ANALISIS KESESUAIAN KEBERADAAN SAFETY SIGN BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG PROFILLING PRISMATIC MACHINE DEPARTEMEN MACHINING DIREKTORAT PRODUKSI PT. DIRGANTARA INDONESIA TAHUN 2014 SKRIPSI OLEH: EVIANTI ANGGUN LESTARI 1110101000009 PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 M / 1434 H
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ANALISIS KESESUAIAN KEBERADAAN SAFETY SIGN
BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG PROFILLING
PRISMATIC MACHINE DEPARTEMEN MACHINING DIREKTORAT
PRODUKSI PT. DIRGANTARA INDONESIA TAHUN 2014
SKRIPSI
OLEH:
EVIANTI ANGGUN LESTARI
1110101000009
PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014 M / 1434 H
i
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Skripsi, Juli 2014
Evianti Anggun Lestari, NIM : 1110101000009
ANALISIS KESESUAIAN KEBERADAAN SAFETY SIGN
BERDASARKAN IDENTIFIKASI BAHAYA DI BIDANG PROFILLING
kemungkinan untuk menggabungkan 2 elemen, yaitu probabilitas
(likelihood) dan paparan (exposure) sebagai frekuensi.
Tabel 2. 11
Analisis Semi Kuantitatif
Kemungkinan
Konsekuensi
Tidak signifikan
Kecil Sedang Berat Bencana
A T T E E E
B S T T E E
C R S T E E
D R R S T E
E R R S T T
E-Risiko Ekstrim Kegiatan tidak boleh dilaksanakan atau dilanjutkan sampai risiko telah direduksi. Jika tidak memungkinkan untuk mereduksi risiko dengan sumberdaya yang terbatas, maka pekerjaan tidak dapat dilaksanakan.
T-Risiko Tinggi Kegiatan tidak boleh dilaksanakan sampai risiko telah direduksi. Perlu dipertimbangkan sumberdaya yang akan dialokasikan untuk mereduksi risiko. Apabila risiko terdapat dalam pelaksanaan pekerjaan yang masih berlangsung, maka tindakan harus segera dilakukan.
S-Risiko sedang Perlu tindakan untuk mengurangi risiko, tetapi biaya pencegahan yang diperlukan harus diperhitungkan dengan teliti dan dibatasi. Pengukuran pengurangan risiko harus diterapkan dalam jangka waktu yang ditentukan.
R-Risiko rendah Risiko dapat diterima. Pengendalian tambahan tidak diperlukan. Pemantauan diperlukan untuk memastikan bahwa pengendalian telah dipelihara dan diterapkan dengan baik dan benar.
Sumber : Ramli (2010b)
39
2.3.3 Pengendalian Risiko
Risiko atau bahaya yang sudah diidentifikasi dan dilakukan
penilaian memerlukan langkah pengendalian untuk menurunkan
tingkat risiko atau bahaya ke titik yang aman. Untuk melakukan
pengendalian atau perubahan pengendalian risiko yang sudah ada
perlu melakukan tindakan yaitu hirarki pengendalian risiko. menurut
klausal 4.3.1 hirarki pengendalian risiko yaitu eliminasi, substitusi,
risiko dan pengendalian risiko) di Departemen Machining dan di bidang yang
memiliki tingkat kecelakaan tertinggi ?
10. Bagaimana penerapan pengendalian bahaya yang sudah dilakukan di
Departemen Machining dan di bidang yang memiliki tigkat kecelakaan
tertinggi ?
11. Bagaimana penerapan pengendalian teknis (engineering control) yang sudah
diterapkan di Departemen Machining ?
12. Bagaimana penerapan pengendalian administrasi (administrasi control) yang
sudah dilakukan ?
13. Bagaimana prosedur penerapan safety sign di Departemen Machining
khususnya dibidang tersebut ?
14. Bagaimana keadaan safety sign di Departemen Machining khususnya di
bidang tersebut ?
15. Apakah penempatan safety sign yang sudah ada sesuai dengan bahaya dan
proses kerja di Departemen Machining khususnya di bidang tersebut ?
16. Siapakah yang bertugas memasang Safety Sign di Departemen Machining ?
17. Bagaimana pendapat Bapak/ibu tentang pentingnya penerapan safety sign di
Departemen Machining Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia ?
Lampiran
Matriks Hasil Wawancara – Penerapan Safety Sign
Informan Utama
Topik
Pembahasan Kriteria
Informan 1
(01)
Informan 2
(02)
Informan 3
(03)
Informan 4
(04)
Kesimpulan Penanggung Jawab
Staf Bidang
Pengendalian &
Pengukuran
Departemen K3LH
Staf Bidang
Pengendalian &
Pengukuran
Departemen K3LH
Staf Bidang
Manajemen
Departemen K3LH
Staf Bidang
Pengendalian &
Pengukuran
Departemen K3LH
Penerapan
Safety Sign
Prosedur
penerapan safety
sign
Sesuai dengan
potensi bahaya hasil
identifikasi, hasil
audit, jika sudah
labur, rusak, ada
proses baru dll.
Diganti dan tinggal
meminta ke
Departemen K3LH.
Melihat potensi
bahaya.
Pengadaan dari,
K3LH. Dimulai dari
mendisain,
merencakan sesuai
dengan kebutuhan di
proses produksi.
Berdasarkan
inspeksi lapangan,
audit, rekomendasi
pengendalian
setelah investigasi
kecelakaan kerja,
untuk di awal
berdasarkan
identifikasi bahaya.
Berdasarkan potensi
bahaya yang didapat
dari proses hasil
identifikasi bahaya,
audit, rekomendasi
investigasi jika terjadi
kecelakaan, serta
sampai tahap
mendesain dan
mencetak warning
sign.
Kondisi safety sign Bagus, jika barang
sudah habis, sudah
diantisipasi dengan
mencetak yang baru,
selalu ter-update.
Belum di update lagi,
sudah luntur.
Ada, cepat
mengelotok, sekarang
dalam bentuk plat
yang dibuat oleh
K3LH produksi.
90% bagus, 10%
masih kurang
karena masih
terjadi perubahan
struktural lokasi
prosuksi perbagian.
Cukup baik, akan
tetapi belum di
update, sudah
mengelotok, warnanya
luntur, belum sesuai
dengan tempat kerja
karena masih adanya
struktural organisasi
yang berubah
sehingga lokasi
produksi juga berubah
yang mempengaruhi
safety sign yang sudah
ada.
Standar safety
sign yang
diterapkan
Referensi dari mana
saja, dengan
kebijakan manual
K3LH, standar
SMK3 refernsinya
dari vendor. Semua
dipakai dari audit,
ANSI, standar
amerika. Dominan
pakai standar
Amerika.
Searching dari mana
saja, menggunakan
sumber dari mana
saja.
Referensi dari mana
saja.
Warnanya kuning-
kuning, ANSI
Berdasarkan kebijakan
terdahulu,
menggunakan
beberapa referensi
sumber internet serta
lebih menganut ke
standar Amerika yaitu
ANSI.
Alasan
menggunakan
Memenuhi
requirement
Tidak tahu alasannya. Menggunakan
kebijakan dari yang
Menganut ke
Amerika
Sebagai pemenuhan
requirement customer.
standar tersebut customer. terdahulu, dan mengadop dari
perusahaan besar.
Petugas pemasang
safety sign
Jika ada yang
meminta ke
Departemen K3LH
diberikan.
Staf departemen
K3LH, akan tetapi
jika ada yang meminta
diberikan.
Pengadaan dari
K3LH, jadi jika di dari
direktorat produksi
ingin memakai tinggal
menggunakan saja.
Organisasi terkait,
petugas K3LH
produksi dan
sebagai jembatan
adalah P2K3
Pengadaan ada di
departemen K3LH,
yang memasang bisa
dari Supervisor yang
meminta ke
Departemen K3LH,
tim K3LH produksi
maupun pihak P2K3
sebagai jembatan
antara produksi dan
K3LH.
Lampiran
Matriks Hasil Wawancara – Penerapan Safety Sign
Informan Pendukung
Topik Pembahasan Kriteria
Informan 1
(001)
Manajer Departemen
Machining
Informan 2
(002)
Supervisor di Departemen
Machining
Informan 3
(003)
Supervisor di
Departemen
Machining
Kesimpulan
Bagian/bidang yang ada
di Departemen
Machining
Bagian adalah
organisasi, mempunyai
7 Supervisor dengan
struktur bidang yang
baru. Dibedakan
berdasarkan gru dri
teknologi.
Saat ini masih ada 4 bidang
yaitu profilling, medium,
small, dan late. 7 bidang
adalah rencana organisasi
selanjutnya dan sedang
berproses.
Saat ini ada 4 bidang,
Saya berwewenang
di Bidang 3 Axis
Prismatic Machine.
Saat ini masih ada 4
bidang, dan akan adanya
perluasan struktur
organisasi yang akan
datang menjadi 7 bidang.
Penerapan safety
sign
Prosedur penerapan
safety sign
Dilakukan identifikasi
bahaya oleh tim dari
Machining dan tim dari
Departemen K3LH
dan K3LH produksi.
Pengadaan dari
Departemen K3LH,
pelaksanaan oleh
Dalam penerapan safety
sign pihak Machining tidak
dilibatkan, yang
menerapkan adalah K3LH
di produksi yang meminta
sign ke Departemen K3LH.
Akan tetapi dalam
penempatannya masih
Telah disesuaikan
dengan bahaya dan
APD yang digunakan
di tempat kerja.
Pelaksanaan dilakukan
oleh tim K3LH produksi,
dan pengadaan safety
sign dari Departemen
K3LH. Sebelum
penempatan safety sign
disesuaikan dengan
bahaya dan penggunaan
K3LH produksi. kurang tepat, sehingga sign yang ada tidak memberikan
makna.
APD yang bekerja sama dengan pihak
produksi/bengkel.
Kondisi safety sign Kondisinya tidak
memuaskan.
Safety sign lengkap, tetapi
kualitas sudah buram, kotor,
hilang, hanya tanda
mandatory/penggunaan
APD, tidak di maintenance.
Masih kurang dan
harus dipasang lagi,
karena adanya
perubahan tata letak
lokasi produksi.
Kualitas masih kurang,
karena sudah buram,
letaknya sudah tidak
sesuai, kotor, dan bahkan
banyak yang tidak ada
sign nya.
Standar safety sign yang
diterapkan
Ada yang sudah sesuai
ada yang belum karena
belum pick
pemindahan rotasi
kerja dan belum di
revisi termasuk safety
sign yang ada.
Sudah sesuai dengan
mandatory, akan tetapi
hanya letaknya saja yang
belum tepat.
Belum sesuai dengan
potensi bahaya
karena masih terjadi
perpindahan lokasi
kerja.
Ada yang sudah sesuai
dan ada yang belum
sesuai karena masih
adanya perpindahan
lokasi kerja.
Alasan menggunakan
standar tersebut
Pentingnya sebesar
10% karena fungsinya
hanya untuk
mengingatkan saja,
sedangkan operator
maupun pekerja
lainnya sudah tahu
risiko yang ada di
lingkungan kerja.
Secara manajemen itu
penting, tapi secara moral
belum mencapai efektivitas
kepada pekerja.
Sangat penting
karena yang utama
dan dapat
mengindikasikan
adanya potensi
bahaya maupun
tanda peringatan agar
terhindar dari
kecelakan.
Di pandang penting
karena dapat
memberikan pengaruh
kepada pekerja untuk
mengindikasikan adanya
potensi bahaya dan
mandatory yang ada di
tempat kerja.
Petugas pemasang safety
sign
Semua dari K3LH. Sudah ada dari di
bangunnya ruang produksi.
Kerjasama antara tim
K3LH dan bengkel.
Kerjasama antara orang
dari machining, K3LH
produksi dan
Departemen K3LH.
Lampiran
Transkip Hasil Penerapan Safety Sign – Informan Utama
Kode Informan : 01
Inisial : SY
Tanggal Wawancara : 13 Mei 2014
Topik Peneliti Informan (Kepala Staf Bidang Pengawasan dan Pengukuran Departemen K3LH)
Penerapan Safety
sign
“ok pak, karena saya disini fokus
kepada safety sign yaitu salah
satu tindakan bentuk
pengendalian administrasi, itu
tahapan prosedur penerapan
safety sign yang ada disini seperti
apa pak?”
“Nah, di HIRAC itu kan ada yak, kemudian didalam sub itu tadi diakhirnya kan ada
administratif. Disitulah kita lakukan, oh ini harus safety sign dipasang, apa. Nah, itu apa ya
yang juga udah cetak banyak. Jadi kita himbau safety sign yang sudah labur, sudah rusak dll.
Diganti. Yang lain, ada proses baru, dimana ada potensi bahayanya yang apa, perintahnya
apa, tinggal pinta kesini. “
“Berarti yang melakukan
identifikasi itu siapa pak?”
“iya, kita libatkan antisipasi mereka, kenapa, karena ketika semuanya dipandu dari sini, dia
merasa tidak dilibati, enggak merasa berkepentingan. Padahal kan safety itu kepentingan
semua orang, sehingga smua orang harus peduli. Ketika kepedulian itu datang dari diri
sendiri itu bagus, peduli apa, ya peduli mengingatkan. Pedulikan kondisi lingkungan aman
tadi kan. Misalnya warning sign, kadang2 banyak yang lupa untuk ngingetin. Katanya, gak
ada warning sign nya sih, mana. Itu terbukti diaudit ada kompinen tadi.
“ok pak berarti yang pertama dai
hasil identifikasi ya pak, lalu yang
kedua berdasarkan hasil audit.
Lalu bagaimana kondisi safety
sign saat ini yang ada pak, baik
materialnya, penempatannya,
“heem, baguss baguss..jadi kita asudah antisipasi ketika barang ini habis, kita sudah cetak.
Kemudian, poster juga pernah kita lombakan, untuk membuat hal yang baru lah maksudnya.
Jadi itu kita update terus yah. Disamping fasilitasnya di update, itu juga disesuaikan juga
dengan fasilitasnya. ”
serta baik keberadaannya?”
“itu apakah sesuai dengan
bahayanya pak, dalam
pemasangan safety sign.lalu
bagaimana keadaan safety sign
saat ini, misalkan ada bagian
yang tdk boleh di pegang, disitu
ada tandanya, tanda harus
menggunakan face shield ada
tandanya. Nah, di PT. DI sendiri
ini apakah sudah sesuai ?
“Ahh, tentang warning sign disamping kita juga memberikan peluang mereka untuk berkreasi.
