berFISIKA adalah berIMAJINASI Prof. Mikrajuddin Abdullah The true sign of intelligence is not knowledge but imagination; Imagination is more important than knowledge. For knowledge is limited, whereas imagination embraces the entire world, stimulating progress, giving birth to evolution; The power of imagination makes us infinite; Any man who reads too much and uses his orn brain too little falls into lazy habits of thinking; -Seri 1-
98
Embed
berFISIKA adalah berIMAJINASI - eprints.itb.ac.ideprints.itb.ac.id/6/1/Berfisika adalah Berimajinasi - Mikrajuddin Abdullah.pdf · suatu imjanasi terhadap jatuhnya buah apel. Teori
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
berFISIKA adalah
berIMAJINASI Prof. Mikrajuddin Abdullah
The true sign of intelligence is not knowledge but imagination;
Imagination is more important than knowledge. For knowledge is limited, whereas imagination embraces the entire world, stimulating progress, giving birth to evolution;
The power of imagination makes us infinite;
Any man who reads too much and uses his orn brain too little falls into lazy habits of thinking;
-Seri 1-
-i-
Kata Pengantar
Banyak pengajaran fisika dari sekolah menengah hingga perguruan tinggi
hanya mengandalkan kemampuan menghitung. Siswa dan mahasiswa hanya
dituntut untuk menyelesaikan soal-soal fisika dengan cara secerap mungkin tanpa
meresapi makna fisika itu sendiri. Fisika menjadi gersang. Pelajaran fisika tidak
lebih dari pelajaran matematika yang mengandung soal terkait fisika.
Yang lebih penting dari fisika adalah imajinasi. Bagaimana siswa atau
mahasiswa melihat fenomena alam dan memahami mekanisme apa yang
mengontrol mekanisme tersebut. Teori atau hokum-hukum fisika lahir dari
imajinasi, melalui penenungan yang lama dan mendalam para ilmuwan terhadap
suatu fenomena yang mereka amati. Hukum gravitasi universal Newton lahir dari
suatu imjanasi terhadap jatuhnya buah apel. Teori relativitas lahir dari suatu
pemikiran yang sangat mendalam atas sejumlah pengaatan pada akhir abad 19
seperti kontraksi Lorentz dan kekonstantan laju cahaya. Teori kuantum lahir dari
hasil imajinasi Max Planck terhadap kegagalan teori klasik menjelaskan fenomena
radiasi benda hitam dan imajinasi Einstein tentang foton dalam usaha menjelasakan
hasil pengamatan efek fotolistrik.
Berimajinasi adalah kunci menjadi ilmuwah hebat. Matematika adalah
perangkat pendukung imajinasi tersebut sehingga menjadi formulasi matematika
dalam hentuk hokum atau teori. Tetapi tanpa imajinasi, matematik hanya menjadi
alat untuk menyelesaikan soal ujian. Dengan imajinas, kadang perosoalan fisika
yang sangat kompleks dapat dijelaskan dengan persamaan matematika yang sangat
sederhana.
Saya coba tulis buku beberapa seri terkait dengan imajinasi fisika. Isinya
adalah melihat fenomena fisika yang ada di sekitar dan mencoba memikirkan
mekanisme fisika apa yang mengotrol fenomena tersebut. Jika memungkinkan akan
dibangun teori atau persamaan yang menjelaskan fenomena tersebut. Saya hanya
membahas fenomena sederhana yang mungkin kita sering amati sehari-hari. Tetapi
karena kita jarang mau berimajinasi maka fenomena tersebut tampak seperti
fenomena fisika biasa yang tidak ada nilai ilmiahnya.
-ii-
Saya berharap buku ini bermanfaat bagi anak-anak yang masih duduk di
bangku sekolah menengah atau mahasiswa S1 supaya memiliki ketertarikan lebih
baik pada sains. Fisika tidak identik dengan rumus. Rumus digunakan kalau
memang diperlukan.
Bandung, Desember 2018
Mikrajuddin Abdullah
-iii-
Daftar Isi
Pendahuluan
Imajinasi van der Waals tentang Teori Gas dan Hadiah Nobel 1
Bab 1
Bahaya Berdiri di Dekat Kereta yang Lewat 13
Bab 2
Sarang Lebah Berbentuk Heksagonal 18
Bab 3
Menghitung Luas Permukaan Patung Diponegoro 25
Bab 4
Teori Pencelupan Biskuit 30
Bab 5
Mengapa Susah Membuka Kulkas 34
Bab 6
Tersekap dalam Ruangan Tertutup 38
Bab 7
Rel Kereta Api di Atas Kerikil 43
Bab 8
Oven Microwave Menggunakan Gelombang 2,45 GHz 47
Bab 9
Teori Lunturnya Pakaian yang Dicuci 52
-iv-
Bab 10
Beda Tidur di Kasur dan Lantai 57
Bab 11
Kucuran Air Wastafel 60
Bab 12
Persamaan Fisika di balik Desain Termometer 64
Bab 13
Menentukan Massa Jenis Zat Cair tanpa Timbangan dan Gelas Ukur 69
Bab 14
Permen Kapas 76
Bab 15
Efek High Heels pada Kaki 80
Bab 16
Elemen Pemanas Digulung 87
Bab 17
Mengapa Emas Berwarna Kuning dan Perak Berwarna Putih? 90
-1-
Pendahuluan
Imajinasi van der Waals tentang Teori Gas
dan Hadiah Nobel
Di sini saya tulis satu pelajaran yang menarik betapa pentingnya memahami
sejumlah asumsi atau hipotesis yang menjadi landasan penurunan persamaan-
persamaan fisika. Sekali lagi, ini hanya dapat dicapai dengan membaca secara
komprehensif text book-text book standar yang biasanya mengandung cerita yang
panjang.
Kita masih ingat persamaan gas ideal yang sangat terkenal itu: PV = NkT.
Persamaan ini mampu menjelesakan dengan sangat baik hasil pengamatan Boyle,
Gay Lussac, Charles tentang saling ketergantungan antara volum, tekanan dan suhu
gas. Bagaimana asal muasal munculnya persamaan gas ideal? Persamaan itu tidak
bias dilepaskan dari pengamatan secara empiric (hasil pengukuran) besaran-besaran
gas pada suhu cukup tinggi dan kerapatan cukup rendah oleh Boyle, Gay-Lussac,
dan Charles.
Robert Boyle melakukan pengukuran perubahan volume gas pada suhu
yang dipertahankan konmstan jika tekanan diubah-ubah. Gas ditempatkan dalam
wadah tertutup kemudian kemudian diberikan tekanan yang berbeda. Secara intuisi
kita pasti menduga bahwa jila gas ditekan lebih besar maka volume gas akan makin
kecil (gas memampat). Makin besar tekanan yang diberikan pada gas maka makin
kecil volume gas tersebut. Namun, pertanyaan selanjutnya adalah seberapa besar
pengecilan volume jika tekanan diperbesar? Jika tekanan diperbesar dua kali, maka
sebaga banyak volume mengecil? Apakah menjadi setengah atau sepertiga, atau
seperemapat tenakan semuka. Dengan kata lain adakah persamaan matematika yang
menghubungkan tekanan dan volume tersebut? Jika persamaan ada maka kita bias
menghitung. Jika sata beri tekanan sekian maka saya dapat menghitung secara
mudah menjadi berapa volume gas tersebut. Persamaan itulah yang ingin ditentukan
oleh Robert Boyle.
-2-
Gambar P.1 Jika tekanan gas diperbesar maka volumenya mengecil dan sebaliknya.
Boyle memberikan sejumlah tekanan pada gas yang berada dalam ruang
tertutup. Subu gas dibuat tetap, misalnya dengan menyimpat wadah dalam air yang
volumenya sangat besar. Mengama volume air besar? Supaya saat gas ditekan suhu
air hampir tidak berubah. Apa yang didapat Boyle adalah kurva seperti pada
Gambar P.1. Kurva tersebut secara teliti memenuhi persamaan
V
CP 1 (P.1)
dengan
P adalah tekanan
V adalah volum
C1 adalah sebuah konstanta
Perubahan tekanan yang menyertai perubahan volume diilustrasikan pada Gambar
P.2.
Tekanan rendah, volume besar
Tekanan tinggi, volume kecil
-3-
Gambar P.2 Perubahan tekanan akibat perubahan volume gas. Pada proses ini suhu
dipertahankan konstan.
Hasil ekperimen Boyle dipublikasi than 1662, yaitu sekitar tiga setengah abad yang
lalu.
Kemudian ahli Fisika Prancis, Joseph Louis Gay-Lussac (1778–1850)
melakukan percobaan yang berbeda. Gay-Lussac mengubah-ubah suhu gas dan
mengukur perubahan tekanan yang dihasilkan jiga volumenya tetap. Gas
ditempatkan dalam wadah yang volumenya tidak berubah seperti diilustrasikan pada
Gambar P.2. Suhu gas kemudian dinaikkan. Setelah tercapai suhu tertentu yang
konstan maka tekana gas kemudian diukur. Gay-Lussac mencatat hasil bahwa
tekanan gas berubah secara linier terhadap suhu jika suhu tersebut dinytatan dalam
satuan kelvin. Gay-Lusaac mendapatkan bahwa tekanan gas berubah menurut
persamaan
TCP 2 (P.2)
dengan
P adalah tekanan
Volume [L]
Teka
nan
[m
m H
g]
-4-
T adalah suhu dalam kelvin
C2 adalah konstanta.
