Top Banner

of 61

Berkala Tuntunan ISLAM Edisi 4-2012

Jul 22, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

Ragam IsiSalam Tabligh:Kalau kita perhatikan al-Quran dan Hadits, sangat jelas tergambar bahwa shalat memiliki fungsi istimewa dan menimbulkan energi luar biasa bagi siapa saja yang menegakkannya. Shalat adalah tiang agama dan kunci segala kebaikan. Kualitas shalat seseorang berbanding lurus dengan keteguhannya dalam beragama, kebaikan yang bakal diperolehnya, dan jauhnya seseorang dari perbuatan keji dan munkar. Seseorang yang shalat tetapi masih enggan menolong, masih tergolong orang yang lalai dari shalatnya.......................... 2

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Q.s. al-Ahzab: 21)

Tafsir al-Quran: Surat al-Baqarah ayat 6-7Allah swt. mengungkapkan keadaan orang-orang kafir dengan menggunakan metafora yang menggambarkan bahwa hati orang-orang kafir bagaikan suatu wadah yang terkunci, maksudnya bahwa hati orangorang kafir tidak mungkin menerima cahaya iman dan cahaya kebenaran karena telah tertutup....................... 5 tauhid, keimanan dan keyakinan kepada satu-satunya Ilah yang haq, yakni Allah Taala........................ 12

Tuntunan Akidah: Makna dan Konsekuensi La Ilaha illa AllahInti dari akidah Islam adalah akidah

Tuntunan Akhlak: Membangun Kembali Ruh (Spirit) Fastabiq Al-khairt............................ Adab: Bicara Seperlunya.................................. Tuntunan Ibadah: Keutamaan dan Tatacara Shalat Berjamaah........... Tuntunan Muammalah: Tuntunan Hutang Piutang (2)............................ Syarah Hadits: Allah Menguasakan Dunia Kepada Manusia........

21 26 31 44 53

foto kover & kaligrafi sampul: adimpaknala Pemimpin Umum: Agus Sukaca. Wakil Pemimpin Umum: Ahmad Supriyadi. Pemimpin Perusahaan: Ismail Siregar. Pemimpin Redaksi: Farid B. Siswantoro. Dewan Ahli: Drs. H. Andy Dermawan, M.A. (Koordinator); Prof. Drs. H. Saad Abdul Wahid, Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.A. (Tafsir); H. Fathurrahman Kamal , Lc., M.Si., Dr. H. Syamsul Hidayat, M.Ag., Drs. H. Zaini Munir, M.Ag. (Aqidah); Dr. Mohammad Damami , M.Ag., Drs. H. Hamdan Hambali, Drs. Yusuf A. Hasan, M.Ag., Drs. H. Muhsin Haryanto, M.Ag., Drs. Marsudi Iman, M.Ag. (Akhlak); Syakir Jamaluddin, S.Ag., M.A., Ghofar Ismail, S.Ag., M.Ag., Asep Salahuddin, S.Ag., Drs. H. Kamiran Qomar (Ibadah); Drs. H. Dahwan, M.Si., H. Okrisal Eka Putra, Lc., M.Ag., Drs. H. Najib Sudarmawan, Drs. H. Khamim Z. Putra, M.Ag. (Muammalah). Sidang Redaksi: M. Yusron Asrofie (Tafsir), Ahmad Muttaqien (Akidah), Farid Setiawan (Akhlak), Ridwan Hamidy (Ibadah), W ijdan Al-Arifin (Muamalah), Arif Jamali (Dinamika), Mahli Zainuddin Tago (Sosok), Adim Paknala (Rancang Grafis), Munichy B. Edrees (Artistik), Nuruddin T. Widiyanto (Dokumentasi), Sutoto Jatmiko (Sekretaris Redaksi). Manajer Pemasaran: RCA Pradipto Kuswantoro. Manajer Keuangan: Zulbahri St. Bagindo. Distribusi & Iklan: Sukirman, Purwana. Diterbitkan oleh: Majelis Tabligh PP Muhammadiyah. Alamat: Jl. KHA. Dahlan 103 Yogyakarta-55262 telp. +62-274-375025 fax. +62-274-381031 email: [email protected] 1 Rekening bank: Bank Syariah Mandiri nomor: 0300126664 a.n. Berkala Tuntunan Islam MT PPM. EDISI 4/2012

muskurahat.com

Salam Tabligh

Agus Sukaca

alau kita memperhatikan alQuran dan Hadits, sangat jelas tergambar bahwa shalat memiliki fungsi istimewa dan menimbulkan energi luar biasa bagi siapa saja yang menegakkannya. Shalat adalah tiang agama dan kunci segala kebaikan1. Kualitas shalat seseorang berbanding lurus dengan keteguhannya dalam beragama, kebaikan yang bakal diperolehnya, dan jauhnya seseorang dari perbuatan keji dan mungkar. Seseorang yang shalat tetapi masih enggan menolong, masih tergolong orang yang lalai dari shalatnya2, sebagaimana disebut QS al-Maun: 5-7. Begitu hebatnya shalat, sampaisampai cara Allah dalam memerintahkannya dilakukan dengan memanggil Nabi Muhammad menghadap langsung kepada-Nya di Sidratul Muntaha dalam peristiwa Isra Mikraj. Shalat terdiri atas shalat fardhu dan shalat tathawwu. Shalat fardhu adalah shalat yang wajib kita laksanakan 5 kali sehari semalam, yakni maghrib 3 rakaat, isya 4 rakaat, shubuh 2 rakaat, dhuhur 4 rakaat, dan ashar 4 rakaat. Shalat fardhu terbaik adalah yang dikerjakan pada waktunya dengan berjamaah. Shalat2BERKALA TUNTUNAN

K

zawaj.com

tepat pada waktunya merupakan amalan yang paling diicintai Allah.3 Shalat berjamaah lebih utama daripada shalat sendirian dengan 27 kali derajat4 Shalat tathawwu adalah shalat sunat, berfungsi untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah sehingga disayangi-Nya,5 dan penyempurna shalat fardhu.6 Berdasarkan tuntunan Nabi Muhammad saw. terdiri antara lain: shalat sesudah wudhu, shalat antara adzan dan iqamah, shalat tahiyat masjid, shalat rawatib, shalat lail, shalat dhuha, shalat akan bebergian, shalat istikharah, shalat idain (idul fithri dan idul adha), shalat gerhana (matahari dan bulan), dan shalat istisqa. Shalat tahiyat masjid adalah hak masjid, dilakukan 2 rakaat ketika memasuki masjid sebelum duduk meskipun imam sedang berkhutbah.7 Shalat rawatib terdiri atas 2 rakaat sebelum shubuh,8 2 atau 4 rakaat sebelum dan sesudah dhuhur,9 2 rakaat sebelum ashar10, 2 rakaat sebelum dan sesudah maghrib, 2 atau 4 rakaat sesudah isya.

ISLAM

Shalat dhuha dikerjakan pada waktu matahari meninggi 2 rakaat,11 atau 4 rakaat,12 atau 8 rakaat dengan salam setiap 2 rakaat.13 Shalat safar dikerjakan 2 rakaat ketika akan bepergian.14 Shalat istikharah dilakukan 2 rakaat dengan doa khusus ketika akan mengambil ketegasan sesuatu yang penting.15 Shalat lail dilakukan antara shalat isya sampai menjelang terbit fajar, baik di dalam maupun di luar bulan Ramadhan. Waktu terbaik adalah sepertiga malam terakhir. Dikerjakan 11 rakaat dengan cara 2 rakaat- 2 rakaat (4 kali), atau 4 rakaat 4 rakaat, atau 8 rakaat terus menerus dan hanya duduk pada penghabisannya lalu salam, dan diakhiri 3 rakaat. Apakah anda sudah menjadikan shalat fardhu dan tathawwu sebagai bagian kebiasaan-kebiasaan utama harian, dan melaksanakannya dengan cara terbaik? Alhamdulillah bila sudah! Anda beruntung dan wajib mensyukurinya dengan menjaga kebiasaan tersebut, meningkatkan kualitasnya, serta mewujudkan isi bacaan-bacaannya dalam kehidupan sehari-hari. Bila belum kesemuanya bisa diwujudkan, maka marilah berjuang membiasakannya mulai hari ini dan jangan menunda besok! Setan akan menggoda kita untuk memulainya besok, dan besok akan mengatakan hal yang sama sehingga besokpun kita mengatakan akan memulai besok lagi, demikian seterusnya sampai akhir hayat. Akhirnya kita menyesal karena ternyata ketika malaikat maut menjemput ternyata masih belum menjadi kebiasaan.

Tulislah komitmen anda: mulai hari ini saya melaksanakan shalat fardhu berjamaah atau mulai hari ini saya melaksanakan shalat dhuha dan shalat tahajud atau lainnya. Beritahukan kepada orang-orang yang anda cintai bahwa anda akan memulai kebiasaan-kebiasaan baru. Mintalah dukungan mereka. enuliskan komitmen tentang apa-apa yang akan kita lakukan sangatlah penting artinya karena bisa memberikan energi untuk mewujudkannya. Penelitian USA Today 2006 terhadap orang-orang yang telah menetapkan resolusi tahun baru, mereka diamati dan dipilah antara yang tidak menuliskannya dan yang menuliskannya. Tahukah anda, apa yang terjadi12 bulan kemudian? Inilah hasilnya, sebagaimana dipaparkan oleh motivator kelas dunia, Bryan Tracy16: Orang-orang yang tidak menuliskannya, ternyata hanya 4% yang benarbenar berusaha merealisasikan; Orang-orang yang menuliskannya, ternyata 44% berusaha merealisasikan. Jadi, cara yang benar adalah: disiplin menuliskan tujuan, membuat rencana untuk meraih tujuan tersebut, dan kemudian bekerja meraihnya menaikkan kecenderungan meraih tujuan hingga lebih dari 1.000% Dalam proses melaksanakannya, sebaiknya kita mengadopsi sebuah sistem dan menggunakan teknologi. Sistem yang baik menyederhanakan cara sehingga lebih mudah. Dalam hal melaksanakanEDISI 4/2012

M

3

shalat, kita perlu membuat sistem yang memungkinkan terjadi asosiasi antara peristiwa tertentu dengan shalat-shalat yang akan kita biasakan. Misalnya: Suara adzan diasosiasikan dengan shalat berjamaah di masjid. Begitu mendengar adzan segera menghentikan aktifitas dan pergi ke masjid. Masjid diasosiasikan dengan shalat tahiyatul masjid. Begitu masuk masjid, langsung shalat tahiyatul masjid. Shalat wajib dengan shalat rawatib. Shalat subuh dengan shalat qabliyah, dhuhur dengan qabliyah dan bakdiyah, ashar dengan qabliyah, dst. Selesai berpakaian rapi sebelum berangkat kerja di pagi hari diasosiasikan dengan shalat dhuha. Begitu siap berangkat pergi pagi hari, shalat dhuha dahulu di rumah. Bagi yang berangkat terlalu pagi, shalat dhuha diasosiasikan dengan aktivitas awal saat tiba di tempat tujuan. Waktu dinihari sepertiga malam terakhir, diasosiasikan dengan shalat tahajud. Waktu ketika mau bepergian jauh, diasosiasikan dengan shalat safar. ita cukup melakukan hal ini terus menerus, maka lama-lama komitmen kita akan dialihkan pengendaliannya dari otak sadar ke otak bawah sadar. Ketika proses pengalihannya telah berjalan sempurna, jadilah komitmen tersebut menjadi kebiasaan yang melekat pada diri kita. Memang sangat berat pada awalnya. Ibarat pesawat yang mau tinggal landas, harus menge4BERKALA TUNTUNAN

rahkan tenaganya dahulu, tetapi setelah mengangkasa, geraknya menjadi sangat cepat dengan tenaga yang lebih ringan. Ada kisah teladan dari salah seorang sahabat baik saya (50-an tahun), yang pernah terserang stroke. Dia berkomitmen melaksanakan shalat tahajud setiap malam. Ia menceritakan pengalamannya bagaimana berjuang membiasakan shalat tahajud yang ia ketahui dapat membantu terapi stroke. Ia gunakan 3 jam wekker untuk alarm pada pukul 03.00. Belum cukup, ia setting alarm ponselnya juga. Pada waktunya alarm-alarm tersebut berbunyi bersahutan dan membangunkannya dari tidur. Di hari pertama belum berhasil menggerakkannya shalat tahajud. Tetapi karena kesungguhan hatinya, setelah dilakukannya berulang-ulang akhirnya setiap pukul 03.00 dinihari ia dapat bangun dan mengawali hari-harinya dengan tahajud. Telah lebih setahun ia membiasakannya, dan sekarang telah menjadi rutinitas yang jarang terlewatkan. Ia sangat bersyukur karena tidak lagi merasakan gejala-gejala stroke. Bagaimana dengan anda? Marilah kita berpacu dengan waktu, jangan sampai kedahuluan dijemput malaikat maut!Bantul, 14 Muharram 1432 H.