Mungkin slogan, rambu-rambu, warning sign yang kita buat sudah standar. tapi mereka kita
juga berikan kebesan berkreasi, yang penting slogan it bermanfaat dan sesuai dengan potensi
berbahaya yang ada di tempat kerjanya. Itu banyak itu, dan itu kita juga apresiasi tinggi dan
punya nilai yang tinggi. Karena dia bisa berinisiatif sendiri dan ternyata dari segi estetika dll
itu bagus. Kita bisa mengadop dari mereka2. Cuman umumnya di PT. Di maunya terima jadi.
Ahhh, kalau udah mau terima jadi, yaudah yang standar, kita kasih aja yang ada, buat itu
yang standar. karena dari bentuk dan ukuran dan lain-lain itu kan seolah kaku yah, gak ada
nyeni nya lah gitu. Nah, kita berikan kebebsan juga disitu, yang penting ada potensi bahaya
tinggi tidak terjadi kecelakaan. “
“itu di seluruh karyawan di
Direkorat Produksi pak, itu
membuat warning, tanda slogan
atau poter dan lain sebainya ?”
“yaaah, eehh, artinya kami memberikan peluang ya untuk mereka berkarya, Cuma ya sedikit.
Biasanya ya ketika mau ikut lomba 5 R, nah pesertanya itu yan punya mental juara, dia
berkreasi sendiri, karena itu dapet point tinggi. Gak hanya mainn terima jadilah gitu, dari sini
tempel2 kan gitu..”
“Lalu pak, standar yang di
tetapkan, menurut prosedur yang
ada di Departemen K3LH,
mengenai safety sign sendiri itu
menggunakan standar apa pak?”
“Ada, referensi boleh dicari dimana saja, tapi dari kita sudah menggunakan manual
kebijakan K3LH aja, no berapa, cuman kan disitu terakhir ada referensinya.”
“tapi mohon maaf pak, setelah
saya mencari referensi standar
dari K3LH maupun SMK3 belum
mengeluarkan standar safety sign
pak?”
“iya, ahh SMK3 yah, emang belum ada. Tapi referensi dari vendor.”
“Nah pak, vendornya itu terdapat
dari bagian negara apa pak,
karena kan standar yang saya
pelajari itu ada dari amerika,
eropa, dan OHSAS itu juga. Nah
PT. Di sendiri vendornya dari
cassa ya pak, cassa itu kan airbus
(sambil menjawab betul, betul...)
“Nah kita pakai semua, semua kita pakai. Makanya tadi kan, dari audit dari ANSI dari
standar amerika, nah kita pakai standar amerika. Supaya sama gitu, sudut pandang
persepsinya, dengan format yang sama.”
ya pak, nah itu dari Eropa. Apakah PT.DI menggunakan
standar dari British dengan nama
BSI (British Standar Institute,
kalau yang dari Amerika
namanya ANSI..?
“oh berarti keduanya di padukan
gitu pak?”
“iyah, iyah....”
“nah di setiap standarnya kan
juga punya kelebihan dan
kekurangan dari segi
pictogramnya, tergantung selera
ya pak. Kebetulan saya bawa
regulasi standar BSI pak (sambil
menunjukkan file BSI). Ini kan
kebetulan proposal skripsi saya
menggunakan standar dari BSI ,
karena saya pikir BSI ini sering
banyak dipakai di berbagai
perusahaan, khususnya di Asia,
lalu PT. DI sendiri kan bekerja
sama dengan cassa yang lekat
dengan Eropa makanya saya
bawa standar ini pak. Mengenai
tandanya ANSI dan BSI maksud
dan tujuannya sama, Cuma warna
dan bentuknya aja yang berbeda
pak.. “
“nahh, iya kalau hanya unsur selera, cirilah ciri, artinya kita itu gak terlalu kekeh lah. Jadi
kita ikutin itu ketika ada audit, nah eropa juga kan sekaran uni eropa, spanyol itu, engga itu
khusus pesawat terbang itu airbus. Itu uni eropa kita, gak ada spanyol lagi, gak ada. Jadi
airbus, kita ikutin airbus, makanya standarnya kita pakai. Kan PT. DI itu industri pesawat
terbang bertara internasional. Kita bisa terima semua order dari mana saja, kita harus
menyesuaikan persyaratan yang diminta. Soalnya apa, termasuk tentang K3LH juga begitu.
Mencaku K3LH juga harus dipenuhi. Makanya kalau mencakup warna2 disini emang banyak
warna2. Ahh, gitu, kaya misalnya helmt ada warna kuning ada biru, kita juga punyaa.... dulu
kalau misalkan mau lewat sini ada warna2, tapi skrg engga. Kalau dulu di bengkel kerja juga
ada warna hijau karna dulu jerman kita. Trs kan skrg uni eropa, apakah skrg memperhatikan
warna2 itu, engga terlalu penting juga sih, tapi kan dalam rangka menyenangkan costumer
kita, menyenangkan vendor kita, kita ikutin, hanya sekedar warna apa susahnya sih? Iya kan,
beli misalkan helmt disana misalkan standarnya harus kuning, apa susah nya kita beli yang
warna kuning,kan gitu.. nah, itu bukan substansinya sebenarnya, jadi substansi yang
sebenarnya ya itu pakai helmt nya untuk lebih menyenangkan lagi. Kalau perlu untuk helmt2
yang ada warna warni suoaya bisa menyesuaikan permintaan dia, ya kita warnain kuning y
engga masalah, kan gitu.. dan anda harus tahu, ketika kita produk N250 itu referensinya dari
mana2 itu udh gak kita pakai, tapi pakai standar nusantara. Nahh,, semacam SNI nya lah
skrg. udah, termasuk skrg tadi ISO itu dll nya pakai SMK3 , kita kedepankan standar produk
kita. Dan kita yakinkan apa yang mereka mau, sudah mencakup di SMK3, tinggal kita
terjemahkan kita polakan apa yang mereka inginkan, kan masing2 negara juga punya. Nah
kalau standar kita bisa kuat, bisa diakui oleh mereka, bahkan standar kita bisa diikuti oleh
mereka. Nah berhubung, kita masih belum kuat, yang kuat dikatakan amerika tadi, ya dia
duluan ya enak aja dia bisa menguasai dunia pakai standar ini, ibaratnya yang metal itu ISO
lah, yang bisa diterima di semua pihak. Padahal masukannya kan ISO juga dimasukan berdasarkan standar2 didalam negara yang maju duluan, gitu.. “
“lalu kenapa alasan PT. DI
menggunakan berbagai standar
safety sign yang tadi bapak bilang
itu standar indonesia, ANSI, BSI
dicampur seperti itu pak?”
“yah, memenuhi requirement customer gitu.. misalnya airbus aja, kita harus mengacu kesana.
Kalau yang dipesan. Kalau engga ya kita pakai standar nasional. Misalnya untuk K3LH nya
kita pakai aja SMK3. “
“pak, mohon maaf setelah saya
tanyakan ke pembimbing saya
apakah Indonesia sudah
mempunyai standar safety sign itu
rasanya belum meluncurkan atau
mengeluarkan standar sendiri
pak. Nah, kalau untuk
memadukan prosedur disini bisa
jadi, tapi kalau dari SMK3 sendiri
belum ada, kecuali OHSAS secara
umum itu sudah ada...”
“iyah. Nah dulu kita itu ada fungsi yang menangani standarisasi yang berbau keperawatan
yah, itu ada dan kreati f yah, apalagi diluar itu ada haki haki kan. Cuma untuk standar2 saya
belum pernah liyat. Apalagi yang berhubungan dengan safety sign tadi yah. Jadi kalau belum
ada kita gunakan saja standar2 yang sudah paten sudah terkenal. Tapi untuk tingkat
manajemennya kita pakai SMK3. Singkat aja yang akan kita kedepankan. Nah, umumnya
ketika SMK3 kita itu bagus di setiap divisi2 yang diaudit oleh luar itu, bagus SMK3LH nya dia
juga bagus diaudit dari model mana aja, gitu..”
Lampiran
Transkip Hasil Penerapan Safety Sign – Informan Utama
Kode Informan : 02
Inisial : TD
Tanggal Wawancara : 13 Mei 2014
Topik Peneliti Informan (Staf Bidang Pengawasan dan Pengukuran Departemen K3LH)
Penerapan
safety sign
“Ok pak, karena saya fokus dengan
penerapan safety sign yang ada disini,
nah safety sin kan juga saah satu
bentuk dari pengendalian administrasi
yah, lalu bagaimana kebijakan
penerapan safety sign yang ada disini
seperti apa pak?”
“Kan udah diliyat, lupa lah tuh hihihi.. nah dilihat dari identifikasi bahaya dulu,mulai dari
situ kita bisa lihat potensi bahaya yang ada itu apa, misalnya kebisingan itu misalnya diberi
tanda.kondisinya berubah-ubah, kalau abis pengukuran desibelnya berubah ya tandanya
diganti“
“lalu bagaimana sih pak kondisi
safety sign saat ini yang ada di
lapangan seperti apa pak?”
“eee, inih, udah pada luntur. Belum di up date lah.”
“lalu standar safety sign yang
digunakan itu berdasarkan apa pak
khususnya di Machining, kan ada
standar dari amerika, eropa, juga
ohsas ?”
“gak tau, ini pakk yayan tuh, pak yayan itu yang pengukurannya. Saya juga engga tau dari
mana. Sebenarnya gini, dalam manual itu dibelakangnya ada yah.”
Jadi yang digunakan itu berdasarkan
apa pak, ini kan saya bawa regulasi
dari BSI karena waktu proposal saya
fikir karena ini perusahaan yang
“jadi gini eehh, apah pemilihan safety sign yang ada di machining misalnya kita bikinnya
yang kecil kan engga mungkin, ukurannya berapa kali berapa.. jadi disana tuh sesuai dengan
lokasinya justru.” (menanyakan ke pak yayan salah satu staf dengan campuran bhs sunda)
“pak yayan ari safety sign emang itu masuk kamana pak yayan? Mengacu kamana bikin
bekerja sama dengan eropa makanya mengarah ke BSI, tapi bagaimana pak
kalau kondisi dilapangannya?”
duluna?nya aturan, tapi aturanna terlalu banyak. Jawab pak yayan : “Jadi kita secara garis besarnya aja yah.. semua ada yah yang tadi disebut.“ Informan 2 langsung menjawab: “Jadi
kita engga spesifik ke BSI.. saya engga terlalu ini yah.. jadi referensinya ya kalau menurut
saya si searching darimana mana.. jadi manual kabeh aya diditu terus di ditu aya, jadi
kesemua, tidak mengacu kemana-mana. Tapi kalau disini kan diliyat dari kepantasan yang
ada di lingkungan. ”
“Terus kenapa pak menggunakan
beberapa referensi?”
“Ya karena...itu tadi.. gak tau alasannya apa, karena engga tahu, sesuai itu aja..
“lalu siapa yang bertugas memasang
safety sign?”
“yaa kita, tapi sebenernya kalau ada yang minta kita kasih, gituu..”
“Ok pak, mungkin itu saja yang saya tanyakan , terimakasih pak ..”
Lampiran
Transkip Hasil Penerapan Safety Sign – Informan Utama
Kode Informan : 03
Inisial : YS
Tanggal Wawancara : 19 Mei 2014
Topik Peneliti Informan (Staf Bidang Pengawasan dan Pengukuran Departemen K3LH)
Penerapan
Safety Sign
“Ok pak, karena fokus penelitian saya ke
safety sign yaitu salah satu tindakan hail
dari pengendalian dengan pendekatan
administratif. Kebijakan dalam penerapan
safety sign disini seperti apa pak untuk di
direktorat produksi?”
“aaaah, seperti safety sign, dari langkah awal yah, dari mendisain, di fungsi kita kan ada,
fungsi saya itu ada pengadaan warning sign, diantaranya kita membuat merencanakan
kebutuhan dibengkel itu seperti apa, jadi kita juga seperti di bengkel A misalnya
kebanyakan harus memakai safety atau sepatu safety atau harus apa kalau digudang
harus pakai masker dan lain2.”
“Kalau untuk mengklasifikasikan safety
sign nya sendiri itu per proses atau per
mesin pak?”
“enggak, itu per area. Tapi untuk permesin itu ada seperti kata2 gini yah, aaaa hanya
boleh dijalankan oleh yang berwenang, karena dia kan permesin. Biasanya ada warning
sign gitu yah, seperti cuci tangan, apah cuci tangan setelah operasi, yang gitu2 ada,
banyak sebenernya.”
“Ok pak, baik kalau gitu bagaimana si
pak kondisi safety sign yang ada saat ini
yang sudah diterapkan menurut bapa?”
“alahamdulillah ada, tapii seee,, biasanya selalu ada, terus juga sekarang lebih bagus
lagii aaa K3LH yang disana katanya dalam bentuk plat. Karena kan kalau dari kita itu
kan cepet ngelotok yah,, ehhm cukup lah...”
“Lalu pak, standar yang digunakan dalam penerapan safety sign ini menggunakan
apa pak, standar safety sign ini sendiri
kan juga ada dari eropa yaitu BSI,
amerika yaitu ANSI dan juga OHSAS.
Nah, kalau PT. DI sendiri dalam
penerapannya mengikuti standar apa
pak?”
“Kayanya kita ngambil dari referensi mana2 yah, kayanyaaa yah.... Karena saya kan juga warisan dari yang dulu yah, mungkin yang dulu2 ngambilnya dari mana saya juga
kurang tahu. Tapi di kita dicoba di manual kan ada yah, di khusus manual , mungkin
seperti itu. Nah mungkin dibelakang ada referensi dari mana, bisa aja dari situ dijadikan
menjadi referensi.”
“Kalau secara lebih spesifik lagi
mengadop atau menggunakan referensi
dari mana pak?”
“Aduh, saya juga kurang, kurang tahu yahh...”
“Lalu alasan PT.DI menggunakan
beberapa referensi itu kenapa pak?”
“Kita mengambil yang sudah berjalan di tempat lain, terus dari perusahaan besar juga,
ya itu kan nyari di google kan banyak. Kalau dari dulu2 mungkin ya dari pemerintah kan
juga ada yah. Tapi dibuku itu gak ada yah? “
“Jadi ini saya bawa regulasi dari BSI pak
seperti ini, karena kebetulan proposal
saya menggunakan referensi dari BSI”
(sambil memberikan hand out tersebut)
“tapi ada yang sama kan yah dengan kita?” eehhhmmm, eehhmmm..” (sambil membuka
selembaran hand out standar safety sign BSI 5499)
“dari beberapa mungkin ada yang saa nih, tapi mungkin dari warna kan kita juga kuning
yah? Iya kayanya kita ngambil dari..”
“itu dalam pemasangannya mereka di
roduksi meminta ke departemen K3LH
pak?”