Hasil percobaan Gay-Lussac diumumkan tahun 1808, yaitu sekitar dua abad yang
lalu.
Gambar P.2 Pengaruh suhu pada tekanan gas. Makin tinggi suhu maka tekanan gas makin
besar. Percobaan dilakukan pada volum tetap.
Percobaan ketiga terkait gas ideal dilaporkan oleh Charles. Yang diukur
adalah perubahan volume gas jika suhunya diubah-ubah tetapi tekanan
dipertahankan konstan seperti diilustrasikan pada Gambar P.3. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa volume berubah secara linier terhadap suhu menurut
persamaan
TCV 3 (P.3)
dengan
Suhu rendah, tekanan rendah
Suhu tinggi, tekanan tinggi
-5-
V adalah volum
T adalah suhu dalam kelvin
C3 adalah konstanta.
Gambar P.3 Pengaruh suhu pada volum gas. Makin tinggi suhu maka volum gas makin
besar. Percobaan dilakukan pada tekanan tetap.
Tiga persamaan di atas dibanngun dengan mempertahankan salah satu
besaran adalah tetap. Contohnya, pada persamaan Boyle, suhu dianggap konstan.
Pada persamaan Gay-Lusac, volum dianggap konstan. Pada persamaan Charles,
tekanan dianggap konstan. Namun, jika tidak ada satupun tekanan, suhuy, dan
volume yangb dianggap konstan maka ketiga persamaan di atas harus digabung
menjadi satu persamaan yang lebih umum, yaitu
V
TCP 3 (P.4)
Suhu rendah, volume kecil
Suhu tinggi, volume besar
-6-
dengan C3 adalah konstanta yang bergantung pada jumlah atom atau molekul
penyusun gas. Ini adalah persamaan empirik, yaitu persamaan yang didapat dari
data percobaan. Dengan mengamati perubahan data percobaan, para ahlki menebak
kita-kira persamaan seperti apa yang dapat menjelasakan besaran gas seperti pada
percobaan.
Namun, ahli fisika tidak puas berhenti di situ saja. Para ahli fisika akan
bertanya, mengapa gas memenuhi persamaan yang sangat sederhana itu? Mengapa
tekanan bukan berubah terhadap akar atau kuadrat volume atau secara logaritma
dengan suhu. Mengapa persamaannya cukup sederhana?
Sifat gas tentu disumbang ioleh sifat atom atau molekul penyusunya.
Dengan demikian menjadi pertanyaan menarik adfalah apa yang terjadi pada atom
atau molekul gas sehingga secara maksorsopik gas menenuhi persamaan (P.4)?
Bagaimana bentuk gerakan, tumbukan antar molekuk, tumbukan molekul dengan
dinding sehingga keluar persamaan itu? Ini adallah tantangan menarik. Dan ini
adalah wilayah kerjha fisika nteoretik. Para fisikawan ini mengimajinasikan
mekanisme yang terjadi pada atom atau molekul gas sehingga tekanan, volum, dan
suhu memenuhi persamaan (P.4).
Teori Gas Ideal
Dalam usaha menjelaskan mengapa gas memenuhi persamaan (P.4) maka para
ahli membangun teori gas. Teori yang dibangun harus diawali dengan sejumlah
asumsi. Asumsi tersebut dikenal dengan hipotesis. Asumsi yang diuslkan para ahli
dalam menurunkan persamaan (P.4) sebagai berikut.
1) Ukuran atom atau molekul gas ideal sangat kecil dan dapat diabaikan
dibandingkan dengan volume wadah. Dengan demikian, wadah yang berisi gas
tersebut dianggap ruang kosong saja. Dengan asumsi ini maka kita dapat
memperlakukan gas secara sederhana. Kita tidak peduli lagi tentang ukuran
molekul gas. Kita tidak peduli bahwa gas yang satu memiliki miolekul yang
ukurannya lebih besar atrau lebih kecil dengan gas lain. Kita tidak peduli lagi
dengan bentuk molekuk gas yang berbeda-beda karena semuanya dianggap nol.
Walapun jumlah atom atau molekul gas sangat banyak, kita tetap menganggp
bahwa volume semua atom atau molekuk tersebut nol.
2) Atom atau molekuk gas selalu bergerak bebas ke segala arah dan gersifat acak.
Tiap partikel dapat berada di posisi mana saja dalam ruang.
3) Tidak ada interaksi antar molekul gas. Antara molekl gas tidak ada interaksi.
Tidak ada gaya tarik maupun gaya tolak antar molekul gas merskipun jarak
-7-
antar molekuk bias dangat dekat. Juga karena ukuran atom ataiu molekul gas
dianggap nol maka tidak ada tumbukan antar molekuk gas. Tidak akan pernah
terjadi dua titik yang ukurannya nol bias bersentuhan. Tumbukan yang terjadi
hanya tumbuykan antara molekul gas dengan dinding wadah.
4) Tumbukan atom atau molekul gas denngan dinding wadah bersifat elastis
sempurna. Elastis sempurna artinya energy kinetic sebelum dan sesudah
tumbukan tidak berubah. Dengan demikian, selamanya energy kinetic atom atau
molekul gas selalu konstan (tidak pernah berubah). Ini pun akan berakibat
energy total gas yang ada dalam wadah selalu konstan karena energy tiap atom
atau molekuk selalu konstan.
5) Dan yang terakhir gerakan atom atau molekul gas serta tumbukannya dengan
dinding mememnuhi hokum gerak Newton.
Apa yang disampaikan di atas adalah hipotesis yang diajuykan dalam rangka
mendapatkan persamaan yang berlaku untuk gas. Hipitesis ini tidak muncul tiba-
tiba. Hipotesis ini mungkin dirumuskan begitu lama sehingga dengan hipotesis
tersebut hokum gas yang diperoleh Boyle, Gay-Lussac, dan Charles benar-benar
dapat diperoleh. Hipotesis di atas penuh dengan idealisasi. Salah satunya adalah
asumsi bahwa ukuran atom atau molekul gas nol dan tidak ada interaksi antar atom
atau molekul gas. Oleh karena itu, teori yang diturunkan dinamakan teori gas ideal.
Dengan menggunakan hipotesis di atas dan melakukan sejumlah tahapan
penusunan matematika para ahli memperoleh persamaan umum untuk gas ideal,
yaitu
V
TNkP (P.5)
dengan
N adalah jumlah atom atau molekul gas
k adalah konstanta yang dinamakan konstanta Boltztmann yang dinainya
1,38 10-23
J/K.
Amati bahwa persamaan di atas persis sama dengan persamaan umum gas yang
diperoleh dari percobaan Boyle, Gay-Lussac, dan Charles dengan menyamakan C3
= Nk. Tampak bahwa nilai C3 tidak konstan , melainkan merupakan fungsi jumlah
atom atau molekul zat dalam wadah. Nilai C3 hanya tidak bergantung pada suhu,
tekanan, dan volume, sehingga kalau besaran tersebut diubah-ubah maka nilai C3
tidak berubah.
-8-
Dari uraian di atas kita simpulkan bahwa hipoptesi gas ideal dapat
dioterima sebagai landasan untuk menjelaskan sifat-sifat gas. Artinya, bahwa atom
atau molekul gas berperilaku seperti apa yang dihipotesiskan tersebut. Hukum ini
dipakan cukup lama dan sukses menjelaskan sejumlah pengamatan terkait dengan
proses yang terjadi pada gas.
Muncul masalah dengan fenomena pencairan gas.
Persamaan gas ideal dapat menjelaskan dengan baik hampir semua
pengamatan tentang gas. Memang sedikit kesalahan dalam prediksi muncul, tetapi
masih dapat ditolerir. Namun, permasalahan serius muncul ketika para ahli mampu
menciptakan ruangan bang bershunu sangat rendah, yaitu negative derajat celcius.
Pada suhu sangat rendah, sebagian zat berubah wujud menjadi cair. Ini artinya
material tersebut bukan lagi gas tetapi sudah menjadi zat cair. Fenoemana ini sama
sekali tidak dapat dijelaskan dengan teori gas ideal. Gambar P.4 adalah nitrogen cair
yang berasal dari gas nitrogen yang didinginkan pada suhu di bawah -200 oC.
Gambar P.4 Gas Nitrogen menjadi cair pada suhu di bnawah suhu -196 oC (IndiaMART)
-9-
Dalam wujud cair, partikel tidak bisa bergerak secara bebas dalam ruang.
Partikel umumnya hanya bergerak di seiktar posisi tertentu dan sangat kecil
kemungkinan partikel tersebut dapat bergerak sangat jauh dari posisi tertentu.
