Benigna Prostatic Hiperplasia atau Pembesaran Prostat Jinak atau
BPH atauPPJA. ANATOMI DAN FISIOLOGISProstat merupakan sebuah organ
fibromuskuler sebesar kemiri yang berfungsi sebagai kelenjar
aksesoris dan mengelilingi urethra pars prostatika. 2,6Kelenjar
prostat merupakan kelenjar yang terdiri atas dari jaringan kelenjar
dinding uretra yang mulai menonjol pada masa pubertas. Biasanya
kelenjar prostat dapat tumbuh seumur hidup. Secara anatomis prostat
berhubungan erat dengan kandung kemih, uretra, kedua ureter, vas
deferens dan vesikula seminalis. Prostat terletak diatas panggul
sehingga uretra yang terfiksasi dalam diafragma tersebut, dapat
terobek bersama diafragma bila terjadi cendera. Prostat dapat
diraba pada pemeriksaan colok dubur.6Selain mengandung jaringan
kelenjar, kelenjar prostat banyak mengandung jaringan fibrosa dan
jaringan otot. Kelenjar ini ditembus oleh uretra dan kedua duktus
ejakulatorius, dan dikelilingi oleh suatu pleksus vena. Kelenjar
limfe regionalnya adalah kelenja limfe hipogastrik, sakral,
obturator, dan iliaka ekstern.Anatomi Prostat sediri adalah sebagai
berikut :- Terletak dileher atau inferior vesika urinaria dan
membungkus uretra posterior.- Berat normal + 20 gram- Lowsley
membagi prostat menjadi 5 lobus :1. Lobus lateral kanan dan kiri2.
Lobus posterior3. Lobus medius4. Lobus anterior, atrofi saat bayi
lahir- Mc Neal membagi dalam zona :1. Zona anterior2. Zona
transisional ( tempat BPH )3. Zona sentral4. Zona perifer- Aliran
arteri dari :1. Cabang a. Vesicalis inferior ( terpenting )2. a.
Rectalis media3. Cabang a. Iliaca interna- Vena dan penyaluran
limfe :Vena-vena bergabung membentuk plexus venosus prostaticus
sekeliling sisi dan alas prostat. Plexus prostaticus akan bermuara
ke vena iliaca interna.Pembuluh limfe terutama berakhir pada nodi
lymphoidei iliaca interna dan nodi lymphoidei sacrales.-
Persyarafan :1. Sistem simpatis dari plexus hipogastricus
inferior2. Sistem parasimpatis dari nervi splanchnici pelvici
(nervi erigentes) [S2-S4]B. BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIAa.
PengertianHiperplasia prostat merupakan hiperplasi kelenjar
periurethal ( sel sel glanduler dan interstitial ) dari prostat.
Sel sel kelenjar prostat akan terdesak menjadi gepeng dan disebut
sebagai kapsul surgical.Hiperplasi prostat jinak (BPH) adalah
kelainan yang sering terdapat pada kelenjar prostat. Prevalensinya
menigkat sejalan dengan peningkatan usia pria. Insidens di negara
berkembang meningkat karena adanya peningkatan umur harapan hidup.
Lebih sering terjadi setelah berusia lebih dari lima puluh tahun
dan berhubungan dengan pembesaran prostat jinak. Dibawah pengaruh
testoteron dan usia, prostat meningkat dalam ukuran dan dapat
menyebabkan penyumbatan keluarnya aliran air kemih.b.
EtiologiEtiologi BPH belum jelas namun terdapat beberapa faktor
resiko umur dan hormon androgen. Sebenarnya hiperplasia prostat
jinak merupakan hiperplasia kelenjar prostat. Karena proses
pembesaran prostat terjadi berlahan lahan maka efek perubahan juga
terjadi berlahan pula. Pada tahan awal setelah terjadi pembesaran
prostat, resistensi pada leher vesika dan daerah prostat meningkat,
dan detrusor menjadi lebih tebal. Penonjolan serat detrusor kedalam
kandung kemih dengan sistokopi akan terlihat seperti balok yang
disebut trabekulasi (buli buli balok). Mukosa dapat menerobos
keluar diantara serat detrusor. Tonjolan mukosa yang kecil disebut
sakula sedangkan yang besar disebut divertikel. Fase penebalan
detrusor ini disebut fase kompensasi otot dinding. Apabila keadaan
berlanjut maka detrrusor menjadi lelah dan tidak mampu lagi
berkontraksi sehingga menjadi retensi urin.Kelenjar periurethal
dapat mengalami hiperplasi, pada umumnya dikemukan beberapa
teori:1. Hipotesis stem sel ( Isaac 1984,1987 )Berdasarkan teori
ini pada keadaan normal kelenjar peiurethal dalam keadaan
keseimbangan antara yang tumbuh dengan yang mati (stedystate). Sel
baru biasanya tumbuh dari sel stem. Oleh karena suatu sebab seperti
faktor usia, gangguan keseimbangan hormonal, atau faktor pencetus
yang lain, maka sel stem tersebut dapat berprolifeasi lebih cepat,
sehingga terjadi hiperplasi kelenjar periurethal.2. Hipotesis
kebangkitan kembaliTeori kedua ialah teori Reawakening dari
jaringan kembali seperti perkembangan pada tingkat embriologik,
sehingga jaringan peiurethal dapat tumbuh lebih cepat daripada
jaingan yang lain sekitarnya. Teori ini dikemukakan oleh Mc Neal
(1978), yang juga membagi prostat manjadi bagian zona sentral, zona
periferal dan zona peralihan.3. Hipotesis keseimbangan estrogen dan
testoteronTestoteron sebagaian besar dihasilkan oleh kedua testis,
sehingga timbulnya pembesaran prostat memerlukan adanya testis
normal (Huggins 1947, Moore 1947). Testoteron dihasilkan oleh sel
leydig atas pengauh hormon Luteinizing hormon (LH), yang dihasilkan
oleh kelenjar hipofisis. Kelenjar hipofisis ini menghasilkan hormon
LH atas rangsangan Luteinising Hormon Releasing Hormon (LHRH).
Disamping testis kelenjar anak ginjal juga menghasilkan testoteron
atas pengaruh ACTH yang juga dihasilkan oleh hipofisis. Jumlah
testoteron yang dihasilkan oleh testis kira kira 90% dari seluruh
produksi testoteron, sedang yang 10 % dihasilkan kelenjar adrenal.