“iyah, karena yang pengadaannya kita. Jadi kalau mereka butuh kita inii kasihhh..
kadang kan kalau kita audit, kelihatan sudah kusam. Kadang2 kita yang kasih, kalau
misalkan seperti ini di area yang jauh seperti di Tasik, kan kasian jauh. Pas ada orang
yang mau kesana ada kepentingan nahh minta tolong titip. Jadi macem2 gitu, terus
kemarin yang ke surabaya juga sama. Nanti dititip, tp nanti dipesan tolong
pemasangannya diperhatikan ketinggiannya seberapa, harus dimana, gitu..”
“tapi bapak apakah punya standar
regulasi manual khusus yang seperti
regulasi yang saya bawa ini misalnya?”
“kalau yang seperti ini saya gak punya. Pokonya yang dijadikan acuan itu yang ada
dimanual itu lah pokonya intinya. Walau pada kenyataannya kan berkembang yang gak
selalu seperti itu.”
“Ok baik pak terimakasih atas waktu Bapak, semoga informasi dari bapa bisa bermanfaat”
Lampiran
Transkip Hasil Penerapan Safety Sign – Informan Utama
Kode Informan : 04
Inisial : ES
Tanggal Wawancara : 20 Mei 2014
Topik
Pembahasan
Peneliti Informan (Staf Bidang Pengawasan dan Pengukuran Departemen K3LH)
Penerapan
safety sign
“lalu pak bagaimana kebijakan
penerapan safety sign yang sudah
diterapkan disana?”
“hhmm sebentar, sebentar... hhmmm kebijakannya itu, sebenarnya kita itu berdasarkan satu inspeksi
dilapangan yaa kalau sekarang itu lebih cenderung audit. Yaa untuk selanjutnya yaa, kemudian
biasanya kalau ada investigasi kecelakaan dimana ada kekurangan safety sign itu bisa juga..”
“itu dilakukan identifikasi bahaya
dulu tidak pak sebelumnya?”
“ aaah iya kalau itu mah.. kalau inii kan untuk penerapan selanjutnya. Nah kalau penerapan
awalnya itu dilihat dari potensi bahaya yang ada dilingkungan kerja, ya kemudian kita itu kan masih
sentralisasi, lalu kita bagi-bagi, malah dulu mah kita masang sendiri, warning sign nya kita pasang-
pasang warning sign nya. Kemudian poster-posternya kita pasang sendiri. Nah kemudian kalau
sekarang, karena sudah di sentralisasi kaya APD mah dulu di sentralisasi jadi penerapanny aitu
paling juga berdasarkan audit, kemudian dari temuan itu mereka suka minta, nih temuannya warning
sign kurang, ini ini.. yah mereka yang aware datang kekita. Nah kemudian di audit kan di kasih
rating nah dengan dikasih audit itu mereka merespon, kok kita rting saya kecil, seperti ini.. kemudian
dari kebijakan di manual pun ada kalau utnuk safety sign itu. Kalau gak salah ada rambu2
keselamatan kerja. itu uga meruopakan aplikasi dilingkungan kerja?”
“Lalu pak menurut bapak
bagaimana kondisi safety sign
yang ada pada saat ini pak?”
“kondisinya kalau menurut saya itu, 90 % tu udah bagus gitu.. 90 % masih bagus, ya 10% nya masih
ada kekurangan untuk tempat2 tertentu karena sekarang itu masih terjadi movible. Karena masih
ada perubahan, karena asih ada perubahan struktural itu maka otomatis terjadi perubahan tempat
kerja, yang tadinya safety sign harusnya nya ini ini itu, sekarang itu laen, jadi kita monitor terus..”
“Ok pak standar safety sign yang
digunakan itu berdasarkan apa
pak? Kan ada ANSI, OHSAS,
BSI..”
“safety sign itu kita ngadopnya itu... (diam) kita itu ohsas biasanya karena kemarin itu kan kaya
semacam hanya menjelaskan ini yah, warning sign sistem ini kan yang wajib biru, tapi kalau menurut
ini wajibnya kuning.. nah ANSI ya kalau warna kuning itu. Nah itu yang wajib dikita itu kuning.”
“tapi yang saya lihat ANSI yang
ada itu yang sudah lama, karena
mungkin dipengaruhi
perpindahan tempat ya pak. Lalu
yang saya observasi itu yang d
tempat penyimpanan limbah ada
yang mebggunakan BSI yang
warnanya biru-biru pak..”
“yaa itu bedaa, kalau di limbah itu itu warning sign nya logam biaya. Sebenarnya itu waktu audit
tahun lalu di jadikan temuan sama kita. Sekarang kan masa, kita PT. DI tapi warningnya sign tu
berbeda, yang lainnya itu warna kuning kok ini biru. Ya mungkin karena kemarin itu karena apa,
karena mesin press nya udh berjalan makanya belum di tindak lanjuti. “
“lalu kenapa pak menggunakan
standar tersebut pak?”
(diam) “hhhhmm kalau alasannya yah, hhmm kalau itu kan saya tidak berkopeten yah, kita staf jadi
itu kadang-kadang hirarki nya itu kan dari atasan. Ya kalau misalkan mau ngambil ini ini.. nah itu
juga cenderung ke amerika.. itu kebijakan manajer lama kalau yang sekarang mah kan belum..”
“lalu pak yang bertugas untuk
memasang safety sign siapa
pak?”
“kalau sekarang itu karena sudah di desentralisasi, jadi warning sign yang sekarang yang pasang itu
oleh organisasi yang terkait. Jadi kalau disana misalkan disana teh ada K3LH nya, kadang2 orang
K3LH nya minta berapa puluh untuk di anu di anu.. kemudian mereka di distribusikan lagi.. kalau
P2K3 itu hanya untuk penjebatannya aja, kalau praktek dilapangan itu harus dengan riset
sebenarnya. Kaya kita bikin risk assessment, nah risk assessment itu kan perlu diketahui unit
organisasinya, yg tanda tangan itu P2K3nya itu..
“pak tadi itu kan bapak
menyebutkan kalau kondisi yang
ada 90% baik, nah itu terdapat di
departemen apa pak?”
“ini kalau ini saya ini berbicara keseluruhan bukan melihat per departemen, karena kalau disini itu
melihat kondisi buram atau enggaknya, dan tadi itu apakah sudah memenuhi, bukan memenuhi yah..
apakah sudah terpasangi, karena kan sekarang itu kan kita masih melihat-melihat dulu nih, kira
bagaimana yang pindah kesini pindah kesini.. nah jangan sampai warning sign itu dipasang aja.. oh
sekarang idlarang merokok diatas meja disitu karena kan yang namanya safety sign itu mahal satu
nya 80rb. Kemudian ini ada bahan kimia berbahaya, korosif, tempel aja disitu dimeja dikantor.
Padahal gak ada sangkut pautnya, nah setelah kita tanya-tanya itu ruangan tertentu yang fungsinya sekarang dudah berubah. Nah mereka main ambil aja dan gatau kalau itu tuh mahal, main tempel
aja kan mungkin menarik bagus tempel aja. Nah pada saat itu audt kita menemukan seperti itu, pak
ini bukan pada tempatnya harganya mahal gini gini gini.. jadi biar aplikatif dilapangan itu harus
pada tempatnya..”
“Ok pak, mungkin cukup sampai segitu aja wawancara dari saya, terimakasih pak..”
Lampiran
Transkip Hasil Penerapan Safety Sign – Informan Pendukung
Kode Informan : 001
Inisial : TN
Tanggal Wawancara : 14 Mei 2014
Topik
Pembahasan
Peneliti Manajer Departemen Machining Divisi Detail Part Manufacturing Direktorat
Produksi
Penerapan safety
sign
“Ok pak, kebetulan penelitian saya ini
mengenai kesesuaian penerapan safety
sign, safety sign sendiri kan adalah bentuk
rekomendasi dari pengendalian
administrasi ya pak. Nah di machining
sendiri bagaimana prosedur penerapan
safety sign ?”
“gini, jadi kalau safety sign itu kan bukan prosedur yah, kalau prosedur sih ada, bahwa
harus dipasang safety sign. dibawah itu kita sudah pasang bahwa ada tanda dilarang
merokok, dan tergantung di daerahnya. Dan kalau di daeerah mana harus pakai sepatu
kita pasang itu. Nah, itu yang ngadain semuanya dari K3LH.”
“nah pak untuk menerapkan safety sign
sendiri apakah dilakukan identifikasi
bahaya dulu sebelumnya?”
“Iya yang melakukan identifikasi itu artinya dari machining dan tim K3LH sehingga
waktu machining dan K3LH, itu waktu kita manajemen risiko kita kan ada manajemen
risiko di tiap ini risikonya apa baru kita ada safety sign disitu. Karena ada juga yah,
kalau safety sign terlalu banyak dan tidak sesuai dengan tempatnya itu juga engga
efektif sih.. “
“oh gitu ya pak, lalu bagaimana pak
keadaan safety sign di machining ini pak?”
“Tadi saya pertanyakan saya belum puas dengan K3LH ini, tidak puas karena
kondisinya tidak seperti yang saya bayangkan. Contohnya aja, anda liyat lantai bengkel
itu yah, ingin saya engga seperti itu, Cuma petugas pembersih lantai kan dari luar.
Barusan saya udah telfon fungsi dari cleaning service saya minta engga mau seninharus
bersih. Nah, lantai aja menjaganya susah, karena tiap pagi, setiapjam oli nyebrot ke
lantai. Tapi pagi yang bersihin setelah itu gak muncul besok lagi, begitu siang kan kotor kan. Saya inginnya tiap jam dibersihin gitu. Jadi artinya mengurus K3LH disini adalah
tanggung jawab saya, tetapi yang melaksanakan dari fungsi luar bukan tanggung jawab
saya, itu satu kendala. Contohlah , saya perlu sepatu, saya butuh sepatu, tapi orang
yang beli sepatu adalah orang lain.gak bisa saya, yoo kamu beli sepatu saya gak bisa
seperti itu.. terus banyak listrik masih berserakan dilantai, pipa2 dilantai, untuk supaya
itu gak dilantai saya punya keinginan, saya gak mau di lantai kotor. Tapi untuk
menggali fungsi fasilitasnya harus pindah di tempat lain lagi gitu. Jadi mekanisme itu
gak bisa kalau saya bilang hari ini minggu depan itu ada. Mungkin tahun depan adanya
gitu loh.. tapi walaupun demikian, saya punya plan yang transision plan itu. Tahun 2013
saya punya 32 item tansision plan, ya artinya meyangkut K3LH harus dibenahi. Nah
dari 32 item itu sekarang 2014 baru 16 yang selesai yang lainnya belum selesai. Yaa,
karena menyangkut uag dsb nya kan ada diluar. Nah, karena saking besarnya PT. DI.”
“Lalu menurut bapa safety sign yang ada
sekarang ini sudah tepat dengan bahaya
yang ada di Machining sendiri belum
pak?”
“Gini, safety sign itu dipasang 2013 yang terakhir yah. Cuma pada 2013 pertengahan,
machining di rotasi, pindah-pindah tempat. Bisa jadi safety sign yang ada sekarang itu
karena belum pick pemindahannya, belum direvisi. Ada yang masih sesuai tapi mungkin
ada yang belum ada dan ada yang belum sesuai. Contohnya daerah sana ada dipasang
safet sign, tetapi mesinnya udah dipindah semua. Harusnya udah engga ada tapi
ditempat baru belum dipasang lagi kan, karena pemindahannya belum selesai, nanti
kalau udah selesai semuanya saya petakan, pasangkan lagi yang baru. Karena 2013
2014 saya punya program yang namanya pembenahan bengkel, termasuk itu fitter.
Kalau anda tahu dulu itu fitter di tengah2 itu, untuk fitter itu kalau saya mau mindahin
ke suatu tempat. Kalau fitter itu kan debu, masalahnya ditempatkan di tengah debunya
itu kan kemana2. Nah untuk memindahkannya kesini saya perlu waktu 1 tahun itu.
Karena apa, perlu benahin listrik benahin keuangan, mindahin mesin dsb, itu baru satu
tahapan sehingga debu tidak menyebar disana. Belum lagi muncul masalah barum
ruangannya ini belum bagus penyedot udaranya, sehingga operator saat ini tidak
menghisap debu kan, nah itu kan saya punya plan bagaimana debu menyedot itu. Itu
juga perlu perencanaan dan prosesnya lama, perlu dana, perlu disain dsb.“
“Ok kalau menurut bapa sendiri seberapa
besar sih pak pentingnya safety sign
sebagai pengendalian bahaya?”
“Persenannya apa? Gimana maksudanya?”
“Gini pak menurut bapak pentingnya safety sign?”
“Kalau safety sign itu penting hanya untuk mengingatkan aja yah, tapi tanpa safety sign pun operator tuh udah dikasih tau udah diajarin bahwa apa aja yang harus dilakukan
disitu. Sign hanya untuk mengingatkan saja. ya tapi pentingnya menurut saya ya 10 %.
Ya artinya karena kalau tidak ada safety sign pun orang sudah sadar, kan dia udah tahu
kalau kaya di cincinati, operatornya tuh udah dikasih tau risikonya disitu ada kepleset,
kejepit, kan gitu, sama percikan. Sehingga kalau kamu mau gak kepleset kamu harus
menggunakan sepatu safety yang kualitasnya seperti ini, supaya gak kejepit, kamu alat
handlingnya harus seperti ini, itu ada. Sudah disiapin alat handlingnya. Supaya biar gak
kejepit operatornya cranenya harus di training, kan sudah di training kan gitu.. tidak
ada safety sign pun juga kalau dia menjalankan kan gak masalah begitu loh .. kalau dia
sadar, supaya dia engga kena percikan misalnya dia harus pakai pelindung mesin dsb.
Cuma safety sign bahwa disitu saya sudah ingatkan kalau disitu risiko kecelakaannya
karena kan ada satu materi pelajaran waktu dia sebelum jadi operator salah satunya
kan tentang K3LH itu”
“Ok baik pak terimakasaih atas waktu yang telah diberikan, semoga informasi yang diberikasn dapat bermanfaat”
Lampiran
Transkip Hasil Penerapan Safety Sign – Informan Pendukung
Kode Informan : 002
Inisial : RI
Tanggal Wawancara : 14 Mei 2014
Topik
Pembahasan
Peneliti Informan
(Supervisor Departemen Machining Divisi Detail Part Manufacturing
Direktorat Produksi)
Penerapan
safety sign
“Ok pak kebetulan tema penelitian
saya ini kan tentang penerapan
safety sign, nah bagaiman pak
prosedur safety sign yang ada di
Machining khususnya di bidang
profilling?