Wujud cair menunjukkan adanya gaya tarik menarik antar partikel
penyusun gas. Mengapa demikian? Wujud cair menandakan bahwa partikel
tersebeut tidak lagi bebas. Partikel menjadi tidak ebbas kalau ada gaya antar
partikel. Jadi teori gas ideal tidak dapat menjelaskan fenomena pencairan gas karena
teori tersebut dibangun atas hipotesis bahwa antar partikel gas tidak ada interaksi.
Kalau negitu, bagaimana kita menjelaskan fenomena pencairan gas?
Gambar P.5 Johannes Diderik van der Waals (1837-1923) (en.Wikipedia.com)
Fonemena ini menantang ahli Fisika Belanda yang bernama van der Waals.
Van der Walls mencoba mecoba membangun teori baru tentang gas tanpa memulai
dari nol. Van der Waals menganalisis ulang hipotesis yang digunakan dalam
-10-
membangun teori gas ideal. Adakah dari hiptesis tersebut yang kurang tepat dan
perlu diperbaiki? Dua hipotesi yang menarik perhatian van der Walls adalah
Hipotesis bahwa volume total semua atom atau molekul gas adalah nol.
Memang ukuran atom atau molekul gas sangat kecil. Tetapi jumlah atom atau
molekul gas dalam wadah sangat besar, yaitu dalam orde bilangan Avogadro.
Bilangan Avogadro adalah NA = 6,23 1023
. Jadi, jika kita memiliki gas dalam
wadah yang memiliki volume beberapa liter maka jumlah atom atau molekul di
dalamnya skeitar 1023
buah. Ini adalah jumlah yang sangat besar sehingga walaupun
ukuran satu atom atau molekul gas sangat kecil, kalu dikalihan dengan bilangan
tersebut maka nilainya menjadi tidak terlalu kecil lagi. Nah, untuk membangun
teorinya, van der Waals memperhitungkan kembali volume volume total molekul
has tersebut.
Jika volume satu atom atau molekul gas adalah u0 dan jumlah atom atau
molekul dalam wadah adalah N maka volum total atom atau molekul gas dalam
wadah adalah
0Nuv (P.6)
Dengan adanya volume total atom atau molkul gas ini maka volum ruang kosong
dalam wadah hanya
0' NuVV (P.7)
Dengan adanya koreksi volum ruang kosong ini maka menurut van der Waals,
persamaan gas ideal harus dikoreksi dari persamaan (P.5) menjadi persamaan
'V
TNkP
0NuV
TNk
(P.8)
Dalam perumusan gas ideal, interkasi antar partikel gas dianggap tidak ada.
Menurut van der Waalls interkasi tersebut ada meskipun pada suhu kamar dapat
diabikan. Tetapi pada suhu yang sangat renda ketiga gas akan mencair, interkasi
tersebut sangat besar. Interkasi tersebut berupa gaya tarik seperti diilustrasikan pada
Gambar P.6. Gaya tarik inilah yang menyebabkan atom atau molekul gas
berkumpul sehingga berubah menjadi zat cair.
-11-
Gambar P.6 Ilustrasi interaksi antar molekul gas.
Apa akibat adanta interaksi ini? Interaksi tersebut menyebabkan munculnya
gaya tarikl antar partikel gas. Gaya tarik tersebut menyebabkan partikel yang
menjauhi kumpulan partikel lain akan daitarik kembali. Ini menyebabkan partikel
yang bergerak ke dinding wadah dan akan menumbuk wadah akan ditarik kembali
oleh semua partikel lainnya ke arah tengah wadah. Akibatnya, kekuatan tumbukan
partikel pada dinding wadah menjadi lebih lemah dibandingkan dengan partikel
dalam gas ideal. Tumbukan yang lemah pada dinding berimplikasi tekanan yang
dihasilkan oleh gas menjadi lebih kecil. Degan demikian, tekanan yang tertulis pada
persamaan (P.8) terlalu besar. Tekanan sebenarnya harus lebih kecil dari itu. Oleh
karena itu van der Walls mengoreksi lagi persamaan (P.8) menjadi
PNuV
TNkP
0
(P.9)
di mana P adalah pengurangan tekanan akibat tarikan kembali oleh molekul-
molekul lainnya. Memang pada suhu yang cukup tinggi nilai P dapat dibaikan dari
suku lainnya pada persamaan (P.9). Namun pada suhu sangat rendah, nilai P
menjadi mirip dengan nilai suku lainnya sehingga tidak dapat dibaikan. Pertanyaan
berikutnya adalah berapa nilai P.
Dengan menggunakan matematika yang sedikit tinggi, van der Waals
mebuktikan bahwa P memenuhi persamaan
F F
Molekul gas
Molekul gas
-12-
2
2
V
NcP (P.10)
dengan c adalah sebuah konstanta. Sunstitusi ke dalam persamaan (P.9) maka
diperoleh
2
2
0 V
Nc
NuV
TNkP
atau
0
2
2
NuV
TNk
V
NcP
atau
NkTNuVV
NcP
02
2
(P.11)
Persamaan (P.11) adalah persamaan van der Waals yang sangat terkenal.
Persamaan ini dapat menjelaskan dengan baik fenomena pencairan gas. Dengan
teori ini, van der Walls mendapat penghargaan Nobel tahun 1910. Di sini kita
melihat bagaimana imajinasi van der Waals berjalan. Van der Waals hanya
menganalisis kembali apa yang terlupakan oleh para ahli dalam membangun teori
gas ideal. Kemudian van der Waals memmperhitungak kembali apa yang dilupakan
tersebut sehingga diperoleh persamaan yang berbeda. Kita juga melihat bahwa
matematik yang digunakan van der Walls dalam membangun teorinyta tidak
terlampau rumit. Karena meman g matematika hanya alat bantu dalam Fisika. Fisika
tidak sama dengan matematika.
Memang matematika penting dalam fisika. Namun yang lebih penting lagi
adalah IMAJINASI. Bahnyak ahli fisika hebat tidak terlalu hebat dalam
matematika. Banyak penemuan hebat dalam fisika yang tidak melibatkan
matematika rumit. Matematika yang digunakan kadang sangat sederhana, tetapi
dibangun dengan imajinasi yang luar biasa.
-13-
Bab 1
Bahaya Berdiri di Dekat
Kereta yang Lewat
Ketika kita berada di stasiun kereta api maka pada tempat berdiri saat
menunggu kereta berhenti terdapat garis kuning pada peron seperti ditunjukkan
pada Gambar 1.1. Garis itu adalah batas terdekat dengan kereta yang diijinkan bagi
calon penumpang untuk berdiri. Jika kita berdiri melampaui batas tersebut maka
sangat berbahaya. Kita bisa ketarik ke arah kereta yang sedang melintas dan jatuh
ke kereta. Tarikan terasa makin keras jika kecepatan kereta makin cepat. Pertanyaan
yang menarik adalah mengapa jika berdiri dekat ke kereta yang sedang melintas
maka kita bisa ketarik ke arah kereta?
Gambar 1.1 Garis kuning pada peron sebagai batas terdekat calon penumpang berdiri.
Penumpang tidak boleh berdiri di sisi selebal dalam garis kuning tersebut (sumber gambar:
Flickr.com)
-14-
Penjelasan atas larangan tersebut sebagai berikut. Ketika tidak ada kereta yang
lewat maka udara di stasiun dalam keadaan diam. Namun, ketika kereta lewat maka
udara yang bersinggungan dengan kereta kereta hingga jarak beberapa puluh
sentimeter dari permukaan kereta bergerak searah gerakan kereta. Pada persentuhan
dengan body kereta, kecepatan udara sama dengan kecepatan kereta. Makin
menjauh dari body kereta, kecepatan udara makin kecil dan tetap nol (diam) pada
jarak yang cukup jauh dari kereta. Jadi kita memiliki daerah yang mengandung
udara yang bergerak (dekat body kereta) dan yang diam (jauh dari body kereta).
Pertanyaan, apa akibatnya dengan adanya udara yang memiliki kecepatan berbeda
tersebut?
Gambar 1.2 (kiri) Pada posisi dekat kereta terdapat udara yang berkerak dan jauh dari
kereta udara diam. (kanan) Jika orang berdiri di antara udara yang diam dan yang bergerak
atau antara udara yang bergerak cepat dan yang bergerak lambat maka orang akan
terdorong kea rah udara yang bergerak lebih cepat.
Dalam plejaran fluida dinamik kita pasti telah belajar tentang persamaan Bernoulli,
yaitu
2
222
2
1112
1
2
1vghPvghP (1.1)
di mana
Posisi 1 (dekat kereta)
Posisi 2 (jauh dari kereta)
Gaya ke arah kereta
P1 P2
Ud
ara
ber
gera
k le
bih
cep
at
Ud
ara
ber
gera
k le
bih
lam
bat
Gay
a d
oro
ng
P1 < P2
-15-
P1 adalah tekanan udara pada posisi 1;
P2 adalah tekanan udara pada posisi 2;
adalah massa jenis udara;
g adalah percepatan gravitasi bumi;
h1 adalah ketinggian posisi 1;
h2 adalah ketinggian posisi 2;
v1 adalah kecepatan udara di posisi 1;
v2 adalah kecepatan udara di posisi 2.
