Modul Scenario 9 Clinic “BE SMART MOM” 1. Kode etik profesi gizi: a. Pengertian kode etik profesi gizi. Kode etik profesi adalah aturan yang mengikat suatu profesi, ada etika dan tata susila pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari. Kode etik merupakan pola aturan, dokumen tertulis, tata cara, tanda, pedoman etis dalam melakukan kegiatan/pekerjaan dan menjadi standar kegiatan atau pedoman anggota suatu profesi. b. Tujuan kode etik profesi gizi. 1) Memberikan jasa sebaik-baiknya pada klien dan untuk melindungi perbuatan yang tidak profesional. 2) Untuk menjunjung tinggi martabat profesi. 3) Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota 4) Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi 5) Untuk meningkatkan mutu profesi 6) Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi 7) Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Modul Scenario 9 Clinic
“BE SMART MOM”
1. Kode etik profesi gizi:
a. Pengertian kode etik profesi gizi.
Kode etik profesi adalah aturan yang mengikat suatu profesi, ada etika
dan tata susila pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam
melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari. Kode etik
menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang
harus dilakukan dan apa yang harus dihindari. Kode etik merupakan pola
aturan, dokumen tertulis, tata cara, tanda, pedoman etis dalam melakukan
kegiatan/pekerjaan dan menjadi standar kegiatan atau pedoman anggota
suatu profesi.
b. Tujuan kode etik profesi gizi.
1) Memberikan jasa sebaik-baiknya pada klien dan untuk melindungi
perbuatan yang tidak profesional.
2) Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.
3) Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota
4) Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
5) Untuk meningkatkan mutu profesi
6) Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi
7) Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi
8) Mempunyai organisasi professional yang kuat dan erat
9) Menentukan standar baku
10) Sebagai pedoman profesionalitas Ahli Gizi dan untuk membatasi dan
melindungi lingkup kerja suatu profesi
11) Sebagai acuan perilaku gizi dan mendarmabaktikan dirinya di
masyarakat
12) Menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan gizi yang profesional
baik untuk individu maupun kelompok
13) Mencegah timbulnya malpraktek gizi
14) Melindungi suatu profesi dari campur tangan pemerintah
c. Manfaat kode etik profesi gizi.
1) Menghindari dari bentrok inter,intra dan lintas profesi
2) Berperan dalam kebijakan system pelayanan kesehatan, mendidik dan
mengintervensi individu, kelompok, dan masyarakat serta meneliti
dan mengembangkan demi menjaga mutu pelayanan.
3) Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip
profesionalitas yang digariskan
4) Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang
bersangkutan
5) Mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang
hubungan etika dalam keanggotaan profesi.
6) Meingkatkan efektifitas individu sebagai pemberi pelayanan dan
pengambil keputusan dengan memahami system nilai dan standar
yang legal dan berlaku.
7) Melindungi masyarakat dari praktek pelayanan yang tidak
bertanggung-jawab
8) Melindungi anggota profesi dari tuntutan hukum
d. Isi kode etik profesi gizi dan bagian yang terkait promosi
kesehatan khususnya ASI eksklusif.
ISI KODE ETIK PROFESI
BAB I
PRINSIP-PRINSIP UMUM
1. Ahli gizi berkewajiban meningkatkan keadaan gizi, kesehatan,
kecerdasan, dan kesejahteraan rakyat.
2. Ahli gizi wajib menjunjung tinggi nama baik profesi gizi dengan
menunjukkan sikap, perilaku, dan budi luhur serta tidak
mementingkan kepentingan pribadi
3. Ahli gizi berkewajiban senantiasa menjalankan profesinya menurut
ukuran yang tertinggi
4. Ahli gizi berkewajiban senantiasa menjalankan profesinya bersikap
jujur, tulus, dan adil
5. Ahli gizi dalam menjalankan profesinya berkewajiban senantiasa
berdasarkan prinsip keilmuan, informasi terkini, dan dalam
menginterpretasikan informasi hendaknya secara objektif tanpa bias
individu dan dapat menunjukkan sumber rujukan yang benar
6. Ahli gizi berkewajiban senantiasa mengenal dan memahami
keterbatasannya sehingga dapat bekerjasama dengan pihak lain atau
membuat rujukan bila diperlukan
7. Ahli gizi berkewajiban senantiasa berusaha menjadi pendiidk rakyat
yang sebenarnya
8. Ahli gizi dalam bekerjasama dengan para professional lain baik di
bidang kesehatan maupun lainnya berkewajiban senantiasa
memelihara pengertian yang sebaik-baiknya.
BAB II
KEWAJIBAN TERHADAP KLIEN
9. Ahli gizi berkewajiban sepanjang waktu senantiasa berusaha
memelihara dan meningkatkan status gizi klien baik dalam lingkup
institusi pelayanan gizi atau di masyarakat umum.
