PAPER BIO-KOMPOSIT Fiber Reinforced Cement Composite (Concrete) for Building Application Disusun Oleh A B Joe H | 0806331355 MATERIAL TEKNIK (MMS 8810801) PROGRAM MAGISTER – PEMINATAN KOROSI DEPARTEMEN TEKNIK METALURGI DAN MATERIAL FTUI – 2011
Jul 28, 2015
PAPER BIO-KOMPOSIT
Fiber Reinforced Cement Composite (Concrete) for Building
Application
Disusun Oleh
A B Joe H | 0806331355
MATERIAL TEKNIK (MMS 8810801)
PROGRAM MAGISTER – PEMINATAN KOROSI
DEPARTEMEN TEKNIK METALURGI DAN MATERIAL
FTUI – 2011
PAPER BIO-KOMPOSIT : MATERIAL TEKNIK - S2 2
DAFTAR ISI
Halaman
Daftar Isi 2
I. Pengantar 3
I. 1. Penggunaan biofiber pada Building Industry di Dunia 3
II. Prinsip Dasar 5
II. 1. Cement (Semen) 5
II. 2. Concrete 6
II. 3. Natural Fiber (Serat alami) 7
II. 4. Fiber Reinforced Cement Composite (FRC) 8
III. Struktur Dinding Sel – Karakteristik Penting 9
IV. Manufaktur/Fabirkasi FRC 12
IV. 1. Proses Hatschek 12
IV. 2. Cement-Bonded Particleboard 13
V. Keuntungan/Kerugian Material Fiber-Cement 14
VI. Aplikasi Komposit Fiber-Cement 14
VI. 1. Sisal Fiber Reinforced Cement Composite 15
Referensi 18
PAPER BIO-KOMPOSIT : MATERIAL TEKNIK - S2 3
FIBER-CEMENT COMPOSITE FOR BUILDING APPLICATION
I. Pengantar
Sejak zaman dahulu, serat alami telah digunakan untuk memperkuat
material getas[1]
. Seperti contoh, ribuan tahun yang lalu, bangsa Mesir mulai
menggunakan sedotan dan rambut kuda untuk meningkatkan sifat dari batu bata
lumpur[2-4]
. Beberapa waktu kemudian, penggunaan komersil skala besar dari
asbestos fibers pada matrix pasta semen dimulai dengan penemuan proses
Hatschek pada tahun 1898[5]
. Karena faktor kesehatan yang terganggu akibat dari
asbestos fibers, jenis fiber alternatif telah diteliti dan diperkenalkan sepanjang
tahun 60-an dan 70-an[5]
. Diantaranya yang paling menjanjikan untuk
menggantikan asbestos adalah natural fibers, dimana produksinya mengalami
peningkatan setiap tahunnya (Tabel 1).
Tabel 1. Produksi Dunia dari Serat Alami Pilihan 1988-2001 (dalam Juta Pounds)[6-7]
.
I. 1. Penggunaan biofiber pada Building Industry di Dunia
Penggunaan bio-komposit pada industri bangunan memiliki fungsi yang
cukup strategis bagi kesejahteraan umat manusia di dunia. Di Amerika, Celotex
membuat panel tebu pertama pada tahun 1920[8-10]
. Pada tahun 1958 di Venezuela,
PAPER BIO-KOMPOSIT : MATERIAL TEKNIK - S2 4
Tablopan de Venezuela memproduksi fiberboards dari tebu. Penambahan serat
pertanian lainnya digunakan pada panel tebu untuk berbagai aplikasi, seperti
bambu, serat kayu, gandum, serat rumput jerami, sekam, dan tangkai bunga
matahari[11-13]
. Jerami sereal menjadi serat kedua yang sering digunakan untuk
membuat panel karena kandungan silika yang tinggi membuat jerami sereal
menjadi fire resistant, dan densitas rendah membuatnya elastis[14]
. Sekam padi
digunakan sebagai serat pada blok semen karena mampu meningkatkan sifat
termal dan acoustic pada produk bangunan.
