, sehingga berdasarkan
pengukuran diameter zona hambat dari ekstrak kloroform cacing tanah pada
konsentrasi 9% dinilai efektif dalam menghambat bakteri Staphylococcus aureus
sedangkan konsentrasi 7% kurang efektif dan konsentrasi 1%, 3%, 5% tidak
3 5 7 9 K (+) K (-)
Konsentrasi (%)
24 jam
48 jam
53
zona hambatan ekstrak kloroform dari cacing tanah Staphylococcus aureus
Pada Gambar 7 memperlihatkan zona hambat ekstrak kloroform cacing
Staphylococcus aureus terbesar
yaitu pada konsentrasi 9% sebesar 14,3 mm dan zona hambat terkecil yaitu pada
konsentrasi 7% sebesar 12,3 mm selama inkubasi 24 jam. Konsentrasi 1%, 3%,
m hingga 48 jam tidak menunjukkan
Capuccino dan Sherman (1992) berpendapat bahwa antibiotik dikatakan
≥ 14 mm dan bersifat
11 mm serta
≤ 9 mm, sehingga berdasarkan
pengukuran diameter zona hambat dari ekstrak kloroform cacing tanah pada
lococcus aureus ,
sedangkan konsentrasi 7% kurang efektif dan konsentrasi 1%, 3%, 5% tidak
24 jam
48 jam
54
Pengamatan diameter zona hambat ekstrak kloroform cacing tanah
Pheretima sp pada inkubasi 48 jam mengalami penurunan yaitu pada konsentrasi
9% menurun menjadi 14,0 mm sedangkan pada konsentrasi 7% juga menurun
menjadi 11,8 mm. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak cacing tanah Pheretima sp
hanya bersifat bakteriostatik dalam menghambat bakteri Staphylococcus aureus,
seperti menurut Wattimena (1991) bahwa antibiotik bersifat bakteriostatik jika
mampu menghambat pertumbuhan bakteri uji dan tidak mematikan hingga waktu
48 jam dimana zona hambat kembali ditumbuhi bakteri. Menurut Brock et al.
(2006) bahwa agen bakteriostatik yaitu seringkali menghambat sintesis protein
dan bereaksi dengan cara terikat pada ribosom, sehingga jika konsentrasi
antimikroba ini berkurang maka akan dikeluarkan dari ribosom dan pertumbuhan
bakteri kembali berlangsung.
Hasil uji bioaktivitas ekstrak kloroform cacing tanah Pheretima sp
terhadap bakteri Staphylococcus aureus dapat dilihat pada Gambar 8 berikut :
A. B. Gambar 8. Diameter zona hambat ekstrak kloroform cacing tanah
Pheretima sp terhadap bakteri Staphylococcus aureus pada inkubasi (A) 24 jam dan (B) 48 jam.
IV.1.2 Bioaktivitas Ekstrak Kloroform Cacing Tanah
Bakteri Escherichia coli
Zona hambat ekstrak kloroform cacing tanah
pertumbuhan bakteri Escherichia coli
besar dibanding hasil pengukuran zona hambat pada bakteri
aureus, hal ini dapat dilihat pada diagram berikut :
Gambar 9. Diagram zona hambatan ekstrak kloroform dari cacing tanah Pheretima sp inkubasi 24
Ekstrak kloroform cacing tanah
5%, 7%, dan 9% seperti yan
menunjukkan besarnya zona hambat yang terbentuk yaitu masing
10 mm, 12,5 mm, 13,2 mm,
kontrol positif, zona hambat terbentuk sebesar 26 mm sedangkan kontrol negatif
baik pada inkubasi 24 jam hingga 48 jam tidak terdapat zona hambat.
0
5
10
15
20
25
30
1 3
Dia
me
ter
Zon
a H
am
bat
(m
m)
IV.1.2 Bioaktivitas Ekstrak Kloroform Cacing Tanah Pheretima sp
Escherichia coli
Zona hambat ekstrak kloroform cacing tanah Pheretima sp.
