BAB IILANDASAN TEORI1. OksigenasiA. DefinisiOksigenasi adalah
pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O). Kebutuhan fisiologis
oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk
kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya,
dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel. Apabila lebih dari 4
menit orang tidak mendapatkan oksigen maka akan berakibat pada
kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan biasanya pasien akan
meninggal. Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia
yang di gunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh
mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel. Dalam
keadaan biasa manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen setiap
hari (24 jam) atau sekitar 0,5 cc tiap menit. Respirasi berperan
dalam mempertahakan kelangsungan metabolisme sel. Sehingga di
perlukan fungsi respirasi yang adekuat. Respirasi juga berarti
gabungan aktifitas mekanisme yang berperan dalam proses suplai O ke
seluruh tubuh dan pembuangan CO (hasil pembakaran sel).
B. Fisiologi Oksigen Peristiwa bernapas terdiri dari 2 bagian:1)
Menghirup udara (inpirasi)
Inspirasi adalah terjadinya aliran udara dari sekeliling masuk
melalui saluran pernapasan sampai keparu-paru. Proses inspirasi :
volume rongga dada naik/lebih besar tekanan rongga dada turun/lebih
kecil.
2) Menghembuskan udara (ekspirasi)Tidak banyak menggunakan
tenaga, karena ekspirasi adalah suatu gerakan pasif yaitu terjadi
relaxasi otot-otot pernapasan. Proses ekspirasi : volume rongga
dada turun/lebih kecil, tekanan rongga dada naik/lebih besar.
Proses pemenuhan oksigen di dalam tubuh terdiri dari atas tiga
tahapan, yaitu ventilasi, difusi dan transportasi.
1) VentilasiMerupakan proses keluar masuknya oksigen dari
atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ini
di pengaruhi oleh beberapa factor: Adanya kosentrasi oksigen di
atmosfer. Semakin tingginya suatu tempat, maka tekanan udaranya
semakin rendah. Adanya kondisi jalan nafas yang baik. Adanya
kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru untuk mengembang di
sebut dengan compliance. Sedangkan recoil adalah kemampuan untuk
mengeluarkan CO atau kontraksinya paru-paru.2) DifusiDifusi gas
merupakan pertukaran antara O dari alveoli ke kapiler paru-paru dan
CO dari kapiler ke alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu: Luasnya permukaan paru-paru. Tebal membrane
respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan
interstisial. Keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila
terjadi proses penebalan. Pebedaan tekanan dan konsentrasi O. Hal
ini dapat terjadi sebagaimana O dari alveoli masuk kedalam darah
secara berdifusi karena tekanan O dalam rongga alveoli lebih tinggi
dari pada tekanan O dalam darah vena pulmonalis. Afinitas gas yaitu
kemampuan untuk menembus dan mengikat HB.
3) TransportasiTransfortasi gas merupakan proses pendistribusian
O kapiler ke jaringan tubuh dan CO jaringan tubuh ke kaviler.
Transfortasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
curah jantung (kardiak output), frekuensi denyut nadi. kondisi
pembuluh darah, latihan perbandingan sel darah dengan darah secara
keseluruhan (hematokrit), serta elitrosit dan kadar Hb.
C. Kebutuhan Oksigen Pada Manusia 1) Volume pasang surut
rata-rata adalah 500cc.2) Volume cadangan hisap adalah 300cc.3)
Volume cadangan hembus adalah 1100cc.4) Volume sisa rata-rata
adalah 1200cc.
D. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen 1) Faktor
fisiologisFaktor fisiologis yang mempengaruhi oksigenasi meliputi :
Penurunan kapasitas membawa oksigen. Penurunan konsentrasi oksigen
oksigen yang diinspirasi2) Faktor perkembangan Saat lahir terjadi
perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang sebelumnya
berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil
dan jalan nafas yang pendek. Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan
masa kanak-kanak, diameter dari depan ke belakang berkurang dengan
proporsi terhadap diameter transversal. Pada orang dewasa thorak
diasumsikan berbentuk oval. Pada lanjut usia juga terjadi perubahan
pada bentuk thorak dan pola napas. Tahap perkembangan klien dan
proses penuaan yang normal mempengaruhi oksigenasi jaringan: Bayi
Prematur. Bayi dan Todler. Anak usia sekolah dan remaja. Dewasa
muda dan dewasa pertengahan. Lansia.3) Faktor lingkungan
Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi. Makin
tinggi daratan, makin rendah PaO2, sehingga makin sedikit O2 yang
dapat dihirup individu. Sebagai akibatnya individu pada daerah
ketinggian memiliki laju pernapasan dan jantung yang meningkat,
juga kedalaman pernapasan yang meningkat.
Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer akan
berdilatasi, sehingga darah akan mengalir ke kulit. Meningkatnya
jumlah panas yang hilang dari permukaan tubuh akan mengakibatkan
curah jantung meningkat sehingga kebutuhan oksigen juga akan
meningkat. Pada lingkungan yang dingin sebaliknya terjadi kontriksi
pembuluh darah perifer, akibatnya meningkatkan tekanan darah yang
akan menurunkan kegiatan-kegiatan jantung sehingga mengurangi
kebutuhan akan oksigen.4) Gaya hidupAktifitas dan latihan fisik
meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan denyut jantung,
demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Merokok dan pekerjaan
tertentu pada tempat yang berdebu dapat menjadi predisposisi
penyakitparu.5) Status kesehatanPada orang yang sehat sistem
kardiovaskuler dan pernapasan dapat menyediakan oksigen yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi penyakit pada sistem
kardiovaskuler kadang berakibat pada terganggunya pengiriman
oksigen ke sel-sel tubuh. Selain itu penyakit-penyakit pada sistem
pernapasan dapat mempunyai efek sebaliknya terhadap oksigen darah.
Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler yang mempengaruhi oksigen
adalah anemia, karena hemoglobin berfungsi membawa oksigen dan
karbondioksida maka anemia dapat mempengaruhi transportasi gas-gas
tersebut ke dan dari sel.
6) NarkotikaNarkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju
dan kedalam pernapasan ketika depresi pusat pernapasan dimedula.
Oleh karena itu bila memberikan obat-obat narkotik analgetik,
perawat harus memantau laju dan kedalaman pernapasan.7)
Perubahan/gangguan pada fungsi pernapasanFungsi pernapasan dapat
terganggu oleh kondisi-kondisi yang dapat mempengarhi pernapasan
yaitu: Pergerakan udara ke dalam atau keluar paru. Difusi oksigen
dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru. Transpor
oksigen dan transpor dioksida melalui darah ke dan sel jaringan.8)
Perubahan pola nafasPernapasan yang normal dilakukan tanpa usaha
dan pernapasan ini sama jaraknya dan sedikit perbedaan
kedalamannya. Bernapas yang sulit disebut dyspnoe (sesak).
Kadang-kadang terdapat napas cuping hidung karena usaha inspirasi
yang meningkat, denyut jantung meningkat. Orthopneo yaitu
ketidakmampuan untuk bernapas kecuali pada posisi duduk dan berdiri
seperti pada penderita asma.9) Obstruksi jalan nafas Obstruksi
jalan napas lengkap atau sebagaian dapat terjadi di sepanjang
saluran pernapasan di sebelah atas atau bawah. Obstruksi jalan
napas bagian atas meliputi: hidung, pharing, laring atau trakhea,
dapat terjadi karena adanya benda asing seperti makanan, karena
lidah yang jatuh kebelakang (otrhopharing) bila individu tidak
sadar atau bila sekresi menumpuk disaluran napas. Obstruksi jalan
napas di bagian bawah melibatkan oklusi sebagian atau lengkap dari
saluran napas ke bronkhus dan paru-paru. Mempertahankan jalan napas
yang terbuka merupakan intervensi keperawatan yang kadang-kadang
membutuhkan tindakan yang tepat. Onbstruksi sebagian jalan napas
ditandai dengan adanya suara mengorok selama inhalasi
(inspirasi).
E. Masalah Yang Berhubungan Dengan Fungsi Respirasi 1)
HypoxiaMerupakan kondisi ketidakcukupan oksigen dalam tubuh, dari
gas yang diinspirasi ke jaringan.Penyebab terjadinya hipoksia :
gangguan pernapasan. gangguan peredaran darah. gangguan sistem
metabolism. gangguan permeabilitas jaringan untuk mengikat oksigen
(nekrose).2) HyperventilasiJumlah udara dalam paru berlebihan.