K

ISLAM

Tafsir al-Quran SURAT AL-BAQARAH (2): 6-7SIKAP ORANG KAFIR

Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman. Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka dan penglihatan mereka ditutup dan bagi mereka siksa yang amat berat. (QS al-Baqarah, [2]: 6-7)

D

alam al-Quran terdapat ayatayat yang sama substansinya, yang jumlahnya kurang lebih 50 ayat, antara lain ialah: Sama saja bagi mereka apakah kamu memberi peringatan kepada mereka ataukah kamu tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman. (QS Yasin [36]: 10)

Dan perumpamaan (orang-orang yang menyeru) orang-orang kafir adalah seperti penggembala yang memanggil binatang yang tidak mendengar selain panggilan dan seruan saja mereka tuli, bisu dan buta, maka (oleh sebab itu) mereka tidak mengerti. (QS al-Baqarah [2]: 171)

Sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling buruk di sisi Allah ialah orang-orang yang kafir, karena mereka itu tidak beriman. (QS al-Anfal [8]: 55)EDISI 4/2012

5

Ketiga, kufrun-nimah; mengingkari kenikmatan yang dikaruniakan Allah swt, seperti diungkapkan dalam firman-Nya: Dan orang-orang kafir serta mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itulah penghuni neraka. (QS al-Maidah: 86)

A. Tafsir mufradat(al-Kufru), bentuk masdar, u berasal dari kata (kafara), sebagaimana digunakan pada surat al-Baqarah ayat 6, menurut bahasa berarti menutup sesuatu dan merahasiakannya. Sedangkan menurut istilah syariyah berarti mengingkari Allah atau ketauhidan-Nya, atau kenikmatan-Nya, atau sifat-sifatNya. (Rasyid Ridha, al-Manar, II: 137) Dalam al-Quran, kata dengan berbagai derivasinya diulang sebanyak 526 kali, dengan makna yang berbedabeda sesuai dengan konteksnya, antara lain berarti ebagai berikut. Pertama, ingkar terhadap ketauhidan (ke-Esaan) Allah swt, seperti disebutkan dalam surat al-Baqarah ayat 6. Kedua, menyangkal atau membantah terhadap penjelasan Allah swt. seperti disebutkan dalam firman-Nya:

Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)Ku. (QS al-Baqarah [2]: 152) Keempat, bebas (lepas) seperti diungkapkan dalam firman-Nya:

Sesungguhnya Kami berlepas diri daripada kamu daripada apa yang kamu sembah selain Allah, Kami ingkari (kekafiran)mu (QS al-Mumtahanah [60]: 4). (Saad, 2000. Maani alQuran: 290). (al-khatmu), bentuk masdar, , berasal dari kata (khatamayakhtimu), yang berarti menutup, menamatkan, mencap, mengunci. Dalam al-Quran kata tersebut dengan berbagai bentuknya diulang sebanyak delapan kali dengan arti menutup atau mengunci. (al-Qulub), bentuk jamak dari kata (qalb), yang berarti hati, akal. Dalam al-Quran kata tersebut dengan berbagi bentuknya diulang sebanyak 168 kali dengan makna yang berbeda-beda sesuai dengan konteksnya.

Maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka lanat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu. (QS al-Baqarah [2]: 89)6BERKALA TUNTUNAN

ISLAM

B. Tafsir ayat1. Makna ayat secara ijmali Setelah Allah menjelaskan sikap orang-orang yang bertaqwa, yang beriman kepada yang gaib dan beriman kepada kitab yang diturunkan kepada Rasulullah saw. dan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya, maka pada dua ayat ini (ayat 6 dan 7 surat al-Baqarah) Allah menjelaskan sikap orang-orang kafir. Mereka telah mencapai klimaks dalam kesesatannya, maka tidak ada faedahnya memberikan peringatan kepada mereka, diberi nasehat atau tidak sama saja! Cahaya yang bersinar tidak bermanfaat bagi mereka, karena hati nuraninya telah tertutup, maka mereka tidak dapat lagi membedakan antara cahaya dan kegelapan, antara yang bermanfaat dan yang berbahaya. Sudah menjadi sunnah Allah apabila kekafirannya telah mendarah daging, Allah mengunci hatinya, pendengarannya dan penglihatannya. Allah menetapkan bagi mereka adzab yang sangat pedih. 2. Penjelasan per-ayat

Orang yang kekafirannya telah merasuk ke dalam hati itu memang tidak siap untuk beriman. Mereka menentang Nabi dan agama yang dibawanya, meskipun Nabi menyampaikannya dengan dalil-dalil yang kuatorang yang kekafirannya telah merasuk dalam hati mereka sehingga tidak siap untuk beriman, karena mereka menentang Nabi saw. dan menentang agama yang dibawanya setelah beliau menyampaikannya kepada mereka disertai dengan dalil-dalil yang kuat, tetapi mereka menentang dan berpaling serta mengejeknya. Nasehat dan peringatan sama sekali tidak dapat menembus hati mereka. Perilaku mereka telah menyimpang jauh dari kebenaran, dari agama Allah, sehingga diberi peringatan atau tidak diberi peringatan, sama saja bagi mereka. Tidak bermanfaat bagi mereka cahaya dan sinar, sekalipun memancar dengan kuatnya, karena kedua mata mereka telah tertutup dan kebodohan mereka telah merusak hati nuraninya, sehingga tidak dapat membedakan antara cahaya dan kegelapan, antara yang bermanfaat dan yang berbahaya. (al-Maraghi, I: 46).EDISI 4/2012

Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman. (QS al-Baqarah [2]: 6) Yang dimaksud dengan orang-orang kafir pada ayat tersebut, ialah orang-

7

Pada ayat lainnya Allah menegaskan:

Sama saja bagi mereka apakah kamu memberi peringatan kepada mereka ataukah kamu tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman. (QS Yasin [36]: 10) Yang demikian itu Allah telah membuat sekat (dinding) di depan dan di belakang mereka, dan telah menutup mata mereka sehingga mereka tidak dapat melihat. Orang-orang kafir bagaikan orang tuli, bisu dan buta, sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya:

Sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling buruk di sisi Allah ialah orang-orang yang kafir, karena mereka itu tidak beriman. (QS al-Anfal [8]: 55) Sunnah Allah telah berlaku bagi orangorang kafir, sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya:

Dan perumpamaan (orang-orang yang menyeru) orang-orang kafir adalah seperti penggembala yang memanggil binatang yang tidak mendengar selain panggilan dan seruan saja, mereka tuli, bisu dan buta, Maka (oleh sebab itu) mereka tidak mengerti. (QS alBaqarah [2]: 171) Bahkan Allah swt. menggambarkan bahwa orang-orang kafir adalah makhluk Allah yang paling buruk, sebagaimana difirmankan:

Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka dan penglihatan mereka ditutup dan bagi mereka siksa yang amat berat. (QS al-Baqarah [2]: 7) Pada ayat 7 surat al-Baqarah tersebut Allah swt. menegaskan bahwa Allah mengunci hati mereka, sehingga tidak ada kesempatan bagi mereka kecuali kufur. Allah mengunci pendengaran mereka, sehingga tidak dapat lagi melihat tandatanda kekuasaan Allah di alam raya ini dan tidak dapat melihat bahaya yang mengancam mereka, seakan-akan mereka tidak dapat melihat sesuatu pun. Oleh karena itu Allah menetapkan azab bagi mereka di hari akhir nanti, sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya:

mereka di dunia mendapat kehinaan dan di akhirat mendapat siksa yang berat. (QS al-Baqarah [2]: 114)

8

BERKALA TUNTUNAN

ISLAM

MENENTANG KEBENARAN KARENA TAKUT KEHILANGAN PENGARUH DALAM MASYARAKATAdapun sebab-sebab kekafiran mereka, antara lain ialah: a. Takut kehilangan pengaruh dalam masyarakat, maka mereka menentang kebenaran, padahal mereka telah mengetahuinya. Hal ini telah terjadi pada sejumlah orang musyrik dan orang Yahudi pada masa Nabi Muhammad saw, seperti Abu Lahab (Abdul-Uzza bin Abi Thalib, paman Nabi saw.), Abu Jahal (tewas dalam perang Badar), al-Walid bin alMughirah al-Makhzumi (meninggal pada tahun 622 M) dan para pendeta Yahudi. b. Sombong dan menolak kebenaran. Orang-orang yang bersikap demikian dapat ditemukan dimana saja dan kapan saja. Apabila datang kepada mereka seorang dai, mereka selalu bersikap sombong. (al-Maraghi, I: 47) Pendapat tersebut berdasarkan firman Allah:

Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah; orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apa-apapun. Kalau sekiranya Allah mengetahui kebaikan ada pada mereka, tentulah Allah menjadikan mereka dapat mendengar dan jikalau Allah menjadikan mereka dapat mendengar, niscaya mereka pasti berpaling juga, sedang mereka memalingkan diri (dari apa yang mereka dengar itu). (QS al-Anfal [8]: 22-23) Rasyid Ridha, dalam tafsirnya menjelaskan bahwa orang kafir terbagi menjadi beberapa golongan, antara lain: a. Orang yang mengetahui kebenaran tetapi ia mengingkarinya, golongan ini jumlahnya tidak banyak dan tidak mempunyai pendukung, seperti golongan kafir yang hidup pada masa Nabi saw. yang terkenal dengan golongan musyrikin dan Yahudi, dan eksistensi mereka hanya sebentar. b. Orang yang tidak mengetahui kebenaran, tidak berminat dan tidak menghendakinya serta tidak ingin mengetahuinya. Pikiran mereka selalu kacau, dan apabila datang kepada mereka seorang dai, mereka meninggalkannya dengan sombong. Sebenarnya hati nurani mereka mengakui kebenaran, tetapi jiwa mereka selalu goncang. Setiap datang kepada mereka cahaya kebenaran, mereka berusaha menutupi mata mereka dengan tangannya. Sebab mereka tidak menggunakan nalar untuk mengetahui kebenaran, dan mereka khawatir jika mengguEDISI 4/2012

9

nakan nalar mereka akan kehilangan sesuatu yang disangka kebenaran dan khawatir menjadi ragu-ragu terhadap keyakinan yang mereka terima dari nenek moyang mereka. c. Orang yang jiwa dan hati nuraninya sakit, sehingga tidak dapat merasakan nikmat kebenaran dan tidak mempunyai rasa cinta kepada kebenaran, bahkan suka membelokkan hatinya kepada kesibukan-kesibukan lain yang dapat melupakan agama dan akal sehat, seperti memburu harta dan kesenangan jasmani serta memenuhi syahwat, sehingga tertutuplah semua jalan, kecuali jalan menuju kerusakan dan kecelakaan. Jika diberi peringatan mereka selalu menjawab: kami tidak membenarkan dan tidak pula mendustakan. Orang kafir dari golongan ini jumlahnya sangat banyak, dapat ditemukan dimana saja terutama dalam suatu umat yang telah dikuasai oleh kebodohan, dan telah menyimpang dari fitrahnya serta tidak peduli terhadap kemuliaan akhlak sehingga seperti binatang ternak yang hanya ingin memenuhi kebutuhan perut dan syahwatnya. (Rasyid Ridha, I:142). Mereka sama saja, baik diberi peringatan maupun tidak diberi peringatan, mereka tidak akan beriman. Mereka tidak mungkin beriman, sebab kekafiran sudah mendarah daging dalam diri mereka, sehingga tidak dapat membedakan antara cahaya dan kegelapan, antara yang haq dan yang bathil, antara yang bermanfaat dan berbahaya, sekalipun cahaya dan sinar dipancarkan kepada mereka.10BERKALA TUNTUNAN

Orang yang jiwa dan hati nuraninya sakit itu tidak dapat merasakan nikmat kebenaran dan tidak cinta kepada kebenaran. Mereka suka membelokkan hatinya kepada kesibukan-kesibukan yang dapat melupakan agama dan akal sehat, seperti memburu harta dan kesenangan jasmani serta syahwati

Terkuncinya akal dan tertutupnya penglihatan bukanlah berarti bahwa mereka diciptakan dalam keadaan demikian sejak awal, melainkan melalui proses. Mula-mula mereka melakukan kejahatan yang kecil, kemudian bertambah sedikit demi sedikit, sehingga akhirnya melakukan kejahatan yang besar, dan akhirnya tertutuplah hati dan akal mereka. Mazhab mutazilah mempunyai teori yang terkenal dengan tawil. Mereka berpendapat bahwa tertutupnya penglihatan dan terkuncinya akal serta pendengaran mereka adalah di akhirat nanti. Pada ayat tersebut dipergunakan bentuk madhi (kata kerja yang menunjuk waktu lampau) untuk memberikan kepastian bahwa janji Allah tersebut pasti terlaksana, sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah:

ISLAM

Dan orang-orang kafir serta mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itulah penghuni neraka. (QS al-Maidah: 86)

KesimpulanDan Kami akan mengumpulkan mereka pada hari kiamat (diseret) atas muka mereka dalam keadaan buta, bisu dan pekak. Tempat kediaman mereka adalah neraka Jahannam. tiap-tiap kali nyala api Jahannam itu akan padam, Kami tambah lagi bagi mereka nyalanya. (QS al-Isra [17]: 97) (al-Qasimi, II: 40) Macam-macam orang kafir tersebut tidaklah memberikan peringatan bahwa siksaan bagi mereka berbeda-beda. Dosa kekafiran itu sama, maka siksaanya pun sama, sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya: Dari uraian di atas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. 1. Orang-orang kafir yang kekafirannya telah melekat atau telah mendarah daging, tidak mungkin beriman, diberi peringatan atau tidak diberi peringatan, sama saja. 2. Allah swt. mengungkapkan keadaan orang-orang kafir dengan menggunakan istiarah (metafora), yaitu menggambarkan bahwa hati orangorang kafir bagaikan suatu wadah yang terkunci, maksudnya bahwa hati orang-orang kafir tidak mungkin menerima cahaya iman dan cahaya kebenaran karena telah tertutup.Narasumber utama artikel ini: Prof. Drs. H. Saad Abdul Wahid

Rumah Makan

Monggo Mampir...