Escherichia coli menunjukkan hasil pengukuran yang lebih
hasil pengukuran zona hambat pada bakteri Staphylococcus
ini dapat dilihat pada diagram berikut :
Diagram zona hambatan ekstrak kloroform dari cacing tanah Pheretima sp terhadap pertumbuhan Escherchia coli pada masa inkubasi 24 jam dan 48 jam
Ekstrak kloroform cacing tanah Pheretima sp. pada konsentrasi 1%, 3%,
5%, 7%, dan 9% seperti yang terlihat pada Gambar diagram 9
menunjukkan besarnya zona hambat yang terbentuk yaitu masing-masing sebesar
10 mm, 12,5 mm, 13,2 mm, 14 mm, dan 16 mm pada inkubasi 24 jam. Pada
kontrol positif, zona hambat terbentuk sebesar 26 mm sedangkan kontrol negatif
baik pada inkubasi 24 jam hingga 48 jam tidak terdapat zona hambat.
5 7 9 K (+) K (-)
Konsentrasi (%)
55
Pheretima sp Terhadap
Pheretima sp. terhadap
menunjukkan hasil pengukuran yang lebih
Staphylococcus
Diagram zona hambatan ekstrak kloroform dari cacing tanah pada masa
pada konsentrasi 1%, 3%,
g terlihat pada Gambar diagram 9 di atas,
masing sebesar
14 mm, dan 16 mm pada inkubasi 24 jam. Pada
kontrol positif, zona hambat terbentuk sebesar 26 mm sedangkan kontrol negatif
24 jam
48 jam
56
Hal ini berarti, pada konsentrasi 7% dan 9% besar diameter ≥ 14 mm sehingga
dikatakan efektif dalam menghambat bakteri Escherichia coli sedangkan
konsentrasi 5%, 3%, dan 1% kurang efektif dalam menghambat bakteri
Escherichia coli.
Zona hambat yang terbentuk setelah inkubasi 48 jam, terlihat menurun
yaitu pada konsentrasi ekstrak 3%, 5%, 7%, dan 9%, masing-masing menjadi 11,8
mm, 12,2 mm, 13,7 mm, dan 15,7 mm. Nilai pengukuran zona bening pada
konsentrasi 1% tidak mengalami perubahan setelah inkubasi 48 jam, demikian
juga larutan kontrol positif. Hal ini berarti ekstrak kloroform cacing tanah
Pheretima sp. juga bersifat bakteriostatik dalam menghambat bakteri Escherichia
coli.
Bioaktivitas ekstrak kloroform cacing tanah Pheretima sp terhadap bakteri
Escherichia coli dapat dilihat pada Gambar 10 berikut :
A. B.
Gambar 10. Diameter zona hambat ekstrak kloroform cacing tanah Pheretima sp terhadap bakteri Escherchia coli pada inkubasi (A) 24 jam dan (B) 48 jam.
57
Membandingkan besarnya diameter zona hambat ekstrak kloroform cacing
tanah Pheretima sp. terhadap kedua bakteri uji, menunjukkan bahwa cacing tanah
Pheretima sp. lebih efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia
coli dibandingkan pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus sama seperti yang
diungkapkan oleh Hasyim (2011) yang menemukan bahwa ekstrak kloroform dari
cacing tanah Pheretima sp. yang merupakan cacing tanah lokal daerah Makassar,
lebih efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli dibanding
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, Salmonella thypi, dan Vibrio
cholerae.
Berdasarkan hasil pengamatan, terjadi peningkatan besar diameter zona
hambat seiring peningkatan konsentrasi ekstrak kloroform cacing tanah Pheretima
sp. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi tingkat konsentrasi dari ekstrak
maka semakin tinggi pula jumlah konsentrasi zat aktif didalamnya, sama seperti
pendapat Pelczar dan Chan (2006) yang mengatakan bahwa semakin besar tingkat
konsentrasi suatu antimikroba yang diberikan dalam kurun waktu tertentu maka
semakin capat pula bakteri tersebut mati.
