57 BERMAIN, CERITA, DAN MENYANYI (BCM) DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB Dr. Hanik Mahliatussikah, M.Hum. Universitas Negeri Malang Abstrak: bahasa merupakan ketrampilan. Untuk menguasai bahasa tertentu, seseorang dituntut untuk banyak berlatih menggunakan bahasa tersebut, baik secara reseptif maupun produktif. Pembelajaran bahasa bagi penutur asing memerlukan metode tertentu untuk memudahkan belajar. Aktivitas pembelajaran yang banyak melibatkan panca indra atau anggota tubuh dipercaya mampu memberikan pemerolehan bahasa lebih maksimal dibanding hanya mendengarkan atau hanya melihat semata. Semakin banyak indra yang terlibat, maka semakin banyak pula ingatan siswa terhadap bahasa yang dipelajari. Di antara metode yang banyak melibatkan aktivitas indra adalah metode bermain, bernyanyi, dan bercerita. Ketiga metode inilah yang dianjurkan penerapannya dalam pembelajaran bahasa Arab, baik pembelajaran unsur-unsur bahasa maupun pembelajaran ketrampilan berbahasa. Dengan ketiga metode ini, diharapkan siswa akan memperoleh bahasa secara alamiah atau semi alamiah. Kata Kunci: bermain, bernyanyi, bercerita, Pendahuluan Anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan secara cepat, baik aspek fisik maupun aspek psikologis. Pertumbuhan menurut Kartono (1995) dalam bukunya psikologi anak adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat, dalam peredaran waktu tertentu. Sedangkan perkembangan diartikan sebagai perubahan- perubahan psiko-fisik sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi psikis dan fisik pada anak, ditunjang oleh faktor-faktor lingkungan dan proses belajar dalam peredaran waktu tertentu menuju kedewasaan. Perkembangan anak bergantung pada beberapa faktor, yaitu (1) keturunan, (2) lingkungan yang menguntungkan atau yang merugikan, (3) Kematangan fungsi-fungsi organis dan psikis, dan (4) Aktivitas anak sebagai subjek bebas yang berkemauan, memiliki kemampuan seleksi, bisa menolak atau menyetujui, memiliki emosi, dan berusaha membangun diri sendiri. Menyikapi faktor penentu perkembangan anak di atas, maka setidaknya ada tujuh aspek perkembangan anak yang harus dibina, yaitu perkembangan (1) gerakan motorik kasar, (2) motorik halus, (3) komunikasi yang pasif, (4) komunikasi aktif, (5) kecerdasan, yang meliputi daya ingat dan daya tangkap, (6) kemampuan menolong diri sendiri, dan (7) tingkah laku sosial, yaitu tingkah laku yang mencerminkan kemampuan hidup berdampingan dengan orang lain. Ketujuh aspek ini perlu mendapatkan perhatian dari orangtua dan guru agak anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Dalam rangka memaksimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut, metode pembelajaran untuk anak pun di arahkan pada faktor-faktor yang bisa meningkatkan perkembangan anak, baik perkembangan motorik, komunikasi, kecerdasan, maupun perkembangan kemampuan individu dan sosial. metode pembelajaran yang dimaksud adalah Bermain, Cerita, dan Menyanyi (BCM). Ketiga metode tersebut terbukti dapat secara efektif digunakan dalam pembelajaran bahasa. Hal ini karena bermain, cerita dan menyanyi dapat menimbulkan kesenangan. Siswa akan melakukannya dengan perasaan senang tanpa paksaan dan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
57
BERMAIN, CERITA, DAN MENYANYI (BCM) DALAM PEMBELAJARAN
BAHASA ARAB
Dr. Hanik Mahliatussikah, M.Hum.
Universitas Negeri Malang
Abstrak: bahasa merupakan ketrampilan. Untuk menguasai bahasa tertentu,
seseorang dituntut untuk banyak berlatih menggunakan bahasa tersebut, baik secara
reseptif maupun produktif. Pembelajaran bahasa bagi penutur asing memerlukan
metode tertentu untuk memudahkan belajar. Aktivitas pembelajaran yang banyak
melibatkan panca indra atau anggota tubuh dipercaya mampu memberikan
pemerolehan bahasa lebih maksimal dibanding hanya mendengarkan atau hanya
melihat semata. Semakin banyak indra yang terlibat, maka semakin banyak pula
ingatan siswa terhadap bahasa yang dipelajari. Di antara metode yang banyak
melibatkan aktivitas indra adalah metode bermain, bernyanyi, dan bercerita. Ketiga
metode inilah yang dianjurkan penerapannya dalam pembelajaran bahasa Arab, baik
pembelajaran unsur-unsur bahasa maupun pembelajaran ketrampilan berbahasa.
