BENTUK LAYANAN BIMBINGAN ROHANI PASIEN DALAM MEMBANTU PROSES KESEMBUHAN PASIEN DI LAYANAN KESEHATAN CUMA-CUMA(LKC) CIPUTAT Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) Oleh: INDAH CHABIBAH_ NIM: 107052002552 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2011 M
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BENTUK LAYANAN BIMBINGAN ROHANI PASIEN DALAM
MEMBANTU PROSES KESEMBUHAN PASIEN DI LAYANAN
KESEHATAN CUMA-CUMA(LKC) CIPUTAT
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh:
INDAH CHABIBAH_
NIM: 107052002552
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H / 2011 M
i
ABSTRAK
Indah Chabibah, Bentuk Layanan Bimbingan Rohani Pasien dalam Membantu
Proses Kesembuhan Pasien di Layanan Kesehatan Cuma-Cuma Ciputat,
dibawah bimbingan Dr. Asep Usman Ismail, MA
Sekarang ini banyak Rumah sakit yang hanya memberikan pelayanan secara
medis kurang memperhatikan pelayanan secara spiritual padahal menurut ketetapan
WHO yang baru ini orang bisa dikatakan sehat apabila mencakup 4 hal yaitu sehat
secara fisik, sehat secara psikologis, sehat secara sosial dan sehat secara spiritual.
Bimbingan rohani bagi pasien merupakan kegiatan yang di dalamnya terjadi
proses bimbingan dan pembinaan rohani kepada pasien di Rumah Sakit sebagai
bentuk upaya kepedulian kepada mereka yang sedang mendapat ujian dari Allah
SWT. Dalam kegiatan tersebut bagaimana seorang relawan dapat memberikan
ketenangan, kedamaian dan kesejukan hati kepada pasien dengan senantiasa
memberikan dorongan dan motivasi untuk tetap bersabar, tawakkal dan tetap
menjalankan kewajibannya sebagai Hamba Allah, dengan demikian akan membantu
kualitas kesembuhan pasien secara holistik.
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk layanan
Bimbingan Rohani Pasien yang ada di Layanan Kesehatan Cuma-Cuma ciputat dalam
membantu proses kesembuhan pasien di Layanan Kesehatan Cuma-Cuma Ciputat.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif, penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
diamati. Adapun yang menjadi subjek disini adalah pembina rohani selaku yang
melaksanakan program Bimbingan Rohani, selain itu pasien juga menjadi subjek
dalam penelitian ini karena pasien yang menerima layanan Bimbingan Rohani. Yang
menjadi objek penelitian ini adalah program Bimbingan Rohani pasien.
Berdasarkan hasil penelitian bentuk layanan bimbingan rohani pasien yang
ada di Layanan Kesehatan Cuma Cuma ada 2 macam kegiatan bimbingan rohani
yang pertama adalah Bimbingan Rohani Pasien Rawat Inap yaitu bimbingan rohani
yang diberikan kepada pasien rawat inap LKC, yang kedua yaitu bimbingan rohani
pasien rawat jalan yaitu buat pasien LKC yang berobat jalan atau rawat jalan,
biasanya berupa pengajian di masjid binaan LKC yang diadakan setiap sebulan sekali
yang wajib diikuti oleh member LKC.
ii
KATA PENGANTAR
Bimillahirrahmanirrahiim
Alhamdulilah wa syukurillah, segala puji bagi Allah SWT tuhan semesta
alam yang telah memberikan kita segala nikmat yang tak terhingga kepada
hambanya sampai detik ini, dan Shalawat serta salam semoga selalu senantiasa
terlimpahkan kepada baginda Muhammad SAW sehingga penulis dapat melewati
perjalanan akademis dan dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Model
Layanan Bimbingan Rohani Pasien dalam Membantu Proses Kesembuhan Pasien
di Layanan Kesehatan Cuma-Cuma Dompet Dhuafa Ciputat”.
Alhamdulillah pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini atas
usaha dan upaya yang telah penulis lakukan serta bantuan yang sangat berharga
dari beberapa pihak. Di tengah kesibukannya, mereka menyempatkan waktu luang
untuk berbagai informasi dan motivasi agar penulis mampu mewujudkan skripsi
ini. Maka dengan niat suci dan ketulusan hati, penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepada orang-orang atas segala bantuannya terutama kepada :
1. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Drs. Wahidin Saputra, MA
selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik, Drs. H. Mahmud Jalal, MA
selaku Pembantu Dekan Bidang Administrasi, Drs. Study Rizal LK, MA
selaku Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan.
2. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam. Terima kasih atas segala motivasi yang telah diberikan
hingga terselesaikannya skripsi ini. Maaf kalu selalu merepotkan ibu.
iii
3. Drs. Sugiharto, MA selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan
Islam. Terima kasih pak atas semuanya.
4. Teristimewa orang tua penulis, My great Mom Suriyah dan Alm. Amad
Kurdi yang ada di surga sana , Terima kasih penulis ucapkan yang telah
mengantarkan penulis hingga seperti sekarang dengan penuh kasih sayang,
doa, kesabaran, keikhlasan dan perjuangan hidup demi kelangsungan
pendidikan putra-putrinya, terima kasih untuk semuanya.
5. Dr. Asep Usman Ismail,M.A. selaku Pembimbing skripsi yang dengan sabar
telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis. Terima kasih atas
motivasinya bapak, sehingga bisa terselesaikannya skripsi ini. Syukron jiddan
buat semuanya pak
6. Para penguji yang telah memberikan masukan pada skripsi ini.
7. Para Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan dedikasinya, pengarahan, pengalaman, serta bimbingan kepada
penulis selama perkuliahan.
8. Untuk semua Kakak-kakak ku tersayang dan terbaik, Dra. Imronah, Drs. H.
Amir Ma’ruf, Mu’sodah, Bejo Mudzakir, Ida Zulifah,S.Pd.i, Alif Nur
Solihin,S.Pd.i, Faidloturrofiah, Amd. Terima kasih atas doa dan motivasi
yang tak henti diberikan sehingga terselesaikannya skripsi ini, penulis akan
berusaha tidak mengecewakan kalian. Terima kasih dan tetap selalu menjadi
penyemangat penulis.
9. Buat ponakan-ponakan ku Laras Azmil Abida, Patih Elkautsar Muhammad,
Ravi Dara Jeeta, Muhammad Nazalul Fawadz, Asfa Ihdal Mafaza, Isna fadia
Hayya, yang sudah mendukung dan menghibur penulis.
iv
10. Bapak Iwan selaku supervisi program di LKC yang telah banyak memberikan
informasi, pengalaman, dan memberikan semangat sehingga terselesaikan
skripsi ini. Maaf pak saya selalu merepotkan bapak
11. Ust Yazid selaku pembina Rohani pasien di LKC yang sudah meluangkan
waktunya sehingga dapat terselesaikan skripsi ini.
12. Seluruh Staf Karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Dakwah untuk
referensi buku-bukunya.
13. Hamdani Jabir yang tak pernah bosan memberi semangat dan membantu
penulis, selalu menjadi teman setia dalam suka dan duka, sehingga dapat
terselesaikannya skipsi ini. Terima kasih atas semua doa dan motivasinya ya
bby, semoga Allah membalas semua kebaikkan mu. Semoga kebersamaan
kita akan indah pada waktunya, Aminn....
14. “Geng Kor” (wiwin, vika, huwaida, dan Ilah) teman-teman seperjuangan ku,
yang tak pernah henti memberi semangat untuk penulis. Semoga pertemanan
kita terjalin sampai kakek nenek yaa...amiin
15. Untuk semua teman-teman ku seperjuangan di Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam, khususnya angkatan 2007, terima kasih atas
kebersamaannya, selama hampir 4 tahun lamanya kita berbagi satu sama lain,
semoga kita sukses selalu, dan tetaplah menjadi teman-teman terbaik bagi
penulis.
16. Teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu, penulis ucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya.
v
17. Yang terakhir gomawo buat opaa-oppaku Shinee, DBSK, Super Junior, dll,
yang sudah membantu menghilangkan rasa penat dan stres dalam
menyelesaikan skripsi ini. Saranghae oppa
Akhirnya penulis berharap semoga apa yang telah diberikan mendapatkan
balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT dan penulis berharap semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi yang membaca pada umumnya dan bagi keluarga besar
Bimbingan dan Penyuluhan Islam pada khususnya.
Jakarta, Mei 2011
Indah Chabibah
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK …………………………………………………………. ........ i
KATA PENGANTAR ………………………………………………........ ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………… vi
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………... ix
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………… 1
A. Latar Belakang Masalah ……………………………… 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ………………… 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................... 6
1. Tujuan Penelitian ………….……..………………... 6
2. Manfaat Penelitian ………………………………… 7
D. Tinjauan Pustaka ……………………………………… 7
E. Metodologi penelitian .................................................... 9
1. Metode penelitian ...................................................... 9
2. Subjek dan objek penelitian .....................................13
3. Tempat dan waktu Penelitian...................................13
4. Teknik pengumpulan data ........................................14
5. Sumber data ..............................................................15
6. Teknik analisa data ...................................................15
7. Keabsahan data .......................................................16
8. Teknik penulisan data...............................................17
F. Sitematika Penulisan ……………………………….......18
BAB II LANDASAN TEORI …………………………………… 20
A. Bimbingan Rohani .................…………………………..20
1. Pengertian Bimbingan Rohani ……………………...20
2. Tujuan dan fungsi bimbingan rohani ........................ 24
3. Metode Bimbingan Rohani ........................................26
4. Bentuk Bimbingan .................................................... 29
B. Pengertian Pasien ............................................................ 31
c. Penyimpulan atas apa yang disajikan, pengambilan kesimpulan
dengan menghubungkan dari tema tersebut sehingga memudahkan
untuk menarik kesimpulan.15
2. Subjek dan Objek Penelitian
Adapun yang menjadi subjek penelitian ini ada tiga subjek yang ingin
diteliti yang pertama yaitu kepala bidang atau ketua kegiatan Bimbingan
Rohani Pasien di Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) selaku yang
membuat konsep. Yang kedua yaitu petugas BRP yang melaksanakan
layanan BRP. Yang ketiga adalah pasien selaku penerima layanan BRP.
Sedangkan yang menjadi objek adalah layanan Bimbingan Rohani Pasien
di LKC ciputat.
3. Tempat dan waktu penelitian
Peneliti melakukan penelitian ini berlokasi di Layanan Kesehatan Cuma-
Cuma Dompet Dhuafa Ciputat Jl. Ir. H. Djuanda No 34 Ciputat Mega Mal D
01, Ciputat, Tangerang Selatan. Adapun alasan pemilihan lokasi itu didasari
oleh pertimbangan sebagai berikut : Lokasi penelitian mudah dijangkau oleh
peneliti, bertujuan untuk mengetahui bagaimana bentuk layanan Bimbingan
Rohani Pasien yang ada di LKC sehinga mempermudah peneliti menganalisis
data. Adapun waktu penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari sampai
dengan Mei 2011.
15Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1998. H.288
14
4. Pengumpulan Data
Berdasarkan permasalahan penelitian dan data-data yang dibutuhkan, maka
penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi yaitu aktifitas pengamatan meliputi kegiatan pemusatan
perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan alat indera.16
Dalam
penelitian ini, observasi dilakukan dengan cara berkunjung atau datang
langsung ke LKC ciputat untuk memperoleh sehingga data peneltian
didapatkan.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee)yang
memeberikan jawaban atas pertanyaan itu.17
Wawancara ditujukan pada
pelaksana bimbingan rohani pasien untuk memperkuat dan pelengkap data
pada penelitian ini. Wawancara dilakukan dengan cara face to face atau
berhadapan langsung, Dan dengan pasien yang rawat inap dan rawat jalan.
c. Dokumentasi
Data data yang diperoleh dari lapangan yaitu di LKC ciputat yang
berhubungan dengan maslah penelitian, baik dari sumber, dokumen formal,
buku-buku, artikel dan lain sebagainya.
16Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta:
PT.Rieneka Cipta,1996), h. 145. 17Moleong, Ibid, h. 186.
15
5. Sumber Data
Sumber data adalah subjek utama dalam proses penelitian masalah diatas:
Adapun sumber data dari penelitian ini adalah :
a. Sumber data primer, yakni data yang diperoleh langsung dari pembina
Rohani Pasien di LKC.
b. Sumber data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari buku-buku,
literatur, brosur dan artikel yang memiliki relevansi terhadap objek
penelitian ini.
6. Teknik analisa data
Yang dimaksud teknik analisa data adalah suatu proses penyederhanaan
data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan.18
Menurut Bogdan & Biklen yang dikutip oleh Lexy J Moleong mengemukakan
bahwa teknik analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data,mengorganisasikan data, memilah-milah menjadi bahan
yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan
pola,menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan
apa yang akan diceritakan kepada orang lain.19
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan tujuan
yang ingin dicapai, yaitu dari data yang terkumpul kemudian dijabarkan
dengan memberi interpretasi untuk kemudian diambil kesimpulan akhir.
18Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survai(Jakarta: LP3ES),1995,
cet ke-1. h. 263. 19Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 248.
16
Ada berbagai cara untuk menganalisa data, tetapi secara garis besarnya
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Reduksi data, yaitu dimana peneliti mencoba memilih data yang
relevan dengan proses layanan bimbingan rohani pasien bagi pasien yang
ada di Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC).
b. Penyajian data, setelah data mengenai proses layanan bimbingan
Rohani Pasien bagi pasien LKC serta hambatan-hambatannya diperoleh,
maka data tersebut disusun dan disajikan dalam bentuk narasi, visual
gambar, matrik, bagan, tabel dan lain sebagainya.
c. Penyimpulan atas apa yang disajikan, pengambilan kesimpulan
dengan menghubungkan dari tema tersebut sehingga memudahkan untuk
menarik kesimpulan.20
7. Keabsahan Data
a. Kredibilitas (derajat kepercayaan) dengan menggunakan teknik tringulasi,
yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu
yang lain, hal itu dapat dicapai dengan jalan; (a). membandingkan data
hasil pengamatan dengan hasil wawancara, misalnya untuk mengetahui
bimbingan merntal bagi gelandangan dan pengemis yang diberikan oleh
PSBK tersebut. (b). membandingkan keadaan dan prespektif sesorang
dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain, misalnya dalam hal
ini peneliti membandingkan jawaban yang diberikan oleh klien yang
menerima pelayanan dengan jawaban yang diberikan oleh pegawai atau
peksos. (c). membandingkan hasil wawancara dengan hasil dokumen
20 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1998)
17
yang berkaitan dengan masalah yang diajukan. Peneliti memanfaat
dokumen dan data sebagai bahan perbandingan.21
b. Ketekunan atau keajegan pengamatan, ketekungan pengamatan
bermaksud menentukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi-situasi
yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari.
Kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci,
maksudnya peneliti hanya memusatkan dan mencari jawaban sesuai
dengan rumusan masalah saja.22
c. Kepastian dengan teknik pemeriksaan audit, kepastian auditor dalam hal
ini ialah objektif atau tidak tergantung pada persetujuan beberapa orang
terhadap pandangan, pendapat dan penemuan seseorang. Dapatlah
dikatakan bahwa pengalaman sesorang itu subjektif, sedangkan jika
disepakati oleh beberapa orang barulah dapat dikatakan objektif.23
8. Teknik Penulisan Data
Dalam penulisan ini peneliti menggunakan teknik penulisan yang didasakan
pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi” yang diterbitkan
oleh CeQDA (Center For Quality Development and Assurance) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
21 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1998). h. 330-331 22 Ibid, h. 329 23 Ibid, h. 341
18
F. Sistematika Penulisan
Pembahasan dalam skripsi ini dibagi dalam lima BAB, adapun
penyusunannya sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar belakang masalah, batasan dan perumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan
sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Pada bab ini penulis menjelaskan tentang landasan teoritis yaitu
Pengertian Model, Pengertian Bimbingan Rohani, Tujuan dan
Fungsi Bimbingan Rohani, Pengertian Pasien, Konsep Sehat dan
Sakit.
BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG LKC DOMPET DHUAFA
CIPUTAT
Pada bab ini penulis mengemukakan akan membahas tentang
gambaran umum objek penelitian yang terdiri dari : Latar belakang
berdirinya, perkembangan Layanan Kesehatan Cuma-Cuma, visi
misi dan tujuan, program-program Layanan Kesehatan Cuma-
Cuma, Program Layanan Bimbingan Rohani Pasien.
BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA LAPANGAN
19
Pada bab ini berisi tentang temuan data yang terdiri dari : model
layanan BRP yang diberikan kepada pasien di Layanan Kesehatan
Cuma-cuma, Keadaan pasien sebelum dan sesudah mendapat
Bimbingan Rohani pasien.
BAB V PENUTUP
Meliputi uraian kesimpulan dan saran
20
20
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Bimbingan Rohani
1. Pengertian Bimbingaan Rohani
Pengertian bimbingan diartikan berbeda-beda oleh para tokoh, oleh karena itu
penulis ingin menguraikan istilah dari arti Bimbingan dan dari pendapat tokoh-
tokoh tersebut.
Istilah Bimbingan merupakan terjemahan dari bahasa inggris “guidance” yang
berasal dari kata kerja “to guide” yang berarti menunjukkan, menurut H.M. Arifin
Bimbingan berarti menunjukkan atau memberi jalan, atau menuntun orang lain ke
arah tujuan yang bermanfaat bagi hidupnya di masa kini
dan masa mendatang.1
Menurut crow dan crow pengertian guidance yaitu bantuan yang diberikan
kepada seseorang baik pria atau wanita, yang memiliki pribadi yang baik dan
pendidikan yang memadai, kepada individu dari setiap usia untuk menolongnya,
mengemudikan kegiatan hidupnya, mengarahkan pandangannya sendiri, membuat
pilihannya sendiri, memikul bebannya sendiri.2
Menurut Djumhur dan M. Surya, memberikan batasan mengenai
pengertian Bimbingan, yaitu suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus
dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya,
1H.M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama , Jakarta : PT.
Golden Terayon Press,1998, Cet, ke-6, h-1 2Djumhur dan M. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah , Bandung: CV. Ilmu,
1975, h.25.
21
agar tercapai kemampuan untuk memahami dirinya (self understanding),
kemampuan untuk menerima dirinya (self acceptence), kemampuan untuk
mengarahkan dirinya (self direction) kemampuan untuk merealisasikan dirinya
(self realization), sesuai dengan potensi kemampuan dalam yang menyesuaikan
dirinya baik dengan lingkungan keluarga maupun dengan masyarakat. Dan
bantuan itu diberikan oleh orang yang memiliki keahlian dan pengalaman khusus
dalam bidang tersebut.3
Menurut R.C Suhartian dan Bonar Simangunsong, Bimbingan adalah
“suatu bantuan yang diberikan kepada individu atau sekelompok individu dalam
menemukan kemampuan-kemampuan dari segi kehidupan masyarakat, agar
demikian nantinya individu atau sekelompok individu lebih sukses dalam
merencanakan rencana-rencana hidupnya.4 Selanjutnya Suhartian dan
Simangusong mengutip dari Bimo walgito, bahwa Bimbingan adalah “Bantuan
yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari
atau mengatasi kesulitan-kesulitan didalam hidupnya, agar supaya individu atau
sekumpulan individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.5
Rohani berasal dari kata “roh” yang berarti 1) sesuatu (unsur) yang ada
dalam jasad yang diciptakan Tuhan sebagai penyebab adanya hidup (kehidupan):
nyawa; jika sudah berpisah dari badan, berkahirlah kehidupan seseorang. Makhluk
3Ibid, h.28 4RI. Suhartin dan Bonar Simangunsong, Pembinaan Personil Melalui Bimbingan dan
Penyuluhan , Jakarta ; Paneindo, 1989, h. 17. 5Ibid, h.17.
22
hidup yang tidak berjasad, tetapi berpikiran dan berperasaan (malaikat, jin, setan,
dsb). Semangat,spirit, kedamaian bagi seluruh warga sesuai dengan islam.6
Dalam al-Quran dinyatakan bahwa ruh merupakan kesempurnaan dan
kekuasaan terhadap penciptaan manusia supaya menjadikan manusia tunduk
kepada Allah, dijelaskan dalam surah As-Shaad (38) ayat 72 :
“Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh
(ciptaan)Ku; Maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadaNya".
Dalam firman Allah yang lain, yakni dalam surah Al-Isra (17) ayat 85 :
“dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu Termasuk
urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".
Menurut firman tersebut dijelaskan bahwa sebagau manusia kita hanya
diberikan sedikit informasi tentang masalah ruh, misalnya gejala-gejalanya. Dan
selebihnya merupakan urusan Allah. Nabi SAW bersabda mengatakan :
“Ruh-ruh adalah himpunan yang terorganisasi, yang saling mengenal akan
bergabung dan yang tidak saling mengenal akan saling berselisih.”7
Menurut Imam Al-Ghazali yang dikutip oleh Jamaluddin Kafie, roh
mempunyai dua pengertian yaitu roh jasmani dan roh rohani. Yang dimaksud roh
6KBBI , Jakarta: Balai Pustaka, 2007, Cet. Ke-4, ed. 3, h. 960. 7Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam
Perspektif Islam , Jakarta : Kencana, 2004, h.58-59.
23
jasmani ialah zat halus yang berpusat di ruangan hati dan menjalar ke seluruh
tubuh, karenanya manusia dapat bergerak (hidup) dan dapat merasakan perasaan
serta dapat berfikir atau mempunyai kegiatan-kegiatan hidup kejiwaan. Sedangkan
roh rohani ialah sebagian dari yang ghaib. Dengan roh ini manusia dapat
mengenal dirinya sendiri dan mengenal tuhan serta menyadari keberadaan orang
lain (berkepribadian dan berketuhanan), serta bertanggung jawab atas segala
tingkah laku.8
Sedangkan pengertian Rohani berasal dari bahasa arab yang berarti “ruh”
sedangkan dalam kamus bahasa Indonesia arti “rohani” adalah roh yang bertalian
dengan yang tidak berbadan jasmaniah.9
Imam Al Ghazali berpendapat bahwa roh itu mempunyai dua pengertian,
yaitu roh jasmaniah dan roh rohaniah. Roh jasmaniah yaitu zat halus yang
berpusat di ruangan hati dan menjalar keseluruh tubuh, karenanya manusia dapat
bergerak (hidup) dan dapat merasakan berbagai perasaan serta dapat berfikir atau
mempunyai kegiatan-kegiatan hidup kejiwaan. Sedangkan roh rohaniah adalah
bagian dari yang ghaib. Dengan roh ini, manusia dapat mengenal dirinya sendiri
dan mengenal Tuhan, serta bertanggung jawab atas segala tingkah lakunya.
Menurut kaum sufi, “ruh adalah esensi kehidupan, ia bukan tubuh secara fisik
atau otak dan fikiran serta ingatan. Ruh memiliki dunia yang berbeda yang berasal
dari Tuhan dan seluruhnya milik Tuhan.10
8Jammaluddin Kaffie, Psikologi Dakwah , Surabaya: Indah, 1993, h. 15. 9Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka, cet. Ke-1, h. 850. 10Hakim Muinuddin, Penyembuhan Cara Sufi. Penerjemah Burhan Wira Subrata,
Jakarta: Lentera, 1999, Cet. Ke-1, h. 42.
24
Dari beberapa teori di atas maka penulis memilih salah satu teori yang
menjadi acuan yaitu dengan menggabungkan teori bimbingan djumhur dan teori
rohani Imam Al-Ghazali maka pengertian Bimbingan Rohani pasien yaitu suatu
proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu
dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk
memahami dirinya (self understanding), mengenal dirinya sendiri dan mengenal
tuhan serta menyadari keberadaan orang lain (berkepribadian dan berketuhanan),
serta bertanggung jawab atas segala tingkah laku. Karena menurut penulis teori
tersebut sesuai dengan kebutuhan pasien.
A. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Rohani Pasien
1. Tujuan dan Fungsi
a. Tujuan Bimbingan dan penyuluhan yaitu :
1) Untuk mengenal diri sendiri dan lingkungan
2) Untuk dapat menerima sendiri dan lingkungan secara positif
dan dinamis.
3) Untuk dapat mengambil keputusan sendiri tentang berabagai
hal.
4) Untuk dapat mengarahkan diri sendiri.
5) Untuk dapat mewujudkan diri sendiri.11
Tujuan Bimbingan Rohani Islam menurut Ainur Rahim Faqih
yakni:
11Slamito, Bimbingan di Sekolah , Jakarta: Bina Aksara, 1998, h. 10-12.
25
1. Membantu klien untuk mengembangkan pemahaman diri
sendiri sesuai dengan kecakapan, minat, pribadi dan
kesempatan yang ada.
2. Membantu proses sosialisasi dan sensivitas kepada kebutuhan
orang lain.
3. Memberikan dorongan di dalam pengarahan diri, pemecahan
masalah, pengambilan keputusan dan keterlibatan diri dalam
maslah yang ada.
4. Mengembangkan nilai dan sikap secara menyeluruh serta
perasaan sesuai dengan penerimaan diri.
5. Membantu di dalam memahami tingkah laku manusia.
6. Membantu klien untuk memperoleh kepuasan pribadi dan
dalam penyesuaian diri secara maksimum.
7. Membantu klien untuk hidup didalam kehidupan yang
seimbang dalam berbagai aspek fisik, mental dan sosial.12
b. Fungsi Bimbingan Rohani Pasien
Kemudian menurut Dewa Ketut Sukardi menjelaskan bahwa
ditinjau dari sifatnya layanan Bimbingan, dapat berfungsi :
a. Fungsi preventif, layanan Bimbingan ini dapat berfungsi
sebagai pencegahan, artinya merupakan usaha pencegahan
terhadap timbulnya masalah.
12Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam , Yogyakarta. UI Press,
2001,Cet. Ke-2, h. 54.
26
b. Fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan yang akan
menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak
tertentu.
c. Fungsi perbaikan, yaitu fungsi bimbingan yang akan
menghasilkan terpecahkannya atau teratasinya berbagai
permasalahan yang dialami individu.
d. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan, fungsi ini berarti
bahwa layanan bimbingan ini dapat membantu para individu
dalam memelihara dan mengembangkan keseluruhan
pribadinya secara mantap, terarah dan berkelanjutan.13
Pada dasarnya Bimbingan Rohani Islam merupakan aktualisasi teologi
yang dimanifestasikan dalam suatu kegiatan manusia beriman sebagai makhluk
sosial yang dilaksanakan secara teratur untuk membina dan mengarahkan manusia
agar aqidahnya mantap, keyakinannya kokoh, bertambahnya taqwa kepada Allah
SWT, taat melaksanakan ibadah dan memantapkan kesadaran beragama, sehingga
dapat membawa seseorang menjadi lebih tenang dalam menghadapi permasalahan
dan jauh dari rasa cemas.
B. Metode Bimbingan Rohani
Menurut H.M.Arifin, metode Bimbingan Rohani Islam yakni:
13Dewa Ketut Sukardi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah , Jakarta:
Rineka Cipta, 2000, h. 26-27.
27
a. Wawancara, salah satu cara memperoleh fakta-fakta kejiwaan yang dapata
dijadikan bahan pemetaan tentang bagaimana sebenarnya hidup kejiwaan
klien pada saat tertentu yanmemerlukan bantuan.14
b. Metode Group Guidance (bimbingan secara berkelompok), yakni cara
pengngkapan jiwa/batin oeh klien serta pembinaannya melalui kegiatan
kelompok seperti ceramah, diskusi, seminar,simposium, atau dinamika
kelompok (group dynamics), dan sebagainya.
c. Metode Non Direktif (cara yang tidak mengarahkan), metode ini
mempunyai dua macam yakni :
- Client Centered, yaitu cara pengungkapan tekanan batin yang
dirasakan menjadi penghambat klien dengan sistem pancingan yang
berupa satu dua pertanyaan yang terarah.
- Metode edukatif, yaitu cara pengungkapan tekanan perasaan yang
menghambat perkembangan belajar dengan mengorek sampai tuntas
perasaan/sumber perasaan yang menyebabkan hambatan dan
ketegangan.
d. Metode Psikoanalisa (penganalisaan jiwa), metode ini untuk memperoleh
data-data tentang jiwa tertekan bagi penyembuhan jiwa klien tersebut.15
e. Metode Direktif (metode yang bersifat mengarahkan), metode ini bersifat
mengarahkan kepada klien untuk berusaha mengatasi kesulitan (problema)
yang dihadapi. Pengarahan yang diberikan kepada klien ialah dengan
memberikan secara langsung jawaban-jawaban terhadap permasalahan
yang menjadi sebab kesulitan yang dihadapi/dialami klien.
14H.M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama , Jakarta : PT.
Golden Terayon Press,1998, Cet, ke-6, h. 44-50. 15Ibid.
28
f. Metode lainnya, seperti metode sosiometri yaitu suatu cara yang
dipergunakan untuk mengetahui kedudukan klien dalam kelompok.16
Ada pula metode-metode lain dalam Bimbingan Rohani yakni :
a. Metode AudioVisual
b. Metode dzikir, dzikir hanya akan memiliki nilai bila dilakukan sesuai
petunjuk Allah Swt dan Rasul-Nya, dzikrullah artinya mengingat Allah
SWT,mengingat sesuatu berarti menunjukkan hubungan hati dengan yang
diingat, ingatan ini berpusat di hati, akal dan lisan adalah alat bantu bagi
ingatan kita, adapun dzikirnya seperti ; Takbir, Tahmid dan Tasbih.17
c. Sholat
d. Puasa, menurut Al-Mawardi, selain mengatasi berbagai penyakit, puasa
juga melatih rohani atau jiwa manusia agar menjadi lebih baik. Temuan
terakhir kedokteran jiwa membuktikan bahwa puasa dapat meningkatkan
derajat perasaan atau Emotional Quaetion (EQ) manusia.18
Secara psikologis manusia tidak hanya diukur atau dinilai dari kecerdasan
atau Intelejent Quaetion (IQ)nya tetapi juga diukur dari EQnya. EQ
berpengaruh dalam pembentukan sifat-sifat seseorang anatara lain : sifat
dermawan, santun, sabar, rela berkorban, kasih sayang, dan rasa kepedulian.19
16H.M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama , Jakarta : PT.
Golden Terayon Press,1998, Cet, ke-6,h.44-50. 17Lembaran Dakwah Keluarga Marhamah, Menangis Mengingat Allah Swt. Edisi 460, h.
2. 18Al-Mawardi, Hikmah Puasa Tinjauan Ilmu Kedokteran, Jakarta: PT. Prima, 2001, Cet.