10. Ahli gizi berkewajiban senantiasa menjaga kerahasiaan klien atau
masyarakat yang dilayaninya baik pada saat klien masih atau sudah
tidak dalam pelayanannya, bahkan juga setelah klien meninggal dunia.
11. Ahli gizi dalam menjalankan profesinya senantiasa menghormati dan
menghargai kebutuhan unik setiap klien yang dilayani dan peka
terhadap perbedaan budaya, dan tidak melakukan diskriminasi dalam
hal sku, agama, ras, ketidakmampuan, jenis kelamin, usia, dan tidak
menunjukkan pelecehan seksual.
12. Ahli gizi berkewajiban senantiasa memberikan pelayanan gizi prima,
cepat, akurat terutama pada klien yang menunjukkan tanda-tanda ada
masalah gizi/gizi kurang
13. Ahli gizi berkewajiban memberikan informasi kepada kien dengan
tepat, jelas, sehingga memungkinkan klien mengerti dan mau
memutuskan sendiri berdasarkan informasi tersebut. Dan apabila
dalam melakukan tugasnya ada keraguan atau ketidakmampuan
memberikan pelayanan, maupun informasi yang tepat pada klien
berkewajiban senantiasa mengatakan tidak tahu dan berusaha
berkonsultasi atau membuat rujukan dengan ahli gizi lain/ahli lain
yang mempunyai keahlian dalam masalah tersebut.
BAB III
KEWAJIBAN TERHADAP MASYARAKAT
14. Ahli Gizi berkewajiban melindungi masyarakat umum khususnya
tentang penyalahgunaan pelayanan, informasi yang salah dan praktek
yang tidak etis berkaitan dengan gizi, pangan termasuk makanan dan
terapi gizi/diet. ahli gizi hendaknya senantiasa memberikan
pelayanannya sesuai dengan informasi faktual, akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
15. Ahli Gizi senantiasa melakukan kegiatan pengawasan pangan dan gizi
sehingga dapat mencegah masalah gizi di masyarakat.
16. Ahli Gizi berkewajiban senantiasa peka terhadap status gizi
masyarakat untuk mencegah terjadinya masalah gizi dan
meningkatkan status gizi masyarakat.
17. Ahli Gizi berkewajiban memberi contoh hidup sehat dengan pola
makan dan aktifitas fisik yang seimbang sesuai dengan nilai paktek
gizi individu yang baik.
18. Dalam bekerja sama dengan profesional lain di masyarakat, Ahli Gizi
berkewajiban hendaknya senantiasa berusaha memberikan
dorongan, dukungan, inisiatif, dan bantuan lain dengan sungguh-
sungguh demi tercapainya status gizi dan kesehatan optimal di
masyarakat.
19. Ahli Gizi dalam mempromosikan atau mengesahkan produk makanan
tertentu berkewajiban senantiasa tidak dengan cara yang salah atau,
menyebabkan salah interpretasi atau menyesatkan masyarakat
BAB IV
KEWAJIBAN TERHADAP TEMAN SEPROFESI DAN MITRA KERJA
1. Ahli Gizi dalam bekerja melakukan promosi gizi, memelihara dan
meningkatkan status gizi masyarakat secara optimal, berkewajiban
senantiasa bekerjasama dan menghargai berbagai disiplin ilmu
sebagai mitra kerja di masyarakat.
2. Ahli Gizi berkewajiban senantiasa memelihara hubungan
persahabatan yang harmonis dengan semua organisasi atau disiplin
ilmu/profesional yang terkait dalam upaya meningkatkan status gizi,
kesehatan, kecerdasan dan kesejahteraan rakyat.
3. Ahli Gizi berkewajiban selalu menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan
keterampilan terbaru kepada sesama profesi dan mitra kerja.
BAB V
KEWAJIBAN TERHADAP PROFESI DAN DIRI SENDIRI
1. Ahli Gizi berkewajiban mentaati, melindungi dan menjunjung tinggi
ketentuan yang dicanangkan oleh profesi.
2. Ahli Gizi berkewajiban senantiasa memajukan dan memperkaya
pengetahuan dan keahlian yang diperlukan dalam menjalankan
profesinya sesuai perkembangan ilmu dan teknologi terkini serta peka
terhadap perubahan lingkungan.
3. Ahli Gizi harus menunjukan sikap percaya diri, berpengetahuan luas,
dan berani mengemukakan pendapat serta senantiasa menunjukan
kerendahan hati dan mau menerima pendapat orang lain yang benar.
4. Ahli Gizi dalam menjalankan profesinya berkewajiban untuk tidak
boleh dipengaruhi oleh kepentingan pribadi termasuk menerima uang
selain imbalan yang layak sesuai dengan jasanya, meskipun dengan
pengetahuan klien/masyarakat (tempat dimana ahli gizi
diperkerjakan).
5. Ahli Gizi berkewajiban tidak melakukan perbuatan yang melawan
hukum, dan memaksa orang lain untuk melawan hukum.