“Nah safety sign dikita itu kan itungannya engga dilibatkan, nah itulah tadi yang
dalam departemen machinng, bahkan site produksi itu ada petugas bidang
masalah K3LH. Mereka lah yang menerapkan nah itu kadang2 itu tidak tepat.
Yaa kurang tepat itu istilahnya ya karena sign nya kurang dilihat, like nya kaya
gimana. Daerah orang yang sering melewati disana, kalau orang sekali kali
lewat sana dipasang safety sign yah apa artinya kan gitu.. nah tapi dia
mengingatkan misalnya yang lain gak ada celah kan gitu, gak ada tempat, ya
begitu lah ..
“Itu biasanya permasalahannya
dalam penempatan safety sign nya
seperti apa aja pak?”
“iyaa nah, gitu lah permasalahannya karena gak ada tempat, kadang2 kan
disana gelap,nah contohnya kan gitu..”
“nah menurut bapa sendiri keadaan
safety sign yang sudah ada seperti
apa pak di profilling sendiri
khususnya?”
“Ya cukup lengkap sebenarnya, Cuma penerapan safety sign yang disaya tuh
yang Cuma mandatory apa gitu. Nah itu tuh yang mungkin karena penerapan
safety sign jauh lama dari lama, semenjak awal kita baru bangun bengkel ini.
Nah mungkin kualitasnya udah belel, udah kotor, atau udah ditiup angin,
hiihihihi kan gitu.. atau udah ada yang ngambil buat alas duduk, kan gitu.. nah
itu tidak ada yang memaintenance.”
“Pak kalau menurut bapa “Secara ilmu safety itu udah jelas itu himbauan, terus kembali kalau menurut
bagaimana efektivitas penerapan safety signyang sudah ada itu
seberapa pentingnya menurut
bapa?”
saya kalau bangsa kita itu khususnya kembali ke atitute. Atitute dalam arti pada dasarnya makin banyak safety sign itu disiplinnya masih banyak dibawah
standar, kan gitu.. nah sekarang penyakit kita safety sign safety sign gua gua gua
gua, kan gitu. Nah efektivitasnya kalau boleh dikatakan itu tuh secara moral
belum terlalu mengena. Tapi kalau secara manajemen istilahnya itu tuh kita
persyaratan safety sign nya udah terpenuhi kan mungkin udah, kan gitu.. nah
karena gini, penyakit orang kita itu kan kaya 5 R misalnya. 5 R itu kalau kita
ringkas resik rapih rawat rajin. 1 2 3 ini itu aktivitas, ini moral kalau menurut
saya, nah rawat rajin kita kalau presiden mau datang kesini, kita bersih, bisa
semua, kan gitu.. bahkan kan yang kepake juga kadang hilang. Baru aja presdien
keluar pagar, nanti di kasih snack, snacknya udah kemana mana itu hahaha.. itu
istilah saya, jadi pengaruhnya masih kurang,”
“Pak, lalu menurut bapa
penempatan safety sign yang sudah
ada itu sesuai tidak dengan bahaya
yang ada di tempat kerja?
“Udah, udah sesuai karena kan itu ada setiap shop itu ada mandatory, karena
kalau dia disini yang mandatory safety sign nya seperti safety shoes, kan gitu..
mungkin permasalahannya hanya letaknya saja ya..”
“Lalu siapa orang yang bertugas
memasang safety sign pak?”
“kadang itu orang dari K3LH produksi yah, tapi pernah kita juga yang
memasang seperti tanda terjatuh itu..”
“Ok pak kalau gitu terimakasih banyak ya pak atas waktunya..”
Lampiran
Transkip Hasil Penerapan Safety Sign – Informan Pendukung
Kode Informan : 003
Inisial : ST
Tanggal Wawancara : 19 Mei 2014
Topik
Pembahasan
Peneliti Informan
(Supervisor Departemen Machining Divisi Detail Part Manufacturing Direktorat
Produksi)
Penerapan safety
sign
“Ok pak, nah penelitian saya ini kan
mengenai penerapan safety sign ya pak
yang ada disini. Nah kalau prosedur
penerapan sampai adanya safety sign
ditempat kerja itu seperti apa pak?”
“Kalau penerapannya ya emang kebutuhannya kita harus pakai safety, harus dianjurkan
berdasarkan K3LH tadi. Jadi udah ada aturannya gitu. Ya biasanya kita pertama itu
pelatihan, kalau safety sign itu kita gambar2 aja, kalau yang masang itu dari K3LH, jadi
kalau perusahaan yang pasang itu berarti sudah standar. jadi itu tergantung dari
potensinya, misalkan potensinya karena potensi suara, terus harus pakai ear plug, dan
itu harus ada tanda ear plug. Terus disitu kalau ada harus pakai sepatu, berarti harus
ada tanda sepatu safety. Disini sih hampir semua area ada tanda itu, terus ada area
misalnya ada tanda kimia misalnya kalau ditempat lain, itu ada tanda api misalnya itu
gak boleh disitu. Itu biasanya sudah disesuaikan dengan lokasi kerjanya. Gitu..”
“lalu kalau menurut bapa sendiri safety
sign yang ada disini sesuai dengan bahaya
dan proses kerjanya tidak pak?”
“kelihatannya kalau sekarang kurang karena tempatnya kan baru, ada perpindahan
tempat, atau perubahan atau transisi plan, dari satu tempat ketempat lain. Jadi
istilahnya ada perubahan tata letak. Jadi tanda2 itu kelihatannya perlu ditambah lagi.
Yang dulu pernah ada tapi dicopot, jadi perlu ditambah.”
“lalu siapa pak orang yang berwewenang
memasang safety sign ?”
“itu kerjasama antara orang K3LH dan bengkel.”
“lalu menurut bapa seberapa pentingnya
sih adanya penerapan safety sign sebagai
tanda bahaya di tempat kerja?”
“kalau memang namanya suatu bahaya itu kan penting yah, harusnya diadakan. Jadi
tanda2 itu yang menunjukkan kalau orang itu harus hati2. Jadi ya emang mau gak mau
harus dipasang, kan gitu. “
“nah pak kalau di 3 axis prismatic itu sendiri bagaimana keadaan safety sign nya
pak?”
“kalau keadaan yang itu tadi saya bilang karena adanya perubahan tata letak, sehingga tanda2 itu ada yang hilang gitu. Jadi memang harus dipasang lagi”
“kalau menurut bapa kebutuhan akan
safety sign di 3 axis prismatic ini ada yang
kurang atau sesuai tidak pak?begitu juga
dengan jalur evakuasi sebenarnya
dibutuhkan tidak menurut bapa?”
“ada yang kurang, dan jalur evakuasi ya dibutuhkan. Itu kan harusnya artinya harus
digambarkan, sekarang kan ga ada karena tadi kan ada perubahan tata letak itu yang
dulunya ada sekarang tidak ada, jadi harus dibuat lagi.”
“kalau menurut bapa sendiri seberapa
besar pentingnya dilakukan penerapan
safety sign itu pak??”
“Ya sangat penting karena yang utama. Iya karena kalau ini terjadi, kebetulan karena
disini belum banyak yah, mereka juga care terhadap kecelakaan mau gak mau mereka
juga sudah menjiwai apa2 yan ada di areanya. Kalau menurut saya itu tetep menjadi
yang utama. Iya, datang harus selamat pulang juga harus selamat, kan gitu.. jadi gitu,
kalau prinsipnya orang berangkat selamet pulang gak selamet berarti itu bermaslah
didalamnya, kan berarti ada sesuatu yang dibenahi. kalau untuk seberapa persen ya
karena memang kecelakaannya kalau dilihat dari angkanya yaitu baru sedikit, ya sedikit
sekali gitu yah. “
“ok pak baik terimakasih atas waktunya pak..“
Lampiran
Matriks Hasil Wawancara- Studi Pendahuluan
Informan Utama
Topik
Pembahasan Kriteria
Informan 1
(01)
Informan 2
(02)
Informan 3
(03)
Informan 4
(04)
Kesimpulan Penanggung Jawab
Staf Bidang
Pengendalian &
Pengukuran
Departemen K3LH
Staf Bidang
Pengendalian &
Pengukuran
Departemen K3LH
Staf Bidang
Manajemen
Departemen K3LH
Staf Bidang
Pengendalian &
Pengukuran
Departemen K3LH
Pemilihan
Lokasi
Penelitian di
Direktorat
Produksi
Tingkat
kecelakaan di
Direktorat
Produksi
Sebanyak2nya ada
satu dua, incident
tidak semua
dilaporkan. Tertinggi
ada di Machining
dan Metal Forming.
Incident masih minus,
tapi kalau accident
ada didata dan
pecatatannya tidak per
departemen tapi se-
PT.DI.
Informan mengikuti
data yang ada di
informan 02.
Berdasarkan
jumlah kejadian
mengalami
peningkatan 2
tahun belakang
dalam perhitungan
kuantitasnya.
Tingkat kecelakaan di
Direktorat Produksi
mengalami
peningkatan 2 tahun
terakhir, pencatatan
hanya dilihat jika ada
accident dan
pencatatan di seluruh
PT. Dirgantara
Indonesia.
Tingkat Divisi Detail Part Di Aerostructure di Informan mengikuti Departemen Di Divisi Detail Part
kecelakaan di
Divisi dan
Departemen
Manufacturing
Departemen
Machining. Kalau di
Metal Forming &
heat treathment
memiliki potensi yg
tinggi.
manufacturing.
Berdasarkan
pelaporan paling
sering di departemen
machining karena
bahaya yang tinggi.
data yang ada di
informan 02.
Machining Manufacturing
Departemen
Machining.
Penyebab
Kecelakaan
Unsafe action Masih muda,kurang
pembinaan senior,
setelah pelatihan
diawal kurang diawasi
lagi, kelelehan kerja.
Karyawan baru, tidak
pakai APD,
keteledoran, dan
kelelahan kerja.
Karyawan baru.
kurang pengawasan,
kelelahan kerja,
unsafe action.
Nilai SIR dan SIR
di Departemen
yang memiliki
angka kecelakaan
Datanya ada di Pak
Te** (informan 2)
(Tercatat dari data
yang terdapat di
komputer informan)
Informan mengikuti
data yang ada di
informan 02.
Data berdasarkan
Informan 2.
Data SIR dan FIR dari
tahun 2009 sampai
2013. Pencatatan
berdasarkan seluruh
PT. Dirgantara
Indonesia dan tingkat
kejadian yang paling
besar ada di
Aerostructure
Departemen
Machining
Pemilihan Divisi
tempat penelitian
di Direktorat
Produksi
Divisi Detail Part
Manufacturing. Ada
di Machining
Manufacturing
departemen machining
Informan kurang
mengetahui.
Departemen
Machining bagian
milling
konvensional,
mesin „cincinati‟
Divisi Detail Part
Manufacturing
Departemen
Machining.
Pelaksanaan Receiving, storage, Idem dengan informan Merekomendasikan Pekerjaan Mulai dari
proses produksi di
Direktorat
Produksi
pre cutting,Sheet
Metal : bengkel
komposit
&machining.
01 informan 01 yang
lebih mengerti.
berdasarkan acc
dari tahap
sebelumnya dan
sesuai dengan
permintaan gambar,
ukuran, tebal.
receiving,storage, lalu
masuk ke aktivitas
manufacturing dan
lanjut ke perakitan
pesawat (assembly).
Bahaya yang
terdapat di
Departemen yang
memiliki potensi
bahaya tinggi
(Dept. Machining)
Putaran mesin.
Hasilnya ada
didokumen manual
yang ada.
Dari mesin,
kecelakaan mesin.
Bahaya tergantung
pada mesin. Potensi
terlilit, tersayat,
gangguan ergonomi
dan terjepit,
pekerjaan di Dep.
Machining.
Sumber bahaya dari
mesin dan material.
Pelaksanaan
manajemen
risiko
Cara melakukan
identifikasi
bahaya
Penanggung jawab
Departemen K3LH,
serta bekerja sama
dengan ahli di
direktorat produksi
dan membuat
kebijakan juga
bersama.
Sesuai dengan UUD,
dari hasil pelatihan-
pelatihan.
Dari hasil pengamatan
/ observasi, dari
adanya kecelakaan
kerja.
Berdasarkan mesin,
spesial proses dan
alatnya. Pihak
Dept. K3LH dan
produksi.
Melakukan observasi
berdasarkan mesin,
dan proses kerja.
Departemen K3LH
bekerja sama dengan
karyawan yang ahli /
Supervisor
dilapangan.
Cara menilai
bahaya
Berdasarkan manual
kebijakan dan yang
melibatkan
kebijakan ada SOP
administrasi
prosedur, tingkat
internal, dan
bertingkat
Berdasarkan hasil
analisis dengan
kategori high middle,
medium, low.
Sesuai HIRAC yang
ada di buku manual
Menanyakan
kepada pihak
lapangan dan yang
memberi masukan
tentang bahayanya
apa saja.
menjelaskan
proses/mesin yang
Berdasarkan prosedur
penilaian bahaya yang
disesuaikan dengan
bahaya yang ada
dilapangan.
berbahaya
Pengendalian
bahaya yang
dilakukan
Setelah adanya
investigasi
kecelakaan kerja
dengan menambah
& membuat
pengaman,
melakukan HIRAC
lagi dan safety
briefing, dengan
APD.
Pelatihan karyawan
kembali.
Melakukan perbaikan
mesin yang rusak serta
pegendalian terhadap
pencahayaan.
Jika terjadi masalah
dan gangguan pada
alat yang dihasikan.
Setelah adanya
kecelakaan , mesin
yang rusak dilakukan
rekomendasi
pengendalian dan
diadakan pelatihan
untuk mencegah
terjadinya kecelakaan.
Orang yang
terlibat penentu
kebijakan
manajemen risiko
Departemen K3LH
dan pihak yang ahli
dibidang produksi.
Departemen K3LH,
jika di lapangan ada
K3LH produksi.
Departemen K3LH Departemen K3LH Departemen K3LH,
K3LH produksi dan
pihak yang ahli di
direktorat produksi
seperti Manajer dan
Supervisor.
Form yang
dipakai dalam
HIRARC mutlak
atau tidak pada
industri
penerbangan
(pembuatan
pesawat)
Form sesuai standar. Bukan berdasarkan
industri penerbangan,
berdasarkan
identifikasi mesin
yang ada. Identifikasi
belum ter-update.
Awal mengadopnya
dari penerbangan.
Dibuat berdasarkan
hasil identifikasi
bahaya dan
dibuatkan risk
assessment yang
sudah ada.
Prosedur dari
kebijakan terdahulu
sebagai industri
penerbangan dan
mengalami perluasan
sumber mengikuti
kemajuan teknologi.