Sebagaian besar testoteron dalam tubuh dalam keadaan terikat dengan
protein dalam bentuk Serum Binding Hormon (SBH). Dengan
bertambahnya usia akan terjadi peubahan imbangan estrerogen dan
testoteron , hal ini disebabkan oleh bekurangnya produksi
testoteron dan juga terjadi konvesi testoteron menjadi menjadi
estrogen pada jaringan adipose di daerah perifer dengan pertolongan
enzim aromatase. Estrogen inilah yang menyebabkan terjadinya
hiperplasi stroma, sehingga timbul dugaan bahwa testoteron
diperlukan untuk inisiasi terjadinya proliferasi tetapi kemudian
estrogenlah yang berperan dalam perkembangan stroma. Kemungkinan
lain adalah perubahan konsetrasi relatif testoteron dan estrogen
akan menyebabkan produksi dan pontensiasi faktor pertumbuhan yang
lain yang dapat menyebabkan pembesaran prostat. Berdasarkan otopsi
diluar negeri perubahan mikroskopik pada prostat sudah dapat
diidentifikasi pada pria usia 30 40 tahun. Perubahan mikroskopik
ini bila terus berkembang akan berkembang menjadi patologik
anatomik, yang pada pria usia 50 tahun pada otopsi ternyata angka
kejadiannya sekitar 50% dan pada usia 80 tahun angka tersebut
mencapai sekitar 80%. Sekitar angka 50 % dari angka tersebut diatas
akan berkembang menjadi penderita pembesaran prostat manifes.4.
Hipotesis Dihidrotestoteron (DHT)Hanya 10% testoteron dalam keadaan
bebas dan testoteron inilah yang memegang perananan dalam inisiasi
dalam pembesaran prostat. Testoteron bebas ini dengan petolongan
enzim 5 alfa reduktase akan dihidrolase menjadi Dihidrotestoteron
(DHT). Dalam bentuk DHT inilah akan yang akan diikat oleh reseptor
yang ada dalam sitoplasma sel prostat sehingga membentuk
DHT-Reseptor kompleks ini akan akan masuk kedalam inti sel dan akan
mempengaruhi Asam Ribo Nukleat (ARN) untuk menyebabkan sintesis
protein sehingga dapat terjadi proliferasi sel( Mc connel,1990)5.
Hipotesis Growth faktor (faktor interaksi stroma dan epitel)Hal ini
banyak dipengaruhi oleh Growth factor. Basic Fibroblast Growth
Faktor (b-FGF) dapat menstimulasi sel stroma dan ditemukan dengan
konsentrasi lebih besar pada pasien dengan pembesaran prostat
jinak. b FGF dapat dicetuskan oleh mikrotrauma karena miksi,
ejakulasi atau infeksi.c. PatofisiologiProses pembesaran prostat
terjadi secara berlahan lahan sehingga perubahan pada saluran kemih
juga terjadi secara berlahan lahan. Pada tahap awal terjadi
pembesaran prostat , retistensi pada leher buli buli dan daerah
prostat meningkat, serta otot detrusor menebal dan mereggang
sehingga timbul sakulasi atau diverkulasi. Fase penebalan detrusor
ini disebut fase kompensasi. Apabila keadaan berlanjut, maka
detrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan
tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retansi urin
yang selanjutnya dapat menyebabkan hidronefrosis dan disfungsi
saluran kemih atas.Adapun patofisiologi dari masing masing gejala
adalah :- Penurunan kekuatan dan kaliber aliran yang disebabkan
resistensi uretra adalah gambaran awal dan menetap dari BPH.-
Hesitancy terjadi karena detrusor membutuhkan waktu yang lama untuk
dapat melawan resistensi uretra.- Intermittency terjadi detrusor
tidak dapat mengatasi resistensi uretra sampai akhir miksi.
Terminal dribbling dan rasa puas sehabis miksi akan terjadi karena
jumlah residu urin yang banyak dalam buli buli.- Nokturia dan
frekuensi terjadi karena pengosongan tidak lengkap pada tiap miksi
sehingga interval miksi menjadi lebih pendek.- Frekuensi biasa
terjadi pada malam hari (nokturia) karena hambatan normal dari
korteks berkurang dan tonus spingter dan uretra berkuang selama
tidur.- Urgensi dan disuria jarang terjadi, dan jika ada disebabkan
oleh ketidakstabilan detrusor sehingga terjadi kontraksi
involunter.- Inkontinensia bukan gejala khas, walaupun dengan
berkembangnya penyakit urin keluar sedikit sedikit secara berkala
karena setelah buli buli mencapai compliance maksimum, tekanan
dalam buli buli akan cepat naik melebihi tekanan spingter.Biasanya
ditemukan gejala dan tanda obstuksi dan iritasi. Gejala dan tanda
obstuksi jalan kemih berarti penderita haus menunggu pada permulaan
miksi,miksi terputus, menetes pada akhi miksi,pancaran miksi
menjadi lemah, rasa belum puas setelah miksi dan gejala iitatif
yaitu betambahnya frekuensi miksi, noktuia, miksi sulit ditahan,
dan nyeri pada waktu miksi. Gejala obstruksi disebabkan oleh karena
dektrusor gagal berkontaksi cukup lama sehingga kontraksi terputus
putus, sedangkan gejala iritatif disebabkan oleh karena pengosongan
yang tidak sempurna saat miksi atau pembesaran prostat menyebabkan
rangsangan pada vesika., sehingga vesika sering berkontraksi
meskipun belum penuh, keadaan membuat sistem skoring untuk
menentukan besarnya keluhan klinik penderita prostat Hiperplasia.