6. Ahli Gizi berkewajiban memelihara kesehatan dan keadaan gizinya
agar dapat bekerja dengan baik.
7. Ahli Gizi berkewajiban melayani masyarakat umum tanpa
memandang keuntungan perseorangan atau kebesaran seseorang.
8. Ahli Gizi berkewajiban selalu menjaga nama baik profesi dan
mengharumkan organisasi profesi.
BAB VI
PENETAPAN PELANGGARAN
Pelanggaran terhadap ketentuan kode etik ini diatur tersendiri
dalam Majelis Kode Etik Persatuan Ahli Gizi Indonesia
BAB VII
KEKUATAN KODE ETIK
Kode etik Ahli Gizi ini dibuat atas prinsip bahwa organisasi profesi
bertanggung jawab terhadap kiprah anggotanya dalam menjalankan
praktek profesinya.
Kode etik ini berlaku setelah hari dari disahkannya kode etik ini
oleh sidang tertinggi profesi sesuai dengan ketentuan yang tertuang
dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga profesi gizi.
e. Fungsi dan peran ahli gizi sesuai dengan kode etik.
1. Ahli Gizi menerjemahkan ilmu gizi ke dalam informasi praktis yang
mendukung orang-orang membuat pilihan makanan sehat sepanjang
hidupnya
2. Ahli Gizi terlatih bekerja di masyarakat untuk mengidentifikasi
kemampuan dan memfasilitasi pembangunan skill masyarakat,
anjuran kesehatan, dan aksi social
3. Ahli Gizi menguatkan aksi masyarakat dan pengembangan dengan
membangun kemitraan dan mengaplikasikan komunikasi yang kuat,
negosiasi, kemampuan menyelesaikan masalah untuk membahas isu
terkait gizi dan kesehatan
4. Ahli Gizi mengaplikasikan pengetahuan faktor-faktor kesehatan,
bekerja dengan masyarakat, kelompok, dan klien individu untuk
merencanakan pendekatan terbaik mengatasi faktor penghambat
kesehatan
5. Ahli Gizi adalah pendidik terlatih dalam mempromosikan perubahan
perilaku relative terhadap pemilihan makanan, kebiasaan makan, dan
metode persiapan untuk mengoptimalkan kesehatan
6. Ahli Gizi mengembangkan perencanaan berdasarkan kebutuhan
assessment menyeluruh. Mereka memonitor perkembangan,
menyediakan kebutuhan akan dukungan secara terus menerus dan
mengevaluasi outcome
7. Ahli Gizi mempertimbangkan kemandirian klien dan otonominya
dalam membuat keputusan dan membangun kemampuan klien untuk
mencapai derajat kesehatan
8. Ahli Gizi membuat kebijakan sistem pelayanan kesehatan
f. Pihak yang berwenang membuat kode etik.
Penyusun Kode etik adalah organisasi profesi tersebut (Majelis Kode Etik
Profesi Gizi PERSAGI). Kode etik ahli gizi berlaku setelah disyahkannya
kode etik ini oleh sidang tertinggi profesi sesuai dengan ketentuan dalam
anggaran dasar dan anggaran rumah tangga profesi gizi.
g. Sanksi pelanggaran kode etik profesi gizi.
Pelanggaran kode etik tidak diadili oleh pengadilan karena melanggar
kode etik tidak selalu melanggar hukum. Misal: Bila seorang ahli gizi
melanggar kode etik tersebut, maka dia akan diperiksa oleh majelis kode
etik ahli gizi Indonesia, bukan oleh pengadilan.
Kriteria pemberian sanksi
Terlibat dalam semua pelanggaran yang berdampak pada kegiatan
prakteknya
Diputuskan oleh pengadilan terlibat dalam tindak pidana atau secara
mental dinyatakan tidak mampu
Mendapat gangguan emosi dan mental yang mempengaruhi praktek
pelayanannya yang dapat membahayakan klien atau orang lain.
Alur pemberian sanksi pelanggaran kode etik:
Teguran surat peringatan pemberhentian sementara (skors)
pengukuhan pemberhentian.
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat memberikan sanksi
berupa teguran lisan dan tertulis dengan pencabutan izin fasilitas
pelayanan kesehatan sementara/tetap kepada pimpinan fasilitas
pelayanan kesehatan yang memperkerjakan ahli gizi yang tidak
mempunyai (Surat Ijin Kerja Ahli Gizi)
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat memberikan sanksi
berupa rekomendasi pencabutan surat ijin atau STR (Surat Tanda
Registrasi) kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi atau Majelis
Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI) terhadap ahli gizi yang
melakukan praktek tanpa memiliki SIPAG (Surat Ijin Praktek Ahli Gizi)
atau kerja tanpa memiliki SIKAG
Sanksi pelanggaran kode etik ahli gizi:
1) Jika Ahli Gizi dalam menjalankan profesinya tidak dapat menunjukkan
secara akurat kualifikasi dan kepercayaan profesionalismenya dengan
mengacu bahwa sertifikasi praktek pelayanan gizi tersebut asli dan
masih berlaku dan didapat melalui komisi registrasi yang ditunjuk
oleh organisasi profesi, maka Ahli gizi tersebut tidak diperbolehkan
melakukan praktek profesinya dan dicabut sertifikasinya.
