1 Bidang Unggulan : Teknologi Kelautan Fakultas/Jurusan : Perikanan dan Ilmu Kelautan/Ilmu Kelautan USULAN RISET UNGGULAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI (RUU) KAJIAN EKOSISTEM PESISIR DAN SEBARAN SPASIAL KOMUNITAS MOLLUSCA DI SEPANJANG PANTAI REKLAMASI TELUK MANADO - SULAWESI UTARA
28
Embed
Bidang Unggulan : Teknologi Kelautan Fakultas/Jurusan ......2017/07/17 · 1 Bidang Unggulan : Teknologi Kelautan Fakultas/Jurusan : Perikanan dan Ilmu Kelautan/Ilmu Kelautan USULAN
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
Bidang Unggulan : Teknologi Kelautan
Fakultas/Jurusan : Perikanan dan Ilmu
Kelautan/Ilmu Kelautan
USULAN
RISET UNGGULAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
(RUU)
KAJIAN EKOSISTEM PESISIR DAN SEBARAN SPASIAL
KOMUNITAS MOLLUSCA DI SEPANJANG PANTAI REKLAMASI
TELUK MANADO - SULAWESI UTARA
2
RINGKASAN
Ekosistem pesisir saat ini mendapat perhatian yang cukup besar dalam berbagai
kebijaksanaan dan perencanaan pembangunan Indonesia, yang dilandasi oleh undang-undang
No. 24 Tahun 1992 tentang pemanfaatan ruang pengelolaan pesisir dan laut, termasuk
reklamasi di dalamnya. Area riset dilakukan pada pantai reklamasi karena belum pernah
dilakukan penelitian secara aktual dan nyata, untuk menjawab problematis yang belum nyata
saat ini, karena itu berbagai kalangan mahasiswa LSM dan aktivis lingkungan mencoba
memprotes dan unjuk rasa, menuntut penghentian perluasan wilayah reklamasi pantai.
Suksesi primer adalah habitat awal, yang terdiri atas substrat yang sama sekali baru,
sehingga organisme yang ada pada awal tahap itu berasal dari larva atau benih yang datang
dari luar. Suksesi sekunder pada dasarnya larva atau benih bukan saja datang dari luar tapi
dalam habitat itu sendiri.
Dasar pengelolaan suatu ekosistem adalah pengetahuan tentang susunan, komponennya
dan interaksi antar komponen-komponen itu sendiri, dalam arti ekosistem pesisir merupakan
suatu himpunan integral dari komponen-komponen abiotik (fisika kimia) dan biotik
(organisme hidup) yang berhubungan satu sama lain dan saling berinteraksi membentuk suatu
unit fungsional.
Kajian komponen abiotik dan biotik merupakan informasi penting yang dapat dijadikan
dasar pengkajian kondisi suatu perairan untuk melihat kecenderungan suatu perubahan ke
arah positif atau negatif. Perubahan ke arah positif bertujuan komponen abiotik dan biotik
dapat saling berinteraksi membentuk satu kesatuan unit fungsional menuju homeostasis
(keseimbangan lingkungan dengan makhluk hidup) yang dapat meningkatkan produktivitas
sumberdaya perairan, sedangkan perubahan ke arah negatif, dapat menurunkan produktivitas
perairan seperti kandungan hara, pola arus, pH, dan temperatur. Tekanan terhadap wilayah ini
akan menjadi lebih luas karena proyek reklamasi pantai yang akan menempati sepertiga garis
pantainya. Sekarang ini telah menjadi pusat perdagangan kawasan Sulawesi Utara.
Kegiatan reklamasi mempunyai peranan besar dalam pengembangan daerah pesisir
pantai. Reklamasi umumnya melibatkan reklamasi laut untuk pembangunan sarana pelabuhan
seperti Ujung Pandang atau untuk pusat perbelanjaan seperti pembangunan yang sedang
dilakukan di pantai di bagian depan Kota Manado, suatu daerah yang menghadapi hantaman
gelombang besar yang terjadi secara musiman. Pada kedua proyek tersebut di atas sejumlah
besar batu karang diambil dan penimbunan dilakukan untuk membuang air laut dalam upaya
membuat fondasi bagi pembangunan gedung.
