BENTUK HUTAN KOTA DALAM MEREDAM KEBISINGAN (STUDI KASUS: PT JAKARTA INDUSTRI ESTATE PULOGADUNG) Oleh Kelompok 9 Andi Handoko Saputro E34120079 Rizki Kurnia Tohir E34120028 Yanuar Sutrisno E34120038 Dwitantian H Brillianti E34120054 Dita Tryfani E34120100 Putri Oktorina E34120105 Prima Yunita E34120114 Ai Nurlaela Hayati E34120126 DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2015
23
Embed
BENTUK HUTAN KOTA DALAM MEREDAM KEBISINGAN · PDF file... dalam perkembangannya telah menimbulkan permasalahan ... kawasan-kawasan industri di Indonesia. Manfaat Makalah ini dapat
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BENTUK HUTAN KOTA DALAM MEREDAM KEBISINGAN
(STUDI KASUS: PT JAKARTA INDUSTRI ESTATE PULOGADUNG)
Oleh
Kelompok 9
Andi Handoko Saputro E34120079
Rizki Kurnia Tohir E34120028
Yanuar Sutrisno E34120038
Dwitantian H Brillianti E34120054
Dita Tryfani E34120100
Putri Oktorina E34120105
Prima Yunita E34120114
Ai Nurlaela Hayati E34120126
DEPARTEMEN
KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015
1
ABSTRAK
Perkembangan kawasan industri di Indonesia dimulai sejak tahun 1970-an
dengan kawasan industry pertama yaitu Jakarta Industrial Estate Pulogadung (JIEP)
dan sampai dengan tahun 1994 jumlah kawasan industri yang tercatat di Himpunan
Kawasan Industri (HKI) adalah sebanyak 146 lokasi dengan total luas lahan sebesar
42.019 Ha yang sebagian besar tersebar di propinsi Jawa Barat (21.289 Ha) dan
kota Jakarta. Tujuan pembangunan pada dasarnya adalah terwujudnya peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk
mengkaji lebih dalam perencanaan dan efektivitas hutan kota sebagai penyangga
kawasan industry, serta melihat bagaimana contoh-contoh kasus penerapan hutan
kota pada kawasan-kawasan industry di Indonesia. Data mengenai dikumpulkan
dari data sekunder. Data yang didapatkan dianalisis secara deskriptif. Pada
umumnya sumber kebisingan di sekitar kawasan industri yang berlokasi di PT
Jakarta Industri Estate Pulogadung (JIEP), Pulogadung, Jakarta Timur merupakan
aktivitas industri dan kendaraan bermotor. Pada sekitar PT. JIEP, Pulogadung
Jakarta Timur terdapat tiga bentuk hutan kota yaitu hutan kota strata dua bentuk
jalur, hutan kota strata banyak bentuk bergerombol dan areal yang didominasi
rumput.
Kata kunci: Hutan kota, Industri, PT Jakarta Industri Estate Pulogadung (JIEP).
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI 2
DAFTAR GAMBAR 3
PENDAHULUAN 4
Latar Belakang 4
Tujuan 5
Manfaat 5
TINJAUAN PUSTAKA 6
Hutan Kota 6
Tipe, bentuk dan struktur hutan kota 6
Peranan hutan kota 7
Kebisingan 8
Sumber kebisingan 9
Dampak Kebisingan 10
Kemampuan vegetasi mereduksi kebisingan 10
METODE 12
Lokasi dan Waktu 12
Bahan dan Alat 12
Metode Pengumpulan Data 12
Analisi Data 12
HASIL DAN PEMBAHASAN 13
Peranan Hutan Kota 13
Kondisi umum lokasi 13
Penataan Hutan Kota 14
Rumput 15
Hutan Kota Strata Dua Bentuk Jalur 16
Hutan Kota Strata Banyak Bentuk Bergerombol 16
Efektivitas Hutan Kota Meredam Kebisingan 17
SIMPULAN DAN SARAN 20
Simpulan 20
Saran 20
DAFTAR PUSTAKA 21
3
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 1 Ilustrasi reduksi kebisingan lalulintas oleh vegetasi 10
2. Gambar 2 Disain hutan kota PT. JIEP dalam meredam kebisingan 17
4
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan fisik kawasan industri yang diharapkan dapat mensejahterakan
kehidupan manusia, dalam perkembangannya telah menimbulkan permasalahan
tersendiri akibat perencanaan yang kurang memadai. Pertumbuhan penduduk serta
pembangunan infrastruktur untuk mendukung kegiatan ekonomi menyebabkan
terjadinya kerusakan lingkungan seperti hilangnya ruang terbuka hijau, rusaknya
fungsi resapan air, polusi air dan udara. Perkembangan kawasan industri di
Indonesia dimulai sejak tahun 1970-an dengan kawasan industry pertama yaitu
Jakarta Industrial Estate PuloGadung (JIEP) dan sampai dengan tahun 1994 jumlah
kawasan industri yang tercatat di Himpunan Kawasan Industri (HKI) adalah
sebanyak 146 lokasi dengan total luas lahan sebesar 42.019 Ha yang sebagian besar
tersebar di propinsi Jawa Barat (21.289 Ha) dan kota Jakarta (3.064 Ha) (BLH
2012).