Kita pilih posisi 1 adalah posisi yang berada di dekat body kereta dan posisi 2
adalah posisi yang jauh dari body kereta. Dengan demikian 1v kira-kira sama
dengan kecepatan kereta dan 02 v . Kita ambil dua titik yang memiliki ketinggian
yang sama, h1 = h2 = h maka persamaan Bernoulli menjadi
02
12
2
11 ghPvghP
atau
2
1212
1vPP (1.2)
Jelas dari persamaan (1.2) bahwa dengan adanya aliran udara di sekitar
body kereta maka tekanan udara sekitar body kereta mengecil. Tekanan udara yang
jauh dari kereta lebih besar daripada tekanan udara yang bersentuhan dengan body
kereta. Selisih ketakan tersebut adalah
2
1122
1vPPP (1.3)
Dengan adanya selisih tekanan ini maka akan muncul gaya dorong ke arah kereta.
Besarnya gaya dorong bergantung pada luas permukaan benda. Jika ada orang
berdiri sekitar kereta lewat maka orang tersebut akan merasakan gaya dorong yang
-16-
bergantung pada selisih kecepatan udara di sisi badan yang menghadap kereta dan
sisi badan yang menjauhi kereta serta luas permukaan badan.
Sebagai ilustrasi, misalkan tubuh didekati dengan semuah balok dengan
tinggi 1,6 meter dan lebar 30 cm = 0,3 m. Misalkan pula ada kereka yang melintas
dengan kecepatan 72 km/jam = 20 m/s. Massa jenis udara adalah = 1 kg/m3. Luas
penampang tubuh adalah A = 1,6 0,3 = 0,48 m2. Perbedaan tekanan udara
22
1 2012
1
2
1 vP = 200 Pa
Gaya dorong kea rah kereta
48,0200 APF = 96 N
Gaya ini kira-kira sama dengan berat benda yang bermassa 9,8 kg. Dengan
demikian besar gaya tersebut cukup besar.
Gaya dorong yang dialami lebih besar lagi jika kecepatan kereta makin
besar. Jika kita berdiri rileks, maka gaya sebesar itu biaa membuat kita terdorong ke
arah kereta. Sama dengan saat kita berdiri rileks maka jika tiba-tiba didorong oleh
teman dengan dorongan yang pelan pun dapat menyebabkan kita terjatuh.
Apa maksudnya garis batas yang ada di tempat tunggu stasiun? Jika kita
berdiri di belakang garis batas tersebut maka beda kecepatan udara di depan dan di
belakang badan sangat kecil karena kita sudah cukup jauh dari body kereta.
Akibatnya gaya dorong kea rah kereta yang dialami tubuh menjadi sangat kecil.
Dengan demikian, dalam keadaan rireks pun kita tidak sanggup didorong kea rah
kereta.
Gaya akibat perbedaan kecepatan udara ini disebu gaya Bernoulli. Disebut
gaya Bernoulli karena diturunkan dari persamaan Bernoulli. Gaya yang sama
bekerja pada sayap pesawat atau sayap burung. Kecepatan udara di sisi atas sayap
lebih besar daripada kecepatan udara di sisi bawah sayap. Akibatnya, tekanan udasa
di atas sayap lebih kecil daripada di sisi bawah sayap. Dengan demikian sayap
mengalami gaya angkat.
Untuk menghasilkan perbedaan kecepatan tersebut maka sisi atas pesawat
harus lebih lengkung dibandingkan dengan sisi bawah seperti diilustrasikan pada
Gambar 1.3. Akibatnya, pada sisi atas pesawat udara menempuh jarak lebih panjang
daripada sisi bawah. Karena udara melewati sayap pada selang waktu yang maka
maka kecepatan udara di sisi atas menjadi lebih besar daripada di sisi bawah.
-17-
Gambar 1.3 Saya pesawat berbentuk sedikit melengkung di sisi atas dan agak datar di sisi
bawah. Akibatnya kecepatan udara di sisi atas pesawat lebih kecil daripada kecepatan di sisi
bawah. Tekanan udara pada sisi bawah menjadi lebih besar daripada di sisi atas sehingga
pesawat mengalami gaya angkat.
Kecepatan lebih kecil (tekanan lebih besar)
Kecepatan lebih besar (tekanan lebih kecil)
Arah terbang
Gaya angkat Bernoulli
-18-
Bab 2
Sarang Lebah
Berbentuk Heksagonal
Gambar 2.1 Contoh sarang lebah. Sayap tersusun atas ruang-ruang dengan geometri
berbentuk heksagonal (suumber gambar: http://www.beebehavior.com/
foundationless_frames_brood_area.php)
Gambar 2.1 adalah contoh sarang lebah. Perhatikan bentuk geometrinya
secara seksama. Susunannya adalah berulang-ulang secara teratur periodik. Tidak
ada ruang kosong yang tidak diisi oleh bentuk heksagonal tersebut. Bentuk geometri
yang dapat mengisi seluruh ruang secara periodic hanya beberapa saja, yaitu:
segitiga, persegi, persegi panjang, jajaran genjang, dan segi enam sama sisi
(heksagonal). Lingkaran, segi lima, segi tujuh, dan segi-segi yang lain tidak dapat
disusun tanpa meninggalkan ruang kosng di antaranya.
Gambar 2.2 adalah contoh geometri yang dapat disusun: (a) segitiga, (b)
heksagonal, (c) segilima, (d) segitujuh, dan (e) lingkaran. Untuk segitiga dan
heksagonal maka kita dapat menempatkan bangunan untuk mengisi seluruh ruang.
-19-
Namun, untuk segilima, segitujuh, dan lingkaran pasti akan meninggalkan ruang
yang tak terisi jika kita susun.
Gambar 2.2 Contoh geometri yang dapat disusun: (a) segitiga, (b) heksagonal, (c) segilima,
(d) segitujuh, dan (e) lingkaran.
Pertanyaan menarik adalah apa keunggulan segi enam sama sisi
(heksagonal)? Mengapa lebah membentuk sarang berbentuk heksagonal
dibandingkan dengan bentuk periodik lainnya seperti segitiga atau persegi? Kalau
dilihat dari bentuk geometri, tentu heksagonal (yang memiliki enam sisi sama
panjang) lebih susah untuk dibangun dibandingkan dengan segitiga atau persegi.
Namun mengapa lebah memilih heksagonal? Mari kita coba analisis.
Lebah membentuk sarang dengan membangun dinding berbentuk
heksagonal. Jadi lebah harus mengumpulkan material untuk membentuk dinding
sel. Lebah akan mendapatkan keuntungan jika dapat menggunakan material
sesedikit mungkin untuk menghasilkan ruang dengan volume sebesar mungkin. Dan
(a) (b)
(c)
(d) (e)
-20-
bentuk heksagonal adalah bentuk yang memungkinkan efisiensi itu dapat dicapai.
Berikut kini kita coba bandingkan jumlah material dinding yang dibutuhkan untuk
menghasilkan volume yang sama untuk bentuk segitiga sama sisi, persegi, dan
heksagonal. Untuk mudahnya perhatikan Gambar 2.3.
Gambar 2.3 Bangunan dengan bentuk penampang yang berbeda-benda: (a) segitiga sama
sisi, (b) persegi, dan (c) heksagonal. (d) Menghitung tinggi segitiga sama sisi dan (e)
heksagonal merupakan susunan enam buah segitiga sama sisi.
Misalkan tinggi semua sel adalah sama, yaitu h dan dinding semua sel
sama, yaitu t. Sel-sel tersebut hanya berbeda dalam bentuk penampang, yaitu
segitiga, persegi, dan heksagonal. Volume satu sel sama dengan tinggi dikali luas
penampang. Sekarang kita hitung luas penampang masing-masing.