Di asia, penggunaan serat bambu menyebar luas. Setelah PD II, sebuah
bangunan pusat dibuat di Jepang dan Kyoto untuk pengembangan material
bangunan menggunakan serat bambu[15]
. Kemungkinan membuat papan tiga lapis
dari bambu dan limbah kayu diteliti pula di Taiwan[16]
. Di Arab Saudi, ahli
manufaktur menggunakan serat tebu sebagai alternatif pada komposit untuk
material bangunan[17]
. Dan di Filipina, fokus risetnya adalah pada penggunanan
sabut kelapa, pisang, dan serat nanas dengan limbah kayu untuk produksi
particleboard[18]
.
Gambar 1. Beberapa serat alami yang digunakan sebagai bio-komposit[19]
.
PAPER BIO-KOMPOSIT : MATERIAL TEKNIK - S2 5
Di Amerika Utara dan Eropa, 10 besar pemasok komposit kayu dan serat
tani diperhitungkan sekitar 70% dari industri penjualan keseluruhan (Gambar 1).
Sekitar 15 perusahaan di Eropa dan lebih dari 60 perusahaan berada di Amerika
Utara. Hal ini menunjukkan bahwa peluang penggunaan serat alami dalam
memproduksi produk alami adalah tinggi di Amerika dan Eropa.
Gambar 2. 10 besar pemasok komposit kayu dan serat tani di Amerika Utara dan Eropa, 2002[20]
.
II. Prinsip Dasar
II. 1. Cement (Semen)
Semen adalah binder, sebuah substan yang dapat mengeras secara
independen, dan dapat mengikat material lainnya secara bersama-sama[21]
.
Dimana semen, air, agregat, dan serat bercampur menjadi satu akan membentuk
suatu struktur baru yaitu concrete. Beberapa fungsi dari semen adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengikat pasir dan agregat kasar secara bersama.
2. Untuk mengisi celah kosong diantara pasir dan partikel agregat kasar.
3. Membentuk suatu compact mass.
Jenis semen komersil yang sering digunakan untuk bangunan adalah
portland cement. Dimana portland cement adalah hydraulic cement yang
PAPER BIO-KOMPOSIT : MATERIAL TEKNIK - S2 6
diproduksi melalui penghancuran clinker yang mengandung kalsium silikat
hidrolik, dan sejumlah kecil dari satu atau banyak bentuk kalsium sulfat sebagai
penambah antar tanah[22]
. Gambar 3 menunjukkan diagram alir dari proses kering
manufaktur semen portland.
Gambar 3. Diagram alir dry process manufaktur semen portland[22]
.
II. 2. Concrete
Concrete adalah material komposit yang mengandung media pengikat
dimana tertanam partikel atau fragmen dari agregat[22]
. Berdasarkan kekuatannya,
concrete dikelompokkan menjadi 3 yaitu Low-strength concrete (kurang dari 20
MPa), Moderate-strength concrete (diantara 20 – 40 MPa), dan High-strength
concrete (lebih dari 40 MPa). Tipe proporsi material untuk memproduksi
campuran low-strength, moderate-strength, dan high-strength concrete dengan
agregat normal ditunjukkan pada tabel 2.
Terdapat beberapa concrete modifikasi yang cukup banyak digunakan
pada kehidupan sehari-hari, dengan menyediakan berbagai sifat unik untuk
bermacam aplikasi. Diantaranya yaitu structural lightweight concrete, self-
PAPER BIO-KOMPOSIT : MATERIAL TEKNIK - S2 7
consolidating concrete, high-performance concrete, fiber-reinforced concrete,
concrete containing polymers, heavy-weight concrete, mass concrete, dan roller-
compacted concrete.
Tabel 2. Proporsi tipikal dari material concrete campuran dengan kekuatan berbeda[22]
.
II. 3. Natural Fiber (Serat alami).
Short discontinous fibers digunakan pada concrete dapat
dikarakterisasikan dengan berbagai cara (gambar 4)[23-26]
. Contoh dari serat alami
diantaranya selulosa, sisal, goni, bambu, rambut kuda, dsb. Serat didefinisikan
apabila sebuah sel memiliki ukuran panjang yang tinggi dibandingkan dengan
lebarnya[27]
.
Gambar 4. Klasifikasi karakteristik serat dalam Fiber reinforced cement composites[23]
.