SPESIAL SOTO AYAM KAMPUNG Rica-rica Ayam

Halal HalalBAPAK MUDZAKIR

&Aneka Masakan

Murah dan Enak

ka Bu Hari : p ul T ia i P u k a 00 l Mu 09.

Jl. GOR Karanganom km. 2 Kios Pasar GATEN, Mayungan, Ngawen, KlatenEDISI 4/2012

11

Tuntunan Akidah

Makna dan Konsekwensi

La Ilaha illa AllahTamhd

I

nti dari keyakinan (aqidah) Islam adalah aqidah tauhid, keimanan dan keyakinan kepada satu-satunya Ilah yang haq, yakni Allah taala. Tauhid meliputi tawhd al-rubbiyah, yakni keyakinan bahwa Allah adalah satusatunya zat yang menciptakan, menjaga dan mengatur alam semesta ini, yang berkonsekwensi pada tawhd al-asm wa al-sift, yakni keyakinan bahwa Allah adalah zat dengan nama-nama yang maha baik dan sifat-sifat yang maha sempurna, yang berbeda dengan selain-Nya, dan tidak satu pun yang menyamai-Nya. Begitu pentingnya aqidah tauhid ini, Allah menetapkan satu surat khusus yang dikenal dengan nama Al-Ikhlas, yang artinya bersih, suci, tulus. Yakni bersih dari sekutu dan penuhanan selain Allah. Surat ini secara redaksional sangat singkat tetapi padat. Begitu padatnya surat alIkhlas ini, Rasulullah SAW dalam hadits shahih Bukhari-Muslim menyatakan bahwa al-Ikhlas setara dengan sepertiga al-Quran.BERKALA TUNTUNAN

Dari Abu Said al-Khudry radhiyallah anhu, berkata: Rasulullah bersabda kepada para sahabat, Apakah ada di antara kalian yang dapat membaca sepertiga al-Quran dalam satu malam? Maka hal itu berat bagi mereka, dan mereka pun berkata,Bagaimana kami mampu melakukannya, ya Rasulullah? Nabi menjawab, Membaca Qul huwallahu ahad, Allahu Shamad adalah sepertiga al-Quran. (HR Bukhari-Muslim) Dalam rangka penguatan tauhidullah, Rasulullah menegaskan membaca surat al-Ikhlash sebab mendapatkan kecintaan

12

ISLAM

Allah. Aisyah, isteri Nabi SAW, menjelaskan bahwa Rasulullah mengutus seorang lelaki dalam suatu sariyyah (pasukan khusus yang ditugaskan untuk operasi tertentu). Laki-laki tersebut ketika menjadi imam shalat bagi para sahabatnya selalu mengakhiri bacaan suratnya dengan Qul huwallahu Ahad. Ketika mereka pulang, disampaikan berita tersebut kepada Rasulullah, maka beliau bersabda: Tanyakanlah kepadanya kenapa ia melakukan hal itu? Lalu mereka pun menanyakan kepadanya. Ia menjawab,

Qaidah Memahami La ilaha illa Allah ( )La yang terdapat dalam kalimat La Ilaha Illa Allah adalah huruf la nafiyata li al-jinsi (huruf yang menafikan segala macam jenis). Dalam kalimat di atas, yang dinafikan adalah kata ilah (sesembahan). Kata ilah berbentuk isim nakirah dan isim al-jins. Kata illa adalah huruf istisna (pengecualian) yang mengecualikan Allah dari segala macam jenis Ilah. Bentuk kalimat semacam ini adalah kalimat nafyun (negatif), lawan dari kalimat itsbat (positif). Kata illa mempunyai fungsi mengitsbatkan kalimat manfiy (negatif). Dalam kaedah bahasa Arab, itsbat sesudah manfiy bermakna al-hasr (membatasi) dan al-takid (menguatkan). Oleh karena itu, makna kalimat La Ilaha illa al-Allah adalah: tiada ilah (sesembahan) yang benar-benar berhak disebut ilah (sesembahan) kecuali Allah swt. Jadi, kalimat La Ilaha illa Allah maknanya la mabuda bihaqq illa Allah, tiada sesembahan yang haq kecuali Allah. Kalaupun ada sesembahan di luar Allah adalah tuhan palsu dan tuhan batil.

Karena didalamnya terdapat sifat arRahman, dan aku senang untuk selalu membacanya. Mendengar itu maka Rasulullah saw. bersabda: Beritahukanlah kepadanya bahwa Allah Taala juga mencintainya. (HR Bukhari no. 7375 dan Muslim no. 813) Ibnu Daqiq al-Ied menjelaskan perkataan Nabi , Kabarkan padanya bahwa Allah mencintainya. Beliau mengatakan, Maksudnya adalah bahwa sebab kecintaan Allah kepada orang tersebut adalah karena kecintaan orang tadi terhadap surat alIkhlash ini. Boleh jadi dapat dikatakan, dari perkataan orang tadi, karena dia menyukai sifat Rabbnya, ini menunjukkan benarnya itiqadnya (keyakinannya terhadap Rabbnya). (Fathul Bari, 20/443)

Konsekwensi Ucapan La Ilaha Illa AllahBeberapa ayat al-Quran telah mendukung pengertian La mabuda bihaqq illa Allah di atas. Allah swt. berfirman,

EDISI 4/2012

13

Katakanlah: Aku berlindung kepada Tuhan manusia, yang menguasai manusia, sesembahan manusia (QS anNas [114]: 1-3). Dan ingatlah tatkala Ibrahim berkata kepada Bapak dan kaumnya, Sesungguhnya aku melepaskan diri dari segala apa yang kamu sembah, kecuali Allah saja Tuhan yang telah menciptakan aku, karena hanya Dia yang akan menunjukiku (kepada jalan kebenaran). (QS al-Zukhruf: 26-27) Di ayat lain, Allah SWT juga menjelaskan dengan sangat jelas, tentang sesembahan-sesembahan selain Allah swt. Setelah itu, manusia diperintahkan untuk mengingkari sesembahan tersebut. Allah swt. berfirman,

Ataukah mereka mempunyai ilah (sesembahan) selain Allah? (QS at-Thur [52]: 43)

Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. (QS al-Maidah [5]: 73) Ayat-ayat ini menunjukkan dengan jelas, bahwa sesembahan yang hakiki hanyalah Allah swt. Kita diperintahkan untuk mengingkari semua sesembahan (ilah) selain Allah. Ini ditunjukkan dengan sangat jelas pada ayat lain, yakni tatkala Nabi Ibrahim as. mengingkari semua sesembahan yang telah disembah oleh kaumnya. Allah swt. berfirman:14BERKALA TUNTUNAN

Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) al-Masih putera Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. (QS at-Taubah [9]: 31)

ISLAM

Dan di antara manusia ada orangorang yang menyembah tandingantandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).(QS al-Baqarah: 165) Surat at-Taubah ayat 31 ini menunjukkan dengan gamblang, bahwa ahli Kitab telah menjadikan rahib-rahib dan pendeta (orang alim) mereka sebagai sesembahan. Padahal mereka hanya

diperintahkan untuk menyembah kepada Ilah Yang Satu (Allah SWT). Maksud dari menyembah rahib-rahib dan pendeta-pendeta di sini adalah, mematuhi orang-orang alim dan rahib-rahib dalam tindakan mereka yang bertentangan dengan hukum-hukum Allah. Meskipun, secara dzahir kaum ahlu al-kitab tidaklah menyembah alim-ulama mereka. Berdasarkan ayat tersebut, pengertian La Ilaha illa al-Allah dan tauhid adalah pemurnian ketaatan kepada Allah dengan menghalalkan apa yang dihalalkan Allah dan mengharamkan apa yang diharamkan Allah. Yakni, hanya mengakui bahwa Allah semata yang berhak menetapkan hukum, bukan manusia. Allah SWT berfirman,

EDISI 4/2012

15

Katakanlah: Sesungguhnya aku (berada) di atas hujjah yang nyata (alQuran) dari Tuhanku sedang kamu mendustakannya. Bukanlah wewenangku (untuk menurunkan azab) yang kamu tuntut untuk disegerakan kedatangannya. Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. Dia menerangkan yang sebenarnya dan Dia Pemberi Keputusan yang paling baik. (QS alAnam [6]: 57) Rasulullah saw. bersabda, yang artinya, Barangsiapa mengucapkan La Ilaha Illa al-Allah dan mengingkari sesembahan selain Allah, haramlah harta dan darahnya, sedangkan hisab (perhitungannya) adalah terserah kepada Allah. Hadits ini juga menjelaskan dengan sangat tegas bahwa yang menjadi pelindung atas harta dan darah seseorang, bukan sekedar ia mengucapkan La Ilaha Illa al-Allah, bukan pula mengerti makna dan lafadznya, juga bukan sekedar tidak meminta kepada selain Allah, akan tetapi ia harus menambahkan pengingkaran kepada sesembahan-sesembahan (ilah) selain Allah swt. dengan tiada keraguan. Jika masih ada keraguan, harta dan darahnya belum terpelihara.

Syarat Kalimat La Ilaha Illa Allahyaikh Shalih Fauzan dalam kitab Tauhid menegaskan, seseorang yang berikrar La Ilaha Illa Allah harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut. 1. Al-Ilmu (Mengetahui) lawannya al-Jahlu (Tidak Mengetahui) Yakni memahami makna dan maksud yang dikandung oleh kalimah La Ilaha Illa Allah. Mengetahui apa yang dinafikan (alnafy, yakni La Ilaha) dan mengetahui apa yang ditetapkan (al-itsbat, yaitu Illa Allah). Artinya tidak selayaknya orang yang mengucapkan lafadz La Ila Illa Allah tidak memahami makna yang terkandung. Ucapan yang disertai kebodohan adalah ucapan yang sia-sia.

S

Barangsiapa mengucapkan La Ilaha Illa Allah dan mengingkari sesembahan selain Allah, haramlah harta dan darahnya16BERKALA TUNTUNAN

Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memberi syafaat; akan tetapi (orang yang dapat memberi syafaat ialah) orang yang mengakui yang haq (tauhid) dan mereka mengetahui dan meyakini(nya) (QS al-Zukhruf [43]: 86) Ayat di atas memiliki maksud bahwa orang yang bersaksi atas nama La Ilaha Illa Allah harus memahami makna dan konsekwensi yang dikandungnya, dan apabila ia tidak memahami kandungannya maka persaksiannya tidak sah. 2. Al-Yakin (Keyakinan) lawannya al-Syakk (Keraguan) Orang yang telah mengikrarkan kalimat tauhid La Ilaha Illa Allah harus

ISLAM

meyakini apapun yang terkandung dalam kalimat tersebut. Apabila seseorang meragukan apa yang diucapkannya tersebut maka ucapannya itu akan sia-sia dan tidak bermakna. Walaupun ia telah bersaksi dan berikrar dengan kalimat tersebut tetap tidak diperhitungkan sebagai orang yang beriman atau bertauhid. Justru yang demikian dikelompokkan sebagai kaum munafiqun. Allah berfirman:

3. Al-Qabul (Menerima) Lawannya Al-Radd (Menolak) Menerima semua konsekuensi kalimat ini dengan hati dan lisannya, membenarkan dan mempercayai segala berita yang datang dari Rasulullah saw. serta menerimanya tanpa penolakan sedikit pun. Allah berfirman:

Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar. (QS al-Hujurat [59]: 15)

Dari Abi Malik dari Ayahnya berkata: Aku mendengar Rasulullah bersabda barangsiapa mengatakan La Ilaha Illa Allah, dan mengingkari sesembahan selain Allah maka diharamkan harta dan darahnya, dan hisab-Nya oleh Allah sendiri. (HR Muslim).