Ke-2, h.149. 19Al-Mawardi, Hikmah Puasa Tinjauan Ilmu Kedokteran, Jakarta: PT. Prima, 2001, Cet.
Ke-2, h.149.
29
Seandainya IQ berpengaruh pada bertambahnya rasa percaya diri dan
meningkatnya daya ingat serta daya nalar seseorang.
Dari segi kesehatan mental puasa erat kaitannya dengan kemampuan
mengendalikan diri, puasa merupakan wahana penempatan mental sehingga
ujian dan cobaan serta sikap menghadapi perjuangan dan pengorbanan yang
lebih berat. Puasa dapat melatih kedisiplinan dalam mengendalikan diri dari
amarah, nafsu ingin berkuasa, sikap berlebihan dan dari sikap merasa paling
benar.20
Metode Commulative Records, yaitu segala fakta yang diperoeh dari klien
dicatat secara teratur dan rapih didalam buku catatan untuk klien yang
bersangkutan serta disimpan baik-baik sebagai file (dokumen penting),pada
saat dituntaskan, catatan pribadi tersebut dianalisa dan diidentifikasi untuk
bahan pertimbangan tentang metode apa yang lebih tepat bagi bantuan yang
harus diberikan kepadanya.21
2. Bentuk Bimbingan
Bentuk-bentuk Bimbingan antara lain :
1. Layanan orientasi
2. Layanan informasi
3. Layanan penempatan dan penyaluran
4. Layanan Bimbingan Belajar
5. Layanan Konseling Perseorangan
6. Layanan Bimbingan Kelompok
20Ibid. h. 149. 21Al-Mawardi, Hikmah Puasa Tinjauan Ilmu Kedokteran, Jakarta: PT. Prima, 2001, Cet.
Ke-2, h.149.
30
7. Layanan Konseling Kelompok.22
Adapun bentuk-bentuk Bimbingan Islam antara lain:
1. Bimbingan dan penyuluhan jabatan (Vocational)
Bentuk ini berkenaan dengan maslaah jabatan atau kekayaan yang
perlu dipilih oleh individu, sesuai dengan kemampuan dan bakat-
bakat masing-masing untuk masa sekarang maupun masa
mendatang.
2. Bimbingan Penyuluhan Bidang Pendidikan (Sducational Guidance
dan Counseling)
Bentuk bimbingan Islam ini menyangkut tentang tentang
pengambilan keputusan mengenai lapangan studi yang akan
dipilih, yang berkaitan dengan kurikulum di sekolah dan perguruan
Tinggi, serta fasilitas pendidikan lainnya.
3. Bimbingan dan Penyuluhan Keagamaan (Religius Counseling)
Bentuk bimbingan ini diberikan seseorang yang bersifat
keagamaan, seperti melalui keimanan (keyakinan) menurut Islam,
yang bertujuan membantu memecahkan problematika terbimbing
dalam bidang keagamaan.
Bimbingan ini bersifat keagamaan, sebab menggunakan metode
pendekatan keagamaan dalam memberikan bimbingan rohaninya.23
Terbimbing tersadarkan melalui suatu hubungan sebab akibat
dalam rangkaian problem yang dihadapi. Selain itu, sisi
22ibid 23ibid
31
kejiwaannya disentuh dengan nilai-nilai keimanan yang mengisi
kekosongan spiritual dalam dirinya.24
C. Pengertian Pasien
1. Pengertian pasien
Kata pasien berasal dari kata bahasa Indonesia analog dengan kata
patient dari Bahasa Inggris. Patient diturunkan dari Bahasa latin yaitu
patient yang memiliki kesamaan arti dengan kata kerja pati yang
artinya menderita.25
Menurut “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, pasien adalah orang sakit:
yang dirawat oleh dokter; penderita sakit.26 Pasien adalah “Orang sakit,
penderita (sakit), baik itu yang menjalani rawat inap pada suatu unit
pelayanan kesehatan tertentu ataupun yang tidak. Dan seseorang
dikatakan sakit apabila orang itu tidak lagi mampu berfungsi secara
wajar dalam kehidupan sehari-hari karena fisiknya yang sakit atau
kejiwaannya yang tertanggu.27
Beberapa pengertian pasien, diantaranya :
a. Menurut Christine Brooker dalam bukunya Kamus Saku Perawat:
1) Pasien adalah penderita penyakit mendapatkan pengamanan medis
dan/atau asuhan keperawatan.
2) Klien yang memanfaatkan jasa pelayanan kesehatan.28
24ibid 25http://wikipedia.org.id/2009/0116/index. html, pada tanggal 12 maret 2011 jam 14.00. 26Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
b. Menurut Barbara F. Weller dalam buku Kamus Saku Perawat, pasien
adalah orang yang sakit atau yang menjalani pengobatan karena menderita
penyakit.29
2. Kondisi mental (kejiwaan) pasien
Ketika pasien sedang menghadapi, merasakan penyakit yang sedang di
deritanya, maka pada saat itu pula mentalnya terganggu. Karena badan dan
jiwa saling mempengaruhi. Pengaruh emosi yang ada dalam kehidupan
seseorang sangat berpengaruh pada kondisi kejiwaan (mental) sekaligus
agar menjaga kesehatan badannya. Dengan demikian, semakin jelas bahwa
setiap orang yang menderita sakit (pasien) maka gangguan mentalnya yang
ada pada dirinya cenderung dipengaruhi kondisi fisik dan psikisnya
masing-masing. Bila kondisi fisik dan psikisnya pun cenderung sedikit.
Akan tetapi, seandaimya kondisi fisik dan psikisnya kurang baik maka
gangguan mental yang dideritanya cenderung lebih berat.30 Selain kedua
kemungkinan itu, ada faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
gangguan mental (kejiwaan) terhadap pasien, antara lain sebagai berikut:
a. Usia, semakin tua seseorang maka pasien cenderung respek dengan
kegiatan Bimbingan Rohani.
b. Pendidikan, jika dilihat dari faktor ini tingkatan pendidikan
seseorang terlepas. Ia mempunyai pendidikan agama ataupun tidak
melibat ke arah itu.
29Barbara F. Weller, Kamus Saku Perawat, Jakarta: EGC,2005, h. 508. 30 Dadang Hawari, Al-Quran: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa , Jakarta: Dana
Bhakti Prisma Yasa, 1996, h.133.
33
c. Ekonomi, disamping pasien sedang menghadapi penyakitpun harus
juga memikirkan tentang biaya yang akan ditanggung selama ia
dirawat di Rumah Sakit.
Setelah mengamati sebab-sebab terjadinya gangguan mental yang
terjadi pada pasien, telah di dominasi oleh causa psikis, dan
permasalahan yang ada pada diri pasien adalah karena masalah
emosi yang ada pada diri mereka.31
3. Terapi Keagamaan Bagi Pasien
Terapi adalah suatu cara pengobatan yang dilakukan dokter kepada
pasien. Sedangkan yang dimaksud penulis disini adalah terapi pasien
melalui pendekatan keagamaan.
Terapi keagamaan menurut Dadang Hawari adalah suatu proses
penyadaran terhadap objek atau pasien diantaranya sebagai berikut :
a. Proses penyadaran melalui taubatan nasuha
b. Menyalurkan pasien melalui doktrin optimisme, memberikan
nasihat-nasihat misalnya: Tuhan Maha Pengampun, hidup ini
hanya sementara.
c. Pemberian motivasi yang tidak terlepas dari nilai-nilai spiritual dan
ritual.32
d. Proses aksi atau tindakan yang dilakukan baik dari aspek kognitif
yaitu dengan pemberian materi Al-Quran dan Hadits , Rukun Iman
dan Islam, Akhlaq, Tauhid dan Islamologis. Selanjutnya aspek
31ibid 32
Dadang Hawari, Al-Quran: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa ,Jakarta: Dana
Bhakti Prisma Yasa, 1996, h. 133
34
psikomotor, yaitu pelaksanaan sholat fardhu, sunnah, dzikir, doa,
puasa dan sebagainya. Setelah itu akan terlihat aspek afektif yaitu
kesabaran, kejujuran, kepatuhan, kedisiplinan dan amanah.33
D. Konsep Sehat dan Sakit
1. Konsep Sehat
Sehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit
akan tetapi juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek
fisik, emosi, sosial dan spiritual.
Menurut WHO (1947) Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu keadaan
yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari
penyakit atau kelemahan (WHO,1947). Definisi WHO tentang sehat mempunyai
karakteristik berikut yang dapat meningkatkan
konsep sehat yang positif (Edelman dan Mandle. 1994):
1. Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh.
2. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal.
3. Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.34
UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan adalah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup
produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus
dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan
sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan.
33
Dadang Hawari, Al-Quran: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa , Jakarta: Dana
Bhakti Prisma Yasa, 1996, h. 133.
34Iwan Purnawan, S.Kep,Ns, Konsep Sehat dan Sakit, yang diakses di
http://www.scribd.com/doc/8343666/Konsep-Sehat pada tanggal 5 mei 2011, pada pukul 21.00.
Dalam pengertian yang paling luas sehat merupakan suatu keadaan yang
dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan
lingkungan internal (psikologis,intelektual, spiritual dan penyakit) dan
eksternal(lingkungan fisik, social, dan ekonomi) dalam mempertahankan
kesehatannya.35
Dalam pengertian lain Sehat adalah suatu keadaan sejahtera (sempurna)
fisik, mental, dan sosial, tidak terbatas pada bebas dari penyakit dan kelemahan
saja.
Health is defined as a state of complete physical, mental, and social well being
and not marely absence of disease and infirmity.
Yang dimaksud dengan kesehatan ialah keadaan yang meliputi kesehatan
badan,rohani (mental), dan sosial dan bukan hanya keadaan yang bebas dari
penyakit cacat, dan kelemahan (UU RI No. 9/1960).36
Sehat adalah tidak hanya sehat dalam arti fisik, psikologis, dan sosial, tetapi sehat
dalam arti spiritual / agama. (Empat dimensi sehat : bio – psiko – sosio – spiritual
) (WHO, 1984).
Seseorang dikatakan sehat apabila ia memiliki tubuh jasmaniah yang
sehat, tidak berpenyakit, gizi yang baik, psike (mental) rukhaniyah yang tenang,
tidak gelisah, mempunyai kedudukan sosial yang baik, mempunyai kehidupan dan
rumah berlindung, serta dihargai sebagai manusia.37
Kesehatan adalah keadaan
35Iwan Purnawan, S.Kep,Ns, Konsep Sehat dan Sakit, yang diakses di
http://www.scribd.com/doc/8343666/Konsep-Sehat pada tanggal 5 mei 2011, pada pukul 21.00. 36Zuchairi Dahlan, Konsep Sehat dan Sakit, Blok Kesehatan Masyarakat, 16 April 2008.
H.2-6. 37Zuchairi Dahlan, Konsep Sehat dan Sakit, Blok Kesehatan Masyarakat, 16 April 2008.
keseriusan penyakit sehingga perlu dimotivasi untuk mendapatkan penanganan
atau mengembangkan perilaku pencegahan penyakit..
2. Pendidikan atau Tingkat Pengetahuan
Keyakinan seseorang terhadap kesehatan terbentuk oleh variabel intelektual
yang terdiri dari pengetahuan tentang berbagai fungsi tubuh dan penyakit latar
Belakang pendidikan, dan pengalaman masa lalu.
Kemampuan kognitif akan membentuk cara berfikir seseorang termasuk
kemampuan untuk memehami faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit
dan menggunakan pengetahuan tentang kesehatan untuk menjaga kesehatan
sendirinya.45
3. Persepsi tentang fungsi
Cara seseorang merasakan fungsi fisiknya akan berakibat pada keyakinan
terhadap kesehatan dan cara melaksanakannya.Contoh, seseorang dengan kondisi
jantung yang kronik merasa bahwa tingkat kesehatan mereka berbeda dengan
orang yang tidak pernah mempunyai masalah kesehatan yang berarti. Akibatnya,
keyakinan terhadap kesehatan dan cara melaksanakan kesehatan pada masing-
masing orang cenderung berbeda-beda. Selain itu, individu yang sudah berhasil
sembuh dari penyakit akut yang parah mungkin akan mengubah keyakinan
mereka terhadap kesehatan dan cara mereka melaksanakannya.
Untuk itulah perawat mengkaji tingkat kesehatan klien, baik data subjektif
yiatutentang cara klien merasakan fungsi fisiknya (tingkat keletihan, sesak napas,
ataunyeri), juga data objektif yang aktual (seperti, tekanan darah, tinggi badan,
45Ibid
40
dan bunyiparu). Informasi ini memungkinkan perawat merencanakan dan
mengimplementasikan perawatan klien secara lebih berhasil.46
4. Faktor Emosi
Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap kesehatan dan cara
melaksanakannya. Seseorang yang mengalami respons stres dalam setiap
perubahan hidupnya cenderung berespons terhadap berbagai tanda sakit, mungkin
dilakukan dengan cara mengkhawatirkan bahwa penyakit tersebut dapat
mengancam kehidupannya. Seseorang yang secara umum terlihat sangat
tenang mungkin mempunyai responsemosional yang kecil selama ia sakit.
Seorang individu yang tidak mampu melakukan koping secara emosional terhadap
ancaman penyakit mungkin akan menyangkal adanya gejala penyakit pada dirinya
dan tidak mau menjalani pengobatan.47
Contoh: seseorang dengan napas yang terengah-engah dan sering batuk
mungkin akan menyalahkan cuaca dingin jika ia secaraemosional tidak dapat
menerima kemungkinan menderita penyakit saluran pernapasan. Banyak orang
yang memiliki reaksi emosional yang berlebihan, yang berlawanan dengan
kenyataan yang ada, sampai-sampai mereka berpikir tentang resiko menderita
kanker dan akan menyangkal adanya gejala dan menolak untuk mencari
pengobatan.Ada beberapa penyakit lain yang dapat lebih diterima secara
emosional, sehingga mereka akan mengakui gejala penyakit yang dialaminya dan
mau mencari pengobatan yang tepat.48
5. Spiritual
46Ibid 47Iwan Purnawan, S.Kep,Ns, Konsep Sehat dan Sakit, yang diakses di
http://www.scribd.com/doc/8343666/Konsep-Sehat, pada tanggal 5 mei 2011, pada pukul 21.00. 48Iwan Purnawan, S.Kep,Ns, Konsep Sehat dan Sakit, yang diakses di
http://www.scribd.com/doc/8343666/Konsep-Sehat, pada tanggal 5 mei 2011, pada pukul 21.00.
1. Program Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Kader TB Dots, Pusat Informasi TB
Masyarakat (PIT Mas), Manajemen Laktasi, dan Peningkatan Kinerja Organisasi
melalui Pembelajaran Organisasi (PKOPO)
2. Program Konsultan Pendampingan Sarana Kesehatan
3. Program Pembangunan Sarana Kesehatan.12
F. Sistem kepesertaan LKC
Untuk menjaga amanah para donatur, LKC menggunakan sistem
kepesertaan dimana calon peserta mendaftar langsung ke LKC dengan mengisi
formulir dan menyerahkan fotokopi KTP, fotokopi Kartu Keluarga dan SKTM
(Surat Keterangan Tidak Mampu) dari kelurahan. Tim survey LKC akan
memverifikasi langsung untuk memastikan calon peserta tersebut benar-benar
dhuafa. Jika disetujui peserta akan memperoleh kartu peserta yang berlaku selama
setahun. Apabila masa berlakunya habis, maka Tim Survey kembali
memverifikasi langsung. Jika masih kategori dhuafa, maka kartu tersebut akan
diperpanjanguntuk jangka waktu 1 tahun berikutnya. 13
Yaa jadi di LKC itu harus jadi member dulu, yang pertama adalah
Mengajukan berkas ,diterima, diverifikasi, kemudian survey ketika
disurvey sudah layak, dan dalam survey kami sangat ketat yaa, kadang
12ibid 13LKC Dompet Dhuafa republika, Profil Lembaga Katalog Program, Ciputat 2008, h. 9.