PAPER BIO-KOMPOSIT : MATERIAL TEKNIK - S2 8
Tabel 3 memberikan beberapa contoh serat alami berdasarkan
dimensinya. Berdasarkan perbedaan dimensi ini, terdapat berbagai peluang dalam
pemilihan serat untuk aplikasi teknik. Sebagai contoh, bast atau stem fibers
digunakan untuk industri tekstil dan tali karena serat yang dibutuhkan sepanjang
mungkin. Beberapa contoh serat serat berdasarkan komposisi kimianya juga
ditunjukkan pada tabel 4.
Tabel 3. Contoh beberapa serat alami berdasarkan dimensinya[27-28]
.
Tabel 4. Contoh beberapa serat alami berdasarkan komposisi kimianya[27]
.
PAPER BIO-KOMPOSIT : MATERIAL TEKNIK - S2 9
II. 4. Fiber Reinforced Cement Composite (FRC)
Fiber Reinforced Concrete (FRC) adalah concrete yang mengandung
semen hidrolik, air, agregat, dan serat pendek[22]
. Jenis concrete ini juga dapat
mengandung pozzolans dan campuran lainnya yang umum digunakan dengan
conventional concrete. Berdasarkan fraksi volume seratnya, FRC dapat
dikelompokkan sebagai berikut (Tabel 5). Berdasarkan respon terhadap tarikan,
FRC dibagi atas Strain-Hardening dan Strain-Softening[23]
.
Tabel 5. Klasifikasi FRC berdasarkan fraksi volume seratnya[22]
.
Jenis FRC Penjelasan
Low Volume Fraction (< 1%) Digunakan untuk mengurangi retak susut.
Moderate Volume Fraction (1 – 2%) Digunakan untuk meningkatkan modulus
of rupture, ketangguhan patah, dan
ketahanan impak.
High Volume Fraction (> 2%) Digunakan untuk meningkatkan strain-
hardening.
Suatu hal yang jelas bahwa penambahan serat-serat pada semen mampu
meningkatkan beberapa sifat yang penting untuk aplikasi dan mampu operasi dari
concrete[29]
. Beberapa sifat yaitu ketahanan retak, berat ringan dan derajat
fleksibilitas yang cukup penting untuk komersialisasi. Mekanisme serat
mencegah crack development ditunjukkan pada gambar 5. Pada gambar 5,
diketahui bahwa serat menjembatani retak tanpa slipping out atau breaking slow
atau menghambat tumbuh retak.
III. Struktur Dinding Sel – Karakteristik Penting.
Tabel 6 menunjukkan list dari beberapa variasi serat dan beberapa sifat
penting untuk manufaktur fiber cement dan marketing produk. Akibat dari
lingkungan alkalinitas yang tinggi dari matriks semen, serat yang digunakan harus
PAPER BIO-KOMPOSIT : MATERIAL TEKNIK - S2 10
cocok dengan lingkungan alkali sepanjang waktu operasi produk[29]
. Serat juga
harus memiliki sifat lainnya seperti ketahanan temperatur akibat produk terpapar
waktu proses manufaktur. Hal penting lainnya yaitu kuat serat, ketangguhan, dan
harga. Berdasarkan tabel 6, serat alami memiliki harga yang murah.
Gambar 5. Mekanisme serat pada concrete[29]
.
Tabel 6. Komparasi beberapa karakteristik fiber (1 = high, 2 = medium, 3 = low)[29]
.
Dinding sel pada serat dibuat dari beberapa lapisan: yaitu dinding primer
(S1), dinding kedua (S2), dan layer ketiga (S3). Pada serat lignocellulosic
mengandung selulosa, hemiselulosa, dan lignin dengan kandungan bervariasi.
Layer S2 biasanya mendominasi sifat dari serat. Selulosa (Gambar 6a) adalah
komponen struktur dasar dari semua serat tanaman[27]
. Molekul selulosa terdiri
atas unit glukosa yang tersambung dalam rantai panjang membentuk suatu
mikrofibril. Tensile Strength dari selulosa adalah 7.5 GPa atau 1,087,500 pounds
per square inch[30]
. Microfibril berada pada S2 layer, sehingga serat memiliki
tensile strength yang sangat tinggi.
PAPER BIO-KOMPOSIT : MATERIAL TEKNIK - S2 11
Hemiselulosa (Gambar 6b) juga ditemukan pada semua serat tanaman.
Hemiselulosa adalah polisakarida yang berikatan pada rantai pendek dan
bercabang[27]
. Hemiselulosa terkait dengan mikrofibril selulosa pada matrik.