Sering disebut hyperventilasi elveoli, sebab jumlah udara dalam
alveoli melebihi kebutuhan tubuh, yang berarti bahwa CO2 yang di
eliminasi lebih dari yang diproduksi menyebabkan peningkatan rata
rata dan kedalaman pernafasan. Tanda dan gejala : Pusing Nyeri
kepala. Jantung Koma. Ketidakseimbangan Elektrolit3)
HypoventilasiKetidak cukupan ventilasi alveoli (ventilasi tidak
mencukupi kebutuhan tubuh), sehingga CO2 dipertahankan dalam aliran
darah. Hypoventilasi dapat terjadi sebagai akibat dari kollaps
alveoli, obstruksi jalan nafas, atau efek samping dari beberapa
obat.Tanda dan gejala: Napas pendek. Nyeri dada. Sakit kepala
ringan Pusing dan penglihatan kabur4) Cheyne Stokes Bertambah dan
berkurangnya ritme respirasi, dari perafasan yang sangat dalam,
lambat dan akhirnya diikuti periode apnea, o.k gagal jantung
kongestif, PTIK, dan overdosis obat. Terjadi dalam keadaan dalam
fisiologis maupun pathologis.Fisiologis : Orang yang berada
ketinggian 12000-15000 kaki Pada anak-anak yang sedang tidur Pada
orang yang secara sadar melakukan hyperventilasiPathologis : Gagal
jantung Pada pasien uraemi ( kadar ureum dalam darah lebih dari
40mg%)5) Kussmauls ( Hyperventilasi )Peningkatan kecepatan dan
kedalaman nafas biasanya lebih dari 20 x per menit. Dijumpai pada
asidosisi metabolik, dan gagal ginjal.6) Apneustic Henti nafas ,
pada gangguan sistem saraf pusat7) BiotsNafas dangkal, mungkin
dijumpai pada orang sehat dan klien dengan gangguan sistem saraf
pusat. Normalnya bernafas hanya membutuhkan sedikit usaha.
Kesulitan bernafas disebut dyspnea.
F. Pemberian OksigenasiContoh Melalui nasal Kanul 1)
IndikasiKlien yang masih mampu bernafas spontan tetapi membutuhkan
alat bantu kanula untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
2) Prinsip Kanula nasal untuk mengalirkan oksigen dengan aliran
rendah, biasanya hanya kurang dari 3 liter per menit. Membutuhkan
pernapasan hidung. Tidak dapat mengalirkan oksigen dengan
konsentrasi tinggi > 40%.3) Alat Dan Bahan : Nasal Kanul Selang
oksigen Humidiefier berisi cairan steril. Tabung oksigen dengan
flowmeter. Plester 4) Prosedur Kerja : Periksa program terapi
medic. Ucapkan salam terapeutik. Lakukan evaluasi /validasi. Kaji
adanya tanda hipoksia dan secret pada jalan nafas. Jelaskan
prosedur yang akan dilakukan. Cuci tangan. Persiapkan alat.
Sambungkan kanula nasal ke selang oksigen dan sumber oksigen.
Berikan aliran oksigen sesuai dengan aliran pada program medic dan
pastikan berfungsi baik. Selang tidak tertekuk dan sambungkan
paten. Ada gelembung udara pada humidifier. Terasa oksigen keluar
dari kanula Letakkan ujung kanula pada lubang hidung pasien. Atur
pipa plastic atau selang plastic ke kepala atau kedua telinga dan
bawah dagu sampai kanula pas dan nyaman. Beri plester pada kanula
di kedua sisi wajah apabila diperlukan. Periksa kanula setiap 8
jam.2. Asma BronchialA. PengertianAsma bronkhial adalah penyakit
jalan nafas obstruktif intermitten, reversible dimana
trakeobronkial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli
tertentu. Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri
meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan
dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan
derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari
pengobatan ( The American Thoracic Society ).
B. KlasifikasiBerdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat
diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu :1) Ekstrinsik
(alergik)Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh
faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga,
bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora
jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu
predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada
faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang disebutkan di atas,
maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik.2) Intrinsik (non
alergik)Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi
terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti
udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran
pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan
sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi
bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma
gabungan.3) Asma gabunganBentuk asma yang paling umum. Asma ini
mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik.
