Page 1
PROGRAM BERHENTI MEROKOK
PRINSIP-PRINSIP PROGRAM BERHENTI MEROKOK
1. Penilaian awal
a. Identifikasi status pasien
b. Identifikasi profil perokok
c. Identifikasi ketergantungan nikotin
d. Pengukuran kadar CO udara ekspirasi
e. Kesiapan pasien
f. Identifikasi tingkat motivasi
g. Menentukan tanggal berhenti merokok
h. Menentukan cara berhenti merokok
1) Berhenti seketika
2) Berhenti bertahap
2. Penatalaksaan/terapi berhenti merokok
a. Terapi Nonfarmakologi
1) Self help
Page 2
2) Brief advice
3) Program konseling
a) Individu
b) Kelompok
c) Konseling melalui telepon
4) Terapi perilaku
a) Exercise therapy
b) Aversion therapy
5) Terapi pelengkap
a) Hipnoterapi
b) Akupuntur
c) Akupresure
b. Terapi Farmakologi
1) Terapi pengganti nikotin (Nicotine Replacement Therapy (NRT))
Dengan dipahaminya neurobiologi adiksi rokok, upaya pertama
untuk mengatasi gejala putus obat nikotin adalah dengan memberikan
nikotin itu sendiri dengan dosis yang kecil secara terus menerus. Sediaan
NRT pertama yarrg disetujui oleh FDA adalah nicotine gum pada tahun
1984, diikuti oleh transdermal nicotine patch (tapel nikotin), nicotine
nasal spray dan nicotine inhaler. Keempat bentuk sediaan ini tidak
beredar di Indonesia, sedangkan di luar negeri tersedia sebagai produk
over the counter (OTC) atau dijual bebas.
Tujuan NRT adalah memberikan kadar nikotin hampir konstan
untuk menurunkan gejala withdrawal pada smoking cessation. NRT
melepaskan nikotin ke dalam darah secara perlahan, tidak memberikan
kadar nikotin yang mendadak tinggi seperti nikotin dalam rokok,
seingga potensi adiksinya minimal.
Data uji klinik NRT cukup banyak, 132 di antaranya ditinjau oleh
Cochrane Review dan itu melibatkan 40.000 pasien. Menurut review ini,
semua bentuk NRT dapat meningkatkan keberhasilan berhenti rokok
hingga 50-70%, khususnya bermanfaat untuk perokok berat yang
Page 3
mendapatkan juga terapi kognitif dan behavioral therapy. Tidak ada
perbedaan bermakna antara keempat bentuk sediaan dan
tidak.didapatkan keuntungan tambahan jika NRT digunakan lebih dari 8
minggu. Penambahan suatu penghambat ganglion, mekamilamin,
temyata meningkatkan abstinence rate tapel nikotin.
Efek samping tersering dari NRT terjadi karena pengherrtian
terapi. Iritasi terjadi di tempat penggunaan, di kulit atau dalam mulut.
NRT dapat digunakan pada pasien dengan penyakit kardiovaskular
stabil, tetapi kontraindikasi untuk infark miokard, unstable angina, dan
stroke.
2) Bupropion SR
Bupropion awalnya dipasarkan sebagai antidepresi. Mekanisme
kerjanya dalam meningkatkan abstinensia pada pasien yang berhenti
rokok belum diketahui, diduga ada hubungannya dengan hambatan
ambilan dopamine atau noradrenalin, namun kerj a ini tentu tidak
sedemikian sederhana. Sampai saat ini belum ada bukti bahwa
efikasi/khasiat bupropion sebagai farmakoterapi smoking cessation
berhubungan dengan aktivitas antidepresinya. Antidepresi lainnyatidak
memiliki efek dalam terapi smoking cessation, kecuali nortriptilin yang
memiliki efek serupa tetapi lemah. Review Cochrane menyatakan bahwa
khasiat bupropion dalam terapi s moking cessation samakuatdengan
NRT. Efeksamping bupropion tersering adalah insomnia, mulut kering
dan mual. Bupropion juga dapat menyebabkan kejang dengan resiko 1 :
1000. Oleh karena itu bupropion tidak boleh digunakan pada pasien
dengan riwayat epilepsi, sedangkan kontraindikasi relatif terdapat pada
pasien dengan kondisi yang dapat meningkatkan risiko kejang, seperti
penggunaan antidepresan/antipsikotik lain, diabetes melitus, peminum
alkohol serta pengguna produk anorektik.
