Top Banner
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1724, 2019 KEMENPAN-RB. Jabatan Fungsional Analis Ketahanan Pangan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2019 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk pengembangan karier dan peningkatan profesionalisme pegawai negeri sipil yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang di bidang ketahanan pangan, serta untuk meningkatkan kinerja organisasi, perlu ditetapkan Jabatan Fungsional Analis Ketahanan Pangan; b. bahwa Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 38 Tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional Analis Ketahanan Pangan sudah tidak sesuai dengan perkembangan hukum sehingga perlu diganti; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi tentang Jabatan Fungsional Analis Ketahanan Pangan;
73

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA · 2020. 3. 2. · Unsur kegiatan tugas Jabatan Fungsional Analis Ketahanan Pangan yang dapat dinilai ang ka kreditnya, yaitu analisis ketahanan pangan

Feb 04, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • BERITA NEGARA

    REPUBLIK INDONESIA No.1724, 2019 KEMENPAN-RB. Jabatan Fungsional Analis

    Ketahanan Pangan. Pencabutan.

    PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

    DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

    NOMOR 29 TAHUN 2019

    TENTANG

    JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KETAHANAN PANGAN

    DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

    MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

    DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

    Menimbang : a. bahwa untuk pengembangan karier dan peningkatan

    profesionalisme pegawai negeri sipil yang mempunyai

    ruang lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang di

    bidang ketahanan pangan, serta untuk meningkatkan

    kinerja organisasi, perlu ditetapkan Jabatan Fungsional

    Analis Ketahanan Pangan;

    b. bahwa Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan

    Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 38

    Tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional Analis

    Ketahanan Pangan sudah tidak sesuai dengan

    perkembangan hukum sehingga perlu diganti;

    c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

    dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan

    Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan

    Reformasi Birokrasi tentang Jabatan Fungsional Analis

    Ketahanan Pangan;

  • 2019, No.1724 -2-

    Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang

    Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik

    Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran

    Negara Republik Indonesia Nomor 4916);

    2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012

    Nomor 227, Tambahan Lembaran Negara Republik

    Indonesia Nomor 5360);

    3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur

    Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

    2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik

    Indonesia Nomor 5494);

    4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

    Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

    Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran

    Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana

    telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-

    Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua

    atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

    Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

    Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran

    Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

    5. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2015 tentang

    Ketahanan Pangan dan Gizi (Lembaran Negara Republik

    Indonesia Tahun 2015 Nomor 60, Tambahan Lembaran

    Negara Republik Indonesia Nomor 5680);

    6. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang

    Manajemen Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara

    Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 63, Tambahan

    Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6037);

    7. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2019 tentang

    Penilaian Kinerja Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara

    Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 77, Tambahan

    Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6340);

    8. Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2015 tentang

    Kementerian Pertanian (Lembaran Negara Republik

    Indonesia Tahun 2015 Nomor 85);

  • 2019, No.1724 -3-

    9. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2015 tentang

    Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan

    Reformasi Birokrasi (Lembaran Negara Republik

    Indonesia Tahun 2015 Nomor 89);

    10. Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang

    Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil,

    sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden

    Nomor 97 Tahun 2012 tentang Perubahan atas

    Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang

    Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012

    Nomor 235);

    11. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan

    Reformasi Birokrasi Nomor 13 Tahun 2019 tentang

    Pengusulan Penetapan dan Pembinaan Jabatan

    Fungsional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

    2019 Nomor 834);

    MEMUTUSKAN:

    Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR

    NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI TENTANG JABATAN

    FUNGSIONAL ANALIS KETAHANAN PANGAN.

    BAB I

    KETENTUAN UMUM

    Pasal 1

    Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

    1. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS

    adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat

    tertentu, diangkat sebagai pegawai aparatur sipil negara

    secara tetap oleh Pejabat Pembina Kepegawaian untuk

    menduduki jabatan pemerintahan.

    2. Pejabat Pembina Kepegawaian adalah pejabat yang

    mempunyai kewenangan menetapkan pengangkatan,

    pemindahan dan pemberhentian aparatur sipil negara

    dan pembinaan manajemen aparatur sipil negara di

  • 2019, No.1724 -4-

    instansi pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan

    perundang-undangan.

    3. Pejabat yang Berwenang adalah pejabat yang mempunyai

    kewenangan melaksanakan proses pengangkatan,

    pemindahan, dan pemberhentian aparatur sipil negara

    sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

    undangan.

    4. Jabatan Fungsional adalah sekelompok jabatan yang

    berisi fungsi dan tugas berkaitan dengan pelayanan

    fungsional yang berdasarkan pada keahlian dan

    keterampilan tertentu.

    5. Instansi Pemerintah adalah instansi pusat dan instansi

    daerah.

    6. Instansi Pusat adalah kementerian, lembaga pemerintah

    nonkementerian, kesekretariatan lembaga negara, dan

    kesekretariatan lembaga nonstruktural.

    7. Instansi Daerah adalah perangkat daerah provinsi dan

    perangkat daerah kabupaten/kota yang meliputi

    sekretariat daerah, sekretariat dewan perwakilan rakyat

    daerah, dinas daerah, dan lembaga teknis daerah.

    8. Jabatan Fungsional Analis Ketahanan Pangan adalah

    jabatan yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung

    jawab, dan wewenang untuk melaksanakan kegiatan

    analisis ketahanan pangan.

    9. Pejabat Fungsional Analis Ketahanan Pangan yang

    selanjutnya disebut Analis Ketahanan Pangan adalah

    PNS yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan

    hak secara penuh oleh Pejabat yang Berwenang untuk

    melaksanakan kegiatan analisis ketahanan pangan.

    10. Analisis Ketahanan Pangan adalah kegiatan analisis

    ketersediaan pangan, keterjangkauan pangan, dan

    pemanfaatan pangan.

    11. Sasaran Kinerja Pegawai yang selanjutnya disingkat SKP

    adalah rencana kinerja dan target yang akan dicapai oleh

    seorang PNS yang harus dicapai setiap tahun.

    12. Angka Kredit adalah satuan nilai dari uraian kegiatan

    dan/atau akumulasi nilai dari uraian kegiatan yang

  • 2019, No.1724 -5-

    ditetapkan dalam butir kegiatan yang harus dicapai oleh

    Analis Ketahanan Pangan dalam rangka pembinaan

    karier yang bersangkutan.

    13. Angka Kredit Kumulatif adalah akumulasi nilai Angka

    Kredit minimal yang harus dicapai oleh Analis Ketahanan

    Pangan sebagai salah satu syarat kenaikan pangkat

    dan/atau jabatan.

    14. Penetapan Angka Kredit yang selanjutnya disingkat PAK

    adalah hasil penilaian yang diberikan berdasarkan angka

    kredit untuk pengangkatan atau kenaikan pangkat atau

    jabatan dalam Jabatan Fungsional Analis Ketahanan

    Pangan.

    15. Tim Penilai Angka Kredit Jabatan Fungsional Analis

    Ketahanan Pangan yang selanjutnya disebut Tim Penilai

    adalah tim yang dibentuk dan ditetapkan oleh Pejabat

    yang Berwenang dan bertugas mengevaluasi keselarasan

    hasil kerja dengan tugas yang disusun dalam SKP serta

    menilai capaian kinerja pejabat fungsional dalam bentuk

    Angka Kredit.

    16. Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Analis

    Ketahanan Pangan yang selanjutnya disebut Standar

    Kompetensi adalah deskripsi pengetahuan, keterampilan,

    dan perilaku yang diperlukan seorang Analis Ketahanan

    Pangan dalam melaksanakan tugas jabatan.

    17. Uji Kompetensi adalah proses pengukuran dan penilaian

    untuk pemenuhan Standar Kompetensi pada setiap

    jenjang Jabatan Fungsional Analis Ketahanan Pangan.

    18. Hasil Kerja adalah unsur kegiatan utama yang harus

    dicapai oleh Analis Ketahanan Pangan sebagai prasyarat

    menduduki setiap jenjang Jabatan Fungsional Analis

    Ketahanan Pangan.

    19. Hasil Kerja Minimal adalah unsur kegiatan utama yang

    harus dicapai minimal oleh Analis Ketahanan Pangan

    sebagai prasyarat pencapaian hasil kerja.

    20. Karya tulis/karya ilmiah adalah tulisan hasil pokok

    pikiran, pengembangan, dan hasil kajian/penelitian yang

  • 2019, No.1724 -6-

    disusun oleh Analis Ketahanan Pangan baik perorangan

    atau kelompok di bidang Analisis Ketahanan Pangan.

    21. Instansi Pembina adalah kementerian yang

    menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang

    pertanian.

    22. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan

    pemerintahan dibidang pendayagunaan aparatur negara.

    BAB II

    KEDUDUKAN, TANGGUNG JAWAB, DAN

    KLASIFIKASI/RUMPUN JABATAN

    Bagian Kesatu

    Kedudukan dan Tanggung Jawab

    Pasal 2

    (1) Analis Ketahanan Pangan berkedudukan sebagai

    pelaksana teknis fungsional di bidang analisis ketahanan

    pangan pada unit organisasi yang membidangi analisis

    ketahanan pangan pada Instansi Pemerintah.

    (2) Analis Ketahanan Pangan sebagaimana dimaksud pada

    ayat (1) berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab

    secara langsung kepada Pejabat Pimpinan Tinggi

    Pratama, Pejabat Administrator, atau Pejabat Pengawas

    yang memiliki keterkaitan dengan pelaksanaan tugas

    Jabatan Fungsional Analis Ketahanan Pangan.

    (3) Kedudukan Analis Ketahanan Pangan, sebagaimana

    dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dalam peta jabatan

    berdasarkan analisis tugas dan fungsi unit kerja, analisis

    jabatan, dan analisis beban kerja dilaksanakan sesuai

    ketentuan peraturan perundang-undangan.

    Pasal 3

    Analis Ketahanan Pangan sebagaimana dimaksud pada Pasal

    2 merupakan jabatan karier PNS.

  • 2019, No.1724 -7-

    Bagian Kedua

    Klasifikasi/Rumpun Jabatan

    Pasal 4

    Jabatan Fungsional Analis Ketahanan Pangan termasuk

    dalam klasifikasi/rumpun manajemen.

    BAB III

    KATEGORI DAN JENJANG JABATAN FUNGSIONAL

    Pasal 5

    (1) Jabatan Fungsional Analis Ketahanan Pangan

    merupakan jabatan fungsional kategori keahlian.

    (2) Jenjang Jabatan Fungsional Analis Ketahanan Pangan

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dari jenjang

    terendah sampai dengan jenjang tertinggi, terdiri atas:

    a. Analis Ketahanan Pangan Ahli Pertama;

    b. Analis Ketahanan Pangan Ahli Muda;

    c. Analis Ketahanan Pangan Ahli Madya; dan

    d. Analis Ketahanan Pangan Ahli Utama.