51
ketika hari pertama kita dateng yang punya motor, tivi pada diumpetin,
terus kemudian kita survey yang kedua tiba tiba ada motor atau tivi
makanya kita lakukan survey sampai 8 kali lebih dilakukan secara
mendadak, karena orang yang lantainya ubin, punya sepeda itu tidak
layak untuk menjadi member llkc, karena lkc ini kan benar-benar di
desain khusus untuk kaum dhuafa, karena setiap member itu dapet kartu, 1
kartu itu untuk satu keluarga kalau sudah diterima kemudian di foollow up
dan bisa mendapat layanan yang ada.14
Menurut mukhtar, LKC dalam melakukan survey melakukan tiga kriteria:
a. Tingkat kedhuafaan, yang nilainya atau bobotnya mencapai 58 persen.
“dengan poin 51 saja dia sudah bisa masuk menjadi member. Jika dia full
dhuafa, tanpa dia sakit pun sudah bisa jadi member.
b. Kondisi kesehatan. Artinya apabila dia dalam kondisi sakit atau tidak atau
jika ada ibu hamil, kehamilannya itu dalam resiko tinggi atau tidak.
c. Indikator pelaku. “disini kita lihat ada atau tidaknya pelaku menyimpang
seperti pelacuran, minum minuman keras, narkoba, berjudi, “ujar mukhtar
seraya membenarkan indikator ini terkait dengan gaya hidup seseorang. “ya
kalau gaya hidupnya minum-minuman, berjudi seperti itu kita bisa anulir
jadi member.15
A. Bimbingan Rohani Pasien
Merupakan bagian integral dari bentuk pelayanan kesehatan dalam upaya
pemenuhan kebutuhan bio-Psyco-Socio-Spritual, yang komprehensif, karena pada
dasarnya setiap diri manusia terdapat kebutuhan dasar spiritual ( Basic spiritual
needs, Dadang Hawari, 1999 ).
14 Wawancara pribadi dengan pak iwan, LKC, pada tanggal 15 April 2011, pukul 15.00 15LKC Dompet Dhuafa, Asy Syifa No. 002 edisi ulang Tahun 2010, h. 30
52
Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi ketetapan
WHO yang menyatakan bahwa aspek agama ( spiritual ) merupakan salah satu
unsur dari pengertian kesehataan seutuhnya (WHO, 1984). Untuk itu pada 2003
Dompet Dhuafa Republika mulai mengadakan kegiatan pelayanan Bimbingan
Rohani Pasien di Rumah Sakit, sebagai langkah kongkrit untuk membantu pasien
dalam proses penyembuhannya.16
Bimbingan Rohani Pasien Adalah kegiatan yang didalamnya terjadi proses
bimbingan dan pembinaan rohani kepada pasien di Rumah Sakit sebagai bentuk
upaya kepedulian kepada mereka yang sedang mendapat ujian dari Allah SWT.
Dalam kegiatan tersebut bagaimana seorang relawan dapat memberikan
ketenangan, kedamaian dan kesejukan hati kepada pasien dengan senantiasa
memberikan dorongan dan motivasi untuk tetap bersabar, tawakkal dan tetap
menjalankan kewajibannya sebagai Hamba Allah.17
“Bimbingan Rohani Pasien adalah salah satu aktivitas yang dilakukan untuk
memberikan motivasi dorongan kepada pasien yang sedang mengalami sakit
dengan tujuan agar lebih baik dan tidak berputus asa terhadap sakit yang
dideritanya.”18
1. Visi, Misi, dan Tujuan
VISI
Menjadi program yang humanis dan mampu Meningkatkan kualitas
Kesembuhaan Pasien Melalui Layanan Spiritual
16LPM Dompet Dhuafa, Bimbingan Rohani Pasien, yang diakses pada http://www.lpm-
dd.com/?eks=program&a=viewfullteksperkategori&kat=BRP&id=62, pada tanggal 12 April,
pukul 13.00. 17BRP-LPM Dompet Dhuafa Republika, Kiat-Kiat dalam Menghadapi dan Mengatasi
Problem Pasien di Rumah Sakit , Ciputat 2010. 18Wawancara pribadi dengan pak iwan, LKC, pada tanggal 15 April 2011, pukul 15.00
Adapun untuk menjadi syarat sebagai pembina rohani tidak memerlukan
persyaratan yang begitu banyak, yang penting adalah basic keagamaannya.
Seperti yang dikatakan oleh ustadz yazid.
Kalu untuk saat ini belum ya , yang penting itu basic keagamaan kita saja,
gimana kita mau membimbing rohani kalu kita tidak punya basic
keagamaan yang bagus. Kalau masalah pendidikan untuk sekarang
memang belum ada standar tertentu tapi nanti mungkin akan diperlukan
orang berpendidikan untuk menjadi pembina bimbingan rohani pasien,
karena perkembangan zaman juga ya 24
.
24 Wawancara pribadi dengan ust. Yazid, Ciputat, 13 April 2011, pukul 14.00.
56
BAB IV
TEMUAN dan ANALISA
A. Temuan
I. Bentuk Layanan Bimbingan Rohani Pasien yang ada di Layanan
Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) Ciputat
Dari hasil penelitian tentang bentuk layanan Bimbingan Rohani Pasien
bagi pasien dalam membantu proses kesembuhan pasien di Layanan
Kesehatan Cuma-Cuma Ciputat adalah sebagai berikut :
1. Bimbingan Rohani Pasien bagi pasien Rawat Inap di LKC.
Bimbingan Rohani pasien Rawat Inap ini merupakan bimbingan
reguler untuk pasien rawat inap di LKC biasa disebut juga model cluster
karena bimbingan ini dilakukan di tiap cluster bagi pasien yang rawat
inap biasanya satu cluster di dampingi oleh satu pembina Rohani,
biasanya satu cluster sama dengan satu bed.1
Bimbingan ini dilakukan setiap hari oleh ustadz pada jam 15.00-17.00,
Bimbingan ini diberikan dalam bentuk motivasi dan pelaksanaan ibadah
(shalat) saat sedang sakit dan dibuatkan, bimbingan bukan diberikan
hanya kepada pasien tetapi juga kepada keluarga yang menunggu.2
Seperti yang dipaparkan oleh ustadz Yazid berikut ini:
“yaa yang pertama bimbingan untuk rawat inap, khususnya di
LKC ini ya karena kan disini itu khusus untuk dhuafa jadi
minimnya pengetahuan tentang agama makanya disinilah perlunya
1Wawancara pribadi dengan bapak Iwan, LKC, pada tanggal 15 April 2011, pukul 15.00 2 Panduan Program Pengelolaan Bimbingan Rohani Pasien LKC,
57
bimbingan rohani, karena ketika mereka mendapat musibah atau
penyakit mereka bingung bagaimana untuk melakukan shalat , nah
dari sini kita bimbingan agama selain itu juga memberi motivasi
kepada keluarga yang menunggu agar lebih tabah, tapi itu tadi
yang lebih penting ke rohaniahnya3
Adapun langkah-langkah dalam kegiatan Bimbingan Rohani Pasien Rawat
Inap adalah sebagai berikut :
Pra pelayanan:
a. Perhatikan pakaian dan peralatan lain yang dibutuhkan
b. Bawalah buku bimbingan rohani yang akan diserahkan ke pasien
c. Jagalah hubungan baik dengan pihak rumah sakit
d. Saat menuju ruang pasien ucapkan salam kepada para pengunjung
atau keluarga pasien dengan tersenyum
e. Ketuk pintu dengan lembut dan perkenalkan diri dengan singkat
dan ramah
f. Mohon izin kepada keluarga atau penunggu pasien untuk
bersilaturahmi dengan pasien
g. Apabila pasien dalam keadaan siap dan tidak mengganggu pelayanan
dapat dimulai
h. Usahakan sudah dapat mengetahui nama pasien
Proses pelayanan:
a. Perkenalkan diri secara khusus kepada pasien,
b. Lakukan wawancara singkat tentang penyakit atau aktifitas pasien
dengan bersahabat dan penuh empati
c. Tidak larut dalam kesedihan pasien
3 Wawancara pribadi dengan ust. Yazid, Ciputat, 13 April 2011, pukul 14.00.
58
d. Catatlah hal-hal yang dianggap perlu pada lembaran yang telah
dipersiapkan
e. Berikan sentuhan-sentuhan tangan terhadap pasien sebagai rasa
empati
f. Berikan pengertian untuk tetap sabar dalam menghadapi cobaan
(tetapi tidak menggurui)
g. Anjurkan untuk tetap melaksanakan sholat (praktekan tata cara
tayamum dan sholat sekemampuan pasien)
h. Bacakan beberapa ayat al-Qur’an dengan suara lembut
i. Bacakan do’a dengan bahasa Arab dan Indonesia untuk kesembuhan
pasien.
j. Berikan buku bimbingan rohani Islam
k. Proses pelayanan bimbingan minimal 10 menit dan maksimal 15
menit
l. Apabila memungkinkan pasien menandatangani lembar kunjungan
(dapat diwakilkan oleh keluarganya atau suster yang merawat)
m. Mohon diri dengan santun dan ucapkan salam.4
Seperti yang telah dijelaskan diatas, dari pra pelayanan sampai proses
pelayanan metode yang digunakan dalam model ini adalah metode direktif
kenapa direktif karena pendekatan yang digunakan secara langsung, jadi
kita langsung dateng pasien kemudian kita beri bimbingan dan
4 BRP-LPM Dompet Dhuafa Republika, Kiat – Kiat Dalam Menghadapi dan Mengatasi
Problem Pasien di Rumah Sakit, Ciputat, 2010, h. 3-4.
59
arahan.5Seperti kegiatan yang dilakukan awal sebelum bimbingan dimulai.
Yang ada dalam kutipan dibawah ini:
“hmmm pendekatannya ya biasa aja, datengin perkamar kita data,
kemudian kita tanya keluhannya, bertanya tentang kabar hari ini,
perkembangannya sudah sejauh mana, nanty dari jawaban itu kan
bisa di lihat disebut positif atau secara kejiwaan. Nah setelah itu
baru kita kasih bimbingan.”6
Selain menggunakan metode direktif model ini juga menggunakan Metode
dzikir, Seperti yang dibilang oleh pembina Rohani di dalam melakukan
bimbingan.
“Yaa biasanya kita lebih menekankan ke ibadah shalatnya dan
ibadah kepada Allah seperti dzikir, karena kita kan kita tahu yaa
kalau dengan dzikir dan selalu mengingat Allah itu bisa membuat
kita lebih tenang dan merasa lebih dekat dengannya, ketika kita
sedang sakit sebenernya kita kan sedang diuji sama Allah,
disitulah kita seharusnya lebih bisa mendekatkan diri kepada
Allah.”7
Pendekatan dalam model ini lebih condong ke Pendekatan psikodiagnostik
adalah memahami kepribadian pasien melalui penafsiran terhadap tanda-
tanda tingkah laku, gerak tubuh, sikap, penampilan, suara dll. Dengan
tujuan untuk dapat memberikan pertolongan dengan lebih tepat.8 Seperti
dalam kutipan wawancara dibawah ini:
”Yaa sebelum bimbingan kita kan mendengarkan keluhan pasien,
kemudian tanya perkembangan keadaan pasien, nah dari jawaban
itu kemudian kita bisa tahu kondisi pasien tersebut baru deh kita
kasih bimbingan.”9
Materi yang digunakan Dalam kegiatan Bimbingan Rohani mencakup pada
aspek rohani yaitu:
5Wawancara pribadi dengan bapak Iwan, LKC, pada tanggal 15 April 2011, pukul 15.00 6 Wawancara pribadi dengan ust. Yazid, Ciputat, 13 April 2011, pukul 14.00. 7 Wawancara pribadi dengan ust. Yazid pada, Ciputat, 13 April 2011, pukul 14.00
8Muhammad Rofiq Lubis, Tehnik Berkomunikasi dengan Pasien, Ciputat 2008. 9 Wawancara pribadi dengan ust. Yazid, Ciputat, 13 April 2011, pukul 14.00.
60
a. Bimbingan ibadah wajib
b. Bimbingan membaca al-Quran/ surat-surat pendek.
c. Bimbingan fiqih sakit
d. Bimbingan Akhlaq.10
2. Bimbingan Rohani Pasien bagi Rawat Jalan
Selain Bimbingan Rohani pasien bagi pasien rawt inap ada juga
Bimbingan bagi pasien rawat jalan, yaitu Bimbingan Rohani yang
diberikan kepada pasien tidak menginap di LKC atau yang hanya berobat
jalan. Terdapat poli Bimbingan Rohani Pasien setiap Selasa dan Kamis
jam 08.00-10.00 WiB, dilaksanakan oleh ustadz atau pembinaan aspek
rohani atau spiritual, dapat mendaftar langsung atau rujukan dari poli
umum atau spesialis.11Tetapi sekarang ini sudah tidak berdasarkan jadwal
yang ditentukan karena rawat jalan ini:
“Sesekali pas gak ada pasien rawat inap atau setelah bimbingan rawat
inap selesai, saya keliling dibawah bagian pendaftaran sambil mereka
menunggu, saya kasih bimbingan rohani, jadi bimbingan rohani ini bukan
untuk yang rawat inap saja ya, tapi yang berobat jalan juga kita kasih,
sebenernya kalu rawat jalan itu temporer saja kalu ada orang yang butuh
bimbingan dan konsul kita di panggil oleh dokter kemudian kita datengin
pasiennya.”12
Dalam kegiatan Bimbingan Rohani Pasien bagi pasien Rawat Jalan
diadakan pengajian member LKC. Pengajian member LKC ini adalah
salah satu program Bimbingan Rohani bagi pasien rawat jalan yang
dilakukan di luar atau non reguler yang berkerja sama dengan masjid-
10
Panduan Program Pengelolaan Bimbingan Rohani Pasien LKC 11Panduan Program Pengelolaan Bimbingan Rohani Pasien LKC 12Wawancara pribadi dengan ust. Yazid pada, Ciputat, 13 April 2011, pukul 14.00
61
masjid binaan yang ada di kelurahan Ciputat dan sekitarnya, yaitu masjid
binaan mitra LKC yang terbagi di 11 kelurahan yaitu Kedaung, Ciputat,
Sarua indah, Pisangan, Pondok Pinang , Jombang 1, Jombang 2, Cipayung,
Rengas, Pondok Ranji, Cempaka Putih, untuk bina rohani pasien yang
dilakukan diluar yaitu pengajian bina rohani pasien yang wajib diikuti oleh
member LKC13
Adapun langkah langkah dalam bimbingan rohani bagi pasien
rawat jalan ini adalah seperti halnya pengajian biasa atau ceramah agama
yang diikuti dengan diskusi yang dilakukan secara rutin setiap sebulan
sekali. Setiap member LKC wajib mengikuti pengajian binaan masjid
binaan LKC ini. Karena pengajian tersebut merupakan salah satu program
dari layanan Bimbingan Rohani Pasien yang ada di LKC. Adapun Rincian
kegiatannya sebagai berikut.