3
Tujuan khusus penelitian ini adalah (1) mempelajari karakteristik komponen fisika
kimia dari air, substrat kawasan reklamasi; (2) mempelajari struktur komunitas mollusca di
kawasan reklamasi; (3) mempelajari struktur komunitas mollusca yakni keterkaitan antara
karakteristik lingkungan (abiotik) dengan struktur komunitas (biotik).
Kegunaan hasil riset ini ialah membangun kesamaan persepsi dan komitmen seluruh
pihak terkait (stakeholder) dalam upaya bersama melaksanakan pelestarian dan pengendalian
kerusakan bioekologi pantai Manado, metodologi yang digunakan untuk membeda riset ini
menyangkut pengambilan data primer dan sekunder.
4
BAB I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ekosistem pesisir saat ini mendapat perhatian yang cukup besar dalam berbagai
kebijaksanaan dan perencanaan pembangunan Indonesia, yang dilandasi oleh undang-undang
No. 24 Tahun 1992 tentang pemanfaatan ruang pengelolaan pesisir dan laut (Djojobroto,
1998). Hal ini dapat dimengerti karena perairan pesisir merupakan tempat penampungan
berbagai limbah yang potensial dari berbagai kegiatan manusia baik di daratan maupun di
laut, sehingga ekosistem ini dapat dijadikan indikator dalam pantauan dan penilaian kondisi
sumber daya alam dan lingkungan hidup (Bengen et al. 1995; Reid, 1996; Knowles &
Davies, 1998).
Dasar pengelolaan suatu ekosistem adalah pengetahuan tentang susunan, komponennya
dan interaksi antar komponen-komponen itu sendiri, dalam arti ekosistem pesisir merupakan
suatu himpunan integral dari komponen-komponen abiotik (fisika-kimia) dan biotik
(organisme hidup) yang berhubungan satu sama lain dan saling berinterakasi membentuk
suatu unit fungsional.
Kajian komponen abiotik dan biotik merupakan informasi penting yang dapat dijadikan
dasar pengkajian kondisi suatu perairan untuk melihat kecenderungan suatu perubahan ke
arah positif atau negatif. Tekanan terhadap wilayah ini akan menjadi lebih luas karena proyek
reklamasi pantai yang akan menempati sepertiga garis pantainya. Sekarang ini telah menjadi
pusat perdagangan kawasan Sulawesi Utara.
Pengkajian kualitas perairan baik karakteristik fisik kimi air dan substratnya serta
kareakteristik biologi perairannya. Kajian karakteristik biologi berperan penting karena
fungsi akumulatifnya yang dapat mengantisipasi perubahan lingkungan. Karakteristik biologi
yang representatif sebagai fauna kajian adalah fillum Mollusca yang tersebar pada kelas
Bivalvia dan kelas Gastropoda, dengan pertimbangan respons dan adaptasi fauna ini. Cukup
sensitif terhadap perubahan lingkungan. Respons tersebut bertujuan agar dapat
mempertahankan eksistensinya dengan berhasil dalam suatu lingkungan.
Respons fauna terhadap kondisi lingkungan dapat nampak terutama dari perubahan-
perubahan bentuk tubuh bagi fauna sesil dan perubahan tingkah laku dari fauna yang
bergerak bebas. Selanjutnya respons fauna terhadap berbagai faktor dan kondisi lingkungan
dapat melalui tiga cara pokok yang pada dasarnya berkaitan satu dengan yang lainnya yaitu :
adaptasi struktural, pengaturan fisiologis, dan pola tingkah laku.
5
Respons yang paling awal terhadap perubahan lingkungan bersifat fisiologi karena
merupakan respons internal terhadap faktor-faktor lingkungan organisme. Perubahan tingkah
laku akan didahului oleh respons fisiologis karena : Suatu gerakan, aktifitas, atau tingkah
laku lainnya dari suatu fauna akan didahului dengan diterimanya rangsangan lingkungan oleh
reseptor-reseptor dan terjadinya perubahan-perubahan dalam reseptor serta saraf. Demikian
pula pertumbuhan morphologis, responsif terhadap pengaruh lingkungan, tampang tubuh
pada organisme sebagai akibat pengaruh lingkungan pada waktu proses pertumbuhan
berlangsung, merupakan adaptasi-adaptasi untuk hidup pada suatu habitat tertentu.