Bagaimana
pengendalian
teknis
(engineering
Temuan-temuan dari
audit di tindak
lanjuti, houskeeping
kontest secara rutin.
Memperbaiki pijakan
kaki, eliminasi,
substitusi.
Kurang mengetahui. - Di pompa surface
treathment :
mereduksi
kebisingan
Melakukan
pengendalian dengan
pendekatan eliminasi,
substitusi, isolasi,
control) Dengan mengisolasi
selang pipa yang
bocor. Merubah
material, merubah
disain, merubah
proses kerja.
dengan
memberikan air
pada exhaust di
- Di shot pining :
mereduksi debu
dibuat cerobong
asap
merubah material,
merubah proses kerja
dan merubah disain.
Bagaimana
pengendalian
administratif
(administratif
control)
Check up, rotasi /
shift kerja,
membatasi jam
lembur, safety
briefing, rapat LIN
manufaktur di meja
panel mengenai
SQCDP tingkat
manajer, Supervisor,
dan Direktorat
Pelatihan, safety
briefing.
Mengadakan
pelatihan, pengadaan
warning sign.
Training Manajer,
Supervisor,
Karyawan.
Penerapan warning
sign
Mengadakan
pelatihan, medical
check up, membatasi
jam lebur kerja, safety
briefing, warning sign
, shift kerja, dan rapat
LIN manufacture.
Bagaimana
pengendalian
dengan APD
Disesuaikan dengan
bahaya, seperti
sarung tangan woll,
sepatu, masker.
Safety shoes, seragam
kerja.
Sesuai dengan potensi
bahaya yang ada.
Sesuai potensi
bahaya di tempat
kerja. dibuatkan
petunjuk
penggunaan APD.
Disesuaikan dengan
potensi bahaya yang
ada di tempat kerja,
seperti pengadaan
safety shoes, sarung
tangan, masker,
seragam kerja.
Lampiran
Matriks Hasil Wawancara – Studi Pendahuluan
Informan Pendukung
Topik Pembahasan Kriteria
Informan 1
(001)
Manajer Departemen
Machining
Informan 2
(002)
Supervisor di Departemen
Machining
Informan 3
(003)
Supervisor di
Departemen
Machining
Kesimpulan
Bagian/bidang yang ada
di Departemen
Machining
Bagian adalah
organisasi, mempunyai
7 Supervisor dengan
struktur bidang yang
baru. Dibedakan
berdasarkan gru dri
teknologi.
Saat ini masih ada 4 bidang
yaitu profilling, medium,
small, dan late. 7 bidang
adalah rencana organisasi
selanjutnya dan sedang
berproses.
Saat ini ada 4 bidang,
Saya berwewenang
di Bidang 3 Axis
Prismatic Machine.
Saat ini masih ada 4
bidang, dan akan adanya
perluasan struktur
organisasi yang akan
datang menjadi 7 bidang.
Tingkat kecelakaan Tingkat Incident di
Departemen Machining
Masih diambang batas,
pernah ada accident di
tahun 2013.
Record kejadian terpusat di
Departemen K3LH karena
setiap bidang tidak
menyimpan datanya,
diklasifikasikan mulai dari
kecelakaan tingkat berat,
ringan dan sedang.
Tidak ada, karena
tidak ada alat safety.
Tidak adanya pelaporan
dan data yang jelas
tentang incident.
Potensi accident di
Departemen Machining
Berdasarkan
keparahannya cacat,
tangannya putus,
jarinya putus.
Frekuensinya 1 tahun 1
Jari terjepit karena material
yang besar dan tidak
seiramanya/kekompakan
antara operator dengan
pekerja.
Jarang terjadi. Jarang terjadi, hanya
dulu pernah ada kejadian
jari terputus, terjepit,
mengalami cacat.
x.
Pemilihan lokasi
penelitian di bidang
yang ada di
Departemen
Machining
Bidang yang memiliki
risiko dan tingkat
kecelakaan tertinggi
Bidang Profiling
Prismatic Machine dan
bidang Lathe & Milling
Machine
Tercatat di Departemen
K3LH dan tingkat korporet
K3LH produksi.
Tingkat kecelakaan
paling sering di
bidang Milling
konvensional.
Tercatat di Departemen
K3LH terdapat di Bidang
Profilling Prismatic
Machine dan Milling.
Tahapan proses di
bidang tersebut
(Bidang Profiling
Prismatic Machine)
Memotong,
pelubangan,
membentuk material.
Di Machining ada pre
operasi, main operasi,
post operasi yang
tersebar dalam 7
bidang.
(Bidang Profiling Prismatic
Machine)
Raw material detail part
sesuai yang diinginkan
dengan cara prepare raw
material, proses,
mengangkat airbot dengan
crane, operasikan mesin,
memotong material kasar
menjadi material.
(3 axis prismatic
machine)
Ada 2 tahap yaitu
pre operation
mengerjakan lubang
dan main operation:
yaitu di 3 axis.
Di Departemen
Machining terdapat
tahapan tahapan pre
operasi, main operasi,
post operasi. Di bidang
profilling prismatjc
machine yaitu
membentuk, memotong,
melubangi dural. Di
bidang 3 axis prismatic
machine hanya 2 tahap
yaitu pre operasi dan
main operasi.
Jumlah mesin yang ada
di bidang tersebut
Seluruhnya di
Machining ada 165
mesin.
Seluruhnya ada 10 mesin.
Terdapat 2 bagian, yang
pertama 5 mesin jenis multi
purpose, yang kedua 5
mesin jenis alumunium.
Ada 14 mesin. Mesin diseluruh
Departemen Machining
terdapat 165 mesin. Di
bidang profilling
prosmatic machine
terdapat 10 mesin mesin,
di bidang axis prismatic
machine terdapat 14
mesin.
Catatan P3K di bidang
tersebut
Terdapat 25 kotak di
seluruh Machining,
akan tetapi penyediaan
isi dari P3K belum
dilaksanakan dengan
Terletak dekat dengan
pekerja, pengadaan sudah
sesuai dengan kebutuhan,
akan tetapi kontinyuitas
control nya yang masih
Kurang dalam
mendukung dalam
pengadaan isi dai
kotak P3K. Tidak
ada pencatatan
Dalam penggunaan alat
P3K tidak dicatat. Kotak
P3K terdapat diseluruh
lingkungan Machining
dengan total 25 kotak
konsisten dan kontinyuitas. Serta
belum ada karyawan
sebagai penanggung
jawab P3K yang tetap.
lemah. penggunaan kotak P3K tapi sering
digunakan.
P3K. Akan tetapi, kontinyuitas dalam
pengadaan isi dari P3K
masih lemah.
Manajemen Risiko Risiko bahaya yang
terdapat di bidang
tersebut
(Bidang Profiling
Prismatic Machine)
Terjepit, terpleset,
tersayat.
Manual handling, chips
yang terbang, hasil dari
coollant, ergonomi karena
operator yang bekerja diatas
meja mesin, bahan material
yang menyebabkan tergores.
Licin, tergelincir,
tersayat, terpotong,
terjepit.
Terpeleset, tergelincir,
terjepit, tersayat,
terpotong, gangguan
ergonomi, chips yang
ada dilantai dan meja
mesin, hasil dari
coollant.
Pelaksanaan
manajemen risiko di
Machining
APD disesuaikan
dengan bahaya di
tempat kerja. jika
pekerja tidak memiliki
APD yang layak maka
dilarang untuk bekerja.
Identifikasi secara visual,
pengendalian dengan teori
dalam K3LH, setelah
pelaksanaan audit dilakukan
perbaikan-perbaikan.
Penggunaan APD
berdasarkan hasil
identifikasi
disesuaikan dengan
pekerjaan dan
bahaya.
Identifikasi dilakukan
secara visual dan
pengendalian dilakukan
setelah program audit
dengan mengutamakan
penggunaan APD pada
pekerja disesuaikan
berdasarkan bahaya yang
ada ditempat kerja.
Penerapan
pengendalian di
Departemen Machining
Training pada operator,
membuat grup K3LH
untuk melaporkan dan
mengawasi.
Pengendalian moral yaitu
selalu mengingatkan pekerja
satu sama lain.
Ada tanda-tanda
bahaya ditempel,
mengingatkan
penggunaan APD,
membersihkan lantai
yang licin.
Melakukan training
pekerja, memberikan
pengawasan dan saling
mengingatkan,
memberikan tanda
bahaya dan penggunaan
APD.
Pengendalian teknis /
engineering control yang
diterapkan
Tidak menerapkan
engineering control.
Engineering control dengan
visual dan pengendalian
engineering dari hasil
rekomendasi audit.
- Tidak menerapkan
pengendalian teknis.
Pengendalian
administrasi yang
diterapkan
Persyaratan dari Machining dikasih ke
K3LH untuk disiapkan,
lalu membuat program
Training, pertemuan
LIN manufacturing
melalui jalur
manajerial.
P2K3 membuat rapat plan tindakan apa saja yang harus
dilakukan untuk aspek
K3LH.
Training pekerja on the spot.
Melakukan training, pertemuan LIN
manufacturing.
Penerapan safety
sign
Prosedur penerapan
safety sign
Dilakukan identifikasi
bahaya oleh tim dari
Machining dan tim dari
Departemen K3LH
dan K3LH produksi.
Pengadaan dari
Departemen K3LH,
pelaksanaan oleh
K3LH produksi.
Dalam penerapan safety
sign pihak Machining tidak
dilibatkan, yang
menerapkan adalah K3LH
di produksi yang meminta
sign ke Departemen K3LH.
Akan tetapi dalam
penempatannya masih
kurang tepat, sehingga sign
yang ada tidak memberikan
makna.
Telah disesuaikan
dengan bahaya dan
APD yang digunakan
di tempat kerja.
Pelaksanaan dilakukan
oleh tim K3LH produksi,
dan pengadaan safety
sign dari Departemen
K3LH. Sebelum
penempatan safety sign
disesuaikan dengan
bahaya dan penggunaan
APD yang bekerja sama
dengan pihak
produksi/bengkel.
Kondisi dan keadaan
safety sign
Kondisinya tidak
memuaskan.
Safety sign lengkap, tetapi
kualitas sudah buram, kotor,
hilang, hanya tanda
mandatory/penggunaan
APD, tidak di maintenance.
Masih kurang dan
harus dipasang lagi,
karena adanya
perubahan tata letak
lokasi produksi.
Kualitas masih kurang,
karena sudah buram,
letaknya sudah tidak
sesuai, kotor, dan bahkan
banyak yang tidak ada
sign nya.
Penerapan Safety sign
sesuai dengan bahaya
Ada yang sudah sesuai
ada yang belum karena
belum pick
pemindahan rotasi
kerja dan belum di
revisi termasuk safety
Sudah sesuai dengan
mandatory, akan tetapi
hanya letaknya saja yang
belum tepat.
Belum sesuai dengan
potensi bahaya
karena masih terjadi
perpindahan lokasi
kerja.
Ada yang sudah sesuai
dan ada yang belum
sesuai karena masih
adanya perpindahan
lokasi kerja.
sign yang ada.
Bagaimana pentingnya
penerapan safety sign di
Departemen Machining
Pentingnya sebesar
10% karena fungsinya
hanya untuk
mengingatkan saja,
sedangkan operator
maupun pekerja
lainnya sudah tahu
risiko yang ada di
lingkungan kerja.
Secara manajemen itu
penting, tapi secara moral
belum mencapai efektivitas
kepada pekerja.
Sangat penting
karena yang utama
dan dapat
mengindikasikan
adanya potensi
bahaya maupun
tanda peringatan agar
terhindar dari
kecelakan.
Di pandang penting
karena dapat
memberikan pengaruh
kepada pekerja untuk
mengindikasikan adanya
potensi bahaya dan
mandatory yang ada di
tempat kerja.
Orang yang bertugas
memasang safety sign di
Departemen Machining
Semua dari K3LH. Sudah ada dari di
bangunnya ruang produksi.
Kerjasama antara tim
K3LH dan bengkel.
Kerjasama antara orang
dari machining, K3LH
produksi dan
Departemen K3LH.
Lampiran
Transkip Wawancara Studi Pendahuluan
Lembar Transkip Wawancara Informan Utama
Analisa Kesesuaian Keberadaan Safety Sign
Di PT. Dirgantara Indonesia
Kode Informan : 01
Inisial : SY
Topik : Tempat penelitian, manajemen risiko, dan penerapan safety sign
Topik Peneliti Informan (Kepala Staf Bidang Pengawasan dan Pengukuran Departemen K3LH)
Pemilihan Lokasi
Penelitian di
Direktorat
Produksi
“Jadi gini pak, saya ingin
menentukan di Departemen apa
saya meneliti yang ada di
Direktorat produksi. Tingkat
kecelakaan tertinggi yang
terdapat di Direktorat Produksi
terdapat di Departemen apa pak
?khususnya dari incident sampai
tingkat accident ?”
“Hehe ,ya sebanyak- banyaknya satu dua, tapi sayang kalau tingkat incident tidak semua
dilaporkan datanya, tapi kalau kita lihat sepintas di bengkel tingkat kecelakaan tertinggi ya
ada di surface treathment, heat treathment. “ (sambil mengambil data Departemen yang ada di
Direktorat Produksi) “Nah, ini yang paling tinggi ada di Divisi Detail Part Manufacturing, itu
kan ada Machining, nah di Machining dan high speed machining juga di metal forming. “
“kalau diantara Departemen
Machining sama Metal Forming
tingkat kecelakaan tertinggi ada
“yaa, kalau dari hasil kecelakaan ya, bukan dari incident. Karena kalau dari incident itu tidak
dilaporkan. Jadi kita hanya melihat data berdasarkan laporan hasil analisa ituuu... tapi kalau
dari data kecelakaan terakhir di machining ada, kemudian perawatan fasilitas produksi,
dimana pak?” inipun bukan karyawan tetap. Jadi kalau Divisi yaa di Divisi Detail Part Manufacturing dan
kalau departemen Departemen Machining. Terus di metal forming dan heat treathment punya
potensi tertinggi, tapi tidak ada kecelakaan. Berarti, K3 nya berjalan bagus. Nah, kalau metal
forming sama heat treathment lebih tinggi heat treathment karena banyak terdapat bahan
kimianya yah... kemudian, Surface treathment juga tinggi potensinya karena terdapat bahan
kimiajuga yaa.. karena incidentnya tidak dilaporkan jadi kita gak punya data , kecuali kita
menyaksikan langsung.. ”
Tingkat
kecelakaan
“nah, kalau kecelakaan 5 tahun
belakangan ini itu ada di
Departemen apa pak ? “
“Kalau incident itu yaa ada disini niii,, Divisi Detail Part Manufacturing (DPM) yaa
Departemennya Machining. ”
“Jadi DPM itu terdiri dari apa
aja pak? “
“Jadi DPM itu, terdiri dari ahh, Manajer namanya disini DM 1000 itu perencanaan
pengendalian produksi, kemudian laen manufactur, kemudian machining sendiri, kemudian
high speed machining. Nah, karena machining itu sekarang banyak, maka kit a kelompokkan
menjadi dua yaitu yang low speed dibawah 3000 RPM , kemudian yang high speed itu diatas
3000 RPM karena putarannya tinggi. Nah, karena putaran tinggi makanya mesinnya di
kerangkeng, jadi bahayanya lebih tinggi itu..”