Perokok dengan komorbid depresi dan yang ingin berhenti
merokok mungkin mendapatmanfaat ganda dari bupropion, tetapi
Page 4
penggunaannya harus dimulai l-2 minggu sebelum masuk ke tahap
action. Untuk indikasi smoking cessation, obat ini tersedia dalam bentuk
lepas lambat untuk mengurangi risiko kejang
3) Varenicline tartrate
Vareniklin adalah suatu agonis parsial pada reseptor nikotik α4β2.
Reseptor α4β2 ini ditemukan pada neuron dopaminergik dan pada sel
yang mengandung GABA (g-amino butyric acid). Tidak seperti
asetilkolin, neurotransmitter reseptor nikotinik, yang segera didegradasi
oleh asetilkolinesterase, nikotin yang terdapat pada perokok tetap aktif
di tempat ikatannya dengan reseptor α4β2 untuk waktu yang cukup
panjang dan menyebabkan pelepasan dopamine bila perokok
menghentikan kebiasaannya maka akan terjadi putus nikotin (nicotine
withdrawal) sehingga terjadi penurunan dopamin secara tiba-tiba; ini
yang menyebabkan gejala putus nikotin. Sebagai agonis, vareniklin juga
menempati reseptor α4β2 sehingga nikotin tidak dapat berikatan dengan
reseptor tersebut dan efek stimulasi nikotin dicegah, sambil memberikan
efek perangsangan yang tidak lengkap.
Menurut review Cochrane, vareniklin meningkatkan keberhasilan
smoking cessation hingga tiga kali lipat dibandingkan dengan tanpa
obat. Selain itu lebih banyak partisipan yang berhasil berhenti rokok
pada kelompok vareniklin dibanding dengan kelompok bupropion.
Efek samping vareniklin yang paling sering muncul dalam uji
klinik adalah gejala gastrointestinal (mual, konstipasi, dispepsia,
muntah). Efek samping lainnya adalah sakit kepala, insomnia, mimpi
buruk. penyesuaian dosis dan meminum obatnya setelah makan dengan
segelas air dapat menurunkan kejadian efek samping tersebut. Hingga
saat ini belum ditemukan kontraindikasi khusus terhadap varenklin.
Page 5
Terapi kombinasi antara nonfarmakologi dan farmakologi terbukti memberikan hasil
yang lebih baik dibandingkan dengan terapi tunggal
3. Follow up/tindak lanjut
Menilai apakah sudah berhasil berhenti merokok atau seberapa besar sudah dapat
mengurangi jumlah rokok yang dikonsumsi
Menilai kendala utama apabila belum berhasil
Menilai motivasi dan memberikan dukungan motivasi
Menilai withdrawal effect yang timbul dan cara mengatasinya
Mengevaluasi efek samping obat (bila mendapatkan obat)
Memberikan terapi tambahan jika diperlukan sesuai hasil evaluasi penyebab
belum behasil berhenti merokok misalnya terapi perilaku, hipnoterapi, dll,
Mengecek beberapa parameter seperti berat badan, kadarCO udara ekspirasi,
tekanan darah, dll
4. Evaluasi dan dukungan motivasi
Page 6
Semua tahapan terdapat proses pembicaraan penting yaitu menelaah sejauh mana
pasien termotivasi untuk tetap berhenti merokok
Apabila tingkat motivasi seseorang rendah/kurang maka diperlukan dukungan
motivasi
Dukungan motivasi juga diperlukan dari anggota keluarga terdekat
LANGKAH-LANGKAH INTERVENSI KLINIS BERHENTI MEROKOK
Untuk pasien yang MAU berhenti merokok bantu dengan pendekatan 5A
o Ask (tanyakan)
Tanyakan apakah pasien merokok?
Identifikasi dan dokumentasi perkembangan setiap pasien pada setiap kunjungan
kontrol
o Advice (anjurkan)
Anjurkan pasien untuk berhenti
Gunakan pendekatan secara personal, kuat, jelas dalam menganjurkan pasien
yang merokok untuk berhenti
o Assess (evaluasi)
Evaluasi keinginan pasien untuk berhenti merokok
Pasien yang pernah merokok, apakah saat ini tidak merokok dan kendala apa yang
dihadapi
o Assist (bantu)
Pasien yang berniat berhenti merokok, tawarkan pengobatan dan konseling yang
dapat membantu pasien berhenti merokok. Pasien yang belum berniat untuk
berhenti merokok berikan motivasi untuk meningkatkan keinginan berhenti
merokok. Pasien yang baru berhenti merokok dan menghadapi kendala maka
lakukan tindakan untuk mencegah pasien merokok kembali
o Arrange (susun)
Susunlah komunikasi/kontak tindak lanjut untuk semua langkah yang telah
dilakukan
Page 7
Untuk pasien yang tidak mau berhenti merokok tingkatkan motivasi pasien dengan
pendekatan 5R
o Relevance
Kaitkan merokok dengan dampak negatif terhadap kesehatan, manfaat ekonomi,
selain itu kaitkan juga dengan kehidupan orang di sekitar pasien
o Risk
Minta pasien untuk menjabarkan sendiri bahaya yang muncul dari merokok.