Rasul telah beriman kepada al-Quran yang diturunkan kepadanya dari Rabbnya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun dari rasul-rasul-Nya, dan mereka berkata:Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami ya Rabb kami dan kepada Engkaulah tempat kem-bali. (QS al-Baqarah: 285). Termasuk dalam kategori menolak dan tidak menerima, jika seseorang menentang atau menolak sebagian hukum syari atau hudud, seperti menentang hukum pencuri, zina, poligami, hukum waris dan lainnya. Allah berfirman:

EDISI 4/2012

17

4. Al-Inqiyad (Tunduk) al-Nabdzu (Mengingkari) Yaitu pasrah dan tunduk terhadap apa yang terkandung dalam kalimat ikhlas ini. Perbedaan antara inqiyad (tunduk) dan qabul (penerimaan) yaitu bahwa qabul adalah menyatakan kebenaran maka kalimat ini dengan perkataan dan inqiyad adalah mengikutinya dengan tindakan. Jika seseorang telah mengetahui makna La Ilaha Illa Allah, meyakini dan menerimanya, namun ia tidak tunduk, pasrah dan mengamalkan konsekuensi pengetahuannya itu, maka hal ini tidak ada berguna baginya. Allah berfirman:

5. Al-Shidq (Jujur) Lawannya alKidzbu (Kedustaan) Yaitu jujur kepada Allah, maksudnya jujur dalam keimanan dan aqidahnya. Allah berfirman :

Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar. (QS at-Taubah [9]:119). Rasulullah saw. bersabda:

Dan kembalilah kamu kepada Rabbmu, dan berserah dirilah kepada-Nya (QS az-Zumar [39]:54) Dari Abu Hurairah, bersabda Rasulullah: Manusia yang paling berbahagia dengan syafaatku pada hari qiyamat adalah orang yang mengucapkan La Ilaha Illa Allah dengan ikhlas dan bersih dari lubuk hatinya (HR Bukhari) Bila ia mengucapkan syahadat dengan lisannya tapi hatinya mengingkarinya, maka hal ini tidak dapat menyelamat-

Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa18BERKALA TUNTUNAN

ISLAM

gambar: www.52wwz.cn

Dan tidakkah patut bagi laki-laki yang mumin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mumin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. (QS al-Ahzab: 36).

keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (QS an-Nisa [4]: 65). Siapa yang menolak dan mengingkari makna La Ilaha Illa Allah meskipun ia telah mengucapkannya, maka ucapannya juga tidak bermakna.

kannya, bahkan ia termasuk ke dalam golongan orang-orang munafik. Termasuk tidak jujur jika seseorang mendustakan ajaran yang dibawa oleh Rasulullah saw. atau sebagiannya, karena Allah telah memerintahkan kita untuk mentaatinya dan membenarkannya dan menyertainya dengan ketaatan kepada-Nya. Allah berfirman:

rang, mazhab atau golongan yang ia pasrah padanya tanpa adanya petunjuk dari Allah. Ia berdakwah hanyalah karena mencari ridha Allah dan negeri akhirat. Hatinya tidak menoleh kepada seorang makhlukpun untuk mendapatkan balasan ataupun rasa terima kasih darinya. Allah berfirman:

Katakanlah: Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul; dan jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban Rasul itu adalah apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu sekalian adalah sematamata apa yang dibebankan kepadamu. dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. dan tidak lain kewajiban Rasul itu melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan terang. (QS an-Nur: 54) 6. Al-Ikhlash (Ikhlas) Lawannya alSyirk (kemusyrikan) Yaitu pensucian perbuatan manusia dengan niat yang baik dari segala noda syirik, dengan cara mengikhlaskan semua perkataan dan perbuatannya hanya untuk Allah dan mencari ridha-Nya. Tidak ada noda riya, sumah, mengambil keuntungan, kepentingan pribadi, nafsu zahir dan batin ataupun terdorong untuk beramal karena kecintaan terhadap seseo-

Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan Kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar. (QS az-Zumar: 3) Diriwayatkan dalam kitab shahih Bukhari dan Muslim dari hadits Utban bahwa Rasulullah SAW bersabda :

Sesungguhnya Allah telah megharamkan neraka bagi orang yang mengucapkan kalimat la ilaha illallah karena mencari ridha Allah.EDISI 4/2012

19

7. Al-Mahabbah (kecintaan) Lawannya Al-Bughd (Kebencian) Maksudnya mencintai kalimat ini beserta isi kandungannya, juga mencintai orang-orang yang mengamalkan dan konsekwen terhadap segala tuntutan dari kalimat tersebut. Allah berfirman dalam al-Quran surat al-Baqarah:

karena Allah sangat membenci orangorang yang menduakan-Nya dengan selain Allah. Hal ini sangat bertentangan dengan makna dan kandungan La Ilaha Illa Allah. (bersambung)Narasumber utama artikel ini: Syamsul Hidayat

Dan diantara manusia ada orangorang yang menyembah tandingantandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman Amat sangat cintanya kepada Allah. dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah Amat berat siksaanNya (niscaya mereka menyesal). (QS al-Baqarah: 165) Orang yang mengucapkan kalimat tauhid dengan kesungguhan hati akan menumbuhkan rasa cinta yang mendalam kepada Allah. Cinta kepada Allah di atas segala-galanya. Sebaliknya ahlus syirk mencintai selain Allah menandingi cintanya kepada Allah. Yang demikian ini sama saja dengan membenci Allah,20BERKALA TUNTUNAN

Koperasi Pimpinan Pusat

MUHAMMADIYAH

&KAFILA JOGJA

Program UMRAH 2012Reguler - by: GA/SV - 9 hari KEBERANGKATAN: 20 Feb, 5 & 18 Mar 4 & 16 April 2 & 14 Mei 3, 11 & 25 Juni

$ 1700 $ 1800 $ 1850 $ 1900

SYARAT PENDAFTARAN UMRAH: 1. Mengisi formulir 2. KTP, KK & Buku Nikah (Asli) 3. Akte Kelahiran Asli (anak-anak) 4. Paspor berlaku min. 7 bulan 5. Nama paspor min. 3 suku kata 6. Kartu kuning/vaksin meningitis 8. Pas foto warna 3x4=4 lbr, 4x5=10 lbr. (background putih 80% fokus kepala, berjilbab bagi wanita).

Hubungi: H.M. Purwana 08156.853358 Tri Hartanto, SE 0856.4363.1838 M. Iqbal Hargo 0815.78087.107

ISLAM

Tuntunan Akhlak

MEMBANGUN KEMBALI RUH (SPIRIT) FASTABIQ AL-KHAIRT

Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu

B

ercermin pada diri Nabi, Nabi kita (Muhammad SAW) adalah seorang yang mampu mensyukuri nikmat Allah. Beliau adalah seorang yang berjiwa besar, termasuk di dalam upayanya untuk meraih kesuksesan. Dengan seluruh potensi dan kesempatan yang dimilikinya, Dia selalu bisa berjuang untuk menjadi yang terbaik tanpa mengusik kehadiran orang lain, bahkan Muhammad Husain Haikal menyebutnya sebagai seorang inspirator bagi (kesuksesan) orang lain. Dia berhasil menjadi Insn Kmil (manusia paripurna). Manusia multidimensi, yang berhasil mencapai puncak prestasi tertinggi tanpa harus menzalimi orang lain. Beliau bisa bermitra dengan siapa pun, dan memandang para kompetitornya sebagai mitra untuk meraih prestasi.

Perhatikan firman Allah berikut:

Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS al-Baqarah, 2: 148). Kata orang bijak, hidup ini adalah sebuah proses untuk memahami dan memanfaatkan fungsi dari waktu. Ia terus saja berjalan, tidak ada delay (penundaan). Oleh karenanya tataplah arlojiEDISI 4/2012

21

yang melekat di pergelangan tangan anda, adakah ia mau menunggu diri anda? Inilah ungkapan orang-orang bijak yang bisa kita jadikan sebagai alas belajar. Belajar untuk menghargai waktu. Dalam sebuah buku tarikh, ada kisah tentang seorang lelaki surgawi yang tak mau menjalani hidup untuk sekadar menunggu. Ia ingin menjadi yang terdepan dalam kebaikan. Pada suatu kesempatan, Rasulullah SAW memaparkan profilnya, dengan menyatakannya: Ialah penghuni surga tanpa azab dan hisab mulai dari para Nabi hingga Nabi Muhammad. Mendengar pernyataan Rasulullah itu, para sahabat pun berkasak-kusuk, menduga-duga, gusar, seperti apakah dan siapakah gerangan manusia istimewa tersebut? Melihat itu Rasulullah bertanya, Apa yang kalian bicarakan? Setelah mereka memberitahukan, Rasulullah bersabda, Mereka adalah orang-orang yang tidak mendemonstrasikan ruqyah (mengisi seluruh aktivitasnya hanya dengan berdoa), tidak pesimistik dan kepada Rabbnya mereka bertawakkal. Tiba-tiba, di tengah kerumunan orang di sekitar Rasulullah itu ada seorang lelaki bangkit dan berkata, Berdoalah kepada Allah agar Dia menjadikan aku termasuk golongan mereka. Setelah itu, ada lagi seorang lelaki yang bangkit, untuk kedua kalinya dengan permintaan yang sama, Berdoalah kepada Allah agar Dia menjadikan aku termasuk golongan mereka. Mencermati kata-kata lelaki yang bangkit pada kesempatan yang kedua itu, Rasulullah berkomentar, Engkau sudah22BERKALA TUNTUNAN

didahului Ukasyah (seorang lelaki yang bangkit pertama kali). Memang, pemuda yang pertama kali bangkit itu bernama Ukasyah bin Mihsan. Ukasyah tidak perlu menunggu untuk menjadi yang kedua. Karena keberaniannya pada kesempatan yang pertama, permohonannya diamini oleh Rasulullah. Dia memiliki semangat seperti api yang menyala-nyala. Seperti itulah semangat Ukasyah yang hadir di awal kesempatan, bukan di akhir kesempatan. Inilah satu di antara sahabat Rasulullah, mereka para sahabat Rasulullah pada umumnya memiliki satu ruh (spirit) yang sudah lama kita tinggalkan: Ruh (spirit) budaya Fastabiq al-Khairt, kesediaan untuk berlomba-lomba dalam menuju dan meraih kebaikan.

Mereka itulah (sekelompok orang) yang selalu bergegas (segera) dalam meraih kebaikan, dan merekalah orang-orang yang (ingin selalu) terdahulu memerolehnya, (QS al-Muminn, 23: 61). Ada sebuah kisah dalam hadits Nabi yang mengiringi kisah tentang asbbun nuzl. Diceriterakan, bahwa ketika turun ayat tentang hijb; tanpa membuang waktu, para shahabiyah (para sahabat perempuan Nabi) langsung mengambil kain-kain mereka dan melilitkan ke seluruh tubuhnya. Para shahabiyah (para sahabat perempuan Nabi SAW) yang berada di pasar-pasar lantas tidak langsung pulang ke rumah. Mereka

ISLAM

memilih untuk bersembunyi di balik batubatu besar, menunggu malam yang sepi. Setelah benar-benar situasinya aman dari pandangan orang, barulah mereka pulang ke rumah. Ini merupakan salah sat u bukti, bahwa para sahabat Rasulullah SAW adalah orang-orang yang memiliki ruh (spirit) budaya Fastabiq al-Khairt, budaya tak mau menunggu dan selalu ingin berkompetisi dalam kebaikan dan ketaatan. Ingin menjadi yang utama dan pertama. ementara itu, ketika kita amati kondisi kekinian dalam masyarakat kita, ternyata situasi dan kondisinya telah jauh berbeda. Budaya kompetisi ini lebih digandrungi dalam ranah keduniaan. Mereka -pada umumnya- lebih berkeinginan untuk berlomba-lomba dalam memperkaya diri, mempercantik (tampilan) fisik, menggagah-gagahkan sikap, mengejar jabatan, mencicil gelar demi gelar dan menumpuk atribut-atribut keduniaan lainnya untuk sekadar memuaskan hawa nafsu mereka.

Dalam kaitannya dengan fenomena ini Rasulullah pun pernah bersabda:

S

Bukanlah kefaqiran yang sangat aku khawatirkan terjadi pada kalian, tetapi aku sangat khawatir jika (kemewahan, kesenangan) dunia dibentangkan luas atas kalian, kemudian karenanya kalian berlomba-lomba untuk meraihnya seperti yang pernah terjadi pada orang-orang sebelum kalian. Maka akhirnya kalian binasa sebagaimana mereka juga binasa karenanya. (HR Bukhari dan Muslim dari Uqbah bin Amir). Semestinya, jikalau pun kita memperoleh dunia, maka teruslah melangkah sebagai orang yang dititipi amanah, berjalanlah sambil merunduk, indahkan titipan itu dengan keihklasan dan niat pengabdian kepada umat.