Untuk segitiga sama sisi dengan sisi a, luas sama dengan setengah tinggi
dikali alas. Panjang alas adalah a dan dengan mengacu pada Gambar 2.3(d) tinggi
segitiga adalah
a a
a b
b
c
c
c
c
c
c t
t
t
(a) (b) (c)
c c
c
60o
a a
a/2 a/2
60o
a s
in 6
0o
(d) (e)
-21-
aap o
2
360sin (2.1)
Dengan demikian, luas penampang segitiga adalah
2
4
3
2
1aapAst (2.2)
dan volume ruang dalam segitiga adalah
hahAV stst
2
4
3 (2.3)
Volume materiat dinding bangunan segitiga adalah keliling tinggi tebal, atau
htavst )3( (2.4)
Kemudian kita hitung untuk ruang dengan penampang persegi. Luas
penampang adalah
2bAp (2.5)
dan volume ruang dalam persegi adalah
hbhAV pp
2 (2.6)
Volume material dinding bangunan persegi adalah keliling tinggi tebal, atau
htbvp )4( (2.7)
Tearkhir, untuk heksagonal kita hitung sebagai berikut. Penampang
heksagonal dapat diapndang sebagai enal buah penampang segitiga sama sisi
dengan sisi c (Gambar 2.3(e)). Dengan menggunakan persamaan (2.2) maka luas
penampang heksagonal adalah
22
2
33
4
36 ccAhk (2.8)
dan volume ruang dalam heksagonal adalah
-22-
hchAV hkhk
2
2
33 (2.9)
Volume materiak dinding bangunan heksagonal adalah keliling tinggi tebal,
atau
htcvhk )6( (2.10)
Kita ingin membanding jumlah material dinding yang dibutuhkan untuk
membangun sel dengan volume yang sama. Jadi kondisi yang harus dinehui adalah
hkpst VVV (2.11)
Persamaan pertama yang kita dapatkan adalah
pst VV
atau
hbha 22
4
3
atau
ba4/13
2 (2.12)
Persamaan kedua yang kita dapatkan adalah
hkp VV
atau
hchb 22
2
33
atau
bc33
2 (2.13)
-23-
Substitusi persamaan (2.12) ke dalam persamaan (2.4) maka kita dapatkan
bahwa jumlah material untuk memnagun sel geometri segitiga adalah
bhtbhtvst 559,43
64/1
(2.14)
Substitusi persamaan (2.13) ke dalam persamaan (2.10) maka kita dapatkan bahwa
jumlah material untuk memnagun sel geometri heksagonal adalah
bhtbhtvhk 722,333
26 (2.15)
Kita simpulkan dari persamaan (2.7), (2.14), and (2.15) bahwa
vhk < vp < vst
Dengan kata lain, untuk menghasilkan sel dengan volume yang sama maka jumlah
material untuk membuat dinding heksagonal lebih sedikit daripada untuk
membentuk dinding persegi atau dinding segitiga. Jadi, untuk membuat ruang madu
dengan volume tertentu maka bentuk heksagonal memerlukan material dinding
Dengan demikian dapat kita katakan kaca hampir tidak mengalami pemuaian.
5) Ukuran kolom kecil. Perubahan volume air raksa dalam kantong akan diamati
sebagai kenaikan raksa dalam kolom sebagai indikator suhu. Tinggi kenaikan kolom
air raksa memenuhi persamaan
2
0
r
TV
A
Vh
(12.4)
dengan
h adalah tinggi kenaikan kolom
A adalah luas penampang kolomh
r adalah jari-jari kolom
Agar kenaikan kolom mudah diamati meskipun perubahan suhu cukup kecil maka
diameter kolom harus sangat kecil. Dengan diamater (luas penampang kolom sangat
kecil) maka perubahan volume yang sedikit pada kantong air raksa (perubahan suku
yang kecil) akan dihasilkan perubahan ketinggian raksa dalam kolom yang mudah
diamati.
6) Efek kapilaritas. Namun, ukuran kolom tidak boleh terlampau kecil karena efek
kapilaritas akan muncul. Jika muncul efek kapilaritas maka perubahan ketinggian
kolom bukan semata-mata akibat pemuaian tetapi juga akibat tegangan permukaan
zat cair. Diameter optimal kolom termometer air raksa sekitar 0,140 mm.
7) Kohesi dan adhesi. Zat cair yang digunakan juga tidak boleh membasahi
dinding kaca agar permukaan kaca selalu bersih meskipun semula dikenai zat cair.
Gaya adhesi antara molekul kaca dengan zat cair harus lebih kecil daripada gaya
kohesi antar molekul zat cair. Dan ini dipenuhi oleh raksa.
Di masa depan mungkin para ahli akan membuat termoeter dari bahan yang
lebih unggul dari kaca, yaitu memiliki konduktivitas termal lebih tinggi dari kaca,
-68-
lebih kuat dari kaca sehingga dinding dapat dibuat lebih tipis, memiliki kapasitas
kalor lebih becil dari kaca, dan memiliki koefisien volum lebih kecil dari kaca. Dan
salah satu kandidat adalah carbon nanotube.
-69-
Bab 13
Menentukan Massa Jenis Zat Cair
tanpa Timbangan dan Gelas Ukur
Massa jenis adalah salah satu sifat khas zat. Massa jenis didefinisikan
sebagai massa per satuan volum. Tiam zat memiliki massa jenis yang khas.
Umumnya zat yang berbeda memiliki massa jenis berbeda. Namun, ada juga bahan
berbeda memiliki massa jenis mirip. Tabel 1 adalah contoh bebrapa zat cair dana
massa jenisnya
Tabel 1 Massa jenis sejumlah zat cair
Zat cair Massa jenis (kg/m3)
Minyak goreng 910 – 930
Minyak kelapa 924
Air pada suhu 4 oC 1.000
Oksigen cair 1.141
gliserol 1.261
raksa 13.546
Asam asetat 1.049
alkohol 785
benzena 874
Oli kendaraan 880 – 940
Air laut 1.230
Susu murni 1.020-1.050
Massa jenis menentukan tekanan yang dihasilkan di dalam cairan. Pada
kedalaman h dari permukaan maka zat caie menghasilkan tekanan sebesar P = gh
di mana adalah massa jenis, g adalah percapatan gravitasi dan h adalah kedalaman
-70-
diukur dari permukaan zat cair. Tampak di sini bahwa makin besar massa jenis
maka tekanan yang dihasilkan makin besar. Tekanan jenis ini dinamakan tekanan
hidrostatis.
Ada sejumlah cara standar yang dapat digunakan untuk mengukur massa
jenis zat cair. Cara pertama yang umum digunakan adalah menggunakan neraca dan
gelas ukur. Zat cair dengan volume tertentu (berdasarkan pembacaan gelas ukur)
ditimbang massanya (massa total dokurangi massa wadah). Ilustrasinya ditunjukkan
pada Gambar 13.1(a). Dari informasi massa tersebut maka massa jenis zat cair dapat
dihitung dengan persamaan
V
m (13.1)
di mana
m adalah massa
V adalah volum
Cara kedua adalah menggunakan pipa betbentuk huruf U. Massa jenis suatu
zat cair dapat ditentukan asalkan kita memiliki satu zat cair lain yang telah diketahui
massa jenisnya (zat cair standar). Namun, syaratnya adalah dua zat cair tersebut
tidak boleh bercampur membentuk larutan. Ketika ditempatkan dalam suatu wadah
maka zat cair tersebut terpisah, satu berada di atas dan satu berada di bawah. Zat
cair yang memiliki massa jenis besar berada di sebelah bawah dan yang bermassa
jenis kecil berada di sebelah atas. Gambar 13.1(b) adalah ilustrasi sejumlah zat cair
tidak bercampur yang memiliki massa jenis berbeda-beda.
Cara pengukuran menggunakan pipa berbentuk huruf U ditunjukkan pada
Gambar 13.1(c). Satu zat cair diisi pada satu kaki pipa dalam julah lebih banyak dan
zat cair lain diisi pada kaki yang lainnya dalam jumlah lebih sedikit. Panjang kolom
zat cair di atas garis batas pertemuan dua zat cair diukur. Dengan mengacu pada
Gammbar 13.1(c) maka persamaan yang berlaku adalah
Lh 21 (13.2)
Namun, tidak semua sekolah memiliki neraca untuk mengukur massa jenis
zat cair. Dan mungkin juga tidak semua sekolah memiliki gelas ukur yang memadai
atau pila U? Kalau begitu bagaimana kita dapat mengukur massa jenis zat cair jika
alat-alat tersebut tidak ada?
-71-
Pada bagian ini saya akan menjelaskan cara nengukur massa jenis zat cair dengan
cara yang sederhana, tanpa membutuhkan neraca, gelas ukur, atau pipa U. Caranya
adalah memanfaatkan hokum-hukum yang berlaku pada zat cair, terumata gaya
angkat Arcihemes.
Gambar 13.1 (a) cara stander mengukur massa jenis zat cair yaitu menggunakan gelas ukur
dan timbangan. (b) aat cair tidak bercampur yang memiliki massa jenis berbeda-beda
[sumber: Wikipedia.com]. (c) cara pengukuran zat cair menggunakan pipa U dengan syarat
ada satu zat cair standar dan zat cair yang akan diukur tidak boleh bercampur dengan zat
cair standar.
(a)
(c)
(b)
1
2
-72-
Hukum Archimedes
Hukum Archimedes menyatakan bahwa jika ada benda pada tercelum di
dalam zat cair maka benda tersebut mengalami gaya angkat yang besarnya sama
dengan berat zat cair yang dipindahkan. Misalkan volume bagian benda yang
tercelaup dalam zat cair adalah V, maka massa zat cair yang dipindahkan benda
tersebut adalah
Vm c (13.3)
dengan
c adalah massa jenis zat cair.
Maka berat zat cair yang dipindahkan beda adalah
VgmgW cc (13.4)
Jadi, gaya angkat acrhimedes yang dialami benda adalah
VgF ca (13.5)
Misalkan sebuah benda ditempatkan di dalam zat cair dam sebagian volume
benda tercelup dan sebagian menonjol di atas pemukaan air. Karena benda diam
maka gaya total arah vertikan yang dialami benda nol. Gaya arah vertikan hanya
berat benda dan gaya angkat Archimedes. Dengan demikian, saat benda diam di
permukaamn air maka berlaku
bendaa WF
atau
VgW cbenda (13.6)
Persamaan (13.6) menyatakan bahwa kita dapat mengetahui berat benda jika
a) Massa jenis zat cair diketahui
b) Volume zat cair yang dipindahkan benda diketahui.