C. EtiologiAda beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi
dan presipitasi timbulnya serangan asma bronkhial.1. Faktor
predisposisi GenetikDimana yang diturunkan adalah bakat alerginya,
meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas.
Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat
juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini,
penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika
terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas
saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.2. Faktor presipitasi
AlergenDimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasanex: debu, bulu
binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi Ingestan,
yang masuk melalui mulutex: makanan dan obat-obatan
Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulitex: perhiasan,
logam dan jam tangan Perubahan cuacaCuaca lembab dan hawa
pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang
mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma.
Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim
hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah
angin serbuk bunga dan debu. StressStress/ gangguan emosi dapat
menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat
serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul
harus segera diobati penderita asma yang mengalami
stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan
masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala
asmanya belum bisa diobati. Lingkungan kerjaMempunyai hubungan
langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan
dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja
dilaboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu
lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti. Olah raga/
aktifitas jasmani yang beratSebagian besar penderita asma akan
mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau aloh raga
yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma.
Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah
selesai aktifitas tersebut.D. PatofisiologiAsma ditandai dengan
kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang menyebabkan
sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang
timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai
berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk
membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan
antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen
spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel
mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat
dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup
alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen
bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan
menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat,
diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang
merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan
bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan
menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun
sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot
polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas
menjadi sangat meningkat.Pada asma , diameter bronkiolus lebih
berkurang selama ekspirasi daripada selama inspirasi karena
peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa menekan bagian
luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka
sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang
menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada
penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan
adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini
menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu
paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran
mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan
barrel chest.
E. Manifestasi KlinikBiasanya pada penderita yang sedang bebas
serangan tidak ditemukan gejala klinis, tapi pada saat serangan
penderita tampak bernafas cepat dan dalam, gelisah, duduk dengan
menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasan bekerja
dengan keras. Gejala klasik dari asma bronkial ini adalah sesak
nafas, mengi ( whezing ), batuk, dan pada sebagian penderita ada
yang merasa nyeri di dada. Gejala-gejala tersebut tidak selalu
dijumpai bersamaan. Pada serangan asma yang lebih berat
gejala-gejala yang timbul makin banyak, antara lain : silent chest,
sianosis, gangguan kesadaran, hyperinflasi dada, tachicardi dan
pernafasan cepat dangkal . Serangan asma seringkali terjadi pada
malam hari.F. Pemeriksaan laboratorium1. Pemeriksaan
sputumPemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari
kristal eosinopil. Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell
(sel cetakan) dari cabang bronkus. Creole yang merupakan fragmen
dari epitel bronkus. Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada
sputum, umumnya bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan
kadang terdapat mucus plug.2. Pemeriksaan darah Analisa gas darah
pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia,
hiperkapnia, atau asidosis. Kadang pada darah terdapat peningkatan
dari SGOT dan LDH. Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di
atas 15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi. Pada
pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada
waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.G.
Pemeriksaan penunjang1. Pemeriksaan radiologiGambaran radiologi
pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan menunjukan
gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang
bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang
menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang
didapat adalah sebagai berikut: Bila disertai dengan bronkitis,
maka bercak-bercak di hilus akan bertambah. Bila terdapat
komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan semakin
bertambah. Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran
infiltrate pada paru Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis
lokal. Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan
pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen
pada paru-paru.
2. Pemeriksaan tes kulitDilakukan untuk mencari faktor alergi
dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif
pada asma.3. ElektrokardiografiGambaran elektrokardiografi yang
terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian, dan
disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu :
perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis
deviasi dan clock wise rotation. Terdapatnya tanda-tanda hipertropi
otot jantung, yakni terdapatnya RBB ( Right bundle branch block).
Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES,
dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.4. Scanning
paruDengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa
redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada
paru-paru.5. SpirometriUntuk menunjukkan adanya obstruksi jalan
nafas reversible, cara yang paling cepat dan sederhana diagnosis
asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator.
Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pamberian
bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik.
Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan
diagnosis asma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih
dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk
menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat
obstruksi dan efek pengobatan. Benyak penderita tanpa keluhan
tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.H.
KomplikasiBerbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah :1. Status
asmatikus2. Atelektasis3. Hipoksemia4. Pneumothoraks5. Emfisema6.