    (3) Jenjang pangkat Jabatan Fungsional Analis Ketahanan

    Pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditetapkan

    sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

    undangan sebagaimana tercantum dalam Lampiran III

    sampai dengan Lampiran V yang merupakan bagian tidak

    terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

    BAB IV

    TUGAS JABATAN, UNSUR KEGIATAN, URAIAN KEGIATAN

    TUGAS JABATAN, DAN HASIL KERJA

    Bagian Kesatu

    Tugas Jabatan

    Pasal 6

    Tugas Jabatan Fungsional Analis Ketahanan Pangan yaitu

    melaksanakan kegiatan analisis ketahanan pangan yang

  • 2019, No.1724 -8-

    meliputi ketersediaan, keterjangkauan, dan pemanfaatan

    pangan.

    Bagian Kedua

    Unsur Kegiatan

    Pasal 7

    Unsur kegiatan tugas Jabatan Fungsional Analis Ketahanan

    Pangan yang dapat dinilai angka kreditnya, yaitu analisis

    ketahanan pangan yang meliputi analisis ketersediaan

    pangan, keterjangkauan pangan, dan pemanfaatan pangan.

    Bagian Ketiga

    Uraian Kegiatan Tugas Jabatan

    Pasal 8

    (1) Uraian kegiatan tugas Jabatan Fungsional Analis

    Ketahanan Pangan sesuai jenjang jabatannya, ditetapkan

    dalam butir kegiatan sebagai berikut:

    a. Analis Ketahanan Pangan Ahli Pertama, meliputi:

    1. melakukan identifikasi dan inventarisasi data

    ketersediaan pangan dan sumberdaya pangan;

    2. mengolah data/informasi ketersediaan pangan

    dan sumberdaya pangan;

    3. melakukan identifikasi dan inventarisasi data

    wilayah rentan rawan pangan;

    4. mengolah data/informasi wilayah rentan rawan

    pangan;

    5. melakukan identifikasi dan inventarisasi data

    kerawanan pangan, penduduk rawan pangan,

    kewaspadaan pangan dan gizi;

    6. mengolah data/informasi kerawanan pangan,

    penduduk rawan pangan, kewaspadaan pangan

    dan gizi;

    7. melakukan identifikasi dan inventarisasi

    penanganan/mitigasi rentan rawan pangan;

  • 2019, No.1724 -9-

    8. mengolah data/informasi penanganan/mitigasi

    rentan rawan pangan;

    9. melakukan identifikasi dan inventarisasi data

    akses pangan;

    10. mengolah data/informasi data akses pangan;

    11. melakukan identifikasi dan inventarisasi data

    stok gabah dan/atau beras di penggilingan dan

    pedagang;

    12. mengolah data/informasi stok gabah dan/atau

    beras di penggilingan dan pedagang;

    13. melakukan identifikasi dan inventarisasi data

    kelembagaan distribusi pangan;

    14. mengolah data/informasi kelembagaan

    distribusi pangan;

    15. melakukan identifikasi dan inventarisasi data

    pola/jaringan distribusi pangan;

    16. mengolah data/informasi pola/jaringan

    distribusi pangan;

    17. melakukan identifikasi dan inventarisasi data

    harga dan stok pangan;

    18. mengolah data/informasi harga dan stok

    pangan;

    19. melakukan identifikasi dan inventarisasi data

    pasokan dan harga pangan;

    20. mengolah data/informasi pasokan dan harga

    pangan;

    21. melakukan identifikasi dan inventarisasi data

    cadangan pangan pemerintah;

    22. melakukan identifikasi dan inventarisasi data

    cadangan pangan masyarakat;

    23. mengolah data/informasi cadangan pangan

    pemerintah;

    24. mengolah data/informasi cadangan pangan

    masyarakat;

    25. melakukan identifikasi dan inventarisasi data

    kelembagaan cadangan pangan dan fasilitasi

    fisik lumbung;

  • 2019, No.1724 -10-

    26. mengolah data/informasi kelembagaan

    cadangan pangan dan fasilitasi fisik lumbung;

    27. melakukan identifikasi dan inventarisasi data

    konsumsi pangan;

    28. mengolah data/informasi konsumsi pangan;

    29. melakukan identifikasi dan inventarisasi data

    potensi pangan lokal dan potensi olahan

    pangan spesifik wilayah;

    30. mengolah data/informasi potensi pangan lokal

    dan potensi olahan pangan spesifik wilayah;

    31. melakukan identifikasi dan inventarisasi data

    penganekaragaman pangan;

    32. mengolah data/informasi penganekaragaman

    pangan;

    33. melakukan identifikasi dan inventarisasi data

    keamanan pangan segar;

    34. mengolah data/informasi keamanan pangan

    segar;

    35. mengolah data/informasi prognosa neraca

    pangan;

    36. mengolah data/informasi struktur ongkos

    usaha tani komoditas pangan strategis;

    37. menyusun bahan informasi dibidang ketahanan

    pangan;

    38. melakukan penyusunan pedoman/panduan/

    petunjuk pelaksanaan/petunjuk

    teknis/modul/jurnal di bidang ketahanan

    pangan; dan

    39. menyusun bahan kebijakan di bidang

    ketahanan pangan.

    b. Analis Ketahanan Pangan Ahli Muda, meliputi:

    1. mengolah dan menganalisis data/informasi

    ketersediaan pangan dan sumberdaya pangan;

    2. mengolah dan menganalisis data/informasi

    wilayah rentan rawan pangan;

  • 2019, No.1724 -11-

    3. mengolah dan menganalisis data/informasi

    kerawanan pangan, penduduk rawan pangan,

    kewaspadaan pangan dan gizi;

    4. mengolah dan menganalisis data/informasi

    penanganan/mitigasi rentan rawan pangan;

    5. mengolah dan menganalisis data/informasi

    akses pangan;

    6. mengolah dan menganalisis data/informasi stok

    gabah dan/atau beras di penggilingan dan

    pedagang;

    7. mengolah dan menganalisis data/informasi

    kelembagaan distribusi pangan;

    8. mengolah dan menganalisis data/informasi

    pola/jaringan distribusi pangan;

    9. mengolah dan menganalisis data/informasi

    harga dan stok pangan;

    10. mengolah dan menganalisis data/informasi

    pasokan dan harga pangan;

    11. mengolah dan menganalisis data/informasi

    prognosa neraca pangan;

    12. mengolah dan menganalisis data/informasi

    struktur ongkos usaha tani komoditas pangan

    strategis;

    13. mengolah dan menganalisis data/informasi

    cadangan pangan pemerintah;

    14. mengolah dan menganalisis data/informasi

    cadangan pangan masyarakat;

    15. mengolah dan menganalisis data/informasi

    kelembagaan cadangan pangan dan

    infrastruktur cadangan pangan;

    16. mengolah dan menganalisis data/informasi

    konsumsi pangan;

    17. menganalisis pola konsumsi pangan;

    18. menganalisis pola pangan harapan;

    19. menganalisis situasi konsumsi pangan dan gizi;

    20. menganalisis tren dan target kebutuhan

    konsumsi pangan;

  • 2019, No.1724 -12-

    21. menyusun peta pola konsumsi pangan;

    22. mengolah dan menganalisis data/informasi

    potensi pangan lokal dan potensi olahan

    pangan spesifik wilayah;

    23. mengolah dan menganalisis data/informasi

    penganekaragaman pangan;

    24. mengolah dan menganalisis data/informasi

    keamanan pangan segar;

    25. menyusun bahan informasi di bidang

    ketahanan pangan;

    26. melakukan penyusunan pedoman/panduan/

    petunjuk pelaksanaan/petunjuk

    teknis/modul/jurnal di bidang ketahanan

    pangan;

    27. menyusun bahan kebijakan di bidang

    ketahanan pangan; dan

    28. melakukan kegiatan bimbingan dan supervisi

    terhadap pengembangan substansi di bidang

    ketahanan pangan.

    c. Analis Ketahanan Pangan Ahli Madya, meliputi:

    1. melakukan analisis dan kajian ketersediaan

    pangan dan sumberdaya pangan;

    2. melakukan analisis dan kajian kerawanan

    pangan;

    3. melakukan analisis dan kajian penanganan/

    mitigasi rentan rawan pangan;

    4. melakukan analisis dan kajian peningkatan

    akses pangan masyarakat;

    5. melakukan penyusunan metodologi analisis

    wilayah rentan rawan pangan;

    6. melakukan analisis dan kajian distribusi

    pangan;

    7. melakukan analisis dan kajian pasokan, stock

    dan harga pangan;

    8. melakukan analisis dan kajian prognosa neraca

    pangan;

  • 2019, No.1724 -13-

    9. melakukan analisis dan kajian struktur ongkos

    usaha tani komoditas pangan strategis;

    10. melakukan analisis dan kajian cadangan

    pangan pemerintah;

    11. melakukan analisis dan kajian cadangan

    pangan masyarakat;

    12. melakukan analisis dan kajian konsumsi

    pangan;

    13. melakukan analisis dan kajian potensi pangan

    lokal dan potensi olahan pangan spesifik

    wilayah;

    14. melakukan analisis dan kajian

    penganekaragaman konsumsi pangan;

    15. melakukan analisis dan kajian keamanan

    pangan segar;

    16. menyusun naskah akademik terkait peraturan

    di bidang ketahanan pangan;

    17. menyusun bahan informasi dibidang ketahanan

    pangan;

    18. melakukan penyusunan pedoman/panduan/

    petunjuk pelaksanaan/petunjuk

    teknis/modul/jurnal di bidang ketahanan

    pangan;

    19. menyusun bahan kebijakan di bidang

    ketahanan pangan; dan

    20. melakukan kegiatan bimbingan dan supervisi

    terhadap pengembangan substansi di bidang

    ketahanan pangan.

    d. Analis Ketahanan Pangan Ahli Utama, meliputi:

    1. menyusun konsep model/ desain

    pengembangan di bidang ketahanan pangan;

    2. menyusun instrumen baru/pengembangan di

    bidang ketahanan pangan;

    3. menyusun konsep rencana strategis jangka

    pendek/menengah di bidang ketahanan

    pangan;

  • 2019, No.1724 -14-

    4. melakukan pengembangan kajian antisipatif

    dan responsif tentang kebijakan ketahanan

    pangan;

    5. mengevaluasi kebijakan dan/atau program

    ketahanan pangan;

    6. melakukan kajian dampak kebijakan/program

    di bidang ketahanan pangan;

    7. menyusun model indeks ketahanan pangan

    Indonesia;

    8. menyusun road map di bidang ketahanan

    pangan;

    9. melakukan kajian naskah akademik terkait

    peraturan di bidang ketahanan pangan;

    10. mengevaluasi dan menyempurnakan peraturan

    di bidang ketahanan pangan;

    11. menyiapkan policy brief (risalah kebijakan) di

    bidang ketahanan pangan sesuai penugasan

    pimpinan;

    12. menyusun bahan informasi hasil kajian di

    bidang ketahanan pangan untuk dipublikasikan

    di media massa nasional/ internasional;

    13. Melakukan kajian harmonisasi standar/

    kebijakan/komitmen nasional/regional/

    internasional di bidang ketahanan pangan;

    14. menyusun bahan informasi dibidang ketahanan

    pangan;

    15. melakukan penyusunan pedoman/panduan/

    petunjuk pelaksanaan/petunjuk

    teknis/modul/jurnal di bidang ketahanan

    pangan; dan

    16. menyiapkan bahan kebijakan di bidang

    ketahanan pangan; dan

    17. melakukan kegiatan bimbingan dan supervisi

    terhadap pengembangan substansi di bidang

    ketahanan pangan.

