Top Banner
Pertumbuhan Ekonomi 2 Nilai Tukar 4 Inflasi 5 Ekonomi Global 1 Bank Indonesia Call Center BI : 131 Selengkapnya dapat dilihat di website Bank Indonesia Rupiah menguat pada Juni 2016 terutama dipengaruhi oleh meredanya ketidakpastian kenaikan Fed Fund Rate, terbatasnya dampak Brexit dan meningkatnya sentimen positif atas pengesahan UU Pengampunan Pajak. Inflasi pada Juni 2016 tercatat sebesar 0,66% (mtm) atau 3,45% (yoy), relatif lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata inflasi periode Ramadhan dalam empat tahun terakhir Inflasi IHK pada periode bulan Ramadhan tahun ini cukup terkendali dan mendukung pencapaian kisaran sasaran inflasi 2016, yaitu 4±1%. Konsumsi rumah tangga membaik, tercermin dari penjualan eceran yang tumbuh positif menjelang Hari Raya Idul Fitri dan penjualan mobil yang meningkat. C Sementara itu, pertumbuhan investasi, khususnya nonbangunan, belum menunjukkan perbaikan yang signifikan. I Inflasi IHK (Indeks Harga Konsumen) 0,66% (mtm) 3,45% (yoy) RISIKO PROSPEK KE DEPAN Ekonomi global diperkirakan tumbuh lebih lambat, sejalan dengan meningkatnya ketidakpastian pasca-referendum keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit). Pertumbuhan ekonomi domestik pada triwulan II 2016 diperkirakan akan membaik walaupun masih terbatas. • Keputusan Brexit berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi negara maju dan beberapa negara berkembang yang memiliki hubungan yang kuat dengan Inggris dan Uni Eropa, seperti Tiongkok dan India yang memiliki pangsa ekspor cukup besar ke kawasan tersebut. • Di sisi lain, di tengah pertumbuhan ekonomi AS yang membaik, dampak Brexit pada penguatan dolar AS diperkirakan mengurangi peluang kenaikan Fed Fund Rate (FFR), sehingga FFR diperkirakan hanya meningkat satu kali di tahun 2016. • Di pasar komoditas, harga minyak dunia bergerak naik akibat penurunan produksi AS dan gangguan pasokan di beberapa negara. Ke depan, harga minyak diperkirakan masih berada pada level yang relatif rendah seiring permintaan yang masih lemah. Sementara itu, harga beberapa komoditas ekspor Indonesia membaik, khususnya batubara dan CPO. Stabilitas Sistem Keuangan pada Mei 2016 tetap terjaga, didukung oleh meningkatnya permodalan dan likuiditas perbankan. Sistem Keuangan 6 Belanja modal dan barang pemerintah tinggi. Sejalan dengan akselerasi pembangunan insfrastruktur. G Dari sisi eksternal, ekspor diperkirakan masih lemah, meskipun beberapa komoditas mulai mengalami peningkatan. X JULI 2016 KEBIJAKAN MONETER BULANAN BI RATE TETAP 6,50%, BI 7-day (Reverse) Repo Rate Tetap 5,25% Penguatan kembali Rupiah didukung oleh persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian, sejalan dengan pengesahan UU Pengampunan Pajak, perbaikan kondisi stabilitas makroekonomi, serta perkiraan penundaan kenaikkan FFR oleh the Fed. Dampak Brexit terhadap Rupiah cenderung terbatas, dibandingkan dengan mata uang negara lain, dan hanya berlangsung singkat Cadangan devisa akhir Juni 2016 cukup untuk membiayai: US$ 109,8 miliar CADANGAN DEVISA Angka tersebut di atas standar kecukupan internasional (sekitar 3 bulan impor) BULAN IMPOR ATAU 8 , 4 BULAN IMPOR PEMBAYARAN UTANG LUAR NEGERI 8 , 1 Namun demikian kondisi stabilitas sistem keuangan masih menghadapi tantangan berupa : 5,0-5,4% (yoy) PERTUMBUHAN EKONOMI 2016 4 _1% (yoy) + INFLASI 2016 Sumber: BPS Struktur suku bunga atau term structure operasi moneter Bank Indonesia mengalami perubahan menjadi sebagai berikut: Tenor 7 hari 2 minggu 1 bulan 3 bulan 6 bulan 9 bulan 12 bulan Term Structure Operasi Moneter 5,25% 5,45% 5,70% 6,10% 6,30% 6,40% 6,50% *) BI 7-day (Reverse) Repo Rate adalah suku bunga operasi moneter BI dengan tenor 7 hari dan akan ditetapkan sebagai suku bunga kebijakan BI yang baru efektif sejak 19 Agustus 2016 Bank Indonesia mendukung implementasi Undang-Undang No 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak (Tax Amnesty). Kebijakan ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan fiskal pemerintah dalam membiayai program-program pembangunan dan berpotensi menambah likuiditas perekonomian nasional yang kemudian dapat dimanfaatkan untuk kegiatan ekonomi produktif di dalam negeri. Bank Indonesia akan terus melakukan pendalaman pasar keuangan dengan menambah produk investasi dan lindung nilai (hedging) di pasar keuangan, memperkuat strategi pengelolaan moneter, dan mendorong sektor riil untuk memanfaatkan dana repatriasi secara optimal. Bank Indonesia juga akan terus berkoordinasi dengan Pemerintah agar pelaksanaan UU Pengampunan Pajak termasuk repatriasi dana dapat bermanfaat bagi perekonomian nasional. Bank Indonesia masih mewaspadai berbagai risiko, antara lain: • Pertumbuhan ekonomi global berisiko lebih rendah dari proyeksi semula, sebagai dampak dari keputusan Brexit. • Harga komoditas global masih rendah. • Inflasi harga makanan bergejolak akibat dampak La Nina dan tarif TTL 900 VA. • Penerimaan negara di bawah target yang telah ditetapkan semula. FOKUS KEBIJAKAN BI Bank Indonesia memandang bahwa stabilitas makroekonomi tetap terjaga, tercermin dari inflasi yang terkendali dalam kisaran sasaran 4±1%, defisit transaksi berjalan yang membaik, dan nilai tukar rupiah yang relatif stabil. Bank Indonesia meyakini pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial yang telah ditempuh akan semakin memperkuat upaya mendorong momentum pertumbuhan ekonomi. Faktor-faktor yang berpengaruh Bank Indonesia memandang bahwa stabilitas makroekonomi tetap terjaga, tercermin dari inflasi yang terkendali dalam kisaran sasaran 4±1%, defisit transaksi berjalan yang membaik, dan nilai tukar rupiah yang relatif stabil. Transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga juga menunjukkan perkembangan yang semakin baik, demikian pula persiapan implementasi reformulasi suku bunga acuan, yang akan diberlakukan mulai 19 Agustus 2016. TW I 2016 4,92% (yoy) TW I 2015 4,73% (yoy) TW IV 2015 5,04% (yoy) Neraca Perdagangan 3 Surplus neraca perdagangan Indonesia meningkat pada Juni 2016, terutama didukung oleh perbaikan kinerja neraca perdagangan nonmigas. Aliran masuk modal asing ke pasar keuangan Indonesia hingga Juni 2016 telah mencapai 7,3 miliar dolar AS, lebih tinggi dari aliran masuk modal asing untuk keseluruhan tahun 2015 (5,1 miliar dolar AS). Surplus Juni 2016 ALIRAN MASUK MODAL ASING US$ 0,9 miliar US$ 7,3 miliar Aliran Masuk Modal Asing Juni 2016 $ Rp 3,4%(mtm) Rp. 13.213/US$ Pertumbuhan Kredit meningkat 8,3% (yoy) 6,5% (yoy) Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) Kinerja korporasi non-keuangan masih melambat*). *) Laporan 409 Korporasi Go Public pada Triwulan III 2015 Return On Asset (ROA) korporasi 3,2% Debt Service Ratio (DSR) korporasi 76,5% Pertumbuhan DPK Individual (RT) Kinerja rumah tangga (RT) masih lemah. 5,0% (yoy) Efisiensi menurun. Intermediasi masih lambat. 83,1% Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Rp BOPO Rp Rasio Kecukupan Modal (CAR) 22,2% Ketahanan permodalan masih berada pada level yang cukup tinggi. *) Data Mei 2016 Likuiditas masih memadai. Alat Likuid/Dana Pihak Ketiga (DPK) 21,2% Rasio Non Performing Loan (NPL) (gross) 3,1% atau (net) 1,5% Risiko kredit terjaga. BAURAN KEBIJAKAN (POLICY MIX) Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 20-21 Juli 2016 memutuskan : LF Bunga Lending Facility 7,0% TETAP DF Bunga Deposit Facility 4,5% TETAP BI RATE 6,50 % TETAP 5,25 % BI 7-Day Repo Rate* TETAP PERKEMBANGAN TERKINI Inflasi Inti (Core) Inflasi Harga Barang yang Diatur Pemerintah (Administered Prices) seperti kenaikan tarif angkutan udara, tarif angkutan antar kota & tarif listrik. Rp Inflasi Bahan Makanan Bergejolak (Volatile Foods) 0,33% (mtm) 3,49% (yoy) 0,72% (mtm) -0,50% (yoy) 1,71% (mtm) 8,12% (yoy) C M Y CM MY CY CMY K R4 Infografis RDG JULI.pdf 1 7/26/16 7:36 PM
1