Bukanlah kefaqiran yang sangat aku khawatirkan terjadi pada kalian, tetapi aku sangat khawatir jika (kemewahan, kesenangan) dunia dibentangkan luas atas kalian, kemudian karenanya kalian berlomba-lomba untuk meraihnya seperti yang pernah terjadi pada orang-orang sebelum kalian. Maka akhirnya kalian binasa sebagaimana mereka juga binasa karenanya.EDISI 4/2012

23

Prototype (Purwarupa) Orangorang PilihanFastabiq al-Khairt adalah purwarupa orang-orang yang terpilih. Dalam QS Fthir (35): 32, Allah menggambarkan purwarupa atau prototype kelompok manusia menjadi tiga jenis.

Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih diantara hamba-hamba kami, lalu diantara mereka ada yang menzalimi diri sendiri, ada yang pertengahan dan ada pula yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang besar, (QS Fthir, [35]: 32). Kelompok manusia jenis pertama adalah mereka yang zalim (menzalimi dirinya sendiri). Keburukan mereka lebih banyak daripada kebaikan yang mereka perbuat. Mereka menghabiskan waktunya untuk melakukan aktivitas yang tidak diridhai oleh Allah. Hidupnya lebih banyak diisi dengan tindakan maksiat. Kelompok manusia jenis kedua adalah mereka yang ada di pertengahan (persimpangan). Dalam arti, di satu waktu mereka melakukan keburukan, tetapi di waktu lain merekapun melakukan kebaikan. Merekalah orang yang ibadahnya jalan, keburukannya pun jalan seiring dengan ketaatannya, yang dalam banyak hal sering disebut sebagai orang yang terjebak dalam budaya STMJ (shalat terus, maksiat jalan).24BERKALA TUNTUNAN

Dan kelompok manusia jenis ketiga adalah mereka yang selalu membangun ruh (spirit) budaya Fastabiq alKhairt, berlomba-lomba dalam kebaikan (ketaatan). Inilah karakteristik (dari) para sahabat Rasulullah saw. terbaik. Karena ruh (spirit) budaya Fastabiq al-Khairt inilah para sahabat Rasulullah saw. pantas dikatakan sebagai khairu ummah atau generasi yang terbaik. Mereka tidak pernah melewatkan momentum untuk menjalankan ketaatan mereka kepada Allah. Tak rela melepaskan kesempatan untuk mengisi setiap desahan nafas mereka dalam ketaatan kepada Allah. Mereka selalu memaksimalkan setiap pintu kebaikan yang telah dibukakan oleh Allah kepada diri mereka, kapan pun dan di mana pun. Sejenak menengok purwarupa di atas, apakah kita telah menjadi kelompok manusia jenis ketiga? Jawabannya tentu kembali kepada (perilaku) diri kita masing-masing. Saatnya kita merenung, alangkah berbedanya ghirah/semangat beribadah para sahabat dengan kebanyakan dari diri kita sekarang. Seringkali kita tidak memiliki semangat untuk ber-Fastabiq al-Khairt, berlomba-lomba dalam kebaikan dan ketaatan. Kita seolah telah merasa cukup dan baik-baik saja berada di luar arena, menjadi penonton atau bahkan komentator, pengeritik perlombaan kebaikan dan ketaatan yang dilakukan oleh orang lain. Ketika orang lain misalnya telah mengamalkan Islam secara tepat dan lebih baik daripada diri kita, kita sering

ISLAM

mengomentari mereka dengan komentarkomentar yang kurang bersahabat. Pada saat orang lain membudayakan sedekah, misalnya, kita justru berpikir (negatif) bahwa mereka melakukannya dengan kemungkinan besar untuk mencari muka atau berkeinginan untuk dibilang pemurah (riya). Ketika saudara kita menahan perkataan untuk mengamalkan sebuah hadits, kita lantas menyimpulkan bahwa mereka adalah orang-orang sombong yang pelit bicara. Dan di saat yang lain memanjangkan sujudnya, terbersitlah dalam benak kita untuk mengatakan: mereka hanya ingin dikatakan khusyu saja. Terkadang kita memosisikan diri sebagai komentator dan kritikus tanpa terlibat dalam perlombaan untuk meraih

ridha Allah. Sebuah peran yang teramat melelahkan, membuang-buang waktu. Adalah sebuah musibah jika kita kehilangan kesempatan dalam ketaatan kepada Allah, lantas kita tenang-tenang saja. Tak inginkankah kita meraih surga seperti Ukasyah? Menjadi yang Utama dan Pertama! Maka, saatnya kini bagi kita agar jangan hanya ingin menjadi penonton; mari kita bangun ruh (spirit) budaya yang telah lama tertinggal dan kita tinggalkan: ruh (spirit) budaya Fastabiq alKhairt. Agar kita menjadi yang terbaik untuk yang pertama kali, sebelum orang lain melakukannya.Narasumber utama artikel ini: Muhsin Hariyanto

antara foto.com EDISI 4/2012

25

Tuntunan Akhlak

ADAB BERBICARA (4):

BICARA SEPERLUNYA"Sungguh, beruntunglah orang-orang mukmin, yakni orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari perbuatan al-laghwu (perkataan dan perbuatan yang tidak berguna)" (al-Mukminun: 1-3) i antara adab berbicara yang dituntunkan Rasulullah saw. adalah berbicara seperlunya, tidak berlebihan. Kita diperintahkan untuk berbicara hanya yang baik. Beliau melarang kita banyak bicara dengan pembicaraan yang tidak terkait dengan dzikir kepada Allah. Kemampuan seseorang untuk meninggalkan apa saja yang tidak berguna baginya menjadi salah satu tanda bagusnya keislaman dia1 dan Allah menjadikannya sebagai ciri orang mukmin yang beruntung. Kemampuan tersebut membawa seorang mukmin hanya akan berbicara apabila ia yakin pembicaraannya baik dan diam apabila ada dorongan untuk berkata yang tidak baik2. Ia berusaha sekuat tenaga agar tidak ada seorangpun di antara kaum muslimin yang celaka akibat perkataan dan perbuatannya, memenuhi sabda Rasulullah saw.: Seorang muslim26BERKALA TUNTUNAN

D

yang baik adalah yang keselamatan kaum muslimin lainnya terjaga dari lisan dan perbuatannya3 Banyak berbicara selain untuk hal yang terkait dengan dzikir kepada Allah membuka peluang terjerumusnya manusia ke dalam urusan-urusan yang tidak berfaedah. Di antara bahan pembicaraan yang mendorong seseorang banyak bicara adalah pembicaraan yang tidak penting.

Larangan banyak bicaraKita dilarang banyak bicara antara lain berdasarkan dalil-dalil sebagai berikut: 1. Hadits dari Ibnu Umar:

ISLAM

Dari Ibnu Umar berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda: Janganlah kalian banyak bicara tanpa berdzikir kepada Allah, karena banyak bicara tanpa berdzikir kepada Allah membuat hati menjadi keras, dan orang yang paling jauh dari Allah adalah orang yang berhati keras.4 2. Hadits dari al-Mughirah ia berkata:

Sifat malu dan al-iyyu adalah dua cabang dari cabang-cabang keimanan. Sedangkan al-Badza` dan alBayan adalah dua cabang dari cabang-cabang kemunafikan. Abu Isa berkata; Ini adalah hadits Hasan Gharib. Ia berkata, al-Iyy adalah sedikit bicara dan al-Badza` adalah kata-kata yang keji, sedangkan alBayan adalah banyak bicara seperti para khatib-khatib yang memperpanjang dan menambah-nambahkan isi pembicaraan guna memperoleh pujian publik dalam hal-hal yang tidak diridlai Allah.6 4. Hadits dari Abu Hurairah:

Rasulullah saw. melarang mengubur anak perempuan hidup-hidup, durhaka kepada ibu, tidak memberi tapi mau menerima, banyak bicara, banyak bertanya dan menyia-nyiakan harta.5 3. Hadits dari Abu Umamah, Nabi saw. bersabda:

DariAbu Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda: Allah meridlai kalian karena tiga perkara dan membenci dari kalian tiga perkara. Meridhai kalian jika: kalian beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun, kalian berpegang teguh terhadap tali agama Allah secara bersama-sama dan saling menasehati terhadap orang yang Allah beri perwalian urusan kalian. Membenci kalian jika; banyak bicara, menyianyiakan harta dan banyak bertanya.7EDISI 4/2012

27

Banyak bicara yang dibolehkanita boleh banyak bicara apabila pembicaraan yang kita lakukan merupakan bagian dari dzikir kepada Allah, yakni berbicara tentang kebenaran serta amar makruf nahi mungkar sebagaimana dituntunkan Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah saw. bersabda: Semoga Allah memberikan keindahan kepada seseorang yang mendengar sesuatu dari kami, lalu ia menyampaikannya sebagaimana ia dengar. Betapa banyak orang yang menyampaikan lebih paham dari yang mendengar8. Barangsiapa yang mengajarkan suatu ilmu, maka baginya pahala orang yang mengamalkannya tanpa mengurangi pahala orang yang mengamalkan sedikitpun.9 Orang yang menunjukkan kebaikan seperti orang yang mengerjakannya10

K

Akibat Banyak BicaraTersebutlah seorang remaja menemui ajalnya pada perang Uhud. Ia ditemukan dalam keadaan di mana perutnya diikat dengan batu untuk menahan lapar. Ibunya mengusap debu di wajahnya seraya berkata: Anakku, selamat bagimu karena kau telah mendapatkan surga. Rasulullah bersabda: Apa yang membuatmu yakin? Barangkali saja ia berbicara tentang hal yang tidak penting dan mencegah sesuatu yang tidak merugikannya11 Rasulullah SAW bersabda: Siapapun yang banyak bicara, maka dia akan banyak keliru. Orang yang28BERKALA TUNTUNAN

banyak keliru, maka dosanya akan berlimpah. Orang yang dosanya berlimpah, akan masuk neraka12 Itulah barangkali kenapa orang yang banyak bicara hatinya menjadi keras. Setiap dosa yang dilakukan menyebabkan hati menjadi keras, semakin banyak dosa semakin keras pula hatinya. Betapa banyak manusia yang senang melibatkan diri dalam urusan yang tidak berfaedah. Kita bisa mengevaluasi pembicaraan yang ada di radio, televisi, kumpulan orang, rapat, pasar, terminal, pelabuhan dan lain-lain. Cobalah simak, yang lebih banyak pembicaraan baik, siasia, atau pembicaraan buruk? Ternyata pembicaraan sia-sia dan tidak baik lebih dominan. Apalagi dalam sinetron, infotainmen, berita, percakapan, dan lain sebagainya; lebih sedikit perkataan baik kita dengarkan. Kepada kita banyak diperlihatkan dan diperdengarkan kata-kata caci maki, perbincangan aib, ghibah, kecurigaan, pertentangan, penghinaan, dan pembicaraan buruk lainnya yang seharusnya kita hindari jauh-jauh. Membiarkan diri menyukai acaraacara tersebut dan menyempatkan duduk berlama-lama menikmatinya membuat hati tidak peka terhadap kebenaran. Kita akan dibuat toleran terhadap perbincangan negatif dan sia-sia, dan menjadi semakin parah ketika ikut terlibat mengomentarinya. Diam tanpa komentarpun membawa kita terlibat dalam perbuatan sia-sia (al-laghwu), bahkan dapat menjadi mungkar karena meningkatkan rating acara. Semakin tinggi rating acara televisi atau radio, semakin lama bertahan, semakin banyak ditonton orang.