Hemiselulosa sangat hidrofilik. Lignin (Gambar 6c) adalah bahasa latin dari
kayu. Lignin adalah komponen yang memberikan kekakuan pada tanaman. Lignin
adalah polimer tiga dimensi dengan struktur amorf dan berat molekul yang
besar[27]
. Beberapa sifat lignin yang penting adalah affinitas air yang rendah dan
termoplastik.
Gambar 6. a) serat selulosa[31]
, b) struktur molekul hemiselulosa[32]
, c) foto SEM Lignin[33]
.
Efek kombinasi dari tiga komponen utama menghasilkan sifat yang unik
dari serat alami. Beberapa sifat penting dirangkum pada tabel 7.
Tabel 7. Beberapa sifat serat alami efek dari karakteristik dinding sel[27]
.
No Sifat
1 Memiliki strength properties, terutama tensile strength yang sangat baik.
2 Memiliki mampu insulator panas, suara, dan listrik yang baik.
3 Mampu mampu bakar yang baik, sehingga dapat dikonversi menjadi energi lain.
4 Biodegradability yang baik.
5 Kestabilan dimensi yang rendah karena higroskopis.
6 Memiliki reaktivitas yang tinggi
PAPER BIO-KOMPOSIT : MATERIAL TEKNIK - S2 12
IV. Manufaktur/Fabrikasi FRC
Dibutuhkannya suatu proses manufaktur FRC yang baik agar mampu
dijual di pasaran, beberapa proses manufakturnya dijelaskan pada bab berikut ini.
IV. 1. Proses Hatschek
Mesin Hatschek pertama kali dikembangkan untuk produksi semen
asbestos pada tahun 1890 dan dipatenkan oleh penemunya, Ludwig Hatschek[34]
.
Pada proses ini, bubur cair dari serat dan semen ditambah sejumlah aditif, sekitar
7-10 persen padatan solid, disuplai ke tangki induk yang memiliki sejumlah
rotating screen cylinders (Gambar 7).
Gambar 7. Elemen dasar dari proses hatschek[29]
.
Sebagai tambahan untuk proses hatschek, teknologi ekstrusi digunakan
untuk manufaktur fiber cement. Gambar 8 menampilkan gambaran skematis dari
teknologi ini dimana kneaded material masuk ke screw conveyor, lewat sepanjang
vacuum pump dan keluar dari conveyor. Material ekstrusi kemudian didepositkan
ke moving conveyor belt. Lalu teknologi lainnya adalah Fourdrinier Forming
Machine (Gambar 9). Pada mesin ini, bubur serat dan semen dipompa dari mesin
stock tank menuju fourdrinier headbox.
PAPER BIO-KOMPOSIT : MATERIAL TEKNIK - S2 13
Gambar 8. Skematis dari mesin ekstrusi[29]
.
Gambar 9. Fourdrinier Forming Machine[29]
.
IV. 2. Cement-Bonded Particleboard
Gambar 10. Skema dari Cement-bonded Particleboard[29]
.
PAPER BIO-KOMPOSIT : MATERIAL TEKNIK - S2 14
Selain metode hatschek, teknologi lainnya yang digunakan adalah Cement-
bonded particleboard. Pada teknologi ini, selain serat, partikel kayu digunakan
dengan proporsi besar daripada yang digunakan untuk fiber cement. Teknologi ini
meminjam teknik dari resin-bonded particleboard dengan lay-out plant yang
hampir sama. Gambar 10 menampilkan secara skematis proses yang dalam kasus
ini digunakan juga autoclave. Autoclaving membuat curing board lebih cepat dan
juga mengurangi impak buruk dari tannins dan unsur kayu lainnya dalam cement
binder.
V. Kelebihan/Kekurangan Material Fiber-Cement
Berdasarkan aplikasinya, material fiber-cement mampu memberikan
variasi kelebihan lebih dari konstruksi material tradisional yaitu[1]
:
1. Dibandingkan dengan kayu, produk fiber-cement menawarkan
peningkatan stabilitas dimensi, moisture resistance, decay resistance, dan
ketahanan api.
2. Dibandingkan dengan mansory, produk fiber-cement lebih cepat curing,
harga murah, dan konstruksi ringan.