1. Pelaksanaan Pengajian satu bulan sekali untuk masing-masing Kelurahan
di kecamatan Ciputat, Pamulang dan kelurahan Pondok Pinang
2. Pelaksanan pengajian bulanan dilaksanakan pada hari kerja.
3. Pembicara eksternal LKC yang telah di sepakati oleh pimpinan LKC.
4. Pembina Rohani wajib memakai seragam baju koko LKC.
5. Peserta LKC, pembicara dan Bina Rohani harus memberikan tanda tangan
dalam Daftar Hadir sebagai tanda bukti untuk laporan keuangan tiap
bulan.
6. Receptionis membagikan kartu pengajian bagi peserta yang belum
mendapatkannya, guna optimalisasi kehadiran peserta di Pengajian
13 Wawancara pribadi dengan ust. Yazid pada, Ciputat, 13 April 2011, pukul 14.00
62
bulanan peserta LKC, untuk kemudian peserta di haruskan membawa
kartu pengajiannya setiap kali berobat bersama kartu anggotanya
7. Resepsionis di haruskan menanyakan kartu pengajiannya setiap kali
berobat.14
Metode yang digunakan dalam bimbingan ini adalah metode group
guidance karena bimbingan rohani ini diberikan secara kelompok bukan
dengan perorangan, biasanya dilakukan dengan cara ceramah dan
semacam diskusi kepada para member LKC yang mengikuti pengajian
binaan di masjid binaan LKC. Seperti yang dikatakan oleh ustad yazid:
“untuk bina rohani pasien yang dilakukan diluar yaitu pengajian bina
rohani pasien yang wajib diikuti oleh member LKC , dalam pengajian
tersebut diberikan bimbingan agama dan pelayanan kesehatan,
adapun materi yang diberikan adalah materi yang berhubungan
dengan agama dalam pemberian materi diberikan waktu satu jam
kemudian setelah itu tanya jawab tentang materi yang disampaikan,
banyak mereka yang responnya bagus, bahkan kadang-kadang ketika
pengajian itu selesai banyak yang ingin bercerita kepada saya.”15
Adapun pendekatan yang dilakukan juga secara kelompok. Dan lebih
mengarah ke pendekatan psikoterapi yaitu proses pengobatan dan
penyembuhan penyakit mental, spiritual, moral maupun fisik dengan
bimbingan dan pengajaran sesuai dengan petunjuk Al-qur’an dan sunnah.16
Untuk penyampaian materi yang pasti berhubungan dengan agama karena
bermaksud untuk menambah pengetahuan agama para member LKC agar
hidupnya terarah lebih baik lagi. Dan melihat dari kebutuhan para member
yang mengikuti pengajian.
14 LKC, SOP pelayanan terhadap pasien dan keluarga, 15Wawancara pribadi dengan ust. Yazid pada, Ciputat, 13 April 2011, pukul 14.00 16 Muhammad Rofiq Lubis, TehnikBerkomunikasi dengan Pasien, Ciputat, 5 juli 2008.
63
II. Keadaan Pasien sebelum dan Sesudah mendapat Bimbingan Rohani
Pasien.
1. Keadaan pasien sebelum mendapat Bimbingan Rohani Pasien
Sebelum mendapat bimbingan kebanyakan pasien merasakan
kegelisahan dan kecemasan seperti yang telah dikatakan dari beberapa
pasien dibawah ini:
Menurut Mulyati sebelum mendapat bimbingan dia merasa gelisah
dan putus asa. Menurutnya tidak ada jalan lain lagi selain menunggu
keajaiban, seperti yang dikatakan mulyati: sebelum itu saya hampir
berputus asa karena penyakit saya, saya sudah tidak tahu harus
bagaimana lagi. tapi alhamdulillah pak ustadz mengingatkan saya
kalau semuanya ini pasti akan kembali kepada yang menciptakan.17
Menurut pak Wawan sebelum mendapat bimbingan dia bingung
harus ngapain seperti yang dikatakannya sebelum dapet bimbingan
kan saya hanya diem ya bingung mau ngerjain apa, sedangkan saya
hanya terbaring di tempat tidur . yasudah saya Cuma diem saja saya
juga bingung ketika mau melaksanakan sholat harus gimana18
Menurut ibu Yustinah sebelum mendapat bimbingan rohani ia
merasa kurang mengontrol emosinya: “sebelum saya dapet bimbingan
rohani saya itu orangnya suka marah, terus rada emosian apalagi kan
saya sering sakit-sakitan kan, jadi bawaaannnya itu gimana gitu ka19
Menurut Herlan sebelum mendapat bimbingan dia merasa hampa :
“sebelum saya dapat bimbingan rohani saya Cuma diem aja, sesekali
17Wawancara pribadi dengan mulyati, LKC, pada tanggal 4 mei 2011, pukul 10.00. 18Wawancara pribadi dengan pak wawan, LKC pada tanggal 4 mei 2011, pukul 11.00 19Wawancara pribadi dengan ibu yustinah,LKC pada tanggal 5 mei 2011 pukul 13.00
64
sambil melamun memikirkan masa depan saya gimana nasibnya, jadi
saya bukannya tambah sembuh malah kepikiran yang enggak-enggak.20
2. Keadaan pasien setelah Bimbingan Rohani Pasien
Setelah bimbingan, pasien merasa lebih nyaman dan lebih pasrah
kepada Tuhan bahwa semuanya akan kembali kepadaNya. Seperti
ungkapan dibawah ini:
Menurut Mulyati setelah mendapat bimbingan ia merasa lebih
tenang dan lebih nyaman. “Perasaan saya pertamanya sih biasa aja ya dan
saya sedikit tenang, cuman saya jadi mikir kalu semuanya itu kan bakal
kembali kepada Allah ya.”21
Menurut pak Wawan setelah mendapat bimbingan rohani dia
merasa menadi lebih baik dari sebelumnya. “Setelah dapet bimbingan saya
merasa lebih baik ya dan sadar akan dosa-dosa saya, heheh.”22
Menurut bu Yustinah setelah mendapat bimbingan merasa lebih
banyak mendapat tentang pengetahuan agama. “Alhamdulillah ya setelah
saya ikut pengajian ini saya merasa senang saya merasa lebih tambah
pengetahuan yaaa, jadi ngerti gitu mana yang baik dan mana yang tidak”23
Menurut Herlan setelah mendapat bimbingan rohani dia merasa
lebih nyaman dan sadar akan dosa-dosa dia seperti yang dia katakan:
Perasaan saya sih awalnya biasa saja tapi lama kelamaan saya jadi sadar
20Wawancara pribadi dengan Herlan, LKC pada tanggal 5 mei 2011 pukul 13.30. 21 Wawancara pribadi dengan Mulyati, LKC, pada tanggal 4 mei 2011, pukul 10.00. 22Wawancara pribadi dengan pak Wawan, LKC pada tanggal 4 mei 2011, pukul 11.00 23 Wawancara pribadi dengan ibu Yustinah,LKC pada tanggal 5 mei 2011 pukul 13.00
65
kalau yang ngasih kesembuhan itu kan Allah jadi kita hanya bisa berusaha
dengan berobat24
Berdasarkan wawancara diatas, maka dapat dilihat bahwa empat pasien
yang telah diwawancarai ternyata sudah membantu proses dalam
kesembuhan pasien masing-masing walaupun dengan cara yang berbeda-
beda.
B. Analisis
I . Analisis Model kegiatan Bimbingan Rohani Pasien di LKC
Adapun bentuk kegiatan Bimbingan Rohani di LKC itu ada 2 macam yaitu :
1. Bimbingan Rohani bagi Pasien Rawat jalan dan Rawat inap
a. Bimbingan Rohani yang diberikan kepada pasien rawat inap .
Bimbingan rohani dilakukan untuk menghilangkan persaan-perasaan tidak
nyaman,gelisah, cemas, putus asa, perasaan ingin mengakhiri hidup dan
perasaan ini yang sering pasien rasakan. Sehingga perasaan-perasaan tersebut
dapat memperburuk kondisi kesehatan pasien. Oleh karena itu, untuk
menghilangkan atau meminimalisir sikap yang pasien rasakan pada umumnya,
dapat diselesaikan dengan pemecahan masalah atas dasar keimanan dan
keyakinan pasien terhadap Allah SWT. Sehingga pasien dapat merasakan dan
memperoleh ketenangan dalam hidup sesuai dengan harapannya. Karena:
Bimbingan Rohani pasien yaitu suatu proses pemberian bantuan yang terus
menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang
dihadapinya,agar tercapai kemampuan untuk memahami
dirinya(selfunderstanding), mengenal dirinya sendiri dan mengenal tuhan
serta menyadari keberadaan orang lain (berkepribadian dan berketuhanan),
24 Wawancara pribadi dengan herlan, LKC pada tanggal 5 mei 2011 pukul 13.30.
66
serta bertanggung jawab atas segala tingkah laku. Karena menurut penulis
teori tersebut sesuai dengan kebutuhan pasien.25
Seperti halnya dalam bimbingan yang diberikan bagi pasien yang
menginap di Layanan Kesehatan Cuma-Cuma, Bimbingan ini dulu rutin
dilakukan setiap hari oleh ustadz pada jam 15.00-17.00, tapi sekarang sudah
tidak terjadwal lagi dikarenakan ustadz atau pembina rohani tinggal satu orang
saja.
Bimbingan ini biasanya disebut dengan bimbingan cluster yaitu bimbingan
perkamar. Maksudnya disini adalah setiap kamar di didatangi oleh satu
pembina rohani untuk membimbing pasien yang sedang sakit dan memberikan
siraman rohani . Di LKC tersebut untuk ruang rawat inap sendiri ada
sembilan bed atau tempat tidur.
Bimbingan ini diberikan dalam bentuk motivasi dan pelaksanaan ibadah
(shalat) saat sedang sakit, yang dilakukan oleh ustdaz atau pembina rohani
datang ke kamar kemudian melakukan komunikasi dengan pasien seperti
menanyakan kabar pasien, terus keadaan pasien, dan perkembangan pasien,
mendengar keluhan pasien sesekali diberikan sentuhan sentuhan, kemudian
memberi nasihat, membacakan beberapa ayat-ayat suci al-Quran atau surat-
surat pendek, kemudian mendoakan pasien agar pasien cepat sembuh,
bimbingan bukan diberikan hanya kepada pasien tetapi juga kepada keluarga
yang menunggu.
25 Djumhur dan M. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Bandung: CV. Ilmu,
1975), h.25.
67
Adapun langkah-langkah dalam kegiatan Bimbingan Rohani Pasien Rawat
Inap adalah sebagai berikut :
Pra pelayanan:
a. Perhatikan pakaian dan peralatan lain yang dibutuhkan.
Sebelum melakukan bimbingan perlu diperhatikan pakaian dan peralatan
yang dibutuhkan karena penampilan juga penting. Kalau kita rapi dan
sopan pasti pasien akan ramah menerima kehadiran kita.
b. Bawalah buku bimbingan rohani yang akan diserahkan ke pasien
Sesekali membawa buku kecil panduan doa-doa untuk diberikan kepada
pasien yang sakit.
c. Saat menuju ruang pasien ucapkan salam kepada para pengunjung
atau keluarga pasien dengan tersenyum.
Karena Senyum adalah daya pikat nomor satu dalam perbedaan
mendasar antara senyum komunikasi, perlu diingat bahwa seorang
konselor agama/ pembimbing rohani dengan senyum-senyum yang lain,
adalah senyum yang tulus dan terpancar dari hati ( semua ini
tergantung dari keberhasilan dan tingginya keimanan kita saat itu )
sebelum bimbingan akan sangat membantu untuk senyum yang sangat
tulus.
Fungsinya yaitu : Membantu menghilangkan kecurigaan berlebihan dari
pasien, Menarik perhatian si pasien dan mau bertanya dengan kita, perlu
diingat bahwa pertanyaan dari pasien adalah kunci awal komunikasi
konselor dan pasien, tapi jangan buat pasien bertanya-tanya dengan
68
senyum kita buatlah senormal mungkin, Ekspresi perhatian terhadap
pasien, Diharapkan dapat menenangkan pasien.
d. Ketuk pintu dengan lembut dan perkenalkan diri dengan singkat
dan ramah.
Sebelum melakukan bimbingan terlebih dahulu memperkenalkan diri
agar bisa lebih dekat dengan pasien atau lebih kenal.
e. Mohon izin kepada keluarga atau penunggu pasien untuk
bersilaturahmi dengan pasien.
Setiap pembina rohani meminta izin kepada keluarga atau penunggu
untuk melakukan bimbingan rohani kepada pasien.
f. Apabila pasien dalam keadaan siap dan tidak mengganggu pelayanan
dapat dimulai.
g. Usahakan sudah dapat mengetahui nama pasien.
Sebelum melakukan bimbingan perlu mengetahui data pasien. Agar
lebih mudah untuk mengenal pasien dan penyakit pasien.
Proses pelayanan:
a. Perkenalkan diri secara khusus kepada pasien
Artinya kita perlu memperkenalkan dahulu siapa diri kita dan kita datang
untuk apa agar pasien merasa lebih nyaman dengan kedatangan kita.
Seperti 5 hal yang harus di perhatikan yaitu
b. Lakukan wawancara singkat tentang penyakit atau aktifitas pasien
dengan bersahabat dan penuh empati
c. Tidak larut dalam kesedihan pasien
69
Kita boleh berempati kepada pasien tapi tidak boleh terlalu larut nanti
yang ada pasien merasa sedih.
d. Catatlah hal-hal yang dianggap perlu pada lembaran yang telah
dipersiapkan.
Mencatat perkembangan pasien agar bisa mengetahui sudah sejauh mana
kesembuhan pasien.
e. Berikan sentuhan-sentuhan tangan terhadap pasien sebagai rasa
empati
f. Berikan pengertian untuk tetap sabar dalam menghadapi cobaan
(tetapi tidak menggurui)
g. Anjurkan untuk tetap melaksanakan sholat (praktekan tata cara
tayamum dan sholat sekemampuan pasien)
h. Bacakan beberapa ayat al-Qur’an dengan suara lembut
i. Bacakan do’a dengan bahasa Arab dan Indonesia untuk kesembuhan
pasien.
j. Berikan buku bimbingan rohani Islam
k. Proses pelayanan bimbingan minimal 10 menit dan maksimal 15
menit
l. Apabila memungkinkan pasien menandatangani lembar kunjungan
(dapat diwakilkan oleh keluarganya atau suster yang merawat)
m. Mohon diri dengan santun dan ucapkan salam.26
Point utama dalam hal santun adalah : dalam menyikapi pasien tanpa ada
rasa atau gaya yang menggurui walaupun kita sedang mengurai suatu
26 BRP-LPM Dompet Dhuafa Republika, Kiat – Kiat Dalam Menghadapi dan Mengatasi
Problem Pasien di Rumah Sakit, Ciputat, 2010, h. 3-4.