    (2) Analis Ketahanan Pangan yang melaksanakan kegiatan

    tugas jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

  • 2019, No.1724 -15-

    diberikan nilai Angka Kredit sebagaimana tercantum

    dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak

    terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

    (3) Rincian uraian kegiatan setiap jenjang jabatan

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh

    Instansi Pembina.

    Bagian Keempat

    Hasil Kerja

    Pasal 9

    Hasil kerja tugas jabatan untuk Jabatan Fungsional Analis

    Ketahanan Pangan sesuai jenjang jabatan sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1), sebagai berikut:

    a. Analis Ketahanan Pangan Ahli Pertama, meliputi:

    1. paket data ketersediaan pangan dan sumberdaya

    pangan;

    2. laporan hasil pengolahan data/informasi

    ketersediaan pangan dan sumberdaya pangan;

    3. paket data wilayah rentan rawan pangan;

    4. laporan hasil pengolahan data/informasi wilayah

    rentan rawan pangan;

    5. paket data kerawanan pangan, penduduk rawan

    pangan, kewaspadaan pangan dan gizi;

    6. laporan hasil pengolahan data/informasi kerawanan

    pangan, penduduk rawan pangan, kewaspadaan

    pangan dan gizi;

    7. paket data penanganan/mitigasi rentan rawan

    pangan;

    8. laporan hasil pengolahan data/informasi

    penanganan/mitigasi rentan rawan pangan;

    9. paket data akses pangan;

    10. laporan hasil pengolahan data/informasi data akses

    pangan;

    11. paket data stok gabah dan/atau beras di

    penggilingan dan pedagang;

  • 2019, No.1724 -16-

    12. laporan hasil pengolahan data/informasi stok gabah

    dan/atau beras di penggilingan dan pedagang;

    13. paket data kelembagaan distribusi pangan;

    14. laporan hasil pengolahan data/ informasi

    kelembagaan distribusi pangan;

    15. paket data pola/jaringan distribusi pangan;

    16. laporan hasil pengolahan data/informasi pola/

    jaringan distribusi pangan;

    17. paket data harga dan stok pangan;

    18. laporan hasil pengolahan data/informasi harga dan

    stok pangan;

    19. paket data pasokan dan harga pangan;

    20. laporan hasil pengolahan data/informasi pasokan

    dan harga pangan;

    21. paket data cadangan pangan pemerintah;

    22. paket data cangan pangan masyarakat;

    23. laporan hasil pengolahan data/informasi cadangan

    pangan pemerintah;

    24. laporan hasil pengolahan data/informasi cadangan

    pangan masyarakat;

    25. paket data kelembagaan cadangan pangan dan

    fasilitasi fisik lumbung;

    26. laporan hasil pengolahan data/informasi

    kelembagaan cadangan pangan dan infrastruktur

    cadangan pangan;

    27. paket data konsumsi pangan;

    28. laporan hasil pengolahan data/informasi konsumsi

    pangan;

    29. laporan hasil identifikasi dan inventarisasi data

    potensi pangan lokal dan potensi olahan pangan

    spesifik wilayah;

    30. laporan hasil pengolahan data/informasi potensi

    pangan lokal dan potensi olahan pangan spesifik

    wilayah;

    31. laporan hasil identifikasi dan inventarisasi data

    penganekaragaman pangan;

  • 2019, No.1724 -17-

    32. laporan hasil pengolahan data/informasi

    penganekaragaman pangan;

    33. paket data keamanan pangan segar;

    34. laporan hasil pengolahan data/informasi keamanan

    pangan segar;

    35. laporan hasil pengolahan data/informasi prognosa

    neraca pangan;

    36. laporan hasil pengolahan data/informasi struktur

    ongkos usaha tani komoditas pangan strategis;

    37. hasil penyusunan bahan informasi di bidang

    ketahanan pangan;

    38. konsep pedoman/panduan/petunjuk

    pelaksanaan/petunjuk teknis/modul jurnal di

    bidang ketahanan pangan; dan

    39. paket data bahan kebijakan di bidang ketahanan

    pangan.

    b. Analis Ketahanan Pangan Ahli Muda, meliputi:

    1. laporan hasil analisis data/informasi ketersediaan

    pangan dan sumberdaya pangan;

    2. laporan hasil analisis data/informasi wilayah rentan

    rawan pangan;

    3. laporan hasil analisis data/informasi kerawanan

    pangan, penduduk rawan pangan, kewaspadaan

    pangan dan gizi;

    4. laporan hasil analisis data/informasi penanganan/

    mitigasi rentan rawan pangan;

    5. laporan hasil analisis data/informasi akses pangan;

    6. laporan hasil analisis data/informasi stok gabah

    dan/atau beras di penggilingan dan pedagang;

    7. laporan hasil analisis data/informasi kelembagaan

    distribusi pangan;

    8. laporan hasil analisis data/informasi pola/jaringan

    distribusi pangan;

    9. laporan hasil analisis data/informasi harga dan stok

    pangan;

    10. laporan hasil analisis data/informasi pasokan dan

    harga pangan;

  • 2019, No.1724 -18-

    11. laporan hasil analisis data/informasi prognosa

    neraca pangan;

    12. laporan hasil analisis data/informasi struktur

    ongkos usaha tani komoditas pangan strategis;

    13. laporan hasil analisis data/informasi cadangan

    pangan pemerintah;

    14. laporan hasil analisis data/informasi cadangan

    pangan masyarakat;

    15. laporan hasil analisis data/informasi kelembagaan

    cadangan pangan dan infrastruktur cadangan

    pangan;

    16. laporan hasil analisis data/informasi konsumsi

    pangan;

    17. laporan hasil analisis pola konsumsi pangan dan

    laporan analisis konsumsi pangan beragam, bergizi,

    seimbang, dan aman;

    18. buku direktori perkembangan konsumsi pangan;

    19. laporan analisis situasi konsumsi pangan dan gizi;

    20. laporan analisis tren dan target kebutuhan

    konsumsi pangan;

    21. peta pola konsumsi pangan;

    22. laporan hasil analisis data/informasi potensi pangan

    lokal dan potensi olahan pangan spesifik wilayah;

    23. laporan hasil analisis data/informasi

    penganekaragaman pangan;

    24. laporan hasil analisis data/informasi keamanan

    pangan segar;

    25. laporan hasil penyusunan bahan informasi di bidang

    ketahanan pangan;

    26. konsep pedoman/panduan/ petunjuk

    pelaksanaan/petunjuk teknis /modul jurnal di

    bidang ketahanan pangan; dan

    27. laporan hasil analisis bahan kebijakan di bidang

    ketahanan pangan.

    28. laporan hasil bimbingan dan supervisi terhadap

    pengembangan substansi di bidang ketahanan

    pangan.

  • 2019, No.1724 -19-

    c. Analis Ketahanan Pangan Ahli Madya, meliputi:

    1. laporan hasil kajian ketersediaan pangan dan

    sumberdaya pangan;

    2. laporan hasil kajian kerawanan pangan;

    3. laporan hasil kajian penanganan/mitigasi rentan

    rawan pangan;

    4. laporan hasil kajian peningkatan akses pangan

    masyarakat;

    5. konsep metodologi analisis wilayah rentan rawan

    pangan;

    6. laporan hasil kajian distribusi pangan;

    7. laporan hasil kajian pasokan, stok dan harga

    pangan;

    8. laporan hasil kajian prognosa neraca pangan;

    9. laporan hasil kajian struktur ongkos usaha tani

    komoditas pangan strategis;

    10. laporan hasil kajian cadangan pangan pemerintah;

    11. laporan hasil kajian cadangan pangan masyarakat;

    12. laporan hasil kajian konsumsi pangan;

    13. laporan hasil kajian potensi pangan lokal dan

    potensi olahan pangan spesifik wilayah;

    14. laporan hasil kajian penganekaragaman konsumsi

    pangan;

    15. laporan hasil kajian keamanan pangan segar;

    16. konsep naskah akademik terkait peraturan di bidang

    ketahanan pangan.

    17. laporan hasil penyusunan bahan informasi di bidang

    ketahanan pangan;

    18. konsep pedoman/panduan/ petunjuk

    pelaksanaan/petunjuk teknis /modul jurnal di

    bidang ketahanan pangan; dan

    19. konsep kebijakan di bidang ketahanan pangan.

    20. laporan hasil bimbingan dan supervisi terhadap

    pengembangan substansi di bidang ketahanan

    pangan.

  • 2019, No.1724 -20-

    d. Analis Ketahanan Pangan Ahli Utama, meliputi:

    1. konsep model/desain pengembangan di bidang

    ketahanan pangan;

    2. instrumen baru/pengembangan di bidang

    ketahanan pangan;

    3. konsep rencana strategis jangka pendek/menengah

    di bidang ketahanan pangan;

    4. laporan pengembangan kajian antisipatif dan

    responsif tentang kebijakan ketahanan pangan;

    5. laporan evaluasi kebijakan dan/atau program

    ketahanan pangan;

    6. laporan hasil kajian dampak kebijakan/program di

    bidang ketahanan pangan;

    7. model indeks ketahanan pangan indonesia;

    8. konsep road map (panduan) di bidang Ketahanan

    Pangan;

    9. konsep naskah akademik terkait peraturan di bidang

    ketahanan pangan;

    10. laporan hasil evaluasi dan penyempurnaan

    peraturan di bidang ketahanan pangan;

    11. policy brief (risalah kebijakan) di bidang ketahanan

    pangan sesuai penugasan pimpinan;

    12. naskah hasil kajian di bidang ketahanan pangan

    untuk dipublikasikan di media massa

    nasional/internasional;

    13. laporan hasil kajian harmonisasi standar/

    kebijakan/ komitmen nasional/ regional/

    internasional di bidang ketahanan pangan;

    14. laporan hasil analisis informasi di bidang ketahanan

    pangan;

    15. konsep pedoman/panduan/ petunjuk

    pelaksanaan/petunjuk teknis /modul jurnal di

    bidang ketahanan pangan; dan

    16. konsep rekomendasi kebijakan di bidang ketahanan

    pangan; dan

  • 2019, No.1724 -21-

    17. laporan hasil bimbingan dan supervisi terhadap

    pengembangan substansi di bidang ketahanan

    pangan.