Zat cair yang sangat dikenal massa jenisnya adalah air. Jadi persamaan
(13.6) dapat digunakan sebagai neraca untuk mengukur berat benda yang tidak
tercelup seluruhnya ke dalam air. Yang dikur hanya volume zat cair yang
dipindahkan benda saat benda dicelupkan ke dalam air.
-73-
Bagaimana mengukur volume zat cair yang dipindahkan benda jika kita
tidak memiliki gelas ukur? Kita dapat menggunakanwadah plastik atau gelas yang
berbentuk silinder. Diutamakan yang transparan atau mendekati transparan sehingga
posisi permukaan air dapat diamati secara mudah. Misalkan diameter sisi dalam
wadah adalah d. Masukkan zat caid dalam wadah hingga ketinggian tertentu. Lalu
masukkan benda ke dalam wadah sehingga air terdesak dan permukaannya naik.
Jika naiknya permukaan air adalah h maka volume air yang didesak benda dalah
AhV
di mana
4/22 drA
merupakan luas penampang dalam wadah. Jadi, untuk mengukur volume zat cair
yang dipindahkan benda kitacukup mengukur diameter penampang dalam wadah
dan tinggi naiknya permukaan zat cair.
Kemudian bagaimana mengukur massa benda? Setelah benda tercelup
sebagian dalam air dan diam maka berat benda sama dengan berat air yang
dipindahkan. Jadi
gVW ab )(
atau
gVgm ab )(
yang menghasilkan
Vm ab (13.7)
di mana
a adalah massa jenis air = 1.000 kg/km3
Jadi, masasa benda persis sama dengan massa sir yang dipindahkan. Massa air yang
dipindahkan sama dengan massa jenis air dikali volume air yang dipindahkan.
Bagaimana cara mengukur massa jenis zat cair lain? Dengan menggunakan
air kita dapat menghitung massa benda tanpa perlu menggunakan neraca. Untuk
-74-
menentukan massa jenis zat cair lain, kita masukkan zat cair tersebut ke dalam gelas
yang sama. Kemudian catat posisi permukaan air. Lalu masukkan benda ke dalam
zat cair tersebut dan catat peningkatan ketinggian permukaan zat cair. Misalkan
peningkat ketinggian adalah hx. maka volume zat cair yang dipindaghan benda
menjadi
xx AhV (13.8)
Gaya angkat Archimedes sama dengan berat zat cair yang dipindahkan benda yaitu
gVW xxx (13.9)
Karena benda diam maka gaya angkat ini sama dengan berat benda sehingga
gVW xxb (13.10)
Dengan mengganti Wb dengan ruas kiri persamaan (13.9) maka kita dapat menulis
gVVg xxa
gAhAhg xxa
Yang menghasilkan
a
x
xh
h (13.11)
Persamaan (13.33) menyataakn bahwa massa jenis zat cair dapat ditentukan
hanya dengan mengukur kenaikan permukaan air dan kenaikan permukaan zat cair
ketika dicelupkan benda yang sama. Ini adalah persamaan yang sangat sederhana.
Percobaan
Menentukan massa jenis sejumlah zat cair
Tujuan
Menentukan massa jenis sejumlah zat cair tanpa menggunakan neraca dan glas ukur
-75-
Alat/Bahan
a) Air
b) Sejumlah zat cair: minyak goreng, sejumlah jus, susu
c) Gelas atau wadar berbentuk silinder
d) Benda yang terapung dalam zat air dan zat cair yang akan dikur. Benda
tersebut harus dapat masuk ke dalam wadah dan volumenya cukup besar
sehingga zat cair yang dideak cukup banyak dan mudah dikur.
e) Penggaris
Langkah percobaan
1) Masukkan air ke dalam wadah hingga seetengahnya. Tandai psosisi
permukaan air.
2) Masukkan benda terapung dalam wadah, lalu unur ketinggian permukaan
air.
3) Buang air dalam wadah da nisi dengan zat cair yang lain hingga ketinggian
sama dengan ketinggian air semua.
4) Masukkan benda yang sama ke dalam wadah dan ukur petubahan
ketinggain permukaannya
5) Ulangi dua langkah di atas untuk semua jenis zat cair yang lain.
6) Hitung massa jenis zat cair yang digunakan
7) Bandingkan dengan hasil di referensi (kalau ada).
-76-
Bab 14
Permen Kapas
Pernah ada yang bertanya pada saya tentang proses pembuatan permen
kapas. Saya coba rangkum sejumlah persamaan fisika yang melandasi pembentukan
permen kapas. Ternyata rumit juga. Pembuatan permen kapas ditunjukkan pad
Gambar 14.1. Di sekitar bagian yang berputar, di mana di dalamnya gula
dimasukkan, keluar fiber gula yang sangat tipis. Jika di sekitar itu ditempatkan stik
maka fiber gula yang lekuar menempel pada stik. Karena fiber gula seperti benang
tipis dan rinmgan, maka tumbukan fiber gula menyerupai kapas. Oleh karena itulah
permen ini dinamakan permen kapas.
Pembuatan permen kapas dimulai dengan manaskan gula dalam wadah
sehingga mencair. Suhu ketika gula mulai mencair sekitar 72 oC. Gula dimasukkan
ke dalam wadah yang memiliki celah dengan diameter cukup kecil. Celah tersebut
yang akan menjadi tempat keluarnya fiber gula yang nantinya membentuk permen
kapas.
Gambar 14.1 Contoh proses pembuatan permen kapas (jakarta-tourism.go.id)
Wadah yang mengandung gula yang sudah mencair diputar dengan
kecepatan sudut tertentu. Putaran zat cair membetuk permukaan berbentuk parabola.
-77-
Akibatnya, tekanan dalam zat cair di sisi dalam dinding (lihat Gambar 14.2) lebih
besar daripada tekanan atmosfir dan memenuhi persamaan
2
1
2
2
1RPP gulaatmA (14.1)
dengan
PA adalah tekanan di titik A
Patm adalah tekanan atmosfer
gula adalah massa jenis gula
adalah kecepatan sudut putaran wadah gula yang aga di tengah
R1 adalah jari-jari sisi dalam wadah gula yang berputar.
Gambar 14.2 Sejumlah besaran fisika muncul pada proses pembauatn permen kapas.
Di samping itu, di permukaan luar wadah yang sedang berputar ada lapisan tipis
A B
R1
R2
d Cairan gula
-78-
udara yang berputar mengikuti putaran wadah. Akibatnya tekanan udara tersebut
sedikit lebih rendah daripada tekanan atmosfer (hukum Bernoulli). Tekanan pada
permukaan luar wadah memenuhi persamaa
2
2
2
2
1RPP udaraatmB (14.2)
dengan
PB adalah tekanan di titik B
udara adalah massa jenis udara
R2 adalah jari-jari sisi luad wadah.
Jadi di sisi dalam dinding wadah terjadi peningkatan tekanan dan di sisi luarnya
terjadi penurunan tekanan. Perbedaan tekanan antara sisi dalam dan sisi luar
menjadi
BAAB PPP
2
2
2
1
2
2
1RR udaragula (14.3)
Akibat adanya perbedaan tekanan ini maka cairan gula terdorong keluar lubang-
lubang di dinding wadah
Laju aliran massa cairan gula keluar lubang dinding wadah (laju produksi
permen kapas) bergantung pada perbedaan tekanan, viskositas cairan gula, diameter
lubang, dan jumlah lubang. Laju aliran (volume per satuan waktu) memenuhi
persamaan Hagen-Poiseuille sebagai berikut
)(32 12
2
RR
dPw
gula
gulaAB
(14.4)
dengan
w adalah laju aliran cairan gula melalui celah.
d adalah diamater celah tempat keluar fiber.
gula adalah viskositas cairan gula yang nilainya sekitar 104 poise.
-79-
Perbedaan tekanan bergantung pada kecepatan putaran serta diameter
wadah. Jika kecepatan putar terlampu kecil maka tidak cukup tekanan untuk
mendorong cairan gula keluar dari lubang. Sebaliknya, jika kecapatan putaran
terlampau besar maka cairan yang keluar terputus-putus dan tidak membentuk
kapas-kapas yang panjang. Jadi ada jangkauan kecepatan putaran optimum. Namun,
kalau para Mang penjual permen kapas menggunakan rumus seperti ini mungkin
sudah keburu pingsan sebelum sempat menjual permen kapas. Mereka mendapatkan
nilai optimum hanya berdasarkan coba-coba atau informasi dari pendahulunya.
Tampak di sini bahwa persoalan sederhana kadang menuntut matematika yang
cukup rumut untuk menjelaskan mengapa kejadiannya demikian.