BI RATE TETAP 6,50%, BI 7-day (Reverse) Repo Rate Tetap … · ketidakpastian pasca-referendum keluarnya Inggris dari Uni Eropa ... Faktor-faktor yang berpengaruh Bank Indonesia memandang

Mar 08, 2019

Download

Documents

vankien
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BI RATE TETAP 6,50%, BI 7-day (Reverse) Repo Rate Tetap … · ketidakpastian pasca-referendum keluarnya Inggris dari Uni Eropa ... Faktor-faktor yang berpengaruh Bank Indonesia memandang

Pertumbuhan Ekonomi2

Nilai Tukar4

Inflasi5

Ekonomi Global 1

Bank Indonesia Call Center BI : 131Selengkapnya dapat dilihat di website Bank Indonesia

Rupiah menguat pada Juni 2016 terutama dipengaruhi oleh meredanya ketidakpastian kenaikan Fed Fund Rate, terbatasnya dampak Brexit dan meningkatnya sentimen positif atas pengesahan UU Pengampunan Pajak.

Inflasi pada Juni 2016 tercatat sebesar 0,66% (mtm) atau 3,45% (yoy), relatif lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata inflasi periode Ramadhan dalam empat tahun terakhir

Inflasi IHK pada periode bulan Ramadhan tahun ini cukup terkendali dan mendukung pencapaian kisaran sasaran inflasi 2016, yaitu 4±1%.

Konsumsi rumah tangga membaik, tercermin dari penjualan eceran yang tumbuh positif menjelang Hari Raya Idul Fitri dan penjualan mobil yang meningkat.C

Sementara itu, pertumbuhan investasi, khususnya nonbangunan, belum menunjukkan perbaikan yang signifikan.

I

Inflasi IHK(Indeks Harga

Konsumen)

0,66%(mtm)

3,45%(yoy)

RISIKOPROSPEK KE DEPAN

Ekonomi global diperkirakan tumbuh lebih lambat, sejalan dengan meningkatnya ketidakpastian pasca-referendum keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit).

Pertumbuhan ekonomi domestik pada triwulan II 2016 diperkirakan akan membaik walaupun masih terbatas.