“lalu pak, incident yang sering
terjadi di machining itu karena
apa pak ? “
“Biasanya itu karena pekerjanya, pekerja yaitu unsafe action namanya, tindakan perilaku
tidak aman”
“Ok pak, berarti saya tahu key
word kecelakaan terbesar
menurut bapa kan di Machining
pak. Nah, lalu angka nilai SIR
dan FIR di Departemen
Machining dalam 5 tahun
kebelakang berapa pak?”
“Nah, kalau per Departemen kita gak ada sih yah, itu datanya ada di pak Tedy. Tapi mungkin
kalau di hitung bisa kali yah. Kita hanya buat itu sa-PT DI. Bisa-bisa itu tidak ada, apakah
pertahun ada kecelakaan atau gak ada”
“Tapi kalau ada datanya berarti
ada dong pak di Departemen
Machining berapa datanya?”
“nah iya itu kalau ditelusuri kemungkinan bisa saja, karena kita buat datanya se-PT.DI kalau
misalnya ada satu ya berarti itulah kebetulan satu adanya di machining”
Manajemen
Risiko
“Ok pak, bagaimana sih pak
pengendalian yang sudah
dilakukan untuk mencegah
terjadinya kecelakaan yang ada
Departemen Machining atau di
Direktorat Produksi?
“iya kan, nah, dari hasil investigasi kan kita tahu penyebabnya. Pada umumnya itu perilaku
tidak aman kan. Nah itu kalau perilakunya kita kasih disitu contohnya (sambil mengeluarkan
berkas investigasi kecelakaan dengan metode domino) tuuhh, terakgi tanggal 7 April di
Machining produksi. Kemudian, di 2 april maintenance di daerah machining, tapi ini
karyawan kontrak. Nih misalnya satu ini penyebabnya tindakan tidak aman, karena kurang
jam terbang, karyawan baru, karena meletakkan tangan bukan pada tempatnya, lalu jarinya
terpotong, lalu saya masukin kekulkas itu jarinya, tapi sudah saya kubur (sambil
membacakan kejadian di salah satu dokumen investigasi kecelakaan) . lalu korban lupa kalau
tangannya ada dilintasan jalan mesin, dan pas diangkat tangannya sudah lepas aja segini,
kemudian kondisi fisiknya baik. Tidakan perbaikannya yaitu mengidentifikasi potensi bahaya
di tempat kerja, lalu kita menyarankan untuk dibuatkan pengaman, kemudian diberikan safety
breafing seperti yang kalian lakukan itu ya, jadi sebelum bekerja karyawan diberikan
pengarahan terlebih dahulu tentang cara-cara mengoperasikan mesin, kemudian mencegah
bagaimana cara terjadinya kecelakaan, itu salah satunya sudah termasuk kedalam
pencegahan.“
“Nah itu kan masuk kepada
identifikasi bahaya, penilaian
risiko dan pengendalian ya pak.
Nah, pegendaian yang dilakukan
itu seperti apa pak?
“nah, yang jelas membuat dalam investigasi penyebabnya 2 aja tidak bercabang unsafe action
dan unsafe condition. Namun diluar itu ini kan untuk pengendalian langsung kepada
pengendalian utama. Walaupun ada sebab akibat, itu juga kita lakukan. Dalam investigasi ini
kita hanya mencari route cause yang utama”
“jadi pengendalian yang sudah
dilakukan apa pak?”
“nah, karena penyebab nya sudah diketahui, yaitu pertama pengendalian yang dilakukan
membuat dan menambah alat pengaman. Lalu melakukan HIRAC lagi dan safety briefing.
Lalu dengan APD. Walaupun APD terakhir, ya tidak masalah yang penting cari route cause
nya. “
“lalu pak, pengendalian teknis /
engineering control yang sudah
dilakukan baik sebelum terjadi
kecelakaan maupun setelah
terjadinya kecelakaan ?”
“yak, dengan membuat program K3LH secara kontinyus, yaitu salah satu program
pengendalian yang ada yah, audit itu dengan luasnya area, dengan banyaknya struktur
organisasi. Kita lihat aja programnya aja ya, programnya itu sekarang sudah masuk bulan
april – juli itu kita ada audit setalah juli ini ada monitoring ada yang terjadwal nah itu
konsisten. Nah ini temuan-temuan yang ada di tindak lanjuti, kemudian houskeeping kontes itu
secara rutin supaya bisa membudidayakan K3LH nya. Terus monitoring itu ada yang
terjadwal ada yang on the spot nah itu secara konsisten. Nah tadi ada temuan salah satu
selang solar ada yang bocor. Nah, itu punya potensibahaya tinggi,kalau ada putung rokok aja
bisa, maka langsung ditindak lanjuti. Nah konsiten kita untuk menjadikan temuan-temuan
yang memiliki potensi tinggi, lalu dilakukan pengendalian karena disitu ada potensi bahaya
yang tinggi.
“Nah lalu ketika ada bahaya
tindakan pengendalian teknis
seperti eliminasi, substitusi,
menghilangkan bahaya itu, lalu
isolasi yang tadi bapak bilang
ketika terdapat kecelakaan mesin
nya dilindungi, itu yang saya
tanyakan sudah dilakukan selain
itu apa saja pak? “
“nah yak, ehm, ketika ada tata pelaksanaan mereka harus memperbaiki, kita fleksibel. Kalau
memang bisa, dari sejak awal kasusnya dari awal bisa di engineering ya dilakukan.Nsh, kalau
tidak bisa ya dengan APD kan gapapa dilakukan.”
“Lalu engineering yang dilakukan
dalam bentuk apa pak? “
“ya bisa saja merubah material kah, merubah desain, merubah proses kerjanya.”
“yang sering dilakukan dalam
bentuk apa pak?”
“ya kalau dilakukan ya dilihat dulu dalam bentuk kecelakaan apa, disitu kan ada . nah ini kan
cerita ilmu pengetahuannya tadi. Tapi real nya saya tidak hafal. Misalnya tahun kemarin ada
kecelakaan apa saya tidak hafal, misalnya juga tindakannya. Artinya kita tidak kita kaku,
ketika ada kejadian, kita langsung berikan solusinya. Nah kan ada 5 aspek juga bisa kan,
semakin banyak barier yang di berikan jika gugur satu masih ada 4, kan begitu. Jadi ketika
dilapangan kita informasikan kemungkinan yang bisa dilakukan tahap pertahapnya, ya
dilakukan. Jadi umumnya yang menyangkut biaya itu akan terkendala, kan gitu. Tapi kalau
menyangkut biaya tapi itu sampai fatal ya itu sampai korban jiwa ya itu rekomendasinya cepet
juga. Ya itu misalnya tadi bocoran, seperti bocor pipa. Maka harus diganti kan pipanya. Nah
untuk pengendaliannya kan ditutupi plastik dulu, karena masalah biaya dan lainnya. Untuk
tindakan permanennya di tindak lanjuti.
“Terus pak pengendalian secara “nah itu tadi, kalau tergores itu kan incident yah. Nah, kalau kita gak dikasih tahu kita gak
teknis khusus di machining apa
pak yang sudah dilakukan?’
tahu. Paling kalau pas lagi audit aja dia cerita, oh iya ni ni ni.. kita sampaikan disitu,
solusinya. Yaaa, paling ya itu tadi APD nya.
“Nah, pak kan kalau APD bukan
teknisnya pak, kalau teknisnya
gimana pak? nanti kalau APD
ada lagi pak.”
“yah, eee misalnya contohnya yang tergores yah. Dia tergores umumnya sarung tangannya
tidak tepat. Jadi kita sarankan jangan model yang woll, apalagi yang gerinda. Nah kalau
pakai woll kan bisa ketarik kan, padahal sarung tangan macem2. Jadi umumnya gitu aja,
ehhmm itu aja ada ketidak pahaman juga dalam pembelian. Orang pembelian itu tidak tahu
baik sepatu, sarung tangan, masker, itu kan macem2 kan dari sisi K3 tergantung bahayanya
apa debu, partikel atau hanya sekedar cipratan aja, air, kotoran, itu kan macam2. Nah kalau
sudah bicara masker, orang kalau gak paham di beli aja, asal masker asal murah kuat. Nah,
padahal di K3LH idak bicara harganya dulu. Kita malah gak lihat itu harganya berapa, tapi
fungsinya yah.ketika partikel2 debu itu kita harus rapet, filternya didalem, diganti dalem
filternya ajaa...”
“Nah, pas kan pak, penelitian
saya kan dengan tema safety sign,
nah, kalau pekerja sendiri aja gak
tahu yang harus pakai filter
dimana harus menggunakan
sarung tangan dimana, tanpa
adanya tanda, makanya saya
ingin melanjuti seperti itu pada
akhirnya nanti, kebutuhan safety
sign ........ “
“saya sih kalau kecenderungan karyawan itu tau.tapi kan yang belinya gak tahu. Jadi
pertimbangannya mungkin belum training K3 kali yah, ya memang si stafing tidak prioritas,
ya bukan prioritas kan menurut dia, tapi kalau menurut K3 kan seluruhnya wajib mengikuti
training. Jadi tetep harus walau bukan prioritas tapi wajib dong. Nah kalau yang prioritas
orang produksi berarti orang stafing yang selanjutnya dong. Nah itu makanya kesalahan
pembelian itu. Ini bukan spesifikasinya, mereka tahu. Ya tapi dari pada gak ada mau gimana...
nah, gitu kan bisa di cek kan..dari pada gak ada ya pakai yang ada..”
“baik pak, mungkin cukup untuk
penjelasan pengendalian
teknisnya. Lalu bagaimana pak
pengendalian administrasi yang
sudah dilakukan seperti yang
bapak bilang safety breafing,
pelatihan, lalu safety sign
“yaa, yaa, yaa.. yah, check up. Kemudian itu diberi pengertian, bekerja itu kan juga ada
waktunya. Bekerja itu kan sehari 8 jam, kalau lembur maksimal juga 3 jam. Itu juga kadang2
karena kebutuhan, memaksakan diri. Kalau karyawan ditanya itu sehat-sehat aja, bisa2 aja
lembur full ternyata setelah itu sakit, nah itu diberikan kesadaran bahwa kemampuan fisik
manusia itu terbatas. Dengan cara diperketat, dengan lembur dibatasi. Misalnya lembur per
orang maksimal 2 jam. Nah, kadang2 ketika ada peraturan kecuali lembur khusus,
rekomendasi pimpinan, itu juga adaa.. manusia kan kadang2 kalau dikejar kan materi, nah
termasuk didalamnya ?” ketika ada lembur khusus ini yasudah....”
“Nah, pak kalau pelatihan itu
sasarannya kesiapa aja pak?”
“pelatihan K3 itu kan ada macam2 ya, contoh safety cuture itu untuk seluruh karyawan , itu
diberikan pada saat karyawan baru masuk. Satu tahun satu kali idealnya kan gitu. Jangankan
yang umum yang khususkrtika satu tahun sekali mau refreshing yah juga kesibukan, program
K3 mah kita adakan. Ada p3k3 untuk siapa? Untuk pengurus P3k3. Berarti pengurus P2K3
itu, ya karyawan dan perwakilan manajemen. Nah, bukan juga yang bukan pengurus P2K3
gak boleh ngurus itu, yah boleh, kan pengurus itu juga berotasi, jadi gak ada si A ada si B.
Jadi gak mutlak trainingnya itu P2K3. Nah ketika ada P2K3 ada persyaratan berikutnya
harus mengikuti training. Perkara yang ikut, ada orang yang bukan P2K3, gak masalah
karena itu juga akan bermanfaat. Kemudian ada training 5 R untuk seluruh karyawan dari top
manajemen sampai level karyawan. Nah kemudian ada trainning K3 sendiri, K3 sendiri itu
suda spesifik, k3 di bengkel machining ya K3 machining, k3 dibonding ya bonding, sheet metal
sheet metal, k3 welding ya welding. Nah materinya itu ada spesifik, manual handling ya gitu..
terus operator untuk crane ya crane K3 nya. Untuk forklift ya forklift. Itu K3 spesifik. Nah,
terus materi2 HIRAC nya sendiri, untuk para supervisor, nah, selebihnya banyak. “
“Lalu pak safety briefing
dilaksanakan secara rutin juga
pak?”
“ya Cuma tidak dalam bentuk namanya safety briefing , ya sebelum kerja dilakukan
penjelasan mengenai keselamatan kerja lah. Itu juga sekarang ada lin manufaktur kan, anda
bisa lihat disitu di meja panel ada SQCDP. S nya itu safety jadi kita kalau kontrol, tinggal
lihat S nya saja, ada warna merah atau hijau. Kalau warna merah itu ada persoalan dari sisi
safety nya, kita lihat persoalannya apa solusinya apa. Kita lihat sudah siklus belum, kalau
belum kita lihat apa pesoalannya. Cuma belum ada pernah kalau ada persoalan safety kami
diundang. Itu sekedar sharing sampaikan solusi. Nah, safety briefing yang anda lakukan itu
juga baik, ternyata di respon positif kan, jadi medianya bisa menggunakan lin manufacturing.
Paling lama 15 menit untuk berbagai tingkatan, tingkatan pertama itu flur, paa anggota
dipimpin oleh leader, dia membahas persoalan2 yang terjadi di bengkelnya masing2.
Persoalan apa, ya masalah SQCDP itu, nah, masalah safety ada gak, quality ada gak, control
ada gak, delivery ada gak, personal ada gak gitu.. oh ternyata bisa diselesaikan di level
pertama, oh yaudah clear. Nah kalau di level pertama dipimpin leader gak selesai naik kelevel
kedua, itu jam seperempat berikutnya berarti jam 8.15 WIB. Itu rutin yah dan harus konsisten,
dipimpin oleh supervisor. Begitu tidak selesai, naik kelevel ketiga dipimpin oleh manajer.