3. Dibandingkan dengan material semen tanpa fiber, produk fiber-cement
menawarkan peningkatan ketangguhan, keuletan, dan kapasitas lentur,
serta ketahanan retak dan nailability.
Kekurangan dasar dari material fiber-cement adalah kerentanan mengalami
dekomposisi di lingkungan alkali pada semen portland[35-36]
.
VI. Aplikasi Material Fiber-Cement
Fiber reinforced cement and concrete composites telah banyak digunakan
pada berbagai aplikasi, baik sebagai stand-alones atau kombinasi dengan
reinforcing bars atau prestressing tendons; dan material ini juga digunakan
sebagai support material untuk pekerjaan perbaikan dan rehabilitasi (Gambar
11)[23]
.
PAPER BIO-KOMPOSIT : MATERIAL TEKNIK - S2 15
Gambar 11. Klasifikasi aplikasi fiber reinforced cement composites[24-26]
.
VI. 1. Sisal Fiber Reinforced Cement Composite
Sisal Fiber-Reinforced Cement Composite (SFRCC) digunakan sebagai
roof sheets dan telah diteliti pada tahun 1977[37]
. Serat sisal didapatkan dari daun
tanaman Agave sisalana, yang sekarang di kembangkan di Afrika Timur, Brasil,
Haiti, India, dan Indonesia[38-39]
. Sisal memiliki karakteristik kuat, stable dan
material versatile serta dikenal sebagai fiber untuk komposit[40-43]
. Serat sisal
dapat dikelompokkan dalam 3 jenis yaitu bentuk sepatu kuda, bentuk busur, dan
bentuk busur twisted (Gambar 12).
Gambar 12. Perbedaan morfologi dari serat sisal. a) horse-shoe, b) arch, dan c) twisted arch[44]
.
PAPER BIO-KOMPOSIT : MATERIAL TEKNIK - S2 16
Mikrostruktur sel serat sisal ditunjukkan pada gambar 13, dimana
selulosa, hemiselulosa, dan lignin menjadi unsur penyusun utama pada sel serat
tersebut dengan fungsi yang telah dijelaskan pada bab III sebelumnya serta
diringkas pada tabel 8 berikut.
Gambar 13. Mikrostruktur sel serat sisal[45]
.
Tabel 8. Ringkasan fungsi penyusun fiber-cell[46]
.
Proses manufaktur dari SFRCC dapat menggunakan teknologi yang telah
dijelaskan pada bab sebelumnya. Serat sisal digunakan sebagai reinforced pada
semen karena setelah diteliti memiliki kemampuan untuk meningkatkan
ketahanan impak, ketangguhan, dan kekuatan tinggi dari fiber-cement[39, 47-48]
.
PAPER BIO-KOMPOSIT : MATERIAL TEKNIK - S2 17
Selain serat sisal, serat alami lainnya dapat digunakan sebagai aplikasi
untuk building material baik dalam bentuk fiber-cement ataupun tidak. Tabel 9
merangkum beberapa serat alami yang berada di India dan aplikasinya pada
bidang building materials.
Tabel 9. Serat alami di India dan aplikasinya pada building materials[49]
.
Item Source Qty. in
Mt/Yr.
Application in building material
Rice Husk Rice mills 20 As fuel, for manufacturing building
materials and products for production
of rice husk binder, fibrous building
panels, bricks, acid proof cement
Banana leaves/stalk Banana plants 0.20 In the manufacture of building boards,
fire resistance fibre board
Coconut husk Coir fibre industry 1.60 In the manufacture of building boards,
roofing sheets, insulation boards,
building panels, as a lightweight
aggregate, coir fibre reinforced
composite, cement board, geo-textile,
rubberized coir
Groundnut shell Groundnut oil
mills
11.00 In the manufacture of buildings
panels, building blocks, for making
chip boards, roofing sheets, particle
boards
Jute fibre Jute Industry 1.44 For making chip boards, roofing
sheets, door shutters
Rice/wheat straw Agricultural farm 12.00 Manufacture of roofing units and
walls panels/boards
Saw mill waste Saw mills/wood 2.00 Manufacture of cement bonded wood
chips, blocks, boards, particle boards,
insulation boards, briquettes
Sisal fibres Sisal plantation .023 (Asia) For plastering of walls and for making
roofing sheets, composite board with
rice husk, cement roofing sheet,
roofing tiles, manufacturing of paper
and pulp
Cotton stalk Cotton plantation 1.10 Fibre boards, panel, door shutters,
roofing sheets, autoclaved cement
composite, paper, plastering of walls
PAPER BIO-KOMPOSIT : MATERIAL TEKNIK - S2 18
Referensi:
[1]. B. J. Mohr, N. H. El-Askhar, & K. E. Kurtis. Fiber-Cement Composites for Housing
Construction: State-of-the-art Review.