Komponen-komponen ini secara fungsional tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan
jika terjadi perubahan pada salah satu komponen maka akan mempengaruhi komponen
lainnya. Sebagai asumsi bahwa pengelolaan suatu ekosistem adalah pengetahuan tentang
susunan komponennya dan interaksi antara komponen-komponen itu sendiri dan sebagai
tujuan umum adalah memperoleh informasi tentang kondisi bioekologis dari kawasan pantai
reklamasi yang nota bene pasang surutnya tinggal beberapa meter saja.
Urgensi Penelitian
Penelitian ini memiliki kepentingan dan manfaat utama dalam :
(1) Menyediakan data otentik yang dapat digunakan untuk menjawab problematis yang
belum nyata menjadi nyata dalam hal menepis anggapan-anggapan yang terlalu
ekstrimis
(2) Terciptanya kesamaan persepsi dan komitmen seluruh stakeholder dalam upaya
melaksanakan pelestarian dan mempertahankan keseimbangan bioekologis wilayah
pesisir teluk Manado.
(3) Menyusun dan menata program pelestarian menurut fungsi ekosistem pesisir pantai
Manado secara terpadu.
(4) Terkendalinya sistem pembuangan limbah industri rumah tangga dan limbah cair
lainnya dari mesin-mesin pembangkit listrik serta mesin otomotif.
6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Pembuatan pantai reklamasi telah merubah lingkungan pesisir secara alami, yang
dahulunya pantai landai dan pasang surutnya cukup luas paparannya dan beraneka ragam
biotanya yang menempati subsrat batu, pasir, lumpur dan karang serta batu bercampur pasir,
batu berlumpur dan pasir berlumpur. Biota yang menempati areal pesisir yang landai terjebak
dan ditimbun musnah karena sifatnya menempel dan membenamkan diri pada substrat serta
tidak mempunyai kemampuan berpindah dengan cepat. Hal ini terlibat pada komunitas
Gastropod hasil penelitian tahun 1998 sebelum reklamasi menemukan 36 genera serta 63
spesies Gastropoda. Selanjutnya tahun 2001 ditemukan 7 spesies mollusca di dermaga beton
kawasan reklamasi pantai Manado.
Hal-hal pengembangan lain yang perlu dikaji menyangkut kondisi dan informasi pantai
reklamasi adalah :
(1) Belum adanya profil pengelolaan pembuangan limbah diketahui secara umum
(2) Belum dikaji setiap pengelolaan mall dalam hal konstruksi pembuangan limbah yang
layak diterima secara umum dalam konservasi lingkungan.
(3) Belum tersedia data parameter fisika kimia air secara akurat di pantai reklamasi
Manado
(4) Belum dikaji secara mendalam biota-biota apa yang menempati pantai reklamasi
(5) Belum diinformasikan keragaman spesies mollusca yang terdapat pada pantai reklamasi
(6) Belum diketahui batu cadas diletakkan berapa lama terbenam air laut dan ditempati
mollusca
(7) Belum juga diketahui berapa lama batu itu tersedia makanan untuk biota seperti
mollusca
(8) Tingkat pencemaran secara biologis kimia dan fisik di seluruh bagian pantai reklamasi
belum ditetapkan
(9) Belum ada lembaga yang diberi wewenang bertanggungjawab dalam pengelolaan
ekosistem pesisir pantai reklamasi.
(10) Belum diketahui seltasi penyusutan tanah timbun di pantai reklamasi
(11) Belum tersedia informasi akurat tentang pencemaran sedimen pada polip-polip karang
7
Pantai reklamasi belum banyak dijamah para peneliti, bila adapun masih dibatasi
kulitnya saja. Oleh dan sebab itu pantaslah dimulai menggali misteri pada pantai reklamasi,
untuk menjawab problematis yang belum diketahui.