Disamping skoring menurut Boyarsky, dikenal juga sistem skoring
lain misalnya menurut Masden dan Iversen (1983), Flower dan kawan
kawan (1988), skoring Denmark (Hald dkk., 1991),skoring Ameica
Urological Association (AUA, 1991). Derajat berat gejala klinik
prostat Hiperplasia ini dipakai untuk menentukan derajat berat
keluhan subyektif , yang ternyata tidak selalu sesuai dengan
besarnya volume prostat. Gejala iritatif yang sering dijumpai ialah
bertambahnya frekuensi miksi yang biasanya lebih dirasakan pada
malam hari. Sering miksi paada malam hari disebut nokturia, hal ini
disebabkan oleh menurunnya hambatan kotikal selama tidur dan juga
menurunkan tonus sfingter dan uretra. Simptom obstruksi biasanya
disebabkan oleh karena prostat volumenya terlalu besar. Apabila
vesika menjadi dekompensasi, maka akan terjadi retensi urin
sehingga pada akhir miksi masih ditemukan sisa urin didalam vesika,
hal ini menyebabkan rasa tidak tuntas pada akhir miksi. Jika hal
ini berlanjut setiap saat akan terjadi kemacetan total, sehingga
penderita tidak bisa miksi lagi. Oleh karena produksi urin akan
terus terjadi maka suatu saat vesika tidak mampu lagi menampung
urine sehingga tekanan intravesika akan naik terus dan jika tekanan
intravesika ini akan naik terus maka dan apabila tekanan vesika
akan menjadi lebih tinggi dari tekanan spingter akan terjadi
inkontensia paradoks (overflow incontinence). Retensi kronik dapat
menyebabkan terjadinya refluks vesiko urethral dan menyebabkan
dilatasi ureter dan sistem pelvio kalises ginjal akan rusak dan
adanya infeksi. Disamping kerusakan traktus urinarius bagian atas
akibat obstuksi kronik pendeita haus selalu mengedan pada waktu
miksi tekanan intraabdomen dapat meningkat dan lama kelamaan akan
menyebabkan terjadinya hernia, hemorroid,. Oleh karena selalu
terdapat sisa kencing didalam vesika maka akan terbentuk batu dalam
vesika dan batu ini dapat menambah keluhan iritasi dan menimbulkan
iritasi dan menimbulkan hematuri. Disamping pembentukan batu
retensi kronik dapat menyebabkan terjadinya infeksi sehingga
terjadi sintitis dan apabila terjadi refluks dapat terjadi juga
pyelonefitis.d. Manifestasi klinikBiasanya gejala gejala pembesaran
postat jinak, dikenal sebagai Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS)
yang dibedakan menjadi gejala iritatif dan obstruktif. Gejala
iritatif yaitu sering miksi (frekuensi), terbangun untuk miksi pada
malam hari (nokturia), perasaan ingin miksi yang sangat mendesak
(urgensi), dan nyeri pada saat miksi (disuria). Sedangkan gejala
obstuktif adalah melemahnya pancaran urin, rasa tidak lampias
setelah miksi, kalau iksi harus menunggu lampias (hesitancy), harus
mengedan (straining), kencing terputus putus (intermittency), dan
waktu miksi memanjang yang akhirnya menjadi retensi urin dan
inkontinensia karena overflow. Keluhan ini biasanya disusun dalam
bentuk skor simptom. Terdapat beberapa jenis klasifikasi yang dapat
digunakan untuk membantu diagnosa dan menentukan beratnya penyakit,
diantaranya adalah sko internasional gejala gejala prostat WHO
(International Prostate Symptom Score, IPPS) dan skor Madsen
Iversen.Gejala dan tanda pada pasien lanjut penyakitnya , misalnya
gagal ginjal, dapat ditemukan uremia , peningkatan tekanan darah
,denyut nadi, respirasi, foeter uremik, perikarditis, ujung kuku
yang pucat, tanda tanda penurunan mental serta neuropathy perifer.
Bila sudah terjadi hidronefrosis atau pionefrosis, ginjal teraba
dan ada nyeri di CVA (CostoVetebra Angularis). Buli buli yang
distensi dapat dideteksi dengan palpasi dan perkusi. Pemeiksaan
penis dan uretra penting untuk mencari etiologi dan menyingkirkan
diagnosa banding seperti striktura, karsinoma, stenosis meatus atau
fimosis.Pada colok dubur harus diperhatikan konsistensi prostat
(pada BPH konsistensinya kenyal), adakah asimetris, adakah nodul
pada prostat, apakah batas atas teaba. Kalau batas atas masih biasa
teraba secara empiris besar jaringan prostat kurang dari 60g.
Derajat berat obstruksi dapat di ukur dengan menentukan jumlah sisa
urin setelah miksi spontan. Sisa urin dapat diukur dengan cara
mengukur urin yang masih dapat keluar dengan kateterisasi. Sisa
urin juga dapat dilakukan dengan USG buli buli setelah miksi. Sisa
urin setelah lebih dari 100cc biasanya dianggap sebagai batas
indikasi untuk melakukan intervasi pada Hiperplasia prostat.Derajat
obstruksi dapat juga diukur dengan menguku pancaran urin pada waktu
miksi melalui alat uroflowmetri. Kecepatan alian urin dipengaruhi
oleh kekuatan kontraksi detrusor , tekanan intra Bulu buli, dan
tahanan uretra. Oleh karena itu uroflowmetri tidak dapat membedakan
kelainan obstuksi dengan kelainan karena kontraksi detrusor yang
lemah.Derajat berat Hiperplasia prostat bedasarkan gambaran klinik
:1. Derajat I, colok dubur : penonjolan prostat, batas atas mudah
diraba, sisavolume urin 100ml.Cara menentukan pembesaran postat ada
beberapa cara yang dapat dilakukan mulai dari hal sederhana,
diantaranya:1. Pemeriksaan bimanual (Digital Rektal Examination),
dengan melakukanrektal toucer pada suprrapubik jika teraba
pembesaran prostat maka dapat diperkirakan besar prostat >
30gr.1. Rektal grading, dengan rektal toucher :Stage 0 : prostat
teraba < 1cm, berat < 10 gramStage 1 : prostat teraba 1 2 cm,
berat 10 -25 gramStage 2 : prostat teraba 2 -3 cm, berat 25- 60
gramStage 3 : prostat teraba 3- 4 cm, berat 60 100 gramStage 4 :
prostat teraba >4 cm, berat >100 gram1. Clinical grading
:Pada pagi hari atau pasien setelah minum banyak disuuh miksi
sampai habis, dengan kateter diuku sisa urin dalam buli buli.Normal
: sisa urin tidak adaGrade 1 : sisa urin 0 -50 ccGrade 2 : sisa
urin 50 150 ccGrade 3 : sisa urine >150 ccGade 4 : retensi urin
totalGrade 1 2 : indikasi konsevatifGrade 3 4 : indikasi operatif1.
Intra uretral grading :Dilakukan pemerikasaan dengan panendoskopi
untuk melihatb seberapa jauh penonjolan prostat ke dalam lumen
uretra.1. Intravesical Grading :Dengan menggunakan pemeriksaan
cystogram.e. DiagnosisDiagnosis benigna Hiperplasia prostat dapat
ditegakan dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang pada pasien, diantaranya :1. Anamnesis-
Prostatismus, yang gejalanya sangat khas di temukan pada pasien
BPHyaitu :* Buang air kecil tidak lampias akibat masih ada residu*
Buang air kecil menetes* Nocturia, lebih sering pipis pada malam
hari yaitu ketika tidur terbangun untuk buang air kecil- Usia >
50 tahunDerajat prostatismus dapat dinilai dengan IPSSSkor 0 7 :
derajat ringan dapat dilakukan watchfull waitingSkor 8 19 : derajat
sedang indikasi untuk medikamentosaSkor 20 35 : derajat berat
indikasi untuk dilakukan operatifPengukuran derajat berat
obstruksiDerajat berrat obstruksi dapat diukur dengan menetukan
jmlah sisa urin setelah penderita miksi spontan. Sisa urin dapat
ditentukan dengan pengukuran langsung yaitu dengan mengukur sisa
kencing sehabis miksi dengan melakukan kateterisasi ke dalam vesika
urin dan mengukur berapa sisa urin yang masih dapat keluar dengan
kateterisasi tadi, sisa uin dapat diketahui dengan melakukan
pemeriksaan ultrasonografi vesika setelah pendeita kencing atau
dengan membuat foto post voiding pada waktu membuat IVP.Pada orang
normal biasanya sisa sisa urin kosong, sedang pada retensi urin
total sisa urin dapat melebihi kapasitas total vesika urinaria.