• Keputusan Brexit berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi negara maju dan beberapa negara berkembang yang memiliki hubungan yang kuat dengan Inggris dan Uni Eropa, seperti Tiongkok dan India yang memiliki pangsa ekspor cukup besar ke kawasan tersebut.• Di sisi lain, di tengah pertumbuhan ekonomi AS yang membaik, dampak Brexit pada penguatan dolar AS diperkirakan mengurangi peluang kenaikan Fed Fund Rate (FFR), sehingga FFR diperkirakan hanya meningkat satu kali di tahun 2016.

• Di pasar komoditas, harga minyak dunia bergerak naik akibat penurunan produksi AS dan gangguan pasokan di beberapa negara. Ke depan, harga minyak diperkirakan masih berada pada level yang relatif rendah seiring permintaan yang masih lemah. Sementara itu, harga beberapa komoditas ekspor Indonesia membaik, khususnya batubara dan CPO.

Stabilitas Sistem Keuangan pada Mei 2016 tetap terjaga, didukung olehmeningkatnya permodalan dan likuiditas perbankan.

Sistem Keuangan6

Belanja modal dan barang pemerintah tinggi.Sejalan dengan akselerasi pembangunan insfrastruktur.

G

Dari sisi eksternal, ekspor diperkirakan masih lemah, meskipun beberapa komoditas mulai mengalami peningkatan.

X

JULI 2016KEBIJAKAN MONETER BULANAN

BI RATE TETAP 6,50%,BI 7-day (Reverse) Repo Rate Tetap 5,25%

Penguatan kembali Rupiah didukung oleh persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian, sejalan dengan pengesahan UU Pengampunan Pajak, perbaikan kondisi stabilitas makroekonomi, serta perkiraan penundaan kenaikkan FFR oleh the Fed.

Dampak Brexit terhadap Rupiah cenderung terbatas, dibandingkan dengan mata uang negara lain, dan hanya berlangsung singkat

Cadangan devisa akhir Juni 2016cukup untuk membiayai: US$ 109,8 miliar

CADANGAN DEVISA

Angka tersebut di atas standar kecukupan internasional (sekitar 3 bulan impor)

BULANIMPOR

ATAU8,4

BULANIMPOR

PEMBAYARANUTANG LUARNEGERI

8,1

Namun demikian kondisi stabilitas sistem keuangan masih menghadapi tantangan berupa :

5,0-5,4% (yoy)

PERTUMBUHANEKONOMI 2016

4_1% (yoy)+INFLASI 2016

Sumber: BPS

Struktur suku bunga atau term structure operasi moneter Bank Indonesia mengalami perubahan menjadisebagai berikut:

Tenor 7 hari 2 minggu 1 bulan 3 bulan 6 bulan 9 bulan 12 bulan

Term StructureOperasi Moneter 5,25% 5,45% 5,70% 6,10% 6,30% 6,40% 6,50%

*) BI 7-day (Reverse) Repo Rate adalah suku bunga operasi moneter BI dengan tenor 7 hari dan akan ditetapkan sebagai suku bunga kebijakan BI yang baru efektif sejak 19 Agustus 2016

Bank Indonesia mendukung implementasi Undang-Undang No 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak (Tax Amnesty). Kebijakan ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan fiskal pemerintah dalam membiayai program-program pembangunan dan berpotensi menambah likuiditas perekonomian nasional yang kemudian dapat dimanfaatkan untuk kegiatan ekonomi produktif di dalam negeri.Bank Indonesia akan terus melakukan pendalaman pasar keuangan dengan menambah produk investasi dan lindung nilai (hedging) di pasar keuangan, memperkuat strategi pengelolaan moneter, dan mendorong sektor riil untuk memanfaatkan dana repatriasi secara optimal. Bank Indonesia juga akan terus berkoordinasi dengan Pemerintah agar pelaksanaan UU Pengampunan Pajak termasuk repatriasi dana dapat bermanfaat bagi perekonomian nasional.

Bank Indonesia masih mewaspadai berbagai risiko, antara lain:• Pertumbuhan ekonomi global berisiko lebih rendah dari proyeksi semula, sebagai dampak dari keputusan Brexit.• Harga komoditas global masih rendah. • Inflasi harga makanan bergejolak akibat dampak La Nina dan tarif TTL 900 VA.• Penerimaan negara di bawah target yang telah ditetapkan semula.