Deformitas thoraks7. Gagal nafasI. PenatalaksanaanPrinsip umum
pengobatan asma bronchial adalah :1. Menghilangkan obstruksi jalan
nafas dengan segara.2. Mengenal dan menghindari fakto-faktor yang
dapat mencetuskan serangan asma3. Memberikan penerangan kepada
penderita ataupun keluarganya mengenai penyakit asma, baik
pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya sehingga
penderita mengerti tujuan penngobatan yang diberikan dan
bekerjasama dengan dokter atau perawat yang merawatnnya.Pengobatan
pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:1. Pengobatan non
farmakologik: Memberikan penyuluhan Menghindari faktor pencetus
Pemberian cairan Fisiotherapy Beri O2 bila perlu.2. Pengobatan
farmakologik : Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas.
Terbagi dalam 2 golongan :1. Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin
dan efedrin)Nama obat : Orsiprenalin (Alupent) Fenoterol (berotec)
Terbutalin (bricasma)Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia
dalam bentuk tablet, sirup, suntikan dan semprotan. Yang berupa
semprotan: MDI (Metered dose inhaler). Ada juga yang berbentuk
bubuk halus yang dihirup (Ventolin Diskhaler dan Bricasma
Turbuhaler) atau cairan broncodilator (Alupent, Berotec, brivasma
serts Ventolin) yang oleh alat khusus diubah menjadi aerosol
(partikel-partikel yang sangat halus ) untuk selanjutnya dihirup.2.
Santin (teofilin)Nama obat : Aminofilin (Amicam supp) Aminofilin
(Euphilin Retard) Teofilin (Amilex)Efek dari teofilin sama dengan
obat golongan simpatomimetik, tetapi cara kerjanya berbeda.
Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya saling
memperkuat.Cara pemakaian : Bentuk suntikan teofillin / aminofilin
dipakai pada serangan asma akut, dan disuntikan perlahan-lahan
langsung ke pembuluh darah. Karena sering merangsang lambung bentuk
tablet atau sirupnya sebaiknya diminum sesudah makan. Itulah
sebabnya penderita yang mempunyai sakit lambung sebaiknya
berhati-hati bila minum obat ini. Teofilin ada juga dalam bentuk
supositoria yang cara pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus.
Supositoria ini digunakan jika penderita karena sesuatu hal tidak
dapat minum teofilin (misalnya muntah atau lambungnya kering).
KromalinKromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah
serangan asma. Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi
terutama anakanak. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat
anti asma yang lain, dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian
satu bulan. KetolifenMempunyai efek pencegahan terhadap asma
seperti kromalin. Biasanya diberikan dengan dosis dua kali 1mg /
hari. Keuntungnan obat ini adalah dapat diberika secara oral.
BAB IIISTUDI KASUS1. KasusPasien Tn. A 45 Tahun masuk dengan
keluhan sesak napas, sesak napas terjadi sejak dini hari tadi dan
ada mual, muntah dan pusing. Pasien mengatakan ada batuk berdahak.
Pasien mengatakkan sedikit lemas dan wajah pasien terlihat pucat.
Pasien mengatakkan bahwa dia melakukan perjalanan jauh menggunakan
sepeda motor tanpa menggunakkan masker dan sebelumnya pernah
mengalami asma. Sputum terlihat pekat dan kental Hasil Pemeriksaan
Fisik ditemukan : TD 140/90 mmHg, Nadi 120 x/menit, Frekuensi napas
35 x/menit, suhu 38,6 C. Pemeriksaan dada terdapat retraksi diding
dada, sternokleodomastoideus dan trapezius berkontraksi,
pengembangan dada simetris, taktil fremitus menurun pada lobus
bawah paru, pergerakan cuping hidung, CRT >3 detik, bibir
sianosis, mulut terbuka lebar tampak seperti lapar udara, pasien
terlihat duduk kesulitan bernapas, wheezing semua lobus. Hasil
pemeriksaan Penunjang : Lab. Hg 9 gr%, Leukosit 11 ribu/mm3, Hasil
AGD PaO2 60 mmHg, PaCO2 60 mmHg. pH 7,6.2. Data Fokus Dan Analisa
DataA. Data Subjektifa. Tn A mengeluh sesak napas, sesak napas
terjadi sejak dini hari tadi dan terdapat mual, muntah dan
pusing.b. Pasien mengatakkan ada batuk berdahakc. Pasien
mengatakkan sedikit lemasd. Pasien mengatakkan bahwa dia melakukan
perjalanan jauh menggunakan sepeda motor tanpa menggunakkan masker
dan sebelumnya pernah mengalami asmaB. Data Objektifa. Wajah pasien
terlihat pucat, dan sputum terlihat pekat dan kentalb. Hasil
Pemeriksaan Fisik ditemukan : TD 140/90 mmHg, Nadi 120 x/menit,
Frekuensi napas 35 x/menit, suhu 38,6 C. Pemeriksaan dada terdapat
retraksi diding dada, sternokleodomastoideus dan trapezius
berkontraksi, pengembangan dada simetris, taktil fremitus menurun
pada lobus bawah paru, pergerakan cuping hidung, CRT >3 detik,
bibir sianosis, mulut terbuka lebar tampak seperti lapar udara,
pasien terlihat duduk kesulitan bernapas, wheezing semua lobus.c.