Kegiatan reklamasi berarti membongkar atau menimbun sesuatu lingkungan seperti
daerah penambangan atau daerah pantai dengan tujuan tertentu. Reklamasi pantai dilakukan
di teluk Manado dengan tujuan perluasan pembangunan Kota Manado. Oleh karena itu
kegiatan reklamasi mempunyai peranan besar dalam pengembangan daerah pesisir pantai
(Departemen Pekerjaan Umum – R.T., 1998).
Dengan adanya reklamasi pantai, struktur pantai berubah, yang dahulunya landai
sekarang menjadi curam dan struktur substrat pun berubah menjadi pantai bebatuan sheingga
keanekaragaman biota pun musnah tertutup pantai reklamasi. Pantai bebatuan umumnya
ditempati oleh biota penempel seperti Filum Mollusca sebagai biota penempel pada instalasi
buatam manusia seperti pantai reklamasi.
Perubahan struktur pantai sebelum dan sesudah reklamasi dapat diprediksi bahwa
penempatan dan keanekaragaman, populasi telah terjadi perubahan dipandang dari hasil
penelitian yang dilakukan Manginsela (1998) sebelum direklamasi, menemukan 36 negara
serta serta 63 spesies Gastropoda. Selanjutnya dalam penelitian Montolalu (2001) di dermaga
beton kawasan reklamasi menemukan 7 spesies Mollusca yang menempel di dermaga beton.
Perairan pesisir terdiri dari beberapa zona yakni supratidal, intertidal dan subtidal
(Sumertha dan Soedarma, 1979). Khusus zona intertidal atau daerah pasang-surut dikenal
pula pembagiannya yaitu daerah permukaan pasang tinggi dan daerah pasang terendah. Di
atas daerah permukaan pasang tertinggi adalah zona supratidal (lingkungan darat) dan di
bawah daerah permukaan pasang terendah adalah zona subtidal (lingkungan air). Pasang-
surut terjadi dua kali sehari atau 1 x 24 jam sehingga organisme yang hidup di daerah pasang-
surut akan mendapat air pasang sebanyak 2 x 24 jam dan organisme-organisme yang hidup
pada "intertidal zona" akan mengalami masa ekstrim (peralihan tempat) yang diperkirakan 50
% berada di lingkungan laut dan lingkungan darat. Mollusca yang mendiami daerah pasang-
surut mempunyai adaptasi khusus untuk menghindar dari tekanan suhu ekstrim (Ruppert dan
Barnes, 1991; Ritter, 2000); hal yang berhubungan disampaikan oleh Shimek (1997) dan
Wood (2003) menguatkan bahwa Mollusca intertidal beradaptasi dengan kondisi lingkungan
dengan menghindari atau mengurangi tekanan yang timbul akibat lingkungan terendah.
Dalam penelitian Kaligis (2001) menyatakan bahwa Littorina Littorea dapat berpindah ke
atas dan ke bawah pesisir selama musim berkembang biak, pernyataan ini didukung Kaligis
8
(200) yang mengatakan bahwa Littorina Littorea mampu bertahan dalam beragam suhu tapi
menyukai suhu sekitar 18oC dan gerakannya terhenti pada 8
oC di musim dingin.
Penyebaran komunitas Mollusca di daerah pasang-surut ke suatu zona tertentu dibatasi
oleh adanya tekanan-tekanan lingkungan sehingga Mollusca tersebut berada dalam batas-
batas toleransi fisiologis. Daerah permukaan pasang terendah didominasi oleh Mollusca-
Mollusca yang lebih kecil sedangkan di daerah permukaan tertinggi didiami oleh spesies
Mollusca yang lebih besar (Montolalu, 2001). Hal ini disebabkan oleh toleransi fisiologis dari
Mollusca yang lebih besar terhadap tekanan kekeringan lebih besar daripada yang kecil
(Sigwrt, 2002; Shimek dalam Manembu, 2001).