2) Jika ahli gizi terlibat dalam semua pelanggaran yang berdampak pada
kegiatan prakteknya, diputuskan pengadilan terlibat tindak pidana,
secara mental dinyatakan sudah tidak mampu, dan mendapat
gangguan emosi yang dapat membahayakan klien atau orang lain
maka sertifikasi ahli gizi tersebut dicabut
Diberikan sanksi administrasi berupa pencabutan izin praktek yang
lamanya dibedakan atas ringan dan beratnya pelanggaran.
a. Ringan : pencabutan izin praktek selama 3 bulan
b. Sedang : pencabutan izin praktek selama 6 bulan
c. Berat : pencabutan izin praktek selama 1 tahun
2. Promosi Kesehatan:
a. Tujuan promosi kesehatan.
1. Kewaspadaan kesehatan dengan cara menumbuhkan kewaspadaan
atau kesadaran tentang isu kesehatan.
2. Meningkatkan pengetahuan dengan cara menyediakan informasi
3. Pemberdayaan diri sendiri dengan cara meningkatkan kewaspadaan
dan pembuatan keputusan
4. Mengubah sikap dan prilaku dengan cara mengubah gaya hidup
seseorang
5. Mengubah lingkungan dengan cara mengubah lingkungan fisik dan
social
6. Merubah perilaku berisiko ke perilaku yang beresiko sedang atau
perilaku yang tidak mengandung resiko
7. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat
8. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatannya
9. Membangun kebijakan publik berwawasan kesehatan
10. Menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan
11. Mengembangkan ketrampilan individu baik perilaku dan sikap
b. Manfaat promosi kesehatan.
1. Sebagai sumber informasi masyarakat
2. Sebagai bentuk tanggung jawab sosial
3. Sebagai suatu bentuk usaha untuk mencegah terjadinya suatu
penyakit
c. Syarat promosi kesehatan yang baik.
Terdiri dari beberapa sumber daya dan kondisi dasar seperti perdamaian,
2) Sikap : memberikan contoh konkrit yang dapat menggugah
emosi, perasaan dan sikap sasaran, misalnya dengan
memperlihatkan foto, slide atau melalui pemutaran film/video
3) Keterampilan : sasaran harus diberi kesempatan untuk
mencoba keterampilan tersebut
4) Pertimbangkan sumber dana & sumber daya
- Menetapkan Media
Teori pendidikan : belajar yang paling mudah adalah dengan
menggunakan media.
Media yang dipilih harus bergantung pada jenis sasaran, tk
pendidikan, aspek yang ingin dicapai, metode yang digunakan
dan sumber daya yang ada
5) Menentukan indicator
Indikator terkait dengan objektif
6) Menyusun Rencana Evaluasi
Harus dijabarkan tentang kapan evaluasi akan dilaksanakan, dimana
akan dilaksanakan, kelompok sasaran yang mana akan dievaluasi &
siapa yang akan melaksanakan evaluasi tersebut
7) Menyusun Jadwal Pelaksanaan
Merupakan penjabaran dari waktu,tempat & pelaksanaan yang
biasanya disajikan dalam bentuk gan chart
8) Review rencana program
Meriview kembali apakah rencana program sudah tepat.
9) Implementasi (Penerapan rencana program)
h. Faktor yang perlu diperhatikan dalam promosi kesehatan.
Pemilihan strategi berdasarkan pertimbangan sumber dana dan daya
Penggunaan media dan penyesuaian dengan bahasa setempat
Permasalahan yang ada
Sasaran
Memberikan informasi dan edukasi seputar pemberia nutrisi bayi
Kode etik melarang semua jenis promosi pada produk pengganti ASI
pada layanan kesehatan
Sumbangan/donasi dari produk pengganti ASI baik gratis atau
tersubsidi atau sebagai hadiah bagi tenaga kesehatan tidak
diperkenankan
Untuk rumah sakit bersalin hendaknya menghindari semua promosi
dai produk pengganti ASI, dot, empeng
Tidak ada petugas kesehatan yang secara langsung/ tidak lanngsung
melakukan kontak/ memberikan saran kepada ibu/ ibu hamil tentang
produk pengganti ASI
i. Faktor pengganggu/penghambat dalam merancang promosi
kesehatan.
1. Ketersediaan fasilitas yang digunakan
2. Pengetahuan lokal, membahas mengenai pengertian-pengertian yang
dianut dan yang berkembang dalam masyarakat
3. Persetujuan, tokoh masyarakat memegang peranan penting dalam
birokrasi
4. kesanggupan melakukan perubahan baik secara fisik ataupun non-
fisik, (misal konsumsi daun katuk,dll)
j. Pihak yang terlibat dalam promosi kesehatan.