ISLAM

Menjaga LisanRasulullah SAW mewanti-wanti kita semua untuk menjaga lisan, nikmat besar Allah yang dianugerahkan kepada manusia. Lisanlah alat komunikasi terpenting manusia, melahirkan apa yang ia pikirkan dan yakini. Kemampuan seseorang menjaga lisan untuk mengucapkan hanya yang baik dan benar merupakan prestasi luar biasa yang menjamin keseluruhan anggota tubuh dalam keadaan baik. Dari Uqbah bin Amir ia berkata: Saya bertemu Rasulullah, lalu beliau bersabda: Wahai Uqbah bin Amir, sambunglah (hubungan silaturahim) terhadap orang yang memutuskannya, berikanlah (sesuatu) kepada orang yang telah mengharamkannya untukmu dan maafkanlah orang yang telah menzalimi kamu. Uqbah berkata, Kemudian saya mendatangi Rasulullah, beliau lalu bersabda kepadaku: Wahai Uqbah, jagalah lisanmu, menangislah atas dosadosamu dan hendaklah rumahmu memberikan kelapangan untukmu.13 Dari Abu Said al-Khudri, Rasulullah bersabda: Bila manusia berada di waktu pagi, seluruh anggota badan menutupi (kesalahan) lisan lalu berkata: Takutlah pada Allah tentang kami, kami bergantung padamu, bila kau lurus kami lurus dan bila kamu bengkok kami bengkok.14

s u

Dari Sahl bin Sad dari Rasulullah beliau bersabda: Barangsiapa dapat menjamin bagiku sesuatu yang berada di antara jenggotnya (mulut) dan di antara kedua kakinya (kemaluan), maka aku akan menjamin baginya .15 Cobalah evaluasi, dalam 24 jam terakhir perbuatan dan pembicaraan apa saja yang kita lakukan yang tidak berguna? Apakah ada obrolan ngalor ngidul atau ke sana ke mari yang tidak jelas juntrung-nya sekedar berbicara beriya-iya berbukan-bukan? Yakinkah bicara kita baik-baik? Marilah kita yakinkan diri untuk berkata hanya yang baik!r g a

Narasumber utama artikel ini: Agus Sukaca

Catatan: HRTirmidzi. 2 HRBukhari,Muslim,danAhmad. 3 HRBukhari. 4 HR TirmidzidalamSunan Tirmidzi hadits no. 2335. 5 HRAd-DarimidalamSunanAd-Darimihadits No.2633. 6 HR TirmidzidalamSunan Tirmidzi hadits no. 1950. 7 HRMalikdalamKitabMuwatha. ImamMalik hadits no.1572. 8 HRAbu DauddariAnas bin Malik. 9 HR IbnuMajah,dariSahal binMuadz binAnas. 10 HRAlBazzardishahihkan olehIbnuHibban 11 HR Tirmidzi. 12 HRTahbranidalamal-Ausath. 13 HRAhmaddalamMusnadAhmadhaditsno.16810. 14 HR TirmidzidalamSunan Tirmidzi HN2331. 15 HR Bukharidalam Sahih Bukhari hadits no. 5993.1

EDISI 4/2012

29

RALATTULISAN ARAB BACAAN SHALAT(Tuntunan ISLAM edisi 3/2011)

P

ada Berkala Tuntunan ISLAM edisi 3/2011, terdapat kesalahan penulisan teks arab khususnya dalam bacaan shalat. Berikut ini kami sampaikan ralatnya. Kami sampaikan terima kasih secara khusus kepada Bapak Sarwadi, PDM Wonogiri Jateng dan Bapak Samsul Hadi (smslhdi77@yahoo), jazakumullah khairan jaza. (Redaksi)

No. Halaman1. 33 kolom 2 baris ke-1 2. 33 kolom 2 baris ke-2 3. 34 kolom 1 baris ke-1 4. 34 kolom 1 baris 2-3 4. 34 kolom 1 baris ke-7 6. 35 kol. 1-2 7. 36 kolom 1 baris ke-1 8. 36 kolom 1 baris ke-3 9. 36 kolom 1 baris ke-4 10. 36 kolom 1 (bacaan shalawat)

Tertulis

Yang Benar

30

BERKALA TUNTUNAN

ISLAM

Tuntunan IbadahKEUTAMAAN & TATACARA

SHALAT BERJAMAAHShalat jamaah itu melebihi shalat sendirian dengan (pahala) dua puluh tujuh derajat

Shalat berjamaah diperintahkan oleh Nabi Muhammad SAW dengan penekanan khusus. Para alim-ulama Islam semenjak awal sejarahnya telah mencoba menyelami alasan di balik itu. Ini bukan karena sekadar mencari pembenar untuk meyakinyakinkan diri sendiri. Melainkan karena gairah untuk lebih memahami rahasia di balik perintah Rasul yang maksum itu. Kita di zaman modern ini ternyata masih saja bisa menemukan makna itu lewat aneka bentuk pengkajian termasuk melalui media seperti ini.

S

elama hidupnya Nabi saw. selalu menyerukan ditegakkannya shalat. Padahal, perintah shalat dalam ayat-ayat al-Quran juga seolah diucapkan dalam satu tarikan nafas dengan perintah bersedekah. Tidak kurang ada 25 tempat dalam al-Quran yang menyerukan shalat setarikan nafas dengan bersedekah, berzakat atau memberi kepada sesama. Dengan demikian secara implisit alQuran menggariskan adanya fungsi sosial dari shalat seperti itu. Karena melihat fakta demikian, dapat dimaklumi bahwa shalat yang benar haruslah dilakukan secara berjamaah. Sebab, untuk menunaikan perintah lanjutan yang sangat erat kaitannya dengan perintah shalat yakni bersedekah atau memberi kepada sesama itu maka shalat harus dilakukan secara berjamaah. Sudah tentu dengan cara berjamaah yang berkualitas.EDISI 4/2012

31

Nabi Geram Kepada yang Tidak BerjamaahDalil tentang keutamaan shalat berjamaah kita peroleh dari hadits Ibnu Umar, yang menyat akan bahwa Rasulullah saw. bersabda,

Shalat jamaah melebihi shalat sendirian dengan (pahala) dua puluh tujuh derajat. (HR Muttafaqun alaih; Fathul Bari II: 131 no. 645; Muslim I: 450 no. 650; Tirmidzi I: 138 no. 215; Nasai II no. 103 dan Ibnu Majah I: 259 no. 789). Tentu saja masih banyak hadits yang mendukung itu, baik tentang besaran pahala, maupun keutamaan yang lain. Tentang besaran pahala, ada hadits sahih yang menyebut angka 25 derajat. Apapun halnya, angka-angka itu menunjukkan kelebihan shalat berjamaah yang jauh di atas shalat yang dilaksanakan secara soliter. Tidak salah kiranya kalau angka itu tidak dipahami secara matematis, melainkan dalam pengertian kiasan, yang pada intinya menunjukkan keutamaan luar biasa dari shalat berjamaah. Ada hadits Nabi yang memperlihatkan betapa junjungan kita itu merasa sangat geram manakala umatnya shalat sendirisendiri. Rasulullah SAW bersabda, Mau aku rasanya menyuruh orang untuk shalat... kemudian aku pergi bersama beberapa orang yang membawa kayu bakar untuk mendatangi mereka yang tidak ikut shalat dan membakar32BERKALA TUNTUNAN

rumah-rumah mereka .... (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah dengan lafal dari Muslim). Tentu saja hadits tersebut sifatnya pengandaian; untuk menggambarkan betapa sungguh-sungguh seruan Nabi untuk berjamaah. Faktanya, sepanjang sejarah tidak sampai ada rumah yang dibakar Nabi karena alasan itu bahkan untuk alasan lain manapun. Kaum muslimin sudah cukup diyakinkan dengan seruan Nabi yang dimuliakan mereka, atau cukup dengan pelbagai bentuk pahala yang dijanjikan, tidak sampai perlu dipaksa-paksa. Tentu saja ada pengecualiannya, yakni: kaum munafik. Dalam variasi riwayat yang lain Nabi saw. melengkapi pengandaian itu dengan kalimat berikut: ...Shalat Isya dan shalat Fajar adalah shalat yang paling dirasakan berat bagi orang-orang munafik. Padahal kalau saja mereka tahu, niscaya mereka akan mendatangi masjid bahkan kalau perlu dengan merangkak sekalipun. Memang nyaris tidak ada perkecualian bagi setiap lelaki untuk berjamaah di masjid. Dalam kondisi apapun, setiap laki-laki hendaknya shalat berjamaah dengan dasar hukum sunnah muakadah (yang dikuatkan hingga mendekati wajib). Bahkan jika dia buta pun, tetap diharuskan untuk berjamaah di masjid. (Lihat boks: Ikuti Arah Kumandang Adzan.) . Untuk kaum perempuan, Nabi memberi kemudahan tidak harus berjamaah di masjid. Namun karena berjamaah itu nilainya 27 derajat lebih

ISLAM

IKUTI ARAH KUMANDANG ADZANSeorang laki-laki tunanetra menghadap Nabi, memohon agar kepadanya diberi keringanan untuk tidak perlu selalu shalat jamaah di masjid. Saya tidak punya penuntun, ya Nabi, ujar laki-laki itu. Yaitu seseorang yang menuntunku ke masjid tiap tiba waktunya shalat. Baik, jawab Nabi. Kau boleh shalat di rumah. Nabi tentu memperhitungkan kemanfaatan shalat berjamaah seperti itu bagi umatnya. Mengingat hal itu Nabi memanggil balik laki-laki buta tadi. Apakah kau bisa mendengar kumandang adzan tiap kali masuk waktu-waktu shalat? Ya, Nabi. Saya bisa mendengarnya. Kalau demikian, wajib kamu ke masjid dengan mengikuti arah kumandang adzan itu, tegas Nabi membuat ketetapan.[

Pemaparan bebas, berdasar hadits riwayat Muslim.]

tinggi, maka sudah tentu perempuan pun harus menunaikannya kendati itu dilaksanakan di rumah.

Jamaahnya di Mana?Para laki-laki sudah tentu berjamaahnya di masjid. Hal itu lebih utama. Sementara bagi perempuan, hendaknya suaminya jangan sampai melarang jika mereka bermaksud berjamaah di masjid. Tuntunan Nabi tentang itu termaktub dalam hadits berikut:

Janganlah kalian melarang para wanita (pergi) ke masjid dan hendaklah mereka keluar dengan tidak memakai wangi-wangian. (HR Ahmad dan Abu Daud, hadits shahih) Dari situ kita tahu bahwa perempuan pergi ke masjid itu diseyogyakan

manakala manfaatnya lebih besar atau kalau mudaratnya (dampak dari memakai wangi-wangian) bisa dihindarkan. Frasa memakai wangi-wangian dalam teks hadits itu hendaknya tidak dipahami harafiah; bukannya terlarang memakai parfum, melainkan harus dipahami sebagai hal itu akan memberi dampak tertentu kepada orang lain (laki-laki). Kita tahu, parfum adalah peranti yang sangat efektif untuk menarik perhatian orang lain. Selain itu, jika tidak ditekankan demikian, ada kemungkinan terjadi jamaah saling berlomba mengenakan parfum. Bahkan di zaman sekarang pun, sudah tentu segi negatif dari hal ini akan segera tampak. Dengan demikian, jika disesuaikan dengan konteks zaman kita sekarang, di mana keadaan sudah sangat kondusif, aman dan damai, maka perempuan shalat berjamaah di masjid merupakanEDISI 4/2012

33

keniscayaan. Namun perlu segera diingat bahwa ada hadits sahih yang menyitir sabda Nabi yang dinilai shahih oleh Abu Daud sebagai berikut: Janganlah kamu sekalian mencegah istri-istrimu pergi ke masjid, namun (ingat) rumah-rumah mereka lebih baik bagi mereka.

dinilai setara, maka didahulukan yang lebih pandai dan lebih mengetahui tentang sunnah-sunnah Nabi saw. Kriteria lainnya adalah didahulukan orang yang lebih dahulu berhijrah. Apabila sama juga, maka didahulukan yang lebih tua usianya.

Tatacara Shalat BerjamaahBagaimana shalat jamaah dilaksanakan? Ada beberapa topik terkait dengan pelaksanaan shalat berjamaah, yakni: penetapan imam, posisi imam dan makmum, cara makmum menyusul karena terlambat (masbuq), akhlak sebagai imam, akhlak sebagai makmum terhadap imam, keutamaan setelah shalat. Penetapan imam. Untuk menetapkan imam yang didahulukan ialah orang yang lebih banyak memiliki hafalan al-Quran dan lebih memahami hukum Islam. Apabila di kalangan para jamaah itu

Rasulullah saw. berkata kepada kami: Hendaknya yang menjadi imam shalat suatu kaum adalah yang paling hafal al- Qur`an dan paling baik bacaannya. Apabila dalam bacaan mereka sama, maka yang berhak menjadi imam adalah yang

PERINGKAT KEBAIKAN SHALATDengan mengingat semua dalil tentang shalat, maka dapat disimpulkan bahwa ada peringkat kebaikan shalat (tentu yang dilaksanakan tepat waktu) sebagai berikut: 1) Peringkat I (kategori sangat baik): laki-laki shalat berjamaah di masjid; perempuan berjamaah di rumah; 2) Peringkat II (kategori baik): laki-laki berjamaah di rumah; perempuan berjamaah di masjid; 3) Peringkat III (kategori cukup): laki-laki shalat sendiri di masjid; perempuan shalat sendiri di rumah; 4) Peringkat IV (kategori sedikit di bawah cukup): laki-laki shalat sendiri di rumah; perempuan shalat sendiri di masjid.