[2]. Ben Davis. (2007). Natural Fiber Reinforced Composites. CEE8813.
[3]. A. Bentur, & S. Midness. (1990). Fiber Reinforced Cementitious Composites. Elsevier
Science Publishers, Ltd.
[4]. P. K. Mehta, & P. J. M. Monteiro. (1993). Concrete: Microstructure, Properties, and
Materials. New York: McGraw-Hill.
[5]. ACI544.1R. (1996). State-of-the-art Report on Fiber Reinforced Concrete. American
Concrete Institute, Detroit, Michigan.
[6]. M. Golbabaie. (2006). Applications of Biocomposites in Building Industry. Department of
Plant Agriculture, University of Guelph.
[7]. Fiber Economics Bureau, Fiber Organo. Natural Fibers Information Center, University
of Texas.
[8]. W. W. Smith. (1976). History and description of current (bagass fiberboard) operation of
Tablopan (de Venezuela S. A.) Tappi C. A. Report. 67. pp. 87-91.
[9]. J. A. Yongquist, et. al. Agricultural Fibers in Composition Panels.
[10]. J. A. Yongquist, et. al. Agricultural Fibers for use in Building Components.
[11]. J. Kuroiwa. (1984). Prefabricated Quincha construction. Proc. Conf. Earthquake Relief
in Less Industrialized Areas.
[12]. S. Loken, et. al. (1991). Guide to resource efficient building elements. Center for
resourceful building Tech, Missoula, Mont.
[13]. R. O. Gertjejansen. (1977). Properties of particleboard from sunflower stalks and aspen
planer shavings. Tech. Bull 311. Agricultural Experiment Station, University of
Minessota. 8 pp.
[14]. Fadl, et. al. (1990). Effect of defibration and hardening on the properties of rice straw
hardboards. Four P. New. Vol. 2, no. 4, pp. 4-7.
[15]. Y. Iwai. (1983). Study on the formation process of bamboo producing center for building
materials. Journal of Forests. Vol. 54, pp. 67-83.
[16]. Chen, et. al. (1981). A study of structural particleboard made from bamboo waste, Ouar.
Journal of Chinese Foresty. Vol. 14, no. 2, pp. 39-60.
[17]. A. M. Usmani. (1985). Bagasse Composite Science and engineering. International
Symposium Characterization and Analysis of Polymers. International Proceeding of
Polymer. Vol. 85, pp. 478-480.
[18]. Pablo, et. al. (1989). Utilization of coconut coir dust, coir fiber, pineapple fiber, and wood
wastes particles for the production of particle board. Proceeding of International Seminar
on underutilized bioresources in the tropic. Philipinnes: Manila. Pp. 192-209.
PAPER BIO-KOMPOSIT : MATERIAL TEKNIK - S2 19
[19]. http://ahscrimelabscience.wikispaces.com/file/view/natural_fibers.jpg/67221751/natural_
fibers.jpg
[20]. W. I. Madison. 7th International Conference of Woodfiber-Plastic Composites.
[21]. http://en.wikipedia.org/wiki/Cement
[22]. P. K. Mehta, & P. J. M. Monteiro. (2006). Concrete: Microstructure, Properties, and
Materials, 3rd ed. USA: McGraw-Hill.
[23]. A. E. Naaman. High Performance Fiber Reinforced Cement Composites: Classification
and Applications. CBM-CI International Workshop. Pakistan, Karachi.
[24]. A. E. Naaman. (2000). Fiber Reinforcement for concrete: Looking Back, Looking Ahead.
Proceeding of Fifth RILEM Symposium on Fiber Reinforced Concrete (FRC). pp 65-86.