Hasil pemeriksaan Penunjang : Lab. Hg 9 gr%, Leukosit 11 ribu/mm3,
Hasil AGD PaO2 60 mmHg, PaCO2 60 mmHg. pH 7,6.C. Analisa
DataNoPengelompokkan DataMasalahPenyebab
1.Ds : a. Tn A, mengeluh sesak napas, , sesak napas terjadi
sejak dini hari tadi dan terdapat mual, muntah dan pusing.b. Pasien
mengatakkan bahwa dia melakukan perjalanan jauh menggunakan sepeda
motor tanpa menggunakkan masker dan sebelumnya pernah mengalami
asmaDo :a. frekuensi napas 35 x/menit, retraksi dinding dada,
penggunaan otot sternokleidomastoideus dan otot trapezius.
Pergerakan cuping hidung.b. Mulut terbuka lebar tampak seperti
lapar udara.c. Pasien terlihat duduk kesulitan bernapas
Pola Nafas Ketidakefektifan
Hiperventilasi,Alergen
2.Ds :a. Pasien mengatakkan ada batuk berdahak.Do :a. Sputum
terlihat pekat dan kental.b. Terdengar suara
wheezing.Ketidakefektifan Jalan Nafas
Kelebihan Sekret / Sputum
3.Ds :a. Pasien mengatakkan sedikit lemas.Do :a. Bibir telihat
sianosis, dan wajah sedikit pucat.b. Cek Lab : PaO2 60 mmHg, PaCO2
60 mmHg.
Ketidakefektifan Pertukaran GasDefisiensiOksigen
3. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan PrioritasA. Ketidakefektifan
Pembersihan Jalan Nafas b/d Hipersekresi dan Bronkus spasme di
tandai dengan ada batuk berdahak, sputum terlihat pekat dan kental
dan terdengar suara nafas wheezing.B. Pola Nafas Ketidakefektifan
b/d Hiperventilasi dan Alergen di tandai dengan ada sesak napas,
Frekuensi Nafas 35X/I, adanya pergerakan cuping hidung, otot
sternokleidomastoideus dan otot trapezius, retraksi dinding dada,
mulut mangap dan pasien alergi debu.C. Gangguan Pertukaran Gas b/d
Perubahan Membran Alveoli di tandai dengan pasien sedikit merasa
lemas, sianosis, wajah sedikit pucat dan Cek Lab : PaO2 60 mmHg,
PaCO2 60 mmHg ( Hiperkapnia ).
4. Intervensi TGL / JamDiagnosa KeperawatanTujuanIntervensi
23/11 / 2014 Diagnosa 1Setelah dilakukan tindakan keperawatan, 1
x 24 jam pasien diharapkan dapat :a. Melakukan batuk efektifb.