    Pasal 10

    Dalam hal unit kerja tidak terdapat Analis Ketahanan Pangan

    yang sesuai dengan jenjang jabatannya untuk melaksanakan

    kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1),

    Analis Ketahanan Pangan yang berada satu sampai dengan

    dua tingkat di atas atau satu tingkat di bawah jenjang

    jabatannya dapat melakukan kegiatan tersebut berdasarkan

    penugasan secara tertulis dari pimpinan unit kerja yang

    bersangkutan.

    Pasal 11

    Penilaian angka kredit pelaksanaan kegiatan sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 10 ditetapkan sebagai berikut:

    a. Analis Ketahanan Pangan yang melaksanakan tugas satu

    tingkat diatas jenjangnya, memperoleh Angka Kredit 80%

    (delapan puluh persen) dari Angka Kredit setiap butir

    kegiatan; dan

    b. Analis Ketahanan Pangan yang melaksanakan tugas satu

    atau dua tingkat di bawah jenjang jabatannya,

    memperoleh Angka Kredit 100% (seratus persen) dari

    Angka Kredit setiap butir kegiatan,

    sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan

    bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

  • 2019, No.1724 -22-

    BAB V

    PENGANGKATAN DALAM JABATAN

    Bagian Kesatu

    Umum

    Pasal 12

    Pejabat yang memiliki kewenangan mengangkat dalam

    Jabatan Fungsional Analis Ketahanan Pangan yaitu pejabat

    sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    Pasal 13

    Pengangkatan PNS ke dalam Jabatan Fungsional Analis

    Ketahanan Pangan dapat dilakukan melalui:

    a. pengangkatan pertama;

    b. perpindahan dari jabatan lain; dan

    c. promosi.

    Pasal 14

    Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Analis Ketahanan

    Pangan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan perundang-

    undangan.

    Bagian Kedua

    Pengangkatan Pertama

    Pasal 15

    (1) Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Analis

    Ketahanan Pangan melalui pengangkatan pertama

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf a, harus

    memenuhi persyaratan sebagai berikut:

    a. berstatus PNS;

    b. memiliki integritas dan moralitas yang baik;

    c. sehat jasmani dan rohani;

    d. berijazah paling rendah Sarjana (S1) atau Diploma

    IV bidang pertanian, ilmu gizi, teknologi pangan,

  • 2019, No.1724 -23-

    atau kualifikasi lain yang ditentukan oleh instansi

    pembina;

    e. mengikuti dan lulus uji kompetensi sesuai standar

    kompetensi yang telah disusun oleh instansi

    pembina; dan

    f. nilai prestasi kerja paling rendah bernilai baik dalam

    1 (satu) tahun terakhir.

    (2) Pengangkatan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat

    (1) merupakan pengangkatan untuk mengisi lowongan

    kebutuhan Jabatan Fungsional Analis Ketahanan Pangan

    dari calon PNS.

    (3) Calon PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) setelah

    diangkat sebagai PNS, dan telah mengikuti dan lulus uji

    kompetensi, paling lama 1 (satu) tahun diangkat dalam

    Jabatan Fungsional Analis Ketahanan Pangan.

    (4) PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (3), paling lama 3

    (tiga) tahun setelah diangkat harus mengikuti dan lulus

    pendidikan dan pelatihan fungsional di bidang analisis

    ketahanan pangan.

    (5) Analis Ketahanan Pangan yang belum mengikuti

    dan/atau tidak lulus pendidikan dan pelatihan

    fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak

    diberikan kenaikan jenjang jabatan satu tingkat di atas.

    (6) Angka Kredit untuk pengangkatan pertama dalam

    Jabatan Fungsional Analis Ketahanan Pangan dinilai dan

    ditetapkan dari pelaksanaan tugas Jabatan Fungsional

    Analis Ketahanan Pangan.

    Bagian Ketiga

    Pengangkatan Perpindahan dari Jabatan Lain

    Pasal 16

    (1) Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Analis

    Ketahanan Pangan melalui perpindahan dari jabatan lain

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf b,

    dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

    a. berstatus PNS;

  • 2019, No.1724 -24-

    b. memiliki integritas dan moralitas yang baik;

    c. sehat jasmani dan rohani;

    d. berijazah paling rendah Sarjana (S1) atau Diploma IV

    bidang pertanian, ilmu gizi, teknologi pangan, atau

    kualifikasi lain yang ditentukan oleh instansi

    Pembina bagi PNS yang diangkat dalam Jabatan

    Fungsional Analis Ketahanan Pangan ahli pertama

    dan Analis Ketahanan Pangan ahli muda;

    e. berijazah paling rendah Pasca Sarjana (S2) bidang

    pertanian, ilmu gizi, teknologi pangan, atau

    kualifikasi lain yang ditentukan oleh instansi

    Pembina bagi PNS yang diangkat dalam Jabatan

    Fungsional Analis Ketahanan Pangan ahli madya dan

    Analis Ketahanan Pangan ahli utama;

    f. mengikuti dan lulus uji kompetensi sesuai standar

    kompetensi yang telah disusun oleh instansi

    pembina;

    g. memiliki pengalaman di bidang analisis ketahanan

    pangan paling sedikit 2 (dua) tahun;

    h. nilai prestasi kerja paling rendah bernilai baik dalam

    2 (dua) tahun terakhir; dan

    i. berusia paling tinggi:

    1) 53 (lima puluh tiga) tahun bagi yang akan

    menduduki Jabatan Fungsional Analis Ketahanan

    Pangan Ahli Pertama dan Jabatan Fungsional

    Analis Ketahanan Pangan Ahli Muda;

    2) 55 (lima puluh lima) tahun bagi yang akan

    menduduki Jabatan Fungsional Analis Ketahanan

    Pangan Ahli Madya; dan

    3) 60 (enam puluh) tahun bagi yang akan

    menduduki Jabatan Fungsional Analis Ketahanan

    Pangan Ahli Utama bagi PNS yang telah

    menduduki jabatan pimpinan tinggi.

    (2) Pengangkatan Jabatan Fungsional Analis Ketahanan

    Pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus

    mempertimbangkan kebutuhan untuk jenjang jabatan

    fungsional yang akan diduduki.

  • 2019, No.1724 -25-

    (3) Pangkat yang ditetapkan bagi PNS sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1) yaitu sama dengan pangkat yang

    dimilikinya, dan jenjang jabatan yang ditetapkan sesuai

    dengan jumlah Angka Kredit yang ditetapkan oleh

    pejabat yang berwenang menetapkan Angka Kredit.

    (4) Angka Kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dinilai

    dan ditetapkan dari tugas jabatan dengan

    mempertimbangkan pengalaman dalam pelaksanaan

    tugas di bidang Analisis Ketahanan Pangan.

    Pasal 17

    (1) Analis Ketahanan Pangan ahli utama dapat diangkat

    dari Jabatan Fungsional ahli utama lain melalui

    perpindahan dengan persyaratan sebagai berikut:

    a. berstatus PNS;

    b. memiliki integritas dan moralitas yang baik;

    c. sehat jasmani dan rohani;

    d. berijazah sesuai dengan kualifikasi pendidikan yang

    dibutuhkan untuk Jabatan Fungsional Analis

    Ketahanan Pangan ahli utama;

    e. mengikuti dan lulus uji kompetensi teknis,

    kompetensi manajerial, dan kompetensi sosial

    kultural sesuai dengan standar kompetensi yang

    telah disusun oleh Instansi Pembina;

    f. memiliki pengalaman dalam pelaksanaan tugas di

    bidang analisis ketahanan pangan paling singkat 2

    (dua) tahun;

    g. nilai prestasi kerja paling kurang bernilai baik dalam

    2 (dua) tahun terakhir; dan

    h. berusia paling tinggi 63 (enam puluh tiga) tahun.

    (2) Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1) harus mempertimbangkan

    lowongan kebutuhan untuk Jabatan Fungsional Analis

    Ketahanan Pangan Ahli Utama dan mendapat

    persetujuan Menteri.

  • 2019, No.1724 -26-

    Bagian Keempat

    Pengangkatan melalui Promosi

    Pasal 18

    Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Analis Ketahanan

    Pangan melalui promosi sebagaimana dimaksud dalam Pasal

    13 huruf c, ditetapkan berdasarkan kriteria:

    a. termasuk dalam kelompok rencana suksesi;

    b. menghasilkan inovasi yang bermanfaat bagi instansi dan

    kepentingan nasional, dan diakui oleh lembaga

    pemerintah terkait bidang inovasinya; dan

    c. memenuhi standar kompetensi jenjang jabatan yang

    akan diduduki.

    Pasal 19

    (1) Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Analis

    Ketahanan Pangan melalui Promosi dilaksanakan dalam

    hal:

    a. PNS yang belum menduduki Jabatan Fungsional

    Analis Ketahanan Pangan; atau

    b. kenaikan jenjang Jabatan Fungsional Analis

    Ketahanan Pangan satu tingkat lebih tinggi.

    (2) Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Analis

    Ketahanan Pangan melalui promosi sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1), harus memenuhi persyaratan

    sebagai berikut:

    a. mengikuti dan lulus uji kompetensi sesuai standar

    kompetensi yang telah disusun oleh instansi

    pembina;

    b. nilai kinerja/prestasi kerja paling rendah bernilai

    baik dalam 2 (dua) tahun terakhir;

    c. memiliki rekam jejak yang baik;

    d. tidak pernah melakukan pelanggaran kode etik dan

    profesi PNS; dan

    e. tidak pernah dikenakan hukuman disiplin PNS.

    (3) Bagi PNS yang diangkat dalam Jabatan Fungsional

    Analis Ketahanan Pangan ahli madya dan Analis

  • 2019, No.1724 -27-

    Ketahanan Pangan ahli utama melalui promosi harus

    berijazah paling rendah Pasca Sarjana (S2) bidang

    pertanian, ilmu gizi, teknologi pangan, atau kualifikasi

    lain yang ditentukan oleh instansi Pembina.

    (4) Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Analis

    Ketahanan Pangan melalui promosi harus

    mempertimbangkan kebutuhan untuk jenjang jabatan

    fungsional yang akan diduduki.

    (5) Angka Kredit untuk pengangkatan dalam Jabatan

    Fungsional Analis Ketahanan Pangan melalui promosi

    dinilai dan ditetapkan dari tugas jabatan.

    (6) Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Analis

    Ketahanan Pangan melalui promosi dilaksanakan sesuai

    dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    BAB VI

    PELANTIKAN DAN PENGAMBILAN SUMPAH/JANJI

    Pasal 20

    (1) Setiap PNS yang diangkat menjadi Analis Ketahanan

    Pangan wajib dilantik dan diambil sumpah/janji menurut

    agama atau kepercayaannya kepada Tuhan Yang Maha

    Esa.