Sisa urin lebih dari 100cc biasanya dianggap sebagai batas indikasi
untuk melakukan intervesi pada penderita BPH. Derajat berat
obstuksi dapat pla diukur dengan menguku pancaran urin pada waktu
miksi, cara ini disebut dengan cara uroflowmwti. Untuk dapat
melaukan pemeriksaan uroflow dengan baik diperlukan jumlah urin
minimal didalam vesika 125ml sampai 150ml. Angka normal untuk flow
rata rata (average flow rate) 10 12 ml/detik dan flow maksimal
sampai sekitar 20ml/detik. Pada obstruksi ringan flow rate dapat
menurun sampai average flow antara 6 8ml/detik, sedang maksimal
menjadi 15mm/detik atau kurang. Dengan pengukuran flow rate tidak
dapat dibedakan antara kelemahan detrusor dengan obstruksi
intravesikal.2. Pemeriksaan fisikpada pemeriksaan fisik dapat kita
lakukan tindakan diantaranya :- Palpasi suprapubik, akan kita
temukan bahwa vesika urinaria penuh danterdapat rasa nyeri.- Rectal
toucher + bimanual, dapat ditentukan pembesaran prostat3.
Pemeriksaan penunjang- Pemeriksaan residu urine : sisa urin post
miksi- Pemeriksaan pancaran urin/flow rate, sepeti yang telah
dijelaskan sepertidiatas.- Pemeriksaan laboratoriumAnalisa urin dan
pemeriksaan mikroskopi urin penting untuk melihatadanya leukosit,
baktei dan infeksi. Bila terdapat hematuia, harus diperhitungkan
etiologi lain seperti keganasan pada saluran kemih, batu, infesi
saluran kemih, walaupun BPH sendiri dapat menyebabkan hematuria.
Elektrolit, kadar ureum dan kreatinin darah meupakan informasi
dasar dari fungsi ginjal dan status metabolik. Pemeriksaan Prostate
Specific Antigen (PSA) dilakukan sebagai dasar penentuan perlunya
biopsi atau sebagai deteksi dini untuk keganasan. Bila nilai PSA
< 4ng/ml tidak perlu biopsi. Sedangkan bila nilai PSA 4 10
ng/ml, hitunglah Prostate Spesific Antigen Density (PSAD) yait PSA
serum dibagi dengan volume prostat. Bila PSAD lebih besar sama
dengan 0,15 maka sebaiknya dilakukan biopsi prostat, demikian pula
bila nilai PSA >10ng/ml.- Pemeriksaan pencitraanTujuan dilakukan
pemeriksaan pencitraan ini adalah mempekirakan volume BPH,
menentukan derajat disfungsi buli buli dan volume residu urin, dan
mencari kelainan patoligi lainnya baik yang berhubungan dengan BPH
maupun tidak.Pada saat sekarang pemeriksaan pencitraan pada prostat
dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya dengan pemeiksaan
radiologik seperti Foto Polos Perut dan Pyelografi Intra Vena yang
sangat terkenal dengan istilah BNO daan IVP. Cara pemeriksaan ini
dapat memberi keterangan adanya penyakit ikutan misalnya batu
saluran kemih, sumbatan ginjal (hidro nefrosis), adanya divetikel
pada buli, dan kalau dibuat foto post miksi akan dapat dilihat
adanya sisa urin, sedang adanya pembesaran prostat dapat dilihat
sebagai Filling deffect pada dasar vesika yang sering disebut
adanya identasi prostat. Secara tidak langsung pembesaran prostat
dapat pula diperkirakan apabila dasar buli pada gambaran sistogram
tampak terangkat atau ujung distal ureter membelok keatas sehingga
bebentuk seperti mata kail (fish hook appearance). Apabila fungsi
ginjal jelek sehingga ekresi ginjal kurang baik atau penderita
sudah dipasang kateter menetap maka dapat dibuat pemeriksaan
sistogram retrograd yang dapat pula memberi gambaran identasi
prostat.Cara pencitraan yang lain adalah pemeriksaan ultrasonografi
(USG). Cara pemeriksaan ini untuk prostat Hiperplasia dianggap
sebagi pemeriksaan yang baik oleh karena ketepatannya dalam
medeteksi pembesaran prostat, tidak ada bahaya radiasi dan juga
relatif murah. Pemeriksaan USG dapat dilakukan secara trans
abdominal atau transrektal ( TRUS = Tran Rektal Ultrasonografi ).
TRUS dianggap lebih baik untuk pemeriksaan kelenjar Hiperplasia
apalagi bila menggunakan transducer yang biplane. Selain untuk
mengetahui adanya pembesaran prostat USG juga dapat medeteksi
volume buli buli, mengukur sisa urin, dan patologi lain seperti
divertikel, tumor buli yang besar, batu buli. TRUS daapat pula
untuk mengukur besarnya prostat yang diperlukan untuk menentukan
jenis terapi yang tepat yaitu apabila besarnya lebih dari 60gram
digolongkan besar sehingga kalau dilakukan operasi dipilih operasi
terbuka. Perkiraan besarnya prostat dapat pula dilakukan dengan
pemeriksaan USG suprapubik atau tans uretral tetapi cara tans
uretal dianggap terlalu invasif.Pengukuan volume prostat sering
disebut volumetri dan biasanya memakaiRumus volume = 0,52 x d1 x d2
x d3, bila kita anggap bahwa bentuk prostat elipsoid dan d adalah
jarak panjang, lebar (pada potongan tansversal),dan panjang postat
pada potongan sagital.Pencitraan lain yang dapat juga dibuat ialah
pencitraan dengan CT-scanning dan Magnetic Resonace Image (MRI),
tetapi oleh karena cara pemeriksaan ini mahal dan keterangan yang
diperoleh tidak terlalu banyak dibandingkan dengan cara lain maka
cara ini dalam praktek jarang digunakan.Pemeriksaan tambahan lain
yang seing dikerjakan ialah pemeriksaan sistokopi. Sistokopi
sebaiknya dilakukan apabila pad anamnesa ditemukan adanya hematui
atau pada pemeriksaan urine ditemukan mikrohematuri, untuk
mengetahui kemungkinan adanya tumor didalam vesika tau sumber
perdarahan dai atas yang dapat dilihat apabila darah datang dari
muara ureter, atau adanya batu kecil yang radiolusen yang ada dalam
vesika. Selain itu sistokopi dapat juga memberi keterangan mengenai
besarnya prostat dengan mengukur panjangnya uretra pars prostatika
dan melihat penonjolan prostat kedalam uretra.Pemeriksaan prostat,
prostat diperiksa transrektal dipalpasi digital atau
ultrasonografi. Dapat dilakukan pada pasien dengan posisi rekumben
lateral atau posisi membungkuk. Prostat normal besarnya dua jari
dengan sulkus diantara dua lobusnya. Konsistensi dari prostat
normal dan Hiperplasia jinak sama seperti pada eminesia thenar.