Adanya kemampuan dari ekstrak kloroform cacing tanah Pheretima sp.
dalam menghambat bakteri uji ini menunjukkan bahwa terdapat senyawa-senyawa
antimikroba yang terdapat pada tubuh cacing tanah tersebut. Hal ini didukung
dengan adanya penelitian-penelitian oleh para ahli sebelumnya yang menemukan
senyawa-senyawa penting di dalam tubuh berbagai cacing tanah yang dapat
digunakan sebagai bahan alternatif pengobatan (terapeutik) antara lain yang
dilaporkan oleh Yan-Qin Liu et al (2004) dalam Julendra (2005) bahwa terdapat
senyawa antibakteri dalam tubuh cacing tanah Eisenia Foetida dengan mendeteksi
58
adanya senyawa peptida yang mampu menekan pertumbuhan bakteri patogen,
peptida tersebut diberi nama OEP 3121 dan disebut senyawa lumbricin.
Menurut Nugroho (1994), senyawa yang berperan sebagai antimikroba
dalam tubuh cacing tanah sebagian besar berupa protein yang terdiri dari
lumbrifebrin, terestrolimbrolisin, hipoksantin, asam amino, xantin, guanin, cholin
dan guanidin. Di dalam ekstrak cacing tanah juga terdapat zat antipurin,
antipiretik, antidota, dan vitamin (Sumardi, 1997 ; Catalan, 1981). Penelitian Cho
et al. (2003) telah berhasil memurnikan dan mengkarakterisasikan enam fraksi
enzim lumbrokinase sebagai agen fibrinolitik, selain itu ekstrak cacing tanah juga
mengandung asam arakhidonat yang dapat menurunkan panas akibat infeksi.
Penelitian mengenai aktivitas antimikroba yang terdapat di dalam ekstrak
cacing tanah Pheretima sp terhadap bakteri uji Staphylococcus aureus dan
Escherchia coli didapatkan hasil pengukuran diameter zona hambat yang berbeda-
beda dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Menurut Pelczar dan
Chang (2006) banyak faktor yang mempengaruhi aktivitas suatu antimikroba,
yaitu : konsentrasi dan intensitas antimikroba, jumlah bakteri uji yang digunakan,
keasaman (pH) serta kemungkinan adanya bahan organik asing yang dapat
menurunkan kefektifan zat kimia antimikroba. Selain itu faktor yang paling
penting dimana kondisi biologis bakteri uji yaitu memiliki struktur dinding sel
yang berbeda sehingga tentunya akan memilki perbedaan dalam penghambatan
pertumbuhan sel bakteri sebagai bentuk pertahanan hidup dari masing-masing
bakteri tersebut.
Pada penelitian ini digunakan dua bakteri uji yang masing-masing
memiliki struktur dinding sel yang berbeda, Staphylococcus aureus merupakan
59
bakteri Gram positif sedangkan Escherichia coli adalah bakteri Gram negatif, hal
ini tentu saja mempengaruhi bioaktivitas dari suatu senyawa antimikroba dalam
menghambat pertumbuhan bakteri tersebut. Menurut Pratiwi (2008) struktur
dinding sel bakteri Gram positif mengandung banyak peptidoglikan dan juga
terdapat asam teikoat yang mengandung alkahol (gliserol atau ribitol) dan fosfat
sedangkan dinding sel bakteri Gram negatif mengandung satu atau beberapa lapis
peptidoglikan dan membran luar. Peptidoglikan terikat pada lipoprotein pada
membran luar. Terdapat daerah periplasma yaitu daerah yang terdapat di antara
membran plasma dan membran luar. Periplasma berisi enzim degradasi
konsentrasi tinggi serta protein-protein transpor.
Kontrol positif yaitu tetrasiklin menunjukkan diameter zona hambat yang
jauh lebih besar dibandingkan ekstrak kloroform cacing tanah Pheretima sp dan
tentunya jauh lebih efektif dalam menghambat kedua jenis bakteri uji sebab
tetrasiklin merupakan antibiotik yang telah paten digunakan sebagai antibakteri
dan memiliki spektrum yang luas dalam menghambat bakteri Gram Positif
maupun bakteri Gram Negatif (Mutschler, 1991).
Antibiotik seperti tetrasiklin ini memiliki efektivitas dalam menghambat
pertumbuhan bakteri patogen tetapi disamping itu juga memiliki efek samping
yang luar biasa terhadap hospes antara lain menurut Pratiwi (2008) bahwa
tetrasiklin dapat menekan mikrobiota normal pada saluran intestinal dan juga
menyebabkan superinfeksi Candida albicans. Penggunaan antimikroba yang
berasal dari alam seperti ekstrak cacing Pheretima sp ini cukup efektif sebagai
pilihan alternatif pengobatan dan tentunya relatif lebih aman.