Dengan ketiga metode ini, diharapkan siswa akan memperoleh bahasa secara
alamiah atau semi alamiah.
Kata Kunci: bermain, bernyanyi, bercerita,
Pendahuluan
Anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan secara cepat, baik aspek fisik
maupun aspek psikologis. Pertumbuhan menurut Kartono (1995) dalam bukunya
psikologi anak adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan
fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat, dalam
peredaran waktu tertentu. Sedangkan perkembangan diartikan sebagai perubahan-
perubahan psiko-fisik sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi psikis dan
fisik pada anak, ditunjang oleh faktor-faktor lingkungan dan proses belajar dalam
peredaran waktu tertentu menuju kedewasaan.
Perkembangan anak bergantung pada beberapa faktor, yaitu (1) keturunan, (2)
lingkungan yang menguntungkan atau yang merugikan, (3) Kematangan fungsi-fungsi
organis dan psikis, dan (4) Aktivitas anak sebagai subjek bebas yang berkemauan,
memiliki kemampuan seleksi, bisa menolak atau menyetujui, memiliki emosi, dan
berusaha membangun diri sendiri.
Menyikapi faktor penentu perkembangan anak di atas, maka setidaknya ada tujuh
aspek perkembangan anak yang harus dibina, yaitu perkembangan (1) gerakan motorik
kasar, (2) motorik halus, (3) komunikasi yang pasif, (4) komunikasi aktif, (5)
kecerdasan, yang meliputi daya ingat dan daya tangkap, (6) kemampuan menolong diri
sendiri, dan (7) tingkah laku sosial, yaitu tingkah laku yang mencerminkan kemampuan
hidup berdampingan dengan orang lain. Ketujuh aspek ini perlu mendapatkan
perhatian dari orangtua dan guru agak anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Dalam rangka memaksimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut,
metode pembelajaran untuk anak pun di arahkan pada faktor-faktor yang bisa
meningkatkan perkembangan anak, baik perkembangan motorik, komunikasi,
kecerdasan, maupun perkembangan kemampuan individu dan sosial. metode
pembelajaran yang dimaksud adalah Bermain, Cerita, dan Menyanyi (BCM).
Ketiga metode tersebut terbukti dapat secara efektif digunakan dalam
pembelajaran bahasa. Hal ini karena bermain, cerita dan menyanyi dapat menimbulkan
kesenangan. Siswa akan melakukannya dengan perasaan senang tanpa paksaan dan
58
tekanan. Ilmu yang diberikan melalui metode ini akan masuk ke benak mereka karena
ilmu diajarkan sesuai dengan dunia mereka. Kebutuhan peserta didik terhadap aktivitas
bermain, bernyanyi dan bercerita ini seperti kebutuhan manusia pada refresing setelah
capek bekerja (Al-Fauzan, 2002: 29, 42).
Permainan: pengertian, manfaat, dan langkah-langkahnya
Sudono (2000) memberikan batasan mengenai bermain sebagai suatu kegiatan
yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberi kesenangan
maupun mengembangkan imajinasi pada anak. Tanda dari kegiatan bermain itu adalah
tertawa. Rasa senang biasanya ditandai dengan tertawa. Menurut Sully (dalam
Tedjasaputra, 2001), suatu kegiatan dikatakan bermain jika tujuan kegiatan tersebut
untuk mendapatkan kesenangan semata. Jika permainan tersebut diarahkan untuk
mendapatkan prestasi sebagaimana bermain bola yang dipertandingkan, maka tergolong
bekerja. Kegiatan bekerja lebih mementingkan hasil akhir. Adapun permainan lebih
mengutamakan proses. Namun demikian, kedua hal ini sulit dibedakan karena dalam
permainanpun kadang diarahkan untuk mendapatkan prestasi tertentu.
Berdasarkan penelitian, ditemukan beberapa ciri kegiatan bermain, yaitu (1)
dilakukan dengan motivasi intrinsik, (2) anak yang terlibat dalam bermain diliputi
emosi-emosi positif dan memiliki nilai bagi anak, (3) lebih mementingkan proses
daripada hasil akhir, (4) anak bebas memilih, dan (5) terdapat kualitas pura-pura
(Tedjasaputra, 2001). Dengan demikian, bermain adalah kegiatan yang berlangsung
dengan menyenangkan karena dilakukan dengan motivasi sendiri tanpa paksaan
sehingga muncul imajinasi-imajinasi baru sebagai dunianya.