1. Orang yang berkompeten melakukan promosi kesehatan
a. Tenaga kesehatan
b. Tenaga non kesehatan, missal: pemuka masyarakat, kader, tokoh
agama, pimpinan daerah.
Keduanya perlu diberi pelatihan terlebih dahulu untuk penyamaan
persepsi.
2. Tenaga pengelola promosi kesehatan
a. telah mengikuti pendidikan formal jenjang diploma, sarjana, atau
pasca sarjana
b. telah mengikuti pelatihan, baik pelatihan promosi kesehatan
maupun teknis
k. Sasaran promosi kesehatan terkait kasus.
1. Primer (kelompok masyarakat yang berisiko terkena atau sudah
terkena suatu masalah kesehatan) ibu menyusui
2. Sekunder (orang yang berpengaruh langsung terhadap sasaran
primer, dukungan sosial dengan harapan kelompok ini akan
memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat
disekitarnya) suami, mertua
3. Teriser (para pembuat keputusan atau penentu kebijakan dalam
menentukan dukungan pelaksanaan suatu program kesehatan)
dinas kesehatan, pemerintah
a. Pendekatan kepada tokoh masyarakat
b. Pemberdayaan Bidan di Desa, Petugas Puskesmas dan Kader
c. Pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan bidan di desa dan kader dapat dilakukan melalui
pelatihan guna meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam
menyebarluaskan PP-ASI. Pemberdayaan masyarakat dapat
dilakukan dengan beberapa cara antara lain melalui:
1. Penyuluhan massal
2. Penyuluhan keluarga
Dalam melakukan penyuluhan keluarga mencakup semua
anggota keluarga yang berpengaruh terhadap ibu seperti:
Ayah, ibu, anak, anggota keluarga lainnya (pengasuh anak,
kakek, nenek, mertua).
3. Penyuluhan Kelompok
Untuk penyuluhan kelompok dapat dilakukan pada:
• Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
• PKK
• Organisasi Wanita, misalnya Dharma Pertiwi, Dharma
Wanita, dll
• Kelompok khusus seperti, arisan, pengajian, dll.
4. Penyuluhan Perorangan
Penyuluhan perorangan dapat dilakukan kepada:
• Ibu-ibu balita
• Tokoh: Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, dll
• Pamong: Kepala dusun, Kepala desa, Camat, dll.
• Petugas: Kesehatan, BKKBN, Pertanian, Guru, dll
• Swasta dan pengusaha
l. Strategi promosi kesehatan.
1) Menurut WHO, 1984
Advokasi: agar pembuat kebijakan mengeluarkan peraturan yang
menguntungkan kesehatan
Dukungan sosial: agar kegiatan promosi kesehatan mendapat
dukungan dari tokoh masyarakat
Pemberdayaan masyarakat: agar masyarakat mempunyai
kemampuan untuk meningkatkan kesehatannya
2) Menurut Piagam Ottawa, 1986
Kebijakan berwawasan kesehatan
Lingkungan yang mendukung
Reorientasi pelayanan kesehatan
Ketrampilan individu
Gerakan masyarakat
3) ACT Health Promotion
a. Capasity building
Pengembangan skill, strukture organisasi, sumber daya dan
komitmen terhadap peningkatan kesehatan. 5 kunci dalam
capasity building adalah :
Organisational development
Workforce development
Resource allocation
Partnerships
Leadership
b. Community development
Community development merupakan sekumpulan aktivitas yang
bertujuan untuk meningkatkan kekuatan dan keefektifan
komuniras, meningkatkan kondisi lokal dan membuat masyarakat
dapat berpartisipasi dalam pembuatan keputusan publik.
c. Economic, regulatory dan policy initiative
d. Health information
Bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pengertian
tentang kesehatan dan penyakit dan untuk memberikan saran
tentang kesehatan dan mendukung untuk membantu masyarakat
untuk selalu hidup sehat.
e. Health education, counseling and skill development
Edukasi tidak hanya memberikan suatu informasi, namun juga
memberikan motivasi, keahlian dan kepercayaan diri yang
berguna untuk meningkatkan kesehatan. Edukasi kesehatan,
konseling dan pengembangan skill terdiri dari edukasi dan
pengembangan keahlian pada individu dan juga kelompok.
f. Sosial marketing
m. Promosi kesehatan yang cocok terkait dengan kasus.
KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) karena sesuai dengan tujuan dari promosi ASI
Eksklusif yaitu peningkatan pengetahuan dan perubahan perilaku, selain itu dilihat
dari berbagai pertimbangan pemilihan metode, metode ini lebih tepat untuk
promosi sesuai kasus.