60
IV.1.2 Penggolongan Senyawa ekstrak kloroform cacing tanah Pheretima sp
Dalam penelitian ini, dilakukan pula pengujian kualitatif dengan metode
skrining fitokimia untuk mengkonfirmasi golongan senyawa yang terdapat dalam
ekstrak kloroform cacing tanah Pheretima sp. Hal ini sebagai referensi tambahan
mengenai kandungan senyawa dari cacing tanah jenis Pheretima sp, yang
sebelumnya telah dilaporkan oleh Sajuthi dkk (2009) bahwa cacing tanah
Lumbricus rubellum dan Pheretima aspergillum memiliki senyawa aktif yang
berfungsi sebagai antipiretik diketahui berasal dari golongan alkaloid.
Pengujian skrining fitokimia pada ekstrak kloroform cacing tanah Pheretima
sp bertujuan mendeteksi adanya kandungan senyawa berupa Fenolik, Terpenoid,
Steroid, Alkaloid, dan Flavonoid. Hasil uji kualitatif ini ditandai dengan
terjadinya perubahan warna dari ekstrak kloroform cacing tanah Pheretima sp.
Kandungan Alkaloid diidentifikasi dengan menambahkan Pereaksi Mayer pada
ekstrak kloroform cacing tanah Pheretima sp dan ditandai dengan terbentuknya
endapan putih kekuningan. Senyawa fenolik dengan FeCl3 yang ditandai dengan
perubahan warna ekstrak menjadi merah, violet atau merah-ungu. Senyawa
flavonoid diidentifikasi dengan menambahkan (Mg+HCl panas) ke dalam ekstrak
kloroform cacing tanah Pheretima sp. dan akan berubah warna menjadi merah
cerah lalu berubah menjadi biru indigo jika hasilnya positif. Senyawa
terpenoid/steroid juga diidentifikasi dengan penambahan pereaksi asam asetat
anhidrat dan akan ditandai dengan perubahan warna menjadi hijau-biru, sehingga
bila tidak terjadi perubahan warna setelah penambahan pereaksi menandakan pada
sampel uji tidak mengandung senyawa tersebut.
61
Hasil pengujian golongan senyawa ekstrak kloroform cacing tanah
Pheretima sp dapat dilihat pada Gambar 11 berikut :
Gambar 11. Hasil uji golongan senyawa ekstrak kloroform Pheretima sp A. Ekstrak kloroform cacing tanah Pheretima sp B. Ekstrak kloroform cacing tanah Pheretima sp + Pereaksi
1) Ekstrak kloroform cacing tanah Pheretima sp + FeCl3 2) Ekstrak kloroform cacing tanah Pheretima sp + Pereaksi
Meyer 3) Ekstrak kloroform cacing tanah Pheretima sp + Asam asetat
anhidrat 4) Ekstrak kloroform cacing tanah Pheretima sp + (Mg+HCl
panas)
Berdasarkan hasil pengujian skrining fitokimia pada Gambar 11
menunjukkan bahwa ekstrak kloroform cacing tanah Pheretima sp. mengandung
senyawa alkaloid yang ditunjukkan dengan terbentuknya perubahan warna berupa
endapan putih.
Kandungan senyawa alkaloid pada ekstrak kloroform cacing tanah
Pheretima diduga erat kaitannya terhadap kemampuanya sebagai antibakteri,
seperti pada penelitian Karou et al. (2005) yang menyimpulkan bahwa senyawa
alkaloid yang berasal dari tanaman Sida acuta memiliki kemampuan antimikroba
yang baik terhadap beberapa mikroorganisme.
B
A
62
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Bioaktivitas ekstrak kloroform cacing tanah Pheretima sp lebih besar
dalam menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli dibandingkan
Staphylococcus aureus dan bioaktivitas ini meningkat seiring dengan
penambahan konsentrasi ekstrak kloroform cacing tanah Pheretima sp.
2. Ekstrak kloroform cacing tanah Pheretima sp terdapat senyawa alkaloid
yang ditandai dengan terbentuknya endapan putih pada pengujian skrining
fitokimia.