Mengeluarkan secret secara efektif.==c. Mempunyai jalan nafas yang
paten.d. Pada pemerikasaan auskultasi, memiliki suara napas yang
jernih.e. Mempunyai irama dan frekuensi pernapasan dalam rentang
normal.1. Berikan cairan untuk mengatasi dehidrasi dan
menghilangkan sekrresi.2. Anjurkan masukan cairan untuk
mengencerkan sekresi. Seperti hindari minum air es dan minuman
berkarbonat. 3. Lakukan terapi fisik dada dan drainase postural
untuk memobilisasi sekresi sesuai kebutuhan.4. Berikan nebulisasi
dan terapi oksigen sesuai kebutuhan.5. Pantau dan catat jenis dan
jumlah secret yang dikumpulkan.6. Ajarkan pasien untuk napas
dalam.7. Infomasikan kepada pasien dan keluarga tentang larangan
merokok di dalam ruang perawatan. Berikan penyuluhan tentang
pentingnya berhenti merokok.8. Berikan aminofilin sesuai ketentuan
melalui infus IV.
23/112014Diagnosa 2Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24
jam, pasien diharapkan dapat :a. Menunjukkan pernapasan optimal
pada saat terpasang ventilator mekanis.b. Mempunyai kecepatan dan
irama pernapasan dalam batas normal.c. Meminta bantuan pernapasan
saat dibutuhkan.d. mampu mengidentifikasi factor pencetus yang
memicu ketidakefektifan pola napas, dan tindakan yang dapat
dilakukan untuk menghindarinya.
1. Pemantauan tanda vital : pantau TTV Beberapa jam sekali untuk
mencegah hipoksia.2. Ajarkan relaksasi secara perlahan dengan cara
Anjurkan pasien untuk menggunakan pernapasan lewat mulut untuk
menurunkan kerja pernapasan3. Berikan oksigen lembab kontinu
melalui nasal kanul sesuai ketentuan.4. Instruksikan pasien
mengubah posisi untuk memudahkan pernapasan sebagai contoh, duduk
tegak ( tegak lurus ke meja.5. Bila perlu, berikan natrium kromolin
untuk pengendalian pada alergen.6. Diskusikan cara menghindari
alergen. Seperti rajin membersihkan ambal atau karpet di rumah dan
anjurkan menggunakan filter elektronik alat perapian dan AC.7.
Berikan kortiosteroid IV untuk mengatasi inflamasi jalan napas.
3.Diagnosa 3Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam,
pasien diharapkan dapat :a. Mempunyai fungsi paru dalam batas
normal.b. Memiliki ekspansi paru yang simetrisc. Tidak menggunakan
pernapasan bibir mencucu.d. Tidak mengalami napas dangkal atau
ortopnea.e. Tidak menggunakan otot aksesoris untuk bernapas.1.
Secara kontinu atau sering pantau ateri gas darah ( AGD ), tekanan
darah, EKG, dan frekuensi pernapasan.2. Pantau saturasi Oksigen
dengan oksimeter nadi.3. Ajarkan kepada pasien bagaimana
menggunakan inhaler yang dianjurkan, sesuai dengan kebutuhan.4.
Anjurkan penggunaan alat bantu yang dianjurkan sesuai dengan adanya
perubahan kondisi pasien.5. Lakukan hygiene oral secara teratur.6.
Lakukan tindakan untuk menurunkan konsumsi oksigen seperti
pengendalian demam dan nyeri.7. Pantau nutrisi pasien : apakah
setiap makan tetap dihabiskan atau tidak.8. Ajarkan pasien teknik
relaksasi bernapas.
5. ImplementasiLakukan tindakan sesuai dengan apa yang harus
anda lakukan pada saat itu, Dan Juga sesuaikan dengan Intervensi
Yang anda buat . Dan catat apa pun yang telah anda lakukan pada
pasien.6. EvaluasiEvalusi tindakan yang telah diberikan. Jika
keadaan pasien mulai membaik. Hentikan tindakan. Sebaliknya, jika
keadaan pasien memburuk, intervensi harus mengalami perubahan.
DAFTAR PUSTAKA Brunner & Suddart (2002) Buku Ajar
Keperawatan Medikal-Bedah, Jakarta : AGC. Crockett, A. (1997)
Penanganan Asma dalam Penyakit Primer, Jakarta :Hipocrates. Tarwoto
& Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses
Keperawatan. Edisi 4. Salemba Medika : Jakarta Judith & Nancy (
2011 ) Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9 Jakarta : EGC
Docterman dan Bullechek. Nursing Invention Classifications (NIC),
Edition 4, United States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press,
2004. Maas, Morhead, Jhonson dan Swanson. Nursing Out Comes (NOC),
United States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press, 2004.
Mansjoer Arif dkk ( 2000 ) Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3
Jakarta : Media Aesculapius.