    (2) Sumpah/janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    BAB VII

    PENILAIAN KINERJA

    Bagian Kesatu

    Umum

    Pasal 21

    (1) Penilaian kinerja Analis Ketahanan Pangan bertujuan

    untuk menjamin objektivitas pembinaan yang didasarkan

    sistem prestasi dan sistem karier.

  • 2019, No.1724 -28-

    (2) Penilaian kinerja Analis Ketahanan Pangan dilakukan

    berdasarkan perencanaan kinerja pada tingkat individu

    dan tingkat unit atau organisasi, dengan memperhatikan

    target, capaian, hasil dan manfaat yang dicapai, serta

    perilaku PNS.

    (3) Penilaian kinerja Analis Ketahanan Pangan dilakukan

    secara objektif, terukur, akuntabel, partisipatif, dan

    transparan sesuai ketentuan peraturan perundang-

    undangan.

    Pasal 22

    Penilaian Kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21

    meliputi:

    a. SKP; dan

    b. Perilaku Kerja.

    Bagian Kedua

    SKP

    Paragraf Kesatu

    Umum

    Pasal 23

    (1) Pada awal tahun, Analis Ketahanan Pangan wajib

    menyusun SKP.

    (2) SKP merupakan target kinerja Analis Ketahanan Pangan

    berdasarkan penetapan kinerja unit kerja yang

    bersangkutan.

    (3) SKP untuk setiap jenjang jabatan diambil dari uraian

    kegiatan tugas jabatan sebagai turunan dari penetapan

    kinerja unit kerja.

    Pasal 24

    (1) Target kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23

    ayat (2) terdiri dari kinerja utama berupa target Angka

    Kredit dan/atau kinerja tambahan berupa tugas

    tambahan.

  • 2019, No.1724 -29-

    (2) Target Angka Kredit sebagaimana dimaksud pada ayat

    (1), diuraikan dalam bentuk butir kegiatan sebagaimana

    tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian

    tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

    (3) Tugas tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    ditetapkan oleh pimpinan unit kerja berdasarkan

    penetapan kinerja unit kerja yang bersangkutan.

    Pasal 25

    (1) Target Angka Kredit dan tugas tambahan sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) sebagai dasar untuk

    penyusunan, penetapan, dan penilaian SKP.

    (2) SKP yang disusun sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    harus disetujui dan ditetapkan oleh atasan langsung.

    (3) Penilaian SKP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan

    perundang-undangan.

    (4) Hasil penilaian SKP Analis Ketahanan Pangan

    sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan sebagai

    capaian SKP.

    Paragraf Kedua

    Target Angka Kredit

    Pasal 26

    (1) Target Angka kredit sebagaimana dimaksud dalam Pasal

    25 ayat (1) bagi Analis Ketahanan Pangan setiap tahun

    ditetapkan paling sedikit:

    a. 12,5 (dua belas koma lima) untuk Analis Ketahanan

    Pangan Ahli Pertama;

    b. 25 (dua puluh lima) untuk Analis Ketahanan Pangan

    Ahli Muda;

    c. 37,5 (tiga puluh tujuh koma lima) untuk Analis

    Ketahanan Pangan Ahli Madya; dan

    d. 50 (lima puluh) untuk Analis Ketahanan Pangan Ahli

    Utama.

  • 2019, No.1724 -30-

    (2) Target Angka Kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    huruf d, tidak berlaku bagi Analis Ketahanan Pangan Ahli

    Utama yang memiliki pangkat paling tinggi dalam jenjang

    jabatan yang didudukinya.

    (3) Selain Target Angka Kredit sebagaimana dimaksud pada

    ayat (1), Analis Ketahanan Pangan wajib memperoleh

    hasil kerja minimal untuk setiap periode.

    (4) Ketentuan mengenai penghitungan target Angka Kredit

    dan hasil kerja minimal sebagaimana dimaksud pada

    ayat (1) dan ayat (3) diatur oleh Instansi Pembina.

    Paragraf Ketiga

    Angka Kredit Pemeliharaan

    Pasal 27

    (1) Analis Ketahanan Pangan yang telah memenuhi syarat

    untuk kenaikan jenjang jabatan setingkat lebih tinggi

    tetapi belum tersedia lowongan pada jenjang jabatan

    yang akan diduduki, setiap tahun wajib memenuhi target

    Angka Kredit, paling sedikit:

    a. 10 (sepuluh) untuk Analis Ketahanan Pangan Ahli

    Pertama;

    b. 20 (dua puluh) untuk Analis Ketahanan Pangan Ahli

    Muda; dan

    c. 30 (tiga puluh) untuk Analis Ketahanan Pangan Ahli

    Madya.

    (2) Analis Ketahanan Pangan Ahli Utama yang menduduki

    pangkat tertinggi dari jabatannya, setiap tahun sejak

    menduduki pangkatnya wajib mengumpulkan paling

    sedikit 25 (dua puluh lima) Angka Kredit.

    Bagian Ketiga

    Perilaku Kerja

    Pasal 28

    Perilaku kerja ditetapkan berdasarkan standar perilaku kerja

    dalam Jabatan Fungsional Analis Ketahanan Pangan dan

  • 2019, No.1724 -31-

    dinilai sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

    undangan.

    BAB VIII

    PENILAIAN DAN PENETAPAN ANGKA KREDIT

    Bagian Kesatu

    Penilaian dan Penetapan Angka Kredit

    Pasal 29

    (1) Capaian SKP Analis Ketahanan Pangan sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 25 ayat (4) disampaikan kepada

    Tim Penilai untuk dilakukan penilaian sebagai capaian

    Angka Kredit.

    (2) Capaian Angka Kredit Analis Ketahanan Pangan

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan paling

    tinggi 150% (seratus lima puluh persen) dari target Angka

    Kredit minimal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26

    dan Pasal 27.

    (3) Dalam hal telah memenuhi Angka Kredit yang

    dipersyaratkan untuk kenaikan pangkat/jabatan,

    capaian Angka Kredit Analis Ketahanan Pangan

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diusulkan kepada

    pejabat yang memiliki kewenangan menetapkan Angka

    Kredit untuk ditetapkan dalam PAK.

    (4) PAK sebagaimana dimaksud pada ayat (3) digunakan

    sebagai dasar kenaikan pangkat dan/atau jabatan

    setingkat lebih tinggi sebagaimana tercantum dalam

    Lampiran III sampai dengan Lampiran V yang merupakan

    bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

    Pasal 30

    (1) Untuk mendukung objektivitas dalam penilaian kinerja,

    Analis Ketahanan Pangan mendokumentasikan hasil

    kerja yang diperoleh sesuai dengan SKP yang ditetapkan

    setiap tahunnya.

  • 2019, No.1724 -32-

    (2) Dalam hal sebagai bahan pertimbangan dalam

    pelaksanaan penilaian Angka Kredit, Tim Penilai dapat

    meminta laporan pelaksanaan kegiatan dan bukti fisik

    hasil kerja Analis Ketahanan Pangan.

    (3) Hasil penilaian dan PAK Analis Ketahanan Pangan

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) dan ayat

    (3) dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam

    penilaian kinerja Analis Ketahanan Pangan.

    Bagian Kedua

    Pejabat yang Mengusulkan Angka Kredit

    Pasal 31

    Usul PAK Analis Ketahanan Pangan diajukan oleh:

    a. pejabat pimpinan tinggi madya yang membidangi

    ketahanan pangan kepada pejabat pimpinan tinggi

    madya yang membidangi kesekretariatan pada

    kementerian yang menyelenggarakan urusan

    pemerintahan di bidang pertanian untuk Angka Kredit

    bagi Analis Ketahanan Pangan Ahli Utama di lingkungan

    kementerian yang menyelenggarakan urusan

    pemerintahan di bidang pertanian;

    b. pejabat pimpinan tinggi pratama yang membidangi

    Jabatan Fungsional Analisis Ketahanan Pangan atau

    yang membidangi kesekretariatan pada Instansi

    Pemerintah kepada pejabat pimpinan tinggi madya yang

    membidangi ketahanan pangan pada kementerian yang

    menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang

    pertanian untuk Angka Kredit bagi Analis Ketahanan

    Pangan Ahli Madya di lingkungan Instansi Pemerintah;

    dan

    c. paling rendah pejabat administrator yang membidangi

    Jabatan Fungsional Analis Ketahanan Pangan atau yang

    membidangi kepegawaian pada Instansi Pemerintah

    kepada pejabat pimpinan tinggi pratama yang

    membidangi kesekretariatan pada Instansi Pemerintah

    untuk angka kredit bagi Analis Ketahanan Pangan Ahli

  • 2019, No.1724 -33-

    Pertama dan Ahli Muda di lingkungan Instansi

    Pemerintah.

    Bagian Ketiga

    Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit

    Pasal 32

    Pejabat yang memiliki kewenangan menetapkan Angka Kredit

    yaitu:

    a. pejabat pimpinan tinggi madya yang membidangi

    kesekretariatan pada kementerian yang menyelenggarakan

    urusan pemerintahan di bidang pertanian untuk Angka

    Kredit bagi Analis Ketahanan Pangan Ahli Utama di

    lingkungan kementerian yang menyelenggarakan urusan

    pemerintahan di bidang pertanian;

    b. pejabat pimpinan tinggi madya yang membidangi

    ketahanan pangan pada kementerian yang

    menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang

    pertanian untuk Angka Kredit bagi Analis Ketahanan

    Pangan Ahli Madya di lingkungan Instansi Pemerintah;

    dan

    c. pejabat pimpinan tinggi pratama yang membidangi

    kesekretariatan pada Instansi Pemerintah untuk angka

    kredit bagi Analis Ketahanan Pangan Ahli Pertama dan

    Ahli Muda di lingkungan Instansi Pemerintah.

    Bagian Keempat

    Tim Penilai

    Pasal 33

    (1) Dalam menjalankan tugasnya, pejabat sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 32 dibantu oleh Tim Penilai.

    (2) Tim Penilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    memiliki tugas:

    a. mengevaluasi keselarasan hasil penilaian

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) dan

    ayat (3);

  • 2019, No.1724 -34-

    b. memberikan penilaian Angka Kredit berdasarkan nilai

    capaian tugas jabatan;

    c. memberikan rekomendasi kenaikan pangkat

    dan/atau jenjang jabatan;

    d. memberikan rekomendasi mengikuti uji kompetensi;

    e. melakukan pemantauan terhadap hasil penilaian

    capaian tugas jabatan;

    f. memberikan pertimbangan penilaian SKP; dan

    g. memberikan bahan pertimbangan kepada Pejabat

    yang Berwenang dalam pengembangan PNS,

    pengangkatan dalam jabatan, pemberian tunjangan

    dan sanksi, mutasi, serta keikutsertaan Analis

    Ketahanan Pangan dalam pendidikan dan pelatihan.