Tujuan Sasaran Metode Materi Media
Meningkatkan
pengetahuan ibu terkait
dengan ASI eksklusif
Merubah perilaku ibu
dalam memberikan ASI
kepada bayinya
Meningkatkan status
kesehatan bayi dan ibu
Bumil
dan
buteki
Penyuluhan
mengenai
ASI eksklusif
dan Inisiasi
Menyusui
Dini
Manfaat dan kandungan ASI
Tatalaksana inisiasi menyusui
dini
10 tahap sukses menyusui
Durasi dan posisi yang tepat
pemberian ASI
Cara penyimpanan ASI
Video
posisi
pemberian
ASI
Slide dan
poster
Booklet
Meningkatkan pengetahuan
tentang pentingnya ASI
eksklusif
Keluarga
ibu
Penyuluhan
kesehatan
Manfaat ASI eksklusif
Dampak pemberian susu
formula pada bayi usia 0-6 bulan
Faktor penghambat pemberian
ASI eksklusif
Komposisi ASI dibandingkan
dengan susu formula
Leflet,
flipchart,
slideshow,
poster
Meningkatkan pengetahuan
tentang pentingnya ASI
eksklusif terkait dengan
kebijakan yang sudah ada
Ahli Gizi,
perawat,
bidan,
dokter,dl
Sosialisasi
dan
pelatihan
kepada
Manfaat dan kandungan ASI
Tatalaksana inisiasi menyusui dini
10 tahap sukses menyusui
Durasi dan posisi yang tepat
l tenaga
medis di RS
pemberian ASI
Cara penyimpanan ASI
n. Pengawasan dan evaluasi promosi kesehatan terkait dengan kasus
meliputi metode, indikator keberhasilan, dan
instrumen;pengawasan supaya tidak melanggar kode etik; serta
pihak yang berhak menjadi pengawas.
LANGKAH-LANGKAH EVALUASI PROMOSI KESEHATAN
1. Menentukan apa yang akan dievaluasi
2. Mengembangkan kerangka dan batasan
3. Merancang metode atau design
4. Menyusun instrument dan rencana pelaksanaan
5. Melakukan pengamatan, pengukuran, dan analisis
6. Membuat kesimpulan dan pelaporan
METODE DALAM EVALUASI :
1. Qualitative evaluation method :
i. Evaluasi mengenai perasaan dan pengalaman Ibu terhadap
program yang diberikan
ii. Tool yang dapat digunakan focus group discussion, in depth
interview
2. Quantitative evaluation method :
i. Evaluasi dengan cara mengukur perubahan dan efek menggunakan
angka atau statistik
ii. Tool survey
iii. Metode yang paling baik ialah menggunakan kombinasi keduanya.
INDIKATOR KEBERHASILAN PROMOSI
a. Input
- adanya pedoman promosi ASI eksklusif
- adanya rencana kerja promosi
- adanya saran dan prasarana
- adanya tenaga terlatih
b. Proses
- dilaksanakannya advokasi dan edukasi
- disusunnya database
c. Output
- adanya kebijakan dengan lintas sektor dan kemitraan dengan
swasta
- adanya kegiatan promosi ASI oleh mitra potensial
- meningkatnya pengetahuan dan perilaku keluarga
d. Outcome
- meningkatnya jumlah ibu yang menerapkan ASI eksklusif
Indikator keberhasilan program ASI eksklusif di Kabupaten Klaten yang
ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten:
a. Turunnya angka kematian bayi dan balita
b. Terdapat perubahan prilaku pada tenaga kesehatan dengan
diterapkannya ASI eksklusif dalam setiap pertolongan persalinan
c. Adanya perubahan kebijakan terutama di RS/RSIA dengan adanya
ruang rawat gabung, pojok/klinik laktasi, terbentuknya Rumah Sakit
Sayang Ibu dan Bayi
d. Adanya pojok laktasi baik pada tiap institusi pelayanan kesehatan
maupun institusi swasta lainnya, misalnya: mall, bank, terminal, dsb.