70
materi keagamaan di hadapan pasien.27 Hak seorang muslim yang lain
adalah jika bertemu saling memberi salam ( hadits ), dalam salam
terkandung syiar dan dalam salam bermakna ketenangan dan
ketentraman hati. 28 Adapun fungsinya yaitu Syi’ar , Antisipasi jika
ternyata pasien yang kita kunjungi adalah non muslim atau salah satu
keluarga ada yang non muslim, salam bisa menjadi kunci berharga
dalam komunikasi sesama muslim sehingga sudah dari awal jika ada
kesalahan data agama atau semacamnya pasien akan sadar bahwa
bimbingan rohani ini bukan untuknya, kalaupun ada penolakan dari
pasien sudah diidentifikasi sejak dini, Menenangkan dan
Kegiatan ini wajib dilakukan oleh member LKC karena layanan ini
merupakan konsep Bimbingan Rohani yang dilakukan diluar, bentuk
bimbingannya pun berbeda dengan bimbingan Rohani yang diberikan dalam
model cluster atau bimbingan per-kamar, kalau dalam pengajian Rohani itu
bentukya ceramah kemudian tanya jawab, selain itu juga ada penyuluhan
kesehatan. Pengajian ini bermaksud untuk menambah pengetahuan agama
dengan para member LKC jadi mereka dibekali pengetahuan agama yang
cukup.
Dan pengajian bina rohani ini bisa diikuti siapa saja termasuk yang rawat
inap atau rawat jalan, mereka yang pernah mendapat bimbingan cluster atau
74
bimbingan regular rawat inap pun bisa ikut pengajian bina rohani ini, yang
dilakukan sebulan sekali.
Pelaksanaan Pengajian satu bulan sekali untuk masing-masing Kelurahan
di kecamatan Ciputat, Pamulang dan kelurahan Pondok Pinang. Pelaksanan
pengajian bulanan dilaksanakan pada hari kerja, Pembicara eksternal LKC
yang telah di sepakati oleh pimpinan LKC, Pembina Rohani wajib memakai
seragam baju koko LKC, Peserta LKC, pembicara dan Bina Rohani harus
memberikan tanda tangan dalam Daftar Hadir sebagai tanda bukti untuk
laporan keuangan tiap bulan.
Receptionis membagikan kartu pengajian bagi peserta yang belum
mendapatkannya, guna optimalisasi kehadiran peserta di Pengajian bulanan
peserta LKC, untuk kemudian peserta di haruskan membawa kartu
pengajiannya setiap kali berobat bersama kartu anggotanya, Resepsionis di
haruskan menanyakan kartu pengajiannya setiap kali berobat.
Pengajian bina rohani menyiapkan kegiatan pengajian mulai dari :
a. Mengundang pembicara
Maksud mengundang pembicara disini adalah untuk mengisi materi
ceramah atau pengajian, kadang pengajian ini diisi oleh pembina rohani
atau ustadz kadang kadang juga mengundang pembicara.
b. Membuat pengumuman peserta
Biasanya seminggu sebelum diadakan pengajian para member LKC sudah
diberitahu bahwa ada pengajian mengenai tempat dan waktunya, pengajian
ini dilakukan bergilir di 12 kelurahan yang sudah disebutkan diatas.
c. Menunujuk tugas moderator
75
Seperti acara ceramah pada umumnya di pengajian ini juga ada moderator
yang mengatur acara dan materi yang disampaikan.
d. Menyiapkan daftar hadir
Setiap peserta atau member LKC yang ikut pengajian wajib mengisi daftar
hadir karena sebagai bukti kalau sudah mengikuti pengajian.
e. Konsumsi (sncak)
Seperti biasa setiap ada pengajian atau ceramah pasti selalu ada konsumsi
atau snack, karena pengajian ini berlangsung lumayana lama yaitu sekitar
dua jam.
Pengajian ini dilaksanakan sesuai jadwal dimulai dengan membaca surat
yasin, penyampaian materi pengajian kemudian doa dan penutup.
Biasanya setelah pengajian selesai banyak member LKC yang curhat, sharing
tentang maslahnya, kemudian dari tim pembina rohani berusaha mengarahkan
dan membimbing agar member LKC itu bisa menemukan jalan keluarnya
sendiri dan menjadi orang yang lebih baik. Adapun metode yang digunakan
yaitu:
“Metode Group Guidance (bimbingan secara berkelompok), yakni cara
pengungkapan jiwa/batin oeh klien serta pembinaannya melalui kegiatan
kelompok seperti ceramah, diskusi, seminar,simposium, atau dinamika
kelompok (group dynamics), dan sebagainya.”32
Pengajian ini menggunakan group guidance karena pengajian ini adalah
bimbingan yang dilakukan secara kelompok bukan perorangan lagi, dengan
cara ceramah yang disampaikan oleh pembina rohani LKC. pendekatan yang
dilakukan disini adalah
32H.M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama (Jakarta : PT.
Golden Terayon Press,1998), Cet, ke-6, h-1
76
pendekatan psikoterapi yaitu proses pengobatan dan penyembuhan
penyakit mental, spiritual, moral maupu fisik dengan bimbingan dan
pengajaran sesuai dengan petunjuk Al-qur’an dan sunnah.33
Karena disini dilakukan pendekatan bukan hanya orang yang sedang sakit
saja tetapi orang yang sehat juga bisa ikut pengajian tersebut karena tujuan
dari pengajian ini adalah untuk membantu member LKC menjadi orang yang
lebih baik sesuai dengan pedoman Al-qur’an dan sunnah.
Kelebihan dari pengajian ini adalah bimbingan bisa dilakukan secara
kelompok atau sekaligus yaitu dengan menentukan tema yang ingin
disampaikan, selain itu semua member bisa menambah pengalaman tentang
agama bagi semua member LKC, bukan hanya yang dirawat inap atau rawat
jalan tetapi mereka yang sudah resmi menjadi member. Kelemahannya adalah
kurang fokus atau tidak terlalu mendetail pada permasalahan yang dimiliki
oleh pasien dikarenakan bimbingan ini diberikan secara kelompok bukan
individu lagi.
Adapun deskripsi dari 2 kegiatan yang dilakukan dalam Bimbingan Rohani
mencakup pada aspek rohani yaitu:
a. Bimbingan ibadah wajib.
Yaitu bimbingan yang diberikan kepada pasien dalam melakukan ibadah
kepada Allah, seperti halnya shalat, dzikir, dan lain sebagainya seperti
yang dikatakan oleh pembina Rohani yaitu:
Yaa biasanya kita lebih menekankan ke ibadah shalatnya dan
ibadah kepada Allah seperti dzikir, karena kita kan kita tahu yaa
kalau dengan dzikir dan selalu mengingat Allah itu bisa membuat
33Muhammad Rofiq Lubis, TehnikBerkomunikasi dengan Pasien, Ciputat, 5 juli 2008.
77
kita lebih tenang dan merasa lebih dekat dengannya, ketika kita
sedang sakit sebenernya kita kan sedang diuji sama Allah,
disitulah kita seharusnya lebih bisa mendekatkan dari Allah.34
b. Bimbingan membaca al-Qur’an.
Dalam bimbingan ini pasien juga diajarkan mengaji, karena dengan
mengaji bisa membuat hati kita lebih tenang, dengan mengkaji al-Quran
kita juga bisa tahu mana yang baik dan mana yang tidak.
c. Bimbingan fiqh sakit.
Definisi dari bimbingan fiqih sakit itu sendiri adalah suatu Ilmu
tentang hukum Islam yang berlaku bagi orang yang sakit.35
Secara harfiah
fiqih sakit terdiri dari dua kata: yaitu Fiqih dan Sakit. Fiqih berarti ilmu
tentang hukum islam, sedangkan sakit berarti tidak terasa nyamannya
tubuh ( bagian tubuh) karena menderita sesuatu (demam, sakit perut, dan
sebagainya). Untuk memahami fiqh sakit yaitu Pengetahuan tentang
hukum Islam yang berlaku bagi orang yang sedang sakit, diberikannya
kekhususan ibadah bagi orang sakit dikarenakan adanya kemudahan dari
Allah SWT kepada hamba-Nya sehingga selama sakit tidak ada yang
menghalanginya secara syar’i untuk menjalankan ibadah sebagai
kewajibannya, misalnya dalam hal bersuci bagi orang yang sedang sakit
juga diberi kemudahan misalnya bagi orang Sakit yang mampu berwudhu
orang sakit yang tidak mendapatkan kesulitan di luar batas kemampuannya
saat berwudhu, tidak mendapatkan mudharat atau bahaya, tidak merasa
34Wawancara pribadi dengan ust. Yazid pada, Ciputat, 13 April 2011, pukul 14.00 35Ust. Abdul Muhit,S.Pdi, FIQIH BAGI PASIEN(Tuntunan Ibadah Untuk Orang Sakit),
2008, h.2
78
sakit.36
Sakitnya tidak bertambah parah berdasarkan rekomendasi seorang
dokter atau berdasarkan pengalaman pribadi atau dia tidak mampu namun
mendapatkan orang yang membantunya untuk berwudhu tanpa
mendapatkan mudharat dan bentuk lain dari bentuk-bentuk kemampuan.
Orang seperti ini wajib berwudhu yang dengannya akan diberi
pahala jika melakukannya dan berdosa bila tidak melakukannya serta
sholatnya tidak sah. Nabi bersabda: “ALLAH tidak menerima Sholat salah
seorang di antara kamu jika berhadats hingga dia berwudhu”, Ketika
berwudhu ia wajib mengerjakan seluruh fardu wudhu, yaitu : mulai dari
niat, membasuh wajah, membasuh tangan hingga sikut.37
Adapun Sholat
untuk orang sakit yaitu Syarat sah sholat: Suci dari najis
(badan,pakaian,tempat), suci dari hadats (besar, kecil ), menutup aurat,
menghadap kiblat, masuk waktu sholat. Dan tata cara bersuci yaitu Orang
sakit yang mampu berwudhu; wajib seluruh fardhu wudhu sebagaimana
orang sehat, Orang sakityang tidak mampu berwudhu; diwajibkan kepada
mereka untuk melakukan tayammum, Orang sakit yang tidak mampu
berwudhu & tayammum dikarenakan tidak menemukan debu/
menjadikannya berbahaya, diperbolehkan melaksanakan shalat tanpa
berwudhu & tayammum.
Orang yang sedang sakit wajib melaksanakan shalat fardhu
walaupun harus membungkuk atau berpegang pada dinding/ tongkat, Jika
36Ust. Abdul Muhit,S.Pdi, FIQIH BAGI PASIEN(Tuntunan Ibadah Untuk Orang Sakit),
2008, h.2-3. 37Ust. Abdul Muhit,S.Pdi, FIQIH BAGI PASIEN(Tuntunan Ibadah Untuk Orang Sakit),
2008, h.2-3.
79
tidak sanggup berdiri, boleh melakukannya dalam keadaan duduk, jika
tidak sanggup, berbaring pada lambungnya dalam keadaan menghadap
kiblat, jika tidak sanggup, telentang dengan kedua kaki ke arah kiblat.
Untuk gerakan ruku’ dan sujud boleh menggunakan isyarat. Orang sakit
wajib melakukan shalat di setiap waktunya. Jika merasa kepayahan ia
boleh menjama’ ( baik jama’ taqdim maupun jama’ ta’khir).
Yang perlu diperhatikan ketika kita sedang sakit adalah Sabar
dalam menghadapi musibah, Berbaik sangka kepada Allah, tawakal atau
berserah diri, banyak bersyukur kepada Allah, memperbanyak istighfar &
menghisab diri.38
d. Bimbingan Akhlaq.
Yaitu bimbingan tentang akhlaq dan perilaku yang disesuaikan dengan al-
quran dan Sunnah.
II. Analisis pasien sebelum dan sesudah mendapat Bimbingan
Rohani.
1. Pasien sebelum mendapat bimbingan
Dari hasil penelitian diatas ternyata memang betul pasien sebelum mendapat
bimbingan banyak yang mengalami kegelisahan dan kecemasan berlebih dan
rasa ketakutan akan kematian, seperti yang diungkapkan beberapa pasien di
bawah ini:
Menurut mulyati ia merasa gelisah dan tidak tenang seperti yang dikatakan
olehnya :
38Ust. Abdul Muhit,S.Pdi, Fiqih Bagi Pasien(Tuntunan Ibadah Untuk Orang Sakit), 2008,
h.4-6.
80
“sebelum itu saya hampir berputus asa karena penyakit saya, saya sudah
tidak tahu harus bagaimana lagi..39
a. Mulyati ini adalah salah satu pasien di LKC yang mengidap
penyakit kanker, dulunya ia sempat di rawat di RSCM , setelah menjadi
member LKC. Tim dari LKC sering hadir ke rumahnya (home care)
untuk mengetahui keadaan mulyati dan memberikan bimbingan rohani
karena ia merasa sudah tidak berdaya, tidak tahu apa yang harus
dilakukan.
b. Sedangkan menurut Menurut pak Wawan sebelum mendapat
bimbingan dia bingung harus melakukan apa, seperti yang dikatakannya:
sebelum dapet bimbingan kan saya hanya diem ya bingung mau ngerjain
apa, sedangkan saya hanya terbaring di tempat tidur . yasudah saya
Cuma diem saja saya juga bingung ketika mau melaksanakan sholat
harus gimana40
pak Wawan adalah salah satu pasien di LKC yang mengidap penyakit
thipus sudah 2 minggu dia dirawat di LKC, dia merasa bingung dan tidak
tahu apa yang harus dilakukan kecuali hanya berbaring tidur dan menahan
rasa sakit.
c. Menurut ibu Yustinah sebelum mendapat bimbingan rohani ia merasa
kurang mengontrol emosinya:
“sebelum saya dapet bimbingan rohani saya itu orangnya suka marah,
terus rada emosian apalagi kan saya sering sakit-sakitan kan, jadi
bawaaannnya itu gimana gitu ka41
Ibu Yustinah adalah salah satu pasien LKC yang sudah hampir 7 tahun lebih
menjadi member LKC, ibu Yustinah ini menderita sakit lambung, ibu
39Wawancara pribadi dengan mulyati, LKC, pada tanggal 4 mei 2011, pukul 10.00. 40Wawancara pribadi dengan pak wawan, LKC pada tanggal 4 mei 2011, pukul 11.00. 41Wawancara pribadi dengan ibu yustinah,LKC pada tanggal 5 mei 2011 pukul 13.00
81
Yustinah ini merupakan pasien yang aktif ikut pengajian bina rohani pasien
yang diadakan oleh LKC.
d. Menurut Herlan sebelum mendapat bimbingan dia merasa hampa.
“sebelum saya dapat bimbingan rohani saya Cuma diem aja, sesekali
sambil melamun memikirkan masa depan saya gimana nasibnya, jadi saya
bukannya tambah sembuh malah kepikiran yang enggak-enggak.42
Herlan merupakan pasien yang menderita sakit tumor. Dia terbilang masih
muda umurnya baru 17 tahun, dia merasa sedih dan tidak tahu apa yang harus
dilakukan.
2. Keadaan Pasien setelah Bimbingan Rohani Pasien
Pasien yang sudah mendaat bimbingan merasa lebih baik dan merasa lebih
tenang dan nyaman berbeda ketika mereka belum mendapat bimbingan rohani.