34

BERKALA TUNTUNAN

ISLAM

paling dahulu hijrahnya. Apabila mereka sama dalam hijrah, maka yang berhak menjadi imam adalah yang paling tua. Janganlah kalian menjadi imam atas seseorang pada keluarga dan kekuasaannya, dan jangan juga menduduki permadani di rumahnya, kecuali ia mengizinkanmu atau dengan izinnya (HR Muslim) Hadits di atas sekaligus menyebut adab shalat yang harus kita indahkan. Yakni, jangan menjadi imam terhadap keluarga seseorang kecuali orang itu mengijinkan atau meminta. Bahkan sekadar menduduki permadani di rumah seseorang pun hendaknya harus seijin si pemilik. Untuk yang terakhir ini, bisa saja itu dalam konteks shalat; namun bisa jadi tidak berkaitan dengan shalat. Karena itu, khususnya dalam komunitas jamaah shalat baru (misalnya di suatu masjid yang jamaahnya semula tidak saling kenal) seseorang tidak boleh maju dan mengangkat diri sendiri, melainkan diangkat dan dipilih jamaahnya. Mengapa? Karena dengan maju mengangkat diri sendiri itu berarti dia menganggap dialah yang paling memenuhi kriteria imam seperti hadits di atas. Nah, bukankah itu jumawa? Akhlaq yang dituntunkan Nabi saw. mencegah kita berlaku demikian.

Jika Datang Telat BerjamaahAdab yang dituntunkan Nabi Muhammad saw. adalah, kita datang ke masjid untuk berjamaah dengan suasana hati tenang dan tidak tergesa-gesa. Shalat pun diharuskan untuk dilaksanakan secara

tumaninah, tenang, las-lasan (bhs Jawa). Manakala shalat jamaah sudah didi-rikan, orang yang datang belakangan hendaknya juga tidak buru-buru, tidak perlu tergesa-gesa sedemikian rupa sehingga galau (kemrungsung - Jw). Orang yang datang terlambat itu (disebut masbuq), berusaha bergabung dengan shalat jamaah yang sedang berlangsung dan tidak mendirikan shalat sendiri. Terlebih lagi kalau dia hanya sendirian. Untuk keadaan seperti ini sunnah Nabi menuntunkan sebagai berikut: Pertama-tama, dia (si masbuq) melakukan takbiratul ihram lebih dulu, lalu takbir untuk mengikuti gerakan yang paling mungkin dia ikuti. Kalau dia mendapati imam sudah sujud, maka dia langsung mengikuti imam untuk sujud pendeknya dia mengikuti imam dalam keadaan imam sedang melakukan gerakan shalat apapun. Kalau misalnya saat dia bergabung imam sudah dalam keadaan tahiyat akhir sehingga tinggal menunaikan salam maka dia langsung duduk bersimpuh untuk mengikuti melakukan tahiyat akhir. Namun ketika imam mengucap salam, dia tidak mengikuti mengucap salam, melainkan bangkit berdiri dan menggenapkan kekurangan jumlah rakaatnya. Jika dia bergabung tadi masih sempat mengikuti ruku, maka dia dihitung sudah mengikuti 1 (satu) rakaat. Tapi kalau dia bergabung tepat saat imam mengucap samiallahu liman hamidah, maka itu belum dihitung satu rakaat. Jadi dia menggenapkan kekurangannya. (Redaksi)EDISI 4/2012

35

POSISI IMAM DAN MAKMUM DALAM SHALAT JAMAAHerdasar dalil Sunnah Nabi saw. yang sahih dan makbulah, posisi imam dan makmum adalah sebagai berikut: 1. Jika imam dan makmum sama-sama laki-laki, dan makmum hanya seorang, maka dia berdiri di sebelah kanannya sejajar dengan posisi imam (gambar 1). 2. Jika imam laki-laki diikuti satu atau lebih jamaah perempuan, maka posisi makmum berada di belakang imam (gambar 2). 3. Jika makmum dua orang atau lebih dan semuanya sama jenis kelaminnya: Makmum berdiri membentuk shaf di belakang imam. Shaf dibentuk dimulai tepat dari belakang imam, terus dipenuhi ke sebelah kanan, baru diteruskan dengan memenuhi sebelah kiri imam dan kirinya lagi sampai penuh (gambar 3).

B

gambar 1

gambar 2 gambar 3

4. Jika makmumnya laki-laki dan perempuan, maka makmum laki-laki di depan, lalu makmum perempuan di belakang makmum laki-laki. Ini berlaku untuk jumlah berapapun makmumnya. Cara menyusun shafnya dimulai dari tengah (tepat di belakang imam), lalu untuk lebih afdal dengan memenuhi dulu sisi kanan dari belakang imam diteruskan dari belakang imam ke kiri (gambar4).36BERKALA TUNTUNAN

ISLAM

gambar 4

5. Imam perempuan jika diikuti oleh makmum perempuan mengikuti tatacara sebagai berikut: Untuk makmum seorang, berdiri di sebelah kanan imam (gambar 5). Untuk makmum perempuan lebih dari seorang dan bahkan dengan shaf yang lebih dari satu, posisi imam berada di tengah-tengah shaf pertama, lalu shaf berikutnya berjajar di belakangnya (gambar 6).

gambar 5

gambar 6EDISI 4/2012

Ilustrasi gambar: Chandra

37

Tuntunan Ibadah

Jawaban Pak AR tentang Pertanyaan

Seputar Shalat dan DoaPak AR (K.H. ARFakhruddin) dikenal sebagai ulama yang bijak dan santun, tapi bisa juga bertindak tegas dan berani tentang hal-hal keumatan dan ke-Islam-an. Beliau bisa berkomunikasi secara efektif dengan lapis bawah masyarakat Indonesia sampai ke desa-desa; tetapi juga pintar berkomunikasi dengan pimpinan lembaga dan pemerintah. Itulah salah satu hal yang membuat Pak AR dipercaya umat untuk memimpin Muhammadiyah sampai selama 22 tahun (1968-1990). Komunikasi Pak AR dengan masyarakat kebanyakan direkam dengan baik dalam bukunya yang bersahaja, Soal Jawab yang Ringan-Ringan (1990), hasil dari ceramah dan dialog di RRI Nusantara II Yogyakarta. Masih ada lagi buku Pak AR, baik yang ditulis beliau sendiri ataupun putranya, Syukriyanto AR, maupun penulis-penulis lain. Berikut ini tanya-jawab seputar shalat, yang merupakan petikan dari buku Soal Jawab yang RinganRingan, baik kutipan langsung atau olahan dari halaman-halaman yang38 ISLAM

tersebar. Pertanyaan-pertanyaan itu umumnya diajukan oleh pendengar (lewat surat) yang menghadapi pelbagai masalah praktis sehari-hari. Jawaban Pak AR-pun jelas dan gamblang; yang pada intinya menekankan bahwa ibadah mahdhah itu sudah sempurna sebagaimana dituntunkan oleh Nabi SAW. Jadi, tidak perlu lagi ditambah-tambahi seolah Nabi meninggalkan aturan ibadah yang masih perlu disempurnakan oleh umatnya secara tambal-sulam di belakang hari.

BERKALA TUNTUNAN

1. TENTANG DOA & WIRID SEUSAI SHALATApakah Rasulullah mempunyai wiridan tertentu yang dibaca seusai shalat? JAWAB: Menurut pengetahuan saya, dari membaca sejarah hidupnya, demikian pula dari hadits-hadits yang telah saya ketahui, Rasulullah tidak mempunyai wiridan tertentu yang dibaca setiap selesai shalat. Cara demikian itu baik atau tidak? Bagaimana hukumnya, apakah wajib atau sunat? Apakah Rasulullah juga mengerjakan cara demikian? Apakah ada hadits yang menerangkan cara demikian itu? JAWAB: Menurut pengetahuan saya, sepertinya Rasulullah belum pernah menuntunkan wiridan dengan cara yang tertentu (ajeg). Memang benar beliau memerintahkan kepada kita supaya tiap selesai shalat membaca doa; tapi tidak memerintahkan untuk membaca bersama-sama harus dengan suara keras dan urutannya pun harus demikian. Maka para ulama yang hati-hati dalam soal agama, mengatakan bahwa cara yang demikian itu adalah bidah. Untuk pertanyaan apakah cara demikian itu baik atau tidak, tentu saya akan mengatakan bahwa bacaan itu semua baik. Bahkan ada yang diambil dari al-Quran; dan ada juga yang memang diperintahkan oleh Rasulullah untuk membacanya. Tetapi yang menjadi kaidah dalam ibadah itu bukan baik atau jelek. Yang kita jadikan kaidah ialah apakah ada perintah dari Allah atau dari Rasulullah. Kalau tidak ada perintah dari Allah atau dari Rasul, maka akan lebih selamat bila kita tinggalkan atau tidak kita kerjakan.EDISI 4/2012

Saya sering mendengar di masjid atau langgar/mushalla, setiap selesai shalat Shubuh, Magrib dan Isya, imam bersama-sama makmum membaca dengan keras bacaan berikut: (1). Istighfar 3x; (2). Surat Al Fatihah; (3). Ayat Wa ilahukum ilahun wahid la ilaha ila huwa rahm an nurrahim (al-Baqarah: 163); (4). Ayat Kursi (al-Baqarah: 255); (5). Ayat La ikraha fiddin... (al-Baqarah: 256); (6). Subhanallah 33x; (7). Alhamdulillah 33x; (8). Allahu Akbar 33x; (9). La ilaha illallahu wahdahu la syarikalahu lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ala kulli syai-in qadir; (10). Tahlil (entah berapa kali); (11). Doa panjang (yang diamini para makmum dengan suara keras).

39

2. BERDOA MENGGUNAKAN TASBIHAda juga juga yang menggunakan tasbih untuk menghitung bacaannya itu. Apakah cara demikian diperbolehkan? JAWAB: Apabila dikatakan bahwa tasbeh atau tasbih (yang seperti untaian kalung) itu (tuntunan) dari Rasulullah, artinya Rasulullah juga menggunakan tasbih, setahu saya tidak ada perintah demikian. Jadi bukan sunnah; artinya bukan yang dikerjakan oleh Nabi SAW. Tetapi kalau niatnya hanya untuk menghitung, boleh-boleh saja. Sebetulnya kalau kita menghitung hanya sampai seratus-duaratus saja, cukup kita pergunakan jari-jari tangan kita. Tidak perlu tasbih segala. Sebab, kalau selalu kita gunakan tasbih secara terus-menerus kita membaca doa, dapat digolongkan bidah karena tidak ada perintah dari Rasulullah.

JAWAB : Setahu saya tidak ada perintah dari Allah atau dari perintah Rasulullah, yang memerintahkan agar setiap kita berdoa supaya menggoyang-goyangkan badan atau kepala kita seperti itu.

4. BERDOA DENGAN MENADAHKAN TANGANApakah Rasulullah saw. ketika berdoa juga menadahkan kedua tangannya? Apakah ada dasarnya apabila seseorang sehabis berdoa kemudian mengusapkan keduabelah tangannya pada mukanya? JAWAB: Setahu saya, memang ada hadits yang menerangkan bahwa ketika Rasulullah berdoa menyampaikan sesuatu permohonan kepada Allah, dengan menadahkan kedua tangannya, lebih-lebih ketika menyampaikan permohonan dengan serius seperti dalam shalat Istisqa, memohon turunnya hujan, Rasulullah mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi. Dalam hadits diterangkan bahwa ketika mengangkat tangan itu sampai terlihat ketiaknya. Silakan membaca kitab Bulughul Maram atau Hadyur Rasul atau lainnya. Namun demikian, tidak semua doa Rasulullah selalu menadahkan tangannya.

3. BERDOA DENGAN MENGGOYANGGOYANGKAN BADANApakah tiap membaca doa sesudah shalat itu harus dengan menggoyang-goyangkan badan ke kiri dan ke kanan bersama yang lain? Sebab, saya sering melihat orang-orang melakukan yang demikian itu.40BERKALA TUNTUNAN

ISLAM

5. BERDOA DENGAN BAHASA SELAIN ARABApakah dibolehkan kita berdoa kepada Allah dengan bahasa Jawa atau Indonesia? JAWAB: Kalau dikerjakan di luar shalat, menurut pendapat saya, bolehboleh saja.

tetapi semata-mata mencontoh perbuatan Rasulullah saw.

8. SHALAT SYUKRUL WUDLU DAN PELAKSANAANNYABenarkah ada shalat yang dinamakan syukrul wudlu yang dikerjakan oleh para jamaah Jumat sebelum atau sesudah shalat tahiyatul masjid? JAWAB: Dalam kitab Riyadus Shalihin ada uraian yang menyebutkan bahwa Rasulullah berdialog dengan sahabat Bilal: Hai, Bilal. Saya mendengar suara terompahmu di surga. Engkau mempunyai amal apa yang engka kerjakan? Ya, Rasulullah. Saya tidak memiliki amal apa-apa yang istimewa. Saya hanya membiasakan shalat dua rakaat tiap-tiap sesudah wudlu. Dengan dasar percakapan antara Rasulullah dengan sahabat Bilal itulah ada shalat yang dinamakan Shalat Syukur Wudlu. Ada juga yang menyebutnya Shalat Sunat Wudlu. Sedang Rasulullah sendiri atau sahabat Bilal tidak memberi nama apa-apa. Shalat Syukur Wudlu atau Sunat Wudlu ini hanya dua rakaat, dikerjakan di rumah masing-masing atau di mana pun. Tidak harus dikerjakan bersama Shalat Tahiyatul Masjid di hari Jumat.EDISI 4/2012

6. MENGAWALI DAN MENGAKHIRI DOAApakah dalam berdoa itu harus dimulai dengan alhamdulillah dan ditutup dengan membaca shalawat dan tasbih? JAWAB: Memang ada hadits yang menerangkan bahwa Rasulullah dalam berdoa dimulai dengan membaca basmalah, kemudian alhamdulillah, terus shalawat. Tetapi tidak harus demikian pada setiap doa.