Tujuan pembangunan pada dasarnya adalah terwujudnya peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Namun fakta yang kita lihat sekarang ini
memperlihatkan kondisi lingkungan yang buruk berupa kerusakan hutan alam
maupun hutan buatan termasuk rusaknya ekosistem di kawasan industi. Cita- cita
untuk mensejahterakan masyarakat akan tercapai apabila didukung oleh kebijakan
yang mumpuni yang juga memperhitungkan manfaat keberadaan sumberdaya alam
termasuk plasma nutfah pepohonan dan jasa lingkungan khususnya ekosistem di
perkotaan sebagai sumber ekonomi tidak langsung. Upaya merevitalisasi ekosistem
di kawasan industri dapat dilakukan, antara lain, melalui pengembangan Hutan
Kota/lanskap perkotaan (Ikron et al. 2005).
Kawasan Industri di Indonesia berkembang di pusat-pusat kota hal ini telah
menyebabkan dampak buruk terhadap lingkungan perkotaan karena telah
menghasilkan limbah melebihi daya dukung lingkungan, sehingga ekosistem
perkotaan tidak mampu lagi menampung dan mengolah limbah secara alami. Oleh
karena itu diperlukan suatu strategi untuk membuat kawasan industri yang memiliki
kualitas lingkungan yang baik sehingga dapat mendukung kehidupan manusia
maupun mahluk lainnya. Prinsip pengembangan dan pengelolaan hutan kota
5
sebagai penyangga kawasan Industri, diharapkan dapat mengelola faktor
lingkungan, sosial dan ekonomi masyarakat. Upaya konservasi eksitu pada ruang-
ruang hijau di kawasan industri dan refungsionalisasi kawasan hijau, situ, danau,
bantaran sungai sebagai daerah resapan air perlu dilakukan melalui pembangunan
hutan kota dan ruang terbuka hijau yang terencana secara baik dan benar.
Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengkaji lebih tentang
efektivitas hutan kota sebagai penyangga kawasan industri serta melihat bagaimana
contoh-contoh kasus penerapan hutan kota pada kawasan-kawasan industri di
Indonesia.
Manfaat
Makalah ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi tentang bagaimana
tingkat pengelolaan kawasan hutan yang difungsikan sebagai penyangga kawasan
indutri serta menyajikan contoh nyata pengelolaan hutan kota di kawasan industri.
6
TINJAUAN PUSTAKA
Hutan Kota
Pengertian hutan kota menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No. 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota, adalah suatu hamparan lahan yang
bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan
baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh
pejabat yang berwenang. Definisi atau rumusan hutan kota yang diungkapkan oleh
Irwan (1994), adalah komunitas vegetasi berupa pohon dan asosiasinya yang
tumbuh di lahan kota atau sekitarnya, berbentuk jalur, menyebar, atau bergerombol
(mengelompok), strukturnya menyerupai hutan alam, membentuk habitat yang
memungkinkan bagi kehidupan satwa liar dan menimbulkan lingkungan sehat,
suasana nyaman, sejuk dan estetis. Sedangkan menurut Dahlan (1992), hutan kota
(urban forest) adalah tumbuhan atau vegetasi berkayu di wilayah perkotaan yang
memberikan manfaat lingkungan yang sebesar-besarnya dalam kegunaan-kegunaan
proteksi, estetika, rekreasi, dan kegunaan-kegunaan khusus lainnya.