Karena:
Spiritual seseorang akan mempengaruhi cara pandangnya terhadap
kesehatan dilihat dari perspektif yang luas. Fryback (1992) menemukan
hubungan kesehatan dengan keyakinan terhadap kekuatan yang lebih
besar, yang telah memberikan seseorang keyakinan dan kemampuan
untuk mencintai. Kesehatan dipandang oleh beberapa orang sebagai
suatu kemampuan untuk menjalani kehidupan secara utuh. Pelaksanaan
perintah agama merupakan suatu cara seseorang berlatih secara
spiritual.43
Seperti yang diungkapkan pasien dibawah ini :
a. Menurut Mulyati setelah mendapat bimbingan ia merasa lebih tenang dan
lebih nyaman. “Perasaan saya pertamanya sih biasa aja ya dan saya sedikit
tenang, cuman saya jadi mikir kalu semuanya itu kan bakal kembali
kepada Allah ya.”44
Disini terlihat bahwa bimbingan rohani ini membantu
42 Wawancara pribadi dengan herlan, LKC pada tanggal 5 mei 2011 pukul 13.30. 43http://www.scribd.com/doc/8343666/Konsep-Sehat yang diakses pada tangal 10 mei
2011 44Wawancara pribadi dengan mulyati, LKC, pada tanggal 4 mei 2011, pukul 10.00.
dan mengarahkan pasien ke arah yang lebih baik, karena prinsip
bimbingan:
Menurut H.M. Arifin Bimbingan berarti menunjukkan atau
memeberi jalan, atau menuntun orang lain ke arah tujuan yang
bermanfaat bagi hidupnya di masa kini dan masa mendatang.”45
b. Menurut pak Wawan setelah mendapat bimbingan rohani dia merasa
menjadi lebih baik dari sebelumnya. “Setelah dapet bimbingan saya
merasa lebih baik ya dan sadar akan dosa-dosa saya, heheh.”46
Pasien merasakan perbedaan ketika sesudah mendapat bimbingan dia
merasa menjadi lebih baik dari sebelumnya. Karena sudah dijelaskan
bahwa fungsi dari bimbingan itu salah satunya adalah :
Fungsi pemeliharaan dan pengembangan, fungsi ini berarti bahwa
layanan bimbingan ini dapat membantu para individu dalam memelihara
dan mengembangkan keseluruhan pribadinya secara mantap, terarah dan
berkelanjutan.47
Disini bisa dilihat perkembangan bapak wawan setelah mendapat
bimbingan dia sadar akan dirinya yang masih banyak dosa dan ingin
berusaha memperbaiki dirinya untuk menjadi lebih baik lagi.
c. Menurut bu Yustinah setelah mendapat bimbingan merasa lebih banyak
mendapat tentang pengetahuan agama. “Alhamdulillah ya setelah saya ikut
pengajian ini saya merasa senang saya merasa lebih tambah pengetahuan
yaaa, jadi ngerti giu mana yang baik dan mana yang tidak”48
Ibu yustinah merasa senang ketika sudah mendapat bimbingan karena dia
merasa bertambah pengetahuan tentang agama yang bisa menjadikan
45H.M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama (Jakarta : PT.
Golden Terayon Press,1998), Cet, ke-6, h-1 46Wawancara pribadi dengan pak wawan, LKC pada tanggal 4 mei 2011, pukul 11.00 47Dewa Ketut Sukardi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Jakarta:
Rineka Cipta, 2000), h. 26-27. 48Wawancara pribadi dengan ibu yustinah,LKC pada tanggal 5 mei 2011 pukul 13.00
83
pedoman hidupnya. Karena menurutnya dia bisa mengetahui yang benar
dan salah dari agama yang menjadi pedomannya. Salah satu tujuan
bimbingan yaitu:
Mengembangkan nilai dan sikap secara menyeluruh serta
perasaan sesuai dengan penerimaan diri.49
Dan disini ibu yustinah bisa mengembangkan dirinya melalui
pedoman yang dia sudah tahu mana yang baik dan mana yang benar
setelah mengikuti bimbingan rohani.
d. Menurut Herlan setelah mendapat bimbingan rohani dia merasa lebih
nyaman dan sadar akan dosa-dosa dia seperti yang dia katakan: Perasaan
saya sih awalnya biasa saja tapi lama kelamaan saya jadi sadar kalau yang
ngasih kesembuhan itu kan Allah jadi kita hanya bisa berusaha dengan
berobat50
Dalam tujuan bimbingan rohani ada yang namanya :
Membantu klien untuk mengembangkan pemahaman diri sendiri
sesuai dengan kecakapan, minat, pribadi dan kesempatan yang
ada.51
Herlan merasa lebih nyaman setelah mendapat bimbingan rohani,
menurutnya dia juga sudah berusaha agar cepat sembuh, tetapi Allah lah
yang menentukan dia hanya bisa berusaha dengan cara berobat.
49Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam (Yogyakarta. UI Press,
2001),Cet. Ke-2, h. 54 50Wawancara pribadi dengan herlan, LKC pada tanggal 5 mei 2011 pukul 13.30. 51Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam (Yogyakarta. UI Press,
2001),Cet. Ke-2, h. 54.
84
Jadi dari beberapa kegiatan bimbingan rohani yang ada di LKC sudah membantu
dalam proses kesembuhan pasien. Bukan hanya sehat secara fisik tapi juga sehat
rohani.
85
Bab V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, sebagaimana
telah di uraikan dalam pembahasan pada bab sebelumnya, maka peneliti
mencoba menyimpulkan bahwa Bentuk Layanan Bimbingan Rohani Pasien itu
ada 2 macam. Peneliti mencoba untuk menguraikan kesimpulan sebagai
berikut:
1. Bentuk Kegiatan Bimbingan Rohani ada 2macam yaitu :
a. Bimbingan rohani bagi pasien rawat inap.
Bimbingan reguler atau cluster, yaitu salah satu bimbingan yang
dilakukan bagi pasien rawat inap yang ada di LKC, bimbingan ini
dilakukan per kamar. metode yang digunakan dalam bimbingan ini
adalah metode direktif karena pendekatannya dilakukan secara
langsung atau face to face berhadapan langsung dengan pasien.
b. Bimbingan Rohani Pasien bagi pasien rawat jalan.
Bimbingan ini diberikan kepada pasien yang berobat jalan atau rawat
jalan. Biasanya dilakukan dengan cara pengajian masjid binaan LKC
Pengajian member LKC binaan ini adalah salah satu program BRP
yang dilakukan di luar yang bekerja sama dengan masjid-masjid di
kelurahan ciputat dan sekitarnya. Pengajian ini diwajibkan bagi
member LKC. Karena pengajian ini bertujuan untuk memperdalam
pengetahuan agama kepada para member LKC. Adapun metode yang
digunakan dalam pengajian ini adalah metode group guidance karena
86
disini bimbingan ini dilakukan secara kelompok yaitu dalam bentuk
ceramah dan diskusi.
B. SARAN
Tanpa mengurangi rasa hormat atas kerja keras yang dilakukan pihak
panti dan dengan disertai keterbatasan seoarang peneliti sebagai manusia biasa
yang memiliki keterbatasan dan tak luput dari kesalahan yang baru belajar
tentang pengetahuan Bimbingan Rohani Pasien, di bawah ini akan di catat
beberapa rekomendasi yang barang kali mampu memberikan masukan bagi
Lembaga Kesehatan Cuma-Cuma untuk kinerja dan ektifitas kegiatan
pemberdayaan di kemudian hari.
a. Menambahkan anggota Pembina Rohani pasien agar tidak terbengkalai
program yang lain dan agar bisa berjalan lebih bagus lagi, dan tentunya bisa
mendapat hasil kinerja yang lebih baik.
b. Membangun kembali mitra masjid binaan di beberapa kelurahan yang belum
tersentuh agar para member LKC yang berada di daerah-daerah kecil juga
masih bisa mendapat Bimbingan Rohani.
c. Menambah waktu untuk layanan Bimbingan Rohani Pasien, karena banyak
permintaan dari pasien juga dan lebih konsisten dengan waktu.
d. Menambah program baru lagi agar lebih bervariatif dan tidak monoton.
87
Daftar pustaka
Al-Mawardi. Hikmah Puasa Tinjauan Ilmu Kedokteran. Jakarta: PT. Prima,
2001.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
PT.Rieneka Cipta,1996.
Barbara F. Weller. Kamus Saku Perawat. Jakarta: EGC,2005.
Brooker, Christine. Kamus Saku Keperawatan. Jakarta :EGC, 2001.
Darajat, Zakiah. Psikoterapi Islam, Jakarta: PT Bulan Bintang , 2002.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka, 2001.
Dewa Ketut Sukardi. Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah.
Jakarta: Rineka Cipta, 2000.
Djumhur dan M. Surya. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah . Bandung: CV.
Ilmu, 1975.
Faqih, Ainur Rahim. Bimbingan dan Konseling Dalam Islam (Yogyakarta. UI
Press, 2001.
H.M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama
JakartaPT. Golden Terayon Press,1998.
Hawari, Dadang. Al-Quran: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa.
1. TUJUAN 1.1. Menjadi panduan umum dalam menyelenggarakan program Bina Rohani pasien 1.2. Sebagai syarat kelengkapan bagi lembaga agar lembaga dapat terakreditasi sesuai
dengan ketentuan dari Komite Akreditasi Rumah Sakit ( KARS ) Departemen Kesehatan.
2. DEFINISI 2.1. Bimbingan rohani adalah salah satu program yang dilaksanakan di Departemen
Pengembangan Program yang fokus pada layanan spiritual/ konselig.
3. RUANG LINGKUP
3.1. Panduan ini mengacu pada visi LKC 3.2. Penduan ini mencakup panduan umum bimbingan rohani pasien member LKC,
bimbingan komunitas ( KSM ), dan bimbingan rohani pasien di rumah sakit mitra LKC
4. LAIN- LAIN Panduan ini akan diperbaiki atau diubah bila diketahui terdapat kekeliruan dan atau
perubahan di kemudian hari.
5. Kebijakan Umum 5.1. Sasaran Kegiatan a. Pasien yang sakit fisik dan rohani b. Peserta LKC c. Masyarakat peduli donatur d. Karyawan LKC
5.2. Kegiatan Bimbingan rohani pasien terdiri atas 6 kegiatan yaitu : 5.2.1. BRP ( peserta) untuk program Kelurga Sehat Mandiri ( KSM ), pendampingan
1 kluster = 200 KK member LKC ) 5.2.2. Bimbingan rohani bagi pasien rawat jalan dan rawat inap di LKC 5.2.3. Pengajian member LKC di Masjid binaan. 5.2.4. Bimbingan rohani regular di rumah sakit mitra LKC 5.2.5. Kunjungan rumah ( Home Care ) Sapa pasien 5.2.6 Pengembangan Kegiatan
5.3 Deskripsi Kegiatan 6.3.1 Kegiatan Keluarga Sehat Mandiri ( KSM ) Adalah : Kegiatan pendampingan 1 kluster yang terdiri dari 200 kepada
keluarga dan berstatus sebagai member LKC
a. Ketentuan dasar untuk kegiatan ini adalah - Pendampingan keluarga PHBS Pembinaan mental/ rohani pasien
Adanya pembatasan dan pengelompokan peserta Kriteria peserta adalah berdomisili di Wilayah, Pamulang, Pondok
Aren, Kebayoran Lama Adanya pendamping yang terpadu dan Spesifik Terpadi artinya: pendamping adalah tim yang terdiri atas, dokter,
perawat/ bidan, dan Pembina rohani. Spesifik artinya setiap kluster/ dasa wisma di dampingi oleh tim
secara spesifik ( orangnya tetap). Adanya pembatasan dan pentahapan program, waktu program adalah
1 s.d. 2 tahun yang terbagi dalam semester
2 Panduan Pengelolaan Bimbingan Rohani Pasien
b. Deskripsi Kegiatan Aspek Fisik
- Pemerikasaan kesehatan bulanan bagi Ibu dan Anak balita. - Pemeriksaan kesehatan awal bagi anggota keluarga dengan
penyakit degeneratif. - Akses pelayanan bagi kasus emergensi. - Deteksi dini kesus infeksi kronis. - Deteksi dini kasus kekurangan gizi dan enemia bagi ibu hamil,
ibu menyusui, bayi dan balita. - Gathering khusus bagi pasien dengan kasus degeneratif, difable
dan pasca gangguan mental. Aspek Rohani
- Bimbingan ibadah wajib. - Bimbingan membaca al-Qur’an. - Bimbingan fiqh sakit. - Bimbingan Akhlaq. - Konseling masalah keluarga. - Preventif terhadap kasus gangguan mental/ rohani.
c. Teknis Pelaksanaan
LKC melakukan perekrutan dan penyiapan tenaga pelaksana
program Tenaga pelaksana program terdiri atas perawat/ bidan, Pembina
rohani ( Ustad ), dan pendamping keluarag ( relawan/ pekerja sosial ) yang bekerja sebagai sebuah tim yang dipimpin oleh penanggung jawab program Bina Rohani LKC. Tim ini disebut tim pendamping.
LKC melakukan rekrutmen dan seleksi terhadap keluarga dhuafa ( member LKC ) yang akan menajdi partisipan program, kelurga peserta di sebut keluarga partisipan program ( PP)
Partisipan program di kelompokkan menjadi 5 kluster setiap kluster terdiri dari 20 KK, kelompok ini di sebut Klaster Dasa Wisma ( KDW), hal ini untuk memudahkan pendampingan serta memudahkan tumbuhnya dinamika social dalam kelompok.
Tiap kluster Dasa Wisma ( KDW ) akan didampingi oleh satu tim pendamping yang terdiri dari 2 orang,
Teknis pelaksanaan program : Assesment, Gathering rutin penyamaan persepsi, menumbuhkan dan pemecahan masalah kesehatan, kunjungan rumah, implementasi program, monitoring dan evaluasi.
e. Volume Kegiatan Adanya penanggung jawab program BRP
Jumlah partisipan program dalam tahun ini adalah 200 KK atau 10 Klaster Dasa Wisma (KDW)
Dibutuhkannya tim pendamping sebanyak 5 tim baik perawat/bidan, ustadz Pembina rohani, maupun pendamping sosial
f. Indikator Indikator keberhasilan program:
Tercapainya cek list perilaku hidup sehat pada semester akhir program
Terbentuknya kelompok dasa wisma yang mandiri saling Bantu memecahkan masalah kesehatan anggota keluarganya.
g. Evaluasi Pemantauan kegiatan dilakukan dalam rakor dan laporan bulanan
program, evaluasi 6 bulanan dan evaluasi akhir
3 Panduan Pengelolaan Bimbingan Rohani Pasien
6.3.2 Bimbingan rohani bagi pasien rawat jalan dan rawat inap di LKC a. Bimbingan Rohani Pasien Rawat Jalan: Terdapat poli BRP setiap Selasa dan Kamis jam 08.00-10.00 WIB
Dilaksanakan oleh ustadz untuk pembinaan aspek rohani/spiritual Dapat mendaftar langsung atau rujukan dari poli umum/spesialis.
b. Bimbingan Rohani Pasien Rawat Inap: Dilakukan kunjungan pasien rawat inap setiap hari oleh Ustadz
pada jam 15.00-17.00 Bimbingan diberikan dalam bentuk motivasi dan pelaksanaan
ibadah (shalat) saat sedang sakit & dibuatkan status bimrohnya Bimbingan diberikan bukan hanya pada pasien tetapi juga pada
keluarga pasien yang mendampingi di ruang rawat inap.
6.3.3 Pengajian member LKC di Masjid binaan 6.3.4 Bimbingan rohani regular di rumah sakit mitra LKC a. Terdiri atas :
1. Bimbingan Reguler Rumah Sakit. 2. Bimbingan Khusus Pasien Gangguan Jiwa.
1. Bimbingan Reguler Rumah Sakit Bimbingan rohani yang secara rutin diberikan kepada para pasien
yang menjalani rawat inap di rumah sakit mitra BRP secara komprehensif meliputi:
Bimbingan pasien kondisi biasa, bimbingan pasien kondisi terminal
Bimbingan pasien gawat darurat (high care), layanan bimbingan anfal/sakaratul maut.