Mollusca yang mendiami daerah permukaan pasang tertinggi memperlihatkan berbagai
mekanisme struktural dan tingkah laku dalam menahan tekanan-tekanan yang berkaitan
dengan suhu dan kehilangan air akibat kekeringan Lumuindong (2006). Umumnya Mollusca
dalam daerah pasang-surut, mampu mendiami permukaan batu karang yang dapat mengalami
kekeringan dan juga memiliki kemampuan menghindari dari lingkungan selama tahapan-
tahapan tidak menguntungkan (Lumuindong, 1987) karena adanya pergantian pasang-surut;
selanjutnya beberapa Gastropoda seperti limpet yang mempunyai kulit tebal dan memiliki
operkulum yang dapat menutup erat lapisan bawah untuk mencegah kehilangan air dalam
tubuh.
Menurut Newell, (1976) dalam Lumuindong (1987), pertukaran energi antara fauna dan
lingkungan luarnya tergantung pada suatu keseimbangan antara dua komponen utama yakni :
Terdapat, panas yang diperoleh dari lingkungan oleh radiasi matahari yang diserap oleh
permukaan tubuh fauna, oleh kondisi dari lapisan dasar ditambah panas endogen dari proses-
proses metabolik.
Dapat kehilangan panas oleh penguapan, konveksi, kelembaban, kecepatan angin,
perbedaan suhu badan organisme dan dari lingkungan, sehingga dapat dirumuskan dalam
bentuk persamaam umum sebagai berikut :
Rd + Kd + PM = Kv + Pg + Pl atau
(Perolehan Panas) = (kehilangan panas)
Dimana Rd = Radiasi, Kd = Konduksi, PM = Panas Metabolik,
Kv = Konveksi, Pg = Penguapan, Pl = Pengeluaran
Kelompok Mollusca merupakan organisme yang hidup di daerah intertidal dan subtidal,
dan mempunyai toleransi terhadap dinamika alam yang terjadi di daerah ini, serta memiliki
kemampuan menempel yang kuat. Nybakken (199) mengatakan bahwa biota apapun yang
9
mendiami zona ini (pasang-surut) harus dapat beradaptasi terhadap keadaan lingkungan yang
berfluktuasi.
Teritip (barnakel) merupakan organisme yang mampu dan berhasil beradaptasi di
daerah pasang-surut. Nybakken (1992) melaporkan bahwa teritip adalah spesies yang utama
menempati zona intertidal di seluruh dunia. Mereka hidup di bagian teratas zona pasang-surut
dan mudah terlihat pada daerah berbatu bahkan sampai pada zona (daerah) percikan ombak di
atasnya (Nontji; 1987; Levinton, 1995). Selain itu teritip bisa juga ditemukan pada lunas
kapal atau perahu dan tiang-tiang dermaga pelabuhan (Mansaleo, 2004). Selanjutnya
dilaporkan, mereka memiliki kecepatan menempel yang tinggi pada lempengan pipa paralon
dan berbagai bahan seperti batu, semen, dan baja (Montolalu, 2001). Mereka pula memiliki
cara untuk melindungi tubuh terhadap kekeringan dengan menutup vulva atau cangkang. Hal
ini membuat mereka bisa bertahan lama hidup di daerah yang terendah.
Beberapa kelompok Mollusca yang dikategorikan sebagai organisme pengotor, spesies
dari klas Bivalvia adalah famili Mytilidea, Pterridea, Spondylidae, fknomiidae, Ostreidae dan
Chamidae (Knudsen, 1977; Cedhagen, 1996; Sigwar, 2002). Masuknya Bivalvia dalam
kelompok organisme pengontrol ini dimungkinkan karena sifat dari beberapa bivalvia yang
mampu untuk menempel dan hidup menetap pada substrat keras. Knudsen (1997)
menegaskan bahwa beberapa spesies dari bivalvia bergerak dengan merayap di atas dasar,
menggali lubang dalam kayu dan batu serta banyak yang menetap pada substrat keras.
Suksesi primer adalah habitat awal, yang terdiri atas substrat yang sama sekali baru,
sehingga organisme yang ada pada awal tahap itu berasal dari larva atau benih yang datang
dari luar. Organisme yang pertama kali menghuni substrat tersebut tergolong jenis-jenis
pioner yang biasanya memiliki toleransi yang luas terhadap berbagai faktor lingkungan
(Vassey, 1992; Shimek, 1997; Ritter, 2000) substrat yang baru ini pada umumnya merupakan
habitat yang ekstrim.