Sebaliknya, karsinoma prostat teraba sangat keras seperti batu.
Krepitasi menandakan adanya batu pada prostat. Peradangan akut dari
prostat akan menyebabkan nyeri tekan atau fluktuasi pada
pemeriksaan.f. Diferensial DiagnosaOleh karena sebenarnya proses
miksi tergantung pada beberapa faktor diantaranya, yaitu :1.
Kekuatan otot detrusor berkontraksiKelemahan detrusor , dapat
disebabkan oleh karena kelainan syaraf (neurogenik bladder),
misalnya pada lesi medulla spinalis, neuopathy diabeticum, sehabis
operasi radikal yang mengorbankan persyarafan didaerah pelvis,
alkoholisme, penggunanan obat penenang, ganglion blocking agent,
dan obat parasimpatolitik.1. Elastisitas leher vesikaKekakuan leher
vesika dapat disebabkan oleh proses fibrosis (bladder neck
contyracture)1. Resistensi uretraResistensi uretra dapat disebabkan
oleh karena pembesaran prostat jinak atau ganas, tumor dileher
vesika, batu di uretra atau striktura uretra. Kelainan kelainan
tersebut dapat dilihat bila dilakukan sistokopi. Disamping itu
meskipun di Indonesia jarang obstruksi infravesikal dapat
disebabkan oleh gangguan fungsi misalnya dissynergia destrusor
sfingter.Maka setiap kesulitan miksi yang dialami penderita dapat
disebabkan oleh ketiga faktor tersebut.Diagnosis banding obstuksi
saluran kemih kaena Hiperplasia prostat :Kelemahan detrusor kandung
kemih :- gangguan neurologik* kelainan medulla spinalis* neuopathia
diabetes mellitus* pasca bedah radikal di pelvis* farmakologik
(obat penenang, penghambat alfa, parasimpatolitik)Kekakuan leher
kandung kemih- fibrosisResistensi uretra- Hiperplasia prostat ganas
atau jinak- Kelainan yang menyumbat uretra- Uretalitiasis- Uretitis
akut atau kronikAdapun penyakit penyakit yang gejala gejalanya
menyerupai hipertofi prostat jinak diantaranya adalah sebagai
berikut berserta klinis dan pemeiksaan yang memebedakan dengan BPH
:1. Ca ProstatKeluhan sesuai gejala saluran kemih bagian bawah
(Lower urinary tract symptoms = LUTS), yaitu gejala obstuktif dan
iritatif. Kecurigaan umumnya berawal dari ditemukan nodul yang
secara tidak segaja pada pemeriksaan rektal. Nodul yang irreguler
dan keras harus dibiopsi untuk menyingkirkan hal ini. Atau
didapatkan jaringan yang ganas pada pemeriksaan patologi dari
jaringan prostat yang diambil akibat gejala BPH. Kanker ini jarang
memberikan gejala kecuali bila telah lanjut. Dapat terjadi
hematuria, gejala gejala obstruksi, gangguan saraf akibat penekanan
atau fraktur patologis pada tulang belakang. Atau secara singkat
kita anamnesa dan kita akan dapatkan sebagai berikut :- Terjadi
pada usia > 60 tahun- Nyeri pada lumbosakral menjalar ke
tungkai- Prostatismus dan hematuri- Rektal toucher : permukaannya
berbenjol, keras, fixed2. ProstatitisGejala dan tanda prostatitis
akut terdiri dari demam dengan suhu yang tinggi, kadang dengan
gigilan, neri peineal atau pinggang rendah, sakit sedang atau
berat, mialgia, antralgia. Karena pembengkan prostat biasanya ada
disuria, kadang sampai retensi urin. Kadang didapatkan pengeluaran
nanah pada colok dubur setelah masase prostat. Sedangkan pada
prostatitis kronis gejala dan tanda tidak khas. Gambaran klinik
sangat variabel, kadang dengan keluhan miksi, kadang nyeri perineum
atau pinggang. Dan diagnosa dapat ditegakan dengan diketemukan
adanya leukosit dan bakteria dalam sekret prostat. Jadi hal hal
yang perlu sekali kita perhatikan agar dapat membedakan dengan BPH
yaitu :- Adanya nyeri perineal- Demam- Disuri, polaksiuri- Retensi
urin akut- Rektal toucher : jika ada abses didapatkan fluktuasi
(+)3. Neurogenik BladderAdapun gejala dan tanda yamg kita peroleh
dari anamnesa adalah :- Lesi sakral 2 4- Rest urin (+)-
inkontinensia urin4. Striktura UretrhaSumbatan pada uretrha dan
tekanan kandung kemih yang tinggi dapat menyebabkan imbibisi urin
kelua kandung kemih atau uretra proksimal dari striktura. Gejala
khas adalah pancaran urin yang kecil dan bercabang. Gejala lain
adalah iritasi dan infeksi seperti frekuensi, urgensi, disuri,
kadang kadand dengan infiltat, abses, fistel. Gejala lanjut adalah
retensi urin.g.. Komplikasi1. LokalHiperplasi prostat dapat
menyebabkan penyempitan lumen ureta posteio yang menghambat aliran
urin dan meningkatkan tekanan intravesikal. Buli buli kontaksi
lebih kuat untuk melawan tahanan tersebut maka timbul peubahan
anatomis yang dinamakan fase kompensata akan terjadi hipetrofi otot
detusor, trabekulasi, sakulasi, diverkulasi.Apabila Buli buli
menjadi dekompensasi, akan tejadi retensi urin. Karena produksi
urin terus berlanjut maka pada suatu saat buli buli tidak mampu
lagi menampung urin sehingga tekanan intravesika meningkat, dapat
timbul hidroureter, hidronefrosis, dan gagal ginjal. Karena selalu
terdapat sisa urin, dapat terbentuk batu endapan pada buli buli.
Batu ini dapat menambah keluhan iritasi dan menimbulkan hematuria.
Batu tersebut dapat pula menimbulkan sistitis dan bila terjadi
refluks dapat terjadi pielonefritis. Ini dinamakan komplikasi lokal
dari BPH.1. General- Peritonitis,bila vesica urinaria pecah dan
meyebar ke rongga peritonium- Anemia *- Sindroma Uremia *- Asidosis
Metabolik ** bila terjadi gagal ginjalh. Penatalaksanaan1.