    (3) Tim Penilai Analis Ketahanan Pangan terdiri atas:

    a. Tim Penilai pusat bagi:

    1) pejabat pimpinan tinggi madya yang membidangi

    kesekretariatan pada kementerian yang

    menyelenggarakan urusan pemerintahan di

    bidang pertanian untuk Angka Kredit bagi Analis

    Ketahanan Pangan Ahli Utama di lingkungan

    kementerian yang menyelenggarakan urusan

    pemerintahan di bidang pertanian; dan

    2) pejabat pimpinan tinggi madya yang membidangi

    ketahanan pangan pada kementerian yang

    menyelenggarakan urusan pemerintahan di

    bidang pertanian untuk Angka Kredit bagi Analis

    Ketahanan Pangan Ahli Madya di lingkungan

    Instansi Pemerintah; dan

    b. Tim Penilai unit kerja bagi pejabat pimpinan tinggi

    pratama yang membidangi kesekretariatan pada

    Instansi Pemerintah untuk angka kredit bagi Analis

    Ketahanan Pangan Ahli Pertama dan Ahli Muda di

    lingkungan Instansi Pemerintah.

    Pasal 34

    (1) Tim Penilai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 terdiri

    atas pejabat yang berasal dari unsur teknis yang

  • 2019, No.1724 -35-

    membidangi Jabatan Fungsional Analis Ketahanan

    Pangan, unsur kepegawaian, dan Analis Ketahanan

    Pangan.

    (2) Susunan keanggotaan Tim Penilai sebagai berikut:

    a. seorang Ketua merangkap anggota;

    b. seorang Sekretaris merangkap anggota; dan

    c. paling sedikit 3 (tiga) orang anggota.

    (3) Susunan Anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

    harus berjumlah ganjil.

    (4) Ketua Tim Penilai sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

    huruf a, paling rendah pejabat administrator atau Analis

    Ketahanan Pangan Ahli Madya;

    (5) Sekretaris Tim Penilai sebagaimana dimaksud pada ayat

    (2) huruf b, harus berasal dari unsur kepegawaian.

    (6) Anggota Tim Penilai sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

    huruf c, paling sedikit 2 (dua) orang dari Analis

    Ketahanan Pangan.

    (7) Syarat untuk menjadi anggota Tim Penilai, yaitu:

    a. menduduki jabatan/pangkat paling rendah sama

    dengan jabatan/pangkat Analis Ketahanan Pangan

    yang dinilai;

    b. memiliki keahlian serta kemampuan untuk menilai

    Angka Kredit Analis Ketahanan Pangan; dan

    c. aktif melakukan penilaian Angka Kredit Analis

    Ketahanan Pangan.

    (8) Apabila jumlah anggota Tim Penilai sebagaimana

    dimaksud pada ayat (6) tidak dapat dipenuhi dari Analis

    Ketahanan Pangan, anggota Tim Penilai dapat diangkat

    dari PNS lain yang memiliki kompetensi untuk menilai

    hasil kerja Analis Ketahanan Pangan.

    (9) Pembentukan dan susunan anggota Tim Penilai

    ditetapkan oleh:

    a. pejabat pimpinan tinggi madya yang membidangi

    kesekretariatan, pejabat pimpinan tinggi madya yang

    membidangi ketahanan pangan, atau pejabat

    pimpinan tinggi pratama yang membidangi

    kesekretariatan pada unit kerja jabatan pimpinan

  • 2019, No.1724 -36-

    tinggi madya yang membidangi ketahanan pangan

    pada kementerian yang menyelenggarakan urusan

    pemerintahan di bidang pertanian untuk Tim Penilai

    pusat; dan

    b. pejabat pimpinan tinggi pratama yang membidangi

    kesekretariatan pada Instansi Pemerintah untuk Tim

    Penilai Unit Kerja.

    (10) Dalam hal Instansi Pemerintah belum membentuk Tim

    Penilai, penilaian Angka Kredit dapat dilaksanakan oleh

    Tim Penilai pada Instansi Pemerintah lain terdekat atau

    Instansi Pembina.

    Pasal 35

    Tata kerja Tim Penilai dan tata cara penilaian Angka Kredit

    serta hasil kerja minimal Jabatan Fungsional Analis

    Ketahanan Pangan diatur oleh Instansi Pembina.

    BAB IX

    KENAIKAN PANGKAT DAN KENAIKAN JABATAN

    Bagian Kesatu

    Kenaikan Pangkat

    Pasal 36

    (1) Kenaikan pangkat dapat dipertimbangkan jika capaian

    Angka Kredit telah memenuhi Angka Kredit Kumulatif

    yang dipersyaratkan.

    (2) Angka Kredit Kumulatif sebagaimana dimaksud pada

    ayat (1) dihitung berdasarkan pencapaian Angka Kredit

    pada setiap tahun dan perolehan hasil kerja minimal

    pada setiap periode.

    (3) Jumlah Angka Kredit Kumulatif yang harus dipenuhi

    untuk kenaikan pangkat dan/atau jenjang Jabatan

    Fungsional Analis Ketahanan Pangan, untuk:

    a. Analis Ketahanan Pangan dengan pendidikan Sarjana

    (S1) atau Diploma IV sebagaimana tercantum dalam

  • 2019, No.1724 -37-

    Lampiran III yang merupakan bagian tidak

    terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

    b. Analis Ketahanan Pangan dengan pendidikan Pasca

    Sarjana (S2) sebagaimana tercantum dalam Lampiran

    IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

    Peraturan Menteri ini.

    c. Analis Ketahanan Pangan dengan pendidikan Doktor

    (S3) sebagaimana tercantum dalam Lampiran V yang

    merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan

    Menteri ini.

    Pasal 37

    (1) Dalam hal untuk kenaikan pangkat sebagaimana dimaksud

    dalam Pasal 36 ayat (1), Analis Ketahanan Pangan dapat

    melaksanakan kegiatan penunjang, meliputi:

    a. pengajar/pelatih di bidang tugas Jabatan Fungsional

    Analis Ketahanan Pangan;

    b. keanggotaan dalam Tim Penilai;

    c. tugas lain yang mendukung pelaksanaan tugas

    Jabatan Fungsional Analis Ketahanan Pangan;

    d. perolehan penghargaan/tanda jasa; atau

    e. perolehan gelar/ijazah lain.

    (2) Kegiatan penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

    diberikan Angka Kredit sebagaimana tercantum dalam

    Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan

    dari Peraturan Menteri ini, dengan kumulatif Angka

    Kredit paling tinggi 20% dari Angka Kredit yang

    dipersyaratkan untuk kenaikan pangkat.

    (3) Angka Kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

    diberikan untuk satu kali kenaikan pangkat.

    Bagian Kedua

    Kenaikan Jenjang Jabatan

    Pasal 38

    (1) Kenaikan jenjang Jabatan Fungsional Analis Ketahanan

    Pangan satu tingkat lebih tinggi wajib memenuhi Angka

  • 2019, No.1724 -38-

    Kredit yang ditetapkan sebagaimana tercantum dalam

    Lampiran III sampai dengan Lampiran V yang merupakan

    bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

    (2) Angka Kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    dihitung dari akumulasi Angka Kredit kenaikan pangkat

    dalam satu jenjang yang sedang diduduki.

    (3) Kenaikan jenjang Jabatan Fungsional Analis Ketahanan

    Pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

    dengan memperhatikan ketersediaan lowongan

    kebutuhan jabatan.

    (4) Selain memenuhi syarat kinerja, Analis Ketahanan

    Pangan yang akan dinaikkan jabatannya setingkat lebih

    tinggi harus mengikuti dan lulus uji kompetensi,

    memenuhi hasil kerja minimal dan/atau persyaratan lain

    yang ditentukan oleh Instansi Pembina.

    (5) Syarat kinerja, hasil kerja minimal dan/atau persyaratan

    lain sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur oleh

    Instansi Pembina.

    Pasal 39

    Bagi Analis Ketahanan Pangan yang akan naik jenjang

    jabatan menjadi Analis Ketahanan Pangan Ahli Madya dan

    Analis Ketahanan Pangan Ahli Utama berijazah paling rendah

    Pasca Sarjana (S2) bidang pertanian, ilmu gizi, teknologi

    pangan, atau kualifikasi lain yang ditentukan oleh Instansi

    Pembina.

    Pasal 40

    (1) Dalam hal untuk kenaikan jenjang sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 38 ayat (1), Analis Ketahanan

    Pangan dapat melaksanakan kegiatan pengembangan

    profesi.

    (2) Kegiatan pengembangan profesi sebagaimana dimaksud

    pada ayat (1) meliputi:

    a. perolehan ijazah/gelar pendidikan formal di bidang

    ketahanan pangan;

  • 2019, No.1724 -39-

    b. penyusunan karya tulis/karya ilmiah di bidang

    analisis ketahanan pangan;

    c. penerjemahan/penyaduran buku dan karya ilmiah di

    bidang analisis ketahanan pangan;

    d. penyusunan pedoman/petunjuk teknis di bidang

    analisis ketahanan pangan;

    e. pelatihan/pengembangan kompetensi di bidang

    analisis ketahanan pangan; atau

    f. kegiatan lain yang ditetapkan oleh Instansi Pembina

    di bidang analisis ketahanan pangan.

    (3) Kegiatan pengembangan profesi sebagaimana dimaksud

    pada ayat (2) diberikan Angka Kredit sebagaimana

    tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian

    tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

    (4) Bagi Analis Ketahanan Pangan yang akan naik ke jenjang

    jabatan ahli madya, dan ahli utama, Analis Ketahanan

    Pangan wajib melaksanakan kegiatan pengembangan

    profesi, dengan Angka Kredit pengembangan profesi yang

    disyaratkan sebagai berikut:

    a. 6 (enam) bagi Analis Ketahanan Pangan Ahli Muda

    yang akan naik jabatan setingkat lebih tinggi menjadi

    Analis Ketahanan Pangan Ahli Madya; dan

    b. 12 (dua belas) bagi Analis Ketahanan Pangan Ahli

    Madya yang akan naik jabatan setingkat lebih tinggi

    menjadi Analis Ketahanan Pangan Ahli Utama.