2. Bimbingan Khusus Pasien Gangguan Jiwa Bimbingan rohani bagi pasien yang mengalami ganguan jiwa b. Pelaksana Dilaksanakan oleh Sahabat Pasien
Harus adanya MoU dengan pihak manajemen RS Harus adanya format laporan pelaksanaan BRP Melibatkan masyarakat yang peduli dan instansi sejenis lainnya
(pemerintah & swasta) Adanya standar pelaksanaan/penanganan pasien (prognosis
bonam, dubia & malam).
c. Sahabat Pasien Persyaratan Sahabat Pasien:
Pria/Wanita usia 23-28 tahun Belum menikah Mampu membaca Al Qur’an dengan baik Hafal do’a-do’a Berkepribadian dan berpenampilan Islami serta menarik Komunikatif dan humanis Sabar, mampu menginspirasi, dan memberikan motivasi Percaya diri dan santun
Dapat menjaga amanah dan mampu mengendalikan emosi Pendidikan perguruan tinggi ( diprioritaskan berlatar belakang
psikologi, konseling, dan agama) Memiliki KTP dan surat keterangan baik dari RT dan RW.
d. Volunteer BRP saat ini dilaksanakan oleh Sahabat Pasien (SP), selain itu didukung
pula oleh relawan yang berasal dari beberapa lembaga sosial, pengajian, pribadi, maupun perguruan tinggi yang melaksanakan program magang di BRP
4 Panduan Pengelolaan Bimbingan Rohani Pasien
6.3.5 Kunjungan rumah ( Home Care ) Sapa pasien a. Layanan Home Care Kunjungan ke rumah pasien untuk memberikan pembinaan rohani yang
lebih intensif.
b. Sapa Online SAPA Online (Spiritual Patient Awareness by Online) Adalah layanan
patient care dengan layanan konsultasi agama melalui telepon.
c. Sms Tausiyah Merupakan layanan bimbingan rohani bagi pasien yang sudah
mendapat bimbingan regular atau pada saat pasien pulang kerumahnya
Tausiyah ini disampaikan melalui media HP menggunakan fasilitas SMS.
d. Sasaran Home care Sasaran pasien yang jelas : LKC saat ini pasien TB
Sapa pasien dengan telepon atau sms (untuk donatur/mitra/masyarakat dan pasien RS).
6.3.6 Pengembangan Program a. In House Training ( IHT ) dan Pelatihan relawan Sahabat
Pasien.
Merupakan wadah untuk meningkatkan apresiasi dan kapasitas sahabat pasien dibidang layanan spiritual dalam memberikan layanan prima, sekaligus sebagai media edukasi masyarakat
Melatih kemampuan terhadap share holder agar memiliki skill yang sama dan sesuai dengan standar layanan
Sahabat pasien mengetahui urgensi memberikan bimbingan bimbingan spiritual kepada orang yang sedang sakit
Memahami dan mengetahui tata cara melakuka bimbingan sesuai dengan tuntunan Islam
Peserta mampu menjalankan kegiatan bimbingan rohani pasien ditempat kerjanya masing-masing
Meningkatkan kemampuan sahabat pasien dalam memberikan materi pada event pelatihan BRP
Bentuk kegiatan berupa : Training Of Trainer ( TOT ), Focus Group Disccusion ( FGD ), Training Hopnotherapy.
b. Spiritual Care On Patient Training (SCOPE Training)
Sinergi BRP dengan stake holder training ini difokuskan bagi lembaga/organisasi atau perorangan yang concern terhadap kegiatan konseling islam,
target peserta dari berbagai wilayah di Indonesia. Training dilaksanakan secara rutin 1 tahun sekali.
c. Riset dan Pengembangan. Kompilasi literatur yang terkait erat dengan program Bimbingan Rohani
dan menjadikan salah satu disiplin ilmu yang patut dikembangkan dan disosialisasikan ke masyarakat sekaligus mampu melibatkan partisipasi masyarakat dalam program Bina Rohani.
Aktifitas yang dilakukan diantaranya : 1. Penerbitam Buku 2. Program Mata kuliah Biina Rohani Pasien di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
3. Penulisan buku, Skripsi dan Tesis 4. Kegiatan magang/ Praktek lapangan
5 Panduan Pengelolaan Bimbingan Rohani Pasien
MATERI BIMBINGAN ROHANI PASIEN LPM - DOMPET DHUAFA REPUBLIKA
No Kondisi Pasien Materi Bimbingan Rohani
Bagi Pasien Bagi Keluarga
1 Sakit Ringan Sabar Sabar
Ikhtiar Berobat Berikan Dorongan/Harapan
Berikan Harapan Kesembuhan Bantu dengan Doa
Tingkatkan Ibadah Tingkatkan Ibadah
Dzikir dan Doa Tingkatkan Iman dan Taqwa
Dzikir dan doa
2
Sakit Berat tapi masih sadar (Terminal State) * Baik Sangka Kepada Allah * Minta Maaf
* Sabar, Tawakal * Memberi Maaf
* Minta Maaf * Berikan Dorongan/ Harapan
* Shalat (Ibadah) Semampunya * Doakan
* Tetap Berobat + Washiat
* Istighfar, Dzikir dan Doa
3 Sakit Berat, Tidak Sadar * Membisikan Kalimat Tauhid * Ridha dan Ikhlas
a. Pingsan * Didoakan * Ciptakan Ketenangan
b. Karena Penyakitnya * Doa Pasrah * Ajak Bersama Doa Pasrah
4 Kritis (Sakaratul Maut) * Sama Dengan diatas * Ridha, Ikhlas dan Sabar
* Jaga Kebersihan/Ketenangan
* Jangan Meratap
* Talqinkan dan doakan
5 Akan di operasi dan Pasca Operasi * Sabar dan Tawakal * Sabar dan Tawakal
* Shalat Jama dan Qoshor jika waktu telah masuk * Dzikir dan Berdoa
* Berdoa
* Bersyukur pasca Operasi * Bersyukur pasca Operasi
* Sujud Syukur * Sujud Syukur
6 Sembuh dengan Cacat * Ikhlas dan Sabar * Ikhlas dan sabar
* Optimis * Berikan Dorongan agar lebih Optimis
* Ridha, menerima Kenyataan
* Bersyukur
7 Melahirkan * Sabar dan Tawakal Berikan Dorongan/Harapan
* Mengikuti Nasihat Dokter Doa untuk Ibu dan Bayinya
Berdoa Adakan Aqiqah
Bersyukur dan berdoa untuk Bayi
8 Melahirkan dengan Cacat * Sabar dan Ikhlas * Sabar dan Ikhlas
* Curahkan Kasih Sayang * Curahkan Kasih Sayang
Dzikir dengan Ucapan:
Biqadarillahi wa maa syaa'a
fa'ala
Dengan takdir Allah, segala yang dikehendaki-Nya
semuanya terjadi
9 Melahirkan tetapi Meninggal * Pasrah dan Sabar * Pasrah dan Sabar
* Istighfar dan bertaubat * Istighfar dan bertaubat
* Dekatkan Diri Kepada Allah * Dekatkan Diri Kepada Allah
* Bakti pada Orang tua * Shalat Tahajjud
14 Korban Pemerkosaan * Tabah/ Percaya Diri * Sabar, Tabah dan Kuatkan Iman
Putus asa, takut,
kecewa, nekat
* Tingkatkan Pemahaman
agama * Dekatkan Diri Kepada Allah
* Taubat dan Istighfar * Doa mohon Bimbingan Allah
* Dekatkan Diri Kepada Allah
* Doa Mohon Bimbingan Allah
15 Korban Pemerkosaan * Tabah/ Percaya Diri * Sabar, Tabah dan Kuatkan Iman
jika hamil * Tingkatkan Pemahaman agama * Dekatkan Diri Kepada Allah
* Taubat dan Istighfar * Doa mohon Bimbingan Allah
* Dekatkan Diri Kepada Allah
* Doa Mohon Bimbingan Allah
* Setiap anak terlahir suci
16 Gagal KB dan
* Pengertian KB Menurut
Islam * Pengertian KB Menurut Islam
Tidak menerima Kehamilan * Terima Apa adanya * Terima Apa adanya
* Syukur dan berdoa * Syukur dan berdoa
* Dekatkan Diri Kepada Allah * Dekatkan Diri Kepada Allah
17 Mandul * Anjurkan ke Spesialis * Doakan
* Amalkan amalan Nabi Zakaria dan Nabi Ibrahim
* Cari Pahala dengan mengangkat anak
18 Penyakit Kelamin * Sadar/ Insaf * Bimbing dan arahkan
* Berobat * Berikan Harapan pada pasien
* Berikan harapan Sembuh * Doakan
* Pelajari agama
* Berdoa
19 Manula * Berikan harapan Sembuh
* Gembirakan/Santuni
* Mantapkan Agamanya
02) SOP Pelayanan Terhadap Peserta dan Keluarga (3) 1
SOP Pelayanan Terhadap Peserta & Keluarga Departemen : Pengembangan Program
Bagian : Pembina Rohani
SOP : Pengajian Bulanan Peserta LKC
Alur SOP 1. Bina Rohani mengadakan pengajian bagi peserta LKC setiap 1 bulan sekali. 2. Bina Rohani menyiapkan kegiatan pengajian mulai dari :
o mengundang pembicara o membuat pengumuman untuk peserta o menunjuk petugas moderator o menyiapkan daftar hadir o konsumsi (snack)
3. Pengajian dilaksanakan sesuai jadwal dimulai dengan ;
o Membaca surat Yasin berjamaah o Penyampaian materi pengajian o Penutup
4. Membuat laporan kepada atasan, setiap akhir bulan Kebijakan 1. Pelaksanaan Pengajian satu bulan sekali untuk masing-masing Kelurahan di
kecamatan Ciputat, Pamulang dan kelurahan Pondok Pinang 2. Pelaksanan pengajian bulanan dilaksanakan pada hari kerja. 3. Pembicara eksternal LKC yang telah di sepakati oleh pimpinan LKC. 4. Pembina Rohani wajib memakai seragam baju koko LKC. 5. Peserta LKC, pembicara dan Bina Rohani harus memberikan tanda tangan
dalam Daftar Hadir sebagai tanda bukti untuk laporan keuangan tiap bulan. 6. Receptionis membagikan kartu pengajian bagi peserta yang belum
mendapatkannya, guna optimalisasi kehadiran peserta di Pengajian bulanan peserta LKC, untuk kemudian peserta di haruskan membawa kartu pengajiannya setiap kali berobat bersama kartu anggotanya
7. Resepsionis di haruskan menanyakan kartu pengajiannya setiap kali berobat. Bagian Terkait 1. Resepsionis 2. Pelaksana Program 3. Keuangan
02) SOP Pelayanan Terhadap Peserta dan Keluarga (3) 2
Departemen : Pengembangan Program
Bagian : Pembina Rohani
SOP : Bina Rohani Daerah Binaan
Alur SOP 1. Bina Rohani mengadakan kegiatan bina rohani untuk daerah binaan LKC yang
dikelola oleh KPK. 2. Bina Rohani mengatur bentuk kegiatan dan teknis pelaksanaannya,
berkoordinasi dengan KPK 3. Pembinaan yang di lakukan Bin-Roh adalah berupa pengajian di tiap-tiap
daerah binaan berkoordinasi dengan KPK. 4. Bina Rohani berkoordinasi dengan KPK dalam menyiapkan kegiatan pengajian
mulai dari : o mengundang pembicara o membuat pengumuman untuk peserta o menunjuk petugas moderator o menyiapkan daftar hadir o konsumsi (snack)
5. Pengajian dilaksanakan sesuai jadwal dimulai dengan ; a. Membaca surat Yasin berjamaah b. Penyampaian materi pengajian c. Penutup
6. Membuat laporan kepada atasan, setiap akhir bulan Kebijakan 1. Pembinaan yang di lakukan Bin-Roh adalah berupa pengajian di tiap-tiap
daerah binaan berkoordinasi dengan KPK. 2. Peserta pembinaan, pembicara dan Bina Rohani harus memberikan tanda
tangan dalam Daftar Hadir sebagai tanda bukti untuk laporan keuangan tiap bulan.
Bagian Terkait 1. Pelaksana Program
02) SOP Pelayanan Terhadap Peserta dan Keluarga (3) 3
Departemen : Pengembangan Program
Bagian : Pembina Rohani
SOP : Memberi Bantuan Transportasi Peserta LKC
Alur SOP 1. Peserta meminta bantuan biaya transportasi kepada Resepsionis,
a. Bila nilai nominalnya dibawah Rp 20.000,- , maka resepsionis bisa langsung memberikan bantuan sesuai dengan hasil wawancara,
b. Bila lebih dari Rp 20.000,- 1. peserta harus mengajukan ke Bin-Roh 2. atau di konsultasikan lewat telepon ke Bin-Roh bila tidak ada di
tempat
2. Perawat rujukan juga bisa mengajukan bantuan biaya transportasi untuk peserta rujukan kepada resepsionis dan atau Bin-Roh, bila nilai nominalnya lebih dari Rp.20.000,-
Kebijakan 1. Bantuan biaya transportasi peserta di danai dari dana infaq Jum`at dan
anggaran Bin-Roh.
Bagian Terkait 1. Resepsionis 2. Perawat Rujukan
02) SOP Pelayanan Terhadap Peserta dan Keluarga (3) 4
Departemen : Pengembangan Program
Bagian : Pembina Rohani
SOP : Memberi Bantuan Konsumsi untuk Keluarga Pasien
IRNA dan Rujukan
Alur 1. Perawat IRNA dan rujukan meminta bantuan konsumsi pasien kepada Bin-roh 2. Bin-roh mengajukan anggaran ke keuangan, dan mengatur penyediaan
makanan tersebut.
Kebijakan 1. Bantuan konsumsi untuk keluarga pasien IRNA dan Rujukan sehari tiga kali
(sarapan pagi, makan siang dan makan malam) 2. Bantuan konsumsi setiap kali makan senilai Rp 5.000,- 3. Penanggung jawab bantuan ini adalah Pembina Rohani 4. Bantuan ini hanya diberikan kepada satu orang dari 1 (satu) keluarga pasien
berdasarkan laporan dari perawat IRNA dan perawat Rujukan
Bagian Terkait 1. Perawat IRNA 2. Perawat Rujukan 3. Keuangan
02) SOP Pelayanan Terhadap Peserta dan Keluarga (3) 5
Departemen : Operasional
Bagian : Rumah Tangga
Sub Bagian : Juru Masak
SOP : Penyediaan Makanan Bagi Keluarga Pasien
Alur SOP 1. Ada permintaan dari perawat kepada juru masak untuk menyediakan
makanan bagi keluarga pasien 2. Petugas juru masak menyarankan kepada perawat untuk menghubungi Bin-
Roh
Kebijakan 1. Juru masak tidak menyediakan makanan bagi keluarga pasien 2. Bantuan konsumsi setiap kali makan senilai Rp 5.000,- 3. Penanggung jawab bantuan ini adalah Pembina Rohani 4. Bantuan ini hanya diberikan kepada satu orang dari 1 (satu) keluarga pasien
berdasarkan laporan dari perawat IRNA dan perawat Rujukan