Observasi ( wacthfull waiting )Biasanya dilakukan pada pasien BPH
dengan keluhan ringan (Skor Madsen Iversen kurang dari sama dengan
9 ). Nasehat yang diberikan pada pasien adalah mengurangi minum
setelah makan malam untuk mengurangi terbangun pada malam hari
untuk buang air kecil ( nokturia ), menghindari obat obat
dekongestan ( parasimpatolitik ), menguangi minum kopi dan tidak
diperbolehkan minum alkohol agar tidak terlalu sering miksi. Setiap
tiga bulan kontrol keluhan ( sistem skor), sisa kencing dan
pemeriksaan colok dubur.1. Terapi medikamentosaProstat Hiperplasia
yang telah memberikan keluhan klinik biasanya akan menyebabkan
penderita datang ke dokter. Secara klinik biasanya derajat berat
gejala klinik dibagi menjadi 4 gradasi yaitu : Derajat satu,
apabila ditemukan keluhan prostatismus , pada DRE ditemukan
penonjolan prostat dan sisa urin kuang dari 50ml. Derajat dua
apabila ditemukan gejala dan tanda sepeti derajat satu , prostat
lebih menonjol, batas atas masih teraba, dan sisa urin lebih dari
50ml tetapi kurang dari 100ml. Derajat tiga seperti derajat dua,
hanya batas atas prostat atas tidak teraba lagi dan sisa urin lebih
dari 100ml. Derajat empat apabila telah terjadi retensi urin total.
Pada penderita derajat satu pada umumnya belum memerlukan tindakan
operatif tetapi tindakan konservatif, yaitu :1. Penghambat
adrenegik alfaObat obat yang sering dipakai adalah prazosin,
doxazosin, terazosin, alfuzosin atau yang lebih selektif alfa 1a
(tamsulosin). Penggunaan antagonis alfa 1a karena secara selektif
mengurangi obstuksi pada buli buli tanpa merusak kontraktilitas
detrusor. Obat obat ini menghambat reseptor reseptor yang banyak
ditemukan pada otot polos trigonum, leher vesica, prostat dan
kapsul prostat sehingga terjadi relaksasi di daerah prostat. Hal
i9ni akan menurunkan tekanan di daerah uretra pars prostatika
sehingga gangguan aliran seni dan gejala gejala akan berkurang.
Biasanya pasien merasa bekuang keluhan keluhannya dalam wakt 1 -2
minggu setelah ia memulai makan obat. Efek samping yang mungkin
timbul adalah pusing pusing (dizziness), capek, sumbatan hidung,
dan rasa lemah. Selain itu juga dapat menyebabkan penurunan tekanan
darah. Jadi dalam pemberian obat ini harus diperhatikan tekanan
darahnyauntuk menghindari terjadinya hipotensi yang dapat
membahayakan penderita.b. Penghambat enzim reduktaseObat yang
dipakai adalah finasteride (proscar) dengan dosis 1 x 5 mg/hari.
Obat golongan ini dapat menghambat pembentukan DHT sehingga prostat
yang membesaar akan mengecil. Namun obat ini berkerja lebih lambat
dari pada golongan alfa bloker dan manfaatnya hanya jelas pada
pembesaran prostat yang besar. Efektivitasnya masih diperdebatkan
karena baru menunjukkan perbaikan sedikit dari pasien setelah 6 12
bulan pengobatan bila dimakan terus menerus. Salah satu efek
samping obat ini adalah melemahkan libido, ginekomastia, dan dapat
menurunkan PSA (masking effect). Cara pengobatan konservatif dengan
obat yang lain adalah dengan obat obat anti androgen yang dapat
mulai pada tingkat hipofisis misalnya dengan pemberian Gn-RH
analogue sehingga menekan produksi testoteron oleh sel Leydig
berkurang. Cara ini tentu saja menyebabkan penurunan libido oleh
karena penurunan testoteron darah. Pada tingkat yang lebih rendah
dapat pula diberikan obat anti androgen yang mekanismenya mencegah
hidrolise testoteron menjadi DHT dengan memberikan penghambat 5
alfa reduktase inhibitors, sehingga jumlah DHT berkurang tetapi
jumlah testoteron tidak berkurang, sehingga libido juga tidak
berkurang. Obat anti androgen lain yang juga berkerja pada tingkat
prostat adalah obat yang mempunyai mekanisme kerja sebagai
inhibitors kompetitif terhadap reseptor DHT sehingga DHT tidak
dapat membentuk kompleks DHT- reseptor. Obat ini juga tidak
menurunkan kadar testoteron dalam darah, sehingga libido tidak
turun. Kesulitan pengobatan konsevatif ini adalah menentukan berapa
lama obat harus diberikan dan efek samping dari obat ini.
Pengobatab lain yang juga invasive adalah pengobatan dengan
memanaskan prostat dengan gelombang ultrasonik atau gelombang radio
kapasitif yang disalurkan pada kelenjar prostat dengan antena yang
dipasang pada ujung kateter proksimal pada balon. Pemanasan ini
dilakukan pada suhu 45 sampai 47 derajat celcius selama 1 sampai 3
jam. Efek dari pemanasan ini akan menyebabkan vakuolisasi pada
jaringan prostat dan penurunan tonus jaringan sehingga tekanan
uretra menurun sehingga obstruksi berkurang. Dengan cara pengobatan
ini menggunakan alat THREMEX II memperoleh hasil perbaikan kira
kira 70 80 % pada sptom obyektif dan 50- 60 % perbaikan pada
flowrate maksimal. Mekanisme mengenai efek pemanasan prostat ini
semuanya belum jelas, salah satu teori yang masih harus dibuktikan
ialah bahwa dengan pemanasan akan terjadi perusakan pada reseptor
alfa yang berada pada leher vesika dan prostat. Cara pengobatan
lain yang juga kurang infasif adalah dilatasi uretra pada prostat
dengan memakai balon yang berkembang didalamnya. Cara ini dikenal
sebagai Trans Uretrha Baloon Dilatation (TUBD), dan pelopor cara
ini adalah Burhenne, Castaneda, Reddy dan Hubert. TUBD ini biasanya
memberikan perbaikan sementara.1. FiloterapiPengobatan filoterapi
yang ada di Indonesia adalah eviprostat. Substansianya misalnya
Pygeum africanum, Sawpalmetto, Serenoa repeus, dll. Efeknya
diharapkan terjadi setelah 1 2 minggu setelah pemberian1. Terapi
BedahWaktu penanganan untuk tiap pasien bervariasi tergantung
beratnya gejala dan komplikasi. Indikasi absolut untuk terapi bedah
adalah :1.1. Retensi urin berulang2. Hematuria1. 3. Tanda penurunan
fungsi ginjal1.1. Infeksi saluran kemih berulang2. Tanda tanda
obstruksi berat yaitu divertikel, hidroereter, dan hidronefrosis3.