Level 4 dipimpin oleh divisi, level 5 dimpimpin oleh direksi,itu jam 2 biasanya siang. itu ada
sampai tingkat direktur juga yang harus memutuskan biasanya yang menyangkut biaya besar,
mobilitas tinggi, itu yang melibakan kebijakan2 perusahaan, itu ada.
Tempat
Penelitian di
Direktorat
Produksi dan
pelaksanaan
manajemen risiko
“ok pak, mungkin pertanyaan
tentang safety sign sudah cukup,
selanjutnya mengenai manajemen
risiko pak. Lalu pak yang pertama
bagaimana pak proses produksi
yang ada di Departemen
Machining ?”
“yaa soalnya kalau bicara soal proses produksi itu tergantung tingkat levelnya yah. Kalau
anda secara umum udh plan tour kan yah. Jadi yang gambaran umum proses produksi, mulai
dari receiving, ya disitu peran K3LH dia harus mengecek material2 yang datang sesuai
dengan spesifikasi. Apalagi yang bahan kimia itu msds nya harus ada. Kemudian masuk ke
storage/gudang. Ya itu, standar K3LH nya standar penyimpanannya, apalagi kan itu barang
kimia, gaboleh dicampur ini itu dari sisi K3 nya itu juga kita peduli di gudang. Setalah itu, di
pre cutting, itu pemotongan awal ya kotak2 lah sebelum, panjang lebar itu kan di pre cutting.
Setelah di pre cutting masuk ke proses produksi itu ada yang melalui sheet metal ada yang di
bengkel komposit ada yang machining. Nah kalau yang sheet metal berarti raw materialnya
dalam bentuk sheet / lembar. Yang dinamakan sheet itu 3 milli ke bawah, diatas itu menjadi
plat tebel, berarti masuk proses machining karena di kerok2 menjadi keping. Kalau sheet
metal di bentuk di press di ini itu dari yang sheet. Kemudian yang non metal itu dibonding.”
“lalu pak di Machining sendiri
ada berapa bagian pak dalam
pengerjaannya?”
“ya sekarang katakan saja di machining, skrg di machining kan dibagi dua, jadi machining
yang konvensional itu dengan putaran kecepatan mesinnya, dibawah 3000 itu masuk
machining. Padahal machining itu ada konvensional ada TNC , CNC. Yang konvensional itu
diputar pakai tangan, yang TNC sudah pakai touch di machining jadi tinggal mencet. Nah ada
CNC yang sudah komputerise, ada programnya jadi operator tinggal mengawasin, kan dia
tinggal masukin programnya saja.”
Manajemen
Risiko
“lalu pak ada data per bagian di
machining tidak pak karena saya
untuk melakukan identifikasi
bahaya harus mengelompokkan
berdasarkan bagiannya pak?”
“nah, itu kan organisasi di tingkat Departemen yah, kalau se departemen nya saya tidak tahu
karena itu kan perubahannya lebih cepat. Jadi bisa saja disini anda datang, untuk mengetahui
apa saja bagiannya. Tapi secara pintas seperti tadi yang saya jelaskan. Nah secara garis
besar penempatannya dibuat blok blok ada 2 bagian yaitu machining dan high speed
machining, jadi itu yang putaran2 tinggi. Nah ini dari machining nya sendiri dibagi menjadi
beberapa supervisor lagi itu. Machining ini isinya mesin yang putarannya dibawah 3000,
mesin apa saja, milling, grinding, borring. Nah terus yang high speed mesin, itu yang
kecepatannya tinggi. Jadi mesinnya macem2 lah pokoknya, pengaturannya penempatannya
suka2 orang sana.”
“ok pak, lalu untuk melakukan
identifikasi bahaya itu apakah
dilakukan oleh pihak Supervisor
atau dari departemennya atau
bareng2 yg seperti bapak bilang
tadi?”
“ya itu tadi, HIRAC itu kan dilakukan bertanggung jawab ini ya K3LH dan pimpinan di
departemen machining. Pimpinan disana ya konotasinya orang yang tahu, jadi sebagai
penanggung jawab kita tapi yang membuat itu kan kita sebagai penanggung jawab belum
tentu ahlinya. Kalau memang ahli tetap menggunakan user yang lebih tahu. Kalau kita disini
tapi kan yang disana lebih tahu ya mereka ahlinya. Jadi yang menanggung jawab kita dan
user2 mengapprove juga. Menentukan kebijakan juga sama2 bareng2.”
“lalu pak yang dimaskud dengan
ahli ini itu adalah supervisor
pak?”
“ya sebenarnya yang dinamakan pimpinan seharusnya tahu apa yang kita buat itu bener, gitu
loh.. jadi kan bisa dikonotasikan yang ahli yang kompeten yang lebih tahu, yang lebih
bertanggung jawab, yang buat bs siapa saja kan.”
“Ok pak, lalu mengenai form
identifikasi itu mutlak atau tidak
mutlak pak digunakan seperti di
industri penerbangan/pembuatan
pesawat?”
“formnya ya sudah standar.”
“lalu pak langkah menilai risiko
setelah melakukan identifikasi itu
bagaimana pak dalam
pelaksanaannya?”
“Ya dituangkan dalam kebijakan yang harus menjadi panduan bagi siapa saja yang bekerja di
tempat itu, jadi kita tuangkan dalam bentuk petunjuk, itu bertingkat ada petunjuk internal ,
bisa internel bengkel, divisi, direktorat. Kalau yang melibatkan antar kebijakan ada yang
namanya OP , PA, ada yg namanya SOP, ada yang namanya SOP administrasi prosedur, ada
yang tingkat internal, itu bertingkat.”
“itu pak cara menilainya itu
menggunakan apa bagaimana pak
apa berdasarkan tingkat high,
medium.... (terpotong)”
“Jadi semuanya sudah ada di manual kebijakan kita. Referensinya dari apa ya betul, jadi kita
pandulah, namun petunjuk ini juga kan harus up to date mengikuti jaman, bisa berubah. Nah,
siapa yang merubah boleh datang dari mana saja, intinya kan yang lebih inisiatif kan si user
karena dia kan yang lebih taulah karena kita kan Cuma diatas meja saja. “
“lalu pak di daerah machining itu
terdapat bahaya apa saja pak?”
“di machining itu kan pada umumnya putaran mesin, nah putaran mesin ini kan memiliki
tinggi bahaya, nah itu kan berarti potensi bahaya. Nah umumnya itu diberi pelindung isolasi
tadi yang suka engga dipasang kalau mesin lama. misalnya gerindra, padahal beli barunya itu
lengkaploh termasuk kaca pelindung. Nihh kadang2 kaca pelindungnya dilepas, baik sengaja
maupun tidak sengaja.
“terus pak pengendalian terhadap
bahaya yang sudah dilakukan
berarti isolasi itu ya pak, lalu
pengendalian lainnya yang
dilakukan seperti APD yang
disarankan pak?”
“nah kalau di machining itu kan APD yang disarankan itu sepatu, sepatu juga ada yang
frekuensinya 3 bulan sekali, setahun sekali, tergantung itu potensi bahayanya. Kalau yang di
machining itu tinggi potensi bahayanya, dia mesti menginjak itu coolen atau pelumas, ini gak
tahan lama kalau itu kan merusak dia kan, jadi itu 3 bulan udah mengangak sepatunya. Kalau
di machining ini sepatu utama disamping jelas sparepaknya, lalu sarung angan ear muff ear
plug, tergantung mesinnya seperti apa, kalau mesin yang menghasilkan suara tinggi. Kalau
mesin yang mengandung cipratan tinggi, seperti cipratan api, bisa bentuk partikel ya
macam2.”
“Ok pak baik mungkin cukup sekian wawancara dari saya terimakasih atas waktunya pak.....”
Lampiran
Transkip Wawancara Studi Pendahuluan
Lembar Transkip Wawancara Informan Utama
Analisa Kesesuaian Keberadaan Safety Sign
Di PT. Dirgantara Indonesia
Kode Informan : 02
Inisial : TN
Tujuan : Informasi Mengenai Tempat Penelitian di Divisi Detail Part Manufacturing Direktorat Produksi
Topik Peneliti Informan (Staf Bidang Pengawasan dan Pengukuran Departemen K3LH)
Pemilihan
Lokasi
Penelitian
di
Direktorat
Produksi
“Ok pak Tedy langsung saja. pak,
bagaimana tingkat kecelakaan yang
ada di Direktorat Produksi?”
“Nah, kalau incident di kita mah ya minus, tapi kalau tingkat accident nya ini ada datanya”
(sambil cari file yang ada di komputer)
“Terdapat di Departemen apa
kecelakaan yang tertinggi di
Direktorat produksi pak?”
“Nah, kebetulan pencatatannya tidak per departemen sih ya. Tapi ini nih ada yang paling
tinggi itu setau saya di Aerostructure, ya itu di manufacturing. Kalau dari pelaporan ya itu
paling sering di Machining karena bahayanya juga tinggi yah disana..”
“ok pak, kalau begitu nilai SIR dan
FIR yang memiliki angka kecelakaan
tertinggi selama kurun waktu 5 tahun
berapa aja pak?”
(sambil menunjukkan data angka kecelakaan kerja, SIR dan FIR di komputer) “kalau di PT.
Di mah pencatatannya ya se PT.DI jadi engga per divisi, jadi kalau per divisi atau per
departemen kita gak punya datanya. Jadi pelaporan jika terjadi kecelakaan aja gitu baru
dicatat per direktoratnya. Nah itu paling besar ada di Aerostructure yah... kalau
departemennya di Machining.”
“itu penyebab kecelakaan yang terjadi “yang pertama itu masih muda, yang kedua pembinaan dari senior, pembinaan yang
disana biasanya disebabkan oleh apa
pak?”
dilapangan itu ke junior nya juga kurang mempuni. Jadi hasilnya Cuma seadanya dari hasil
pelatihan pertama kali masuk kerja, kalau masuk kan pelatihan dulu disini. Jadi pas udah
dilapangan jarang yang diawasi. Itu yang pertama, yang kedua lembur, kadang kelelahan
juga bisa mempengaruh insiden itu. “
Manajemen
risiko
“Nah, kalau sudah terjadi kecelakaan
tadi menurut pak (informan utama 1)
itu dilakukan identifikasi bahaya, nah
cara melakukan identifikasi risiko di
departemen machining gimana pak? “
“tadi pak Dar**** (informan utama 1) gimana? Udah kan? Sama lah jawabannya, idem lah..
“
“ok, sebelumnya kita sudah punya manual nya kan soal identifikasi itu, disana misalnya kan
mesin x disitu”
“Nah, manual nya itu sebagai form
identifikasi mutlak di pakai di industri
penerbangan atau tidak pak?”
“kita yang ada disini, kita yang ada disini.. manual mesin yang ada disini, bukan
berdasarkan industri penerbangan. Jadi mesin2 yang ada disini, semuanya kita identifikasi
bahayanya seperti apa, kita sudah punya sebenarnya, sudah ada. Tinggal orang2 yang ada
disana pengawasannya seperti apa.terus pekerja2 disana supervisornya, leader2nya
harusnya punya SOP nya lah.. ya seperti itu.. “
“Terus cara melakukannya mengikuti
manual yang ada gitu pak?”
“iya seharusnya seperti itu, hehehehehe ..”
“Nah, yang melakukannya siapa
pak?”
“seharusnya kan pas pelatihan itu disitu liyat, cuman pas pelakasanaannya ya itu tadi, ada
kelelahan juga terus dia mengabaikan SOP nya itu.. jadi, kalau manual sih sudah ada tapi
pelaksanaannya kurang dari orang itu..”
“kalau orang yang terlibat dalam
pembuatan kebijakan identifikasi
bahaya itu siapa pak?”
“Sebenarnya kan kita, departemen K3LH. Cuman kan kalau misalkan dilapangan, ada K3LH
yang di produksi, tapi kita sih yang buat kebijakan sebenarnya..”
“pak kalau form identifikasi bahaya
yang diugnakan itu mutlak dan harus
digunakan oleh industri penerbangan
di PT. DI atau tidak pak?”
“form apa nih? Ohh form identifikasi kan udah ada, kita form yang ada disini sesuai dengan
UUD kalau gak salah sama apalah, lupa gitu, yang udah didapat sama pelatihan-pelatihan
gitu kan.. dan engga mutlak berarti yah.. hehehe kan udah liyat kan?“
“Ok pak, lalu setelah melakukan
identifikasi kan menilai bahaya, kalau
cara assessment terhadap penilaian
“Kan disitu sudah ada, di form nya sudah ada. Itu ada high, middle, terus apa.. dari medium,
low, disitu kan ada. Segala macemnya kan sudah ada penilaian. Nah kalau misalkan, disitu
kan udah ada kok, nilainya tergantung dari hasil analisis itu. “
bahayanya disini gimana pak?”
“Nah, setelah dilakukan semuanya
kan dilakukan rekomendasi
pengendalian ya pak, itu
pengendalian yang sudah dilakukan
bagaimana pak?”
“eeeeeeee, yang sudah dilakukan yang sudah banyak dilakukan itu pelatihan kembali.”
“selain pelatihan apa lagi pak?” “eee itu modifikasi ya, apa itu namanya .. disini itu kan ada tempat mesin apa tempat pijakan
kaki yah, itu kan ergonominya yah, kalau misalkan itu harus diperbaiki itunya, substitusi. Apa
dah, ada 5 yah?
“iya, jadi yang pertama itu kan
eliminasi, substitusi, engineering
control, administrasi control, lalu
APD pak. “
“iya iya nanti aja itu ada diujian itu..”
“Pak, bahaya yang ada di Machining
yang sudah diidentifikasi itu terdapat
bahaya apa saja sih pak?”
“kalau saya sih belum kesana yah.. yang sudah ada dimanual aja di machining tuh, tapi yang
jelas kan di machining itu sudah berbentuk yang diidentifikasi berdasarkan manual yang ada.
Hasil2 nya juga sudah ada di manual. Jadi kalaupun mau liyat disana kan bisa diliyat disana
dan juga ada nilai2 nya kok.
“terus pengendalian yang
berdasarkan penggunaan APD itu
apa aja pak di Machining?”
“Di machining ya, kalau disitu kan ya yg standar2 aja, kaya safety shoes, kemudian baju
kerja, sebenernya pekerja itu bukan APD sih..tapi kalau baju sih ini yah, engga mutlak.”
“identifikasi bahaya yang dilakukan
itu di update tidak pak dalam
pelaksanaannya?”
“Yaa, sebenarnya kata kita gak ada mesin yang baru dan identifikasinya juga baru kemarin
ya jadi belum di up date lah.. haha. Karena sudah ada disana, dari nilainya sekian sampai
sekian..”
“lalu pak bagaimana penerapan
engineering control atau
pengendalian teknis yang sudah
dilakukan ?”