    Pasal 41

    (1) Analis Ketahanan Pangan yang secara bersama-sama

    membuat karya tulis/karya ilmiah di bidang analisis

    ketahanan pangan, diberikan Angka Kredit dengan

    ketentuan sebagai berikut:

    a. apabila terdiri dari 2 (dua) orang penulis maka

    pembagian Angka Kredit yaitu 60% (enam puluh

    persen) bagi penulis utama dan 40% (empat puluh

    persen) bagi penulis pembantu;

    b. apabila terdiri dari 3 (tiga) orang penulis maka

    pembagian Angka Kredit yaitu 50% (lima puluh

  • 2019, No.1724 -40-

    persen) bagi penulis utama dan masing-masing 25%

    (dua puluh lima persen) bagi penulis pembantu;

    c. apabila terdiri dari 4 (empat) orang penulis maka

    pembagian Angka Kredit yaitu 40% (empat puluh

    persen) bagi penulis utama dan masing-masing 20%

    (dua puluh persen) bagi penulis pembantu; dan

    d. apabila tidak terdapat atau tidak dapat ditentukan

    penulis utama dan penulis pembantu maka

    pembagian Angka Kredit dibagi sebesar proporsi yang

    sama untuk setiap penulis.

    (2) Jumlah penulis pembantu sebagaimana dimaksud pada

    ayat (1), paling banyak 3 (tiga) orang.

    Bagian Ketiga

    Mekanisme Kenaikan Pangkat dan Jenjang

    Pasal 42

    Persyaratan dan mekanisme kenaikan pangkat dan jenjang

    jabatan bagi Analis Ketahanan Pangan dilakukan sesuai

    dengan peraturan perundang-undangan.

    Pasal 43

    Analis Ketahanan Pangan yang memiliki Angka Kredit

    melebihi Angka Kredit yang disyaratkan untuk kenaikan

    pangkat setingkat lebih tinggi, kelebihan angka kredit tersebut

    dapat diperhitungkan untuk kenaikan pangkat berikutnya

    dalam satu jenjang.

    Pasal 44

    Dalam hal target Angka Kredit yang disyaratkan untuk

    kenaikan pangkat/jabatan setingkat lebih tinggi tidak

    tercapai, Analis Ketahanan Pangan tidak diberikan kenaikan

    pangkat/jabatan.

  • 2019, No.1724 -41-

    BAB X

    KEBUTUHAN PNS DALAM JABATAN FUNGSIONAL

    Pasal 45

    (1) Penetapan kebutuhan PNS dalam Jabatan Fungsional

    Analis Ketahanan Pangan dihitung berdasarkan beban

    kerja yang ditentukan dari indikator, sebagai berikut:

    a. kuantitas data ketersediaan, keterjangkauan, dan

    pemanfaatan pangan;

    b. tipe unit kerja pelaksana;

    c. kondisi ketahanan pangan; dan

    d. jumlah cadangan pangan.

    (2) Pedoman perhitungan kebutuhan Jabatan Fungsional

    Analis Ketahanan Pangan sebagaimana dimaksud pada

    ayat (1) diatur oleh Instansi Pembina setelah mendapat

    persetujuan dari Menteri.

    BAB XI

    KOMPETENSI

    Bagian Kesatu

    Standar Kompetensi

    Pasal 46

    (1) PNS yang menduduki Jabatan Fungsional Analis

    Ketahanan Pangan harus memenuhi Standar Kompetensi

    sesuai dengan jenjang jabatan.

    (2) Kompetensi Analis Ketahanan Pangan meliputi:

    a. kompetensi teknis;

    b. kompetensi manajerial; dan

    c. kompetensi sosial kultural.

    (3) Rincian Standar Kompetensi setiap jenjang jabatan

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh

    Instansi Pembina.

  • 2019, No.1724 -42-

    Bagian Kedua

    Pengembangan Kompetensi

    Pasal 47

    (1) Untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme

    Analis Ketahanan Pangan wajib diikutsertakan pelatihan.

    (2) Pelatihan yang diberikan bagi Analis Ketahanan Pangan

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan

    hasil analisis kebutuhan pelatihan dan penilaian kinerja.

    (3) Pelatihan yang diberikan kepada Analis Ketahanan

    Pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam

    bentuk:

    a. pelatihan fungsional; dan

    b. pelatihan teknis bidang analisis ketahanan pangan.

    (4) Selain pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (3),

    Analis Ketahanan Pangan dapat mengembangkan

    kompetensinya melalui program pengembangan

    kompetensi lainnya.

    (5) Program pengembangan kompetensi sebagaimana

    dimaksud pada ayat (4) meliputi:

    a. mempertahankan kompetensi dan kinerja sebagai

    Analis Ketahanan Pangan (maintain

    performance)/Penyegaran Analis Ketahanan Pangan;

    b. seminar;

    c. lokakarya (workshop);

    d. konferensi;

    e. studi banding.

    (6) Ketentuan mengenai pelatihan dan pengembangan

    kompetensi serta pedoman penyusunan analisis

    kebutuhan pelatihan Analis Ketahanan Pangan

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur

    oleh Instansi Pembina.

  • 2019, No.1724 -43-

    BAB XII

    PEMBERHENTIAN DARI JABATAN

    Pasal 48

    (1) Analis Ketahanan Pangan diberhentikan dari jabatannya

    apabila:

    a. mengundurkan diri dari Jabatan;

    b. diberhentikan sementara sebagai PNS;

    c. menjalani cuti di luar tanggungan Negara;

    d. menjalani tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan;

    e. ditugaskan secara penuh pada jabatan pimpinan

    tinggi, jabatan administrator, jabatan pengawas, dan

    jabatan pelaksana;

    f. tidak memenuhi persyaratan jabatan.

    (2) Pengunduran diri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    huruf a dapat dipertimbangkan dalam hal memiliki

    alasan pribadi yang tidak mungkin untuk melaksanakan

    tugas Jabatan Fungsional Analis Ketahanan Pangan.

    (3) Analis Ketahanan Pangan yang diberhentikan karena

    alasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

    sampai dengan huruf e dapat diangkat kembali sesuai

    dengan jenjang jabatan terakhir apabila tersedia

    kebutuhan Jabatan Fungsional Analis Ketahanan

    Pangan.

    (4) Pengangkatan kembali dalam Jabatan Fungsional Analis

    Ketahanan Pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3),

    dilakukan dengan menggunakan Angka Kredit terakhir

    yang dimiliki dan dapat ditambah dengan Angka Kredit

    dari penilaian pelaksanaan tugas bidang analisis

    ketahanan pangan selama diberhentikan.

    (5) Tidak memenuhi persyaratan jabatan sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1) huruf f dapat dipertimbangkan

    dalam hal:

    a. tidak memenuhi kualifikasi pendidikan yang

    dipersyaratkan untuk menduduki Jabatan

    Fungsional Analis Ketahanan Pangan; atau

  • 2019, No.1724 -44-

    b. tidak memenuhi standar kompetensi Jabatan

    Fungsional Analis Ketahanan Pangan.

    Pasal 49

    Analis Ketahanan Pangan yang diberhentikan karena

    ditugaskan pada jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

    48 ayat (1) huruf e, dapat disesuaikan pada jenjang sesuai

    dengan pangkat terakhir pada jabatannya paling lama 1

    tahun setelah diangkat kembali pada jenjang terakhir yang

    didudukinya, setelah mengikuti dan lulus uji kompetensi

    apabila tersedia kebutuhan.

    Pasal 50

    (1) Terhadap Analis Ketahanan Pangan sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 48 ayat (1) huruf a dan huruf f

    dilaksanakan pemeriksaan dan mendapatkan ijin dari

    Pejabat yang Berwenang sebelum ditetapkan

    pemberhentiannya.

    (2) Analis Ketahanan Pangan sebagaimana dimaksud pada

    ayat (1) yang telah ditetapkan pemberhentiannya tidak

    dapat diangkat kembali dalam Jabatan Fungsional Analis

    Ketahanan Pangan.

    Pasal 51

    Pemberhentian dari Jabatan Fungsional Analis Ketahanan

    Pangan dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan

    perundang-undangan.

    BAB XIII

    PEMINDAHAN KE DALAM JABATAN LAIN, LARANGAN

    RANGKAP JABATAN, PETUNJUK PELAKSANAAN, DAN

    PENUGASAN DAERAH TERPENCIL

    Pasal 52

    Untuk kepentingan organisasi dan pengembangan karier,

    Analis Ketahanan Pangan dapat dipindahkan ke dalam

  • 2019, No.1724 -45-

    jabatan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

    undangan dengan persetujuan Pejabat Pembina Kepegawaian.

    Pasal 53

    Untuk optimalisasi pelaksanaan tugas dan pencapaian kinerja

    organisasi, Analis Ketahanan Pangan dilarang rangkap

    Jabatan dengan Jabatan Pimpinan Tinggi, Jabatan

    Administrator, Jabatan Pengawas, atau Jabatan Pelaksana.

    Pasal 54

    (1) Petunjuk pelaksanaan Jabatan Fungsional Analis

    Ketahanan Pangan diatur oleh Kepala Badan

    Kepegawaian Negara.

    (2) Petunjuk teknis Jabatan Fungsional Analis Ketahanan

    Pangan diatur oleh Pimpinan Instansi Pembina.

    Pasal 55

    (1) Analis Ketahanan Pangan yang bertugas di daerah

    terpencil/rawan/berbahaya, dapat diberikan tambahan

    Angka Kredit 25% (dua puluh lima persen) dari Angka

    Kredit Kumulatif untuk kenaikan pangkat setingkat lebih

    tinggi dan diakui sebagai tugas pokok dalam PAK.

    (2) Pemberian tambahan Angka Kredit sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1) diberikan selama melaksanakan

    tugas di daerah tersebut terpencil/rawan/berbahaya.

    (3) Kriteria dan penetapan daerah

    terpencil/rawan/berbahaya sebagaimana dimaksud

    pada ayat (1) lebih lanjut ditetapkan oleh pimpinan

    Instansi Pembina sesuai dengan ketentuan peraturan

    perundang-undangan.

    BAB XIV

    TUGAS INSTANSI PEMBINA

    Pasal 56

    (1) Instansi Pembina berperan sebagai pengelola Jabatan

    Fungsional Analis Ketahanan Pangan yang bertanggung

  • 2019, No.1724 -46-

    jawab untuk menjamin terwujudnya standar kualitas dan

    profesionalitas jabatan.