Bermain sambil belajar merupakan aktivitas penting dalam pembelajaran untuk
anak. Dikatakan penting karena pembelajaran dengan metode bermain sesuai dengan
minat dan tahap perkembangan anak. Permainan adalah satu kegiatan yang tidak bisa
terlepas dari kehidupan anak-anak. Segala aktivitas yang ditujukan untuk anak selalu
dibarengi dengan permainan, baik dalam lingkungan sekolah maupun dalam lingkungan
keluarga.
Bagi anak, bermain adalah sebuah kebutuhan yang harus dipenuhi. Dengan
bermain anak akan belajar dengan senang, tanpa terpaksa, dan tanpa merasa bahwa ia
sebenarnya telah belajar. Pemerolehan pengetahuan seperti inilah yang akan lebih
melekat pada diri anak-anak dibanding dengan pembelajaran yang tanpa permainan.
Metode permainan ini diakui para ahli memiliki peran penting dalam membantu
pertumbuhan dan perkembangan anak. Pendapat ini juga disepakati oleh badan asosiasi
pendidikan untuk anak-anak. Melalui permainan akan berkembang kognisi, emosi, dan
fisiknya. Bermain memiliki manfaat bagi perkembangan anak, baik aspek fisik,
motorik, sosial, emosi, kognisi, ketajaman pengindraan, dan pengembangan ketrampilan
olah raga dan menari (Mahliatussikah, 2003).
Belajar dengan bermain akan memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk
memanipulasi, mengulang-ulang, menemukan sendiri, bereksplorasi, mempraktekkan
dan mendapatkan bermacam-macam konsep serta pengertian yang tidak terhitung
jumlahnya. Dengan bermain, anak tidak merasa dipaksa atau terpaksa. Melalui bermain,
anak dapat memetik berbagai manfaat bagi perkembangan aspek fisik-motorik,
kecerdasan dan sosial emosional (Tedjasaputra, 2001). Permainan bahasa merupakan
aktivitas yang membuat siswa saling membantu dan saling berkompetisi untuk
mencapai tujuan pembelajaran (Abdul Aziz, 1404H: 13). Permainan merupakan
kegiatan bebas terbimbing yang melibatkan aktivitas fisik, baik dilakukan secara
59
individu maupun kelompok, serta banyak melibatkan kemampuan fisik, pikiran,
gerakan badan dan terasa ringan untuk dilakukan karena adanya dorongan internal serta
tidak merasa kecapekan (Syawahin, 2008: 1). Dengan bermain itu, siswa akan berlatih
menggunakan bahasa yang sedang dipelajari dalam berbagai situasi alamiah atau semi
alamiah (Abdul Aziz, 1401H:11)
Hughes (dalam Sudono, 2000), menegaskan bahwa bermain merupakan
pengalaman belajar yang berharga bagi anak karena dapat meningkatkan daya
kreativitas dan citra diri anak yang positif. Unsur-unsur yang merupakan daya
kreativitas adalah kelancaran, fleksibilitas, pilihan, orisinil, elaborasi dengan latihan
menjawab, luwes dalam menerima beragam beragam jawaban, mampu memilih
beragam jawaban yang paling tepat dan tidak menyontek. Permainan juga menimbulkan
motivasi untuk bekerja dengan baik sehingga akan terjadinproses belajar sampai
menghasilkan produk. Proses ini menurut munandar disebut 4P (pribadi, pendorong,
proses, dan produk).
Anak akan merasa gembira dan semakin percaya diri jika dalam sebuah
permainannya dapat menemukan penyelesaian yang tuntas. Unsur mampu menemukan
sendiri ini merupakan aspek penting bagi anak. Rasa percaya diri bahwa “aku bisa”
dapat membentuk citra yang positif. Permainan yang menyenangkan juga akan
meningkatkan aktivitas sel otak mereka. Keaktifan sel otak akan membantu
memperlancar proses pembelajaran anak. Pengalaman-pengalaman dalam permainan
merupakan dasar dari berbagai tingkat perkembangan dan dapat membantu
meningkatkan kemampuan anak.
Pada usia kanak-kanak, fungsi bermain mempunyai pengaruh besar sekali bagi
perkembangannya. Jika pada orang dewasa sebagian besar dari perbuatannya diarahkan
pada pencapaian tujuan dan prestasi dalam bentuk kegiatan KERJA, maka kegiatan
anak sebagian besar berbentuk aktivitas BERMAIN. Ada beberapa teori yang
menjelaskan arti serta nilai permainan, yaitu Teori rekreasi, pemunggahan, atavistis,
biologos, psikologi, dan fenomenologis.
