BELL’S PALSY
BELL’S PALSY
N. Fasialis
Nervus facialis mempunyai radiks motorik dan sensorik. Nukleus motorik mempersarafi otot-otot ekspresi
wajah, musculus auricularis, stapedius, venter posterior musculus digastricus dan musculus stylohyoideus.
Nukleus sensoris (nervus intermedius) menerima serabut-serabut pengecap dari 2/3 anterior lidah, dasar mulut dan palatum.
N. Fasialis
N. Fasialis
N. Fasialis mempunyai komponen somato sensorik eferen dan aferen dengan fungsi yang dapat dibedakan, yaitu: Branchial motor (special visceral efferent), yang menginervasi
otot-otot fasialis, otot digastrik bagian belakang, otot stylohyoideus dan stapedius.
Visceral motor (general visceral efferent), yang memberikan inervasi parasimpatik pada kelenjar lakrimal, sumandibular, sublingual, serta mukosa menginervasi mukosa nasofaring, palatum durum dan mole.
Sensorik khusus (Special afferent), yaitu memberikan sensasi rasa pada 2/3 anterior lidah dan inervasi palatum durum dan mole.
Sensorik umum (general somatic afferent), menimbulkan sensasi kulit pada konka, auricula, dan area di belakang telinga.
BELL’S PALSY
Definisi Kelumpuhan atau paralisis wajah
unilateral karena gangguan nervus fasialis perifer yang bersifat akut dengan penyebab yang tidak teridentifikasi dan dengan perbaikan fungsi yang terjadi dalam 6 bulan
EPIDEMIOLOGI
Bell’s palsy merupakan penyebab paralisis fasialis yang paling sering ditemukan, yaitu sekitar 75% dan seluruh paralisis fasialis.
PATOFISIOLOGI
Inflamasi •Proses inflamasi akut pada nervus fasialis di daerah tulang temporal, di sekitar foramen stilomastoideus.
Unilateral •Hampir selalu terjadi secara unilateral.•Dalam jarak waktu satu minggu atau lebih dapat terjadi paralysis bilateral.
Berulang •Patofisiologinya belum jelas, tetapi salah satu teori menyebutkan terjadinya proses inflamasi pada nervus fasialis yang menyebabkan peningkatan diameter nervus fasialis sehingga terjadi kompresi dari saraf tersebut pada saat melalui tulang temporal.
PATOFISIOLOGI
Perjalanan nervus fasialis keluar dari tulang temporal melalui kanalis fasialis yang mempunyai bentuk seperti corong yang menyempit pada pintu keluar sebagai foramen mental. Dengan bentukan kanalis yang unik tersebut, adanya inflamasi, demyelinisasi atau iskemik dapat menyebabkan gangguan dari konduksi. Impuls motorik yang dihantarkan oleh nervus fasialis bisa mendapat gangguan di lintasan supranuklear dan infranuklear.
PATOFISIOLOGI
Lesi supranuklear bisa terletak di daerah wajah korteks motorik primer atau di jaras kortikobulbar ataupun di lintasan asosiasi yang berhubungan dengan daerah somatotropik wajah di korteks motorik primer.
PATOFISIOLOGI
Paparan udara dingin
Nervus fasialis sembab terletak di pons, di sudut serebelo-pontin, di os
petrosum atau kavum timpani, di foramen stilomastoideus dan pada cabang-cabang tepi
nervus fasialis.
Terjepit di dalam
foramen stilomastoide
us
kelumpuhan fasialis
LMN
PATOFISIOLOGI
Reaktivasi virus herpes (HSV tipe 1 dan virus herpes zoster)
Radang herpes zoster di ganglion genikulatum, nervus fasialis bisa ikut terlibat sehingga menimbulkan
kelumpuhan fasialis LMN.
Dahi tidak dapat dikerutkan, fisura palpebra tidak dapat ditutup dan pada usaha untuk memejam mata terlihatlah bola mata yang berbalik ke atas. Sudut mulut tidak bisa diangkat. Bibir tidak bisa dicucukan dan platisma tidak bisa digerakkan. Karena lagophtalmos, maka air mata tidak bisa disalurkan secara wajar sehingga tertimbun disitu.
DIAGNOSIS
ANANMESISPada Bell’s palsy kelumpuhan yang terjadi sering unilateral pada satu sisi wajah dengan onset mendadak (akut) dalam 1-2 hari dan dengan perjalanan penyakit yang progresif, dan mencapai paralisis maksimal dalam 3 minggu atau kurang.Anamnesis yang lengkap mengenai onset, durasi, dan perjalanan penyakit, ada tidaknya nyeri, dan gejala lain yang menyertai penting ditanyakan untuk membedakannya dengan penyakit lain yangmenyerupai.
DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN FISIKPemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan mengacu pada kriteria diagnosis :Menurut Taverner (1954 ):A. Paralisis dari semua kelompok otot ekspresi wajah pada satu sisi wajahB. Onset yang tiba- tibaC. Tidak adanya tanda- tanda penyakit susunan saraf pusat (SSP)D. Tidak adanya tanda penyakit telinga dan penyakit cerebellopontine angle
Pemeriksaan fisik Pemeriksaan
motorik
Pemeriksaan visceromotorik
Memeriksa kelenjar lakrimalis
Memeriksa kelenjar sublingualis
Memeriksa mukosa hidung
Pemeriksaan sensorik
DIAGNOSIS
Menurut Ronthal:A. Terdapat suatu keterlibatan saraf fasialis yang difus yang digambarkan dengan paralisis dari otot- otot wajah, dengan atau tanpa kehilangan pengecapan pada dua pertiga anterior lidah atau sekresi yang berubah dari kelenjar saliva dan lakrimal.B. Onset akut, terjadi dalam 1 atau 2 hari, perjalanan penyakit progresif, mencapai kelumpuhan klinIs/ paralisis maksimal dalam 3 minggu atau kurang dari hari pertama kelemahan terlihat; dan penyembuhan yang dijumpai dalam 6 bulan.
DIAGNOSA BANDING
Herpes Zoster Otikus (Ramsay Hunt Syndrome)
Guillain Barre Syndrome (GBS) Otitis MediaTumorTrauma
MEDIKAMENTOSAAgen antiviral
Kortikosteroid
Perawatan mataAir mata pengganti
Lubrikan digunakan saat sedang tidur
Kaca mata atau pelindung yang dapat melindungi mata dari jejas dan
mengurangi kekeringan
PENATALAKSANAAN
NON MEDIKAMENTOSA
Pembedahan
Rehabilitasi Medik
PROGNOSIS
- Penderita Bell’s palsy dapat sembuh total atau meninggalkan gejala sisa.- Faktor resiko yang memperburuk prognosis Bell’s palsy adalah:
a. Usia di atas 60 tahun.b. Paralisis komplit.c. Menurunnya fungsi pengecapan atau aliran saliva pada sisi yang lumpuh.d. Nyeri pada bagian belakang telinga.e. Berkurangnya air mata.
- Pada umumnya prognosis Bell’s palsy baik- Sekitar 80-90 % penderita sembuh dalam waktu 6 minggu sampai tiga
bulan tanpa ada kecacatan. - Penderita yang berumur 60 tahun atau lebih, mempunyai peluang 40%
sembuh total dan beresiko tinggi meninggalkan gejala sisa.