Ada batu saluran kemihJenis pengobatan ini paling tinggi
efektivitasnya. Intervensi bedah yang dapat dilakukan meliputi :-
Transuretrhal Resection of the Prostat (TUR P)- Transuretrhal
Insision of the Prostat (TUI P)- Prostatektomi terbuka-
Prostatektomi dengan laser dengan Nd-YAG atau Ho-YAGTUR P masih
merupakan standar emas. Indikasi TUR P adalah gejala gejala sedang
sampai berat, volume prostat kurang dari 90 g dan pasien cukup
sehat untuk menjalani operasi. Komplikasi TUR P jangka pendek
adalah perdarahan, infeksi, hiponatremia, atau retensi karena
bekuan darah. Sedangkan komplikasi jangka panjang adalah stiktura
uretra, ejakulasi retrograde (50 90%) atau impotensi (4 40%).Bila
volume prostat tidak terlalu besar atau ditemukan kontraktur leher
vesika atau prostat fibrotik dapat dilakukan TUI P. Indikasi TUI P
adalah keluhan sedang sampai berat, volume prostat kecil atau
normal. Komplikasi bisa ejakulasi retrograde (0 -37%).Apabila
diperkirakan prostat sudah cukup besar, sehingga reseksi
diperkirakan tidak selesai dalam waktu 1 jam maka sebaiknya
dilakukan operasi terbuka. Operasi terbuka dapat dilakukan dengan
transvesikal yaitu dengan membuka vesika dan prostat dinuklease
dari vesika. Keuntungan cara ini dapat sekaligus mengangkat batu
vesika atau diverkulektomi apabila ada divertikel yang cukup besar.
Kerugian cara ini harus membuka vesika sehingga memerlukan kateter
lebih lama sampai luka pada dinding vesika sembuh. Cara terbuka
operasi lain adalah Retropubik menurut Terence Millin yaitu Route
suprapubik dengan cara membuka kapsul prostat tanpa membuka vesika
kemudian prostat dienukleasi dari retropubik. Cara ini mempunyai
keuntungan tanpa membuka vesika sehingga pemakaian kateter tidak
lama bila membuka vesika, kerugiannya tentu saja karena tidak
membuka vesika jika diperlukan tindakan lain yang dikerjakan dalam
vesika tidak dapat dilakukan. Kedua cara tersebut jika dibandingkan
dengan TUR P masih kalah denga mordibitas yang lebih lama dan ada
sayatan, tetapi dapat dikerjakan tanpa alat alat istimewa, cukup
dengan alat alat bedah yang standar. Seperti yang dijelaskan diatas
cara pengobatan endoskopi yang lebih ringan dari TUR P adalah TUI
P. Cara pengobatan ini secara endoskopi juga menyayat memakai alat
seperti TUR P tetapi memakai alat seperti penggaruk, sayatan
dimulai dari dekat muara sampai dekat verumontanum dan harus cukup
dalam sampai ketemu kapsul prostat. TUI P ini mempunyai keuntungan
lebih cepat dari TUR P, Hiperplasia derajat empat tindakan pertama
yang harus dikerjakan adalah membebaskan penderita dari retensi
urin total dengan cara memasang kateter ata sistotomi setelah itu
baru dilakukan pemeriksaan lanjut untuk melengkapi diagnistik
kemudian terapi defenitif dapat dengan TUR P satu operasi terbuka.
Untuk penderita yang keadaan umumnya tidak baik atau tidak
memungkinkan operasi dapat dilakukan tindakan konsevatif.Karena
pembedahan tidak mengobati penyebab BPH, maka biasanya penyakit ini
dapat timbul lagi 8 10 tahun kemudian.1. Terapi invasif minimal-
Transuretrhal Microwave Thermotherapy (TUMT)Jenis operasi hanya
dapat dilakukan pada beberapa rumah sakit besar. dilakukan
pemanasan prostat dengan gelombang mikro yang disalurkan ke
kelenjar prostat melalui suatu transducer yang diletakkan di uretra
pars prostatika.- Dilatasi Baloon Tansuretrhal (TUBD)Dilatasi
uretra didaerah prostat dengan memakai balon didalamnya dan
biasanya mengalami perbaikan sementara.- High Intensity focused
UltrasoundPada perkembangan akhir akhir ini dicoba pula ablasi
prostat menggunakan laser. Roth dan Aretz (1991) mempopulerkan
Transuretral Ultrasound Guided Laser Induced Prostatectomy (TULIP),
yang kemudian disempurnakan dengan membuat alat deflektor sinar
laser 90 derajat sehingga sinar laser dapat diarahkan ke kelenjar
prostat yang membesar.- Ablasi Jarum Transuretrhal (TUNA)- Stent
ProstatPemasangan Stent pada uretra pars prostatika merupakan cara
mengatasi obstruksi transvesikal yang kurang invasif, yang
merupakan alternatif sementara apabila kondisi penderita belum
memungkinkan mendapat terapi yang lebih invasif. Akhir akhi ini
dikembangkan juga stent yang dapat dipertahankan lebih lama
misalnya proges urospiral (Parker dkk) atau Wallstent (Nording,
A.L. Paulsen).i.. Pengertian insidensi dan prevalensi secara
epidemiologi klinis.Berdasarkan riwayat alamiah penyakit kejadian
penyakit dapat dibedakan menjadi dua yaitu insidensi dan
prevalensi. Insidensi adalah kejadian penyakit yang baru saja
memasuki fase klinik sedangkan prevalensi merupakan kejadian
penyakit pada suatu saat atau pada suatu periode waktu tertentu
baik yang memasuki fase klinik maupun yang telah beberapa waktu
lamanya berkembang sepanjang fase klinik. Para dokter menggunakan
istilah ini sebagai angka kejadian atau kasus baru (insidensi) dan
angka kekerapan pada kasus baru dan kasus lama (prevalensi) Ukuran
insidensi penyakit dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu
insidensi komulatif dan laju insidensi. Insidensi komulatif
merupakan parameter yang menunjukkan taksiran probabilitas (resiko)
seorang terkena penyakit diantara semua orang yang beresiko terkena
penyakit tersebut.11Laju insidensi adalah ukuran yang menunjukkan
kecepatan kejadian (baru) penyakit pada populasi. Laju insidensi
merupakan proporsi antara jumlah orang yang menderita penyakit dan
jumlah orang dalam resiko x lamanya ia dalam resiko.11Prevalensi
ada dua jenis,yaitu prevalensi titik dan prevalensi periode .