Teori rekreasi yang dikembangkan oleh Schaller dan Lazarus (Jerman)
menyatakan bahwa permainan itu sebagai kesibukan rekreatif, sebagai lawan dari
KERJA dan keseriusan hidup. Teori pemunggahan yang dikemukakan Herbert Spencer
(Inggris) menyatakan bahwa permainan itu disebabkan oleh mengalir-keluarnya energi,
yaitu tenaga yang belum dipakai dan menumpuk pada diri anak yang menuntut untuk
dimanfaatkan. Teori ini disebut pula sebagai teori “kelebihan tenaga”. Permainan
merupakan katup pengaman bagi energi vital yang berlebih-lebihan. Adapun teori
atavistis yang dikemukakan oleh Stanley Hall (Amerika) dengan pandangannya yang
biogenetis menyatakan bahwa selama perkembangannya, anak akan mengalami semua
fase kemanusiaan. Permainan itu merupakan penampilan dari semua faktor hereditas
(waris, sifat keturunan), yaitu segala pengalaman jenis manusia sepanjang sejarah akan
diwariskan kepada anak keturunannya.
Teori biologis yang dikemukakan oleh Karl groos (Jerman) menyatakan bahwa
permainan itu mempunyai tugas biologis, yaitu melatih macam-macam fungsi jasmani
dan rokhani. Waktu-waktu bermain merupakan kesempatan baik bagi anak untuk
melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan hidup dan terhadap HIDUP itu sendiri.
Adapun menurut teori teori psikologi dalam, permainan merupakan penampilan
dorongan-dorongan yang tidak disadari pada anak-anak dan orang dewasa. Ada dua
dorongan yang paling penting pada diri manusia, yaitu dorongan berkuasa sebagaimana
pendapat . Adler dan dorongan seksual atau libido sexualis sebagaimana pendapat
60
Freud. Menurut Adler, permaianan memberikan pemuasan atau kompensasi terhadap
perasaan-perasaan diri-lebih atau superior. Dalam permainan tadi juga bisa disalurkan
perasaan-perasaan yang lemah dan perasaan-peraaan rendah hati atau inferior. Adapun
teori fenomenologis yang dikemukakan Kohnstamm (Belanda) menyatakan bahwa
permainan merupakan satu fenomena/gejala yang nyata, yang mengandung unsur
suasana permaianan. Dorongan bermain merupakan dorongan untuk menghayati
suasana bermain itu. Yakni, permainan tidak khusus bertujuan untuk mencapai prestasi-
prestasi tertentu, akan tetapi anak bermain untuk permainan itu sendiri. Jadi tujuan
permainan ialah permainan itu sendiri. Dalam suasana permainan itu terdapat faktor
kebebasan, harapan, kegembiraan, unsur ikhtiar, dan siasat untuk mengatasi hambatan
serta perlawanan.
Ringkasnya, menurut teori fenomenologis permainan mempunyai arti dan nilai
bagi anak yaitu (1) sarana penting untuk mensosialisasikan anak. Yaitu sarana untuk
menjadikan anak sebagai anggota suatu masyarakat, agar anak bisa mengenal dan
menghargai masyarakat manusia. Dalam suasana permainan itu tumbuhlah rasa
kerukunan yang sangat besar artinya bagi pembentukan sosial sebagai manusia budaya,
(2) dengan permainan dan situasi bermain anak bisa mengukur kemampuan serta
potensi sendiri. (3) dalam situasi bermain anak bisa menampilkan fantasi, bakat-bakat,
dan kecenderungannya. (4) di tengah permainan itu setiap anak menghayati macam-
macam emosi. Dia merasakan kegairahan dan kegembiraan; dan tidak secara khusus
mengharapkan prestasi-prestasi. Dengan demikian, permainan mempunyai nilai yang
sama besarnya dengan nilai seni bagi orang dewasa.
(5) permainan itu menjadi alat-pendidikan, karena permainan bisa memberikan
rasa kepuasan, kegembiraan dan kebahagiaan kepada diri anak. (6) permainan
memberikan kesempatan pra-latihan untuk mengenal aturan-aturan permainan,
mematuhi norma-norma dan larangan, dan bertindak secara jujur sreta loyal. Semua ini
untuk persiapan bagi penghayatan “fair play” dalam pertarungan hidup di kemudian
harinya.(7) dalam bermain anak belajar menggunakan semua fungsi kejiwaan dan
fungsi jasmaniah dengan suasana-hati kesungguhan. Hal ini penting guna memupuk
sikap serius dan bersungguh-sumgguh pada usia dewasa untuk mengatasi setiap
kesulitan hidup yang dihadapi sehari-harinya.
Bentuk permainan bisa kita bagikan dalam 3 kelompok yaitu: permainan
gerakan, memberi bentuk, dan ilusi. Frobel berpendapat, bahwa permainan bisa
memberikan pada anak kesempatan bergiat untuk memuaskan dorongan sibuk dan