e. Tingginya kesadaran masyarakat terutama ibu menyusui tentang
pentingnya ASI eksklusif dan meningkatnya cakupan ASI eksklusif
f. Tersedianya pojok/klinik laktasi dan tempat konseling hamper di
seluruh puskesmas
g. Peningkatan jumlah ibu yang meminta inisiasi dini di rumah sakit,
rumah bersalin, maupun bidan praktik swasta
h. Meningkatnya kesadaran bidan untuk tidak menerima sponsor dari
susu formula
i. Sosialisasi ASI eksklusif menjadi bagian dari tenaga kesehatan dalam
memberikan pelayanan kesehatan
j. Terbentuknya peer counselor pada ibu hamil dan ibu menyusui di
setiap desa
Cara menghitung cakupan pemberian ASI eksklusif
Jumlah bayi yang diberikan ASI saja sampai umur 4 bulan (AE4)% AE4 = ------------------------------------------------------------------------------------------- x 100%
= Jumlah seluruh bayi yang berumur 4 bulan
Setelah selesai proses penghitungan, maka klasifikasikan hasil monitoring
adalah sebagai berikut:
• warna hijau (baik), bila persentase AE4 ≥ 80%
• warna kuning (sedang) bila persentase AE4 antara 50% - < 80%
• warna merah (kurang) bila persentase AE4 < 50%
INDIKATOR PEMANTAUAN
Dalam pemantauan ini pemberian ASI Eksklusif digunakan kode sebagai
berikut:
AE1 = Apabila sampai berumur 1 bulan hanya diberikan ASI saja
AE2 = Apabila sampai berumur 2 bulan hanya diberikan ASI saja
AE3 = Apabila sampai berumur 3 bulan hanya diberikan ASI saja
AE4 = Apabila sampai berumur 4 bulan hanya diberikan ASI saja
Cara pemantauan
rekapitulasi AE4
mengolah data dan menghitung proporsi AE4
Rumus
Jumlah bayi kategori AE4
% AE4 = ------------------------------------------------------------ x 100%
Jumlah seluruh bayi yang berumur 4 bulan
Catatan:
Cara menghitung persentase AE1, AE2 dan AE3 sama seperti di atas.
Setelah selesai proses penghitungan, maka klasifikasikan hasil monitoring
adalah sebagai berikut:
• warna hijau (baik), bila persentase AE4 ≥ 80%
• warna kuning (sedang) bila persentase AE4 antara 50% - < 80%
INDIKATOR DARI KEBERHASILAN PROGRAM INISIASI MENYUSU DINI
(IMD) DAN ASI EKSKLUSIF ANTARA LAIN:
Turunnya Angka kematian Bayi dan Balita
Terdapatnya perubahan perilaku pada bidan atau dokter dengan
diterapkannya IMD dan ASI Eksklusif dalam setiap pertolongan
persalinan
Adanya perubahan kebijakan terutama di RS/RSIA dengan adanya
ruang rawat gabung, pojok/ klinik laktasi, terbentuknya Rumah Sakit
Sayang Ibu dan Bayi.
Adanya pojok laktasi baik pada setiap institusi pelayanan kesehatan,
maupun institusi swasta lainnya misalnya mall, bank, terminal, dsb.
Tingginya kesadaran masyarakat terutama ibu menyusui tentang
pentingnya ASI Eksklusif dan meningkatnya cakupan IMD dan ASI
Eksklusif.
Tersedianya pojok/klinik laktasi dan tempat konseling hampir di
seluruh puskesmas .
Peningkatan jumlah ibu yang meminta inisiasi dini di rumah sakit,
rumah bersalin maupun bidan praktek swasta.
Meningkatnya kesadaran bidan untuk tidak menerima sponsor dari
susu formula
Sosialisasi IMD dan ASI Eksklusif menjadi bagian dari bidan dan dokter
dalam setiap memberikan pelayanan kesehatan.
Terbentuknya peer conselor pada ibu hamil dan ibu menyusui di setiap
wilayah
o. Peran ahli gizi dalam promosi kesehatan.
Ahli Gizi menerjemahkan ilmu gizi ke dalam informasi praktis yang
mendukung orang-orang membuat pilihan makanan sehat sepanjang
hidupnya
Ahli Gizi terlatih bekerja di masyarakat untuk mengidentifikasi
kemampuan dan memfasilitasi pembangunan skill masyarakat,
anjuran kesehatan, dan aksi social
Ahli Gizi menguatkan aksi masyarakat dan pengembangan dengan
membangun kemitraan dan mengaplikasikan komunikasi yang kuat,
negosiasi, kemampuan menyelesaikan masalah untuk membahas isu
terkait gizi dan kesehatan
Ahli Gizi mengaplikasikan pengetahuan faktor-faktor kesehatan,
bekerja dengan masyarakat, kelompok, dan klien individu untuk
merencanakan pendekatan terbaik mengatasi faktor penghambat
kesehatan
Ahli Gizi adalah pendidik terlatih dalam mempromosikan perubahan
perilaku relative terhadap pemilihan makanan, kebiasaan makan, dan
metode persiapan untuk mengoptimalkan kesehatan
Ahli Gizi mengembangkan perencanaan berdasarkan kebutuhan
assessment menyeluruh. Mereka memonitor perkembangan,
menyediakan kebutuhan akan dukungan secara terus menerus dan
mengevaluasi outcome
Ahli Gizi mempertimbangkan kemandirian klien dan otonominya
dalam membuat keputusan dan membangun kemampuan klien untuk
mencapai derajat kesehatan
Ahli Gizi membuat kebijakan sistem pelayanan kesehatan
p. Perbedaan antara promosi kesehatan dengan pendidikan
kesehatan.