-80-
Bab 15
Efek High Heels pada Kaki
High heels atau sepatu hak tinggi dipandang sebagai aksesoris trend wanita
jaman now. Penampilan seorang wanita dianggap lebih elegan dengan
menggunakan high heels. High heels juga dapat menutup kekurangan tinggi badan
sehingga pemakainya tampak menjadi lebih tinggi. Hingh heels dapat meninggikan
posisi badan hingga di atas 10 cm. Ini tambahan yang cukup signifikan.
Gambar 15.1 Contoh hihg heels (sepatu hak tinggi)
Namun, di samping keindahan yang ditunjukkan, high hells menimbulkan
masalah pada pemakaianya, khususnya jika dipakai cukup lama. High heels
menyebabkan posisi telapak kaki dalam keadaan berdiri. Posisi ini sangat berbeda
dengan posisi telapak kaki ketika mengenakan sandal atau sepatu dengan
permukaan horisontal. Karena posisi telapak kaki pada saat menggunakan high
heels dalal pisisi vertikal atau hampir vertikal maka ruad tulang telapak kaki akan
cepat merasa cape atau sakit. Oleh sebab itu, ppemakah hihg heels harus sering
duduk untuk mengurangi beban tulang telapak kaki.
Pertanyaan yang menarik adalah, bagaimana perbandingan bebab yang
ditahan ruas tulang kaki saat menggunakan sandal/sepatu biasa dan saat
menggunakan high heels? Apakah perbedaannya cukup jauh atau tidak terlalu jauh?
-81-
Di sini kita akan coba bahas secara sederhana dengan menggunakan persamaan
fisika dasar.
Gambar 15.2 adalah foto sinar-X kaki saat menggunakan sandal atau sepatu
biasa. Telapak kaki dalam posisi horisontal. Tampak ruas-ruas tulang kaki yang
ditandai dengan huruf a,b,c, dan d. Ruang ini akan saling melakukan gaya doron
sebagai akibat adanya berat tubuh. Misalnya garis penguhung ruas-ruang ini
membentuk sudut terhadap arah horisontal. Gaya-gaya yang bekerja pada salah
satu kaki tersebut adalah:
Setengah berat badan, W/2 ke arah bawah. Pusat gaya ini segaris dengan
betis.
Gaya normal oleh lantai pada bagian yang menonjol di sisi depan kaki, N1
ke arah atas
Gaya normal pada tumit, N2, ke arah atas
Gaya F1 searah garis hubung persambingan tulang kaki yang membentuk
sudud terhadap arah horisontal. Gaya ini adalah gaya internal.
Gambar 15.2 foto sinar-X kaki saat menggunakan sandal atau sepatu biasa. Telapak kaki
dalam posisi horisontal.
p
W/2
N1
q Pusat rotasi
a b c
d N2
F1
-82-
Gaya-gaya tersebut dihubungkan oleh persamaan keseimbangan gaya
(keseimbangan translasi) dan persamaan keseimbangan momen (keseimbangan
rotasi). Persamaan keseimbangan translasi adalah
221
WNN (15.1)
Untuk mudahnya, kita pilih tumit sebagai titik pusat rotasi. Yang
berkontribusi menghasilkan efek rotasi hanya gaya W/2 dan gaya N1. Gaya N2 tidak
berkontribusi pada rotasi karena berada di titik pusat rotasi. Gaya W/2 dan N1
menghasilkan efek rotasi dalam arah berlawanan. Karena kaki tidak berotasi maka
efek keduanya saling menghilangkan atau besarnya sama. Dengan demikian,
persamaan kesetimbangan rotasi adalah
12
pNW
q (15.2)
dengan
p adalah jarak pusat gaya N1 ke titik pusan rotasi (posisi N2)
q adalah jarak pusat gaya W/2 ke titik pusat rotasi (posisi N2)
Dari persamaan (15.2) kita dapatkan
Wp
qN
21 (15.3)
Dan dari persamaan (15.1) dan (15.3) kita dapatkan
112
NW
N
p
qW1
2 (15.4)
Dengan memperhatikan Gambar 15.2 maka kita dapatkan
cos11 NF
-83-
cos12
p
qW (15.5)
Selanjutnya kita analisis gaya pada kaki saat menggunakan high heels.
Gambar 15.2 adalah foto sinar-X kaki saat menggunakan sandal atau sepatu biasa.
Telapak kaki dalam posisi horisontal. Tampak ruas-ruas tulang kaki yang ditandai
dengan huruf a,b,c, dan d. Ruang ini akan saling melakukan gaya dorong sebagai
akibat adanya berat tubuh. Gaya-gaya yang bekerja pada salah satu kaki tersebut
adalah
Setengah berat badan, W/2 ke arah bawah. Pusat gaya ini segaris dengan
betis.
Gaya normal oleh lantai pada bagian yang menonjol di sisi depan kaki, N1
ke arah atas
Gaya normal pada tumit, N2, oleh bagian belakang hihg hells arah agak
miring ke dapan. Gaya ini membentuk sudut terhadap arah vertikal.
Gaya gesekan ke arah belakang, f, pada bagian depan high heels yang
bersentukan dengan lantai.
Gaya F2 searah garis hubung persambungan tulang kaki. Gaya ini adalah
gaya internal.
Gaya-gaya tersebut juga dihubungkan oleh persamaan keseimbangan gaya
(keseimbangan translasi) dan persamaan keseimbangan momen (keseimbangan
rotasi). Persamaan keseimbangan translasi
2cos21
WNN (15.6)
-84-
Gambar 15.3 foto sinar-X kaki saat menggunakan sepatu high hells. Telapak kaki dalam
posisi mendekati vertikal.
Untuk mudahnya, kita pilih posisi N1 sebagai titik pusat rotasi. Yang
berkontribusi menghasilkan efek rotasi hanya gaya W/2 dan gaya N2. Gaya N1 tidak
berkontribusi pada rotasi karena berada di titik pusat rotasi. Gaya W/2 dan N2
menghasilkan efek rotasi dalam arah berlawanan. Karena kaki tidak berotasi maka
efek keduanya saling menghilangkan atau besarnya sama. Dengan demikian,
persamaan kesetimbangan rotasi adalah
r s
N1
N2
f
N2 cos
h
b c
d
a
Pusat rotasi
2
W
F2
-85-
22
LNW
r (15.7)
dengan
L adalah jarak pusat gaya N2 ke titik pusan rotasi (posisi N1)
r adalah jarak pusat gaya W/2 ke titik pusat rotasi (posisi N1)
Dari persamaan (15.7) kita dapatkan
WL
rN
22 (15.8)
Dan dari persamaan (15.6) dan (15.8) kita dapatkan
cos2
21 NW
N
cos1
2 L
rW (15.9)
Dengan memperhatikan Gambar 15.3 maka kita dapatkan
12 NF
cos1
2 L
rW (15.10)
Sekarang kita memperkirakan nilai gaya F1 dan F2 untuk mendapatkan
gambaran berapa gaya yang ditahan oleh tulang ruas telapak kaki. Dengan mengacu
pada Gambar 15.2 dan berdasarkan data ukuran telapak kaki maka kita dapat
menggunakan nilai perkiraaan berikut ini
60o
p 12 cm
q 2,5 cm
Dengan demikian dari persamaan (15.5) kita peroleh gaya antar tulang ruas kaki
sekitar
-86-
WW
F o 2,060cos12
5,21
21
Kemudian dengan mengacu pada Gambar 15.3 dan berdasarkan data ukuran telapak
kaki maka kita dapat menggunakan nilai perkiraaan berikut ini
60o
r 2 cm
s 6 cm
L 13 cm
Dengan demikian dari persamaan (15.9) kita peroleh gaya antar tulang ruas kaki
sekitar
WW
F o 46,060cos13
21
22
Akhirnya kita dapatkan perbandingkan gaya yang dialami ruas kaki saat
mengenakan high heels dan saat menggunakan sepatu atau sandal datar adalah
3,22,0
46,0
1
2 W
W
F
F
Kesimpulannya adalah, dengan menggunakan hihg heels maka tulang
tepalak kaki menagahan gaya sekitar 2,3 kali lebih besar dibandingkan dengan
kalau menggunakan sandal atau sepatu biasa (dasar horisontal). Itulan sebabnya
mengapa menggunakan high heels dapat menyebabkan kaki terasa sakit, apalagi
kalau digunakan dalal waktu cukup lama.
-87-
Bab 16
Elemen Pemanas Digulung
Setrika, ove, solder, pengering rambut, dan beberapa benda lainnya yang
menghasilkan panas jika dihubungkan dengan tegangan listrik PLN memiliki
elemen pemanas di dalamnya. Ketika dihubungkan dengan sumber tegangan listrik,
elemen tersebut menghasilkan panas dan panas yang dihasilkan itulah yang akan
memanaskan ruangan dalam oven, alas setrika, udara yang keluar dari pengering
rambut, dan sebagainya. Laju produksi panas oleh elemen tersebut bergantung pada
besar sumber tegangan listrik yang dihubungkan ke elemen dan hambatan listrik
yang dimiliki elemen. Dua besaran tersebut menentukan daya panas yang dihasilkan
elemen. Makin besar tegangan di mana elemen dihubungkan maka makin besar laju
produksi panas.