[25]. A. E. Naaman. (2006). Fiber Reinforced Concrete: State of Progress at the Edge of the
New Millenium. Proceeding of International Conference on Concrete Engineering and
Technology. Kuala Lumpur, Malaysia. 29 Pages.
[26]. A. E. Naaman. (2007). High Performance Fiber Reinforced Cement Composites (chapter
3). In High Performance Construction Materials – Science and Application. World
Scientific Publishing Co. Pte. Ltd.
[27]. P. O. Olesen, & D. V. Plackett. Perspectives on The Performance of Natural Plant Fiber.
Plant Fibre Laboratory, Royal Veterinary and Agricultural University. Copenhagen,
Denmark.
[28]. R. Rowell, et. al. (1997). Paper and Composites from Agro-Based Resources. Lewis
Publishers.
[29]. Al Moslemi. (2008). Technology and Market Considerations for Fiber Cement
Composites. 11th International Inorganic-Bonded Fiber Composites Conference. pp.
113-129.
[30]. A. Stamm. (1964). Wood and Cellulose Science. New York: Ronald Press.
[31]. http://doors-sliding.com/wp-content/uploads/2011/08/Cellulose-Fiber1.jpg
[32]. http://www.swst.org/teach/set2/struct1.html
[33]. http://hdinh.files.wordpress.com/2008/09/lignin-_cell.jpg
[34]. Tony Cooke. Formation of Films on Hatschek Machines. Australia: Building Materials
and Technology Pty Ltd.
[35]. P. N. Balaguru, & S. Midness. (1990). Fiber Reinforced Cementitious Composites.
Elsevier Science Publishers, Ltd.
[36]. V. Velpari, et. al. (1980). Alkaline Resistance of Fibres in Cement. Journal of Material
Science. Vol. 15, pp. 1579-1584.
[37]. R. D. T. Filho. (1997). Natural fiber reinforced mortar composites: Experimental
characterization. Ph.D. Thesis. Rio De Jainero: DEC/PUC.
[38]. K. Joseph, et. al. (1999). A review on sisal fiber reinforced polymer composites. Revista
Brasileira de Engenharia Agrícola e Ambiental. Vol. 3, no. 3, pp. 367-379.
PAPER BIO-KOMPOSIT : MATERIAL TEKNIK - S2 20
[39]. L. Nilsson. (1975). Reinforcement of concrete with sisal and other vegetable fibres.
Stockholm: Swedish Building Research Summaries.
[40]. J. B. Zhong, et. al. (2007). Mechanical properties of sisal fibre reinforced urea-
formaldehyde resin composites. eXPRESS Polymer Letters. Vol. 1, no. 10, pp. 681-687.
[41]. K. Joseph, et. al. (1997). Effect of surface treatment on the electric properties of low-
density polyethylene composites reinforced with short sisal fibers. Composite Science and
Technology. Vol. 57, pp. 67-79.
[42]. B. Singh, et. al. (2003). Polyester moulding compound of natural fiber and wollastonite.
Composites: Part A. Vol. 34, pp. 1035-1043.
[43]. A. S. Luyt, et. al. (2005). Composites of low-density polyethylene and short sisal fibres: the
effect of wax addition and peroxide treatment on thermal properties. Thermocimia Acta. Vol.
42, no. 6, pp. 101-107.
[44]. F. A. Silva, et. al. (2009). Bond mechanism in sisal fiber reinforced cement composites.
Proceeding of the 11th International Conference on Non-Conventional Materials and
Technology (NOCMAT 2009). UK: Bath.
[45]. E. F. Silva, & R. D. T. Filho. Sisal Fiber Reinforcement of Durable Thin Walled
Structures – A New Perspective. CBM-CI International Workshop. Karachi, Pakistan.
[46]. J. M. Dinwoodie. (1981). Timber – its nature and behavior. USA: van Nostrand
Reinhold.
[47]. D. G. Swift, & L. S. R. Smith. (1978). Sisal fiber reinforcement of cement paste and
concrete. Materials of Construction for Developing Countries. Bangkok, pp. 221-233.
[48]. D. G. Swift, & L. S. R. Smith. (1979). Sisal-cement composites as a low-cost
construction materials. Appropiate Technology. London, vol. 6, no. 3, pp. 6-8.
[49]. A. Rai, & C. N. Jha. Natural Fibers Composites and Its Potential as Building Materials.
New Delhi.