Pendidikan Kesehatan Promosi Kesehatan
Suatu proses yang memberikan
informasi kesehatan
Suatu proses untuk meningkatkan
perubahan perilaku kesehatan
Dirancang untuk memudahkan
adopsi perilaku yang kondusif bagi
kesehatan
Dirancang untuk memberikan
perubahan terhadap manusia,
kelompok, masyarakat, dan
lingkungan
Pendidikan kesehatan termasuk dalam kegiatan promosi kesehatan
3. Sikap ahli gizi menanggapi gencarnya promosi susu formula bayi.
TENAGA KESEHATAN MENDORONG DAN MELINDUNGI PEMAKAIAN ASI
1. Info yang diberikan tidak boleh memberikan kesan lebih baik daripada
ASI
2. Rangsangan uang/ materi tidak boleh diberikan
3. dietitian tidak diperbolehkan untuk mengikutsertakan sisi profesionalnya
dalma mengkomersialkan suatu produk
4. Bila dietitian bertindak sebagai agen atau memiliki financial interest
terhadap suatu organisasi komersial, sebaiknya dideklarasikan pada
pasien/klien.
5. Dalam mempromosikan / mengesahkan produk makanan, ahli gizi wajib
berlaku tidak dengan cara yang salah atau menyebabkan salah
interpretasi atau menyesatkan masyarakat.
6. Harus melindungi masyarakat dari penyalahgunaan pelayanan, informasi,
praktek yang tidak etis berkaitan dengan gizi, pangan, makanan, diet.
4. Materi promosi kesehatan terkait dengan ASI eksklusif.
a. Tujuan Pemberian ASI eksklusif.
b. Manfaat ASI eksklusif.
Manfaat ASI bagi bayi
1. Sebagai sumber nutrisi
ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna, baik kualitas maupun
kuantitasnya. Mengandung tinggi laktosa yang dapat berfermentasi
dalam tubuh menjadi asam laktat. Hal ini bermanfaat untuk
menghambat bakteri patogen, merangsang mikroorganisme produksi
asam organik untuk mensintesa vitamin, mengendapkan kalsium
casienat, dan memudahkan penyerapan.
2. Meningkatkan daya tahan tubuh
ASI tidak mengandung beta–lactoglobulin yang dapat menyebabkan
alergi. ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat
melindungi bayi selama 5-6 bulan pertama, seperti: Immunoglobin,
Lysozyme, Complemen C3 dan C4, Antistapiloccocus, lactobacillus,
Bifidus, Lactoferrin.
3. Meningkatkan kecerdasan
Nutrisi terbaik bagi bayi untuk perkembangan otaknya adalah ASI
yang di dalamnya terkandung LC-PUFA. Dua jenis LC-PUFA yang
sangat dibutuhkan bayi untuk perkembangan otaknya adalah DHA
(asam dokosaheksanoat) sebagai salah satu jenis asam lemak omega-3
dan AA (asam arakhidonat) sebagai salah satu jenis asam lemak
omega-6.
4. Meningkatkan jalinan kasih sayang
Bayi yang sering berada dalam dekapan ibunya karena menyusui akan
merasakan kasih sayang ibunya.
5. Sebagai dasar perkembangan kepribadian bayi
Perasaan terlindung dan disayangi merupakan dasar perkembangan
emosi bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar
spiritual yang baik.
Manfaat ASI bagi ibu menyusui
1. Mengurangi pendarahan setelah melahirkan
Saat bayi menghisap puting susu ibu, kelenjar pituitary akan
terstimulasi untuk meningkatkan produksi hormon oksitosin guna
merangsang kontraksi otot-otot di saluran ASI sehingga ASI terpancar
keluar. Hal ini dikarenakan pada ibu menyusui terjadi peningkatan
kadar oksitoksin yang berguna untuk konstriksi atau penutupan
pembuluh darah sehingga perdarahan akan lebih cepat berhenti.
2. Mengurangi terjadinya anemia
Bila perdarahan pasca persalinan tidak terjadi atau berhenti lebih
cepat, maka risiko kekurangan darah yang menyebabkan anemia pada
ibu akan berkurang.
3. Menjarangkan kehamilan
Manfaat lain dari pemberian ASI secara eksklusif adalah sebagai alat
kontrasepsi alamiah yang dapat mencegah kehamilan. Namun, ada
tiga syarat yang harus dipenuhi, yaitu bayi belum diberi makanan lain,
bayi belum berusia enam bulan, dan ibu belum mengalami menstruasi.
4. Mengecilkan rahim dan lebih cepat langsing kembali
Dengan menyusui, cadangan lemak dalam tubuh ibu yang memang
disiapkan sebagai sumber energi selama kehamilan akan digunakan
sebagai energi pembentuk ASI. Akibatnya, cadangan lemak tersebut
akan menyusut, sehingga penurunan berat badan ibu pun akan terjadi
lebih cepat.
5. Menurunkan resiko menderita kanker
Pada ibu yang memberikan ASI eksklusif, kemungkinan menderita
kanker payudara dan indung telur berkurang.
6. Lebih ekonomis
Dengan memberikan ASI berarti menghemat pengeluaran untuk susu