Gambar 16.1 Contoh elemen pemanas sejumlah alat
-88-
Kalau ada yang pernah bongkar alat penghasil panas yang kebetulan sudah
rusak maka akan tampak bahwa umumnya elemen pemanas merupakan kawat yang
digulung. Gulungan ada yang sedikit dan ada yang banyak. Khusus teko pemanas
air kita amati jumlah gulungan tidak terlalu banyak. Namun untuk solder dan setrika
kita amati jumlah gulungan sangat banyak. Gambar 16.1 adalah contoh elemen
pemanas sejumlah alat. Pertanyaan menarik adalah mengapa elemen pemanas harus
berupa kawat yang digulung (dililit)? Mengapa bukan kawat lurus saja?
Untuk memahami mengapa elemen pemanas berupa lilitan kawat, mari kita
mulai analisis peristiwa fisis bagaimana elemen tersebut menghasilkan panas.
Elemen pemanas terbuat dari bahan konduktor listrikKonduktor listrik memiliki
hambatan meskipun hambatannya kecil. Makin baik daya hantar maka makin kecil
hambatannya. Elemen pemanas dihubungkan dengan tegangan listrik PLN. Di
Indonesia besar tegangan listrik PLN adalah 220 volt. Negara lain seperti Jepang,
memiliki tegangan listrik “PLN” 100 volt.
Ketika sebuah hambatan listrik R dihubungkan dengan tegangan listrik V
maka dihasilkan panas dengan daya (energi panas per satuan waktu) memenuhi
persamaan
R
VP
2
(16.1)
dengan
P adalah daya (energi anas yang dihasilkan per satuan waktu)
V adalah tegangan listrik yang dihubungkan ke hambatan
R nilai hambatan
Jika elemen pemanas berupa kawat homogen yang memiliki panjang L dan
luas penampang A (Gambar 16.2) maka hambatan kawat memenuhi persamaan
A
LR (16.2)
dengan
dinamakan hambatan jenis kawat pemanas.
-89-
Gambar 16.2 Hambatan yang dihasilkan sebuah kondutor bergantung pada panjang, luas
penampang dan hambatan jenis
Tampak dari persamaan (16.1) bahwa daya yang dihasilkan berbanding
terbalik dengan hambatan elemen pemanas. jika hambatan ppemanas sangat kecil
maka daya yang dihasilkan menjadi sangat besar. Kawat menjadi sangat panas dan
bisa meleleh seketika. Dengan demikian, agar panas yang dihasilkan tidak
terlampau besar sehingga merusak elemen pemanas maka hambatan elemen
pemanas tidak boleh terlampau kecil.
Dengan memperhatikan persamaan (16.2) maka hambatan elemen pemanas
berbanding lurus dengan panjang kawat elemen. Hambatan jenis konduktor
umumnya sangat kecil. Dengan demikian, agar dihasilkan hambatan R yang cukup
besar maka panjang kawatL harus besar juga. Dan agar kawat yang panjang tersebut
tidak terlampau mengambil tempat maka kawat tersebut digulung. Itulah alasannya
mengapa kawat pemanas umumnya dugulung.
A
L
A
LR
-90-
Bab 17 Mengapa Emas Berwarna Kuning
dan Perak Berwarna Putih?
Kita melihat benda karena adanya cahaya yang dipantulkan benda masuk ke
mana. Warna benda yang terlihat ditentukan oleh spektrum cahaya pantulan benda
yang masuk ke mata kita. Jika spektrum cahaya yang masuk ke mata merupakan
spektrum warna hijau maka benda yang terlihat oleh mata berwarna hijau. Kita
melihat daun-daun berwarna hijau karena spektrum cahaya yang dipantulkan daun
didominasi warna hijau. Kita melihat tepung beras berwarna putih artinya tepung
beras hampir memantulkan semua spektrum cahaya.
Benda yang berbeda memiliki sifat pantulan yang berbeda. Ada benda yang
memantulkan hampir semua cahaya yang jatuh padanya. Benda semacam ini akan
tampak putih oleh mata (semua spektrum masuk ke mata). Ada benda yang
menyerap sebagian spektrum dan mamantulkan sebagian spektrum yang lain.
Warna benda tersebut ditentukan oleh spektrum pantulan yang masuk ke mata.
Kita sudah sangat mengenal bahwa emas berwarna kekuning-kuningan,
perak berwarna putih, tembaga berwarna kekuning-kuningan, dan aluminium
berwarna putih seperti tampak pada Gambar 17.1. Warna tembaga mirip dengan
warna emas dan warna akluminium mirip dengan warna perak. Emas dan perak
digunakan untuk membuat perhiasan, tembaga banyak digunakan sebagai kabel
transmisi listrik, dan aluminium banyak digunakan sebagai bahan bangunan atau
pelapis bagian dalam bungung makanan kering. Mengapa warna emas, perak,
tembaga, dan alumimium seperti itu?
Untuk memahami secara seksama warna benda maka akan sangat baik jika
kita amati spektrum pantulan benda tersebut. Salah satu slat yang digunakan untuk
mengukur spektrum pantulan tersebut adalah UV-Vis spectrometer. Alat ini
merupakan alat standar dalam riset di bidang material atau optik. Gambar 17.2
adalah contoh alat UV-Vis yang sangat lengkap yang dilengkapi dengan komputer
pengolah data. Pada permukaan benda dijatuhkan cahaya putih. Cahaya putih
adalah cahaya yang mengandung semua panjang gelombang dari ungu sampai
merah. Jika cahaya putih jatuh ke permukaan benda maka sebagian spektrum akan
diserap benda dan sebagian dipantulkaan. Jenis spektrum mana yang diserap dan
spektum maka yang dipantulkan bergantung pada jenis benda. Cahaya yang
dipantulkan kmudian masuk ke mata kita. Maka warna benda yang tampak oleh
mata bergantung pada spektrum cahaya pantulan yang masuk ke mata.
-91-
Gambar 17.1 Warna sejumlah logam: Emas berwarna kekuning-kuningan, perak berwarna putih, tembaga berwarna kekuning-kuningan, dan aluminium berwarna putih.
Gambar 17.2 Contoh alat UV-Vis yang sangat lengkap yang dilengkapi dengan komputer pengolah data (sumber gambar: Qualitest).
Emas Perak
Tembaga Aluminium
-92-
Mari kita bahas beberapa contoh. Gambar 17.3 (a) memperlihatkan
spektrum pantulan emas, perak, tembaga, dan aluminium. Emas menyerap sangat
kuat cahaya dengan panjang gelombang di bawah 0,5 m yang ditandai dengan
kurva yang sangat rendah pada panjang gelombang tersebut. Panjang gelombang ini
berada pada warna ungu, biru, dan sedikit hijau seperti siilustrasikan pada Gambar
17.3(b). Emas memantulkan hampir sempurna spetrum dengan panjang gelombang
di atas 0,55 m. Spektrum ini berada pada daerah warna kuning dan merah. Ketika
cahaya putih jatuh pada permukaan emas, maka spektrum ungu sampai biru diserap
dan spektrumn kuning sampai merah dipantulkan. Mata akan menangkap warna
kuning sampai merah saja yang dipantulkan permukaan emas sehingga menurut
mata warna emas adalah kuning.
Gambar 17.3 (a) Spektrum pantulan emas, perak, tembaga, dan aluminium. (b) kaitan antara warna dan panjang gelombang dalam spektrum cahaya.
aluminium
tembaga
emas
perak
Panjang gelombang (m)
Day
a p
antu
l (%
)
0,4 m 0,5 m 0,6 m 0,7 m
(a)
(b)
-93-
Perak menyerap sangat kuat cahaya dengan panjang gelombang di bawah
0,3 m yang ditandai dengan kurva yang sangat rendah pada panjang gelombang
tersebut. Panjang gelombang ini berada pada warna ungu gelombang pendek atau
ultraungu (ultraviolet) seperti siilustrasikan pada Gambar 17.3(b). Perak
memantulkan hampir sempurna spetrum dengan panjang gelombang di atas 0,4 m.
Spektrum ini berada pada daerah warna ungu gelombang panjang dan merah.
Ketika cahaya putih jatuh pada permukaan emas, maka spektrum ultraviolet diserap
dan spektrumn ungu sampai merah dipantulkan. Spektrum ungi smapai merah
adalah spektrum cahaya putih. Dengan demikian mata akan melihat perak sebagai
benda berwarna putih.
Dengan memperhatikan Gambar 17.3(a) spektrum pantulan tembaga mirip
dengan spektrum pantulan emas. Dengan demikian mata melihat warna tembaga
mirip dengan warna emas. Warnanya memang tidak persis sama ditandai dengan
bentuk spektrum yang tidak persis sama.
Aluminium memiliki spektrum yang khas. Semua gelombang dari ungu
sampai merah dipantulkan. Dengan demikian, aluminium emmantulkan cahaya
yang sangat mendekati putih. Mata melihat alumnium sebagai logam yang sangat