V.2 Saran
Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut dalam menguji bioaktivitas
ekstrak cacing tanah Pheretima sp dalam menghambat pertumbuhan bakteri
patogen dengan meningkatkan konsentrasinya agar diketahui daya hambat
maksimal dari ekstrak cacing tanah Pheretima sp.
63
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, A., 1995, Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi:2, Widya Medika,
Jakarta. Ansari, A.A., and Sitaram K., 2011, An Investigation Into The Anti-microbial and
Anti-fungal Propertis of Earthworm Powder Obtained from Eisenia fetida, American Journal of Food Techology Vol.6 No.4.
Aydogdu, E.O.A., and Cotuk, A., 2008, Antibacterial and Hemolytic of The
Coelomic Fluid of Dendrobaena veneta (oligochaeta, Lumbricidae) Living in Different Localities, IUFS Journal of Biology Vol.67 No.1.
Brock, T.d., Michael, T.M., John, M. M., dan Jack, P., 1997, Biology of
Microorganism, Eight Edition. Prentice Hall International Inc, London. Brock, T.d., Michael, T.M., John, M. M., dan Jack, P., 2006, Biology of
Microorganism, Eleventh Edition. Prentice Hall International Inc, London. Brooks, Geo, F., Janet, S. B., Stephen, A. M., 2005, Mikrobiologi Kedokteran,
Salemba Medika, Jakarta. Boyd, R.f., and Marr, J.J., 1980, Medical Microbiology, Little, Brown and
Company,Inc, USA. Catalan, I. G., 1981, Earthworm A New Source of Protein, Philipine Earthworm
Center, Philipines. Cappuccino, J.G. and Sherman, N, 1992, Microbiology A Laboratory Manual 3rd
Edition, The Benjamin/Cummings Publishing Company Inc, Redwood City,
California.
Cho, I.H., Eui, S.C., Hun, G.L., and Hyung, H.L., 2003, Purification and Characterization of Six Fibrinolytic Serine-Protease from Earthworm Lumbricus rubellus, Journal of Biochemistry and Molecular Biology, Vol.37 No.2.
Dynes, R.A., 2003, Earthworm Technology Information to Enable The
Development of Earthworm Production, Union Offset Printing, Canberra. Edmonds, P., 1978, Microbiology An Environmental perspective, Macmillan
Publishing Co., Inc, New York. Edwards, C.A. and Bohlen, P.J., 1996, Biology and Ecology of Earthworms.3rd
ed. Chapman & Hall, London.
64
Ganiswarna, S. G., 2001, Farmakologi dan Terapi, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Garrity, G. et al., 2002, Bergey”s Manual Sysmatic Of Bacteriology 2nd Edition,
Hasyim. Z., 2007, Bioaktivitas Fraksi Protein dari Cacing Tanah Lumbricus
terestris sebagai Antimikroba, Jurnal Bionatur Volume 8 Nomor 1, ISSN 1411-4720.
Hunter, P., 1977, General Microbiology, C.V. Mosby Company, USA. Jawets. E., Melnick, J. L., dan Adelberg, E. A., 2001, Mikrobiologi Kedokteran.
Salemba Medika, Jakarta. Julendra, Hardi, 2005, Pengaruh Penambahan Tepung Cacing Tanah (Lumbricus
rubellus) sebagai suplemen pakan terhadap aktifitas Salmonella pullorum dengan uji in-vitro, UPT Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia LIPI, Yogyakarta.
Johnson, Laubengayer, and Delanney, 1965, General Biology Revised Edition,
Holt, Rinehart and Washington,Inc, USA. Kalem, 2011, Cacing tanah Pheretima, http://xx-tipus.blogspot.
com/2009_08_01_archive.html, diakses pada 20 Februari 2011. Karaca, Ayten, 2011, Biology of Earthworm, Spinger Heidelberg Dordrech
London, New York. Karou, D. et al., 2005, Antibacterial Activity of Alkaloid From Sida acuta, African
Journal of Biotechnology, 4 (12) : 1452 – 1457. Krotz, D. 2004, Cataloging Airborne Bacteria, City by City. http://www.lbl.gov,
diakses pada 4 November 2011. Katzung, B.G., 2004, Farmakologi Dasar dan Klinik, Salemba Medika, Jakarta. Lay, W.B., and H. Sugyo, 1994, Analisis Mikroba di Laboratorium, PT. Raja
Grafindo persada, Jakarta.