Prevalensi titik adalah proporsi dari individu-individu dalam
populasi yang terjangkit oleh penyakit pada suatu titik
waktu.Prevalensi periode merupakan perpaduan antara prevalensi
titik dengan insidensi.Prevalensi periode adalah probabilitas
individu dari populasi untuk terkena penyakit pada saat dimulainya
pengamatan atau selama jangka waktu pengamatan.Insidensi dan
prevalensi merupakan relasi yang sangat erat.Prevalensi merupakan
fungsi dari laju insidensi dan durasi dari fase klinik sampai fase
akhir penyakit.Perubahan prevalansi pada suatu titik waktu lainnya
adalah refleksi perubahan laju insidensi , durasi penyakit atau
kedua-duanyaB. KUALITAS HIDUP1. Teori Kualitas HidupSeseorang dalam
kehidupannya mempunyai rencana, adanya rencana dan tujuan
memungkinkan seseorang memenuhi kebutuhannya, inilah yang
menyebabkan seseorang merasa berarti. Kualitas hidup seseorang
tercermin dari jurang perbedaan antara harapan dan rencana hidup
seseorang dengan kenyataan yang dialami. Hal ini tergantung pada
pengalaman sebelumnya, perilaku hidup saat ini dan harapan serta
ambisi masa yang akan datang. Jurang perbedaan antara harapan dan
kenyataan mungkin dapat diperkecil dengan perbaikan fungsi melalui
terapi atau mengurangi pengharapan dengan memberikan penerangan
tentang pembatasan yang disebabkan penyakit dan resiko terapi dalam
hubungan dengan keuntungan yang diperoleh(22).2. DefinisiKualitas
hidup adalah derajat kepuasan hati karena terpenuhinya kebutuhan
hidup baik kebutuhan eksternal maupun persepsinya. Kualitas hidup
merupakan integrasi dari kapabilitas, keterbatasan, keluhan dan
ciri-ciri psikologis yang menunjukkan kemampuan seseorang untuk
melakukan bermacam-macam peran dan merasakan kepuasan dalam
melakukan sesuatu(23).3. Ruang Lingkup Kualitas HidupSecara
tradisional, keberhasilan suatu tindakan terapi diukur dengan angka
morbiditas dan mortalitas. Pengukuran dilakukan secara obyektif
tanpa memperhatikan rasa atau subyektivitas dari penderita yang
menjalani terapi, maka dibuatlah suatu cara pengukuran kualitas
hidup menyangkut indikator subyektif dan indikator
sosiomedis(22).Kualitas hidup meliputi:a. Status fisik : tingkat
kegiatan, kejernihan berpikir, seksualitas, tingkatkesuburan,
keluhan nyeri, mual dan muntahb. Status psikologis : perasaan
nyaman, depresi, kecemasanc. Hubungan sosial : dengan pasangannya,
keluarga, temand. Status ekonomi4. Instrumen Pengukur Kualitas
HidupInstrumen untuk mengukur kualitas hidup, selain yang digunakan
secara umum juga ada yang spesifik. Hampir semua merupakan
kuesioner yang harus diisi sendiri oleh penderita, dirancang untuk
mengurangi bias dari pengamat. Setiap pertanyaan dari instrumen
kualitas hidup mengandung item dari ruang lingkup diatas dengan
jawaban: ya atau tidak (dichotomous) atau tingkatan (scale) :
sangat, agak, sedikit atau visual analog berupa garis lurus,
kemudian penderita menentukan sendiri nilai tertingginya (extreme)
dari keluhan(24).Karnofsky Perforamance Status Scale (KPS) adalah
salah satu instrumen untuk mengukur kualitas hidup. KPS ini
mempunyai 11 skala, dari yang mempunyai fungsi normal (100) sampai
kematian (0).Salah satu instrumen kualitas hidup yang cepat, mudah
digunakan, mempunyai reliabilitas dan validitas yang baik adalah
indeks kualitas hidup. Hal-hal yang diukur oleh indeks kualitas
hidup adalah aktivitas dalam seminggu terakhir dan harapan dalam
minggu terakhir. Cara pengukuran kualitas hidup dengan menggunakan
indeks kualitas hidup adalah sebagai berikut;1. Aktivitas pada
minggu terakhirDapat bekerja, belajar, aktivitas lain seperti atau
mendekati normal . nilai: 2Dapat bekerja, belajar atau aktivitas
lain tapi harus mendapat bantuan orang lainatau waktu / lama
bekerjanya berkurang dengan nyata . nilai: 1Tidak mampu bekerja,
belajar dalam keadaan apapun .. nilai: 01. Kehidupan sehari-hari
selama minggu terakhirDapat makan, mencuci, kekamar kecil,
berpakaian sendiri, mampu mengendarai mobil sendiri, atau naik
kendaraan umum (bus, kereta) tanpa dibantu .. nilai: 2Dapat makan,
mencuci, kekamar kecil, berpakaian, dapat bepergian dengan
kendaraan (bus, kereta) tapi harus dibantu orang lain . nilai:
1Tidak mampu merawat diri sendiri, atau tidak mampu bepergian
nilai: 01. Kesehatan selama minggu terakhirTampak sehat atau
penderita merasa sehat pada sebagian besar waktu nilai: 2Penderita
seringkali merasa lesu, kurang tenaga atau seringkali merasa
tidaksehat . nilai: 1Badan selalu terasa sakit, lemah atau dalam
keadaan tidak sadar .. nilai: 01. Dukungan (support) selama minggu
terakhirPenderita mempunyai hubungan baik dengan orang lain dan
memperoleh dukungan kuat paling tidak dari satu anggota keluarga
dan/atau teman nilai: 2Penderita menerima dukungan terbatas dari
keluarga dan teman-teman olehkarena kondisi penderita .. nilai:
1Jarang mendapat dukungan dari keluarga, sahabat atau hanya kalau
betul-betuldiperlukan, atau penderita dalam keadaan tidak sadar ..
nilai: 01. Harapan hidup selama minggu terakhirPenderita mempunyai
harapan yang positif, dapat menyesuaikan dengan keadaan lingkungan
sekitarnya . nilai: 2Kadang-kadang merasa sedih karena tidak dapat
sepenuhnya menyesuaikan dengan keadaan dirinya sendiri dan
lingkungan sekitarnya atau merasa cemas dan tertekan perasaannya .
nilai: 1Betul-betul bingung atau sangat takut, atau kecemasan atau
depresi yang menetap, atau penderita dalam keadaan tidak sadar ..
nilai: 0Untuk mendapat nilai kualitas hidup, nilai harus
dijumlahkan. Indeks kualitas hidup mempunyai nilai antara 0 10,
makin tinggi nilainya berarti kualitas hidup penderita makin
baik(25).5. Kualitas Hidup dan Pembedahan Masa DepanPenilaian
kualitas hidup pada prosedur pembedahan menjadi semakin penting.
Teknik-teknik operasi terbaru bermunculan untuk memperbaiki
kualitas hidup tanpa perbaikan angka kemampuan hidup atau angka
kesakitan. Pembedahan juga sering sebagai tindakan pencegahan atau
paliatif, maka disini penilaian kualitas hidup merupakan suatu
sumbangan pemikiran dalam menentukan terapi.