7. BOLEHKAH SHALAT MEMAKAI BAHASA DAERAH?Apakah dalam shalat tidak boleh berdoa dengan bahasa daerah? Apakah harus dengan bahasa Arab? JAWAB: Saya berpendapat bahwa shalat itu suatu ibadah khusus, yang cara-caranya, juga bahasanya harus mengikuti contoh yang dituntunkan Rasulullah. Demikian itu bukan karena saya fanatik kepada bahasa Arab,

41

9. SHALAT DAIM DAN PRAKTEKNYAApakah yang disebut Shalat Daim itu? Apakah boleh orang tidak mengerjakan shalat lima waktu disebabkan sudah mempraktekkan Shalat Daim? JAWAB: Allah berfirman: Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah; dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir; kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat; yang mereka itu tetap (dalam keadaan) mengerjakan shalatnya. (Qs. al- Maarij 19-23). Shalat adalah Rukun Islam yang kedua. Shalat lima kali sehari itu dilaksanakan pada waktu-waktu yang sudah ditentukan. Manusia diperintahkan shalat adalah untuk menambah ingatannya kepada Allah. Kita memang harus selalu ingat kepada Allah kapan pun dan dalam keadaan apapun. Ketika sedang makan, minum, berjalan, naik kendaraan, berdagang, sedang di kantor, di toko, di pasar, di sawah, sedang sendirian atau ketika sedang bersama-sama orang lain, kita harus selalu ingat kepada Allah tanpa terputus; sampai kita dipanggil menghadap Allah atau mati. Nah, keadaan demikian itulah yang42BERKALA TUNTUNAN

disebut shalat daim. Artinya, selalu dalam keadaan ingat kepada Allah di mana pun, kapan pun dan dalam keadfaan apapun. Namun, kita harus tetap mengerjakan shalat, tidak boleh meninggalkan shalat yang lima waktu itu.

10. SHALAT SUNAT SHAFAR DAN DOA BEPERGIANApa yang disebut shalat sunat shafar itu? Kapan kita mengerjakan shalat sunat shafar? JAWAB: Shafar artinya bepergian. Pada umumnya bepergian di sini maksudnya adalah perjalanan dengan jarak tempuh yang jauh. Salah satu hadits menyebutkan bahwa apabila Nabi saw. akan bepergian jauh, lebih dulu shalat sunat dua rakaat. Demikian pula ketika kembali, sampai di rumah juga mengerjakan shalat sunat dua rakaat. Bahkan sering dikerjakan oleh Nabi saw, shalat sunat dua rakaat ketika tiba kembali dari bepergian itu dikerjakan beliau di masjid. Nah, shalat dua rakaat sebelum dan sesudah bepergian itu dinamakan shalat shafar. Dengan (shalat itu) bertawakal kepada Allah, memohon agar selama bepergian, sejak berangkat sampai kembali pulang dalam keadaan selamat tidak kurang suatu apa.

ISLAM

Apakah ada doa untuk bepergian atau doa shafar dan bagaimana penjelasan dan penerapannya? JAWAB: Ketika akan berangkat bepergian, sesudah keluar dari rumah, berdoalah sebagai berikut: Bismillah-hi tawakaltu alalla-hi la-haula wala-quwwata illa billahhi (Dengan asma Allah, saya berserah diri. Tidak ada daya dan tidak ada kekuatan kecuali dari Allah).

Bepergian untuk tujuan baik apapun, dengan kendaraan apapun, berdoalah seperti tersebut di atas. Lalu, dengan berbekal hati yang mantap, serta ihtiar yang cukup, kemudian dengan berserah diri kepada Allah, berangkatlah. Apabila nanti tertimpa suatu kejadian, itu adalah atas kehendak Allah. Apabila mendapatkan sesuatu yang baik, bersyukurlah. Apabila mendapatkan sesuatu yang tidak dikehendaki, bersabarlah dan ridla atas takdir Allah. (redaksi)

antarafoto.com EDISI 4/2012

43

Tuntunan MuamalahTUNTUNAN HUTANG PIUTANG (2)

Tuntunan Bagi yang Mempunyai HutangMEMBANGUN KESADARAN AGAR TIDAK TERJERAT HUTANG DENGAN SERING BERDOA (Tiga macam doa yang dikutip dari Imam Bukhari) dari Urwah, bahwa Aisyah r.a. mengabarkan kepadanya, bahwa Rasulullah saw. berdoa dalam shalat: Allahumma innii auudzu bika minal matsaami wal maghram (Ya Allah aku berlindung kepadamu dari berbuat dosa dan terlilit hutang). Lalu ada seseorang yang bertanya: Mengapa Anda banyak meminta perlindungan dari hutang, wahai Rasulullah? Nabi menjawab: Sesungguhnya seseorang apabila sedang berhutang ketika dia berbicara biasanya berdusta dan bila berjanji sering menyelisihinya. (HR Bukhari 2222)

Telah menceritakan kepada kami Abu al-Yaman, telah mengabarkan kepada kami Syuaib dari Az Zuhriy. Dan diriwayatkan pula, telah menceritakan kepada kami Ismail, berkata; Telah menceritakan kepadaku saudaraku dari Sulaiman, dari Muhammad bin Abi Atiq, dari Ibnu Syihab,44BERKALA TUNTUNAN

ISLAM

Zubair telah mengabarkan kepadaku, bahwa Aisyah r.a. berkata, Aku mendengar Rasulullah saw. dalam shalatnya meminta perlindungan dari fitnah Dajjal. (HR. Bukhari 789)

Telah menceritakan kepada kami Abu al-Yaman berkata, telah mengabarkan kepada kami Syuaib, dari azZuhri berkata, telah mengabarkan kepada kami Urwah bin Az Zubair dari Aisyah isteri Nabi saw., dia telah mengabarkan kepadanya, bahwa Rasulullah dalam shalat membaca doa: Allahumma innii auudzu bika min adzaabil qabri, wa auudzu bika min fitnatil masiihid dajjaal, wa auudzu bika min fitnatil mahyaa wa fitnatil mamaat. allahumma innii auudzu bika minal matsami wal maghram (Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari siksa kubur dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah alMasihid Dajjal, dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah kehidupan dan fitnah kematian. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan dosa dan hutang). Tiba-tiba ada seseorang berkata kepada beliau, Kenapa tuan banyak meminta perlindungan dari hutang? Beliau menjawab, Sesungguhnya seseorang apabila berhutang dia akan cenderung berkata dusta dan berjanji lalu mengingkarinya. Dan dari azZuhri ia berkata, Urwah bin azEDISI 4/2012

45

Allahumma inni auudzu bika minal-ajzi wal-kasali wal- bukhli wal-jubni wadlal-id- daini wa-ghalabatirrijaal (Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari (sifat) gelisah, sedih, lemah, malas, kikir, pengecut, terlilit hutang dan dari keganasan orang-orang).

Telah bercerita kepada kami Qutaibah, telah bercerita kepada kami Yaqub, dari Amru, dari Anas bin Malik r.a., bahwa Nabi saw. berkata kepada Abu Thalhah: Carilah seorang ghulam (anak kecil pelayan) dari ghulam milikmu untuk melayaniku selama keberangkatan ke Khaibar. Maka Abu Thalhah keluar bersamaku dengan memboncengku. Saat itu aku adalah seorang anak kecil yang hampir baligh. Aku melayani Rasulullah saw. saat Beliau singgah dan aku selalu mendengar Beliau banyak berdoa: Allahumma inni auudzu bika minal ajzi wal kasali wal bukhli wal jubni wa dlalid daini wa ghalabatir rijaal46BERKALA TUNTUNAN

(Ya Allah aku berlindung kepadaMu dari (sifat) gelisah, sedih, lemah, malas, kikir, pengecut, terlilit hutang dan dari keganasan orang-orang). Kemudian kami sampai di Khaibar. Ketika Allah membukakan kemenangan kepada Beliau pada peperangan itu, diceritakan kepada Beliau tentang kecantikan Shofiyah binti Huyay bin Akhthab yang suaminya telah terbunuh dan dia menjanda. Maka Rasulullah saw. memilihnya untuk diri Beliau sendiri (sebagai tawanan) lalu Beliau berangkat bersamanya hingga ketika kami tiba di Saddal Shohbaa, dia beristirahat lalu Beliau membuat kemah. Beliau lalu membuat makanan dari kurma dalam wajan kecil kemudian Beliau berkata: Beri tahu orang-orang yang ada di sekitarmu. Dan itulah walimah (resepsi pernikahan) Rasulullah saw. dengan Shofiyah. Kemudian kami berangkat menuju Madinah. Anas r.a. berkata: Aku melihat Rasulullah saw. meletakkan

ISLAM

Shofiyah di belakang unta Beliau dimana Beliau duduk di atasnya sehingga Shofiyah bisa meletakkan kakinya di atas lutut Beliau kemudian berjalan mengendarainya. Maka kami terus berjalan hingga ketika kami hampir tiba di Madinah, Beliau memandang ke bukit Uhud seraya berdoa: Ini adalah gunung yang mencintai kita dan kita pun mencintainya. Kemudian Beliau memandang ke arah Madinah lalu berdoa: Ya Allah sungguh aku mensucikan kota yang terletak di antara dua bukit hitam ini (Madinah) sebagaimana Ibrahim alaihis-salam mensucikan Makkah. Ya Allah, berikanlah barakah kepada mereka (penduduk Madinah) dalam takaran mud dan sho mereka. (HR Bukhari 2679) MEMBAYAR HUTANG KEPADA ALLAH SWT

Telah menceritakan kepada kami Musa bin Ismail, telah menceritakan kepada kami Abu Awanah, dari Abu Bisyir, dari Said bin Jubair, dari Ibnu Abbas r.a. bahwa ada seorang wanita suku Juhainah datang menemui Nabi saw. lalu berkata: Sesungguhnya ibuku telah bernadzar untuk menunaikan haji, namun dia belum sempat menunaikannya ia meninggal dunia, apakah boleh aku menghajikannya? Beliau (Rasulullah saw.) menjawab: Tunaikanlah haji untuknya. Bagaimana pendapatmu jika ibumu mempunyai hutang, apakah kamu wajib membayarkannya? Bayarlah hutang kepada Allah karena (hutang) kepada Allah lebih patut untuk dibayar. (HR Bukhari 1720)

Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Yunus, telah menceritakan kepada kami Zuhair, telah menceritakan kepada kami Yahya, dari Abu Salamah berkata; Aku mendengar Aisyah r.a. berkata: Aku berhutang puasa Ramadhan dan aku tidak bisa mengqadhanya kecuali pada bulan Syaban. Yahya berkata: Karena dia sibuk karena atau bersama Nabi saw. (HR Bukhari 1814)EDISI 4/2012

47

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Khalid, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Musa bin Ayan, telah menceritakan kepada kami bapakku, dari Amru bin al-Harits, dari Ubaidullah bin Abu Jafar, bahwa Muhammad bin Jafar menceritakan kepadanya dari Urwah, dari Aisyah r.a. bahwa Nabi saw. bersabda: Barangsiapa meninggal dunia dan memiliki hutang puasa maka walinya (boleh) berpuasa untuknya. Hadits ini dikuatkan pula oleh Ibnu Wahab dari Amru. Dan Yahya bin Ayyub meriwayatkannya dari Ibnu Abu Jafar. (HR Bukhari 1816)

Dari Aisyah r.a. bahwa Nabi saw. bersabda: Barangsiapa meninggal dunia dan memiliki hutang puasa maka walinya (boleh) berpuasa untuknya.48BERKALA TUNTUNAN

ISLAM

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdur Rahim, telah menceritakan kepada kami Muawiyah bin Amru, telah menceritakan kepada kami Zaidah, dari Al-Amasy, dari Muslim Al-Bathin, dari Said bin Jubair, dari Ibnu Abbas r.a. berkata; Datang seorang laki-laki kepada Nabi saw. lalu berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku telah meningal dunia dan dia mempunyai kewajiban (hutang) puasa selama sebulan, apakah aku boleh menunaikannya?. Rasulullah saw. bersabda: Ya,