Tipe, Bentuk Dan Struktur Hutan Kota
Hutan kota dapat dibangun ke dalam beberapa tipe dan bentuk sesuai
fungsi dan tujuan pembangunannya. Tipe hutan kota menurut Dahlan (1992) terdiri
dari:
a. Tipe permukiman; dibangun pada areal permukiman dapat berupa taman dan
umumnya digunakan untuk olah raga dan bersantai.
b. Tipe kawasan industri; fungsi utama untuk mereduksi berbagai polusi yang
ditimbulkan dari aktivitas industri seperti menyerap dan menjerap debu dan
pertikel serta gas berbahaya dari udara, meredam kebisingan, dan menapis bau.
c. Tipe rekreasi dan keindahan; dibangun dengan penambahan sarana rekreasi
dan unsur-unsur estetika agar dapat menyegarkan kembali kondisi tubuh yang
menurun dan jenuh akibat rutinitas harian.
d. Tipe pelestarian plasma nutfah; bertujuan memberikan perlindungan dan
pelestarian terhadap sumberdaya alam, bentuknya dapat berupa kebun raya,
hutan raya dan kebun binatang.
7
e. Tipe perlindungan; fungsi perlindungan terhadap hidrologi dan bahaya erosi
untuk perkotaan di wilayah bertopografi curam atau sebagai pelindung kota di
daerah pesisir dari intrusi air laut.
f. Tipe pengamanan; berupa jalur hijau di sepanjang tepi jalan bebas hambatan.
Bentuk hutan kota seperti yang disebutkan dalam PP No.63 Tahun 2002,
terdiri dari bentuk bergerombol atau mengelompok, bentuk menyebar, dan bentuk
jalur. Dahlan (1992) menjelaskan bahwa bentuk hutan kota dapat berupa jalur hijau,
taman kota, kebun dan halaman, kebun raya atau hutan raya dan kebun binatang,
hutan lindung, dan kuburan atau taman makam pahlawan. Struktur hutan kota
adalah komposisi dari jumlah dan keanekaragaman dari komunitas vegetasi yang
menyusun hutan kota (Irwan 1994). Struktur hutan kota ditentukan oleh
keanekaragaman vegetasi yang ditanam, sehingga terbangun hutan kota yang
berlapis-lapis dan berstrata baik secara vertikal maupun horizontal yang meniru
hutan alam. Struktur vegetasi hutan kota terbentuk oleh penataan terencana sesuai
fungsi dan tujuan pembangunan hutan kota. Menurut Fachrul (2008), struktur
vegetasi dibatasi oleh tiga komponen, yaitu susunan jenis tumbuhan secara vertikal
atau stratifikasi vegetasi, susunan jenis tumbuhan secara horizontal atau sebaran
individu, dan kelimpahan tiap jenis tumbuhan yang ada. Irwan (2008)
mengklasifikasikan struktur hutan kota menjadi hutan kota yang:
a. berstrata dua, yaitu komunitas vegetasi hutan kota hanya terdiri dari pepohonan
dan rumput atau penutup tanah lainnya.
b. berstrata banyak, yaitu komunitas vegetasi hutan kota selain terdiri dari
pepohonan dan rumput juga terdapat semak, terna, liana, epifit, ditumbuhi
banyak anakan dan penutup tanah, jarak tanam rapat tidak beraturan dengan
strata, serta komposisi mengarah meniru komunitas vegetasi hutan alam.
Peranan Hutan Kota
Hutan kota merupakan unsur Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang secara
ekologis melindungi kota dari masalah lingkungan, antara lain karena beberapa hal
berikut:
8
1. Hutan kota mempunyai fungsi seperti menurunkan suhu, mengikat CO2,
dan mengeluarkn O2, sebagai pelindung mata air atau peresapan air tanah,
prlindungan terhadap debu, angin, kebisingan, dan memberi iklim mikro.
2. Hutan kota dapat menyerap hasil negatif dari kota dan memberi bahan baku
kepada kota sehingga terjadi keseimbangan bahan antara kota dan hutan
kota, meningkatkan kualitas lingkungan kota, serta menimbulkan udara
yang sehat, nyaman, dan estetis.
3. Hutan kota dapat menjadi habitat satwa dan tempat pelestarian plasma
nutfah.
4. Hutan kota dapat menjadi area interaksi sosial seperti sarana rekreasi dan
pendidikan atau sebagai laboratorium hidup dan tempat interaksi sosial
lainnya.
5. Hutan kota dapat mengendalikan erosi oleh angin maupun oleh air dan
mengendalikan air tanah.
6. Hutan kota sebagai sumber ekonomi dan kesejahteraan manusia dan
makhluk lainnya.
Peran hutan kota menurut Dahlan (1992) antara lain sebagai identitas kota,
pelestarian plasma nutfah, penahan dan penyaring partikel padat dari udara,
penyerap dan penjerap partikel timbal, penyerap dan penjerap debu semen, peredam