“ya yang pertama mungkin itu tadi, pelatihan itu“
“hehe pak pelatihan kan tadi udah
termasuk kedalam administrasi
“eh udah ya, itu dimana tadi? Pengendalian teknis ya, jadi bingung saya, liyat kamu jadi
bingung saya.. itu pak Dar apa? Samain aja lah ya samain aja...”
control”
“kalau sama seperti apa pak
contohnya?”
“itu eliminasi ada gak? Artinya gini, kalaupun tarolah mesinnya nah kadang bukan mesinnya
tapi tool nya seperti untuk pengamanan dari pada tool tersebut. Jadi, kalau misalkan si tool
tool yang tajam itu kan bisa dilindungi, ini kadang kan kita bisa terpeleset.”
“lalu kalau administrasi control yang
sudah dilaksanakan apa saja pak?”
“hhmm, gak tahu apa.. hehehehehmmmhmhm...”
“kalau regulasinya seperti apa pak?” “Bukan regulasi yah, tapi mungkin kalau disana mah ada yah kaya misalkan sebelum kerja
karyawan sama leadernya semacam safety briefing yah”
“kalau pemasangan proteksi aktif
pasif seperti alarm disini ada tidak
pak, itu kan juga temasuk
administratif control”
“itu hubungannya apa dengan pengendalian? Kalau pengendalian bahaya dari
machiningnya kebakaran apa? Kalau menurut saya ya misalkan dipasang hhmm bisa juga
lah karena kabel kabel kan.. hehe yah boleh lah bolehh.. karena kemarin sudah ada kejadian
kebakaran itu, tapi kebakarannya bukan dari situnya, dari sumber yang lain, ”
“kalau dengan pengaturan jarak dari
bahaya itu apa pak yang sudah
dilakukan?”
“uuu kalau itu gak ada yah..”
Lampiran
Transkip Wawancara Studi Pendahuluan
Lembar Transkip Wawancara Informan Utama
Analisa Kesesuaian Keberadaan Safety Sign
Di PT. Dirgantara Indonesia
Kode Informan : 03
Inisial : YS
Tanggal Wawancara : 19 Mei 2014
Tujuan : Informasi Mengenai Tempat Penelitian di Divisi Detail Part Manufacturing Direktorat Produksi
Topik Peneliti Informan (Staf Bidang Pengawasan dan Pengukuran Departemen K3LH)
Pemilihan
Lokasi
Penelitian
di
Direktorat
Produksi
“Bagaimana sih pak proses pelaksanaan
produksi di Direktorat produksi di PT.DI
yang bapa tahu di manufacturing?”
“oo, ehhhmm, ini sih saya agak kurang ini sih.. hhmm udah dapet masalah di direktorat
produksi? Kalau dari pak Dar? Yang lebih memenuhi kan pak dar suka memberikan
training tentang masalah itu, mungkin lebih tau dia.Karena dia itu kan asal dari trainer,
jadi semua permasalahan yang ada hubungannya dengan produksi dia trainer gitu.
Mungkin, mungkin lebih itu lagi, atau kalau ke tempat yang direktorat produksinya sudah
bertanya masalah ini?”
“jadi gini pak, ini kan hanya gambaran
sebelum saya menentukan tempat
“Tingkat kecelakaan produksii... datanya ada di Pak Te** (informan 02) yah? Kalau
untuk masalah kecelakaan kerja datanya ada di pak Tedy. Itu lebih itu, karena kan saya
penelitian saya di direktorat produksi
dimana, makanya saya ingin memilih
tempat di departemen apa gitu pak, tapi
saya arus memiiki justifikasi yang kuat
untuk memilih tempat tersebut, ok kalau
gitu nanti saya tanyakan ke pak dar,
kebetulan saya sudah wawancara beliau.
Ok pak, kalau gitu, bagaimana sih pak
tingkat kecelakaan yang ada di direktorat
produksi?”
manajemen.”
“Ok pak,nah menurut bapak, terdapat di
departemen apa pak kecelakaan tertinggi
di direktorat produksi?”
“waduh,, saya kurang tahu dulu datanya ada di pak Tedy kayanya..”
“lalu nilai SIR dan FIR gimana pak?” “ehem, juga di pak Tedy”
Manajemen
Risiko
“Karena kemarin saya dapet informasi
dari informan sebelumnya kecelakaan
tertinggi di Machining, nah menurut bapa
penyebab nya karena apa pak kecelakaan
bisa terjadi di departemen Machining ?”
“di machining? Ya bahaya2 nya ya mungkin dari mesinnya, itu dari kecelakaan mesin,
dari apa, biasanya dari mungkin anak baru yah, kurang mengetahui begitu, jadi akhirnya
mereka...mungkin tidak pakai APD yah bisa.. terus selain itu mungkin keteledoran bisa,
mungkin karena kecapean, tingkat ini.. mungkin bisa saja. “
“ok pak, lalu bagaimana si pak cara
melakukan identifikasi bahaya di
Direktorat Produksi PT. Dirgantara
Indonesia?”
“kan ininya ada di kita, identifikasi ada. Dengan pengamatan bisa, kaya misalnya pak
edy kan asalnya dari bengkel. Jadi pengamatan, ya dari pengamatan, dari observasi,
terus dari seringnya terjadinya kecelakaan juga bisa diliyat juga yah..”
“Lalu selanjutnya langkah untuk menilai
risiko seperti apa pelaksanaannya dan
pakai standar apa pak?”
“mungkin ini dari HIRAC ya neng yah, yang pernah dibawa itu kan yah, ehem , iya
seperti itu..”
“Lalu pak, bagaimana cara pengendalian
bahaya yang dilakukan PT.DI
berdasarkan hasil identifikasi dan
“Untuk mengendalikan bahaya itu, ya mungkin dengan perbaikan diarea mesin yang
rusaknya, misalnya atau antisipasi pendukungnya seperti pencahayaan.”
penilaian risiko pak?”
“Kalau untuk pencahayaannya dilakukan
pengukuran terlebih dahulu gak pak?”
“kalo, dari kita K3 misalnya ada permintaan pengukuran, tapi kita kan kalau audit juga
kan seperti pencahayaan, dari secara kasat mata kan kelihatan yah, oh ini gelap. Aahh,
tapi kalau ingin memperjelas untuk ada bukti kita juga ada kok datanya.
“lalu selain pengukuran pencahayaan
apa ada lagi pak?”
“hoo, pencahayaan ya kan seperti udara mah kan diluar yah, iklim kerja yah paling,
cahaya , udara nah apa air yah, banyak kayanya. Ohh, eneng fokusnya untuk diruangan
itu yah”
“Terus pak, form yang dipakai dalam
mengidentifikasi bahaya itu yang
digunakan apakah prosedur yang mutlak
digunakan di industri penerbangan
seperti PT. DI atau tidak pak?”
“Mungkin, mungkin awalnya dari penerbangan kayanya yah, ngadopnya, mungkin dulu
dari boeing atau apa. Saya juga kurang, kurang mengerti. “
“Ok pak, lalu bagaimana sih pak
penerapan engineering control /
pengendalian teknis yang sudah
dilaksanakan di departemen machining
itu?”
“Kurang, kurang mengetahui. Karena kan itu eehh data dari mereka yah”
“Lalu pak setelah pengendalian teknis,
kalau dengan pendekatan pengendalian
administrasi misalnya dalam bentuk
slogan, 5 R itu gimana ak?”
“ehhm, oh iya itu ada kalau yang itu. Pelatihan2 ada, terutama untuk karyawan baru,
terus itu juga ada tentang penerapan warning sign. kebetulan kan untuk mengadakannya
di K3LH, jadi untuk yang butuh biasanya mereka kesini, gitu.. terus pak waktu audit kita
juga kasih tau, di tempat kita sudah tersedia, karena ini potensinya ini ini ini, tinggal
ambil aja, nanti ngambil kekita.”
“Lalu bagaimana pak pengendalian
dalam bentuk APD ?”
“Membelikan APD tapi sesuai dengan kebutuhan mereka, disesuaikan dengan potensi
bahaya yang ada. Tidak semua dibelikan. “
Lampiran
Transkip Wawancara Studi Pendahuluan
Lembar Transkip Wawancara Informan Utama
Analisa Kesesuaian Keberadaan Safety Sign
Di PT. Dirgantara Indonesia
Kode Informan : 04
Inisial : ES
Tanggal Wawancara : 20 Mei 2014
Tujuan : Informasi Mengenai Tempat Penelitian di Divisi Detail Part Manufacturing Direktorat Produksi
Topik
Pembahasan Peneliti Informan (Staf Bidang Pengawasan dan Pengukuran Departemen K3LH)
Pemilihan
Lokasi
Penelitian di
Direktorat
Produksi
“ok pak, langsung saja,
bagaimana pak tingkat
kecelakaan di Direktorat Produksi
jika dlihat dari segi incident dan
accident nya pak?”
“Nah itu mungkin dengan adanya pertambahan karyawan, tadinya hanya 3000 sekrang udah 4000,
dan notabennya di bengkel itu banyak. Apalagi kalau sekarang itu... yah yah, kalau dilihat dari
persentasi sih gak begitu banyak yaa, tapi kalau dilihat dari jumlah kejadian itu meningkat. Kalau
datanya kan itu terpusat, ada di pak Te** (informan 02). Kalau tahun2 sebelumnya, itu ada
berapalah gitu..itu kan kalau sekarang itu ada peningkatan, tapi itu kan dalam arti dalam
kuantitasnya, bukan dari perhitungan apa teh zero accidentnya. Kan harus di hitung per 1000.000
pekerja, itu kan ada hitungannya..”
“Ok pak kalau begitu menurut
Bapak terdapat di Departemen
“itu teh, kalau gak salah mungkin dalam arti bukan tertinggi yah, agak2 paling banyak yah.. kalau
gak salah itu tuh di Departemen Machining. “
apa pak angka kecelakaan
tertinggi di Direktorat Produksi?”
“itu biasanya kejadian apa pak
yang terjadi?”
“Itu biasanya luka karena tersayat biasanya.. “
“Ok pak tapi ketika ada pekerja
yang tersayat itu ada catatannya
tidak pak?”
“hhmm jadi gini yah, kalau mereka melaporkan kekita itu artinya tersayat itu yang dimaksudkan itu
seandainya kalau 1 hari tidak masuk kerja yang mengakibatkan kehilangan hari kerja gitu yah.. tapi
kalau masih mampu bekerja ya di anggap incident, gitu.. “
“ok pak untuk catatan SIR dan
FIR itu sudah di pak Tedy yah?”
“iyaa bener sudah di pak Ted** (informan 02) ”
Manajemen
Risiko
“Ok pak lalu bagaimana sih pak
proses di direktorat Porduksi di
Direktorat Produksi?”
“oh di direktorat produksi yah, karena di direktorat produksi segalanya sudah tersedia itu
gambarnya sudah ada, biasanya itu ada proses cat, cat itu misalnya diawali dengan pengadaan
gambarnya, kemudian proses yang dimintanya itu apa, kemudian dari situ ke planner sudah di acc
kemudian proses turun ke bengkel. Nah itu material disitu yang dimintanya berapa kekerasannya
beberpaa tebelnya berapa. apakah itu untuk proses machining, apakah itu untuk proses sheet metal.
Nah apakah itu yang diminta yang metal atau non metal, logam atau non logam, gitu yaa.. mah
kemudian disitu ada yang proses pre cutting nah disitu ada yang untuk proses machining ada yang
sheet metal. Nah kemudian mereka meminta ukuran di gambar dan di proes. Karena yang diminta itu
ukurannya jelas, lebar sekian, tebal sekian, itu acc per drawing itu biasanya mereka itu. “
“Lalu pak bahaya apa saja sih
pak yang tedapat di Direktorat
Produksi itu pak?”
“di machining itu kalau di lihat bahaya itu tergantung dari pada mesinnya, nah sekarang itu kan
sudah datang mesin yang relatif cukup aman dari segi keselamatan kerja, kalau yang konvensional
yaitu masih kompleks dari bahayanya. Itu dilihat dari mesin konvensional, itu biasanya di milling
machine tuhh, maupun borring lah gitu, maupun bubut.lalu yang kedua itu ada bahaya terjepit pada
saat setting material benda kerja dengan tool picture dengan meja mesinnya. Ya mereka itu kan
kadang2 terjepit, kemudian dari segi ergonominya juga seperti pada saat setting keatas harus naik ke
mesinnya seperti termasuk cincinati itu mereka disana kemudian terpleset pun ada karena memang
bukan kotor, memang seperti itu keadaannya. Licin oleh coollant atau oli. Kalau di coolent itu kan
ada basednya oli. Kemudian terbentur juga karena naik turun nya kerja yang mempengaruhi
ergonominya. Itu bisa, kemudian dari ergonomi juga berpengaruh, yang dari percikan chips ataupun
dari percikan coollant nya sendiri. Mungkin pada saat di mesin konvensional itu tuh yang di
cincinati, nah itu kan ada proses pendinginan atau coolling antara pemotong dengan benda
kerjanya. Nah disitu kan terjadilah akumulasi kabut fium dari putaran mesin, kemudian memutarkan
coollant nya sendiri. Nah itu kan akhirnya terbang kemana, nah akhirnya kecium oleh karyawan
yang ada disitu. “
“itu kalau apakah termasuk
penyakit akibat kerja pak dan
sudah pernah ada medical check
up yang dilakukan pak?”
“iyaa iyaa, itu kan karena bisa menimbulkan paru-paru basah yah. Nah kalau di check itu belum,
tapi kalau check apa tuh namanya yang ditiup teh, tapi hanya di beberapa bagian yang cenderung
potensi dari vium atau apa namanya tuh, itu pernah. Apa namanya , ahh test paru-paru. Itu pernah
dilakukan di seluruh PT. Di yang memiliki potensi bahaya tinggi dengan aspek kimia yaitu termasuk
mungkin disitu.”
“Lalu pak bagaimana proses
dalam melakukan identifikasi
bahaya pak khususna di
Departemen Machining pak?”
“kalau di machining itu kalau di kita kan identifikasi lapangan, kemudian kita lengkapkan isian
blangko kosong dari kita mengenai identifikasi, jadi dari disitu dijelaskan nomor satu, dari proses
mesin, atau alatnya itu apa, karena kita berbicara identifikasi tuh bukan perproses atau bukan per
bagian, karena kalau sewaktu-waktu ada bagian tertentu berubah organisasi nanti berubah lagi,
jadi kita tuh diisini per mesin, per spesial proses dan per alat.”
Yaa itu, kita identifikasinya itu kesatu mengenal mesinnya seperti apa,kedua kita kita konversikan