Suksesi sekunder pada dasarnya larva atau benih bukan saja datang dari luar tapi dalam
habitat itu sendiri (Caver dkk, 2002). Komunitas di suatu substrat mungkin dapat terganggu
tetapi habitat mungkin tidak kalaupun mengalami perubahan atau kerusakan tidak terlalu
besar, sehingga disitu masih tersisa larva atau benih lain (Resosoedarmo, dkk, 1993). Dengan
demikian perbedaan suksesi dan suksesi primer terletak pada kondisi habitat yang baru.
Ried G.R., 1996. Systematic and evolution of Littorina - The Ray Society. London. p 92-120
Ruppert dan Barnes, 1991. Invertebrate Zoology. Sixth Edition. Saunders College Publishing
USA. Hal 365-486
Santhakumari, V dan Nair, N.B., 1975. Ecology of Marine Wood Boring and Fouling
organisms from Estuarine Regions of Karala. Bull. Dept. Mar. Univ. Cochin, VII(4):
827-844
Shimek, R., 1997. Vermited Snails in Marine Aquaria.
Sigwart, J.D., 2002. Mollusk Species Lists. Worms that ain't
www.amnh.org/Aquarium_net.htm
Sumerhta, LN dan D. Soedarma, 1979, Biota Laut dan Lingkungannya Fakultas Perikanan.
Institut Pertanian Bogor. 35 hal.
Vassey, Danie. 1992. An Ecological Histrory of Agriculture. Iowa State University Press.
Iowa.
Wood, J.B., 2003. The Cephalopod Page. www.Thecephalopodepage: Octopuses, Squid,
Cuttlefish, and Nautilus. htm
22
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. Dukungan Sarana dan Prasarana yang Menunjang Penelitian
NO FASILITAS FUNGSI
1. Ruang Laboratorium Biologi Kelautan UNSRAT Tempat melakukan
penelitian
2. Refraktometer Pengukur salinitas
3. Horiba Pengukur salinitas, DO, pH,
BOD
4. Kuplat Tempat memasak/merebus
5. Kuadran Alat ukur tutupan sampel
6. Kamera Pendokumentasian
7. Komputer Analisis data dan pembuatan
laporan
8. Printer Komputer Mencetak laporan
9. Lub Memperjelas pengamatan
thallus berbintil
10. Perpustakaan dan Web Ketersediaan dan kemudahan
untuk mengakses literatur
11. Staf Biologi Kelautan dan Pengolahan Hasil Tempat konsultasi bila
mengalami kendala
Lampiran 2. Susunan Organisasi Tim Peneliti/Pelaksana dan Pembagian Tugas
No Nama / NIDN Instansi
Asal
Bidang
Ilmu
Alokasi
Waktu Uraian Tugas
1 Frans Lumuindong /
0017056005
UNSRAT Biologi
Lingkungan
Pesisir
Lautan
7 Jam /
minggu
- Penanggung
jawab penelitian
- Pengambilan
sampel
- Proses identifikasi
moluska
- Parameter fisika
kimia dan biologi
- Pengamatan
aktivitas moluska
di lapangan
- Pengamatan di
laboratorium
- Analisis data
- Pelaporan
- Foto dokumentasi
23
Lampiran 3. Biodata Ketua dan Anggaran Tim Pengusul
Biodata Ketua Tim Pengusul
Nama Lengkap (dengan gelar) : Dr.Ir.Frans Lumuindong, MSi Jenis Kelamin : Laki - Laki (L)
Jabatan Fungsional : Lektor NIP/NIK/Identitas lainnya : 196005171992031002 NIDN : 001756005 Tempat dan Tanggal Lahir : Lembean, 17 Mei 1960 Alamat Rumah : Kalasey I jaga 5, Kec.Pineleng, Kab. Minahasa Nomor Telepon/Faks/HP : 0431-831526 / 082196416017 (HP) Alamat Kantor : Jl. Kampus Unsrat Bahu Manado Nomor Telepon/Faks : - Alamat e-mail : [email protected] Lulusan yang telah dihasilkan S-1= 10 orang, S-2= 6 orang, S-3= - orang Mata Kuliah yang diampu 1. Ekologi Laut
2. Konservasi Laut
3. Biologi Sumberdaya Laut
4. Reproduksi Biota Laut
A. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama
Perguruan
Tinggi
Universitas Sam
Ratulangi Manado
Universitas Sam
Ratulangi Manado
Universitas Brawijaya
Malang
Bidang Ilmu Manajemen
Sumberdaya
Perairan
Ilmu Perairan Lingkungan Pesisir dan
Lautan
Tahun Lulus 1988 2003 2009
Judul
Skripsi/Tesis/
Disertasi
Telaahan Komunitas
Rumput Laut
Ekonomis Penting
Eksistensi Gametofit
dan Sporofit
Kandungan Agar
dan kekuatan gel
grasilaria edulis
silva
Kajian Ekosistem pesisir
dalam wilayah intertidal
respons dan adaptasi
moluska disepanjang pantai
reklamasi teluk manado
Nama
Pembimbing
/Promotor
Dr.Ir.Gybert
Mamuaya, DAA
Prof.Dr.Ir. Bambang
Soeroto,MSc
Prof.Ir. Marsoedi, PhD
Prof.Dr.Ir. Soemarno, MS
Prof.Ir.Yenny Risjani, PhD
24
B. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir
(Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)
No Tahun Judul Penelitian Pendanaan
Sumber* Jml (Juta Rp)
1 2009 Struktur dan Distribusi Vertikal Moluska
di pantai reklamasi zona intertidal
Mandiri
2 2010 Inventarisasi Organisme Pembentuk
Terumbu Karang
DIKTI
*Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema penelitian DIKTI maupun dari sumber lainnya
C. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat Dalam 5 Tahun Terakhir :
No Tahun Judul Penelitian Pendanaan
Sumber* Jml (Juta Rp)
1 2011 Pemilihan dan Penentuan Lokasi Budidaya
Rumput Laut (Alga), Bakorlu Provinsi
SULUT
2 2012 Konservasi dan Rehabilitasi Ekosistem
Pesisir dan Laut di Desa Tongkaina
Kecamatan Bunaken
* Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema pengabdian kepada masyarakat DIKTI
maupun dari sumber lainnya
D. Publikasi Artikel Ilmiah Dalam Jurnal 5 Tahun Terakhir
No Judul Artikel Ilmiah Nama Jurnal Volume/Nomor/Tahun
1
2
3
E. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir
No Nama Pertemuan Ilmiah/Seminar Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat
1 ICBS BIO-UGM 2009 International
Conference on Biological Science.
Mollusk Density At
Reclamation Area In
The Gulf Of Manado
Fakultas Biologi
UGM, 16 - 17
Oktober 2009
2 Seminar Nasional Biologi VII ITS Struktur dan
Distribusi Vertikal
Moluska Pada Pantai
Reklamasi Zona
Intertidal Pantai
Manado
Jurusan Biologi ITS
Surabaya, 7
November 2009
25
F. Penghargaan dalam 10 tahun terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau institusi
lainnya)
No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi
Penghargaan Tahun
1 Satya Lencana Penghargaan 10 Tahun
Masa Kerja UNSRAT 2011
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian
dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
pengajuan Hibah Bersaing.
Manado, November 2016
Ketua Pengusul,
Dr.Ir.Frans Lumuindong,MSi
26
Biodata Anggota Tim Pengusul
IDENTITAS DIRI
Nama : Ir. Esry Tommy Opa, MSi
Nomor Peserta : 0015066610
NIP/NIK :19660615 1990101001
Tempat dan Tanggal Lahir : Manado /15 Juni 1966
Jenis Kelamin :Laki-Laki
Status Perkawinan : Kawin
Agama :Kristen
Golongan / Pangkat :Penata/ IIIb
Jabatan Akademik :Asisten Ahli
Perguruan Tinggi :Universitas Sam Ratulangi
Alamat :Kampus Unsrat Bahu, Manado
Telp./Faks. :0431-868027
Alamat Rumah : Jln. Lumimuut 4 No 24 Tikala Kumaraka