65
Levy, S.B., 1998, The Challenge of Antibiotic Resistance. Scientific American,
Inc. Mathur, A., Satish, K.V., Rakshanda, B., Santosh, K.S., Archana, P., G., Prasad,
V., Dua, 2010, Antimicrobial Activity of Earthworm Extract, J. Chem. Pharm. Res., Vol.2 No.4.
Maza, L. et al., 2004, Color Atlas of Medical Bacteriology, American society For
Microbiology, Washington. Mutschler, E., 1991, Dinamika Obat Farmakologi dan Toksikologi, Penertbit ITB,
Bandung. Nugroho, E., I. Whendrato, I.M. Dyana dan E. Kosumo, 1994, Satwa Berkhasiat
Pengobatan, Eka Offset, Semarang. Oemarjati, B. S. dan Wisnu, W., 2000, Taksonomi Avertebrata Pengantar
Praktikum Laboratorium, UI Press, Jakarta. Palungkun, R., 1999, Sukses Beternak Cacing Tanah Lumbricus rubellus,
Swadaya, Jakarta. Pratiwi, S.T., 2008, Mikrobiologi Farmasi. Erlangga. Yogyakarta. Pelczar , M.J. dan Chan, E.C.S., 2006, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Universitas
Indonesia, Jakarta.
Pelczar , M.J., Chan, E.C.S., dan Krieg, N.R., 1993, Microbiology Concepts and Applications, MacGraw-Hill, Inc, USA.
Ray, Kenneth J., et al., 2010, Sherris Medical Microbiology, Fifth Edition , The
McGraw –Hill Companies, USA. Ritchie, D.D. and Carola, R., 1983, Biology Second Edition, Addison-Wesley
Publishing Company, USA. Rukmana, R., 2003, Budi Daya Cacing Tanah, Cetakan kelima, Kanisius,
Jakarta. Sajuthi, D., E. Suradikusuma, dan M.A. Santoso, 2009, Efek Antipiretik Ekstrak
Cacing Tanah, www.kompas.com, diakses tanggal 11 Januari 2012. Shih, H.T., Hsueh, W.C., and Jiun, H.C., 1999, A Review of the Earthworms
(Annelida: Oligochaeta) from Taiwan, Institute of Marine Biology, Department of Biological Sciences, National Sun Yat-sen University, Kaohsiung, Taiwan.
66
Suin, N.M., 1997, Ekologi Hewan Tanah, Bumi Aksara, Jakarta. Sumardi, 1997, Karakteristik Penelusuran Efek Antibakteri Pada Cacing Tanah
Allobophora roseae, Tesis, Program Pascasarjana IPB, Bogor. Tobo, F., B. T. Mufidah, dan I. Mahmud, 2001, Buku Pegangan Laboratorium
Fitokimia I, Universitas Hasanuddin, Makassar. Wallace, R.A., King, J.L., and Sanders, G.P., 1988, Biosphere the Realm of Life
Second Edition, Scott, foresman and company, USA. Ward, D.R., and Hackney, C.R., 1991, Microbiology of Marine Food Product,
Van Nostrand Reinhold, New York. Wattimena, J. R., Nelly C. S., Mathilda B. W., Elin Y. S., Andreanus A. S. dan
Anna R. S., 1991, Farmakodinamika dan Terapi Antibiotik, Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta.
Willey, J., and Sons, 2004, Science Technologies, http: www.wiley.com, diakses pada tanggal 20 Juni 2011.
Wilson & Gisvold, 1991, Textbook of Organic Medicinal and Pharmaceutical
World Health Organization, 2002, Penyakit Bawaan Makanan :Fokus Pendidikan Kesehatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Yanti, Suhartono, MT., Tami indiyanti, Sajuthi D., 2003, Karakteristik Protease
dari Cacing Tanah Lumbricus rubellus dengan anlisis zimogram dan SDS-Page, Seminar NasionalPertemuan Tahunan Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI), Yogyakarta.