    (2) Instansi Pembina mempunyai tugas sebagai berikut:

    a. menyusun pedoman kebutuhan Jabatan Fungsional

    Analis Ketahanan Pangan;

    b. menyusun standar kompetensi Jabatan Fungsional

    Analis Ketahanan Pangan;

    c. menyusun petunjuk teknis Jabatan Fungsional Analis

    Ketahanan Pangan;

    d. menyusun standar kualitas hasil kerja dan pedoman

    penilaian kualitas hasil kerja Analis Ketahanan

    Pangan;

    e. menyusun pedoman penulisan karya tulis/karya

    Ilmiah di bidang Analis Ketahanan Pangan;

    f. menyusun kurikulum pelatihan Jabatan Fungsional

    Analis Ketahanan Pangan;

    g. menyelenggarakan pelatihan Jabatan Fungsional

    Analis Ketahanan Pangan;

    h. membina penyelenggaraan pelatihan Jabatan

    Fungsional Analis Ketahanan Pangan;

    i. menyelenggarakan uji kompetensi Jabatan

    Fungsional Analis Ketahanan Pangan;

    j. menganalisis kebutuhan pelatihan fungsional di

    bidang tugas Jabatan Fungsional Analis Ketahanan

    Pangan;

    k. melakukan sosialisasi petunjuk pelaksanaan dan

    petunjuk teknis Jabatan Fungsional Analis

    Ketahanan Pangan;

    l. mengembangkan sistem informasi Jabatan

    Fungsional Analis Ketahanan Pangan;

    m. memfasilitasi pelaksanaan tugas Jabatan Fungsional

    Analis Ketahanan Pangan;

    n. memfasilitasi pembentukan organisasi profesi

    Jabatan Fungsional Analis Ketahanan Pangan;

    o. memfasilitasi penyusunan dan penetapan kode etik

    profesi dan kode perilaku Jabatan Fungsional Analis

    Ketahanan Pangan;

  • 2019, No.1724 -47-

    p. melakukan akreditasi pelatihan fungsional dengan

    mengacu kepada ketentuan yang telah ditetapkan

    oleh Lembaga Administrasi Negara;

    q. melakukan pemantauan dan evaluasi penerapan

    Jabatan Fungsional Analis Ketahanan Pangan di

    seluruh Instansi Pemerintah yang menggunakan

    jabatan tersebut; dan

    r. melakukan koordinasi dengan instansi pengguna

    dalam rangka pembinaan karier Analis Ketahanan

    Pangan.

    (3) Uji kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

    huruf i dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan

    perundang-undangan.

    (4) Uji kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

    dapat dilakukan oleh Instansi Pemerintah pengguna

    Jabatan Fungsional Analis Ketahanan Pangan setelah

    mendapat akreditasi dari instansi pembina.

    (5) Instansi pembina dalam melaksanakan tugas pembinaan

    sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a sampai

    dengan huruf r kecuali huruf f, huruf g, huruf h, huruf j,

    dan huruf p, menyampaikan hasil pelaksanaan

    pembinaan Jabatan Fungsional Analis Ketahanan Pangan

    secara berkala sesuai dengan perkembangan

    pelaksanaan pembinaan kepada Menteri dengan

    tembusan Kepala Badan Kepegawaian Negara.

    (6) Instansi pembina menyampaikan secara berkala setiap

    tahun pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada

    ayat (2) huruf f, huruf g, huruf h, huruf j, dan huruf p

    kepada Menteri dengan tembusan Kepala Lembaga

    Administrasi Negara.

    (7) Ketentuan mengenai penyelenggaraan uji kompetensi

    Jabatan Fungsional Analis Ketahanan Pangan

    sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf i diatur oleh

    Instansi Pembina.

  • 2019, No.1724 -48-

    BAB XV

    ORGANISASI PROFESI

    Pasal 57

    (1) Jabatan Fungsional Analis Ketahanan Pangan wajib

    memiliki 1 (satu) organisasi profesi.

    (2) Setiap Analis Ketahanan Pangan wajib menjadi anggota

    organisasi profesi Jabatan Fungsional Analis Ketahanan

    Pangan.

    (3) Pembentukan organisasi profesi Jabatan Fungsional

    Analis Ketahanan Pangan sebagaimana dimaksud pada

    ayat (1) difasilitasi oleh Instansi Pembina.

    (4) Organisasi profesi Jabatan Fungsional Analis Ketahanan

    Pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib

    menyusun kode etik dan kode perilaku profesi.

    (5) Organisasi profesi Jabatan Fungsional Analis Ketahanan

    Pangan mempunyai tugas:

    a. menyusun kode etik dan kode perilaku profesi;

    b. memberikan advokasi; dan

    c. memeriksa dan memberikan rekomendasi atas

    pelanggaran kode etik dan kode perilaku profesi.

    (6) Kode etik dan kode perilaku profesi sebagaimana

    dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) huruf a, ditetapkan

    oleh organisasi profesi Jabatan Fungsional Analis

    Ketahanan Pangan setelah mendapat persetujuan dari

    pimpinan Instansi Pembina.

    Pasal 58

    Hubungan kerja antara Instansi Pembina dengan organisasi

    profesi Jabatan Fungsional Analis Ketahanan Pangan bersifat

    koordinatif dan fasilitatif untuk penyelenggaraan tugas dan

    fungsi pembinaan Jabatan Fungsional Analis Ketahanan

    Pangan.

    Pasal 59

    Ketentuan mengenai syarat dan tata cara pembentukan

    organisasi profesi Jabatan Fungsional Analis Ketahanan

  • 2019, No.1724 -49-

    Pangan dan hubungan kerja instansi pembina dengan

    organisasi profesi Jabatan Fungsional Analis Ketahanan

    Pangan diatur oleh Instansi Pembina, sesuai dengan

    ketentuan peraturan perundang-undangan.

    BAB XVI

    KETENTUAN PERALIHAN

    Pasal 60

    Pada saat Peraturan Menteri ini berlaku:

    (1) Analis Ketahanan Pangan Ahli Madya yang belum

    memiliki ijazah Pasca Sarjana (S2) tetap dapat

    melaksanakan tugas sebagai Analis Ketahanan Pangan

    ahli madya.

    (2) Analis Ketahanan Pangan Ahli Madya yang memiliki

    ijazah Pasca Sarjana (S2) tidak sesuai dengan kualifikasi

    yang ditentukan tetap dapat melaksanakan tugas sebagai

    Analis Ketahanan Pangan ahli madya.

    (3) Analis Ketahanan Pangan Ahli Muda yang pada saat

    diberlakukan peraturan ini sudah memiliki ijazah Pasca

    Sarjana (S2) dan bidang ilmunya tidak linier sebagaimana

    tercantum pada ayat (2) tetap dapat digunakan sebagai

    persyaratan untuk kenaikan jabatan menjadi Analis

    Ketahanan Pangan Ahli Madya.

    (4) Analis Ketahanan Pangan sebagaimana dimaksud pada

    ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) tidak dapat diusulkan

    menduduki jabatan Analis Ketahanan Pangan Ahli

    Utama.

    (5) Analis Ketahanan Pangan Ahli Muda yang belum

    memiliki ijazah Pasca Sarjana (S2), tetap dapat diusulkan

    menduduki jabatan Analis Ketahanan Pangan Ahli

    Madya.

    (6) Analis Ketahanan Pangan sebagaimana dimaksud pada

    ayat (5) harus memiliki ijazah Pasca Sarjana (S2) paling

    lama 5 (lima) tahun sejak berlakunya Peraturan Menteri

    ini.

  • 2019, No.1724 -50-

    (7) Analis Ketahanan Pangan yang tidak dapat memenuhi

    ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (6)

    diberhentikan dari jabatan fungsionalnya.

    Pasal 61

    (1) Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan

    pemberhentian sementara bagi Pejabat Fungsional Analis

    Ketahanan Pangan yang disebabkan karena:

    a. diberhentikan sementara sebagai Pegawai Negeri Sipil;

    b. menjalani cuti di luar tanggungan negara, kecuali

    untuk persalinan anak keempat dan seterusnya;

    c. menjalani tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan; atau

    d. ditugaskan secara penuh di luar jabatan Analis

    Ketahanan Pangan.;

    sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini dan sedang

    dijalani PNS yang bersangkutan berdasarkan Peraturan

    Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan

    Reformasi Birokrasi Nomor 38 Tahun 2014 tentang

    Jabatan Fungsional Analis Ketahanan Pangan dicabut dan

    ditetapkan kembali dalam Keputusan Pemberhentian dari

    Jabatan Fungsional.

    (2) Analis Ketahanan Pangan sebagaimana dimaksud pada

    ayat (1) dapat diangkat kembali dalam jenjang jabatan

    terakhirnya apabila PNS yang bersangkutan telah selesai

    menjalaninya, sesuai dengan ketentuan peraturan

    perundang-undangan.

    Pasal 62

    Prestasi kerja yang telah dilaksanakan sebelum berlakunya

    Peraturan Menteri ini, dinilai berdasarkan Peraturan Menteri

    Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

    Birokrasi Nomor 38 Tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional

    Analis Ketahanan Pangan.

    Pasal 63

    Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Analis Ketahanan

    Pangan berdasarkan Peraturan Menteri ini tidak dapat

  • 2019, No.1724 -51-

    dilakukan sebelum pedoman perhitungan kebutuhan Jabatan

    Fungsional Analis Ketahanan Pangan ditetapkan.

    BAB XVII

    KETENTUAN PENUTUP

    Pasal 64

    Pembentukan organisasi profesi sebagaimana dimaksud

    dalam Pasal 57 ayat (3) dilaksanakan paling lama 5 (lima)

    tahun sejak Peraturan Menteri ini diundangkan.

    Pasal 65

    Pada saat Peraturan Menteri ini berlaku, semua peraturan

    perundang-undangan yang merupakan peraturan

    pelaksanaan dari Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur

    Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 38 Tahun 2014

    tentang Jabatan Fungsional Analis Ketahanan Pangan,

    dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan

    dan belum diganti berdasarkan Peraturan Menteri ini.

    Pasal 66

    Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Jabatan

    Fungsional Analis Ketahanan Pangan diatur dengan Peraturan

    Menteri Pertanian dan Peraturan Badan Kepegawaian Negara

    sesuai dengan kewenangan masing-masing.

    Pasal 67

    Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan

    Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

    Birokrasi Nomor 38 tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional

    Analis Ketahanan Pangan dicabut dan dinyatakan tidak

    berlaku.

    Pasal 68

    Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal

    diundangkan.

  • 2019, No.1724 -52-

    Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

    pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya

    dalam Berita Negara Republik Indonesia.

    Ditetapkan di Jakarta

    pada tanggal 27 Desember 2019

    MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR

    NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

    REPUBLIK INDONESIA,

    ttd.

    TJAHJO KUMOLO

    Diundangkan di Jakarta

    pada tanggal 31 Desember 2019

    DIREKTUR JENDERAL

    PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

    KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

    REPUBLIK INDONESIA,

    ttd.

    WIDODO EKATJAHJANA

  • 2019, No.1724 -53-

  • 2019, No.1724 -54-

  • 2019, No.1724 -55-

  • 2019, No.1724 -56-

  • 2019, No.1724 -57-

  • 2019, No.1724 -58-

  • 2019, No.1724 -59-

  • 2019, No.1724 -60-

  • 2019, No.1724 -61-

  • 2019, No.1724 -62-

  • 2019, No.1724 -63-

  • 2019, No.1724 -64-

  • 2019, No.1724 -65-

  • 2019, No.1724 -66-

  • 2019, No.1724 -67-

  • 2019, No.1724 -68-

  • 2019, No.1724 -69-

  • 2019, No.1724 -70-

  • 2019, No.1724 -71-

  • 2019, No.1724 -72-

  • 2019, No.1724 -73-