FOKUS KEBIJAKAN BIBank Indonesia memandang bahwa stabilitas makroekonomi tetap terjaga, tercermin dari inflasi yang terkendali dalam kisaran sasaran 4±1%, defisit transaksi berjalan yang membaik, dan nilai tukar rupiah yang relatif stabil.Bank Indonesia meyakini pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial yang telah ditempuh akan semakin memperkuat upaya mendorong momentum pertumbuhan ekonomi.

Faktor-faktor yang berpengaruh

Bank Indonesia memandang bahwa stabilitas makroekonomi tetap terjaga, tercermin dari inflasi yang terkendali dalam kisaran sasaran 4±1%, defisit transaksi berjalan yang membaik, dan nilai tukar rupiah yang relatif stabil. Transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga juga menunjukkan perkembangan yang semakin baik, demikian pula persiapan implementasi

reformulasi suku bunga acuan, yang akan diberlakukan mulai 19 Agustus 2016.

TW I2016

4,92

% (y

oy)

TW I2015

4,73

% (y

oy)

TW IV2015

5,04

% (y

oy)

Neraca Perdagangan3

Surplus neraca perdagangan Indonesia meningkat pada Juni 2016, terutama didukung oleh perbaikan kinerja neraca perdagangan nonmigas.

Aliran masuk modal asing ke pasar keuangan Indonesia hingga Juni 2016 telah mencapai 7,3 miliar dolar AS, lebih tinggi dari aliran masuk modal asing untuk keseluruhan tahun 2015 (5,1 miliar dolar AS).

SurplusJuni 2016

ALIRAN MASUK MODAL ASING

US$ 0,9miliar

US$ 7,3miliar

Aliran MasukModal AsingJuni 2016

$

Rp

3,4%(mtm)Rp. 13.213/US$

PertumbuhanKredit meningkat8,3% (yoy) 6,5% (yoy)

Pertumbuhan DanaPihak Ketiga (DPK)

Kinerja korporasi non-keuangan masih melambat*).

*) Laporan 409 Korporasi Go Public pada Triwulan III 2015

Return On Asset(ROA) korporasi

3,2% Debt Service Ratio (DSR) korporasi

76,5%

Pertumbuhan DPK Individual (RT)

Kinerja rumah tangga (RT) masih lemah.

5,0% (yoy)

Efisiensi menurun.

Intermediasi masih lambat.

83,1%

Biaya Operasional terhadapPendapatan Operasional (BOPO)

Rp

BOPORp

Rasio Kecukupan Modal(CAR) 22,2%

Ketahanan permodalanmasih berada pada levelyang cukup tinggi.

*) Data Mei 2016

Likuiditas masihmemadai.

Alat Likuid/DanaPihak Ketiga (DPK)

21,2%

Rasio NonPerforming Loan(NPL)

(gross)3,1% atau

(net)1,5%

Risiko kredit terjaga.

BAURAN KEBIJAKAN (POLICY MIX)Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesiapada 20-21 Juli 2016 memutuskan : LF

Bunga Lending Facility

7,0%TETAP

DF

Bunga Deposit Facility

4,5%TETAP

BI RATE

6,50%TETAP

5,25%

BI 7-DayRepo Rate*

TETAP

PERKEMBANGAN TERKINI

Inflasi Inti(Core)

Inflasi Harga Barang yang Diatur Pemerintah(Administered Prices)seperti kenaikan tarif angkutan udara, tarif angkutan antar kota& tarif listrik.

RpInflasi BahanMakanan Bergejolak (Volatile Foods)

0,33%(mtm)

3,49%(yoy)

0,72%(mtm)

-0,50%(yoy)

1,71%(mtm)

8,12% (yoy)

C

M

Y

CM

MY

CY

CMY

K

R4 Infografis RDG JULI.pdf 1 7/26/16 7:36 PM