Resiko akut, jangka panjang terhadap lingkungan
o Reward
Pasien diajak mengidentifikasi manfaat yang dapat diperoleh dari merokok
o Roadblock
Tanyakan dan jelaskan kepada pasien mengenai kemungkinan hambatan yang
dapat muncul dari upaya berhenti merokok
o Repetition
Dukungan motivasi dilakukan secara terus menerus pada saat pasien melakukan
kontrol. Pasien harus diberitahu apa yang harus dilakukan agar berhasil.
ALGORITMA BERHENTI MEROKOK
Page 9
PENDEKATAN MOTIVASI
1. Ungkapkan empati
Gunakan pertanyaan terbuka untuk menggali informasi
Dengarkan pasien untuk memahami
2. Bangun ketidaksukaan/ketidaksesuaian
Tekankan kepada pasien mengenai ketidaksesuaian kebiasaan merokok dengan suatu
nilai, tujuan, harapan dan program
Tekankan pada kalimat yang mengundang komitmen dari pasien
Bangun dan perdalam komitemen yang sudah dibuat
3. Menghadapi penolakan
Potong pebicaraan dan alihkan perhatian jika terdapat tanda-tanda penolakan dari
pasien
Nyatakan empati
Tanyakan kepada pasien untuk memberikan informasi penunjang lain
4. Dukungan motivasi saat follow up
Jika perokok berhasil melakukan pantangan
Jika perokok melakukan penyimpangan dari program
Jika perokok merokok kembali setelah 2-3 minggu dari program
Page 10
KENDALA BERHENTI MEROKOK
MEKANISME ADIKSI
Neurobiologi MerokokNikotin merupakan zat kimia utama dalam rokok yang menyebabkan orang menderita
ketergantungan rokok. Setelah menghisap rokok, kadar nikotin dalam darah meningkat tajam
dalam 11 hingga l5 detik. Bolus nikotin ini kemudian akan mengaktifkan suatu sistem yang
disebut brain-reward system, dengan cara meningkatkan penglepasan dopamin. Nikotin dari
rokok secara langsung merangsang reseptor asetilkolin pada neuron yang berisi dopamin.
Stimulasi reseptor asetilkolin inilah yang menyebabkan timbunan dopamin di pusat brain-reward
system. Aktivasi brain-reward system menimbulkan perasaan senang, seperti yang ditimbulkan
oleh aktivitas seksual atau makan. Kadar puncak nikotin, aktivasi brain-reward system yang
sementara, diikuti dengan turunnya kadar nikotin secara bertahap, sampai pada suatu titk
withdrawal yang hanya dapat dihilangkan dengan menghisap rokok selanjutnya. Jadi,
ketergantungan timbul dari hubungan temporal antara ritual menghisap rokok dan input sensorik
dengan stimulasi berulang dan hilangnya gejala withdrawal. Oleh karena itu salah satu hambatan
untuk seorang perokok berhenti merokok adalah terjadnya withdrawal symptoms atau gejala
putus nikotin. Lebih dari 80% perokok akan mengalami gejala putus nikotin ketika
menghentikan kebiasaannya. Gejala putus nikotin antara lain iritabilitas, cemas, frekuensi denyut
jantmg menurun, nafsu makan meningkat,food cravings, gelisah, dan gangguan berkonsentrasi.
Gejala fisik ini dapat terjadi selama 2-3 hari dan akan berkurang setelah 14 hari.
Page 11
Farmakoterapi atau terapi sulih nikotin (nicotine replacement therapy), yang diberikan
pada awal tahap action akan membantu mengurangi gejalaputus nikotin dan mengurangi angka
relaps sehingga meningkatkan keberhasilan penghentian kebiasaan merokok sampai dua kali
lipat. Namun, keberhasilan ini tetap lebih tinggi bila farmakoterapi
disertai terapi kognitif dan behavioral therapy.
DAFTAR PUSTAKA
PDPI, 2011. Berhenti Merokok. Pedoman Penatalaksanaan Untuk Dokter Indonesia.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
Sadikin, Z.D, Louisa, M. 2008. Program Berhenti Merokok. Departemen Farmakologi dan
Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.